Anda di halaman 1dari 83

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai orang yang

merokok di sekitar kita, baik di kantor, di pasar, di tempat umum lainnya atau

bahkan di kalangan rumah tangga kita sendiri. Kebiasaan merokok di Indonesia

dan di berbagai negara berkembang lainnya memang cukup luas, dan bahkan ada

kecenderungan bertambah dari waktu ke waktu. Sementara itu, di negara maju

kebiasaan merokok justru ditinggalkan oleh masyarakat luas yang telah sadar akan

bahaya merokok (Aditama, 1994).

Rokok memiliki dampak negatif yang cukup besar, baik bagi perokok aktif

(active smoker) maupun perokok pasif (passive smoker). Dalam pandangan dunia

medis, dampak lebih besar justru dialami oleh para perokok pasif. Orang yang

tidak merokok (passive smoker), tetapi terkena kepulan asap rokok dipercaya

menghirup dua kali lipat racun yang dihembuskan si perokok (Abadi T, 2003).

Perokok aktif adalah mereka yang benar-benar menghisap rokok, sementara

perokok pasif adalah orang yang hanya mendapatkan bias kepulan asapnya saja

karena dalam posisi berdekatan dengan perokok aktif (Yunus, 2009).

Di Indonesia,jumlah perokok laki-laki dan perempuan secara keseluruhan,

meningkat 35% pada tahun 2012 dan merupakan yang terbesar se-Asia Tenggara.

Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, konsumsi rokok di Indonesia

1
mencapai 46,16 %. Konsumsi rokok di berbagai negara seperti Malaysia hanya

2,90%, di Myanmar 8,75%, Filipina 16,62% , Vietnam 14,11%, Thailand sekitar

7,74%, Singapur 0,93%, Laos 1,23% , kamboja 2,07%, dan Brunei Darussalam

0,04%.Berdasarkan Data Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

Southern Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional Pengendalian

Tembakau, Indonesia bahkan menduduki urutan ketiga jumlah perokok terbanyak

setelah Cina dan India (Saputra dan Sary,2013).

Menurut Setyoadi, Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah

perokok remaja terbanyak di dunia.Sekitar 80% perokok di Indonesia memulai

kebiasaan tersebut sebelum berumur 19 tahun (Chotidjah,2012).

Menurut Lembaga Survei WHO tahun 2008, Indonesia menduduki

peringkat ke 3 sebagai jumlah terbesar di dunia,dan kini Indonesia mencetak rekor

baru, yakni jumlah perokok remaja tertinggi di dunia (Fikriyah,2012).

Perilaku merokok yang dinilai merugikan telah bergeser menjadi perilaku

yang menyenangkan dan menjadi aktivitas yang bersifat obsesif.Faktor terbesar

dari kebiasaan merokok adalah faktor lingkungan atau sosial.Terkait hal itu,telah

mengetahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar

dan keluarga,tetangga,ataupun pergaulan(Aula dan Ellizabet, 2010).

Dari sekian aturan yang melarang merokok, masalah kesehatan kerap

dijadikan acuan paling mendasar. Dunia medis mengatakan bahwa dalam kepulan

asap rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya, 43 diantaranya bersifat

2
karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Berbagai zat berbahaya itu antara

lain: tar, karbon monoksida (CO), dan nikotin (Yunus, 2009).

Akibatnya, para perokok senantiasa berpotensi terkena penyakit kanker,

seperti kanker paru-paru (90 % kanker paru pada laki-laki disebabkan rokok dan

70 % untuk perempuan), kanker mulut, kanker bibir, asma, kanker leher rahim,

jantung coroner, darah tinggi, stroke, kanker darah, kanker hati, bronchitis,

kematian mendadak pada bayi, bahaya rusaknya kesuburan bagi wanita dan

impotensi bagi kaum pria (Yunus, 2009).

Sebuah penelitian yang dilakukan KPAI menyatakan, dampak buruk yang

ditimbulkan oleh rokok setidaknya telah menjadi penyebab timbulnya berbagai

penyakit yang mematikan bagi sekitar 43 juta anak hingga usia mereka sampai 18

tahun. Bahkan sebuah laporan lain yang dilansir KPAI menyebutkan tentang

angka kematian di Indonesia yang diakibatkan rokok telah mencapai 427.923

jiwa/tahun. Ada kemungkinan angka ini akan terus bertambah selama kebiasaan

merokok tidak segera ditekan (Yunus, 2009).

Berhenti merokok adalah hal yang tidak mudah dilakukan, terutama pada

seseorang yang sudah sangat kecanduan nikotin (Ardini dan Hendriani, 2012).

Beberapa bentuk intervensi terus ditunjukkan untuk mengurangi jumlah konsumsi

rokok, namun hal tersebut tampaknya belum mampu menurunkan prevalensi

jumlah perokok (Klesges et al., 1999). Beberapa model teoritis lain

mengemukakan bahwa kontrol diri (self-control) termasuk faktor yang dianggap

berperan dalam memberikan proteksi/perlindungan untuk menjadi pengguna zat-

3
zat berbahaya, termasuk tembakau (Wills dan Stoolmiler, 2002). Tingkah laku

manusia, disebabkan dan dipengaruhi oleh variable eksternal, namun betapapun

kuatnya pengaruh variable eksternal, manusia masih dapat mengubahnya

memakai proses kontrol diri. Analisis dengan pendekatan behavioral mengenai

faktor penentu kebiasaan merokok jauh tertinggal dibanding dengan penelitian

yang menggunakan pendekatan farmakologis (Ramdhani, 2013).

MUI dan MTT Muhammadiyah telah mengeluarkan fatwa bahwa hukum

merokok adalah haram (Trigiyatno, 2011). Hal ini memancing reaksi yang

beragam dari masyarakat. Di satu sisi ada yang setuju, namun di sisi lain banyak

juga yang menolak (Yunus, 2009).

Bagi umat Islam yang taat agama,fatwa haram bagi rokok mempunyai

implikasi yang serius. Karena ia menyangkut perkara dosa dan pahala, surga dan

neraka, selamat dan celaka di dunia dan akhirat. Selain implikasi di bidang lain

seperti masalah ekonomi, pengangguran dan lain-lain (Trigiyatno, 2011).

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Araf(7):157 yang artinya:

Artinya :

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang
menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari
mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang
yang beriman kepadanya memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya
yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orangorang
yang beruntung” (Al-Araf (7):157).

4
Jika merujuk pada syari’at Islam tidak ada penjelasan yang secara spesifik

menyinggung masalah rokok, apalagi sampai pada ketentuan hukum

mengharamkannya. Hukum haram tentang merokok justru terdapat di dalam fiqh,

itu pun masih mengandung sejumlah perdebatan. Ada yang menyatakan

hukumnya haram, makruh, ada yang mubah, bahkan ada pula yang menyatakan

wajib. Ketidakjelasan hukum inilah yang menyebabkan masyarakat bawah

berbeda-beda menanggapi hukum merokok (Yunus, 2009).

Salah satu tekhnik terapi yang kemungkinan dapat membantu untuk

mengurangi kebiasaan merokok adalah SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Technique). SEFT adalah salah satu varian satu cabang ilmu yang dinamai energy

psychology. SEFT itu sendiri merupakan gabungan antara spiritual power dengan

energy psychology. Efek dari penggabungan antara spiritual dan energy

psychology ini dinamakan amplifying effect (efek pelipatgandaan) (Zainuddin,

2014).

1.2. Permasalahan

1.2.1. Apakah penyebab ketergantungan pada rokok ?

1.2.2. Apakah metode SEFT sangat efektif untuk menurunkan perilaku merokok

pada pecandu rokok ?

1.2.3. Bagaimana hukum menggunakan SEFT dalam pandangan Islam ?

5
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Memaparkan informasi mengenai terapi pecandu rokok dengan

menggunakan metode spiritual emotional freedom technique (SEFT) di tinjau

dari segi kedokteran.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui terapi rokok dengan metode SEFT

2. Mengetahui metode SEFT menurut pandangan Islam

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Penulis, dengan pembuatan skripsi ini, penulis dapat mempelajari

dan menambah pengetahuan mengenai terapi rokok dengan menggunakan

metode Spiritual Emotional Freedom Technique di tinjau dari segi

kedokteran dan Islam.Serta menambah pengetahuan dalam membuat karya

ilmiah yang baik dan benar.

1.4.2. Bagi Civitas Akademika Universitas YARSI,diharapkan skripsi ini dapat

menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi civitas Akademika

Universitas YARSI,dapat menjadi buku kepustakaan selain buku pedoman

ilmu kedokteran yang lain mengenai hubungan terapi rokok dengan

metode SEFT dan dapat mermanfaat sebagai referensi bagi penyusunan

skripsi yang akan datang.

6
1.4.3. Bagi Masyarakat, diharapkan skripsi ini dapat menambah informasi dan

menambah pengetahuan masyarakat mengenai terapi merokok dengan

menggunakan metode SEFT di tinjau dari segi kedokteran dan Islam.

7
BAB 2

TERAPI PECANDU ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)

DITINJAU DARI KEDOKTERAN

2.1. Rokok

2.1.1. Definisi Rokok

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat Bahasa

Pendidikan Nasional yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 2005 menyebutkan

bahwa rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang

dibungkus (daun nipah, kertas). Rokok diformulasikan sebagai silinder dari kertas

berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara)

dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah

dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar

asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Hanafiah, 2012).

Jenis rokok antara lain (Hanafiah, 2012) :

1. Rokok kawung, rokok yang penyalutnya (pembungkusnya) adalah daun

enau (aren).

2. Rokok keretek, rokok yang tembakaunya dibubuhi cengkeh

3. Rokok putih, rokok yang tidak ada tambahan lain selain tembakau

8
2.1.2. Zat-Zat yang Terkandung Dalam Rokok

Rokok pada dasarnya ibarat pabrik bahan kimia(kandungan zat berbahaya

bagi tubuh). Sekali satu batang rokok dibakar, maka ia akan mengeluarkan sekitar

4000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, sianida,

ammonia, akrolein, asetilen, benzaldehid, uretan, benzena, methanol, kumarin, 4-

etilkatekol, ortokresol, perilen dan lain-lain. Secara umum, bahan-bahan ini dapat

dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat atau

partikel dibagi menjadi nikotin dan tar seperti tertera pada lampiran 1 (aditama,

1994).

Tar adalah kumpulan dari ratusan atau bahkan ribuan bahan kimia dalam

komponen padat asap rokok setelah dikurangi nikotin dan air. Tar ini mengandung

bahan-bahan karsinogen (dapat menyebabkan kanker) (Aditama, 1994).

Nikotin adalah suatu bahan adiktif, bahan yang dapat membuat orang

menjadi ketagihan dan menimbulkan ketergantungan. Daun tembakau

mengandungsatu sampai tiga persen nikotin (Aditama, 1994).Nikotin merupakan

obat bius serta merupakan racun yang kuat dan digunakan dalam insektisida.

Kandungan nikotin dalam sebatang rokok saja, jika disuntikkan langsung ke

dalam nadi, bisa membunuh kita. Sebenarnya, tembakau mengandung lebih

banyak racun, termasuk karbon monoksia dan tumbuhan tembakau termasuk ke

dalam genus yang sama dengan tumbuhan beracun “deadly nightside” (Carr,

2010).

9
Nikotin dapat meningkatkan respon motorik dalam tes fokus perhatian.

Patut diperhatikan bahwa belakangan ini kejadian merokok meningkat pada

remaja wanita. Wanita perokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang

dan secara sosial cakap, keadaan ini berbeda dengan laki-laki perokok yang secara

sosial tidak aman. Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamine dan

enzim hati yang memetabolisme nikotin. Konsekuensinya adalah meningkatnya

resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu. Variasi efek nikotin dapat

diperantarai oleh polimorfisme gen reseptor dopamine yang mengakibatkan lebih

besar atau lebih kecilnya ganjaran (reward) dan mudah kecanduan obat.

Kecanduan nikotin melibatkan faktor lingkungan dan genetik yang multipel.

Faktor genetik dapat menjelaskan banyaknya variasi penggunaan tembakau pada

remaja, serta tampak mempengaruhi reaksi farmakologik terhadap nikotin,

beberapa diantaranya tampak berkaitan dengan gen yang mempengaruhi ekspresi

alkoholisme (Fikriyah dan Febrijanto, 2012).

Jadi bila seseorang membakar kemudian mengisap rokok, maka ia akan

sekaligus mengisap bahan-bahan kimia yang disebutkan di atas. Bila rokok

dibakar, maka asapnya juga akan beterbangandi sekitar si perokok. Asap yang

beterbangan itu juga mengandung bahan yang berbahaya, dan bila asap itu diisap

oleh orang yang ada di sekitar perokok maka orang itu juga akan mengisap bahan

kimia berbahaya ke dalam dirinya, walaupun ia sendiri tidak merokok. Asap

rokok yang diisap si perokok disebut dengan “asap utama” (mainstream smoke)

dan asap yang keluar dari ujung rokok yang terbakar yang diisap oleh orang

sekitar perokok disebut “asap sampingan” (sidestream smoke) (Aditama, 1994).


10
Bahan-bahan kimia itulah yang kemudian menimbulkan berbagai

penyakit. Setiap golongan penyakit berhubungan dengan bahan tertentu. Kanker

paru misalnya, dihubungkan dengan kadar tar dalam rokok, penyakit jantung

dihubungkan dengan gas karbon monoksida, nikotin, dan lain-lain (Aditama,

1994).

Makin tinggi kadar bahan berbahaya dalam satu batang rokok, maka

semakin besar kemungkinan seseorang menjadi sakit kalau mengisap rokok itu.

Karena itulah di banyak negara dibuat aturan agar pengusaha mencantumkan

kadar tar, nikotin dan bahan berbahaya lainnya pada setiap bungkus rokok yang

dijual di pasaran. Yang juga menjadi masalah bagi kita adalah kenyataan bahwa

rokok Indonesia mempunyai kadar tar dan nikotin yang lebih tinggi daripada

rokok-rokok produksi luar negeri. Karena itu perlu dilakukan upaya terus menerus

untuk menghasilkan rokok dengan kadar tar dan nikotin yang lebih rendah di

Indonesia (Aditama, 1994).

2.1.3. Perilaku merokok

Perilaku merokok merupakan kebiasaan yang berbahaya bagi kesehatan,

tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang mulai merokok

ketika dia masih remaja. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena

adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung. Aktifitas yang secara langsung dapat diamati pada remaja laki-laki

adalah perilaku merokok. Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangat

merugikan dilihat dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun

11
orang lain disekitarnya. Perilaku merokok adalah suatu aktivitas yang dilakukan

individu berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang

dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Seperti penggunaan zat-zat

(substances) lainnya, terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seseorang

menjadi perokok, misalnya faktor psikologi, faktor biologi dan faktor lingkungan

(Fikriyah dan Febrijanto, 2012).

Secara teori, aspek perkembangan remaja antara lain : menetapkan

kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri, penyesuaian perubahan

psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok dapat menjadi sebuah

cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka

menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok, tekanan-

tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stres, kebosanan, ingin

kelihatan gagah dan sifat suka menentang, merupakan hal-hal yang dapat

mengkontribusi mulainya merokok. Sedangkan faktor resiko lainnya adalah rasa

rendah diri, hubungan antar perorangan yang jelek, kurang mampu mengatasi

stres, putus sekolah, sosial, ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan orang tua

yang rendah, serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan sekolah

menengah (usia 11-16 tahun). Merokok sering dihubungkan dengan remaja

dengan nilai sekolah yang jelek, aspirasi yang rendah, suka melawan, dan

pengetahuan tentang bahaya merokok yang rendah. Teori lain berpendapat bahwa

ada beberapa alasan psikologis yangmenyebabkan seseorang merokok dengan

merasakan adanya efek bermanfaat dari nikoinyaitu demi relaksasi, ketenangan,

serta mengurangi kecemasan atau ketegangan (Fikriyah dan Febrijanto, 2012).


12
Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau

antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok,

terpapar reklame tembakau danartis pada reklame tembakau di media(Fikriyah

dan Febrijanto, 2012).

Alasan-alasan sesungguhnya mengapa perokok terus merokok merupakan

sebuah kombinasi yang mulus dari beberapa faktor. Alasan-alasan itu adalah

(Carr, 2010):

1. Kecanduan nikotin

Nikotin, senyawa yang tidak berwarna yang agak berminyak, merupakan

obat bius yang terkandung di dalam tembakau, yang membuat perokok menjadi

ketagihan. Zat ini merupakan berdaya kerja paling cepat yang pernah dikenal

manusia. Hanya dibutuhkan sebatang rokok untuk membuat seseorang ketagihan.

Setiap isapan rokok mengirimkan melalui paru-paru ke otak, satu dosis

kecil nikotin yang bekerja lebih cepat daripada satu dosis kecil heroin yang

disuntikkan ke dalam nadi.Kalau ada dua puluh isapan dari sebatang rokok, maka

kita menerima dua puluh dosis obat bius hanya dari sebatang rokok saja. Nikotin

merupakan obat yang bekerja cepat. Tingkat kandungannya dalam aliran darah

turun secara cepat sampai sekitar setengahnya dalam waktu tiga puluh menit

setelah merokok dan menjadi seperempatnya dalam waktu satu jam setelah selesai

mengisap sebatang rokok. Hal ini menjelaskan mengapa sebagian besar perokok

rata-rata menghabiskan dua puluh batang per hari. Segera setelah perokok

13
memadamkan rokoknya, nikotin secara cepat mulai meninggalkan badan dan si

perokok tadi mulai merasa ketagihan (Carr,2010).

Para perokok mengira periode menagih itu merupakan trauma mengerikan

yang mereka derita di saat mencoba berhenti merokok. Sebenarnya ini lebih dari

kepada masalah mental; si perokok merasa dilucuti dari kenikmatan dan barang

yang membuatnya bahagia (Carr, 2010).

Di periode tidak-merokok itu, sama sekali tidak ada rasa sakit bersifat fisik

yang ditimbulkan oleh nikotin. Yang perokok rasakan hanya kekosongan dan

kegelisahan. Mereka merasa ada yang hilang. Jika dibiarkan berkepanjangan, si

perokok menjadi gugup, tidak tenang, gelisah, tidak percaya diri dan mudah

merasa kesal. Rasanya mirip dengan rasa lapar-akan racun, nikotin (Carr, 2010).

Dalam kurun waktu tujuh detik setelah menyalakan rokok, pasokan nikotin

segera diedarkan dan kitapun berhenti mengidam. Sensasi yang diberikan rokok

pada orang yang mengisapnya adalah perasaan rileks dan penuh percaya diri

(Carr, 2010).

Ketika kita kemudian mulai merokok secara teratur, kita mengira itu

disebabkan karena kita mulai menyukainya atau karena merokok telah menjadi

sebuah “kebiasaan”. Sebenarnya, kita sudah mulai kecanduan. Hanya saja kita

tidak menyadarinya (Carr, 2010).

14
Sebenarnya, merokok tidak menghilangkan rasa bosan maupun stress,

tidak juga meningkatkan konsentrasi dan relaksasi. Semua itu hanya ilusi (Carr,

2010).

2. Cuci otak dan sahabat tidur

Sejak lahir, otak kita sudah dicuci. Kita diberi tahu bahwa perokok

mendapatkan kenikmatan yang luar biasa dan/atau perasaan terhibur dengan

merokok. Bagaimana mungkin kita tidak percaya? Karena kalau bukan begitu

alasannya, untuk apa perokok menghabiskan begitu banyak uang dan mengambil

risiko yang luar biasa besar dengan merokok?

Kekeliruan utama para perokok adalah mereka mengira merokok bisa

menghilangkan stres dan cenderung menganggap merokok erat kaitannya dengan

tipe yang dominan, tipe yang mengemban tanggung jawab, serta stres. Dan tentu

saja, tipe seperti itulah yang kita puja sehingga kita pun menerimanya. Alasan

utama lain mengapa orang merokok adalah rasa bosan. Namun gagasan yang

menyebutkan bahwa merokok bisa mengatasi rasa bosan hanyalah sebuah ilusi

(Carr, 2010).

Nikotin membuat lebih dari 60 persen dari kita ketagihan dan sebagian

besar membayar harga yang mahal karenanya. Begitu kita menjadi kecanduan

nikotin proses cuci otak meningkat. Kita menutup pikiran kita dari hal apapun.

Rasa takutlah yang membuat orang terus merokok; rasa takut terhadap

kekosongan dan ketidaknyamanan yang timbul kalau kita berhenti menggunakan

nikotin. Sebagian besar uang dihabiskan untuk membeli rokok dan ratusan ribu
15
orang menjadi rusak hidupnya karena kecanduan. Merokok merupakan pembunuh

nomor satu di masyarakat kita, termasuk lewat kecelakaan lalu lintas, kebakaran

dan lain-lain (Carr, 2010).

Proses cuci otak inilah yang menjadi bagian tersulit dalam usaha berhenti

merokok. Pencucian otak yang ada dalam masyarakat tempat kita tumbuh

memperkuat pencucian otak yang ditimbulkan oleh kecanduan yang kita alami;

dan yang paling hebat adalah pencucian otak dari pihak teman, kerabat serta rekan

kerja.

Seumur hidupnya, para perokok menyia-nyiakan (Carr, 2010) :

1. Kesehatan

2. Energi

3. Harta

4. Kedamaian jiwa

5. Rasa percaya diri

6. Semangat

7. Rasa hormat pada diri sendiri

8. Kebahagiaan

9. Kebebasan

Dan apa yang dia dapatkan dengan mengorbankan semua hal di atas? Sama

sekali tidak ada, kecuali ilusi untuk mendapatkan kembali kedamaian, ketenangan

dan rasa percaya diri yang memang sudah selalu dinikmati oleh non perokok

(Carr, 2010).
16
2.1.4. Merokok Dilihat dari Aspek Kesehatan

Tembakau adalah penyebab kematian kedua di dunia. Satu dari sepuluh

orang dewasa atau kira-kira 5 juta kematian per tahun meninggal setiap tahun.

Jika pola merokok seperi sekarang ini terus berlangsung, maka pada tahun 2020

akan mencapai 10 juta kematian. Separuh dari perokok yang ada sekarang atau

650 juta orang akan terbunuh oleh tembakau. Setiap hari terjadi 3000 orang

meninggal karena tembakau di wilayah Pasifik Barat (Hanafiah, 2012).

Kebiasaan merokok dapat memberi akibat buruk pada berbagai alat tubuh

kita, mulai dari kepala (serangan stroke atau gangguan pembuluh darah otak),

gangguan di paru dan jantung, berbagai keluhan di perut, gangguan pada proses

kehamilan sampai pada kelainan di kaki (gangguan pembuluh darah di kaki)

(Aditama, 1994).

Berbagai macam penyakit akibat merokok antara lain (Hanafiah, 2012) :

1. Kanker paru

Salah satu jenis kanker adalah kanker paru yang tingkat insidensi

(kejadian) nya cukup tinggi di dunia, yaitu 17 persen pada pria (kedua setelah

kanker prostat) dan 19 persen pada wanita (ketiga setelah kanker payudara).

Di Indonesia kanker paru adalah penyebab kematian utama kaum pria

yang 70 persen dari kasus ini baru diketahui setelah parah, sehingga terlambat

untuk diobati.

17
Beberapa sumber menyebutkan bahwa kanker paru disebabkan oleh

banyak faktor antara lain asap rokok. Penyebab utama kanker paru adalah

merokok (80-90 % dari kasus kanker paru). Sudah terbukti bahwa asap rokok

merupakan penyebab utama timbulnya kanker paru baik perokok aktif maupun

pasif.(Hanafiah, 2012).

Jumlah kasus kesakitan dan kematian yang disebabkan kanker paru

meningkat sebanding dengan jumlah perokok yang diisap, usia mulai merokok,

dalamnya isapan, lama kebiasaan merokok serta kadar zat karsinogen yang

terkandung dalam tar asap rokok (Hanafiah, 2012).

2. Bronkhitis kronik

Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika (US Centers for

Disease Control and Prevention) menyebutkan bahwa rokok adalah penyebab

utama bronchitis kronis. Diperkirakan bahwa 49 % perokok akan terserang

bronkhitis kronis, sedangkan 24 persen menjadi emphysema. Beberapa peneliti

menyatakan bahwa 90 % kasus bronchitis kronik disebabkan paparan asap rokok

langsung maupun tidak langsung.

Bronkhitis atau peradangan saluran pernafasan ke paru-paru pada bagian

bronchi sehingga menyebabkan gangguan. Kejadian ini banyak ditemukan pada

penyakit seperti tuberculosis, emphysema dan bronchiectatis. Penyempitan

saluran dapat terjadi karena pembengkakan jaringan. Ada dua bentuk bronchitis

yaitu akut dan kronis (Hanafiah, 2012).

18
Bronkhitis kronis ditandai oleh adanya batuk disertai dahak yang terus

menerus tanpa tanda yang jelas dari infeksi saluran pernafasan, bersin-bersin,

demam, panas dingin dan rasa tidak enak badan. Sakit tenggorokan, pegal-pegal

dan sakit kepala adalah beberapa tanda yang biasanya menyertai bronchitis kronis.

Batuk yang parah menyebabkan nyeri dada dan cyanosis (warna kulit pucat/biru).

Pada penderita usia lanjut, umumnya terjadi bersamaan dengan emphysema.

Pencegahannya adalah dengan stop merokok dan menghindari asap rokok.

Pengobatan dengan obat antibiotik yang jenisnya tergantung penyebab dan

perkembangan penyakitnya (Hanafiah, 2012).

3. Emphysema

Emphysema adalah penyakit paru yang disebabkan oleh kerusakan pada

dinding saluran alveoli (terdapat pembuluh kapiler). Gangguan akan terjadi pada

proses transfer oksigen dan karbon dioksida (CO2). Pada awalnya terjadi

keterbatasan jumlah oksigen yang ditransfer dan pada keadaan yang lama akan

terjadi gangguan pernafasan (bertambah cepat). Hal ini terjadi karena kompensasi

tubuh terhadap kurangnya oksigen dalam darah.

Emphysema juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kerja jantung

meningkat dan akan terjadi pembesaran otot jantung(hyperthropy) dan bisa

menyebabkan gagal jantung (Hanafiah, 2012).

Merokok adalah penyebab utama emphysema dengan mengaktifkan sel

radang paru-paru. Peradangan menyebabkan pembengkakan saluran paru-paru

19
dan mengaktifkan enzim protease yang menyerang jaringan paru-paru pada

struktur dinding alveoli.

Penyebab yang jarang adalah genetik (keturunan) akibat kekurangan suatu

zat kimia sebagai pelindung terhadap kerusakan jantung oleh protease. Penyebab

lain, diantaranya oleh penurunan elastisitas paru-paru karena faktor usia,

keracunan, polusi asap rumah tangga (dari dapur), karena sistem ventilasi udara

yang tidak baik (Hanafiah, 2012).

Emphysema biasanya muncul pada usia 50 tahunan dengan tanda-tanda

seperti yang terdapat pada bronchitis kronis, asma empysema, yaitu nafas pendek

(sesak nafas) pada saat aktifitas fisik meningkat (olah raga) dan jika penyakit

menjadi parah akan terjadi juga sesak nafas walaupun dalam keadaan istirahat

(Hanafiah, 2012).

Mencegah jangan terjadi kerusakan yang meluas adalah tujuan dari

pengobatan. Dengan demikian fungsi paru-paru tidak terganggu, sehingga

aktivitas sehari-hari tetap dapat berlangsung (Hanafiah, 2012).

Berhenti merokok mutlak dilakukan dengan cara memberikan pengertian

dan kesadaran kepada pasien agar penyakit tidak memburuk. Emphysema dapat

dicegah dengan jangan merokok (Hanafiah, 2012).

4. Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung akibat

penyempitan pada arteri koronaria. Penyebab terbanyak dari penyempitan tersebut

20
adalah aterosklerosis yang merupakan suatu kelainan yang terdiri atas fibrolipid

dalam bentuk plak yang menonjol atau penebalan pada tunika intima dan tunika

media (Hanafiah, 2012).

Proses terjadinya aterosklerosis, bisa dimulai masa anak-anak dan menjadi

nyata secara klinis setelah dewasa. Perkembangan berlangsung lambat dan sangat

lama sebelum muncul gejala pertama seperti angina pectoris, infark miokard dan

tidak jarang menyebabkan kematian mendadak.

Ditengarai bahwa anak-anak Indonesia yang tinggal di perkotaan sudah

sama kondisinya dengan anak sebaya yang tinggal di kota-kota besar di dunia,

terpapar faktor risiko kardiovaskular. Banyak mengkonsumsi jenis makanan junk-

food, yang mudah sekali meningkatkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah.

Selain itu mereka mengikuti kebiasaan merokok, sebagai pengaruh iklan di media

massa maupun pergaulan. Kegiatan fisik jarang dilakukan oleh karena pengaruh

permainan (games) elektronik, televise serta kemudahan penggunaan sarana

transportasi (Hanafiah, 2012).

Pencegahan penyakit jantung coroner adalah dengan mengubah gaya

hidup yang merupakan faktor resiko menjadi gaya hidup sehat seperti (Hanafiah,

2012) :

1. Menghilangkan kebiasaan merokok

2. Mengontrol hipertensi

3. Mengontrol hiperbetalipoproteinemia

21
4. Mengontrol diabetes mellitus

5. Mempertahankan berat badan ideal

6. Melakukan aktivitas fisik (olah raga) yang teratur

7. Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat biji-bijian, buah-buahan

dan sayur-sayuran

8. Mengurangi makanan sumber kalori yang berasal dari lemak, lemak jenuh,

garam dan sukrosa

9. Kanker oral (mulut)

Kanker oral meliputi kanker mulut dan tenggorokan. Kira-kira dua pertiga

dari kanker oral terjadi di mulut, sedangkan sepertiganya ditemukan di

tenggorokan (Hanafiah, 2012).

2.1.6. Merokok Dilihat dari Aspek Ekonomi

Persoalan rokok tidak hanya menyangkut masalah kesehatan. Akan tetapi

rokok juga memiliki efek bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat dan

Negara. Karena itu, dampak-dampak negatif yang dapat muncul jika rokok

dilarang atau difatwa haram dapat disistematisasikan sebagai berikut (Yunus,

2009):

1. Sektor Pendapatan

22
Cepat atau lambat, fatwa haram atau larangan merokok jelas akan

berdampak pada mengurangnya jumlah pendapatan yang diperoleh oleh negara,

daerah atau propinsi yang berpenghasilan tembakau cukup besar. Sebab, rokok

merupakan salah satu sumber pendapatan negara dan daerah yang sangat

menjanjikan (Yunus, 2009).

Saat ini, total industri rokok yang ada di Indonesia, adalah sebanyak 84,6

% industri rokok kretek, 4,1 % industry rokok putih, dan 11,3 % industry rokok

lainnya. Dilihat dari pertumbuhan, secara total industri rokok tumbuh rata-rata 3,2

% pertahun. Perusahaan rokok kretek tumbuh sebesar 4,64 % pertahun, industri

rokok putih tumbuh sebesar 1,01 % pertahun dan industri rokok lainnya tumbuh

sebesar 1,98 % pertahun (Yunus, 2009).

Sementara itu, menurut sejumlah laporan, penerimaan negara dari cukai

rokok telah mencapai Rp. 36-40 triliun pertahun dan dua persen dari cukai

tersebut diberikan kepada daerah penghasil cukai rokok atau daerah yang

memiliki pabrik rokok (Yunus, 2009).

Salah seorang peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI Abdillah

Hasan, kenaikan cukai tembakau sampai batas maksimum, yakni 57 persen akan

memberikan tambahan pendapatan negara Rp 50,1 triliun.

Selain itu, lanjut Abdillah, peningkatan cukai tembakau sebesar 100 %

dari 31 % menjadi 62 % akan meningkatkan output perekonomian sebesar Rp 335

miliar, meningkatkan pendapatan masyarakat Rp 492 miliar dan peningkatan

lapangan pekerjaan sebanyak 21.135 (Yunus 2009).


23
Berdasarkan data-data di atas, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan

bahwa sesungguhnya negara maupun daerah memiliki hutang jasa yang begitu

besar terhadap para petani tembakau maupun industry rokok. Karena mereka telah

ikut mengangkat jumlah pendapatan nasional maupun daerah serta berjasa dalam

mengurangi jumlah angka pengangguran maupun kemiskinan di negeri ini

(Yunus, 2009).

2. Menambah jumlan pengangguran

Larangan merokok juga akan berimbas pada kian bertambahnya jumlah

pengangguran di negara ini. Sebab, tidak sedikit jumlah masyarakat yang

menggantungkan nasibnya pada produksi rokok, seperti buruh pabrik rokok dan

penjual asongan rokok. Mereka tentu akan menjadi korban paling parah jika

ternyata perusahaan-perusahaan rokok terpaksa bangkrut karena fatwa dan

larangan merokok (Yunus, 2009).

Fatwa haram atau larangan merokok dapat dikategorikan sebagal salah

satu faktor eksternal yang dapat menyebabkan kian meningkatnya jumlah angka

pengangguran. Petani tembakau adalah salah satu kelompok masyarakat yang juga

akan terkena imbas fatwa haram dan larangan rokok. Sebab, merekalah yang

selama ini menjadi pemasok bahan mentah rokok, yakni tembakau. Jika

perusahaan rokok bangkrut, maka dapat dipastikan mereka akan kehilangan objek

penyaluran (Yunus, 2009).

3. Meningkatkan angka kemiskinan

24
Sebagai muara dari dua masalah di atas adalah akan semakin

meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia. Jumlah angka kemiskinan yang

kini masih sangat memprihatinkan akan semakin bertambah, mengingat

banyaknya jumlah masyarakat petani tembakau yang tidak bisa menikmati hasil

panennya dan pengangguran akibat PHK (Yunus, 2009).

Karena itu, dengan adanya fatwa larangan merokok, janganlah berharap

meminimalisir kemiskinan, yang terjadi justru sebaliknya, yaitu memperparah

keadaan kelompok masyarakat yang sudah terlanjur miskin, sembari (bahkan)

menghadirkan pendatang baru dalam bentuk kelompok masyarakat yang sama,

yakni sama-sama miskin. Ini pulalah yang akan terjadi dalam kasus fatwa haram

rokok di atas. (Yunus, 2009).

Artinya, fatwa tersebut pada prinsipnya memiliki bias yang sama dengan

kebijakan-kebijakan pemerintah pada masa Orde Baru di atas, yakni hanya bisa

menambah jumlah angka kemiskinan (Yunus, 2009).

Karena itu data statistik yang dilansir BPS di atas menyangkut masalah

komoditi yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan di Indonesia menjadi perlu

untuk ditambah dengan komoditas tembakau. Sebab, peranan tembakau begitu

besar dalam meminimalisir angka kemiskinan di wilayah pedesaan (Yunus, 2009).

2.1.7. Biaya Ekonomi Dari Kerugian Akibat Gangguan Kesehatan (merokok)

25
Biaya pemeliharaan kesehatan untuk penyakit yang di sebababkan oleh

merokok sekitar rp. 11 trilyun atau us$ 1,2 juta per tahun(barber dkk., 2008).

Banyak kerugian ekonomi karena merokok. Kerugian akibat rokok

melebihi pendapatan cukai. Berdasarkan data susenas tahun 2004, estimasi jumlah

kematian karena merokok 399.800 orang atau setara dengan total economic loss

sebesar rp 154,84 trilyun atau setara 4,5 kali lipat pendapatan cukai 2005 sebesar

rp 32,6 trilyun.(Juanita dkk, 2012)

2.1.8. Berbagai Upaya Untuk Berhenti Merokok

Memperhatikan bahaya merokok, cepat atau lambat perilaku merokok

harus dapat dihentikan. Namun, menghentikan perilaku merokok bukanlah usaha

mudah, terlebih lagi bagi perokok di Indonesia. Hasil survey yang dilakukan oleh

LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok), dari 375 responden yang

dinyatakan 66,2 persen perokok pernah mencoba berhenti merokok, tetapi mereka

gagal. Kegagalan ini dikarenakan berbagai macam sebab; 42,9 persen tidak tahu

caranya; 25,7 persen sulit berkonsentrasi dan 2,9 persen terikat oleh sponsor

rokok. Sementara itu, ada yang berhasil berhenti merokok disebabkan kesadaran

sendiri (76 persen) dan tuntutan profesi (8 persen) (Ardini dan Hendriani, 2012).

Substitusi atau pengganti rokok meliputi permen karet, permen, permen

mint, rokok dari tumbuhan herbal dan pil. Benda-benda seperti itu membuat usaha

untuk berhenti merokok menjadi susah, bukannya lebih gampang. Kalau kita

26
mendapatkan serangan rasa tak nyaman dan kemudian menggunakan substitusi,

rasa tak nyaman akan bertahan lebih lama sehingga usaha untuk berhenti pun

menjadi sulit. Menggunakan substitusi mirip seperti tunduk pada kemauan

pembajak bersandera atau mengalah pada anak kecil yang mengamuk menjerit-

jerit. Hal seperti ini hanya akan membuat rasa tak nyaman terus kembali dan

memperpanjang masa siksaannya dan memperpanjang masalah yang sebenarnya

yaitu proses cuci otak (Carr, 2010).

Poin-poin yang perlu diingat (Carr, 2010) :

1. Tidak ada substitusi atau pengganti untuk nikotin

2. Kita tidak memerlukan nikotin. Nikotin bukanlah makanan, melainkan

racun. Di saat rasa tak nyaman menyerang, ingatkan diri sendiri bahwa

hanya perokok yang menderita rasa tak nyaman seperti itu, non perokok

tidak. Pandanglah nikotin sebagai obat yang jahat

3. Rokoklah yang menciptakan kekosongan dalam diri kita; rokok tidak

mengisi kekosongan itu.

Memang benar, sebagian kecil perokok berhasil berhenti dengan

menggunakan pengganti nikotin. Mereka menganggap keberhasilan mereka

disebabkan oleh penggunaan substitusi semacam itu, padahal salah. Sayangnya

masih ada banyak dokter yang merekomendasikan terapi pengganti nikotin

(nicotine replacement therapy atau NRT). Contoh dari NRT adalah permen karet

biasa , permen karet nikotin ,nikotin inhaler. Teori NRT menganjurkan kita untuk

27
berhenti merokok terlebih dahulu tapi tetap menggunakan pengganti nikotin.

Setelah itu, begitu sudah berhasil menghentikan kebiasaan merokok , kita secara

perlahan-lahan mengurangi jumlah nikotin yang kita gunakan (Carr, 2010).

Nicotine Replacement Therapy (NRT) adalah metode yang menggunakan

suatu media untuk memberikan nicotine yang di perlukan oleh perokok tanpa

pembakaran tembakau yang merugikan.Contoh dari Nicotine Replacement

Therapy(NRT) adalah gum, inhaler, lozenges (tablet hisap), nasal spray, dan skin

patch (lihat lampiran 2).

Berikut ini di uraikan secara singkat mengenai berbagai NRT (Tanuwihardja

RK, Susanto AD):

1. Nicotine skin patch

Di pakai setiap hari dan di ganti dalam 24 jam.

Lekatkan pada area kulit yang tidak berambut yang berbeda beda di

antara pinggang hingga leher untuk mencegah iritasi.

Contoh produk : Nicoderm CQ

2. Nicotine Gum

Contoh produk nicotine gum : Nicorette dan lozenges : commit

Nicotine Gum dan lozenges di kunyah 1-2 buah setiap jam sampai

maksimal 20 buah sehari.

3. Nicotine Inhaler
28
Nicotine catridge yang berisi nikotin di masukkan ke dalam inhaler

dan di uapkan selama 20 menit.

Kedengarannya logis, namun hal tersebut didasarkan pada fakta yang

salah. Merokok bukanlah sebuah kebiasaan, melainkan ketergantungan pada obat

bius. Dan rasa tak nyaman fisik yang timbul dalam masa tidak merokok

sebenarnya hampir tidak terasa. Apa yang kita coba capai di saat berusaha

berhenti merokok adalah membunuh nikotin dalam tubuh kita, sekaligus nikotin

dalam pikiran secepat mungkin. Sementara, yang dilakukan NRT hanya

memperpanjang keberadaan nikotin dalam diri dan pikiran kita (Carr, 2010).

Terdapat sejumlah program yang telah dibuat untuk membantu para

perokok agar dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Bentuk umum program

menghentikan kebiasaan merokok antara lain meliputi: dukungan sosial, pelatihan

ketrampilan dan pemecahan masalah, pendidikan gaya hidup yang sehat dan

penggantian nikotin atau terapi farmakologi lainnya. Seringkali program

menghentikan kebiasaan merokok mahal biayanya atau tidak dapat dijangkau oleh

sebagian besar penduduk. Oleh karena itu, keluarga dan teman sangat dibutuhkan

untuk mendukung sebagian besar perokok yang ingin berhenti merokok (Ardini

dan Hendriani, 2012).

Terdapat juga terapi pengganti rokok berupa terapi rokok elektronik atau e-

cigarette merupakan salah satu NRT yang menggunakam listrik dari tenaga

baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap.Rokok elektronik di rancang

29
untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan

sensasi merokok pada penggunaannya (Tanuwihardja dan Susanto, 2012).

Secara umum rokok elektronik di bagi menjadi 3 bagian yaitu battery,

atomizer (bagian untuk memanaskan nikotin) dan catridge (berisi larutan

nikotin).(lihat lampiran 3).

Electronic cigarettes sepertinya menjanjikan sebagai suatu alternatif dari

pengganti rokok tembakau yang lebih aman namun tidaklah demikian. Kadar

asupan nikotin yang berkurang membuat pengguna e-cigarettes tetap

menggunakan tembakau selain itu e-cigarettes masih mengandung zat-zat yang

toksik bagi manusia seperti tobacco spesific nitrosamines (TSNA),

dietyleneglycol (DEG) dan karbon monoksida (Tanuwihardja dan Susanto, 2012).

Di samping itu, masih terdapat beberapa terapi lain yang dapat dilakukan

untuk menghentikan kebiasaan merokok, diantaranya adalah terapi hipnosa dan

terapi totok rokok. Terapi hipnosa, yang bekerja pada alam bawah sadar akan

memberikan suatu sugesti baru bagi perokok sehingga perokok tersebut akan

meninggalkan kebiasaannya tersebut. Sedangkan terapi totok rokok pada

prinsipnya menggunakan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), yang

menggabungkan acupoint dengan aspek kerohanian (Ardini dan Hendriani, 2012).

2.2. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

2.2.1. Definisi SEFT

30
SEFT adalah salah satu varian satu cabang ilmu yang dinamai energy

psychology. SEFT itu sendiri merupakan gabungan antara spiritual power dengan

energy psychology. Energy psychology merupakan seperangkat prinsip dan

tekhnik memanfaatkan sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran,

emosi dan perilaku. Energy psychology ini telah di praktikkan oleh para dokter

Tiongkok kuno lebih dari 5000 tahun yang lalu, tetapi baru di kenal luas sejak

penemuan Dr.Roger Callahan di tahun 1980-an.Saat ini psychology masih menjadi

barang mewah yang hanya bisa dipelajari oleh terapis berkantong tebal

(Zainuddin, 2014).

2.2.2. Tekhnik Melakukan SEFT

Ada dua versi dalam melakukan SEFT. Yang pertama adalah versi

lengkap, yang kedua adalah versi ringkas (short-cut). Keduanya terdiri dari 3

langkah sederhana, perbedaannya hanya pada langkah ketiga (the tapping). Pada

versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik, dan pada versi lengkap

tapping dilakukan pada 18 titik. Sebaiknya dikuasai dulu versi lengkap ini

sebelum versi ringkasnya, agar mendapatkan hasil yang maksimal (Zainuddin,

2014).

Versi lengkap maupun versi ringkas SEFT terdiri dari 3 tahap yaitu: The

Set-Up, The Tune-in dan The Tapping.

1. Versi Lengkap SEFT (Zainuddin, 2014)

1. The Set Up
31
“The Set-Up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh

kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk

menetralisir “Psychological reversal” atau “perlawanan psikologis”

(biasanya berupa pikiran negatife spontan atau keyakinan bawah sadar

negatif).

Contoh Psychological Reversal ini diantaranya :

1. Saya tidak bisa mencapai impian saya

2. Saya tidak dapat bicara di depan public dengan percaya diri

3. Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang

4. Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menghantui hidup

saya

5. Saya marah dan kecewa pada istri/suami saya karena dia tidak seperti yang

saya harapkan

6. Saya kesal dengan anak-anak, karena mereka susah diatur

7. Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan rokok

8. Saya tidak termotivasi untuk belajar, saya pemalas

9. Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan ini

10. Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannya

11. Saya… Saya… Saya…

Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi, maka

obatnya adalah berdo’a dengan khusyu’, ikhlas dan pasrah: “Yaa Allah…

32
meskipun saya _______ (keluhan anda), saya ikhlas, saya pasrah pada-Mu

sepenuhnya”

Kata-kata di atas disebut The Set-Up Words, yaitu beberapa kata yang

perlu anda ucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir Psychological

reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa religius, the set-up words

adalah “doa kepasrahan” kita pada Allah swt. Bahwa apapun masalah dan rasa

sakit yang kita alami saat ini, kita ikhlas menerimanya dan kita pasrahkan

kesembuhan nya pada Allah swt.

“The Set-Up” sebenarnya terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah

mengucapkan kalimat seperti di atas dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan

pasrah sebanyak 3 kali. Dan yang kedua adalah sambil mengucapkan dengan

penuh perasaan, kita menekan dada kita, tepatnya di bagian “Sore Spot” (titik

nyeri = daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit) atau

mengetuk dengan dua ujung jari di bagian “Karate Chop”. Setelah menekan titik

nyeri atau mengetuk karate chop sambil mengucapkan kalimat Set-Up seperti di

atas, kita melanjutkan dengan langkah kedua, “the Tune-In”.

12. The Tune-In

Untuk masalah fisik, kita melakukan tune-in dengan cara

merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran

kita ke tempat rasa sakit dan sambil terus melakukan 2 hal tersebut,

33
hati dan mulut kita mengatakan, “saya ikhlas, saya pasrah… yaa

Allah..”

Untuk masalah emosi, kita melakukan “Tune-In” dengan

cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat

membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika

terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dsb.) hati dan mulut kita

mengatakan, Yaa Allah.. saya ikhlas…. Saya pasrah…

Bersamaan dengan Tune-In ini kita melakukan langkah ke 3

(Tapping). Pada proses inilah (Tune-In yang dibarengi tapping)

kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik.

13. The Tapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-

titik tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In. Titik-titik ini adalah

titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang jika kita

ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan

emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh

berjalan dengan normal dan seimbang kembali (lihat lampiran 4).

Berikut adalah titik-titik tersebut (Zainuddin 2014) (lihat lampiran

5) :

Cr = Crown, pada titik dibagian atas kepala

34
EB = Eye Brow, pada titik permulaan alis mata

SE = Side of the Eye, di atas tulang disamping mata

UE = Under the Eye, 2 cm dibawah kelopak mata

UN = Under the Nose, tepat dibawah hidung

Ch = Chin, diantara dagu dan bagian bawah bibir

CB = Collar Bone, di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar

bone dan tulang rusuk pertama

UA = Under the Arm, di bawah ketiak sejajar dengan putting susu

(pria) atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita)

BN = Bellow Nipple2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di

perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa payudara

IH = Inside of Hand, di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan

telapak tangan

OH = Outside of Hand, di bagian luar tangan yang berbatasan dengan

telapak tangan

Th = Thumb, ibu jari disamping luar bagian bawah kuku

IF = Index Finger,jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku

(dibagian yang menghadap ibu jari)


35
MF = Middle Finger, jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di

bagian yang menghadap ibu jari)

RF = Ring Finger, jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di

bagian yang menghadap ibu jari)

BF = Baby Finger, di jari kelingking di samping luar bagian bawah

kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

KC = Karate Chop, di samping telapak tangan, bagian yang kita

gunakan untuk mematahkan balok saat karate

GS = Gamut Spot, di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan

tulang jari kelingking.

14. Versi ringkas (versi inti)

Versi inti ini adalah versi yang paling sering digunakan, karena selain

lebih singkat, versi ini terbukti cukup efektif untuk kebanyakan kasus. Versi

lengkap dilakukan hanya apabila versi inti dirasa kurang tuntas dalam

menyelesaikan masalah kita atau masalah orang yang kita bantu

Versi inti adalah melakukan langkah pertama (The Set Up), langkah kedua

(The Tune-In beserta kata pengingatnya atau doa: “saya Ikhlas, saya pasrah”) serta

sebagian langkah ketiga (the Tapping), mulai dari titik pertama (the Crown)

hingga titik ke-9 (Below Nipple). Cukup sampai disitu dan akhiri dengan Tarik

nafas panjang dan hembuskan (Zainuddin, 2014).


36
Jika sudah terbiasa, versi lengkap SEFT hanya membutuhkan waktu

kurang lebih 3 menit, sedangkan versi Inti sekitar 1 menit (Zainuddin, 2014).

Terdapat 15 tehnik yang Mendasari Efektifitas SEFT (lihat lampiran 6):

1. NLP (Neuro-Linguistic Programming)

2. Pada saat kita melakukan ‘set up’, kita telah melakukan proses reframing

dan anchoring yang biasa dilakukan NLP

3. Pada saat seseorang melakukan ‘tapping’, itu berarti orang tersebut sedang

melakukan proses breaking the pattern.

4. Demikian halnya ketika kita melakukan ‘The 9 gamut procedure’, kita

sedang merusak sub modality kita atas masalah tersebut.

5. Systemic Desensitization

6. Pada saat kita melakukan tapping pada orang yang mengidap pobia,

trauma, kecemasan dan berbagai masalah psikologis lainnya maka kita

sekaligus sedang melakukan proses Systemic desensitization pada klien

tersebut.

7. Kita membuat klien yang awalnya sangat sensitife (emosional ketika

mengingat masalah tertentu atau ketakutan dengan benda tertentu, menjadi

tidak sensitife lagi (terbebas dari gangguan emosi).

8. Psychoanalisis

9. Ketika kita berusaha menemukan akar masalah (finding the core issues)

dari keluhan fisik ataupun emosi dari klien, sebenarnya kita sedang

menggunakan tekhnik psychoanalisis.

37
10. Psikoanalisis berasumsi bahwa apapun yang kita rasakan saat ini

sebenarnya berakar dari segala hal yang kita alami di masa lalu.

11. Logotherapy

12. Dengan keikhlasan, kepasrahan dan rasa syukur pada saat melakukan

SEFT, kita telah memberikan makna spiritual atas penderitaan yang kita

rasakan (meaning in suffering). Hal ini menurut Victor E. Franki membuat

kita mampu bertahan dalam kondisi apapun.

13. Kenyataannya, sikap ikhlas, pasrah dan rasa syukur tersebut sering kali

menyembuhkan kita.

14. Eye Movement Desentizition reprossesing(EMDR)

15. Pada bagian akhir dari proses SEFTing, kita akan melakukan beberapa

gerakan mata (nine gamut procedure). Kemampuan kita melakukan

kendali atas gerakan mata ini berpengaruh pada kemampuan kita

mengendalikan emosi kita.

16. Proses SEFTing selain berfungsi untuk melepaskan hambatan-hambatan

emosi, juga melatih kendali penuh atas kondisi emosi kita.

17. Sedona Methode (Releasing Technique)\

18. Sikap ikhlas dan pasrah yang dilatih terus menerus akan menghasilkan

kemampuan menerima dan melepaskan segalanya dengan nyaman dan

bahagia.

19. Dalam Sedona Methode, proses ini disebut sebagai letting go. Satu kondisi

yang akan mempercepat proses penyembuhan, baik luka fisik maupun luka

emosi.

38
20. Ericksonian Hypnosis

21. Dalam proses SEFTing, kita melakukan hipnosis diri ringan (mild

hypnosis) dalam bentuk sugesti diri dan afirmasi dengan menggunakan

pilihan kata yang memiliki efek hypnosis (hypnotic words).

22. Proses tersebut banyak digunakan dalam hypnosis aliran Ericksonia.

23. Provocative Therapy

24. Tekhnik ini digunakan dalam SEFT saat individu ‘dipaksa’ masuk dalam

kondisi yang paling tidak menyenangkan, paling menyakitkan.

25. Pada saat masuk dalam kondisi puncak (tune in) itulah dilakukan tapping,

sehingga keluhannya menjadi hilang sama sekali.

26. Suggestion & Affirmation

27. Dalam proses SEFTing dan Deep SEFT kita banyak melakukan

pengulangan kata-kata yang memberdayakan diri (Suggestion &

Affirmation). Kondisi ini akan menciptakan harapan dan rasa optimis yang

terprogram dalam pikiran bawah sadar kita.

28. Harapan dan rasa optimis yang muncul akan membantu proses

penyembuhan individu tersebut.

29. Creative Visualization

30. Adalah tekhnik untuk mengubah kondisi fisik kita (kesehatan,

kesejahteraan, prestasi, dll).

31. Visualisasi dilakukan untuk memprogram pikiran bawah sadar supaya

sesuai dengan apa yang kita inginkan/harapkan.

32. Relaxation and Meditation

39
33. Pada saat memunculkan rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah dalam proses

SEFTing, sesungguhnya kita juga sedang menggunakan tehnik ini,

termasuk ketika Deep SEFT.

34. Dalam kondisi seperti ini, penyembuhan akan cenderung berjalan lebih

cepat.

Dalam perkembangan selanjutnya, meditasi menjadi hal yang

sangat umum dipraktekkan. Menjadi salah satu tehnik penyembuhan

fisik maupun psikis. Metode menghilangkan stres yang sangat popular

serta bahan riset yang menarik. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 500

riset mutakhir yang mempelajari efektifitas meditasi dalam

penyembuhan berbagai penyakit (termasuk kanker, jantung dan

penyakit kronis lain), mengatasi berbagai gangguan emosi (stres,

depresi, cemas, dll) serta untuk memperpanjang umur dan awet muda.

SEFT menggunakan tekhnik simple meditation juga. Satu praktik

yang tidak anda temukan dalam EFT versi original-nya. Saat kita

melakukan SEFT, kita dianjurkan melakukannya dalam kondisi

meditative (Yakin, khusyu, ikhlas, pasrah dan syukur). Dengan begitu,

efek SEFT akan terasa lebih efektif.

35. Gestalt Therapy

36. Tekhnik ini menekankan kepada kita agar pengalaman negatife di masa

lalu, misalnya trauma, dihadirkan kembali pada saat ini (here-and-now).

40
37. Pada saat kita sudah bisa Tune-In dengan kondisi tersebut, proses Tapping

dilakukan untuk menghilangkan traumanya.

38. Energy Psychology

39. Proses tapping yang dilakukan pada acupoints di sepanjang jalur energi

meridian akan menetralisir gangguan system energi tubuh.

40. Menstimulasi acupoints ini diterapkan juga dalam akupuntur, akupresor,

Tought Field Theraphy(TFT),emotional freedom test (EFT) dan puluhan

tekhnik energi terapi lain.

41. Powerful Prayer

42. Kondisi yang sangat dianjurkan dalam proses tapping adalah individu

diminta yakin, khusyu’, ikhlas, pasrah dan bersyukur.

43. Kelima kondisi di atas sangat mendukung proses pemulihan kondisi

individu baik secara fisik maupun emosi.

44. Loving-Kindness Therapy

45. Prof. Decher Keltner dari University California Berkley dalam bukunya,

Born to be Good, menjelaskan berbagai penelitian ilmiah yang

menyimpulkan bahwa cinta kasih dan kebaikan hati akan menyembuhkan

kitadan menyembuhkan orang yang kita kasihi.

46. Saat melakukan SEFTing, energi cinta kasih dan kebaikan hati sang

SEFTer akan membantu kesembuhan kliennya.

41
II.2.3. Penerapan Terapi SEFT

Terapi SEFT (spiritual emotional freedom tehnique) dapat diterapkan baik

dalam kelompok maupun individu (Zainuddin, 2014) :

1. Individu

Penerapan terapi SEFT (spiritual emotional freedom technique) dalam

individu merupakan media Pengembangan diri. Ini adalah bidang spesialisasi

SEFT termasuk di dalamnya adalah penggunaan SEFT untuk mengatasi berbagai

masalah pribadi. Berapa banyak orang yang stagnan atau terhenti pengembangan

dirinya hanya karena tidak dapat mengatasi satu atau beberapa masalah pribadi.

Ini bisa berupa trauma masa lalu yang terus menghantui hidup kita, kebiasaan

jelek yang sukar kita tinggalkan, ketakutan untuk mengambil resiko, dan

sebagainya. Berusaha mengembangkan diri dengan masih memikul beban emosi

yang belum terselesaikan ibarat mengendarai mobil dengan hand rem tangan

terkunci. Bisa maju, tetapi tersendat-sendat, tidak bisa full-speed. SEFT (spiritual

emotional freedom tehnique) adalah terapi yang membantu membebaskan diri dari

masalah masalah pribadi tersebut.

Dengan kata lain, menyelesaikan unfinished business yang tertunda,

konflik batin yang belum terselesaikan. Setelah bebas dari belenggu “penjajahan

emosi”, barulah dapat melangkah lebih jauh untuk mengembangkan potensi diri

dengan optimal. Mengolah diri menjadi manusia paripurna (Zainuddin, 2014).

2. Keluarga
42
Keluarga adalah tempat mendapatkan “Kepuasan terbesar”, tetapi juga

berpotensi menjadi sumber “Kepedihan terdalam”. Orang bilang keluarga bisa

menjadi surga dunia, tetapi juga bisa menjadi neraka dunia. Kebahagiaan atau

kepedihan dalam keluarga sebagian besar berkaitan dengan “hubungan” yang

terbangun antara suami-istri dan orang tua anak (Zainuddin, 2014).

Dalam bidang ini (membangun hubungan yang kokoh), SEFT (spiritual

emotional freedom tehnique) bisa menjadi alat bantu yang sangat bermanfaat.

Menggunakan SEFT (spiritual emotional freedom tehnique) bermanfaat untuk

menetralisir emosi negatif yang sering timbul dalam keluarga, misalnya

(Zainuddin,2014) :

1. Rasa cemburu yang berlebihan

2. Mudah tersinggung atau mudah marah

3. Rasa kecewa karena istri/suami/anak tidak bersikap seperti yang kita

harapkan

4. Rasa terlalu posesif atau protektif yang tidak produktif

5. Rasa takut kehilangan

6. Hilangnya romantisme atau rasa cinta

7. Ingin (dan bernafsu untuk selingkuh)

8. Anak yang tidak mau menurut

9. Remaja yang memberontak

43
10. Sekolah

SEFT (spiritual emotional freedom tehnique) bisa digunakan oleh guru,

pelajar, dosen dan mahasiswa untuk menyelesaikan berbagi masalah yang

berkaitan dengan pendidikan, misalnya (Zainuddin, 2014) :

1. Guru dapat mengajarkan SEFT atau melakukan SEFT atau surrogate

SEFT pada muridnya yang mengalami gangguan emosi (bandel, sukar

konsentrasi, malas belajar, moody, masalah yang berkaitan dengan

perubahan hormon seksual pada remaja, dan sebagainya.

2. Pelajar atau mahasiswa dapat menggunakan SEFT saat malas belajar,

mempelajari pelajaran yang dibenci, menghadapi guru atau dosen killer,

atau nervous menjelang ujian, serta mengendalikan emosi untuk meraih

prestasi yang tinggi.

3. Guru bimbingan dan Konseling (BK) dapat bekerja jauh lebih efektif dan

efisien dengan mempraktikkan SEFT.

4. Organisasi

Memimpin atau menjadi bagian dari satu organisasi menuntut kecerdasan

emosi yang tinggi. Beberapa ketrampilan vital dalam berorganisasi adalah

menejemen konflik, kerjasama kelompok, dan kepemimpinan. SEFT

(spiritual emotional freedom technique) dapat ikut berperan dalam

(Zainuddin, 2014) :

44
1. Mengendalikan emosi negatif yang sering kali muncul saat timbul konflik,

misalnya, marah, kecewa, takut, dendam, apatis, pesimis, cemas , dan

sebagainya.

2. Dalam kerja sama kelompok, SEFT bisa digunakan untuk mengeliminasi

sikap defensif, mementingkan diri sendiri, tidak berempati, mentalitas

kelangkaan (scarcity mentality) sukar memahami pikiran dan perasaan

orang lain, dan sebagainya.

3. Dalam kepemimpinan, SEFT dapat dimanfaatkan sebagai alat yang efektif

untuk memimpin orang lain dan diri sendiri. Memimpin diri sendiri

menuntut kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi diri sendiri

SEFT jelas berurusan dengan hal ini. Memimpin orang lain membutuhkan

ketrampilan mengenali dan mengendalikan perasaan orang yang dipimpin.

4. Bisnis

Dunia bisnis saat ini penuh dengan tantangan yang semakin berat karena

ketatnya persaingan, sekaligus menawarkan peluang yang sangat besar bagi

mereka yang siap berjuang untuk menang. Kunci kemenangan dalam dunia bisnis

(juga dalam bidang lain) adalah peak performance (kinerja unggul). Kinerja

unggul ini bisa berupa prestasi penjualan yang mengesankan, tingkat produksi

yang tinggi, ide-ide kreatif inovatif, budaya kerja yang efisien dan sebagainya.

Dalam hal ini SEFT dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah yang

sering menghambat businessman atau woman untuk melakukan kinerja unggul

seperti (Zainuddin, 2014) :

45
1). Takut gagal dan takut sukses

2). Kesulitan dalam menyusun target (goals) atau dalam mengeksekusinya

3). Takut berbicara di depan publik (memberikan presentasi)

4). Takut ditolak (masalah utama orang ngeri dan enggan)

5). Bekerja di dunia sales atau network-marketing

6). Cemas menjelang negosiasi atau bertemu prospek atau klien

7).Malas atau enggan (tidak termotivasi), dan sebagainya

f) Olahraga dan Seni

Atlet atau seniman memiliki dua yang unik. Kebanyakan orang tua takut

masa depan anaknya suram jika menggeluti dunia ini. Memangpara atlet atau

seniman sepertinya menjalani zero sum game (sukses besar atau gagal total). Jika

sukses bisa kaya-raya seperti Zenedine Zidane atau Krisdayanti, tetapi jika

kualitas setengah setengah bisa hidup susah. Salah satu faktor penentu kesuksesan

seorang olahragawan dan seniman adalah bagaimana dia dapat menunjukkan peak

performance di bawah tekanan (ketika bertanding melawan rival berat atau

melakukan pertunjukkan di depan penonton yang menuntutperformance terbaik).

Beberapa masalah atlet dan seniman yang dapat diselesaikan dengan SEFT

antara lain (Zainuddin, 2014) :

46
1). Performance anxiety (demam panggung atau cemas sebelum bertanding)

2). Sulit berkonsentrasi

3). Tidak termotivasi untuk menjalani rutinitas latihan yang membosankan

4). Takut gagal atau sulit bangkit dari kegagalan.

5). Training, konseling dan terapi

Para profesional di bidang training, konseling dan terapi sungguh sangat

diberkahi dengan adanya SEFT. Sekian lama bergelut dengan pertanyaaan

“adakah teknik atau metode yang sederhana dan efektif untuk membantu orang

berubah?”. Akhirnya pertanyaan itu terjawab. Belum pernah dilakukan satu

metode terapi atau konseling atau training yang begitu powerful dan cepat

hasilnya serta begitu mudah dan sederhana mempraktikannya. Sempat terlintas

pikiran “it’s too good to be true”, dan seperti kebanyakan orang “pintar” yang

rumit dan “realistis” dalam berpikir, hal ini sering terabaikan. Tetapi akhirnya

bahwa SEFT terlalu “indah” untuk diabaikan , karena dapat dirasakan sendiri

efektivitasnya. Dan ternyata sangat banyak praktisi beserta kliennya merasakan

hasil yang sama (Zainuddin, 2014).

II.2.4. Keunggulan Terapi SEFT

47
Kelebihan terapi SEFT (spiritual emotional freedom tehnique) dibanding

teknik atau metode terapi atau konseling atau training yang lain adalah

(Zainuddin, 2014) :

1. Efektif, ada lebih dari 1 juta praktisi energy psychology di seluruh dunia

dan tingkat efektifitas teknik ini antara 80-95 % bagi yang sudah

berpengalaman dan 50 % bagi yang baru belajar

2. Mudah dipelajari dan mudah dipraktikkan oleh siapa saja

3. Cepat dirasakan hasilnya

4. Murah (sekali belajar bisa kita gunakan untuk selamanya, pada berbagai

masalah)

5. Efektifitasnya relatif permanen

6. Jika dipraktikkan dengan benar, tidak ada rasa sakit atau efek samping,

jadi sangat aman dipraktikkan oleh siapapun

7. Universal (bisa diterapkan untuk masalah fisik atau emosi apapun)

8. Memberdayakan, sekali seseorang menguasai tehnik ini, maka tekhnik ini

dapat dilakukan sendiri untuk segala masalah

9. Ilmiah, SEFT tidak berhubungan dengan hal-hal supranatural

10. Kompatibel, SEFT bisa digunakan dengan tehnik apapun yang telah

dikuasai, misalnya NLP, Hypnotherapy, Reiki, Prana, Ruqyah, Seni

pernafasan atau tekhnik terapi lainnya.

11. Komprehensif, SEFT bisa diterapkan untuk hampir semua masalah

48
Walaupun SEFT memiliki keunggulan seperti yang telah disebutkan di atas,

SEFT tidak dikatakan “pasti selalu berhasil” dalam mengatasi suatu masalah (dan

memang tidak ada tehnik apapun yang punya tingkat keberhasilan 100%)

(Zainuddin, 2014).

2.3. Pengaruh SEFT dalam Menurunkan Perilaku Merokok

Menurut Dr. David Feinstein & Dr. Fred Gallo bahwa “ketidakseimbangan

kimia” dalam tubuh ikut berperan dalam menimbulkan berbagai gangguan emosi

seperti depresi, phobia, stres dan gangguan-gangguan emosi lainnya. Itulah

sebabnya pada psikiater memberikan obat anti depresan untuk penderita depresi

dan para pecandu narkoba mengkomsumsi ecstacy untuk menimbulkan rasa “fly =

bahagia”. Neuropsychologist yang radikal bahkan berkesimpulan bahwa semua

perasaan baik negatif maupun positif bisa direkayasa dengan cairan kimia

(Zainuddin, 2014).

Di lakukan penelitian pada salah satu universitas di Yogyakarta. Subyek

penelitian berjumlah 22 orang yang terdiri dari 10 orang kelompok eksperimen

dan 12 orang kelompok control,. Kriteria subyek adalah mahasiswa angkatan

2009-2011 yang merokok, bersedia mengikuti lembar pengisian dan tidak sedang

mengikuti terapi lain yang berkaitan dengan merokok. Intervensi yang di gunakan

adalah terapi SEFT .Terapi ini menggunakan analisis uji man-whitney dan uji

wicolxon dengan desain penelitian yang di gunakan adalah pretest post test

control group desain.Hasil dalam penelitian ini menunjukkan ada nya penurunan

perilaku merokok yang signifikan pada mahasiswa yang di berikan terapi SEFT.
49
Signifikasi data di peroleh data(T) sebesar 0,025(T<0,05).Hasil dari wawancara ,

subyek menceritakan pengalamannya setelah di terapi SEFT bahwa rokok menjadi

terasa pahit dan tidak ada keinginan lagi dari diri subyek untuk merokok

(komariah,2011).

Hasil wawancara media seputar Indonesia pada tanggal 2 november 2009,

Syarif thayib perokok berat.Setelah di lakukan terapi SEFT terjadi perubahan

yang sangat signifikan,rasa rokok tersebut menjadi aneh (Zainuddin, 2014).

Telah ada banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa gangguan

“energi tubuh” ternyata juga berpengaruh besar dalam menimbulkan gangguan

emosi. Dan bahwa intervensi pada sistem energi tubuh dapat mengubah “kondisi

kimiawi otak” yang selanjutnya akan mengubah kondisi emosi (Zainuddin, 2014).

Pengaruh sistem energi tubuh terhadap dimensi “emosi” pernah diteliti

oleh Dr. Roger Callahan. Eksperimentasi dilakukan dengan tanpa menggunakan

jarum (seperti dalam acupunture) ataupun menekan secara berlebihan (seperti

dalam acupressure), tetapi hanya dengan menggunakan ketukan ringan dengan

ujung jari (tapping) pada daerah tubuh tertentu. Dengan eksperimen ini Dr.

Callahan telah banyak membantu pasiennya sembuh dari berbagai masalah

psikologis dengan sangat cepat (dalam hitungan menit). Dengan penemuan ini

akhirnya disimpulkan bahwa “penyebab segala macam emosi negatif adalah

terganggunya sistem energi tubuh”. Berbeda dengan psikoterapi konvensional,

energy psychology berasumsi bahwa beberapa ingatan (sadar maupun bawah

sadar) tentang masa lalu dapat membangkitkan gangguan psikologis, tetapi proses
50
ini tidak berjalan secara langsung, melainkan ada “proses antara” yang dinamakan

“Distruption of body energy system”. Terganggunya sistem energi tubuh inilah

yang sebenarnya secara langsung menyebabkan gangguan emosi. Proses ini bisa

digambarkan sebagai berikut :

PEMICU  PROSES ANTARA  DAMPAK

“ingatan” Gangguan energi Energi negatif yang memicu

SEFT langsung berurusan dengan “gangguan sistem energi tubuh” untuk

menghilangkan emosi negatif itu (tidak perlu membongkar ingatan traumatis masa

lalu). Bisa dikatakan SEFT melakukan “short cut” dengan memotong mata rantai

di tengah-tengahnya. Cukup selaraskan kembali sistemenergi tubuh, maka emosi

negatif yang sedang dirasakan akan hilang dengan sendirinya. Dengan demikian

terapi SEFT bisa sangat membantu mengobati berbagai penyakit, baik fisik

maupun psikis. Saat melakukan terapi SEFT dianjurkan untuk melakukannya

dalam kondisi meditatif (khusyu’, ikhlas dan pasrah). Dengan begitu, efek SEFT

akan terasa lebih efektif (Zainuddin, 2014).

Kegagalan terapi SEFT untuk pecandu rokok juga dapat terjadi karena

beberapa hal (Rusdjijati dan Mashar, 2014) :

1. Perokok kurang memahami cara terapinya

2. Kurangnya motivasi yang diberikan kepada perokok untuk menghentikan

kebiasaan merokok

51
3. Perokok belum mempunya minat yang kuat untuk menghentikan

kebiasaan merokok

BAB 3

TERAPI PECANDU ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)

DITINJAU DARI AGAMA ISLAM

3.1. Sepintas Tentang Rokok dalam Pandangan Islam

Pada prinsipnya, tidak ada dalil yang secara spesifik menyinggung masalah

rokok. Baik dalam nash-nash Al-Quran maupun hadist Rasulullah (Yunus, 2009).

Rokok belum dikenal di Zaman Nabi, Khulafaur Rasyidin, bahkan era 4 mazhab

fikih.Rokok dikenal sekitar 16 M, di dunia Islam sejak akhir abad X –XI H.

Namun demikian, terutama bagi kalangan yang dengan tegas menghukumi

haram rokok menandaskan, bahwa sesungguhnya al-Quran maupun hadist Nabi

terdiri dari dua macam, yaitu (Yunus, 2009) :

1. Jenis yang dalil-dalilnya bersifat umum seperti adh-dhawabith (ketentuan-

ketentuan) dan kaidah-kaidah yang mencakup rincian-rincian yang

banyak.

2. Jenis yang dalil-dalilnya memang diarahkan kepada suatu itu sendiri

secara langsung.

52
Rokok termasuk bahan konsumsi yang dijatuhi hukum berdasarkan jenis dalil

yang pertama. Sebab, ada sejumlah dalil yang dalam mafhum mukhalafah-nya

memang menyimpan makna hukum rokok, meski di dalamnya menyebutkan

rokok secara spesifik. Yaitu, dalil-dalil yang menghukumi haram bagi setiap

sesuatu yang dapat mendatangkan mudarat bagi diri umat manusia. Di antara

dalil-dalil tersebut, yang bisa kita sebutkan di sini adalah firman Allah dalam Al-

Qur’an:

Artinya :
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan” (QS. Al-
Baqarah(2):195).

Terkait dengan dampak yang ditimbulkan oleh rokok, ayat tersebut tentu

sangat relevan. Sebab, seperti telah diterangkan di atas, bahwa rokok memang

mengandung racun yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Bahkan

tidak sedikit jumlah orang yang meninggal karena dihinggapi oleh racun asap

rokok. Oleh karena itu, rokok termasuk sesuatu yang dilarang karena zatnya yang

buruk (khabaits) dan memudaratkan (Yunus, 2009).

Ulama klasik yang mengharamkan rokok secara mutlak :

1. Mazhab Hanafi

2. Mazhab Maliki
53
3. Mazhab Syafi’i

4. Mazhab Hanbali

Ulama Kontemporer yang mengharamkan Rokok :

1. Lajnah Fatwa al-Azhar (Mesir).

2. Al-Lajnah ad-Daimah lil Buhuts al-Ilmiyyah wal-Isfta Kerajaan Arab

Saudi.

3. Mu’tamar Islam International tentang Melawan Penggunaan Zat yang

Memabukkan dan Adiktif

4. Pusat fatwa di al-Syabakah al-Islamiyyah

5. Syeikh Dr. Muhammad Thayyib an-Najjar, anggota Majma’ al-Buhuts al-

Islamiyyah, lembaga fatwa di Al-Azhar (1979)

Berbagai Illat (alasan) haramnya merokok :

1. Bersifat adiktif dan di katagorikan dalam batasan memabukkan dan

merusak

2. Membahayakan Kesehatan

3. Termasuk Khabaits

4. Merupakan perbuatan tabzir/membuang-buang harta

5. Rokok bukan obat tetapi penyakit dan racun

Negara yang mengharamkan merokok :

1. Mayoritas Negara Saudi

2. Ulama Mesir,Yordania,Yaman dan Syiria

54
3. Kementrian kehakiman dan Hal ikwal islam emirat arab.

4. Muzakarah Jawatan kuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal

Ugama Islam Malaysia Kali Ke-37 yang bersidang pada 23 Maret 1995.

5. Brunei Darussalam

Ulama yang memakruhkan merokok :

1. Mazhab Hanafi(Syeikh Musthafa ar-Rahibani al-Hanbali dan Syeikh

Hamid bin Ali bin Ibrahim al-‘Imadi, Syeikh Musthafa az-Zarqa)

2. Mazhab Maliki (Syeikh Muhammad Aisy)

3. Mazhab Syafi’i (Syeikh Abdullah asy-Syarqawi)

4. Mazhab Hanbali (Syeikh Mushthafa al-Rahibani dan Manshur al-Bahuti)

Alasan Ulama Memakruhkan Merokok :

1. Hampir sama dengan argumentasi kelompok yang menyatakan haram

dengan pemahaman bahwa dlarar/madharatnya belum sampai ketingkat

yang layak diharamkan.

2. Menghamburkan atau mengurangi harta

3. Bau mulut

Hukum Merokok Tergantung dari Dampak:

1. Jika pasti menyebabkan bahaya pada dirinya, maka dilarang merokok,

karena bahaya yang jelas.

2. Bila dilakukan di dalam masjid, hukumnya makruh. Juga jika di tempat

umum yang berpotensi mengganggu orang lain.

55
3. Jika tidak menimbulkan dlarar yang pasti pada dirinya, serta dilakukan di

tempat atau komunitas yang tidak mengganggu orang lain, hukumnya

boleh

Fatwa 4 Lembaga Fatwa Di Indonesia Tentang Merokok :

1. 23-26 Januari 2009, (MUI) = Rokok makruh dan haram, haram untuk

anak-anak, di tempat umum, dan wanita hamil.

2. 9 Maret 2010, Majlis Tarjih dan Tajdid PP. Muhammadiyah merevisi

fatwa 2005, hukum merokok mubah, kemudian menjadi haram.

3. Dewan Hisbah PERSIS= Makruh

4. Bahtsul Masail NU = Mubah, makruh, dan bisa haram.

Salah seorang auditor MUI Ir. Romli mengungkapkan, bahwa bukti-bukti

ilmiah tentang dampak buruk rokok terhadap kesehatan mengharuskan kita untuk

meninjau kembali status hukum makruh merokok yang selama ini kita ketahui,

dan secepat mungkin mengubahnya menjadi haram. Beberapa fakta berikut ini,

sangatlah relevan untuk dijadikan bahan perenungan dan pertimbangan (Yunus,

2009) :

1. Rokok menyebabkan kanker dan kanker menyebabkan kematian, maka

merokok menyebabkan kematian. Hukum tentang perbuatan semacam ini

secara terang dijelaskan dalam syariat Islam, antara lain ayat Al-Quran

yang berbunyi :

56
Artinya :
“…dan janganlah kamu membunuh jiwa…” (QS. Al Anam (6):151).

2. Tubuh kita pada dasarnya adalah amanah dari Allah yang harus dijaga.

Mengkonsumsi barang-barang yang bersifat mengganggu fungsi raga dan

akal (intoxicant) hukumnya haram, misalnya alkohol, ganja dan

sebangsanya. Firman Allah SWT yang berbunyi :

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, judi, berkorban
untuk berhala dan mengundi nasib adalah kekejian, termasuk perbuatan
setan. Jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu sukses” (QS Al-
Maidah (5):90).

3. Merokok hampir selalu menyebabkan gangguan pada orang lain. Asap

rokok yang langsung diisapnya berakibat negatif tidak saja pada dirinya

sendiri, tapi juga orang lain di sekitarnya. Asap rokok yang berasal dari

ujung punting maupun yang dikeluarkan kembali dari mulut dan hidung si

perokok, menjadi “jatah” orang-orang di sekelilingnya. Ini yang disebut

passive smoking atau sidestreamsmoking yang berakibat sama saja dengan

mainstream smoking. Berbuat sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya

57
(mudharat) bagi diri sendiri apalagi orang lain, adalah hal yang terlarang

menurut syariat.

4. Harta yang kita miliki tidaklah pantas untuk dibelanjakan untuk hal-hal

yang tidak bermanfaat, misalnya dengan membakarnya menjadi abu dan

asap rokok. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi :

Artinya :
“… dan janganlah menghambur-hamburkan hartamu secara boros.
Sungguh para pemborosadalah saudara-saudara setan, dan setan itu
sangat ingkar pada Tuhannya” (QS Al-Isra (17):26-27).

Di balik kejelasan dalil-dalil di atas, pertanyaan kita adalah; mengapa

pembelaan terhadap rokok justru semakin kuat, dan malah sebagian kalangan

ulama sendiri ikut merokok?

Bagi kalangan yang menolak hukum haram bagi rokok sesungguhnya

memiliki landasan argumentasi yang tak kalah kuatnya juga yang diambil dari

sumber yang sama, baik al-Qur’an maupun hadist Nabi. Bahkan sebagian dalil-

dalil yang mereka kemukakan juga sama dengan dalil-dalil yang dilontarkan

kalangan yang mengharamkan rokok. Sebab, dasar persoalan yang mereka ambil

58
juga sama, yaitu sama-sama menjaga kemaslahatan hidup bersama (the collective

survival). Salah satunya adalah kaidah hukum :

“Jika berbenturan antara mafsadah dan maslahah, maka (hendaknya

mendahulukan) menjaga kemaslahatan”.

Dan seperti yang sudah kita bicarakan di atas bahwa dampak sosial dan

ekonomi yang akan muncul jika peredaran rokok terpaksa “disabotase” melalui

label “hukum haram” akan sangat besar, bahkan dimungkinkan lebih besar

dibanding dampak buruk yang ditimbulkannya terhadap kesehatan (apabila

dikonsumsi. Karena itulah, menjaga autentisitas ke-halal-an rokok merupakan

salah satu upaya untuk menjaga dan mendahulukan kemaslahatan orang banyak.

Banyak jumlah penduduk Indonesia yang akan kehilangan sumber penghasilan

jika roda perusahaan-perusahaan rokok mandeg (Yunus, 2009).

Ulama yang menghalalkan merokok secara mutlak :

1. Ulama Hanafiyah = Syeikh Muhammad Amin,Muhammad abbasi al-

Mahdi, Syeikh Abdul Ghani an-Nabilisi (ahli fikih terkenal dari Mazhab

Hanafi angkatan mutaakhkhirin) Ibnu Abidin (pengarang Radd Muhtar

‘Ala ad-Durr al-Muhtar)

2. Ulama Malikiyah = Syeikh Ali al-Ajhuri, Syeikh Manshur al-Bahuti al-

Hanbali

3. Ulama Syafii = Syeikh Jamal az-Ziyadi, Asyar wani.

4. Ulama Hanbali = Mar’i al-Karami.

59
Alasan (Zuhroni,2014) :

1. Asal segala sesuatu adalah boleh, dan tidak ada dalil yang

mengharamkannya.

2. Keharaman dan makruhnya sesuatu mesti ada dalil, di sini tidak ada dalil,

baik dari Alquran, Hadis, Ijmak khusus dan qiyas.

3. Unsur memabukkan, adiktif dan merusak tidak mutlak.

4. Bukan namanya ihtiyath (kehati-hatian) mengharamkan atau

memakruhkannya pada sesuatu yang tidak ada dalilnya.

5. Asal setiap yang bermanfaat adalah boleh, termasuk rokok.

6. Semua yang di bumi halal kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

7. Merokok termasuk sesuatu yang baik yang tidak diharamkan

Pendapat Ulama Kontemporer tentang fleksibilitas hukum merokok adalah

Hasanain Makhluf (ulama Mesir). Hukum asalnya halal, tetapi dapat berubah

seiring dengan kondisinya dapat menjadi haram atau makruh.

Berdasarkan uraian di atas, pada prinsipnya kita tidak perlu kebingungan

dalam menyikapi perdebatan hukum rokok. Tidak perlu ada pembatasan masalah

dan finalisasi hukum, baik halal maupun haram. Sebab yang lebih berhak

membatasi ruang gerak seseorang adalah pribadi kita masing-masing. Namun

demikian, kita juga tetap patut menghargai setiap keputusan orang lain. Jika

dilihat dari sisi medis dan sebagian ulama yang mengharamkan rokok, memang

benar rokok berdampak buruk bagi kehidupan kita. Jika hukum rokok adalah

haram maka haram pula untuk membuat, menjual, membeli dan menyimpannya.

60
Demikian pula, kita tidak perlu menyalahkan kalangan yang menganggap rokok

tetap halal.

3.2. SEFT Dalam Pandangan Islam

Manusia didefinisikan makhlūq (ciptaan), mukallaf (yang dibebani

kewajiban), mukarram (yang dimuliakan), mukhayyar (yang dipilih atau yang

mempunyai pilihan), natiqh (yang bertutur), dan lain-lain. Kelebihan manusia

dibandingkan dengan makhluk lain terletak pada potensi akal dan daya

psikologisnya yang dianugerahkan Allah SWT , berbeda dengan lingkungannya

yang tidak punya alternative dan pilihan bebas, demikian pula malaikat, jin, iblis

dan setan adalah makhluk monoton hanya punya satu kecenderungan saja

(Zuhroni, 2010).

Manusia dalam pandangan Islam, terdiri dari dua unsur, jasmani dan

rohani. Tubuh manusia berasal dari materi mempunyai kebutuhan-kebutuhan

material, sedangkan roh manusia bersifat immateri mempunyai kebutuhan

spiritual (Zuhroni, 2010).

Berbekal potensi yang ada pada dirinya, manusia sanggup melakukan apa

saja bahkan jika tidak dikendalikan oleh hatinya cenderung menjadikan dirinya

Tuhan. Disini peranan spiritual sangat penting agar manusia tidak berbuat

sewenang-wenang karena masih ada satu kekuatan Allah SWT yang hanya

dengan ijin-Nya segala sesuatu akan terjadi.

Konsep Maqasid Syari’ah menekankan harusnya menjaga nyawa (hizh al

nafs), jika ada sesuatu yang akan mengancam nyawanya maka harus

dipertahankan jika sakit maka harus diobati (Zuhroni, 2012). Selain itu juga
61
Syariah Islam menekankan kita untuk menjaga akal dan pikiran. Maka, bagi

perokok yang sudah kecanduan dianjurkan untuk melakukan terapi agardapat

berhenti dari kebiasaan merokok demi kemaslahatan hidupnya.Seperti disebutkan

dalam Hadits:

‫صلى للاُ َعلَ ْي ِه‬َ ‫ ُك ْنتُ ِع ْندَالنبِِّى‬:‫سا َم ِة ْب ِن ش َِري ِْك قَا َل‬ َ َ ‫َع ْن ا‬
‫اَنَت َدَ َاوى ؟ فَقَا َل‬.ِ‫س ْو َل للا‬ َ َ‫اب فَقَالُ ْواب‬
ُ ‫ار‬ ُ ‫ت اْالَ ع َْر‬ ِ ‫سل َم َو َجا َء‬َ ‫َو‬
‫ض َع لَهُ ِشفَا ًء‬
َ ‫ض ِع دَا ًءاِال َو‬ َ َ‫للا لَ ْم ي‬ َ ‫للا تَدَ َاو ْوافَاِن‬ ِ َ‫نَعَ ْم يَا ِعبَاد‬
‫ا َ ْل َه َر ُم‬:‫قَالُ ْوا َما ُه َو؟ قَ َل‬.ٍ‫احد‬
ِ ‫َغي َْردَاءٍ َو‬

Artinya :
”Usamah bin Syarik berkata: Di waktu saya beserta NabiMuhammad SAW, datanglah
beberapa orang badui, lalu mereka bertanya, “Ya Rasullulah, apakah kita mesti
berobat?”.” Ya, wahai hamba Allah, berobatlah engkau, karena Allah tidak mengadakan
penyakit, melainkan ia adakan obatnya, kecuali satu penyakit”. Tanya mereka:” Penyakit
apakah itu?”Jawab beliau:”Tua”(HR. Ahmad).
SEFT adalah rangkaian empat huruf dari sebuah singkatan : Spiritual

Emotional Freedom Technique. Dengan Motto : Healing, Success, Happiness,

dan Greatness, SEFT bermaksud membantu seseorang dalam mengatasi masalah-

masalah baik secara fisik maupun emosi, serta mengajarkan bagaimana membantu

orang lain dalam mengatasi masalah-masalah fisik dan emosi mereka. Allah SWT

dalam al-Qur’an menyebutkan “ud-uu-nii astajib lakum – berdoalah kepada-Ku

niscaya akan saya kabulkan”.

Islam memperbolehkan penggunaan terapi SEFT karena tidak ada efek

samping atau mudharat yang ditimbulkan setelah pelaksanaan terapi ini. Bahkan

terapi ini menggunakan tekhnik spiritual yang berhubungan langsung dengan

Allah SWT.
62
5.Kondisi Hati Penentu Efektifitas SEFT

Ada 5 hal yang harus kita perhatikan agar SEFT yang kita lakukan efektif.

Lima hal ini harus kita lakukan selama proses terapi, mulai dari Set-Up, Tune-in,

hingga Tapping. Penyebab utama kegagalan terapi adalah mengabaikan salah satu

atau beberapa dari kelima hal ini (Zainuddin, 2014) :

1. Yakin

Dalam terapi SEFT, kita tidak perlu yakin terhadap SEFT atau diri

kita sendiri, kita hanya perlu yakin kepada Allah. Yakin dalam Islam

disebut iman. Iman kepada Allah adalah meyakini dengan mantap dalam

hati bahwa Zat Allah itu benar-benar ada, yang menciptakan semesta dan

isinya tanpa sekutu, memiliki seluruh sifat kesempurnaan, suci dari

berbagai sifat kekurangan dan cela, tidak ada ciptaan-Nya yang

menyerupai dan menyamai-Nya, yang berhak disembah satu-satunya tanpa

ada sekutu bagi-Nya. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat al-Qur’an :

Artinya:
“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman
mereka. Katakanlah: ”Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat
kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang
melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukki kamu kepada
keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar” (QS. Al-Hujurat
(49):17).

63
Juga ditegaskan dalam ayat lain : (QS. Al-Hujurat (49):14).

Artinya:
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: ”Kami telah beriman”.
Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’,
karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala
amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”” (QS. Al-Hujurat (49):14).

Dari keimanan kita kepada Allah kita dapat merealisasikan pengesaan

Allah sehingga tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak takut

kepada yang lain, dan tidak menyembah kepada selain—Nya (Zuhroni, 2010).

Jadi SEFT tetap efektif walaupun pasien maupun klien skeptis, ragu, tidak

percaya diri, malu kalau tidak berhasil, dsb. Asalkan klien dan terapis tetap yakin

kepada Allah, SEFT tetap efektif. Anehnya, semakin percaya diri, semakin tidak

bagus hasilnya, semakin pasien tidak percaya diri, pasien semakin percaya kepada

Allah dan hasilnya makin menakjubkan. Ketika percaya diri, berarti “ego” naik.

EGO adalah singkatan dari Edging God Out = Menyingkirkan Tuhan Ke Luar.

Artinya, semakin ego naik, semakin Allah menyingkir dari kehidupan kita.

Semakin kurangi atau bahkan “nol” kan ego, semakin Allah ingin membuat

keajaiban dalam hidup (Zainuddin, 2014).

64
2. Khusyu’

Selama melakukan terapi, khususnya saat Set-Up, kita harus konsentrasi

atau khusyu. Pusatkan pikiran kita pada saat melakukan Set-Up (berdoa) pada

“Sang Maha Penyembuh” berdoalah dengan penuh kerendah-hatian. Salah

satu penyebab tidak terkabulnya doa adalah karena kita tidak khusyu’, hati dan

pikiran tidak ikut hadir saat berdoa, alias berdoa hanya di mulut saja, tidak

sepenuh hati. Jadi, hilangkan pikiran lain, konsentrasi pada kata-kata yang kita

ucapkan saat melakukan Set-Up.

3. Ikhlas

Ikhlas artinya ridha atau menerima rasa sakit (baik fisik maupun emosi)

dengan sepenuh hati. Ikhlas artinya tidak mengeluh, tidak complain atas

musibah yang sedang terima. Yang membuat makin sakit adalah karena tidak

mau menerima dengan ikhlas rasa sakit atau masalah yang sedang di hadapi.

Ikhlas ini pula yang membuat sakit apapun yang di alami menjadi sarana

menyucikan diri dari dosa dan kesalahan yang pernah di lakukan. Ada istilah

yang disebut dengan Pain Paradox (paradoks penyakit), semakin di berontak,

semakin senang ia menghinggapi nya. Semakin ikhlas menerimanya, semakin

cepat ia pergi. Jadi, ikhlaskan hati, maka rasa sakit akan pergi, kalaupun ia tak

kunjung pergi, sekiranya sakit itu dapat menjadi berkah penebus dosa,

penambah pahala (Zainuddin 2014).

4. Pasrah

Pasrah berbeda dengan ikhlas, ikhlas adalah menerima dengan legowo

apapun yang kita alami saat ini, sedangkan pasrah adalah menyerahkan apa
65
yang terjadi nanti pada Allah SWT. Kita pasrahkan pada-Nya apa yang terjadi

nanti. Apakah nanti rasa sakit yang kita alami makin parah, makin membaik,

atau sembuh total, kita pasrahkan kepada Allah.

Pasrah bukan berarti fatalism, pasrah yang sejati disertai usaha optimal

untuk mencari solusi. Pasrah (atau tawakkal) berarti bahwa kita berusaha

sekuat tenaga sambil hati kita hanya bergantung pada Allah. Ora et labora,

kerjaku adalah doaku. Bismillahi tawakkaltu ‘ala Allah.. ini adalah doa

berangkat kerja, bukan da’a “pulang kerja” (jadi bukan “jika sudah mentok

baru pasrah”), bahkan pula doa “berangkat tidur” (jadi bukanlah “habis pasrah

lalu tidur, tidak perlu berusaha”).(Zainuddin 2014).

Contoh klasik the power of surrender (kekuatan pasrah). Pasrah bukan

berarti tidak berusaha, pasrah adalah sebuah kondisi jiwa bahwa kita

menyerahkan diri kita kepada Allah SWT, tentu saja dibarengi dengan

semangat juang dan usaha pantang menyerah. Pasrah memberikan ketenangan

jiwa dan kedamaian pikiran, karena kita yakin bahwa segala permasalahan kita

adalah genggaman-Nya.(Zainuddin 2014).

Dan bagi orang yang pasrah, Allah akan mengambil alih masalahnya.

Dia sendiri yang akan turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan orang

tersebut. Seperti doa Nabi Ibrahim yang terdapat dalam al-Quran :

Artinya:

66
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka
ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-
baik Pelindung"(QS. Ali Imran (3):173).

Maka jadi dinginlah api yang hendak membakarnya. Allah juga

berfirman :

Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah

mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,

mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka

dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka

bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang bertawakkal kepada-Nya”(QS. Ali-Imran (3):159).

5. Syukur

Bersyukur, disaat semua kondisi dalam keadaan baik-baik saja

adalah relatif mudah. Sungguh berat terasa, untuk tetap bersyukur di saat

67
kita masih sakit atau punya masalah yang belum selesai. Tetapi, apakah

tidak layak jika kita minimal mensyukuri, dimana banyak hal lain dalam

hidup kita yang masih dalam keadaan baik dan sehat walafiat. Jangan

sampai satu masalah kecil menenggelamkan rasa syukur kita atas nikmat

Allah SWT yang begitu banyak dan besar. Agar mampu besyukur setiap

waktu maka harus memiliki “The Dicipline of Gratitude”, dengan cara

mendisiplinkan diri, dan pikiran serta hati dan tindakan untuk selalu

bersyukur, dalam kondisi yang berat sekalipun. Jangan-jangan, sakit yang

di derita atau masalah yang tak kunjung selesai akibat dari diriyang lupa

mensyukuri nikmat yang selama ini di terima. Kabar gembiranya,

begituterus menerus bersyukur apa saja yang masih baik dan sehat, tiba-

tiba, pada saat yang bersamaan masalah dan sakit yang di derita menjadi

sirna (sembuh) dengan sendirinya.

Contohnya, seorang alumni SEFT Total Solution Training, yang mengikuti

pelatihan karena alasan sakit tumor otak, tiba tiba saja ketika ia berusaha dengan

hati dan fikiran untuk fokus mensyukuri segala sesuatu yang masih sehat, maka

tiba-tiba rasa sakit akibat tumor di kepala terasa tidak mengganggu lagi, bahkan ia

mulai kembali bisa membaca. Alhamdulillah. Ajaibnya lagi, setelah kira-kira 3

bulan belia terus fokus dan disiplin bersyukur, tiba tiba saja sakit di jantungnya

juga mereda tanpa dia sengaja untuk mengurangi gangguan sakit jantung yang ia

derita. Inilah salah satu efek samping positif SEFT. “The most powerfull prayer is

GRATITUTE” Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an:

68
Artinya:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih” (QS. Ibrahim (14):7).

Dijelaskan juga dalam ayat Al-Qur’’an :

Artinya:
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS.
Ar-Rahman (55):16).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa SEFT adalah metode

yang menggabungkan psikologi dan spiritual agama Islam yang akan efektif untuk

menghentikan kebiasaan merokok bila tekhnik yang dilakukan berhasil

dijalankan. Tidak ada mudharat yang ditimbulkan dari pelaksanaan terapi ini

sehingga terapi SEFT diperbolehkan dalam Islam. Di dalam diri manusia

terpendam potensi ilahiyah yang apabila dimanfaatkan akan terjadi energi dahsyat

yang dapat mengalahkan segala rintangan seperti emosi negatif atau penyakit-

penyakit hati dan fisik lainnya. Untuk mendapatkan energi itu seseorang harus

69
membersihkan hati terlebih dahulu dengan jalan: yakin, khusyu’, ikhlas, pasrah

dan syukur. Tugasnya hanya berikhtiar dengan segala daya dan upaya setelah itu

di pasrahkan kepada Allah SWT untuk mengabulkan doa kita. Dan hanya Allah

SWT yang dapat menyembuhkan penyakitnya seperti disebut dalam firman-Nya :

Artinya: “Jika aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku” (QS Al-Syuara

(26):80).

Adapun Set Up, Tune In, dan Taping hanya amalan jasmaniah

berdasarkan temuan ahli kedokteran dan psikolog untuk mendorong keyakinan

sebagai sugesti penyembuhan penyakit.

70
BAB 4

KAITAN PANDANG ANTARA ILMU KEDOKTERAN DAN ISLAM

TENTANG TERAPI PECANDU ROKOK DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SPIRITUAL

EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE

(SEFT)

Kalangan medis dan sebagian besar ulama yang menyatakan bahwa

hukum rokok adalah haram sependapat bahwa rokok menimbulkan banyak

kemudharatan dibandingkan dengan kebaikannya. Terapi pecandu rokok dengan

menggunakan SEFT diperbolehkan penggunaannya baik dari sisi kedokteran

maupun Islam.

Menurut pandangan kedokteran, merokok dapat menimbulkan banyak

penyakit hingga kematian. Penyakit-penyakit tersebut antara lain kanker

paru,bronkhitis kronik, emphysema, penyakit jantung koroner, kanker oral dan

sebagainya. Zat-zat yang terkandung dalam rokok sangat berbahaya, contohnya

nikotin yang menimbulkan ketergantungan dan tar yang mengandung bahan-

bahan karsinogen. Terapi pecandu rokok dengan menggunakan metode SEFT

adalah terapi yang diperbolehkan dan tidak menimbulkan efek samping bagi

pasiennya. Tetapi tidak semua pecandu rokok berhasil menggunakan terapi ini,

kegagalan juga akan terjadi jika responden kurang memahami cara terapinya,

71
kurang motivasi dan belum adanya minat yang kuat untuk menghentikan

kebiasaan merokok.

Menurut pandangan Islam, banyak ulama yang berbeda pendapat tentang

hukum merokok. Tetapi perilaku merokok bertentangan dengan konsep Maqasid

Syari’ah yaitu perlindungan akal, jiwa dan harta. Merokok tidak memberi manfaat

apapun bagi pelakunya, sehingga membelanjakan harta untuk rokoktermasuk

dalam kategori pemborosan (tabdzir) yang sangat dicela oleh Islam. Merokok

tidak saja memberikan mudharat bagi pelakunya, tetapi juga bagi orang-orang lain

di sekitarnya. Dengan demikian segala sesuatunya dilihat dari perspektif

kesejahteraan manusia, apa yang merugikan dihilangkan dan apa yang bermanfaat

dikonfirmasikan.Bila rokok hukumnya haram, maka haram pula membuatnya,

membelinya, menyimpannya dan harga penjualannya pun haram. Menjual rokok

merupakan perbuatan maksiat, sedangkan rezeki dari Allah SWT tidak dapat

diperoleh dengan cara maksiat. Terapi pecandu rokok dengan menggunakan SEFT

harus dijalankan dengan yakin, khusyu’, ikhlas, pasrah dan syukur, jika tidak

dijalankan dengan 5 kondisi ini maka terapi SEFT tidak akan efektif.

72
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

1. Rokok memiliki dampak negatif yang cukup besar, baik bagi perokok aktif

(active smoker) maupun perokok pasif (passive smoker). Berhenti

merokok adalah hal yang tidak mudah dilakukan, terutama pada seseorang

yang sudah sangat kecanduan nikotin. SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) adalah salah satu alternatif terapi untuk

menghentikan kebiasaan merokok. Terapi SEFT tidak efektif untuk

seluruh pecandu rokok. Kegagalan terapi yang terjadi dikarenakan

pecandu rokok memahami betul cara melakukan terapi ini, kurangnya

motivasi yang diberikan kepada pecandu rokok untuk menghentikan

kebiasaan merokok dan kurangnya minat yang kuat untuk menghentikan

kebiasaan merokok. SEFT akan efektif bila dijalani dengan yakin,

khusyu’, ikhlas, pasrah dan rasa syukur terhadap Allah.

2. Ulama berbeda pendapat tentang hukum merokok, Ada yang menyatakan

hukumnya haram, makruh, ada yang mubah, bahkan ada pula yang

menyatakan wajib. Tetapi perilaku merokok bertentangan dengan konsep

Maqasid Syari’ah yaitu perlindungan akal, jiwa dan harta. Merokok tidak

memberi manfaat apapun bagi pelakunya, bahkan menimbulkan

73
kemudharatan yaitu menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker paru,

bronkhitis kronik, emphysema, penyakit jantung coroner, kanker oral

(mulut), gangguan kehamilan dan sebagainya. Membelanjakan harta untuk

rokok termasuk dalam kategori pemborosan (tabdzir) yang sangat dicela

oleh Islam. Merokok tidak saja memberikan mudharat bagi pelakunya,

tetapi juga bagi orang-orang lain di sekitarnya.

3. SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) diperbolehkan dalam

Islam karena merupakan terapi dengan menggunakan metode spiritual

yang berhubungan langsung dengan Allah dengan cara berdoa kepada-Nya

dan digabungkan dengan energi psikologi sehingga menghasilkan

amplifying effect dan tidak menimbulkan efek samping apapun yang dapat

menimbulkan kemudharatan.

V.2. Saran

1. Bagi pecandu rokok, hendaknya segera berhenti merokok, jangan

mengunci pikiran dengan keyakinan tidak bisa berhenti merokok karena

pikiran semacam inilah yang membuat perokok tidak bisa berhenti

merokok. Bagi para perokok yang menjalani terapi SEFT hendaknya

melakukan dengan penuh keyakinan kepada Allah, khusyu’, ikhlas

terhadap penyakit yang sedang dideritanya, pasrah dan tetap bersyukur

kepada Allah.

74
2. Bagi kalangan medis, sebaiknya memberikan motivasi kepada pecandu

rokok yang telah mengalami berbagai penyakit akibat merokok untuk

berhenti dari kebiasaan merokok dan disarankan agar menambah ilmu

pengetahuantentang metode terapi SEFT dan metode terapi lain untuk

menghentikan kebiasaan pecandu rokok supaya dapat memberikan pilihan

terapi yang sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran yang terbaru.

3. Bagi masyarakat, khususnya kaum muslim, peran masyarakat bagi dunia

perokok sangat penting sehingga masyarakat dapat membangun nilai-nilai

di mana merokok adalah budaya tidak sehat yang bertentangan dengan

syariat Islam yang menekankan kita untuk menjaga nyawa, akal dan harta

serta bukanlah sesuatu yang dimaklumi, dengan begini akan dapat

memperlambat laju pertumbuhan rokok. Selain itu, hendaknya masyarakat

juga memberi dukungan dan motivasi kepada pecandu rokok yang sedang

menjalankan terapi SEFT agar terapi ini memberikan hasil yang efektif.

75
DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY, 1994. Rokok dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press). Hal. 1-22.
Ardini RF dan Hendriani W, 2012. Proses Berhenti Merokok Secara Mandiri Pada
Mantan Pecandu Rokok Dalam Usia Dewasa Awal. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Perkembangan.
Aula dan Ellizabet L, 2010. Stop Merokok. Jogjakarta: Garailmu.
Barber S, Adioetomo SM, Ahsan A, Setynoaluri D, 2008. Tobacco Economics in
Indonesia. Paris : International Union Againts Tuberculosis and Lung
Disease.

Carr A, 2010. Cara Mudah Berhenti Merokok. Penguin Books. Hal. 25-188.

Chotidjah S, 2012. Pengetahuan Tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan


Eksternal dan Perilaku Merokok. Makara, Sosial Humaniora. 16, 49-56.
Fikriyah S dan Febrijanto Y, 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Merokok Pada Mahasiswa Laki-Laki di Asrama Putra. Jurnal Stikes.
Hanafiah F, 2012. Berhenti Merokok Gampang-Gampang Susah. Jakarta: CV
Densueo Cipta Perkasa. Hal. 5-113.
Juanita dkk, 2012. Kebijakan Subsidi Kesehatan Bagi Keluarga Miskin Dan
Konsumsi Rokok Di Indonesia Tahun 2001 dan 2004. Jurnal Manajemen
Kesehatan. 4, 210.

Komariah L, 2011. Efektivitas Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


untuk Menurunkan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa. Jurnal Fakultas
Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

Ramdhani M, 2013. Penerapan Tekhnik Kontrol Diri Untuk Mengurangi


Konsumsi Rokok Pada Kategori Perokok Ringan. Jurnal Sains dan
Praktik Psikologi. 1, 240-254.
Rusdjijati dan Mashar, 2014. Efektifitas Metode SEFT Guna Meminimalisasi
Kebiasaan Merokok Di Kalangan Pekerja Home Industri. Seminar
Nasional IENACO. Hal. 578-584.

76
Saputra AM dan Sary NM, 2013. Konseling Model Teoritik dalam Perubahan
Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
8, 152-157.

Tanuwihardja RK, Susanto AD, 2012. Rokok Elektronik. Jurnal Department


Pulmonology dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1, 53-61.

Trigiyatno A, 2011. Fatwa Hukum Merokok dalam Perspektif MUI dan


Muhammadiyah. Jurnal Penelitian. 8, 57-76.
Yunus M, 2009. Kitab Rokok. Yogyakarta: Kutub. Hal. 1-48.
Zainuddin AF, 2001. Spiritual Emotional Freedom Technique. Jakarta: Afzan
Publishing. Hal. 1-86.
Zuhroni, 2010. Khalik dan Makhluk. Dasar dan Sumber Syariat Islam. Jakarta :
Bagian Agama Islam Universitas YARSI. Hal. 27-30.

Zuhroni, 2012. Hukum Islam Terhadap Berbagai Masalah Kedokteran dan


Kesehatan Kontemporer. Jakarta: Bagian Agama Islam Universitas
YARSI. Hal. 91.

77
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Zat-Zat yang Terkandung Dalam Rokok

(Sumber: http://www.kpai.go.id/tinjauan/menyelamatkan-anak-dari-bahaya-

rokok)

78
LAMPIRAN 2

Nicotine skin patch

Nicotine gum

Nicotine inhaler

79
LAMPIRAN 3

80
LAMPIRAN 4

Titik-Titik The Tapping

(Sumber: Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique, 2014)

81
LAMPIRAN 5

Cara Melakukan Tapping

(Sumber: Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique, 2014)

82
LAMPIRAN 6

15 Tekhnik yang Mendasari Efektifitas SEFT

1. NLP •Reframing
(Neuro-Linguistic •Anchoring
Programming) •Breaking The Pattern
2. Systemic Desensitization •Desensitization
•Finding The Historicall Roots of The Symptom
3. Psychoanalisa •To be aware of The Unawarness
•Catharsis
4. Logotherapy •The meaning of Suffering
5. EMDR (Eye Movement
Desensitization Reprocessing) •Control Your Eye, Control Your Emotion

6. Sedona Method (Releasing


•Let Go Your Pain
Technique)
7. Ericksonian Hypnosis •Mild trance to internalize Suggestive Words

8. Provocative Theraphy •Repetitive Empowering Words

9. Suggestion & Affirmation •The Movie Technique

10. Creative Visualization •Dramatized your negative thought/feeling

11. Relaxation & Meditation •Fell it, Relax, Transcend it

12. Gestalt Therapy •Experience your negative thought/feeling


•Neutralized the disruption of body's energy
13. Energy Psychology
system
•Faith, Concentration, Acceptance, Surrender,
14. Powerful Prayer
Grateful
•Our hearts speaks lauder than our words or
15. Loving-Kindness Therapy our deeds. Our loving-kindness heart can
heal our self and heal people around us

(Sumber: Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique, 2014)

83

Anda mungkin juga menyukai