Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

PENENTUAN KADAR SENYAWA OBAT SECARA SIMULTAN

Dosen Pembimbing : Drs. Budi Santoso Apt., MT

Kelompok 8

Anri Dwi Febrianto NIM 161431004

Mohammad Idris Asyraf Ali NIM 161431019

Novia Silviani NIM 161431022

Tanggal Percobaan : 17 Mei 2018

Tanggal Pengumpulan : 25 Juni 2018

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


TEKNIK KIMIA – D3 ANALIS KIMIA
Tahun Ajaran 2017 – 2018
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui dan memahami prinsip penetapan kadar dengan metode
spektrofotometri
2. Mengetahui dan memahami penerapan metoda spektrofotometri dalam bidang
farmasi
3. Mampu menetapkan kadar suatu campuran senyawa obat secara simultan
berdasarkan metoda spektrofotometri

B. DASAR TEORI

Kadar larutan campuran dua zat dapat ditentukan dengan metode


spektrofotometri tanpa harus dipisahkan lebih dahulu. Kedua zat harus memiliki
panjang gelombang maksimum yang tidak berhimpit. Absorpsi larutan
sampel/campurannya pada panjang gelombang pengukuran merupakan jumlah
absorpsi dan masing masing zat tunggalnya. Kadare masing masing zat ditentukan
menggunakan metode simultan (Widjaja dan Laksmiani, 2010)

Spektrofotometri UV-Vis termasuk salah satu metode analisis instrument yang


frekuensi penggunaannya paling banyak serta merupakan instrument yang banyak
ditemukan dalam laboratorium kimia analisis. Spektrofotometri UV-Vis adalah
anggota teknis analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik
UV dekat (190nm-380nm) dan sinar tampak (380-780nm) dengan memakai
instrument spektrofotometer. Spektrofotometer UV-Vis melibatkan energi elektronik
yang besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. (Widjaja dkk, 2008)

Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis selalu melibatkan pembacaan


absorban REM oleh molekul atau REM yang diteruskan. Keduanya dikenal dengan
istilah absorban (A) tanpa satuan dan transmitan dengan satuan persen (%) (Widjaja
dkk, 2008). Hukum yang digunakan dalam metode ini adalah hukum Lambert-Beer.

It
T=
Io

1
A=log =ε . b . c
T

Dimana:

T = persen transmitan

Io = intensitas radiasi yang datang

It = Intensitas radiasi yang diteruskan

ε = absorbansi molar (L.mol-1cm-1)

c = konsentrasi (mol.L-1)
b = tebal larutan (cm)

A = absorban

  Bila digunakan pengukuran 2 senyawa berbeda secara bersama-sama dengan


spektrofotometri, maka dapat dilakukan pada 2 panjang gelombang dimana masing-
masing komponen tidak saling mengganggu atau gangguan dari komponen yang lain
yang paling kecil. Dua buah kromofor yang berbeda akan memberikan kekuatan
absorpsi cahaya yang berbeda pula pada satu daerah panjang gelombang. Pengukuran
dilakukan pada beberapa panjang gelombang sehingga nantinya didapatkan dua
panjang gelombang maksimum. Pada dua panjang gelombang maksimum ini akan
didapatkan dua persamaan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi masing-
masing panjang gelombang. Akibatnya konsentrasi masing masing komponen dapat
dihitung.

Gambar 1. Spektra dua buah senyawa.

Oleh karena itu, untuk setiap bahan aktif, persamaanya dapat ditulis menjadi:

A=ε . c

Karena pengukuran campuran dilakukan pada kedua panjang gelombang


maksimum maka nilai absorbansi (A) yang didapat merupakan absorbansi total dari
absorbansi senyawa pertama dan senyawa kedua. Dengan demikian. Secara matematis
akan diperoleh persamaan sbb:

Aλ1 = (ε1c1)λ1 + (ε2c2)λ1 dan Aλ2 = (ε1c1)λ2 + (ε2c2)λ2

Persamaan matematis diatas dapat diselesaikan dengan memasukkan nilai


absorptivitas molar ε dari kedua kromofor yang dapat dihitung dari harga masing-
masing absorbansi A pada panjang gelombang maksimumnya. Setelah itu, dengan
mensubstitusikan parameter konsentrasi c pada satu persamaan dengan nilai c dari
persamaan yang lain, maka nilai masingmasing konsentrasinya akan dapat dihitung
dan ditentukan.
C. ALAT dan BAHAN

Alat
Mortir dan stamper, kertas timbang, spatula, labu erlenmeyer 100 / 250 ml (4 buah),
gelas piala 100 ml ( 2buah), labu bundar 250 ml, gelas ukur 50/100 ml, pipet tetes (2
buah), timbangan,kuvet, spektrofotometer.

Bahan
Serbuk parasetamol, serbuk kofein, tablet yang mengandung parasetamol-kafein,
larutan dapar asetat pH 5, kloroform, etanol.

D. CARA KERJA

membuat larutan dapat asetat pH 5

membuat larutan induk 1000 ppm parasetamol dalam etanol dan 1000 ppm kafein
dalam kloroform.

menimbang 25 mg sampel dimasukkan kedalam labu takar 250 mL ditanda


bataskan menggunakan larutan dapar asetat.

melakukan pengenceran dengan cara memindahkan 15 mL alikot ke labu takar 100


mL dan ditanda bataskan dengan larutan dapar asetat.

melakukan pengukuran nilai absorban sampel dengan menggunakan panjang


gelombang maksimum dari larutan standar parasetamol dan kafein

menghitung kadar parasetamol dan kafein dalam tablet sampel.


E. DATA PENGAMATAN dan PENGOLAHAN DATA

● Berat 1 tablet Paramex = 746,5 mg

● Berat serbuk Paramex yang ditimbang = 49,3 mg

● Kadar parasetamol dalam 1 tablet = 250 mg

● Kadar kafein dalam 1 tablet = 50 mg

● λ maks parasetamol = 249,5 nm

● λ maks kafein dalam kloroform =276,0 nm

● λ maks kafein dalam HCl = 272,5 nm

Absorbansi pada λ maks


Larutan
276,0 nm 272,5 nm 249,5 nm
Standar parasetamol 20 ppm 0,243 0,268 1,280
Standar kafein dalam kloroform 4
0,575 - 0,169
ppm
Standar kafein dalam HCl 4 ppm - 0,195 0,161
Sampel 0,626 0,694 1,257

a. Pembuatan Larutan Standar Parasetamol Dan Kafein (dalam kloroform dan HCl)
- Parasetamol
Nbaku paraset x Vbaku paraset = Nstd paraset x Vparaset std paraset
1000 ppm x 1 mL = N2 x 50 mL
Nparaset std = 1000/ 50
Nparaset std = 20 ppm
- Kafein
Nbaku kafein x Vbaku kafein = Nkafein standar x Vkafein standar
1000 ppm x 0,2 mL = N2 x 50 mL
Nkafein standar = 500/ 50
Nkafein standar = 10 ppm

b. Pembuatan Larutan Sampel Paramex

parasetamol kafein
Berat 1 tablet Paramex 746,5 mg 250 mg 50 mg
Berat sampel yang ditimbang 49,3 mg 16,510 Mg 3,302 mg
Konsentrasi pada 250 mL 66,04 ppm 13,208 ppm
Konsentrasi pada 100 mL 9,906 ppm 1,9812 ppm

- Kadar parasetamol dalam 49,3 mg Paramex


250
Berat parasetamol dalam 49,3 mg = × 49,3 mg
746,5
= 16,510 mg

Dilarutkan dalam 250 mL :


16,510 mg
Ppm parasetamol = ×1000
250 mL
= 66,04 ppm

Diencerkan dalam 100 mL :


N1 x V1 = N2 x V2
66,04 ppm x 15 mL = N2 x 100 mL
N2 = 990,9 / 100
N2 = 9,906 ppm

- Kadar kafein dalam 49,3 mg Paramex


50
Berat kafein dalam 49,3 mg = × 49,3 mg
746,5
= 3,302 mg
Dilarutkan dalam 250 mL :
3,302mg
Ppm parasetamol = × 1000
250 mL
= 13,208 ppm

Diencerkan dalam 100 mL :


N1 x V1 = N2 x V2
13,208 ppm x 15 mL = N2 x 100 mL
N2 = 198,12 / 100
N2 = 1,9812 ppm
c. Perhitungan Kadar Parasetamol dan Kafein Dalam Sampel (dengan larutan
standar kafein dalam kloroform)

Konsentrasi larutan Absorbansi


249,5 nm 276,0 nm
Standar parasetamol 20 ppm 1,280 0,243
Standar kafein dalam
0,169 0,575
kloroform 4 ppm

- Absorptivitas molar (a) parasetamol pada masing-masing λ maks


A A
249,5 nm → a = 276,0 nm → a =
C C
1,280 0,243
= =
20 20
= 0,064 = 0,0122

- Absorptivitas molar (a) kafein pada masing-masing λ maks


A A
- 249,5 nm → a = 276,0 nm → a =
C C
0,169 0 0,575
= =
4 4
= 0,0423 = 0,1438

- Persamaan pada masing-masing panjang gelombang


Absorbansi sampel pada 249,5 nm → 1,257
Absorbansi sampel pada 276,0 nm → 0,626

249,5 nm → 0,064 C1 + 0,0423 C2 = 1,257…. (1)


276,0 nm → 0,0122 C1 + 0,1438 C2 = 0,626…. (2)

Dengan C1 adalah konsentrasi parasetamol dan C2 adalah konsentrasi kafein


0,064 C1 + 0,0423 C2 = 1,257…. (1) x 1
0,0122 C1 + 0,1438 C2 = 0,626…. (2) x 5,246

Menjadi :
0,064 C1 + 0,0423 C2 = 1,257…. (1)
0,064 C1 + 0,7544 C2 =3,284 …. (2)
0,7121 C2 = 2,027
C2 (kafein) = 2,027 / 0,7121
= 2,847 ppm

Subtitusikan pada pers. (2)


0,0122 C1 + 0,1438 C2 = 0,626 → 0,0122 C1 + 0,1438 (2,847) = 0,626
0,0122 C1 + 0,4093 = 0,626
C1 = (0,626 – 0,4093) / 0,0122
C1(paracetamol) = 17,7623 ppm
- Persentase kadar secara perhitungan
Volume labu takar = 100 mL
Dipipet dari larutan awal (250 mL) = 15 mL
 Kadar parasetamol dalam 250 mL larutan = (17,7623 x 100 mL)/ 15 mL
= 118,42 ppm
Berat parasetamol dalam 49,3 mg = (118,42 x 250 mL) / 1000
= 29,605 mg
 Kadar kafein dalam 250 mL larutan = (2,847 x 100 mL)/ 15 mL
= 18,98 ppm
Berat parasetamol dalam 49,3 mg = (18,98 x 250 mL) / 1000
= 4,745 mg
Jadi, persentase kadar parasetamol dan kafein dalam sampel adalah :
Kadar parasetamol perhitungan
% parasetamol = x 100 %
kadar parasetamol teoritis
29,605 mg
= x 100 %
16,510 mg
= 179,32 %
Kadar kafein perhitungan
% Kafein = x 100 %
kadar kafein teoritis
4,745 mg
= x 100 %
3,302 mg
= 143,7 %

d. Perhitungan Kadar Parasetamol dan Kafein Dalam Sampel (dengan larutan


standar kafein dalam HCl)

Konsentrasi larutan Absorbansi


249,5 nm 272,5 nm
Standar parasetamol 20 ppm 1,280 0,268
Standar kafein dalam HCl 4 ppm
0,161 0,195

- Absorptivitas molar (a) parasetamol pada masing-masing λ maks


A A
249,5 nm → a = 272,5 nm → a =
C C
1,280 0,268
= =
20 20
= 0,064 = 0,0134

- Absorptivitas molar (a) kafein pada masing-masing λ maks

A A
249,5 nm → a = 272,5 nm → a =
C C

0,161 0,195
= =
4 4

= 0,0403 = 0,0488

- Persamaan pada masing-masing panjang gelombang


Absorbansi sampel pada 249,5 nm → 1,257
Absorbansi sampel pada 272,5 nm → 0,694

249,5 nm → 0,0624 C1 + 0,0403 C2 = 1,257…. (1)


272,5 nm → C1 + 0,0488 C2 = 0,694…. (2)
Dengan C1 adalah konsentrasi parasetamol dan C2 adalah konsentrasi kafein
0,0624 C1 + 0,0403 C2 = 1,257…. (1) x 1
0,0134 C1 + 0,0488 C2 = 0,694…. (2) x 4,657

Menjadi
0,0624 C1 + 0,0403 C2 = 1,257…. (1)
0,0624 C1 + 0,2273 C2 = 3,232 …. (2)
0,1870 C2 = 1,975
C2(kafein) = 1,975 / 0,1870
= 10,562 ppm
Subtitusikan pada pers. (2)
0,0134 C1 + 0,0488 C2 = 0,694 → 0,0134 C1 + 0,0488 (10,562) = 0,694
0,0134 C1 + 0,5154 = 0,694
C1 = (0,694 – 0,5154 )/ 0,0134
C(paracetamol) = 13,3283 ppm

- Persentase kadar secara perhitungan


Volume labu takar = 100 mL
Dipipet dari larutan awal (250 mL) = 15 mL
 Kadar parasetamol dalam 250 mL larutan = (13,3283 x 100 mL)/ 15 mL
= 88,8553 ppm
Berat parasetamol dalam 49,3 mg = (88,8553 x 250 mL) / 1000
= 22,2138 mg
 Kadar kafein dalam 250 mL larutan = (10,562 x 100 mL)/ 15 mL
= 70,4133 ppm
Berat parasetamol dalam 49,3 mg = (70,4133 x 250 mL) / 1000
= 17,6033 mg
Jadi, persentase kadar parasetamol dan kafein dalam sampel Paramex adalah :
Kadar parasetamol perhitungan
% parasetamol = x 100 %
kadar parasetamol teoritis
22,2138 mg
= x 100 %
16,510 mg
= 134,55 %
Kadar kafein perhitungan
% Kafein = x 100 %
kadar kafein teoritis
17,6033mg
= x 100 %
3,302mg
= 533,11 %

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan penentuan kadar sampel senyawa obat
secara simultan dengan metode spektrofotometri. Obat yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah Paramex. Tablet Paramex digunakan karena tablet ini
mengandung bahan campuran dari parasetamol dan kafein. Adapun alasan
parasetamol dan kafein dapat dianalisis dengan spektro UV-VIS ialah karena
parasetamol memiliki gugus autokrom (-OH) dan gugus kromofor (-CO) sehingga
bisa menyerap sinar UV. Begitu pula dengan kafein mampu menyerap sinar UV.

Sebelum melakukan penentuan kadar parasetamol dan kafein dalam obat,


terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum dengan
menggunakan larutan standar parasetamol, kafein dalam kloroform, dan kafein dalam
HCl. Diperoleh nilai absorbansi larutan standar parasetamol pada panjang gelombang
maksimum 249,5 nm adalah 1,280. Selanjutnya diperoleh nilai absorbansi larutan
standar kafein dalam kloroform pada panjang gelombang maksimum 276,0 nm adalah
0,575. Dan yang terakhir diperoleh nilai absorbansi larutan standar kafein dalam HCl
pada panjang gelombang maksimum 272,5 nm adalah 0,195. Pengukuran absorbansi
juga dilakukan terhadap larutan campuran parasetamol dan kafein pada tablet obat
pada panjang gelombang maksimum parasetamol (249,5 nm), pada panjang
gelombang maksimum kafein dalam kloroform (276,0 nm), dan pada panjang
gelombang maksimum kafein dalam HCl (272,5 nm), yang hasilnya berturut-turut
adalah 1,257; 0,626; dan 0,694. Pengukuran dipilih pada panjang gelombang
maksimum karena pada titik ini sensitivitasnya maksimum (perubahan absorpsi
sampel per unit konsentrasi adalah terbesar). Selain itu, pada panjang gelombang
maksimum kesalahan pembacaan absorbansi yang disebabkan oleh perubahan
panjang gelombang adalah minimal. Dengan demikian ketelitian dari hukum
Lambert-Beer semakin terpenuhi.

Untuk menghitung kadar parasetamol dan kafein pada larutan sampel dahulu
dihitung Absorbtivitas molar pada masing-masing larutan parasetamol dan larutan
kafein. Absorbtivitas molar tersebut dihitung menggunakan rumus Lambert-Beer
pada panjang gelombang maksimum masing-masing zat. Absorbtivitas molar pada
larutan parasetamol yang diperoleh pada panjang gelombang maksimum parasetamol
249,5 nm adalah 0,064 M-1cm-1 dan pada panjang gelombang maksimum kafein dalam
kloroform 276,0 nm adalah 0,0122 M-1cm-1. Absorbtivitas molar pada larutan kafein
yang diperoleh pada panjang gelomang maksimum 249,5 nm adalah 0,0423 M -1cm-1
dan pada panjang gelombang maksimum kafein dalam kloroform 276,0 nm adalah
0,1438 M-1cm-1.
Setelah nilai absorbtivitas pada kedua larutan dengan panjang gelombang
maksimum dihitung, maka kadar larutan parasetamol dan kafein dalam kloroform
dapat ditentukan dengan rumus eliminasi. Dari hasil perhitungan, diperoleh kadar
larutan parasetamol dalam sampel adalah 179,32% dan kadar kafein dalam kloroform
dalam sampel adalah 143,7%.
Absorbtivitas molar pada larutan parasetamol yang diperoleh pada panjang
gelombang maksimum parasetamol 249,5 nm adalah 0,064 M-1cm-1 dan pada panjang
gelombang maksimum kafein dalam HCl 272,5 nm adalah 0,0134 M-1cm-1.
Absorbtivitas molar pada larutan kafein yang diperoleh pada panjang gelomang
maksimum 249,5 nm adalah 0,0403 M-1cm-1 dan pada panjang gelombang maksimum
kafein dalam HCl 272,5 nm adalah 0,0488 M-1cm-1.
Setelah nilai absorbtivitas pada kedua larutan dengan panjang gelombang
maksimum dihitung, maka kadar larutan parasetamol dan kafein dalam kloroform
dapat ditentukan dengan rumus eliminasi. Dari hasil perhitungan, diperoleh kadar
larutan parasetamol dalam sampel adalah 134,55% dan kadar kafein dalam HCl dalam
sampel adalah 533,11%.

G. KESIMPULAN
 Panjang gelombang maksimum parasetamol adalah 249,5 nm.
 Panjang gelombang maksimum kafein dalam kloroform adalah 276,0 nm.
 Panjang gelombang maksimum kafein dalam HCl adalah 272,5 nm.
 Absorbtivitas molar pada larutan parasetamol yang diperoleh pada panjang
gelombang maksimum parasetamol 249,5 nm adalah 0,064 M-1cm-1.
 Absorbtivitas molar pada larutan parasetamol yang diperoleh pada panjang
gelombang maksimum kafein dalam kloroform 276,0 nm adalah 0,0122 M-1cm-1.
 Absorbtivitas molar pada larutan kafein yang diperoleh pada panjang gelombang
maksimum parasetamol 249,5 nm adalah 0,0423 M-1cm-1.
 Absorbtivitas molar pada larutan kafein yang diperoleh pada panjang gelombang
maksimum kafein dalam kloroform 276,0 nm adalah 0,1438 M-1cm-1.
 Kadar parasetamol dalam sampel 179,32% dan kadar kafein dalam kloroform
dalam sampel adalah 143,7%.
 Absorbtivitas molar pada larutan parasetamol yang diperoleh pada panjang
gelombang maksimum parasetamol 249,5 nm adalah 0,064 M-1cm-1.
 Absorbtivitas molar pada larutan parasetamol yang diperoleh pada panjang
gelombang maksimum kafein dalam HCl 272,5 nm adalah 0,0134 M-1cm-1.
 Absorbtivitas molar pada larutan kafein yang diperoleh pada panjang gelombang
maksimum parasetamol 249,5 nm adalah 0,0423 M-1cm-1.
 Absorbtivitas molar pada larutan kafein yang diperoleh pada panjang gelombang
maksimum kafein dalam HCl 272,5 nm adalah 0,0488 M-1cm-1.
 Kadar parasetamol dalam sampel 134,55% dan kadar kafein dalam kloroform
dalam sampel adalah 533,11%.

H. DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Ibnu Gholib., Abdul Rohman. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Rot,Hermann J.,dan Gottfried Balsschke . 1985 . Analisis Farmasi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Widjaja, I.N.K., K.W. Astuti., N.M.P. Susanti., & I.M.A.G. Wirasuta. 2008. Buku
Ajar Analisis Farmasi Fisiko Kimia. Jimbaran : Jurusan Farmasi FMIPA
Universitas Udayana.
Widjaja, I.N.K., dan N. P. L. Laksmiani. 2009. Petunjuk Praktikum Analisis Fisiko
Kimia. Jimbaran : Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai