Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN UKM

MINI PROJECT

Upaya Penjaringan dalam Mencegah dan Mendeteksi Dini


Hipertensi di Posbindu Wilayah UPTD Puskesmas Ungaran

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh


Program Internsip Dokter Indonesia
UPTD Puskesmas Ungaran
Kabupaten Semarang

Oleh:
dr. Pramudita Widiastuti

UPTD PUSKESMAS UNGARAN


KABUPATEN SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Dr. Pramudita Widiastuti


Topik : Mini Project
Judul : Upaya Penjaringan dalam Mencegah dan Mendeteksi
Dini Hipertensi di Posbindu Wilayah UPTD
Puskesmas Ungaran

Tanggal Pengesahan :............................. 2019

Ungaran, ....................2019

Mengetahui
Kepala Puskesmas Ungaran, Pendamping,

dr. Nugraha dr. Astri Aninda Niagawati


NIP 19651108 200212 1 003 NIP 19741005 200701 2 017
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang umum
ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2015).
Hipertensi disebut sebagai si pembunuh senyap atau The Silent Killer
karena seringkali tidak menimbulkan gejala. Biasanya penderita tidak
mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi dan baru diketahui setelah
terjadi komplikasi (Depkes, 2018). Hipertensi dapat berakibat sangat fatal
karena dapat mempengaruhi kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi
faktor resiko penting terhadap terjadinya penyakit seperti penyakit jantung
koroner, gagal jantung dan stroke. Apabila tidak ditanggulangi secara tepat,
akan terjadi banyak kerusakan organ tubuh, kecacatan permanen, bahkan
kematian mendadak (WHO, 2013).
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh ke
dalam keadaan gawat darurat. Jika tidak terkontrol, hipertensi dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung koroner, gagal
ginjal, gagal jantung, penyakit vaskular perifer dan kerusakan pembuluh
darah retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan. Penyandang
hipertensi harus mendukung pengobatan hipertensi pada dirinya dengan cara
patuh minum obat sesuai yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan dan
monitoring kesehatannya secara berkala. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kualitas hidup agar tidak menimbulkan masalah di masyarakat
perlu upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi dimulai dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang
lebih sehat (Kemenkes RI, 2018).
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus
meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas,
aktivitas yang menurun, dan stress psikososial (WHO, 2000). Hampir 1
milyar orang diseluruh dunia diketahui memiliki tekanan darah tinggi, serta
diperkirakan pada tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup
dengan hipertensi. Hipertensi bahkan membunuh hampir 8 miliyar orang
setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan
Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-
Selatan menderita hipertensi (WHO, 2015).
Berdasarkan Riskesdas 2018, angka kejadian hipertensi di Indonesia
adalah sebesar 8,4%, dimana kasus tertinggi didapatkan di sulawesi utara
(13,2%), sedangkan terendah di Papua sebesar (4,4%).
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2017, penyakit
hipertensi masih menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang
dilaporkan, yaitu sebesar 64,83 persen.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2016, didapatkan
yang menderita hipertensi pada laki-laki sebanyak 9,58 %, sedangkan pada
perempuan sebanyak 11,48 %. Dari rekapan kunjungan pasien pada tahun
2018 yang mengalami hipertensi di posbindu Genuk sebanyak 32%, posbindu
Candirejo sebanyak 37%, posbindu Langensari I sebanyak 34%, posbindu
Langensari II sebanyak 31%, posbindu Gogik sebanyak 26%. Sedangkan
posbindu Ungaran sebanyak 0% dikarenakan belum terbentuknya posbindu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penjaringan dalam upaya mencegah dan mendeteksi dini hipertensi di
posbindu wilayah UPTD Puskesmas Ungaran.
II. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk penjaringan dalam upaya mencegah dan
mendeteksi dini hipertensi di posbindu wilayah UPTD Puskesmas Ungaran
Kabupaten Semarang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140


mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Kemenkes, 2014). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan pembuluh
darah yang persisten ditandai dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau
tekanan diastolik ≥90 mmHg (Chobanian,2003).

B. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, 80-95% penderita hipertensi digolongkan


sebagai hipertensi primer atau esensial yaitu ketika penyebab hipertensi tidak
dapat diidentifikasi (idiopatik) dan sebagian besar merupakan interaksi yang
kompleks antara genetik dan interaksi lingkungan (Cowley,2006).

Sementara itu 5-20% lainnya digolongkan sebagai hipertensi sekunder,


yang diakibatkan adanya penyakit yang mendasari seperti gangguan ginjal,
gangguan adrenal,penyempitan aorta, obstructive sleep apneu, gangguan
neurogenik, endokrin, dan obat-obatan (Chobanian,2003).

C. Klasifikasi

Penentuan derajat hipertensi dilakukan berdasarkan rata-rata dari dua


atau lebih pengukuran tekanan darah (dalam posisi duduk) selama dua atau
lebih kunjungan pasien rawat jalan (Kasper,2008). Klasifikasi hipertensi dapat
dilihat dalam Tabel 1.
Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
(mmHg) (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre-hipertensi 120 – 139 atau 80 -89

Hipertensi tingkat 1 140 –159 atau 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi (Chobanian,2003).

D. Faktor risiko

Terdapat beberapa gaya hidup yang berperan sebagai faktor risiko


berkembangnya hipertensi, termasuk diantaranya adalah: konsumsi makanan
yang mengandung banyak garam dan lemak, sedikit sayur dan buah,
penggunaan alkohol hingga di tingkat yang membahayakan, kurangnya
aktivitas disik, serta pengelolaan stress yang rendah. Gaya hidup tersebut juga
sangat dipengaruhi oleh kondisi pekerjaan dan kehidupan individu
(WHO,2013).

Gambar 1. Faktor risiko hipertensi(WHO,2013)


E. Patofisiologi

Gambar 2. Patofisiologi hipertensi (Kaplan,2006)

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem


sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan
resistensi vaskular (peripheral vascular resistance). Fungsi kerja masing-
masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai
faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari
faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan /
atau ketahanan peripheral (Kaplan,2006).

Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac


output secara logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan
(preload) atau peningkatan kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis.
Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar cardiac output tidak meningkat yaitu
dengan cara meningkatkan resistensi perifer (Kaplan,2006)
Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi
karena peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload,
sehingga meningkatkan cardiac output (Kapla,2006).

F. Diagnosis

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:

1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.


2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,
beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau
penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan
panduan pengobatan (Rahajeng,2009).

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara


anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya
tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang
akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor
pasien, faktor alat dan tempat pengukuran (Depkes RI,2006).

a. Anamnesis

Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama


menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan
penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok,
konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga,
pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran
tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian
diperiksa ulang di kontrolateralnya (Depkes RI,2006)
b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk


berat dan tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada
kedua lengan, dan dianjurkan pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri
sehingga dapat mengevaluasi hipotensi postural. Pasien yang berusia
kurang dari 30 tahun sebaiknya juga diukur tekanan arterinya di
ekstremitas bawah, setidaknya satu kali. Laju nadi juga dicatat
(Kasper,2008).

Palpasi leher dilakukan untuk meraba pembesaran tiroid dan


penilaian terhadap tanda hipo- atau hipertiroid serta memeriksa adanya
distensi vena. Pemeriksaan pembuluh darah dapat menggambarkan
penyakit pembuluh darah dan sebaiknya mencakup funduskopi, auskultasi
untuk mencari bruit pada arteri karotis dan arteri femoralis serta palpasi
pada pulsasi femoralis dan kaki. Retina merupakan jaringan yang arteri
dan arteriolnya dapat diperiksa secara langsung. Seiring dengan
peningkatan derajat beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, terjadi
perubahan progresif pada pemeriksaan funduskopi, yaitu adanya
peningkatan refleks cahaya arteriol, defek pertukaran arteriovenosus,
hemoragik, eksudat, dann pada pasien dengan hipertensi maligna dapat
ditemukan papilledema (Kasper,2008).

Pemeriksaan pada jantung dapat menunjukkan abnormalitas dari


laju dan ritme jantung, peningkatan ukuran, heave perikordial, murmur
serta bunyi jantung ketiga dan keempat. Pembesaran jantung kiri dapat
dideteksi dengan iktus kordis yang membesar dan bergeser ke lateral.
Pemeriksaan paru dapat ditemukan rhonki basah halus dan tanda
bronkospasme.Pemeriksaan abdomen untuk menemukan adanya bruit
renal atau abdominal, pembesaran ginjal atau adanya pulsasi aorta yang
abnormal. Bruit abdomen, khususnya bruit yang lateralisasi dan melebar
sepanjang sistol ke diastol, meningkatkan kemungkinan adanya hipertensi
renovaskular. Dilakukan juga pemeriksaan pada ekstremitas untuk
mengevaluasi edema atau hilangnya pulsasi arteri perifer. Pemeriksaan
fisik sebaiknya termasuk pemeriksaan saraf (Kenning,2014).

Cara pemeriksaan tekanan darah (Depkes RI,2006)

1) Pengukuran tekanan darah yang umum dilakukan menggunakan alat


tensi meter yang dipasang/dihubungkan pada lengan pasien dalam
keadaan duduk bersandar, berdiri atau tiduran. Penurunan lengan dari
posisi hampir mendatar (setinggi jantung) ke posisi hampir vertikal
dapat menghasilkan kenaikan pembacaan dari kedua tekanan darah
sistolik dan diastolik.
2) Untuk mencegah penyimpangan bacaan sebaiknya pemeriksaan tekanan
darah dapat dilakukan setelah orang yang akan diperiksa beristirahat
selama 5 menit. Bila perlu dapat dilakukan dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 sampai 20 menit pada sisi kanan dan kiri. Ukuran
manset dapat mempengaruhi hasil.
3) Sebaiknya lebar manset 2/3 kali panjang lengan atas. Manset sedikitnya
harus dapat melingkari 2/3 1engan dan bagian bawahnya harus 2 cm di
atas daerah lipatan lengan atas untuk mencegah kontak dengan
stetoskop.
4) Balon dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka
perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per denyut jantung.
Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang pertama
(Korotkoff I), sedangkan tekanan diastolik dicatat pada bunyi yang
kelima (Korotkoff V).

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang sebagai evaluasi inisial pada penderita


hipertensi meliputi pengurukan funsi ginjal, elektrolit serum, glukosa
puasa, dan lemak dapat diulang kembali setelah pemberian agen
antihipertensi dan selanjutnya sesuai dengan indikasi klinis. Pemeriksaan
laboratorium ekstensif diperlukan pada pasien dengan hipertensi yang
resisten terhadap obat dan ketiga evaluasi klinis mengarah pada bentuk
kedua dari hipertensi (Kasper,2008).

Sistem Pemeriksaan

Ginjal Urinalisis mikroskopik, ekskresi albumin, serum BUN dan/ kreatinin

Endokrin Serum natrium, kalium, kalsium, dan TSH

Metabolik Glukosa puasa atau HbA1c, profil lipid (kolesterol total, HDL dan LDL,
trigliserida)

Lainnya Darah lengkap, rontgen dan elektrokardiogram


Tabel 3. Pemeriksaan Penunjang sebagai evaluasi awal (Kenning,2014).

G. Tatalaksana

1. Tatalaksana Farmakologis

Terdapat beberapa rekomendasi menurut JNC VIII untuk


menangani hipertensi, beberapa rekomendasi tersebut antara lain:
a. Rekomendasi 1: Pada populasi umum, terapi farmakologik mulai
diberikan jika tekanan darah sistolik ≥150 mmHg atau jika tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg pada kelompok usia ≥60 tahun dengan
target terapi adalah tekanan darah sistolik <150 mmHg dan tekanan
darah diastolik <90 mmHg.
b. Rekomendasi 2: Pada kelompok usia < 60 tahun, terapi farmakologik
mulai diberikan jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target
terapi adalah tekanan darah diastolik <90 mmHg (untuk kelompok
usia 30-59 tahun).
c. Rekomendasi 3: Pada kelompok usia <60 tahun, terapi farmakologik
mulai diberikan jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dengan target
terapi adalah tekanan darah sistolik <140 mmHg.
d. Rekomendasi 4: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan gagal ginjal
kronis terapi farmakologik mulai diberikan jika tekanan darah sistolik
≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target
terapi adalah tekanan darah sistolik <140 mmHg dan tekanan darah
diastolic <90 mmHg.
e. Rekomendasi 5: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan diabetes
melitus terapi farmakologik mulai diberikan jika tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan
target terapi adalah tekanan darah sistolik <140 mmHg dan tekanan
darah diastolic <90 mmHg.
f. Rekomendasi 6: Pada populasi bukan kulit hitam, termasuk penderita
diabetes melitus, terapi inisial dapat menggunakan diuretik-thiazide,
penghambat kanal kalsium, angiotensin-converting enzyme inhibitor
(ACEI) atau angiotensin receptor blocker (ARB).
g. Rekomendasi 7: Pada populasi kulit hitam, termasuk penderita
diabetes melitus terapi inisial dapat menggunakan diuretik-thiazide
atau penghambat kanal kalsium.
h. Rekomendasi 8: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan gagal ginjal
kronis terapi antihipertensi harus menggunakan ACEI atau ARB untuk
memperbaiki outcomepada ginjal. (Terapi ini berlaku untuk semua
pasien gagal ginjal kronis dengan hipertensi tanpa memandang ras
ataupun penderita diabetes melitus atau bukan.)
i. Rekomendasi 9: Tujuan utama dari penanganan hipertensi adalah
untuk mencapai dan mempertahankan tekanan darah yang ditargetkan.
Apabila target tekanan darah tidak tercapai setelah 1 bulan pengobatan
maka dosis obat harus ditingkatkan atau ditambahkan dengan obat
lainnya dari golongan yang sama (golongan diuretic-thiazide, CCB,
ACEI, atau ARB). Jika target tekanan darah masih belum dapat
tercapai setelah menggunakan 2 macam obat maka dapat ditambahkan
obat ketiga (tidak boleh menggunakan kombinasi ACEI dan ARB
bersamaan). Apabila target tekanan darah belum tercapai setelah
menggunakan obat yang berasal dari rekomendasi 6 karena ada
kontraindikasi atau diperlukan >3 jenis obat untuk mencapai target
tekanan darah maka terapi antihipertensi dari golongan yang lain
dapat digunakan (James,2013).
Gambar 4. Algoritma tatalaksana hipertensi pada dewasa (James,2013).
Untuk terapi farmakologis, berikut adalah beberapa jenis obat serta
dosisnya yang dapat digunakan.

Tabel 4. Obat anti hipertensi beserta dosisnya (James,2013).

Tabel 5. Strategi penggunaan obat anti hipertensi (James,2013).


2. Tatalaksana Non Farmakologis

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal


sebelum penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan
oleh seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi
yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu
pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu,
modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena
berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Pendekatan
nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
a. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain
itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko
aterosklerosis.
Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian
eksperimental, sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan
berhubungan langsung dengan penurunan tekanan darah rata-rata 2-3
mmHg per kg berat badan (Basuki,2001).
b. Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan
aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan
menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik
dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga
teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan
tekanan darah walaupun berat badan belum tentu turun. Melakukan
aktivitas secara teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45
menit/hari) diketahui sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif
hipertensi hingga mencapai 19% hingga 30%. Begitu juga halnya
dengan kebugaran kardio respirasi rendah pada usia paruh baya
diduga meningkatkan risiko hipertensi sebesar 50%.
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan
perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat
menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingat adalah bahwa
olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi
(Kaplan,2002).
c. Perubahan pola makan
1) Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan
upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah
awal pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam
harus memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan
memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak
mengandung garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol
per hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan,
memasak tanpa garam, menghindari makanan yang sudah
diasinkan, dan menggunakan mentega yang bebas garam. Cara
tersebut diatas akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi
asupan garam secara ketat dan akan mengurangi kebiasaan makan
pasien secara drastic (Kaplan,2002).
2) Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan
yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan
makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan
tekanan darah (Kaplan,2002).
3) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah
lemak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral
bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya
dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko
terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan
magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak
konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak
mineral, seperti seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium),
kacang-kacangan (banyak mengandung magnesium). Sedangkan
susu dan produk susu mengandung banyak kalsium (Kaplan,2002).
d. Menghilangkan stress
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau
bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara
untuk menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan
membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat
meringankan beban stress (Rahajeng,2009).

H. Komplikasi

1. Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering
menyebabkan kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi
merupakan hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan
pembesaran jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal jantung
(Kasper,2008).
2. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark
dan hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya
karena hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring
dengan peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun.
Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik
ataupun stroke hemorgik (Kasper,2008).
3. Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang
sering terjadi pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati,
tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika
ada proteinuria (Kasper,2008).

I. Pencegahan

Pencegahan dan kontrol dari hipertensi membutuhkan dukungan politik


sebagai peran dari pemerintah dan para pembuat kebijakan. Petugas kesehatan,
komunitas peneliti akademis, lembaga masyarakat, sektor privat, serta keluarga
dan penderita hipertensi sendiri semuanya ikut berperan (Chobanian,2003).
BAB III

METODE

A. Identifikasi Sasaran
Penyelenggara Upaya Penjaringan Hipertensi di Posbindu perlu
memiliki data sasaran jumlah posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ungaran.
Data dapat diperoleh dari Sistem Informasi Posbindu, Puskesmas, atau data
hasil pengumpulan kerjasama dengan bidan Desa di Puskesmas Ungaran.

B. Metode Kegiatan
Metode yang ditentukan adalah metode belajar yang digunakan oleh
orang dewasa (adult learning atau andagogy) yang menekankan adanya
partisipasi aktif dari peserta penjaringan hipertensi dan penggunaan diskusi
atau tanya jawab sebagai motor utama kelas ibu balita. Metode ceramah
diperbolehkan dalam batas waktu tertentu 50-75% dari total waktu.
Rekam proses atau pencatatan dokumentasi proses pelaksanaan kelas
secara rinci sangat penting dilaksanakan. Hasil dokumentasi atau pencatatan
dapat digunakan sebagai alat untuk evaluasi proses kedepannya.

C. Pelaksanaan
1. Tanggal : 23 Januari 2019
2. Waktu : 08.00 WIB – 11.30 WIB
3. Tempat : Balai pertemuan Dliwang RT 3 RW 3 Ungaran
4. Peserta : Kader dan peserta posbindu
5. Metode : Penyuluhan dan pemeriksaan
6. Kegiatan : Screening dan penyuluhan PTM

D. Acara Pelatihan
Tabel Januari 2019

WAKTU ACARA PENANGGUNG JAWAB


07.00 - 07.10 Persiapan di Puskesmas -

07.10 - 07.30 Perjalanan ke posbindu Sie Transport

07.30 - 07.50 Tiba di posbindu dan persiapan acara Dokter Internsip

07.50 - 08.00 Pembukaan Dokter Chika

08.00 - 08.10 Sambutan I Kepala UPTD Puskesmas Ungaran

08.10 - 08.20 Sambutan II Kabag Pemerintahan

Kepala UPTD Puskesmas Ungaran,


08.20 – 08.25 Pembagian Bookchart untuk puskesmas
Dokter Internsip,

08.25 - 08.30 Pretest Dokter Internsip

08.30 - 08.40 Presentasi I Posbindu Dokter Alfiana

08.40 – 08.50 Presentasi II Hipertensi Dokter Husna

08.50 – 09.00 Persentasi III Asam urat Dokter Athiefah

09.00 – 09.10 Senam Hipertensi Dokter Chika

09.10 – 09.20 Persentasi IV Diabetes Melitus Dokter Dinda

09.20-09.40 Persentasi V Kolesterol Dokter Dita

09.40-09.50 Persentasi VI Gizi Dokter Tanti

09.50-10.00 Post test dan Pembahasan Dokter Internsip

10.00-11.00 Pelaksanaan Posbindu Dokter Internsip

11.00- 11.15 Penutup MC, Time Keeper

E. Kerangka Teori
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatar belakangi atau

dipengaruhi oleh tiga faktor yakni faktor-faktor predisposisi (predisposing

factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor

yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors).


Faktor Predisposisi

1. Pengetahuan
2. Keyakinan
3. Nilai
4. Sikap Non
5. geograf
Non
Kesehatan
Faktor Pendukung Perilaku
Pendidikan
kesehatan 1. Tugas kesehatan
2. Keterjangkauan sumber Perilaku Kesehatan Kesejahteraan
3. Prioritas dan komitmen.

Faktor pendorong

1. Keluarga
2. Petugas Kesehatan
3. Masyarakat

F. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori tersebut diatas maka peneliti mengadopsinya dalam membuat

kerangka konsep penelitian sebagai berikut :


Upaya penjaringan penderita hipertensi di posbindu :

1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan
G. Kerangka Kegiatan dan Penelitian
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada pelaksanaan Upaya Penjaringan Hipertensi
di Posbindu adalah sebagai berikut :
1. Pretest dan Posttest
Sebelum dan setelah dilakukan penyampaian pokok bahasan dan
review materi, narasumber memberikan alat tulis pada masing-masing
peserta berupa selembar kertas dan pulpen. Kemudian narasumber
menampilkan pertanyaan materi pretest dan posttest. Soal-soal pada
pretest dan posttest berupa multiple choice berjumlah masing-masing 15
pertanyaan. Lima belas pertanyaan tersebut merupakan kumpulan dari
masing-masing materi yang akan dan telah disampaikan oleh para
narasumber. Durasi satu soal berkisar 30 detik. Selanjutnya, peserta
menuliskan jawaban di kertas secara mandiri.Tujuan diadakan Pretest
adalah untuk menilai sejauh mana pengetahuan dari peserta posbindu
sebelum diadakannya penyuluhan mengenai hipertensi. Setelah sesi Tanya
jawab dan feedback selesai dari semua materi, selanjutnya dilakukan
Posttest kepada peserta di hari yang sama untuk menilai pemahaman
terhadap materi yang telah disampaikan. Posttest berisi 15 pertanyaan
yang sama dengan soal Pretest. Setelah dilakukannya Posttest, pertanyaan
dalam Posttest dibahas agar narasumber dan peserta dapat mengetahui
apakah materi yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh
peserta posbindu. Hasil Pretest dan Posttest masing-masing peserta
kemudian dianalisis untuk melihat apakah ada peningkatan pengetahuan
setelah materi disampaikan.

2. Indepth Interview dengan KuesionerEvaluasi


Tiga minggu setelah pelaksanaan penyuluhan di posbindu,
dilakukan evaluasi terhadap peserta posbindu melalui pengisian kuisioner.
Pengisian kuisioner dilakukan di posbindu. Kuisioner berisi mengenai
identitas peserta meliputi nama, umur,jenis kelamin, dan alamat rumah.
Serta berisi pertanyaan tertutup sesuai teori behavior. Hal tersebut
bertujuan menilai tingkat pengetahuan para peserta posbindu terkait materi
yang sudah didapatkan.
BAB IV
PELAKSANAAN

1.1. Kegiatan Mini Project


Kegiatan Upaya Penjaringan Hipertensi di Posbindu di wilayah kerja
Puskesmas Ungaran diawali dengan permohonan ijin ke pihak pelaksana posbindu
yang akan dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Rabu, 23 Januari 2019
Waktu : 08.00-11.30 WIB
Tempat : Dliwang RW 03, Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Ungaran
Permohonan ijin dilakukan oleh perwakilan dokter Internsip dan dokter
pendamping di UPTD Puskesmas Ungaran. Kehadiran pihak puskesmas disambut
baik oleh pihak pelaksana posbindu, yaitu penanggung jawab dan para kadernya.
Selain membahas perijinan, juga mendiskusikan metode penyuluhan dan
pemeriksaan, dimana telah disepakati bahwa penyuluhan diadakan sebelum
pemeriksaan.
Sebelum kegiatan berlangsung seluruh dokter Internsip mengunjungi posbindu
di wilayah kerja Puskesmas Ungaran, mengamati dan melakukan survei langsung
tempat kegiatan diadakan.
Upaya Penjaringan Hipertensi di Posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Ungaran dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Rabu, 23 Januari 2019
Waktu : 08.00-11.30 WIB
Tempat : Dliwang RW 03, Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Ungaran
Acara dimulai pukul 08.00 WIB oleh pembawa acara, diawali dengan
sambutan Kepala UPTD Puskesmas Ungaran sekaligus menyerahkan bookchart
dan cakram IMT kepada pihak UPTD Puskesmas Ungaran secara simbolis dan
dilanjutkan sambutan Lurah Ungaran.
Sebelum pemberian materi dimulai, peserta diminta untuk mengambil
posisi duduk yang berjauhan untuk mengikuti Pre test. Cara ini dilakukan untuk
menambah nilai obyektifitas jawaban soal Pre test guna melihat pengetahuan awal
dari peserta posbindu. Metode Pre test seperti ini juga dipilih untuk memberikan
penyegaran kepada peserta sebelum penyuluhan/pemberian materi. Pre test diikuti
sejumlah 20 peserta.
Pemberian materi dilakukan secara bergantian oleh dokter Internsip UPTD
Puskesmas Ungaran Periode November – Maret 2019. Secara berurutan materi
yang diberikan adalah:
1. Pengenalan Posbindu
2. Hipertensi
3. Asam Urat
4. Diabetes Mellitus
5. Kolesterol
6. Gizi
Selama penyuluhan berlangsung, peserta terlihat antusias dalam menerima
materi yang diberikan. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai pertanyaan dari
peserta. Beberapa pertanyaan yang muncul selama pemberian materi, diantaranya:
1. Apakah tekanan darah sudah normal boleh berhenti minum obat?
2. Apakah bener stres juga memengaruhi tekanan darah?
3. Apakah hipertensi merupakan penyakit keturunan?
Dipertengahan pemberian materi yaitu pukul 9.00 WIB, peserta diajak
untuk mengikuti senam hipertensi yang dipimpin oleh dokter Internsip. Semua
peserta terlihat senang dan berpartisipasi aktif mengikuti senam tersebut.
Setelah pemberian materi selesai, peserta dipersiapkan kembali untuk
mengikuti kegiatan Post test, terdapat 15 soal yang setiap soalnya berdurasi 30
detik. Seperti Pre test, Post test juga diikuti oleh 20 orang peserta. Tipe soal Post
test adalah multiple choice, setelah selesai, hasil Post test dikumpulkan lalu kami
nilai dan digabungkan dengan hasil Pre test sebelum pemberian materi.
Hasil Pre test dan Post test
Nomor Jumlah Peserta dengan Jawaban Betul
Pertanyaan Pre test Post test
1. 12 20
2. 13 19
3. 11 15
4. 9 16
5. 10 20
6. 9 20
7. 11 20
8. 10 18
9. 10 15
10. 15 17
11. 12 19
12. 10 20
13. 13 14
14. 10 18
15. 11 20

Setelah selesai, kami melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu pelaksanaan


posbindu. Prosedur kegiatan posbindu terdiri dari 5 tahap:
1. Registrasi dan pemberian nomor kode/urut yang sama serta pencatatan
ulang hasil pengisian KMS FR-PTM ke buku pencatatan oleh kader
2. Wawancara oleh kader
3. Pengukuran TB, BB, IMT, Lingkar Perut, Analisa Lemak Tubuh
4. Pemeriksaan Tekanan Darah, Gula darah, Kolesterol, dan Asam Urat
5. Identifikasi faktor risiko PTM, Konseling/Edukasi, serta tindak lanjut
lainnya.

Dari data Pre test dan Post test diatas kemudian dilakukan pengujian statistik
guna membuktikan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan responden setelah
dilakukan program pemberian materi.

Gambaran Hasil Pretest dan Posttest tersaji dalam tabel berikut:

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 PRE TEST 11.0667 15 1.66762 .43058

POST TEST 18.0667 15 2.15362 .55606

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan rata-rata nilai
pengetahuan peserta dari nilai Pretest sebesar 11.07 ± 1.66 menjadi sebesar 18.07 ±
2.15 setelah dilakukan Posttest. Selanjutnya untuk membuktikan bahwa kenaikan
nilai tersebut mencapai taraf signifikan maka dilakukan uji normalitas untuk
mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak secara analitis.

Uji normalitas Pretest


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PRE TEST .205 15 .088 .906 15 .117

a. Lilliefors Significance Correction


Uji normalitas Posttest

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

POST TEST .215 15 .060 .836 15 .011

a. Lilliefors Significance Correction

Karena pada uji normalitas pre test dan posttest data terdistribusi normal
(p>0.05) maka memenuhi syarat untuk dilakukan uji T berpasangan. Hasil uji T
berpasangan:

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 PRE TEST -


-7.00000 2.92770 .75593 -8.62131 -5.37869 -9.260 14 .000
POST TEST

Tabel di atas menggambarkan hasil uji T berpasangan. Diperoleh nilai


significancy 0.000 (P<0.005) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara
pretest dan posttest.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan telah
berhasil dilakukan. Dibuktikan dengan peningkatan jumlah peserta yang
memberikan jawaban benar dari tiap-tiap pertanyaan yang diberikan dari Pre test
dan Post test.
Dalam pelaksanaan penyuluhan ini, tentunya masih didapatkan beberapa
hambatan yang kemudian juga akan mempengaruhi hasil luaran yang diharapkan
dari pelaksanaan penyuluhan ini. Hambatan tersebut adalah:
1. Sarana dan prasarana yang kurang memadahi (pencahayaan yang berlebih
sehingga tampilan slide kurang terlihat jelas.
2. Adanya keterbatasan waktu pelaksanaan, membuat dokter Internsip sedikit
kesulitan karena materi yang diberikan cukup banyak.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Guna melakukan monitoring dan evaluasi, peneliti melakukan kunjungan kembali


ke Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ungaran yang dilaksanakan satu bulan setelah
Kegiatan Upaya Penjaringan Hipertensi. Kunjungan dilakukan oleh seluruh dokter
Internsip didampingi oleh dokter pendamping UPTD Puskesmas Ungaran. Berikut adalah
daftar peserta Posbindu:

No Nama Jenis Kelamin Usia Alamat


1 HS Perempuan 67 tahun Dliwang RW 03
2 LS Perempuan 51 tahun Dliwang RW 03
3 DR Perempuan 53 tahun Dliwang RW 03
4 SS Perempuan 63 tahun Dliwang RW 03
5 RT Laki-laki 66 tahun Dliwang RW 03
6 DM Laki-laki 75 tahun Dliwang RW 03
7 EV Perempuan 58 tahun Dliwang RW 03
8 SM Perempuan 60 tahun Dliwang RW 03
9 YN Perempuan 48 tahun Dliwang RW 03
10 KT Perempuan 43 tahun Dliwang RW 03
11 SR Perempuan 67 tahun Dliwang RW 03
12 NT Perempuan 56 tahun Dliwang RW 03
13 SW Perempuan 64 tahun Dliwang RW 03
14 DT Laki-laki 57 tahun Dliwang RW 03
15 KS Perempuan 53 tahun Dliwang RW 03
16 SH Perempuan 60 tahun Dliwang RW 03
17 EN Perempuan 64 tahun Dliwang RW 03
18 HN Perempuan 45 tahun Dliwang RW 03
19 DW Perempuan 62 tahun Dliwang RW 03
20 ST Perempuan 58 tahun Dliwang RW 03
21 NN Perempuan 53 tahun Dliwang RW 03
22 SJ Laki-laki 80 tahun Dliwang RW 03
Penilaian dari kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah dengan melakukan
memory recall dan pengamatan perilaku peserta Kegiatan Upaya Penjaringan Hipertensi
melalui kuisioner terstruktur. Penyusunan kuisioner didasarkan pada materi yang telah
disampaikan pada pelaksanaan penjaringan hipertensi sebelumnya. Berdasarkan penilaian
tersebut, kami memperoleh gambaran data sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
Gambaran Riwayat Kesehatan Pada Akhir Program

No Pertanyaan Jawaban peserta

Apakah bapak/ibu pernah mendengar Ya 20 90%


1 tentang penyakit tekanan darah tinggi /
1 hipertensi? Tidak 2 10%

Bila Ya, darimana? Tenaga kesehatan 13


2 59%
2
3 Koran, Brosur,
9
Leaflet, dll 41%

3 Apakah Bapak/ Ibu pernah didiagnosis Ya 7 32%


3 menderita pernyakit tekanan darah
5 tinggi/hipertensi? Tidak 15 68%

4 Apakah di keluarga bapak/ibu ada yang Ya 9 41%


4 terdiagnosis tekanan darah
7 tinggi/hipertensi? Tidak 13 59%

5 Apakah anda mempunyai keluhan selama Ada 9 41%


5 6 bulan terakhir?
9 Tidak ada 13 59%
Kapan keluhan tersebut muncul? Sewaktu-waktu 6 67%
Sehabis bekerja 0 0
6 Saat bekerja 0 0
6
Waktu ada masalah 3 33%
Istirahat 0 0

Dari 6 pertanyaan mengenai riwayat kesehatan yang kami ajukan kepada 22


peserta posbindu, didapatkan bahwa 7 peserta (32%) pernah didiagnosis menderita
hipertensi, dimana sebanyak 9 peserta (41%) mengakui memiliki riwayat hipertensi pada
keluarga. Sebanyak 9 peserta (41%) juga mengakui memiliki keluhan hipertensi dalam 6
bulan terakhir seperti jantung berdebar-debar, tengkuk berat, mata berkunang-kunang, dll.
Sebanyak 6 peserta (67%) mengakui keluhan tersebut muncul sewaktu-waktu, dan 3
peserta (33%) mengatakan keluhan tersebut hanya muncul saat ada masalah.
Gambaran Aspek Perilaku dan Lingkungan Pada Akhir Program
Hasil
No Pernyataan
Pilihan Jawaban
%
1 minggu sekali 0 0
2 minggu sekali 0 0
1
1 bulan sekali 12 55
Saya memeriksakan tekanan darah
Tidak pernah 2 9
setiap....
Tidak tentu 8 36
Klinik/RS 7 32
Saya memeriksakan tekanan darah Posbindu 10 45
2 Puskesmas 0 0
di......
Dokter/Perawat/Bidan 5 23

Bila no. 1 Ya, apakah selama ini Ya, teratur 3 27


bapak/ibu meminum obat tekanan
3
darah tinggi/hipertensi secara
teratur? Tidak teratur 8 73

Apakah bapak/ibu tetap minum Ya 2 18


obat penurun tekanan darah
4 tinggi/hipertensi saat tidak ada
keluhan? Tidak 9 82

2 9
± ½ bungkus
0 0
5 Saya merokok per hari 1-1,5 bungkus
sebanyak… 0 0
> 2 bungkus
Tidak pernah 20 91
Setiaphari 17 77

1-3x/minggu 2 9
6
Saya makan sayuran sebanyak.....
4-6x/minggu 3 14
Tidak pernah 0 0
1 sendok teh 15 68
Saya menggunakan garam dan
2 sendok teh 3 14
7
penyedap rasa sehari untuk
3 sendok teh 0 0
memasak sebanyak
>3 sendok teh 1 4
Tidak pernah 3 14
1-2 kali/minggu 15 68
3-4 kali/minggu 1 4
Saya makan makanan instan 5-6 kali/minggu 0 0
8
> 7 kali/minggu 1 4
(sarden, mieinstan) sebanyak ....
Tidak pernah 5 24

9 1 kali 6 27
2 kali 3 14
3 kali 4 18
Berapa kali anda berolah raga >3 kali 3 14
dalam 1 minggu…. Tidak pernah 6 27
< 15 menit 9 41
15-30 menit 6 27
10 Berapa menit setiap kali anda 30 – 45 menit 0 0
berolah raga 45 – 60 menit 0 0
> 60 menit 7 32
Sering 0 0
Seberapa sering saya marah Kadang-kadang 10 45
11 marah... Jarang 10 45
Tidak pernah 2 10
< 4 jam/hari 0 0
Saya tidur selama...... dalam satu 4-5 jam / hari 6 27
12 hari. 5-8 jam sehari 16 73
> 8 jam 0 0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan 12 pertanyaan yang kami ajukan
terhadap peserta guna mengetahui gambaran perilaku dan lingkungan, terdapat 2 pernyataan
yang perlu mendapatkan perhatian karena menunjukkan masih kurangnya perilaku peserta
dalam ketaatan minum obat. Namun mayoritas peserta menunjukkan memiliki perilaku yang
baik. Hal ini ditunjukkan bahwa peserta menjawab positif pada 10 pertanyaan lain yang
diberikan. Sehingga dapat disimpulkan, rata-rata peserta Posbindu memiliki sikap yang baik
setelah diberikan materi penyuluhan, ditunjukkan dengan nilai rata-rata mencapai 83%.

Gambaran Aspek Edukasi dan Organisasi Pada Akhir Program


No Pernyataan Ya Tidak Tidak tahu
jml % jml % Jml %
1 Penuaan meningkatkan resiko terjadinya tekanan 17 77 1 5 4 18
darah tinggi
2 Faktor keturunan meningkatkan resiko terjadinya 16 72 3 14 3 14
tekanan darah tinggi
3 Mandi malam tidak meningkatkan resiko 8 36 6 28 8 36
terjadinya tekanan darah tinggi
4 Kegemukan meningkatkan resiko terjadinya 13 59 0 0 9 41
tekanan darah tinggi
5 Makan makanan yang tinggi garam dapat 20 92 1 4 1 4
meningkatkan resiko terjadinya tekanan darah
tinggi
6 Tidak minum obat tekanan darah tinggi teratur 14 64 4 18 4 18
sesuai aturan memicu kambuhnya tekanan darah
tinggi
7 Sering merasa banyak fikiran meningkatkan resi 17 77 2 9 3 14
ko terjadinya tekanan darah tinggi
8 Kurang olahraga meningkatkan resiko terjadinya 16 73 2 9 4 18
tekanan darah tinggi
9 Mengkonsumsi daun singkong dapat 6 27 7 32 9 41
meningkatkan terjadinya tekanan darah tinggi
10 Tengkuk leher terasa kaku/kencang merupakan 15 68 1 5 6 27
tanda terjadinya penyakit tekanan darah tinggi
11 Sakit kepala merupakan tanda terjadinya 12 54 5 23 5 23
penyakit tekanan darah tinggi
12 Mata berkunang-kunang merupakan tanda 7 32 6 27 9 41
terjadinya penyakit tekanan darah tinggi
13 Nyeri punggung bukan merupakan tanda 4 18 9 41 9 41
terjadinya penyakit tekanan darah tinggi
14 Takanan darah tinggi dapat mengakibatkan 20 91 2 9 0 0
stroke/kelumpuhan
15 Makan daun bayam tidak dapat menyebabkan 9 41 7 32 6 27
tekanan darah tinggi
16 Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan gagal 15 68 0 0 7 32
ginjal
17 Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan 20 91 0 0 2 9
serangan jantung
18 Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan 17 77 2 9 3 14
gangguan penglihatan
19 Penderita tekanan darah tinggi tidak dapat 21 95 1 5 0 0
mengkonsumsi makanan asin sesuai keinginan
selama minum obat darah tinggi secara teratur
20 Penderita tekanan darah tinggi harus mengurangi 17 77 3 14 2 9
makanan berlemak
21 Jika tekanan darah menunjukkan 140/90, maka 14 64 4 18 4 18
disebut tekanan darah tinggi
22 Mengkonsumsi mentimun dapat menurunkan 22 100 0 0 0 0
tekanan darah
23 Mengkonsumsi pisang dapat meningkatkan 3 14 9 41 10 45
tekanan darah
24 Mengkonsumsi seledri dapat 17 77 1 5 4 18
menurunkan tekanan darah
25 Mengkonsumsi bawang dapat 10 45 3 14 9 41
menurunkan tekanan darah
26 Merokok dapat meningkatkan tekanan darah 17 77 1 5 4 18
27 Minum kopi dapat meningkatkan tekanan darah 15 68 4 18 3 14

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan 27 pertanyaan mengenai edukasi
dan organisasi, terdapat 5 pernyataan yang perlu mendapatkan perhatian karena
menunjukkan kurangnya pengetahuan peserta. Yaitu pernyataan nomor 3, 9, 12, 13 dan 23
dimana sebagian besar peserta menjawab tidak tahu. Namun untuk 22 pertanyaan lainnya
sebagian besar peserta mampu menjawab dengan tepat. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam hal edukasi dan organisasi sebagian peserta sudah memiliki pengetahuan dan
organisasi yang baik. Dari hasil tersebut juga dapat disimpulkan bahwa pemberian
penyuluhan telah berhasil dilakukan, dibuktikan dengan peningkatan jumlah peserta yang
memberikan jawaban benar dari tiap-tiap pernyataan yang diberikan dari Pretest dan
Posttest.
Gambaran Aspek Dukungan dan Saran Pada Akhir Program
No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
(4-6x/minggu) (1-3x/minggu) Pernah
1 Apakah keluarga memperhatikan kondisi 20 1 1 0
kesehatan anda ?
2. Apakah keluarga mengingatkan anda 15 2 5 0
untuk memeriksakan tekanan darah?
3 Apakah keluarga membantu biaya 18 1 1 2
pengobatan anda?
4 Apakah keluarga mengantar anda ke 15 1 2 4
fasilitas kesehatan untuk mengontrol
tekanan darah ?
5 Apakah keluarga mengingatkan untuk 20 1 1 0
menghindari makanan yang dilarang oleh
tenaga kesehatan ?
6 Apakah keluarga mengingatkan untuk 16 3 1 2
melakukan aktivitas yang dianjurkan oleh
tenaga kesehatan ?

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 6 pertanyaan yang kami ajukan terhadap
peserta guna mengetahui gambaran dukungan dan saran, mayoritas peserta menunjukkan
memiliki dukungan yang baik dari keluarga. Hal ini ditunjukkan bahwa mayoritas peserta
menjawab positif pada semua pertanyaan yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan, rata-
rata peserta Posbindu memiliki dukungan yang baik dengan nilai rata-rata mencapai 79%.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Hipertensi disebut sebagai si pembunuh senyap atau The Silent Killer karena
seringkali tidak menimbulkan gejala. Biasanya penderita tidak mengetahui kalau
dirinya mengidap hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.
Penyandang hipertensi harus mendukung pengobatan hipertensi pada dirinya dengan
cara patuh minum obat sesuai yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan dan monitoring
kesehatannya secara berkala. Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-
waktu bisa jatuh ke dalam keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kualitas hidup agar tidak menimbulkan masalah di masyarakat perlu
upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat
Dari hasil kegiatan penjaringan dalam upaya mencegah dan mendeteksi dini
hipertensi oleh dokter Internsip yang diberikan kepada masyarakat Ungaran
khususnya warga Dliwang RW 03, dapat disimpulkan bahwa:
1. Didapatkan 7 peserta (32%) pernah didiagnosis menderita hipertensi, dimana
sebanyak 9 peserta (41%) mengakui memiliki riwayat hipertensi pada keluarga.
2. Rata-rata peserta Posbindu memiliki sikap yang baik setelah diberikan materi
penyuluhan, ditunjukkan dengan nilai rata-rata mencapai 83%.
3. Rata-rata peserta Posbindu memiliki dukungan yang baik dengan nilai rata-rata
mencapai 79%.
4. Pemberian penyuluhan telah berhasil dilakukan, dibuktikan dengan peningkatan
jumlah peserta yang memberikan jawaban benar dari tiap-tiap pernyataan yang
diberikan dari Pretest dan Posttest.
Kegiatan mini project yang bertema Upaya Penjaringan dalam Mencegah dan
Mendeteksi Dini Hipertensi di Posbindu Dliwang RW 03 wilayah UPTD Puskesmas
Ungaran ini berjalan dengan lancar dan diharapkan dapat memberikan pengaruh
positif pada warga masyarakat tentang pentingnya kesehatan, baik pencegahan dan
pengobatan penyakit tidak menular terutama hipertensi untuk diri sendiri dan orang
lain dalam kehidupan sehari-hari.
6.2. Hambatan dan Saran
Beberapa hambatan yang peneliti temui adanya sarana dan prasarana yang
kurang mendukung. Seperti pengaturan meja di posbindu yang belum teratur,
pencahayaan yang berlebih, sehingga tampilan slide kurang terlihat jelas. Selain itu,
kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini penyakit tidak
menular sehingga tidak banyak masyarakat yang berpartisipasi dan hadir dalam
kegiatan penjaringan hipertensi di posbindu Dliwang RW 03 wilayah kerja
puskesmas Ungaran.
Dibutuhkan follow up dari pihak puskesmas untuk melihat perkembangan agar
upaya penjaringan mencegah dan mendeteksi penyakit tidak menular pada warga
Ungaran khususnya Dliwang RW 03 dapat terlaksana dengan baik dan tercapai
sesuai sasaran. Kinerja para kader dalam pengukuran tinggi badan dan body fat
sudah baik, namun masih perlu dilatih untuk pencatatan administrasi berupa kartu
monitoring.

Anda mungkin juga menyukai