R DENGAN GANGGUAN
HIPERTENSI EMERGENCY DI RUMAH SAKIT UMUM SUFINA AZIZ
MEDAN
OLEH :
KELOMPOK 1
YAYANG RAHAYU
AMELIA MIRANDA
CUT ANIDAR
LYLA MALINDA SIRINGO RINGO
PASKA SARAGIH
PUTRI NURMALA HAYATI
SHIENTIA RISKA ANANDA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan kepada penulis, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN GANGGUAN HIPERTENSI
EMERGENCY DI RUMAH SAKIT UMUM SUFINA AZIZ MEDAN”
Penyelesaian tugas ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi nilai
dengan mata kuliah Keperawatan Dasar Profesi. Selama proses penyusunan tugas ini,
begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang penulis terima demi
kelancaran tugas ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Sari Mutiara Indonesia
5. Ns. Erwin Silitonga, M.Kep serta Dosen Tim pengampu Mata ajar Keperawatan
Dasar Profesi Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Sari
Mutiara
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Menurut rekomendasi dari JNC 7 and AHA-ASA lifestyle modification,
penatalaksanaan nonfarmakologi dalam penyakit hipertensi adalah sebagai berikut
(Madhur., 2013) :
1. Mengurangi berat badan dapat mencegah hipertensi (dengan pengurangan
tekanan darah Sistole antara 5-20 mmHg per 10 kg penurunan berat badan). Di
samping itu, asupan nutrisi buah, sayur-sayuran, serta susu rendah lemak juga
direkomendasikan untuk mencegah hipertensi.
2. Batasi minum alkohol tidak lebih dari 30 mL per hari pada pria dan 15 mL per
hari pada wanita atau orang dengan berat badan yang kurang.
3. Pertahankan intake kalium (sekitar 90 mmol/d) serta intake pada kalsium dan
magnesium, terutama pada kadar natriumnya agar
tidak terjadi hipertensi.
4. Berhenti merokok serta kurangi makan-makanan yang mengandung kolesterol
dan lemak jenuh yang tinggi untuk mengurangi risiko timbulnya penyakit
kardiovaskuler.
5. Tingkatkan aktivitas aerobik kurang lebih 30 menit setiap harinya (dapat
mengurangi tekanan darah sistole antara 4-9 mmHg).
b. Penatalaksanaan farmakologi
Penatalaksanaan Farmakologis dalam penyakit hipertensi dapat digolongkan
sebagai berikut (Benowitz., 2010) :
1. Obat kelas Diuretik : Thiazide (Hydrochlorothiazide), Furosemid (Loop
Diuretik), Spironolactone, dan Eplerenone.
2. Simpatoplegik yang bekerja secara sentral : Clonidine, dan Methyldopa.
3. Penghambat nervus simpatis terminal : Reserpine, dan Guanethidine.
4. Alpha-blocker : Prazosin, Terazosin, dan Doxazosin.
5. Beta-blocker : Metoprolol, Carvedilol, Propranolol (bersifat nonselektif), dan
Atenolol.
6. Vasodilator : Verapamil, Diltiazem, Nifedipine, Amlodipine, Hydralazine, dan
Minoxidil.
7. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor : Captopril.
8. Penghambat reseptor Angiotensin : Losartan.
9. Penghambat renin : Aliskiren.
Berdasarkan JNC 7 dan guideline Istitute for Clinical Systems Improvement (ICSI)
tahun 2010 dalam rekomendasi penggunaan obat antihipertensi, Thiazide lebih
digunakan sebagai obat pertama dalam kondisi risiko timbul komplikasi seperti
gagal jantung, iskemik jantung, penyakit gagal ginjal kronik, dan stroke. Akan
tetapi, guideline terbaru dari JNC 8 menyebutkan bahwa thiazid tidak lagi
direkomendasikan sebagai terapi awal pada semua pasien penderita hipertensi.
Obat-obatan seperti ACE inhibitors, Angiotensin receptor blockers (ARBs), serta
Calcium channel blockers (CCBs) lebih digunakan sebagai terapi dalam
pengobatan pasien penderita hipertensi (Madhur., 2013).
H. Komplikasi
a. Stroke
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Sebanyak 85% stroke
disebabkan akibat infark trombus atau non-trombus (non-hemorrhage) dan 15%
disebabkan oleh perdarahan di otak akibat pecahnya pembuluh darah atau trauma
di kepala (hemorrhage). Hipertensi yang dihubungkan dengan gangguan kognitif
dan dementia dapat menjadi konsekuensi timbulnya oklusi pembuluh arteri besar
yang menyuplai bagian yang mengatur fungsi kognitif di cerebrum. Jika hipertensi
ini menjadi semakin parah, maka akan menimbulkan ensephalophaty hypertension
sehingga dapat menimbulkan kematian dalam beberapa jam (Kotchen., 2012).
b. Gangguan jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab komplikasi utama sekaligus penyebab kematian
pada pasien hipertensi. Jika hipertensi ini mengarah ke jantung, maka disebut
penyakit hipertensi jantung. Hipertensi jantung diakibatkan oleh struktur dan
fungsi dari ventrikel kiri yang mengalami hipertrofi, disfungsi diastole, penyakit
jantung koroner, serta adanya abnormalitas aliran pembuluh darah arteri koroner
oleh karena aterosklerosis (Kotchen., 2012).
c. Gangguan ginjal
Hipertensi juga menjadi komplikasi timbulnya gangguan ginjal primer. Peningkatan
tekanan darah dapat menyebabkan kerusakan glomerulus dalam ginjal sehingga
ginjal tidak mampu membuang zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah. Jika ginjal tidak dapat berfungsi secata optimal, maka dapat
menyebabkan gagal ginjal kronik (GGK) (Kotchen., 2012).
I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada pasien hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Hematokrit
Pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam darah meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar natrium dalam darah. Pemeriksaan hematokrit diperlukan juga
untuk mengikuti perkembangan pengoabatan hipertensi
b. Kalium serum
Peningkatan kadar kalsium dapat meningkatkan hipertensi
c. Kreatinin serum
Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan kreatinin adalah kadar kreatinin dalam darah
meningkat sehingga berdampak pada fungsi ginjal
d. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/adanya diabetes
e. Elektrokardiogram
Pembesaran vertikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat dideteksi dengan
pemeriksaan ini. Dapat juga menggambarkan apakah hipertensi telah lama
berlangsung (Tom Smith, 1991).
2. Pengkajian teoritis
a. Pengkajian
1) Pengukuran Tekanan Darah
Dilakukan untuk mendeteksi tekanan darah dengan intevral yang sering dan
kemudian dilanjutkan dengan interval dengan jadwal yang rutin (Smeltzer &Bare,
2013).
2) Riwayat
Riwayat yang lengkap harus diperoleh untuk mengkaji gejala yang menunjukkan
apakah system tubuh lainnya telah terpengaruh oleh hipertensi. Meliputi tanda
seperti :
a. Perdarahan hidung
b. Nyeri angina
c. Napas pendek
d. Perubahan tajam pandang
e. Vertigo
f. Sakit kepala (Nokturia) (Smeltzer & Bare, 2013)
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama dan karakter
denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung dan
pembuluh darah perifer (Smeltzer &Bare, 2013). Pemeriksaan fisik menurut
(Doenges, 2007) yaitu:
Aktivitas atau istirahat
Sirkulasi integritas ego
Eliminasi
Makanan/cairan
Neurosensori
Nyeri/ketidaknyamanan
Pernafasan
Keamanan
Pembelajaran atau penyuluhan
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi menurut (Doenges, 2007) sebagai
berikut:
1. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload vasokonstriksi.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium/air.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan/penghentian aliran darah.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
c. Intervensi
Intervensi pada pasien hipertensi menurut (Doenges, 2007) sebagai berikut :
1. Nyeri akut (sakit kepala) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Kriteria hasil : - klien melaporkan nyeri berkurang
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri
b. Anjurkan tirah baring selama fase akut.
c. Berikan tindakan non farmakologis salah satunya bekam basah
d. Anjurkan untuk mengurangi aktivitas yang dapat meningkatkan sakit kepala.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat melakukan aktivitas
sesuai tingkat kemampuan.
Kriteria hasil : - klien dapat melakukan aktivitas ringan.
Intervensi:
a. Kaji tingkat kemampuan klien melakukan aktivitas.
b. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas ringan
c. Ajari klien tentan teknik penghematan energi
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload vasokonstriksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan curah
jantung
Kriteria hasil : Tekanan darah dalam rentang normal
Intervensi:
a. Pantau tekanan darah
b. Catat denyut nadi sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan waktu pengisisan kapiler
e. Pertahankan pembatasan aktivitas
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium/air.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan seimbang
Kriteria hasil :
- Berat badan stabil
- Tidak ada edema
Intervensi:
- Pantau tanda vital
- Pantau input dan out put
- Pantau CVP
- Timbang berat badan
- Auskultasi bunyi nafas
5. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan/penghentian aliran darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi perubahan
perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
- Keseimbangan pemasukan/pengeluaran, tak ada edema.
- Ektremitas hangat, teraba nadi perifer.
Intervensi :
- Pantau tanda vital
- Kaji CRT
- Kaji nadi perifer
- Kaji tanda homan, eritema, edema
- Pantau data laboratorium (GDA, BUN, kreatinin dan
elektrolit
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan intregitas
kulit.
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi edema
- Tidak terjadi kerusaka intregitas kulit
Intervensi :
- Kaji ada tidaknya edema
- Ganti posisi tiap 2 jam
- Berikan perawatan kulit
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurangnyainformasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan pasien tentang
penyakit bertambah.
Kriteria Hasil :
- Klien mampu menjelaskan pengertian hipertensi
- Klien mampu menjelaskan penyebab hipertensi
- Klien mampu menjelaskan penatalaksanaan hipertensi
Intervensi :
- Kaji pengetahuan klien tentang hipertensi
- Beri pendidikan kesehatan tentang hipertensi
- Kaji kembali pengetahuan klien tentang hipertensi
- Beri reinforcement positif untuk klien
d. Implementasi
implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
dalam suatu keputusan.
e. Evaluasi
Untuk menentukan seberapa jauh tujuan asuhan telah dicapai
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
INTENSIVE CARE UNIT
Mekanisme Cedera :
Pasien mulai mengalami penurunan kesadaran, pasien memiliki riwayat Hipertensi dan Operasi SC
Saat masuk IGD, pasien tampak lemas dan menagalami penurunan kesadaran
Dengan TTV
TD = 270 mmHg, nadi = 84 x/mnt, RR = 20 x/mnt, suhu = 37 C, Skala Nyeri: 8
Pemriksaan fisik : Konjungtiva anemis, Kondisi mendadak sejak 2 hari
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY Jalan nafasTidak Efektif berhubungan
dengan bronkospasme
Diagnosa Keperawatan:
BREATHING
Gangguan pertukaran gas
Kriteria Hasil :
Akral : Hangat Dingin
TTV dalam batas normal
Nadi : Teraba Tidak teraba Bebas dari tanda – tanda shok
Sianosis : Ya Tidak
Intervensi :
CRT : < 2 detik > 2 detik 1. Memberi cairan infus RL 20 gtt
2. Pantau input dan output cairan
Pendarahan : Ya Tidak ada
3. Pantau tanda-tanda syok
Nyeri dada : Ada
Karakteristik Nyeri : Nyeri kepala, nyeri tengkuk hal ini
dialami lebih dari 2 hari, Nyeri ulu hati hebat
Skala: 8
Edema : tidak ada
Lokasi Edema: tidak ada
Keluhan Lain: tidak da
Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE
Deformitas : Ya Tidak TIDAK ADA MASALAH
Contusio : Ya Tidak KEPERAWATAN
Abrasi : Ya Tidak
Penetrasi : Ya Tidak
Laserasi : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Keluhan Lain:
……
SECONDARY SURVEY
Diagnosa Keperawatan:
ANAMNESA
Riwayat Penyakit Saat Ini :
Nyeri ulu hati hebat, Nyeri kepala, Nyeri tengkuk hal ini
dialami lebih dari 2 hari
Alergi : Tidak ada
Medikasi :
Pasien mengalami penurunan kesadaran
Tanda Vital :
TTV : 270/120mmHg N : 82x/mnt S: 37 RR : 20
x/mnt
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Kepala dan Leher: Tujuan :Nyeri hilang/berkurang
Kepala K.hasil:
- Klien tampak tidak
a. Bentuk : Simetris merasakan nyeri
- Skala nyeri 0(0-10)
b. Keluhan yang berhubungan dengan kepala: Kien
- Tanda –tanda vital
mengatakan nyeri hebat pada kepala Dalam rentang normal
1. Abdomen
a. Bentuk abdomen : Simetris
(
b. Keluhan nyeri tekan : Tidak ada
c. Peristaltik usus : Normal (12 x/i)
d. Hepar :Tidak ada pembesaran
(kelainan)
e. Limfa :Tidak ada pembesaran
(kelainan)
f. Masa tumor : Tidak ada masa tumor
g. Asites :Tidak ada
h. Shifting dullness : Tidak ada
i. Perkusi abdomen :Tympani
j. Spider necvi :Tidak ditemukan
Neurologis :
a. Orientasi : Baik, dapat berorientasi
terhadap waktu, tempat, dan orang
b. Memori : Dapat mengingat jangka panjang dan
pendek
c. Sensorium : Baik, dapat membedakan bau-bauan
d. Kemampuan wicara : Baik
e. Saraf cranial : Tidak ada gangguan
f. Fungsi motorik: Sedikit menurun karena badan lemas
dan terasa nyeri
g. Fungsi sensorik : Baik
h. Reflek fisiologis : Normal
i. Reflek patologis : Baik
j. Kaku kuduk : Tidak ada kaku kuduk
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
RONTGEN
Hasil: ...........................
CT-SCAN
Hasil:……………………..
USG
Hasil: ……………………………
EKG
Hasil ……………………………..
ENDOSKOPI
Hasil:...................................
AGDA
Hasil: ..................................
Darah LengKAP
Enzim jantung
Hasil : TIDAK ADA
Lain-lain, : TIDAK ADA
TERAPI:
Cairan: IUFD RL 20 gtt
Obat-obatan :Captropil tab 25 g ( Sublingual)
Lainnya: Konsul Sp. JP
Shah, M., Patil, S., Patel, B., 2017. Trends in Hospitalization for Hypertensive
Emergency, and Relationship of End-Organ Damage with In-Hospital Mortality.
American Journal of Hypertension. Vol 30 (7): 700-6.
Sowers D.K., 2001. Hypertensive Emergencies. In: Weber M.A., (eds) Hypertension
Medicine. Current Clinical Practice . Humana Press. New Jersey.