Anda di halaman 1dari 21

BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

“HUKUM MENDEL”

DOSEN PEMBIMBING

Burhannuddin, S.Si., M.Biomed


Dr.drg. IGA Ayu Putu Swastini, M.Biomed

KELOMPOK 3/SEMESTER III C


1. Ni Made Ayu Meiliani ( P07134019107 )
2. Ni Putu Resmini ( P07134019108 )
3. Anak Agung Dita Pradnya Swari ( P07134019110 )
4. Yosefa Sastriani ( P07134019111 )
5. Komang Widya Maharani Hastari ( P07134019112 )
6. Thitania Faraz Nata ( P07134019120 )
7. I Made Adi Ariantho Wibawa ( P07134019127 )
8. Anak Agung Ngurah Dwi Tisna Adi Putra ( P07134019146 )
9. Anastasia Beatrix Ndoda. ( P07134019149 )
10. I Dewa Nyoman Purna Darmawan ( P07134019154 )

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini tentang “Hukum Mendel ” untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen mata kuliah yaitu Biologi Sel dan Molekuler. Selain itu juga, makalah ini
diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti lebih
jauh tentang Hukum Mendel. Makalah ini dibuat dengan meninjau beberapa sumber dan
menghimpunnya menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih kami ucapkan kepada
semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami selaku
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Denpasar, 2 Desember 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Latar Belakang Teori Mendel...........................................................................................3
2.2 Hukum Mendel I...............................................................................................................4
2.3 Hukum Mendel II.............................................................................................................4
2.4 Teori Pewarisan Sifat.......................................................................................................7
2.5 Percobaan Mendel............................................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkawinan silang pertama kali ditemukan oleh George John Mendel yang
lahir di Heinzendeorf pada tahun 1822-1884 dan tinggal di cekoslavia. Gregor
John Mendel adalah seorang pendeta, pada tahun 1851 ia dikirim ke Universitas
Wina untuk belajar ilmu pengetahuan alam, tetapi dia tidak mendapatkan nilai
baik untuk fisika dan matematika. Ketika ia kembali ke kota Brunn mulailah ia
pada tahun 1857 mengumpulkan beberapa jenis ercis (pisum sativum). Dikebun
biaranya, ia menanam tanaman ercis untuk mempelajari perbedaan satu dengan
yang lainnya dan melakukan perkawinan silang pada tanaman tersebut. Setelah
kurang lebih tujuh tahun lamanya ia mengadakan pengamatan secara teliti dan
seksama, maka pada tahun 1865 ia membawa hasil percobaannya pada pertemuan
ilmiah yang diselenggarakan oleh perhimpunan pengetahuan alam di brunn. Pada
tahun 1866, karya ilmu Mendel itu dicetak oleh perhimpunan tersebut yang
kemudian menyebarluaskannya keberbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika.

Genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang keturunan dan


pewaris sifat pada makhluk hidup. Dalam genetika terdapat gen yang berfungsi
menyampaikan informasi genetic pada keturunan berikutnya. Oleh karena itu
setiap keturunan akan mempunyai fenotip maupun genotip yang hamper sama
atau hasil campuran sifat-sifat induknya. Sifat yang dapat diamati disebut fenotip,
sedangkan yang tidak dapat diamati disebut genotip yang berupa susunan genetic
suatu individu.

Dalam ilmu genetika terdapat suatu istilah yang disebut sebagai homozigot
dan heterozigot. Homozigot adalah sifat suatu individu yang genotipnya terdiri
atas gen-gen yang sama dari tiap jenis gen, misalnya RR,rr,MM,NN sedangkan

1
Heterozigot adalah sifat suatu individu yang genotipnya terdiri atas gen-gen yang
berlainan dari tiap jenis gen, misalnya Rr,Mm,Nn.

Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai


Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. Mendel
mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk
(Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet
menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi
hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang
atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung
pada pasangan sifat yang lain.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang teori mendel?


2. Apa bunyi hukum mendel I?
3. Apa bunyi hukum mendel II?
4. Apa teori pewarisan sifat?
5. Apa saja percobaan mendel?
1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui latar belakang teori mendel.


2. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel I.
3. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel II.
4. Agar mahasiswa mengetahui teori pewarisan sifat.
5. Agar mahasiswa mengetahui percobaan mendel.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Teori Mendel

Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah
biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian
hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun.
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah :

a) Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok


b) Melakukan penyerbukan sendiri
c) Mudah dilakukan penyerbukan silang
d) Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat
e) Mempunyai keturunan banyak

Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya


adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan. Tanaman
galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan sendiri akan
menghasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama dengan
induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang dengan
menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai induk-
induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan prosesnya
hibridisasi.

3
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa hipotesis,
yaitu :

1) Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan,
satu dari induk jantan dan satu induk betina.
2) Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua
bentuk alternative ini disebut alel.
3) Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif.
4) Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel
akan memisah secara bebas.
5) Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
2.2 Hukum Mendel I

Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada


pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan  dalam
dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan
dengan satu sifat beda).
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

a. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter


turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak
selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam
gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).
b. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di samping) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam
gambar di samping).
c. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak
selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.

4
2.3 Hukum Mendel II

Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment,


menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang
sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada
sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat
beda) atau lebih.

Gambar 1
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai
genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada
gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk betinanya,
sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR).Selanjutnya,
persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada
keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri
(induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2).
Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti
nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww.
Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga

5
berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe
perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.

Gambar 2

Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu
sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari
induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari
induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan
genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan
genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak
pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan
genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi,
maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri
dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2
mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika
genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).

6
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil
bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1

2.4 Teori Pewarisan Sifat

Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu


pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang
pewarisan sifat disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh
kromosom dan gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat  adalah sebagai berikut :
1) Teori Embryo
Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang
menyatakan, bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini
diperkuat oleh Reiner de Graaf (1641-1673) peneliti pertama yang
mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur yang akan membentuk
embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada burung sama
dengan ovarium pada kelinci.
2) Teori Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang
menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating
sebagai miniature yang telah terbentuk sebelumnnya.
3) Teori Epigenesis Embriologi
Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan
bahwa ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini
menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan
sebelumnya.
4) Teori Plasma Nutfah
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan
bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan)
terhadap struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi
berikutnya.
5) Teori Pengenesis

7
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa
setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang
disebut gemuia.
6) Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa
spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung
jawab sebagai penurunan sifat.
2.5 Percobaan Mendel
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a) Persilangan Monohibrid Dominan Penuh

Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurun kan sifat dominan


apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya. Perhatikan
contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi
disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang
tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang
diperoleh yaitu F2 yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan
perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut : 

Kacan
Kacang
g ercis
Parental ercis
Batan >< 
1 (P1) Batang
g
Pendek
Tinggi

Genotip
TT ><  tt
e

Fenotip
Tinggi Pendek
e

T dan
Gamet t dan t
T

Filial T Fenotip

8
e :
(F1) t Batang
Tinggi

Kacan
Kacang
g ercis
Parental ercis
Batan >< 
2 (P2) Batang
g
Tinggi
Tinggi

Genotip
T  t T   t
e

Gamet T dan t ><  T dan t

Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut : 

          Ga
met T t
Gamet

Tt
TT
T (Tinggi)  
(Tinggi)  .1
 .2

Tt
Tt  (Tinggi
T (pendek) 
)  .3
 .4

Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen
untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan
memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan
monohibrid dominan penuh adalah :

9
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt
= 1 : 2 : 1 

b) Persilangan Monohibrid Intermediet


Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi
mempunyai fenotipe diantara kedua induknya. Perhatikan contoh : Tanaman
Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni
putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya
berbunga  merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah
muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat
dilihat sebagai berikut :

Tanam
an
Tanaman                      
P1 berbun >< 
berbunga putih
ga
merah

Genoti
MM ><                Mm
pe

M dan
Gamet           m dan m
M

M Fenotipe : berbunga merah


F1
m muda

Mm
P2 (merah ><  Mm (merah muda)
muda)

M dan
Gamet ><  M dan m
m

10
 
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah : 

       Gam
et M M
Gamet

MM Mm (merah
M (Merah)              muda) 
 1 2

Mm (merah Mm
m muda) (putih)                   
3   4

Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :


merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm :
mm = 1 : 2 : 1 

2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)

Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam
percobaannya menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji
bulat warna kuning dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna
hijau. Karena bulat dan kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1
seluruhnya berupa kacang ercis berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1
ini kemudian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk
memperoleh F2. Keturunan kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Persilangan tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu
bentuk biji dan warna biji.
B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau 
Perhatikan bagan persilangan  dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di
bawah

11
Kacang ercis berbiji Kacang ercis berbiji
P1 >< 
bulat warna kuning keriput warna hijau

Genotip
BBKK ><  Bbkk
e

Gamet BK dan BK ><  bk dan bk

Fenotipe : berbiji bulat


F1 BbKk
warna kuning

P2 BbKk ><  BbKk

Gamet BK,B k,bK,bk ><  BK,Bk,bK,bk

Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb : 

F                 Game
2 t Gamet BK Bk bK Bk
:

BBK BBK BbK BbK


BK 1 2 3 4
K k K k

Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8

1 1 1
bK BbKK 9 BbKk bbKK bbKk
0 1 2

1 1 1 1
Bk BbKk Bbkk bbKk Bbkk
3 4 5 6

Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K


memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :
1.      bulat – kuning    = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2.      bulat – hijau       = nomor : 6, 18, 14

12
3.      keripit – kuing   = nomor : 11, 12, 15
4.      keriput – hijau    = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1

Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 : 

Kemungkina
Kotak nomor Genotipe Fenotipe
n ke-

1 1 BBKK Bulat kuning

2 2, 5 BBKk Bulat kuning

3 3, 9 BbKK Bulat kuning

4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning

5 6 BBkk Bulat hijau

6 8, 14 Bbkk Bulat hijau

7 11 bbKK Keriput kuning

8 12, 15 bbKk Keriput kuning

9 16 bbkk Keriput hijau

Perbandingan Genotipe nya :


BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1

3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)

13
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang tinggi,
biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji
hijau. Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid
 

P1 TTKKBB                     >< Ttkkbb

Fen
Tinggi,kuning, Pendek,keriput,
otip                     ><
bulat hijau
e

Gen
otip TKB                     >< Tkb
e

F1 TtKkBb

Fenotipe :
Tinggi,kuning,bulat

P2      TtKkBb                     >< TtKkBb

Ga TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,t
met Kb, tkB,tkb

Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2 

Jumla
Jumla h Jumlah Jumlah Jumla
Perbandinga
h Maca Macam Macam h
n Fenotipe
Sifat m Genoti Fenoti Individ
F2
Beda Game pe F2 pe F2 u F2
t

1 21 = 2 3 2 3:1 4

14
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16

27:9:9:9:3:3:3
3 23 = 8 27 8 64
:1

N 2n 3n 2n 4n

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme
yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:

1) Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum


Pertama Mendel

15
2) Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami kelompok
3 mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kelancaran dan
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dosso Sang Isahi. 2020. Genetika : Hukum Mendel.


http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf
Diakses pada 2 Desember 2020

Oswald Sitanggang. 2012. Pewarisan sifat-sifat Keturunan.

https://id.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan#

Diakses pada 2 Desember 2020

Hendrik. 2008. Percobaan MENDEL.

http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/

Diakses pada 2 Desember 2020

Salmon Mointi. 2010. Makalah Hukum Mendel.


http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukum-mendel.html

Diakses pada Desember 2010

iii

Anda mungkin juga menyukai