PENDAHULUAN
arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Semakin
suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan
Sebagai contoh jika seseorang mengalami stress yang berlanjut, maka tekanan
Menurut WHO pada tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang
setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang
terkena hipertensi. Dan sekitar 9.4 juta orang meninggal di dunia akibat
1
hipertensi dan komplikasinya. Sementara itu sekitar sepertiga dari orang
atas mengalami kenaikan, yakni dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,1%,
di tahun 2018, (Riskesdas, 2018). Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44
tahun (6,3%), umur 45-54 tahun (11,9), dan umur 55-64 tahun (17,2%),
yang masuk ke dalam aliran darah melalui hisapan rokok, yang lama -
2006).
tahun 2015 kasus hipertensi berada pada urutan ke lima, dengan jumlah kasus
2
sebanyak 39.344 kasus, sementara itu kabupaten kupang menepati posisi
kedua kasus hipertensi kategori usia 18 tahun ke atas pada tahun 2015, dengan
laporan Depkes (2006), merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
Saat ini merokok merupakan suatu pandangan yang sangat tidak asing
perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok
Indonesia pada tahun 2015, sebesar 36% atau sekitar 60 juta penduduk
3
Perokok di NTT merupakan gabungan dari rokok hisap dan rokok
kunyah yang merupakan tradisi masyarakat dari daerah NTT paling besar,
tingkat konsumsi rokok yakni sekitar 55,7 persen jauh di atas konsumsi
dibuktikan dengan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara
Timur (2017), kebiasaan merokok tembakau setiap hari pada masyarakat NTT
pada tahun 2016 sebesar 13, 89% mengalami kenaikan menjadi 16,19% pada
kasus yakni dari 11,85% pada tahun 2016 naik menjadi 14,50% di tahun 2017
bagi kesehatan. Seseorang yang merokok 10 batang atau lebih per hari,
memiliki harapan hidup rata-rata 5 tahun lebih pendek dan beresiko 20 kali
4
lebih tinggi terkena berbagai macam penyakit sepeti kanker paru, hipertensi
atau penyakit jantung dan lain-lain (The Tobacco Atlas, 2015). Kebiasaan
merokok pada seseorang dapat diukur melalui jumlah dan jenis rokok yang
dihisap, waktu / lama merokok, dan derajat merokok (Komalasari & Helmi
2015).
sebanyak 102 orang dan jumlah perempuan sebanyak 137 orang. Melalui
aktif sejak usia remaja dan 4 diantaranya saat ini menderita hipertensi dan
dengan mereka yang tidak merokok. Angka kejadian ini cukup signifikan
019”
5
1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
34,1%, dan diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar
kadar lemaknya.
provinsi di Indonesia
6
1.3 Rumusan Masalah
antara kebiasaan merokok pada laki-laki usia 35-65 tahun dengan resiko
peningkatan hipertensi.
peningkatan hipertensi.
peningkatan hipertensi.
peningkatan hipertensi.
peningkatan hipertensi.
peningkatan hipertensi.
7
1.5 Manfaat Penelitian
Agar dapat menjadi bahan acuan atau sumber tambahan bagi institusi
dan bisa digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai bahan rujukan dan
8
BAB 2
9
2.1.2 Penelitian yang dilakukan oleh Septian Emma Dwi Jatmika, Muchsin
Yogyakarta”.
cukup baik dan sebagian kecil (10%) adalah kurang baik. Sedangkan
10
2.1.3 Artikel Penelitian oleh Septian Emma Dwi Jatmika, Muchsin, dkk dari
merokok termasuk lama merokok, jumlah rokok dan jenis rokok dengan
hipertensi.
hipertensi.
11
2.2. Landasan Teoritik
yang dilakukan secara rutin dan sering, dan dianggap membawa dampak
merokok, jumlah dan jenis rokok yang dilakukan secara rutin di dalam
yang lazim, dibedakan menjadi dua cara yaitu cara yang pertama dengan
12
10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok
adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih
lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang sekecil itu
terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun
orang-orang disekitarnya.
1. Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
2. Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
13
Berdasarkan penggunaan filter, rokok terbagi menjadi dua yaitu:
(Susanna, 2016).
yaitu 2,5 mg dan kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi
14
1. Nikotin
(Tirtosastro, 2017).
2. Tar
ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan
rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Tar adalah substansi
gigi, saluran pernafasan dan paru-paru, dan organ tubuh lain seperti
15
15 mg. Walaupun rokok diberi filter, agen karsinogenik tetap bisa
pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon.
rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap per hari dengan lama
stream smoke).
16
2. Perokok pasif, yaitu seseorang yang menerima asap rokok saja,
stream smoke).
lebih dari 31 batang setiap hari dan selang waktu merokoknya lima
setiap hari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar 6-30
menit.
17
individu tentang rokok, pengalaman lama merokok ini juga menjadi
yang sudah merokok berat sekitar 5-10 tahun atau lebih. Hal ini
Konsumsi dalam waktu yang lama pun tidak merasakan efek buruk
dari konsumsi rokok tersebut. Selain itu kecanduan nikotin dalam waktu
lama juga membuat para perokok susah untuk lepas dari rokok. Namun
bagi perokok pemula yang baru mencoba merokok, mungkin akan lebih
dilakukan. Selain itu karena baru merokok individu juga masih bisa
2015).
18
2.2.2 Konsep Teori Hipertensi
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung
dan nutrisi tubuh, jika di biarkan penyakit ini dapat mengganggu fungsi
tubuh.
19
2.2.2.2 Etiologi
2015) :
a) Hipertensi Esensial
b) Hipertensi Sekunder.
lain-lain.
20
Hipertensi renal dapat berupa:
21
pembuatan klasifikasi baru pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertensi
dimana tekanan darah sistol pada kisaran 120-139 mmHg, dan tekanan
22
Tabel II.2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Hipertensi Indonesia :
23
2.2.2.4 Patofisiologi Hipertensi
vasokontriksi.
24
mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
25
Pathway Renin
Angiotensin 1
Mengentalkan
Konsentrasi Nacl di
pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler
menuju cairan ekstraseluler
Tekanan darah
26
2.2.2.5 Faktor Resiko Hipertensi
a) Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin
dan genetik.
1) Usia
2) Jenis Kelamin
27
dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
(Anggraini, 2015).
28
besar pada perempuan (8,6%) dibandingkan laki-laki (5,8%).
3) Keturunan
29
b) Faktor risiko yang dapat diubah
1) Kegemukan (obesitas)
30
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi
31
stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan
atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka
(Depkes, 2015).
darah intermintent.
3) Merokok
32
kebiasaan merokok dengan adanya atereosklerosis pada seluruh
(Depkes, 2015).
4) Konsumsi alkohol
2015).
33
5) Komsumsi Garam
(Almatsier, 2016).
34
2.2.2.6 Manifestasi Klinis
Dalam buku Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2 (2017) tanda dan
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
Adapun tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh beberapa pasien yang
b) Lemas, kelelahan,
c) Sesak nafas,
d) Gelisah,
e) Mual,
f) Muntah,
g) Kesadaran menurun.
35
2.2.2.7 Komplikasi Hipertensi
a) Stroke
otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi
darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-
dari pembuluh darah yang pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel
36
b) Penyakit Jantung
arteriosclerosis.
koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah
37
2.2.2.8 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan farmakologi
dan inhibitor ACE atau ARB, atau bloker. Diuretik dipilih untuk
38
tidak adekuat maka dapat diberikan pilihan obat dengan efektifitas
dalam hal ini termaksuk penurunan berat badan jika kelebihan berat
Bukti bahwa diet yang kaya buah dan sayuran dan dengan produk
sedikit lemak juga efektif dalam menurunkan tekanan darah, hal ini
39
d) Aktivitas fisik
2014).
merangsang denyut jantung dan tekanan darah, selain itu asap rokok
jauh lebih kuat dari pada sel darah merah (hemoglobin) untuk
40
jantung. Merokok terus-menerus dalam jangka panjang berpeluang
2014).
dapat dikarenakan komorbiditas tertentu dan faktor gaya hidup yang sering
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, salah satu faktor risiko
terjadinya hipertensi adalah merokok. Risiko ini terjadi akibat zat kimia
bersifat toksik, misalnya nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan
tekanan darah tinggi atau hipertensi. Salah satu zat toksik tersebut adalah
berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat,
41
dan kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah
Kadar zat-zat kimia rokok dalam darah secara langsung ditentukan dari
rokok per hari maka semakin berat hipertensi yang diderita seseorang (Aula,
2017). Priyoto (2015) juga menegaskan bahwa adanya rentang waktu yang
(Soeharto, 2014).
darah adalah proses inflamasi, baik pada mantan perokok maupun perokok
terjadi disfungsi dari sel endotel kerusakan pembuluh darah, dan kekakuan
hipertensi yang merupakan perokok atau mantan perokok jauh lebih banyak
42
dibandingkan yang bukan perokok. Ketiga zat tersebut akan mengakibatkan
termasuk nikotin yang ada dalam rokok. Nikotin merangsang sistem saraf
mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, jantung
akan berdenyut lebih cepat (takikardia) dan pembuluh darah akan mengalami
dan menghalangi aliran darah secara normal, sehingga tekanan darah akan
43
Kerangka Teori
Rokok
simpatis inflamasi
pada endotelium
Takikardia dan Peningkatan resistensi vaskular
vasokonstriksi perifer
Hipertensi
44
BAB 3
Keterangan:
45
BAB 4
METODE PENELITIAN
047/ RW 019.
februari 2019.
46
4.4 Populasi dan Sampel.
2014).
2014).
𝑁
𝑛 =
1+𝑁 (𝑑)2
Keterangan :
N 102
𝑛 = =
1+N (d)2 1 + 102 (0.05)2
47
102
=
1 + 102 X 0.0025)
102
=
1 + 0.255
102
=
1.255
= 81, 27
= 81 orang
yang akan diteliti, dengan kriteria inklusi sampel yang akan di ambil
adalah :
48
4.5 Kerangka Operasional
Studi Pendahuluan
Pengisian kuesioner
49
4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
peningkatan hipertensi.
50
Lama merokok: Kuesioner Interv Nilai ukur
1) < 10 tahun al Asymp. Sig (ρ
2) 10-20 tahun Value) <0,05
3) >20 tahun
(Sumber : Uji
statistic SSPS
ver. 16)
51
4.7 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
4.7.1.1 Kuesioner
alat tulis
52
b) Cara kerja : dengan melilitkan manset sepanjang 2,5 cm pada
stetoskop.
peningkatan hipertensi.
benar.
53
4.8.1 Pengolahan Data
4.8.1.1 Editing
4.8.1.2 Coding
4.8.1.3 Entry
4.8.1.4 Cleaning
sudah di masukkan.
54
4.8.2 Analisis Data
hendak di analisis.
penelitian ini analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah analisis
Sehingga akan terlihat distribusi dan presentasi dari data demografi dan
dalam tabel.
(Notoatmodjo, S. 2014).
f ×K
P=
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi
N = Jumlah Populasi
55
4.8.2.2 Analisis bivariat
analitik dengan uji chi square (x2) dengan tingkat pemaknaan ρ <
𝑥 2 = ∑(0 − 𝐸)²
Keterangan :
∑ ∶ Jumlah
56
BAB 5
HASIL PENELITIAN
memiliki satu Rumah sakit (RSUD Naibonat) dan Markas (Kodam Cendana).
antara lain; Luas Pemukiman = 461 ha, Luas Persawahan = 1241,3 ha, Luas
Perkebunan = 10 ha, Perkantoran = 500 ha, dan Luas Pekarangan = 800 ha.
penduduk sebesar 9330 jiwa, dan Jumlah kepala keluarga sebanyak 1384.
57
5.2.1 Data Umum
5.2.1.1 Usia
secara umum berada pada rentang usia 35-44 tahun dengan prosentase
sebesar 54%.
5.2.1.2 Pendidikan
58
prosentase 34%, dan hanya 4% yang berada pada tingkat pendidikan
5.2.1.3 Pekerjaan
sebesar 4%.
59
5.2.2 Data Khusus
Jumlah Rokok
2% 0%
Kurang dari 10 batang rokok = 38 org
(51%), dan hanya 2% yang merokok 21-30 batang rokok per hari, dan
tidak ada yang merokok lebih dari 31 batang rokok per hari (0%).
Jenis Rokok
22%
78%
Rokok non filter (kretek) = 63 org
60
merokok menggunakan rokok non filter, dengan prosentase sebesar
78%.
Lama Merokok
Derajat Merokok
61
e) Diagram pie V.5 Distribusi responden berdasarkan Resiko
Peningkatan Hipertensi
62
Hasil uji Chi square berdasarkan tabel V.5. menunjukkan nilai ρ
signifikan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan resiko
peningkatan hipertensi.
63
3. Tabel V.7. Hubungan Lama Merokok Pada Laki – Laki Usia 35 – 65
64
Hasil uji Chi square berdasarkan tabel V.8. menunjukkan nilai ρ
hipertensi.
65
BAB 6
PEMBAHASAN
diketahui rata-rata usia terendah responden dalam penelitian ini adalah 35 tahun
dan usia tertinggi yaitu 65 tahun, sebagian besar responden berada pada rentang
usia 35-45 tahun. Dalam penelitian Irza (2009) menyatakan bahwa risiko
hipertensi 17 kali lebih tinggi pada subyek > 40 tahun dibandingkan dengan yang
sederajat yaitu sebanyak 34%, jika lingkungan sekitar adalah bukan perokok
namun tidak ada larangan untuk merokok maka hal ini akan menimbulkan sikap
(20%) dan rata-rata sudah berkeluarga atau kawin. Lingkungan kerja dan tempat
adalah perokok hal ini bisa menjadi agen imitasi terbaik, dan jika lingkungan
sekitar adalah bukan perokok namun tidak ada larangan untuk merokok maka hal
66
Berdasarkan hasil observasi tes dengan pengukuran tekanan darah pada
responden yang merokok didapatkan data sekitar 59% yang termasuk dalam
kategori pre hipertensi (resiko peningkatan hipertensi) dan 24% sudah mengalami
tertentu dan faktor gaya hidup yang sering diremehkan. Kebiasaan merokok
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hipertensi dan sering dianggap
remeh karena dampak yang ditimbulkan oleh rokok berlangsung cukup lambat.
rokok per hari atau sebesar 51%. Menurut Sunyoto (2015) zat kimia didalam
rokok bersifat kumulatif, sehingga semakin banyak jumlah batang rokok yang
dihisap maka semakin banyak juga zat beracun yang masuk kedalam tubuh yang
dapat menyebabkan resiko timbulnya hipertensi. Berdasarkan hasil uji chi square
menunjukkan nilai ρ value sebesar 0,05 ( < 0,05 ) artinya terdapat hubungan
antara jumlah rokok dengan resiko peningkatan hipertensi. Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori Thomas yang menyatakan adanya hubungan antara jumlah
ini menghisap jenis rokok non filter (kretek), dengan jumlah prosentase sebesar
78%. Pada saat rokok diisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat
67
asap rokok, Tar adalah substansi hidrokarbon yang mengandung bahan-bahan
karsinogen yang dapat berbahaya bagi organ tubuh kita. Pengendapan ini
bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, Sedangkan bagi rokok yang
Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan nilai ρ value sebesar 0,05 (<
0,05) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara jenis rokok yang dihisap
dengan resiko peningkatan hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian Susanna
yang menyatakan bahwa kandungan nikotin dalam rokok non filter lebih besar
dari rokok filter, sehingga risiko yang ditimbulkannya akan lebih besar.
kandungan kadar nikotin pada rokok kretek melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg dan
kandungan kadar tar pada rokok kretek melebihi 20 mg yaitu 40 mg. Dengan
kandungan nikotin dan tar yag lebih besar serta tidak diserta penyaring pada
pangkat batang rokok, maka potensi masuknya nikotin dan tar ke dalam paru-paru
dari rokok non filter akan lebih besar dari pada rokok filter yang berdampak buruk
merokok lebih dari 20 tahun dengan prosentase sebesar 52%. Hal ini sesuai
dengan teori Priyoto (2015), yang menyatakan bahwa adanya rentang waktu yang
panjang dari seseorang mulai merokok hingga menderita berbagai penyakit yaitu
sekitar 20-25 tahun. Merokok secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
68
(Soeharto, 2004). Sebab rokok yang dihisap mengeluarkan asap yang
dapat merangsang denyut jantung dan tekanan darah, selain itu asap rokok
mengandung karbon monoksida (CO) yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat
dari pada sel darah merah (hemoglobin) untuk menarik atau menyerap oksigen,
Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan ρ value sebesar 0,00 (< 0,05)
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan resiko
(p=0,000 dan OR=21), artinya semakin lama memiliki kebiasaan merokok, maka
response effect, artinya semakin muda usia mulai merokok, semakin sulit untuk
merokok. Hal itu menyebabkan semakin besar pula risiko untuk menderita
hipertensi.
tergolong dalam kategori perokok sedang. Berdasarkan hasil uji chi square
menunjukkan nilai ρ value sebesar 0,00 (<0,05) artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara derajat merokok dengan resiko peningkatan hipertensi. Hasil ini
sindrom metabolik terdapat pada perokok berat dan sebagian perokok sedang
69
(indeks Brinkmann >600) (p<0,05). Hipertensi merupakan salah satu sindroma
empat komponen sub variabel diatas yakni jumlah rokok, jenis rokok, lama
merokok, dan derajat merokok, maka dapat dinyatakan bahwa rata-rata responden
rokok yang dilakukan secara rutin dianggap membawa dampak buruk bagi
kesehatan. Hal tersebut dipertegas melalui penelitian Julia (2016), bahwa terdapat
kebiasaan merokok mengaku sulit untuk berhenti, walaupun mereka tahu bahwa
merokok ini diakui, karena bagi perokok kegiatan merokok telah menjadi
kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan
kebiasaan merokok yakni diantaranya jumlah rokok, jenis rokok, lama merokok
dan derajat merokok didapatkan nilai ρ value < 0,05 artinya terdapat hubungan
70
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Jumlah rokok yang dihisap merupakan faktor resiko kejadian hipertensi
dan ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan resiko
diperoleh melalui uji chi square yang mana nilai ρ value = 0,05
(<0,05).
7.1.2 Jenis rokok yang dihisap merupakan faktor resiko kejadian hipertensi
dan ada hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan resiko
diperoleh melalui uji chi square yang mana nilai ρ value = 0,05
(<0,05).
7.1.3 Lama Merokok merupakan faktor resiko kejadian hipertensi dan ada
.7.1.4 Derajat Merokok merupakan faktor resiko kejadian hipertensi dan ada
71
di kelurahan Naibonat Rt 047 / Rw 019, diperoleh melalui uji chi
7.2 Saran
sampel yang digunakan bukan terpaku pada usia dewasa dan lansia
72
DAFTAR PUSTAKA
73