Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan masalah kesehatan dunia yang sampai saat ini belum

dapat ditemukan solusinya. Merokok merupakan kebiasaan buruk yang

berdampak pada kesehatan, karena dengan merokok dapat mengakibatkan

berbagai penyakit bahkan kematian. Kebiasaan merokok lazim ditemui dalam

kehidupan sehari-hari dan meluas di masyarakat. Menurut data WHO tahun 2013 ,

Indonesia merupakan negara ke tiga dengan jumlah perokok terbesar dunia setelah

China dan india.

Perilaku merokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat

rokok yang salah satunya adalah penyakit yang berhubungan dengan peningkatan

tekanan darah / hipertensi. Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada

dinding arteri yang terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan

sistolik, dan tekanan terendah saat jantung bersistirahat adalah tekanan diastolik.

Akibat merokok dapat menyebabkan penyakit hipertensi karena kandungan

tembakau yang ada di dalamnya dapat merusak lapisan dinding arteri.

Hipertensi sebagai salah satu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan

tekanan darah dan merupakan penyakit degeneratif saat ini menjadi salah satu

faktor penyebab kematian terbanyak di dunia,karena dari hipertensi dapat pula

berakibat pada berbagai penyakit degeneratif lainnya seperti Stroke,dan jantung.

Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang saat ini menjadi
2

penyebab kematian di masyarakat dunia dan semakin lama semakin meningkat.

Selain merokok sebagai faktor resiko yang dapat mempengaruhi terhadap

peningkatan tekanan darah adalah kebiasaan mengkonsumsi kopi yang berlebihan,

karena konsumsi kopi yang berlebihan dapat meningkatkan resiko berbagai

penyakit seperti jantung,kolesterol dan tekanan darah tinggi/hipertensi.

Kandungan kopi berupa kafein dianggap sebagi penyebab meningkatnya tekanan

darah, tetapi banyak kalangan yang belum mnengetahui dan mengganggap bahwa

minum kopi merupakan kewajiban yang harus dinikmati.

Penyakit Tidak Menular ( PTM ) seperti hipertensi pada saat ini telah

menjadi trend dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, bahkan

angka kesakitan yang semakin meningkat dan menjadi masalah kesehatan yang

tidak kunjung selesai. Penyebab utama munculnya Penyakit Tidak Menular

seperti hipertensi adalah karena gaya hidup manusia yang tidak sehat, salah

satunya adalah merokok dan konsumsi minuman kopi yang berlebihan setiap hari.

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang

berada diatas normal, atau optimalnya yaitu 120 mmHg untuk nilai sistolik dan 80

mmHg untuk nilai diastoliknya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama

dan terus menerus akan memicu terjadinya stroke, serangan jantung, gagal jantung

dan penyakit PTM lainnya.

Menurut Word Health Organization ( WHO,2011 ) menyebutkan bahwa

sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penduduk di dunia mengidap Hipertensi dan

akan terus meningkat menjadi 29,2 % pada tahun 2025. Hipertensi masih menjadi
3

masalah besar di Indonesia, menurut Kemenkes RI tahun 2013 hipertensi

menduduki peringkat pertama dari 10 besar penyakit di Indonesia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Paser

mengacu kepada Riskesdas tahun 2018 prevalensi hipertensi sebesar 41,8 % maka

diperoleh data untuk penderita hipertensi di kabupaten Paser sebanyak 16.874

jiwa, selalu meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Puskesmas Kerang untuk

angka prevalensi hipertensi sesuai Riskesdas tahun 2018 sejumlah 5.872 jiwa,

kasus hipertensi menduduki peringkat pertama dari 10 Penyakit Tidak Menular

( PTM ) lainnya di wilayah kerja Puskesmas Kerang, Kecamatan Batu Engau.

Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu faktor

yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang

tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin dan riwayat Penyakit

hipertensi dalam keluarga, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah

kurangnya olahraga, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, minuman kopi dan

natrium ( Palmer,2007 ).

Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 Kemenkes RI menyatakan bahwa

perilaku merokok penduduk usia 15 tahun ke atas masih belum terjadi penurunan,

bahkan cenderung mengalami peningkatan dari 62,9 % pada tahun 2013 dan

menjadi 66,6 % pada tahun 2018.


4

Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh,

diantaranya tar, karbon monoksida dan nikotin. Zat kimia tersebut masuk ke

dalam aliran darah dan dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan

mengakibatkan aterosklerosis dan juga hipertensi ( Nurkhalida,2003 ).

Seseorang yang merokok dua batang maka tekanan sistolik maupun

diastoliknya akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada

ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti menghisap. Sedangkan untuk

perokok yang sudah bertekanan darah tinggi maka tekanan akan berada pada level

tinggi sepanjang hari ( Sheldon, 2005 ).

Pengaruh minuman kopi terhadap terjadinya hipertensi saat ini masih

kontroversial. Kopi mempengaruhi tekanan darah karena mengandung polifenol,

kalium dan kafein. Kafein memiliki efek yang antagonis kompetitif terhadap

reseptor adenosin. Adenosin merupakan neuro modulator yang mempengaruhi

sejumlah fungsi pada susunan saraf pusat, hal ini berdampak pada vasokonstriksi

dan meningkatkan total resistensi perifer, yang akan menyebabkan tekanan darah.

Kandungan kafein pada secangkir kopi sekitar 80-125 mg ( Palmer, 2007 ).

Meningkatnya prevalensi hipertensi disebabkan oleh karena adanya

perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti hal diatas,sehingga pada akhirnya

mengubah pergeseran pola penyakit ,dari penyakit infeksi bergeser ke penyakit

kronik degeneratif yang salah satunya adalah penyakit tekanan darah tinggi atau

hipertensi.
5

Berdasarkan berbagai fenomena dan latar belakang diatas peneliti ingin

mencari atau meneliti tentang aspek yang berbeda dari penelitian ini yaitu

hubungan merokok dan konsumsi kopi dengan perubahan tekanan darah pada

pasien rawat jalan di UPTD Puskesmas Kerang tahun 2019.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data-data dan penjelasan diatas diketahui bahwa faktor resiko

yang mempengaruhi tekanan darah pada penderita hipertensi diantaranya adalah

merokok dan konsumsi minuman kopi, sehingga peneliti ingin membuktikannya

dengan cara melakukan penelitian kembali tentang hubungan merokok dan

konsumsi minuman kopi dengan perubahan tekanan darah pada pasien rawat jalan

di UPTD Puskesmas Kerang - Kecamatan Batu Engau. Pada penelitian ini penulis

akan merumuskan apakah ada hubungan antara merokok dan konsumsi minuman

kopi dengan perubahan tekanan darah pada pasien rawat jalan di UPTD

Puskesmas Kerang.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka tujuan secara umum pada

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi atau mengetahui adanya hubungan

merokok dan konsumsi kopi dengan perubahan tekanan darah pada pasien rawat

jalan di UPTD Puskesmas Kerang.


6

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasikan karakteristik subjek atau responden yang

merokok seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,pendidikan, berat

badan dan tinggi badan dengan tekanan darah.

2. Mengidentifikasikan pola konsumsi minuman kopi seperti

frekuensi,banyaknya dan waktu lamanya konsumsi dengan perubahan

tekanan darah

3. Mengidentifikasikan pola merokok seperti jenis rokok,lamanya dan

banyaknya konsumsi dengan perubahan tekanan darah pada pasien

rawat jalan di UPTD Puskesmas Kerang

4. Menganalisa hubungan merokok dan konsumsi kopi dengan tekanan

darah pada pasien rawat jalan di UPTD Puskesmas Kerang

1.4. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan di

dunia keperawatan, tentang bagaimana hubungan merokok dengan tekanan darah

dan bagaimana hubungan konsumsi minuman kopi dengan perubahan tekanan

darah pada pasien rawat jalan di UPTD Puskesmas Kerang. Selain itu secara

teoritis akan menambah wawasan yang lebih mendalam tentang pengetahuan

hipertensi,faktor-faktor resiko yang mempengaruhi dan bagaimana memodifikasi

faktor-faktor resiko yang ada untuk memenejemen hipertensi agar tidak menjadi

penyakit PTM yang berkomplikasi.


7

Dari segi praktisi, penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan

para pembaca pada umumnya, untuk dapat mengimplementasikan secara langsung

di tempat kerjanya masing-masing. Tidak lepas dari tugas sehari-hari bahwa

seorang perawat adalah sebagai edukator dan konselor kepada para pasien yang

ada di wilayah kerjanya, maka dari itu dapat secara langsung memberikan

pendidikan kesehatan dan konseling terkait perilaku hidup sehat dalam rangka

mencegah penyakit hipertensi dan mengelola penyakit hipertensi yang sudah ada

agar dapat dikendalikan.

1.5. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarwendah ( 2014 ),

tentang hubungan gaya hidup dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Klinik Penyakit Dalam RSI Siti Khadijah Palembang, hasil penelitian menyatakan

bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada pasien

hipertensi ( p-value =0,013 ).

Hasil penelitian juga dilakukan oleh Firmansyah ( 2016 ), tentang

hubungan gaya hidup dengan pasien hipertensi di Puskesmas pembina Palembang,

hasil penelitian diperoleh variabel yang berhubungan dengan hipertensi adalah

perilaku merokok ( p-value = 0,014 ) dan kebiasaan minum kopi di dapatkan nilai

( p.value= 0,020 ), hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dan minum kopi.


8

Berdasarkan data di atas penulis ingin membuktikan kembali ditempat

kerja yang berbeda untuk melakukan penelitian ulang tentang hubungan merokok

dan konsumsi kopi dengan perubahan tekanan darah pada pasien rawat jalan di

UPTD Puskesmas Kerang, Kecamatan Batu Engau Tahun 2019, karena penelitian

ini belum pernah dilakukan sebelumnya di wilayah kerja Puskesmas Kerang

Kecamatan Batu Engau.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Konsep Tekanan Darah

2.1.1.1 Pengertian

Peredaran darah dalam tubuh terjadi karena adanya organ jantung yang

memompa darah melalui kontraksi dan relaksasi. Ketika jantung berkontraksi,

dihasilkan gelombang tekanan pembuluh darah yang dapat dirasakan dengan

mudah pada tangan bagian atas dengan menggunakan alat pengukur tekanan

darah. Tekanan darah merupakan desakan darah terhadap dinding-dinding

pembuluh darah arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke seluruh

tubuh. Ada dua macam tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan

darah diastolik ( Hull.1996; Soeharto 2004 ). Tekanan darah sistolik dihasilkan

pada puncak kontraksi, dimana darah menekan dinding arteri saat jantung

berkontraksi memompa darah, sedangkan tekanan darah diastolik dihasilkan

ketika jantung berelaksasi yaitu saat jantung relaks dan darah mengalir ke dalam

jantung, oleh karena itru tekanan darah di gambarkan dengan rasio dari tekanan

sistolik terhadap tekanan diastolik, ( Soeharto, 2004 ).

Mengukur tekanan darah secara benar sangatlah penting untuk

mendiagnosis adanya hipertensi dan mengevaluasi respon pengobatan anti

hipertensi. Alat pengukur tekanan darah atau spigmomanometer ada 3 jenis yaitu
10

air raksa, jenis aneroid dan jenis digital. Pengukur yang paling ideal adalah

menggunakan air raksa, namun penggunaannya harus benar. Pengukur tekanan

darah jenis aneroid atau digital dapat digunakan apabila kurang terampil dalam

menggunakan spigmomanometer jenis air raksa, namun harus sering dikaliberasi (

Department of Health, Sosial seviceand public Safety 2012 ).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah; ruang

pemeriksaan nyaman, dilakukan sebanyak 3 kali dan dihitung nilai reratanya.

Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong dan hindari minum kopi, alkohol,

rokok dalam 30 menit sebelum dilakukan pemeriksaan, karena hal tersebut akan

mempengaruhi tekanan darah. Duduk dengan tenang selama 5 menit sebelum

pemeriksaan dan jangan bicara saat pemeriksaan serta tenangkan pikiran, jangan

tegangdan stres, karena akan meningkatkan tekanan darah. Seseorang dikatakan

memiliki tekanan darah tinggi / hipertensi jika tekanan darahnya melebihi

140/90mmHg melalui 3 kali pengukuran tekanan dengan jarak pengukuran

pertama ke pengukuran berikutnya masing-masing satu minggu ( Kaplan, 1999,

diacu dalam Yuniati 2007; Depkes 2007 ). Tekanan darah yang selalu tinggi

adalah salah satu faktor risiko untuk terjadinya stroke, serangan jantung, gagal

jantung dan aneurisme arterial dan merupakan penyebab utama gagal jantung

kronis ( Susilo & Ari 2011 ).

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu

gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi

yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya. Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh gelap ( Silent


11

Killer ),karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai gejala-gejalanya

terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani,dkk,2004:12 ).

Menurut Adnil Basha ( 2004 : 1 ) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang

mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas ).

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah menjadi naik dan bertahan

pada tekanan tersebut meskipun sudah rileks ( Iman Soeharto,2002 : 50 ).Menurut

Allison Hull ( 1996 : 9 ) hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan

hampir tidak konstan pada arteri,tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika

memompa darah.

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah

suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang ≥ 140 mmHg untuk tekanan darah

sistoliknya dan atau ≥ 90 mmHg untuk tekanan darah diastoliknya (Depkes,2006).

Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner

dan gangguan pembuluh darah otak yang dikenal dengan istilah stroke,bila

tekanan darah semakin tinggi maka angka harapan hidup akan semakin menurun (

Wardoyo,1996 : 26 ).

Hipertensi umumnya mulai pada usia muda,sekitar 5-10% ditemukan

kasus hipertensi pada usia 20-30 tahun.Bagi pasien yang berusia 40-70

tahun,setiap peningkatan tekanan darah sistolik 20 mmHg dan atau tekanan darah

diastolik 10 mmHg dapat meningkatkan risiko oenyakit kardiovaskuler 2 kali lipat

( Kusmana,2009 ).
12

Dari defenisi-defenisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi

adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh

darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

2.1.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua,yaitu

hipertensi essensial / hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi

essensial / hipertensi primer adalah jenis hipertensi yang penyebabnya masih

belum diketahui. Sekitar 90-95% penderita hipertensi menderita jenis hipertensi

ini. Oleh karena itu Penelitian dan pengobatan lebih ditujukan bagi penderita

hipertensi essensial ini ( Depkes, 2006 ). Faktor yang dapat menjadi penyebab

hipertensi primer antara lain ( Askes,2011 ) :

Tekanan darah tidak terdeteksi ( diastolik ˂ 90 mmHg,dan sistolik ˃ 105

mmHg ), adanya peningkatan kolesterol darah, kebiasaan merokok dan minuman

beralkohol,konsumsi kopi, berat badan yang berlebihan ( kegemukan / obesitas ),

kurangnya aktifitas fisik / olah raga, gagal ginjal, faktor genetik/keturunan dan

usia.

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui,dan ada sekitar 5-10 % dari seluruh penderita hipertensi masuk dalam

kategori hipertensi jenis ini. Penyebab hipertensi sekunder antara lain

( Kertohoesodo,1987 ) : sebab hormonal, kelainan pada ginjal, endokrin dan

kekakuan aorta,adanya perubahan pada organ jantung dan pembuluh darah yang
13

menyebabkan meningkatnya tekanan darah serta feokromositoma, yaitu tumor

pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epineprin ( adrenalin ) atau

norepineprin ( noradrenalin ).

Klasifikasi hipertensi dapat dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan

diastoliknya dalam satuan millimeter merkuri ( mmHg ).The Seventh of Joint

National Committee on Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High

Blood Pressure ( JNC 7 ) mengategorikan tekanan darah orang dewasa menjadi

empat kelompok yaitu normal, pre hipertensi, hipertensi tingkat I dan hipertensi

tingkat II.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa usia diatas 18 ke atas
berdasarkan JNC 7 tahun 2003

Klasifikasi Tekanan darah Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

( mmHg ) ( mmHg )

Normal ˂ 120 ˂ 80
Pre Hipertensi 120-139 80 -89
Hipertensi Tingkat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi tingkat II ≥ 160 ≥ 100

Sumber : ( USA Department of Health and Human Service 2003 )

Menurut WHO ( Word Health Organization ) batas normal tekanan darah

adalah 120-140 mmHg untuk Sitolik dan 80-90 mmHg untuk diastolik. Dan

seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darah sistolik nya ˃ 140

mmHg dan tekanan darah diastoliknya ˃ 90 mmHg.


14

Peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peningkatan tekanan

diastolik disebut hipertensi sistolik terisolasi (isolated systolic hypertension).

Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanjut,jika keadaan ini

dijumpai pada masa dewasa muda lebih banyak dihubungkan dengan sirkulasi

hiperkinetik dan diramalkan dikemudian hari tekanan diastoliknya juga ikut

meningkat. Batasan ini untuk individu dewasa diatas usia 18 tahun,tidak dalam

keadaan sakit mendadak. Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih

kunjungan yang berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih

pengukuran setiap kunjungan,misal diastoliknya 90 mmHg atau lebih,atau

sistoliknya 140 mmHg atau lebih (Robin dan Kumar,1995:454).

Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi sistolik

dan hipertensi diastolik (Smith,Tom,1986:7). Hipertensi sistolik adalah jantung

berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.Tekanan

sistolik ini berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung

berkontraksi ( denyut jantung ). Hal ini adalah tekanan maksimum dalam arteri

pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai

tekanan atas yang nilainya lebih besar.

2.1.1.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak hanya disebabkan oleh satu

faktor saja,bahkan pada hipertensi primer/Essensial belum diketahui penyebab

pastinya,hanya diketahui hal-hal yang berperan dalam meningkatkan tekanan

darah.Faktor-faktor yang diduga dapat meningkatkan tekanan darah dibagi


15

menjadi dua, yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat

dimodifikasi.

1.3.1 Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

1.3.1.1 Usia

Adanya hubungan yang positif antara usia dengan frekuensi

hipertensi,dimana prevalensi meningkat sesuai dengan bertambahnya

usia (Bullock 1996).Resiko terkena hipertensi tinggi pada saat

memasuki masa pra lansia dan dengan bertambahnya usia, maka resiko

terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi

di kalangan usia lanjut cukup timggi, yaitu sekitar 40% dengan kasus

kematian paling banyak pada usia 65 tahun ke atas. Tingginya angka

hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia disebabkan oleh

perubahan struktur pada pembuluh darah besar,yang menyebabkan

penyempitan lumen dan kekakuan dinding pembuluh darah dan

mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik (Kamso

2000; Depkes 2007).

1.3.1.2 Jenis Kelamin

Faktor Gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana

diduga laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung dapat

meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita (WHO

2001). Setelah menopause, prevalensi hipertensi pada wanita lebih

tinggi dibanding kan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor


16

hormonal ( Bullock 1996). Wanita yang belum menopause dilindungi

oleh hormon estrogen yang berfungsi sebagai sistem imun dan

berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein

( HDL ).Kadar HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya aterosklerosis.

1.3.1.3 Genetik/Keturunan

Faktor keturunan berperan dalam perkembangan hipertensi,yang

tentunya juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lainnya.

Pengaruh faktor keturunan pada hipertensi berkaitan dengan

sensitivitas terhadap garam yang dapat mempengaruhi fungsi

ginjal,sistem saraf simpatik,dan lain-lain( Lutf & Weinberger 1997).

Jika Kedua orang tua memiliki hipertensi primer,maka kecenderungan

hipertensi pada anaknya adalah satu dari dua anak.Jika salah satu dari

orang tua adalah hipertensi,maka kecenderungan hipertensi pada

anaknya adalah satu dari tiga anak. Sedangkan pada orang tua yang

normotensi,kecenderungan hipertensi pada anaknya adalah satu dari 20

anak ( Bullock 1996).Hal ini sejalan dengan pernyataan Depkes RI

(2006), bahwa meskipun tidak setiap penderita hipertensi didapat dari

garis keturunan,namun seseorang akan memiliki potensi untuk

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita

hipertensi,terutama hipertensi primer(essensial).Bila kedua orang

tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan menurun kepada

anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya adalah penderita


17

hipertensi makan sekitar 30% akan diturunkan kepada anak

keturunannya.

1.3.2 Faktor yang dapat dimodifikasi

1.3.2.1 Merokok

Merokok meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen

untuk disuplai ke otot-oto jantung,oleh karena itu merokok merupakan

salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi dan penyakit

kardiovaskuler ( Bullock 1996). Merokok pada penderita hipertensi

akan meningkatkan resiko kerusakan pada pembuluh darah arteri

(Depkes RI 2006). Nikotin dan gas monoksida adalah dua zat penting

dalam asap rokok yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskuler.Asap

rokok mengandung sekitar 0,5 sampai dengan 3 persen nikotin,dan jika

dihisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar antara 40-50

mg/ml.Nikotin dalam rokok akan melepaskan zat cathecolamins yang

dapat meningkatkan tekanan darah dan zat lainnya yang dapat

mengganggu jantung,membuat irama jantung tidak

teratur,mempercepat aliran darah,menimbulkan kerusakan pada

pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah.Sedang kan

CO memiliki,kemampuan yang lebih kuat daripada sel darah merah

dalam menarik atau menyerap oksigen,sehingga menurunkan kapasitas

darah untuk membawa oksigen ke jaringan-jaaringan termasuk ke

jantung( Soeharto 2000).


18

1.3.2.2 Kegemukan ( Obesitas )

Tubuh manusia terdiri atas berbagai komponen yaitu

tulang,otot,berbagai organ,cairan tubuh dan lemak yang kesemuanya

itu akan menghasilkan berat badan.Secara Normal beberapa komponen

akan mengalami perubahan seiring dengan pertumbuhan

tubuh,perkembangan reproduksi,latihan fisik,maupun akibat proses

penuaan.Penambahan berat badan bisa diakibatkan dari perubahan

faktor-faktor tersebut terutama penumpukan lemak yang tersimpan

dalam sel lemak.Obesitas dapat disebabkan karena sel lemak

mengalami hipertropi,hiperplasi ataupun keduanya.

Pada semua golongan umur maupun etnis,kelebihan berat badan

adalah faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah.Indek Massa

Tubuh (IMT) 25-29 Kg/m² mempunyai risiko 70% lebih besar terkena

hipertensi.Joint National Commitee (1977) menunjukan bahwa Indeks

Massa Tubuh (IMT) diatas 27 berhubungan dengan peningkatan

tekanan darah.Lingkar Perut > 34 inci ( 86cm) pada laki-laki dan 39

inci ( 99cm ) pada perempuan diikuti dengan peningkatan risiko

hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lain (Myers2004).

Menurut penelitian Wildman et al.(2005) yang dilakukan di

China,Menyebutkan bahwa tekanan darah baik sistolik maupun

diastolik akan meningkat seiring dengan pertambahan IMT dan lingkar

Pinggang. Sedangkan Penelitian Nowson et al.(2005) menyebutkan

bahwa dengan Dietary Approaches to Stop Hypertension ( DASH)


19

yang dimodifikasi disertai olah raga dengan intensitas sedang >30

menit setiap hari,akan dicapai penurunan berat badan 5 Kg dalam

waktu tiga bulan dengan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5

mmHg dan tekanan diastolik 4 mmHg bila dibanding dengan diet

rendah lemak yang biasa dilakukan.

1.3.2.3 Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik memiliki konsep yang lebih luas dari olah raga dan

dapat didefinisikan sebagai pergerakan tubuh atau otot yang dapat

meningkatkan pengeluaran energi atau tenaga. Aktifitas Fisik

berpengaruh langsung terhadap tekanan darah karena latihan fisik

dapat mempengaruhi tekanan darah dengan menormalkan proses-

proses tubuh lainnya ( Hull 1996 ).

Latihan aerobik dengan intensitas ringan sampai

sedang,sepertijalan atau berenang secara teratur sekitar 30 -45 menit

selam 3-4 kali dalam seminggu dapat menurunkan tekanan darah

sekitar 4-8 mmHg dan menurunkan risiko kematian akibat jantung

koroner sebesar 30% dibanding dengan individu yang sedentary. Hal

inidi duga karena latihan fisik mengakibatkan penurunan tekanan

darah dan meningkatkan HDL kolesterol ( Chalmers et al.1999 ).


20

1.3.2.4 Kebiasaan Minum Kopi

Kopi sering disebut sebagai salah satu faktor yang dapat

menyebabkan hipertensi. Kopi mengandung kafein yang merupakan

stimulan ringan yang dapat mengatasi kelelahan,meningkatkan

konsentrasi dan menggembirakan suasana hati. Kopi merupakan

sumber kafein terbesar,konsumsi kopi yang terlalu banyak akan

membuat jantung berdetak lebih cepat dan tekanan darah meningkat.

Kafein bukan zat gizi tetapi secara nyata menyebabkan naiknya

tekanan darah dalam waktu singkat untuk kemudian kembali normal.

Mengkonsumsi kopi pada penderita hipertensi akan membahayakan

karena akan meningkatkan risiko terjadinya stroke dan meningkatkan

ekskresi kalsium yang akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.

Kafein dikatakan sebagai penyebab berbagai penyakit khususnya

hipertensi,tetapi masih banyak dikalangan dewasa tidak mengetahui

hal tersebut bahkan walaupun mereka sudah mengetahui mereka tetap

mengkonsumsi. Konsumsi kopi juga diproyeksikan meningkat 0,4 %

pertahun , ditahun 2010 yaoti 6,9 % juta ton. Kafein di dalam tubuh

manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin

yang berasal dari reseptor adinosa di dalam sel saraf yang

mengakibatkan peningkatan tekanan darah,pengaruh dari konsumsi

kafein dirasakan dalam waktu 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam.
21

2.1.2. Konsep Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat

mempengaruhi tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah di

beberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan,dalam keadaan ini

dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke organ-organ

tubuh dengan jumlah yang tetap,untuk itu jantung harus memompa darah lebih

kuat,sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat ( Wardoyo,1996 ; 28 ).

Rokok mengandung ribuan zat kimia berbahaya bagi kesehatan

tubuh,diantaranya yaitu tar,nikotin dan karbon monoksida.Zat kimia tersebut

masuk ke dalam aliran darahdan dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah

arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi ( Nurkhalida,2003 ).

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatkan tekanan darah,

rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh

darah di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang

setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-15 mmHg dan menambah detak

jantung 5-20 kali permenit ( Mangku Sitepoe,1997;29 ). Dengan menghisap

sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan

darah,hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung di dalamnya.

Menurut WHO pada tahun 2013, Indonesia berada diurutan ketigaa

dengan jumlah perokok terbesar di dunia,setelah China dan India. Prevalensi

perokok usia diatas 15 tahun di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 44,1% dan
22

diperkirakan mencapai 190.260 jiwa meninggal dunia akibat penyakit terkait

rokok.

Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan,dampak

asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif ( Active Smoker ),tetapi juga bagi

peroko pasif ( Pasive Smoker ). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif

tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan

oleh perokok aktif ( Ruli A,Mustafa,2005;3 ).Bila sebatang rokok dihabiskan

dalam sepuluh kali hisapan maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20

batang ( 1 bungkus ) per hari maka akan mengalami 70.000 kali isapan asap

rokok.

Dari hasil Sussenas ( Survei Sosial Ekonomi Nasional ) tahun 2001

menyatakan bahwa 54 % penduduk laki-laki merupakan perokok dan ganya 1,2 %

perempuan yang merokok,menurut Edward D Frohlich,seorang pria dewasa akan

mempunyai peluang lebih besar yakni satu diantara lima untuk mengidap

hipertensi ( Lanny Sutrani,2004;25 ).

Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat yang terkandung

didalamnya,yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,sehingga arteri lebih

rentan terjadi penumpukan plak sehingga menyebabkan aterosklerosis.CO

menggantikan tempat oksigen di hemoglobin,mengganggu pelepasan oksigen,dan

mempercepat aterosklerosis.Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan

darah,mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit

( penggumpalan ) ke dinding pembuluh darah.Nikotin,CO dan bahan lainnya


23

dalam rokok terbukti merusak dinding pembuluh darah endotel,mempermudah

penggumpalan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah

perifer(Sianturi,2003;12 ).

2.1.3. Konsep Konsumsi Kopi

Konsumsi kopi merupakan kebiasaan atau perilaku yang dapat

menimbulkan ketagihan/adiksi. Komponen utama dalam biji kopi adalah kafein

dan caffeol. Kopi mengandung Kafein yang merupakan zat perangsang syaraf

yang sangat penting, sementara caffeol merupakan zat pembentuk cita rasa dan

aroma. Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid yang dapat dijumpai secara

alami dalam daun, biji atau buah. Berbagai tanaman seperti kopi, daun teh, biji

cokelat yang digunakan untuk produk cokelat dan buah cola yang digunakan

untuk produk minuman ringan ( Soft drink ). Selain itu kafein juga ada pada

tanaman guarana yang disebut guaranina dan pada tanaman mate yang disebut

mateina ( Panggabean, 2011 ).

Kopi merupakan biji-bijian dari jenis pohon coffea yang termasuk dalam

famili Rubiaceae. Ada 4 jenis kopi yang terkenal di Indonesia yaitu kopi

arabica,kopi liberika,kopi robusta dan kopi excelsa. Kopi arabika menguasai 70%

di pasaran dunia karena memiliki kualitas yang tinggi dan beraroma

harum,sedangkan kopi robusta cebderung berasa asam dan pahit serta kandungan

kafein yang lebih tinggi 2-3 kali lipat dari kopi arabika.

Kandungan kafein setiap jenis kopi berbeda-beda, kadar kafein rata-rata

pada jenis kopi arabika adalah 1,2 % -1,5 % dan pada jenis kopi robusta 2,2%-4%.
24

Kafein mempunyai rasa yang pahit, namun kafein sendiri hanya menyumbang cita

rasa pahit sebanyak 10%. Kafein bekerja sebagai perangsang saraf pusat,jantung

dan pernafasan serta bersifat diuretik ringan. Kafein berbentuk serbuk putih yang

mengandung gugus methil dengan rumus kimia C8H10N4O2 ( Panggabean,

2011).

2.3.1 Efek Kafein

Menurut Australian Drug Foundation ( ADF ) 2011, Pengaruh setiap obat

termasuk kafein bervariasi setiap individu. Kafein mempengaruhi seseorang dapat

ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu ukuran tubuh, berat badan, status

kesehatan, faktor genetik dan jumlah yang dikonsumsi. Efek yang dirasakan

seseorang yang mengkonsumsi kafein secara teratur akan berbeda dengan yang

hanya sesekali mengkonsumsi. Pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan

dalam waktu 5-30menit dan bertahan hanya 12 jam. Kafein membutuhkan waktu

5-30 menit untuk beredar di dalam tubuh setelah dikonsumsi. Efeknya akan

berlanjut dalam darah selama 12 jam.Konsumsi satu atau dua cangkir kopi dalam

sehari dapat membuat seseorang merasa lebih terjaga dan waspada untuk

sementara waktu (ADF, 2011 ). Konsentrasi kafein dalam darah mencapai

puncaknya pada 30-120 menit setelah dikonsumsi dan meningkat hingga 75% dari

nilai maksimal dalam waktu 15 menit ( Nurminen et al. 1999; Weinberg &

Bonnie, 2010 ).
25

Food and Drug Administration ( FDA ) dan American Medical

Assosiation(AMA), menyatakan bahwa asupan moderat kafein diakui sebagai

asupan yang aman. Berikut Klasifikasi asupan kafein ( Kovacs B, 2011 ) :

1. Asupan rendah sampai moderat 130 mg-300 mg per hari

2. Asupan moderat 200 mg – 300 mg per hari

3. Dosis Tinggi ( lebih kurang atau sama dengan 400 mg per hari )

4. Konsumsi yang berbahaya : 6000 mg per hari

Penggunaan obat apapun termasuk kafein membawa beberapa risiko

bahkan dapat menghasilkan efek samping yang tidak diinginkan.

Konsumsi kafein yang berlebihan tidak hanya berdampak jangka pendek

tetapi juga dampak jangka panjang yang dapat mengganggu kesehatan.

Efek jangka pendek kafein adalah merasa lebih waspada, aktif, buang air

kecil lebih sering dan meningkatkan denyut jantung dan stimulasi sistem

saraf di otak. Penggunaan secara berlebihan dapat berdampak serius

seperti osteoporosis, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, insomnia

parah, infertilitas, depresi, gelisah, tremor otot dan menyebabkan kematian

( ADF, 2011 ).

2.1.4 Kerangka Teori / Kerangka Pemikiran

Dari penjabaran pada telaah pustaka diatas maka penulis dapat

menjelaskan bahwa hubungan merokok dan konsumsi kopi dengan perubahan


26

tekanan darah pada pasien rawat jalan di UPTD Puskesmas Kerang dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut :

Gaya Hidup/Perilaku

Yang tidak dapat di Yang dapat Dimodifikasi :


modifikasi : * Konsumsi Natrium
*.Usia/Umur * Aktifitas Fisik
* Jenis Kelamin * Minum alkohol
* Genetik/ Keturunan * Obesitas
* Stress

Karakteristik Responden : Tekanan darah :


 Umur/Usia  Normal
 Jenis Kelamin  Pre Hipertensi
 Pendidikan  Hipertensi stage I
 Pekerjaan  Hipertensi stage II

Pola Konsumsi Kopi : Pola Merokok :

 Jenis Kopi  Jenis Rokok


 Jumlah Minum Kopi  Lamanya Merokok
 Frekuensi  Banyaknya Merokok
C. Kerangka
LamanyaKonsep
Konsumsi

Ket :

: Variabel yang diteliti

Variabel yang Tidak diteliti


27

2.1.5 Kerangka Konsep

Merokok

Tekanan darah

Konsumsi Kopi

Dari Kerangka Konsep diatas bahwa penulis dapat menjelaskan bahwa

merokok dan konsumsi kopi dapat mempengaruhi tekanan darah.

2.1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan sementara dari peneliti tentang hubungan

antar variabel yang diteliti. Pada pernyataan berupa hipotesis umumnya masih

bersifat abstrak, karena belum dapat tergambar apa yang akan diukur , kriteria apa

yang digunakan dan bagaimana mengukurnya, alat ukurnya apa dan skala

pengyukurannya apa. Berikut adalah hipotesis sementara dari peneliti :

1. Ada Hubungan antara merokok dengan perubahan tekanan darah pada

pasien Rawat Jalan di UPTD Puskesmas Kerang.

2. Ada Hubungan antara konsumsi kopi dengan perubahan tekanan darah

pada Pasien rawat jalan di UPTD Puskesmas Kerang.


28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang

mungkin timbul selama proses penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian

observasional dengan menggunakan desain penelitian analitik cross sectional.

Desain analitik Cross sectional adalah suatu metode penelitian yang

digunakan untuk mencari hubungan antara dua variable yang diteliti pada

suatu kelompok sampel, dimana variabel independen dan variabel dependen

diidentifikasikan pada satu satuan waktu. Peneliti ingin membuktikan apakah

ada hubungan antara merokok dan konsumsi kopi dengan perubahan tekanan

darah pada pasien rawat jalan di UPTD Puskesmas Kerang.

Keuntungan Menggunakan desain cross sectional adalah :

1. Waktu penelitian yang lebih singkat

2. Biaya lebih murah dibandingkan dengan penelitian kohort

3. Resiko drop out sampel lebih kecil karena penelitian berlangsung dalam

waktu relatif singkat

4. Dapat digunakan untuk meneliti banyak variabel sekaligus


29

Sedangkan kelemahan desain ini adalah :

1. Tidak dapat menentukan hubungan variabel independen dan dependen

berdasarkan perjalanan waktu

2. Tidak efektif digunakan sebagai desain pada penelitian kasus yang jarang

terjadi,memerlukan jumlah sampel yang cukup banyak terutama jika

variabel yang diteliti banyak.

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas keseluruhan subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, ( Sugiono,

2010), dalam Kasmiatun ( 2012 ). Populasi merupakan seluruh obyek atau

subyek yang dipelajari saja tetapi dibatasi oleh karakteristik atau sifat

yang dimiliki subyek atau obyek tersebut (Hidayat, 2009). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan dewasa ( 18-59 Th ) yang

masuk dalam kriteria dan berobat di Puskesmas Kerang dalam tahun

2019 atau jumlah pasien rata-rata perbulan yang berobat di unit rawat jalan

Puskesmas kerang tahun 2019.

2. Sampel

Sampel merupakan unit yang lebih kecil lagi dari sekelompok individu

yang merupakan bagian dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung


30

mengumpulkan data atau melakukan pengamatan / pengukuran. Menurut

Sugiono ( 2008 ) ukuran yang layak dalam penelitian antara 30 sampai 500

sampel, adapun cara pengambilan sampel adalah dengan menggunakan

rumus Slovin dengan pertimbangan adanya kemudahan akses untuk

mendapatkan responden, dengan rumus Slovin berikut :

N
n꞊
N.d²+1

Keterangan:

N : jumlah seluruh populasi

n : jumlah sampel

d² : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

(Notoatmodjo, 2010) = 84 Sampel

3. Teknik Sampling

Sampling adalah cara atau teknik yang digunakan peneliti dalam

mengambil atau menentukan sampel dari populasinya, dalam penelitian ini

sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dimana peneliti

menetapkan sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

yang dikenal. Seseorang dapat dijadikan sampel karena peneliti

menganggap bahawa orang tersebut memiliki informasi yang dapat

digunakan dalam penelitiannya. Seorang anggota populasi lebih

berpeluang terpilih menjadi sampel karena beberapa hal seperti : lebih

dahulu berkunjung ke Puskesmas / Rumah sakit, lebih dahulu ditemukan,


31

kebetulan bertemu dengan peneliti atau kriteria yang dimilikinya. Pada

penelitian ini,diambil pada rata-rata pasien perbulan rawat jalan dewasa

( 18-59 Th ) di UPTD Puskesmas Kerang tahun 2019.

a. Karakteristik inklusi

Karakteristik inklusi adalah karakteristik umum setiap penelitian dari

suatu populasi suatu target dan terjangkau untuk diteliti atau

karakteristik sampel yang layak diteliti (Nursalam, 2003). Adapun

kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah :

1) Pasien rawat jalan yang ada di UPTD Puskesmas Kerang.

2) Pasien pada rentang usia dewasa yaitu umur 18 – 59 tahun.

3) Semua yang perokok dan mengkonsumsi kopi

4) Bersedia menjadi responden

b. Karakteristik eksklusi

Karakterisik eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek

memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikut sertakan dalam

penelitian misalnya yang tidak berkunjung pada saat dilakukan

pengumpulan data, atau pasien rawat jalan dengan umur diatas 59

tahun dan pasien yang tidak merokok atau tidak minum kopi,atau

pasien yang tidak kooperatif atau menolak untuk dijadikan subjek.


32

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di unit rawat jalan UPTD Puskesmas Kerang

Kecamatan Batu Engau Kabupaten Paser. Penelitian ini dilakukan sampai

dengan jumlah sampel terpenuhi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan direncanakan pada bulan Januari s/d Bulan Maret

2020, di UPTD Puskesmas Kerang Kecamatan Batu Engau Kab. Paser.

3.4 Definisi Operasional dan Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

sebagai sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2011 ). Mendefinisikan

variabel secara operasional bertujuan untuk membuat variabel menjadi lebih

konkrit dan dapat diukur.

Tabel 3.4.1
N Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala
o ukur
1 Tekanan Merupakan desakan Tensi meter - Pre Hipertensi: 0 Nominal
Darah darah terhadap dinding- digital - Hipertensi : 1 Ordinal
dinding pembuluh
darah arteri ketika
darah tersebut di pompa
dari jantung ke seluruh
tubuh, yang diukur
dengan menggunakan
tensi meter digital.
2 Umur Umur yang dimaksud Quisioner - 18 – 30 Th : 1 Ordinal
dalam penelitian ini - 31 – 45 Th : 2
adalah umur responden - 46 – 59 Th : 3
dalam tahun sesuai
tanggal kelahiran.
33

3 Jenis Yang dimaksud dalam Quesioner - Laki-laki : 1 Nominal


Kelamin penelitian ini adalah - Perempuan: 2
jenis kelamin
responden, ditentukan
secara biologis dan
anatomisnya yaitu laki-
laki dan perempuan
Laki-laki adalah
individu yang mampu
memproduksi sperma
sedangkan perempuan
adalah individu yang
memproduksi sel
telur,bisa hamil dan
menyusui.
4 Pekerjaan Yang di maksud dalam Quesioner - PNS : 1 Nominal
penelitian ini adalah - Swasta : 2
pekerjaan responden - Petani : 3
sehari-hari yang - Karyawan : 4
dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan
keluarganya.
5 Pendidikan Pendidikan yang Quesioner - Dasar : 1 Nominal
dimaksud dalam - Menengah : 2
penelitian ini adalah - Tinggi : 3
jenjang pendidikan
formal responden
baik laki-laki maupun
perempuan,yang
pernah ditempuhnya
hingga memperoleh
ijazah.
6 Kebiasaan Perilaku atau kebiasaan Quesioner - Perokok Ringan Ordinal
Merokok responden menghisap :0
rokok dan atau pernah - Perokok Sedang
menghisap pertama :1
kalinya sampai - Perokok Berat :
berhenti, atau orang 2
yang pernah merokok - Jenis Rokok : 3
sekurang-kurang 100 - Lama
batang dalam hidupnya merokok : 4
di sebut perokok aktif
7 Konsumsi Yang dimaksud dalam Quesioner - Mengkonsumsi Nominal
Kopi penelitian ini adalah :1
suatu perilaku - Tidak
responden/kebiasaan mengkonsumsi
34

responden dalam :0
meminum kopi - Jenis Kopi : 2
- Frekuensi : 3
- Jumlah : 4
- Lama
Konsumsi : 5

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat atau cara yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Instrumen yang dipilih

haruslah yang sesuai dengan macam dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan. Suatu instrumen penelitian yang baik harus memenuhi beberapa

syarat pokok yakni mudah, cepat dan tepat sehingga dapat terjamin

kesahihannya (valid) dalam arti sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

serta dapat dipercaya (reliable) dalam arti apabila instrumen tersebut

dipergunakan berulang-ulang maka hasil yang diperoleh tetap sama (Azwar,

2003).

Jenis instrumen yang dapat dipergunakan pada ilmu keperawatan dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yang meliputi instrument fisiologis

seperti alat ukur yang terstandar seperti timbangan dan alat ukur tensi meter,

observasi, wawancara dan kuesioner . Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang diberikan kepada responden untuk

mengukur variabel penelitian dengan menggunakan skala likert.


35

1. Bagian A

Data Demografi :

 Jenis kelamin.

 Usia.

 Tingkat Pendidikan

 Pekerjaan

2. Bagian B

Kuesioner untuk variable perilaku merokok yang terdiri diri dari 5 butir

pertanyaan seperti jenis rokok yang dihisap, Berapa lama merokok,

barapa banyak rokok yang dihisap, menggunakan cigaret atau filter.

3. Bagian C

Kuesioner untuk variabel perilaku minum kopi terdiri dari 4 butir

pertanyaan yang meliputi jenis kopi,frekuensi minum kopi,waktu

lamanya minum kopi dan jumlah minum kopi dalam sehari.

3.6 Uji Validitas dan Realibilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Agar dapat

diperoleh hasil pengukuran yang mendekati normal, maka sebaiknya

jumlah responden yang diuji minimal 30 sampel. Quisioner SGRQ

merupakan standar internasional yang digunakan untuk mengukur kualitas


36

hidup pada penderita saluran nafas. Dari hasil uji kuisioner SGRQ

menghasilkan nilai r hitung lebih besar dari 0,3 di setiap item

pertanyaan,dari hasil tersebut dinyatakan bahwa kuisioner SGRQ valid

dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Kemudian dilakukan

perhitungan kolerasi antara masing-masing pertanyaan dengan total

menggunakan uji Koefisien Korelasi Biserial dengan rumus sebagai

berikut :

Keterangan:

rbis (i) = Koefisien korelasi biserial

Mp = mean skor dari subjek yang menjawab benar.

Mt = mean skor total

St = standar deviasi skor total semua responden

p = proporsi jawaban yang benar

q = proporsi jawaban yang salah

keputusan uji:

bila r hitung ≥ konstanta 0,6 artinya pernyataan valid

bila r hitung < konstanta 0,6 artinya pernyataan tidak valid ( Riyanto,

2011)
37

Adapun uji validitas untuk kuesioner tentang perilaku merokok dan

minum kopi adalah dengan menggunakan uji Koefisien Korelasi Biserial

dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

rbis (i) = Koefisien korelasi biserial

Mp = mean skor dari subjek yang menjawab benar.

Mt = mean skor total

St = standar deviasi skor total semua responden

p = proporsi jawaban yang benar

q = proporsi jawaban yang salah

keputusan uji:

bila r hitung ≥ konstanta 0,6 artinya pernyataan valid

bila r hitung < konstanta 0,6 artinya pernyataan tidak valid (Riyanto, 2011)

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Handoko, 2009). Suatu

alat ukur yang reliabel akan menunjukan nilai yang hasilnya relatif sama

atau tetap walaupun instrumen tersebut digunakan 2 kali atau lebih.

Instrumen yang mempunyai nilai reliabilitas atau r mendekati nilai satu


38

mempunyai reliabilitas yang tinggi. Uji reliabilitas menggunakan KR-20

(Kuder Richardson) dengan rumus

( n ) s 2− pq
r11= ( )
n−1 s
2

keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan.

p= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.

q= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1-p )

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q. n = banyaknya item.

s = standar devisi dari tes (standar devisi adalah akar varians).

3.7 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan selama masa penelitian pada pasien rawat

jalan dengan kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012).

Data yang terkumpul diolah atau dilakukan analisis setelah kuesioner diisi

lengkap.Analisa data bertujuan mengubah data menjadi informasi. Kegiatan

dalam pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing yaitu meneliti kembali apakah isian dalam lembar kuesioner sudah

lengkap diisi, editing dilakukan ditempat pengumpulan data, sehingga jika

ada kekurangan data dapat segera diinformasikan pada responden. Dengan

demikian diharapkan akan diperoleh data yang valid dan reliabel dan

dapat dipertanggung jawabkan, yang perlu dicek adalah:


39

a. Di penuhi atau tidaknya instruksi sampling

b. Dapat di baca atau tidaknya data yang masuk

c. Kelengkapan pengisian

d. Keserasian

e. Apakah isi jawaban dapat di pahami

Ada 5 cara yang di lakukan saat editing yaitu:

a. Lengkap yaitu semua pertanyaan yang sudah di isi jawabanya.

b. Jelas yaitu jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca

c. Relevan yaitu jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan.

d. Konsisten yaitu apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawabannya konsisten.

2. Coding

Coding merupakan langkah memberikan kode pada masing masing

jawaban untuk memudahkan pengolahan data. Sebagai contoh jenis

kelamin 1 laki-laki, 2 perempuan.Usia 1= 18 – 30 tahun, 2= 31 - 45 tahun

dan 3 = 46-59 Tahun.

3. Entry

Entry data yaitu memasukan data kedalam kategori tertentu untuk

dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan program komputer.

Pada saat memasukkan data peneliti harus tetap teliti karena jika salah

dalam memasukan data, maka hasil yang didapatkan tidak sesuai.


40

4. Tabulating

Tabulating yaitu mengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian

kemudian dimasukan dalam tabel yang sudah disiapkan.

5. Cleaning

Cleaning yaitu mengecek kembali data yang sudah di entry apakah data

ada kesalahan atau tidak, kemudian membuang data yang sudah tidak

dipakai.

3.8 Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mendiskripsikan dan

menginterprestasikan data yang telah diolah baik pengolahannya secara

manual maupun menggunakan bantuan komputer. Dari hasil penelitian yang

telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, untuk membuktikan hipotesis-

hipotesis peneliti yang telah dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara

umum dari penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisa suatu hasil penelitian

terhadap hasil pengolahan data dapat berbentuk sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel. Tujuan analisis ini adalah untuk menjelaskan

atau mendiskripsikan karakteristik, masing-masing variabel yang diteliti

(Notoadmodjo, 2010).
41

Analisis univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil

pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah

menjadi informasi yang berguna. Analisa Univariat di lakukan terhadap

tiap-tiap variable yaitu perilaku merokok dan konsumsi kopi. Untuk

melakukan analisa data secara univariat di gunakan distribusi frekuensi

dengan ukuran presentase atau proporsi. Rumus untuk mendapatkan

persentase yang di cari adalah dengan menggunakan rumus berikut,

(Arikunto, 2010).

F
Rumus: P= × 100 %
n

Keterangan

P= Persentase yang di cari

F= Frekuensi sample untuk setiap pertanyaan

N= Jumlah keseluruhan sampel

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau kolerasi (Notoatmodjo, 2010).Analisis

bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen, dalam penelitian ini adalah hubungan merokok

dan konsumsi kopi dengan perubahan tekanan darah pada pasien rawat

jalan di UPTD Puskesmas Kerang.

Analisa bivariat di lakukan terhadap dua variabel yang di duga

berhubungan atau berkolerasi. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui


42

hubungan merokok dan konsumsi kopi dengan perubahan tekanan darah

pada pasien rawat jalan di UPTD Puskesmas Kerang.

Uji yang di gunakan adalah Uji Chi Square,dimana uji ini digunakan

untuk menguji beda proporsi ( data nominal ) dari dua kejadian pada

analisis bivariat. Adapun rumus yang di gunakan adalah sebagai berikut :

X
2
=¿ ¿

Keterangan:

X2= Nilai Akhir (kai kuadrat)

= Jumlah

o= Observasi

E= Ekspetasi yang di harapkan

Jika nilai harapan ( expected value ) < 5 pada lebih dari 20 % jumlah

sel atau datanya 2x2 maka uji alternatif yang digunakan adalah uji Fisher

exact dan jika datanya adalah 2x3 maka uji yang digunakan adalah

kolmogorov smirnov.

3.9 Etika Penelitian

Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan

dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan publikasi

hasil penelitian. Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah penelitian ada

empat prinsip yang harus dipegang teguh (Milton, 1999 dalam Notoatmodjo,

2012), yakni :

1. Menghormati Harkat dan Martabat manusia (Respect for Human dignity)


43

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian melakukan penelitian

tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada

subyek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi

(berpartisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan

martabat subyek penelitian, peneliti mempersiapkan formulir persetujuan

subyek (informed concent) yang mencakup :

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan.

c. Penjelasan manfaat yang didapatkan.

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subyek berkaitan dengan prosedur penelitian.

e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri sebagai obyek

penelitian kapan saja.

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi

yang diberikan oleh responden.

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subyek Penelitian (Respect For

Privacy and Confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang

berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.

Oleh sebab itu peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai


44

identitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti cukup menggunakan

coding sebagai pengganti identitas responden

3. Keadilan dan Inklusifitas atau Keterbukaan (Respect For justice an

Inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa

semua subyek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang

sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis dan sebagainya.

4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian Yang Ditimbulkan (Balancing

Harms and Benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya, dan subyek penelitian pada khususnya.

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan

bagi subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat

mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres, maupun

kematian subyek penelitian.

3.10 Jalannya Penelitian


45

Penelitian ini di laksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap

pengumpulan data dan tahap analisa data.

1. Tahap persiapan

Peneliti mempersiapkan dengan melakukan pengajuan judul

penelitian kepada pembimbing I dan II hingga judul disetujui oleh

pembimbing. Setelah itu,kemudian membuat proposal penelitian dari bab I

sd bab III, setelah semua isi proposal di acc pembimbing kemudian

diajukan untuk di seminarkan dalam ujian proposal. Tahap selanjutnya di

lakukan dengan membuat skripsi (Bab I, II, III, IV dan V) dan

mendapatkan bimbingan dari pembimbing I dan II. Pada studi

pendahuluan peneliti mengajukan surat permohonan kepada bagian

akademik untuk mendapatkan surat penelitian di wilayah kerja Puskesmas

Kerang Kecamatan Batu Engau Kabupaten Paser. Setelah lulus uji etik,

kemudian Skripsi tersebut diseminarkan jika telah mendapatkan

persetujuan dari pembimbing I dan II. Selama mempersiapkan skripsi

peneliti juga mempersiapkan perizinan dari puskesmas dan pasien sebagai

responden penelitian.

2. Tahap pengumpulan data

Setelah itu, peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada

Kepala Puskesmas Kerang. Kemudian peneliti dengan cara memberikan

informasi atau penjelasan dan informed consent kepada seluruh responden.

Setelah itu, peneliti mengumpulkan data dengan suatu alat ukur

pengumpulan bderupa kuisioner dan observasi langsung. Data yang


46

digunakan oleh peneliti berupa data pasien rawat jalan yang diperoleh dari

kuesioner, peneliti menggunakan sampel 40 orang pasien rawat jalan

Puskesmas Kerang, penelitian ini merupakan penelitian survey dengan

desain penelitian cross sectional, pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling.

3. Tahap analisa data

Setelah data terkumpul semua dari responden kemudian peneliti

melakukan pengecekan ulang terhadap data-data yang didapatkan dalam

kegiatan analisa data. Setelah data dilihat layak untuk diikutsertakan

dalam kegiatan analisa data, tahap berikutnya adalah melakukan

pemberian coding dan scoring kemudian data dikategorikan sesuai dengan

menggunakan jasa bantuan program sofware komputer, sehingga

didapatkan nilai hubungan atau asosiasi dari data tersebut. Pada tahap

analisis univariat dapat mendeskripsikan data pada variabel dalam bentuk

distribusi frekuuensi meliputi rata-rata,standar deviasi,minimum,

maksimum. Pada tahap ini yang dianalisis adalah umur,jenis kelamin,

pekerjaan, pendidikan, riwayat keluarga,kebiasaan merokok dan kebiasaan

minum kopi. Pada tahap analisis bivariat adalah tahapan untuk melihat

hubungan antara dua variabel yaitu :

1. Hubungan antara merokok dengan tekanan darah

2. Hubungan antara mengkonsumsi kopi dengan tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai