WIDIA SYAFITRI
61117125
A. Latar Belakang
Penyakit pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah
kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang dan menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya (Kemenkes
RI,2019). Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang
paling umum dan paling banyak terjadi di masyarakat sehingga menyita
perhatian nasional dan global saat ini (Kemenkes RI,2019) . Menurut WHO
pada tahun 2015 sedikitnya 893 juta kasus hipertensi dan diperkirakan pada
tahun 2025 menjadi 1,15 milyar atau sekitar 29% dari total penduduk dunia.
Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara mencapai 36% (WHO,2013). Kejadian
hipertensi pada umur 18 tahun ke atas di Indonesia mengalami peningkatan
dari hasil penelitian Riskesdas 2013 yaitu 25,8% menjadi 34,1% pada tahun
2018, dengan predisposisi perbandingan wanita dengan laki-laki adalah
31,9% banding 31,3% (Riskesdas, 2018). Jumlah kasus hipertensi di Kota
Batam pada tahun 2018 yaitu sebanyak 36.405 orang dan mengalami
peningkatan di tahun 2019 yaitu mencapai 71.587 orang dengan jumlah
wanita lebih banyak yaitu 41.279 orang disbanding pria yaitu 30.305 orang
(Dinkes Kota Batam, 2018).
Penderita hipertensi cenderung pada wanita dibanding pria (Kemenkes,
2013). Terutama usia 15-49 tahun, pada usia ini disebut wanita usia subur.
Wanita Usia Subur (WUS) memiliki resiko lebih tinggi mengalami hipertensi
karena WUS kurang memperhatikan kesehatan, gaya hidup yang tidak sehat
seperti penggunaan obat-obat hormonal salah satunya yaitu penggunaan
kontrasepsi hormonal (Yeni, 2010).
Pemakaian kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan kejadian hipertensi
(Everett, 2008). Pemakaian kontrasepsi hormonal mengandung hormon
estrogen dan progesteron yang menyebabkan laju hipertropi jantung dan
respon presor angiotensin II meningkat dengan melibatkan jalur Renin
Angiotensin System. Pengeluaran hormon tersebut menyebabkan korteks
adrenal mensekresi hormon aldosteron yang meningkatkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal sehingga volume intravaskuler meningkat
(Fikriana, 2018).
Indonesia merupakan negara dengan penduduk tertinggi keempat di dunia
setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (Jayani, 2019). Menurut data
Kependudukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 penduduk
Indonesia berjumlah 255,5 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia rata-rata 1,49% per tahun. Mengatasi permasalahan tersebut
pemerintah berupaya untuk mengurangi jumlah pertumbuhan penduduk
melalui program Keluarga Berencana (KB) (BKKBN, 2017). BKKBN Kepri
sudah berhasil menekan angka kelahiran dari 2,5% menjadi 2,3%
(BKKBN,2017).
Salah satu bentuk dukungan dari program Keluarga Berencana adalah
pelayanan kontrasepsi, pelayanan kontrasepsi terdiri dari beberapa metode
dengan salah satu metode kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah
kehamilan yaitu kontrasepsi hormonal (BKKBN,2013). Menurut data WHO
tahun 2013 penggunaan kontrasepsi hormonal tertinggi di ASEAN adalah
Thailand dengan persentasi sebesar 80%. Berdasarkan survei yang dilakukan
oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tahun 2016,
didapati dari semua wanita usia subur yang menggunakan kontrasepsi
hormonal sebesar 13,46%. Persentasi pengguna suntik sebanyak 51,55%,
pil sebanyak 25,06% (BKKBN,2016). Berdasarkan data tersebut
penggunaan kontrasepsi oral/pil KB banyak digunakan masyarakat Indonesia
setelah metode kontrasepsi suntikan.
Ali Baziad (2008) mengatakan bahwa semua jenis kontrasepsi hormonal
menjadi kontraindikasi dalam arti setelah menghentikan kontrasepsi pil
biasanya tekanan darah akan normal kembali. Akan tetapi, apabila hal ini
tidak terjadi maka perlu diberi obat antihipertensi dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa WUS menggunakan kontrasepsi dalam jangka waktu
yang lama akan meningkatkan tekanan darahnya dan ketika berhenti memakai
kontrasepsi hormonal akan membuat tekanan darahnya kembali normal.
Penelitian yang dilakukan oleh Hyejin Park (2013) mengenai Association
Between Oral Contraseptive Use and Risk of Hypertension and
Prehypertension in A Cross Sectional Study of Korean Women diperoleh hasil
bahwa terdapat hubungan antara kontrasepsi oral dan hipertensi pada wanita
korea dengan p=<0,001 dan memiliki nilai OR=1,96. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Kaunang, Kepel, dan Malonda (2015) tentang hubungan
antara penggunaan kontrasepsi pil dan hipertensi pada wanita usia subur
mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi
pil dan hipertensi pada wanita usia subur. Hipertensi terjadi sampai 2-3 kali
pada wanita yang menggunakan kontrasepsi pil.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sengkuang,
Batu Ampar, Kota Batam. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Batam
tahun 2019 wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sekuang termasuk penggunaan
kotrasepsi hormonal tertinggi di Kota Batam terutama kontrasepsi berupa pil
dengan prevalensi 36,9% dan kontrasepsi berupa suntikan yaitu 51,2%.
Tingginya penggunaan kontrasepsi hormonal meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi pada wanita. Hal ini juga sejalan dengan angka kasus hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sengkuang yaitu ada 2.963 orang dengan
perbandingan pria dan wanita yaitu 1:2.
Berdasarkan permasalah yang telah dipaparkan diatas peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kontrasepsi Hormonal terhadap
Resiko Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Sengkuang .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah : “Bagaimanakah pengaruh penggunaan kontrasepsi
hormonal terhadap hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Sengkuang ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kontrasepsi
hormonal terhadap hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Sengkuang.
2. Tujuan Khusus
a.Untuk mengetahui distribusi frekuensi hipertensi pada wanita usia subur
di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sengkuang.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan kontrasepsi
hormonal pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Sengkuang.
c.Untuk mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap
hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Sengkuang.
D. Manfaat Penelitian
1. Dalam keilmuan
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu .
Meningkatkan dan menambah referensi bidang kedokteran khususnya
mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap
hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Sengkuang.
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu kedokteran dan informasi serta pengetahuan
mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap
hipertensi pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Sengkuang.
3. Bagi puskesmas
Hasil penelitian ini memberikan manfaat sebagai bahan pengetahuan
bagi tenaga kesehatan puskesmas untuk lebih mengetahui pengaruh
kontrasepsi hormonal dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Senkuang.
LANDASAN TEORI
A. HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari
120 mmHg dan tekana darah diastolik lebih dari 80 mmHg dengan dua kali
pengukuran dalam selang waktu lima menit ketika cukup istirahat/tenang.
Tekanan darah meningkat dalam jangka waktu yang lama (persisten).
Hipertensi yang tidak di deteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner), dan otak (menyebabkan stroke) (Kemenkes,
2014).
Menurut WHO tahun 2015, sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita
hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. penderita
hipertensi meningkat setiap tahun, diperkirakan tahun 2025 terdapat 1,5 miliar
orang yang menderita hipertensi, dan di perkirakan setiap tahun 9,4 juta orang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
2. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Derajat 1 140-159 90-99
Derajat 2 >160 >100
Sumber: JNC 7
Menurut The Sevent Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(JNC7), klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terdiri dari:
a. Primer(hipertensi yang tidak dapat diketahui penyebabnya)
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Hipertensi primer paling banyak diderita masyarakat,
sekitar 90% kasus hipertensi yang ada merupakan hipertensi primer
(Ridwan,2002). Hipertensi primer terjadi karena kondisi masyarakat
mengkonsumsi garam cukup tinggi, lebih dari 6.8 gram setiap hari, serta
karena faktor genetik (Junaid, 2010).
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi
sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan gangguan pembuluh
darah atau organ tubuh tertentu.5-10 %. Hipertensi sekunder disebabkan
oleh penyakit ginjal dan sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau
pemakaiaan obat tertentu (mis pil KB) (Junaidi, 2010).
Beberapa penyebab hipertensi sekunder:
1) Penyakit ginjal
a) Stenosis arteri renal
b) Pielonefritis
c) Glomerulonephritis
d) Tumor ginjal
e) Penyakit ginjal polikista (biasanya penyakit turunan)
f) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2) Kelainan hormonal
a) Hiperaldosteronisme
b) Sindrom cushing
c) Feokromositoma
3) Obat-obatan
a) Pil KB
b) Kortikosteroid
c) Siklosporin
d) Kokain
e) Penyalahgunaan alkohol
f) Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4) Penyebab lainnya
a) Koartosio aorta
b) Preeklamsia pada kehamilan
c) Porferia intermeiten akut
d) Keracunan timbal akut (Ridwan,2012)
3. Faktor resiko hipertensi
a. Faktor genetik: merupakan faktor bawaan yang menjadi pemicu timbulnya
hipertensi, terutama hipertensi pada hipertensi primer. Jika salah satu
anggota menderita hipertensi, ada 25% kemungkinan orang tersebut
terkena hipertensi. Apabila kedua orang tua menderita hipertensi,
kemungkinan seseorang menderita hipertensi naik 60%.
b. Jenis kelamin: hipertensi sering dijumpai oleh perempuan dibandingkan
dengan laki-laki, sebesar 5,8% pada laki-laki sedangkan pada perempuan
sebesar 27,5%, hipertensi banyak ditemukan pada wanita usia diatas 55
tahun sebaliknya hipertensi banyak ditemukan pada pria usia paruh baya
atau dewasa muda (Junaidi,2010)
c. Pemakaian kontrasepsi, yang memiliki kandungan ostrogen dan
progesteron yang berlebihan
d. Stress berat dan tidak terkendali
e. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang
berlemak,mengkonsumsi garam yang berlebihan,konsumsi alkohol yang
berlebihan, merokok, kurangnya aktivitas fisik (Junaidi,2010).
5. Gejala hipertensi
Hipertensi atau biasa disebut pembunuh diam-diam karena hipertensi sering
tidak disadari kehadirannya dan ummnya tidak menimbulkan gejala yang jelas.
Gejala seperti sakit kepala, pendarahan dari hidung, wajah kemerahan dan
kelelahan, sering dikaitkan dengan gejala hipertensi padahal tidak selalu
seseorang yang merasakan gejala tersebut dikatakan menderita hipertensi.
Hipertensi sering hadir tanpa gejala, tetapi tanda dan gejala umum pada
hipertensi adalah:
a. Mual dan muntah
b. Sakit kepala
c. Gelisah dan sesak napas
d. Pandangan menjadi kabur
e. Wajah merah dan mudah marah
f. Tengkuk terasa pegal atau berat
g. Susah tidur (Junaidi, 2010)
6. Patofisiologi hipertensi
Renin
Angiotensin I
Angiontensin I Converting
Enzyme (ACE)
Angiotensin II
Stimulasi sekresi
↑ sekresi hormone
aldosterone dan
ADH rasa haus
korteks adrenal
mengentalkan
↑Meningkatnya
konsentrasi Nacl di
pembuluh darah
Menarik cairan
intraseluler→ekstras
eluler
Di encerkan dengan↑
volume ekstraselular
↑ volume darah
↑ volume darah
↑tekanan darah
↑tekanan darah
Pertumbuhan
penduduk yang tinggi
Berdampak pada
perekonomian dan
kesejahteraan negara
Pemakaiaan
kontrasepsi
Kontrasepsi hormonal
Estrogen Progesterone
Kadar LDL
Retensi elektrolit meningkat dan HDL
meningkat menurun
hipervolemi
Curah jantung
meningkat
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Teori
G.Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja adalah suatu rumusan masalah hipotesis dengan tujuan untuk
membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul.
Biasanya menggunakan rumusan pernyataan “jika…, maka…,” (Notoadmodjo,
2012).
Hipotesa Kerja penelitian ini adalah “Jika menggunakan kontrasepsi
hormonal, maka beresiko terjadi hipertensi”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan konsep
yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoadmojo,2018).
(+) kontrasepsi
hormonal
Hipertensi (case)
(+) kontrasepsi
Tidak hipertensi hormonal
(control)
z 2 ×p ( 1− p )
n=
d2
n = jumlah sampel yang di butuhkan
z = skor z pada kepercayaan 95% = 1,96
p = maksimum estimasi = 0,5
d = alpa (0,1) atau sampling error = 10%
bedasarkan rumus maka :
2
1 , 96 ×0,5( 1−0,5)
n= =96 ,04
0,12
sebanyak 96.
2010).
F. Variabel Peneitian
1. Variabel Independen
Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen, sehingga variabel independen
disebut juga variabel yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2012). Variabel
independen dari penelitian ini adalah pemakaian kontrasepsi hormonal.
2. Variabel Dependen