Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KARYA ILMIAH NERS

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny M.W

Dengan Gangguan Penyakit Hipertensi Di Rs. Budi Mulia Bitung

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan

Tahap Profesi Ners

Oleh

(Martinus Ratuanak)

(21061026)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2022
BABI

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hal yang terpenting bagi manusia, kesehatan bukan


hanya personal individu tetapi juga menjadi kepedulian dari pemerintah Indonesia
bahkan menjadi perhatian seluruh dunia. Pelayanan keperawatan merupakan suatu
kegiatan yang memberikan pelayanan bagi individu, kelompok dan masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Tugas utama perawat dalam hal ini yaitu
memberikan pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah adanya masalah kesehatan seperti penyakit tidak menular (PTM).

Penyakit tidak menular atau Non Communicable Dease adalah suatu


penyakit yang di ketauhi tidak di tularkan dari orang lain. Penyakit Hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang tidak menular, namun dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi seperti stroke, gagal ginjal dan penyakit jantung iskemik hal
ini akan terjadi jika tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu
lama (Siswanti, dkk. 2022). Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang
memiliki tingkat prevalensi penyakit hipertensi yang masih sangat tinggi di
bandingkan dengn Negara-negara lain hal ini dikarenakan perilaku pola hidup
masyarakat Indonesia yang tidak sehat.

Meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun serta pola hidup yang
tidak sehat seperti kurang beraktifitas, mengonsumsi makanan yang tinggi lemak,
merokok dan minum alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan banyak
penyakit seperti salah satunya adalah penyakit Hipertensi. Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu : hipertensi primer
dan Sekunder. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darah
berada di atas 140/90 mmHg serta gejala yang sering muncul pada pasien yang
memilii penyakit Hipertensi adalah : sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-debar,
pusing, penglihatan kabur, rasa sakit di dada dan mudah lelah (Siswanti, dkk.
2022).
Berdasarkan estimasi World health organization (WHO) saat ini mengenai
prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia.
Sedangkan di wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi sebesar 27%, begitu
pula Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25%
dari total penduduk (Andala, dkk. 2022). Hipertensi dapat menyerang laki-laki
maupun perempuan, dan kejadian ini sering terjadi pada usia >55 tahun menurut
Siswanti, dkk.(2022), penyakit ini menyerang 22% penduduk dunia. Sedangkan di
Asia tenggara, angka kejadian hipertensi mencapai 36%. Dari hasil riskesdas yang
terbaru tahun 2020.

Data riskesdas di Indonesia (2018), prevalensi hipertensi berdasarkan


hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,11 %, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44,1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%),
dengan rentan umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (43,3%) dan umur
55-64 tahun (55,2%). Sedangkan data kemenkes RI (2019) kejadian kasus
hipertensi terjadi sebanyak 185.857 kasus dengan presentase prevalensi
hipertensi mencapai angka 34,1%. Angka ini meningkat dari tahun 2013 yang
berada pada angka 25,8%. Indonesia merupakan Negara lebih tinggi di
bandingkan dengan Negara-negara lain seperti Banglandesh, Korea, Nepal dan
Thailand. Prevalensi hipertensi di Asia seperti India sebesar 21% dari
total penduduk yang berusia 15-49 tahun baik pada perempuan dan laki-laki
(Andala, dkk. 2022).

Data Riskesdas Sulawesi Utara, (2018) prevalensi hipertensi di Sulawesi


Utara sebanyak 33,12% dengan hasil pengukuran yang diperoleh dari umur 18
tahun ke atas. Seseorang jika makin bertambah usianya maka semakin bertambah
pula angka kejadian hipertensi, pada usia 25 sampai 44 tahun kejadian hipertensi
mencapai 29%. Pada usia 45-64 tahun mencapai 51%, dan pada usia lebih 65
tahun mencapai 65% (Surayitno & Huzaimah N. 2020). Menurut data prevalensi
hipertensi yang dilakukan pengukuran tekanan darah pada penduduk umur lebih
dari 18 tahun menurut karakteristiknya yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak mengidap penyakit hipertensi dengan angka 24,54% dibandingkan laki-
laki dengan angka prevalensinya yaitu 18,01%. Berdasarkan tempat tinggalnya
penduduk yang bertempat tinggal di kota lebih banyak menderita penyakit
hipertensi angka prevalensinya 22,13% dibandingkan dengan yang tinggal di desa
21,22%. Berdasarkan datanya dilihat dari tingkat pendidikan yang menderita
penyakit hipertensi rata-rata yang tidak tamat SD lebih banyak menderita penyakit
hipertensi dengan angka 32,37%. Data terbaru menunjukkan angka prevalensi
hipertensi di Sulawesi Utara sebesar 30%, angka ini mendekati angka prevalensi
nasional sebesar 34,1% (Hamzah, dkk. 2022). Hal ini menunjukkan penyakit
hipertensi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi Utara.

Melalui data-data di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kesehatan


sesorang atau pola hidup yang tidak teratur seperti mengkonsumsi makanan yang
berlemak, kurang aktivitas, sering mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat
menyebabkan sesorang tersebut rentan untuk terkena penyakit salah satunya bisa
terkena penyakit hipertensi. Maka dari itu diperlukan upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif guna mengurangi terjadinya komplikasi serta tingkat
prevalensi penyakit hipertensi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat


judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan


masalah pada penulisan ini adalah bagaimanakah asuhan keperawatan pasien
dengan penyakit hipertens?.

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Memaparkan analisis Asuhan Keperawatan pada pasien


hiprtensi di Rumah Sakit Budimulia Bitung.
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengkaji dan menganalisis Gambaran kasus Asuhan


Keperawatan pada pasien hiprtensi di Rumah Sakit Budimulia
Bitung
b. Untuk menganalisis Asuhan Keperawatan pada pasien hiprtensi
di Rumah Sakit Budimulia Bitung
c. Untuk menganalisis praktik pengelolaan terhadap kasus
Asuhan Keperawatan pada pasien hiprtensi di Rumah Sakit
Budimulia Bitung.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Teoritis

Diharapkan penulisan ini bisa menjadi sumber informasi yang


berguna untuk penulisan-penulisan terkait selanjutnya

1.4.2 Praktis

Penulisan ini diharapkan memberikan manfaat bagi beberapa pihak


diantaranya :
a. Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis adalah agar penulis dapat menegakkan
diagnosa dan intervensi dengan tepat untuk pasien dengan masalah
keperawatan pada system peredaran darah, khususnya dengan pasien yang
mengalami hipertensi, sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan
denga tepat.
b. Bagi Rumah Sakit/ Tempat Praktik
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya menambah referensi perpustakaan sebagai acuan penulisan
yang akan datang.
BABII

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Pengertian

Seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik ≥


140 mmHg, dan diastoliknya yaitu ≥ 90 mmHg dimana tekanan darah ini
dilakukan berulang dan menjadi penentuan untuk diagnosa hipertensi
(Hastuti, A.P. 2019).
Hipertensi secara umum dapat dikatakan sebagai darah tinggi dimana
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Tekanan darah tersebut membuat sirkulasi dan organ yang mendapat suplai
darah termasuk jantung dan otak menjadi tegang (Manuntung, A. 2018).
Dari beberapa definisi di atas penulis dapat simpulkan bahwa
hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak menular tetapi sangat
mematikan atau di sebut Silent Killer. Yaitu kondisi di mana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah dengan
sistolik 140 dan diastolik 90 mmHg.

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO, 2019 adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Tekanan darah Tekanan darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Tingkat I 140-159 90-99

Hipertensi Tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi


( Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)
2.1.3 Etiologi

Hipertensi sering di alami seseorang tanpa di dahului oleh gejala-


gejala yang dapat di diagnosis oleh dokter. Hipertensi sendiri di bagi
menjadi dua yaitu sekunder dan primer sebagai berikut:

Meskipun penyebab hipertensi primer belum diketahui, diduga


timbulnya hipertensi berkaitan dengan peningkatan tekanan darah dari
waktu ke waktu yang berdampak pada perubahan pada jantung dan
pembuluh darah lainnya. Pada hipertensi sekunder diperkirakan sekitar 5%-
10 disebabkan oleh penyakit (Sari, 2020).

juga diakibatkan (Ridwan, 2017). Sedangkan menurut Direktorat


P2PTM Kemenkes RI (2019) terdapat dua faktor risiko hipertensi yaitu:

1. Faktor yang tidak dapat di ubah seperti


1) Umur
2) riwayat keluarga
3) Jenis Kelamin
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau dapat diubah
1) Kurang makan buah dan sayur
2) Merokok
3) Berat badan lebih atau obesitas
4) Konsumsi garam berlebih
5) Kurang aktifitas fisik
6) Stress
7) Konsumsi alkohol

2.1.4 Anatomi Fisiologi


2.1.4.1 Anatomi Jantung
1. Jantung
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah (arteri,
vena, kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama sistem kardiovaskuler
adalah mengedarkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dan
memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk
oksigenasi (Sari, 2020).
2. Pembuluh Darah
Setiap sel dalam tubuh secara langsung bergantung pada keutuhan dan
fungsi sistem vaskular, karena darah dari jantung akan diserahkan ke setiap
sel melalui sistem tersebut. Sifat struktural dari setiap bagian dari sistem
sirkulasi sistemik menentukan peran fisiologisnya dalam integrasi fungsi
kardiovaskular. Seluruh sistem peredaran darah (sistem kardiovaskular)
terdiri dari arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena.
a. Arteri adalah pembuluh darah yang terdiri dari tiga lapisan
(intima, media, adventitia) yang membawa darah beroksigen dari
jantung ke jaringan.
b. Arteriol adalah pembuluh darah resistensi kecil yang
mengvaskularisasi kapiler.
c. Kapiler terhubung dengan arteriol untuk membentuk venula
(pembuluh darah yang lebih besar dengan tekanan lebih rendah
dari arteriol), di mana nutrisi dan produk limbah dipertukarkan.
d. Venula bergabung dengan kapiler untuk membentuk vena.
e. Vena adalah pembuluh darah bertekanan rendah berkapasitas
besar yang mengembalikan darah terdeoksigenasi ke jantung.
2.1.4.2 Fisiologi
1. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan rangkaian peristiwa dalam satu irama
jantung. Dalam bentuknya yang paling sederhana, siklus jantung adalah
kontraksi simultan dari dua atrium, yang mengikuti sebagian kecil di detik
berikutnya karena kontraksi simultan dari dua ventrikel.
Siklus jantung adalah periode ketika jantung berkontraksi dan
berelaksasi. Satu siklus jantung sama dengan satu periode sistol (ketika
ventrikel berkontraksi) dan satu periode diastol (saat ventrikel berelaksasi).
Normalnya, siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan sel pacu
jantung dari nodus SA dan berakhir dengan keadaan relaksasi ventrikel.
Dalam siklus jantung, sistol atrium (kontraksi) diikuti oleh sistol
ventrikel, sehingga ada perbedaan yang signifikan antara pergerakan darah
dari ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium diikuti oleh relaksasi atrium dan
ventrikel mulai berkontraksi. Kontraksi ventrikel memaksa darah melawan
katup atrioventrikular kiri dan kanan dan menutupnya. Tekanan darah juga
membuka katup semilunar aorta dan pulmonal. Kedua ventrikel terus
berkontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel kemudian berelaksasi
seiring dengan aliran darah kembali ke atrium dan siklus kembali (Sari,
2020).
2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh darah untuk
melewati setiap unit atau area dinding pembuluh darah, yang timbul dari
tekanan pada dinding arteri. Tekanan arteri terdiri dari tekanan sistolik,
tekanan diastolik, tekanan nadi, dan tekanan arteri rata-rata. Tekanan sistolik
adalah tekanan maksimum darah yang mengalir di arteri ketika ventrikel
jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg. Tekanan Tekanan
diastolik adalah tekanan darah pada dinding arteri saat jantung berelaksasi,
besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan nadi merupakan refleks dari isi
sekuncup dan elastisitas arteri yang besarnya sekitar 40-90 mmHg (Sari,
2020).
Sementara itu, tekanan arteri rata-rata adalah kombinasi dari tekanan
nadi dan tekanan diastolik yang sama dengan sepertiga dari tekanan pulsasi
ditambah tekanan diastolik. Tekanan darah sebenarnya merupakan ekspresi
dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik yang normal adalah sekitar
120/80 mmHg (Sari, 2020).
Peningkatan tekanan darah yang lebih dari normal disebut hipertensi
dan jika kurang dari normal disebut tekanan diastolik, tekanan nadi, dan
tekanan arteri rata-rata. Tekanan sistolik adalah tekanan maksimum darah
yang mengalir di arteri ketika ventrikel jantung berkontraksi, besarnya
sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada
dinding arteri saat jantung berelaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg.
Tekanan nadi merupakan refleks dari isi sekuncup dan elastisitas arteri yang
besarnya sekitar 40-90 mmHg (Sari, 2020).
Sementara itu, tekanan arteri rata-rata adalah kombinasi dari tekanan
nadi dan tekanan diastolik yang sama dengan sepertiga dari tekanan pulsasi
ditambah tekanan diastolik. Tekanan darah sebenarnya merupakan ekspresi
dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik normal adalah sekitar 120/80
mmHg. Peningkatan tekanan darah yang lebih dari normal disebut
hipertensi dan jika kurang dari normal disebut hipotensi. Tekanan darah
berhubungan erat dengan curah jantung, resistensi pembuluh darah perifer
(R). Viskositas dan elastisitas pembuluh darah (Sari, 2020)
2.1.5 Patofisiologi
Hipertensi melibatkan interaksi yang sangat kompleks. Semua
penyakit tidak datang secara tiba-tiba tetapi memiliki riwayat tersendiri
sehingga seseorang dapat merasakan atau mengalami suatu penyakit. Secara
umum hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi
antara lain lingkungan dan gaya hidup dan gaya hidup, faktor-faktor yang
tidak dapat dimodifikasi seperti genetik, usia, jenis kelamin, hal ini dapat
mempengaruhi fungsi dan struktur sistem kardiovaskular, ginjal dan
neurohormonal, serta peningkatan volume darah, dan terjadi peningkatan
curah jantung dimana curah jantung adalah volume darah yang dipompa
oleh ventrikel jantung per menit. Terkait dengan faktor genetik yang
menjadi salah satu penyebab individu menderita hipertensi polimorfisme
gen lokus yang terlibat dalam regulasi reseptor angiotensin I dan aldosteron
synthase, gen renin angiotensin. (Manuntung, 2018).
Tekanan arteri sistemik adalah produk dari produk curah jantung oleh
resistensi perifer. Curah jantung (cardiac output) diperoleh dengan
mengalikan stroke volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel
jantung) dengan denyut jantung (heart rate). Regulasi resistensi perifer
dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan hormon yang bersirkulasi.
Baroreseptor ditemukan di sinus karotis dan juga di aorta dan dinding
ventrikel kiri. Baroreseptor ini memantau derajat tekanan arteri. Sistem
baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme
perlambatan jantung dengan respon yang gagal (stimulasi parasimpatis) dan
vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis (Ardiansyah.M, 2012).
Dalam hal ini, faktor genetik atau gen menjadi salah satu penyebab
terjadinya hipertensi. Gen yang terlibat dalam angiotensin II dan aldosteron
adalah: angiotensin dan renin, gen sitetase nitrit oksida endotel, gen reseptor
kinase protein, gen reseptor adrenergik, gen transport kalsium dan antiporter
natrium hidrogen (mempengaruhi sensitivitas garam), gen ini berisiko
menyebabkan hipertensi sebagai kelompok yang diwariskan. Terjadi
perubahan pada sistem kardiovaskular dan neurohormonal serta ginjal, pada
penyakit ini yang dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem saraf
simpatis (SNS) yang dapat mengakibatkan respon mal-adaptif terhadap
rangsangan saraf simpatis yang dapat memicu peningkatan kerja jantung
yang menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan aktivitas
sistem renin. angiotensin aldosteron (Manuntung, 2018).
Renin dan angiotensin berperan dalam mengatur tekanan darah. Renin
diproduksi oleh ginjal, suatu enzim yang bekerja pada substrat protein
plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah dengan
mengubah enzim di paru-paru menjadi bentuk angiotensin II, dan kemudian
menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III memiliki aksi
vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme
kontrol untuk pelepasan aldosteron. Aldosteron membantu meningkatkan
aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga memiliki efek
penghambatan pada ekskresi garam (natrium) yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus
pada pasien hipertensi akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada
organ vital, karena pembuluh darah menebal, perfusi jaringan menurun dan
mengakibatkan kerusakan organ. Hal ini menyebabkan infark miokard,
stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal, mata dan otak serta dapat
mengakibatkan kematian (Ardiansyah.M, 2012).
2.1.6 Patoflouw

2.1.7 Manifestasi klinis


Gejala yang muncul pada seseorang yang mengalami hipertensi adalah
sakit kepala, epitaksis, dan adanya perdarahan hidung serta pusing. Berbagai
studi mendefinisikan gejala-gejala tersebut merupakan frekuensi terendah di
populasi. Gejala yang lain di populasi seperti kemerahan, berkeringat, dan
pandangan kabur (Yulianti, 2017). Pada umumnya hipertensi tidak memiliki
gejala atau keluhan tertentu, keluhan tidak spesifik pada penderita hipertensi
(Direktorat P2PTM Kemenkes RI , 2019).

Gambar 2.1 Gejala Hipertensi (Direktorat P2PTM Kemenkes RI , 2019)


Menurut Ardiansyah.M, (2012), sebagian manifestasi klinis timbul
setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, tanda dan
gejala yang muncul pada seorang yang mengidap penyakit hipertensi berupa
nyeri kepala, penglihatan kabur, rasa berat di tengkuk, palpitasi, kelelahan,
muntah-muntah, kegugupan, kegelishan, jantung berdebar-debar, keringat
berlebihan, nyeri dada, serta telingan mendenging dan sulit ketiduran.
2.1.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi bila tidak di tangani secepat
mungkin menurut ( Sari, Y.N, 2019).
1. Jantung
Tekanan darah dapat mengakibatkan penyebab penyakit
jantung karena tekanan darah yang tinggi membuat otot jantung
bekerja lebih keras untuk memompa darah.
2. Ginjal
Kerusakan bagian dalam arteri atau pembekuan darah yang
terjadi pada ginjal yang menyebabkan penurunan bahkan
kegagalan fungsi pada ginjal.
3. Stroke
Pada lansia di atas 65 tahun di Indonesia yang memiliki
kejadian stroke akibat hipertensi mencapai angka 36%. Stroke
merupakan kondisi ketika terjadi kematian sel pada suatu area di
otak.
4. Mata
Hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan mata hingga
kebutaan. Dalam hal ini, yang dapat merusak bagian dalam arteri
pada area mata dan kemungkinan untuk terjadinya pebekuan darah
adalah yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi atau hipertensi
yang berpanjangan.
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nisa, K. (2020), beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. pemeriksaan Laboratorium;
Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
BUN/kreatinin: memberikan informasi tentangperfusi/fungsi
ginjal.
Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)
dapatdi akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkandisfungsi ginjal
dan ada DM.
2. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG: dapat menunjukan pola regangan,di mana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakitjantung
hipertensi.
4. IU: mengidentifikasikan penyebabhipertensi seperti: batu
ginjal, perbaikanginjal.
5. Rongen Thorak: menunjukkan destruksikalsifikasi pada area
katup, pembesaranjantung.
2.1.10 Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis
Menurut Ardiansyah. M, (2012), tatalaksana penyakit hipertensi
dibedakan menjadi dua bagian yaitu terapi nonfarmakologi dan terapi
farmakologi.
1. Terapi Non Farmakologi
Pola hidup yang baik. Banyak hal yang perlu diperhatikan
dalam menerapkan gaya hidup dan menjalani pola hidup yang
sehat adalah sebagai berikut :
a. Menurunkan Berat badan
Penerapan aturan makan seperti mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan pada penderita hipertensi
juga dapat mengurangi faktor risiko timbulnya
penyakit degeneratif, seperti menstabilisasikan
kadar kolestrol dan menurunkan berat badan.
b. Mengurangi atau Membatasi Maram
Penggunaan garam dapur tidak dianjurkan untuk
penderita hipertensi, dan tidak mengkonsumsi lebih
dari 1 sendok teh dalam sehari.
c. Hindari Makanan Berlemak
Penderita hipertensi perlu menghindari penggunaan
makanan seperti daging berlemak, daging kambing,
susu full cream, keju dan kuning telur.
d. Olah raga Secara Rutin
Olahraga yang di lakukan secara rutin juga dapat
menjaga agar tidak terjadi kelebihan berat badan
akibat kurangnya aktivitas fisik dan asupan
berlebihan.
e. Berhenti Merokok
Merokok terbukti menjadi salah satu faktor risiko
terjadinya hipertensi.
2. Terapi Farmakologi
Menurut Sari, Y.N, (2019), obat antihipertensi biasanya
diberikan oleh dokter sesuai dengan keadaan pasien. Beberapa
jenis obat antihipertensi yang biasa di resepkan oleh dokter
diuraikan sebagai berikut.
a. Diuretik
Obat diuretik digunakan untuk membantu
mengeluarkan cairan dan garam yang berlebihan dalam
tubuh melalui urine. Jenis obat ini adalah
hydrochlorothiazide.
b. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor.
Digunakan untuk Mencegah produksi hormon
angiotensin II dan dan untuk membuat dinding darah
lebih rileks. Jenis obat ini yaitu ramipril dan captopril
c. Beta Blocker
Digunakan untuk memperlambat detak jantung dan
menurunkan kekuatan kontriksi jantung sehingga aliran
darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah
berkurang. Jenis obat ini yaitu timolol, atenolol, dan
bisoprolol.
d. Calsium Chanel Blocker (CCB)
Digunakan untuk memperlambat laju kalsium yang
melalui otot jantung dan yang masuk ke dinding
pembuluh darah dan pembuluh darah dapat rilkes serta
membuat aliran darah lancar. Jenis obat ini yaitu
felodipine dan nifedipine.

e. Vasodilator
Di gunakan untuk menimbulkan relaksasi otot
pembuluh darah sehingga tidak terjadi penyempitan
pembuluh darah tekanan darah pun berkurang.
2.2 ASKEP TEORI
2.2.1 Pengkajian
Adapun beberapa aspek yang dapat dikaji berkaitan dengan hipertensi
menurut Cahyani, dkk. (2020) sebagai berikut:
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku, tanggal dan waktu MRS, nomor registrasi dan diagnosis
medis.
2. Keluhan utama seringkali alasan klien untuk meminta pertolongan
medis adalah sakit kepala disertai rasa berat di leher, sakit kepala
berdenyut.
3. Riwayat kesehatan saat ini, seperti sakit kepala, mimisan, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan, yang dapat terjadi pada penderita hipertensi.
4. Riwayat penyakit dahulu apakah ada riwayat hipertensi sebelumnya,
diabetes mellitus, penyakit ginjal, obesitas, hiperkolesterolemia, riwayat
merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan kontrasepsi oral, dan
lain-lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga biasanya ada riwayat keluarga hipertensi.
6. Data dasar pengkajian pasien
1) Aktivitas/istirahat Gejala : lemas, lelah, sesak nafas, gaya hidup
monoton. Tanda : peningkatan denyut jantung, perubahan irama
jantung, takipnea.
2) Sirkulasi Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner dan penyakit serebrovaskular. Tanda : tekanan
darah meningkat, nadi jernih dan karotis.
3) Integritas ego Gejala: perubahan kepribadian, kecemasan, euforia,
kemarahan kronis (bisa berupa perbaikan otak).
4) Penghapusan gejala: gangguan saat ini atau masa lalu/riwayat
obstruksi penyakit ginjal.
5) Makanan dan cairan Gejala: makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol, gula hitam, tinggi kalori, mual, muntah,
perubahan berat badan. Tanda: berat badan.kalori, mual, muntah,
perubahan berat badan. Tanda : obesitas berat badan, adanya
edema, kongesti vena, glikosuria.
6) Neurosensori Gejala: keluhan Pusing/pusing, berdenyut, sakit
kepala suboksipital, gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan
kabur) Tanda: status mental, perubahan kewaspadaan, orientasi,
pola bicara, proses berpikir, respon motorik: penurunan kekuatan
genggaman tangan/refleks tendon di, Gejala: angina, nyeri tulang
yang timbul di kaki, sakit kepala oksipital parah, sakit perut.
7) GejalaPernafasan:dispneaberhubungandengan aktivitas/pekerjaan,
takipnea, ortopnea, nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok, Tanda : Distress
pernafasan/penggunaan otot bantu pernafasan, suara nafas
tambahan, sianosis.
8) Keamanan Gejala: gangguan koordinasi/gait Tanda: episode
parestesia transien unilateral, hipotensi postural.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Cahyani, dkk. (2020) sebagai berikut:
1. Penurunan curah jantung b.d kesadaran menurun
2. Nyeri akut b.d nyeri kepala akut
3. Kelebihan volume cairan b.d retensi Na ditandai dengan edema
4. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan fisik
5. Defisiensi pengetahuan b.d koping tidak adekuat
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berubungan dengan kesadaran menurun
Tujuan : Kebutuhan metabolik tubuh terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1) TTV dalam rentang normal
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4) Tidak ada penurunan kesadaran
Pemantauan Respirasi
Tindakan
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
R/ untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel
2. Monitor adanya sumbatan jalan napas
R/ untuk melancarkan jalan napas
Terapeutik
1. Auskultasi suara napas
R/ untuk mengetahui adanya hipertropi ventrikel
Edukasi
2. Berikan lingkungan tenang dan nyaman
R/ untuk membantu menurunkan rangsang simpatis,
meningkatkan relaksasi
Kolaborasi
1). Kolaborasi pemberian analgetik
R/ untuk menurunkan rangsangan dan meningkatkan relaksasi
2. Nyeri akut b.d nyeri kepala akut
Tujuan : Kontrol rasa sakit dan tingkat kenyamanan
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri).
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Manajemen Nyeri
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi skala, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
R/ untuk menentukan terapi yang cocok serta mengevaluasi
keefektifan dari terapi
Terapeutik
2) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(terapi musik, terapi pijat, aromaterapi)
R/ untuk memperlambat respon simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala.
3) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
R/ untuk meminimalkan stimulus/ tindakan relaksasi Edukasi
4) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
R/ dapat mengontrol nyeri secara mandiri
5) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
R/ untuk mengurangi dan menghilangkan nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik
R/ untuk menurunkan/mengontrol nyeri
3. Kelebihan volume cairan b.d retensi Na ditandai dengan edema
Tujuan : Cairan dan elektrolit seimbang
Kriteria Hasil :
1. Terbebas dari edema, efusi, anaskara
2. Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneuTerbebas dari
kelelahan, kecemasan atau kebingungan
3. Menjelaskan indikator kelebihan cairan
Manajemen Cairan
Tindakan
Observasi
1) Monitor status hidrasi
R/ pantau intake-output cairan dan hitung balans cairan 24 jam
Terapeutik
1) Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
R/ memenuhi cairan tubuh sesuai kebutuhan

Edukasi
1) Jelaskan pentingnya cairan bagi tubuh
R/ dapat mempertahankan cairan dalam tubuh dengan baik
2) Ajarkan jenis, fungsi, perhitungan cairan sesuai dengan kebutuhan
tubuh
R/ dapat melakukan secara mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian diuretik
R/ sebagai terapi konservatif
4. Intoleransi Aktivitas b/d kelemahan fisik
Tujuan : Menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang ingin
dilakukan
Kriteria Hasil :
1) TTV dalam batas normal
2) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi, dan RR
3) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
4) Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Terapi Aktivitas
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi kemampuan dalam beraktivitas
R/ mengetahui respon fisiologis terhadap aktivitas
Terapeutik
1) Sepakati komitmen dan anjurkan teknik menyimpan tenaga
R/ mengurangi penggunaan energi yang berlebihan
2) Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
R/ sesuai kebutuhan untuk mencegah peningkatan kerja jantung
3) Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
R/ apresiasi dan semangat kemajuan untuk sembuh

Edukasi
1) Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
R/ melakukan aktivitas sesuai dengan apa yang diinginkan
2) Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
R/ kooperatif dalam melakukan aktivitas menjaga kesehatan
5. Defisit pengetahuan b.d koping tidak adekuat
Tujuan : Mengetahui proses penyakit dan perilaku kesehatan Kriteria
hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembli apa yang
dijelaskan oleh perawat
Promosi Kesiapan Penerimaan Informasi
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat ini
R/ mengetahui terapi yang akan dilakukan
Terapeutik
1) Lakukan penguatan potensi pasien dan keluarga untuk menerima
informasi
R/ memberikan informasi dengan baik agar pasien dan keluarga
mampu menerima dengan baik
Edukasi
1) Berikan informasi berupa alur, leaflet atau gambar
R/ untuk memudahkan pasien mendapatkan informasi kesehatan
2) Anjurkan keluarga mendampingi pasien selama fase akut, progresif
atau terminal jika memungkinkan
R/ kemampuan keluarga mendampingi dalam segala kondisi

2.2.4 Implementasi
Menurut Rukmi dkk, (2022), pada tahap ini tindakan keperawatan
yang telah direncanakan atau diimplementasikan kepada pasien.
Implementasi keperawatan terjadi selama dua puluh empat jam karena
perawat memiliki sistem kerja shift.
Setiap penggantian shift, perawat perlu menilai kembali apakah
asuhan yang diberikan masih sesuai, apakah ada hal baru yang dikebangkan
untuk mengubah rencana keperawatan, dan bagaimanakah respon pasien
terhadap asuhan yang diberikan. Pada tahap ini penilaian berkelanjutan pada
pasien sangat penting dilakukan dan dicatat atau didokumentasikan.
2.2.5 Evaluasi
Bagian terpenting dari proses keperawatan setelah pengkajian
berkelanjutan di tahap implementasi adalah mengevaluasi apakah asuhan
keperawatan telah mencapai hasil yang diinginkan atau belum. Tahap ini
seharusnya tidak hanya dilakukan hanya dilakukan pada akhir pengobatan
atau perawatan, tetapi harus dilakukan terus-menerus saat asuhan
keperawatan diimplementasikan.
Evaluasi pada akhir pengobatan atau perawatan melibatkan
pengkajian ulang dari semua rencana perawatan untuk menentukan apakah
hasil yang diharapkan akurat dan lengkap, apakah diagnosis yang
dirumuskan sudah tepat, apakah tujuan yang disusun sudah realistis untuk
dicapai, dan apalah tindakan yang ditentukan sudah tepat (Rukmi dkk,
2022).
2.3 Penelitian Terkait
No Penulis Tempat Tahun Tujuan Metode Sampel Hasil Manfaat
1. MA'RIF Di RSUD (2022) Untuk Menggunaka Studi kasus Setelah dilakukan Untuk
AT, S. Temanggung menggambarkan n metode yang di ambil tindakan menggambarka
N., Kabupaten penerapan asuhan penelitian yaikni pasien keperawatan 3x24 n penerapan
Sunarko, Temanggung keperawatan pada deskriktif dengan jam pada asuhan
S., Med, pasien hipertensi dengan studi penyakit responden keperawatan
M., & dengan fokus studi kasus dan hipertensi Tn masalah pada pasien
Supriyat nyeri kepala akut. pendekatan K umur 52 keperawatan hipertensi
no. keperawatan tahun teratasi sesuai dengan fokus
dengan kriteria studi nyeri
hasil yang kepala akut.
ditetapkan.
2. Ngurah, Tempat (2020) Tujuan dari Metode yang Menggunaka Hasil studi kasus, Untuk
G. penelitian di penelitianini untuk digunakan n dua orang diagnosa mengetahui
Poliklinik mengetahui gambaran adalah Jenis klien yang keperawatan lebih gambaran
Rindam asuhan keperawatan rancangan dirawat jalan memfokuskan ke asuhan
Tabanan pada pasien hipertensi menggunaka di poliklinik bagian rasa keperawatan
dengan gangguan n deskriptif tersebut. nyaman pasien, pada pasien
kebutuhan rasa studi kasus yaitu nyeri. hipertensi
nyamannyeridi Intervensi dengan
Poliklinik Rindam keperawatan gangguan
Tabana dilakukan selama kebutuhan rasa
2 x 15 menit nyamannyeridi
dengan Poliklinik
menggunakan Rindam Tabana
teknik relaksasi
nafas dalam
yang diketahui
mampu
mempertahankan
keelastisan otot
sehingga
menurunkan
tekanan darah
dan terjadi
penurunan skala
nyeri dari
skalanyeri 5 ke
skala nyeri 3.
3. Chairani, dilakukan di (2022) Untuk mengetahui Desain Pada Penerapan asuhan Untuk
R., & Kecamatan efektifitas pelaksanaan penelitian ini keluarga keperawatan mengetahui
Satriadi, Cikande asuhan keperawatan menggunaka Mr.G Rt keluarga selama 4 efektifitas
A. Kabupaten keluarga pada pasien n metode 02/03 kali kunjungan pelaksanaan
Serang Desa hipertensi dalam studi kasus dapat asuhan
Parigi upaya penurunan yang meningkatkan keperawatan
tekanan darah. menerapkan pengetahuan keluarga pada
penerapan pasien tentang pasien
asuhan hipertensi, hipertensi
keperawatan menurunkan nyeri dalam upaya
keluarga pada akut dengan penurunan
pasien teknik relaksasi, tekanan darah.
hipertensi mengatasi pola
sebagai tidur dengan
upaya melakukan teknik
penurunan pernapasan
tekanan sebelum tidur dan
darah. menurunkan
tekanan darah
dari 140/95mmhg
menjadi
130/90mmhg.
4. Boratas, Di (2018) Penelitian ini Metode yang Yang Rata-rata skor Untuk
S., & Puskesmas bertujuan untuk di gunakan melibatkan Skala Efikasi Diri mengevaluasi
Kilic, H. Akdogan mengevaluasi adalah: 147 pasien Kepatuhan Obat kepatuhan
F. kepatuhan minum deskriptif hipertensi adalah 70,29 ± minum obat
obat pada pasien cross- yang di rawat 8,52. Usia, durasi pada pasien
hipertensi dan sectional di puskesmas HT, frekuensi hipertensi dan
mengidentifikasi Akdogan kunjungan tindak mengidentifikas
faktor-faktor yang lanjut untuk HT, i faktor-faktor
berpengaruh. status minum obat yang
secara teratur, berpengaruh.
frekuensi
pengukuran
tekanan darah dan
status penggunaan
metode alternatif
ditemukan efektif
dalam kepatuhan
minum obat.
5. Baykal, Di ruaang (2022) Penelitian ini Penelitian ini Dilakukan Ditentukan ada Untuk
D., & penyakit dilakukan untuk dilakukan terhadap hubungan antara mengetahui
YILDIRI dalam Rumah mengetahui hubungan dengan pasien yang persepsi pasien hubungan
M, D. sakit Diklat antara persepsi asuhan metode terdiagnosis tentang asuhan antara persepsi
keperawatan pasien korelasional, hipertensi keperawatan asuhan
hipertensi dengan cross- (n=101). dengan fisik dan keperawatan
penyakit kronis dan sectional, dan sosial kepatuhan. pasien
kepatuhan minum deskriptif Selain itu, diamati hipertensi
obat. bahwa ada dengan
hubungan antara penyakit kronis
persepsi asuhan dan kepatuhan
keperawatan dan minum obat.
hambatan.
BAB III
GAMBARAN KASUS

Gambaran kasus ini merupakan narasi ilmiah mengenai Asuhan keperawatan pada
pasien hiprtensi dengan pendekatan keperawatan melalui langkah-langkah sebagai
berikut: pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pasien atas nama Ny W.M umur 57 tahun datang ke Rumah Sakit Budi Mulia
Bitung tanggal paada tanggal 10 November 2021 kurang lebiih pukul 01:10 dengan
keluhan pusing, sakit kepala, merasa mual dan muntah, kesemutan pada kedua kaki
serta lemah badan. Pasien telah mengikuti protokol kesehatan dengan menggunakan
masker dan telah melalui proses swab antigen yang di lakukan di IGD dengan hasil
negatif. Berdasarkan tanda dan gejala yang di dapatkan melalui pengkajian yang
dilakukan di IGD maka pasien di diagnosis penyakit Hipertensi. Pada saat itu juga
proses tindakan keperawatan di lakukan dimana pasien di pasangkan infus Ns 0,9% +
Neurosanbe 20tpm/mnt di tanagan kanan serta diambilkan sampel darah untuk di
periksa di laboratorium.
Setelah penanganan awal telah di lakukan di IGD pasien pun di antar ke ruang
rawat inap dimana bertempat di ruang St. Lucia kamar 5 bad IV, setelah pasien tiba di
ruangan beberapa menit kemudian penulis melakukan pengkajian sebelum penulis
melakukan pengkajian, pertama-tama penulis memperkenalkan nama serta maksud dan
tujuan penulis berkunjung. Selanjutnya penulis langsung masuk pada proses pengkajian
dimana penulis menanyakan identitas pasien yang meliputi nama, tempat tanggal lahir,
umur dan alamat, serta menanyakan penenaggung jawab pasien dimana pasien
mengatakan anaknya yang akan menjaganya selama di rumah sakit.
Setelah itu penulis mengkaji keluhan yang di rasakan pasien. Berdasarkan
pengkajian yang dilakukan, ditemukan data terkait keluhan yang di rasakan pasien
sebagai berikut: pusing, sakit kepala, mual kesemutan pada kedua kaki muntah serta
lemah badan. Pasien juga mengatakan tidak bisa tidur semalam karena merasa
terganggu oleh pasien yang berada di sebelahnya karena sering batuk-batuk serta nyeri
yang di rasakan di kepalanya dengan skla 6 yang seringkali muncul sehingga membuat
pasien juga sulit untuk tidur. Ditemukan juga keluhan lain seperti pasien mengatakan
merasa pusing saat bergerak di tempat tidur atau ke kamar mandi, meresa lemah badan,
keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak di bantu anaknya ke kamar mandi,
terpasang IVFD di tangan kanan, pasien tampak sering memegang kepalanya saat di
kaji.
Terdapat juga beberapa data yang menunjang apa yang telah katakan seperti
pasien yang di sampingnya tampak batuk saat penulis melakukan pengkajian, terlihat
juga pasien tampak memegang kepalanya sambil meringis, tampak mata pasien
kemeraan, pasien tampak menguap, pasien tampak di jaga oleh anaknya, pasien tampak
pucat. Untuk mengetauhi penyebab nyeri yang di rasakan pasien maka penulis
melakukan pengkajian nyeri sebagai berikut (P: saat bergerak di tempat tidur dan
berjalan ke kamar mandi, Q: tertusuk-tusuk, R: di bagian kepala, S: dengan skala 6, T:
hilang timbul). Setelah selesai melakukan pengkajian, penulis melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital yang meliputi (TD: 140/90mmHg, ND:80x/mt SB: 37ºc RR: 20x/mt
SPO2: 96%). Adapun data penunjang lainnya seperti hasil laboratorium tanggal 10
November 2021 yang menunjukan nilai glukosa sewaktu 1 ( 181 mg/dL meningkat), asam
urat (6,8 mg/dL meningkat), kolestrol (230 mg/dL meningkat) dan kalium (3,5 Mmol/L
menurun).
Setelah penulis selesai melakukan pengajian, penulis melakukan kontrak waktu
dengan pasen untuk keesokan harinya setelah itu penulis pulang dan merencanakan
tindakan apa yang akan di berikan pada pasien.
Berdasarkan data yang di peroleh melalui pengkajian maka penulis mulai
menentukan diagnosa keperawan apa saja yang muncul pada kasus tersebut. Terdapat
beberapa diagnosayang muncul pada pasien dengan penyakit hipertensi sebagai berikut :
1. Nyeri akut berubungan dengan agen pencidera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berubungan dengan kelemahan badan
3. Gangguan pola tidur berubungan dengan penyakit yang dialami
Setelah penulis menentukan diangnosa, langkah selanjutnya adalah penulis
merencanakan tindakan apa saja yang akan penulis lakukan pada pasien tindakan-
tindakannya sebagai berikut
1. Nyeri akut berubungan dengan agen pencidera fisiologis yag di tandai dengan :
Pasien mengatakan merasa nyeri pada bagian kepalanya, pasien tampak sering kali
menunjukan waja meringis karena sakit yang di rasakan di kepala, pengkajian nyeri
P: Saat bergerak, Q: Tertusuk-tusuk R: Area Kepala, S: Dengan skala 6, T: Hilang
timbul, Keadaan Umum (TTV), TD: 140/90 mmHg, ND: 80x/menit, SB: 37ºc, RR:
20x/menit, Spo2: 96%.
1) Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam diharapkan nyeri akut
menurun dengan kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Gelisah pasien menurun
d) Tekanan darah membaik
2) Intervensi dan Implementasi yang diberikan.
Manajemen Nyeri (SIKI I. 08238)
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
Teraupetik
d) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (relaksasi
napas dalam).
Edukasi
e) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
f) Anjurkan teknik nonfarmakologis.
Kolaborasi
g) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu : Amlodipine 5mg 1x1,
Betahistin 3x1, Paracetamol 3x1, Simvastatin 40mg 1x1.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan yang ditandai dengan : Pasien
mengatakan merasa pusing saat bergerak di tempat tidur atau ke kamar mandi, Pasien
mengatakan meresa lemah badan, Keadaan umum pasien tampak lemah, Pasien
tampak di bantu anaknya ke kamar mandi, Terpasang IVFD di tangan kanan, Pasien
tampak sering memegang kepalanya saat di kaji.
1) Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam diharapkan toleransi
aktivitas meningkat dengan kriteria hasil:
a) Keluhan lemah menurun
b) Kemudahan dalam melakukan aktivitas
c) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
d) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
2) Intervensi dan implementasi yang diberikan
Manajemen Energi (SIKI I.05178)
Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan.
b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan yang mengakibatkan kelelahan.
Teraupetik
c) Lakukan rentan gerak aktif atau pasif
d) Anjurkan pasien untuk duduk disamping tempat tidur agar mempermudah
pasien untuk jalan
Edukasi
e) Anjurkan tirah baring.
f) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan :
Pasien mengatakan merasa terganggu semalam karena pasien yang berada di
sampingnya sering batuk-batuk semalam sehingga pasien tidak bisa tidur, Pasien
mengatakan tidak bisa tidur karena merasa sakit pada kepala, Pasien tampak
mengantuk saat di kaji terlihat juga pasien tampak menguap, mata tampak
kemerahan, Pasien di sampingnya terdengar sering batuk-batuk, Pasien tampak
memegang kepalanya.

1) Tujuan dan kriteria hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam diharapkan Gangguan
pola tidur membaik dengan kriteria hasil :
a) Keluhan sulit tidur menurun
b) Keluhan sering terjaga menurun
c) Keluhan tidak puas tidur menurun
d) Keluhan istirahat tidak cukup menurun
2) Intervensi dan implementasi yang diberikan
Dukungan Tidur (SIKI I.09265).
Observasi
a) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b) Identifikasi faktor pengganggu tidur
Teraupetik
c) Modifikasi lingkungan.
d) Tetapkan jadwal tidur rutin.
Edukasi
e) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.
f) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
Setelah dilakukan intervensi dan implementasi keperawatan yang di dilakuan
kepada pasien selama 3 hari selanjutnya penulis melakukan evaluasi dari setiap
diagnosa dan ditemukan hasil di hari ke3 sebagai berikut:
1. Nyeri akut berubungan dengan agen pencidera fisiologis
S : Pasien mengatakan sudah tidak merasa sakit pada kepala lagi
O : Pasien tampak tidak meringis lagi, TTV (TD: 130/80mmHg, SB: 36,5ºc,
RR: 20x/mt).
A: Masalah Keperawatan Nyeri Akut teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan
S : Pasien mengatakan sudah tidak merasapusing dan lelah lagi
O : Pasien tampak sudah bisa melakukan aktivitas ringan, serta sudah tidak
merasa kesemutan lagi pada kedua kakinya
A: Masalah Keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
P: Intervensi dihentikan
3. Gangguan pola tidur berubungan dengan proses penyakit
S : Pasien mengatakan sudah sudah bisa tidur dengan baik
O : Pasien tampak terlihat tidak menguap, mata tidak kemerahan
A: Masalah Keperawatan Gangguan pola tidur teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis menguraikan kesenjangan serta kesaman antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus yang penulis temukan mengenai Asuhan Keperawatan
pada pasien hipertensi yang meliputi Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Pelaksanaan,
dan Evaluasi.
4.1 ANALISIS DAN DISKUSI HASIL
4.1.1 Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian diperoleh data bahwa Ny W.M mengatakan
memiliki riwayat penyakit keturunan dari keluarga. Persamaan data ini ditemukan
juga dalam tinjauan teori dimana salah satu faktor penyebab hipertensi yaitu
genetik atau keturunan. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh
Agustina, dkk (2018) dikatakan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua salah
satunya menderita hipertensi maka orang tersebut akan memiliki resiko besar
untuk terkena hipertensi dibandingkan pada orang yang kedua orang
tuanyamtidak menderita hipertensi. Penderita penyakit hipertensi yang bersifat
genetik menyebabkan efek terhadap pertumbuhan serta struktur otot polos
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan ketebalan dinding pembuluh darah
sehingga mengakibatkan pembuluh darah menjadi sempit dan dapat terjadi
peningkatan sesistensi perifer total sehingga meningkatkan tekanan darah.
Berdasarkan tinjauan teori yang di gunakan oleh penulis dikatakan bahwa
tanda dan gejalah yang sering muncul pada pasien dengan penyakit hipetrensi
sebagai berikut (Sakit kepala, Pusing, Penglihatan kabur, Rasa sakit di dada dan
mudah lelah) namun berbedah dengan apa yang di alami Ny. W.M dimana salah
satu tanda dan gejala yang muncul adalah pasien mengatakan merasa mual dan
muntah serta sulit tidur di malam hari karena merasa nyeri pada kepala hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisa, K. (2020). Dalam
pnelitiannya mengatakan manifestasi klinis pasien hipertensi diantaranya:
mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, gelisah, mual dan muntah.
Gejala lainnya yang sering ditemukan: sulit tidur, mudah marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, mata berkunang-kunang.
Pada data yang di dapat dari pengkajian ditemukan juga usia Ny W.M yang
telah memasuki usia lanjut hal ini merupakan salah satu faktor penyebab yang
tidak dapat diubah. Faktor usia lanjut ini pada hipertensi juga diidentifikasi oleh
Adam, L. (2019), dalam penelitian yang menyatakan bahwa semakin tua
seseorang, maka lebih beresiko mengalami hipertensi. Hal ini disebabkan karena
bertambahnya usia seseorang, sehingga terjadi penurunan kemampuan organ-
organ tubuh termasuk sistem kardiovaskuler dimana pembuluh darah menjadi
lebih sempit sehingga memicu jantung untuk bekerja lebih keras lagi sehingga
bisa menyebabkan tekanan darah dapat meningkat. Maka dikatakan bahwa
semakin meningkat umur seseorang maka resiko terkena hipertensi sangatlah
besar.
4.1.2 Diagnosa Keperawatan
Tidak semua diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka muncul pada
tinjauan kasus, karena diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka merupakan
diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa hipertensi secara umum
sedangkan pada tinjauan kasus diagnosa keperawatan disesuaikan dengan kondisi
klien secara langsung. Berikut diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny W.M
yang sesuai dengan tinjauan pustaka antara lain 1) Nyeri akut berubungan dengan
agen pencidera fisiologis 2) Intoleransi aktivitas berubungan dengan lemah badan.
Selain dua diagnosa yang di temukan di sesuai dengan tijauan pustaka, penulis
juga menemukan satu diagosa kepereawatan yang tidak ditemukan pada tinjauan
pustaka yaitu 3) Gangguan pola tidur berubungan dengan proses penyakit.
Diagnosa ini juga pernah digunakan oleh Fajarnia, dkk (2021), dimana dalam
penelitiannya dikatakan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
dengan penyakit hipertensi salahstunya adalah diagnosa Gangguan pola tidur yang
berhubungan dengan hambatan lingkungan. Hubungan hipertensi dengan
Gangguan pola tidur adalah dikarenakan terjadinya aktivitas simpatik pada
pembuluh darah sehingga seseorang akan mengalami perubahan curah jantung
yang tidak signifikan pada malam hari hal ini menyebabkan pasien sering
terbangun pada malam hari karena merasa nyeri.
4.1.3 Intervensi Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada Ny W.M di temukan tigs
diagnosa sehingga pada tahap intervensi atau perencanaan, penulis menyusun
intervensi yang akan di berikan pada pasien Ny W.M beradasarkan empat
komponen yaitu observasi, terapeutik, tindakan edukasi, dan tindakan
kolaborasi,sebagai berikut:
Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny W.M
menggunakan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dengan diagnosa
keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologi. Setelah dilakukan tindakan eperawatan selama 3x7 jam diharapkan
masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil : Keluhan nyeri menurun,
Meringis menurun, Gelisah pasien menurun, Tekanan darah membaik dengan
intervensi: Manajemen Nyeri (SIKI I. 08238) Observas, Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri,
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, Teraupetik Berikan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (relaksasi napas dalam),
Edukasi Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Anjurkan teknik
nonfarmakologis, Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu :
Amlodipine 5mg 1x1, Betahistin 3x1, Paracetamol 3x1, Simvastatin 40mg 1x1.
Inervensi yang digunakan oleh penulis pernah digunakan juga oleh penelitan
terkemuka seperti Cahyani, dkk (2020) tentang asuhan keperawatan pada klien
Ny. C dengan diagnosa medis hipertensi di ruang tulip Rumah Sakit TK III
Brawijaya Surabaya dimana dalam penelitiannya menggunakan intervensi yang
sama untuk menengani pasien dengan dignosa keperawatan nyeri akut. Nyeri akut
merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan. Nyeri
akut sering ditandai dengan tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berfikir
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri dan berkeringat (Wulandari, K.
2021).
Selanjutnya adalah diagnosa ke dua yaitu intoleransi aktivitas berubungan
dengan kelemahan badan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7
jam diharapkan masalah Intoleransi aktivitas menurun dengan kriteria hasil:
Keluhan lemah badan menurun, Kemudahan dalam melakukan aktivitas,
Kekuatan tubuh bagian atas meningkat, Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
dengan intervensi: Manajemen Energi (SIKI I.05178) Observas, Identifikasi
gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, monitor lokasi dan
ketidaknyamanan yang mengakibatkan kelelahan, observasi tanda-tanda vital
Teraupetik, Lakukan rentan gerak aktif atau pasif, anjurkan pasien untuk duduk
disamping tempat tidur agar mempermudah pasien untuk jalan, Edukasi Anjurkan
tirah baring, anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang. Intervensi yang digunakan oleh penulis telah digunakan oleh penelitian
yang lain seperti dalam penelitian Ameliya, dkk. (2021) dimana dalam
penelitiannya menggunakan intervensi yang sama dalam penerapan asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi yang mengalami intoleransi aktivitas pada Tn.
N di desa bendungan keraton kabupaten pasuruan. Intoleransi aktivitas adalah
ketidak cukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari dimana tanda dan
gejala yang muncul adalah mengeluh lelah, dispnea saat melakukan aktivitas,
frekuensi jantung meningkat dan tekanan darah berubah (Syafirah, dkk. 2021).
Diagnosa ke tiga adalah gangguan pola tidur berubungan dengan proses
penyakit yang dialami pasien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x7 jam diharapkan masalah gangguan pola tidur membaik dengan kriteria hasil:
Keluhan sulit tidur menurun, Keluhan sering terjaga menurun, Keluhan tidak puas
tidur menurun, Keluhan istirahat tidak cukup menurun dengan intervensi:
Dukungan Tidur (SIKI I.09265) Observasi Identifikasi pola aktivitas dan tidur,
Identifikasi faktor pengganggu tidur, Teraupetik Modifikasi lingkungan, Tetapkan
jadwal tidur rutin Edukasi jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit, Anjurkan
menepati kebiasaan waktu tidur. Intervensi yang sama juga di gunakan oleh
peneliti sebelunya yaitu Ariyanah, M. (2021) mengenai Asuhan keperawatan
gangguan pola tidur pada Tn. L dan Ny. R Dengan Hipertensi di RSUD Kardina
Kota Tegal. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu
tidur akibat faktor eksternal dimana tanda dan gejala sebagai berikut: kesulitan
tidur, sering terjaga di malam hari, tidak puas tidur, pola tidur berubah, dan
istirahat tidak cukup (Bella, M. 2021).
Dalam tahap ini penulis mendapatkan bahwa tidak ada kesenjangan antara
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Hal ini terjadi karena intervensi yang di
rencanakan berdasarkan kebutuhan pasien, sehingga intervensi tersebut dapat
mengatasi masalah yang dialami pasien.
4.1.4 Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan penulis pada Ny.W.M disesuaikan dengan


rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada tanggal 11-13
November 2021, pukul 08:05 untuk ke tiga diagnosa tersebut.

Yang pertama diagnosa keperawatan nyeri akut berubungan dengan agen


pencederah fisiologis. Implementasi yang telah dilakukan adalah
mengdentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
skala nyeri, faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, mengobservasi
tanda-tanda vital pasien, Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (relaksasi napas dalam), menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri, menganjurkan teknik nonfarmakologis (teknik distraksi) dan berkolaborasi
dengan tim medis lain untuk pemberian analgetik, untuk mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan. Terapi yang gunakan pasien adalah cairan NS 0,9% 20tpm/mt di
tangan kanan, Amlodipine 5mg 1x1, Betahistin 3x1, Paracetamol 3x1,
Simvastatin 40mg 1x1.

Selanjutnya diagnosa intoleransi aktivitas berubungan dengan kelemahan


badan. tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah mengidentifikasi
gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan, memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan yang mengakibatkan kelelahan, melakukan rentan gerak aktif
atau pasif, menganjurkan pasien untuk duduk disamping tempat tidur agar
mempermudah pasien untuk jalan, menganjurkan pasien untuk tirah baring,
menganjurkan pasien untuk menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang.

Diagnosa ketiga adalah gangguan pola tidur berubungan dengan proses


penyakit yang dialami pasien. Implementasi keperawatan yang diberikan kepada
Ny W.M adalah sebagai berikut mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur,
mengidentifikasi faktor pengganggu tidur, memodifikasi lingkungan,
menetapkan jadwal tidur rutin menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit,
menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

4.1.5 Evaluasi

Setelah dilakuukan tindakan keperawatan selanjutnya adalah melakukan


evalusasi keperawatan yang telah dilakukan selama 3 hari di mulai dari tanggal
11-13 November 2021.

Hasil evaluasi keperawatan pada hari pertama, pukul 14:30 untuk diagnosa
nyeri akut berubungan dengan agen penciderah fisiologis didapatkan data S :
pasien mengatakan masih merasa sakit pada kepala saat beraktivitas seperti ke
kamr mandi dan di tempat tidur, O : pasien masih tampak memegang kepalnya
dan masih tampak meringis, tekanan darah 140/90mmHg, nadi 80x/mnt respirasi
20x/mnt suhu badan 37ºc , A : Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi,
P : intervensi dilanjutkan, berikan tindakan non farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri seperti teknik relaksasi dan kolaborasi pemberian anlgesik Amlodipine
5mg 1x1, Betahistin 3x1, Paracetamol 3x1, Simvastatin 40mg 1x1. Evaluasi hari
ke dua ditemukan data S : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang, O
: pasien tampak sudah bisa duduk saat diilakukan pemeriksaan TTV: tekanan
darah 130/90mmHg, nadi 80x/mnt respirasi 20x/mnt suhu badan 36,5ºc , A :
Masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian, P : intervensi masih tetap
dilanjutkan, berikan tindakan non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
seperti teknik distraksi dan kolaborasi pemberian anlgesik Amlodipine 5mg 1x1,
Betahistin 3x1, Paracetamol 3x1, Simvastatin 40mg 1x1. Di hari ketiga di
temukan S : pasien mengatakan sudah tidak merasa nyeri lagi, O : pasien tampak
sudah bisa duduk saat penulis melakukan evaluasi TTV: tekanan darah
130/80mmHg, nadi 80x/mnt respirasi 20x/mnt suhu badan 36ºc, A : Masalah
keperawatan nyeri akut teratasi, P : intervensi di hentikan, pasien rencana rawat
jalan.

Evaluasi diagnosa intoleransi aktivitas berubungan dengan kelemahan


badan dilakukan bersamaan dengan intervensi yang lain pada hari pertama
kedua dan ke tiga dimana didapatkan data S : Pasien mengatakan masih merasa
lemah badan dan masih merasa pusing saat berjalan ke kamar mandi, O : Pasien
tampak pucat dan masih lemah badan, A : Masalah keperawatan Intoleransi
aktivitas belum teratasi, P : Intervensi dilanjutkan, menganjurkan tirah baring,
menganjurkan pasien untuk menghubungi perawat jika memerlukan bantuan.
Ditemukan sail evaluasi di hari ke dua sebagai berikut S : Pasien mengatakan
pusingnya berkurang sehingga pasien dapat bisa melakukan aktivitas rinandi
tempat tidur, O : Pasien tampak tidak pucat lagi namun masih dibantu keluarga
saat pasien hendak ke kamar madi, A : Masalah keperawatan Intoleransi
aktivitas teratasi sebagian , P : Intervensi dilanjutkan, menganjurkan tirah baring,
menganjurkan pasien untuk menghubungi perawat jika memerlukan bantuan.
Hasil yang di temukan pada hari ketiga adalah sebagai berikut S : Pasien
mengatakan sudah tidak merasa pusing lagi dan sudah dapat melakukan aktivitas
seperti berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar namun masih tetap
di dampingi keluarga, O : Pasien tampak tidak pucat lagi namun masih terpasang
IFVD di tangan kiri pasien, A : Masalah keperawatan Intoleransi aktivitas
teratasi, P : Intervensi di hentikan , pasien rencana rawat jalan.

Telah dilakukan evaluasi pada diagnosa gangguan pola tidur berubungan


dengan proses penyakit pada Ny W.M pada hari pertama temukan berikut S :
Pasien mengatakan masih belum bisa tidur karen nyeri yang dirasakan pada
kepalanya sering muncul pada malam hari, pasien juga mengatakan merasa
terganggu karena pasien yang berada di sampingnya sering batuk-batuk pada
malam hari, O : Pasien tampak masih memegang kepalnya, pasien tampak
menguap, pasien tampak sering meringis karena merasa nyeri pada kepanya,
tampak juga pasien di sampingnya sering batuk, A : Masalah keperawatan
Intoleransi aktivitas belum teratasi, P : Intervensi dilanjutkan, modifikasi
lingkungan, tetapkan jadwal tidur rutin, jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit, menganjurkan untuk menepati kebiasaan waktu tidur. Selanjutnya hasil
evaluasi yang di temukan pada hari ke dua di temukan data S : Pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan di kepalanya agak berkurang sehingga pasien
dapat tidur semalam, namun pasien masih terganggu karena pasien yang berada
di sampingnya sering batuk-batuk pada malam hari, O : Pasien tampak masih
menguap, pasien tampak jarang mengeluh sait kepala lagi, A : Masalah
keperawatan Gangguan pola tidur tertasi sebagian, P : Intervensi dilanjutkan,
modifikasi lingkungan, tetapkan jadwal tidur rutin, jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit, menganjurkan untuk menepati kebiasaan waktu tidur. Hasil
evaluasi di hari ke tiga di temukan data S : Pasien mengatakan dapat tidur
semalam karena sudah tidak merasa nyeri pada kepalanya lagi, O : Pasien
tampak tidak mengeluh sait kepala lagi, tidak menguap lagi, A : Masalah
keperawatan Gangguan pola tidur tertasi, P : Intervensi di hentikan, pasien
rencana rawat jalan.

4.2 KETERBATASAN PELAKSANAAN

Penulis tidak mengalami keterbatasan atau kesulitan dalam menulis


Asuhan Keperawatan KIAN karena, kasus yang penulis gunakan merupakan
pasien kelolaan saat penulis mengikuti praktek profesi ners di Rumah Sakit
BudiMulia Bitung sehingga untuk memperoleh data-data mengenai kondisi
pasien, telah penulis lampirkan dalm bentuk laporan Asuhan Keperawatan dan
telah di pertanggung jawabkan kepada CI yang berada di Rumah Sakit tersebut.
Sehingga untuk menulis Asuhan Keperawatan KIAN, penulis tinggal mengambil
dokumen atau laporan yang ada sehingga mempermudah penulis dalam
mengerjakan Asuhan Keperawatan KIAN.
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan observasi dan melakukan asuhan keperawatan


secara langsung pada pasien kasus hipertensi di RS Budi Mulia Bitung maka penulis
dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

5.1 KESIMPULAN

Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi, maka


didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan data Ny. W. datang ke rumah sakit
dengan keluhan pusing, sakit kepala, merasa mual dan muntah, kesemutan pada
kedua kaki serta lemah badan. Pasien juga mengatakan tidak bisa tidur semalam
karena merasa terganggu oleh pasien yang berada di sebelahnya karena sering
batuk-batuk serta nyeri yang di rasakan di kepalanya yang seringkali muncul
sehingga membuat pasien juga sulit untuk tidur, pengkajian nyeri sebagai berikut
(P: saat bergerak di tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi, Q: tertusuk-tusuk,
R: di bagian kepala, S: dengan skala 6, T: hilang timbul). Ditemukan juga
keluhan lain seperti pasien mengatakan merasa pusing saat bergerak di tempat
tidur atau ke kamar mandi, meresa lemah badan, keadaan umum pasien tampak
lemah, Pasien tampak di bantu anaknya ke kamar mandi, terpasang IVFD di
tangan kanan, pasien tampak sering memegang kepalanya saat di kaji. Setelah
selesai melakukan pengkajian, penulis melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
yang meliputi (TD: 140/90mmHg, ND:80x/mt SB: 37ºc RR: 20x/mt SPO2: 96%).

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang didapat yaitu nyeri akut berubungan dengan


agen pencidera fisiologis, Intoleransi aktivitas berubungan dengan kelemahan
badan gangguan pola tidur berubungan dengan penyakit yang dialami.
5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada diagnosa nyeri akut


adalah dengan cara mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri selanjutnya mengintruksikan pasien untuk
melakukan teknik relaksasi napas dalam agar mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan, mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, serta menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri. Untuk
diagnosa ke dua yaitu intoleransi aktivitas penulis telah melaukan intervensi
keperawatan dengan menganjurkan pasien agar memperhatikan tirah baring,
anjurkan untuk melakukan rentan gerak aktif atau pasif, serta anjurkan pasien
untuk duduk disamping tempat tidur agar mempermudah pasien untuk jalan.
Sedangkan untuk diagnosa keperawatan yang ke tiga adalah gangguan pola tidur
sehingga penulis melakukan intervensi keperawatan dengan cara megidentifikasi
pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor yang mengganggu tidur, menetapkan
jadwal tidur yang rutin serta menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan untuk diagnosa keperawatan nyeri akut berubungan dengan agen


penciderah fisiologis, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan badan
dan gangguan pola tidur berubungan dengan proses penyakit, telah dilakukan 3
hari kunjungan dimulai dari tanggal 11-13 November 2021 dengan tujuan agar
nyeri yang di rasakan dapat teratasi serta pasien dapat melakukan aktivitas
seperti berjalan kekamar mandi sendiri tanpa dibantu serta kebutuhan pola tidur
terpenuhi.

5.1.5 Evaluasi

Pada akhir dari evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya
kerjasama yang baik antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan. Hasil evaluasi
yang didapat dari Ny. W.M sesuai dengan harapan karena masalah teratasi dan
intervensi dihentikan.
5.2 SARAN

Deri hasi penulisan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi,
penulis menganjurkan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna, sebagai berikut:

5.2.1 Keperawatan

Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan untuk profesi


keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perawatan
pasien hipertensi, serta menjaga hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan
dan pasien. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sarana
dan prasarana perawatan yang optimal.

5.2.2 Rumah Sakit

Diharapkan kedepannya hasil karya tulis ilmiah ini semakin meningkatkan


kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang optimal khususnya pada pasien
hipertensi mengenai asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian spesifik,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan yang dapat membantu menyembuhkan pasien hipertensi.
Teknik relaksasi nafas dalam juga diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan baik pasien hipertensi maupun pasien
dengan penyakit lain tetapi mengeluh nyeri pada skala 1-5.

5.2.3 Pennelitian

Diharapkan dapat menjadi gambaran dalam upaya memberikan asuhan


keperawatan pada pasien hipertensi secara tepat, peneliti selanjutnya diharapkan
mampu menguasai konsep teoritis hipertensi. Selain itu, peneliti juga harus
melakukan pengkajian dan menentukan diagnosa keperawatan untuk sampai
pada evaluasi yang tepat dan akurat sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai
sesuai dengan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai