Dosen pembimbing :
Disusun Oleh:
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE
A. DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit yang tidak menular dan menjadi masalah
kesehatan penting diseluruh dunia karena terus meningkat juga menjadi faktor resiko terbesar
penyebab kematian serta menjadi masalah yang memerlukan penanganan yang tepat untuk
mencegah timbulnya masalah lainnya. Hemodialisa merupakan salah satu prosedur yang
bertujuan untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein atau mengoreksi gangguan
keseimbangan air dan elektrolit, antara darah pasien dengan dialisat melalui membran
semipermeabel yang bertindak sebagai ginjal buatan (dialyzer). Faktor yang mempengaruhi
asupan makan disebabkan adanya gangguan gastrointesinal yaitu anoreksia dan mual sedangkan
akibat tindakan hemodialisa dapat berupa hilangnya protein saaat dilakukan dialisis.
Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dengan hemodialisa mengalami risiko tinggi gangguan
nutrisi. Masalah pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa ialah
tingginya angka malnutrisi. Chronic Kidney Disease (CKD) dengan hemodialisa harus mendapat
asupan makanan yang cukup agar tetap dalam status gizi yang baik. Gizi yang kurang
merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya kematian pada pasien Chronic Kidney Disease
(CKD) dengan hemodialisa. Asupan protein yang dibutuhkan pasien Chronic Kidney Disease
(CKD) dengan hemodialisa adalah 1,2 gr/KgBB/ hari dengan 50 % terdiri atas protein dengan
nilai biologis yang tinggi. Terdapat korelasi yang kuat antara adekuasi dialisis dengan angka
morbiditas dan mortalitas pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dengan hemodialisa.
(Jurnal e-Clinic, 2016).
B. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak netron ginjal.
Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral :
1. Infeksi , misalnya pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna
stenosis arteri renalis
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli arteritis
nodosa, sclerosis sistemik progrresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler
ginjal.
6. Penyakit metabolic, seperti DM, gout, heperparatiroidisme, amyloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati abstruktif.
a. Sal. Kemih bangian atas : Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Sal. Kemih bagian bawah : Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomalia congenital pada
leher kandung kemih dan uretra.
D. KLASIFIKASI
Penyakit CKD selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFRyang tersisa (Muttaqin & Sari,
2011). Price dan Wilson (2012) menjelaskan perjalanan klinis umum CKD progresif dibagi
menjadi tiga stadium yaitu:
a. Stadium 1
(penurunan cadangan ginjal) Pada stadium pertama kreatinin serum dan kadar BUN
normal dan asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan memberi
beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine. Muttaqin dan
Sari (2011) menjelaskan penurunan cadangan ginjal yang terjadi apabila GFR turun 50%
dari normal.
b. Stadium 2
(insufisiensi ginjal) Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya
25% dari normal). Pada tahap ini BUN mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin
serum mulai meningkat melebihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan
poliuri.
c. Stadium 3
(gagal ginjal stadium akhir / uremia) Stadium ketiga disebut penyakit ginjal stadium
akhir (ERSD) yang dapat terjadi apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai GFR 10%
dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN meningkat sangat menyolok
sebagai respons terhadap GFR yang mengalami sedikit penurunan.
E. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (Termasuk Glomelurus dan Tubulus)
diduga utuh sedanngkan yang lain rusak (Hipotesa Nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunana GFR/Daya saring Metode Adaftif ini memungkinkan gagal untuk berfungsi
sampai ¾ dari Nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus di larut menjadi lebih besardari
pada yang biasa direabsorsi berakibat diuresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai retnsi produk sisa.
Titik dimana tibulnya gejala-helaja pada pasien lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/mnt atau lebih rendah dari itu.
Fungsi renal menurun produk akhir metabolisms protein (yang normalnya diekresikan kedalam
urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah akan semakin berat.
1. Gangguan Kirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan kirens substansi darah yang
sebenernya dibersihkan oleh ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat didekteksi dengan mendapatkan urin 24-
jam untuk pemeriksaan kirens kratinin. Menurut filtrasi glomelurus(akibat tidak
berfungsinya glomeluri)kirens keratin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan
meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN). Biasanya meningkat kreatinin
serum merupakan indicator yang paling sensitive dari fungsi karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya di pengaruhi oleh penyakit renal
tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
medikasi seperti sreroid
4. Anemia
Sering akibat dari produksi eritprotein yang tidak adekuat memendeknya usia sel darah
merah, defiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status
uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada ginjal produksi eritropoetin
menurun dan anemia berat terjadi, disertasi keletihan, angina dan sesak napas
5. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolism kalsium
dan fosat. Kadar serum kalsium dan fosat tubuh memiliki hubungan saling tombal balik,
jika salah satunya meningkat maka yang satu menurun. Penurunan kadar kalsium serum
menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada gagal ginjal
tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan
mengakibatkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif
vitamin D (1,25-dehidrokokolekaisiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun.
6. Penyakit tulang uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium fosat dan
keseimbangan parathormon.
F. KOMPLIKASI
Secara umum komplikasi pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh berkurangnya kemampuan
ginjal untuk mengekskresikan zat-zat berlebihan dalam tubuh. Zat-zat ini dapat berupa: urea,
kalium, fosfat. Penyebab komplikasi pada ginjal lain adalah berkurangnya produksi darah akibat
kematian jaringan ginjal yang ireversibel yang menyebabkan produksi eritropoietin yang
berkurang. Penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat penyakit ginjal kronis adalah sebagai
berikut:
1. Sindrom Uremia : sindrom uremia disebabkan oleh akumulasi urea dalam darah.
Akumulasi ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan
urea sehingga urea diabsorbsi kembali ke peredaran darah dan terakumulasi di darah.
Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh uremia antara lain:
Sistem Saraf Pusat : kelelahan, gangguan memori, insomnia, nyeri kepala,
kebingungan, ensefalopati (infeksi pada system saraf pusat)
System saraf perifer: keram, neuropati perifer
Gastrointestinal: anorexia, mual/muntah, gastroparesis, ulkus gastrointestinal o
Hematologi: anemia, gangguan hemostasis
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi Ginjal bersivat individu untuk setiap klien Cronic renal Desease (CKD) dan
lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun
Tujuan terapi konservatif :
a. mecegang memburuknya fungsi ginjal secara profresi
b. meringankan keluhan – keluhan akibat akumulasi toksi asotemia
c. mempertahankan dan memperbaiki metabolism secara optimal
d. memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit
1). Hemodalisa
2). Dialysis Peritoneal
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunana fungsi ginjal
Ureum Kreatinin
Asam Urat Serum
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
Analisis urin rutin
Mikrobiologi urin
Kimia darah
Elektrolit
Imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit
Progresifitas penurunan fungsi ginjal
Ureum Kreatin, Clearens Creatinin Test (CCT)
2. Diagnostik
a. Etiologi CKD dan Terminal
Foto polos Abdomen
USG
Netfrotogram
Pielografi retrograde
Pielografi antegrade
Mictuating Cysto Urography (MCU)
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
RerRogram
USG
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.G
Dosen pembimbing :
Disusun Oleh:
TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN Tn.T PADA CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAH
SAKIT SARI ASIH CIPUTAT
A. PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 17 Oktober 2022 Jam : 10.00 WIB
Tanggal MRS : 16 Oktober 2022 NO. RM : 001282965
Ruang/Kelas : Ruang Perawatan Bedah (RPB) Dx. Masuk : CKD
Dokter yang merawat : Dr.Arie hasnafi, Sp.U
Nama : Tn.G
Umur : 34 Tahun
Agama : islam
Identitas
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Batak
Alamat: Kahuipan Rt 05/16
Keluhan utama :
klien mengatakan keluhan lemas sudah dari 1 minggu, mengalami bengkak di tungkai
bagian kaki kanan dan kaku, nafsu makan klien cukup baik, cepat lelah saat beraktivitas,
sakit dan nyeri saat buang air kecil
c. Riwayat dirawat di Rumah sakit ( kapan, alasan, dan berapa lama ) : tidak ada
Riwayat Sakit dan Kesehatan
Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko :
Orang tua klien mempunyai riwayat Hipertensi
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik sedang lemah Kesadaran: Compos
Metis
Tanda vital TD: 119/78 mmHg Nadi: 67 x/mnt Suhu : 36 ºC RR: 19 x/mnt
●> 3 dt 🌕<3 dt
Akral: 🌕 Hangat 🌕 Panas 🌕 Dingin kering ●Dingin basah
Masalah: -
Penglihatan (mata)
Pupil : ● Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : ● Anemis Ikterus Lain-lain :
Pendengaran/Telinga : Normal
Gangguan pendengaran : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Penginderaan
Masalah: -
Masalah :
Lain-lain :
Masalah: -
Laboratorium
Hematologi rutin pada tanggal 06 Oktober 2022
Pre oprasi + ginjal
DO :
- Keadaan umum klien
sedang
- Edema tungkai grade-1
- Konjungtiva pucat anemis
- Minum sedikit
- Balance cairan dalam
24jam yang terdiri dari
intake – output+IWL adalah
1100ml – (700 + 1095 = -
695 ml
DS : (D.0056) (D.0056)
- Klien mengatakan badan
lemas sudah 2hari
- Kaki bengkak di tungkai
bagian kanan
- Kaki kaku dan berat saat
berjalan
- Cepat lelah saat beraktivitas
DO :
- Keadaan klien sedang
- Edema tungkai bagian
kanan
- Aktivitas hanya di tempat
tidur
- Tampak jalan mengguakan
alatbantu tongkat
DO :
- Klien tampak lemas
- Hasil RO thorax :
Cardimegali pada tgl 01
mei 2020
- Lab HB : L 9.4 g/dl , Ht :
L 29 % , Eritrosit : L 3.26
10^6/µl ureum : 160
mg/dl , kreatinin : H 10,1
mg/dl.
- GFR : 25 % (berat)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d (kadar HB turun, intek lebih
banyak dari pada output ) D.0022
2. Intolerasi Aktivitas b.d kelemahan d.d ketidakcakupan energi (bengkak di bagian
tungkai kaki kanan) D.0056
3. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas d.d ro Thorax
Cardiomegali D.0011
D. RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. T
Nama Mahasiswa : Mega Triana Putri
Ruang : Ruang Perawatan Umum (RPU) .
No.M.R. : 02.50.90.13
Tujuan dan
No Diagnosa Intervensi Rasional
kriteria hasil
1. Hipervolemia b.d Setelah Manajemen Upaya untuk
gangguan mekanisme dialakukan menstabilkan
Hipervolemia
regulasi d.d tindakan Hipervolemia agar tetap
ketidakmampuan otot keperawatan 2 (I.03114) berada pada rentan
ginjal mengsekresi air x24 jam normal
dan nutrium D.0022 diharapkan
Hipervolemia Observasi
dalam rentang - Periksa tanda dan
normal dengan
kriteria hasil : gejala
- Intake lebih hipervolemia
banyak dari
output (balans - Identifikasi
cairan)
penyebab
- Asupan cairan
menurun hipervolemia
- eddema
- Monitor intake
menurun
-dhidrasi dan ouput cairan
menurun
Tekanan darah - Monitor tanda
membaik hemokansentrasi
Berat badan
membaik - Monitor
kecepatan infus
(L.05020)
secara ketat
Terapeutik
- Anjurkan melapor
jika BB
bertambah > 1 kg
dalam sehari
- Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan
dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara
membatsi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
diuritik
- Kolaborasi
penggantian
kehilangan
kalium akibat
diuretik
- Kolaborasi
pemberian
continuous renal
replacement
therapy
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahlli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.
3. Resiko penurunan curah Setelah Observasi: Upaya untuk resiko
jantung b.d perubahan dialakukan penurunan curah
kontraktilitas d.d ro tindakan - Identifikasi jantung agar tetap
Thorax Cardiomegali keperawatan karakteristik berada pada rentan
D.0011 1x24 jam nyeri dada normal
diharapkan - Monitor EKG
resiko curah sadapan untuk
jantung menurun - Monitor
dalam rentang elektrolit yang
normal dengan dapat
kriteria hasil : meningkatkan
- Edema resiko aritmia
menurun - Monitor enzim
- lelah menurun
jantung
- pucat menurun
- Monitor saturasi
oksigen
(L.02003) - Identifikasi
startifikasi pada
sindrom coroner
akut
Terapeutik
- Pertahankan
tirah baring
minimal 12 jam
- Pasang akses
intavena
- Puasakan
hingga bebas
nyeri
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
ansietas dan
setres
- Sediakan
lingkungan
yang kondusif
untuk beristrhat
dan pemulihan
- Berikan
dukungan
emosional, dan
sepiritual
Edukasi
- Anjurkan
segera
melaporkan
nyeri dada
- Anjurkan
menghindari
manuver
valsava
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Tn. T
Nama Mahasiswa : Mega Triana Putri
Ruang : Ruang Perawatan Umum (RPU) .
No.M.R. : 02.50.90.13
Tanggal/
No DX Implementasi SOAP
Jam
03/05/2020 1 S: - klien mengatakan lemas
08:30 - Klien mengatakan bengkak
- Memeriksa tanda dan gejala dibagian tungkai kaki sebelh
kanan dan kaku
hipervolemia
- klien mengatakan perut
kembung
- mengidentifikasi penyebab - klien mengatakan minum
hipervolemia sedikit 2gls perhari
A : masalah teratasi
P : intervensi selesai
(kolanorasi)
mengkolaborasi dengan ahlli
gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
Daftar pustaka
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan