Anda di halaman 1dari 76

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 KONSEP DASAR KELUARGA


1.1.1 Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga secara tradisional yang dikemukakan oleh
U.S.Census Bureau (2005): “Suatu keluarga terdiri dari dua orang atau lebih
dengan salah satu diantaranya merupakan kepala keluarga, yang dihubungkan
melalui keturunan, pernikahan, atau adopsi dan tinggal pada tempat atau rumah
yang sama”.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 Tahun 2009,
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, isteri
atau suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
Anak yang dimaksudkan dalam pengertian ini adalah anak yang belum
menikah. Apabila ada anak yang sudah menikah dan tinggal bersama suami/istri
atau anak-anaknya, maka anak tersebut dapat menjadi keluarga tersendiri
(keluarga lain atau keluarga baru). Selain itu, juga terdapat definisi khusus
untuk keluarga, yaitu satuan individu atau seseorang yang tidak diikat dalam
hubungan keluarga, hidup dan makan serta menetap dalam satu rumah,
misalnya seseorang atau janda atau duda sebagai anggota keluarga sendiri, atau
dengan anak yatim piatu dan lain-lain (BKKBN, 2011).
Definisi sosial untuk keluarga yaitu merupakan sekelompok orang yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang berinteraksi dan
berkomunikasi dalam peran sebagai suami , isteri, ayah, ibu, anak, saudara, dan
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga
(Duvall dan Logan, 1986 dalam setiawati, 2008). Fitzpatrick (2004) dalam
lestari (2012) membagi definisi keluarga menurut tiga sudut pandang, yaitu
struktural, fungsional, dan transaksional. Definisi secara struktural didasarkan
pada kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga seperti orang tua, anak,
dan kerabat lainnya. Definisi secara fungsional difokuskan pada terpenuhinya

1
tugas-tugas keluarga dan fungsi psikososial. Definisi secara transaksional
difokuskan pada cara keluarga melaksanakan fungsinya.
Definisi keperawatan tentang keluarga dipengaruhi keterlibatan
personal diri perawat dengan keluarganya sendiri dan pengalaman klinis. Oleh
karena itu, sangat disarankan agar perawat tidak menggunakan nilai-nilai yang
ada pada dirinya saat memberikan asuhan keperawatan pada keluarga binaan.
Umumnya perawat menggunakan definisi keluarga yang merujuk pada dua atau
lebih individu yang saling tergantung satu sama lain dan memberi dukungan
secara emosional, fisik dan atau keuangan (Hanson, 2005). Namun demikian,
perawat perlu mengadopsi dan bekerja bersama keluarga dengan definisi yang
lebih luas. Hal-hal yang menjadi bukti penting keluarga sebagai unit terkecil
masyarakat dapat dijelaskan bahwa keluarga terbentuk untuk memenuhi tujuan
penting yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat dan memenuhi kebutuhan
anggota keluarga (Friedman et al, 2003). “Unit dasar (keluarga) yang kuat
memengaruhi perkembangan individu yang dapat menentukan kesuksesan atau
kegagalan hidup individu tersebut” (Friedman et al, 2003). Keluarga adalah
“penyangga” antara individu dan masyarakat. Keluarga memenuhi kebutuhan
individu melalui penyediaan kebutuhan dasar (makanan, tempat tinggal,
pakaian, dan kasih sayang). Pembentukan keluarga merupakan upaya
pemberian dukungan pada pasangan dalam keluarga dengan memenuhi
kebutuhan afektif, seksual, dan sosioekonomi. Bagi anak, keluarga adalah guru
pertama, karena keluarga yang akan mengenalkan anak pada peraturan sosial
dan memperkenalkan nilai-nilai budaya dan kehidupan untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak (Nies, Marry A & McEwen,
Melanie, 2019).

1.1.2 Tipe Keluarga


Keluarga memiliki beberapa macam tipe yang dibedakan menjadi
keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu:
1.1.2.1 Keluarga tradisional
1. The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri
dari suami, istri, dan anak.
2. The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri
yang hidup dalam satu rumah tetapi tanpa anak.
3. Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang
sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
4. The childless family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya.
Penyebabnya adalah karena mengejar karir atau pendidikan yang
terjadi pada wanita.
5. The extended family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai paman, bibi, orang tua (kakek-nenek),
keponakan, dan lain sebagainya.
6. The single parent family (keluarga duda atau janda), yaitu
keluarga yang terdiri dari satu orang tua bisa ayah atau ibu.
Penyebabnya dapat terjadi karena proses perceraian, kematian,
atau bahkan ditinggalkan.
7. Commuter family, yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja
di kota yang berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota
keluarga dapat berkumpul bersama di salah satu kota yang
menjadi tempat tinggal.
8. Multigenerational family, yaitu keluarga dengan generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti
tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang serta pelayanan bersama. Seperti
menggunakan dapur, kamar mandi, televisi, atau telepon
bersama.
10. Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau
janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
11. The single adult living alone/ single adult family, yaitu keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti perceraian atau
ditinggal mati.
1.1.2.2 Keluarga Non Tradisional
1. The unmaried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua tertama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The stepparent family, yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune family, yaitu keluarga dengan beberapa pasangan
keluarga dengan anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara,
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4. The nonmarital heterosexual cohabiting family, yaitu keluarga
yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5. Gay and lesbian families, yaitu keluarga dengan seseorang yang
mempunyai persamaan jenis kelamin yang hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
6. Cohabiting couple, yaitu keluarga dengan orang dewasa yang
hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu.
7. Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa orang
dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang
merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu, termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
8. Group network famili, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh
aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9. Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara untuk waktu sementara.
10. Homoeless family, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11. Gang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasandan
kriminal dalam kehidupannya.
12. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami atau istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan
anak-anaknya, baik itu bawaan dari pernikahan lama maupun
hasil dari pernikahan baru, satu atau keduanya dapat bekerja di
luar rumah.
13. Middle Age atau Agin Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah kedua-duanya bekerja
di rumah, anak-anak meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan atau meniti karier.
14. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja di rumah.
15. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau
diluar rumah.
16. Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
17. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
18. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
19. Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
20. Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
21. Communal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
22. Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
23. Unmarried Parent And Child
Yaitu ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi.
24. Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
kawin.
25. Gay And Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.
(Widyanto, 2014).

1.1.3 Fungsi Keluarga


Terdapat lima fungsi keluarga yaitu fungsi ekonomi, fungsi reproduksi
, fungsi sosialiasi, fungsi afektif, dan fungsi perawatan kesehatan (Stanhope &
Lancaster, 2012). Keluarga di Indonesia masih memegang fungsi tradisional
dalam menjalankan fungsi keluarga.
1.1.3.1 Fungsi Ekonomi
Menurut Stanhope dan Lancaster (2012) pendapatan keluarga
merupakan faktor yang sangat penting dan harus tersedia di dalam
keluarga. Fungsi ekonomi keluarga berkaitan juga dengan pola
konsumsi keluarga, pengelolaan keuangan, penyediaan perumahan,
asuransi, dana pensiun dan tabungan. Ekonomi dan keuangan
keluarga merupakan substansi terkecil yang akan memberikan
gambaran terhadap kondisi perekonomian negara secara umum.
Fungsi ekonomi keluarga ialah keluarga memperoleh sumber-
sumber penghasilan dan pengaturan penggunaan penghasilan dalam
memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga di masa depan yang dalam prosesnya fungsi
ekonomi ini mampu membagikan kerangka keluarga, misalnya ayah
sebagai pencari uang untuk kebutuhan dan ibu bertugas mengurus
anak (BKKBN, 2016).
Fungsi ekonomi keluarga mengikutsertakan penyediaan
keluarga akan sumber daya yang mencukupi baik secara finansial,
tempat tinggal, serta materi. Sumber ekonomi keluarga merupakan
hal yang relevan dengan bagaimana kemampuan sebuah keluarga
untuk mengalokasikan sumber yang tepat dan berguna untuk
memenuhi berbagai kebutuhan keluarga, contohnya kebutuhan
sandang, pangan, papan serta perawatan kesehatan yang baik.
Pendistribusian keuangan yang sesuai dilakukan melalui sebuah
proses pengambilan keputusan. Fungsi ekonomi juga berkaitan
dengan bagaimana sebuah keluarga mengatur keuangannya. Fungsi
ekonomi keluarga juga dapat merupakan perspektif yang lebih baik
mengenai berbagai nilai ekonomi yang dianut keluarga (Nies, Marry
A & McEwen, Melanie, 2019).
1.1.3.2 Fungsi Reproduksi
Keberlangsungan dan keberlanjutan populasi akan
berhubungan dengan pola dan tingkat reproduksi. Keluarga
merupakan struktur tradisional yang melibatkan terjadinya proses
reproduksi. Fungsi reproduksi bertujuan untuk melanjutkan garis
keturunan, memelihara dan membesarkan anak, serta memelihara
dan merawat anggota keluarga.
Fungsi reproduksi keluarga merupakan sebuah bentuk jaminan
keberlangsungan antar generasi keluarga dan masyarakat, yaitu
memberikan anggota baru kepada masyarakat. Pernikahan dan
pembentukan keluarga dibuat untuk mengendalikan perilaku seksual
dan reproduksi. Sampai saat ini reproduksi masih menjadi fungsi
primer keluarga yang menjadi justifikasi keberadaan keluarga. Pada
keluarga modern, keluarga diartikan dalam bentuk konteks pilihan
(siapa yang dipilih untuk menjadi bagian anggota keluarga), dengan
demikian ketika ada seorang anak lahir pada sebuah keluarga baru
yang merupakan keluarga dengan orang tua tunggal maka hal
tersebut telah menjadi hal yang umum dan dapat diterima (Nies,
Marry A & McEwen, Melanie, 2019).
1.1.3.3 Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk
menanamkan nilai-nilai yang ada di keluarga terhadap anggota
keluarga yang dimilikinya. Keluarga memiliki harapan dalam
memberikan jaminan perlindungan untuk anak-anaknya agar dapat
masuk dalam lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Fungsi
sosialisasi dimulai saat lahir dan berakhir pada saat kematian. Fungsi
sosialisasi adalah proses sepanjang hidup ketika individu secara
berkelanjutan memodifikasi perilaku mereka sebagai respons
terhadap keadaan yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Fungsi sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah keluarga
atau komunitas melalui pengalaman selama hidup mereka yang
penuh makna dan terdiri dari unsur karakteristik yang berpola secara
sosial. Selain itu fungsi sosialisasi juga dicapai dengan memberikan
kesempatan sebagai proses perkembangan atau perubahan yang
dijalani individu atau keluarga sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pemelajaran peran sosial. Sosialisasi paling sering berlangsung
secara informal dan tidak eksplisit (Nies, Marry A & McEwen,
Melanie, 2019).
1.1.3.4 Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan pembentukan struktur dan pembatas
yang menciptakan rasa memiliki antar sesama anggota keluarga dan
menciptakan identitas sebagai bagian dari keluarganya. Fungsi
afektif merupakan kemampuan keluarga dalam memelihara
lingkungan keluarga yang saling asuh atau saling menyayangi.
Fungsi afektif sebagai respons terhadap berbagai kebutuhan anggota
keluarga secara emosional. Ketika kebutuhan afektif anggota
keluarga tidak dapat terpenuhi secara adekuat, maka akan
menimbulkan tekanan dalam keluarga, gangguan kesehatan dan
kesedihan atau kesusahan dari satu atau lebih dari anggota keluarga.
Gejala disfungsi afektif dalam keluarga meliputi respons emosional
seperti marah, depresi, cemas, perilaku lalai, serta keluhan somatik
seperti penyakit-penyakit fisik pada anggota keluarga. Keadaan ini
akan menyebabkan proses menurunnya sikap positif yang dilakukan
untuk mengurangi dan memulihkan permasalahan yang ada pada
keluarga. Ketika keluarga berduka, konflik dalam keluarga
seringkali menyebabkan permasalahan dalam memenuhi kebutuhan
afektif keluarga. Selain itu kehilangan yang mendalam dan
kematian orang terdekat dapat pula memengaruhi kebutuhan afektif
keluarga (Nies, Marry A & McEwen, Melanie, 2019).
1.1.3.5 Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga merupakan tempat mempelajari konsep kesehatan,
promosi kesehatan , pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan manajemen penyakit. Friedman, Bowden, dan Jones (2003)
menyatakan bahwa fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan
fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan yang memberdayakan sumber daya keluarga dan berbasis
keluarga. Fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya
sebagai fungsi essensial dan dasar keluarga, tetapi fungsi yang
mengemban fokus sentral dalam keluarga agar keluarga berfungsi
dengan baik dan sehat. Namun pemenuhan fungsi perawatan
kesehatan untuk semua anggota keluarga dapat menjadi sulit karena
tantangan internal dan eksternal. Berbagai masalah atau kesulitan
dalam memberikan perawatan keluarga dapat berasal dari struktur
keluarga dan sistem pelayanan kesehatan. Anggota-anggota
memerlukan kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan
untuk melakukan perawatan terhadap suatu kondisi sakit. Selain itu,
sistem pelayanan kesehatan yang mudah diakses keluarga akan
mendukung keluarga memenuhi fungsi perawatan kesehatan.
Keluarga perlu mengenali sebagian besar kebutuhan untuk
melakukan perawatan kesehatan diri mereka namun juga
membutuhkan pelayanan profesional maupun pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, apotek serta asuransi kesehatan yang
mendukung fungsi keperawatan kesehatan keluarga. Selain itu,
kendala keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan pada
seluruh anggota keluarga antara lain adalah kurangnya akses ke
pelayanan kesehatan, kurang dana/pembiayaan, pendidikan, tingkat
pendapatan yang kurang sehingga kurang dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan tersedia (Nies, Marry A & McEwen, Melanie,
2019).

1.1.4 Tugas Keluarga


Tugas kesehatan keluarga merupakan tahapan kedua pengkajian
keluarga yang diperkenalkan oleh Maglaya (2009). Tugas kesehatan keluarga
menggambarkan kemampuan keluarga untuk mengenali masalah-masalah
kesehatan yang terjadi di antara anggota keluarga dan memberikan perawatan
pada anggota keluarga yang sakit. Tugas kesehatan keluarga terdiri dari lima
tugas yaitu:
1.1.4.1 Mengenali masalah kesehatan pada anggota keluarga
Keluarga-keluarga Indonesia cenderung berupaya menghilangkan
gejala yang dirasakan bila mengalami sakit dengan melakukan cara-
cara tradisional atau minum obat yang dijual bebas. Upaya untuk
memahami masalah kesehatan belum dilakukan oleh banyak
keluarga. Sering pula terjadi anggapan yang salah karena informasi
yang diperoleh secara turun-temurun atau pengaruh dari aspek
budaya, yang terjadi kurang memperhatikan perubahan kondisi
kesehatan diri.
Ketidakmampuan keluarga mengenali masalah kesehatan dapat
disebabkan oleh :
1. Kurang pengetahuan
2. Menyangkal tentang keberadaan atau keparahan penyakit
akibat rasa takut tentang konsekuensi dari diagnosis atau
masalah, misal:
a. Stigma sosial, kehilangan rasa hormat dari teman sebaya
b. Implikasi ekonomi
c. Konsekuensi fisik
d. Keadaan psikologi dan emosional
3. Perilaku atau filosofi hidup
1.1.4.2 Membuat keputusan yang berkaitan dengan upaya pengobatan
atau perawatan
Keputusan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan seringkali
terkendala karena keputusan keluarga menunggu nasehat dari orang
tua atau orang yang dituakan di dalam keluarga besar.
Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan disebabkan oleh:
1. Kegagalan mengenali sifat dan cakupan masalah
2. Rendahnya kepentingan masalah
3. Perasaan bingung dan pasrah akibat kegagalan menyelesaikan
masalah
4. Kurangnya pengetahuan
5. Ketidakmampuan memutuskan usaha dari pilihan penyelesaian
masalah
6. Konflik opini antar anggota keluarga tentang pilihan
penyelesaian masalah
7. Kurang pengetahuan tentang sumber layanan kesehatan di
komunitas
8. Ketakutan tentang konsekuensi usaha yang diambil, misal:
a. Sosial
b. Ekonomi
c. Fisik
d. Emosi dan psikologis
9. Perilaku negatif terhadap kondisi kesehatan atau masalah,
mengacu pada perilaku yang mengganggu rasional pembuatan
keputusan
10. Tidak mempunyai akses terhadap layanan kesehatan yang
sesuai, misal: terhambat secara fisik, terhambat secara finansial
11. Kurangnya rasa percaya pada tenaga kesehatan
12. Pemahaman yang salah tentang usaha atau intervensi yang akan
diberikan
1.1.4.3 Melakukan upaya perawatan untuk menghilangkan kondisi
sakit pada anggota keluarga.
Keluarga perlu mengenali berbagai kondisi yang dapat menjadi
penyebab gangguan kesehatan atau ancaman kesehatan yaitu kondisi
yang dapat menyebabkan munculnya penyakit, kecelakaan atau
kegagalan mengenali potensi kesehatan seseorang, seperti contohnya
berikut:
1. Adanya faktor risiko terkait penyakit, misal: gaya hidup, atau
sindrom metabolik
2. Ancaman infeksi silang dari penyakit menular
3. Ukuran keluarga yang melebihi sumber daya yang mampu
disediakan
4. Kecelakaan atau bahaya api, misal:
a. Tangga rapuh
b. Objek/furnitur berujung runcing, obat/racun tidak disimpan
dengan baik
c. Bahaya api
d. Bahaya jatuh
5. Kesalahan tekhnik pemberian makan atau kebiasaan makan
yang tidak sehat:
a. Asupan makanan tidak adekuat secara kualitas dan
kuantitas
b. Kelebihan asupan nutrien tertentu
c. Kebiasaan makan yang tidak sehat
d. Menyusui yang tidak efektif
e. Tekhnik pemberian makan yang salah
6. Faktor yang menimbulkan stress:
a. Hubungan pernikahan yang kaku
b. Hubungan orang tua-anak yang kaku
c. Konflik interpersonal antar anggota keluarga
d. Pemberi layanan yang merasa terbebani
7. Sanitasi lingkungan yang buruk:
a. Ruangan rumah yang sempit
b. Kurangnya tempat penyimpanan makanan
c. Suplai air yang terpolusi
d. Terdapat tempat bersarang vektor penyakit, seperti
nyamuk, kecoa, lalat dan tikus
e. Kurangnya tempat daur ulang sampah
f. Tempat pembuangan yang kurang bersih
g. Sistem drainase yang buruk
h. Ventilasi dan penerangan yang buruk
i. Polusi suara
j. Polusi udara
Ketidakmampuan keluarga mengenali ancaman kesehatan
ini dapat menyebabkan keluarga belum dapat melakukan
pencegahan dan upaya perawatan.
1.1.4.4 Pemeliharaan kesehatan pada lingkungan yang kondusif.
Keluarga diharapkan mampu melakukan pemeliharaan lingkungan di
dalam dan sekitar rumah sehingga dapat mengoptimalkan lingkungan
dalam memelihara kesehatan.
Ketidakmampuan keluarga melakukan pemeliharaan kesehatan
lingkungan dapat disebabkan oleh:
1. Sumber keluarga yang tidak memadai (kendala keuangan dan
sumber daya yang terbatas)
2. Kurangnya pengetahuan tentang sanitasi lingkungan
3. Kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit
4. Kurangnya kemampuan dalam meningkatkan lingkungan yang
sehat
5. Komunikasi tidak efektif dalam keluarga
6. Sikap negatif dalam kehidupan yang tidak kondusif untuk
pemeliharaan kesehatan dan pengembangan pribadi
1.1.4.5 Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Keluarga diharapkan memiliki pengetahuan tentang fasilitas
kesehatan di sekitar rumah dan mengunakan fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut untuk pemeliharaan kesehatan keluarga. Sikap
keluarga terhadap fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat
penting diketahui oleh perawat agar dapat mengarahkan keluarga
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang sesuai.
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan dapat menyebabkan hambatan dalam pemeliharaan
kesehatan keluarga (Nies, Marry A & McEwen, Melanie, 2019).

1.1.5 Tahap Perkembangan Keluarga


Prinsip-prinsip yang digunakan dalam melihat perkembangan keluarga
dapat dilihat melalui tugas perkembangan keluarga. Keluarga akan mampu
memenuhi tugas perkembangan yang harus diselesaikannya dengan
pemahaman terhadap tugas perkembangan keluarga.
1.1.5.1 Keluarga Pemula atau Pasangan Baru
Tahap perkawinan atau pasangan menikah saat ini berlangsung lebih
lambat. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga :
1. Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memuaskan
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
3. Merencanakan keluarga
1.1.5.2 Keluarga Menanti Kelahiran Anak
Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai bayi
berusia 30 bulan.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga :
1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).
2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
keutuhan anggota keluarga.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek-nenek.
1.1.5.3 Keluarga dengan Anak Usia Pra Sekolah
Tahap perkembangan ini siklus kehidupan keluarga dimulai ketika
anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5
tahun.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
2. Mensosiaisasikan anak
3. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan di
luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).
1.1.5.4 Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan
mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal
dari masa remaja. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga :
1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
1.1.5.5 Keluarga dengan Anak Remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari
siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6
hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga :
1. Menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
1.1.5.6 Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama sampai ketika anak terakhir meninggalkan rumah orang tua
sehingga dikenal sebagai “sarang yang kosong”. Meskipun tahap ini
biasanya berlangsung dalam 6 atau 7 tahun, namun tahap
melepaskan anak juga dapat berlangsung lebih lama dalam keluarga
dengan dua orang tua, mengingat anak-anak yang lebih tua baru
meninggalkan orang tua setelah menyelesaikan sekolah di tingkat
yang lebih tinggi dan mulai bekerja.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan baik dari pihak
suami maupun isteri.
1.1.5.7 Keluarga Lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan
pasangan lain meninggal.
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasien
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan
integrasi hidup) (Nies, Marry A & McEwen, Melanie, 2019).

1.1.6 Tahapan Keluarga Sejahtera


Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil
yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan (UU RI No. 2 Tahun 2009).
Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahapan, yaitu :
1.1.6.1 Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6
indikator Keluarga Sejahtera (KS I) atau indikator “kebutuan dasar
keluarga” (basic needs).
1.1.6.2 Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I)
Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I,
tetapi tidak memenuhi salah satu dari 8 indikator Keluarga Sejahtera
II atau indikator “kebutuhan psikologis” (psychological needs)
keluarga.
Enam indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) atau
indikator “kebutuhan dasar keluarga” (basic needs), dari 21
indikator keluarga sejahtera yaitu:
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau
lebih.
Kebiasaan makan masyarakat setempat, seperti makan nasi bagi
mereka yang biasa makan nasi sebagai makanan pokoknya , atau
seperti makan sagu bagi mereka yang biasa makan sagu dan
sebagainya.
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
Pengertian pakaian yang berbeda adalah pemilihan pakaian yang
tidak hanya satu pasang, sehingga tidak terpaksa harus memakai
pakaian yang sama dalam kegiatan hidup yang berbeda-beda.
Misalnya pakaian untuk dirumah (untuk tidur atau beristirahat di
rumah) lain dengan pakaian untuk ke sekolah atau untuk bekerja
(ke sawah, ke kantor, berjualan dan sebagainya) dan lain pula
dengan pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri undangan
perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan sebagainya).
3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan
dinding yang baik.
Pengertian rumah yang ditempati keluarga ini adalah keadaaan
rumah tingal keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding dalam
kondisi yang layak ditempati, baik dari segi perlindungan
maupun dari segi kesehatan.
4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern,
seperti rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, balai
pengobatan, apotek, posyandu, poliklinik, bidan desa dan
sebagainya, yang memberikan obat-obatan yang diproduksi
secara modern dan telah mendapat izin peredaran dari instansi
yang berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM).
5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi.
Pengertian sarana pelayanan kontrasepsi adalah sarana atau
tempat pelayanan KB, seperti Rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, balai pengobatan, apotek, posyandu,
poliklinik, dokter swasta, bidan desa dan sebagainya, yang
memberikan pelayanan KB dengan alat kontrasepsi modern,
seperti IUD, MOW, MOP, Kondom, Implan, Suntikan dan Pil,
kepada pasangan usia subur yang membutuhkan. (hanya untuk
keluarga yang berstatus pasangan usia subur).
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
Pengertian semua anak umur 7-15 tahun adalah semua anak 7-15
tahun dari keluarga (jika keluarga mempunyai anak 7-15 tahun),
yang harus mengikuti wajib belajar 9 tahun. Bersekolah diartikan
anak usia 7-15 tahun di keluarga itu terdaftar dan aktif
bersekolah setingkat SD atau setingkat SLTP/Sederajat SLTP.
1.1.6.3 Tahapan Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I
dan 8 indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5
indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator “kebutuhan
pengembangan” (developmental needs) dari keluarga.
Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator
“kebutuhan psikologis” (psychological needs) keluarga, dari 21
indikator keluarga sejahtera yaitu:
1. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pengertian anggota keluarga melaksanakan ibadah adalah
kegiatan keluarga untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan
ajaran agama/kepercayaan yang dianut oleh masing- masing
keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat dilakukan
sendiri-sendiri atau bersama sama oleh keluara di rumah, atau di
tempat tempat yang sesuai dengan ditentukan menurut ajaran
masing-masing agama/kepercayaan.
2. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/telur.
Pengertian makan daging/ikan/telur adalah memakan daging atau
ikan atau telur, sebagai lauk pada waktu makan untuk
melengkapi keperluan gizi protein. Indikator ini tidak berlaku
berlaku untuk keluarga vegetarian.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru dalam setahun.
Pengertian pakaian baru adalah pakaian layak pakai (baru/bekas)
yang merupakan tambahan yang telah dimiliki baik dari membeli
atau dari pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim
dipakai sehari-hari oleh masyarakat setempat.
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni
rumah.
Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 adalah keseluruhan luas
lantai rumah, baik tingkat atas, maupun tingkat bawah, termasuk
bagian dapur, kamar mandi, pavilion, garasi dan gudang yang
apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah diperoleh luas
ruang tidak kurang dari 8 m2.
5. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
Pengertian keadaan sehat adalah kondisi kesehata seseorang
dalam keluarga yang berada dalam batas normal, sehingga yang
bersangkutan tidak harus dirawat di rumah sakit, atau tidak
terpaksa tinggal di rumah, atau tidak terpaksa absen bekerja/ke
sekolah selama jangka waktu lebih dari 4 hari. Dengan demikian
anggota keluara tersebut dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya sesuai dengan kedudukan masing-masing di dalam
keluarga.
6. Ada seseorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan.
Pengertian anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan adalah keluara yang paling kurang salah seorang
anggotanya yang sudah dewasa memperoleh penghasilan berupa
uang atau barang dari sumber penghasilan yang dipandang layak
oleh masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan minimal
sehari hari secara terus menerus.
7. Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bias baca tulisan
latin.
Pengertian anggota keluarga umur 10-60 tahun bias baca tulisan
latin adalah anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun dalam
keluarga dapat membaca tulisan huruf latin dan sekaligus
memahami arti dari kalimat kalimat dalam tulisan tersebut.
Indikator ini tidak berlaku bagi keluarga yang tidak mempunyai
anggota keluarga berumur 10-60 tahun.
8. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan
alat/obat kontrasepsi.
Pengertian pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi adalah keluarga yang masih
berstatus pasangan usia subur dengan jumlah anak dua atau lebih
ikut KB dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi
modern, seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan, Kondom, MOP dan
MOW.
1.1.6.4 Tahapan Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS
I, 8 indikator KS II, dan 5 indikator KS III, tetapi tidak memenuhi
salah satu dari 2 indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus)
atau indikator “aktualisasi diri” (self esteem) keluarga.
Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator
“kebutuhan pengembangan” (developmental needs), dari 21
indikator keluarga sejahtera yaitu:
1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama
adalah upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahuan agama
mereka masing-masing. Misalnya mendengarkan pengajian,
mendatangkan guru mengaji atau guru agama bagi anak-anak,
sekolah madrasah bagi anak anak yang beragama islam atau
sekolah minggu bagi anak-anak yang beragama Kristen.
2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau
barang.
Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk
uang atau barang adalah sebagian penghasilan keluarga yang
disisihkan untuk ditabung baik berupa uang maupun berupa
barang (misalnya dibelikan hewan ternak, sawah, tanah, barang
perhiasan, rumah sewaan dan sebagainya). Tabungan berupa
barang, apabila diuangkan minimal senilai Rp. 500.000.,-
3. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu
sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
Pengertian kebiasaan keluara makan bersama adalah kebiasaan
seluruh anggota keluarga untuk makan bersama-sama, sehingga
waktu sebelum atau sesudah makan dapat digunakan untuk
komunikasi membahas persoalan yang dihadapi dalam satu
minggu atau untuk berkomunikasi dan bermusyawarah antar
seluruh anggota keluarga.
4. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal.
Pengertian keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal adalah keikutsertaan seluruh atau
sebagian dari anggota keluarga dalam kegiatan masyarakat di
sekitarnya yang bersifat social kemasyarakatan, seperti gotong
royong, ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian, kegiatan PKK,
kegiatan kesenian, olahraga dan sebagainya.
5. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/ majalah/ radio/
tv/ internet.
Pengertian keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/
majalah/ radio/ tv/ internet adalah tersedianya kesempatan bagi
anggota keluarga untuk memperoleh akses informasi baik secara
lokal, nasional, regional, maupun internasional, melalui media
cetak (seperti surat kabar, majalah, bulletin) atau media
elektronik (seperti radio, televise, internet). Media massa tersebut
tidak perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga
yang bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau
dimiliki oleh orang/ keluarga lain, ataupun yang menjadi milik
umum/ milik bersama.
1.1.6.5 Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluara yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6
indikator tahapan KS I, 8 indikator KS II, 5 indikator KS III, serta 2
indikator tahapan KS III Plus.
(BkkbN, 2011).
Dua indikator Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau
indikator “aktualisasi diri” (self esteem) dari 21 indikator
keluarga, yaitu:
1. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan
materiil untuk kegiatan sosial.
Pengertian keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial adalah keluarga yang
memiliki rasa sosial yang besar dengan memberikan sumbangan
materiil secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela, baik dalam
bentuk uang maupun barang, bagi kepentingan masyarakat
(seperti untuk anak yatim piatu, rumah ibadah, yayasan
pendidikan, rumah jompo, untuk membiayai kegiatan di tingkat
RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya) dalam hal ini tidak
termasuk sumbangan wajib.
2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/institusi masyarakat.
Pengertian ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/ yayasan/ institusi masyarakat adalah
keluarga yang memiliki rasa sosial yang besar dengan
memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral secara terus
menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan
menjadi pengurus pada berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti
pengurus pada yayasan, organisasi adat, kesenian, olahraga,
keagamaaan, kepemudaan, institusi masyarakat, pengurus
RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya) (BkkbN, 2011).

1.1.7 Tingkat Kemandirian Keluarga


Menurut Riasmini.,dkk (2017), Adapun tingkat kemandirian keluarga
dilihat dari tujuh kriteria yang kemampuan yang telah dicapai oleh keluarga
yaitu:
1.1.7.1 Kriteria 1 : keluarga menerima perawat
1.1.7.2 Kriteria 2 : keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
1.1.7.3 Kriteria 3 : keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
1.1.7.4 Kriteria 4 : keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan sesuai anjuran
1.1.7.5 Kriteria 5 : keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana
yang sesuai anjuran
1.1.7.6 Kriteria 6 : keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
1.1.7.7 Kriteria 7 : keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif

1.1.8 Tugas Perkembangan Keluarga


Tugas perkembangan keluarga yang pertama dan utama pada tahap ini
adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan
kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi. Orang tua harus secara
progresif mengubah hubugan mereka dengan anak remaja mereka, yaitu dari
hubungan sebelumnya yang bergantung menjadi hubungan yang semakin
mandiri. Berkembangnya perubahan pada hubungan orang tua-anak remaja
mereka, yaitu hubungan yang semakin mandiri. Berkembangnya perubahan
pada hubungan orang tua- anak secara khas merupakan sebuah perubahan yang
dipenuhi dengan konflik di sepanjang riwayat keluarga.
Agar keluarga dapat beradaptasi selama tahap ini, anggota keluarga,
terutama orang tua, harus membuat “perubahan sistem” utama yaitu,
menetapkan peran dan norma baru serta “melepaskan” anak remaja.
Orang tua yang dengan tujuan memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri
tidak melepaskan, sering kali menemukan suatu “revolusi” besar pada anak
remaja ketika perpisahan pada akhirnya terjadi. Orang tua juga mungkin
mendorong anak remaja untuk mandiri terlalu cepat dengan mengabaikan
kebutuhan kebergantungannya. Dalam kasus ini, anak remaja dapat gagal untuk
mencapai kemandirian.

Seperti halnya ketiga tahap terakhir, hubungan pernikahan juga


merupakan sebuah fokus perhatian. Tugas perkembangan keluarga kedua adalah
bagi orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka.
Banyak pasangan telah menjadi sangat terfokus dengan tanggung jawab menjadi
orang tua sehingga pernikahan mereka tidak lagi memegang peranan inti
didalam kehidupan mereka. Suami dpaat meluangkan banyak waktu di luar
rumah untuk bekerja dan melanjutkan kariernya, sementara istri mungkin juga
bekerja sambil berupaya melaksanakan pekerjaan rumah dan tanggung jawab
sebagai orang tua. Dalam kondisi ini, hanya sedikit waktu atau energi yang
tertinggal untuk hubungan pernikahan.
Namun disisi lain, sejak anak lebih bertanggung jawab pada diri mereka
sendiri, pasangan dapat lebih mudah meninggalkan rumah untuk melaksanakan
karier mereka atau menetapkan hobi individual dan marital. Mereka dapat mulai
membangun pondasi untuk tahap perjalanan keluarga selanjutnya.
Tugas perkembangan keluarga ketiga yang penting adalah untuk anggota
keluarga, terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara
terbuka satu sama lain. Karena adanya kerenggangan generasi, komunikasi
terbuka sering kali merupakan suatu hal yang ideal dibandingkan kenyataan.
Sering kali terjadi pencekcokan antara orang tua dan anak remaja mengenai nilai
dan gaya hidup satu sama lain. Orang tua dalam keluarga yang memiliki banyak
masalah terbukti sering melakukan penolakan dan kemudian tidak lagi
berhubungan dengan anak tertua mereka, sehingga mengurangi saluran
komunikasi terbuka apapun yang sebenarnya dapat terjadi (Friedman, 2010).
TABEL 1.1 TAHAP SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA INTI
DENGAN DUA ORANG TUA: KELUARGA DENGAN ANAK
REMAJA
Tugas Perkembangan Perhatian Pelayanan Kesehatan
Menyeimbangkan kebebasan Kecelakaan (mis, mengemudi)
dengan tanggung jawab pada saat Cedera akibat olahraga
anak remaja telah dewasa dan Penyalahgunaan alkohol dan obat
semakin otonomi Kontrasepsi
Memfokuskan kembali hubungan Kehamilan yang tidak diinginkan
pernikahan Pendidikan seks
Berkomunikasi secara terbuka Hubungan pernikahan
antara orang tua dan anak Hubungan orang tua-remaja
Praktik kesehatan yang baik (mis., tidur,
nutrisi, olahraga)
Sumber : (Friedman, 2010).

1.1.9 Perhatian Kesehatan


Pada tahap ini, kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik, tetapi
promosi kesehatan merupakan perhatian yang penting. Faktor risiko harus
diidentifikasi dan didiskusikan dengan keluarga, karena pentingnya gaya hidup
sehat. Kedua orang tua dewasa mulai merasa rentan terhadap penyakit sebagai
bagian dari perubahan perkembangan mereka dan biasanya mereka lebih
menerima strategi promosi kesehatan. Bagi remaja, kecelakaan, terutama
kecelakaan kendaraan bermotor adalah bahaya yang besar, dan patah tulang
serta cedera akibat atletik adalah hal biasa terjadi. Penyalahgunaan obat dan
alkohol, kontrasepsi, kehamilan yang tidak diinginkan, dan pendidikan serta
konseling seks adalah area-area perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan
topik ini dengan keluarga, perawat dapat berada di tengah-tengah perselisihan
atau masalah orang tua-remaja. Remaja sering mencari pelayanan kesehatan
untuk pelaksanaan uji kehamilan, penggunaan obat, skrining penyakit AIDS,
kontrasepsi dan aborsi, dan diagnosis dan perawatan penyakit kelamin.
Kehamilan remaja adalah masalah keluarga yang kritis dalam banyak
keluarga saat ini. Pencegahan kehamilan remaja meliputi intervensi yang
didasari oleh keluarga dan komunitas. Perawat keluarga perlu membantu
keluarga dalam upaya pencegahan kehamilan remaja. Rujukan ke pelayanan
keluarga berencana, konseling dan pendidikan seksual, mendorong anak remaja
untuk berpartispasi dalam kegiatan waktu luang sepulang sekolah, dan
kesempatan pendidikan adalah strategi dasar pencegahan kehamilan remaja
(The Family Connection, 1996).
Kebutuhan kesehatan lainnya adalah di area dukungan dan bantuan
dalam menguatkan hubungan pernikahan dan hubungan orang tua-remaja.
Mungkin dibutuhkan konseling suportif langsung atau melakukan rujukan ke
sumber-sumber komunitas untuk konseling, pelayanan rekreasi, edukasi, dan
pelayanan lain (Friedman, 2010).
1.1.10 Peran, Tanggung Jawab, dan Masalah Orang Tua
Orang tua harus berhadapan dengan uji keterbatasan yang tidak beralasan
yang telah ditetapkan dalam keluarga pada saat keluarga tersebut melalui proses
“melepaskan” secara bertahap. Duvall (1977) juga mengidentifikasi tugas
perkembangan kritis pada periode ini untuk menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab pada saat remaja telah dewasa dan mandiri. Friedman
(1957) serupa dalam mendefinisikan tugas orang tua selama tahap ini, yaitu
belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.
Ketika orang tua menerima diri mereka sendiri apa adanya, dengan
semua kelemahan dan kekuatan mereka, dan ketika mereka menerima berbagai
peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa mendapatkan konflik atau
sensitivitas yang tidak sepatutnya, mereka menetapkan pola untuk memilah
penerimaan diri yang serupa pada anak-anaknya. Hubungan antara orang tua
dan anak remaja harus lebih baik ketika orang tua merasa produktif, puas, dan
terkontrol dalam hidup mereka (Kidwell et al, 1988).
Orang tua dapat merasa berada dalam suatu kompetisi dengan berbagai
kekuatan sosial dan institusi dari wewenang sekolah dan konsultasi kontrasepsi
dan pilihan seks pramenikah dan kehidupan bersama sebagai suami istri..
Karena spesialisasi pekerjaan dan profesi, orang tua tidak lagi mampu
membantu anak dalam membuat rencana tentang pekerjaannya. Mobilitas
kediamannya dan kurangnya keberlanjutan hubungan orang dewasa yang
terpercaya bagi anak remaja dan orang tua, selain ketidakmampuan banyak
orang tua untuk mendiskusikan kekhawatiran personal, seksual, dan hal-hal
yang terkait obat secara terbuka dan tidak menghakimi dengan anak-anak
mereka, juga telah ikut menyebabkan timbulnya masalah pada orang tua-remaja.
Diantara keluarga imigran, pertentangan generasi dan konflik nilai memperkuat
masalah komunikasi yang sering terjadi antara orang tua dan anak (Schultz,
1972 dan Elkind, 1994) (Friedman, 2010).
1.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1.2.1 Pengkajian
Model pengkajian keluarga menurut Friedman (2010), terdiri dari enam
kategori yang luas:
1.2.1.1 Mengidentifikasi data
1.2.1.2 Tahap dan riwayat perkembangan
1.2.1.3 Data lingkungan
1.2.1.4 Struktur keluarga
1.2.1.5 Fungsi keluarga
1.2.1.6 Stres, koping, dan adaptasi keluarga
1.3.1.1 MENGIDENTIFIKASI DATA
Data-data dasar yang menggambarkan keluarga dalam hal-hal dasar
dicantumkan dalam bagian ini.
1. Nama Keluarga
2. Alamat dan Telepon
3. Komposisi Keluarga : penggunaan genogram keluarga dianjurkan
Tabel 1.2 Komposisi Keluarga
No Nama L/ Hubungan Pendidikan Umur Pekerjaan Keterangan
P dengan
Keluarga

Sumber : (Achjar, 2010). Tabel 1.3 Riwayat Imunisasi

Waktu
No. Jenis Imunisasi Ayah Ibu Anak
pemberian
1. Hepatitis B
2. Polio
3. BCG
4. DTP
5. Hib
6. PCV
7. Rotavirus
8. Influenza
9. Campak
10. MMR
11. Tifoid
12. Hepatitis A
13. Varisela
14. HPV
15. Japanese
encephalitis
16. Dengue
Sumber : (IDAI, 2017)

GENOGRAM

Tom William
79 Alice 82 Mary
74 80

1918-1999
Kanker Penyakit Diabetes 1916-1998
Jantung Stroke

M 1977

D 1976
Ralph
Kim
50
40 John
48
Guru SMA
Mantan Alkoholik Alkoholik
Perawat
Sakit punggung

Bill Bob
Jane
Mary 16 14
10
18
SMA Tahun
Siswa Junior
Pertama Kelas 5 SD
Siswi senior SMA SMA
Sehat Sehat
(tidak naik kelas) Asma
Sering flu,
Pengguna Obat-
Legenda

Pria Wanita Pasien yang teridentifikasi Meninggal

Tidak menikah
Menikah Berpisah Cerai

Anak adopsi atau Aborsi atau Anggota yang


Asuh Keguguran Kembar tinggal

Gambar 1.3 Contoh genogram keluarga disertai legenda (simbol yang


digunakan dalam genogram)
(Friedman, 2010)

Tabel 1.4 Pemeriksaan Fisik


No. Head To Toe Suami Istri Anak 1 Anak 2
1. Kepala I: I: I: I:
P: P: P: P:
2. Wajah I: I: I: I:
P: P: P: P:
3. Mata I: I: I: I:
P: P: P: P:
4. Telinga I: I: I: I:
P: P: P: P:
5. Hidung I: I: I: I:
P: P: P: P:
6. Mulut I: I: I: I:
P: P: P: P:
7. Leher I: I: I: I:
P: P: P: P:
8. Dada I: I: I: I:
P: P: P: P:
P: P: P: P:
A: A: A: A:
9. Jantung I: I: I: I:
P: P: P: P:
P: P: P: P:
A: A: A: A:
10. Abdomen I: I: I: I:
P: P: P: P:
P: P: P: P:
A: A: A: A:
11. Ektremitas I: I: I: I:
P: P: P: P:
12. Genetalia I: I: I: I:
P: P: P: P:
13. Keadaan
umum
14. Berat badan
15. Tinggi badan
16. Tanda – Tanda Vital
TD
RR
Suhu
Nadi

4. Tipe bentuk Keluarga1


a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak.
2) The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
hidup dalam satu rumah tetapi tanpa anak.
3) Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah
tua dengan anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya.
Penyebabnya adalah karena mengejar karir atau pendidikan yang
terjadi pada wanita.
5) The extended family (keluarga besar): keluarga yang terdiri dari
tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear
family disertai paman, bibi, orang tua (kakek-nenek), keponakan,
dan lain sebagainya.
6) The single parent family (keluarga duda atau janda) : keluarga yang
terdiri dari satu orang tua bisa ayah atau ibu. Penyebabnya dapat
terjadi karena proses perceraian, kematian, atau bahkan
ditinggalkan.
7) Commuter family: keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota
yang berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota keluarga
dapat berkumpul bersama di salah satu kota yang menjadi tempat
tinggal.
8) Multigenerational family: keluarga dengan generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family: keluarga dengan beberapa keluarga inti tinggal
dalam satu rumah atau saling berdekatan dan menggunakan barang-
barang serta pelayanan bersama. Seperti menggunakan dapur,
kamar mandi, televisi, atau telepon bersama.
10) Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone/ single adult family: keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi) seperti perceraian atau ditinggal mati.
b. Non tradisional
1) The unmaried teenage mother: keluarga yang terdiri dari orang tua
tertama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family: keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family: keluarga dengan beberapa pasangan keluarga
dengan anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family: keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families: keluarga dengan seseorang yang
mempunyai persamaan jenis kelamin yang hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
6) Cohabiting couple: keluarga dengan orang dewasa yang hidup
bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family: keluarga dengan beberapa orang dewasa
yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family: keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau
nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family: keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara untuk waktu sementara.
10) Homoeless family: keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang: keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasandan kriminal dalam
kehidupannya.
12) Reconstituted Nuclear: Pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan
dari pernikahan lama maupun hasil dari pernikahan baru, satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
13) Middle Age atau Agin Couple : Suami sebagai pencari uang, istri di
rumah kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak meninggalkan
rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti karier.
14) Dyadic Nuclear: Suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di rumah.
15) Single Parent: Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah
atau diluar rumah.
16) Dual Carrier: suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
17) Commuter Married: Suami istri atau keduanya orang karier dan
tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada
waktu-waktu tertentu.
18) Single Adult: Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk kawin.
19) Three Generation: tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
20) Institusional: anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu panti-panti.
21) Communal: satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
22) Group Marriage: satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anak.
23) Unmarried Parent And Child: ibu dan anak di mana perkawinan
tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
24) Cohibing Couple: dua orang atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa kawin.
25) Gay And Lesbian Family: keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama
(Widyanto, 2014).
5. Latar belakang Kebudayaan (Etnik)2 (termasuk luasnya akulturasi): dalam
menjelaskan data ini, gunakan kriteria berikut ini sebagai panduan untuk
menentukan kebudayaan dan orientasi religius keluarga serta luasnya
akulturasi.
a. Pernyataan keluarga atau anggota keluarga mengenai latar belakang
etnik (identifikasi diri)?
b. Bahasa yang digunakan dirumah ? apakah semua anggota keluarga
berbicara bahasa inggris?
c. Negara asal dan lama tinggal di Amerika Serikat (generasi ke berapa
anggota keluarga tersebut, dalam kaitannya dengan status imigrasi
mereka) dan alasan keluarga berimigrasi?
d. Jaringan sosial keluarga (dari kelompok etnik yang sama)?
e. Tempat tinggal keluarga (bagian dari lingkungan yang secara etnik
bersifat homogen)?
f. Aktivitas keagamaan, sosial; kebudayaan, rekreasi, dan pendidikan
(apakah aktivitas ini berada dalam kelompok kebudayaan keluarga)?
g. Kebiasaan diet dan berpakaian (tradisional atau berat)?
h. Dekorasi rumah (tanda pengaruh kebudayaan)?
i. Keberadaan peran dan struktur kekuasaan keluarga tradisional atau
“modern”?
j. Porsi komunitas yang umum bagi keluarga-kompleks teritorial keluarga
(apakah porsi tersebut selalu di dalam komunitas etnik)?
k. Penggunaan praktisi dan jasa perawatan kesehatan keluarga. Apakah
keluarga mengunjungi praktisi umum, terlibat dalam praktik perawatan
kesehatan tradisional, atau memiliki kepercayaan tradisional dalam isu
kesehatan ?

6. Identifikasi Religius
a. Apa agama keluarga ?
b. Apakah anggota keluarga berbeda dalam keyakinan dan praktik religius
mereka ?
c. Sejauh mana keluarga aktif terlibat dalam masjid, gereja, kuil, atau
organisasi keagamaan lainnya?
d. Apa praktik keagamaan yang diikuti keluarga?
e. Apa keyakinan dalam nilai keagamaan yang berpusat dalam kehidupan
keluarga?
7. Status Kelas Sosial3 (berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan):
a. Identifikasi kelas sosial keluarga, berdasarkan pada tiga indikator di
atas.
b. Status ekonomi
c. Siapakh pencari nafkah di dalam keluarga ?
d. Apakah keluarga menerima bantuan atau dana pengganti? Jika
demikian, apa saja (dari mana)?
e. Apakah keluarga menganggap pendapatan mereka memadai?
Bagaimana cara keluarga melihat diri mereka sendiri dalam mengelola
keuangan?
8. Mobilitas Kelas Sosial3

1.3.1.2 TAHAP PERKEMBANGAN DAN RIWAYAT KELUARGA4


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini (Tahap Perkembangan Keluarga
dengan Anak Remaja).
2. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangan yang sesuai dengan
tahap perkembangan saat ini.
3. Riwayat keluarga dari lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan
dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau yang berkaitan
dengan kesehatan (perceraian, kematian, kehilangan, dll) yang terjadi dalam
kehidupan keluarga (gunakan genogram untuk mengumpulkan data ini).
4. Keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan asalnya, hubungan
masa silam dan saat dengan orang tua (nenek-kakek) dari orang tua mereka).

1.3.1.3 DATA LINGKUNGAN5


Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan keluarga- mulai
dari pertimbangan area yang terkecil seperti aspek dalam rumah hingga komunitas
yang lebih besar tempat keluarga tinggal.
1. Karakteristik Rumah5
a. Urutan tipe tempat tinggal (rumah, apartmen, sewa kamar, dll). Apakah
keluarga memiliki rumah sendiri atau menyewa rumah?
b. Uraikan kondisi rumah (baik interior, maupun eksterior rumah). Interior
rumah meliputi jumlah ruang dan jenis ruang (ruang tamu, ruang tidur,
dll), penggunaan ruang-ruang tersebut dan bagaimana ruang tersebut
diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot? Apakah penerangan,
ventilasi, dan pemanas memadai (artifisial atau panas matahari). Apakah
lantai, tangga, pemagaran, dan struktur lainnya dalam kondisi yang
memadai?
c. Di dapur, amati suplai air minum, sanitasi, dan adekuasi lemari es.
d. Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun
dan handuk? Apakah anggota keluarga menggunakan handuk yang
sama?
e. Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah pengaturan tersebut
memadai bagi para anggota keluarga dengan pertimbangan usia mereka,
hubungan, dan kebutuhan khusus lainnya?
f. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada
serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan masalah
sanitasi yang disebabkan adanya hewan peliharaan?
g. Adakah tanda cat yang sudah tua mengelupas (sumber yang mungkin
menyebabkan racun) yang mungkin terpajan oleh anak yang masih kecil?
h. Identifikasi unit teritorial keluarga. Apakah mereka nyaman
menggunakan sumber/pelayanan di lingkungan mereka?
i. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana perasaan keluarga mengenai
adekuasi privasi.
j. Evaluasi ada atau tidak adanya bahaya keamanan.
k. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah.
l. Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan
dengan pengaturan/penataan rumah. Apakah keluarga menyadari
keadekuatan rumah terhadap kebutuhan ini?

2. Karakteristik Lingkungan Sekitar dan Komunitas yang Lebih Besar5


a. Apa karakter fisik dari lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih
besar?
Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota)
Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan industri
kecil, agraris) di lingkungan.
Kondisi hunian dan jalan (terpelihara, rusak, tidak terpelihara, sedang
dalam perbaikan).
Sanitasi jalan raya, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).
Masalah yang berkaitan dengan kemacetan lalu lintas?
Adanya dan jenis industri di lingkungan
Apakah ada masalah polusi udara, suara, atau air?
b. Bagaimana karakteristik demografi dari lingkungan dan
komunitas? Karakteristik etnik dan kelas sosial penghuni
Pekerjaan dan hobi keluarga
Kepadatan populasi
Perubahan demografi baru-baru ini di dalam komunitas/lingkungan
c. Pelayanan kesehatan dan pelayanan dasar apa yang ada dalam
komunitas?
Fasilitas pemasaran (makanan, pakaian, apotek, dll)
Institusi kesehatan (klinik, rumah sakit, dan fasilitas gawat darurat)
Lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling, pekerjaan)
Pelayanan tempat cucii otomatis untuk kebutuhan keluarga.
Tempat beribadah keluarga.
d. Bagaimana kemudahan akses sekolah di lingkungan dan komunitas dan
bagaimana kondisi seklah tersebut? Apakah ada masalah integrasi yang
memengaruhi keluarga?
e. Fasilitas rekreasi
f. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana keluarga dapat mengakses
pelayanan dan fasilitas tersebut (dalam hal jarak, kesesuaian, waktu
tempuh) ?
g. Bagaimana insidens kejahatan di lingkungan dan komunitas? Apakah hal
ini merupakan maslaah keamanan yang serius?
3. Mobilitas Geografis Keluarga6
a. Berapa lama keluarga tinggal di wilayah tersebut?
b. Bagaimana riwayat mobilitas geografis dari keluarga ini?
c. Dari mana keluarga tersebut berpindah atau bermigrasi ?

4. Asosiasi Transaksi Keluarga dengan Komunitas7


a. Siapa anggota keluarga yang menggunakan pelayanan komunitas atau
lembaga pelayanan apa yang dikenal di komunitas?
b. Seberapa sering atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan atau
fasilitas ini?
c. Apa pola teritorial dari keluarga-komunitas atau wilayah yang sering
dikunjungi?
d. Apakah keluarga menyadari pelayanan komunitas yang relevan dengan
kebutuhannya, seperti transportasi ?
e. Bagaimana perasaan keluarga tentang kelompok atau organisasi yang
memberi bantuan kepada anggota keluarga atau yang berkaitan dengan
keluarga?
f. Bagaimana cara keluarga memandang komunitasnya?

1.3.1.4 STRUKTUR KELUARGA


1. Pola Komunikasi8
a. Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan atau rangkaian
hubungan dari keluarga, seberapa sering komunikasi fungsional dan
disfungsional digunakan? Buat dalam bentuk diagram atau berikan
contoh pola yang berulang. Seberapa tegas dan jelas anggota keluarga
mengutarakan kebutuhan dan perasaan mereka?
Sejauh mana anggota keluarga menggunakan klarifikasi dan kualifikasi
dalam berinteraksi ?
Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons dengan
baik terhadap umpan balik atau biasanya mereka menghalangi umpan
balik dan eksplorasi terhadap isu?
Seberapa baik anggota menjadi pendenar dan mengikuti ketika
berkomunikasi?
Apakah anggota keluarga mencari validasi orang lain?
Sejauh mana anggota menggunakan asumsi dan pernyataan yang bersifat
menghakimi saat berinteraksi?
Apakah anggota berinteraksi dengan pesan dalam suatu sikap yang
bersifat menyerang?
Seberapa sering diskualifikasi digunakan?
b. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan di dalam
keluarga dan subsistem keluarga?
Seberapa sering pesan emosional disampaikan?
Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan di dalam keluarga dan subsitem
keluarga? Apakah emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif, atau
keduanya?
c. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang berlangsung dalam,
jaringan komunikasi dan dalam beberapa rangkaian hubungan?
Siapa yang berbicara kepada siapa dan dengan sikap seperti apa?
Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan
penting?
Apakah ada perantara?
Apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan usia perkembangan
anggota?
d. Apakah kebanyakan pesan yang disampaikan anggota keluarga sesuai
dengan konteks dan instruksi? (termasuk observasi pesan nonverbal).
Jika tidak, siapa yang menunjukkan ketidaksesuaian dan pesan apa yang
tidak sesuai?
e. Proses disfungsional apa yang terlihat dalam pola komunikasi?
f. Apa saja isu-isu yang tertutup bagi diskusi, yang merupakan isu penting
bagi kesejahteraan dan fungsi keluarga yang adekuat?
g. Bagaimana faktor-faktor berikut mempengaruhi pola komunikasi
keluarga:
1) Konteks/situasi
2) Tahap siklus kehidupan keluarga
3) Latarbelakang kebudayaan keluarga
4) Perbedaan gender di dalam keluarga
5) Bentuk keluarga
6) Status sosioekonomi keluarga
7) Minibudaya keluarga yang unik.

2. Struktur Kekuasaan9
Hasil akhir kekuasaan
a. Siapakah yang membuat keputusan? Siapa yang memegang “kata
terakhir” atau “siapa yang menang” ?
b. Seberapa penting keputusan atau isu ini bagi keluarga?
Pertanyaan yang lebih spesifik mungkin meliputi :
Siapa yang menganggarkan, membayar rekening, dan memutuskan
bagaimana uang digunakan?
Siapa yang memutuskan bagaimana cara menghabiskan waktu luang atau
siapa teman atau kerabat yang hendak dikunjungi?
Siapa yang memutuskan perpindahan dalam pekerjaan atau tempat
tinggal ?
Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan?
Proses Pengambilan Keputusan
a. Teknik-teknik khusus apa yang digunakan untuk membuat keputusan di
dalam keluarga dan sejauh mana teknik-teknik ini digunakan (mis.,
konsensus; akomodasi/tawar-menawar; kompromi/paksaan; de facto) ?
dengan kata lain, bagaimana cara keluarga membuat keputusan?
Dasar-dasar Kekuasaan. Berbagai dasar dan sumber kekuasaan adalah
kekuasaan/otoritas yang sah dan variasi dari kekuasaan itu, kekuasaan “tak
berdaya”; kekuasaan referen; kekuasaan ahli atau sumber; kekuasaan
penghargaan; kekuasaan memaksa; kekuasaan informasional (langsung atau
tidak langsung); kekuasaan afektif; dan kekuasaan manajemen ketegangan.
a. Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat keputusan?
b. Mengenali keberadaan salah satu variabel berikut ini akan membuat
pengkaji menginterpretasi perilaku keluarga yang memungkinkan
kekuasaan keluarga dapat dikaji.
1) Hierarki kekuatan keluarga
2) Tipe bentuk keluarga
3) Pembentukan koalisi
4) Jaringan komunikasi keluarga
5) Perbedaan gender
6) Faktor usia dan siklus kehidupan keluarga
7) Faktor kebudayaan dan interpersonal
8) Kelas sosial.
Keseluruhan Kekuasaan Sistem dan Subsistem Keluarga
a. Dari pengkajian anda terhadap seluruh isu-isu yang luas diatas, buat
kesimpulan mengenai apakah kekuasaan keluarga tersebut dapat
termasuk keluarga dominansi istri atau suami, anak, nenek, dll;
egalitarian-sinkratik atau otonomi; tanpa pemimpin atau kaotik (kacau)!
Kontinum kekuasaan keluarga dapat digunakan sebagai suatu presentasi
visual analisis anda.
Kontinum Kekuasaan Keluarga : Jika dominansi ditemukan, siapa yang
dominan ?
a. Untuk menentukan seluruh pola kekuasaan, menanyakan pertanyaan
yang terbuka dan luas sering kali mengaburkan (tanyakan kedua
pasangan dan anak-anak jika mungkin), di bawah ini diberikan beberapa
contoh.
Siapa yang biasanya “berkata terakhir” atau membuat keputusan tentang
isu yang penting?
Siapa yang benar-benar ditugaskan dan mengapa (mencari dasar-dasar
kekuasaan)?
Siapa yang mengatur keluarga ?
Siapa yang memenangkan argumen atau isu-isu penting?
Siapa yang biasa menang jika ada ketidaksepakatan?
Pendapat siapa yang digunakan jika orang tua/suami tidak sepakat?
Apakah anggota keluarga puas dengan bagaimana keputusan dibuat dan
siapa yang membuat keputusan tersebut (y.i, struktur kekuasaan saat ini)?

3. Struktur Peran10
Struktur Peran Formal
a. Posisi dan peran formal apa yang dipenuhi setiap anggota keluarga?
Uraikan bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peran-peran
formal mereka.
b. Apakah peran ini dapat diterima dan konsisten dengan harapan anggota
keluarga? Dengan kata lain, apakah ada ketegangan atau konflik peran?
c. Seberapa kompeten anggota merasa mereka melakukan peran terhormat
mereka?
d. Apakah terdapat fleksibilitas dalam peran jika dibutuhkan?

Struktur Peran Informal


a. Peran informal atau peran samar apa yang terdapat di keluarga? Siapa
yang menjalankan dan seberapa sering atau konsisten peran tersebut
dijalankan? Apakah anggota keluarga secara samar menjalankan peran
yang berbeda dari posisi mereka yang dituntut keluarga untuk mereka
mainkan?
b. Apa tujuan kehadiran peran-peran yang diidentifikasi sebagai peran
samar atau informal?
c. Apakah ada peran informal yang disfungsional pada keluarga atau
anggota keluarga dalam jangka waktu yang lama?
d. Apa pengaruh pada orang yang menjalankan peran tersebut?

Analisis Model Peran (Kapan masalah peran muncul)


a. Siapa yang menjadi model yang memoengaruhi seorang anggota
keluarga dalam kehidupan awalanya, siapa yang memberikan perasaan
dan nilai-nilai tentang pertumbuhan, pengalaman baru, peran dan teknik
komunikasi?
b. Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran bagi pasangan
dalam peran mereka sebagai orang tua, dan sebagai pasangan pernikahan,
seperti apakah mereka itu?
c. Jika peran informal disfungsional di dalam keluarga, siapa yang
menjalankan peran ini di dalam generasi yang sebelumnya?

Variabel yang Mempengaruhi Struktur Peran


a. Pengaruh kelas sosial: bagaimana latar belakang kelas sosial
mempengaruhi struktur peran infomal dan fomal di dalam keluarga?
b. Pengaruh kebudayaan: bagaimana struktur peran keluarga dipengaruhi
oleh latar belakang keluarga agama dan etnik?
c. Pengaruh perkembangan atau tahap siklus kehidupan: apakah perilaku
peran anggota keluarga saat ini sesuai dengan tahap perkembangan?
d. Peristiwa situasional: perubahan dalam status kesehatan anggota
keluarga. Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi peran keluarga?
Realokasi peran/tugas apa yang telah dilakukan? Bagaimana anggota
keluarga yang telah menerima peran-peran baru menyesuaikan diri?
Apakah ada bukti tentang stres atau konflik akibat peran ? bagaimana
anggota keluarga dengan maslaah kesehatan bereaksi terhadap perubahan
atau hilangnya peran?

4. Nilai Keluarga11
a. Penggunaan metode “perbandingan” dan “membedakan” memberikan
kesan (dengan nilai dari kebudayaan yang dominan dan kelompok
rujukan keluarga-kelompok etnik yang diidentifikasi mereka-atau
keduanya)
Produktivitas/pencapaian individu
Individualisme
Materialisme/etika konsumsi
Etika kerja
Pendidikan
Persamaan
Kemajuan dan penguasaan lingkungan
Orientasi masa depan
Efisiensi, keteraturan, dan kepraktisan
Rasionalisme
Kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan.

Perbedaan dalam sistem nilai


a. Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan kelompok rujukan
keluarga dan sistem yang berinteraksi seperti sistem pendidikan dan
perawatan/pelayanan kesehatan serta komunitas yang lebih luas?
b. Sejauh mana kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai masing-masing
anggota keluarga?

Nilai Keluarga
a. Seberapa penting nilai-nilai yang diidentifikasi di dalam keluarga ?
(urutkan dari nilai keluarga yang paling penting).
b. Nilai apa yang dianut secara disadariatau tidak disadari?
c. Apakah terdapat bukti konflik nilai di dalam keluarga?
d. Bagaimana kelas sosial, latarbelakang kebudayaan dan derajat akulturasi,
perbedaan generasi, letak geografis (rural, urutan, suburban) keluarga
mempengaruhi nilai-nilai keluarga ?
e. Bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga?

1.3.1.5 FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Afektif12
Saling asuh, Keakraban, dan Identifikasi
a. Sejauh mana anggota keluarga saling asuh dan mendukung ?
b. Apakah terdapat perasaan keakraban dan keintiman diantara lingkungan
hubungan keluarga?
Sebaik apa anggota keluarga bergaul satu sama lain?
Apakah mereka menunjukkan kasih sayang satu sama lain?
c. Apakah identifikasi satu sama lain, ikatan, atau kedekatan nampak ada?
(pernyataan empati, perhatian terhadap perasaan, pengalaman, dan
kesulitan anggota keluarga lainnya, semuanya ditunjukkan) untuk
menjawab pertanyaan no. 21.1 21.2 21.3, diagram pelekatan sangat
membantu.
Keterpisahan dan Keterkaitan
a. Bagaimana keluarga menghadapi isu-isu tentang keterpisahan dan
keterkaitan?
Bagaimana keluarga membantu anggotanya agar bersatu dan memelihara
keterkaitan?
Apakah tersedia kesempatan untuk emngembangkan keterpisahan dan
apakah kesempatan tersebut sesuai dengan usia dan kebutuhan setiap
anggota keluarga?
Pola kebutuhan-Respons keluarga
a. Sejauh mana anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain di
dalam keluarga?
Apakah orang tua (pasangan) mampu menguraikan kebutuhan dan
persoalan anak-anak serta pasangan mereka?
Seberapa peka anggota keluarga dalam menanggapi isyarat yang
berkaitan dengan kebutuhan dan perasaan anggota yang lain?
b. Apakah kebutuhan, minat, dan perbedaan masing-masing anggota
dihormati oleh anggota keluarga yang lain?
Apakah terdapat keseimbangan dalam hal hormat menghormati (apakah
mereka menunjukkan saling menghormati) ?
Sejauh mana kepekaan keluarga terhadap tindakan dan persoalan dari
setiap individu?
c. Sejauh mana keluarga mengenali bahwa kebutuhan keluarga telah
dipenuhi oleh keluarga? Bagaimana proses pelepasan emosional
(mencurahkan masalah) keluarga? Untuk pertanyaan no. a, b, c
menunjukkan bahwa daftar anggota keluarga juga mencakup kebutuhan
mereka (seperti yang dipersepsikan oleh anggota keluarga) dan sejauh
mana kebutuhan ini dipenuhi oleh anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi13
a. Kaji praktik keluarga dalam mebesarkan anak dalam isu berikut.
1) Pengendalian perilaku, meliputi disiplin, penghargaan, dan hukuman
2) Otonomi dan ketergantungan
3) Memberi dan menerima cinta
4) Latihan perilaku yang sesuai dengan usia (perkembangan fisik,
sosial, emosional, bahasa, dan intelektual).
b. Seberapa adaptif praktik keluarga dalam membesarkan anak untuk
sebuah bentuk keluarga dan situasi tertentu?
c. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan anak
atau fungsi sosalisasi? Apakah fungsi ini dipikul bersama? Jika demikian,
bagaimana hal ini diatur?
d. Bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga ini?
e. Keyakinan budaya apa yang mempengaruhi pola keluarga dalam
membesarkan anak ?
f. Bagaimana faktor sosial mempengaruhi pola pengasuhan anak?
g. Apakah keluarga ini berisiko tinggi mengalami masalah membesarkan
anak? Jika demikian, faktor apa yang menyebabkan keluarga beresiko?
h. Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak untuk bermain
anak-anak (sesuai dengan tahap perkembangan anak)? Apakah peralatan
permainan yang ada sesuai dengan usia anak?

3. Fungsi Perawatan Keluarga14


a. Mengenal
1) Promosi/peningkatan kesehatan? Pencegahan?
2) Apa tujuan kesehatan keluarga?
3) Apakah keluarga dapat mengamati secara akurat dan melaporkan
gejala dan perubahan yang signifikan?
4) Apakah sumber informasi dan saran kesehatan bagi keluarga?
5) Bagaimana keluarga mengkaji status kesehatannya saat ini?
6) Apakah keluarga mengetahui tentang sumber makanan dari piramida
pedoman makanan ?
7) Apakah yang merupakan kebiasaan tidur anggota keluarga?
8) Apa keyakianan keluarga tentang hubungan aktivitas fisik dengan
kesehatan?
9) Apakah keluarga menggunakan alkohol, tembakau, kopi, cola, atau
teh? (kafein dan teobromin adalah stimulan)
10) Sudah berapa lama anggota keluarga menggunakan alkohol atau obat
penenang?
11) Apakah anggota keluarga mengonsumsi obat sebagai penenang?
12) Apakah penggunaan tembakau, alkohol, atau obat yang diresepkan
oleh anggota keluarga dirasakan sebagai masalah?
13) Apakah penggunaan alkohol atau obat lainnya menggunakan
kapasitas untuk melakukan aktivitas yang biasa?
14) Bagaimana keseluruhan kesehatan dari anggota keluarga dari
hubungan pernikahan (kakek/nenek, orang tua, bibi, paman, sepupu,
saudara, dan generasi) selama tiga generasi?
15) Apakah ada riwayat penyakit genetik atau keturunan di masa lalu
dan sekarang- penyakit diabetes, jantung, tekanan darah tinggi,
stroke, kanker, gout, penyakit ginjal dan tiroid, asma, dan keadaan
alergi lainnya, penyakit darah, atau penyakit keturunan lainnya.
16) Apakah riwayat keluarga tentang masalah emosi atau bunuh diri?
Apakah terdapat penyakit keluarga yang berkaitan dengan
lingkungan?
b. Memutuskan
1) Nilai apa yang dianut keluarga dalam kesehatan?
2) Apakah terdapat konsistensi antara nilai kesehatan keluarga seperti
yang dinyatakan dan tindakan kesehatan mereka ?
3) Kegiatan promosi kesehatan apa yang dilakukan keluarga secara
teratur?Apakah perilaku ini merupakan karakteristik dari semua
anggota keluarga, atau apakah pola perilaku promosi kesehatan
sangat beragam di antara anggota keluarga?
4) Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat dan sakit untuk masing-
masing anggota keluarga? Tanda-tanda apa yang memberikan kesan,
dan siapa yang memutuskan?
5) Masalah kesehatan apa yang saat ini diidentifikasi oleh keluarga?
6) Siapakah yang bertanggung jawab untuk terhadap perencanaan,
belanja, dan persiapan makanan?
7) Apakah ada pembatasan anggaran makanan?
8) Penggunaan kupon makanan?
9) Apakah saat makan memiliki suatu fungsi tertentu bagi keluarga?
10) Bagaimana kebiasaan keluarga dalam mengonsumsi makanan
kudapan?
11) Apakah jam tidur ditetapkan secara teratur?
12) Siapa yang memutuskan kapan anak-anak harus tidur?
13) Dimana anggota keluarga tidur?
14) Apakah pekerjaan harian yang biasa memberikan kesempatan untuk
latihan?
15) Apakah keluarga menyimpan obat dalam periode yang lama dan
menggunakannya kembali?
16) Apa yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki status
kesehatannya?
17) Siapakah pemimpin kesehatan di dalam keluarga?
18) Siapa yang membuat keputusan kesehatan di dalam keluarga?
19) Apa nilai, sikap, dan keyakinan keluarga mengenai perawatan di
rumah ?
20) Bagaimana riwayat dan perasaan keluarga tentang keadaan fisik
ketika berada dalam keadaan sehat?
21) Apa praktik pelayanan/perawatan kesehatan alternatif yang
digunakan oleh anggota keluarga?
22) Bagaimana mereka turut mengikuti praktik ini, dan atas alasan apa
mereka mengikuti praktik ini?
23) Bagaimana perasaan anggota keluarga tentang manfaat praktik ini
tehadap kesehatannya?
24) Sudahkah praktik ini dilaksanakan berdasarkan koordinasi dengan
pelayanan berbasis medis lainnya?
c. Merawat
1) Bagaimana informasi dan saran tentang kesehatan diteruskan kepada
anggota keluarga?
2) Masalah kesehatan apa yang membuat keluarga merasa mereka
rentan?
3) Apa persepsi keluarga tentang berapa banyak kontrol kesehatan yang
mereka lakukan dengan melakukan tindakan kesehatan yang tepat?
4) Apakah diet keluarga adekuat? (catatan riwayat pola makan
keluarga selama tiga hari dianjurkan)
5) Bagaimana makanan disiapkan?
6) Berapa banyak makanan yang dikonsumsi per hari?
7) Bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jam makan?
8) Apakah kebutuhan tidur anggota keluarga sesuai dengan status
kesehatan dan usia mereka?
9) Apakah anggota keluarga melakukan istirahat siang secara teratur
dan memiliki cara-cara lain untuk istirahat selama sehari?
10) Apakah anggota keluarga secara teratur menggunakan obat yang
diresepkan?
11) Apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah penyakit?
12) Apa yang dilakukan anggota keluarga ketika merawat anggota yang
sakit di rumah?
13) Kapan pemeriksaan terakhir terhadap mata dan pendengaran
dilakukan?
14) Bagaimana status imunisasi anggota keluarga?
15) Apakah anggota keluarga menggunakan air yang diberi florida, dan
apakah anak-anak dianjurkan untuk menggunakan florida setiap
hari?
16) Bagaimana pola keluarga dalam mengasup gula dan tepung?
17) Apakah anggota keluarga menerima perawatan gigi profesional yang
bersifat preventif/pencegahan, termasuk pendidikan kesehatan,
penyinaran dengan sinar X secara periodik, kebersihan, perbaikan,
dan untuk anak-anak, florida oral atau topikal?
d. Memodifikasi
1) Bagaimana kelayakan penyimpanan dan lemari pendingin makanan?
2) Apakah anggota keluarga menyadari bahwa rekreasi aktif dan
olahraga secara teratur penting untuk kesehatan?
3) Jenis rekreasi dan aktivitas fisik apa (mis., lari, bersepeda, berenang,
menari, tenis) yang dilakukan keluarga? Berapa kali? Siapa yang
mengikuti?
4) Apakah aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh anggota keluarga
membutuhkan energi yang kecil untuk dikeluarkan? Apakah anggota
keluarga menghabiskansedikitnya 30 menit hampir setiap hari dalam
melakukan aktivitas fisik yang sedang atau berat?
5) Apa jenis aktivitas rekreasi/waktu luang subsistem keluarga
(subsistem pasangan, subsistem orangtua-anak, dan sub sitem
saudara). Seberapa sering aktivitas ini terjadi? Siapa yang
berpartisipasi?
6) Apakah obat diberi label dan disimpan dengan tepat di tempat yang
aman dan jauh dari jangkauan anak kecil?
7) Bagaimana kemampuan keluarga dalam hal perawatan diri yang
berkaitan dengan pengakuan terhadap tanda dan gejala, diagnosis
dan perawatan di rumah terhadap masalah kesehatan yang umum dan
sederhana?
8) Apakah kebiasaan hygiene oral keluarga yang berkaitan dengan sikat
gigi setelah makan?
e. Memanfaatkan
1) Apa yang dirasakan anggota keluarga tentang aktivitas
rekreasi/waktu luang (kepuasan terhadap waktu yang dihabiskan dan
jenis aktivitas).
2) Dari mana anggota keluarga menerima perawatan (sebutkan praktisi
perawatan kesehatan/lembaga perawatan kesehatan)?
3) Apakah penyedia atau lembaga kesehatan merawat dan
memperhatikan semua kebutuhan kesehatan mereka?
4) Bagaimana perasaan keluarga tentang jenis pelayanan kesehatan
yang tersedia di dalam masyarakat?
5) Bagaimana perasaan keluarga mengenai pelayanan kesehatan yang
diterima?
6) Apakah keluarga merasa nyaman, puas, dan percaya dengan
perawatan yang diterima dari penyedia pelayanan kesehatan?
7) Apakah keluarga memiliki pengalaman masa lalu dengan pelayanan
kesehatan keluarga?
8) Apa sikap dan harapan keluarga terhadap peran perawat?
9) Apa lembaga atau dokter yang memberikan layanan perawat
memiliki pelayanan darurat?
10) Apakah pelyanan medis dari pemberi pelayanan kesehatan saat ini
tersedis, jika terjadi keadaan darurat?
11) Jika tidak ada pelayanan darurat, apkaah keluarga mengetahui
dimana pelyanan darurat terdekat (menurut kelayakan) baik untuk
anak-anak maupun anggota keluarga yang dewasa?
12) Apakah keluarga mengetahui bagaimana cara menghubungi
ambulans dan pelayanan paramedis?
13) Apakah keluarga memiliki rencana kesehatan gawat darurat?
14) Bagaimana keluarga membayar pelayanan yang diterima?
15) Apakah keluarga memiliki rencana asuransi kesehatan swasta,
medicare, atau medicaid atau haruskah membayar penuh atau
sebagian?
16) Apakah keluarga mendapatkan pelayanan gratis (atau mengetahui
siapa yang layak mendapatkannya) ?
17) Apa efek dari biaya perawatan kesehatan terhadap pemakaian
pelayanan kesehatan oleh keluarga?
18) Jika keluarga memiliki asuransi kesehatan (swasta, medicare,
medicaid), apakah keluarga diinformasikan tentang layanan apa yang
dijamin oleh asuransi seperti pelayanan preventif, peralatan medis
tertentu, kunjungan rumah, dll?
19) Berapa jarak fasilitas perawatan dari rumah keluarga?
20) Alat transportasi apa yang digunakan keluarga untuk mencapai
fasilitas perawatan?
21) Jika kleuarga harus menggunakan angkutan umum, masalah apa
yang timbul dalam hal jam pelayanandan lamanya perjalanan ke
fasilitas pelayanan kesehatan.

4. Fungsi Ekonomi
a. Apakah kebutuhan keluarga terpenuhi?
b. Apakah keluarga menyisihkan uang untuk masa depan?
c. Bagaimana memperoleh sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup?
d. Bagaimana ibu dalam mengatur anggaran belanja yang diberikan ayah
untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam sebulan?
e. Apakah pendapatan yang diperoleh mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari
f. Apakah ada dana khusus untuk kesehatan.

5. Fungsi Reproduksi
a. Berapa jumlah anak ?
b. Apakah memiliki rencana untuk mempunyai anak ?
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan anak ?
d. KB apa yang digunakan saat ini ?
e. Apakah pernah keguguran, aborsi ?

1.3.1.6 Stres, Koping, dan Adaptasi Keluarga15


Stresor, kekuatan, dan persepsi keluarga
1. Apa saja stresor (baik jangka panjang maupun pendek) yang pernah dialami
oleh kleuarga? Merujuk pada Family Inventory of Live Events and Changes
Scale sebagai contoh stresor yang penting. Pertimbangkan stresor ekonomi
sosial dan lingkungan. Bagaimana kekuatan dan jangka waktu dari stresor
ini?
2. Kekuatan apa yang mengimbangi stresor itu? Apakah keluarga mampu
menangani stres dan ketegangan kehidupan keluarga sehari-hari? Sumber
apa yang dimiliki keluarga untuk mengatasi stresor itu?
3. Bagaimana keluarga mendefinisikan situasi tersebut?
Apakah realistik, penuh harapan, dilihat sebagai tantangan? Apakah
keluarga mampu bertindak berdasarkan pada penelitian realistis dan objektif
terhadap situasi atau peristiwa yang penuh stres? Atau apakah stresor utama
dilihat sebagai hal yang sangat besar, sulit di atasi, atau sesuatu yang
merusak?
Strategi koping keluarga
1. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap stresor yang sedang dialami? Strategi
apa yang digunakan? Strategi koping apa yang dilakukan keluarga dan
untuk menangani jenis masalah apa? Apakah cara koping anggota keluarga
berbeda untuk mengatasi masalah saat ini? Jika demikian, bagaimana?
2. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping internal?
Mengandalkan kelompok keluarga
Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas (memperkuat kohesivitas)
Fleksibilitas peran
Normalisasi
Mengendalikan makna masalah dengan pembingkaian ulang dan penilaian
pasif
Pemecahan masalah bersama
Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga
Menggunakan humor dan tawa
3. Sejauh mana keluarga menggunakan strategi koping eksternal
berikut? Memelihara jalinan aktif dengan komunitas
Menggunakan dukungan spiritual
Menggunakan sistem dukungan sosial
Untuk memperoleh informasi jaringan dukungan sosial lebih lanjut, baik
genogram dan ecomap dianjurkan.
4. Strategi koping disfungsional apa yang pernah digunakan keluarga atau
apakah keluarga saat ini menggunakannya? Adakah ada tanda-tanda
disfungsional seperti yang tercantum di bawah ini? Jika demikian, catat dan
sejauh mana tanda tersebut digunakan?
Mengkambinghitamkan
Penggunaan ancaman
Mitos keluarga
Orang ketiga
Pseudomutualitas
Otoriterianisme
Perpecahan keluarga
Penyalahgunaan alkohol/ obat-obatan
Kekerasan dalam keluarga (pasangan, anak, sibling, lansia, atau
homoseksual)
Pengabaian anak
Adaptasi keluarga
1. Bagaimana pengelolaan atau fungsi keluarga? Apakah stresor/masalah
keluarga dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa dampak dari stresor
pada fungsi keluarga?
2. Apakah keluarga berada dalam krisis? (salah satu tugas primer perawat
keluarga adalah mendeteksi kapan keluarga berada dalam krisis). Apakah
masalah yang ada merupakan bagian dari ketidakmampuan kronik
menyelesaikan masalah (mis., apakah keluarga terpajan krisis)?
Melacak stresor, koping, adaptasi sepanjang waktu
1. Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan
sangat bermanfaat untuk melacak atau memantau bagaimana keluarga
bereaksi terhadap stresor, persepsi, koping, dan adaptasi. Apakah keluarga
mulai pulih, menghasilkan proses koping yang berguna, atau apakah tetap
pada tingkat adaptasi yang sama, atau menunjukkan tanda-tanda penurunan
adaptasi?
Tabel 1.5 Indikator Keluarga Sejahtera
No. Indikator Mampu Tidak
Mampu
6 Indikator tahapan keluarga sejahtera (KS I)
atau indikator “kebutuhan dasar keluarga” dari
21 indikator keluarga sejahtera
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali
sehari atau lebih
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda
untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian
3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap,
lantai dan dinding yang baik
4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana
kesehatan
5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke
sarana pelayanan kontrasepsi
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga
bersekolah
8 indikator keluarga sejahtera II (KS II) atau
indikator “kebutuhan pengembangan” keluarga,
dari 21 indikator keluarga sejahtera
1. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing
2. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota
keluarga makan daging /ikan/telur
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang
satu stel pakaian baru dalam setaun
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap
penghuni rumah
5. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat
sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-
masing
6. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang
bekerja untuk memperoleh penghasilan
7. Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa
baca tulis latin
8. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi
5 indikator keluarga sejahtera III (KS III) atau
indikator “kebutuhan psikologis” keluarga, dari
21 indikator keluarga sejahtera
1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan
agama
2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam
bentuk uang atau barang
3. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang
seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi
4. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal
5. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/
majalah/ radio/ tv/ internet
2 indikator keluarga sejahtera III Plus (KS III
Plus) atau indikator “aktualisasi diri” keluarga,
dari 21 indikator keluarga sejahtera
1. Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial
2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/ yayasan/ institusi masyarakat
Sumber: (BkkbN, 2011).

Tabel 1.6 Tingkat Kemandirian Keluarga


Tingkat Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria
Kemandirian 1 2 3 4 5 6 7

Tingkat I V V
Tingkat II V V V V V
Tingkat III V V V V V V
Tingkat IV V V V V V V V
Sumber : (Riasmini.,dkk, 2017)

Family System Stressor-Strength Inventory (FS3I)


FS3I adalah instrumen pengkajian/pengukuran yang ditujukan untuk
digunakan bersama keluarga. Instrumen ini berfokus pada identifikasi situasi yang
menimbulkan stres yang terjadi dalam keluarga dan kekuatan-kekuatan yang
digunakan keluarga untuk mempertahankan fungsi keluarga yang sehat. Setiap
anggota keluarga diminta mengisi instrumen pada format individu sebelum
diwawancarai oleh klinisi. Pertanyaan dapat dibedakan untuk anggota keluarga
yang tidak dapat membaca.
Klinisi mencatat nilai anggota keluarga masing-masing dan nilai persepsi
klinisi pada ringkasan kuantitatif. Kode warna yang berbeda digunakan untuk
setiap anggota keluarga.
Nama keluarga ................................................................................Tanggal.............
Anggota keluarga yang menyelesaikan pengkajian...................................................
Latar belakang etnik...................................................................................................
Latar belakang agama................................................................................................
Sumber rujukan..........................................................................................................
Pewawancara.............................................................................................................
No. Anggota Hubungan Usia Status Pendidikan Pekerjaan
keluarga dalam perkawinan (tingkat
keluarga tertinggi)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alasan keluarga mencari bantuan saat ini ?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Bagian I : Stressor Sistem Keluarga : Umum
Petunjuk : masing-masing dari 25 situasi/stresor yang tercantum di bawah ini
berhadapan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga yang normal. Setiap
stresor memiiki potensi menimbulkan stres dalam keluarga atau antar-keluarga
dan dunia tempat tinggal. Lingkari nomor (0 sampai 5) yang paling
menggambarkan jumlah stres atau ketegangan yang diciptakan situasi-situasi
tersebut pada anda.
Persepsi
Nilai Persepsi Keluarga
Klinisi
No. Stressor Tidak
Stres Stres Stres
menimb Nilai
sedikit sedang tinggi
u
lkan stres
1. Anggota keluarga
0 1 2 3 4 5
Merasa tidak dihargai
2. Rasa bersalah karena
tidak mencapai sesuatu 0 1 2 3 4 5
yang lebih
3. Waktu untuk diri sendiri
0 1 2 3 4 5
tidak cukup
4. Gambaran diri/harga diri/
0 1 2 3 4 5
perasaan tidak menarik
5. Perfeksionisme 0 1 2 3 4 5
6. Berdiet 0 1 2 3 4 5
7. Sehat/sakit 0 1 2 3 4 5
8. Komunikasi dengan
0 1 2 3 4 5
anak2
9. Standar pemeliharaan
0 1 2 3 4 5
rumah
10. Waktu untuk pasangan
0 1 2 3 4 5
tidak cukup
11. Waktu bermain keluarga
0 1 2 3 4 5
tidak cukup
12. Perilaku anak/ disiplin/
pertengkaran dengan 0 1 2 3 4 5
saudara kandung
13. Televisi 0 1 2 3 4 5
14. Kalender keluarga
0 1 2 3 4 5
melebihi jadwal
15. Kurangnya pembagian
tanggung jawab dalam 0 1 2 3 4 5
keluarga
16. Perpindahan 0 1 2 3 4 5
17. Hubungan suami-istri
(komunikasi, 0 1 2 3 4 5
pertemanan, seks)
18. Liburan 0 1 2 3 4 5
19. Saudara ipar 0 1 2 3 4 5
20. Perilaku remaja
(komunikasi , Musik, 0 1 2 3 4 5
teman, sekolah)
21. Bayi baru 0 1 2 3 4 5
22. Ekonomi/ keuangan/
0 1 2 3 4 5
anggaran
23. Tidak bahagia dengan
0 1 2 3 4 5
situasi kerja
24. Terlalu sukarela 0 1 2 3 4 5
25. Tetangga 0 1 2 3 4 5
Stressor tambahan: ..................................................................................................
Komentar keluarga: .................................................................................................
Klinisi: klarifikasi dengan anggota keluarga situasi/masalah yang menimbulkan
stres. Prioritaskan berdasarkan tingkat kepentingannya bagi anggota keluarga:
.................................................................................................................................
Bagian II : Strssor Sistem Keluarga: Spesifik
Petunjuk : 12 pertanyaan berikut ini dirancang untuk memberikan informasi
tentang situasi/masalah anda yang menyebabkan stres, atau area masalah yang
mempengaruhi kesehatan keluarga anda. Lingkari nomor (1 sampai 5) yang paling
baik menggambarkan pengaruh situasi tersebut pada kehidupan keluarga anda dan
sebeberapa baik anda menerima fungsi keluarga anda secara keseluruhan.
Situasi/masalah atau area masalah spesifik yang menimbulkan stres pada saat ini
adalah:........................................................................................................................
Persepsi
Nilai Persepsi Keluarga
No. Stressor Klinisi
Sedikit Sedang Tinggi Nilai
1. Sampai sejauh mana keluarga anda
merasa terganggu oleh masalah/
situasi yang menimbulkan stres ini?
(mis., dampak pada interaksi 1 2 3 4 5
keluarga, komunikasi antar anggota
keluarga, hubungan emosional dan
sosial)
Komentar Keluarga :
2. Seberapa besar dampak dari situasi
yang menimbulkan stres ini pada
pola hidup keluarga anda biasanya? 1 2 3 4 5
(mis., efek pada pola gaya hidup dan
tugas perkembangan orang tua)
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
3. Seberapa besar situasi ini
mempengaruhi kemampuan keluarga
anda untuk bekerja sama sebagai satu
unit keluarga? (mis., perubahan 1 2 3 4 5
dalam peran keluarga, penyelesaian
tugas-tugas keluarga, diikuti dengan
perubahan tanggung jawab)
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
Apakah keluarga anda pernah mengalami masalah yang sama di masa lalu?
1. YA jika YA, lanjutkan ke pertanyaan 4
2. TIDAK jika TIDAK, lanjutkan ke pertanyaan 5
4. Bagaimana tingkat keberhasilan
keluarga anda di masa lalu dalan
mengatasi situasi/ masalah/
1 2 3 4 5
kekhawatiran ini? (mis.,
pembentukan strategi koping yang
dapat diterapkan, tindakan adaptif
yang bermanfaat. Perbaikan situasi)
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
5. Seberapa kuat anda rasa situasi/
masalah/ kekhawatiran saat ini akan
mempengaruhi keluarga anda di 1 2 3 4 5
masa yang akan datang? (mis.,
konsekuensi antisipasi)
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
6. Sampai sejauh mana anggota
keluarga dapat membantu diri
mereka sendiri dalam menghadapi
situasi/ masalah / kekhawatiran
1 2 3 4 5
sekarang ini? (mis., upaya membantu
diri, harapan keluarga, pengaruh
spiritual, dan sumber-sumber
keluarga)
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
7. Sampai sejauh mana anda
mengharapkan orang lain membantu
keluarga anda dalam menghadapi
situasi/ masalah/ kekhawatiran ini?
(mis., peran apa yang akan 1 2 3 4 5
dimainkan oleh orang yang
membantu anda tersebut; bagaimana
ketersediaan sumber-sumber
tambahan keluarga)
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
8. Bagaimana anda menilai cara
keluarga anda berfungsi secara
keseluruhan? (mis., bagaimana
anggota keluarga anda saling 1 2 3 4 5
berhubungan satu sama lain dengan
keluarga yang lebih besar dan
komunitas?)
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
9. Bagaimana anda menilai status
kesehatan fisik pada masing-masing
anggota keluarga secara
keseluruhan? (masukkan diri anda
sebagai anggota keluarga, catat nama
tambahan di bagian belakang)
a. ........................................................ 1 2 3 4 5
b. ........................................................ 1 2 3 4 5
c. ........................................................ 1 2 3 4 5
d. ........................................................ 1 2 3 4 5
e. ........................................................ 1 2 3 4 5
10. Bagaimana anda menilai status
kesehatan fisik keluarga anda secara 1 2 3 4 5
keseluruhan?
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
11. Bagaimana anda menilai status
kesehatan mental masing-masing
anggota keluarga anda secara
keseluruhan? (masukkan diri anda
sebagai anggota keluarga; catat
tambahan nama di belakang)
a. ........................................................ 1 2 3 4 5
b. ........................................................ 1 2 3 4 5
c. ........................................................ 1 2 3 4 5
d. ........................................................ 1 2 3 4 5
e. ........................................................ 1 2 3 4 5
12. Bagaimana anda menilai status
kesehatan mental keluarga anda 1 2 3 4 5
secara keseluruhan?
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :

Bagian III : Kekuatan Sistem Keluarga


Petunjuk : masing-masing dari 16 sifat/atribut yang tercantum di bawah ini
berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan keluarga dan fungsinya secara
keseluruhan. Setiap satu atribut berperan pada keseluruhan dan kesejahteraan
anggota keluarga sebagai individu dan pada keluarga sebagai keseluruhan.
Lingkari nomor (0 sampai 5) yang paling baik menggambarkan sifat yang sesuai
dengan keluarga anda.
Persepsi
Nilai Persepsi Keluarga
Klinisi
No. Stressor
Tidak
Jarang Sering Selalu Nilai
dilakukan
1. Berkomunikasi dan
saling mendengarkan 0 1 2 3 4 5
satu sama lain
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
2. Saling menguatkan dan 0 1 2 3 4 5
mendukung satu sama
lain
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
3. Mengajarkan sikap
0 1 2 3 4 5
menghar-gai orang lain
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
4. Membangun rasa
percaya dalam anggota 0 1 2 3 4 5
keluarga
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
5. Menunjukkan rasa
0 1 2 3 4 5
senda gurau dan humor
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
6. Menunjukkan rasa
pemba-gian tanggung 0 1 2 3 4 5
jawab
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
7. Mengajarkan konsep
0 1 2 3 4 5
benar dan salah
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
8. Memiliki rasa
kekeluargaan penuh
0 1 2 3 4 5
dengan ritual dan tradisi
yang kuat
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
9. Memiliki interaksi yang
seimbang antar- 0 1 2 3 4 5
anggota keluarga
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
10. Memiliki pembagian
0 1 2 3 4 5
inti keagamaan
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
11. Saling menghormati
0 1 2 3 4 5
privasi orang lain
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
12. Melayani dengan saling
0 1 2 3 4 5
menghargai orang lain
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
13. Mengembangkan waktu
dan percakapan 0 1 2 3 4 5
keluarga
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
14. Berbagi waktu
0 1 2 3 4 5
bersenang-senang
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
15. Mengakui dan meminta
bantuan untuk 0 1 2 3 4 5
mengatasi masalah
Komentar Keluarga :
Komentar Klinisi :
16. a. Bagaimana anda
menilai kekuatan
yang ada dalam 0 1 2 3 4 5
keluarga anda secara
menyeluruh?
Komentar Keluarga:
Komentar Klinisi :
b. Tambahan kekuatan
keluarga
c. Klinisi: Klarifikasi
kekuatan keluarga
dengan anggota
keluarga secara
individu:

RINGKASAN PENILAIAN
Ringkasan penilaian dari Inventarisasi Sistem Kekuatan Stressor Keluarga
(FS3I) dibagi menjadi 2 bagian: bagian 1 adalah skor persepsi keluarga dan
bagian 2 adalah skor persepsi klinisi. Kedua bagian ini akan di bagi lagi menjadi 3
bagian : Bagian 1, Sistem Stressor Keluarga(Umum); Bagian 2, Sistem Stressor
Keluarga (Spesifik); dan Bagian 3, Sistem Kekuatan Keluarga. Masing-masing
penilaian mengandung ringkasan kuantitaif dan kualitatif.
Skor keluarga dan skor persepsi klinisi keduanya digambarkan dalam
ringkasan kuantitatif. setiap anggota keluarga memiliki kode warna yang
ditentukan. komentar keluarga dan klinisi keduanya dicatat pada ringkasan
kualitatif. skor ringkasan kuantitatif, ketika digambarkan, menunjukkan tingkat
untuk memulai mode pencegahan: primer, sekunder dan tersier. informasi
ringkasan kualitatif, ketika disintesis, berkontribusi pada pengembangan dan
penyaluran Rencana Perawatan Keluarga.

Bagian 1 : Skor Persepsi Keluarga


1. Sistem Stressor Keluarga (Umum)
Menambah skor dari pertanyaan 1 sampai 25 dan menghitung skor numerik
keseluruhan untuk Sistem Stressor Keluarga (Umum). Peringkat dari 1
(paling positif) hingga 5 (paling negatif). Tanggapan yang tidak berlaku (0)
dihilangkan dari perhitungan. Total skor berkisar dari 25 hingga 125.
Skor Sistem Stressor Keluarga (Umum).
()×1 =
25
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga (Umum),
Persepsi Anggota Keluarga. Kode warna untuk membedakan anggota
keluarga.
Catatan stressor tambahan dan komentar keluarga pada bagian I, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan klinisi.
2. Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1-8,10, 12 dan menghitung skor
numerik untuk Sistem Stressor Keluarga (Spesifik). Peringkat dari 1 (paling
positif) hingga 5 (paling negatif). Pertanyaan nomor 4,6,7,8,10,12 diberi skor
terbalik. Total skor berkisar dari 10-50.
Skor Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)
()×1=
10
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik,
(Persepsi Anggota Keluarga). Kode warna untuk membedakan anggota
keluarga.
Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan
catatan komentar keluarga di bagian II, ringkasan kualitatif : komentar
keluarga dan medis.
Sistem Kekuatan Keluarga
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1 sampai 16 dan menghitung skor
numerik untuk Sistem Kekuatan Keluarga. Peringkat mulai dari 1 (jarang)
hingga 5 (sering). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari
perhitungan. Total skor berkisar dari 16 hingga 80.
Skor Sistem Kekuatan Keluarga
()×1=
16
Grafik skor di ringkasan kuantitatif: Sistem Kekuatan Keluarga, (Persepsi
Anggota Keluarga).
Catatan tambahan kekuatan keluarga dan komentar keluarga di bagian III,
ringkasan kualitatif: komentar keluarga dan klinisi.
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)

Bagian 2: Skor Persepsi Klinisi


1. Sistem Stressor Keluarga (umum)
Menambah skor dari pertanyaan 1 sampai 25 dan menghitung skor numerik
keseluruhan untuk Sistem Stressor Keluarga (Umum). Peringkat dari 1
(paling positif) hingga 5 (paling negatif). Tanggapan yang tidak berlaku (0)
dihilangkan dari perhitungan. Total skor berkisar dari 25 hingga 125.
Skor Family System Stressor
(Umum). ( ) × 1 =
25
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Umum
(Persepsi klinisi)
Catatan klarifikasi klinisi dari stressor umum pada bagian I, ringkasan
kualitatif : komentar keluarga dan klinisi.
2. Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1-8,10, 12 dan menghitung skor
numerik untuk Sistem Stressor Keluarga (Spesifik). Peringkat dari 1 (paling
positif) hingga 5 (paling negatif). Pertanyaan nomor 4,6,7,8,10,12 diberi skor
terbalik. Total skor berkisar dari 10-50.
Skor Sistem Stressor Keluarga (Spesifik)
()×1=
10
Grafik skor di ringkasan kuantitatif, Sistem Stressor Keluarga: Spesifik,
(Persepsi klinisi)
Rangkuman data dari pertanyaan nomor 9 dan 11 (diberi skor terbalik) dan
catatan komentar medis di bagian II, ringkasan kualitatif : komentar keluarga
dan klinisi.
3. Sistem Kekuatan Keluarga
Menambahkan skor dari pertanyaan nomor 1 sampai 16 dan menghitung skor
numerik untuk Sistem Kekuatan Keluarga. Peringkat mulai dari 1 (jarang)
hingga 5 (sering). Tanggapan yang tidak berlaku (0) dihilangkan dari
perhitungan. Total skor berkisar dari 16 hingga 80.
Skor Sistem Kekuatan Keluarga
()×1=
16
Grafik skor di ringkasan kuantitatif: Sistem Kekuatan Keluarga, (Persepsi
klinisi).
Catatan klarifikasi klinisi dari kekuatan keluarga di bagian III, ringkasan
kualitatif: komentar keluarga dan medis.
*Membalikkan skor :
Pertanyaan dijawab (1) diberi skor (5)
Pertanyaan dijawab (2) diberi skor (4)
Pertanyaan dijawab (3) diberi skor (3)
Pertanyaan dijawab (4) diberi skor (2)
Pertanyaan dijawab (5) diberi skor (1)
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
No. Perhatian Kesehatan Diagnosa Keperawatan
1. Masalah Komunikasi Domain : 7 Hubungan Peran
(Orang tua-Remaja) Kelas : 2 Hubungan Keluarga
Diagnosa : (00060) Diskontinuitas Proses
Keluarga
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan dalam pola komunikasi
b. Perubahan dalam tugas yang telah
ditetapkan
c. Perubahan dalam pola hubungan
d. Tidak efektif dalam menyelesaikan tugas.
Domain : 7 Hubungan Peran
Kelas : 3 Penampilan Peran
Diagnosa : (00052) Hambatan Interaksi Sosial
Batasan Karakteristik :
a. Ketidakpuasan dengan hubungan sosial
b. Disfungsi interaksi dengan orang lain
c. Keluarga melaporkan perubahan dalam
berinteraksi.
2. Memperjuangkan Domain : 7 Hubungan Peran
kekuasaan dan disiplin Kelas : 3 Penampilan Peran
(Orang tua-Anak) Diagnosa : (00055) Ketidakefektifan Performa
Peran
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan persepsi peran
b. Perubahan persepsi diri tentang peran
c. Perubahan pola tanggung jawab yang biasa
d. Ketidakadekuatan adaptasi terhadap
perubahan
e. Strategi koping tidak efektif
f. Performa peran tidak efektif
g. Konflik peran
h. Ketidakpuasan peran
i. Ketegangan peran

1.2.3 Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap
perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan disusun dengan penekanan pada
parlisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan
mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Tahapan
penyusunan perencanaan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :
1.2.3.1 Menetapkan Prioritas Masalah
Tabel 1.8 Skala untuk Menentukan Prioritas (Maglaya, 2009)
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah
Skala : Wellness 3
Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala:
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala:
Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0

Cara Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria (Riasmini.,dkk, 2017).

1.2.3.2 Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Penentuan Prioritas


Penentuan prioritas masalah didasarkan dan empat kriteria yaitu sifat
masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah
dan menonjolnya masalah.
1. Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat
diberikan pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan
tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.
2. Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah
perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah
b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
dan waktu.
d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan sokongan masyarakat.
3. Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kepelikan dan masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
b. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
c. Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah.
d. Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
4. Kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
Nilai skor yang tertinggi yang terlebih dahulu diberikan intervensi
keluarga.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tujuan
keperawatan keluarga yaitu:
a. Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga
diarahkan untuk mencapai suatu hasil.
b. Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-
benar bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga.
c. Tujuan menggambarkan berbagai alternatif pemecahan masalah
yang dapat dipilih oleh keluarga.
d. Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosis
keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan.
e. Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung jawab
keluarga dalam pemecahan masalah. Penyusunan tujuan harus
bersama-sama dengan keluarga (Riasmini.,dkk, 2017).

72
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang A. H. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.
Jakarta: Sagung Seto.
Anggrorowati, Prapti. 2014. Evaluasi Hasil Metode Terapi Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) Bagi Pecandu Rokok. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

BkkbN. 2011. Batasan dan Pengertian MDK. Jakarta: BkkbN.


BPJS Kesehatan. 2012. Panduan Praktis Tentang Kepersertaan dan Pelayanan
Kesehatan Yang Diselenggrakan Oleh BPJS Kesehatan Yang
Berdasarkan Regulasi Yang Sudah Terbit. Jakarta: BPJS Kesehatan.
Bulecheck. 2013. Nursing Intervention Clasification. Singapore: Elsevier.
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, &
Praktik. Jakarta: EGC.
Herdman & Heather. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Hidup Sehat Tanpa Rokok.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Moorhead. 2013. Nursing Outcomes Clasification. Singapore: Elsevier.
Nies, Marry A & McEwen, Melanie. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas
dan Keluarga. Singapore: Elsevier.
Riasmini, Ni M., dkk. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,
Kelompok, dan Komunitas dengan modifikasi nanda, ICNP, NOC, NIC di
Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Sumartono, Wasis. 2008. Stop Merokok Sebab Anda Bisa. Jakarta: CV. Sagung
Seto
Widyanto, F.C. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Willis, Sofyan S. 2010. Remaja & Masalahnya. Bandung: ALFABETA.
www.detik.com

73
Lampiran 1

LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI DAN DISKUSI

Kelompok 5
Topik : Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja
Tanggal Presentasi : 20 Mei 2019
Fasilitator : Nety Mawarda Hatmanti, S.Kep.,Ns, M.Kep

I. PENYAJIAN
Skor Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot
(Rentang 0-100) (Bobot x Skor)
1 Kemampuan mengemukakan konsep / 3
teori
2 Kemampuan mengemukakan intisari 3
kasus
3 Kelancaran dan kejelasan dalam 3
penyajian
4 Kemampuan memaparkan materi 3
secara sistematis
5 Sikap dan Penampilan 3
TOTAL
5

II. ISI TULISAN


Skor
Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang 0-
(Bobot x Skor)
100)
1 Pengkajian : 4
 Data lengkap, relevansi dan akurat
 Analisa Data
 Diagnosis Keperawatan
2 Perencanaan : 4
 Prioritas masalah (Skoring)
 Tujuan dan Kriteria Hasil (SMART)
 Rencana Tindakan
3 Implementasi : 4
 Berbentuk narasi
 Penulisan tindakan sesuai standart
 Respon dari tindakan
 Adanya waktu (Tanggal, Jam dan ttd)
4 Evaluasi : 4
 Menilai efektivitas tindakan sesuai
rencana
TOTAL
4
III. DISKUSI

Skor
Nilai
No. Aspek yang Dinilai Bobot (Rentang 0-
(Bobot x Skor)
100)
1 Kemampuan berkomunikasi / berdialog 3
2 Kemampuan menjawab dengan tepat 3
3 Kemampuan berargumentasi 3
4 Kemampuan menerima fakta baru secara 3
terbuka
5 Kemampuan menerima pendapat lain 3
secara kritis
6 Sikap dan Penampilan 3
TOTAL
6

TOTAL NILAI = I + II + III = .................


10

Surabaya, ..........................................
Fasilitator,

NPP.

Surabaya, 08 Februari 2019


PJMK Keperawatan Keluarga PJMK

Nety Mawarda
Hatmanti,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Siti Nurjanah,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
228

Anda mungkin juga menyukai