Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MINUM KOPI


DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MARGADADI

Disusun sebagai Syarat untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Skripsi pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Oleh :
ERIC NURFAUZI
R. 20. 01. 018

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2024

STIKes Indramayu
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu kelainan terhadap sistem sirkulasi darah

yang mengakibatkan seseorang mengalami tekanan darah di atas nilai normal

yaitu 140/90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Hipertensi telah menjadi penyakit yang

mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara berkembang salah

satunya Indonesia (Kemenkes RI, 2018).

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami

peningkatan darah di atas normal yang di tunjukan oleh angka systolic (bagian

atas) dan angka diastolic (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah

menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa sphygmomanometer

ataupun alat digital lainnya.

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan,

berat badan, tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80

mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai

angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah

menurun saat tidur dan meningkat di waktu beraktivitas. (Irawan, 2016)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2021,

terkait prevalensi hipertensi secara global prevalensi hipertensi yaitu sebesar 22%

dari total penduduk dunia, sedangkan untuk prevalensi hipertensi berdasarkan

wilayah WHO, wilayah Afrika merupakan wilayah dengan prevalensi hipertensi

STIKes Indramayu
tertinggi dengan presentase sebesar 27% kemudian diikuti oleh Mediterania

Timur dengan prevalensi hipertensi sebesar 26% dan Asia Tenggara ada di urutan

ketiga dengan presentase sebesar 25%) (WHO, 2021).

Hasil data dari Riset Kesehatan Dasar 2018, menunjukan jumlah kasus

hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 jiwa dengan angka kematian akibat

hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hasil ini menunjukan bahwa Hipertensi

terjadi pada lansia di Indonesia sebanyak 66,3% (Riskesdas, 2018). Hasil data

Dinas Kesehatan Jawa Barat 2021, menunjukan jumlah kasus penderita hipertensi

tahun 2021 sebesar 4.607.116 jiwa terkena penyakit hipertensi (Dinkes Jawa

Barat, 2021), dan data lansia dengan hipertensi di kabupaten Indramayu tahun

2023 sebanyak 27.051 jiwa dan terdapat 3 puskesmas dengan prevelensi penderita

hipertensi tertinggi yakni Puskesmas Karangampel dengan jumlah 1.969 jiwa,

Puskesmas Margadadi sebanyak 1.364 jiwa, Puskesmas Balongan sebanyak 1.202

jiwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah lansia dengan hipertensi

peringkat 3 besar pada tahun 2023 adalah di Puskesmas Karangampel, Margadadi,

dan Balongan. (Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2023).

Faktor penyebab hipertensi sendiri seperti genetik, ras, stres, usia, jenis

kelamin, alkohol, merokok dan gaya hidup. Gaya hidup tidak sehat misalnya

kebiasaan masyarakat terutama lansia yaitu kebiasaan konsumsi kopi berkafein.

Kopi merupakan salah satu minuman yang digemari masyarakat berbagai negara

termasuk Indonesia dengan rata-rata pengkonsumsi pada masyarakat lansia. Kopi

telah menjadi fokus perhatian utama karena tingkat konsumsinya yang telah

STIKes Indramayu
mengglobal dan dampaknya terhadap kesehatan terutama pada usia >60 yang rutin

mengkonsumsi kopi. (Grosso, et. Al, 2017).

Menurut Sheps sebagaimana dikutip oleh Septian, dkk. (2018 :

117) kafein dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Namun, kafein tidak

memiliki jangka panjang terhadap tekanan darah dan menyarankan

untuk tidak mengkonsumsi kafein tidak lebih dari dua cangkir dalam

sehari. Dimana beberapa penelitian lain juga berpendapat kafein bisa

memblokir hormon yang berfungsi menjaga arteri tetap lebar, serta dapat

membuat adrenalin meningkat sehingga tekanan darah ikut naik.(Dai et al.,

2021), (Etrawati et al., 2021).

Kopi sering disebut sebagai zat addictive yang mengandung beberapa

senyawa, yaitu polifenol, kalium, dan kafein. Kopi dapat mempengaruhi tekanan

darah karena kandungan polifenol, kalium dan kafein. Polifenol dan kalium

bersifat menurunkan tekanan darah, sedangkan kafein bersfiat meningkatkan

tekanan darah. Kafein mempunyai efek langsung pada medula adrenal untuk

mengeluarkan epinefrin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung meningkat

dan terjadi peningkatan tekanan sistol dan tekanan diastol. Namun, berbagai hasil

studi epidemiologi mengenai efek konsumsi kopi terhadap tekanan darah tidak

konsisten, beberapa menunjukkan hubungan yang positif, ada yang mengatakan

tidak ada hubungannya, bahkan beberapa menunjukkan ada hubungan terbalik.

Hal ini dapat diduga karena kandungan polifenol terutama chlorogenic acid

(CGA) pada kopi yang digunakan sebagai antioksidan yang dapat menurunkan

toksik radikal bebas dalam tubuh.

STIKes Indramayu
Berdasarkan hasil penelitian Warni (2020) menyatakan bahwa adanya

hubungan mengkonsumsi kopi dengan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mullo (2019) mengkonsumsi kopi

tidak terbukti memiliki hubungan terhadap peningkatan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi salah satunya adalah kebiasaan

minum kopi. Maka peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

tentang hubungan antara kebiasaan konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 29 februari

2024 kepada 10 responden yang mempunyai penyakit hipertensi di wilayah kerja

puskesmas margadadi,didapatkan tujuh responden menyukai kopi hitam dan tiga

responden tidak suka meminum kopi,rata rata responden yang suka meminum

kopi setiap hari pagi,siang dan malam hari lebih dari satu cangkir gelas. dari hasil

pemeriksaan tekanan darah yang tinngi dengan nilai >150/90 mmHg

Menurut uraian di atas,yang meminum kopi harus tahu aturan dan

anjuran meninum kopi,boleh meminum kopi tapi jangan terlalu sering,dan harus

memiliki pengetahuan penyakit hipertensi.

Dari latar belakang di atas, penelitian tertarik untuk meneliti

tentang”hubungan antar kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi pada

lansia”

STIKes Indramayu
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah belum diketahui hubungan

antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi. Sehingga pertanyaan

penelitiannya adalah “Apakah ada hubungan antara kebiasaan minum kopi

dengan kejadian hipertensi pada lansia?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan

minum kopi dengan kejadian hipertensi pada lansia.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kebiasaan minum kopi

b. Mengetahui gambaran kejadian hipertensi

c. Mengetahui hubungan antara minum kopi dengan kejadian

hipertensi pada lansia

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi, sehingga

dapat memberikan pelayanan yang optimal untuk mencegah penyebab dari

hipertensi.

STIKes Indramayu
2. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

menambah pengetahuan tentang kebiasaan minum kopi dengan kejadian

hipertensi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar bagi peneliti

selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentang hipertensi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

metode deskriptif analitik untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan minum

kopi dengan kejadian hipertensi. Populasi dalam penelitian ini yaitu Masyarakat

lansia yang terpilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Metode sampling

pada penelitian ini menggunakan random sampling. Instrument penelitian ini

menggunakan lembar kuesioner yang telah di uji validitas. Alat pengumpulan data

menggunakan lembar observasi. Metode analisis data terdiri dari analisa univariat,

dan analisa bivariat menggunakan uji pearson chi-square.

STIKes Indramayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Definsi

Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan

suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai dengan

jaringan tubuh yang membutuhkan. Seseorang dikatakan hipertensi bila memiliki

tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg

(Hastuti, 2022).

Hipertensi merupakan suatu kelainan terhadap sistem sirkulasi darah

yang mengakibatkan seseorang mengalami tekanan darah di atas nilai normal

yaitu 140/90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit

dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Hipertensi telah menjadi penyakit yang

mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara berkembang salah

satunya Indonesia (Kemenkes RI, 2018).

Seseorang dapat dikatakan hipertensi apabila tekanan darah melebihi

batas normal yaitu 140 mmHg untuk sistol dan 90 mmHg untuk diastol yang

dilakukan sebanyak dua kali pemeriksaan dalam selang waktu 5 menit, serta

dalam kondisi yang rileks. Tekanan darah sistolik merupakan kondisi ketika

jantung berkontaksi/berdetak memompa darah. sedangkan tekanan darah diastol

merupakan kondisi di mana jantung sedang rileksasi (Sari, 2017)

STIKes Indramayu
2. Klasifikasi

Tabel 2.1

Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Commite on Prevention,

Detection, Evaluatiuon, and Treatment of High Blood Pressure)

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80

Pre hipertensi 120-139 80-89

Stadium I 140-159 90-99

Stadium II ≥160 ≥100

3. Etiologi

Menurut Triyanto (2014) hipertensi ternyata tidak saja diakibatkan oleh

tekanan darah yang abnormal namun diikuti dengan penyakit lainnya. Adapun

penyebab hipertensi terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Hipertensi esensial atau primer

Hipertensi primer tidak diketahui penyebabnya namun diduga bahwa

munculnya hipertensi ini berkaitan dengan peningkatan tekanan darah dari waktu

ke waktu, yang mempengaruhi perubahan pada jantung dan pembuluh darrah

STIKes Indramayu
lainnya. Onset pada hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada

hipertensi primer tidak ditemukan adanya penyakit aldosterone, renovaskuler dan

gagal ginjal. Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab

timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor

intake alkohol moderat, lingkungan, setres dan demografi.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui pada kelainnan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid

(hipertiroid), penyakit kelenjar adrnal (hiperaldosteronisme). Golongan terbesar

pada penderita hipertensi adalah esensial, maka penyelidikan dan pengobatan

banyak ditunjukan ke penderita hipertensi esensial.

4. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiostensin II dari angiostensin I oleh Angiostensin I Converting Enzyme

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.

Darah mengandung angiostensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh

hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiostensin I. oleh

ACE yang terdapat di paru-paru, angiostensin I diubah manjadi angiostensin II.

Angiostensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama (Prayitnaningsih et al., 2021).

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH)

dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja

STIKes Indramayu
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Meningkatnya ADH,

sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga

menjadi pekat dan tinggi osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan

ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan

meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron

dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki

peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,

aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya

dari tubulus ginjal (Sylvestris, 2014; Prayitnaningsih et al., 2021).

Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial

merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah

fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator

hormon, latihan vaskuler, volume sirkulasi 10 darah, kaliber vaskuler, viskositas

darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis

hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik,

asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan

gejala hipertensi (Yogiantoro, 2006; Prayitnaningsih et al., 2021).

STIKes Indramayu
5. Manifestasi Klinis

Menurut Hastuti (2022), tanda dan gejala hipertensi antara lain :

a. Sakit kepala

b. Jantung berdebar-debar

c. Sesak napas setelah aktivitas berat

d. Mudah lelah

e. Penglihatan kabur

f. Wajah memerah

g. Hidung berdarah

h. Sering buang air kecil, terutama malam hari

i. Telinga berdenging (tinnitus)

j. Dunia terasa berputar (vertigo)

k. Tengkuk terasa berat

l. Sulit tidur

m. Cepat marah

n. Mata berkunang-kunang dan pusing

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Seseorang yang

menderita hipertensi akan mengalami penderitaan yang lebih berat lagi jika

semakin banyak faktor resiko yang menyertai. Para ahli membagi dua kelompok

faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat diubah

dan faktor resiko yang dapat diubah (Andayani et al., 2021).

STIKes Indramayu
a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Umur

Kejadian penderita hipertensi cenderung meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Jenis hipertensi yang banyak dijumpai pada kelompok lansia

adalah isolated hypertension, merupakan tekanan darah sistolik yang terukur

biasanya meningkat lebih dari 140 mmHg, sementara tekanan darah diastolik

kurang dari 90 mmHg. Pada umumnya hipertensi menyerang pria pada usia diatas

31 tahun dan perempuan pada usia diatas 45 tahun.

2) Jenis kelamin

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki dari pada

perempuan. Hal ini kemungkinan terjadi karena laki-laki banyak memiliki faktor

pendorong terjadinya hipertensi, seperti stress, kelelahan, dan pola makan tidak

sehat. Adpun hipertensi pada perempuan peningkatan resiko sehingga terjadi

setelah masa menopose.

3) Riwayat keluarga

Hipertensi merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua

kita yang menderita hipertensi, sepanjang hidup kita memiliki resiko terkena

hipertensi sebesar 25%, jika kedua orang tua kita menderita hipertensi,

kemungkinan kita terkena penyakit hipertensi sebesar 60%.

STIKes Indramayu
4) Ras

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada

yang berkulit putih. Sampai ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun

pada orang berkulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan

sensitivitas terhadap vasopressin lebih besar.

b. Faktor resiko yang dapat diubah

Menurut Andayani et al., (2021) ada beberapa faktor resiko yang dapat

diubah diantaranya yaitu :

1) Kegemukan atau Obesitas

Obesitas merupakan faktor resiko lain yang turut menentukan

keparahan hipertensi. Semakin besar masa tubuh seseorang, semakin banyak

darah yang dibutuhkan untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke otot dan jaringan

lain. Obesitas meningkatkan jumlah panjangnya pembuluh darah yang seharusnya

mampu menempuh jarak lebih jauh. Peningkatan resitensi ini menyebabkan

tekanan darah menjadi lebih tinggi.

2) Kebiasaan Merokok dan Konsumsi kopi

Merokok adalah salah satu penyebab kematian dan kesakitan yang

paling bisa dicegah, karena zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran tembakau

yang berbahaya bagi sel darah san sel tubuh lainnya, seperti jantung, paru-paru,

pembuluh darah, mata dan organ reproduksi , bahkan organ pencernaan. Selain

merokok mengkonsumsi kopi juga dapat terjadi hipertensi karena kafein bisa

STIKes Indramayu
memblokir hormon yang berfungsi menjaga arteri tetap lebar, serta dapat

membuat adrenalin meningkat sehingga tekanan darah ikut naik.

3) Kurang Aktivitas Fisik atau Olahraga

Aktivitas fisik adalah pergerakan otot anggota tubuh yang

membutuhkan energi atau pergerakan yang bermanfaat untuk meningkatkan

kesehatan. Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, khususnya

organ jantung dan paru-paru. Aktivitas fisik dapat menyehatkan pembuluh darah

dan mencegah terjadinya hipertensi.

4) Konsumsi Garam Berlebih

Konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.

Sebaiknya hindari pemakaian garam yang terlalu berlebihan dan gunakan garam

secukupnya.

5) Setres

Setres yang berkepanjangan dapat meningkatkan resiko seseorang

untuk mengalami hipertensi. Setres mempercepat produksi senyawa berbahaya,

meningkatkan kecepatan denyut jantung dan kebutuhan akan suplai darah,

sehingga dapat meningkatkan tekanan darah serta menimbulkan serangan jantung

dan struke.

7. Pencegahan Hipertensi

Pencegahan hipertensi merupakan kunci keberhasilan dari menejemen

penyakit hipertensi. Sebagai penyakit yang dikenal dengan pembunuh diam-diam

STIKes Indramayu
(silent killer). Pencegahan hipertensi modifikasi gaya hidup seperti kontrol berat

badan, tingkatkan aktifitas fisik serta kurangi intake sodium dan potassium

(Kemenkes, 2018). Pola hidup sehat yang dianjurkan untuk mencegah dan

mengontrol hipertensi adalah:

a. Pola makan (mengurangi konsumsi daram berlebih, mengurangi

konsumsi daging merah dll.)

Pola makan yang baik untuk mencegah terjadinya bipertensi yaitu

mengurangi konsumsi garam yang berlebihan sehingga dapat meningkatkan

tekanan darah. Sebaiknya hindari pemakaian garam yang terlalu berlebihan dan

gunakan garam secukupnya dan juga menghindari konsumsi daging, makanan

berpengawat untuk mencegah hipertensi.

b. Melakukan aktifitas fisik (Olahraga minimal 30 menit per hari)

Aktivitas fisik yang baik seperti rajin berolahraga, menjaga pola

istirahat dan tidur karena aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh

untuk mencegah terjadinya hipertensi.

c. Kebiasaan merokok dan menghindari asap rokok

Kebiasaan merokok dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah

karena zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran tembakau yang berbahaya bagi

sel darah dan sel-sel lainnya.

d. Tingkat stres

STIKes Indramayu
Stres dapat menyebabkan tekanan darah meningkat secara intermiten

melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat menyebabkan hipertensi, saat sters

tekanan darah dan detak jantung akan meningkat melalui kontraksi pembuluh

darah ateri (vasocontraction). Jika stres berlangsung lama tekanan darah akan

tetap tinggi sehingga orang tersebut mengalami hipertensi ( Kamsari et al., 2022)

B. Konsep Kebiasaan

1. Definsi

Kebiasaan adalah perilaku yang sering diulang-ulang baik secara

sengaja maupun tidak sengaja dan perilaku atau kebiasaan tersebut sudah

dilakukan sejak kecil hingga dewasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

kebiasaan (folkways) merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang (bentuk

yang sama) dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan jelas dan dianggap baik

dan benar (KBBI, 2008).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan

Kebiasaan dipengaruhi 3 faktor, yaitu:

a. Faktor lingkungan

Lingkungan atau tempat tinggal (misalnya rumah) mempengaruhi kita

dalam beraktivitas yang akhirnya membentuk suatu kebiasaan.

b. Faktor usia

Walaupun faktor ini bukan penentu usia dapat mempengaruhi

kebiasaan seseorang.

STIKes Indramayu
c. Pengalaman dalam bersosialisasi/ pergaulan

Jika seseorang memiliki kematangan emosional yang baik, maka akan

terbentuk pribadi yang baik yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

setempat, sehingga dimanaapun kita berada dapat terjalin keharmonisan dalam

pergaulan dengan masyarakat yang mempengaruhi perilaku dalam masyarakat

yang mengarah pada kebiasaan.

3. Tahapan Membentuk Kebiasaan

Ada beberapa tahapan dalam membentuk kebiasaan, yaitu:

a. Memfokuskan perhatian.

Kebiasaan seseorang muncul dari perhatian seseorang, yang mana

perhatian tersebut akan difokuskan untuk perilaku dan tujuan tertentu yang

kemudian perilaku tersebut akan diulang-ulang.

b. Mengulang-ulang dan praktik.

Kebiasaan terbentuk dari suatu perilaku tertentu yang secara sengaja

dilakukan berulang-ulang dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam

bentuk perbuatan (bukan hanya pikiran).

c. Menunaikan pekerjaan tanpa berpikir/ merasa.

Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan akan membuat seseorang itu

akan melakukan suatu pekerjaan tanpa harus berpikir lagi karena pekerjaan tanpa

harus berpikir lagi karena pekerjaan tersebut sudah terbiasa dilakukan, sehingga

sudah diluar kepala.

STIKes Indramayu
C. Konsep Kopi

1. Definisi Kopi

Kopi merupakan minuman berwarna hitam gelap dengan aroma khas

biasanya diseduh menggunakan air panas dan pada dasarnya memiliki rasa pahit.

Minuman kopi banyak digemari hampir seluruh masyarakat dunia. Aroma dan

rasa yang khas pada kopi seringkali membuat para penikmat kopi merasa

kecanduan. Kopi memiliki rasa yang khas ditiap daerah, hal ini disebabkan oleh

perbedaan cara pemrosesan kopi hingga terciptanya kopi yang berkualitas

(Kadapi, 2015).

2. Kandungan Kopi

Kopi mengandung senyawa antara lain air, karbohidrat/serat, protein,

asam amino bebas, lipid, mineral, organic acids, chlorogenic acids, carboxylic

acid, trinogellin, kafestol, kahweol dan kafein. Dari senyawa yang terdapat di

dalam biji kopi tersebut, senyawa aktif yang memiliki pengaruh terhadap

kesehatan, yaitu:

a. Kafein

Kafein dengan struktur kimia 1,3,7-trimethilxanthin merupakan

alkaloid murni yang terkandung dalam biji kopi. Pengaruh fisiologis dari kafein

diantaranya menstimulasi sistem saraf pusat, mempengaruhi secara akut

kardiovaskular termasuk peningkatan tekanan darah dan sirkulasi katekolamin,

kekakuan arteri, dan endhothelium-dependent vasodilatasi. Kafein juga

berdampak pada peningkatan laju metabolisme dan diuresis yang diasosiasikan

STIKes Indramayu
dengan perkembangan penyakit kardivaskular. Kandungan kafein dalam kopi

memiliki efek yang beragam pada setiap manusia. Beberapa orang akan

mengalami efeknya secara langsung, sedangkan orang lain tidak merasakannya

sama sekali. Hal ini terkait dengan sifat genetika yang dimiliki masing-masing

individu terkait dengan kemampuan metabolisme tubuh dalam mencerna kafein.

Konsumsi kafein kadar rendah hingga sedang secara umum memberikan pengaruh

peningkatan kewaspadaan, kapasitas belajar, dan memperbaiki kondisi mood.

Sedangkan, konsumsi kafein dalam dosis tinggi dapat menimbulkan pengaruh

negatif bagi beberapa individu yang sensitif seperti cemas, takikardi, dan

insomnia yang timbul 2-6 jam setelah pengkonsumsian kafein. Sebagian besar

kafein diserap dalam lambung dan usus halus kemudian didistribusikan ke seluruh

jaringan termasuk otak. Minuman yang berkafein banyak mengandung oksalat.

Jika mengkonsumsi terlalu banyak oksalat, zat tersebut dapat bergabung dengan

kalsium membentuk kalsium oksalat diginjal/kandung kemih. Kalsium oksalat

adalah jenis yang paling umum dari batu ginjal (Yuliandari, 2015).

b. Kafestol dan kahweol

Kafestol dan kahweol merupakan pentalik diterpene alkohol. Senyawa

bioaktif dan turunannya sebagian besar adalah garam atau ester dari asam lemak

yang tersaturasi dan nonsaturasi, mewakili 20% dari fraksi lipid kopi. Kafestol

adalah konstituen utama dari reaksi penyabunan minyak kopi yaitu sekitar 0,2-

0,6% dari berat kopi. Zat ini bersifat anti kanker dan hepatoprotektif.

c. Chlorogenic acids

STIKes Indramayu
Chlorogenic acids merupakan mayor kelas dari senyawa fenol yang

diturunkan dari esterifikasi transcinamic acids dengan quinic acids. Kopi

mengandung konsentrasi polifenol tertinggi diantara jenis minuman lainnya dan

dan Chlogenic acids adalah polifenol yang banyak terkandung di kopi. Chlogenic

acids mampu mencegah kerusakan stress oksidatif pada sel epitel manusia,

menstabilkan membran dan meningkatkan status energi sel. Di dalam 200 ml kopi

dilaporkan mengandung 70-350 mg Chlogenic acids.

d. Mikronutrien

Beberapa mikronutrien ditemukan di dalam kopi, termasuk magnesium,

potassium, niasin, dan vitamin E yang dapat berkontribusi terhadap kesehatan

pengkonsumsian kopi yang diobservasi. Menurut data USDA Nutrient di Institute

of Medicine secangkir kopi dapat menyediakan 1-5% magnesium, 6-8% niasin,

dan 0,1% vitamin E dari diet yang dianjurkan untuk dewasa. Selain itu kopi

menyediakan 1-2% pemasukan adekuat potassium untuk dewasa (Yuliana, 2015).

3. Dosis Minum Kopi

International Food Information Council Foundation (IFIC) menyatakan

bahwa batas aman konsumsi kafein yang masuk ke dalam tubuh perharinya adalah

100-150 mg atau 1,73 mg/kgBB, sedangkan untuk anak-anak dibawah 14-22 mg.

Dengan jumlah ini, tubuh sudah mengalami peningkatan aktivitas yang cukup

untuk membuatnya tetap terjaga (IFIC, 2010).

Sebuah studi menunjukkan bahwa 100-200 mg kafein (1-2,5 cangkir

kopi) setiap hari adalah batas aman yang dianjurkan oleh beberapa dokter, namun

STIKes Indramayu
jumlah tersebut berbeda setiap individu dan para ahli sepakat bahwa 600 mg

kafein (4-7 cangkir kopi) atau lebih setiap harinya adalah jumlah yang terlalu

banyak karena overdosis kafein berbahaya dan dapat membunuh (FDA, 2010).

4. Kandungan Kafein Dalam Kopi

Berdasarkan Austalian Drug Foundation (ADF) (2011), pengaruh setiap

obat termasuk kafein bervariasi setiap individu. Kafein mempengaruhi seseorang

ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya ukuran tubuh, berat badan, status

kesehatan, faktor genetik dan jumlah yang dikonsumsi. Efek yang dirasakan

seseorang yang mengkonsumsi kafein secara teratur akan berbeda dengan orang

yang hanya sesekali mengkonsumsi.

Kafein termasuk salah satu senyawa yang bekerja dengan cara

menstimulasi sistem saraf pusat. Setelah dikonsumsi, kafein akan diserap dari

darah ke jaringan tubuh. Konsentrasi tertinggi kafein dalam plasma adalah 15-120

menit setelah kafein dicerna oleh tubuh. Kerja kafein berhubungan dengan kerja

adenosin, suatu senyawa yang berfungsi sebagai neurotransmiter inhibitor dan

dapat berikatan dengan reseptor yang terdapat di otak. Dalam kondisi normal,

adenosin membantu proses tidur dan menekan aktivitas sistem saraf. Adenosin

juga dapat melebarkan pembuluh darah di otak agar otak dapat menyerap banyak

oksigen ketika tidur. Di tubuh kita, sistem saraf melihat kafein mirip dengan

adenosin sehingga kafein kemudian akan berikatan reseptor adenosin di otak.

Tetapi kerja kafein bertolak belakang dengan kerja adenosin. Kafein akan

menggunakan semua reseptor adenosin yang ada di otak sehingga sel-sel tubuh

kita tidak lagi dapat mendeteksi adenosin. Hasilnya, kerja sel-sel tubuh akan

STIKes Indramayu
menjadi lebih aktif karena tidak ada adenosin yang bersifat merelaksasi. Ini

membuat otak menginterpretasi terjadi bahaya pada tubuh sehingga memicu

dihasilkannya adrenalin, hormon yang bekerja dalam mekanisme “fight or flight”

(Tri Wahyuni, 2013).

Tabel 2.2 Kandungan kafein dalam berbagai pangan sumber kafein

Jenis Pangan Produk Pangan Ukuran Kandungan

Kafein (mg)

Kopi Kopi murni 250 ml 150-240

Kopi instan 250 ml 80-120

Kopi dekafeinasi 250 ml 2-6

Kopi expresso 250 ml 105-110

Es krim kopi 30 gr 40-60

Teh Teh hijau 240 ml 25-40

Teh hitam 240 ml 40-70

Es teh 240 ml 9-50

Minuman ringan Coca cola 355 ml 64

Pepsi cola 355 ml 38

Cokelat 250 ml 30-60

Minuman Red Bull 250 ml 80

bersinergi Minuman 250 ml 50-80

bersinergi lain

Sumber: ADF Austalian Drug Foundation (2011)

STIKes Indramayu
5. Pengolahan Kopi

Secara umum, kopi dibedakan menjadi enam jenis olahan, yaitu biji

kopi (bean), bubuk kopi (powder), kopi rendah kafein (decaffeinated), kopi instan

(granular), kopi mix, dan kopi siap minum (Ridwansyah, 2013).

a. Pengolahan Biji Kopi Sangrai dan Kopi Bubuk

Proses pengolahan bubuk kopi terdiri dari beberapa tahapan proses

yaitu sebagai berikut:

1) Penyiapan Bahan Baku

Kualitas kopi yang baik hanya dapat diperoleh dari biji yang telah

masak dan melalui pengolahan yang tepat. Biji kopi yang baru panen harus segera

diolah. Pasalnya, biji kopi mudah rusak dan menyebabkan perubahan citarasa

pada seduhan kopi (Panggabean, 2011 dalam Wahyuni, 2013).

2) Penyangraian

Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI) (2010) kunci

dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini merupakan

tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan

perlakuan panas. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama menyangrai,

diantaranya sistem mesin penyangrai, bahan plat tabung penyangrai, stabilitas

sumber api tabung penyangrai, dan jenis bahan baku kopi serta karakteristiknya.

STIKes Indramayu
Selain faktor alat, aspek lainnya yang juga penting yaitu suhu, waktu, keahlian,

dan teknik penyangraian (Panggabean, 2011 dalam Wahyuni, 2013).

Waktu yang diperlukan saat menyangrai berkisar antara 5–30 menit

tergantung pada jenis alat dan mutu kopi bubuk. Waktu sangrai ditentukan atas

dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajad sangrai. Makin lama

waktu sangrai, warna biji kopi sangria mendekati cokelat tua kehitaman.

Penyangraian diakhiri saat aroma dan citarasa kopi yang diinginkan telah tercapai

yang ditandai dengan perubahan warna biji kopi yang semula berwarna kehijauan

menjadi cokelat tua (light), cokelat-kehitaman (medium), dan hitam (dark)

(ICCRI, 2010).

3) Pendinginan biji sangrai

Setelah proses sangrai selesai, biji kopi harus segera didinginkan di

dalam bak pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses

penyangraian berlanjut dan biji kopi menjadi gosong (over roasted). Selama

pendinginan, biji kopi diaduk secara manual agar proses pendinginan lebih cepat

dan merata. Selain itu, proses ini juga berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari

yang terlepas dari biji kopi saat proses sangrai (Israyanti 2012 dalam Wahyuni,

2013).

4) Pencampuran

Pencampuran biji kopi sangrai bertujuan untuk mendapatkan citarasa

dan aroma yang khas dengan mencampur beberapa jenis bahan baku atas dasar

jenis biji kopi berasnya (contoh: arabika, robusta, dan excelsa), jenis proses yang

STIKes Indramayu
digunakan (proses kering, semi-basah, dan basah), dan asal bahan baku

(ketinggian, tana, dan agroklimat). Beberapa jenis bahan baku tersebut disangrai

secara terpisah, ditimbang dalam proporsi tertentu (atas dasar uji citarasa), dan

kemudian dicampur dengan alat pencampur putar tipe hexagonal (ICCRI, 2010).

5) Penghalusan Biji Kopi Sangrai

Biji kopi sangrai dihaluskan dengan alat penghalus (grinder) sampai

diperoleh butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu. Butiran kopi bubuk

mempunyai luas permukaan yang sangat besar sehingga senyawa pembentuk

citarasa dan penyegar mudah larut ke dalam air panas. Semakin kecil butiran kopi

akan semakin baik rasa dan aroma yang dihasilkan karena sebagian besar bahan

yang terdapat dalam kopi dapat larut ke dalam air ketika diseduh.

6) Pengemasan

Pengemasan bertujuan untuk mempertahankan aroma dan citarasa kopi

bubuk selama transportasi, pendistribusian ke konsumen, dan selama dijajakan di

took/warung, pasar tradisional, dan pasar swalayan. Kesegaran, aroma, dan

citarasa kopi bubuk akan berkurang secara signifikan setelah satu atau dua minggu

jika tidak dikemas secara baik. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

keawetan kopi bubuk selama dikemas adalah kondisi penyimpanan (suhu

lingkungan), tingkat sangrai, kadar air kopi bubuk, kehalusan bubuk, dan

kandungan oksigen di dalam kemasan. Kandungan air dalam kemasan akan

menghidrolisa senyawa kimia yang terdapat di dalam kopi bubuk dan

STIKes Indramayu
menyebabkan bau apek (stale), sedangkan oksigen akan mengurangi aroma dan

citarasa kopi melalui proses oksidasi (ICCRI, 2010).

6. Efek Positif Kafein Dalam Tubuh

a. Menurunkan berat badan

Kafein dapat membantu menurunkan berat badan atau mencegah

kenaikan berat badan. Ini dikarenakan kafein bersifat dapat menekan nafsu makan

dan menstimulasi terjadinya termogenesis. Termogenesis adalah suatu mekanisme

tubuh yang bekerja dengan cara mengubah makanan menjadi panas dan energi.

Meskipun belum dapat dibuktikan sepenuhnya terutama efek kafein terhadap

penurunan berat badan secara jangka panjang, tetapi tidak sedikit produk-produk

pelangsing tubuh yang menggunakan kafein sebagai salah satu komponennya.

b. Meningkatkan performa olahraga

Kafein dikenal dapat meningkatkan performa saat melakukan olahraga

ketahanan atau endurance (seperti misalnya maraton). Mengonsumsi kafein yang

dicampur dengan karbohidrat setelah berolahraga dapat membantu

mengembalikan kadar glikogen dalam otot lebih cepat. Selain itu kafein juga

dapat meredakan gejala sakit otot yang biasa muncul setelah berolahraga hingga

48%. Meskipun sudah terbukti dapat membantu meningkatkan performa saat

olahraga endurance, tetapi efek kafein untuk olahraga yang memiliki intensitas

tinggi dan bersifat jangka pendek (misalnya sprint atau lari 400 meter) masih

belum diketahui secara jelas manfaatnya.

c. Mencegah penurunan fungsi otak

STIKes Indramayu
Konsumsi kafein dihubungkan dengan menurunnya risiko terkena

penyakit Alzheimer dan Parkinson. Beberapa penelitian mengaitkan adanya

hubungan yang bersifat protektif antara konsumsi kafein dalam jangka panjang

dengan risiko mengidap Alzheimer dan Parkinson.Penelitian lain juga

mengungkapkan konsumsi kafein dapat memperlambat proses penurunan fungsi

otak yang diakibatkan oleh usia lanjut.

d. Sumber antioksidan

Kopi merupakan salah satu sumber antioksidan yang baik. Bukan

diminum, tetapi menghirup aromanya saja sudah cukup. Menghirup aroma kopi

setara dengan antioksidan tiga buah jeruk. Kamu tahu kan kalau antioksidan

membantu tubuh melawan penyakit.

e. Efektif menghilangkan stres

Kopi bisa membantu menghilangkan stress bahkan aroma kopi yang

nikmat dapat memicu hati tenang meski hanya menghirupnya. Untuk para wanita,

meminum kopi tiap hari akan meningkatkan zat serotonin yang menurunkan

depresi atau stres (Nathania, 2017).

7. Efek Negatif Kafein Dalam Tubuh

a. Gelisah

Salah satu efek samping kafein bagi kesehatan adalah dapat memicu

kegelisahan. Tidak semua orang mengalami efek samping ini, namun sebuah

penelitian di University of Michigan membuktikan efek sampingnya bisa

STIKes Indramayu
menyebabkan seseorang mudah tersinggung bahkan bisa membuat tangannya

gemetar.

b. Gangguan Kardiovaskuler

Jantung akan terasa berdebar-debar bila terlalu banyak minum kopi,

karena dalam kadar tertentu kafein dapat mempengaruhi susunan saraf pusat di

otak. Kafein juga dapat meningkatkan tekanan darah sehingga tidak dianjurkan

untuk penderita hipertensi dan sakit jantung. Kafein dapat menyebabkan lonjakan

tekanan darah setelah dikonsumsi. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa

kafein mungkin menghambat hormon yang membantu relaksasi dan dilatasi

pembuluh darah. Kafein juga memicu tubuh mengeluarkan hormon adrenalin,

yang dapat menaikkan tekanan darah. Suatu penelitian dilakukan terhadap mereka

yang memiliki tekanan darah tinggi dan yang tidak. Pada penderita hipertensi, 250

mg kafein dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang berlangsung selama

2-3 jam. Sementara pada mereka yang tidak memiliki hipertensi, konsumsi 160

mg kafein saja sudah dapat menaikkan tekanan darah.

c. Diare

Kopi juga berperan sebagai pencahar. Jadi, mengonsumsi lebih dari dua

atau tiga gelas cangkir kopi sehari akan membuat kita terserang diare. Saat kita

mengalami diare, International Foundation for Functional Gastrointestinal

Disorders menyarankan kita untuk mulai mengurangi konsumsi kafein (Ariska,

2019). 6. Sakit kepala Beberapa jenis obat sakit kepala menggunakan campuran

kafein karena dalam jumlah sedikit senyawa ini memang memiliki khasiat anti

STIKes Indramayu
nyeri. Namun efek sebaliknya bisa muncul jika dikonsumsi terlalu banyak,

misalnya minum lebih dari 2-3 cangkir kopi espresso atau 5-6 cangkir kopi biasa

setiap hari.

d. Gangguan pencernaan

Perut mulas dan rasa mual sering dikeluhkan saat minum kopi terlalu

banyak. Bukan karena kopinya sudah basi, tapi kafein itu sendiri memang

meningkatkan produksi asam di lambung sehingga tidak dianjurkan minum kopi

sebelum makan.

e. Gangguan buang air kecil

Saat sedang kedinginan di dalam ruangan ber-AC (air conditioner),

menghangatkan diri dengan minum kopi bukanlah ide yang baik. Hawa dingin

saja sudah menyebabkan keinginan buang air kecil lebih sering, ditambah efek

samping kafein sebagai diuretik maka kemungkinan buang air kecil pun akan

tambah besar.

f. Meningkatkan risiko nyeri pinggang

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, kafein sangat

berkaitan erat dengan terjadinya risiko penyakit nyeri pinggang. Hal ini

dibuktikan oleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa orang-orang yang sering

mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein cenderung lebih mudah

terkena penyakit nyeri pinggang.

STIKes Indramayu
D. Konsep Lansia

1. Definsi Lanjut Usia

Lansia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari dan

akan dialami oleh setiap orang. Menurut UU RI No. 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia, yang dimaksud lansia adalah seseorang laki-laki maupun

perempuan yang telah beranjak usia 60 tahun ke atas (Wisnu saki & Sriati, 2021).

Secara definisi, lansia adalah seseorang individu yang telah melewati

usia 45 tahun atau 60 tahun disebut dengan lansia. Hal ini cenderung pada asumsi

bahwa lansia itu lemah, mengalami kemunduran fisik atau mental, minim

penghasilan dan penuh ketergantungan (Senja & Prasetyo, 2019).

2. Klasifikasi Lansia

Menurut Kushariyadi (2012), lansia dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b. Lansia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lansia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Lansia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

3. Masalah Kesehatan Yang Biasa Dialami Pada Lansia

Penyakit-penyakit yang dialami lansia cukup kompleks seiring dengan

perubahan-perubahan yang dialami secara biologis maupun psikososial. Penyakit

dapat berupa gangguan pada aspek biologis, emosional, seperitual dan sosial.

Akan dipaparkan beberapa kondisi masalah kesehatan yang umumnya muncul

STIKes Indramayu
pada lansia, seperti stroke, diabetes melitus, penyakit jantung atau pembuluh

darah (Senja & Prasetyo, 2019).

STIKes Indramayu
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara

variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep

akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,

2020).

Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan 2 (dua) variabel yaitu

variabel independen adalah kebiasaan minum kopi dan variabel dependen adalah

kejadian hipertensi. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan

dalam gambar 3.1 sebagai berikut:

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kebiasaan minum kopi


1. Frekuensi minum
Kopi
2. Waktu minum kopi Kejadian hipertensi
3. Efek kafein dalam
kopi
4. Dosis pengolahan
kopi

STIKes Indramayu
B. Definisi operasional

Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, dapat diamati artinya

kemungkinan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang

lain (Nursalam, 2017).

STIKes Indramayu
BAB IV
METODE PENELITIAN

STIKes Indramayu
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, S.A.,Khotimah, M. N.,Rahman, H. F., & Fauzi. A.K (2021). Buku


terapi massage dan terapinafas dalam pada hipertensi. Malang:
Ahlimedia Press
Dinas Kesehatan Indramayu. (DINKES,2023), Data penderita hipertensi pada
lansia di Kabupaten Indramayu
Dinas Kesehatan Jawa Barat. (Dinas Kesehatan Jawa Barat,2021).
https://opendata.jabarprov.go.id/dataset/jumlah-penderita-hipertensi-yang
mendapat-pelayanan-kesehatan-berdasarkan-kabupatenkota-di-jawa-barat
(diakses hari kamis, 2 Maret 2023, pukul 23.03 WIB)
Etrawati, F., Utama, F., & Artikel, I. (2021).Tekanan Darah Tinggi terhadap
KualitasHidup Kelompok Pra Lansia. jOURNALUNNES, 5(3), 421–425.
Grosso, G., Micek, A., Godos, J., Pajak, A., Sciacca, S., Bes-Rastrollo, M.,
Galvano, F., & Martinez-Gonzalez, M. A. (2017). Long-term coffee
consumption is associated with decreased incidence of new-onset
hypertension: A dose–response meta-analysis. Nutrients, 9(8), 890.
Hastuti, A. P. (2022). Buku hipertensi. Jawa Tengah: Lakeisha
Husnaniyah, D., Riyanto, & Kamsari. (2022). Buku Ajar keperawatan keluarga
(Zakiyatur Rosidah (ed.). Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA. www.
Shutterstock.com
International Food Information Council Foundation (IFIC). (2010). Caffeine and
heatlh: caffeine. https://foodinsight.org/ Diakses: 20 april 2023
Irawan. (2016). Epidemiologi penyakit tidak menular. Yogyakarta: Deepublish.
Kamsari, Hunaniyah, D, Riyanto (2022) Correlation of stress level with
hypertension in the elderly. Jurnal keperawatan islam, 2022 7 (2), 67-71-
doi:https://doi.org/10.24252/join.v7i2.31907
Kemenkes, (2014). Hipertensi, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Retrieved
from https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/page/2 (di akses hari Minggu, 27 November
2022, pukul 15.31 WIB)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman spesifikasi alat
kesehatan, Jakarta :Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Retrived
from hrrps://www.dinkes.jogjaprov.go.id/download/dowenlod/99.pdf
(Diakses hari selasa, 7 November 2022, Jam 22.10 WIB)

STIKes Indramayu
Kadapi, M. 2015. Aktivitas Antioksidan Kopi Biji Rambutan Non Kafein dengan
Variasi Perbandingan Komposisi Beras Hitam yang Berbeda. (Naskah
Publikasi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Hal 12-13
Nursalam. (2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan (P.P.Lestari (ed.3)).
Salemba medika
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian ilmu keperawatan (P. P. Lestari (ed.4)).
Salemba Medika. httpa://penerbitsalemba.com
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian ilmu keperawatan (Peni Puji Lestari
(ed.5)). Salemba Medika. https://www.penerbitsalemba.com
Prayitnaningsih, S., Rohman, M. S., Sujuti, H., Abdullah, A. A. H., & Vierlia, W.
V. (2021). Pengaruh Hipertensi Terhadap Glaukoma. Universitas Brawijaya
Press.
Riset Kesehatan Dasar.(2018). Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan.
Jakarrta: Kementrian Kesehatan RI
Triyanto, R. (2014). Buku pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Wahyuni, T., Parliani, & Hayati, D. (2021). Buku ajar keperawatan keluarga
(Resa Awahita (ed.). CV Jejak, Anggota IKAPI
WHO, 2021. Hypertension [WWW Document]. World Health
Organization.room/fact-sheets/detail/hypertension (Diakses pada tanggal 30
November 2022 pukul 14.55 WIB )

STIKes Indramayu

Anda mungkin juga menyukai