“HUKUM MENDEL”
DOSEN PEMBIMBING
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini tentang “Hukum Mendel ” untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen mata kuliah yaitu Biologi Sel dan Molekuler. Selain itu juga, makalah ini
diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti lebih
jauh tentang Hukum Mendel. Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan
menghimpunnya menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih kami ucapkan kepada
semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami selaku
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Latar Belakang Teori Mendel...........................................................................................3
2.2 Hukum Mendel I...............................................................................................................4
2.3 Hukum Mendel II.............................................................................................................4
2.4 Teori Pewarisan Sifat.......................................................................................................7
2.5 Percobaan Mendel............................................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Perkawinan silang pertama kali ditemukan oleh George John Mendel yang
lahir di Heinzendeorf pada tahun 1822-1884 dan tinggal di cekoslavia. Gregor
John Mendel adalah seorang pendeta, pada tahun 1851 ia dikirim ke Universitas
Wina untuk belajar ilmu pengetahuan alam, tetapi dia tidak mendapatkan nilai
baik untuk fisika dan matematika. Ketika ia kembali ke kota Brunn mulailah ia
pada tahun 1857 mengumpulkan beberapa jenis ercis (pisum sativum). Dikebun
biaranya, ia menanam tanaman ercis untuk mempelajari perbedaan satu dengan
yang lainnya dan melakukan perkawinan silang pada tanaman tersebut. Setelah
kurang lebih tujuh tahun lamanya ia mengadakan pengamatan secara teliti dan
seksama, maka pada tahun 1865 ia membawa hasil percobaannya pada pertemuan
ilmiah yang diselenggarakan oleh perhimpunan pengetahuan alam di brunn. Pada
tahun 1866, karya ilmu Mendel itu dicetak oleh perhimpunan tersebut yang
kemudian menyebarluaskannya keberbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika.
Dalam ilmu genetika terdapat suatu istilah yang disebut sebagai homozigot
dan heterozigot. Homozigot adalah sifat suatu individu yang genotipnya terdiri
atas gen-gen yang sama dari tiap jenis gen, misalnya RR,rr,MM,NN sedangkan
1
Heterozigot adalah sifat suatu individu yang genotipnya terdiri atas gen-gen yang
berlainan dari tiap jenis gen, misalnya Rr,Mm,Nn.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah
biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian
hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun.
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah :
3
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa hipotesis,
yaitu :
1) Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan,
satu dari induk jantan dan satu induk betina.
2) Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua
bentuk alternative ini disebut alel.
3) Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif.
4) Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel
akan memisah secara bebas.
5) Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
2.2 Hukum Mendel I
4
2.3 Hukum Mendel II
Gambar 1
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai
genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada
gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk betinanya,
sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR).Selanjutnya,
persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada
keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri
(induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2).
Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti
nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww.
Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga
5
berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe
perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.
Gambar 2
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu
sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari
induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari
induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan
genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan
genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak
pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan
genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi,
maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri
dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2
mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika
genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
6
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil
bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1
7
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa
setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang
disebut gemuia.
6) Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa
spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung
jawab sebagai penurunan sifat.
2.5 Percobaan Mendel
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a) Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
Kacan
Kacang
g ercis
Parental ercis
Batan ><
1 (P1) Batang
g
Pendek
Tinggi
Genotip
TT >< tt
e
Fenotip
Tinggi Pendek
e
T dan
Gamet t dan t
T
Filial T Fenotip
8
e :
(F1) t Batang
Tinggi
Kacan
Kacang
g ercis
Parental ercis
Batan ><
2 (P2) Batang
g
Tinggi
Tinggi
Genotip
T t T t
e
Ga
met T t
Gamet
Tt
TT
T (Tinggi)
(Tinggi) .1
.2
Tt
Tt (Tinggi
T (pendek)
) .3
.4
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen
untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan
memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan
monohibrid dominan penuh adalah :
9
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt
= 1 : 2 : 1
Tanam
an
Tanaman
P1 berbun ><
berbunga putih
ga
merah
Genoti
MM >< Mm
pe
M dan
Gamet m dan m
M
Mm
P2 (merah >< Mm (merah muda)
muda)
M dan
Gamet >< M dan m
m
10
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :
Gam
et M M
Gamet
MM Mm (merah
M (Merah) muda)
1 2
Mm (merah Mm
m muda) (putih)
3 4
Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam
percobaannya menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji
bulat warna kuning dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna
hijau. Karena bulat dan kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1
seluruhnya berupa kacang ercis berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1
ini kemudian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk
memperoleh F2. Keturunan kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Persilangan tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu
bentuk biji dan warna biji.
B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau
Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di
bawah
11
Kacang ercis berbiji Kacang ercis berbiji
P1 ><
bulat warna kuning keriput warna hijau
Genotip
BBKK >< Bbkk
e
F Game
2 t Gamet BK Bk bK Bk
:
1 1 1
bK BbKK 9 BbKk bbKK bbKk
0 1 2
1 1 1 1
Bk BbKk Bbkk bbKk Bbkk
3 4 5 6
12
3. keripit – kuing = nomor : 11, 12, 15
4. keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkina
Kotak nomor Genotipe Fenotipe
n ke-
13
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang tinggi,
biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji
hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid
Fen
Tinggi,kuning, Pendek,keriput,
otip ><
bulat hijau
e
Gen
otip TKB >< Tkb
e
F1 TtKkBb
Fenotipe :
Tinggi,kuning,bulat
Ga TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,t
met Kb, tkB,tkb
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2
Jumla
Jumla h Jumlah Jumlah Jumla
Perbandinga
h Maca Macam Macam h
n Fenotipe
Sifat m Genoti Fenoti Individ
F2
Beda Game pe F2 pe F2 u F2
t
1 21 = 2 3 2 3:1 4
14
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
27:9:9:9:3:3:3
3 23 = 8 27 8 64
:1
N 2n 3n 2n 4n
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme
yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
15
2) Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami kelompok
3 mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kelancaran dan
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan#
http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/
iii