Gangguan
pola nafas
Anemia
Bladder Brain
Resiko gangguan
Susah BAK perfusi serebral
Gangguan eliminasi
urin
5. Komplikasi
1. Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau
kenaikan kadar kalium yang tinggi dalam darah
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah
3. Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru
atau asites
4. Anemia atau kekurangan sel darah merah
5. Kerusakan sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kejang (Saepuloh,
2020).
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
1) Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine
2) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
Biasanya diusahakan agar tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan
terdapat edema betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui pemantauan berat
badan, urine serta pencatatan keseimbangan cairan (Ramadhani, 2018)
3) Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein)
Diet rendah protein (20-240 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta menurunkan kadar ereum.
Hindari pemasukan berlebih dari kalium dan garam
4) Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan
cairan diatur tersendiri tanpa tergantung pada tekanan darah. Sering diperlukan
diuretik loop selain obat anti hipertensi.
5) Kontrol ketidak seimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk
mencegah hiperkalemia hindari pemasukan kalium yang banyak (batasi hingga
60 mmol/hr), diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan dengan
ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat anti inflamasi nonsteroid),
asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium
dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kalium plasma dan EKG
(Ramadhani, 2018)
b. Dialysis
1) Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
2) Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh fungsi
eksresi yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum,
kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain (Ramadhani, 2018)
c. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal (Ramadhani, 2018).
7. Penatalaksanaan Keperawatan
a Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan
kadar kalium yang tinggi dalam darah
b Penyakit jantung dan pembuluh darah
c Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites
d Anemia atau kekurangan sel darah merah
e Kerusakan sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kejang (Saepuloh, 2020).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Urin
1) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam atau urine taka da (anuria)
2) Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri,
lemah, partikel koloid, fosfat atau urat.
3) Berat jenis : Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan
ginjal berat) (Damayanti, 2020).
b. Pemeriksaan darah
1) BUN/Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proposi, kadar
kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir mungkin rendah yaitu 5.
2) Hitung darah lengkap : Ht namun pula adanya anemia Hb: kurang dari 7-8
g/dl, Hb untuk perempuan (13-15 g/dl), laki-laki (13-16 g/dl) (Damayanti,
2020)
c. GDA (Glukosa Darah Acak)
d. PH : Menurun asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan
ginjal untuk mengekskresi hydrogen dan ammonia atau hasil akhir katabolisme
protein. Bikarbonat menurun PCo2 menurun natrium serum mungkin rendah (bila
ginjal “kehabisan” natrium atau normal (menunjukan status difusi hipematremia).
e. Ultrasono Ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa. Kista obstruksi
pada saluran kemih bagian atas.
f. Biopsi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menentukan
g. Pelvis ginjal : keluar batu hematuria dan pengangkatan tumor sektif
h. EKG : Mungkin abnormal menunjukan ketidak keseimbangan elektrolit
asam/basa. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan : dapat manunjukan
deminarilisasi, kalsifikasi.
i. Hematologi
j. RFT (Renal Fungsi Test) (Ureum dan Kreatinin)
k. LFT (Liver Fungsi Test)
l. Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
m. Koagulasi studi PTT, PTTK
n. BGA
1) BUN/ Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar
kreatinin 10mg/dl diduga tahap akhir (rendahnya yaitu 5). Hitung darah
lengkap : hematokrit menurun, HB kurang dari 7-8 g/dl
2) SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi erritripoetin seperti azotemia.
3) AGD : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7 : 2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hidrogen dan ammonia
atau hasil akhir.
4) Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan hemolisis SDM pada tahap akhir
perubahan EKG tidak terjadi kalium 6,5 atau lebih besar.
o. EKG
Mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
p. Endoskopi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menentukkan pelvis
ginjal, pengangkatan tumor selektif
q. USG abdominal
r. CT scan abdominal
3. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan merupakan keputusan klinik dari respon individu,
keluarga dan masyarakat terhadap kesehatannya baik secara actual atau potensial,
yang dapat dilihat dari pendidikan dan pengalamannya perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara tepat untuk mencegah,
menjaga, menurunkan, membatasi serta merubah status kesehatan klien. Berdasarkan
analisis data yang didapat untuk dijadikan diagnosa keperawatan menggunakan
klasifikasi Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia 2017
edisi 1 cetakan III revisi, maka dari itu akan teridentifikasi diagnosa keperawatan
yang muncul.
Diagnosa yang ungkin muncul pada klien dengan CKD antara lain sebagai
berikut :
Sumber : Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia 2017
edisi 1 cetakan III (revisi)
4. Intervensi
Perencanan merupakan petunjuk tertulis yang mencermikan secara tepat mengenai
tindakan yang akan diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosa keperawatan. Perencanaan dapat memberikan kesempatan kepada perawat,
klien, keluarga dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan
yang tepat untuk menangani masalah kesehatan yang dihadapi klien. Intervensi yang
diberikan diambil dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI edisi I
cetakan II tahun 2018.
Tabel 3. Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan
APRILIA, S., DWI, A., & DWI W, B. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK
EFEKTIF PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN DEEP BREATHING
RELAXATION. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO.
Damayanti, R. E. (2020). Asuhan Keperawatan Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Chronic Kidney
Disease (Ckd). UNIVERSITAS AIRLANGGA.
DESIKA, P. D. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN NY.
I DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) STAGE 5+
HIPERTENSI DI RUANGAN HEMODIALISA RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA.
STIKES HANG TUAH SURABAYA.
Firmansyah, J. (2022). FAKTOR RESIKO PERILAKU KEBIASAAN HIDUP YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIK. Jurnal Medika
Hutama, 3(02 Januari), 1997–2003.
HARIZI, M. H. A. B. I. N. M. (2022). DATA MINING ANALYSIS OF CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD) LEVEL. Universiti Sains Malaysia.
Rahmawati, Y. D., Janes Pratiwi, C., & Wahyuni, B. D. (2022). Asuhan Keperawatan pada Klien
Chonic Kidney Disease dengan Gangguan Integritas Kulit di RSUD Syarifah Ambami Rato
Ebu Bangkalan Madura. Perpustakaan Universitas Bina Sehat.
RAMADHAN, R. P., Buston, E., Idramsyah, I., & Heriyanto, H. (2022). Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Chronic Kidney Disease (Ckd) Di Rumah
Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2022. Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Ramadhani, P. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
di Ruang Penyakit Dalam RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang pada Tahun 2018.
RARA, A. Y. U. D. K. B. S. R. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS SEPSIS+ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG ICU
CENTRAL RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA. STIKES HANG TUAH SURABAYA.
Riana, N. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN GANGGUAN SISTEM
URINARIA AKIBAT CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD). Universitas Muhammadiyah
Sukabumi.
Rini, A. S. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman: Ansietas. Stikes Kusuma Husada
Surakarta.
Saepuloh, T. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease (Ckd) Dengan
Kelebihan Volume Cairan Diruang Marjan Bawah Rumah Sakit Umum Daerah Dr Slamet
Garut.
Safitri, L. N. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. H DENGAN CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN. STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
Sari, S. H. N., & Susanti, I. H. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN POLA
TIDUR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN INTERVENSI
TERAPI INSTRUMEN MUSIK DI RUANG EDELWEIS ATAS. Jurnal Inovasi
Penelitian, 3(4), 5713–5716.
SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi:Definisi dan Indikator Diagnostik 2016-
2017. Tim Penyusun: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Jakarta
SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan
2018. Tim Penyusun: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Jakarta.
SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
2018-2019. Tim Penyusun: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Jakarta
d. Aktivitas/Latihan
1) Sebelum sakit : Keluarga mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari- hari
2) Saat sakit : pasien dapat melakukan aktivitas sehari- hari tetapi terbatas karena
lemas dan cepat lelah saat beraktivitas
3) Kemampuan melakukan aktivitas
Keterangan :
0 = mandiri
1 = dengan alat bantu
2 = dibantu dengan orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat bantu
4 = tergantung total
e. Tidur/Istirahat
1) Sebelum sakit : Keluarga dan pasien mengatakan pola tidur dan istirahat
normal 7-8 jam/hari
2) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pola tidur dan istirahat terganggu
karena terpasang CDL pada leher pasien
f. Perceptual Kognitif
1) Penglihatan
Konjungtiva anemis,pupil isokor,simetris kanan dan kiri
2) Pendengaran
Telinga bersih tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada nyeri, simetris.
3) Pengecap
Warna lidah keputihan,mukosa bibir kering,terlihat pucat
4) Penciuman
Fungsi penciuman baik, tidak ada gangguan polip maupun secrect.
g. Presepsi diri dan Konsep diri
1) Persepsi diri
1) Sebelum sakit : Pasien tidak pernah mengira akan terjadi penyakit seperti
ini
2) Saat sakit : Selama perawatan pasien mengatakan lebih tenang setelah
dirawat dan penanganan penyakitnya
2) Konsep diri
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan merasa percaya diri akan dirinya
2) Saat sakit : Pasien ingin cepat pulang dan tidak merasa malu akan
penyakitnya sehingga cepat bertemu keluarganya.
h. Peran- hubungan
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga
maupun lingkungan
2) Saat sakit : Selama perawatan pasien mengatakan tetap berhubungan baik
dengan keluarga dan lingkungan, saat pasien masuk RS terlihat sangat
kooperatif.
i. Seksualisasi dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 38 tahun dan sudah menikah
j. Manajemen koping-stress
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan saat merasa banyak pikiran pasien bisa
menangani dan mengambil keputusan secara mandiri
2) Saat sakit : Pasien mengatakan saat mengambil keputusan butuh bantuan dan
dukungan keluarga
k. System nilai dan keyakinan
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa beragama Islam, sholat 5 waktu
2) Saat sakit : Pasien mengatakan tidak bisa sholat karena sakit
5. Pemeriksaan TTV
a. TTV
Keadaan umum: Sedang
Tekanan darah : 160/80 mmHg
Pernafasan : 24x/mnt
Nadi : 112x/mnt
Suhu : 36,0 C
BB : 50kg
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
9,4 L g/dL 14.0 ~ 18.0 Colorimetric
hemoglobin
13050 H /uL 4000 ~ 10000 Flow cytometry
lekosit
hepatis marker
HBsAg
8. Terapi Pengobatan
9. Analisa Data
DO :
- Pasien tampak
lemas
- Pasien hanya
tidur di tempat
tidur saja
- TTV
Tekanan Darah :
160/80 mmHg
Nadi : 112
x/menit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 24
x/mnt
Gds : 110
SPO2 : 98
3. 13 Juni 2023 DS : Keletihan Kondisi
21.15 - Klien mengeluh fisiologis
lemas
- Klien
mengatakan cepat
lelah saat
beraktivitas
- Klien
mengatakan
tubuhnya lemah
dan sesak
DO :
- TTV
Tekanan Darah :
160/80 mmHg
Nadi : 112
x/menit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 24
x/mnt
Gds : 110
SPO2 : 98
O : pasien tampak
posisi setengah
duduk
Memberikan S : pasien
minum hangat bersedia
minum
hangat
O : pasien telah
minum hangat yang
diberikan oleh
keluarganya
Memberikan S : pasien
oksigen mengatakan
sesak
O : pasien
tampak
memakai
oksigen
nasal kanul 5
lpm
Mengajarka S : pasien
n Teknik mengataka
batuk n bersedia
efektif diajarkan
Teknik
batuk
efektif
O : pasien tamppak
paham yang
dijelaskan oleh
perawat
Mengkolaborasi S:-
peberian terapi O : jenis obat yang
nebulizer diberikan ventolin
nebb
5. 14 Keletihan -Mengidentifikasi S: Rifka
Juni berhubungan kesiapan dan - Pasien mengatakan
2023 dengan kondisi kemampuan siap dan mampu
08.1 fisiologis menerima informasi menerima informasi
0 -Menjelaskan - Pasien mengatakan
pentingnya mengerti tentang
melakukan aktivitas pentingnya
fisik/olahraga secara melakukan olahraga
rutin
O:
- Pasien tampak
termotivasi untuk
mendapatkan
informasi kesehatan
6. 10.0 Mengajarkan cara S: Rifka
0 mengidentifikasi Pasien mengatakan
kebutuhan istirahat sudah memahami
(mis: kelelahan, akan pentingnya
sesak napas saat kebutuhan istirahat
aktivitas)
O:
Pasien mampu
mengidentifikasi
kebutuhan istiharat
dan tidurnya
7. 12.0 Pola nafas tidak Monitor pola napas S : pasien Rifka
0 efekif (frekuensi, mengatakan saat
berhubungan kedalaman, usaha bernapas terasa
dengan depresi napas) sesak mulai
pusat berkurang
pernapasan
O : pasien
tterpasang nasal
kanul 3 lpm
Spo2 : 99%
RR : 22x/ menit
8. 13.0 Monitor bunyi napas S : pasien Rifka
6 tambahan (mis : menngatakan dada
gurgling, mengi, masih sesak
wheezing, ronkhi
kering) O : wheezing (+)
9. 09.0 Monitor sputum S : pasienn Rifka
0 (jumlah,warna,arom mengatakan ktika
a) batuk dahak sudah
keluar sedikit
O : pasien
mendapatkan
tterapi nebulizer
O : pasien tidak
mendapat terapi
nebulizer
13. Evaluasi
Evaluasi Formatif Hari Pertama
Evaluasi Submatif