1) Glikolisis
Glikolisis merupakan tahapan pertama dalam reaksi respirasi. Tahap ini
berlangsung di dalam sitoplasma sel. Molekul Glukosa (6-karbon) dipecah menjadi 2
buah senyawa asam 3-karbon yaitu asam piruvat. Dari setiap pemecahan satu ikatan
karbon-karbon, dihasilkan energy metabolic. Apabila tidak ada oksigen, asam piurvat
mengalami reaksi anaerob (fermetasi).
Fermentasi anaerob berlangsung di dalam sitosol sitoplasma, dan hanya terjadi
apabila tidak ada oksigen. Asam piruvat hasil dari glikolisis dipecah menjadi etanol
(senyawa dengan 2 atom C) dan CO₂ ; pemecahan ini terjadi untuk setiap asam piruvat
yang dihasilkan dari reaksi glikolisis.
2) Siklus crebs (TCA Cycle)
Siklus crebs terjadi apabila ada oksigen dan berlangsung didalam matriks mitokondria.
Asam piruvat dari reaksi glikolisis kehilangan CO₂, kemudian bereaksi dengan senyawa
dengan 4-karbon (asam oksalo asetat) membentuk senyawa dengan 6-karbon (asam
sitrat). Asam sitrat mengalami pemecahan menjadi senyawa asam dengan 5-karbon,
keuian menjadi senyawa asam dengan 4-karbon, mengalami pemecahan ikatan karbon-
karbon, melepaskan CO₂ dan menghasilkan energy metabolic (ATP, NADH, dan
FADH2) untuk setia pemecahan. Senyawa asam dengan 4-karbon acid dibentuk kembali.
3) System sitokhrom
System sitokrom metabolic yang aling berguna bagi tanaman adalah ATP. Berbagai aca
energy metabolic yang dihasilkan melalui Glikolisis dan siklus krebs bergerak menuju
membrane dalam mitokondria. Di dalam membrane mitikondria berlangsung rantai
transport elektron yang disebut system sitokrom, yang sangat mirip dengan rantai
transport elektron pada fotosintesis.
3. Jelaskan pengkajian system respirasi, apa yang harus kita tanyakan (wawancara), apa saja
yang harus diperiksa (pengkajian fisik)
1. Pengkajian
Keluhan utama : Pasien Mengeluh Sesak Nafas
2. Riwayat kesehatan
a. Sekarang
Orang tua mengatakan pada tanggal 12 november anak sehabis
pulang dari sekolah melakukan aktivitas seperti biasanya yaitu bermain
dengan teman-teman di sekitar pukul 21.00 anak dengan kakaknya sedang
latihan nyanyi bersama. Pada pukul 22.00 anak mengalami sesak nafas
dan keringat dingin, batuk hingga di bawa ke UGD, anak masih sesak
nafas dan sulit bernafas. Di UGD anak disarankan dokter untuk dirawat.
b. Dahulu
orang tua anak menceritakan riwayat penyakit anaknya. Orang tua
mengatakan dalam keluarga ada riwayat penyakit asma. Nenek dan
kakaknya (anak ke-1) menderita penyakit yang sama. Orang tua
mengatakan anak pernah dirawat dengan penyakit yang sama pada usia 4
tahun.
3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : compos mentis
Keadaan Umum : Sadar Penuh
TTV :
TD : 110/70 mmHg
R : 30 x/menit
N : 120 x/menit
S : 36,8°C
1) Inspeksi
Pasien tampak adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan
penggunaan otot bantu nafas retraksi dinding dada
2) Palpasi
Saat di palpasi kesimetrisan,ekspansi, dan Traktil fremitus normal
3) Perkusi
Pada saat perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor, sedangkan
diagfragma menjadi datar dan rendah.
4) Auskultasi
Adanya bunyi nafas tambahan wheezing dan ronchi di paru kiri
4. Hasil Laboratorium
Hasil foto thorax tanggal 13 November adalah asma bronchiale
Hasil laboratorium tanggal 13 November di temukan :
Hb : 11,7 g/dl,
Leukosit 13.600 ul,
LED : 20 mm/jam
Eosinofil dalam sediaan hapus 4%.
4. Asma bronkhial
adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon
secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus terhadap
berbagairangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The
American Thoracic Society).
Sedangkan berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial adalah penyakit saluran
pernapasandengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan
yang luar biasa) atauhiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam
rangsangan, yang ditandai dengantimbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah
secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan
dengan atau tanpa pengobatan.
1. Batuk keras
Batuk yang keras adalah gejala paling umum dari asma bronkial. Batuknya dapat berupa batuk
kering atau berdahak (berlendir). Batuk asma cenderung memburuk pada malam hari atau setelah
beraktivitas.
Hipoksemia
Penyempitan/o
bstruksi
proksimal dari
bronkus pd
tahap ekspirasi Gangguan Asidosis Suplai darah
dan inspirasi pertukaran gas metabolik dan O2
Kejantung
berkurang
mucus
berlebih Tekanan
batuk partial
wheezing oksigen
sesak dialveoli
napas
Perpusi Penurunan
Suplai O2
jaringan Cardiac
Kejaringan
perifer Output
Ketidak
efektifan
bersihan
jalan napas
Tekanan
Kelemahan
Penyempitan
Peningkatan kerja Penurunan
Kebutuhan darah
dan keletihan
jalan nafas Hiperventilasi
otot pernapasan curah jantung
O2 menurun
Intoleransi
Retensi O2 aktivitas
Fisioterapi
dada
merupakan
strategi untuk
Pertahank mengeluarkan
an intake sekret
cairan
sedikitnya
2500
ml/hari
kecuali
tidak di
indikasika
n
Lakukan
fisioterapi
dada
dengan
tekhnik
postural
drainase,p
erkusi,&
fibrasi
dada
2. Ketidakefektifan Dalam waktu 1 x Kaji Kecepatan
pola napas b.d 24 jam pola nafas frekuensi biasanya
keletihan otot klien kembali nafas, meningkat,ked
pernafasan dan efektif dengan kedalaman alaman
deformitas kriteria hasil : pernafasan pernafasan
dinding dada. dan bervariasi
Klien tidak ekspansi tergantung
mengeluh dada derajat asma
sesak
Auskultasi Ronkhi dan
RR 16-20 bunyi mengi
x/menit nafas dan menyertai
Wajah catat obstruksi jalan
rileks adanya nafas
bunyi
Tidak ada nafas Memungkinka
penggunaan n ekspansi
otot bantu Tinggikan paru dan
nafas kepala dan memudahkan
bantu pernafasan
mengubah
posisi Memaksimalk
an bernafas
Kolaboras dan
i menurunkan
pemberian kerja nafas
oksigen
tambahan Pemberian
brokodilator
Kolaboras via inhalasi
i akan langsung
pemberian menuju area
obat bronkus yg
bronkodila mengalami
tor spasme
golongan sehingga lebih
B2,nebuli cepat
zer (via berdilatasi
inhalasi)
Pemberian
oksigen
mengurangi
beban otot-otot
pernafasan
Berikan
oksigen
melalui
nasal
kanul 4
l/mt
selanjutny
a
sesuaikan Pengobatan
dengan untuk
hasil mengembalika
PaO2 n kondisi
bronkus seperti
Berikan kondisi
pengobata sebelumnya
n yang
telah
ditentukan
serta amati
bila ada
tanda-
tanda
toksisitas
Tidak ada
distensi Monitor TTV dalam
vena leher TTV nilai normal
Warna kulit
normal Monitor Untuk
jumlah,bu mengetahui
nyi dan ada kelainan
irama atau tidak
jantung
Monitor
sianosis Agar kadar
perifer oksigen dalam
sel darah tidak
rendah atau
menurun
Untuk
Kolaboras melakukan
i dengan tindakan
dokter selanjutnya
untuk
pemberian
obat
Jelaskan
pentingny
a istirahat
dalam
rencana
pengobata
n dan
pentingny
Tirah baring di
a
pertahankan
keseimban
selama fase
gan
akut untuk
aktivitas
menurunkan
dan
kebutuhan
istirahat
metabolik,
Bantu menghemat
pasien energi untuk
untuk penyembuhan
memilih
posisi
nyaman
untuk
istirahat
dan atau
tidur Meminimalkan
kelelahan dan
membantu
Berikan keseimbangan
lingkunga suplai dan
n tenang kebutuhan
dan batasi oksigen
pengunjun
g selama
fase akut
sesuai
indikasi.
Menurunkan
stress dan
rangsangan
berlebih
meningkatkan
istirahat
Berguna untuk
Timbang menentukan
berat kebutuhan
badan kalori
sesuai
indikasi
Kebutuhan
Konsul
kalori
dengan
didasarkan
ahli gizi
pada
mengenai
kebutuhan
kebutuhan
pasien untuk
nutrisi
memperoleh
pasien
nutrisi yang
maksimal
Dukungan
memampukan
pasien mulai
dibuka/meneri
ma kenyataan
dan
Akui rasa pengobatannya
takut/masa . Pasien
lah pasien mungkin perlu
dan waktu untuk
dorong mengidentifika
pasien si perasaan dan
berbicara meskipun lebih
perasaann banyak waktu
ya untuk mulai
mengekspresik
annya
Membuat
kepercayaan
dan
menurunkan
kesalahan
persepsi/salah
interprestasi
terhadap
informasi
Jika
Berikan penyangkalan
kesempata eksterm atau
n untuk ansietas
bertanya mempengaruhi
dan jawab kemajuan
dengan penyembuhan,
jujur. menghadapi
Yakinkan isu pasien
bahwa perlu
pasien dan dijelaskan dan
pemberian membuka cara
perawatan penyelesaiann
mempuny ya
ai
Takut/ansietas
pemahama
menurun,pasie
n yang
m mulai
sama
menerima
secara positif
dengan
kenyataan
Terima
penyangka
lan pasien
tetapi
jangan
dikuatkan Dapat
membantu
memperbaiki
beberapa
perasaan
kontrol
Catat
komentar/
perilaku
pasien
yang
menunjuk Untuk
an menerima
menerima kenyamanan
dan/atau fisik pasien
mengguna
kan
strategi
efektif
menerima
situasi
Libatkan
pasien/ora
ng
terdekat
dalam
perencana
an
keperawat
an
Berikan
kenyaman
an fisik
pasien
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang mengakibatkan
peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada penderita
pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-
paru (alveoli) akan meradang dan dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya, penderita mengalami
sesak napas, batuk berdahak, demam, atau menggigil.
Bakteri, virus, dan jamur merupakan organisme yang dapat menyebabkan pneumonia atau paru-
paru basah. Namun pada penderita dewasa, kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi
bakteri
Gejala tersebut dapat berkembang secara tiba-tiba atau perlahan selama 24 hingga 48 jam. Gejala
yang ringan menyerupai gejala flu, hanya biasanya durasinya lebih lama. Sedangkan gejala lain
yang biasa terlihat pada penderita pneumonia adalah:
Demam.
Berkeringat dan menggigil.
Batuk kering atau batuk dengan dahak kental berwarna kuning, hijau, atau disertai darah.
Sesak napas.
Nyeri dada ketika menarik napas atau batuk
Mual atau muntah
Diare
Selera makan menurun
Lemas
Detak jantung menjadi cepat
10. Sebutkan diagnosa keperawatan yang akan muncul dari pasien dengan pneumonia (jelaskan
bagaimana masalah tersebut bisa terjadi!, rencana asuhan keperawatan dan rasional dari
Tindakan tersebut!
A. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli
yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris
yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler
alveolus.
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Rencana Keperawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama ..x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas
efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara
Rasional : suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan bronkus oleh
sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Krekels terjadi pada area paru yang banyak cairan eksudatnya.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
2) Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku, dan jaringan
sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi. Sedangkan sianosis daun
telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat)
menunjukkan hipoksemia sistemik.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya sputum
banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Rasional : sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual,
dispnea dapat merangsang pusat pengaturan makan di medula oblongata.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan
atau bantu kebersihan mulut setelah muntah. Setelah tindakan aerosol dan
drainase postural, dan sebelum makan.
Rasional : menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan
dapat menurunkan mual.
5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang,
krekers) dan atau makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.
Rasional : untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan
istirahat.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan
aktivitas dilanjutkan dengan respons individual pasien terhadap aktivitas dan
perbaikan kegagalan pernapasan.
4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau
menunduk ke depan meja atau bantal.
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung
lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.
Etiologi
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah kuman (bakteri) yang hanya dapat dilihat
dengan microskop, yaitu mycobacterium tuberculosis. Microbakteri adalah bakteri aerob,
berbentuk batu yang membentuk spora.
Patofisiologi
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel
infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru.
Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan
partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag kewar dari cabang trakea bronchial
bersama gerakan silia dalam sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.
Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bila, masukke arteri pulmonalis
maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus dan juga diikuti
pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Pemeriksaan diagnostic
c. Teskulit (PPD, Mantoux, Potongan volumer) menunjukkan : infeksi masa lalu dan adanya
anti bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
d. Foto thorax : menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.
f. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan satuarasi desigen sekunder terhadap
infiltrasi perenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
Pneumothorax adalah istilah medis untuk terkumpulnya udara pada rongga pleura, yaitu rongga
tipis yang dibatasi dua selaput pleura di antara paru-paru dan dinding dada. Udara yang
terkumpul pada rongga pleura dapat terjadi akibat adanya celah yang terbentuk akibat cedera
pada dinding dada atau robekan pada jaringan paru-paru. Akibatnya, udara tersebut dapat
menekan paru-paru dan membuat paru-paru menjadi mengempis (kolaps).
Tujuan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pola pernapassan klien kembali efektif.