Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL

GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PEROKOK AKTIF


DI DENPASAR SELATAN

Oleh :

YOSEFA SASTRIANI

NIM. P07134019111

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

DENPASAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rokok merupakan salah satu permasalahan nasional maupun internasional

yang menyebabkan kematian pada orang dewasa diseluruh dunia dan

menyebabkan 5,4 juta kematian tahun 2006, yang artinya rata-rata 1 kematian

dalam setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 mendekati 2 kali dari

jumlah kematian saat ini, apabila kebiasaan merokok terus berlanjut (Lisa

Elizabet, 2010). Indonesia adalah negara dengan jumlah perokok terbesar di

dunia setelah China dan India. Selain itu, Indonesia juga menduduki

peringkat ke-lima sebagai konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika

Serikat, Rusia dan Jepang (WHO, 2008).

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan bahwa,

kebiasaan merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan

dari tahun 2007 ke tahun 2013, tetapi cenderung mengalami peningkatan dari

34,2 % pada tahun 2007, menjadi 36,3 % pada tahun 2013. Data riset tersebut

juga menunjukan bahwa pada tahun 2013, warga yang menghisap rokok

merupakan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 64,9% dan berjenis kelamin

perempuan sebanyak 2,1% (Riskesdas 2013).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, pada tahun 2014

jumlah total penduduk Bali (laki-laki dan perempuan) adalah sebanyak 4,1

juta jiwa, dengan rasio perempuan dan laki-laki hampir seimbang yaitu 50:50.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, peringkat


pertama jumlah perokok perempuan terbanyak di Indonesia diduduki oleh

Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Bali berada pada peringkat ke

keenam.

Selain itu, ditemukan juga perokok yang masih berumur 10-14 tahun

sebanyak 1,4% dan perokok kelompok yang tidak bekerja sebanyak 9,9%.

Proposi penduduk yang merokok dan juga mengunyah tembakau cenderung

mengalami peningkatan dalam Riskesdas 2007 sebanyak 34,2%, Riskesdas

2010 sebanyak 34,7% dan Riskesdas 2013 sebanyak 36,3%.

Merokok merupakan suatu perilaku menghisap rokok yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari dan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari

bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok (Soetjiningsih,

2010). Kebiasaan menghisap rokok merupakan salah satu faktor penyebab

peningkatan kolesterol (Minarti, 2014). Menghisap sebatang rokok

mengakibatkan terjadinya kenaikan kadar kolesterol yang disebabkan oleh

senyawa berbahaya yang terkandung dalam asap rokok. Hal tersebut dapat

menyebabkan gangguan kesehatan, seperti penyakit jantung koroner,

trombosis koroner, kanker, bronkitis atau radang cabang tenggorok, dan

kematian pada janin (Malaeny, Katuuk dan Onibala, 2017).

Kolesterol merupakan metabolit yang dimana terkandung lemak sterol

yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah.

Kebanyakan orang mengaku tahu akan dampak buruk merokok bagi

kesehatan, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa zat kimia yang terkandung

dalam rokok dapat meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dan

menurunkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) di dalam tubuh manusia.


Pada perokok, kadar HDL yang rendah yaitu pembuatan kolesterol baik yang

bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu. Sementara

sebaliknya pada kadar LDL, dimana orang yang merokok kadar LDL yang

tinggi, artinya lemak dari hati justru di bawa kembali ke jaringan tubuh

(Sanhia, Pangemanan dan Engka, 2015).

Rokok banyak mengandung senyawa berbahaya, seperti tembakau yang

dapat dibuat rokok. Kandungan senyawa penyusun rokok yang dapat

memengaruhi pemakai adalah golongan alkaloid yang bersifat perangsang

(stimulant). Alkaloid yang terdapat dalam daun tembakau yaitu nikotin,

nikotirin, anabasin, myosmin, dan lain-lain. Nikotin merupakan suatu zat atau

bahan senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotiana tabacum, nicotiana

rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat

mengakibatkan ketergantungan. Nikotin dapat menyebabkan peningkatan

kadar trigliserida, kolesterol, dan VLDL, serta penurunan kadar HDL. Pada

orang-orang yang merokok ditemukan kadar HDL (High Density Lipoprotein)

yang rendah sedangkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) tinggi yang

artinya pembentukan kolesterol baik yang bertugas membawa lemak dari

jaringan ke hati menjadi terganggu karena lemak dari hati justru dibawa

kembali ke jaringan tubuh (Sanhia et al, 2015).

Kelebihan kolesterol dalam darah akan mudah melekat pada dinding

sebelah dalam pembuluh darah. Kadar kolesterol dalam tubuh pada dasarnya

dapat dikontrol dengan pola hidup yang sehat serta mengonsumsi makanan

atau minuman yang dapat meningkatkan kadar kolesterol (Rusilanti, 2014).


Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Kusumasari (2015)

tentang hubungan antara merokok dengan kadar kolesterol total pada pegawai

pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil

yaitu 30 sampel yang merokok memiliki kadar kolesterol tinggi sebanyak 26

sampel (89,7%) dan 4 sampel memiliki kadar kolesterol normal (12,9%).

Sedangkan dari 30 sampel yang tidak merokok, terdapat 27 sampel memiliki

kadar kolesterol normal (87,1%) dan 3 sampel memiliki kadar kolesterol

tinggi (10,3%) (Kusumansari, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengenai gambaran kadar kolesterol total pada perokok

aktif di Denpasar Selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi

rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana gambaran kadar

kolesterol total pada perokok aktif di Denpasar Selatan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran kadar kolesterol total pada perokok

aktif di Denpasar selatan.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi perokok aktif berdasarkan usia, banyaknya

merokok per hari, dan lamanya merokok di Denpasar Selatan.


b. Mengukur kadar kolesterol total pada perokok aktif di

Denpasar Selatan.

c. Mendeskripsikan kadar kolesterol total berdasarkan karakteristik di

Denpasar Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi ilmu pengetahuan tentang

teori bahaya merokok bagi diri sendiri dan orang sekitar serta memberi

wawasan lebih luas bagi pembaca tentang kolesterol total pada

perokok aktif.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi Kesehatan

tentang bahaya merokok agar masyarakat dapat memperhatikan

kesehatannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rokok

1. Pengertian rokok, merokok, dan perokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan

dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya

atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa

bahan tambahan (Heryani, 2014).

Merokok merupakan suatu aktivitas membakar gulungan rokok

ataupun pipa lalu menghisap asapnya kemudian menelan atau

menghembuskan keluar melalui mulut atau hidung sehingga dapat juga

terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

Perokok adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka

waktu minimal enam bulan selama hidupnya dan masih merokok saat

survey dilakukan (Octafrida, 2011).

2. Perokok aktif
Menurut Bustan dalam Yuliana (2007) rokok aktif adalah asap

rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang

dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap

rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun

lingkungan sekitar (Mamat, 2010).

3. Definisi dan klasifikasi perokok

Jumlah rokok yang dihisap dalam satu batang, bungkus, pak per

hari. Jenis rokok dapat dibagi atas tiga kelompok yaitu :

a. Perokok ringan

Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang

perhari.

b. Perokok sedang

Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang perhari.

c. Perokok berat

Perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang. Sebatang rokok

dihabiskan dalam 10 kali hisapan asap rokok maka dalam tempo

setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) perhari akan

mengalami 70.000 hisapan asap rokok beberapa zat kimia dalam rokok

yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu

saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai

kelihatan gejala yang ditimbulkan (Yuliana, 2007).

4. Lama menghisap rokok


Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti

merokok. Rokok juga punya dose-response effect, artinya semakin muda

usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya, apabila perilaku merokok

dimulai sejak usia remaja, merokok sigaret dapat berhubungan dengan

tingkat arterosclerosis. resiko kematian bertambah dengan sehubungan

banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini. Dampak

rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Dampak rokok

bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Walaupun

dibutuhkan 10-20 tahun, tetapi terbukti merokok dapat mengakibatkan

80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan jantung, impontensi dan

ganguan kehamilan dan gangguan kesuburan (Yuliana, 2007).

5. Jenis rokok yang dihisap

Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku yang pembuatnya

yaitu tembakau, di Indonesia ditambah tembakau ditambah cengkeh dan

bahanlain dicampur untuk dibuat rokok. Ada beberapa jenis rokok yang

sering dihisap yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa,

rokok kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau

kunyah) dalam peraturan PP Nomor: 19 Tahun 2003 tentang pengamanan

rokok bagi kesehatan, pemerintah telah menentukan kandungan kadar

nikotin rokok sebesar 1,5 mg dan kandungan kadar tar sebesar 20 mg pada

rokok kretek. Rokok kretek mengandung sampai 60-70 tembakau, sisanya

30%-40% cengkeh dan ramuan lain. Cengkeh mengandung eugenol yang

dihisap berpotensi menjadi penyebab kanker bagi manusia dan terkait zat
kimia satrol yang menjadi salah satu penyebab kanker ringan (Pdpersi,

2003).

6. Bahan-bahan yang terkandung dalam rokok

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi

komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan

menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkodensasi.

Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri

dari bagian gas (85%) dan bagian partikel.

Gambar 2.1 Bagian-bagian Rokok

a. Nikotin

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok,

nikotin bersifat toksik terhadap saraf dan stimulasi atau depresi.

Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis

tinggi beracun, zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan

mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin

akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan,

sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang

semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya.

Nikotin yaitu zat atau bahan Senyawa Porrilidin yang terdapat


dalam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya

yang sintetisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan

ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh,

meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh prifer dan

menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.

Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh faktor kualitas

rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, didalamnya hisapan,

lamanya isapan dan menggunakan filter rokok atau tida (Yuliana,

2007).

b. Karbon monoksida

Karbon Monoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan

mengakibatkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup

oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun

pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas monoksida

bersifat toksis yang bertantangan dengan oksigen dalam transport

maupun pengguaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-

6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok

paling rendah 400 ppm (parts per million) sudah dapat

meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah

2-16% (Yuliana, 2007).

c. Tar

Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang

bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan kimia yang

beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan


berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan

nafas sehingga dapat menyebabkan kanker. Pada saat rokok

dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap pada asap

rokok, setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan

berwarma coklat pada ermukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-

paru, pengendapan ini bervariasi antara 340 mg per batang rokok.

sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi

rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15

mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik telap bisa

masuk dalam paru-paru (Yuliana, 2007).

d. Timah hitam (Pb) merupakan partikel asap rokok.

Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak

0,5 mikro gram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis

dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sedangkan

ambang batas timah hitam yang masuk kedalam tubuh antara 20

mikro gram per hari (Yuliana. 2007).

7. Bahaya rokok bagi Kesehatan

Bahan-bahan yang terdapat dalam rokok dapat menyebabkan

masalah gangguan kesehatan seperti :

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah

menjadi tinggi yakni sistol > 140 mmHg dan diastol > 90 mmHg.

Jika seseorang merokok, kandungan rokok seperti nikotin dapat

meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan nikotin


merangsang pelepasan epinefrin dan norepinefrin dari medula

adrenal dan ujung siraf termnal yang mengakibatkan peningkatan

denyut dan kontraktilitas lebih besar melalui stimulasi reseptor β1

miokard. Resistensi pembuluh darah perifer meningkat melalui α-

reseptor yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah (CDC,

2010).

b. Jantung koroner

Bahan kimia yang terkandung dalam rokok dapat

mempengaruhi proses pemecahan kolesterol dalam tubuh. Lemak

yang memiliki densitas yang rendah akan menempel pada

permukaan dinding pembuluh darah. Penempelan lemak pada

dinding pembuluh darah ini akan menumpuk seiring berjalannya

waktu dan menyebabkan penyempitan (Aterosklerosis).

Aterosklerosis ini dapat menyebabkan jantung koroner. Hal ini

dikarenakan terjadinya gangguan pada suplay darah ke jantung

akibat penyumbatan dalam darah sehingga terjadinya nyeri dada

(CDC, 2010).

c. Stroke

Rokok yang mengandung banyak bahan berbahaya dalam

tubuh temmasuk didalamnya karbon monoksida, formaldehid dan

hidrogen sianida masuk melalui pernafasan dan ditransfer kedalam

aliran darah. Bahan kimia yang terdapat didalam rokok akan

meningkatkan kadar kolesterol jahat dan menurunkan kadar

kolesterol baik. Hal ini dapat mengakibatkan penumpukan dalam


tubuh sehingga terjadi aterosklerosis. Terjadinya aterosklerosis

dapat menyebabkan berkurangnya suplay darah ke otak sehingga

aliran darah ke otak terganggu. Hal ini mengakibatkan rusaknya

sel-sel otak sehingga terjadinya stroke (Stroke Association, 2012).

B. Tinjauan Umum Tentang Kolesterol

1. Pengertian kolesterol

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan

dari dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat

makanan) untuk bermacam-macam fungsi didalam tubuh, antara lain

membentuk dinding sel. Kolesterol tidak dapat larut dalam cairan darah,

untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama

dengan protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein, yang dapat di

anggap sebagai pembawa (carier) kolesterol dalam darah. Kolesterol

merupakan salah satu komponen lemak, selain trigliserida, fosfolipidi dan

asam lemak bebas. Kolesterol sangat di butuhkan untuk memperoleh

kesehatan yang optimal, namun apabila kadar kolesterol dalam darah

berlebihan juga berbahaya bagi kesehatan (LIPI, 2009).

Kolesterol adalah suatu zat Iemak yang di buat di dalam hati dan

lemak jenuh dalam makanan. Jika terlalu tinggi kadar kolesterol dalam

darah maka akan semakin meningkat faktor resiko terjadinya penyakit

arteri koroner (Stoppard, 2010).

Secara natural dari dalam tubuh akan menghasilkan kolesterol

sekitar 1000 mg sehari. Dan jumläh ini akan semakin bertambah dengan
adanya tambahan kolesterol yang berasal dari makanan yang dikomsumsi

(Graha, 2013).

2. Fungsi kolesterol

Secara biokimiawi kolestrol mempunyai peran penting sebagai

precursor sejumlah senyawa steroid lain yang sama pentingnya seperti

asam empedu, hormon seks, hormon korteks adrenal, vitamin D, glikolisis

kardiak (Narti, 2010).

Kolesterol non membran yang paling banyak dalam tubuh adalah

untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sebanyak 80% kolesterol

dikonversi menjadi asam kolat. Kolesterol berkonjugasi dengan zat lain

membentuk garam empedu yang membantu pencernaan dan absorbsi

lemak. Sebagian kecil dari kolesterol dipakai oleh kelenjar adrenal untuk

membentuk hormon adrenokortikal, ovarium, untuk membentuk

progesteron dan estrogen, dan oleh testis untuk membentuk testeron.

Kelenjar-kelenjar ini juga dapat membentuk sterol sendiri dan kemudian

membentuk hormon dari sterol tersebut (Guyton dan Hall, 2006).

Sejumlah besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum

kulit. Hal ini bersama dengan lemak lainnya, membuat kulit lebih resisten

terhadap absorbansi zat yang larut dalam air dan juga kerja dari berbagai

zat kimia, karena kolesterol dan lemak lain sangat tidak berdaya terhadap

zat-zat seperti asam lemak dan berbagai pelarut, yang bila tidak dapat

lebih mudah menembus tubuh. Juga, zat lemak ini membantu mencegah

evaporasi air dari kulit tanpa proteksi ini jumlah evaporasi (seperti terjadi

pada pasien yang kehilangan kulitnya karena luka bakar) dapat mencapai 5
sampai 10 liter setiap hari sedangkan kehilangan yang biasa hanya 300

sampai 400 mililiter (Guyton dan Hall, 2006).

Kolesterol dan fosfolipid bersama-sama membentuk stuktur khusus

ke seluruh tubuh, terutama untuk membentuk membran. Sejumlah besar

kolesterol dan fosfolipid terdapat dalam sel membran dan membrane

organel bagian dalam dari semua sel. Perlu juga diketahui bahwa rasio

jumlah kolesterol dan fosfolipid penting untuk menentukan kandungan

cairan sel membran. Untuk membentuk membran, harus tersedia zat yang

tidak larut dalam air (Guyton dan Hall, 2006).

Fakta lain yang menunjukkan pentingnya kolesterol dan fosfolipid

untuk pembentukan struktur elemen sel adalah kecepatan pergantian yang

diukur dalam bulanan atau tahunan. Misalnya. fungsi kolesterol dan

fosfolipid didalam sel otak terutama berhubungan dengan sifat fisik

keduanya yang tidak dapat dirusak (Guyton dan Hall, 2006).

3. Jenis kolesterol

a. Low Density Lipoprotein (LDL)

Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan jenis kolesterol yang

dapat berdampak buruk bagi tubuh jika kadarnya terlalu tinggi. Hal ini

dikarenakan LDL memiliki sifat aterogenik (mudah menempel pada

dinding dalam pembuluh darah dan mengurangi pembentukan reseptor

LDL) (Anggraeni, 2016).

b. High Density Lipoprotein (HDL)

High Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol yang

bermanfaat bagi tubuh, fungsi dari HDL yaitu mengangkut LDL dari
perifer menuju hepar. HDL dapat melewati sel endotel vaskular yang

masuk ke dalam intinya untuk mengangkut kembali kolesterol yang

terkumpul dalam makrofag, HDL juga mempunyai sifat antioksidan

sehingga dapat mencegah tejadinya oksidasi LDL (Anggraeni, 2016).

c. Trigliserida

Trigliserida merupakan lemak netral yang masing-masing terdiri

dari kombinasi gliserol dengan tiga molekul asam lemak melekat

padanya (Sherwood, 2010). Apabila terdapat satu asam lemak dalam

ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Fungsi utama

Trigliserida adalah sebagai zat energi. Ketika sel membutuhkan energi,

enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi

gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah.

Oleh sel-sel yang membutuhkan, komponen-komponen tersebut

kemudian dibakar dan menghasilkan energi, karbondioksida (CO2),

dan air (H2O) (Nutracare, 2008).

d. Kolesterol total

Kolesterol total merupakan gabungan dari jumlah kolesterol baik,

kolesterol jahat, dan trigliserida dalam setiap desiliter darah. Biasanya

dengan melihat kadar kolesterol total dan HDL sudah dapat

menentukan kondisi umum kadar kolesterol. Jika kolesterol total

berjumlah 200 mg/dL atau lebih, atau HDL kurang dari 40 mg/dL

maka perlu dilakukan pemeriksaan kolesterol lengkap yang mencakup

LDL dan trigliserida (Rahman, 2016).

4. Metabolisme kolesterol
Sekitar 80% kolesterol dalam darah merupakan hasil sintesis dalam

liver, sedangkan sisanya merupakan asupan dari makanan (Kirana, 2011).

Selama jumlah kolesterol baik hasil sintesis maupun yang bersumber dari

makanan, masih seimbang dengan tingkat kebutuhan maka tubuh akan

tetap schat. Namun, dengan perkembangan pola hidup masyarakat yang

cenderung banyak mengonsumsi makanan berlemak maka tingkat asupan

kolesterol menjadi lebih tinggi dari tingkat kebutuhannya (Tisnadjaja

2006).

Kolesterol adalah prekursor hormon steroid dan asam empedu dan

merupakan unsur pokok yang penting dalam membran sel. Kolesterol

diabsorpsi dari usus dan dimasukkan ke dalam kilomikron yang dibentuk

didalam mukosa usus. Setelah kilomikron mengeluarkan trigliseridanya di

jaringan adiposa, kilomikron sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati.

Hati dan jaringan lain juga menyintesis kolesterol. Sebagian kolesterol

empedu di reabsorpsi dari usus. Kebanyakan kolesterol di hati

digabungkan ke dalam VLDL, dan semuanya bersirkulasi dalam kompleks

lipoprotein (Ganong, 2008).

Kolesterol memberikan umpan balik untuk menghambat

sintesisnya sendiri dengan menghambat HMG-KoA reduktase, enzim yang

mengubah 3 hidroksi-3-metilglutarit-Koenzim A (HMG-KoA) menjadi

asam mevalonat. Dengan demikian, jika asupan kolesterol dari makanan

tinggi, sintesis kolesterol oleh hati menurun, dan juga sebaliknya. Namun,

kompensasi umpan-balik ini tidak sempurna. Diet yang rendah kolesterol

dan lemak jenuh hanya akan menyebabkan penurunan kolesterol yang


bersirkulasi dalam plasma darah dengan jumlah sedang. Kadar kolesterol

plasma akan menurun oleh hormone tiroid dan estrogen. Kedua hormon

ini meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati, Estrogen juga

meningkatkan kadar HDL plasma (Ganong, 2008).

5. Faktor risiko

Faktor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini

akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit tertentu. Beberapa

faktor yang menyebabkan kolesterol menjadi abnormal, yaitu :

a. Pola hidup

Meskipun pola yang lebih besar dari kolesterol darah

merupakan hasil sintesis di liver dan hanya sekitar 30% yang

berasal dari asupan makanan kaya lemak, tetapi pola hidup

seseorang akan sangat berpengaruh terhadap resiko terjadinya

atheroklerosis. Seseorang akan mendapat kondisi HDL kolesterol

yang lebih baik bila tidak gemuk, dan aktif berolahraga

(Tisnadjaja, 2006).

Pola makan merupakan salah satu faktor yang selalu

dianggap sebagai penyebab utama hiperkolesterolemia. Dari

beberapa makanan, lemak merupakan penyebab terjadinya

peningkatan kadar kolesterol, karena asupan lemak yang

berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah (Kirana,

2011).

b. Obesitas atau kegemukan


Obesitas atau kegemukan adalah kata yang digunakan

untuk menunjukkan adanya penumpukkan lemak tubuh (body fat)

yang mclebihi batas normal.

Pada dasarnya, kegemukan merupakan penimbunan lemak

yang berlebihan di dalam tubuh. Jumlah lemak normal pada laki-

laki dewasa rata-rata berkisar 15-20% dari berat badan total dan

perempuan sekitar 20-25%. Jumlah lemak pada tubuh seseorang

umumnya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama

disebabkan melambatnya metabolisme dan berkurangnya aktifitas

fisik. Umumnya, laki-laki sehat memiliki proporsi otot yang besar

dan lemak rendah dibandingkan perempuan. Orang gemuk

sebagian besar menyimpan lemaknya di bagian perut dan

selebihnya di bagian pinggul atau paha. Pada umumnya orang

gemuk memiliki kadar trigliserida tinggi dan disimpan di bawah

kulit. Walaupun trigliserida banyak disimpan di bawah kulit,

kadang-kadang kadarmya di dalam darah tidak terlalu tinggi.

Namun, simpanan trigliserida itu merupakan bahan utama

pembentukan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dan LDL di

liver yang akan masuk ke dalam cairan daruh. Berkaitan dengan

hal tersebut maka kegemukan cenderung menjadi penyebab

meningkatkan kadar kolesterol total, VLDL, dan LDL (Tisnadjaja,

2006).

c. Keturunan (genetik)
Pada sebagian orang walaupun pola makannya tidak terlalu

baik, banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak, dan kurang

sehat, tetapi tidak mengalami masalah dengan kadar kolestcrol

maupun atheroklerosis. Namun, pada sebagian orang lain yang

justru rajin berolahraga, pola makannya kaya serat, jarang

mengonsumsi lemak hewani, dan tidak merokok justru mengalami

masalah kadar kolestcrol yang selalu di ambang batas nomal.

Bahkan, bila tidak mengkonsumsi obat kadar kolesterol total bisa

naik sampai di atas 300 mg/dl pada usia relatif muda (Tisnadjaja,

2006).

d. Usia

Seiring bertambahnya usia, aktifitas fisik seseorang

cenderung berkurang dan laju metabolisme juga secara alami akan

benjalan semakin lambat. Hal ini berkaitan dengan semakin

melemahnya organ-organ tubuh.

Beberapa ahli berpendapat bahwa kenaikan LDL seiring

bertarnbahnya usia berhubungan dengan makin berkurangnyaı

kemampuan atau aktifitas LDL reseptor menjadi penyebab naiknya

LDL dalam darah dan secara otomatis akan meningkalkan resiko

atheroklerosis atau pembentukan plak pada arteri. Sebagian ahli

lain mengaitkan kenaikan LDL dan kolesterol total pada usia lanjut

ini dengan faktor kegemukan atau obesitas yang meningkatkan

persentase lemak tubuh (Tisnadjaja, 2006).


e. Merokok

Saat menghisap rokok, nikotin yang terkandung dalam

rokok menyebabkan eksresi katekolamin dalam darah meningkat.

Peningkatan ini merangsang pemecahan trigliserida sehingga dapat

meningkatkan kadar asam lemak dalam darah. Akibat

meningkatnya asam lemak dapat menyebabkan naiknnya kadar

kolesterol (Komalasari, 2008).

f. Alkohol

Alkoholisme menyebabkan akumulasi lemak di hati,

hiperlipidemia dan akhirnya sirosis. Beberapa penelitian

menunjukkan adanya peningkatan kadar asam lemak bebas pada

tikus setelah pemberian dosis tunggal intoksiskasi. Peningkatan

asam lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol (Guyton & Hall,

2007).

g. Aktivitas

Olahraga dapat memperbaiki profil lipid darah yaitu dengan

menurunkan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein

(LDL), kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) dan trigliserida

(Soeharto, 2004).

6. Kadar Kolesterol

Tidak ada garis batas yang absolut mengenai angka dan ambang

batas kadar kolesterol dan lemak dalam darah. Namun, dari hasi penelitian

yang intensif dan dalam waktu yang cukup lama dan mewakili sejumlah

besar populasi atau yang lebih dikenal dengan "Longitudinal Study”, para
peneliti ilmu kedokteran telah meletakkan pedoman besaran angka-angka

yang sebaiknya digunakan sebagai ambang batas kadar kolesterol dalam

darah. Penelitin ini juga mengidenifikasikan dampak-dampak yang

mungkin timbul bila angka-angka atau ambang batas tersebut terlampaui

Beberapa insitusi yangiiclah merumuskan angkaikadar kolesterol dalam

darah yaitu :

a. National Institute of Health (NIH) USA

Institusi tersebut menganjurkan kadar kolesterol dalam

darah sebagai berikut :

1) Kadar kolesterol darah yang diinginkan : 231 mg/dl atau

kurang.

2) Kadar kolesterol darah sedang atau ambang batas tinggi

(Borderline High): 154-231 mg/dl.

3) Kadar Kolesterol Tinggi jika lebih dari, 231 mg/di.

Kadar kolesterol dari NIH digunakan sebagai acuan

diberbagai instansi kesehatan di banyak negara. NIH juga

menyimpulkan telah cukup bukti bahwa menurunkan total

kölesterol dan LDL dengan diet, olahraga, atau obat bisa

mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung koroner (Nilawati,

2008).

b. Multiple Risk Factor Intervention Trial (MRFIT) -USA

MRFIT meneliti hubungan antara total kolesterol dan

penyakit jantung koroner. Resiko akibat penyakit jantung koroner

mulai terlihat meningkat secara perlahan-lahan pada kadar


kolesterol 180 mg/dl. Resiko ini juga akan meningkat pada level

kolesterol 200 mg/dl dan menjadi tiga kali lipat pada kadar 245

mgl/dl (Nilawati, 2008).

7. Gangguan kesehatan akibat peningkatan kadar kolesterol

Ada dua jenis gangguan kesehatan yang bersumber langsung

peningkatan kadar kolesterol, yakni hiperkolesterolemia bawaan

hiperlipidemia

a. Hiperkolesterolemia bawaan

Hiperkolesterolemia bawaan merupakan bentuk gangguan

keturunan yang relatif umum. Kadar kolesterol dalam darah sudah

tinggi sejak lahir dan pada masa dewasa biasanya sangat tinggi.

Gangguan ini kerap kali diturunkan oleh salah satu orang tua yang

biasanya membawa gen hipekolesterolemia (Nilawati, 2008).

b. Hiperlipidemia

Hiperlipidemia berarti kelebihan lemak dalam darah. Kadar

kolesterol maupun trigliserida biasanya tinggi. Arteri koroner, arteri

yang mengalirkan darah ke kaki dan terkadang mengalirkan darah ke

otak, akan menyempit. Keadaan ini memerlukan perawatan dengan

obat dan diet (Nilawati, 2008). Penyakit yang terjadi akibat dari

Hiperlidemia, yaitu :

1) Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung

dan pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri

koroner. Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses dari


dan aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya

Aterosklerosis yang terjadi karena timbunan kolesterol dan

jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan,

hal ini sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada

(Karikaturijo, 2010).

Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi

ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal

inilah yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah

tersumbat sama sekali, pemasokan darah ke jantung akan terhenti

dan kejadian inilah yang disebut dengan serangan jantung

(Karikaturjo, 2010).

2) Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan penyakit arteri besar, tempat

endapan lipid yang dinamakan plak ateroma terdapat dalam lapisan

subintima arteri. Plak khususnya mengandung kolesterol dalam

jumlah besar dan sering dinamakan endapan kolesterol, biasanya

juga dihubungkan dengan perubahan degenerasi pada dinding

arteri. Pada stadium lanjut penyakit, fibroblas menginfiltrasi daerah

degenerasi dan menyebabkan sklerosis progresif pada arteri. Selain

itu, kalsium seringkali mengendap bersama lipid untuk menbentuk

plak kalsifikasi. Bila kedua proses ini terjadi, arteri menjadi sangat

keras, dan kemudian dinamakan arteriklerosis atau pengerasan

arteri (Junaidi, 2011).


Arteri yang mengalami arterioklerosis kehilangan sebagian

besar distensibilitasnya, dan karena daerah-daerah degenerasi,

mereka mudah pecah. Plak ateroma juga sering menonjol melalui

intima masuk aliran darah, dan permukaan plak yang kasar

menyebabkan terbentuknya bekuan darah, dengan akibat terjadinya

trombus atau embolus (Junaidi, 2011).

Hampir separuh manusia mati karena arterioklerosis, kira-

kira dua pertiga kematian disebabkan oleh trombosis dari satu

arteria koronia atau lebih dan sisanya yang satu pertiga oleh

thrombosis atau perdarahan pembuluh pada organ tubuh lain,

khususnya otak, ginjal, hati, saluran pencernaan, anggota gerak,

dan sebagainya (Junaidi, 2011).

Perkembangan arteriosklerosis berawal dari sel-sel darah

putih yang secara normal terdapat dalam sistem peredaran darah.

Sel-sel darah putih ini menembus lapisan dalam pembuluh darah

dan mulai menyerap tetes-tetes lemak, terutama kolesterol. Ketika

mati, sel-sel darah putih meninggalkan kolesterol di bagian dasar

dinding arteri, karena tidak mampu "mencerna" kolesterol yang

diserapnya itu. Akibatya lapisan di bawah garis pelindung arteri

berangsur-angsur mulai menebal dan jumlah sel otot meningkat,

kemudian jaringan parut yang menutupi bagian tersebut

terpengaruhi oleh sclerosis. Apabila jaringan parut itu pecah, sel-

sel darah yang beredar mulai melekat ke bagian dalam yang

terpengaruh. Tahap berikutnya gumpalan darah dengan cepat


terbentuk pada permukaan lapisan arteri yang robek. Kondisi ini

dengan cepat mcngakibatkan penyempitan dan penyumbatan arteri

secara total, apabila darah mengandung kolesterol secara

berlebihan, ada kemungkinan kolesterol tersebut mengendap dalam

arteri yang memasok darah ke dalam jantung (arteri koroner).

Akibat yang dapat terjadi ada bagian otot jantung (myocardium)

yang mati dan selanjutnya akan diganti dengan jaringan parut.

Jaringan parut ini tidak dapat berkontraksi seperti otot jantung.

Hilangnya daya pompa jantung tergantung pada banyaknya otot

jantung yang rusak (Anis, 2006).

C. Tinjauan Umum Tentang Metode Pemeriksaan Kadar Kolesterol

Pada umumnya permintaan tes laboratorium mempunyai beberapa tujuan

seperti menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes ke penyakit tertentu

misalnya membantu dalam menentukan terapi penyakit jantung dengan

melihat kadar kolesterol seseorang (Hardjoeno, 2014).

Pemeriksaan kolesterol dapat dilakukan dengan 2 cara yakni melalui

pemeriksaan darah di laboratorium oleh tenaga medis atau pemeriksaan

sendiri dengan alat pemeriksa kolesterol yang mudah didapatkan di apotek

atau toko perlengkapan alat kesehatan. Meskipun pemeriksaan sendiri dengan

alat yang dijual bebas di apotek lebih praktis, namun, tidak sedikit terjadi

ketidakcocokan hasil dengan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium

kesehatan.
Pemeriksaan kolesterol saat-saat ini sering dilakükan dan untuk

mempermudah dalam memperoleh hasil yang lebih cepat dapat dilakukan

dengan pemeriksaan POCT menggunakan alat meter sederhana. Alat ini terdiri

dari kolesterol alat meter, strip kolesterol dan holder beserta jarum untuk

pengambilan sampel darah kapiler.

POCT adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di dekat pasien atau

disamping tempat tidur pasien, menggunakan sampel darah dalam jumlah

sedikit. Pemeriksaan ini dilakukan dengan atau tanpa tahap pra analitik dan

memberikan hasil yang cepat, sehingga pengambilan keputusan dapat segera

dilakukan untuk manajemen pasien yang lebih baik (Luhur, Anggunmeka

2013).

Selain digunakan dalam sistem pelayanan di rumah sakit, POCT juga

dapat digunakan untuk memantau kondisi kesehatan seseorang secara mandiri,

tanpa harus datang kelayanan kesehatan, pemeriksaan dapat dilakukan sendiri

oleh pasien di rumah.

1. Pra analitik

Pengambilan sampel lebih baik dilakukan pada pagi hari dibanding

sore hari karena adanya variasi di urnal. Pada sore hari kolesterol darah

lebih rendah sehingga banyak kasus jantung yang tidak terdiagnosis.

Untuk tes saring atau kontrol jantung sampel plasma vena, serum atau

darah kapiler. Untuk tes diagnostik sebaiknya serum vena, karena

molaritas kolesterol pada serum vena bampir sama dengan kolesterol pada

whole blood. Konsentrasi kolestcrol serum lebih tinggi 11% dibandingkan

whole blood pada hematokrit normal.


Untuk menghindari kesalahan pra analitik pemeriksaan kolesterol

menggunakan POCT, perlu diperhatikan dari mana asal spesimen tersebut

dan bagaimana perlakuan yang benar terhadap spesimen. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan untuk pengambilan spesimen kapiler adalah :

a. Tempat pengambilan spesimen harus dibersihkan dengan alkohol 70%

b. Pastikan untuk membersihkan tetesan pertama sebelum menganalisa

kadar kolesterol pada tetesan kedua.

2. Analitik

a. Prinsip pemeriksaan kolesterol metode POCT

Hydrogen Peroksida dalam darah terbentuk bereaksi dengan

phenol dan 4-Amino phenazon dalam stip mengubah enzim peroksida

menjadi quinonimin. Reaksi ini menciptakan arus listrik yang besanya

setara dengan kadar bahan kimia yang ada didalam darah.

Ketika darah yang diteteskan pada test strip, akan terjadi reaksi

antara bahan kimia yang ada didalam darah dengan reagen yang ada di

dalam strip. (Luhur, Anggunmeka : 2013)

b. Prinsip pemeriksan kolesterol metode fotometer (cholesterol oksidase

para amino phenazone)

Ester kolesterol oleh kolesterol esterase diubah menjadi

kolesterol dan asam lemak bebas. Kolesterol yang terbentuk dioksidasi

dengan bantuan kolesterol oksidase membentuk koleston dan hydrogen

peroksida. Hydrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan phenol

dan 4-amino phenazon dengan bantuan enzim peroksidase)

membentuk quininimin yang berwama merah muda, kenudian diukur


dengan photometer pada rentang panjang gelombang 480-550 nm.

Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar kolesterol yang

terdapat dalam sampel.

3. Post analitik

Kadar normal kolesterol menurut Gilang Nugraha (2018), nilai

rujukan kadar kolesterol total adalah sebagai berikut :

Kolesterol total mg/dL

Nilai yang direkomendasikan <200 mg/dL

Batas risiko tinggi 201 – 239 mg/dL

Resiko tinggi >240 mg/dL

4. Kelebihan dan kekurangan kolesterol POCT dan fotometer dengan metode

CHOD-PAP

Selain memiliki perbedaan metode dan sampel yang digunakan,

kedua metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

yaitu :

Tabel 1

Kelebihan dan kekurangan kolesterol POCT dan fotometer

Alat Kelebihan Kekurangan


POCT 1. Penggunaan instrument sangat 1. Jenis pemeriksaan masih terbatas

praktis, mudah, dan efisien 2. Akurasi dan presisi hasil

2. Penggunaan jumlah sampel yang pemeriksaan POCT belum sebaik


sedikit hasil dari laboratorium klinik dan

3. Mengurangi atau meniadakan belum ada standar

tahap pra analitis,sehingga 3. Proses QC (Quality Control)

mengurangi kemungkinan belum baik

kesalahan pada tahap ini 4. Proses dokumentasi hasil belum

4. Hasil dapat diketahui dengan baik, karena biasanya alat ini

cepat sehingga lebih cepat belum dilengkapi dengan system

dalam pengambilan keputusan Identifikasi pasien,printer dan

5. Mengurangi waktu kunjungan belum terkoneksi dengan system

klinik rawat jalan, dan informasi laboratorium (SIL)

penggunaan waktu tenaga 5. Biaya pemeriksaan lebih mahal

kesehatan yang lebih optimal bila dibandingkan dengan biaya

6. Pemeriksaan dapat dilakukan pemeriksaan di laboratorium

secara mandiri klinik

6. Pemeriksaan masih menggunakan

metode yang invasive


Fotometer 1. Hasil lebih akurat 1. Hasil test membutuhkan waktu

2. Kadar kolesterol yang terlalu yang lama

rendah dan terlalu tinggi dapat 2. Volume darah yang dibutuhkan

terbaca lebih banyak

3. Pemeriksaan dapat dilakukan 3. Untuk test ulang dibutuhkan

oleh petugas laboratorium di waktu yang lama

laboratorium klinik 4. Pemeriksaan dan penyimpanan

4. Proses QC (Quality Control) dibutuhkan tempat khusus

baik 5. Harga lebih mahal


5. Akurasi dan presisi hasil 6. Alat harus menggunakan arus

pemeriksaan lebih baik dari listrik yang stabil

hasil POCT

6. Tidak ada factor ketergantungan

bahan habis pakai/reagen (Open

Methode)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Perokok aktif

Rokok

Nikotin

Melepaskan Katekolamin
Meningkatkan lipolisis, dan
meningkatkan asam lemak bebas

Meningkatkan kadar kolesterol LDL


darah dan menurunkan kadar
kolesterol HDL darah

Meningkatkan kolesterol total


dalam darah

Keterangan : Diteliti

Tidak diteliti

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok

lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel pada penelitian ini adalah kadar kolesterol

total pada perokok aktif.

C. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Pengukuran Interpretasi Hasil Skala


1. Kadar Kadar kolesterol Pemeriksaan 1. Normal: < 200 Ordinal

kolesterol total merupakan darah kapiler mg/dL

total kadar keseluruhan menggunaka 2. Batas resiko

kolesterol yang ada n alat POCT tinggi: 201–239

dalam tubuh mg/dL)

manusia. 3. Resiko tinggi: >

240 mg/dL

2. Usia Usia perokok Wawancara 1. Tidak berisiko : Ordinal

dihitung dari tahun dan kuisioner < 20 tahun

lahir sampai saat 2. Berisiko : ≥ 20

pengambilan data. tahun


3. Banyakny Banyaknya rokok Wawancara 1. Perokok berat Ordinal

a merokok yang dihisap setiap dan kuisioner bila merokok >

per hari harinya oleh 20 batang per

perokok. hari

2. Perokok sedang

bila merokok 10

- 20 batang per

hari

3. Perokok ringan

bila merokok <

10 batang per

hari
4. Lama Waktu pertama Wawancara 1. Tidak berisiko : Ordinal

merokok mulai merokok dan kuisioner ≤ 3 tahun


sampai saat ini 2. Berisiko : > 3

(sampai saat tahun

dilakukannya

penelitian).

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Denpasar Selatan.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret tahun 2022

C. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perokok aktif yang berada di

Denpasar Selatan.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah bagian populasi untuk diteliti yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini jumlah populasi perokok

aktif di Denpasar Selatan sebanyak 145 orang. Maka, sampel yang

digunakan adalah :

Jumlah Populasi (N) = 145 orang

Presentase sampel yang diambil = 20 %

Rumus :

N × 20 %

145 × 20 % = 29 orang

Berdasarkan perhitungan diatas, sampel yang digunakan yaitu 29

orang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan

oleh peneliti.

a. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive

Sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat

tertentu yang berhubungan dengan karakteristik populasi dan

berdasarkan pertimbangan dari peneliti. Sampel diambil dari populasi

yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Berikut kriteria

inklusi dan eksklusi yaitu :

1) Kriteria inklusi

a) Bersedia sebagai responden

b) Responden bertempat tinggal di Denpasar Selatan

c) Responden telah merokok minimal 5 tahun

d) Usia responden 20-40 tahun

e) Responden tidak sedang mengonsumsi obat yang dapat

menurunkan dan meningkatkan kadar kolesterol selama 2

minggu sebelumnya

2) Kriteria eksklusi

a) Usia ¿ 20 tahun

b) Responden yang tidak obesitas

c) Meegonsumsi obat penurun kadar kolesterol

D. Prosedur Kerja

1. Pra analitik

a. Persiapan pasien : Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan

dilakukan.

b. Persiapan sampel : Tidak memerlukan persiapan khusus.

c. Persiapan alat dan bahan :


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1) Autoklik;

2) Alat pengukur kadar kolesterol (autocheck);

3) Strip kolesterol;

4) Lanset;

5) Kapas kering;

6) Kapas alkohol 70%;

7) Sampel darah kapiler.

2. Analitik

a. Dipasangkan lanset pada autoklik. Diatur sesuai kedalaman yang

diinginkan;

b. Dipasangkan strip kolesterol pada alat. Maka alat akan on;

c. Dicheck nomor kode kalibrasi. Dibandingkan nomor kode kalibrasi

pada layar dengan yang tertera di tabung harus sama;

d. Dipilih jari yang akan ditusuk dan ditekan-tekan sedikit agar saat

ditusuk darahnya cepat keluar.

e. Diusap ujung jari menggunakan kapas alkohol 70% dan ditunggu

hingga kering;

f. Ditusuk ujung jari tersebut dengan menggunakan autoklik;

g. Dimasukkan darah tersebut kedalam bantalan strip kolesterol sampai

terisi penuh;

h. Tangan subjek dibersihkan kembali dengan kapas kering

i. Ditunggu hasil pemeriksaan lalu hasilnya akan tertera pada layer

3. Pasca analitik
a. Pembacaan hasil pemeriksaan

Interpretasi hasil pemeriksaan kadar kolesterol total dalam darah,

yaitu;

1) Normal : < 200 mg/dL

2) Batas resiko tinggi : 201 – 239 mg/dL)

3) Resiko tinggi : > 240 mg/dL

b. Pencatatan hasil pemeriksaan

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer yang meliputi data

hasil pemeriksaan kadar kolesterol total dan karakteristik perokok aktif

(orang yang merokok dan langsung manghisap rokok setiap hari).

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

melakukan observasi, wawancara, pengumpulan jurnal, studi literatur dan

sumber lain yang relevan dengan penelitian ini hingga pemeriksaan kadar

kolesterol total.

3. Instrumen pengumpulan data

Adapun instrument yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini yaitu :

a. Alat tulis

b. Formulir responden

c. Lembar wawancara
d. Alat dokumentasi

e. Alat pengambilan dan pemeriksaan sampel

f. Lembar hasil pemeriksaan kadar kolesterol

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data

Data-data yang diperoleh berupa kadar kolesterol pada perokok

aktif dikumpulkan, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel penyajian

hasil serta diberikan narasi untuk memperjelas hasil yang didapatkan.

2. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

deskriptif yang membandingkan kenyataan di lapangan atau hasil

pemeriksaan dengan nilai normal pemeriksaan kadar kolesterol total.

G. Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan dengan menjadi responden.

2. Kerahasiaan (Confidentially)
Confidentially merupakan kerahasian hasil penelitian dimana peneliti

wajib merahasiakan seluruh informasi yang dikumpulkan selama proses

penelitian, hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau

dilaporkan pada hasil penelitian.

3. Tanpa nama (Anonymity)

Anonymity merupakan etika penelitian yang tidak mencantumkan nama

responden dalam lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan, namun hanya menggunakan kode angka (numeric) berupa

nomor responden.

4. Self determination

Self determination merupakan responden mempunyai otonomi dan hak

untuk membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas

dari paksaan untuk berpartisipasi dan bisa mengundurkan diri dari

kegiatan penelitian yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Enggarwati. Eka E, Sriwulan. W. A. (2018). Perbedaan Kadar Kolesterol  Darah


Sebelum dan Sesudah Merokok pada Perokok Aktif di Desa  Kalitengah,
Sidoarjo. Jurnal Egastrio, 6(1), 2–7.
http://jurnalstikesborneolestari.ac.id/index.php/analisborles/issue/view/21

Kemenkes RI. (2014). Infodatin pusat data  dan informasi kementerian


kesehatan  RI: perilaku merokok masyarakat  indonesia.
http://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodati
n-hari-tanpa-tembakau-sedunia.pdf

Krystianti, N. P. D. (2017). Gambaran kadar kolesterol pada pecandu rokok usia


dewasa di Kelurahan Amotowo Kecamatan Landono Kabupaten Konawe
Selatan Provinsi  Sulawesi Tenggara. Karya Tulis Ilmiah Politeknik
Kesehatan Kendari Jurusan Analis Kesehatan, 1–82.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/282/

Lombo, V. R., Purwanto, D. S., & Masinem, T. v. (2012). Gambarang kadar


kolesterol total darah pada laki-laki usia 40-59 tahun dengan Indeks Massa
Tubuh 18,5-22,9 kg/m 2. Jurnal Biomedik, 4(3), 77–82.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/1216/986

Lomi, M. G. M. (2019). Gambaran kadar kolesterol pada perokok aktif di Desa


To’o Baun Kecamatan Amarasi Barat. Karya Tulis Ilmiah Politeknik
Kesehatan Kupang Jurusan Analis Kesehatan, 1–53.
http://repository.poltekeskupang.ac.id/389/

Malaeny, C. K. M. and Onibala. (2017). Hubungan Riwayat Lama Merokok  dan


Kadar Kolesterol Total dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner  di
Poliklinik Jantung RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. E-Jurnal 
Keperawatan (e-Kp), 5(1), 1–7. https://123dok.com/document/q0xer89q-
hubungan-kolesterol-kejadian-penyakit-koroner-poliklinik-jantung-
pancaran.html

Malik, M. A., Mewo, Y. M., & Kaligis, S. H. M. (2013). Gambaran Kadar


Kolesterol  Total Pada Mahasiswa Angkatan  2011 Fakultas Kedokteran. 
Universitas Sam Ratulangi dengan  Indeks Massa Tubuh 18,5-22,9  kg/m2.
Jurnal E-Biomedik (EBM), 1(2), 1008–1013.
https://core.ac.uk/display/85072772

Prasetyo B. (2015). Bali Masuk Peringkat 3 Besar Perempuan Perokok di


Indonesia. https://www.tribunnews.com/regional/2015/06/01/bali-masuk-
peringkat-3-besar-perempuan-perokok-di-indonesia
Putri, E. I. N. (2018). Gambaran kolesterol total pada perokok aktif di RT 1
Dusun Bulolowo Desa Puri Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang. Karya
Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jurusan
Analis Kesehatan, 1–65.

Raditya, I. G. B. A., Sundari, C. D. W. H., & Karta, I. W. (2018). Gambaran


Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) Pada Perokok Aktif.
Meditory : The Journal of Medical Laboratory, 6(2), 78–87.
http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/AE4.28.pdf

Ruslianti. (2014). Kolesterol Tinggi Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: FMedia.


https://books.google.co.id/books?
id=BXPTBwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id

Sanhia, A. M., Pangemanan, D. H. C., & Engka, J. N. A. (2015). Gambaran Kadar


Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) pada masyarakat perokok di
pesisir pantai. Jurnal E-Biomedik (EBm), 3(1), 460–465.
https://dx.doi.org/10.35790/ebm.3.1.2015.7425

Serdar, D. (2019). Perbandingan kadar kolesterol total pada remaja perokok aktif
dan non perokok. Sustainability (Switzerland), 11(1), 1–14.

Vadilah, R. (2019). Perbandingan kadar kolesterol total pada remaja perokok aktif
dan non perokok. JUSINDO: Jurnal Sehat Indonesia, 1(1), 14–19.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/282/

Wijayanti, I. A. (2017). Gambaran kadar kolesterol total pada petani yang


memiliki kebiasaan merokok di Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten
Oku Timur Tahun 2017. Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan
Palembang Jurusan Analis Kesehatan., 1–88.
https://repository.poltekkespalembang.ac.id/items/show/471

Anda mungkin juga menyukai