Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Alam merupakan sumber inspirasi bagi penemuan dan

pengembangan biologicall senyawa aktif yang ampuh. Sekitar 30% dari

penjualan di seluruh dunia obat didasarkan pada produk alami. Sintesis

kimia ini agen bioaktif memberikan alternatif untuk alam sebagai

sumber senyawa yang berguna. Namun sintesis senyawa secara alami

yang terjadi adalah salah satu cara menantang bidang penelitian. Untuk

mensintesis struktural yang kompleks dari produk alami selalu

membutuhkan langkah-langkah yang panjang dan rencana yang hati-

hati mulai dari materia hingga produk final yang akan dihasilkan.

Analisis retrosynthetic/synthon pendekatan pemutusan [1,2,3]

dikembangkan oleh Noble L yg berlapis emas Prof. EJCorey dari

Harvard University, memiliki pendekatan populer untuk merancang

sintesis kimia. Strategi ini secara sistematis menyederhanakan target

molekul dengan pemutusan ikatan diulang di retrosintetik, yang

mengarah ke semakin kecil prekursor sampai diakui bahan awal

muncul.

Produk alami bantalan atom halogen yang langka dan memiliki,

secara historis, memainkan peran penting dalam penemuan dan

pengembangan agen obat terutama antifungal (anti jamur) dan kegiatan

antibakteri. Biologis seperti organo aktif halogen disintesis oleh

organisme laut, bakteriofag ria, tanaman terestrial, dan bentuk-bentuk

1
kehidupan yang lebih tinggi termasuk manusia [4]. Produk-produk ini

menampilkan fisiologis yang berbeda dan peran biokimia dalam

organisme yang dihasilkan. 'Pyrrolnitrin' (Gambar-1), yang berisi dua

karbon-c obligasi hlorine, adalah agen biokontrol yang dihasilkan oleh

se strain veral dari Pseudomonas [5]. Ini terhalogenasi metabolit bakteri

dengan semut ifungal dan kegiatan anti bakteri berfungsi sebagai

struktur fungisida sintetik. beberapa Pyrrolnitrin bakteri trin penghasil

dianggap promis ing biopestisida [6, 7].

Gambar-1. Pyrrolnitrin

Beberapa metodologi sintetis untuk alth 'Pyrrolnitrin' ough juga

dikutip dalam literatur, beberapa alternatif routs sintetis dan perbaikan

dalam proses yang ada adalah const antly diperlukan dalam industri

farmasi untuk mar ket pengembangan. Dalam kelanjutan dengan

kepentingan kita di perancangan sintesis produk alami, kami, di sini,

mengusulkan baik jumlah skema sintesis untuk 'Pyrrolnitri n' menjaga

pandangan mata burung pada karya-karya yang diterbitkan dalam

jurnal [8-13]. Pendekatan kami sintesis didasarkan pada synthon

2
Pendekatan pemutusan / retrosynthetic analisis suatu d pemanfaatan

diakui blok bangunan sementara desi gning rute sintetis untuk

mencapai jumlah synt nya hesis. Ini adalah sebuah karya inovatif yang

belum dilaporkan sebelumnya. Pilihan molekul ini untuk perencanaan

sintesis jelas sebagai biopestisida Organohalogen alami sangat jarang

sebuah nd sintesis dapat diragukan lagi berguna dan powerf alat ul

untuk memperoleh jumlah yang lebih tinggi dari ini produk alami nd /

atau modifikasi struktur tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara memilih sinton yang strategis untuk dipakai pada

reaksi retrosintesis pyrrolnitr?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui sinton yang strtegis untuk di pakai pada reaksi

biosintesis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Retrosintesis

Retrosintesis adalah proses pembelahan molekul target sintesis

menuju ke material start yang tersedia melalui serangkaian pemutusan

ikatan (diskoneksi) dan perubahan gugus fungsi atau interkonversi gugus

fungsional (IGF) Retrosintesis merupakan teknik pemecahan masalah

untuk mengubah struktur dari molekul target sintesis menjadi bahan-

bahan yang lebih sederhana melalui jalur yang berakhir pada suatu

material start yang sesuai dan mudah didapatkan untuk keperluan

sintesis.

Dengan cara ini, struktur molekul yang akan disintesis ditentukan

terlebih dahulu yang dikenal sebagai molekul target (MT). Selanjutnya MT

dipecah/dipotong/diputus dengan seri diskoneksi. Diskoneksi merupakan

operasi balik suatu reaksi melalui suatu pembelahan yang dibayangkan

dari suatu ikatan agar memutus molekul ke dalam material start yang

mungkin. Diskoneksi seringkali tidak mudah dilaksanakan, tetapi ikatan

yang diputuskan haruslah berhubungan dengan reaksi-reaksi yang

dipercaya serta metodenya dapat dikerjakan di laboratorium. Dari hasil

diskoneksi, akan didapatkan bahan awal (Starting Material) atau sinton

yang tersedia atau disediakan melalui suatu reaksi Interkonversi Gugus

Fungsi (IGF).

4
B. BEBERAPA ISTILAH DALAM RETROSINTESIS

1. Diskoneksi

Diskoneksi adalah pemotongan ikatan secara imaginer pemecah

molekul yang diharapkan lebih sederhana. Diskoneksi bias disebut

kebalikan dari sintesis, jika sintesis mereaksikan senyawa starting material

menjadi suatu produk senyawa baru. Proses dikoneksi dapat dilakukan

beberapa tahap hingga mendapat senyawa yang diinginkan.Apabila suatu

senyawa kimia memiliki ikatan lebih dari satu yang harus diputus, maka

harus dipilih salah satu pertimbangan:

a) Sedapat mungkin di sekitar bagian tengah molekul sehingga

didapatkan dua molekul yang seimbang.

b) Sebaiknya pada titik cabang yang lebih memberikan fragmen

berantai lurus untuk meminimalkan gangguan sterik dalam reaksi.

c) Diskoneksi untuk senyawa-senyawa aromatic secara umum

dilakukan pada gugus/ subtituennya.

d) Memilihr untutan reaksi juga harus didasarkan pada factor efisiensi

dan kelayan reaksi serat bahan baku yang digunakan.

e) Jika pada suatu senyawa aromatic terdapat dua gugus yang

berbeda, maka pemotongan ikatan berdasarkan pada reaktivitas

relatifnya. Gugus penarik elektron (deaktivasi) mendapat prioritas

pertama dalam pemutusan ikatan dan seterusnya. (Budimarwati:

2012)

5
2. InterkonversiGugusFungsi

Tahapan analisis dilakukan pengenalan gugus fungsional yang dada

pada molekul target terkait dengan keelektronegatifannya, pengaruh pada

sintesis dan penentuan diskoneksi secara langsung atau harus diubah

terlebih dahulu memalui interkonversi gugus fungsi atau IGF. Diskoneksi

dilakukan dengan cara demikan supaya senyawa dapat direaksikan

kembali sesuai dengan metode reaksi-reaksi kimia organik yang

dipercaya. Untu kmendapatkan hasil yang selektif kadang-kadang

memerlukan senyawa pelindung gugus.Beriku tmerupakancontoh

interkonverensi gugus fungsional (Stuart: 1995).

Gambar 1. Proses Interkonversi Fungsional (Stuart: 1995).

3. Sinton
Diskoneksi aromatik yang berguna lainnya adalah sinton. Sinton

merupakan fragmen ideal yang dapat atau tidak dapat terlibat dalam

reaksi, tetapi yang membantu untuk menentukan reagen-reagen yang

sesuai untuk digunakan. Reagen inilah yang disebut sebagai material

pemula, yaitu senyawa yang digunakan dalam reaksi sintesis sebagai

pengganti sinton (Stuart: 1995). Berikut merupakan mechanism

ediskoneksi

6
.

Gambar 2. Mekanismediskoneksi(Stuart: 1995).

Bila analisis lengkap, maka sinton harus digantikan oleh reagen

untuk kegunaan praktis.Untuk sinton an ionic, reagen yang sering

digunakan adalah hidrokarbon yang bersangkutan, untuk sinton kationik

reagen yang umum digunakan merupakan halide yang bersangkutan

(Stuart: 1995).

B. SINTON DALAM SENYAWA AROMATIK

Diskoneksi aromatik lainnya adalah yang berhubungan dengan

reaksi Friedel-Crafts, yang akan digunakan dalam sintesis senyawa

hawthorn blossom perfume (2). Sintesis ini merupakan sintesis satu

langkah yang berawal dari suatu eter yang tersedia.

Analisis

Sintesis :

7
Dalam reaksi Friedel-Crafts, dan dalam reaksi nirasi yang melakukan

penyerangan terhadap cincin benzena adalah kation MeCO + untuk reaksi

Friedel-Crafts, dan NO2+ untuk reaksi nitrasi. Bila dilakukan diskoneksi

suatu ikatan pada cincin aromatik, maka secara normal diharapkan tipe

reaksi ini, yaitu reaksi antara cincin aromatik yang kaya elektron dengan

suatu elektrofil. Dengan demikian dalam diskoneksi suatu ikatan pada

cincin aromatik selain dapat ditentukan ikatan mana yang terpotong, juga

dapat ditentukan dengan cara apa, yaitu secara elektronik untuk

memotongnya. Dengan demikian hasil pemotongan akan ditulis (a) dan

bukan (b), disebabkan cincin aromatik berkelakuan sebagai nukleofil dan

asam klorida sebagai elektrofil.

Fragmen (i), (ii), (iii), dan (iv) merupakan sinton, yaitu merupakan

fragmen ideal yang dapat atau tidak dapat terlibat dalam reaksi, dan

dapat membantu kita untuk menentukan reagen-reagen mana yang dapat

digunakan. Fragmen (i) merupakan zat antara intermediet dalam sintesis,

sedangkan fragmen (ii) bukan merupakan zat antara. Dalam analisis

8
lengkap, sinton haru digantikan oleh reagen untuk kegunaan praktis.

Untuk sinton anionik, reagen sering merupakan hidrokarbon yang

bersangkutan, untuk sinton kationik reagen sering merupakan halida yang

bersangkutan.

Reaksi alkilasi Friedel-Crafts juga merupakan reaksi yang berhasil

guna, terutama dengan halida tersier. Sebagai contoh diskoneksi terhadap

senyawa BHT (3) (butylated hydroxytoluene = hidroksitoluena terbutilasi,

suatu antioksidan yang digunakan dalam makanan), akan dihasilkan

kation tersier butil.

Analisis:

Sebagai reagen untuk kation t-butil dapat digunakan t-butil klorida

dan AlCl3, isobutena dan asam protik, atau t-butil alkohol dan asam protik.

Sintesis:

Pada reaksi asilasi Friedel-Crafts seringkali terjadi reaksi

9
polialkilasi. Di samping itu karena melibatkan karbokation sebagai zat

antara intermediet, seringkali terjadi reaksi penataan ulang

(rearrangement reaction). Sehingga reaksi alkilasi Friedel-Craft

terhadap benzena menggunakan senyawa 1-kloro-2-metil propana

dan AlCl3 memberikan hasil campuran senyawa (4) dan (5).

Apabila ingin membuat senyawa (6) dapat ditempuh dengan

menggunakan reaksi asilasi Friedel-Crafts, kemudian mereduksi gugus

karbonil.

Apabila diinginkan menambah tepat satu atom karbon, seperti dalam

sintesis aldehida aromatik, dalam hal ini tidak dapat dilakukan dengan

menambah reagen HCOCl karena memang tidak terdapat reagen HCOCl.

Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan klorometilasi

menggunakan CH2O + HCl + ZnCl2 memberikan gugus CH2Cl yang

dengan mudah dapat dioksidasi menjadi CHO (IGF). Metode lain

menambah satu atom karbon dengan satu gugus fungsional diberikan

pada tabel 1.

10
Tabel 1. Elektrofil satu atom karbon untuk sintesis senyawa aromatik
H x
X+
R R

X Reage Reaksi
n
CH2Cl CH2O + HCl + ZnCl2 Klorometilasi
CHO CHCl2 + HO- Reimer-Tiemenn
Me2N=CH-OPOCl2 Formilasi Vilsmeir Haack
(Me2NCHO + POCl3)
CO + HCl + AlCl3
Zn(CN)2 + HCl

Senyawa piperonal (7) yang merupakan senyawa parfum dapat

dibuat dengan metode menambahkan satu atom karbon ke cincin

aromatik.

Analisis:

Sintesis:

Reaksi substitusi elektrofilik aromatik yang lain, misalnya reaksi

nitrasi memasukkan gugus NO2, reaksi halogenasi memasukkan Cl atau

11
Br secara langsung ke cincin aromatik. Reagen untuk reaksi substitusi

elektrofilik aromatik diberikan pada tabel 2.

Tabel 2. Reagen untuk reaksi substitusi elektrofilik aromatik


H X
X+
R R

Sinton Reage Reaksi


n
R+ RBr + AlCl3 Alkilasi Friedel-Crafts
ROH + H+
Alkena + H+
RCO RCOCl + Alkilasi Friedel-
+
AlCl3 HNO3 + Crafts Nitrasi
NO2+ H2SO4 Klorinasi
Cl+ Cl2 + Brominasi
Br+ FeCl3 Br2 Sulfonasi
+SO OH
2 + Fe Klorosulfona
+SO Cl
2 H2SO4 si
ArN2+ ClSO2OH Koplingdiazo
ArN2+

Reaksi samping senyawa aromatik yang lain dapat ditambahkan

dengan baik oleh IGF. IGF rantai samping senyawa aromatik dapat

dilakukan dengan reaksi oksidasi, reduksi, dan substitusi. Beberapa

contoh perubahan rantai samping senyawa aromatik oleh IGF disajikan

pada tabel 3.

12
Y X

R R

Y X Reage
n
Reduksi
-NO2 -NH2 H2, Pd, C
Sn, HCl
-COR -CH(OH)R pekat
-COR -CH2Cl NaBH4
Misalnya Zn/Hg, HCl pekat
Oksidasi
-CH2Cl -CHO
-CH2R -CO2H Heksami
-CH3 n KMnO4
-COR -OCOR
RCO3H
Substitusi
-CH3 -CCl3
-CCl3 -CF3 Cl2,
-CN -CO2H PCl5
SbF5
HO- , H2O
Tabel 3. Perubahan rantai samping senyawa aromatik dengan IGF

13
BAB III

PEMBAHASAN

Struktur dan informasi mengenai 'Pyrrolnitr di sebagai agen antijamur

alami telah Collecte d dari berbagai buku [14-17]. perencanaan sintesis

yang diusulkan adalah kemudian dieksploitasi dengan cara baru dari hasil

re trosynthetic analisis struktur produk alami menggunakan bas Prinsip ic

diuraikan dalam merintis bekerja dari Pr dari. EJ Corey. Istilah, singkatan

dan simbol yang digunakan selama sy nthesis perencanaan adalah sama

dengan yang diwakili dalam buku-buku [18-24]. Analisis-sintesis skema

menjadi theor proposisi etical, jelas sintesis memiliki n ot pernah

dieksekusi di laboratorium. Sebagian retrosynthe yang skema sis telah

diturunkan taking ke akun sintesis sebelumnya dilakukan untuk persiapan

sebagai ditemukan dari diff literatur erent. Pelaksanaan laboratorium yang

sebenarnya membutuhkan salib pemeriksaan sejumlah besar faktor

sebagai reagen, reaksi, urutan peristiwa, ekonomi al viability,

environmental benign, saftyness, short time and sca lable synthesis.

14
RETROSINTESIS 1

15
SINTESIS 1

2-Nitro-3-Chloroacetophenone (13) membentuk oxime yang

sesuai dan kemudian oksimetosilat (12) pada pengobatan denganNH2OH

diikuti oleh TsCl / Na2CO3. Pengaturan ulang neber dari (12)

menghasilkan keton amino (11)kondensasi dikatalisasi dari keton amino

dengan etil asetoasetat (10) membentuk senyawa biaryl (7) dengan cincin

benzena yang tersubstitusi secara tepat melalui zat antara (9). Reaksi

Mannich dari (7) dengan formaldehyde (6) dan a20 amina membentuk

turunan 5-N, N-dimetil aminometil (5). Turunan methiodide dari (5) pada

tahap berikutnya reduksi dengan NaBH4 menghasilkan pirol aril

tersubstitusi 3-karboksilat (4). Hidrolisis etil ester ini dengan kon. H2SO4

16
menghasilkan asam karboksilat yang sesuai (3). Klorinasi (3) dengan

sulfurylchloride dan hidrolisis selanjutnya menawarkan 3-chloro-4- (3'-

chloro-2'-nitrophenyl) -pyrrole-2, 5-dicarboxylic acid (1). Decarbaxyletion

dari dicarboxylic ini asam menghasilkan Pyrrolnitrin (TM).

17
BAB IV

KESIMPULAN

Pendekatan pemutusan synthon / Analisis retrosintetik adalah teknik

untuk memecahkan masalah dalam perencanaan sintesis organokimia.

Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan strategi sintetik baru dan

inovatif secara logis cara untuk mendesain, melaksanakan dan

mengembangkan sintesis baru atau peningkatan dalam proses yang ada.

Itu adalah kertas olahraga; analisis penuh dari tipe ini akan memberikan

banyak rute untuk mensintesis molekul target. Sebagai konsekuensi dari

pendekatan ini, kami telah mengusulkan sejumlah skema analisis-sintesis

yang baik untuk agen antijamur alami ‘Pyrrolnitrin. Rute sintetik yang

dapat diukur untuk produk alami, farmasi, dan senyawa bermanfaat yang

sangat menakutkan tidak tersedia dalam jumlah yang memadai dari

sumber daya alam paling baik disediakan dengan pendekatan ini. Melalui

Synthon pendekatan pemutusan dan dengan penerapan reaksi sintetis

baru dan reagen yang dikembangkan di dalam komunitas akademik,

sekarang saatnya untuk memikirkan kembali sintesis produk alami bioaktif

untuk peningkatan proses yang ada untuk kesuksesan komersial mereka.

18
DAFTAR PUSTAKA

EJ Corey. Pure. Appl. Chem., 1967, 14 (1) 19-38.


GW Gribble. J. Chem. Educ., [4.] GW Gribble. J. Chem. Educ., 2004, 81,
(10). 2004, 81, (10).
S Kirner; PE Hammer; et.al. J. Bacteriol., 1998, 180 (7), 1939-1943. J.
Bacteriol., 1998, 180 (7), 1939-1943. J. Bacteriol., 1998, 180 (7),
1939-1943.
R Nyfeler; P Ackermann. Synthesis and Chemistry of Agrochemicals III,
Research ervices Plant Protection, of Agrochemicals III, Research
ervices Plant Protection, Agricultural Division, Ciba-Geigy Ltd., 4002
Basel, Switzerland, 1992. Switzerland, 1992.
M Morrison; GR Schonbaum. Annu. Rev. Biochem., 1976, 45, 861-888.
1976, 45, 861-888.
GC Porretta ; M Biava ; R Fioravanti [8] GC Porretta ; M Biava ; R
Fioravanti [8] GC Porretta ; M Biava ; R Fioravanti [8] GC Porretta ;
M Biava ; R Fioravanti
H Nakano; S Umio,et al. Chem.Pharm. Bull., 1969, 17(3), 567-575. 1969,
17(3), 567-575.
DM Matthew; JH Jason; AP Derek., Org. Lett., 2009, 11(5), 1051-1054.
11051 [13] J M Ligon; DS Hill; et.al. US Pat. [13] J M Ligon; DS Hill;
et.al. US Pat. [13] J M Ligon; DS Hill; et.al. US Pat. 1998, 5817502 A.
1998, 5817502 A.
K Nakanishi; T Goto; S Itô. Natural Products C hemistry (Vol-II). Academic
Press Inc, London, 1975, 470. 1975, 470. [15] G T Brooks, T
Roberts. Pesticide Chemistry and Bioscience: The Food-Enviro
nment Challenge. Elsevier, 1999, 181.
L Mander, H-W Liu. Comprehensive Natural Produ cts II: Chemistry and
Biology Vol-II,Newnes, 2010, 479. 2010, 479. [17] D K Arora.Fungal
Biotechnology in Agricultural , Food, and Environmental Applications.
CRC Press, 2003, 206. [18] EJ Corey; XM Chang. The Logic of
Chemical Synthesis. Wiley, New York, 1989.
S Warren. Designing Organic Synthesis: A Programme Introducti [19] S
Warren. Designing Organic Synthesis: A Programme Introducti on to
Synthon Approach. John Wiley and Sons, New York, 1978. Sons,
New York, 1978.
J Clayden, N Greeves, S Warren, P Wothers. Retrosynthetic Analysis In
Organic Chemistry. Oxfor d University Press Inc., New York, 2001,
773-778. 2001, 773-778. 2001, 773-778.
LS Starkey. Introduction to Strategies for Organic [23] LS Starkey.
Introduction to Strategies for Organic Synthesis. John Wiley and
Sons Inc, New Jercy, 2012.
J-H Fuhrhop, G Li.Organic Synthesis: Concepts and Methods.Wiley-VC
GmbH and Co.KGaA, 2003.
B L Bray; P H Mathies; JM Muchowski, et.al. J. Org. Chem. 1990, 55,
6317–6328. 1990, 55, 6317–6328

19

Anda mungkin juga menyukai