Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merokok merupakan faktor resiko utama terjadi berbagai penyakit

kardiovaskuler, dan dianggap sebagai penyebab utama kematian di

dunia.Berdasarkan WHO memperkirakan, tembakau terus membunuh

hampir 6 juta orang termasuk lebih dari 600.000 perokok pasif, melalui

penyakit jantung,kanker paru- paru, dan penyakit lainnya (Papathanaiou

G.etal, 2016).

Dampak negatif dari perilaku merokok selain menyebabkan

ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,

meningkatkan frekuensi denyut jantung, serta menyebabkan gangguan

irama jantung (Begg S.et al, 2017). Meskipun sudah diketahui akibat

negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi

semakin meningkat dan usia merokok semakin bertambah muda

(Komasari & Helmi,2015).

Hasil penelitian di Indonesia, Prevalensi merokok pada remaja

usia sekolah atau usia 10-18 tahun mengalami kenaikan menurut Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) terbaru. Persentase perilaku merokok

remaja pada Riskesdas 2018 tercatat sebesar 9,1 persen, meningkat dari

Riskesdas 2013 yakni 7,2 persen..Perilaku merokok pada umumnya

semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap

perkembangan yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan

1
2

intesitas merokok dan sering mengakibatkan mereka mengalami

ketergantungan nikotin (Gee Mc, 2014).

Merokok secara akut terbukti menyebabkan peningkatan denyut

jantung karena adanya peningkatan dalam aktivitas adrenergik yang

disebabkan oleh rokok dan menyebabkan perubahan hemodinamis pada

system kardiovaskular (Karakaya, 2007). Efek lain rokok adalah

menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh

katekolamin dan menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO (Bahri,

2013).

Merokok berkaitan dengan peningkatan semua resiko jenis

penyakit jantung, stroke, penyakit arteri perifer dan pembengkakan

pembuluh darah.Berdasarkan WHO secara internasional, 25% kematian

kardiovaskuler pada umur setengah baya disebabkan oleh merokok

(European Society of Cardiology, 2016).

Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem

kardiovaskuler yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari

organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung

ini dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung

(Nadi & Iwan, 1999).

Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem

kardiovaskuler yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari

organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung

ini dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung

(Nadi & Iwan, 2016) Hal ini terdapat pada atlit yang mengalami bradikardi

dan peningkatan curah jantung saat istirahat namun saat melakukan kerja
3

akan terjadi denyut jantung yang lebih lambat dengan curah jantung yang

lebih besar yang disebut efisiensi kerja jantung (Fox, 1993).

Tidak bisa dipungkiri bahwa ada hubungan antara denyut nadi dan

kesehatan kardiovaskuler (Papathanasiou G. et al, 2016). lari 100meter

akan menyebabkan otot bergerak dan sangat bermanfaat bagi

sistemkardiovaskuler. Denyut nadi sangat penting untuk mengukur jumlah

kerja otot jantung (Astrand P, et al, 2014). Respon denyut nadi selama

latihan dan penurunan denyut nadi setelah latihan juga bertanda sangat

baik dari kontrol otonom jantung (Morise, 2012).

Beberapa studi menunjukkan penemuan bahwa HR meningkat

selama diberikan latihan secara progresif (Jouven X.et al, 2009) dan

denyut jantung penurunan selama pemulihan (Myers J. et al,2008) adalah

sangat penting untuk mendasari disfungsi otonom yang berkaitan dengan

peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler (Papathanasiou

G.et al, 2016).

Dari uraian diatas, merokok sangat mempengaruhi gangguan

sirkulasijantung terutama dapat meningkatkan denyut nadi. Melihat latar

belakang diatas peneliti ingin memahami respon denyut nadi pada

perokok aktif danbukan perokok, maka penulis melakukan penelitian

dengan mengambil judul “Perbedaan frekuensi respon denyut nadi pada

perokok aktif dan bukan perokok di pondok pesantren pembangunan

sumur bandung cililin tahun 2019”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah yang ingin

dipecahkandalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan frekuensi

respon denyut nadi pada perokok aktif dan bukan perokok di pondok

pesantren pembangunan sumur bandung cililin tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui adakah perbedaan frekuensi respon denyut nadi

pada perokok aktif dan bukan perokok di pondok pesantren

pembangunan sumur bandung cililin tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui frekuensi denyut nadi perokok tembakau di Pondok

Pesantren Pembangunan Sumur Bandung Cililin Tahun 2019.

b. Mengetahui frekuensi denyut nadi bukan perokok tembakau di

Pondok Pesantren Pembangunan Sumur Bandung Cililin Tahun

2019.

c. Mengetahui perbedaan frekuensi denyut nadi antara perokok dan

bukan perokok tembakau di Pondok Pesantren Pembangunan

Sumur Bandung Cililin Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau

masukan terhadap ilmu pengetahuan terutama bagi ilmu keperawatan

terkait frekuensi denyut nadi pada perokok dan bukan perokok tembakau.
5

2. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat hasil yang bermanfaat

untuk berbagai pihak yang membutuhkan diantaranya:

a) Bagi Tempat Penelitian (Pondok Pesantren Pembangunan Sumur

Bandung Cililin)

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan untuk santri Pondok Pesantren Sumur Bandung Cililin

tentang dampak negatif dari perilaku merokok, sehingga memiliki

kesadaran untuk berhenti merokok.

b) Bagi Institusi STIKes Budiluhur Cimahi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan tentang masalah yang diteliti yaitu tentang perbedaan

frekuensi denyut nadi perokok dan bukan perokok tembakau serta

sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi dan

merupakan pengalaman dalam melakukan penelitian serta ide untuk

penelitian selanjutnya.

c) Bagi Peneliti Lebih Lanjut

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan

referensi bagi peneliti lain.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Merokok

1. Pengertian Rokok

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2013

tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa

produk tembakau bagi kesehatan, rokok adalah salah satu produk

tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan atau

dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicationa tabacum,

nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya

mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

Rokok biasanya berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang

antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan

diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah

dicacah. (Depkes, 2014).

2. Pengertian Perilaku Merokok

Merokok didefenisikan sebagai kegiatan menghisap asap

dari tembakau yang dibakar, yaitu suatu kebiasaan yang

mengganggu kesehatan penghisapnya. (Yuwono, 2016).

Merokok tidak hanya terbatas pada rokok saja.

Penggunaan produk tembakau lain seperti cerutu, cangklong, rokok

linting, tembakau yang dikunyah (susur nginang) juga termasuk

dalam defenisi luas tentang merokok. (Adelina Kusuma W, FK, UI

2015).

6
7

Dari pengertian diatas, penulis menyimpulkan pengertian

merokok adalah suatu kegitan menghisap asap hasil olahan

tembakau, yang dibungkus seperti cerutu ataupun bentuk lainya dan

dibakar,yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tobacum, Nicotiana

Rustica, dan spesies lainya yang mengandung nikotin dan tar dengan

atau tanpa bahan tambahan.

Semakin modern, banyak pabrik rokok membuat rokok filter

menjadi produk rokok tembakau utama. Merokok dengan

menggunakan bentuk lain dari tembakau ataupun dengan rokok filter

sama-sama berbahaya, walaupun merokok dengan filter di klaim

lebih tidak berbahaya karena hasap rokok tidak terhisap.

3. Kandungan Rokok

Asap rokok mengandung banyak zat-zat berbaya seperti

tar, karbon monoksida (CO), dan nikotin. Setiap rokok atau cerutu

mengandung lebih dari 4.000 jenis bahan kimia, dan 400 dari bahan-

bahan tersebut dapat meracuni tubuh, sedangkan 40 dari bahan

tersebut bisa menyebabkan kanker. Zat-zat ini dapat merugikan bagi

tubuh, menimbulkan gangguan pernafasan, kardiovaskuler,

ketergantungan dan keganasan. Beberapa contoh zat berbahya di

dalam rokok yang perlu di ketahui adalah sebagai berikut :

(Aula, 2015).
8

a) Tar

Tar merupakan suatu hidrokarbon yang bersifat

karsinogenik. Bahan seperti benzopyrene, sejenis policyclic

aromatik hydrocarbon (PAH) merupakan salah satu substansi

yang disebut-sebut sebagai pemicu kanker. Tar digunakan untuk

melapisi jalan atau aspal. Pada rokok atau cerutu, tar adalah

partikel penyebab tumbuhnya sel kanker. Sebagian lainya

berupa penumpukan zat kapur, nitrosmine dan B-naphthylamine,

serta cadmium dan nikel.

Tar mengandung bahan kimia yang beracun, yang dapat

merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Tar bukanlah

zat tunggal, namun terdiri atas ratusan bahan kimia gelap dan

lengket. Seringkali, banyak pabrik rokok tidak mencantumkan

kadar tar dan nikotin dalam kemasan rokok produksi mereka.

Sebagai contoh, sampoerna A. Mild yang di klaim sebagai rokok

ringan ternyata mempunyai kadar tar sebesar 1,5 mg per

batangnya.

b) Karbon Monoksida (CO)

Gas berbahaya pada asap rokok ini seperti yang

ditemukan pada asap pembuangan mobil. Karbonmonoksida

menggantikan sekitar 15 % jumlah oksigen, yang biasanya

dibawa oleh sel darah merah sehingga jantung si perokok

menjadi berkurang suplai oksigennya.

Gas beracun seperti gas CO dapat menimbulkan masalah

pengangkutan dan pengambilan oksigen oleh tubuh. Gas CO


9

merupakan substansi akibat pembakaran tidak sempurna yang

juga terdapat dalam asap rokok. Pada saat seseorang merokok,

CO dalam asapa rokok akan ikut terhisap, masuk kedalam paru-

paru dan akhirnya ikut dalam aliran darah. Di dalam darah,

terdapat hemoglobin, suatu zat yang bertanggung jawab untuk

mengangkut oksigen keseluruh tubuh.

Afinitas ikatan hemoglobin dengan CO 220 kali lebih kuat

daripada ikatan oksigen dan hemoglobin. Hal ini menyebabkan

hemoglobin akan lebih banyak terikat dengan CO dibanding

dengan oksigen. Afnitas ikatan Codengan hemoglobin yang

sangat kuat juga menyebabkan ikatan tersebut hampir

ireversibel. Bila terdapat kadar CO yang berlebihan dalam darah,

maka pada ahkirnya kadar oksigen dalam darah akan turun

dengan drastis. Hal ini akan berdampak pada terjadinya hipoksia

karena tubuh kekurangan pasokan oksigen. Akibatnya jaringan

tubuh juga kekurangan oksigen. Bila hipoksia menyerang otak,

maka akan menimbulkan gangguan sistem saraf pusat yang di

sebut ensefalopati.

Apabila hipoksia mengenai jantung akan menyebabkan

gangguan kardiovaskuler. Ikatan gas CO dengan hemoglobin

disebut karboksihemoglobin (COHb). Kadar COHb erat kaitannya

dengan infrak jantung dan angina pectoris. Kadar COHb 5%-10%

menyebabkan gangguan metabolisme otot jantung,

ketidaksanggupan belajar dan pandangan mata mengecil. Bila


10

kadar COHb 2,9-4,5% akan memberikan gejala nyeri dada ketika

bergerak sedikit.

Hal ini sangat berbahaya bagi orang yang menderita sakit

jantung dan paru-paru, karena ia akan mengalami sesak napas

ataupun napas pendek dan menurunkan stamina. Karbon

monoksida juga merusak lapisan pembuluh darah dan

menaikkan kadar lemak pada dinding pembuluh darah yang

dapat menyebabkan penyumbatan.

c) Nikotin

Nikotin sering dibicarakan orang awam sebagai penyebab

dari penyakit yang diderita oleh para perokok, sebenarnya

adalah bersifat simpatomimetik yang merangsang pelepasan

katekolamin sehingga dapat menimbulkn pengaruh terjadinya

peningkatan denyut jantung, hipertensi, dan cardiak output.

Selain itu, nikotin menimbulkan pengaruh terhadap metabolisme,

yaitu lipolisis yang jkemudian menyebabkan peninggian kadar

asam lemak bebas dan gliserol dalam darah. Peninggian

metabolisme lemak menimbulkan kebutuhan oksigen yang

meniggi pula sehingga menimbulkan peningkatan aliran darah

arteri koronaria jantung dan kebutuhan oksigen otot jantung.

Nikotin yang dihisap saat merokok akan terserap masuk kedalam

darah dalam konsentrasi tinggi ke arah jantung. Pada perokok

yang memiliki fisik yang sehat, peninggian kadar nikotin dalam

darah dan pengaruhnya terhadap jantung tiidak menimbulkan

keadaan yang membahayakan; tetapi bagi perokok yang telah


11

mempunyai penyakit pada arteri koronaria jantung, akan

mengalami peningkatan resiko gangguan fungsi jantung, karna

peniggian keaktifan simpatis (akibat dari efek nikotin)

menimbulkan kebutuhan oksigen otot jantung yang meninggi,

tetapi tidak disertai aliran darah arteri coronaria yang memadai

karena terjadi vasokonsetriksi pada arteri coronaria yang sedang

sakit. Keadaan tersebut dapat menimbulkan bahaya untuk

terjadinya ischemia otot jantung.

Hal yang sangat penting diketahui mengenai nikotin dalam

asap rokok adalah bahwa nikotin menimbulkan ketergantungan

terhadap merokok, keadaan tertersebutlah yang membahayakan

fisik perokok terhadap paparan komponen beracun lainya yang

terkandung dalam asap rokok.

Nikotin dianggap zat kimia utama yang berada dalam

tembakau yang menimbulkan efek ketergantungan. Nikotin

menstimulasi otak untuk terus menambah jumlah nikotin yang di

butuhkan. Semakin lama, nikotin dapat melumpuhkan otak dan

rasa, serta meningkatkan adrenalin, yang menyebabkan jantung

diberi peringatan atas reaksi hormonal yang membuatnya

berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras. Artinya, jantung

membutuhkan lebih banyak oksigen agar dapat terus memompa.

Nikotin juga menyebabkan pembekuan darah lebih cepat dan

meningkatkan risiko serangan jantung. Nikotin mampu

mempengaruhi sejumlah neurotransmitter, tetapi yang terpenting

adalah dopamine yang berpengaruh terhadap efek


12

ketergantungan terhadap tembakau. Secara perlahan, nikotin

akan mengakibatkan perubahan pada sel-sel otak perokok yang

menyebabkan Anda merasa perlu merokok lebih banayak untuk

mengatasi gejala-gejala ketagihan

Nikotin terdapat dalam tembakau, bersifat toksik dan

menimbulkan adiksi. Nikotin merupakan alkaloid dalam bentuk

cairan, tidak berwarna, dan merupakan suatu basa yang mudah

menguap (volatile base) dengan pKa=8,5 setelah bersentuan

dengan udara, zat ini berubah warna menjadi coklat dan berbau

mirip tembakau. Kadarnya dalam tembakau antara 1%-2%.

Nikotin terutama mengalami metabolisme di hati, sebagian kecil

di ginjal, tetapi asap nikotin mengalami metabolisme juga di paru.

Nikotin bekerja seperti asetikolin pada reseptor

nikotinikganglia (Nᴎ) dan menimbulkan exitatory postsynaptic

potential (EPSP) awal yang mencapai ambang rangsang

sehingga terjadi perangsangan ganglion. EPSP (depolarisasi)

yang persisten kemudian menimbulokan hambatan ganglion.

Secara cepat, nikotin masuk ke dalam otak saat seseorang

merokok. Kadar nikotin yang dihisap akan menyebabkan

kematian, apabila kadarnya lebih dari 30 mg. Setiap batang

rokok rata-rata mengandung kadar nikotin yang masuk kedalam

peredaran darah tinggal 25 %. Namun jumlah yang kecil ini

mampu mencapai otak dalam waktu 15 detik.

Oleh karena itu, dari semua zat kimia berbahaya dalam

rokok, nikotin mempunyai efek paling banyak yakni:


13

1) Takikardi, meningkatnya detak jantung, terjadi karena

perangsangan ganglion simpatis atau hambatan ganglion

parasimpatis, hal yang sebaliknya dapat menimbulkan

bradikardi. Selain itu, nikotin dapat merangsang medula

adrenal dengan akibat pelepasan katekolamin yang

menimbulkan takikardi dan kenaikan tekanan darah.

2) Nikotin dapat merangsang sistem saraf pusat yang akan

menimbulkan tremor serta konvulsi pada konsumsi dosis

besar.

3) Nikotin dapat menyebabkan perangsangan ganglion

parasimpatis dan ujung saraf kolinegrik pada usus,

sehingga tonus usus dan gerakan peristaltik meninggi.

4) Konsumsi dosis besar nikotin langsung berefek pada

medula oblongata, diikuti dengan depresi; kematian akibat

paralisis pusat pernapasan dan paralisis otot-otot

pernapasan di perifer.

5) Nikotin dapat menyebabkan muntah melalui kerja sentral

dan perifer.

6) Nikotin dapat me nyebabkan perangsangan sekresi air liur

dan secret bronkus disusul penghambatanya. Salviasi

timbul waktu merokok diakibatkan oleh iritasi asap rokok.

7) Nikotin menyebabkan penyempitan pembuluh darah perifer

yang akan meningkatkan resiko terjadinya ateriosklerosis.

Hal ini juga merupakan jalur terjadinya peningkatan

tekanan darah.
14

8) Pada orang-orang yang merokok, kadar HDL ditemukan

menurun, sementara kadar LDLnya meningkat. Karena itu,

nikotin di duga menyebabkan gangguan metabolime lemak,

meskipun belum ada penelitian khusus yang dapat

menjelaskan bagaimana mekanisme penurunan HDL oleh

rokok.

9) Intoksikasi kronik nikotin biasanya terjadi pada perokok

berat. Dalam asap rokok nikotin tidak diserap dengan

sempurna sehingga sebagian kecil saja yang mencapai

aliran darah.

d) Kadium

Kadium adalah zat yang dapat meracuni jaringan

tubuh, terutama ginjal.

e) Acrolein

Acrolein ialah sejenis zat tidak berwarna

sebagaimana aldehid. Zat ini diperoleh dengan cara

mengambil cairan dari gliserol menggunakan metode

pengeringan. Zat tersebut sedikit banyak mengandung kadar

alkohol. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.

f) Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna

terdiri dari nitrogen dan hydrogen.

Bau zat ini sanagat tajam dan sangata merangsang. Amoniak

sangat bersifat toksik sehingga dapat menyebabkan


15

seseorang pingsan atau koma jika terdapat dalam darah

walaupun hanya dalam jumlah yang sangat sedikit.

g) HCNA / Asam sianida

HCN merupakan sejenis gas yang tidak berwarna,

tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat

yang ringan dan mudah terbakar. HCN sangat efisien untuk

menghalangi pernafasan dan merusak saluran pernafasan.

h) Arsenic

Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk

membunuh serangga terdiri dari unsur-unsur berikut:

1) Nitrogen oksida, yaitu unsur kimia yang dapat mengganggu

saluran pernapasan, bahkan merangsang terjadinya

kerusakan dan perubahan kulit tubuh.

2) Amonium karbonat, yakni zat yang bisa membentuk plak

kuning pada permukaan lidah, serta mengganggu kelenjar

makanan dan perasa yang terdapat pada permukaan lidah.

i) Nitrous Oxside (NO)

NO merupakan sejenis gas yang tidak berwarna

dan bila terhisap dapat menyebabkan pertimbangan dan rasa

sakit. NO awalnya dapat digunakan sebagai pembius saat

melakukan operasi oleh dokter. NO diduga sebagai salah

satu zat adiktif dalamn rokok.

j) Formic Acid

Formic Acid tidaklah berwarna, bisa bergerak

bebas dan dapat mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat


16

tajam dan baunya menusuk. Zat tersebut dapat menyebabkan

seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zat itu

dalam peredaran darah akan mengakibatkan pernapasan

menjadi cepat.

k) Formaldehid

Formaldehid adalah sejenis gas dengan bau tajam.

Gas ini samngat beracun terhadap semua organisme hidup.

Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama.

l) Fenol

Fenol merupakan campuran dari kristal yang

dihasilkan dari destilasi beberapa zat organik, seperti kayu

dan arang, serta di peroleh dari tar arang. Fenol beracun dan

berbahaya karena fenol terikat ke protein sehingga

menghalangi aktifitas enzim.

m) Acetol

Acetol merupakan hasil pemanasan aldebyde

(sejenis zat tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah

menguap dengan alkohol.

n) Hydrogen Sulfide

Hydrogen sulfide ialah sejenis gas beracun yang

gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini

menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).


17

o) Pyridine

Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat

ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai

pelarut dan pembunuh hama.

p) Methyl Chloride

Methyl chloride adalah campuran dari zat-zat

bervalensi satu, yang unsur-unsur utamanya berupa hidrogen

dan karbon. Zat ini merupakan compoundorganik yang dapat

beracun.

q) Methanol

Methanol ialah sejenis cairan ringan yang gampang

menguap dan terbakar. Meminum atau mengisap methanol

dapat mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.

4. Jenis-jenis Rokok

a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus. (Aula, 2015)

1) Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya adalah

daun aren.

2) Sigaret ialah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

kertas.

3) Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa

daun tembakau.
18

b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi

1) Rokok putih

Rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau

isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2) Rokok kretek

Rokok kretek yaitu rokok yang bahan baku atau

isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi

saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3) Rokok klembak

Rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau

isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang

diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

tertentu.

c. Rokok berdasarkan proses pembuatanya

1) Sigaret kretek tangan (SKT)

Adalah rokok yang proses pembuatanya dengan

cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan

ataupunh alat bantu sederhana.

2) Sigaret kretek mesin (SKM)

Adalah rokok yang proses pembuatanya

menggunakan mesin. Caranya material rokok dimasukan

kedalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan

mesin pembuat rokok adalah rokok batangan. Saat ini,

mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran


19

sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per

menit.

d. Rokok berdasarkan penggunaan filter

1) Rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian

pangkalnya terdapat gabus.

2) Rokok nonfilter (RNF) ialah rokok yang pada bagian

pangkalnya tidak terdapat gabus.

e. Rokok elektrik

Rokok elektrik rokok yang beroperasi menggunakan

tenaga baterai. Namun tidak membakar tembakau seperti

produk rokok biasa. Rokok ini membakar cairan

menggunakan baterai dan uapnya masuk ke paru-paru

pemakai. (yani, 2014).

5. Manfaat Berhenti Merokok

Jika anda masih merasa sulit dan ragu untuk berhenti

merokok, sebaiknya perlu mengetahui bahwa akan ada banyak

manfaat yang bisa anda peroleh ketika berhasil berhenti

merokok. Pastinya manfaat tersebut tidak hanya berdampak

baik bagi kesehatan namun juga untuk kehidupan anda. Berikut

akan dijelaskan manfaat berhenti merokok yang perlu anda

ketahui.

1. Pada 20 menit pertama tekanan darah, denyut nadi serta aliran

darah tepi akan membaik.


20

2. 12 jam berhenti merokok maka hampir semua nikotin di dalam

tubuh yang terdapat dalam metabolisme serta kadar CO dalam

darah akan kembali normal.

3. 1-2 hari setelah berhenti merokok akan membuat nikotin di

dalam tubuh tereliminasi, fungsi indera penciuman dan

pengecap akan kembali membaik. Selain itu sistem

kardiovaskular juga akan semakin meningkat.

4. 5 hari berhenti merokok akan membuat metabolit nikotin di

dalam tubuh akan menghilang sehingga sistem kardiovaskular

lebih meningkat, indera penciuman dan pengecap juga dapat

berfungsi dengan baik.

5. 2-6 minggu berhenti merokok membuat saluran napas dan

paru-paru kembali berfungsi dengan baik.

6. 1 tahun berhenti merokok membuat anda terhindari dari risiko

penyakit jantung koroner.

7. 10 tahun berhenti merokok akan menurunkan risiko kanker

paru-paru hingga setengahnya.

8. Kulit anda akan kembali cerah dan tidak pucat.

9. Kadar oksigen dalam darah akan kembali normal.

Itulah penjelasan mengenai manfaat berhenti merokok yang

perlu anda ketahui. Dengan demikian kini anda tak perlu ragu

untuk mencoba berhenti merokok mulai dari sekarang dengan

menerapkan perilaku hidup sehat serta menghindari hal-hal

yang berkaitan dengan rokok. (Kemenkes, 2019)


21

B. Denyut Nadi

1. Pengertian Denyut Nadi

Nadi adalah manifestasi ketika jantung memompa darah

dan diedarkan keseluruh tubuh. (Sudarta, 2016).

Denyut nadi merupakan gambaran denyut jantung yang

dapat diraba pada arteri yang berada di bawah kulit, seperti pada

pergelangan tangan dan leher. Denyut jantung dihasilkan oleh

kontraksi otot jantung saat memompakan darah. (Irenne Elly M.S,

2006).

Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang di

rasakan dari proses pemompaan jantung. Setiap bilik kiri jantung

menegang untuk menyemprotkan darah ke aorta yang sudah

penuh maka dinding arteria dalam sistem peredaran darah

mengembang atau mengembung untuk mengimbangi

bertambahnya tekanan. Mengembangnya aorta menghasilkan

gelombang di dinding aorta yang akan menimbulkan dorongan

atau denyutan. Proses perubahan denyut nadi tersebut

dipengaruhi oleh perubahan kecepatan jantung terhadap

rangsangan yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis dan saraf

parasimpatis. Rangsangan simpatis dapat menambah kecepatan

denyut njantung ketika tubuh dalam keadaan cemas, emosi, takut,

dan marah, sedangkan rangsangan parasimpatis dapat

mengurangi kecepatan denyut nadi.(Adelina Kusuma w, 2015).

Kekuatan nadi berdasarkan skala:

1 = Tidak ada denyut


22

2= Lemah

3= Normal

4= Kuat

2. Pemeriksaan Denyut Nadi

Pemeriksaan nadi paling sering dilakukan dengan palpasi

pada arteri radialis kanan dan kiri di dekat pergelangan tangan.

Palpasi dilakukan dengan dengan 2 atau 3 jari.

Beberapa pembuluh nadi yang dapat diraba manual,

anatara lain (Sudarta, 2016) :

a. Pergelangan tangan di sebelah sisi yang berdekatan

dengan ibu jari (Arteri Radialis).

b. Lipat siku pada sisi berlawanan dari arteri radialis (Arteri

Brakialis).

c. Sisi samping leher (Arteri Karotis Internal).

d. Pangkal paha (Arteri Femoralis).

e. Lipat lutut (Arteri Poplitea).

f. Sedikit di atas tumit kaki (Arteri Tibialis Posterior).

g. Permukaan punggung kaki (Arteri Dorsalis Pedis.

Pada pengukuran nadi hal-hal yang diperhatikan adalah:.

(Sudarta, 2016).

a. Frekuensi denyut nadi per menit

Dalam kondisi tenang, baik fifik maupun mental

orang dewasa, normal nadi berkisar 50-90 bpm, rata-rata

60-100 bpm. Denyut nadi normal bervariasi tergantung

dari: Usia, jenis kelamin, bayi dan anak-anak, masa


23

pubertas, dewasa dan usia tua, pada dewasa kalau kurang

dari 50 bpm disebut bradicardia.

1) Takikardia (pulsus frequent): frekuensi nadi di atas 100

kali per menit.

2) Bradikardia (pulsus rases) : frekuensi nadi di bawah 50

kali per menit.

3) Pemeriksaan nadi di lakukan setelah orang istrahat 5-

10 menit. Denyut nadi meningkat dalam keadaan

latihan jasmani atau pada keadaan suhu badan yang

tinggi (febris). Bradikardi dapat terjadi pada keadaan

hipertoni parasimpatis. Keadaan dimana kenaikan

suhu tidak sesuai dengan kenaiakan kecepatan nadi

disebut bradikardia relatif.

Jumlah nadi dalam 1 menit berdasarkan usia (Sudarta,

2016) :

Tabel 2.1 Jumlah Nadi Berdasarkan Usia

USIA JUMLAH NADI

0 - 3 bulan 100 – 160


3 - 6 bulan 90 – 120
6 - 12 bulan 80 – 120
1 - 10 tahun 70 – 130
10 - 18 tahun 60 – 100
Wanita hamil berkisar 80 – 90
Wanita dewasa 60 – 80
Laki-laki dewasa 55 – 75
Sumber : Sudarta, 2016
24

b. Irama denyut nadi

Irama denyut nadi dapat ditentukan teratur (regular)

atau tidak teratur (iregular). Nadi di bawah 50 kali per menit

kadang-kadang disebabkan kelainan hantaran rangsang

pada jantung. Bila tidak teratur, hal tersebut menunjukan -

beberapa kemungkinan antaralain:

1) Sinus aritmia: keadaan di mana denyut nadi lebih

cepat pada inspirasi dan lebih lambat saat ekspirasi.

2) Ekstrasistolik: merupakan keadaan di mana terdapat

denyut prematur (denyut yang datang lebih cepat)

yang disusul dengan istrahat yang lebih panjang. Pada

pemeriksaan nadi pada arteri radialis denyut yang

prematur ini mungkin tidak terasa sehingga seolah-

olah nadi berhenti sesaat.

3) Fibrilasi atrial: keadaan dimana denyut menunjukan

tidak ada irama dasar.

4) Blok atrioventrikular: bradikardi yang di sebabkan oleh

rangsangan dari nodus SA tidak di teruskan semuanya

ke ventrikel sehingga ada sat ventrikel tidak

berkontraksi.

c. Besarnya pengisian nadi

1) Pulsus parvus: nadi dengan isi kecil

2) Pulsus margnus: nadi dengan isi besar

Besarnya pengisisan harus dibandingkan dengan

pengisisan sebelum atau sesudahnya. Jika volumenya


25

sama disebut ekual, jika berbeda disebut unekual.

Pemeriksaan denyut nadi juga harus dibandingkan antara

denyut nadi kanan dan denyut nadi kiri. Pada aneurisma

arkus aorta atau pada koarktasio aorta dapat terjadi

perbedaan isi denyut nadi kanan dan kiri

d. Tegangan nadi: sklerosis dan penebalan pada arteri

radialis dapat teraba lebih keras dan kaku.

C. Pengaruh Rokok Terhadap Frekuensi Denyut Nadi

Pengaruh bahan-bahan kimia yang terkandung di dalam

rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida), dan tar akan memacu

kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis

sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung

bertambah cepat, jantung menegang untuk menyemprotkan darah ke

aorta yang sudah penuh maka dinding arteria dalam sistem

peredaran darah mengembang atau mengembung untuk

mengimbangi bertambahnya tekanan. Mengembangnya aorta

menghasilkan gelombang di dinding aorta yang akan menimbulkan

dorongan atau denyutan pada nadi.

Kandungan dalam rokok yang dapat berakibat pada

peningkatan frekuensi denyut jantung adalah :

1. Gas karbonmonoksida (CO).

Gas CO merupakan gas yang tidak berwarna, tidak

berbau, tidak berasa, dan merupakan salah satu gas yang tidak

mengiritasi. Gas CO merupakan produk dari pembakaran yang


26

tidak sempurna, dengan konsentrasi rata-rata di atmosfer sekitar

0,1 ppm, dan dapat mencapai 100 ppm pada lingkungan dengan

polusi udara berat.

CO dapat berikatan reversible dengan situs ikatan

oksigen pada hemoglobin, dengan afnitas 220 kali afnitas

oksigen terhadap hemoglobin. Hasil ikatan hemoglobin dengan

CO, karboksihemoglobin tidak dapat membawa oksigen,

sehingga menurunkan transfer oksigen ke jaringan yang

membutuhkan. Organ yang paling terkenna dampak ya adalah

otak dan jantung. Level karboksihemoglobin pada orang dewasa

normal bukan perokok adalah kurang dari 1 %, sedangkan pada

perokok dapat mencapai saturasi 5-10 %, tergantung seberapa

berat kebiasaan merokok.

2. Nikotin

Pada orang yang merokok, nikotin dalam rokok akan

ikut terhirup. Nikotin adalah substansi yang berikatan dengan

salah satu subtipe reseptor asetikolin nicotinic cholineric

receptor (naChR). Paparan nikotin dalam kadar tinggi dapat

menyebabkan adiksi. Hal ini disebabkan nikotin akan membuat

pelepasan dopamin di otak pada reward centre, dan

menimbulkan sensasi menenangkan dan menyenangkan. Ketika

paparan ini terjadi berkali-kali, otak akan mengasosiasikan rokok

dengan perasaan senang dan tenang sehingga akhirnya terjadi

adiksi-adiksi terhadap nikotin.


27

Reseptor nAChR dapat ditemukan di SSP, otot

skeletal, dan saraf autonom. Pada saraf preganglion, baik saraf

parasimpatif maupun simpatis akan melepaskan AchR.

Salahsatu studi menemukan bahwa pada autopsi otakn perokok

akan ditemukan jumlah reseptor neurotransmitter yang berikatan

dengan nikotin lebih tinggi daripada orang bukan perokok,

menunjukan terjadinya suatu mekanisme up regulation. Melalui

studi tersebut ditemukan bahwa nikotin merupakan substansi

agonis Ach, namun dalam jangka panjang nikotin bersifat

sebagai antagonis.

Nikotin pada perokok berat akan meningkatkan kerja

saraf simpatis, berbeda dengan Ach yang merangsang saraf

parasimpatis. Pada perokok berat ditemukan peningkatan kadar

zat neropinefrine yang akan merangsang reseptor kimia pada

pembuluh darah yang akan mengakibatkan peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik, yang selanjutnya akan

mempengaruhi kerja jantung. Selain menyebabkan ketagihan

merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,

meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,

kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama

jantung (aritmia).

Tidak bisa dipungkiri bahwa ada hubungan antara denyut nadi dan

kesehatan kardiovaskuler. Aktifitas lari 100 meter akan menyebabkan

otot bergerak dan sangat bermanfaat bagi sistem kardiovaskuler

.Denyut nadi sangat penting untuk mengukur jumlah kerja otot


28

jantung mnurut (Astrand P, et al, 2003), dalam (Ika Rahman, 2014).

Respon denyut nadi selama latihan dan penurunan denyut nadi

setelah latihan juga bertanda sangat baik dari kontrol otonom jantung

menurut (Monise, 2004), dalam (Ika Rahman, 2014).

D. Kerangka Teori

Populasi
(sampel)

Faktor risiko + Faktor risiko -

Efek (+) Efek (-) Efek(+) Efek(-)

Keterangan : = Diteliti.

Gambar 2.1 kerangka Teori


29

E. Teori Model Keperawatan

Keperawatan merupakan pelayanan kesehatan yang profesional

yang bersifat holistik dan komprehensif yang ditujukan kepada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun

sakit dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, adapun

teori model yang dikaitkan dengan penelitian ini adalah teori model Betty

Neuman.

Permasalah penelitian ini yaitu mengenai perbedaan frekuensi

denyut nadi pada remaja perokok dan bukan perokok tembakau,

merupakan aplikasi dari model konseptual keperawatan Betty Neuman.

Teori model keperawatan Betti Neuman mempunyai konsep bahwa

dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien yaitu memandang

suatu sistem terbuka yang unik ketika sistem ini menggunakan satu

kesatuan pendekatan terhadap berbagai hal yaitu suatusistem bekerja

dengan ruang lingkup klien, kelompok, atau bahkan sejumlah kelompok

yang merupakan isu sosial yang berkembang saat itu. Kemudian pada

teori model keperawatan ini menjelaskan tentang suatu sistem klien yang

melibatkan suatu proses interaksi dengan lingkungannya yang

merupakan ruang lingkup keperwatan.

Dalam berinteraksi klien dipandang sebagai satu kesatuan yang

sama yang berinteraksi satu sama yang lainya secara dinamis, model

tersebut mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhi

sistem klien yaitu diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural, tumbuh

kembang (developmental) dan spiritual.


30

Adapun kaitannya permasalahan dalam penelitian ini dengan

konsep teori model keperawatan Betti Neuman yaitu remaja perokok

tembakau yang dimana sistem klien atau diri klien itu sendiri akan

dipengaruhi oleh bagaimana proses interaksi dengan lingkungan

sekitarnya, serta harus mampu dalam mengoptimalkan keadaan

sejahtera, dengan melihat sistem diri klien yaitu remaja peroko tembakau

yaitu dimana klien mengalami suatu keadaan dimana terjadi penurunan

kesejahteraan bisa terjadi karena kebutuhan sistem tersebut yang tidak

terpenuhi. Oleh karena itu klien memerlukan dukungan psikologis seperti

dukungan dari keluarga untuk lebih memperhatikan kebiasaan dan proses

interaksi terhadap lingkungan sekitarnya agar klien terbuka dalam proses

interaksi terhadap lingkungan. Sedangkan untuk remaja bukan perokok

memerlukan edukasi untuk mempertahankan perilaku untuk tidak

merokok dan mempertahankan interaksi secara dinamis terhadap

lingkunganya. Serta mampu mengoptimalkan keadaan sejahtera atau

bisa menstabilitas mengindikasikan bahwa seluruh kebutuhan sistem

sejahtera telah terpenuhi.

Adapun peran perawat sebagai tenaga kesehatan yang

berinteraksi langsung dengan klien harus mampu dalam mengatasi

masalah tersebut, salah satunya dengan melakukan pendekatan yang

bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling percaya antara klien atau

responden dan peneliti sehingga klien atau responden bisa terbuka

terhadap peneliti kemudian setelah itu tenaga kesehatan atau peneliti

memberikan pengetahuan tentang bahaya merokok serta memeriksa


31

keadaan denyut nadi klien untuk mengetahui kondisi kondisi rentang

sehat sakit pada klien.

Aplikasi teori model dari Betty Neuman mengembangkan model

sistem konseptual dalam keperawatan dengan asumsi dasar yaitu :

(Alligood, 2017).

1. Keperawatan

Neuman (1982) meyakini bahwa keperawatan menitik beratkan pada

individu sebagai satu kesatuan yang utuh. Keperawatan dipandang

sebagai suatu “profesi yang memperhatikan semua unsur yang

memengaruhi respons individu terhadap stres”. Persepsi perawat

dapat memengaruhi asuhan keperawatan yang diberikannya

sehingga Neuman (1995) menyatakan bahwa rentang persepsi

perawat dan klien sangat penting untuk dikaji lebih lanjut.

2. Manusia

Neuman menampilkan konsep manusia sebagai klien dengan sistem

terbuka dan dalam interaksi yang berkesinambungan dengan

lingkunganya. Klien bisa seorang individu, keluarga, kelompok,

masyarakat, atau isu sosial. Sistem klien terdiri dari hubungan yang

dinamis antara fisiologis, psikologis, sosial budaya, tumbuh-kembang

dan faktor spiritual.

3. Kesehatan neuman menganggap model yang dikembangkannya

sebagai model kesejahteraan (wellnes model). Dalam model ini,

kesehatan dipandang sebagai suatu rentang dari keadaan sejahtera

menuju sakit yang bersifat dinamis dan senantiasa berubah. Neuman

menyatakan bahwa “keadaan sejahtera optimal atau stabilitas


32

mengindikasikan bahwa seluruh kebutuhan sistem tersebut telah

terpenuhi”. Suatu keadaan dimana terjadi penurunan kesejahteraan

bisa terjadi karena kebutuhan sistem tersebut yang tidak terpenuhi.

4. Lingkungan

Neuman mendefenisikan lingkungan sebagai keseluruhan faktor

internal dan eksternal yang mengelilingi sistem klien dan memberikan

pengaruh terhadap sistem tersebut. Stresor (intrapersonal,

interpersoal) merupakan hal yang signifikan dalam konsep

lingkungan dan digambarkan sebagai faktor lingkungan yang

berinteraksi dengan dan berpotensi untik mengurangi stabilitas

sistem.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN
A. Metodelogi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang

menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang

sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang

perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk

merumuskan hipotesis, jenis, dan jumlah hipotesis dan teknik

analisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2015).

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang

dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan atau dihirup termasuk

rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang

dihasilkan dari tanaman Nicotianatobacum, Nicotianarutica, dan

spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung

nikotin dan tar, dengan atau tanpa tambahan (M. Nadjib Bustan,

2015).

Merokok didefinisikan sebagai kegiatan menghisap asap

dari tembakau yang dibakar, yaitu suatu kebiasaan yang

mengganggu kesehatan penghisapnya. (Yuwono, 2016).

Nadi adalah manifestasi ketika jantung memompa darah

dan diedarkan keseluruh tubuh. (Sudarta, 2016). Denyut nadi

merupakan gambaran denyut jantung yang dapat diraba pada

arteri yang berada di bawah kulit, seperti pada pergelangan

32
34

tangan dan leher. Denyut jantung dihasilkan oleh kontraksi otot

jantung saat memompakan darah. (Irenne Elly M.S, 2010).

Pengaruh bahan-bahan kimia yang terkandung di dalam

rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida), dan tar akan

memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf

simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan

detak jantung bertambah cepat, jantung menegang untuk

menyemprotkan darah ke aorta yang sudah penuh maka dinding

arteri dalam sistem peredaran darah mengembang atau

mengembung untuk mengimbangi bertambahnya tekanan.

Mengembangnya aorta menghasilkan gelombang di dinding aorta

yang akan menimbulkan dorongan atau denyutan pada nadi.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting

dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil

(Nursalam, 2013).

Penelitian ini merupakan metode penelitian yang lain.

Disamping metode penelitian survei dan eksperimen, beberapa

literatur mencatat jenis penelitian lain yang tidak dapat dimasukan

ke dalam kedua jenis metode penelitian yang lazim tersebut.

(Notoatmodjo, 2016).

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

Praeksperimen perbandingan kelompok statis (static group

comparison), yaitu dimana dalam rancangan ini seperti rancangan


35

penelitian posttest only design yaitu perlakuan atau intervensi

telah dilakukan (X), kemudian dilakukan pengukuran (observasi)

atau posttest (02), tetapi tidak ada kelompok pembanding atau

kontrol sedangkan penelitian ini menggunakan kelompok

pembanding atau kontrol. (Notoatmodjo, 2016 ).

Penelitian dengan pendekatan Praeksperimen

perbandingan kelompok statis (static group comparison) bertujuan

untuk mengetahui perbedaan frekuensi denyut nadi perokok dan

bukan perokok pada Santri Mukim Ponpes Pembangunan Sumur

Bandung Cililin .

3. Hipotesis Penelitan

Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang

hubungan antara dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa

menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2015).

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari

pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam

bentuk hubungan antara dua variabel pembuktian, artinya

hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan

(Notoatmodjo, 2016). Namun dalam penelitian ini menggunakan

hipotesis komparatif (perbedaan), yaitu pernyataan yang

menunjukan dugaan nilai dengan membuat perbandingan dalam

satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. (Setiadi,

2016).

Hipotesis yang dirumuskan adalah :


36

Ha: Ada perbedaan frekuensi denyut nadi pada remaja perokok

dan bukan perokok tembakau.

Ho: Tidak ada perbedaan frekuensi denyut nadi pada remaja

perokok dan bukan perokok tembakau.

4. Variablel Penelitian

Variabel adaah suatu sifat yang akan diukur atau diamati

yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan

terukur (Riyanto, 2013). Sedangkan variabel penelitian adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.(Sugiyono, 2015).

Berdasarkan fungfsionalnya variabel dibedakan menjadi :

a. Variabel Independen (Bebas)

Variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya

variabel dependen (variabel terikat) atau bersifat

mempengaruhi terhadap variabel dependen (Notoatmodjo,

2016).

Variabel bebas pada penelitian ini adalah perilaku merokok

b. Variabel Dependen (Terikat)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas (Notoatmodjo, 2016).

Variabel terikat pada penelitian ini adalah peningkatan

frekuensi denyut nadi.


37

5. Kerangka konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplikasi dari

kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian

tersebut. (Notoatmodjo, 2014:101).

Berdasarkan uraian teori dan tujuan penelitian yang ingin

dicapai maka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Santri mukim

kelompok eksperimen kelompok kontrol

perlakuan (x) Tidak merokok

Merokok

posttest (O2)

mengukur denyut nadi mengukur denyut nadi

Lebih dari normal (cepat) Normal Lebih dari normal (cepat) Normal

Keterangan : = Diteliti.

Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian

Sumber : (Notoatmodjo, 2010:40), dimodifikasi oleh peneliti.

6. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi untuk

mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap


38

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrument (alat ukur). (Notoatmodjo, 2016).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi konseptual Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
operasional
Independen Perilaku merokok Mengetahui Quesioner Wawancara Dibagi Nominal
Perilaku didefinisikan sebagai perbedaan atas 2
merokok kegiatan menghisap denyut nadi kategori
tembakau. asap dari tembakau remaja yang
0=
yang dibakar, yaitu merokok dengan
merokok
suatu kebiasaan yang rokok tembakau.
1=
mengganggu
tidak
kesehatan
merokok
penghisapnya.
(Yuwono, 2010).
Dependen Nadi adalah Mengukur Pulse Observasi 0=60- Nominal
Denyut nadi manifestasi ketika frekuensi nadi oximetri 100norma
jantung memompa perokok dan l)
1=kurang
darah dan diedarkan bukan perokok
dari 60
keseluruh tubuh. tembakau. (bradikard
(Sudarta, 2016). Dengan cara i)
mengukur 2=lebih
denyut nadi dari 100
menggunakan (takikardi)
pulse oximetri
sebelum dan
setelah berlari
jarak 100 meter.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2016).


39

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri putra,

Ponpes Pembangunan Sumur Bandung Cililin 2019 yaitu 233

orang .

2. Sampel

Sampel adalah subjek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2016). Sampel adalah bagian dari

populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang

akan diteliti.

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

subjek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2016).

Cara pengambilan sampel menggunakan metode

purposive sampling yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Pelaksanaan pengambilan sampel secaran purposive sampling ini

antara lain:

Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi,

misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan atau dengan

mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi.

Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbanganya,


40

sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian

sehingga teknik pengambilan sampel secara purposive ini

didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri.

(Notoatmodjo, 2016).

Penentuan besar sampel yang digunakan dalam

penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus slovin

menurut (Sugiyono, 2015).

N
n=
1+ N ¿ ¿

233
n=
1+233 (0,1)

233
n=
1+2,33

233
n=
3,33

n=¿69,9= 70 Orang

Keterangan :

N = Besar Populasi
41

n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan 0,1

Dalam setiap tingkat ada beberapa kelas, maka pengambilan

sampel di setiap kelasnya yang berbeda jumlahnya antara kelas yang

satu dengan yang lainnya, pengambilan sampel dalam tiap kelas ini

dengan menggunakan rumus menurut (Riyanto, 2013). Dengan jumlah

kelas sebanyak 6 kelas yaitu dengan cara :

Jumlah Siswa Perkelas × Jumlah Sampel


Jumlah Populasi

Jadi, sampel yang diinginkan pada penelitian ini sebanyak 70

orang jumlah total . Adapaun masing-masing sampel dari masing-masing

kelas, sebagai berikut :

55× 70
Kelas 7 SLTP = = 16,1 = 16 Orang
233

68× 70
Kelas 8 SLTP = = 19,9 = 20 Orang
233

35× 70
Kelas 9 SLTP = = 10,2 = 10 Orang
233

34 ×70
Kelas 10 SLTA = = 9,9 = 10 Orang
233

14 ×70
Kelas 11 SLTA = = 4,1 = 4 Orang
233

27 ×70
Kelas 12 SLTA = = 7,9 = 8 Orang
233
42

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi terget yang terjangkau dan akan diteliti

(Nursalam, 2015). Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah :

1) Responden adalah santri mukim pondok pesantren

pembangunan sumur bandung.

2) Siswa yang merokok aktif sehari rata-rata 1 bungkus.

3) Siswa yang merokok kurang dari 12 jam sehari.

4) Siswa yang tidak merokok yang mau dijadikan

responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari berbagai sebab

(Nursalam, 2015). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah :

1) Siswa yang baru sembuh dari sakit

2) Siswa yang tidak hadir

3) Siswa yang tidak bersedia menjadi responden.


43

C. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan

kepada subjek dan proses pengumpulan karaktekristik subjek

yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2015).

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara

langsung dari responden baik melalui pengamatan,

pencatatan atau registrasi maupun interview atau

wawancara. Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang

didapatkan langsung dari responden yaitu, siswa perokok

dengan instrumen wawancara. Adapun pertanyaan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pertanya tertutup,

variabel yang ditanyakan adalah merokok atau tidak

merokok. Sedangkan frekuensi nadi menggunakan alat ukur

pulse oximetri.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan

melalui sumber-sumber kedua seperti publikasi,

perpustakaan, pusat pengolah data, pusat penelitian,

pemerintahan-pemerintahan dan perusahaan-perusahaan.

Namun dalam penelitian ini tidak menggunakan data


44

sekunder dikarenakan dari dua fariabel yang diteliti, peneliti

langsung mendapatkan data dari responden.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan

untuk pengumpulan data. Instrumen ini dapat berupa angket

(daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir yang

berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2016).

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui

variabel merokok peneliti yaitu menggunakan tehknik

wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap

muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab

atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide (panduan wawancara). (Nazir, 2014).

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui frekuensi denyut

nadi adalah observasi. Observasi adalah cara pengambilan data

dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar

lain untuk keperluan tersebut.(Nazir, 2014). pengukuran yang

digunakan adalah pulse oximetri. Pulse oximetri adalah alat yang

digunakan untuk mengukur SpO2 (kadar oksigen dalam darah)

dan denyut nadi secara mudah dan akurat dalam waktu singkat.

D. Uji validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas
45

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur

itu benar–benar mengukur apa yang diukur, sedangkan reliabilitas

adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2016).

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang

berarti prinsip instrumen dalam pengumpulan data, instrumen

harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam,

2015).

Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena

tidak memenuhi persyaratan yang berarti kuesioner penelitian

merupakan validitas logis yang artinya untuk mengukur variabel

penelitian dengan menggunakan satu pertanyaan (Arikunto,

2014).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau

diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara

mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang

penting dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2015).

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal

ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan

alat ukur yang sama. (Notoatmodjo, 2016).


46

Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah pulse

oximetri.

E. Prosedur Penelitian

1. Tahapan Persiapan

a) Merumuskan masalah di tempat penelitian

b) Menentukan judul penelitian

c) Bekerjasama dengan lahan penelitian untuk studi

pendahuluan

d) Menyusun proposal penelitian serta instrumen

e) Pelaksanaan seminar proposal

2. Tahapan pelaksanaan

a) Mendapatkan izin melakukan penelitian di Ponpes

Pembangunman Sumur Bandung Cililin .

b) Melakukan wawancara pada siswa perokok dan bukan

perokok tembakau untuk mengetahui berapa lama

responden merokok dan jumlah rokok yang dihabiskan

dalam sehari. Format wawancara dicantumkan pada

lampiran, ini dilakukan sampai semua responden yang

ditargetkan dapat tercapai.

c) Responden melakukan lari 100 meter.

d) Melakukkan observasi frekuensi denyut nadi pada siswa

perokok dan bukan perokok tembakau dengan

menggunakan pulse oximetri setelah 2 menit istirahat.

e) Melakukan pengolahan dan analisis data dengan tahapan

persiapan sampai akhir


47

f) Menarik kesimpulan

3. TahapanAkhir

a) Menyusun laporan hasil penelitian

b) Presentasi hasil penelitian

c) Pendokumentasian hasil penelitian

d) Melakukan sidang akhir

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasrkan suatu kelompok

data mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga

menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2016).

Tahap-tahap yang dilakukan di dalam pengolahan data menurut

Notoatmodjo (2016) adalah sebagai berikut :

a. Editing

Hasil kuesioner dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terebih dahulu. Secara umum editing

adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isianformulir

atau kuesioner.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Pada penelitian ini code pada variabel yang dipakai adalah :

1) Perilaku merokok
48

Coding sebagai berikut; 0= merokok, 1= tidak merokok.

2) Denyut nadi

c. Processing

Setelah lembar observasi terisi penuh dan juga sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya memproses

data dengan cara mengentri data dalam lembar kuesioner ke

perangkat komputer.

d. Clearning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

e. Tabulating

Yaitu memuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian

atau yang diinginkan oleh peneliti.

2. Analisis Data

Tujuan melakukan analisis data adalah untuk memperoleh

gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan

penelitian dan membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah

dirumuskan (Notoatmodjo, 2016).

1. Analisis univariat
49

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2016). Rumus persentase yang digunakan :

X
P¿ x 100%
N

Keterangan :

P : Persentase

X : Jumlah kriteria jawaban

N : Jumlah responden

2. Analisis bivariate

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

mempunyai hubungan atau kolerasi (Notoatmodjo, 2016). Analisis

bivariat yang digunakan adalah uji t test independen. Ujit test

independen digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi antara dua

kelompok sampel. (Hastono, 2011). Rumus yang digunakan

( Fo−Fe )
X 2 =∑
Fe

Keterngan :

∑ : Jumlah baris dan kolom

Fo : Frekuensi yang diobservasikan (frekuensi empiris)

Fe : Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Uji signifikan dilakukan dengan menggunakan batas

kemampuan alpha (0,05) dan Confidence interval (tingkat

kepercayaan) 95% dengan ketentuan bila :


50

1) Bila pvalue ≤ α (0,05) berarti H0 ditolak dan Ha diterima artinya

ada perbedaan frekuensi denyut nadi pada remaja perokok

dan bukan perokok pada santri mukim pondok pesantren

pembangunan sumur bandung cililin.

2) Bilap value ≥ α (0,05) berarti H 0 diterima dan Ha ditolak artinya

tidak ada perbedaan frekuensi denyut nadi pada remaja

perokok dan bukan perokok tembakau di Pondok Pesanten

Pembangunan Sumur Bandung Cililin.

G. Etika Penelitian

Untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan selama

pelaksanaan penelitian, terutama pada saat pengisian jawaban

kuesioner oleh responden, maka terlebih dahulu responden diminta

kesediannya untuk menandatangani surat keterangan persetujuan

(informed consent).

Segala informasi yang diperoleh dari responden akan dijaga

kerahasiaannya serta hanya dipergunakan untuk kepentingan

penelitian ini dan setelah selesai, semua catatan/data mengenai

responden akan dimusnahkan. Sebagai pertimbangan etik, peneliti

meyakinkan bahwa responden terlindungi dengan aspek-aspek

menurut Nursalam (2015), adalah sebagai berikut :

1. self determination. Responden diberikan kebebasan untuk

menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti penelitian ini

secara sukarela dengan menandatangani inform consent.


51

2. Privacy. Responden dijaga dengan merahasiakan informasi yang

didapat dari mereka dan hanya dipergunakan untuk kepentingan

penelitian ini.

3. Anonymity. Selama penelitian, nama dari responden tidak

digunakan sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor

partisipan.

4. Confidentiality. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas dan

informasi.

5. Protection from discomfort. Responden bebas dari rasa tidak

nyaman.

H. Tempat dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Pembangunan

Sumur Bandung Cililin.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2019.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan

mengenai perbedaan frekuensi denyut nadi pada remaja perokok dan bukan

perokok tembakau di Pondok Pesantren Pembangunan Sumur Bandung

Cililin 2020 .

3) Hasil Penelitian

Penelitian menggunakan teknik purposive sampling dimana

responden penelitian diambil berdasarkan pertimbangan kriteria inklusi

dan eksklusi yang telah ditentukan. Setelah melakukan penelitian sesuai

dengan Standar Operasi Prosedur penelitian. ada bab ini didapatkan hasil

penelitian yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 september 2019 di

Pondok Pesantren Pembangunan Sumur Bandung Cililin dengan

melibatkan 70 responden mengenai perbedaan frekuensi denyut nadi

pada remaja perokok dan bukan perokok tembakau. Dalam Informed

consent dan penjelasan prosedur pelaksanaan yang akan dilakukan

terlebih dahulu diberikan kepada seluruh responden, penelitian ini

disajikan dalam bentuk analisa univariat dan bivariat secara deskriptif dan

analitik.

Analisa univariat digunakan untuk melihat gambaran pada

masing-masing variabel diantaranya perbedaan frekuensi denyut nadi

remaja perokok dan bukan perokok tembakau, sedangkan analisa bivariat

adalah jenis analisa untuk mengidentifikasi adanya perbedaan denyut

nadi remaja perokok dan bukan bukan perokok tembakau.

52
53

1. AnalisisUnivariat

a. Frekwensi Denyut Nadi Perokok Tembakau Di Ponpes

Pembangunan Sumur Bandung Cililin.

Hasil penelitian diperoleh data Denyut Nadi Perokok Tembakau

Di Ponpes Pembangunan Sumur Bandung Cililin disajikan dalam

bentuk tabel pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Data Distribusi Denyut Nadi Perokok Tembakau Di


Ponpes Pembangunan Sumur Bandung Cililin.

Variabel Mean Std. Deviation Minimal Maksimal n


Denyut Nadi 128,34 15,148 100 150 35

Dari tabel 4.1 di atas diperoleh hasil analisa penelitian

tentang denyut nadi pada remaja perokok tembakau di Ponpes

Pembangunan Sumur Bandung Cililin yaitu rata-rata denyut nadi

128,34 dengan Standar Deviasi 15,148, denyut nadi terendah 100

dan tertinggi 150 kali permenit.

b. Frekwensi Denyut Nadi Bukan Perokok Tembakau Di Ponpes

Pembangunan Sumur Bandung Cililin.

Hasil penelitian diperoleh data Denyut Nadi Bukan Perokok

Tembakau Di Ponpes Pembangunan Sumur Bandung Cililin

disajikan dalam bentuk tabel pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.1 Data Distribusi Denyut Nadi Bukan Perokok


Tembakau Di Ponpes Pembangunan Sumur
Bandung Cililin.
54

Variabel Mean Std. Deviation Minimal Maksimal n


Denyut Nadi 84,66 9,258 65 105 35

Dari tabel 4.2 di atas diperoleh hasil analisa penelitian

tentang denyut nadi pada remaja bukan perokok tembakau di

Ponpres Pembangunan Sumur Bandung Cililin yaitu rata-rata

denyut nadi 84,66 dengan Standar Deviasi 9,258, denyut nadi

terendah 65 dan tertinggi 105.kali permenit.

2. Analisa Bivariat
a. Hasil Analisa Bivariat

Sebelum dianalisa bivariat terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas distribusi data untuk menentukan jenis uji statistic

yang digunakan. Data yang diuji adalah data denyut nadi pada

remaja perokok dan bukan perokok, menggunakan ratio

skewness dengan hasil seperti pada table 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Tabel Hasil Uji Normalitas Distribusi Data

Ratio
SE Distribusi
Data Skewness Skewnes
Skewness Data
s
Denyut Nadi 0.285 0.287 0,993 Normal
Kriteria 0,000 0.287 0,000 Normal

Berdasarkan table 4.3 di atas diperoleh hasil uji normalitas

distribusi data denyut nadi remaja perokok dan bukan perokok dengan

ratio skewness diperoleh hasil yaitu 0,285 / 0,287 = 0,993, maka

dianyatakan data berdistribusi normal, dan data denyut nadi remaja


55

perokok dan bukan perokok yaitu 0,000 / 0,287 = 0,000, maka

dianyatakan data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas

distibusi di atas menunjukkan kedua-duanya berdistribusi normal maka uji

statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah statitik paramaterik,

Uji Independent Simple T Test.

Hasil Analisa perbedaan denyut nadi remaja perokok dan bukan

perokok Tembakau Di Ponpes Pembangunan Sumur Bandung Cililin,

seperti tertera pada table 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Perbedaan Denyut Nadi Remaja Perokok


Dan Bukan Perokok Tembakau Di Ponpes Pembangunan
Sumur Bandung Cililin.

Std. Std. Error p n


Denyut Nadi
Mean Deviation Mean
Perokok 128,34 15,148 2,561 35
Bukan Perokok 84,66 9,258 0,000
1,565 35

Dari table 4.4 di atas diperoleh data hasil analisis tentang

perbedaan denyut nadi remaja perokok dan bukan perokok

tembakau di ponpes pembangunan Sumur Bandung Cililin pada

35 responden diperoleh data rata denyut nadi pada kelompok

perokok remaja 128,34 kali permenit dengan standat deviasi

15,148, dan standar error 2,561. Sedangkan data pada 35

responden kelompok bukan perokok diperoleh data rata denyut

nadi 84,66 kali permenit dengan standat deviasi 9,258, dan

standar error 1,565.

Hasil Uji Statistik dengan menggunakan uji Statistik

parametric (uji independent simple t tes) dua kelompok tidak


56

berpasangan diperoleh hasil nilai p sebesar 0,00 < α (0.05), maka

disimpulkan terdapat perbedaan denyut nadi remaja perokok dan

bukan perokok tembakau di ponpes pembangunan Sumur

Bandung Cililin .

4) PEMBAHASAN

1. Frekwensi Denyut Nadi Perokok Tembakau Di Ponpes

Pembangunan Sumur Bandung Cililin.

Hasil penelitian diperoleh data Denyut Nadi Perokok Tembakau Di

Ponpes Pembangunan Sumur Bandung Cililindiperoleh hasil analisa

penelitian tentang denyut nadi pada remaja perokok tembakau di

Ponpes Pembangunan Sumur Bandung Cililin yaitu rata-rata denyut

nadi 128,34 dengan Standar Deviasi 15,148, denyut nadi terendah

100 dan tertinggi 150 kali permenit.

Merokok didefenisikan sebagai kegiatan menghisap asap dari

tembakau yang dibakar, yaitu suatu kebiasaan yang mengganggu

kesehatan penghisapnya (Yuwono, 2010).Merokok tidak hanya

terbatas pada rokok saja. Penggunaan produk tembakau lain seperti

cerutu, cangklong, rokok linting, tembakau yang dikunyah (susur

nginang) juga termasuk dalam defenisi luas tentang merokok

(Adelina Kusuma W, FK, UI 2012).

Hal ini sesuai dengan berbagai sumber dan teori bahwa asap

rokok mengandung banyak zat-zat berbaya seperti tar, karbon

monoksida (CO), dan nikotin. Setiap rokok atau cerutu mengandung

lebih dari 4.000 jenis bahan kimia, dan 400 dari bahan-bahan
57

tersebut dapat meracuni tubuh, sedangkan 40 dari bahan tersebut

bisa menyebabkan kanker. Zat-zat ini dapat merugikan bagi tubuh,

menimbulkan gangguan pernafasan, kardiovaskuler, ketergantungan

dan keganasan.

Selain itu rokok mengandung Karbon monoksida menggantikan

sekitar 15 % jumlah oksigen, yang biasanya dibawa oleh sel darah

merah sehingga jantung si perokok menjadi berkurang suplai

oksigennya.Gas beracun seperti gas CO dapat menimbulkan

masalah pengangkutan dan pengambilan oksigen oleh tubuh. Gas

CO merupakan substansi akibat pembakaran tidak sempurna yang

juga terdapat dalam asap rokok. Pada saat seseorang merokok, CO

dalam asap rokok akan ikut terhisap, masuk kedalam paru-paru dan

akhirnya ikut dalam aliran darah. Di dalam darah, terdapat

hemoglobin, suatu zat yang bertanggung jawab untuk mengangkut

oksigen keseluruh tubuh.

Afinitas ikatan hemoglobin dengan CO 220 kali lebih kuat daripada

ikatan oksigen dan hemoglobin. Hal ini menyebabkan hemoglobin

akan lebih banyak terikat dengan CO dibanding dengan oksigen.

Afnitas ikatan Codengan hemoglobin yang sangat kuat juga

menyebabkan ikatan tersebut hampir ireversibel. Bila terdapat kadar

CO yang berlebihan dalam darah, maka pada ahkirnya kadar

oksigen dalam darah akan turun dengan drastis. Hal ini akan

berdampak pada terjadinya hipoksia karena tubuh kekurangan

pasokan oksigen. Akibatnya jaringan tubuh juga kekurangan oksigen.


58

Bila hipoksia menyerang otak, maka akan menimbulkan gangguan

sistem saraf pusat yang di sebut ensefalopati.

Apabila hipoksia mengenai jantung akan menyebabkan gangguan

kardiovaskuler. Ikatan gas CO dengan hemoglobin disebut karbon

sihemoglobin (COHb). Kadar COHb erat kaitannya dengan infrak

jantung dan angina pectoris. Kadar COHb 5%-10% menyebabkan

gangguan metabolisme otot jantung, ketidak sanggupan belajar dan

pandangan mata mengecil. Bila kadar COHb 2,9-4,5% akan

memberikan gejala nyeri dada ketika bergerak sedikit.

Hal ini sangat berbahaya bagi orang yang menderita sakit jantung

dan paru-paru, karena ia akan mengalami sesak napas ataupun

napas pendek dan menurunkan stamina. Karbon monoksida juga

merusak lapisan pembuluh darah dan menaikkan kadar lemak pada

dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan.

Selain itu rokok mengandung pula zat nikotin dimana nikotin sering

dibicarakan orang awam sebagai penyebab dari penyakit yang

diderita oleh para perokok, sebenarnya adalah bersifat

simpatomimetik yang merangsang pelepasan katekolamin sehingga

dapat menimbulkn pengaruh terjadinya peningkatan denyut jantung,

hipertensi, dan cardiak output.

Selain itu nikotin dapat menstimulasi otak untuk terus menambah

jumlah nikotin yang di butuhkan. Semakin lama, nikotin dapat

melumpuhkan otak dan rasa, serta meningkatkan adrenalin, yang

menyebabkan jantung diberi peringatan atas reaksi hormonal yang

membuatnya berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras. Artinya,


59

jantung membutuhkan lebih banyak oksigen agar dapat terus

memompa.

Nikotin mempunyai efek paling banyak yakni Takikardi,

meningkatnya detak jantung, terjadi karena perangsangan ganglion

simpatis atau hambatan ganglion parasimpatis, hal yang sebaliknya

dapat menimbulkan bradikardi. Selain itu, nikotin dapat merangsang

medula adrenal dengan akibat pelepasan katekolamin yang

menimbulkan takikardi dan kenaikan tekanan darah.

2. Frekwensi Denyut Nadi Bukan Perokok Tembakau Di Ponpes

Pembangunan Sumur Bandung Cililin.

Hasil penelitian diperoleh data Denyut Nadi Bukan Perokok

Tembakau Di Ponpes Pembangunan Sumur Bandung

Cililindiperoleh hasil analisa penelitian tentang denyut nadi pada

remaja bukan perokok tembakau di Ponpres Pembangunan Sumur

Bandung Cililin yaitu rata-rata denyut nadi 84,66 dengan Standar

Deviasi 9,258, denyut nadi terendah 65 dan tertinggi 105 kali

permenit.

Terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh jika

seseorang tidak merokok atau berhenti merokok, diantaranya adalah

pada 20 menit pertama tekanan darah, denyut nadi serta aliran darah

tepi akan membaik. Kemudian 12 jam berhenti merokok maka hampir

semua nikotin di dalam tubuh yang terdapat dalam metabolisme serta

kadar CO dalam darah akan kembali normal.Satu sampai dua hari

setelah berhenti merokok akan membuat nikotin di dalam tubuh

tereliminasi, fungsi indera penciuman dan pengecap akan kembali


60

membaik. Selain itu sistem kardiovaskular juga akan semakin

meningkat.Setelahlima hari berhenti merokok akan membuat

metabolit nikotin di dalam tubuh akan menghilang sehingga sistem

kardiovaskular lebih meningkat, indera penciuman dan pengecap juga

dapat berfungsi dengan baik.Duasampain 6 minggu minggu berhenti

merokok membuat saluran napas dan paru-paru kembali berfungsi

dengan baik. Dan jika 1 tahun berhenti merokok membuat anda

terhindari dari risiko penyakit jantung koroner.10 tahun berhenti

merokok akan menurunkan risiko kanker paru-paru hingga

setengahnya. Kulit anda akan kembali cerah dan tidak pucat serta

kadar oksigen dalam darah akan kembali normal.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa jika seseorang yang latihan fisik

akan terjadi perubahan pada sistem kardiovaskuler yaitu peningkatan

curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif ke

organ yang aktif. Peningkatan curah jantung ini dilakukan dengan

meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung (Nadi & Iwan, 1999).

Hal ini terdapat pada atlit yang mengalami bradikardi dan

peningkatan curah jantung saat istirahat namun saat melakukan kerja

akan terjadi denyut jantung yang lebih lambat dengan curah jantung

yang lebih besar yang disebut efisiensi kerja jantung (Fox, 1993).

Tidak bisa dipungkiri bahwa ada hubungan antara denyut nadi dan

kesehatan kardiovaskuler (Papathanasiou G. et al, 2016). Lari

100meter akan menyebabkan otot bergerak dan sangat bermanfaat

bagi sistem kardiovaskuler. Denyut nadi sangat penting untuk

mengukur jumlah kerja otot jantung (Astrand P, et al, 2014). Respon


61

denyut nadi selama latihan dan penurunan denyut nadi setelah latihan

juga bertanda sangat baik dari kontrol otonom jantung (Morise, 2012).

Beberapa studi menunjukkan penemuan bahwa HR meningkat

selama diberikan latihan secara progresif (Jouven X. etal, 2009) dan

denyut jantung penurunan selama pemulihan (Myers J. et al,2008)

adalah sangat penting untuk mendasari disfungsi otonom yang

berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas

kardiovaskuler (Papathanasiou G.et al, 2016).

3. Distribusi Perbedaan Denyut Nadi Remaja Perokok Dan Bukan

Perokok Tembakau Di Ponpes Pembangunan Sumur Bandung

Cililin.

Dari hasilpenelitiandidapatkanbahwadiperoleh data hasil analisis

tentang perbedaan denyut nadi remaja perokok dan bukan perokok

tembakau di ponpes pembangunan Sumur Bandung Cililin pada 35

responden diperoleh data rata denyut nadi pada kelompok perokok

remaja 128,34 kali permenit dengan standat deviasi 15,148, dan standar

error 2,561. Sedangkan data pada 35 responden kelompok bukan

perokok diperoleh data rata denyut nadi 84,66 kali permenit dengan

standat deviasi 9,258, dan standar error 1,565. Hasil Uji Statistik dengan

menggunakan uji Statistik parametric (uji independent simple t tes) dua

kelompok tidak berpasangan diperoleh hasil nilai p sebesar 0,00 < α

(0.05), maka disimpulkan terdapat perbedaan denyut nadi remaja perokok

dan bukan perokok tembakau di ponpes pembangunan Sumur Bandung

Cililin .
62

Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang di rasakan

dari proses pemompaan jantung. Setiap bilik kiri jantung menegang untuk

menyemprotkan darah ke aorta yang sudah penuh maka dinding arteria

dalam sistem peredaran darah mengembang atau mengembung untuk

mengimbangi bertambahnya tekanan. Mengembangnya aorta

menghasilkan gelombang di dinding aorta yang akan menimbulkan

dorongan atau denyutan. Proses perubahan denyut nadi tersebut

dipengaruhi oleh perubahan kecepatan jantung terhadap rangsangan

yang ditimbulkan oleh sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis.

Rangsangan simpatis dapat menambah kecepatan denyut njantung

ketika tubuh dalam keadaan cemas, emosi, takut, dan marah, sedangkan

rangsangan parasimpatis dapat mengurangi kecepatan denyut nadi

(Kusuma, 2010).

Hal iniselarasdengansumber yang menyatakanPengaruh bahan-bahan

kimia yang terkandung di dalam rokok seperti nikotin, CO

(karbonmonoksida), dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf

pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan

darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, jantung menegang

untuk menyemprotkan darah ke aorta yang sudah penuh maka dinding

arteria dalam sistem peredaran darah mengembang atau mengembung

untuk mengimbangi bertambahnya tekanan. Mengembangnya aorta

menghasilkan gelombang di dinding aorta yang akan menimbulkan

dorongan atau denyutan pada nadi.

Kandungan dalam rokok yang dapat berakibat pada peningkatan

frekuensi denyut jantung adalah Gas karbonmonoksida (CO).Gas CO


63

merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan

merupakan salah satu gas yang tidak mengiritasi. Gas CO merupakan

produk dari pembakaran yang tidak sempurna, dengan konsentrasi rata-

rata di atmosfer sekitar 0,1 ppm, dan dapat mencapai 100 ppm pada

lingkungan dengan polusi udara berat.CO dapat berikatan reversible

dengan situs ikatan oksigen pada hemoglobin, dengan afnitas 220 kali

afnitas oksigen terhadap hemoglobin. Hasil ikatan hemoglobin dengan

CO, karboksihemoglobin tidak dapat membawa oksigen, sehingga

menurunkan transfer oksigen ke jaringan yang membutuhkan. Organ

yang paling terkenna dampak ya adalah otak dan jantung. Level

karboksihemoglobin pada orang dewasa normal bukan perokok adalah

kurang dari 1 %, sedangkan pada perokok dapat mencapai saturasi 5-10

%, tergantung seberapa berat kebiasaan merokok.

SelainituNikotin pada perokok berat akan meningkatkan kerja saraf

simpatis, berbeda dengan Ach yang merangsang saraf parasimpatis.

Pada perokok berat ditemukan peningkatan kadar zat neropinefrine yang

akan merangsang reseptor kimia pada pembuluh darah yang akan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, yang

selanjutnya akan mempengaruhi kerja jantung. Selain menyebabkan

ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin,

meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan

oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia).

Tidak bisa dipungkiri bahwa ada hubungan antara denyut nadi dan

kesehatan kardiovaskuler. Aktifitas lari 100 meter akan menyebabkan otot

bergerak dan sangat bermanfaat bagi sistem kardiovaskuler. Denyut nadi


64

sangat penting untuk mengukur jumlah kerja otot jantung mnurut (Astrand

P, et al, 2003), dalam (Rahman, 2014). Respon denyut nadi selama

latihan dan penurunan denyut nadi setelah latihan juga bertanda sangat

baik dari kontrol otonom jantung menurut (Monise, 2004), dalam (Ika

Rahman, 2014).
65

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
1. Denyut Nadi Perokok Tembakau Di Ponpes Pembangunan Sumur

Bandung Cililindiperoleh hasil analisa penelitian tentang denyut

nadi pada remaja perokok tembakau di Ponpes Pembangunan

Sumur Bandung Cililin yaitu rata-rata denyut nadi 128,34 dengan

Standar Deviasi 15,148, denyut nadi terendah 100 dan tertinggi

150 kali permenit.

2. Denyut Nadi Bukan Perokok Tembakau Di Ponpes

Pembangunan Sumur Bandung Cililindiperoleh hasil analisa

penelitian tentang denyut nadi pada remaja bukan perokok

tembakau di Ponpres Pembangunan Sumur Bandung Cililin yaitu

rata-rata denyut nadi 84,66 dengan Standar Deviasi 9,258,

denyut nadi terendah 65 dan tertinggi 105 kali permenit.

3. Analisis tentang perbedaan denyut nadi remaja perokok dan

bukan perokok tembakau di ponpes pembangunan Sumur

Bandung Cililin pada 35 responden diperoleh data rata denyut

nadi pada kelompok perokok remaja 128,34 kali permenit dengan

standat deviasi 15,148, dan standar error 2,561. Sedangkan data

pada 35 responden kelompok bukan perokok diperoleh data rata

denyut nadi 84,66 kali permenit dengan standat deviasi 9,258, dan

standar error 1,565. Hasil Uji Statistik dengan menggunakan uji

Statistik parametric (uji independent simple t tes) dua kelompok

tidak berpasangan diperoleh hasil nilai p sebesar 0,00 < α (0.05),

maka disimpulkan terdapat perbedaan denyut nadi remaja


66

perokok dan bukan perokok tembakau di ponpes pembangunan

Sumur Bandung Cililin .

B. SARAN

1. Bagi Pondok Pesantren Pembangunan Sumur Bandung Cililin.

Untuk pihak Yayasan Pondok Pesantren Pembangunan Sumur

Bandung Cililin diharapkan adanya gambar atau poster yang

berisi informasi tentang bahaya merokok, agar siswa tidak

merokok, Karena akan mengakibatkan dampak yang merugikan

bagi kesehatan dimasa yang akan datang.

2. Bagi Institusi (STIKes Budi Luhur).

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi STIkes Budi

Luhur Cimahi sebagai referensi atau informasi untuk dijadikan

acuan dalam melakukan pengabdian masyarakat berupa

pendidikan kesehatan secara berkala tentang bahaya merokok

yang berdampak pada peningkatan denyut nadi dengan

mengadakan bimbingan kepada remaja perokok agar mereka

dapat mengurangi kebiasaan merokok.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Skripsi yang berjudul tentang perbedaan frekuensi denyut nadi

perokok dan bukan perokok tembakau di Yayasan Pondok

Pesantren Pembangunan Sumur Bandung Cililin diharapkan pula

menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan

penelitian tentang rokok atau bahaya rokok terhadap kesehatan.


67

Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti tentang faktor-faktor lain

yang mempengaruhi denyut nadi yang belum diteliti oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai