Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rokok adalah produk yang mengandung zat-zat yang bersifat
adiktif

(menimbulkan

kecanduan),

dan

jika

dikonsumsi

dapat

mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Karena


dalam rokok terdapat kurang lebih 4000 macam zat kimia, antara lain
nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik dan
dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker,

penyakit jantung,

impotensia, penyakit darah, emfisema, bronkitis kronik, gangguan


kehamilan dan janin serta banyak lagi lainnya (Negoro, 2000).
Menurut Cadwell (2001) bahwa dalam sebatang rokok mengandung
sekitar 20,9 mg nikotin, namun ha ya sekitar 2 mg nikotin yang terikut
masuk ke dalam tubuh perokok. Menurut estimasi WHO, jumlah perokok
di dunia diperkirakan sebanyak 1,1 miliar dan sepertiganya berumur 15
tahun. Sedangkan di Indonesia, menurut Syahban, dkk.(2000), dari hasil
survey tahun 1998 di 14 propinsi, terdapat sekitar 60% penduduk usia
10

tahun

peningkatan

ke

atas
jumlah

termasuk
perokok

golongan
terutama

perokok.

Kecenderungan

kelompok

anak/remaja

disebabkan oleh gencarnya iklan dan promosi rokok di media massa


(Anonymous, 1999).
Ada dua jenis produk rokok di Indonesia yaitu rokok putih dan rokok
kretek. Rokok putih sudah dikenal di seluruh dunia, namun rokok kretek
merupakan produksi yang unik dari Indonesia. Berdasarkan bahan dan
ramuan, rokok digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu:

Rokok kretek, yakni rokok yang memiliki ciri khas adanya


campuran

cengkeh

pada

tembakau

rajangan

yang

menghasilkan bunyi kretek-kretek ketika dihisap (Anonymous,


2001).
Rokok putih,

adalah

rokok

dengan

atau

tanpa

filter

menggunakan tembakau virginia iris atau tembakau lainnya


tanpa menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas sigaret
dan boleh menggunakan bahan tambahan kecuali yang tidak
diijinkan berdasarkan ketentuan Pemerintah RI (Anonymous,
1999).
Cerutu, adalah produk dari tembakau tertentu berbentuk
seperti rokok dengan bagian pembalut luarnya berupa
lembaran daun tembakau dan bagaian isisnya campuran
serpihan tembakau tanpa penambahan bahan lainnya.
Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh merokok adalah
batuk

menahun,

kehamilan

dan

penyakit
janin,

paru-paru,

serta

kanker.

ketidak
Merokok

suburan,
juga

gangguan

mempertinggi

kerentanan dan mempercepat seseorang mendapat AIDS. Misalnya


yang seharusnya menderita AIDS dalam setahun, karena merokok AIDS
akan datang dalam setengah tahun. Tingginya tingkat kematian karena
kebiasaan merokok tembakau mencapai 57 ribu orang/tahun (Suharjo
dan Saputro, 2003). Serta ditunjang lemahnya peraturan Pemerintah
tentang pembatasan kadar nikotin dan tar dalam sebatang rokok
(Adiningsih, 2002).

1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum penetapan kadar nikotin dalam rokok
adalah untuk mengetahui kadar nikotin dalam sampel rokok.

1.3 Metode
Metode yang di gunakan dalam praktikum penetapan kadar nikotin
dalam rokok adalah menggunakan metode asidimetri.

1.4 Prinsip
Prinsip penetapannya adalah reaksi penetralan asam basa, nikotin
yang merupakan senyawa alkaloid yang bersifat basa lemah bereaksi
dengan HCl akan mengikat satu H+ akan melepaskan ion Cl-. Reksi ini
terjadi pada kisaran pH 6,0-6,2 sehingga dipakai indicator Merthyl Red
(MR). titik akhir titirasi diketahui dengan terbentuknya warna yang
konstan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Dasar Teori
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm

(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun


tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Rokok biasanya dijual
dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan
mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut
juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan
jantung (walapun pada kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya
dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan
karbon

monoksida.
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru. Nikotin adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk
nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan
pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau
tanpa asap). Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa
berbahayanya merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih
banyak orangyang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin
adalah sangat kuat. Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan
perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Menghisap
rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan
depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral
tanpa mengubah metabolisme oksigen serebral. Tetapi pemaparan jangka panjang disertai
dengan penurunan aliran darah serebral, berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem
saraf pusat, bertindak sebagai relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau
adalah nikotin.

Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat
mematikan, karena paralisis (kegagalan) pernafasan. Ketergantungan Nikotin berkembang
cepat karena aktivasi sistem dopaminergik area segmental ventral oleh nikotin (sistem yang
sama dipengaruhi oleh Kokain dan Amphetamin). Perkembangan ketergantungan
dipercepat oleh faktor sosial yang kuat yang mendorong merokok dalam beberapa
lingkungan dan oleh karena efek kuat dari iklan rokok. Orang kemungkinan merokok jika
orangtuanya atau saudara kandungnya merokok dan yang berperan sebagai model peran
atau tokoh identifikasi merokok. Ada penelitian terakhir juga menyatakan suatu diatesis
genetik ke arah ketergantungan nikotin. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat
hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.
Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko jika
dibandingkan dengan yang tidak mengisap asap rokok yaitu:
a
b
c
d

14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan


4x menderita kanker esophagus
2x kanker kandung kemih
2x serangan jantung
Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal

jantung, serta tekanan darah tinggi. Menggunakan rokok dengan kadar nikotin rendah tidak
akan membantu, karena untuk mengikuti kebutuhan akan zat adiktif itu, perokok
cenderung menyedot asap rokok secara lebih keras, lebih dalam, dan lebih lama.
Asap rokok mengandung sekitar 4000 senyawa, antara lain nikotin, ter dan 3,4benozopiren, karbon monok-sida, karbon dioksida, nitrogen oksida, amonia, sulfur.
Nikotin, suatu alkaloid yang sudah lama dikenal, dalam asap rokok lama kelamaan akan
tera-kumulasi pada dinding pembuluh darah perokok menyempitkan pembuluh darah.
Nikotin dalam asap rokok yang masuk ke paru-paru dengan cepat diabsorpsi dari paru-paru
ke dalam darah dan efisiensinya hampir sama dengan apabila diberikan secara intravena.
Senyawa ini mencapai otak dalam waktu 8 detik setelah inhalasi.
Bahan utama rokok adalah daun tembakau (Nicotiana tabacum) kering yang
merupakan sumber utama nikotin. Di Indonesia, di samping rokok putih, banyak beredar
rokok kretek berfilter maupun tanpa filter Penelitian ini bertujuan menentukan kadar
nikotin dalam asap rokok beberapa rokok putih, kretek berfilter dan tanpa filter yang

disimulasi menggunakan alat simulasi perokok aktif dan filter rokok yang diambil dari sisa
rokok yang dibakar dengan alat simulasi perokok aktif dan filter rokok dari suka-relawan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lingkungan asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit, dan juga dapat mengenai orang sehat yang bukan perokok.
Paparan asap rokok yang dialami terus-menerus pada orang dewasa yang sehat dapat
menambah resiko terkena penyakit paru-paru dan penyakit jantung sebesar 20 - 30 persen.
Lingkungan asap rokok dapat memperburuk kondisi seseorang yang mengidap penyakit
asma, menyebabkan bronkitis, dan pneumonia. Asap rokok juga menyebabkan iritasi mata
dan saluran hidung bagi orang yang berada di sekitarnya. Pengaruh lingkungan asap
tembakau dan kebiasaan ibu hamil merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
anaknya bahkan sebelum anak dilahirkan. Bayi yang lahir dari wanita yang merokok
selama hamil dan bayi yang hidup di lingkungan asap rokok mempunyai resiko kematian
yang sama.
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara
lengkap dan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur
analitis

yang

melibatkan

titrasi

dengan

larutan

larutan

yang

konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis


larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama,
volume volume suatu asam dan suatu basa yang paling tepat saling
menetralkan. Analisis volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi (asam
basa) yang terdiri dari asidimetri dan alkalimetri. Asidimeri merupakan
penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa basa
dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya, alkalimetri adalah
penetapan

kadar

senyawa-senyawa

yang

menggunakan baku basa (Mursyidi, 2006).

2.2 Tinjauan Bahan


1) Aquadest (Ditjen POM, 1979)

bersifat

asam

dengan

Nama Resmi : Aqua Destilata


Nama Lain : Aquadest / Air suling
RM / BM
: H2O 18,02 g/mol
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Kegunaan
: Sebagai pelarut
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
2) HCl (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Acidum Hydrochloridum
Nama Lain : Asam Klorida
RM / BM
: H2O / 36,5 g/mol
Pemerian
: Cairan jernih berbau tajam menyengat
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, etanol, agak sukar
larut dalam
klorofrom
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup
3) Na2 B4 O7 (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi : Natri Tetraboras
Nama Lain : Natrium Tetraborak
RM / BM
: Na2 B4 O7 10 H2O / 381,37
Pemerian
: Hablur, tidak berwarna (cairan), tidak berbau.
Kelarutan

Larutan bersifat basa terhadap fenol tulein


: Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih

dan gliserin, tidak mudah larut dalam etanol P.


Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
4) Indikator Metil Red (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi : Tropoelin, METIL RED
Nama Lain : Metil Merah
RM / BM
: C14 H14 N3 Na O35 / 327,33 g/mol
Pemerian
: Serbuk jingga, kekuningan
Kelarutan
: Mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam air
dingin, sangat sukar larut dalam air dingin, sangat sukar larut
dalam etanol.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai indikator asam basa
5) Etanol (Ditjen POM, 1995)
Nama Lain : Etanol
Nama Resmi : Aethanolum
RM / BM
: C2 H60 / 46,07 g/mol
Pemerian
: mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas.
Kelarutan
: Larut dalam air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat

2.3 Reaksi
Reaksi standarisasi HCL dengan Na2B4O7
1.
Na2B4O7 + 2 HCl
H2B4O7 + 2 NaCl
2. Reaksi penetapan kadar nikotin

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, beker glass, erlenmeyer,
tabung reaksi pipet tetes, gelas ukur, corong pisah, labu iod, batang pengaduk timbangan
kasar dan peralatan gelas lain yang mendukung.

4.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel rokok filter dan kretek, ,
larutan NaOH 20 dalam alkohol, eter, petrolium eter, H 2SO4 pekat, HCl pekat, indikator
metal merah, aquades dan Na2B4O7 0,01 N, etanol.
5.1 Prosedur
Standarisasi HCl dengan Na2B4O7
1.
Na2B4O7

1.

1. Dimasukkan 10 ml Na2B4O7 0,07 N


2. Dituang di labu Erlenmeyer 250 ml
3. Ditambahkan indikator Methil Red 1% 3 tetes
4. Dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan
warna dari oranye, menja merah.
1.
2.
3.
4.

Dimasukkan 1 gram bahan dalam labu iod


Ditambahkan larutan NaOH 20% sebanyak 1 ml
Diaduk sampai rata dengan batang pengaduk
Ditambahkan eter sebanyak 20 ml lalu ditutup rata, gojog

HASIL
sampai homogen
2. Penetapan 5.
Kadar
Nikotin selama 1 jam di lemari es, hingga bagian eter
Didiamkan
Sampel

berubah menjadi jernih


6. Dipipet 10,0 ml dengan alat penghisap, dituang di labu
erlenmeyer
7. Diuapkan eter sampai eter tersisa kurang lebih 2 ml
selama 2 menit
8. Ditambahkan aquadest sebanyak 10 ml dan indikator MR
0,7% sebanyak 2 tetes
9. Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,07 N sampai

HASIL

terbentuk warna merah konstan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No
1.

Perlakuan
Pengamatan
Dimasukkan 10 ml Na2B4O7 kedalam labu Larutan

2.

erlenmeyer 250 ml
berwarna jernih
Ditambahkan indikator methil orange 1% Larutan
MO
tetes

berwarna
larutan

3.

Dititrasi

Na2B4O7

dengan

HCl

sampai

1%
oranye,

campuran

oranye
terjadi Larutan HCl berwarna

perubahan warna dari oranye menjadi jernih,


merah

larutan

campuran

berwarna

merah. V1 = 8,15 ml
V2 = 8,10 ml
4.1 Data hasil Pengamatan
4.1.1 Standarisasi

4.1.1 Penetapan kadar


No.
1.

Perlakuan
Pengamatan
Dimasukkan 1 gram bahan dalam Sampel rokok

filter

Surya

labu, ditambahkan larutan NaOH berbentuk rajangan tembakau


20% sebanyak 1 ml
2.

Diaduk

sampai

warna
rata

batang

pengaduk.

pengaduk

dilap

dengan

coklat.

NaOH

warna jernih.
dengan Larutan
campuran,

20

sampel

Batang tembakau rokok filter dibasahi


kapas oleh NaOH 20%

tersebut sekaligus dimasukkan ke


3.

lab. iod
Ditambah 20 ml eter tutup rapat Eter berwarna jernih
digojog

4.

dengan

rata

sampai

homogen
Diamkan selama 1 jam didalam Larutan bagian atas berwarna

lemari

es

hingga

bagian

atas jernih

(eter) menjadi jernih


Dipipet 10 ml dengan

5.

alat Larutan

berwarna

jernih

penghisap masukkan dalam labu kecoklatan


erlenmeyer
Diuapkan eter

6.

sampai

tersisa Larutan

yang

ditambah

MR

kurang lebih 2 ml selama 2 menit. 0,1% berubah menjadi larutan


Ditambahkan aquadest 10 ml dan berminyak
tetes indikator MR 0,1%
Dititrasi dengan HCl

7.

0,01

N Larutan hasil berwarna merah

sampai warna merah konstan

konstan

4.2 Data Hasil Percobaan


4.2.1 Standarisasi HCl dengan Na2B4O7
No.
1.
2.

Baku Primer
Na2B4O7

Volume (ml)
70,0 ml

Baku Sekunder
HCl

Volume (ml)
8,150
8,100
Rata-rata =

8,130
4.2.2 Penetapan Kadar
No.
1.

Sampel
Rokok

Volume (ml)
Filter 10 ml

Baku Sekunder
HCl

Volume (ml)
22,5

Surya
4.2 Data Hasil Praktikum
No.
1.
2.

Sampel
Kadar %
Rokok Klobot
1,78
Rokok
Filter 4,4897

Etiket
2,2 mg / 0,22%

Surya
4.3 Perhitungan
4.3.1 Standarisasi HCl dengan Na2B4O7 0,01 N
V.N (HCl) = V.N (Na2B4O7)
8,13 x N = 10 x 0.01
N
= 0,0123 N
4.3 Penetapan kadar

Kadar nikotin =

( ml x N ) HCl x 1,6233
0,01
x 100
mg bahan
22,5 x 0,01233 x 1,6233
0,01
x 100
1000

= 4,4897%
4.4 Pembahasan
Praktikum penetapan kadar nikotin dalam rokok menggunakan
metode

sidimetri.

Metode

asidimetri

berprinsip

sebagai

reaksi

penetralan asam basa. Penetapan kadar nikotin pada sampel rokok


menggunakan Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, beker glass,
erlenmeyer, tabung reaksi pipet tetes, gelas ukur, corong pisah, labu iod, batang pengaduk
timbangan kasar dan peralatan gelas lain yang mendukung. Alat-alat tersebut harus di cuci
dan di bersihkan terlebih dahulu agar terhindar dari kotoran-kotoran alat-alat sisa reagen
yang menempel. Kemudian, dibilas dengan aquades untuk mengkalibrasi. Labu iod harus
dicuci dengan bersih dan baik, labu iod berperang untuk penetapan kadar, karena alat untuk
penetapan kadar nikotin.
Penetapan kadar nikotin dalam rokok di lakukan dalam beberapa tahap, yakni tahap
pertama standarisasi dan tahap kedua penetapan kadar. Standarisasi pada praktikum ini
adalah dilakukan standarisasi HCL dengan Na2B4O7. Untuk mengetahui normalitas HCl.
Standarisasi dimulai dengan menyiapkan alat-alat yang bersih dan telah dikalibrasi, dan
bahan-bahan atau reagen-reagen yang telah disiapkan. Standarisasi HCL dengan Na2B4O7,
dengan baku primer Na2B4O7 Pertama dilakukan di pipet 10,0 mL Na 2B4O7 0,01 N dituang
Erlenmeyer 250mL. larutan tersebut berwarna jernih, kemudian di tambahkan dengan
indicator metil orange sebanyak 3 tetes sampai larutan bercampur berwarna orange.
Dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna dari orange
menjadi merah. Pada standarisasi ini batu primer adalah Na 2B4O7 dan
baku sekunderadalah HCl. Standarisasi dilakukan 2 kali replikasi yang
masing masing memiliki volume yang berbeda.

Tahap kedua yaitu penetapan kadar nikotin dalam rokok. Pertmatama disiapkan alat-alat dan reagen yang dibutuhkan. Alat-alat ini harus
bersih dan kering karena untuk tidak mempengaruhi hasil akhir. Petama
diitambah satu gram bahan atau sampel rokor kemudian dimasukkan
abu iod. Ditambahkan larutan NaOH 20% sbanyak satu ml. penambahan
NaOH 20% untuk meikat nikotin, karena nikotin tidak dapat ditritasi
langsung dengan baku sekunder HCl. Kemudian diaduk dengan rata
sampai rokok terbasahi semua oleh NaOH menggunakan batang
pengaduk. Batanng pengaduk dilap menggunakan kapas, dan kapas
tersubut sekaligus dimasukan kedalan iod. Setelah semua tercampur
rata, ditambahkan eter 20ml lalu ditutup rapat. Eter yang ditambahkan
merupakan petroleum eter, fungsi penambahan ini untuk meralutkan
nikotin yang ada dalam rokok. Kemudian dikocok dengan rata sampai
homogeny

sambil

menekan

tutupnya

kuat-kuat.

Pengocokan

ini

dilakukan dengan labu iod dengan cara seperti mengguknakan corong


pisah. Setelah dikocok didiamkan selama 1 jam dalam lemari es hingga
didapatkan bagian atas (eter) menjadi jernih. Selama menunggu 1 jam,
dipersiapkan buret yang telas dicuci bersih dan telah dikalibrasi dengan
aquades dan larutan baku sekunder HCl 0,01 N untuk digunakan ditrasi
penekanan kadar. Setelah didapatkan bagian atas ( eter ) jernih, dipipet
10,0 ml dengan menggunakan alat penghisap. Kemudian dimasukkan
dalam labu Erlenmeyer. Yang bersih. Labu Erlenmeyer berisi eter
diuapkan sampai eter perisisa 2 ml dengan penguapan menggunakan
air panas selama 2 menit. Ditambahkan aquades 10ml untuk peralut
dan ditambahkan 2 tetes indicator metal red 0.01%. selama penguapan
harus ditutup mulut Erlenmeyer dengan rapat. Dilitrasi dengan larutan
standar HCl 0,01N sampai tebentuk warna merah konstral.
Hasil dari standarisasi Na2B4O7. Dengan HCl didaatkan voleme
pertama 7,300ml dan volume kedua 7,300ml denga 2 kali replikasi.
Hasil tersebut didapatkan volume rata-rta 7,300ml. normlitas diketahui

dari standarisasi yakni 0,0137N. penetapa kadar nikotin dalam

rokok

dilakukan dua kelompok dengan sampel berbada yakni kelompok 1 dan


4 dengan sampel rokok klobot ( non filter), sedangkan klompok 2 dan 3
sampel rokok filter. Kedua sampel tersebut sangat berbeda pada rokok
kelobot ( non filter) ini dibuat dengan menambahkan tembakau dan
cengkeh dengan dibungks dengan klobot atau daun jagung kering dan
diikat. Pada dasarnya rokok klobot ini sangat mudah dibuat dan diracik.
Sedangkan pada rokok filter ini cara pembuatan telah menggunakan
alat canggih dan dibungkus dengan kertas dan terdapat filter yang
berguna untuk menyaring. Pada tingkat produksi pada rokok filter jauh
lebih mahal, tetapi ada juga merek rokok kretek atau klobot juga mahal
karna menggunakan tembakau kering kemudian ditambahkan bahan
lainnya. Kadar nikotin yang dihasilkan lebih besar rokok klobot atau
kretek ( non filter) dibandingkan rokok.
Hasil penetapan kadar kelompok 4 dengan sampel rokok klobot
yakni 1,78% , pada kelompok 1 sampel klobot 1,6%. Hasil pada sampel
filter pada kelompok 2 4,49% dan kelompok 3 4,49%. Hasil pada
kelompok 2 dan 3 melebihi batas syarat kadar maksimal menurut SNI0766-1989-A yaitu sebesar 2 persen. Sedangkan pada hasil kelompok 1
dan 4 tidak ada eliketnya. Factor yang dapat mempengaruhi hasil yakni
dikarenakan komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan rokok
selain itu perbedaan jenis tembakau juga dapat mempengaruhi hasil.
Praktikan kurang teliti pada pembacaan titik akhir litrasi. Penetapan
kadar nikotin dalam rokok yang telah didapatkan, sebaiknya untuk
semua masyarakat tidak mengkonsumsi rokok berlebihan karena
kandungan nikotin pada rokok sangat membahayakan tubuh dan
merugikan tubuh juga menimbulkan penyakit.

BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktekum penetapan kadar nikotin dalam rokok
dengan sempel rokok non filter (kretek) didapatkan hasil kadar terbesar
1,78%.

5.2 Saran
1. Perhatikan jumlah sempel yang dibutuhkan dan cara penanganan
2.
3.
4.
5.

sampel.
Perhatikan jumlah reagen yang dibutuhkan.
Alat-alat yang digunakan harus bersih dan tertata rapi
Harus enggunakan APD ( alat pelindung diri)
Praktekum harus memahani dan mengerti prsedur yang akan

6.
7.
8.
9.

dilakukan
Praktekum harus sesuai dengan prsedur yang dilakukan.
Jaga kebersihan pada waktu praktekum.
Berhati-hati dalam praktekum.
Setelah melakuna praktekum harus meminun susu segar agar
menetralkan tubuh dan badan tetap sehat.

DAFTAR PUSAKA
Anonymous, 2008. Penetapan kadar nikotin pada rokok. {online}
https://www.acedemia.edu/5667664/penetapan-kadar-nikotin-padarokok.com
diakses pada tanggal 21 Mei 2015
Alanuir. Ri.1992. Penetapan kadar nikotin dalam berbagai merek yang
beredar di Sumatra Barat. Padang : IKIP Padang.
Dirjen, POM.1979. Farmakope Indonedia III . Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Dirjen, POM.1995. Farmakope Indonedia IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Ganjhar, Ibnu Gholib.2007. Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta : Pustaka
Pelajar

LAMPIRAN
1. NaOH 20 % 10 ml
g=

Ditambahkan

aquadest

panas 50 ml, diaduk

20
10
100

sampai larut
Dimasukkan

kedalam

labu ukur 250 ml dan

= 2 gram

ditambahkan

Cara pembuatan :

dingin

Ditimbang NaOH sebanyak 2

batas
Kocok

gram.

Dimasukan

beaker glass 50 ml.


Dilarutkan dengan
aquadest
kemudian

kedalam
5

bebas

ml
CO2

diaduk

sampai

larut.
Ditambahkan aquadest bebas

aquadest

sampai

tanda
sampai

homogeny.
3. HCl 0,01 N 1000 ml
VxN=VxN
V x 12 = 1000 x 0,01
V = 0,833 ml
Cara pembuatan :
Dipepet
HCl
pekat

CO2 sampai tanda bebas 10

sebanyak

ml, kemudian diaduk sampai

dituang di beaker glass

homogeny

yang

2. Na2B4O7 0,01N 250 ml


BM Vol
g=N

Val 1000
381,37 250
0,01

=0,4767 gram.
2
1000
Cara pembuatan
Ditimbang

sudah

aquades.
Ditambahkan

terisi
aquades

500ml

sampai

batas,

aduk

homogeny.
Dimasukkan

ml,

tanda
sampai
dalam

labu ukur 1000 ml, di


Na2B4O7

tambahkan

sebanyak 0,4767 gram,


dimasukan

0,83

kedalam

beaker glass 250 ml.

aquades

sampai tanda batas.


Kocok
hingga
homogeny dan larut.

Anda mungkin juga menyukai