TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Merokok
1. Definisi Rokok
daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya
bahan kimia berbahaya, hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok
saja, dapat memproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya
menyebabkan kanker. Rokok juga masuk ke dalam zat adiktif karena dapat
yang menghisap rokok. Rokok dengan kata lain termasuk golongan NAPZA
(Narkoba, Psikotropika, Alkohol, dan Zat adiktif) (Rossa Larasati et al., 2018)
2. Kandungan Rokok
sebagai berikut:
a. Tar
Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat
asap rokok dan bersifat karsinogen yang dapat merusak paru-paru dan
menyebabkan kanker. Saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut
sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan
b. Nikotin
Nikotin paling sering dibicarakan dan diteliti orang. Zat ini dapat meracuni
pemakaianya.
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan. Kadar gas
karbon monoksida dalam darah seorang bukan perokok yaitu kurang dari 1%.
Sebatang rokok menghasilkan timah hitam sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok
hitam. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh
adalah 20 ug perhari.
ketika merokok individu melakukan suatu aktivitas yang nampak yaitu menghisap
asap rokok yang dibakar kedalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar
((Gede Purnawinadi & Angelia Baureh, 2019) . Perilaku merokok juga merupakan
suatu aktivitas atau tindakan menghisap gulungan tembakau yang tergulung kertas
yang telah dibakar dan menghembuskannya keluar tubuh yang bertemperatur
900C untuk ujung rokok yang dibakar, dan 300C untuk ujung rokok yang terselip
diantara bibir perokok, dan menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang lain
di sekitar perokok, serta dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok maupun
aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau
rokok yang dilakukan secara menetap dan terbentuk melalui empat tahap yakni:
4. Tipe merokok
yang merokok jika sehari saja tidak merokok rasanya tidak mengenakan.
rokok orang lain yang kebetulan berada disekitarnya. Meskipun perokok pasif
tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki risiko penyakit yang sama halnya
Perilaku merokok berkaitan dengan masa mencari jadi diri pada remaja.
c. Tempat merokok
orang lain, oleh karena itu mereka sering melakukan kebiasaan merokok di
1) Kelompok heterogen, yaitu mereka yang merokok di tengah orang lain yang
tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll. Merokok ditempat
2) Kantor atau di kamar tidur pribadi, dimana orang yang merokok memilih
berfantasi.
a. Orang tua
Terdapat salah satu temuan tentang remaja perokok yaitu bahwa remaja
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anaknya dan memberikan hukum fisik yang keras
dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.
Salah satu hal yang paling kuat pengaruhnya adalah apabila orang tua
pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent)(Tregobov et
al., 2020)
b. Teman sebaya
c. Kepribadian
disebabkan oleh kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri dengan mudah dan
d. Iklan rokok
Iklan yang dilihat dimedia massa dan elektronik memaparkan bahwa orang
sasaran iklan rokok. Iklan yang ditampilkan oleh industri rokok sangat kuat
8. Dampak Merokok
rokok dapat mengakibatkan perubahan struktur serta fungsi saluran napas dan
jaringan paru-paru. Saluran napas besar, sel mukosanya membesar (hipertrofi) dan
bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, akan terjadi
peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Nikotin mengganggu sistem
bahan lainnya dalam asap rokok telah terbukti merusak endotelium (dinding
dalam pembuluh darah) dan mempermudah 35 penggumpalan darah (Tregobov et
al., 2020)
dengan yang bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan
trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.
penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan
yang bukan perokok. Seiring dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang di
2020)
sinergis dengan faktor lainya, seperti hipertensi dan kadar lemak atau gula darah
pembuluh darah perifer yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena
ekstremitas bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok
stroke, selain itu merokok juga mengakibatkan gangguan pola tiudr salah satunya
insomnia karena zat yang terkandung dalam rokok membuat individu merasa
disingkat dengan TPB merupakan pengembangan lebih lanjut dari TRA. Seperti
pada teori TRA, faktor inti dari TPB adalah niat individu dalam melakukan
mempengaruhi suatu perilaku. Secara umum, semakin kuat niat untuk terlibat
Ajzen (1991) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu persepsi
individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukan
atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan
norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat
(control belief)
melakukan suatu perilaku tertentu. Belief dipengaruhi oleh beberapa faktor latar
belakang individu, antara lain yaitu faktor personal yang meliputi (nilai, emosi,
dan kognisi), faktor sosial yang meliputi (usia, jenis kelamin, ras, budaya,
timbul karena adanya intensi/ niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat
a. Behavioral belief, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku
to comply).
saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari
control atau kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam (Madden et al., 1992)
a. Intensi
seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan seberapa besar usaha yang
terdiri atas 2 hal, yaitu pengukuran isi (content) dan kekuatan (strength). Isi
dari intensi diwakili oleh jenis tingkah laku yang akan diukur, sedangkan
tidak suka. Sikap dipandang sebagai sesuatu yang afektif atau evaluatif.
Konsep sentral yang menentukan sikap adalah belief. Menurut Ajzen (1991)
dengan atribut terkait. Sikap seseorang terhadap suatu objek sikap dapat
atribut tersebut (behavioral belief). Atau dengan kata lain, dalam theory of
planned behavior sikap yang dimiliki seseorang terhadap suatu tingkah laku
c. Subjective norm
orang lain terhadap suatu tindakan, atau persepsi individu tentang apakah
perilaku seseorang dan memiliki harapan pada orang tersebut, dan sejauh
mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. Jadi, dengan kata lain
bahwa norma subjektif adalah produk dari persepsi individu tentang belief
yang dimiliki orang lain. Orang lain tersebut disebut referent, dan dapat
merupakan orang tua, sahabat, atau orang yang dianggap ahli atau penting
(Ajzen, 1991)
akan memiliki intensi yang kuat, meskipun ia bersikap positif, dan didukung
Perilaku merokok sangat erat hubungannya dengan intensi atau niat yang
menjadi dasar dari perilaku tersebut. Ketika seseorang akan melakukan sesuatu,
ada niat atau intensi untuk melakukan perilaku tersebut. Konsep theory of planned
behavior dapat mengkaji perilaku yang berkaitan dengan psikologi kesehatan yang
tujuannya untuk memprediksikan perilaku individu yang didasarkan pada
intensinya. Ketika seseorang tidak memiliki niat untuk mencapai sesuatu perilaku,
maka perilaku tersebut tidak akan muncul atau direalisasikan. Intensi berhenti
merokok merupakan sebuah perilaku yang bertujuan untuk kesehatan secara fisik,
ketika individu memiliki intensi yang didalamnya terdapat sikap, norma subyektif,
muncul.
besar individu akan melakukan perilaku tertentu. Ajzen menyatakan bahwa intensi
merupakan suatu tanda kesiapan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan
suatu perilaku tertentu. Semua perilaku termasuk juga perilaku merokok, didasari
atau niat (intensi) perilaku adalah sejauh mana seseorang dengan sadar membuat
rencana untuk mau atau tidaknya melakukan suatu perilaku tertentu di masa yang
akan datang.
behavior, intensi adalah berfungsinya tiga faktor penentu dasar, yaitu faktor
individu tersebut, pengaruh dari sosial, dan yang ketiga berkutat pada masalah
kontrol. Faktor individu adalah sikap individu terhadap perilaku. Sikap adalah
tentang tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang
hambatan dan kekuatan yang dimiliki individu untuk melakukan sesuatu. Ajzen
hasil apa yang akan muncul dan didapatkan dari perilaku dan evaluasi dari hasil
attitude toward the behavior yang muncul. Selanjutnya, normative beliefs, yaitu
keyakinan mengenai ekspektasi secara normatif dari orang lain dalam lingkungan
dan movitasi untuk memenuhi harapan tersebut. Normative beliefs ini akan
intensi. Prediktor pertama yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward the
behavior) yang berkaitan dengan perilaku ini ditentukan oleh keyakinan tentang
konsekuensi apa yang dihayati yang terdapat pada suatu perilaku atau secara
didapatkan jika individu melakukan perilaku atau tidak. Keyakinan ini akan
perilaku juga mengarah pada suka atau tidak suka terhadap suatu perilaku itu, baik
atau buruk, apakah seseorang mau menjalaninya atau tidak. Prediktor selanjutnya
adalah norma subjektif (subjective norm) yang merupakan persepsi individu pada
(Ajzen, 1991)
individu melakukan sesuatu. Persepsi ini sifatnya subjektif sehingga dimensi ini
fungsi dari keyakinan individu terhadap perilaku yang akan dilakukan (behavioral
belief) maka norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan individu yang
control) yang merupakan persepsi yang dirasakan individu mengenai mudah atau
keyakinan individu yang relatif stabil dalam segala situasi. Persepsi terkait kontrol
perilaku dapat berubah yang sesuai dengan situasi dan jenis perilaku yang akan
C. Konsep Insomnia
1. Definisi Insomnia
tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan selama 1 bulan atau lebih dan keadaan
sulit tidur ini harus menyebabkan gangguan klinis yang signifikan (Fuad Nashori &
Etik Dwi Wulandari, 2017). Insomnia merupakan persepsi yang tidak adekuat dari
kualitas dan kuantitas tidur dan merupakan keluhan paling umum dari gangguan
kesulitan untuk tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur,
sering terbangun di malam hari, dan bangun terlalu pagi. Insomnia adalah
gangguan tidur yang menyebabkan penderitaanya sulit tidur, atau tidak cukup
a) Faktor Lingkungan
1) Tempat tinggal
1) Mengonsumsi alcohol
2) Mengonsumsi kopi
3) Mengonsumsi teh
4) Merokok
sebelum tidur
insomnia.
1) Memiliki kondisi medis tertentu (lesi otak, tumor otak, stroke, gerd,
alzheimer, parkinson)
psikotik)
2) Stress
3. Klasifikasi Insomnia
a) Insomnia Akut
keadaan stress terhadap pekerjaan maupun masalah hidup atau gagal ujian,
tetapi tidak disertai komplikasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari –
b) Insomnia Kronik
Pada kebanyakan subjek normal lamanya tidur biasanya lebih dari 6 jam,
sedangkan pada penderita insomnia umumnya tidur lebih sedikit dari itu,
penggunaan medsos dalam waktu lama akan membuat jam tidur berkurang (Lee et
al., 2021)
Gejala ini mengacu pada kualitas tidur, kebanyakan dari subjek normal
tidurnya dalam, akan tetapi pada insomnia mengakibatkan tidur dangkal (Lee et
al., 2021).
Orang normal biasanya dapat jatuh tidur dalam waktu 5 sampai 15 menit,
namun para insomnia biasanya lebih lama dari 15 menit bahkan kadang sampai 60
kadang-kadang mereka terbangun satu sampai dua kali tetapi pada penderita
insomnia biasanya terbangun selama lebih dari tiga kali dan melanjutkan
Pada orang normal merasa segar setelah tidur di malam hari, sedangkan
pada penderita insomnia seperti pengguna media sosial dalam waktu lama
biasanya bangun tidur tidak segar atau lesu, hal ini disebabkan karena kebutuhan
5. Dampak Insomnia
lain-lain. Selain itu dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, serta dampak
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
harapan hidup atau karena high arousal state. Selain itu, orang yang menderita
D. Konsep Pekerja
1. Definisi Pekerja
Pekerja adalah tenaga yang bekerja didalam maupun luar hubungan kerja
dengan alat produksi utama dalam proses produksi baik fisik maupun pikiran
(Syariffudin & Parma, 2020). Pekerjaan secara umum di definisikan sebagai sebuah
kegiatan aktif yag dilakukan oleh manusia. Istilah pekerjaan digunakan untuk
suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya yang bernilai imbalan
2. Jenis-Jenis Pekerja
a) Pekerja harian yaitu buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja
b) Pekerja kasar yaitu buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak
g) Pekerja terlatih yaitu terlatih yaitu buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan
tertentu
a) Gangguan tidur
biasanya diakibatkan oleh pergantian shift dari pagi, siang, dan malam. Gangguan
tidur berhubungan dengan terganggunya ritme sirkadian atau jam biologis tubuh.
Tidak hanya pekerja yang mendapat shift malam, orang yang diharuskan mulai
bekerja dari subuh juga dapat mengalami gangguan tidur. Selain itu pekerja pabrik
2018)
b) Stress
Bagi pekerja pabrik sumber stres dapat berasal dari banyak aspek,
misalnya pekerjaan yang monoton dan begitu-begitu saja, merasa tidak punya
kendali atas pekerjaan dan tidak memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan,
kehilangan pekerjaan, bayaran yang rendah tetapi tuntutan kerja yang tinggi, tidak
duduk dalam jangka waktu panjang dengan posisi tubuh yang buruk. Jika
atau memutar secara tiba-tiba dan tak terduga bisa memberikan tekanan yang
E. Orsinalitas Penelitian
Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Academic Press Inc, 50, 179–211.
Astuti, Barinda, Hidayat, Wathan, & D, L. (2018). Smoking Behavior among Male
Adolescent on Private Junior High Schools in Depok. Arkesmas, 3(2), 12.
Brook, J. S., Zhang, C., Rubenstone, E., & Brook, D. W. (2015). Insomnia in adults:
The impact of earlier cigarette smoking from adolescence to adulthood. Journal
of Addiction Medicine, 9(1), 40–45.
https://doi.org/10.1097/ADM.0000000000000083
Doornenbal, B. M., & Spisak, B. R. (2021). The asymmetric relationship between
smoking and sleep: Longitudinal findings from Dutch panel data. Population
Medicine, 3, 1–5. https://doi.org/10.18332/popmed/142891
Fuad Nashori, & Etik Dwi Wulandari. (2017). Psikologi tidur dari segi kualitas tidur
hingga insomnia. Universitas Islam Indonesia Press.
Gede Purnawinadi, I., & Angelia Baureh, M. (2019). HUBUNGAN ANTARA
JUMLAH ROKOK YANG DI KONSUMSI DENGAN INSOMNIA PADA
ORANG DEWASA. Nutrix Journal, 3(1).
Hägg, S. A., Ljunggren, M., Janson, C., Holm, M., Franklin, K. A., Gislason, T.,
Johannessen, A., Jõgi, R., Olin, A. C., Schlünssen, V., & Lindberg, E. (2020).
Smokers with insomnia symptoms are less likely to stop smoking. Respiratory
Medicine, 170. https://doi.org/10.1016/j.rmed.2020.106069
Hattatoğlu, D. G., Aydin, Ş., & Yildiz, B. P. (2021). Does smoking impair sleep
hygiene? Arquivos de Neuro-Psiquiatria, 79(12), 1123–1128.
https://doi.org/10.1590/0004-282X-ANP-2020-0578
Hawkins, F., Gill, N., Taylor, V. C., Thompson, D., & Bell, S. (2021). Examining The
Relationship Between Smoking Cigarettes and Experiences of Sleep
Disturbances. Jpurnal of Prince George Community, 3(2).
Hu, N., Wang, C., Liao, Y., Dai, Q., & Cao, S. (2020). Smoking and Incidence of
Insomnia: a systematic review and meta-analysis of cohort studies. Reseach
Square. https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-27889/v4
Kasmad, R., & Husnul, D. (2020). The Relationship of the Insomnia Degree With
Smoking Habit Overtraining. Atlantis Press, 481, 227–229.
Lee, J., Hong, Y., & Lee, W. (2021). Prevalence of insomnia in various industries and
associated demographic factors in night-shift workers using workers’ specific
health examination data. International Journal of Environmental Research and
Public Health, 18(13). https://doi.org/10.3390/ijerph18136902
Liao, Y., Xie, L., Chen, X., Kelly, B. C., Qi, C., Pan, C., Yang, M., Hao, W., Liu, T., &
Tang, J. (2019). Sleep quality in cigarette smokers and nonsmokers: Findings
from the general population in central China. BMC Public Health, 19(1).
https://doi.org/10.1186/s12889-019-6929-4
Madden, T. J., Ellen, P. S., & Ajzen, I. (1992). A Comparison of the Theory of Planned
Behavior and the Theory of Reasoned Action. Personality and Social Psychology
Bulletin, 18(1), 3–9. https://doi.org/10.1177/0146167292181001
Meini, J., Kairupan, A., Rottie, J. v, Malara, R. T., Studi, P., Keperawatan, I.,
Kedokteran, F., Sam, U., & Manado, R. (2019). HUBUNGAN MEROKOK
DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1
REMBOKEN KABUPATEN MINAHASA. Ejournal Keperawatan (e-Kp), 4(1).
Rossa Larasati, E., Saraswati, W., Utami Setiawan, H., Sabila Rahma, S., Gianina, A.,
Alicia Estherline, C., Nurmalasari, F., Nabiela Annisa, N., Septiani, I., &
Nugraheni, G. (2018). Motivasi Berhenti Merokok pada Perokok Dewasa Muda
Berdasarkan Transtheoretical Model (TTM). Jurnal Farmasi Dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 5(2), 85.
SAI, X. Y., CHEN, Q., LUO, T. G., SUN, Y. Y., SONG, Y. J., & CHEN, J. (2020).
Analysis of Factors Influencing Insomnia and Construction of a Prediction Model:
A Cross-sectional Survey on Rescuers. Biomedical and Environmental Sciences,
33(7), 502–509. https://doi.org/10.3967/bes2020.067
Setyoutomo, I. (2018). Suatu Tinjauan tentang Tenaga Kerja. Journal The WINNERS,
6(1), 83–93.
Syariffudin, M., & Parma, I. P. G. (2020). DAMPAK LINGKUNGAN KERJA
SERTA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KINERJA
KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI. Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 2(2).
Tregobov, N., Poureslami, I., Shum, J., Aran, N., McMillan, A., & Mark FitzGerald, J.
(2020). Assessing factors influencing smoking and smoking cessation within
Chinese communities in the Greater Vancouver Area: A qualitative exploratory
study. Tobacco Prevention and Cessation, 6, 1–14.
https://doi.org/10.18332/tpc/126631
Widiyaningsih, D., & Setyowati, R. (2021). Peran Tenaga Kesehatan Dan Dukungan
Keluarga Terhadap Pengendalian Perilaku Merokok Lansia Perempuan Di Dieng
Plateau The Role Of Health Personnel And Family Support On Smoking Behavior
Control In Women Elderly In Dieng Plateau Sekolah Tinggi Ilmu Kesehat.
Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr Soetomo, 7(1), 20–29.
Yeyen, P. E., & S, W. (2019). Action Situation Perilaku Merokok Di Kawasan Tanpa
Rokok Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah.