Anda di halaman 1dari 24

POLRI DAERAH JAWA BARAT

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

LAPORAN KASUS

PAPIL ATROFI OCCULAR DEKSTRA SINISTRA

Diajukan guna melengkapi tugas portofolio

Disusun oleh:

Putri Nisrina Hamdan


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE 18 SEPTEMBER 2017 – 18 SEPTEMBER 2018

RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

JUDUL : PAPIL ATROFI OCCULAR DEKSTRA SINISTRA


PENYUSUN : PUTRI NISRINA HAMDAN

Bandung, Januari 2018

Menyetujui,

Pembimbing, Pendamping,

dr. Agung Santosa, SpM, MH.Kes dr. Leony Widjaja, SpKJ


AKBP NRP 65090811 NRP. 196410301992032001
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4
BAB II LAPORAN KASUS ....................................................................................5

2.1 Identitas pasien ...............................................................................................5


2.2 Anamnesis ......................................................................................................5
2.3 Pemeriksaan fisik ...........................................................................................6
2.4 Diagnosis klinis ............................................................................................13
2.5 Diagnosis banding ........................................................................................13
2.6 Diagnosis kerja .............................................................................................13
2.7 Tatalaksana...................................................................................................13
2.8 Planning .......................................................................................................13
2.9 Prognosis ......................................................................................................14
2.10 Kontrol Poliklinik Mata ...........................................................................144

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................16

3.1 Anatomi Bola Mata ......................................................................................16


3.2 Definisi .........................................................................................................17
3.3 Patofisiologi .................................................................................................21
3.4 Penyebab ......................................................................................................21
3.5 Gambaran Klinik ..........................................................................................21
3.6 Diagnosis ......................................................................................................22
3.7 Tatalaksana...................................................................................................22
3.8 Pencegahan ...................................................................................................23
3.9 Komplikasi ...................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu organ manusia yang terekspos dengan dunia
luar yang akan rentan untuk mendapatkan trauma dari luar dan tentu saja akan
mengakibatkan penyulit hingga dapat mengganggu fungsi penglihatan. Trauma
dapat berupa trauma tumpul, tembus, kimia, maupun radiasi dimana hal ini dapat
mengenai semua jaringan mata tergantung berat ringannya trauma yang terjadi.
Trauma yang terjadi selain bisa merusak jaringan mata juga bisa menyebabkan
komplikasi-komplikasi lain yang mungkin terjadi akibat adanya benda asing yang
tertinggal di dalam bola mata, baik pada konjungtiva, lensa, sklera, kornea
ataupun bagian mata lain. Kornea merupakan bagian mata yang paling sering
terkena trauma yang meninggalkan benda asing, diikuti oleh konjungtiva dan
lensa. Benda asing yang masuk ke mata dapat berupa benda logam, non logam,
benda inert, maupun benda reaktif.1,2,3
Adanya benda asing dalam mata termasuk salah satu kegawatdaruratan
medis yang perlu ditangani segera. Penanganannya perlu memperhatikan banyak
hal antara lain jenis trauma, tajam penglihatan, komplikasi yang terjadi, komposisi
dari benda asing, besar dan posisi benda, serta apakah benda asing tersebut dapat
diekstraksi tanpa menimbulkan kesulitan untuk perbaikan struktur bola mata.1

4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas pasien


Nama : Ny. K
Tanggal lahir/ usia : 12 Februari 1977/ 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Mengger Girang RT 002/008 Bandung
Status : BPJS
No. Rekam Medik : SA-185121
Tanggal masuk : 12 Februari 1977 (11.00 WIB)
DPJP : dr. Agung Santosa, SpM, MH.Kes

2.2. Anamnesis
Sumber informasi : Autoanamnesis
Keluhan utama : Nyeri dan rasa mengganjal pada mata kanan

2.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan nyeri dan rasa mengganjal pada mata kanan
sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya saat pasien melakukan
pekerjaannya yaitu sebagai tukang las, pasien merasakan sesuatu masuk ke
dalam mata kanan, saat itu pasien merasakan kelilipan dan pasien
mengucek-ucek matanya. Setelah itu, pasien tetap merasa ada yang
mengganjal, nyeri, kemerahan, dan keluar air mata pada mata kanannya
sehingga pasien langsung datang ke IGD RS Bhayangkara Sartika Asih
Bandung.

5
2.2.2 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
 Riwayat pakai kacamata : disangkal
 Riwayat trauma mata : disangkal
 Riwayat konsumsi obat-obat mata : disangkal

2.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
 Riwayat pakai kacamata : disangkal

2.3. Pemeriksaan fisik


2.3.1 Tanda-tanda vital:
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tekanan darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 98x/menit, regular, ekual, isi cukup
 Respirasi : 20x/menit, regular
 SpO2 : 99%
 Suhu : 36,80 C
 VAS :3

2.3.2 Status gizi


 Berat badan : 61 kg
 Tinggi badan : 170 cm
 BMI : 21.1
 Kesimpulan : Normoweight

6
2.3.3 Status generalis:
 Kepala : telinga, hidung, dan tenggorokan tidak ada kelainan
 Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat.
 Dada
Pemeriksaan Paru
 Inspeksi : Normochest simetris kanan dan kiri
 Palpasi : Fremitus sama kanan dan kiri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Pemeriksaan Jantung
 Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS IC V
 Perkusi : Batas kiri jantung 1 jari medial LMCS IC V, batas
kanan PSD, batas atas IC 2
 Auskultasi : Irama teratur, bunyi jantung murni, murmur (-)
 Abdomen : soepel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
Nyeri lepas (-), timpani, bising usus (+) normal, nyeri tekan supra
simfisis (-/-)
 Ekstremitas : akral hangat, pitting oedem (-/-), capillary refill time <2”

2.3.4 Pemeriksaan Khusus Mata


2.3.4.1 Pemeriksaan Subyektif
OD OS
Visus Sentralis Jauh 6/6 6/6
Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Koreksi tidak dilakukan tidak dilakukan
Refraksi tidak dilakukan tidak dilakukan

Visus Perifer
Konfrontasi test tidak dilakukan tidak dilakukan
Proyeksi sinar tidak dilakukan tidak dilakukan

7
Persepsi warna
Merah tidak dilakukan tidak dilakukan
Hijau tidak dilakukan tidak dilakukan

2.3.4.2 Pemeriksaan Obyektif


Sekitar mata
Tanda radang ` tidak ada tidak ada
Luka tidak ada tidak ada
Parut tidak ada tidak ada
Kelainan warna tidak ada tidak ada
Kelainan bentuk tidak ada tidak ada

Supercilium
Warna hitam hitam
Tumbuhnya normal normal
Kulit sawo matang sawo matang
Pasangannya dalam batas normal dalam batas normal
Geraknya dalam batas normal dalam batas normal

Pasangan Bola Mata dalam Orbita


Heteroforia tidak ada tidak ada
Strabismus tidak ada tidak ada
Pseudostrabismus tidak ada tidak ada
Exophthalmus tidak ada tidak ada
Enophthalmus tidak ada tidak ada
Anophthalmus tidak ada tidak ada

Ukuran bola mata


Mikrophthalmus tidak ada tidak ada
Makrophthalmus tidak ada tidak ada
Ptosis bulbi tidak ada tidak ada
Atrofi bulbi tidak ada tidak ada

8
Bufthalmus tidak ada tidak ada
Megalokornea tidak ada tidak ada
Mikrokornea tidak ada tidak ada

Gerakan Bola Mata


Temporal Superior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal Inferior dalam batas normal dalam batas normal
Temporal dalam batas normal dalam batas normal
Nasal Superior dalam batas normal dalam batas normal
Nasal Inferior dalam batas normal dalam batas normal

Kelopak Mata
Gerakan dalam batas normal dalam batas normal
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada

Tepi Kelopak Mata


Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemi tidak ada tidak ada
Entropion tidak ada tidak ada
Ekstropion tidak ada tidak ada

Sekitar saccus lakrimalis


Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemi tidak ada tidak ada

Sekitar Glandula lakrimalis


Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada

Tekanan Intra Okuler


Palpasi kesan normal kesan normal

9
Konjungtiva
Konjungtiva palpebra superior
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior


Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada

Konjungtiva Fornix
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis tidak ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada

Konjungtiva Bulbi
Permukaan terlihat adanya korpal rata
Oedem tidak ada tidak ada
Hiperemis ada tidak ada
Sekret tidak ada tidak ada
Injeksi Konjungtiva ada tidak ada
Injeksi Siliar tidak ada tidak ada

Subkonjungtiva
Hematom tidak ada tidak ada

Sklera
Warna putih putih
Penonjolan tidak ada tidak ada

10
Kornea
Ukuran 12 mm 12 mm
Limbus dalam batas normal dalam batas normal
Permukaan rata rata
Sensibilitas tidak dilakukan tidak dilakukan
Keratoskop tidak dilakukan tidak dlakukan
Flourescen Test tidak dilakukan tidak dlakukan
Arcus Zenilis tidak ada tidak ada

Kamera Okuli Anterior


Isi jernih jernih
Kedalaman dalam dalam

Iris
Warna coklat kehitaman coklat kehitaman
Bentuk bulat bulat
Sinekia anterior tidak ada tidak ada
Sinekia posterior tidak ada tidak ada

Pupil
Ukuran 3 mm 3 mm
Letak sentral sentral
Bentuk bulat bulat
Reaksi terhadap
 Cahaya Langsung (+) (+)
 Cahaya tak langsung (+) (+)
Konvergensi tidak dilakukan tidak dilakukan

Lensa
Kejernihan jernih jernih
Letak sentral sentral

11
Corpus vitreum
Kejernihan tidak dilakukan tidak dilakukan

Kesimpulan Pemeriksaan Mata:


OD OS
Visus sentralis jauh 6/6 6/6
Pinhole tidak dilakukan tidak dilakukan
Koreksi tidak dilakukan tidak dilakukan
Sekitar mata dalam batas normal dalam batas normal
Supercilium dalam batas normal dalam batas normal
Pasangan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Ukuran bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Gerakan bola mata dalam batas normal dalam batas normal
Kelopak mata dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar saccus lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal
Tekanan intraokuler normal normal
Konjungtiva bulbi hiperemis, korpal (+) dalam batas normal
Konjungtiva palpebra dalam batas normal dalam batas normal
Konjungtiva forniks dalam batas normal dalam batas normal
Sub konjungtiva dalam batas normal dalam batas normal
Sklera dalam batas normal dalam batas normal
Kornea dalam batas normal dalam batas normal
Camera oculi anterior dalam dalam
Iris cokelat kehitaman cokelat kehitaman
Pupil dalam batas normal dalam batas normal
Lensa jernih jernih
Corpus vitreum tidak dilakukan tidak dilakukan

12
2.3.4.3 Gambar

korpal

OD OS

2.4 Diagnosis Klinis


 Corpus alienum a/r konjungtiva bulbi dekstra

2.5 Diagnosis Banding


 Konjungtivitis
 Keratitis

2.6 Diagnosis kerja


 Corpus alienum a/r konjungtiva bulbi dekstra

2.7 Tatalaksana
 Pasien diberi penjelasan tentang prosedur tindakan.
 Posisi pasien tidur dengan kepala menghadap ke atas. Selama pengambilan
pasien diminta membuka mata terus.
 Pelaksana tindakan mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril
 Mata yang terdapat corpus alienum ditetesi pantocain 0.5%.
 Pelaksana tindakan menggunakan kaca mata lup bila diperlukan.
 Mata dirigasi dengan NaCl 0.9%
 Pengambilan corpus alienum dilakukan dengan spuit insulin/needle 25 G.
Arah pengambilan adalah dari bulbus oculi keluar (arah sentripetal).
 Setelah ekstraksi, mata diirigasi dengan NaCl 0.9%,
 Pasien diminta memberi tetes mata antibiotika gentamycin eye drops 4
gtt/hari OD

13
2.8 Edukasi
 Mengenai penyakit dan komplikasinya.
 Kontrol kembali untuk mengetahui adakah komplikasi.
 Selalu menggunakan alat pelindung saat bekerja suapaya kejadian seperti
ini tidak terulang kembali.

2.9 Prognosis
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : ad bonam
 Quo ad sanationam : ad bonam

2.10 Kontrol Poliklinik Mata


2.10.1 Jumat, 10 November 2017
Subjective (S) : rasa mengganjal di mata kanan
Objective (O) : Sensorium: Compos mentis
TD: 110/70 mmHg N: 88x/menit, R: 22x/menit, S: 370 C, VAS: 2
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), laserasi dan
ulkus pada konjungtiva bulbi dekstra

OD OS

Paru: simetris statis dan dinamis, vesikuler (+/+), Ronki (-/-)


wheezing (-/-)
Jantung: Iktus tidak terlihat, iktus teraba 1 jari medial, Medial
LMCS, bunyi jantung murni, gallop (-), Murmur (-)
Akral: hangat, capillary refill time < 2”
Assessment (A) : Laserasi konjungtiva
Planning (P) : Floxa eye drops (Ofloxacin 3 mg) 6 gtt OD
Gentamicin eye drops 1 gtt OD

14
2.10.2 Jumat, 17 November 2017
Subjective (S) : rasa mengganjal di mata kanan
Objective (O) : Sensorium: Compos mentis
TD: 110/70 mmHg N: 88x/menit, R: 22x/menit, S: 370 C, VAS: 2
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), ulkus
konjungtiva batas tegas (+)

laserasi

OD OS
Paru: simetris statis dan dinamis, vesikuler (+/+), Ronki (-/-)
wheezing (-/-)
Jantung: Iktus tidak terlihat, iktus teraba 1 jari medial, Medial
LMCS, bunyi jantung murni, gallop (-), Murmur (-)
Akral: hangat, capillary refill time < 2”
Assessment (A) : Laserasi konjungtiva
Planning (P) : Floxa eye drops (Ofloxacin 3 mg) 6 gtt OD
Sanbe tears eye drops 4 gtt OD

15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Bola Mata


Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian
anterior bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga
terdapat bentuk dengan dua kelengkungan berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga
lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian terdepannya disebut kornea,
lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam bola mata terdapat cairan aqueous
humor, lensa dan vitreous humor.4

Gambar 3.1 Anatomi Bola Mata

3.1.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan dengan
kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di limbus.4

3.1.2 Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada
mata. Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian

16
terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar
masuk ke dalam bola mata. 4

3.1.3 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan.15 Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar
pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai
tebal 550 µm di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya
sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior kornea
mempunyai lima lapisan, yaitu:4
1) Epitel
Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima lapis sel
epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.
2) Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal
dari bagian depan stroma.
3) Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma terdiri atas
lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya.
Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta
kolagen ini bercabang.
4) Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea.
5) Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, dan
tebalnya 20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam mempertahankan deturgesensi
stroma kornea.

17
3.1.4 Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: 4
1) Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai permukaan
yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang
disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya
yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan (miosis)
atau melebarkan (midriasis) pupil.
2) Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah
tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun
jauh dalam lapang pandang. Badan siliar terdiri atas zona anterior yang
berombak-ombak, pars plicata (2 mm) yang merupakan pembentuk aqueous
humor, dan zona posterior yang datar, pars plana (4 mm).
3) Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan
sklerayang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar, berfungsi
untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.

3.1.5 Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di
sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous
humor. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel
subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks
terbentuk dari lamela konsentris yang panjang.19 Lensa ditahan di tempatnya oleh
ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari
banyak fibril yang berasal dari permukaan badan siliar dan menyisip ke dalam
ekuator lensa.4

18
3.1.6 Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian
ke perifer menuju sudut bilik mata depan.4

3.1.7 Vitreous Humor


Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous humor
normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior,
serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis
vitreous mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel
pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Vitreous humor mengandung
air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat,
yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel karena kemampuannya mengikat
banyak air.4

3.1.8 Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi
luar yang berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut:4
 Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
 Fotoreseptor
Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
 Membran limitan eksterna
 Lapisan nukleus luar
Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut dan sel batang.
Keempat lapisan di atas avaskuler dan mendapat nutrisi dari kapiler koroid.
 Lapisan pleksiform luar
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis sel fotoreseptor
dengan sel bipolar dan sel horizontal.

19
 Lapisan nukleus dalam
Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller
serta didarahi oleh arteri retina sentral.
 Lapisan pleksiform dalam
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel bipolar dan sel
amakrin dengan sel ganglion.
 Lapisan sel ganglion
Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.
 Serabut saraf
Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
 Membran limitan interna
Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina dan vitreous
humor.

3.2. Definisi Corpus Alienum


Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab
terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.
Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius.
Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi
infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu
cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata
untuk kemudian mengeluarkannya.3
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu :3
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan
tidak mengganggu fungsi mata. Contoh: emas, platina, batu, kaca, dan
porselin

20
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng,
nikel, alumunium, dan tembaga.

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata pada saat terjadinya
trauma tergantung dari:3
a. Besarnya corpus alienum,
b. Kecepatan masuknya,
c. Ada atau tidaknya proses infeksi,
d. Jenis bendanya.

3.3. Patofisiologi
Benda asing di konjungtiva secara umum masuk ke kategori trauma mata
ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di konjungtiva bila benda asing
tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar.3
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan oedem pada kelopak mata,
konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi
pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan,
benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.3

3.4. Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah:3
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya

3.5. Gambaran Klinik


Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata
merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus

21
normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat
benda asing pada bola mata, fluorescein (+).3,4

3.6. Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan:4
1) Anamnesis kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita

3.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari
bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea
maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk
mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam.
Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat
dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal,
siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban.4
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di
limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik
benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang
mengandung benda asing tersebut.4
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan
dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik
dengan magnet, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat
dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan
ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua.4
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan
dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan
dengan operasi vitrektomi.4

22
3.8. Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam
bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung.3

3.9. Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan
efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral
dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi
visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai
kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa
timbul jika menembus cukup dalam.3,4
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder
seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada
media refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik.3,4

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Sasono W., Sasmito L.B., and Rochmach M. Intralenticular Foreign Body In


Penetrating Injury. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 6, No. 3, Desember
2008 : Hal. 196 – 199. Available from: http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-Lap%20Kas%20dr%20 Soni.pdf (Accessed 31 Desember 2017)
2. Willmann D., and Melanson S.W. Corneal Injury. St. Luke's University
Hospital. October 12, 2017. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459283/ #article-19989.s3
(Accessed 31 Desember 2017)
3. Bashour, M. 2008. Corneal Foreign Body. Availble from:
http://emedicine.medscape.com/article/1195581-overview (Accessed 31
Desember 2017)
4. Riordan-Eva P, Whitcher Jp. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi
17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007

24

Anda mungkin juga menyukai