Anda di halaman 1dari 11

Reduksi Perilaku Merokok Pada Lansia di Kecamatan Tawaeli Kota Palu

Ratna Devi1

1
Faculty of Medicine, Tadulako University

Abstrak

Merokok merupakan masalah internasional yang perlu secara terusmenerus diupayakan


penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan yaitu
aspek ekonomi, sosial, politik dan utamanya aspek kesehatan.Merokok masih menjadi penyebab
utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Dengan jumlah perokok di Indonesia saat ini
mencapai 57 persen penduduk atau kurang lebih 100 juta orang, artinya kini Indonesia
menduduki peringkat ke-3 dalam urutan negara yang jumlah perokoknya paling banyak. Jumlah
perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,1 miliar orang.. Sebanyak 800 juta orang
diantaranya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pengamanan rokok bagi
kesehatan telah direvisi untuk melindungi masyarakat dari bahaya kesehatan akibat merokok
dimana revisi tersebut mengharuskan penulisan jumlah kandungan tar dan nikotin dalam setiap
batang rokok. Karena itu, setiap bungkus rokok kini harus ditulis bahaya merokok terhadap
kesehatan.Misalnya, sakit jantung, paru-paru dan gangguan kehamilan. .Berdasarkan data yang
diperoleh jumlah perokok di sulawesi tengah tercatat sebanyak 940.698. orang.Untuk kota palu
tercatatjumlah perokok sebanyak 120.141. orang.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
faktor penyebab keinginan merokok pada lansia, mengetahui dampak yang terjadi pada
kesehatan lansia perokok, mengetahui persepsi tentang perilaku merokok serta menguji
efektifitas modul dalam mereduksi kebiasaan merokok lansia, Sehingga pemerintah dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan promosi kesehatan khususnya mengurangi
angka perokok aktif. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan rancangan cross sectional
study.Tehnik pengambilan sampel yaitu simple random sampling dengan 50 perokok lansia
sebagai responden.Analisis menggunakanuji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95%.hasil
tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang rokok sebelum dan sesuda konseling rokok
dengan nilai signifikansi sebesar 0.231. Sikap terkait merokok, niat berhenti merokok, dan
kebiasaan merokok terdapat perbedaan secara signifikan sebelum dan sesudah interfensi
konseling rokok dengan nilai signifikansi sebesar 0.00.
Kata Kunci:Lansia,Perilaku Merokok, Reduksi

PENDAHULUAN

Merokok merupakan masalah internasional yang perlu secara terus menerus diupayakan
penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan yaitu
aspek ekonomi, sosial, politik dan utamanya aspek kesehatan1. Merokok masih menjadi
penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Indonesia. Dengan jumlah perokok di Indonesia
saat ini mencapai 57 persen penduduk atau kurang lebih 100 juta orang, artinya kini Indonesia
menduduki peringkat ke-3 dalam urutan negara yang jumlah perokoknya paling banyak. Jumlah
perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,1 miliar orang 2,3. Sebanyak 800 juta orang
diantaranya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pengamanan rokok bagi
kesehatan telah direvisi untuk melindungi masyarakat dari bahaya kesehatan akibat merokok
dimana revisi tersebut mengharuskan penulisan jumlah kandungan tar dan nikotin dalam setiap
batang rokok. Karena itu, setiap bungkus rokok kini harus ditulis bahaya merokok terhadap
kesehatan. Misalnya, sakit jantung, paru-paru dan gangguan kehamilan4.

Merokok telah jauh berakibat negatif terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat dan
individu. Sudah sangat dipahami bahwa rokok adalah penyebab utama kematian, membunuh
setengah masa hidup perokok5,6.Asap rokok yang ada di dalam sebatang rokok berdampak buruk
yaitu mengandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun yang berbahaya pada tubuh dimana 43
diantaranya bersifat karsinogenik. Komponen utamanya adalah nikotin suatu zat berbahaya
penyebab kecanduan, tar dengan sifat karsinogenik dan karbon monoksida yang dapat
menurunkan kandungan oksigen dalam darah7.

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan


terdapat 1,25 miliar penduduk dunia adalah perokok dan dua pertiganya terdapat di negara-
negara maju, dengan sekurang-kurangnya 1 dari 4 orang dewasa adalah perokok. Prevalensi
perokok secara berturut di Amerika Serikat dan Inggris pada laki-laki adalah 25% dan 27% dan
pada wanita adalah 21% dan 25%5. Di beberapa negara Eropa didapatkan data prevalensi
merokok di Jerman 38%, Prancis 30%, Italia 29%, Swedia 18% dan di negara berkembang
didapatkan prevalensiyang lebih tinggi8.Semua ahli kesehatan termasuk World Health
Organization (WHO) telah lama menyimpulkan, bahwa secara kesehatan rokok banyak
menimbulkan dampak negatif, lebih lagi terhadap lansia yang daya tahan tubuh yang semakin
menurun dan anak-anak beserta masa depannya.

Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah
membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya
bagi kesehatan dan penyebab kematian. Bahaya bagi kesehatan antara lain dapat menyebabkan
kanker paru, kanker mulut, kanker organ lain, penyakit jantung, penyakit saluran nafas kronis,
dan kelainan kehamilan. Hasil penelitian terbaru membuktikan bahwa perilaku merokok juga
dapat menyebabkan katarak, kanker serviks, kerusakan ginjal dan periodontsitis9.

Sejumlah penelitian ilmiah dampak merokok pada kesehatan telah banyak seperti yang
dilakukan oleh Penelitian Sisay et al10 dengan judul Prevalence of Hypertension and Its
Association with Substance Use among Adults Living in Jimma Town, South West Ethiopia
merokok terdapat hubungan yang signifikan dengan terjadinya hipertensi. Pada perokok 2,02 kali
lebih mungkin untuk terjadinya hipertensi dibandingkan bukan perokok [AOR = 2,02 , 95 % CI
(1.1 -3.8). Sehingga menurut penelitian tersebut ada hubungan yang signifikan antara tingkat
keparahan hipertensi dan merokok (x2 = 12,9 , p < 0,05).

Penelitian hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pasien
yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Bangkinang berdasarkan analisis univariat,
didapatkan hubungan bermakna penderita hipertensi memiliki kebiasaan merokok = 15
batang/hari dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas
Bangkinang11.

Dalam penelitian Lewa12 hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi


sistolik terisolasi pada lansia risiko kejadian mempunyai nilai OR sebesar 2,803 dengan CI 95%
= 1,182-6,647 dan nilai p-value=0,027. Dapat disimpulkan lansia yang terpapar dengan
kebiasaan merokok akan meningkatkan risiko kejadian hipertensi sistolik terisolasi sebesar 2,80
kali lebih besar dibandingkan dengan lansia yang tidak terpapar kebiasaan meokok, dan secara
statistik bermakna (p-value=0,01). Hasil uji statistik pada penelitian Haendra et al 13 dengan judul
faktor-faktor yang berhubungan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah di Puskesmas
Telaga Murni, Cikarang Barat tahun 2012 didapat ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan merokok dengan tekanan darah (p =0,000).

Menghentikan perilaku merokok bukanlah usaha mudah, terlebih lagi bagi perokok di
Indonesia. Hasil survei yang dilakukan oleh LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok),
dari 375 responden didapatkan sebanyak 66,2% perokok pernah mencoba berhenti merokok akan
tetapi tetapi mereka gagal. Kegagalan ini ada berbagai macam; 42,9% tidak tahu caranya; 25,7%
sulit berkonsentrasi dan 2,9% terikat oleh sponsor rokok. Sementara itu, ada yang berhasil
berhenti merokok, yang disebabkan kesadaran sendiri (76%), sakit (16%), dan tuntutan profesi
(8%)14.Global Adults Tobacco Survey (GATS) merupakan standar global untuk pemantauan
sistematis penggunaan tembakau. Di Indonesia, GATS 2011 melaporkan bahwa 67,4% pria dan
4,5% wanita yang merupakan 36,1% populasi (61.400.000) menggunakan tembakau.
Penggunaan tembakau lebih menonjol di daerah pedesaan (39,1%) dibandingkan dengan daerah
perkotaan (33,0%). Diantara perokok, hanya 5,1% berencana untuk berhenti merokok bulan
depan dan 5,4% berencana berhenti merokok 12 bulan kedepan. Hampir sepertiga perokok
berencana untuk berhenti, tetapi tidak dalam 12 bulan kedepan (38,3%) atau tidak tertarik
berhenti (31,3%). Hampir seperlima (sekitar 19,9%) perokok tidak tahu kapan waktunya untuk
berhenti merokok15.

Menurut Riskesdas16 prevalensi perokok menurut provinsi terdapat 67,8% perokok di


Bali, 66,3 % di provinsi DI Yogyakarta dan 62,7% di Jawa Tengah. Untuk Provinsi Sulawesi
Tengah perokok yang merokok setiap hari berjumlah 29,7 persen. Untuk nasional prevalensi
perokok laki laki sebesar 54,1 persen sedangkan perokok saat ini di Sulawesi Tengah menurut
riskesdas 35,7 persen. Secara nasional, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari oleh
lebih dari separuh (52,3%) perokok adalah 1-10 batang. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah
perokok di Sulawesi Tengah tercatat sebanyak 940.698 orang. Untuk Kota Palu tercatat jumlah
perokok sebanyak 120.141 orang16.
Melihat dari fenomena yang terjadi di Palu masih banyak kalangan yang juga harus sadar
terhadap bahaya rokok bagi kesehatan tubuh seperti halnya di lansia dengan keadaan yang
kebanyakan kondisi kesehatan yang lemah.Berdasarkan penjelasan di atas yang merupakan
alasan untuk melakukan penelitian tentang " Reduksi Perilaku Merokok Pada Lansia di
Kecamatan Tawaeli Kota Palu".
METODE

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas tawaeli dan Pantoloan terutama
dikelurahan lambara , dan pantoloan. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan mei 2021
sampai bulan agustus 2021. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling dengan
50 perokok lansia sebagai responden.Variabel dalam penelitian ini adalah reduksi perilaku
merokok lansia dengan menggunakan buku saku dan sosialisasi. Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang di berikan oleh tim peneliti kepada responden.Analisis bivariat
pada variabel dependen dan variabel independen menggunakan ujistatistik Wilcoxon untuk
melihat ada tidaknya perubahan perilaku merokok dan perhitungan dengan tingkat signifikansi p-
value &0,05 pada tingkat kepercayaan 95%.

HASIL ANALISIS

Hasil penelitian Reduksi Perilaku Merokok Pada Lansia di Kecamatan Tawaeli Kota Palu
diperoleh data sebagai berikut

Tabel 1. Karakteristik Responden

Variable Frequency %

Jenis Kelamin
Laki-laki 23 46
Perempuan 27 54
Pendidikan Terakhir
SD 35 70
SMP 6 12
SMA 6 12
Perguruan Tinggi 3 6
Pekerjaan
PNS 3 6
TANI 29 58
URT 18 36
Status Perkawinan
49 98
Kawin 1 2
Tidak kawin
Lama Merokok (tahun)
0-10 44 88
11-20 3 6
21-30 2 4
31-40 1 2
Frekuensi Merokok (hari)
2 9 18
3 26 52
4 12 24
6 3 6
Berdasarkan table 1 diperoleh hasil kebanyakan responden berjenis kelamin perempuan
dengan jumlah 27 responden atau 54%, berpendidikan SD dengan jumlah 35 responden atau
70%, bekerja sebagai petani dengan jumlah 29 responden atau 58%, sudah kawin dengan jumlah
49 respondedn atau 98%, telah merokok selama 0-10 tahun sebanyak 44 respondedn atau 88, dan
merokok sebanyak 3 kali sehari dengan jumlah 26 responden atau 52%.

Table 2 Perbedaahan Pengetahuan, Sikap, Niat Berhenti Merokok, dan jumlah rokok yang
di konsumsi tiap hari sebelum dan sesudah di beri interfensi konseling rokok

No Variabel Mean Minimum Maximum ρ


Pre-Tingkat 9.02 1.00 10.00
Pengetahuan
Rokok
1 0.231
Post- Tingkat 9.42 7.00 10.00
Pengetahuan
Rokok
Pre-Sikap terkait 1.92 0.00 6.00
perilaku merokok
2 0.000
Post-Sikap terkait 5.16 4.00 6.00
perilaku merokok
3 Pre-Niat Berhenti 4.42 0.00 9.00 0.00
Merokok
Post-Niat berhenti 8.58 5.00 9.00
merokok
Pre-Kebiasaan 11.28 4.00 32.00
Merokok
4 0.00
Post-Kebiasaan 6.80 4.00 16.00
merokok
Berdasarkan table 2 perbedaan tingkat pengetahuan rokok, sikap terkait perilaku
merokok, niat berhenti merokok dan kebiasaan merokok sebelum dan sesudah intervensi
sosialisasi buku saku rokok diperoleh hasil tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang
rokok sebelum dan sesudah sosialisasi buku saku dengan nilai signifikans sebesar 0.231. Sikap
terkait merokok, niat berhenti merokok, dan kebiasaan merokok terdapat perbedaan secara
signifikan sebelum dan sesudah intervensi sosialisasi buku saku dengan nilai signifikansi sebesar
0.00.

PEMBAHASAN

Merokok adalah perilaku yang diasosiasikan dengan suatu urutan ritual 17. Ritual tersebut
dimulai dengan mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya, lalu salah satu ujung dibakar,
kemudian menghisap asap pembakaran tembakau tersebut melalui ujung yang tidak terbakar.
Asap yang dihisap melalui mulut disebut asap utama (mainstream smoke), sedangkan asap yang
terbentuk pada ujung rokok yang terbakar dan asap yang dihembuskan ke udara oleh perokok
disebut asap sampingan (sidestream smoke)18. Merokok adalah aktifitas membakar tembakau
kemudian menghisap asapnya menggunakan rokok maupun pipa. Definisi yang hampir sama
dikemukakan oleh Robert yang mengatakan bahwa merokok merupakan aktifitas menghirup atau
menghisap asap rokok menggunakan pipa atau rokok19. Pendapat lainnya mengenai definisi
merokok juga dikemukakan oleh Baumaister yaitu menghisap asap tembakau yang dibakar ke
dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar20.

Berdasarkan table 2 perbedaan tingkat pengetahuan rokok, sikap terkait perilaku


merokok, niat berhenti merokok dan kebiasaan merokok sebelum dan sesudah interfensi
sosialisasi buku saku diperoleh hasil tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan tentang rokok
sebelum dan sesudah sosialisasi buku saku dengan nilai signifikan sebesar 0.231. Sikap terkait
merokok, niat berhenti merokok, dan kebiasaan merokok terdapat perbedaan secara signifikan
sebelum dan sesudah intervensi sosialisasi buku saku dengan nilai signifikan sebesar 0.00.

Perilaku merokok adalah bentuk nyata yang dilakukan individu terhadap kebiasaan
merokok.Determinan perilaku merokok dapat disebabkan oleh banyak faktor baik internal dan
eksternal individu.Perilaku merokok pada karyawan di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin di
Banda Aceh merupakan suatu fenomena perilaku merokok karyawan.Strategi pengurangan
perilaku merokok karyawan dilakukan dengan upaya promosi kesehatan.Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan yang dimaksudkan untuk menganalisis perubahan perilaku
merokok pada karyawan.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Said Usman, 2018
diperoleh hasil bahwa intervensi promosi kesehatan terdiri dari pemberdayaan, dukungan sosial,
dan advokasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan secara statistik berpengaruh secara
signifikan terhadap meningkatnya perilaku merokok pada karyawan dan mengembangkan
konsep perilaku berhenti merokok. Intervensi promosi kesehatan, pengetahuan dan sikap
karyawan mempengaruhi perilaku karyawan berhenti merokok. Intervensi promosi kesehatan
melalui program konseling (perorangan, kelompok dan massa), pemberian leaflet, pemasangan
poster di dalam Rumah Sakit, dan pemasangan tanda dilarang merokok terbukti efektif
meningkatkan pengetahuan, sikap positif dan dapat mengurangi perilaku merokok karyawan.
Teruslah evaluasi, pantau dan perkuat kebijakan pelarangan merokok di Rumah Sakit, serta
peningkatan promosi kesehatan melalui pemberdayaan karyawan, membangun kemitraan,
advokasi dan partisipasi semua elemen Rumah Sakit.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperolah maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan tingkat
pengetahuan tentang rokok sebelum dan sesudah sosialisasi buku saku dengan nilai signifikan
sebesar 0.231. Sikap terkait merokok, niat berhenti merokok, dan kebiasaan merokok terdapat
perbedaan secara signifikan sebelum dan sesudah intervensi sosialisasi buku saku dengan nilai
signifikan sebesar 0.00.

SARAN
Diharapkan instansi terkait dapat melaksanakan kegiatan dalam upaya mereduksi
kebiasaan merokok pada lansia di kecamatan Tawaeli kota Palu agar kebiasaan tersebut tidak
menjadi hal yang dapat di contoh oleh generasi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Aditama, T. Y. Smoking problem in Indonesia. Med. J. Indones. 56 (2002).
doi:10.13181/mji.v11i1.52

2. Pampel, F. C. Global patterns and determinants of sex differences in smoking. Int. J.


Comp. Sociol.47, 466–487 (2006).

3. Jhanjee, S. Putting tobacco harm reduction in perspective: Is it a viable alternative? Indian


J. Med. Res.143, 25–29 (2016).

4. Achadi, A. Regulasi Pengendalian Masalah Rokok di Indonesia. Kesmas Natl. Public


Heal. J.2, 161 (2008).

5. Kinetics, M. F., Rubbers, N. R. & Transitions, T. 1–7 (2011).

6. Bergen, A. W. & Caporaso, N. Cigarette smoking. Journal of the National Cancer


Institute91, (1999).

7. Kes, M. et al. No Title.

8. Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Dengan Lama


Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas. Idea Nurs. J.4, 41–51 (2013).

9. Oktavia, F. & Martini, S. Besar Risiko Kejadian Hipertensi Berdasarkan Faktor Perilaku
Pada Tentara Nasional Indonesia (Tni). 12, 127–136 (2016).

10. Bissa, S., Mossie, A. & Gobena, T. Prevalence of Hypertension and Its Association with
Substance Use among Adults Living in Jimma. World J. Med. Med. Sci.2, 1–11 (2014).

11. Anggraini, A. D. et al. F A K T O R - F A K T O R Y A N G P E R I O D E J A N U A R


I S A M P A I J U N I 2 0 0 8 Authors : 0–41 (2009).

12. Lewa, A. F. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi. Ber. Kedokt. Masy.26,
173 (2010).

13. Haendra, F., Anggara, D. & Prayitno, N. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni ,. J. Ilm. Kesehat.5, 20–25 (2013).

14. Taylor, D. C. Culture, Health and Illness, 4th edition. By Cecil G Helman, London,
Arnold. 2000, pp328, £19.99. 0 7506 47868 (Paperback). Dev. Med. Child Neurol.44,
499–501 (2002).

15. Us, T. I. H. GATS | INDONESIA. (2011).

16. Dinas Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Diabetes Mellit. 87–90
(2013). doi:1 Desember 2013

17. Peters, M. J. & Morgan, L. C. New drugs old drugs: the pharmacotherapy of smoking
cessation. Mja176, 486–490 (2002).

18. Duhita, F.- & Rahmawati, N. I. Dampak Kesehatan Anak Pada Periode Embrio, Janin,
Bayi dan Usia Sekolah dengan Ayah Perokok. J. Kesehat. Vokasional4, 12 (2019).

19. West, R. Tobacco smoking: Health impact, prevalence, correlates and interventions.
Psychol. Heal.32, 1018–1036 (2017).

20. Baumeister, R. F. Addiction, cigarette smoking, and voluntary control of action: Do


cigarette smokers lose their free will? Addict. Behav. Reports5, 67–84 (2017).

21. USMAN, Said. Pengaruh promosi kesehatan terhadap perubahan perilaku merokok
karyawan (studi kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh). Majalah kesehatan masyarakat aceh (makma), 2018, 1.1: 1-12.

Anda mungkin juga menyukai