Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN TN.G PADA CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

DI RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT AN NISA TANGERANG

Dosen pembimbing :

Ns. Ratumas Ratih, M.Kep

Disusun Oleh:

Mega Triana Putri 221030230530

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE

A. DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit yang tidak menular dan menjadi masalah
kesehatan penting diseluruh dunia karena terus meningkat juga menjadi faktor resiko terbesar
penyebab kematian serta menjadi masalah yang memerlukan penanganan yang tepat untuk
mencegah timbulnya masalah lainnya. Hemodialisa merupakan salah satu prosedur yang
bertujuan untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein atau mengoreksi gangguan
keseimbangan air dan elektrolit, antara darah pasien dengan dialisat melalui membran
semipermeabel yang bertindak sebagai ginjal buatan (dialyzer). Faktor yang mempengaruhi
asupan makan disebabkan adanya gangguan gastrointesinal yaitu anoreksia dan mual sedangkan
akibat tindakan hemodialisa dapat berupa hilangnya protein saaat dilakukan dialisis.
Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dengan hemodialisa mengalami risiko tinggi gangguan
nutrisi. Masalah pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa ialah
tingginya angka malnutrisi. Chronic Kidney Disease (CKD) dengan hemodialisa harus mendapat
asupan makanan yang cukup agar tetap dalam status gizi yang baik. Gizi yang kurang
merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya kematian pada pasien Chronic Kidney Disease
(CKD) dengan hemodialisa. Asupan protein yang dibutuhkan pasien Chronic Kidney Disease
(CKD) dengan hemodialisa adalah 1,2 gr/KgBB/ hari dengan 50 % terdiri atas protein dengan
nilai biologis yang tinggi. Terdapat korelasi yang kuat antara adekuasi dialisis dengan angka
morbiditas dan mortalitas pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dengan hemodialisa.
(Jurnal e-Clinic, 2016).

B. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak netron ginjal.
Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral :
1. Infeksi , misalnya pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna
stenosis arteri renalis
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli arteritis
nodosa, sclerosis sistemik progrresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler
ginjal.
6. Penyakit metabolic, seperti DM, gout, heperparatiroidisme, amyloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati abstruktif.
a. Sal. Kemih bangian atas : Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Sal. Kemih bagian bawah : Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomalia congenital pada
leher kandung kemih dan uretra.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
a. Retensi toksik uremia hemolysis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal. cerna,
gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubin serum
meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.
b. .Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (Eritropoetik Stimulating Factor) def. Heritropoetin Depresi
sumsum tulang sumsum tulang tidak mampu bereaksi terhadap proses
hemolysis/perdarahan anemia normokrom normositer.
2. Kelainan Saluran Cerna
a. Mual, muntah, hicthcup
dikopensasi oleh flora normal usus ammonia (NH3) iritasi/ransang mukosa
lambung dan usus.
b. Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung urea
dan kurang menjaga kebersihan mulut.
c. Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
3. Kelainan mata
4. Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction Rub Pericardial
5. Kelainan Kulit
a. Gatal

Terutama pada klien dengan dialysis rutin karena :


a) Toksik uremia yang kurang terdialisis
b) Peninglatan kadar kalium phosphor
c) Alergi bahan – bahan dalam proses HD
d) Kering bersisik

Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan Kristal urea


a) Kulit mudah memar
b) Kulit kering dan bersisik
c) Rambut tipis dan kasar

D. KLASIFIKASI
Penyakit CKD selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFRyang tersisa (Muttaqin & Sari,
2011). Price dan Wilson (2012) menjelaskan perjalanan klinis umum CKD progresif dibagi
menjadi tiga stadium yaitu:
a. Stadium 1
(penurunan cadangan ginjal) Pada stadium pertama kreatinin serum dan kadar BUN
normal dan asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan memberi
beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine. Muttaqin dan
Sari (2011) menjelaskan penurunan cadangan ginjal yang terjadi apabila GFR turun 50%
dari normal.
b. Stadium 2
(insufisiensi ginjal) Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya
25% dari normal). Pada tahap ini BUN mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin
serum mulai meningkat melebihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan
poliuri.
c. Stadium 3
(gagal ginjal stadium akhir / uremia) Stadium ketiga disebut penyakit ginjal stadium
akhir (ERSD) yang dapat terjadi apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai GFR 10%
dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN meningkat sangat menyolok
sebagai respons terhadap GFR yang mengalami sedikit penurunan.

E. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (Termasuk Glomelurus dan Tubulus)
diduga utuh sedanngkan yang lain rusak (Hipotesa Nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunana GFR/Daya saring Metode Adaftif ini memungkinkan gagal untuk berfungsi
sampai ¾ dari Nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus di larut menjadi lebih besardari
pada yang biasa direabsorsi berakibat diuresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai retnsi produk sisa.
Titik dimana tibulnya gejala-helaja pada pasien lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/mnt atau lebih rendah dari itu.
Fungsi renal menurun produk akhir metabolisms protein (yang normalnya diekresikan kedalam
urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah akan semakin berat.
1. Gangguan Kirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan kirens substansi darah yang
sebenernya dibersihkan oleh ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat didekteksi dengan mendapatkan urin 24-
jam untuk pemeriksaan kirens kratinin. Menurut filtrasi glomelurus(akibat tidak
berfungsinya glomeluri)kirens keratin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan
meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN). Biasanya meningkat kreatinin
serum merupakan indicator yang paling sensitive dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya di pengaruhi oleh penyakit renal
tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
medikasi seperti sreroid

2. Retensi Cairan dan Ureum


Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonstrentasi atau mengencerkan urin secara normal
pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan,
meningkatkan resiko terjadinya edema gagal jantung kongresif, dan hipertensi.
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama
keduanya meningkatkan sekresi aldostreon. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk
kehilangan galam, mencetuskan resiko hipotensi dan hivolemia. Episode mundah dan
diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status
uremik.
3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal terjadi asidosis metabolic seiring dengan
ketidakmampuan ginjal mengekresikan muntah asam (H+) yang berlebihan penurunan
sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk menyekresi ammonia
(NH3-) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan eksresi fosat dan asam
organic lain juga terjadi

4. Anemia
Sering akibat dari produksi eritprotein yang tidak adekuat memendeknya usia sel darah
merah, defiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status
uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada ginjal produksi eritropoetin
menurun dan anemia berat terjadi, disertasi keletihan, angina dan sesak napas
5. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolism kalsium
dan fosat. Kadar serum kalsium dan fosat tubuh memiliki hubungan saling tombal balik,
jika salah satunya meningkat maka yang satu menurun. Penurunan kadar kalsium serum
menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada gagal ginjal
tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan
mengakibatkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif
vitamin D (1,25-dehidrokokolekaisiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun.
6. Penyakit tulang uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium fosat dan
keseimbangan parathormon.

F. KOMPLIKASI
Secara umum komplikasi pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh berkurangnya kemampuan
ginjal untuk mengekskresikan zat-zat berlebihan dalam tubuh. Zat-zat ini dapat berupa: urea,
kalium, fosfat. Penyebab komplikasi pada ginjal lain adalah berkurangnya produksi darah akibat
kematian jaringan ginjal yang ireversibel yang menyebabkan produksi eritropoietin yang
berkurang. Penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat penyakit ginjal kronis adalah sebagai
berikut:
1. Sindrom Uremia : sindrom uremia disebabkan oleh akumulasi urea dalam darah.
Akumulasi ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan
urea sehingga urea diabsorbsi kembali ke peredaran darah dan terakumulasi di darah.
Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh uremia antara lain:
 Sistem Saraf Pusat : kelelahan, gangguan memori, insomnia, nyeri kepala,
kebingungan, ensefalopati (infeksi pada system saraf pusat)
 System saraf perifer: keram, neuropati perifer
 Gastrointestinal: anorexia, mual/muntah, gastroparesis, ulkus gastrointestinal o
Hematologi: anemia, gangguan hemostasis

 Kardiovaskular: hipertensi, atherosclerosis, penyakit arteri coroner, pericarditis,


edema pulmonal
 Kulit: gatal-gatal, kulit kering, uremic frost (sekresi urea yang berlebihan melalui
kelenjar keringat)
 Nutrisi: malnutrisi, berat badan menurun, katabolisme otot
2. Hypoalbuminemia: hipoalbumin pada darah disebabkan oleh ekskresi albumin yang
berlebihan oleh ginjal yang ditandai dengan proteinuria pada urinalisis. Secara umum
gejala albuminuria ditandai dengan edema pada wajah atau tungkai, dapat terjadi juga
edema yang mengancam nyawa misalnya seperti edema paru
3. Gagal Jantung Kongestif: penyakit ini juga disebut “high-output heart failure” penyakit
ini pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh tingginya volume darah akibat retensi
cairan dan natrium pada ginjal. Peningkatan volume darah menyebabkan jantung tidak
dapat memompa secara adekuat dan menyebabkan gagal jantung.
4. Anemia: Anemia pada penyakit ginjal kronis secara umumnya disebabkan oleh
penurunan produksi eritropoietin dalam ginjal dimana eritropoietin berfungsi sebagai
hormone untuk maturasi sel darah merah. Mekanisme lain anemia adalah berkurangnya
absorpsi besi dan asam folat dari pencernaan sehingga terjadi defisiensi besi dan asam
folat.

G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi Ginjal bersivat individu untuk setiap klien Cronic renal Desease (CKD) dan
lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun
Tujuan terapi konservatif :
a. mecegang memburuknya fungsi ginjal secara profresi
b. meringankan keluhan – keluhan akibat akumulasi toksi asotemia
c. mempertahankan dan memperbaiki metabolism secara optimal
d. memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit

prinsip terapi konservatif :

a. mencegah memperburuknya fungsi ginjal


1) Hati hati dalam pemberian obar yang bersifat nefrotoksik
2) Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan ekstraseluler dan hipotensi
3) Hindari gangguan keseimbangan elektrolit
4) Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani
5) Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi
6) Hindari instrumentasi dan sistokopi tanpa indikasi medis yang kuat
7) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa indikasi medis yang
kuat
b. pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
1) Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomelular.
2) Kendalikan terapi ISK
3) Diet protein dan proposional
4) Kendalikan hiperfosfatemia
5) Terapi hiperurekemia bila asam urat serum >10mg%
6) Terapi keadaan asidosis metabolic
7) Kendalikan keadaan hiperglikemia
c. terapi allviative gejala azotemia
1) Pembatasan konsumsi protein hewani
2) Terapi keluhan gatal-gatal
3) Terapi keluhan gastrointestinal
4) Terapi keluhan neuromuskuler
5) Terapi keluhan tulang dan sendi
6) Terapi anemia
7) Terapi setiap infeksi
2. Terapi ssistomatik
a. Asidosis metabolic
b. Anemia
c. Kelainan kulit
d. Kelainan Neuromuskular
e. Hipertensi
3. Terapi Pengganti
Terapi pengganti pada ginjal dilakukan pada penyakit Ginjal Kronik stadium 5, yaitu pada
LFG kurang dari 15 ml/mnt. Terapi tersebut dapat berupa hemodalisis , dialysis peritoneal,
dan transplantasi ginjal (Suwita, 2006).
a. Dialisis yang meliputi :

1). Hemodalisa
2). Dialysis Peritoneal
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunana fungsi ginjal
 Ureum Kreatinin
 Asam Urat Serum
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
 Analisis urin rutin
 Mikrobiologi urin
 Kimia darah
 Elektrolit
 Imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit
 Progresifitas penurunan fungsi ginjal
 Ureum Kreatin, Clearens Creatinin Test (CCT)
2. Diagnostik
a. Etiologi CKD dan Terminal
 Foto polos Abdomen
 USG
 Netfrotogram
 Pielografi retrograde
 Pielografi antegrade
 Mictuating Cysto Urography (MCU)
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
 RerRogram
 USG
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.G

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Dosen pembimbing :

Ns. Ratumas Ratih, M.Kep

Disusun Oleh:

Mega Triana Putri 221030230530

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN Tn.T PADA CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAH
SAKIT SARI ASIH CIPUTAT

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 17 Oktober 2022 Jam : 10.00 WIB
Tanggal MRS : 16 Oktober 2022 NO. RM : 001282965
Ruang/Kelas : Ruang Perawatan Bedah (RPB) Dx. Masuk : CKD
Dokter yang merawat : Dr.Arie hasnafi, Sp.U
Nama : Tn.G
Umur : 34 Tahun
Agama : islam
Identitas

Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Batak
Alamat: Kahuipan Rt 05/16
Keluhan utama :
klien mengatakan keluhan lemas sudah dari 1 minggu, mengalami bengkak di tungkai
bagian kaki kanan dan kaku, nafsu makan klien cukup baik, cepat lelah saat beraktivitas,
sakit dan nyeri saat buang air kecil

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Riwayat Alergi ( obat, makanan, binatang, lingkungan ) : tidak ada

b. Riwayat kecelakaan : tidak ada

c. Riwayat dirawat di Rumah sakit ( kapan, alasan, dan berapa lama ) : tidak ada
Riwayat Sakit dan Kesehatan

d. Dengan diagnosa = CKD dan Hydronephrosis pada tgl 11 September 2022

Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko :
Orang tua klien mempunyai riwayat Hipertensi

Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi

Riwayat alergi: 🌕 ya ● tidak Jelaskan :

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:  baik  sedang  lemah Kesadaran: Compos
Metis
Tanda vital TD: 119/78 mmHg Nadi: 67 x/mnt Suhu : 36 ºC RR: 19 x/mnt

Pola nafas irama: ●Teratur  Tidak teratur


Pernafasan

Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:


Suara nafas: ●verikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-lain:
Sesak nafas  Ya ●Tidak  Batuk ●Ya 
Tidak
Masalah: -
Nyeri dada: 🌕 Ya ● Tidak
Bunyi jantung: ●Normal 🌕 Murmur 🌕 Gallop lain-lain CRT:
Persyarafan Kardiovaskuler

●> 3 dt 🌕<3 dt
Akral: 🌕 Hangat 🌕 Panas 🌕 Dingin kering ●Dingin basah

Masalah: Kelebihan Volume cairan

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total: 15


Refleks fisiologis:  patella  triceps  biceps lain-lain: Normal
Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain: Normal
Lain-lain:
Istirahat / tidur: 6 jam/hari Gangguan tidur: -

Masalah: -

Penglihatan (mata)
Pupil : ● Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : ● Anemis  Ikterus  Lain-lain :
Pendengaran/Telinga : Normal
Gangguan pendengaran :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Penginderaan

Bentuk :  Normal ● Tidak Jelaskan:


Gangguan Penciuman :  Ya ●Tidak  Tidak Jelaskan: Lain-
lain
Masalah: -

Kebersihan: ● Bersih  Kotor


Urin: Jumlah: 400-600cc/hr Warna: kuning Bau:Khas
Alat bantu (kateter, dan lain-lain): Kateter
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya ● Tidak


Nyeri tekan  Ya ● Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri 
Retensi
 Nokturia  Inkontinensia Lain-lain: Normal
Masalah: -
Nafsu makan: ● Baik  Menurun Frekuensi: 3 x/hari
Porsi makan:  Habis ● Tidak Ket: Sariyawan Diet :rendah
protein 60 Gram
Minum: 1 lt/ hari 1000cc/hari Jenis: Air Mineral
Mulut dan Tenggorokan
Mulut : ● Bersih  Kotor  Berbau
Gigi : Caries
Mukosa ●Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan
menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain: Tidak Ada

Abdomen  Tegang ● Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:


Abdomen
Peristaltik 30 x/mnt
Pembesaran hepar  Ya  Tidak
Pembesaran lien  Ya  Tidak
Buang air besar 2 x/hari Teratur: ● Ya 
Tidak Konsistensi Bau: pekat Warna: kuning
Lain-lain:
Pencernaan

Masalah: -

Kemampuan pergerakan sendi: ● Terbatas  bebas


Kekuatan otot: 5 5
5 5
Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan ● Pucat 
Hiperpigmentasi Normal
Turgor: ● Baik  Sedang 
Muskuloskeletal/ Integumen

Jelek Odema: ● Ada 


Tidak ada

Lokasi : Tungkai kaki bagian kanan

Luka  Ada  Tidak ada Lokasi

Tanda infeksi luka  Ada ● Tidak ada Yang ditemukan


: kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :
Masalah: o d e m a d a n y a p e n u m p u k a n c a i r a n d i
kakiTungkai bagian kanan, jalan terbata-
bata(menggunakan kursi roda)
Pembesaran Tyroid ● Ya  Tidak
Hipoglikemia  Ya ● Tidak Hiperglikemia  Ya
 Tidak
Luka gangren  Ya  Tidak Pus ● Ya Tidak
Endokrin

Masalah :

Mandi : 2x/hari Sikat gigi : 2x/hari


Personal

Keramas : 1x/2hari Memotong kuku:


Ganti pakaian : Sebagian dibantu keluarga
Masalah: sebagian dibantu

Orang yang paling dekat: Istri


Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar:baik
Psiko-sosio-

Kegiatan ibadah: baik


spiritual

Lain-lain :
Masalah: -

Laboratorium
Hematologi rutin pada tanggal 06 Oktober 2022
Pre oprasi + ginjal

Hematologi rutin Hasil Satuan Nilai rujukan


HB 14,3 G/dl 13.2-17.3
Leukosit 12560* Ribu/µl 3.80-10.60
Hematokrit 45 % 40-52
Pemeriksaan penunjang

Trombosit 202 Ribu/µl 150-440


Eritrosit 4,61 10^6/ µl 4.40-5.90
Monosit 5.8 % 2.0-8.0
Limfosit 17.5* % 25-40
Besofil 0.3 % 0.0-1.0
Kimia Klinik
Glukosa Sewattu 86 Mg/dl 70-200
Ureum Darah 31 Mg/dl 10-50
Kreatinin Darah 1,42* Mg/dl <1.4
Laju endapan darah 25* Mm/jam 0.0-20.0
Masa pedarahan 2 Menit 1.00-3.00
Masa pembekuan 8 Menit 4.00-6.00
    Terapi oral
    Ceftriaxone 1gr
Terapi:
B. ANALISA DATA

Data Masalah Etiologi


1. Hipervolemia Gangguan mekanisme
regulasi
DS : (D.0022)
- klien mengatakan lemas (D.0022)
- Klien mengatakan bengkak
dibagian tungkai kaki sebelh
kanan dan kaku
- klien mengatakan perut
kembung
- klien mengatakan minum
sedikit 2gls perhari

DO :
- Keadaan umum klien
sedang
- Edema tungkai grade-1
- Konjungtiva pucat anemis
- Minum sedikit
- Balance cairan dalam
24jam yang terdiri dari
intake – output+IWL adalah
1100ml – (700 + 1095 = -
695 ml

- TD: 150/100 mmHg


- N:91/mnt
- RR: 16x/mnt
- S : 36,6oc

2. Intoleransi Aktivitas Kelemahan

DS : (D.0056) (D.0056)
- Klien mengatakan badan
lemas sudah 2hari
- Kaki bengkak di tungkai
bagian kanan
- Kaki kaku dan berat saat
berjalan
- Cepat lelah saat beraktivitas

DO :
- Keadaan klien sedang
- Edema tungkai bagian
kanan
- Aktivitas hanya di tempat
tidur
- Tampak jalan mengguakan
alatbantu tongkat

- TD: 150/100 mmHg


- N:91/mnt
- RR: 16x/mnt
- S : 36,6oc

3. Resiko penurunan Curah Perubahan kontraktilitas


DS : jantung
- Cepat lelah saat beraktivitas (D.0011)
- Klien mengatakan bengkak (D.0011)
bagian tungkai kaki kanan

DO :
- Klien tampak lemas
- Hasil RO thorax :
Cardimegali pada tgl 01
mei 2020
- Lab HB : L 9.4 g/dl , Ht :
L 29 % , Eritrosit : L 3.26
10^6/µl ureum : 160
mg/dl , kreatinin : H 10,1
mg/dl.
- GFR : 25 % (berat)

- TD: 150/100 mmHg


- N:91/mnt
- RR: 16x/mnt
- S : 36,6oc

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d (kadar HB turun, intek lebih
banyak dari pada output ) D.0022
2. Intolerasi Aktivitas b.d kelemahan d.d ketidakcakupan energi (bengkak di bagian
tungkai kaki kanan) D.0056
3. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas d.d ro Thorax
Cardiomegali D.0011
D. RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. T
Nama Mahasiswa : Mega Triana Putri
Ruang : Ruang Perawatan Umum (RPU) .
No.M.R. : 02.50.90.13

Tujuan dan
No Diagnosa Intervensi Rasional
kriteria hasil
1. Hipervolemia b.d Setelah Manajemen Upaya untuk
gangguan mekanisme dialakukan menstabilkan
Hipervolemia
regulasi d.d tindakan Hipervolemia agar tetap
ketidakmampuan otot keperawatan 2 (I.03114) berada pada rentan
ginjal mengsekresi air x24 jam normal
dan nutrium D.0022 diharapkan
Hipervolemia Observasi
dalam rentang - Periksa tanda dan
normal dengan
kriteria hasil : gejala
- Intake lebih hipervolemia
banyak dari
output (balans - Identifikasi
cairan)
penyebab
- Asupan cairan
menurun hipervolemia
- eddema
- Monitor intake
menurun
-dhidrasi dan ouput cairan
menurun
Tekanan darah - Monitor tanda
membaik hemokansentrasi
Berat badan
membaik - Monitor
kecepatan infus
(L.05020)
secara ketat

Terapeutik

-Timbang berat badan


setiap hari pada
waktu yang sama
-Batasi asupan cairan
dan garam
Edukasi

- Anjurkan melapor
jika BB
bertambah > 1 kg
dalam sehari
- Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan
dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara
membatsi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
diuritik
- Kolaborasi
penggantian
kehilangan
kalium akibat
diuretik
- Kolaborasi
pemberian
continuous renal
replacement
therapy

2. Intolerasi Aktivitas b.d Setelah Manajemen energi Upaya untuk


kelemahan d.d ketidak dialakukan (I.05178) meningkatkan toleransi
cakupan energi tindakan aktivitas
(bengkak di bagian keperawatan Observasi
tungkai kaki kanan) selama 1x 24 jam
D.0056 diharapkan - Identifikasi
toleransi gangguan fungsi
aktivitas tubuh yang
meningkat mengakibatkan
dengan kriteria kelelahan
hasil : - Monitor
- kemudahan kelelahan fisik
dalam dan emosional
melakukan - Monitor lokasi
aktivitas dan
meningkat ketidaknyamanan
selama
- kekuatan tubuh melakukan
bagian bawah aktivitas
meniningat
- keluhan lelah Terapeutik
menurun
-perasaan lemah - Sediakan
menurun lingkungan
- warna kulit nyaman dan
membaik - rendah stimulus
- tekanan darah (misal : cahaya,
membaik suara, kunjungan)
- Lakukan latihan
rentan gerak pasif
(L.05047) atau aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan

Edukasi

- Anjurkan tirah
baring
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi
dengan ahlli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.
3. Resiko penurunan curah Setelah Observasi: Upaya untuk resiko
jantung b.d perubahan dialakukan penurunan curah
kontraktilitas d.d ro tindakan - Identifikasi jantung agar tetap
Thorax Cardiomegali keperawatan karakteristik berada pada rentan
D.0011 1x24 jam nyeri dada normal
diharapkan - Monitor EKG
resiko curah sadapan untuk
jantung menurun - Monitor
dalam rentang elektrolit yang
normal dengan dapat
kriteria hasil : meningkatkan
- Edema resiko aritmia
menurun - Monitor enzim
- lelah menurun
jantung
- pucat menurun
- Monitor saturasi
oksigen
(L.02003) - Identifikasi
startifikasi pada
sindrom coroner
akut
Terapeutik

- Pertahankan
tirah baring
minimal 12 jam
- Pasang akses
intavena
- Puasakan
hingga bebas
nyeri
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
ansietas dan
setres
- Sediakan
lingkungan
yang kondusif
untuk beristrhat
dan pemulihan
- Berikan
dukungan
emosional, dan
sepiritual

Edukasi
- Anjurkan
segera
melaporkan
nyeri dada
- Anjurkan
menghindari
manuver
valsava
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Tn. T
Nama Mahasiswa : Mega Triana Putri
Ruang : Ruang Perawatan Umum (RPU) .
No.M.R. : 02.50.90.13

Tanggal/
No DX Implementasi SOAP
Jam
03/05/2020 1 S: - klien mengatakan lemas
08:30 - Klien mengatakan bengkak
- Memeriksa tanda dan gejala dibagian tungkai kaki sebelh
kanan dan kaku
hipervolemia
- klien mengatakan perut
kembung
- mengidentifikasi penyebab - klien mengatakan minum
hipervolemia sedikit 2gls perhari

- Memonitor intake dan ouput O: - Keadaan umum klien sedang


- Edema tungkai grade-1
cairan - Konjungtiva pucat anemis
- Minum sedikit
- Memonitor tanda - Balance cairan dalam
24jam yang terdiri dari
hemokansentrasi
intake – output+IWL
adalah 1100ml – (700 +
- Memonitor kecepatan infus 1095 = - 695 ml
secara ketat
- TD: 150/100 mmHg
- mengaarkan cara mengukur - N:91/mnt
- RR: 16x/mnt
dan mencatat asupan dan - S : 36,6oc
haluaran cairan
A : masalah teratasi sebagian
- mengarkan cara membatsi
P : lanjutkan intervensi
cairan - Mengkolaborasi pemberian
diuretic
- mengkolaborasi pemberian - Mengkolaborasi penggantian
diuritik kehilangan kalium akibat
dirautik
- mengkolaborasi penggantian - mengkolaborasi pemberian
kehilangan kalium akibat continuous renal replacement
diuretik therapy
- mengkolaborasi pemberian
continuous renal replacement
therapy
03/05/2020 - Mengkolaborasi
14:00 pemberian diuretic
- Mengkolaborasi
penggantian kehilangan S: - klien mengatakan lemas
kalium akibat dirautik - Klien mengatakan bengkak
- mengkolaborasi dibagian tungkai kaki sebelh
pemberian continuous kanan dan kaku
- klien mengatakan perut
renal replacement therapy
kembung
- klien mengatakan minum
sedikit 2gls perhari

O: - Keadaan umum klien sedang


- Edema tungkai grade-1
- Konjungtiva pucat anemis
- Minum sedikit
- Balance cairan dalam
24jam yang terdiri dari
intake – output+IWL
adalah 1100ml – (700 +
1095 = - 695 ml

- TD: 150/100 mmHg


- N:91/mnt
- RR: 16x/mnt
- S : 36,6oc

A : masalah teratasi
P : intervensi selesai

03/05/2020 2 - mengidentifikasi gangguan S: - Klien mengatakan badan


08:30 fungsi tubuh yang lemas sudah 2hari
mengakibatkan kelelahan - Kaki bengkak di tungkai
- Memonitor kelelahan fisik bagian kanan
dan emosional - Kaki kaku dan berat saat
- Memonitor lokasi dan berjalan
ketidaknyamanan selama - Cepat lelah saat
melakukan aktivitas beraktivitas

(teraupetik) O: - Keadaan klien sedang


- menyediakan lingkungan - Edema tungkai bagian kanan
nyaman dan rendah stimulus - Aktivitas hanya di tempat
(misal : cahaya, suara, tidur
kunjungan) - Tampak jalan mengguakan
- melakukan latihan rentan alatbantu tongkat
gerak pasif atau aktif
- memberikan aktivitas distraksi - TD: 150/100 mmHg
yang menenangkan - N:91/mnt
- RR: 16x/mnt
(edukasi ) - S : 36,6oc
- menganjurkan tirah baring
- mengajarkan strategi koping A : Masalah teratasi
untuk mengurangi kelelahan P : intervensi selesai

(kolanorasi)
mengkolaborasi dengan ahlli
gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.

03/05/2022 3 S: - Cepat lelah saat beraktivitas


- mengIdentifikasi - Klien mengatakan bengkak
karakteristik nyeri dada bagian tungkai kaki kanan
- Memonitor EKG sadapan O : - Klien tampak lemas
untuk - Hasil RO thorax :
- Memonitor elektrolit yang Cardimegali pada tgl 01
dapat meningkatkan resiko mei 2020
aritmia - Lab HB : L 9.4 g/dl , Ht :
- Memonitor enzim jantung L 29 % , Eritrosit : L 3.26
- Memonitor saturasi 10^6/µl ureum : 160
oksigen mg/dl , kreatinin : H 10,1
- mengIdentifikasi mg/dl.
- GFR : 25 % (berat)
startifikasi pada sindrom
coroner akut - TD: 150/100 mmHg
- menpertahankan tirah - N:91/mnt
baring minimal 12 jam - RR: 16x/mnt
- memberikan terapi - S : 36,6oc
relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan A : masalah teratasi
setres P : intervensi selesai
- menyediakan lingkungan
yang kondusif untuk
beristrhat dan pemulihan
- memberikan dukungan
emosional, dan sepiritual
- mengAnjurkan segera
melaporkan nyeri dada
- menganjurkan
menghindari manuver
valsava

Daftar pustaka
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia. Jakarta. SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia. Jakarta. SLKI DPP PPNI. 2019.

Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai