Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN MINI PROJECT

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN POSBINDU LANSIA DI PUSKESMAS
PANGKAJENE

Disusun oleh :
dr. Muh. Amal Majid
dr. Riyatnizar
dr. Dianita Asyraf Suaib
dr. Kurniati Fajar Y

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS PANGKAJENE

KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

2021
LEMBAR PERSETUJUAN
MINI PROJECT PROGRAM INTERNSHIP

JUDUL MINI PROJECT :

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PASIEN POSBINDU LANSIA DI PUSKESMAS PANGKAJENE

WAKTU PELAKSANAAN MINI PROJECT :


Januari 2021

DI SUSUN OLEH :
dr. Muh. Amal Majid
dr. Riyatnizar
dr. Dianita Asyraf Suaib
dr. Kurniati Fajar

Pangkajene, Januari 2021


Kepala Puskesmas Pangkajene

dr. Hj. Mariana, M.Kes


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi menjadi masalah yang cukup besar, menurut hasil dari WHO (World Health
Organization), hipertensi menyerang 22% penduduk dunia. Namun di Asia tenggara, angka
kejadian hipertensi mencapai 36%. Kemudian hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2018, prevalensi kejadian hipertensi sebesar 34.1%. Angka ini meningkat cukup tinggi
dibandingkan hasil pada tahun 2013 dengan kejadian hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia 18 tahun keatas adalah 25.8% (Tirtasari,
2019).
Prevalensi hipertensi meningkat cukup signifikan pada usia 60 tahun keatas. Dalam
beberapa tahun terakhir didapatakan kejadian hipertensi pada usia yang relative lebih muda di
masyarakat kita. Kejadian ini dilihat dari prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013
pada kelompok usia muda, yaitu kelompok usia 18-24 tahun sebesar 8.7%, kelompok usia 25-34
tahun sebesar 14.7% dan pada kelompok usia 35-44 tahun sebesar 24.8%. Data terbaru pada
tahun 2018 angka ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 13.2% pada usia
18-24 tahun, 20.1% di usia 25-34 tahun dan 31.6% pada kelompokusia 25-44 tahun (Tirtasari,
2019).
Kepatuhan pasien penderita hipertensi dalam minum obat hipertensi sangat penting
karena dengan minum obat antihipertensi secara teratur dapat mengontrol tekanan darah pada
penderita hipertensi. Sehingga dalam jangka panjang dapat mengurangi risiko kerusakan organ-
organ penting tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak (Mutmainah, 2010). Kepatuhan pada
pasien yang mengkonsumsi obat merupakan hal sangat menunjang keberhasilan dari terapi,
karena tanpa hal ini semua pengobatan tidak akan mencapai hasil yang diinginkan.
Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi secara potensial dapat meningkatkan morbiditas,
mortalitas dan biaya perawatan (Cahyani, 2018).
Sedikitnya 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak meminum obat sesuai
yang direkomendasikan. Rendahnya kepatuhan pasien penderita hipartensi terhadap
pengobatan hipertensi berpotensi menjadi penghalang dalam tercapainya tekanan darah yang
terkontrol dan dapat dihubungkan dengan peningkatan pada biaya pengobatan atau rawat inap
serta komplikasi. Healthy People for Hypertension menganjurkan perlu adanya pendekatan
yang lebih komprehensif dan intensif untuk mencapai pengontrolan tekanan darah secara
optimal. Diperlukan berbagai upaya dalam peningkatan kepatuhan pasien terhadap terapi obat
demi mencapai target tekanan darah yang diinginkan. (Dewi,2015).
Terkait dengan beberapa hal yang telah dicantumkan diatas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian untuk membuktikan hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini “Adakah
hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien Posbindu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Pangkajene?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap
penurunan tekanan darah pada Posbindu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Pangkajene
Kecamatan Maritengae.

2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui prevalensi penderita hipertensi pada Posbindu Lansia di wilayah
kerja Puskesmas Pangkajene Kecamatan Maritengae.
Untuk mengetahui hubungan kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalani
pengobatan terhadap penurunan tekanan darah di wilayah kerja Puskesmas Pangkajene
kecamatan Maritengae.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Pangkajene
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang objektif mengenai kepatuhan
minum obat antihipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien di Puskesmas
Pangkajene.
2. Bagi Pendidikan Program Studi Kedokteran
Hasil penelitian ini menambah wawasan ilmu kedokteran dalam menangani pasien
Hipertensi, khususnya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan.
3. Bagi Peneliti Secara Umum
Hasil penelitian ini diharapkan memperkaya referensi mengenai kajian Hipertensi
khususnya terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Hipertensi, serta dapat dijadikan
informasi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara abnormal dimana dapat
menjadi penyebab utama timbulnya penyakit kardiovaskuler. Join National Committee
dalam The Eighth Report of Join National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure menyatakan bahwa tekanan darah
tinggi (hipertensi) merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang ≥140
mmHg (sistolik) dan/atau ≥ 90 mmHg (Ansar, 2019).

b. Etiologi
1. Hipertensi primer/hipertensi esensial penyebabnya tidak diketahui (idiopatik),
walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan.
2. Hipertensi sekunder/hipertensi non esensial hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya yaitu penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya yaitu adanya kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu contohnya PIL KB (Infodatin, 2014).

c. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah memiliki 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan
darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg. Pre-
hipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-
pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa
yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori
ini harus diterapi obat (Wahyudi, 2017).

Tabel 1.1 KlasifikasiHipertensi (Sumber : JNC VII)

Derajat Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmhg) (mmhg)
Normal < 120 < 80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II ≥160 ≥100
(Wahyudi, 2017).

d. Patofisiologi
Proses terjadinya hipertensi dimulai dari menurunnya tonus otot vaskuler kemudian
merangsang saraf simpatis untuk diturunkan ke sel jugularis. Sel jugularis
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika sel jugularis ini diteruskan pada ginjal
akan mempengaruhi ekskresi renin yang akan berkaitan dengan angiotensin. Adanya
perubahan angiostensin II karena terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah dan
dapat meningkatkan hormon aldosteron menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut
dapat meningkatkan tekanan darah. Adanya peningkatan tekanan darah jika hipertensi
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan stroke, gagal jantung, gagal ginjal
dan gangguan pengelihatan (Lumi, 2018).

e. Faktor Risiko
1. Faktor Genetik
Adanya faktor genetik dari keluarga yang akan menyebabkan risiko menderita
hipertensi. Seseorang dengan orang tua yang memiliki riwayat hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Sylvestris, 2014).
2. Umur
Umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis. Pada usia lanjut
terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan
darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut berkurang sensitivitasnya, peran
ginjal juga berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
menurun sehingga ginjal akan menahan garam dan air dalam tubuh (Sylvestris,
2014).
3. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi menderita hipertensi pada usia muda.
Laki-laki memiliki risiko lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi
pada wanita (Sylvestris, 2014).
4. Obesitas
Hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan
sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi
energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial
menyebabkan terjadinya reabsorpsin natrium dan peningkatan tekanan darah
secara terus menerus (Sylvestris, 2014).
5. Ras
Kebanyakan hipertensi terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit
putih. Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya (Sylvestris,
2014).
6. Nutrisi
Garam adalah faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan
garam yang minimal (Sylvestris, 2014).
7. Kebiasaan Merokok
Perokok berat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis
(Sylvestris, 2014).

f. Tanda dan Gejala


Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo),
gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga
berdenging (tinnitus), dan mimisan (Wahyudi, 2017).

g. Komplikasi
Hipertensi dapat mengenai berbagai organ vital tubuh, seperti : penyakit jantung
dan pembuluh darah, penyakit hipertensi serebrovaskular, hipertensi ensefalopati dan
hipertensi retinopati.
a) Penyakit jantung dan pembuluh darah
Hipertensi adalah penyebab paling umum dari hipertrofi ventrikel kiri. Dua
bentuk utama dari penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi yaitu
penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensi (Sylvestris, 2014).
b) Ensefalopati hipertensi
Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan-
perubahan neurologis mendadak atau sub akut akibat tekanan arteri yang
meningkat, dan kembali normal apabila tekanan darah diturunkan. Ensefalopati
hipertensi dapat ditandai dengan sakit kepala hebat, bingung, sering muntah-
muntah, mual dan gangguan penglihatan (Sylvestris, 2014).
c) Penyakit hipertensi serebrovaskular
Hipertensi merupakan faktor risiko untuk timbulnya stroke pendarahan atau
ateroemboli. Pendarahan kecil atau penyumbatan dari pembuluh-pembuluh kecil
dapat menyebabkan infark pada daerah-daerah kecil (Sylvestris, 2014).
d) Kelainan pada mata
Hipertensi juga memiliki komplikasi pada mata yaitu:
1. Oklusi vena retina
Penyumbatan suplai darah dalam vena ke retina yang dapat terjadi karena
pengerasan pembuluh darah dalam mata.
2. Oklusi arteri retina
Penyumbatan suplai darah dalam arteri ke retina. Arteri retina dapat
tersumbat oleh gumpalan darah atau zat-zat (seperti lemak) yang terjebak
dalam arteri. Sumbatan ini dapat terjadi karena pengerasan pembuluh darah
di mata.
3. Makroaneurisma arteri retina
Makroaneurisma pada arteri retina yang merupakan gejala akibat tekanan
daerah di sekitarnya.
4. Iskemik neuropati optik anterior
Defisiensi aliran darah pada bagian saraf optik anterior sehingga terjadi
neuropati pada saraf tersebut.
5. Ocular motor nerve palsy
Kelumpuhan nervus okulomotor yang mengakibatkan gerakan bola mata
terganggu (Sylvestris, 2014).

h. Penatalaksanaan
a. ACE Inhibitor
Golongan dari obat ini bekerja dengan menghambat ACE (angiotensin converting
enzyme) yang berperan dalam pembentukan angiotensin II. Angiotensin II yang
menyebabkan konstriksi arteri sehingga tekanan darah meningkat. ACE inhibitor
bekerja untuk menurunkan tekanan darah dengan menghambat pembentukan
angiotensin II. Sehingga arteri berelaksasi, dan tekanan darah menurun serta terjadi
perbaikan pada daya pompa jantung yang sebelumnya mengalami kegagalan (pada
pasien gagal jantung). Oleh karna itu ACE inhibitor digunakan pada pasien yang
menderita hipertensi dan gagal jantung kongestif.
Obat yang termasuk dalam ACE inhibitor yaitu : captopril, benazepril, cilazepril,
delapril, enalapril, fosinopril, imidapril, moexipril dan perindopril.
b. Antagonis Angiotensin II
Angiotensin II receptor blockers (ARB), seperti candesartan, eprosartan,
irbesartan, losartan, olmesartan, dan valsartan.
Golongan ini dapat menurunkan tekanan darah melalui penghambatan langsung
kerja angiotensin II yang menyebabkan konstriksi arteri. Karena memiliki kerja yang
langsung maka efek samping yang ditimbulkan obat golongan ini lebih sedikit.
c. Penyekat Beta (Beta-Bloker)
Golongan obat ini menurunkan tekanan darah dengan menurunkan kecepatan
dan kekuatan otot jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Obat yang termasuk dalam golongan beta bloker yaitu acebutolol, alprenolol,
atenolol, betaxolol, bisoprolol, propanolol, labetolol, metoprolol, nadolol, timolol
dan esmolol, yang termasuk dalam kelompok penyekat beta dapat bekerja terhadap
reseptor β₁ atau β₂. Obat yang bekerja pada reseptor β₂ digunakan untuk
pengobatan hipertensi.
d. Angiotensin Kalsium
Angiotensin kalsium bekerja pada kanal kalsium sehingga mencegah terjadinya
influks ion kalsium di dalam darah, sehingga menyebabkan efek vasodilatasi.
Golongan obat ini digunakan untuk menimbulkan dilatasi pembuluh darah perifer
dan pembuluh darah jantung pada pasien hipertensi. Setelah terjadi dilatasi, maka
tekanan yang dihasilkan oleh aliran darah terhadap dinding pembuluh darah
mengalami penurunan. Obat dari golongan ini yaitu, amlodipin, nicardipine,
manidipine, nifedipin, lacidipine, dan nitredipine, digunakan untuk menghasilkan
efek antihipertensi dan antiangina.
e. Diuretik
Golongan obat ini digunakan untuk membantu mengeluarkan garam dan ion
dalam tubuh. Penurunan kadar garam dari dalam tubuh akan mempengaruhi
terjadinya penurunan tekanan darah (Anonim, 2014).
2. Perilaku Kepatuhan
a. Definisi
Kepatuhan merupakan perilaku untuk menaati saran-saran dokter atau prosedur dari
dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya melalui proses konsultasi antara
pasien (keluarga pasien sebagai orang kunci dalam kehidupan pasien) dengan dokter
sebagai penyedia jasa medis (Wahyudi,2017).

b. Pengukuran dari Tingkat Kepatuhan


Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi beberapa faktor yaitu
peran aktif dari pasien dan kesediaanya untuk memeriksakan ke dokter sesuai dengan
jadwal yang telah diberitahukan dan kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi
(Wahyudi,2017).
Kepatuhan seseorang merupakan hasil dari proses pengambilan keputusan orang
tersebut, dan berpengaruh pada persepsi dan keyakinan orang mengenai kesehatan.
Selain itu keyakinan serta budaya juga ikut menentukan perilaku dari kepatuhan . Nilai
seseorang memiliki keyakinan dimana anjuran kesehatan itu dianggap benar maka
kepatuhan akan semakin baik. Semakin lama seseorang menderita hipertensi maka
tingkat kepatuhanya semakin rendah. Hal ini dikarenakan kebanyakan penderita akan
merasa bosan untuk berobat (Wahyudi,2017).
Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kepatuhan mengkonsumsi
obat yaitu menggunakan Morisky Scale. Skala Morisky digunakan untuk menilai tingkat
kepatuhan penggunaan obat adalah Self Report Morisky Medication Adherence Scale
(MMAS) terdapat 8 item pertanyaan (Mursiany,2015).

c. Ketidakpatuhan Pasien Minum Obat


Ketidakpatuhan pasien yang menderita hipertensi dapat terlihat pada tidak
dilakukannya anjuran dari dokter untuk melakukan perubahan gaya hidup
contohnya olahraga. Padahal dengan olahraga dengan teratur yaitu 3-4 kali dalam
seminggu dapat membantu untuk menurunkan tekanan darah sekitar 8-10 mmHg
untuk tekanan sistolik dan 6-10 mmHg untuk tekanan diastolik (Mursiany,2015).
Ketidakpatuhan pasien hipertensi dapat juga dilihat pada waktu kontrol pasien
hipertensi bahwa yang melakukan kontrol ke dokter sebulan 1 kali, tetapi dalam
catatan rekam medik ternyata waktu kontrolnya tidak sesuai (Mursiany,2015).
Ketidakpatuhan pemeriksaan ulang pada dokter bisa disebabkan karena
keterbatasan biaya pengobatan untuk pasien hipertensi yang tidak memiliki jaminan
kesehatan. Ketidakpatuhan tersebut tergolong dalam ketidakpatuhan yang disengaja
dan dapat diatasi dengan penggunaan frekuensi pemberian obat serta pengontrolan
dengan interval waktu yang lebih panjang (Mursiany,2015).
Alasan lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan kontrol pasien hipertensi yaitu
jarak rumah sakit dari rumah pasien. Pasien akan cenderung malas berkunjung untuk
melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan, apabila terletak pada tempat yang
jauh (Mursiany,2015).
B. Kerangka Teori

Faktor yang dapat dimodifikasi Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

Obesitas Nutrisi Merokok


Jenis Kelamin Genetik

Ras Usia

HIPERTENSI

Penatalaksanaan

Angiotensin Kalsium Antagonis Angiotensin II Penyekat Beta (Beta-Bloker)

Diuretik ACE Inhibitor

Keberhasilan terapi Kepatuhan : Tekanan darah :


1. Patuh 1. Terkontrol
2. Kurang Patuh 2. Tidak
3. Tidak Patuh Terkontrol

: Variabel yang akan diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 KerangkaTeoriPenelitian


C. Kerangka Konsep

Penurunan tekanan darah


Kepatuhan minum obat
(terkontrol dan tidak terkontrol)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

D. Landasan Teori

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dengan dua kali pengukuran pada selang
waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Pengobatan hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah serta mencegah komplikasi dari penyakit lain. Hipertensi
adalah penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang bahkan
seumur hidup. Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat bertujuan untuk menjaga
tekanan darah tetap terkontrol (Mursiany,2015).
Etiologi dari Hipertensi primer sekitar 95% pasien adalah hipertensi esensial (primer).
Penyebab dari hipertensi primer masih belum diketahui, tetapi faktor genetik dan
lingkungan diyakini menyebabkan hipertensi esensial. Faktor lingkungan dapat
mempengaruhi terjadinya hipertensi : konsumsi garam berlebihan, obesitas dan aktifitas
hidup yang tidak sehat. Hipertensi sekunder diperkirakan sekitar 5% pasien hipertensi.
Hipertensi sekunder dapat terjadi karena konsumsi alkohol yang berlebihan, penyakit
ginjal atau renalis, koarktasio (penyempitan) aorta serta sindrom cushing atau penyakit
yang disebabkan oleh hormon kortisol yang abnormal (Lumi, 2018).
Kepatuhan merupakan perilaku untuk menaati saran-saran dari dokter atau prosedur
dari dokter mengenai penggunaan obat, sebelumnya didahului dengan konsultasi antara
pasien (keluarga pasien sebagai orang kunci dalam kehidupan pasien) dengan dokter
sebagai penyedia jasa medis. Keberhasilan pengobatan untuk pasien hipertensi
dipengaruhi dari beberapa faktor yaitu peran aktif dari pasien dan kesediaanya untuk
datang kontrol kedokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan kemudian kepatuhan
dalam meminum obat antihipertensi. Faktor- Faktor yang dapat mempengaruhi
kepatuhan yaitu Demografi Meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, status pekerjaan
dan pendidikan (Wahyudi, 2017).

E. Hipotesis
H0 : Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat anti hipertensi terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien Posbindu Lansia di Puskesmas Pangkajene Kabupaten
Sidenreng Rappang.

H1 : Tidak Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap


penurunan tekanan darah pada pasien Posbindu Lansia di Puskesmas Pangkajene
Kabupaten Sidenreng Rappang.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang akan
digunakan adalah observasisonal dengan pendekatan cross sectional untuk mencari hubungan
kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
Posbindu Lansia di Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang
Kecamatan Maritengae.

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien hipertensi di Kecamatan Maritengae wilayah
kerja Puskesmas Pangkajene.
2. Sampel
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien yang menderita hipertensi yang
berobat pada saat kegiatan Posbindu Lansia di Desa Sereang, Desa Kanie, dan Desa
Allakuang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Non
Probability Sampling dengan jenis Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel
keseluruhan dari jumlah responden. Penentuan pada saat kegiatan Posbindu Lansia yang
dilaksanakan selama penelitian didapatkan jumlah sampel sebanyak 50 orang.
Adapun criteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien hipertensi yang berusia ≥40 tahun, berobat di Posbindu Lansia.
b. Pasien yang bersedia menjadi responden.
c. Pasien yang dapat membaca dan menulis.
d. Pasien yang telah menjalani pengobatan minimal 1 bulan yang lalu.
2. KriteriaEksklusi
a. Pasien yang sedang hamil.
b. Pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.

D. Variabel dan Definisi Operasional


1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum obat.
b. Variabel Terikat :
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah.

2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Oprasional Alat Ukur Skor Skala
Kepatuhan Kepatuhan minum obat Kuisioner  Patuh (nilai >4) Ordinal
minum obat adalah keadaan pasien MMAS-8  Tidak patuh (nilai =
yang mentaati anjuran terdiri dari <4).
dokter untuk minum 8
obat secara teratur. pertanyaan

Penurunan Tekanan darah Tensi  Terkontrol: Nominal


Tekanan seseorang ≥140 mmHg meter Tekanan darah
Darah (sistolik) dan/atau ≥ 90 sistolik<150 mmHg dan
mmHg. diastolic<90 mmHg
pada usia ≥60 tahun
serta
sistolik<140mmHg dan
diastolic<90 mmHg
pada usia 20-60 tahun
dengan/tanpa penyakit
gagal ginjal dan
diabetes.
 Tidak terkontrol:
Tekanan darah
sistolik>150 mmHg
dan atau diastolic>90
mmHg pada usia ≥60
tahun serta
sistolik>140 mmHg dan
atau diastolic>90
mmHg pada usia 20-60
tahun dengan/ tanpa
penyakit gagal ginjal
dan diabetes.
Jenis Pembagian jenis Kuisioner 1 = Laki-laki Nominal
kelamin seksual yang ditentukan data 2 = Perempuan
secara biologis dan demografi.
anatomis.
Usia Satuan waktu yang Kuisioner  Masa Dewasa (20-40) Ordinal
mengukur benda atau data  Masa setengah umur
makhluk, baik yang demografi. (40-65)
hidup ataupun mati.  Masa lanjut usia (65 ke
atas)

Tabel 3.1 Definisi Oprasional

E. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk penelitian adalah tensi meter, serta kuesioner MMAS-8 untuk
mengetahui tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi. Bahan yang digunakan untuk penelitian
adalah data rekam medic untuk mengetahui bahwa pasien tersebut hipertensi, identitas pasien, dan
obat yang diberikan kepasien.
F. Cara Pengumpulan Data
1. Persiapan yang dilakukan yaitu izin penelitian dan pengambilan data sekunder pasien
hipertensi yang berobat di kegiatan Posbindu Lansia Puskesmas Pangkajene.
2. Menjelaskan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan kepada responden.
3. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani oleh calon
responden apabila setuju untuk menjadi subjek penelitian.
4. Memberikan lembar kuesioner kepada responden.
5. Pengolahan data yang telah didapatkan dari responden.
6. Hasil dan Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan.

G. Uji Validasi dan Reliabilitas Instrumen


Kuesioner kepatuhan minum obat dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang sudah
baku dari MMAS-8. MMAS-8 dapat diandalkan untuk mengukur kepatuhan pada pasien
hipertensi dan secara bermakna dapat mengontrol tekanan darah. Uji reliabilitas kuesioner
menggunakan Cronbach’s alpha sebesar 0,715.

H. Analisis Data Statistik


1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan dengan
menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel yang diambil
dari data demografi. Variabel pada penelitian ini meliputi variabel Kepatuhan minum obat,
Tekanan darah, jenis kelamin, dan usia.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
dan dependen, yaitu hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap penurunan
tekanan darah. Dalam penelitian ini, analisis bivariat yang dilakukan dengan uji statistik
Chi-Square pada aplikasi SPSS. Apabila syarat pengujian menggunakan Chi-Square tidak
terpenuhi, maka dilakukan uji Fisher.
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak
institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dilakukan.
Setelah mendapat persetujuan tersebut, barulah dilakukannya penelitian dengan menetukan
masalah etika penelitian yang meliputi :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
Jika subjek bersedia, mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Masalah etika kedokteran merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset atau penelitian.
BAB IV
HASIL

A. HASIL PENELITIAN
1. Profil Sampel Penelitian
Secara geografis, puskesmas Pangkajene Kecamatan Maritengngae merupakan ibukota
Kabupaten Sidenreng Rappang yang terletak ± 200 km dari Makassar. Luas wilayah
Puskesmas Pangkajene adalah ± 65,90 km. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Panca Rijang.
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Watang sidenreng.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tellu LimpoE’.
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wattangpulu.
Wilayah Kerja Puskesmas Pangkajene Terdiri 5 Desa dengan 7 Kelurahan :

No. Nama Desa/Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Jarak ke


( km2) Dusun Puskesmas

1 Sereang 10.85 3 3.8 Km


2 Kanie 14.75 2 5.6 Km
3 Wala 4.7 2 1.4 Km
4 Lautang Benteng 4.8 3 1.3 Km
5 Pangkajene 2.25 3 1.0 Km
6 Rijang Pittu 2.8 2 1.3 Km
7 Lakessi 4.1 2 5.0 Km
8 Majjelling 2.5 2 2.1 Km
9 Majjelling Wattang 3 2 5.0 Km
10 Allakuang 3.29 5 5.0 Km
11 Takkalasi 4.1 3 7.0 Km
12 Tanete 9.11 3 4.0 Km
65.90

Jumlah penduduk tahun 2019 sebesar 51.861 jiwa diantaranya Jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 25.304 jiwa Dan Perempuan 26.557 Jiwa.
Data pada saat ini memperlihatkan bahwa pola penyakit pada semua golongan umur telah
mulai didominasi oleh penyakit-penyakit degeneratif, terutama penyakit yang disebabkan
oleh kecelakaan, neoplasma, kardiovaskuler dan Diabetes Mellitus (DM). Laporan Penyakit
Tidak menular (PTM) di Puskesmas Pangkajene pada tahun 2020 penyakit Hipertensi (1358
kasus) merupakan penyakit terbanyak dan ISPA sebanyak (1179 kasus), Osteoporosis
sebanyak (110 kasus) Diabetes Melitus sebanyak (82 kasus), dan Asma bronchial masuk
dalam urutan terakhir dari distribusi 10 besar penyakit terbanyak berdasarkan laporan SP2TP
Puskesmas. Seiring dengan peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup dan efek
samping modernisasi, maka problem penyakit tidak menular pun cenderung meningkat.
Beberapa penyakit tersebut diantaranya adalah Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
(kardiovaskuler), dan Diabetes Mellitus.

388
400

350

300

250

200 153
150 110
82
100 52
50

0
Hipertensi Diabetes Militus Obesitas Osteoporosis Asmabronchial

Gambar 4.1 :Pengelola program PTM Puskesmas Saleati, 2019

Pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 – 6 Januari 2020 pada saat kegiatan Posbindu
Lansia di wilayah kerja Puskesmas Pangkajene yaitu di desa Mamulusan, Tomboniki, dan
Okumel.

2. Analisis Univariat
Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh Pasien Lansia yang berobat pada kegiatan
Posbindu Lansia Puskesmas Saleati di 3 desa yaitu Desa Mamulusan, Desa Tomboniki, dan
Desa Okumel. Pada saat penelitian dilakukan didapatkan jumlah sampel yaitu 50 dengan
diagnose Hipertensi dan sementara pengobatan obat anti hipertensi. Pada penelitian
dilakukan teknik pengambilan sampel berupa consecutive sampling, dengan memperhatikan
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan.
Proses pengumpulan data pada penelitian ini berupa data primer dengan menyebarkan
kuesioner MMSA-8 Hipertensi setelah penyuluhan, penyuluhan dilakukan yaitu tentang
Penyakit Hipertensi kepada lansia yang mengikuti kegiatan Posbindu.
a. Karakteristik Responden
Karakteristik subjek penelitian yang terdiri dari 50 orang. Pengelompokkan pada
penelitian ini dibagi berdasarkan usia, jenis kelamin, alamat, tekanan darah, dan menilai
kepatuhan pada sampel melalui kuesioner. Hasil dari karakteristik responden dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Keterangan Jumlah Persentase

Usia

40 – 50 Tahun 6 12

51 – 60 Tahun 13 26

61 – 70 Tahun 18 36

71 – 80 Tahun 9 18

>80 tahun 4 8

Jenis Kelamin

Laki – laki 11 22

Perempuan 39 78
Tekanan darah

< 140 / 90
20 40
mmhg
< 160 / 110
17 34
mmhg
<180 / 130
9 18
mmhg
>180/130
4 8
mmhg
Alamat

Mamulusan 18 36
Tomboniki 19 38

Okumel 13 26

Tingkat Kepatuhan

Patuh 19 38

Tidak Patuh 31 62

Sumber : Data Primer (2021)

Usia responden pada hasil penelitian ini bervariasi antara 40 sampai 84 tahun. Berdasarkan
tabel 4.1 didapatkan kelompokusia yang mengalami hipertensi usia 40-50 tahun berjumlah 6
orang (12%), usia 51-60 tahun berjumlah 13 orang (26%), usia 61-70 tahun berjumlah 18 orang
(36%), usia 71-80 tahun berjumlah 9 orang (18%), dan usia diatas 80 tahun berjumlah 4 orang
(8%).
Jeniskelamin pada penelitian berdasarkan tabel 4.1 didapatkan jumlah laki-laki yang
mengalami hipertensi sebanyak 11 orang (22%), sedangkan perempuan 39 orang (78%).
Hasil tekanan darah pada penelitian ini didapatkan pasien hipertensi yang memiliki tekanan
darah< 140 / 90 mmhg sebanyak 20 orang (40%), tekanan darah < 160 / 110 mmhg sebanyak 17
orang (34%), tekanan darah < 180 / 110 mmhg sebanyak 9 orang (18%), tekanan darah> 180 /
110 mmhg sebanyak 4 orang (8%),
Berdasarkan alamat tempat tinggal didapatkan pasien hipertensi di desa Tomboniki
sebanyak 19 orang (38%), desa Mamulusan 18 orang (36%), dan desa Okumel 13 orang (26%).
Tingkat kepatuhan minum obat anti hipertensi berdasarkan kuesioner MMSA-8 didapatkan
hasil yaitu yang patuh minum obat anti hipertensi 19 orang (38%) dan yang tidak patuh
sebanyak 31 orang (62%).

3. Analisis Bivariat
Pada penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan kepatuhan minum obat
antihipertensi terhadap penurunan tekanan darah. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis
bivariat yang dilakukan dengan uji statistik Chi-Square pada aplikasi SPSS, untuk kepatuhan
minum obat antihipertensi dilakukan penelitian menggunakan kuesioner MMSA-8 untuk
mengetahui apakah pasien patuh / tidak patuh. Untuk penelitian tekanan darah
menggunakan tensi meter dengan interpretasi tekanan darah baik jika tekanan darah
<140/90 mmhg, dan tekanan darah kurang baik jika tekanan darah >140/90 mmhg. Untuk
hasil penelitian didapatkan hasil berikut pada tabel 4.2.
a. Hubungan tingkat kepatuhan minum obat terhadap penurunan tekanan darah
Tabel 4.2

Tekanan darah Total Pearson Chi


< 140 / 90 > 140 /
Square
mmhg 90
mmhg
Patuh 12 7 19
TidakPatuh 8 23 31 0,009
Total 20 30 50
Sumber : Data Primer (2021)

Setelah dilakukan penelitian didapatkan pasien dengan tekanan darah <140/90


mmhg memiliki kepatuhan minum obat anti hipertensi sebanyak 12 orang, dan tidak
patuh minum obat anti hipertensi sebanyak 8 orang. Pada pasien dengan tekanan darah
>140/90 mmhg yang memiliki kepatuhan minum obat sebanyak 7 orang, dan yang tidak
patuh minum obat anti hipertensi sebanyak 23 orang. Pada penelitian ini dilakukan uji
Pearson Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0.009 (p < 0.05).
b. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji Pearson Chi Square diperoleh nilai p
value sebesar 0.009 (p < 0.05). Hasil uji ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien Lansia Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Pangkajene. Berdasarkan hasil uji
tersebut dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian H 1 ditolak dan H0 diterima yaitu
terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat antihipertensi terhadap penurunan
tekanan darah pada pasien Posbindu Lansia di Wilayah kerja Puskesmas Pangkajene.
Menurut (Profil Puskesmas Pangkajene tahun 2020) Prevalensi Hipertensi pada
pasien di Puskesmas Pangkajene sebanyak 388 orang pada tahun 2019. Hasil ini
didapatkan pada saat pasien hipertensi berkunjung untuk berobat di Puskesmas,
sedangkan pada penelitian kami dapatkan pada 3 desa saat Posbindu Lansia sebanyak
50 orang. Hal ini kemungkinan bias bertambah karena wilayah kerja Puskesmas
Pangkajene memiliki jumlah 5 desa dengan 7 kelurahan, sehingga dapat disimpulkan
jika angka kejadian Hipertensi di Puskesmas Pangkajene lebih banyak daripada yang
dilaporkan pada saat ini. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kemauan dari
warga untuk memeriksa kesehatannya secara mandiri ke Puskesmas, terutama untuk
mengetahui tekanan darahnya pada pasien lansia. Kegiatan Posbindu ini rutin dilakukan
setiap bulan ke 5 desa untuk memberikan pelayanan pengobatan pada setiap desa
tersebut. Pada saat kegiatan Posbindu Lansia didapatkan jumlah pasien yang akan
berobat sebanyak + 30 – 50 orang. Posbindu dan posyandu lansia ada di setiap desa
namun belum banyak dimanfaatkan oleh para lansia termasuk lansia yang menderita
hipertensi, dikarenakan banyaknya lansia belum mengetahui manfaat dengan mengikuti
kegiatan di posyandu lansia.
Menurut Dyah Ayu 2011 Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya karena
biasanya tidak didahului dengan adanya suatu gejala. Kebanyakan orang merasa sehat
dan energik walaupun memiliki penyakit hipertensi. Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir fase kehidupannya, karena itu lansia
dengan hipertensi tidak akan terlalu menganggap hipertensi sebagai penyakit yang
berbahaya. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap manusia antara lain
pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pengaruh orang penting yang dimaksud
adalah petugas kesehatan yang memberikan informasi tentang pentingnya
pengendalian dan pencegahan terhadap penyakit hipertensi. Petugas kesehatan
senantiasa mengajak responden untuk tetap aktif mengikuti program posyandu lansia.
Dengan adanya sikap yang baik diharapkan adanya perubahan sikap pada lansia
terhadap pengendalianhipertensi.
Usia responden pada hasil penelitian ini bervariasi antara 40 sampai 84 tahun.
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan kelompok usia yang mengalami hipertensi usia 40-50
tahun berjumlah 6 orang (12%), usia 51-60 tahun berjumlah 13 orang (26%), usia 61-70
tahun berjumlah 18 orang (36%), usia 71-80 tahun berjumlah 9 orang (18%), dan usia
diatas 80 tahun berjumlah 4 orang (8%). Pada penelitian ini didapatkan mayoritas
Menurut Exa Puspita 2017, semakin lama seseorang menderita hipertensi maka tingkat
kepatuhannya makin rendah yang disebabkan kejenuhan penderita menjalani
pengobatan sedangkan tingkat kesembuhan yang telah dicapai tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Hasil analisis mendapatkan faktor umur mempunyai risiko terhadap
hipertensi. Semakin meningkat umur responden semakin tinggi risiko hipertensi. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian lainnya yaitu, penelitian Zamhir Setiawan yang
menemukan bahwa prevalensi hipertensi makin meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Penelitian pada lansia menemukan bahwa dibanding umur 55-59
tahun, pada umur 60-64tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali,
umur 65-69 tahun 2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali. Tingginya hipertensi sejalan
dengan bertambahnya umur,disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku,
sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik.
Jenis kelamin pada penelitian berdasar kantabel 4.1 didapatkan jumlah laki-laki
yang mengalami hipertensi sebanyak 11 orang (22%), sedangkan perempuan 39 orang
(78%). Pada saat dilakukan penelitian mayoritas yang berobat yaitu perempuan
dibandingkan laki-laki. Menurut Exa Puspita 2017, Perbedaan pola perilaku sakit juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin, perempuan lebih sering mengobatkan dirinya
dibandingkan dengan laki-laki, sehingga akan lebih banyak perempuan yang datang
berobat dibandingkan laki-laki. Tidak adanya hubungan yang signifikan secara statistik
antara jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan dalam penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi.
Hasil tekanan darah pada penelitian ini didapatkan pasien hipertensi yang memiliki
tekanan darah <140/90 mmhg sebanyak 20 orang (40%), tekanan darah < 160/110
mmhg sebanyak 17 orang (34%), tekanan darah <180/110 mmhg sebanyak 9 orang
(18%), tekanan darah >180/110 mmhg sebanyak 4 orang (8%). Menurut Guideline dari
PERKI 2015, menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko
permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa
faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana
tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 –6 bulan. Bila setelah jangka waktu
tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan
faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi
farmakologi.
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan
menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa
prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan
meminimalisasi efek samping, yaitu :
- Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
- Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
- Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia 55
– 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.
- Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor(ACE-i)
dengan angiotensin II receptor blockers(ARBs)
- Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
- Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat algoritma penatalaksanaan hipertensi sebagai
berikut :

Gambar 4.2 :Algoritma penanganan Hipertensi

Tingkat kepatuhan minum obat antihipertensi berdasarkan kuesioner MMSA-8


didapatkan hasil yaitu yang patuh minum obat anti hipertensi 19 orang (38%) dan yang
tidak patuh sebanyak 31 orang (62%).
Masalah kepatuhan pengobatan yang ditemukan adalah 62% responden tidak
patuh dalam melakukan pengobatan hipertensi, alasan ketidakpatuhan tersebut paling
besar adalah tidak merasakan adanya keluhan / merasa sehat. Pada penelitian ini juga
didapatkan banyak pasien hipertensi tidak patuh berobat dikarenakan kurangnya
pengetahuan tentang hipertensi, serta jauh dari fasilitas kesehatan untuk berobat
secara mandiri, sehingga mayoritas pasien berobat jika ada kegiatan Posbindu yang
dilakukan oleh Puskesmas. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap manusia
antara lain pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pengaruh orang penting yang
dimaksud adalah petugas kesehatan yang memberikan informasi tentang pentingnya
pengendalian dan pencegahan terhadap penyakit hipertensi. Petugas kesehatan
senantiasa mengajak responden untuk tetap aktif mengikuti program posyandu lansia.
Dengan adanya sikap yang baik diharapkan adanya perubahan sikap pada lansia
terhadap pengendalian hipertensi.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Jumlah pasien hipertensi yang didapatkan pada saat penelitian adalah 50 orang
dengan tingkat kepatuhan berdasarkan kuesioner MMSA-8 adalah 19 orang, dan
tidakpatuh 31 orang.
2. Dilakukan uji statistik menggunakan uji Pearson Chi Square diperoleh nilai p
value sebesar 0.009 (p < 0.05). Hasil uji ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara kepatuhan minum obat anti hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien Lansia Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Pangkajene.

B. Saran
1. Subjek Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pemahaman
pengetahuan dan informasi bagi masyarakat terkhusus tentang kasus hipertensi agar
menurunkan prevalensi dan mortalitas akibat dari hipertensi.
2. Institusi Kesehatan
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan pihak-pihak terkait lebih sering
melakukan penyuluhan kesehatan, dan melakukan program-program puskesmas pada
Penyakit Tidak Menular terutama hipertensi.
3. Peneliti Selanjutnya
Peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti hal serupa dengan penelitian ini
diharapkan dapat meneliti dengan sampel lebih banyak mengambil keseluruhan wilayah
kerja Puskesmas Saleati agar memberikan deskripsi lebih baik tentang kasus hipertensi
di wilayah tersebut.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2014. MIMS Petunjuk Konsultasi. Edisi 14. Jakarta: BhuanaIlmuPopuler.


2. Ansar, J., Dwinata, I., Apriani, M. 2019. Determinan Kejadian Hipertensi pada
Pengunjung Posbindu di Wilayah KerjaPuskesmasBallaparang Kota Makassar. Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan (Jnik).Vol.1. No.3. Viewed on 22 November 2019. From
http://googlecendekia.ac.id
3. Cahyani, F.M. 2018. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi terhadap
Tercapainya Target Terapi Pasien Hipertensi di Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta.
Vol.1. No.2. Viewed on 20 Maret 2020. From http://googlecendekia.ac.id
4. Dewi, M., Sari,I.P., Probosuseno. 2015. Pengaruh Konseling Farmasis terhadap

Kepatuhan dan Kontro lHipertensi Pasien Prolanis di Klinik Mitra Husada Kendal. Vol. 4.
No. 4. Viewed on 27 Juli 2020. From http://googlecendekia.ac.id
5. Dyah Ayu P. et al, 2011 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kontrol hipertensi
Pada Lansia Di Pos PelayananTerpadu wilayah Kerja Puskesmas Mojosongo Boyolali
Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
6. Infodatin. 2014. Hipertensi.Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.
7. Exa Puspita et, al 2017. Peran Keluarga Dan Petugas kesehatan Dalam Kepatuhan
Pengobatan Penderita Hipertensi di Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang
8. Lumi, F., Terok, M., Budiman, F. 2018. Hubungan Derajat Penyakit Hipertensi dengan

Tingkat Kecemasan pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kahakitang
Kecamatan Tatoareng. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar. Vol. 13. No.2.
Viewed on 22 November 2019. From http://googlecendekia.ac.id
9. Mursiany, A., Ermawati, N., Oktaviani, N. 2015. Gambaran Penggunaan Obat dan

Kepatuhan Mengkonsumsi Obat pada Penyakit Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan Tahun 2013. Vol.28. No.2. Viewed on 22 November
2019. From http://googlecendekia.ac.id
10. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. 2015 Pedoman Tatalaksana
Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular DKI Jakarta.
11. Pusat Kesehatan Masyarakat Saleati 2019. Profil UPTD Kesehatan Puskesmas
Pangkajene. Kabupaten Sidenreng Rappang.
12. Sylvestris, A. 2014. Hipertensi dan RetinopatiHipertensi. Vol.10. No.1. Viewed on 22
November 2019. From http://googlecendekia.ac.id
13. Tirtasari, S., Kodim, N. 2019. Prevalensidan Karakteristik Hipertensi pada Usia Dewasa
Muda di Indonesia. Tarumanagara Medical Journal. Vol. 1. No. 2. Viewed on 22
November 2019. From http://googlecendekia.ac.id
14. Wahyudi, C.T., Ratnawati, D., Made, S.A. 2017. Pengaruh Demografi, Psikososial dan

Lama Menderita Hipertensi Primer terhadap Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi.


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang. Vol. 2. Viewed on 22 November
2019. From http://googlecendekia.ac.id

Anda mungkin juga menyukai