Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASES)

Disusun oleh :

Nur Azizah Waris

D. 22. 10. 019

(CI LAHAN) (CI INSTITUSI)

RPOGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny. N

DENGAN DIAGNOSIS CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASES)

DI RUANGAN HEMODIALISA

Disusun oleh :

Nur Azizah Waris

D. 22. 10. 019

(CI LAHAN) (CI INSTITUSI)

RPOGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

TAHUN 2022
A. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan

terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis 14 atau transplantasi ginjal.

Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. Hal ini

disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal (rahman, 2013)

Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal

sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa

bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan

tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi

endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (abdul, 2015)

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui laporan pendahuluan keperawatan

medical bedah tentang gagal ginjal kronik

b. Tujuan khusus

mahasiswa dapat memahami tentang LP keperawatan KMB

tentang gagal ginjal akut mulai dari definisi, etiologi, manifestasi klinis,

komplikasi, penatalaksanaan dan konsep dasar keperawatan

C. MANFAAT

Mahasiswa dapat menjadikan sebagai bahan pengetahuan dan menambah

wawasan dalam Asuhan Keperawatan Medikal Bedah..


I. KONSEP MEDIS

A. Definisi

Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal

sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa

bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan

tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi

endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (abdul, 2015)

Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk

mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan

asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua

kategori yaitu kronik dan akut (narafif & kusuma, 2018)

B. Klasifikasi CKD

Menurut (smeltzer, 2018) stadium GGK didasarkan pada laju filtrasi

glomerulus (LFG). LFG normal adalah 125 mL/min/1.73 m2 :

a. Stadium 1 LFG >90 mL/min/1.73 m2 , kerusakan ginjal dengan LFG

normal atau meningkat.

b. Stadium 2 LFG = 60 – 89 mL/min/1.73 m2 , terjadi penurunan ringan

pada LFG.

c. Stadium 3 LFG = 30 – 59 mL/min/1.73 m2 , terjadi penurunan sedang

pada LFG.

d. Stadium 4 LFG = 15 – 29 mL/min/1.73 m2 , terjadi penurunan berat

pada LFG.

e. Stadium 5 LFG < 15 mL/min/1.73 m2 , gagal ginjal tahap akhir terjadi

ketika ginjal tidak dapat membuang sisa metabolisme tubuh atau


menjalankan fungsi pengaturan dan memerlukan terapi penggantian

ginjal untuk mempertahankan hidup.

C. Etiologi

Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju

filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration

rate (GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut (andra & yessie, 2018)

a. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat

menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl.

b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis

c. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli

yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri.

d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi

lemak

meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal

dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati

amyloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia

abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius merusak

membrane glomerulus.

e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau

logam berat.

f. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan

kontstriksi uretra.

g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik sama dengan

kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau


kantong berisi cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya

jaringan ginjal yang bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta

adanya asidosis.

D. Manifestasi Klinis

Menurut perjalanan klinisnya (corwin, 2019):

a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat

menurun hingga 25% dari normal.

b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan

nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum

dan BUN sedikit meningkat diatas normal.

c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,

letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan,

neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-kejang

sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit,

kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi

perubahan biokimia dan gejala yang komplek.

E. Patofisiologi

Patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan

keseimbangan cairan, penanganan gram, serta penimbunan zat-zat sisa

masih bervariasi yang bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai

fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi kinis gagal ginjal

kronik mungkin minimal karena nefronnefron yang sehat mengambil alih

fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan


filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi (muttaqin &

sari, 2018).

Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron

yang tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nerfon

yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan

progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran

darah ginjal akan berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama

dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi.

Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar

terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan

bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai

respon dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun

secara derastis dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang

seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom

uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ

tubuh (muttaqin & sari, 2018).


PATWAY

Penyakit dari ginjal:


Penyakit dari luar ginjal:
(glomerulonefritis, pyelonefritis,
(DM, hipertensi,
ureteritis, nefrolitiasis, polcystis
kolesterol,dyslipidemia
kidney, trauma pdginjal, obstruksi
(batu,tumor, penyempitan

GAGAL GINJAL KRONIK/


CHRONIC KIDNEY DISEASES

BUN
Retensi cairan, Peningkatan permeabilitas
dan kreatinin
natrium aktivasi RAA vaskular
meningkat Penumpukkan
kristal urea di
kulit
Penumpukan Filtrasi cairan ke Peradangan pada
cairan/ intertisial mukosa
cairan berlebih saluran GI oleh Pluritus/ gatal-
urea gatal, kulit
Retensi sodium, yang berlebihan kering
Responasi dosis peningkatan volume
metabolik & cairan ekstrasel,
sindromuremi pada RR: hipernatremia, Pemecahan urea
pernapasan oleh bakteri Gangguan
kussmaul, dyspnea, Integritas Kulit
Pola Napas Tidak Efektif b.d Edema b.d Kelebihan
Peammonia
Gangguan Neuromuskular Volume Cairan

Hipervolemia b.d Anoreksia,


Penurunan
kelebihan asupan cairan mual, muntah
eritropoetin

Defesiensi
nutrisi
Defisit Nutrisi b.d
Ketidakmampuan
Anemia Mengabsorbsi Nutrien

Intoleransi Aktivitas b.d


Ketidakseimbangan Antara Suplai
Dan Kebutuhan Oksigen
F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan atau hasil pemeriksaan diagnostic yang mendukung diagnosis

GGK adalah (bayhakki, 2017):

a. Sinar-X Abdomen Melihat gambaran batu radio atau nefrokalsinosis.

b. Pielogramintravena Jarang dilakukan karena potensi toksin, sering

digunakan untuk diagnosis batu ginjal.

c. Ultrasonografi ginjal Untuk melihat ginjal polikistik dan hidronefrosis,

yang tidak terlihat pada awal obstruksi, Ukuran ginjal biasanya normal

pada nefropati diabetic.

d. CT Scan Untuk melihat massa dan batu ginjal yang dapat menjadi

penyebab GGK

e. MRI Untuk diagnosis thrombosis vena ginjal. Angiografi untuk

diagnosis stenosis arteri ginjal, meskipun arteriografi ginjal masih

menjadi pemeriksaan standart.

f. Voding cystourethogram (VCUG) Pemeriksaan standart untuk

diagnosis refluk vesikoureteral.

G. Penatalaksanaan Medis

a. Kepatuhan diet merupakan satu penatalaksanaan untuk

mempertahankan fungsi ginjal secara terus menerus dengan prinsip

rendah protein, rendah garam, rendah kalium dimana pasien harus

meluangkan waktu menjalani pengobatan yang dibutuhkan (Sumigar,

Rompas, & Pondang, 2015).

b. Terapi konservatif, tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah

memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-


keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme

secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit

(Husna, 2018).

c. Terapi Pengganti Ginjal, dilakukan pada penyakit ginjal kronik

stadium 5, yaitu pada GFR kurang dari 15 mL/menit. Terapi tersebut

dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal

(Husna, 2018)

Penatalaksanaan gagal ginjal kronik (GGK) dibagi menjadi dua tahap

yaitu penanganan konservatif dan terapi penggantian ginjal. Penanganan

GGK secara konservatif terdiri dari tindakan untuk menghambat

berkembangnya gagal ginjal, menstabilkan keadaan pasien, dan mengobati

setiap faktor yang reversible. Sedangkan penanganan dengan pengganti

ginjal dapat dilakukan dialisis intermitten atau transplantasi ginjal yang

merupakan cara paling efektif untuk penanganan gagal ginjal (Haryanti &

Nisa, 2018).

Penanganan secara konservatif bertujuan untuk mencegah

memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan

akibat akumulasi toksin, memperbaiki metabolisme secara optimal, dan

memelihara keseimbangan cairan elektrolit. Beberapa tindakan konservatif

yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien GGK. Terapi

pengganti ginjal dilakukan pada saat penyakit GGK sudah berada pada

stadium 5 yaitu saat LFG kurang dari 15 ml/ menit. Terapi tersebut dapat

berupa hemodialisis, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)

serta transplantasi ginjal (Haryanti & Nisa, 2018).


Hemodialisis merupakan cara untuk mengeluarkan produk sisa

metabolisme melalui membran semipermiable atau yang disebut dengan

dyalizer. Sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah

manusia itu dapat berupa air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin,

asam urat, serta zat zat lain. Hemodialisis telah menjadi rutinitas

perawatan medis untuk pasien dengan GGK stadium 5. Salah satu langkah

penting sebelum memulai hemodialisis yaitu mempersiapkan access

vascular beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum hemodialisis.

Access vascular memudahkan dalam perpindahan pembuluh darah dari

mesin ke tubuh pasien. Hemodialisis umumnya dilakukan dua kali

seminggu selama 4-5 jam per sesi pada kebanyakan pasien GGK Stadium

5 (Haryanti & Nisa, 2018).

Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai

untuk pasien gagal ginjal stadium akhir. Namun kebutuhan transplantasi

ginjal jauh melebihi jumlah ketersediaan ginjal yang ada dan biasanya

ginjal yang cocok dengan pasien adalah yang memiliki kaitan keluarga

dengan pasien. Kebanyakan ginjal diperoleh dari donor hidup karena

ginjal yang berasal dari kadaver tidak sepenuhnya diterima karena adanya

masalah sosial dan masalah budaya. Karena kurangnya donor hidup

sehingga pasien yang ingin melakukan transplantasi ginjal harus

melakukan operasi diluar negeri. Transplantasi ginjal memerlukan dana

dan peralatan yang mahal serta sumber daya manusia yang memadai.

Transplantasi ginjal ini juga dapat menimbulkan komplikasi akibat

pembedahan atau reaksi penolakan tubuh (Haryanti & Nisa, 2018).


H. Komplikasi

Menurut Prabowo (2020) komplikasi yang dapat timbul dari penyakit

gagal ginjal kronik adalah :

a. Penyakit tulang : Penyakit tulang dapat terjadi karena retensi fosfat,

kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal

dan

peningkatan kadar alumunium.

b. Penyakit kardiovaskuler : Ginjal yang rusak akan gagal mengatur

tekanan darah. Ini karena aldosteron (hormon pengatur tekanan darah)

jadi bekerja terlalu keras menyuplai darah ke ginjal. Jantung terbebani

karena memompa semakin banyak darah, tekanan darah tinggi

membuat arteri tersumbat dan akhirnya berhenti berfungsi.tekanan

darah tinggi dapat menimbulkan masalah jantung serius.

c. Anemia : Anemia muncul akibat tubuh kekurangan entrokosit,

sehingga

sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk membentuk darah

lama kelamaan juga akan semakin berkurang.

d. Disfungsi seksual : Pada klien gagal ginjal kronik, terutama kaum pria

kadang merasa cepat lelah sehingga minat dalam melakukan hubungan

seksual menjadi kurang.

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas pasien meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat

lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot,

gangguan istirahat dan tidur, takikardi/takipnea pada waktu melakukan

aktivitas dan koma.

3. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya Berapa lama

pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,

bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang

dilakukan pasien untuk menaggulangi penyakitnya.

4. Aktifitas/istirahat : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan

tidur (insomnia/gelisah atau samnolen), kelemahan otot, kehilangan

tonus, penurunan rentang gerak.

5. Sirkulasi Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri

dada (angina), hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting

pada kaki, telapak tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik

menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir,

pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan.

6. Integritas ego Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak

ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

perubahan kepribadian.

7. Eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal

ginjal tahap lanjut), abdomen kembung, diare, atau konstipasi,

perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.

8. Makanan/Cairan Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan

berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa

metalik tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia), penggunaan


diuretic, distensi abdomen/asietes, pembesaran hati (tahap akhir),

perubahan turgor kulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan

gusi/lidah

9. Neurosensori Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,

syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan

dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah, gangguan status mental,

contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,

kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor,

kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan

tipis

10. Nyeri/kenyamanan Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki

dan perilaku berhatihati/distraksi, gelisah.

11. Pernapasan Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental

dan banyak, takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan

batuk dengan sputum encer (edema paru).

12. Keamanan Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam

(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi

peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari

normal, petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, keterbatasan

gerak sendi

13. Seksualitas Penurunan libido, amenorea, infertilitas

14. Interaksi social Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu

bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.


15. Penyuluhan/Pembelajaran Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi

untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus

urenaria, maliganansi, riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun

lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Pola Napas Tidak Efektif b.d Gangguan Neuromuskular

b. Gangguan Integritas Kulit b.d Kelebihan Volume Cairan

c. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan Mengabsorbsi Nutrien

d. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan Antara Suplai Dan

Kebutuhan Oksigen

e. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan

C. Intervensi Keperawata
Nama / Umur

Ruang/ kamar

No DIAGNOSA LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
MANAJEMEN JALAN NAPAS

Kriteria hasil 1 2 3 4 5 Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi


1 Pola Napas Tidak Setelah  Monitor pola  Pertahankan  Anjurkan pemberian
Efektif b.d dilakukan napas (frekuensi, kepatenan jalan asupan cairan bronkodilator,
Gangguan intervensi kedalaman, napas dengan 2000 ml/ hari ekspektoran,
Neuromuskular selama 1x 8 jam usaha napas) head-tilt dan cin- jika tidak mukolitil, jika
maka intervensi  Monitor bunyi lift (jaw-thrust kontraindikasi perlu
pola napas napas tambaan jika curiga  Ajarkan teknik
diharpkan (mis. gurgling, trauma servikal) batuk efektif
membaik mengi,  Posisikan semi
dengan krieria wheezing, ronki fowler atau
hasil: kering fowler
 Dispnea  Monitor sputum  Berikan
menurun (jumlah, warna, minuman hangat
 Penggunaan aroma)  Lakukan
otot bantu fisioterapi dada,
menurun jika perlu
 Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep McGill
 Berikan
oksigenasi, jika
perlu
2 Gangguan Setelah
PERAWATAN INTEGRITAS KULIT
Integritas Kulit b.d dilakukan
Kelebihan Volume intervensi  Identifikasi  Ubah posisi tiap  Anjurkan -
Cairan selama 1x 8 jam penyebab 2 menggunakan
maka intervensi gangguan jam jika tirah pelembab
integritas kulit integritas kulit baring (mis.
dan jaringan (mis.  Lakukan Lotion atau
meningkat Perubahan pemijataan serum)
dengan krieria sirkulasi, pada  Anjurkan
hasil: perubahan area tulang, jika mandi
 Elastisitas status perlu dan
meningkat nutrisi)  Hindari produk menggunakan
 Hematoma berbahan dasar sabun
menurun alkohol pada secukupnya
 Kemerahan kulit  Anjurkan
menurun kering minum
 Suhu kulit  Bersihkan air yang
membaik perineal dengan cukup
 Tekstur air hangat  Anjurkan
membaik menghindari
terpapar suhu
ekstrem

3 Defisit Nutrisi b.d Setelah


Ketidakmampuan dilakukan MANAJEMEN NUTRISI
Mengabsorbsi intervensi  Identifikasi  Lakukan oral  Anjurkan  Kolaborasi
Nutrien selama 1x 8 status hygiene sebelum posisi dengan
jam maka nutrisi makan, jika duduk, jika ahli gizi untuk
intervensi status  Identifikasi perlu mampu menentukan
nutrisi membaik makanan yang  Sajikan  Ajarkan diet jumlah
dengan kriteria disukai makanan yang kalori dan jenis
hasil :  Monitor asupan secara menarik diprogramkan nutrisi yang
 Porsi makan makanan dan dibutuhkan,
dihabiskan  Monitor berat suhu yang sesuai jika
meningkat badan  Berikan perlu
 Perasaan makanan  Kolaborasi
cepat tinggi serat pemberian
kenyang untuk medikasi
menurun mencegah sebelum
 Frekuensi konstipasi makan
makan
membaik
 Nafsu
makan
membaik

4 Intoleransi Setelah
Aktivitas b.d dilakukan MANAJEMEN ENERGI
Ketidakseimbangan intervensi  Monitor  Lakukan latihan  Anjurkan  Kolaborasi
Antara Suplai Dan selama 1x 8 jam kelelahan fisik rentang gerak melakukan dengan ahli
Kebutuhan maka intervensi  Monitor pola  pasif/aktif  aktifitas secara gizi
Oksigen toleransi dan  Libatkan bertahap tentang cara
aktivitaas jam tidur keluarga  Anjurkan meningkatkan
Meningkat dalam keluarga untuk asupan
dengan kriteria melakukan memberikan makanan
hasil : aktifitas, jika penguatan
 Jarak perlu positif
berjalan
meningkat
 Kekuatan
tubuh bagian
atas
meningkat
 Kekuatan
tubuh bagian
bawah
meningkat

5 Hipervolemia b.d Setelah


dilakukan MANAJEMEN HIPERVOLEMIA
kelebihan asupan intervensi
selama 1x 8 jam  periksa tanda  timbang BB  Anjurkan  Kolaborasi
cairan jam maka dan gejala setiap hari pada melapor jika pemberian
intervensi hipervolemia waktu yang sama haluaran urin < diuretik
dengan kriteria (mis. ortopnea,  Batasi asupan 0.5 mL/kg/jam  Kolaborasi
hail : dispnea,edema, cairan dan garam dalam 6 jam penggantian
 membaik suara tambahan)  Tinggikan kepala  Anjurkan kehilangan
 identifikasi tempat tidur 30- melapor jika kalium akibat
penyebab 40 °C BB bertambah diuretik
hipervolemia > 1 kg dalam  Kolaborasi
 monitor status sehari pemberian
hemodinamik  Ajarkan cara continous
(frekuensi mengukur dan renal
jantung dan TD) mencatat replacement
 monitor intake asupan dan therapy
dan output cairan haluaran cairan (CRRT), jika
 monitor tanda  Ajarkan cara perlu
hemokonsentrasi membatasi
(mis. kadar cairan
natrium,
hematokrit)
 monitor tanda
peningkatan
tekanan onkotik
plasma (mis.
kadar protein
dan albumin
meningkat)
 monitor
kecepatan infus
secara ketat
 monitor efek
samping diuretik
(mis.
hipovolemia,
hipokalemia,
hiponatremia)
1. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses

keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan

hasil yang diperkirakan dalam asuhan keperawatan dilakukan dan

diselesaikan (potter & perry, 2018).

2. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dari proses keperawatan adalah mengukur respon pasien

terhadap tindakan keperawatan serta kemajuan pasien kearah pencapaian

tujuan yang telah ditentukan (potter & perry, 2018)


Daftar Pustaka

Abdul. (2015). Mengenal Penyakit Ginjal. Bandung: Erika.

Andra, & Yessie. (2018). Kmb 2 (Keperawatan Medikal Bedah). Yogyakarta:


Nuha Medika.

Bayhakki. (2017). Asuhan Keperaatan Klien Gagal Ginjal Kronik. Jakarta:


Deepublish.

Corwin. (2019). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Media Kompution.

Khayati. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum


Tingkat 1 Dan Dehidrasi Sedang. Jakarta: Jurnal Salemba Medika.

Muttaqin, & Sari. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Narafif, & Kusuma. (2018). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa. Yogyakarta: Mediaction.

Potter, & Perry. (2018). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Dan Praktik. Jakarta: Egc.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keprawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator


Diagnostik , Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keprawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keprawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI

Rahman. (2013). Penyakit Ginal . Jakarta: Sinar Cahaya.

Smeltzer. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta: Egc.

Anda mungkin juga menyukai