Anda di halaman 1dari 37

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi adalah

tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, secara umum hipertensi

terjadi apabila tekanan darahnya ≥ 140 mmHg sistolik atau ≥ 90 mmHg

diastolik (Rahmayani, 2019).

Data WHO menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia

menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis

hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,

diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang akan

meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Bagaskara, Simanjuntak

and Suryanegara, 2018).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dalam

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), di Indonesia prevalensi

hipertensi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 18 tahun

sebesar 8,36%, sedangkan diagnosis obat sebanyak 8,84%. Prevalensi

hipertensi menurut karakteristik berdasarkan diagnosis dokter yaitu

kelompok usia 25-34 tahun sebanyak 2,07%, usia 35-44 tahun sebanyak

5,73%, usia 45-54 tahun sebanyak 12,62%, usia 55-64 tahun sebanyak 18-

31%, 65-74 tahun sebanyak 23-31% (Kemenkes, 2018).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, di Provinsi

Sulawesi Selatan pada penduduk umur ≥ 18 tahun pada berdasarkan

diagnosis dokter terdapat 7,22% dari 21.142 penderita hipertensi,

sedangkan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah menurut provinsi

1
2

pada penduduk ≥ 18 tahun sebanyak 31,68% dari 21.142 penderita

hipertensi (Kemenkes, 2018).

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku register PTM

(Penyakit Tidak Menular) penderita hipertensi pada tahun 2018 sebanyak

1.348 orang, pada tahun 2019 sebanyak 711 orang dan pada tahun 2020

sebanyak 1.119 orang di Puskesmas Ujung Loe (Wahyuni, 2021).

Risiko terkena hipertensi pada orang yang gemuk mencapai dua

hingga enam kali lebih besar dari yang bertubuh normal. Oleh karena itu,

kelebihan berat badan menjadi faktor terjadinya tekanan darah tinggi. Jika

hipertensi ini terjadi berkepanjangan akan meningkatkan risiko stroke,

serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal kronis (Yuniarti, Muryati

and Hamdana, 2019).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dalam

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), di Indonesia proporsi status gizi

berdasarkan kategori IMT pada penduduk dewasa (umur >18 tahun)

sebanyak 21,8%. Di provinsi Sulawesi Selatan proporsi status gizi

berdasarkan kategori IMT pada penduduk dewasa (umur >18 tahun)

sebanyak 19,1% dari 19.983 status gizi pada pada dewasa (IMT dan

Obesitas Sentral) (Kemenkes, 2018).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), proporsi status gizi

menurut karakteristik berdasarkan kategori IMT pada penduduk dewasa

(umur >18 tahun) pada kelompok umur 40-44 tahun sebanyak 29,6%,

umur 45-49 tahun sebanyak 28,6%, umur 50-54 tahun sebanyak 26,0%,

umur 55-59 tahun sebanyak 23,1% (Kemenkes, 2018).


3

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Yuniarti,

Muryati and Hamdana, 2019), dari 68 responden hasil penelitian

responden obesitas yang mengalami hipertensi grade 1 sebanyak 18

responden (85,7%) dan obesitas 1 responden yang mengalami hipertensi

derajat 2 sebanyak 3 respon den (14,3%). Sedangkan obesitas 2 responden

yang mengalami hipertensi grade 1 sebanyak 6 responden (31,6%) dan

obesitas 2 responden yang menglami hipertensi grade 2 sebanyak 13

responden (68,4%). Berdasarkan hasil statistik yang dilakukan

membuktikan bahwa ada hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi di

Desa Taccorong. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Kartika and

Purwaningsih, 2020), hasil analisis menyimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan pada obesitas terhadap hipertensi. Dari 65 responden yang

memiliki hipertensi, 39 orang termasuk obesitas.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bulukumba tahun 2021, di

Puskesmas Ujung Loe ditemukan jumlah kasus obesitas diatas umur 30

tahun, laki-laki 37 orang dan perempuan 214 orang. Penderita hipertensi

dengan berat badan yang berlebihan harus menurunkan berat badannya

agar tidak memperparah kejadian hipertensi (Medika, 2017).

Hal inilah yang mendasari sehingga peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Analisis hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Ujung Loe”

B. Rumusan Masalah

Seseorang yang mengalami obesitas cenderung memiliki resiko

lebih tinggi terkena hipertensi. Adanya obesitas pada penderita hipertensi


4

akan menentukan tingkat keparahan hipertensi. Semakin besar tubuh

seseorang, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok nutrisi

dan oksigen ke jaringan dan otot lain. Saat resistensi meningkat tekanan

darah menjadi lebih tinggi. Keadaan ini akan diperparah oleh sel-sel lemak

yang menghasilkan senyawa yang dapat membahayakan jantung.

Berdasarkan penelitian diatas dapat merumuskan masalah yaitu

“apakah ada hubungan obesitas dengan kejadian hiepertensi di wilayah

kerja Puskesmas Ujung Loe Tahun 2022”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis adanya hubungan obesitas dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ujung Loe tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Ujung Loe.

b. Untuk mengetahui obesitas di wilayah kerja Puskesmas Ujung Loe.

c. Menganalisis hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Ujung Loe.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah

tentang kejadian hipertensi pada masyarakat umum.

2. Manfaat Aplikatif
5

a. Penelitian ini dapat memberikan informasi atau solusi dalam

meningkatkan cara berpikir masyarakat yang lebih baik sehingga

dapat memahami faktor terjadinya hipertensi dan menerapkan gaya

hidup sehat

b. Penelitian sebagai bentuk penerapan ilmu yang telah di pelajari

selama ini, sehingga dapat menambah wawasan peneliti dan

sebagai referensi untuk kedepannya.

c. Menambah bahan kepustakaan di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Panrita Husada Bulukumba.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tinjauan Teori Tentang Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan

darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya

90 mmHg (Manurung, 2018).

b. Tanda dan gejala hipertensi

Gejala umum terjadi pada penderita hipertensi yaitu

- Pusing

- Muka merah

- Sakit kepala

- Keluar darah dari hidung secara tiba-tiba

- Tengkuk terasa tegang dan lain-lain, (Manurung, 2018).

c. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee

On Prevention, Detection, Evalution, And The Treatment Of high

Blood Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika

Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan

peningkatan risiko komplikasi kardiovaskuler. Sehingga mendorong

pembuatan klasifikasi baru pada JNC 7, yaitu terdapat pra hipertensi

dimana tekanan darah sistol pada kisaran 120-139 mmHg dan tekanan

6
7

darah diastole pada kisaran 80-89 mmHg. Hipertensi level 2 dan 3

disatukan menjadi level 2. Tujuan dari klasifikasi JNC 7 adalah untuk

mengidentifikasi individu-individu yang dengan penanganan awal

berupa perubahan gaya hidup, dapat membantu menurunkan tekanan

darahnya ke level hipertensi yang sesuai dengan usia individu

(Manurung, 2018)

Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII (Manurung, 2018)

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-130 80-90
Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi Stadium 2 >160 >100

- Normal : tekanan darah sistol lebih rendah dari 120 mmHg,

tekanan darah darah diastol lebih rendah dari 80 mmHg.

- Prehipertensi : tekanan darah sistol 120-130 mmHg, tekanan darah

diastol 80-90 mmHg.

- Hipertensi stadium 1 : tekanan darah sistol 140-159 mmHg,

tekanan darah diastole 90-99 mmHg.

- Hipertensi stadium 2 : tekanan darah lebih dari 160 mmHg,

tekanan darah diastole lebih dari 100 mmHg.

d. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi yaitu faktor-faktor yang dapat

menimbulkan suatu masalah atau kerugian yang ada pada kesehatan

tubuh. Faktor risiko dibagi menjadi 2 kelompok yaitu


8

a. Faktor risiko tidak dapat diubah

1) Usia

Usia adalah salah faktor risiko terjadinya hipertensi yang

tidak dapat diubah. Pada umumnya, semakin bertambahnya

usia maka semakin besar pula risiko terjadinya hipertensi. Hal

tersebut disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh

pembuluh darah seperti penyempitan lumen, serta dinding

pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang

sehingga meningkatkan tekanan darah.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini, pria

cenderung lebih banyak menderita hipertensi dibanding dengan

wanita. Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa pria

memiliki gaya hidup yang kurang sehat jika dibanding dengan

wanita. Akan tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita

mengalami peningkatan setelah memasuki usia menopause,

disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang dialami

wanita yang telah menopause.

3) Keturunan (genetik)

Keturunan atau genetik merupakan salah satu factor risiko

terjadinya hipertensi yang tidak dapat diubah. Risiko terkena

hipertensi akan lebih tinggi pada orang dengan keluarga dekat

yang memiliki Riwayat hipertensi (Medika, 2017).


9

b. Faktor risiko yang dapat diubah

1) Obesitas

Obesitas adalah timbunan triasil gliserol berlebih

dijaringan lemak yang diakibatkan oleh asupan energi berlebih

dibandingkan penggunaanya (Hastuti, 2019).

Obesitas atau kelebihan berat badan merupakan faktor

risiko terjadinya hipertensi dan dianggap sebagai faktor

independent yang artinya tidak dipengaruhi oleh faktor risiko

lain. Seorang pria bisa dikatakan obesitas jika jumlah lemak

melebihi 25% dari total berat badan sedangkan pada wanita

jika jumlah lemaknya melebihi 30% dari total berat badan atau

kriteria yang paling sering digunakan adalah jika berat badan

melebihi 120% dari berat badan ideal. Obesitas bisa terjadi

karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan

pengeluaran energi dalam tubuh, sehingga kelebihan energi

yang disimpan dalam tubuh dalam bentuk jaringan lemak.

Gaya hidup yang tidak baik merupakan salah satu faktor

seseorang menjadi obesitas.

Obesitas dapat menyebabkan hipertensi dari berbagai

mekanisme yaitu secara langsung atau tidak langsung. Obesitas

bisa langsung mengakibatkan peningkatan curah jantung. Hal

ini karena semakin besar massa tubuh, semakin banyak jumlah

darah yang beredar dan ini menyebabkan curah jantung

meningkat (cadiac output). Sedangkan secar tidak langsung,


10

obesitas terjadi melalui stimulus aktivitas sistem saraf simpatis

dan Renin Angiotensin Sistem Aldosteron (RAAS) oleh

mediator seperti sitokin, hormon dan adipokin. Hormon

aldosteron adalah salah salah satu yang terkait erat dengan

retensi air dan natrium yang dapat membuat volume darah akan

meningkat.

Secara umum hubungan antara hipertensi dan obesitas

memiliki ciri-ciri yaitu dengan ekspansi volume plasma dan

peningkatan curah jantung (cardiac output), hiperinsulinemia

atau resistensi insulin, peningkatan aktivitas sistem saraf

simpatis, retensi natrium dan disregulasi salt regulating

hormone. Peningkatan insulin dalam darah ini menyebabkan

retensi natrium pada ginjal dan tekanan darah akan meningkat

(Tiara, 2020).

2) Merokok

Merokok merupakan salah faktor pemicu terjadinya

hipertensi. Pada umumnya, rokok mengadung zat kimia yang

berbahaya seperti karbon monoksida dan nikotin. Zat-zat yang

diisap melalui rokok akan masuk ke pembuluh darah dan akan

menyebabkan kerusakan lapisan endotel pembuluh darah arteri,

sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis. Penderita

yang memiliki aterosklosis atau penumpukan lemak pada

pembuluh darah akan memperparah kejadian hipertensi.

3) Konsumsi alkohol dan kafein berlebih


11

Alkohol dapat mengakibatkan peningkatan kadar kortisol,

peningkatan volume sel darah merah dan kekentalan darah

sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

4) Konsumsi garam berlebih

Konsumsi garam berlebihan merupakan salah satu

faktor terjadinya hipertensi. Hal tersebut dikarenakan garam

(NaCl) mengandung natrium yang dapat mengandung natrium

yang dapat menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan

sehingga menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh,

sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah.

5) Stres

Stres merupakan salah satu faktor risiko kejadian

hipertensi. Stres emosional memiliki kecenderungan lebih

besar memicu terjadinya hipertensi. Keadaan seperti tertekan,

murung, dendam,rasa bersalah dan takut dapat merangsang

timbulnya hormone adrenalin dan jantung berdetak lebih

kencang sehingga memicu peningkatan tekanan darah.

6) Keseimbangan hormonal

Jika terjadi ketidakseimbangan pada hormon maka akan

terjadi gangguan pembuluh darah, gangguan tersebut akan

memicu peningkatan tekanan darah (Medika, 2017).

e. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi dan

terapi farmakologi. Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya


12

hidup meliputi pola diet, aktivitas fisik, larangan merokok dan

pembatasan konsumsi alkohol.

Terapi farmakologis dapat diberikan anti hipertensi tunggal

maupun kombinasi. Pemilihan obat anti hipertensi dapat didasari ada

tidaknya kondisi khusus (komorbid maupun komplikasi).

Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa

anjuran modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat dapat menurunkan

darah tinggi. Pemberian terapi farmakologi dapat ditunda pada pasien

hipertensi derajat 1 dengan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular

rendah. Jika dalam 4-6 bulan tekanan darah belum mencapai target

atau terdapat faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya maka

pemberian medikamentosa sebaiknya dimulai. Rekomendasi terkait

gaya hidup adalah sebagaiberikut:

1) Penurunan berat badan.

Target penurunan berat badan perlahan hingga mencapai

berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis dan peningkatan

aktivitas fisik dengan Latihan jasmani.

2) Mengurangi asupan garam.

Garam sering digunakan sebagai bumbu masak serta

terkandung dalam makanan kaleng maupun makanan cepat saji.

Diet tinggi garam akan meningkatkan retensi cairan tubuh. Asupan

garam sebaiknya tidak melebihi 2 gr/hari.

3) Diet.
13

Diet DASH (Dientary Appoaches to Stop Hypertension)

merupakan salah satu diet yang direkomendasikan. Diet ini pada

intinya mengandung makanan kaya sayur dan buah, serta produk

rendah lemak. Pemerintah merekomendasikan diet hipertensi

berupa pembatasan pemakaian garam dapur ½ sendok teh per hari

dan penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium

seperti soda kue. Makanan yang dihindari yakni otak, ginjal, paru,

jantung, daging kambing, makanan yang diolah menggunakan

garam natrium (crackers, kue, kerupuk, kripik dan makanan kering

yang asin), makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis,

kornet, buah-buahan dalam kaleng), makanan yang diawetkan,

mentega dan keju, bumbu-bumbu tertentu (kecap asin, terasi,

petis, garam, saus tomat, saus sambal, tauco dan bumbu penyedap

lainnya) serta makanan yang mengandung alkohol (durian,tape).

4) Olahraga.

Rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara teratur

sebanyak 30 menit/hari, minimal 3 hari/minggu.

5) Mengurangi konsumsi alkohol.

Pembatasan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 gelas per

hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita dapat menurunkan

hipertensi.

6) Berhenti merokok.

Merokok termasuk faktor risiko penyakit kardiovaskular.

Oleh karena itu penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti


14

merokok demi menurunkan risiko komplikasi penyakit

kardiovaskular (Telaumbanua and Rahayu, 2021).

2. Tinjauan Teori Tentang Obesitas

a. Definisi obesitas

Menurut WHO, obesitas atau kegemukan merupakan

akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat menimbulkan

risiko kesehatan individu (Muriyati and Syamsuddin, 2018).

Obesitas merupakan suatu kondisi dimana berat tubuh sesorang

melebihi berat badan idelanya, akibat penimbunan lemak dalam tubuh

yang berlebihan (Muriyati and Syamsuddin, 2018).

Indeks massa tubuh (IMT) adalah indeks sederhana dari berat

badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasikan

kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. IMT

didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi

dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2) (Medika, 2017).

Berat Badan(kg)
IMT =
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan(m)

Sumber : (Medika, 2017).


b. Klasifikasi Obesitas

Tabel 2. 2 Klasifikasi obesitas menurut WHO (Muriyati and Syamsuddin, 2018)

KLASIFIKASI IMT
Berat badan kurang (Underweight) < 18,5
Berat badan normal 18,5 – 22,9
Kelebihan berat badan (0verweight) dengan risiko 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥ 30

c. Penyebab Obesitas
15

1) Faktor Genetik

Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki

penyebab genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bila

salah satu orang tuanya mengalami obesitas maka faktor genetik

memberikan pengaruh sebesar 40-50% terhadap berat badan

seseorang. Apabila kedua orang tuanya menderita obesitas maka

peluang faktor genetik sebesar 70-80%.

2) Faktor Lingkungan

a) Pola makan

Jumlah asupan energi yang berlebihan menyebabkan

obesitas. Jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi

yaitu tinggi lemak, gula, serta kurang serat akan menyebabkan

ketidakseimbangan energi.

b) Pola aktivitas fisik

Pola aktivitas fisik kurang bergerak (sedentary) akan

menyebabkan energi yang dikeluarkan tidak maksimal

sehingga meningkatkan risiko terjadinya obesitas.

3) Faktor Obat-obatan dan Hormonal

a) Obat-obatan jenis steroid yang sering digunakan dalam jangka

waktu yang lama seperti untuk terapi asma, ostreoartritis dan

alergi dapat menyebabkan nafsu makan yang meningkat

sehingga meningkatkan risiko obesitas.

b) Hormonal
16

Hormonal yang berperan dalam kejadian obesitas yaitu

hormone leptin, ghrelin, tiroid, insulin dan estrogen.

d. Dampak Obesitas

1. Dampak Metabolik

Lingkar perut pada ukuran tertentu (pria > 90cm) dan

wanita > 80cm) akan berdampak pada peningkatan trigliserida dan

penurunan kolestrol HDL, serta meningkatkan tekanan darah.

Keadaan ini disebut dengan sindroma metabolik.

2. Dampak Penyakit Lain

a. Osteoarthritis lutut dan pinggul (berhubungan dengan

mekanik)

Osteoarthritis lutut merupakan penyakit tertinggi di

Indonesia yang terjadi pada usia lanjut dan mempengaruhi

terhadap fungsi tubuh. Salah satu yang mempengaruhi gerak

sendi lutut adalah indeks massa tubuh lutut menjadi tumpuan

tubuh, jika hal ini berulang dan dialami oleh para lansia maka

kondisi sendi lutut akan iritasi dan peradangan mulai dari akut

hingga kronis (Fatmawati, 2021).

b. Pembentukan batu empedu

Penyakit batu empedu atau biasa di sebut kolelitiasis.

Kolelitiasis dapat di temukan di kantong empedu atau saluran

empedu, atau pada kedua nyakebanyakan batu empedu

terutama batu kolestrol, terbentuk di kandung kemih empedu

(Rizky and Abdullah, 2018).


17

c. Sleep apnea (henti nafas saat tidur)

Sleep apnea adalah timbulnya episode abnormal dari

tingkat pernapasan yang terkait dengan penyempitan saluran

napas atas saat tidur. Sleep apnea bisa berupa henti napas

(apnea) atau penurunan ventilasi yang akan menyebabkan

masalah pernapasan saat tidur. Semakin besar nilai Indeks

Massa Tubuh (IMT) atau penambahan berat badan,

kemungkinan mengalami Obstructive Sleep Apnea (OSA)

semakin tinggi (Hasan, William and Rumiati, 2016).

d. Low back pain (nyeri punggung bawah)

Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) adalah

gangguan muskuloskeletal karena dari kesalahan ergonomi.

LBP didefinisikan sebagai rasa sakit yang terlokalisasi antara

batas kosta dan lipatan gluteus inferior yang bertahan lebih dari

satu hari (Rahmawati, 2021).

e. Gangguan menstruasi

Obesitas dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi

melalui jaringan adiposa dan pengaruhnya estrogen dan

androgen. Estrogen perbandingan hormon Wanita yang

mengalami obesitas terjadi peningkatan produksi dibentuk oleh

jaringan peningkatan hormon androgen aadiposa Peningkatan

kadar estrogen secara terus menerus terus menerus ddapa

menyebabkan dapat mengganggu perkembangan folikel

matang. Dalam kategori sstatu gizi wanita yang menderita


18

obesitas memiliki risiko gangguan menstruasi lebih tinggi dari

wanita yang status gizi normal (Fitria, 2021).

B. Kerangka Teori

Faktor Penyebab Obesitas : IMT

Faktor Genetik
Faktor Lingkungan Obesitas
Faktor Obat-obatan dan Hormonal

Dampak Obesitas :
Peningkatan tekanan darah
Osteoarthritis
Pembentukan batu empedu
Sleep apnea
Faktor Hipertensi yang Low back pain
tidak dapat di ubah Gangguan menstruasi
Usia
Jenis Kelamin
Keturunan / Genetik

Hipertensi
Faktor hipertensi yang dapat
diubah
Obesitas
Merokok
Konsumsi alkohol dan kafein
Konsumsi garam berlebih
Stres
Keseimbangan hormonal

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Nurvitasari, 2020), (Tiara, 2020).


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu justifikasi yang secara ilmiah

telah dilakukan penelitian dan memberikan landasan yang kuat terhadap

topik yang dipilih sesuai dengan apa yang telah diidentifikasi dari setiap

masalah (Hidayat, 2017).

Adapun bagan kerangka konsep pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Kejadian Hipertensi
Obesitas

Usia
Jenis Kelamin
Genetik
Merokok
Konsumsi Alkohol dan kafein
Konsumsi Garam Berlebih
Stres
Keseimbangan Hormonal

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

19
20

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel yang diteliti

: Penghubung

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah

dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2017).

1. Variabel Independen (variabel bebas) yaitu variabel yang dapat

mempengaruhi variabel lain atau yang menjadi sebab timbulnya

variabel dependen (Hidayat, 2017).

2. Variabel Dependen (variabel terikat) yaitu variabel yang nilainya

dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas (Hidayat, 2017).

C. Definisi Konseptual

Kerangka konseptual adalah gambaran dan arah asumsi tentang

variabel yang akan dipelajari atau berarti hasil sintesis dari proses berpikir

deduktif dan induktif, kemudian dengan kemampuan kreatif dan inovatif,

konsep atai ide baru berakhir (Hidayat, 2017).


21

1. Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90

mmHg (Manurung, 2018).

2. Obesitas

Obesitas merupakan suatu kondisi dimana berat tubuh seseorang

melebihi berat badan idelanya, akibat penimbunan lemak dalam tubuh

yang berlebihan (Muriyati and Syamsuddin, 2018).

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan secara operasional

variabel berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan pengamatan atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2017).

1. Hipertensi (Variabel Dependen)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi

ketika sesorang memiliki tekanan darah sistolik 130 mmHg dan

diastolik 80 mmHg atau lebih tinggi.

a) Kriteria objektif

Hipertensi stadium 1, sistol : 140-159 mmHg dan diastol 90-99

mmHg

Hipertensi stadium 2, sistol : >160 mmHg dan diastol >100 mmHg

b) Alat ukur : Tensi dan Stetoskop

c) Skala ukur : Skala Ordinal


22

2. Obesitas (Variabel Independen)

Obesitas merupakan penimbunan lemak yang berlebihan akibat

ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi

yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu yang lama.

a) Kriteria objektif

Overweight : 23-24,9 IMT

Obesitas I : 25 – 29,9 IMT

Obesitas II : ≥ 30 IMT

b) Alat ukur : menggunakan alat ukur timbangan berat badan dan

tinggi badan yang disebut microtoise

c) Skala ukur : Skala Ordinal

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yaitu suatu jawaban sementara terhadap

rumusan masalah dalam penelitian, yang dimana telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan jawaban sementara karena jawaban

yang diberikan masih berlandaskan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data sehingga hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis

terhadap rumusan masalah dalam penelitian, belum jawaban yang empirit

(Sugiyono, 2017).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Ada Hubungan

Obesitas dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ujung

Loe tahun 2022”.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Pada

pendekatan cross sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau data

yang diperoleh saat ini juga, cara ini dilakukan dengan melakukan hasil

survei, wawancara, ataupun dengan penyebaran kuesioner pada responden

penelitian. Pada penelitian cross sectional yaitu penelitian yang

menekankan waktu pengukuran atau observasi data tentang variabel

independen dan juga variabel dependen hanya satu kali pada satu saat

(Nursalam, 2017).

Penelitian ini ingin mengetahui apakah ada kejadian hipertensi

berhubungan dengan obsitas di wilayah kerja puskesmas Uung Loe tahun

2022.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Juni tahun 2022.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di wilayah kerja puskesmas Ujung Loe.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah suatu wilayah yang terdiri dari obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan

23
24

oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2017).

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan sifat-sifat yang dimiliki

oleh populasi. Jika populasi besar tidak mungkin peneliti mempelajari

seluruh populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

tersebut. (Sugiyono, 2017).

Adapun sampel dalam penelitian ini, dapat dihitung dengan

menggunakan rumus analisis korelasi yaitu:

{ [ ]}
2
Zα + Zβ
¿ +3
n 1+r
0,5 ln
1−r

{ ]}
2
1,96+0,84
¿ +3
n
0,5 ln[1+0,4
1−0,4

{ [ ]}
2
2,8
¿ +3
n 1,4
0,5 ln
0,6

{ }
2
2,8
n¿ +3
0,5 ln 2,33

{ }
2
2,8
n¿ +3
0,5 . 0,84

{ }
2
2,8
n¿ +3
0,42

2
n ¿ { 6,6 } +3

n ¿ 47
25

jadi besaran sampel pada penelitian ini adalah 47 orang.

Keterangan :

n = Besaran sampel

Z Baku Alfa (Zα ¿=1,96

Z Baku Beta (Z β ¿=0,84

Ln = Bilangan Natural

r = Koefisen atau nilai bermakna 0,4

Jadi, sampel pada penelitian ini yaitu 47 orang.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu proses dalam melengkapi sampel

yang dapat digunakan dalam penelitiandari populasi yang ada,

sehingga jumlah sampel akan mewakili seluruh populasi yang ada,

secara umum ada dua jenis pangambilan sampel yaitu probality

sampling dan non-probality sampling (Hidayat, 2017).

Adapun teknik pengambilan sampling pada penelitian ini yaitu

metode probility sampling dengan menggunakan metode teknik simple

random sampling pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada pada anggota populasi. Metode ini

dilakukan jika anggota populasi dianggap homogen, misalnya jika

populasinya homogen maka diambil secara acak kemudian diperoleh

sampel yang reprensentatif. Pengambilannya dapat dilakukan lotre,


26

tetapi jika pengumpulannya di beri nomor urut tertentu di sebut

systematic random sampling (Hidayat, 2017).

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi adalah yang dijadikan sampel dengan

memenuhi syarat yang telah ditentukan, sedangkan kriteria ekslusi

adalah kriteria yang tidak dapat dijadikan sampel karena tidak

memenuhi syarat dalam penelitian (Hidayat, 2017).

Adapun yang menjadi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

yaitu:

a. Kriteria Inklusi

1) Berusia 40-60 tahun

2) Pasien terdiagnosis penyakit hipertensi

3) Siap menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien hamil

2) Pasien tidak ada di tempat selama penelitian

3) Menderita gangguan jiwa

4) Usia >60 tahun

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat ukur yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data sehingga pekerjaan dan hasil lebih mudah

(akurat, lengkap, dan sistematis) sehingga dapat mengelolahnya dengan


27

lebih mudah. Jenis alat penelitian antara lain pertanyaan, daftar periksa,

pedoman wawancara, pedoman observasi, fasilitas penelitian laboratorium

dan sebagainya (Hidayat, 2017).

1. Hipertensi

Teknik pengumpulan data dalam penilitian ini menggunakan tensi

dan stetoskop.

2. Obesitas

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

mengukur berat badan menggunakan timbangan dan tinggi badan

menggunakan microtoise.
28

E. Alur Penelitian

Proposal penelitian :
Analisis Hubungan Obesitas Dengan Kejadian
Hipertensi Di wilayah Kerja Puskesmas Ujung
Loe Tahun 2022

Hipotesis :
Ada Hubungan Obesitas Dengan Kejadian
Hipertensi Di wilayah Kerja Puskesmas Ujung
Loe Tahun 2022

Populasi :
Pasien Yang Menderita Hipertensi Di Wilayah
Kerja Pukesmas Ujung Loe

Sampel :
47 Orang

Instrumen Penelitian :
Pengukuran Tekanan Darah, Berat Badan Dan
Tinggi Badan

Tempat Penelitian :
Di Wilayah Kerja Puskesmas Ujung Loe

Ijin Penelitian Puskesmas Ujung Loe

Pengumpulan Data Analisa Data Univariat


Sekunder Bivariat
29

Gambar 4. 1 Alur Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan dalam

pengumpulan data meliputi wawancara terstruktur, observasi, angket,

pengukuran, atau melihat data statistik (data sekunder) seperti

dokumentasi (Hidayat, 2017).

Langka-langka yang peneliti lakukan dalam proses pengumpulan

data, antara lain :

1. Peneliti melakukan penelitian jika mendapat persetujuan dari

Pembimbing I dan pembimbing II.

2. Peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian dari STIKes

Panrita Husada Bulukumba yang akan ditujukan kepada Puskesmas

Ujung Loe.

3. Peneliti mendatangi Puskesmas Ujung Loe kembali setelah mendapat

izin untuk dilakukan penelitian.

4. Peneliti menunggu datangnya responden. Responden diberikan

penjelasan tentang tujuan penelitian, meyakinkan responden bahwa

kerahasiaan terjaga.

5. Penelitin dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kepada responden.

Format yang telah terisi oleh data responden kemudian dikumpul.

6. Peneliti mengecek kembali data-data responden, apabila belum

lengkap peneliti akan melengkapinya sesuai dengan format

pemeriksaan.
30

7. Peneliti mengumpulkan hasil pemeriksaan tersebut kemudian

memasukkan data tersebut kedalam komputer untuk pengelohan.

G. Teknik Pengelolaan Dan Analisa Data

1. Teknik Pengelolaan Data

Dalam proses pengolahan data ada langkah-langkah sebagai

berikut (Hidayat, 2017) :

a. Editing

Editing merupakan upaya untuk mengkaji Kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.

b. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka)

pada data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting saat mengolah data dan menganalisis data

menggunakan computer. Biasanya dalam pengkodean, daftar kode

dan artinya juga dibuat dalam satu buku untuk memudahkan

melihat letak dan makna suatu variabel.

c. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

terkumpul ke dalam tabel induk data base komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat

tabel kontingensi.

d. Melakukan Teknik Analisa


31

Dalam melakukan analisis khususnya pada data penelitian

akan digunakan statistika terapan yang disesuaikan dengan tujuan

analisisnya. Jika penelitian bersifat deskriptif, maka akan

menggunakan inferensi statistik (jika untuk generasi).

Statistika deskriptif adalah statistik yang membahas tentang

cara merangkum, menyajikan, dan mendeskripsikan data dengan

tujuan agar lebih mudah dipahami dan lebih bermakna. Statistik

inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menyimpulkan

parameter (populasi) atau lebih dikenal dengan proses

generalisasi / inferensi.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Dalam analisis univariat, data diperoleh dari hasil

pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, ukuran tendensi sentra atau grafik (Saryono and

Anggraeni, 2017).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui

interkasi dua variabel berupa komperatif, asosiatif dan korelatif

(Saryono and Anggraeni, 2017).

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus menggunakan etika

penelitian dalam mengumpulkan data. Agar kajian alam benar-benar dapat

terjadi dan peneliti tidak terjerumus kedalam masalah etika, ada beberapa
32

hal yang harus peneliti persiapkan, antara lain (Saryono and Anggraeni,

2017).:

1. Meminta izin kepada pihak berwenang setempat tempat penelitian

akan dilakukan serta memberikan penjelasan tentang maksud dan

tujuan penelitian.

2. Menetapkan orang yang diteliti bukan sebagai “objek” tetapi orang

yang memiliki derajat yang sama dengan peneliti.

3. Menghargai, menghormati, dan mentaati segala aturan, norma, nilai

masyarakat, kepercayaan, adat istiadat, dan budaya yang hidup di

masyarakat tempat penelitian dilakukan.

4. Memegang semua rahasia yang berhubungan dengan informasi yang

diberikan.

5. Informasi tentang subjek tidak dipublikasikan jika subjek tidak

menginginkannya, termasuk nama subjek tidak akan di cantumkan

dalam laporan penelitian.

6. Peneliti akan merekruk partisipan terlebih dahulu, memberikan

informed consent, yaitu dengan jujur mangatakan maksud dan tujuan

yang berkaitan dengan tujuan penelitian dalam sampel dengan jelas.

7. Selama dan setelah penelitian (privacy) terjaga, semua partisipan

diperlakukan sama, nama partisipan diganti dengan nomor, peneliti

akan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya akan

digunakan untuk kegiatan penelitian dan tidak akan dipublikasikan

tanpa izin peserta.


33

8. Selama pengumpulan data peneliti memberikan kenyamanan kepada

partisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan

keinginan partisipan. Sehingga peserta dapat bebas tanpa pengaruh

lingkungan untuk mengungkapkan permasalahannya.

I. Jadwal Penelitian

Bulan 2021 -2022


KEGIATAN
OKT JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL

Pengajuan Judul Acc

Bimbingan
Penyusunan
Proposal

Ujian Proposal

Revisi

Penelitian

Penyusunan dan
Bimbingan KTI

Ujian Hasil
34
DAFTAR PUSTAKA

Bagaskara, R. G., Simanjuntak, D. R. and Suryanegara, W. (2018) ‘Hubungan


Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Pada Individu Usia ≥ 18 Tahun Di
Indonesia ( Analisis Lanjutan Data RISKESDAS 2018 )’, Fakultas
Kedokteran Universitas Kristem Indonesia, 022, pp. 2–7. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-
overweight.

Fatmawati, V. (2021) ‘A IMT Berpengaruh Terhadap Gangguan Fungsional Pada


Penderita Osteoarthritis Knee Di Ranting Aisyiyah Palbapang Barat,
Bantul, Yogyakarta’, Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi, 5(2), pp. 133–
140. doi: 10.33660/jfrwhs.v5i2.143.

Fitria, R. (2021) ‘PENGARUH OBESITAS TERHADAP SIKLUS


MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA RAMBAH TENGAH
HILIR KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU’,
Jurnal Ilmu Kebidanan, 10, pp. 70–74. Available at: https://jurnal.stikes-
alinsyirah.ac.id/index.php/kebidanan.

Hasan, M., William and Rumiati, F. (2016) ‘Hubungan Berat Bedan dengan
Kualitas Tidur pada Mahasiswa Fakultas Krida Wacana Angkatan 2016’,
Jurnal Kedokteran, 26(2), pp. 84–89. doi:
https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v26i2.1847.

Hastuti, P. (2019) Genetika Obesitas. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.

Hidayat, A. (2017) Metodologi Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Kartika, J. and Purwaningsih, E. (2020) ‘Hubungan Obesitas pada Pra Lansia


dengan Kejadian Hipertensi di Kecamatan Senen Jakarta Pusat Tahun
2017-2018’, pp. 35–40.

Kemenkes (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Kementerian Kesehatan


RI.

35
36

Manurung, N. (2018) KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KONSEP, MIND


MAPPING DAN NANDA NIC NOC Solusi Cerdas Lulus UKOM Bidang
Keperawatan Jilid 2. Jakarta: CV. Trans Info Medika.

Medika, T. (2017) BERDAMAI DENGAN HIPERTENSI. Edited by Y. Sari.


Jakarta: Bumi Medika.

Muriyati and Syamsuddin (2018) DASAR-DASAR OVERWEIGHT OBESITAS


AEROBIK. Edited by T. Publish. Ponorogo: WADE GROUP.

Nursalam (2017) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika.

Nurvitasari, E. (2020) ‘HUBUNGAN OBESITAS DAN STRES DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI PADA PRA LANSIA DI DESA
POJOKSARI KECAMATAN SUKOMORO KABUPATEN
MAGETAN’.

Rahmawati, A. (2021) ‘RISK FACTOR OF LOW BACK PAIN’, Jurnal Medika


Hutama, 03(01), pp. 1601–1607.

Rahmayani, S. (2019) ‘FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI


PRIMER PADA USIA 20-55 TAHUN DI POLIKLINIK PENYAKIT
DALAM RSUD 45 KUNINGAN’, Syntax Idea, 1(Vol 1 No 4 (2019 :
Syntax Idea), pp. 100–111.

Rizky, N. and Abdullah, D. (2018) ‘Hubungan Peningkatan IMT Dengan


Kejadian Kolelitiasis’, Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 1(August),
pp. 79–88.

Saryono and Anggraeni, M. (2017) Metodologi Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarata: Nuha Medika.

Sugiyono (2017) METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: ALFABETA CV.

Telaumbanua, A. C. and Rahayu, Y. (2021) ‘Penyuluhan Dan Edukasi Tentang


Penyakit Hipertensi’, Jurnal Abdimas Saintika, 3(1), p. 119. doi:
37

10.30633/jas.v3i1.1069.

Tiara, U. (2020) ‘Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi’, 2, pp. 167–


171.

Wahyuni (2021) Buku Register PTM (Penyakit Tidak Menular). Bulukumba.

Yuniarti, Muryati and Hamdana (2019) ‘Obesity With Hipertension Events In


Taccorong Village, Bulukumba District’, COMPREHENSIVE HEALTH
CARE, pp. 121–128. doi: http://doi.org/10.37362/jch.v3i3.228.

Anda mungkin juga menyukai