Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN MATERNITAS PERSALINAN LAMA

LAPORAN PENDAHULUAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Maternitas

Oleh :

Nama : Fredi Subagja

NIM : J.0105.21.036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN LAMA

A. DEFINISI

Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang dimulai dari

tanda-tanda persalinan (Ardhiyanti, 2016).

Menurut Prof. Dr.Rustam Mochtar,MPH (1998),pengertian dari partus lama adalah

persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18 jam

pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan fase aktif.

B. ETIOLOGI

Menurut Rustam Mochtar (Sinopsis Obstetri, 2000) pada dasarnya fase laten memanjang

dapat disebabkan oleh :

1. His tidak Etiologi efisien (adekuat)

2. Tali pusat pendek

3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)

4. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah masuk dalam

persalinan (inpartu) atau belum.

Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.

Menurut Wiknjosastro (2006), pada penilaian klinik bahwa prinsipnya persalinan

lama dapat disebabkan oleh :

1. His tidak efisien (adekuat)

2. Faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar)

3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).

Faktor-faktor ini sering saling berhubungan.


Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor penyebab partus lama antara lain kelainan

letak janin, kelainan-kelainan panggul, kelainan mengedan dan his, pimpinan

partus yang salah, terjadi ketidak seimbangan sefalopelvik, dan primitua.

C. PATOFISIOLOGI

Partus lama partus yang berlangsung lebih dari 18 jam, partus berlangsung lebih

dari 24 jam atau kala I 20 jam atau kala II 2 jam. Pada partus lama pada umumnya ibu

dalam keadaan lelah, demikian juga keadaan janin dan uterus. Bila partus lama dibiarkan

tanpa pertolongan aktif, tidak dapat diharapkan persalinan akan berakhir sendiri tanpa

membahayakan jiwa ibu maupun janin. Kadang – kadang sulit memastikan partus lama

dari segi waktu karena kesulitan menentukan saat mulai inpartu. Untuk ini perlu

diperhatikan adanya tanda – tanda partus lama : Keadaan umum lemah kelelahan, Nadi

cepat, RR cepat, Dehidrasi, Perut kembung.

D. MANIFESTASI KLINIS

Pada ibu: gelisah; letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat,

dan meteorismus (perut kembung).

Pada janin: djj cepat/tidak teratur, air ketuban bercampur mekonium, warna hijau, berbau,

kaput suksedaneum besar, moulase yang hebat, kematian janin (Mochtar, R. 1998).

Gejala utama persalinan lama

1. Dehidrasi.

2. Tanda infeksi: suhu tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus.

3. Pemeriksaan abdomen: meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah

rahim.
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina: edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban

bercampur mekonium.

5. Pemeriksaan dalam: edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat

kaput pada bagian terendah.

6. Keadaan janin dalam rahim: asfiksia sampai terjadi kematian.

7. Akhir dari persalinan lama: ruptura uteri imminens sampai ruptur uteri, kematian karena

perdarahan atau infeksi (Manuaba, 2010).

E. PENGKAJIAN
1. KELUHAN UTAMA
Pada klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang

makin sering teratur , keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air

kecil, buang air kecil hanya sediki-sedikit (Chirtian Ibrahim, 1993)

2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan antar 38-42 minggu

(Chirtian Ibrahim, 1993), disertai tanda- tanda menjelang persalianyaitu nyeri pada

daerah pinggang menjakar ke perut, his makin sering teratur, kuat adanya show

(pengeluaran darah campu lendir), kadang ketuban pecah dengan sendirinya .(Ida

bagus gede manuaba, 1998)

3. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU

Adnya penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin,

pembedahan yang pernah dialami , dapat memperberat persalinan (Depkes, RI 1993).

4. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM

a. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan fisik umum


- Apakah tampak sakit , tingkat kesadaran, anemis,

- Pemeriksaan TTV

- Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Pernafasan

2) Pemeriksaan khusus abdomen

- Kesan abdomen

perut kembung, apakah tampak gerak janin

3) Pemeriksaan Leopold

4) Terdapat tanda abdominal , seperti : rasa nyeri berlebihan

- Tanda cairan bebas dengan abdomen

- Kesan lingkaran bandle meningkat / tinggi

- Bagian janin mudah diraba

- Tampak perdarahan pervaginam

5) Pemeriksaan DJJ

- DJJ normal antara 120-160

- Keteraturan

b. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala 1 pada persalianan, dan

setelah selaput ketuban pecah.

1) Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal sebagi berikut: warna cairan ammonium

dilatasi serviks, penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan periksa luar)

2) Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama , mungkin diagnose

inpartum belum dapat ditegakkan


3) Jika terdapat kontraksi yang menetap , periksa ulang setelah 4 jam untuk melihat

perubahan pada serviks,. Pada tahap ini, jika serviksn terasa tipis dan terbuka maka

dalam keadaan inpartum, jika tidak terdapat perubahan , maka diagnosanya adalah

persalian palsu

4) Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap

Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan


5/5 HI Kepala diatas PAP, mudah
digerakkan
4/5 HI-II Sulit digerakkan bagian
terbesar kepala belum
masuk panggul
3/5 H II+ Bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
2/5 H II + Bagian terbesar kepala
sudah masuk panggul
1/5 H III-H-IV Kepala di dasar panggul
0/5 H IV Di perineum
Keterangan:

- Periksa luar dengan cara palpasi

- Periksa dalam dengan VT (Vaginal Touch)

c. Pola kebutuha sehari-hari

1) Nutrisi

Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang menurun

(Sharon, J ,1987)

2) Istirahat tidur

Klien dapat tidur terlentang iring kekanan –kiri tergantung pada punggung anak,

klien sulit tidur terutama kala I-IV (Sarwono, 1999)

3) Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak

membutuhkan tenaga banyak, tidak membuat klien cepat lelah, lesu. Pada kala I

apabila kepala janin telah masuk sebagian ke PAP serta ketuban pecah, klien

dianjurkan duduk/ berjalan-jalan disekitar ruangan (Sarwono, 1999). Pada kala II

kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring kekana/kiri

(Sarwono).

4) Eliminasi

Adanya perasaan sering/susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan

(Christina,1993). Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi (Sharon)

5) Personal Hygienne

Kebersihan tubuh senantiasa dijaga kebersihannya.(Sarwono, 1999)

6) Seksual

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahandalam hubungan seksual/fungsi dari sek

yang tidak adekuat karenya adanya proses persalinan dan nifas (Sharon,1987)

5. PENATALAKSANAAN KLINIS

Menurut Saifuddin (2001), penanganan khusus persalinan lama yaitu :

2. Persalinan palsu atau belum inpartu (False Labor)

Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah apabila didapatkan

adanya infeksi, obati secara adekuat dan jika tidak ada, pasien boleh rawat jalan.

3. Fase laten memanjang (Prolonged Laten Phase)

Diagnosis fase laten memanjang dibuat secara retrospektif. Jikahis berhenti,

pasien disebut belum inpartu atau persalinan palsu. Jika his makin teratur dan

pembukaan makin bertambah lebih dari 8 jam dan t idak ada tanda-tanda
kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks. Penilaian serviks tersebut

antara lain :

1) Jika tidak ada perubahan pada pendataan atau pembukaan serviks dan

tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu

2) Jika ada kemajuan dalam pendataan dan pembukaan serviks, lakukan

amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.

1) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam

2) Jika pasien tidak masuk fase laten setelah dilakukan pemberian

oksitoksin selama 8 jam, lakukan sectio cecarea.

3) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)

a) Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitoksin

b) Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan

(1) Ampicillin 2 gram intravena setiap 6 jam

(2) Ditambah Gentamicin 5 mg/kg berat

badanintravena setiap 24 jam

(3) Jika terjadi persalinan pervaginam stop

antibiotikapasca persalinan

(4) Jika dilakukan sectio cecarea, lanjutkan antibiotika

dan Metronidazol 500 mg intravena setiap 8 jam

sampai ibu bebas demam selama 48 jam3.

4. Fase aktif memanjang

Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban

masih utuh, pecahkan ketuban.


Nilai his;

1) Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya

kurang dari 40 detik), pertimbangkan adanya inersia uteri

2) Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik),

pertimbangkan adanya disproporsi obstruksi, malposisi atau

malpresentasi.

Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat

kemajuan persalinan.

F. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM


Nyeri Akut Kelainan His Nyeri akut
Gejala dan Tanda Mayor ↓
Subjektif Imersia uteri
1. Mengeluh nyeri ↓
Objektif Kontraksi uterus
1. Tampak meringis meningkat dan jarang
2. Bersikap protektif ↓
(misalnya, waspada, Nyeri Akut
posis menghindari
nyeri).
3. Frekuensi nadi
meningkat
4. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diafores
Gejala dan Tanda Mayor Kelainan His Defisiensi
Subjektif ↓ pengetahuan
1. Menanyakan masalah Inkordinat uteri action
yang dihadapi ↓
Objektif HIS tidak efisien dalam
1. Menunjukkan pembukaan
perilaku tidak sesaui ↓
anjuran Tidak ada kemajuan
2. Menunjukkan dalam pembukaan
persepsi yang keliru serviks
terhadap masalah ↓
Gejala dan Tanda Minor Pre Op
Subjektif ↓
(tidak tersedia) Defisiensi Pengetahuan
Objektif
1. Menjalani pemeriksaa
yang tidak tepat
Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis, apatis,
bermusuhan, agitasi, histeria)
- Kelainan His Resiko Infeksi

Inkordinat uteri action

HIS tidak efisien dalam
pembukaan

Tidak ada kemajuan
dalam pembukaan
serviks

Partus lama/partus tidak
maju

SC

Post operasi section
caecaria

Insisi Abdomen

Terputusnya kontuinitas

Resiko Infeksi
Gejala dan Tanda Mayor Kelainan His Defisit nutrisi
Subjektif ↓
(tidak tersedia) Inkordinat uteri action
Objektif ↓
1. Berat badan menurun HIS tidak efisien dalam
minimal 10 % di pembukaan
bawah rentang ideal ↓
Gejala dan Tanda Minor Tidak ada kemajuan
Subjektif dalam pembukaan
1. Cepat kenyang serviks
setelah makan ↓
2. Kram/nyeri Partus lama/partus tidak
abdominal maju
3. Nafsu makan ↓
menurun SC
Objekif ↓
1. Bising usu hiperaktfi Post operasi section
2. Otot kunyak lemah caecaria
3. Otot menelan lemah ↓
4. Membran mukosa Efek anastesi
pucat ↓
5. Sariawan Mual muntah
6. Serum albumin turun ↓
7. Rambut rontok Ketidakseimbangan
berlebihan nutrisi kurang dari
8. Diare kebutuhan tubuh

- Kelainan His Resiko


↓ ketidakseimbangan
Inkordinat uteri action cairan

HIS tidak efisien dalam
pembukaan

Tidak ada kemajuan
dalam pembukaan
serviks

Partus lama/partus tidak
maju

SC

Post operasi section
caecaria

Fisiologi nifas

Lochea

Perdarahan

Resiko kekurangan
cairan

Gejala dan Tanda Mayor Kelainan His Defisit perawatan diri


Subjektif ↓
1. Menolak melakukan Inkordinat uteri action
perawatan diri ↓
Objektif HIS tidak efisien dalam
1. Tidak mampu mandi/ pembukaan
mengenakan ↓
pakaian/maka/minum/ Tidak ada kemajuan
ketoilet secara dalam pembukaan
mandiri serviks
2. Minat melakukan ↓
perawatan diri kurang Partus lama/partus tidak
Gejala dan Tanda Minor maju
Subjektif ↓
(tidak tersedia) SC
Objekttif ↓
(tidak tersedia) Post operasi section
caecaria

Efek anastesi

Defisit perawatan diri

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS RENCANA ASUHAN


KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Defisiensi pengetahuan
3. Resiko Infeksi
4. Defisit nutrisi
5. Resiko ketidakseimbangan cairan
6. Defisit perawatan diri
H. RENCABA ASUHAN KEPERAWATAN
NO Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama
keperawatan selama 1x24 jam, maka Dukungan nyeri:
diharapkan tingkat nyeri menurun Pemberian alagesik
dan kontrol nyeri meningkta dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi karakteristi nyeri (mis,
1. Tidak mengeluh nyeri pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
2. Tidak meringis intensiats,frekuensi, durasi).
3. Tidak bersikap protektif 2. Identifikasi riwayat alergi obat.
4. Tidak mengalami kesulitan tidur 3. Identifikasi kesesuain jenis analgesic
5. Frekuensi nadi membaik (mis,narkotika,non-narkotika, atau NSAID)
6. Tidak gelisah dengan tingkat keparahan nyeri.
7. Tekanan darah membaik 4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
8. Melaporkan nyeri terkontrol sesudah pemberian analgesic.
9. Kemampuan mengenali onset 5. Monitor efektifitas analgesic.
nyeri meningkat Terapeutik
10. Kemampuan mengenali penyebab 1. Diskusikan jenis analgesic yang disukai
nyei meningkat untuk mencapai analgesia optimal
Kemampuan menggunakan teknik no- 2. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu,
farmakologi atau bolus oploid untuk mempertahankan
kadar dalam serum.
3. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
4. Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesic dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemebrian dosis dan jenis
analgsik, sesuai indikasi
Dukungan Nyeri
Managemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Indetifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri.
6. Identifikasi pengeruh budaya terhadap
respon nyeri.
7. Identifikasi pengaruh nyei pada kualitas
hidup.
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan.
9. Monitor efek samping penggunaan
analgesic.
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis,
TENS,hypnosis,akupresur,terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin,, terapi bermain).
2. Konrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis,sushu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan stategi meredakan nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
4. Anjurkan menggunakan analgesic secara
tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangai rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesic
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Intervensi Utama
nutrisi kurang dari selama 3x 24 jam diharapkan deficit Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh nutrisi dapat membaik dengan kriteria Tindakan
hasil; Observasi
1. Porsi makanan yang dihabiskan - Identifikasi status nutrisi
2. Kekuatan otot mengunyah - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Kekuatab ott menelan - Identifikasi makanan yang disukai
4. Sikap terhadap - Idenfitikasi kebutuhan kalori dan jenis
makanan/minuman sesuai nutrisi
dengan tujuan kesehatan - Identifikasi perlunya penggunaan selang
Berat badan indeks masa tubuh (IMT) nasogastric
membaik - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hyginesebelum makan, jika
perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet(mis,
piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berkan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral adapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis, pereda nyeri, antiematik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizii untuk
menetukan kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan jika perlu
Promosi Berat Badan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab BAB
kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi
sehari-hari
- Monitor berat-badan
- Monitor albumin,limfosit, dan elektrolit
serum
Terapeutik
- berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makanan, jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis, makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan melalui NGT
atau gastrostomy, total perenteral nutrition
sesuai indikasi)
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan suplemen, jika perlu
Edukasi
- Berikan pujian pada pasien/ keluarga untuk
menigkatkan yang dicapai
Kolaborasi
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau
Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
3 Resiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan Intervensi Utama
ketidakseimbangan selama 3x 24 jam diharapkan resiko Manajemen caira
cairan ketidakseimbangan cairan dapat Tindakan
meningkat dengan kriteria hasil; Observasi
1. Asupan cairan meningkat - Monitor status hidrasi (mis, frekuensi, nadi,
2. Keluaran urine meningkat kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
3. Kelembaban membrane kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
mukosan meningkat darah).
4. Asupan makana meningkat - Monitor berat badan harian
5. Edema menurun - Monitor berat badan sebelum dan sesudah
6. Dehidrasi menuru dialisi
7. Asites menurun - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
8. Konfusi menurun (mis, hemotakrit, Na,K,Cl, berat jenis
9. Tekanan darah membaik urine, BUN)
10. Denyut nadi radiasi membaik - Monitor status hemodinamik (mis,
11. Tekanan arteri rata-rata MAP,CVP,PAP,PCWP, jika tersedia)
membaik Terapeutk
12. Membran mukosa membaik - Catat intake-output dan hitung balance
13. Mata cekung membaik cairan 24 jam
14. Turgir kukit membaik - Berikan asupan intravena , jika perlu
15. Berat badan membaik Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
Pemantauan Cairan
Tindakan
Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuata nadi
- Monitor frekuensi nafas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor elastisitas atau turgor kulit
- Monitor jumlah , warna dan berat jenis
urine
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum (mis,
osmolaritas serum, hemotakrit, natrium,
kalium , BUN,)
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tanda-tanda hypovolemia (mis,
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
darah menurun, tekanan nadi menyempit,
haus, lemah, konsentrasi urine meningkat,
berat badan menurun dalam waktu singkat)
- Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (mis,
dyspnea, edema [erifer, edema anasarka,
JVP, meningkat, ,CVP meningkat, reflex
hepatojugular positif, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
- Identifikasi faktorn risiko
ketidakseimbangan cairan (mis, prosedur
pembedahan mayor, trauma/pembedahan,
apheresis, obstruksi intestinal, disfungsi
intestina;)
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantaun, jika perlu
4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Intervensi Utama
selama 3x 24 jam diharapkan gangguan Pencegahan Infeksi
eliminasi urin diharapkan luaran utama Tindakan
resiko infeksi menurun dengan kriteria Observasi
hasil; - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
1. Kebersihan tangan meningkat sistemik
2. Kebersihan badan meningkat Terapeutik
3. Nafsu makan meningkat - Batai jumlah pengunjung
4. Demam menurun - Berikan perawatan kulit pada area edema
5. Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
6. Nyeri menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
7. Bengkak menurun - Pertahankan teknik aseptic pada pasien
8. Vesikel menurun berisiko tinggi
9. Cairan berbau busuk menurun Edukasi
10. Periode malaise menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
11. Periode menggigil menurun - Ajarkan cara cuci tangan dengan benar
12. Kadar sel darah putih membaik - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
13. Kultur darah membaik luka operasi
14. Kultur urine membaik - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
Manajemen Imunisasi
Tindakan
Observasi
- Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat
alergi
- Identifikasi kontraindikasi pemberian
imunisasi (mis, reaksi anafilaktik terhadap
vaksin sebelumnya dan atau sakit parah
dengan atau tanpa demam)
- Identifikasi status imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik
- berikan suntikan pada bayi di bagian paha
anterolateral
- Dokumentasikan informasi vaksinasi
(mis,nama prodesen, tanggal kadaluarsa).
- Jadwalkan imunisasi pada intervensi waktu
yang tepat.
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang
terjadi,jadwal, dan efek samping.
- Informasikan imunisasi yang diwajidkan
pemerintah (mis, Hepatitis
B,BCG,difteri,tetanus,pertussis,H.influenza
,polio,campak,meases,rubela).
- Informasikan imunisasi yang melindungi
terhadap penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah (mis, influenza,
pneumokokus)
- Informasika vaksinasi untuk kejadian
khusus (mis, rabies,tetanus)
- Informasikan penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Informasikan penyedia layanan pecan
imunisasi nasioal yang menyediakan vaksin
gratis.
5 Defisiensi Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama
pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam, maka Edukasi Kesehatan
diharapkan tingkat pengetahuan Tindakan
meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
1. Perilaku sesuai anjuran - Identoifikasi kesiapan dan kemampuan
meningkat menerima informasi
2. Kemampuan menjelaskan - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
pengetahuan tentang topic meningkatkan dan menurunkan motiivasi
meningkat perilaku
3. Kemampuan menggambarkan Terapeutik
pengalaman sebelumnya yang - Sediakan materi dan media pendidikan
sesuai dengan topic meningkat kesehatan
4. Pertanyaan tentang masalah yang - Jadwalkan pendidkan kesehatan sesuai
dihadapi menurun kesepakatan
5. Persepsi yang keliru terhadap - Berikan kesempatan untuk bertanya
masalah menurun Edukasi
6. Menjalani pemeriksaan yang - Jelaskan faktor risiko yang dapat
tidak tepat menurun mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
6 Defisit perawatan Intervensi Utama
diri Dukungan Perawatan Diri
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kebiasaan ativitas perawatan
diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu
kebersihan diri , berpakaina, berhias, dan
makan
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis,
suasan hangat, rileks, privasi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Siapkan kperluan pribadi (mis, parfum,
sikat gigi, dan sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawtan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawtan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Faktor Diagnostik. Dewan Pengurus

Pusat Persatuan Perawatn Nasional Indonesia;Jakarta

Tim Pokja SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawatn Nasional Indonesia;Jakarta

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Dewan Pengurus

Pusat Persatuan Perawatn Nasional Indonesia;Jakarta

https://www.academia.edu/6230931/Partus_Lama Diakses pada tanggal 13 November 2020

Anda mungkin juga menyukai