Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN MASALAH CHRONIC KIDNEY


DISEASE DI BANGSAL DAUN SIRIH
DI RSUD PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI

NAMA : RIFKA AULIA SILVIANA PUTRI


NIM : 202112075

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHUKUAN

A. Konsep Dasar CKD


1. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada
suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal (RAMADHAN et al., 2022).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu spektrum proses-proses
patofiologik yang berbeda-beda serta berkaitan dengan kelainan fungsi ginjal dan
penurunan progresif laju filtrasi glomerolus (LFG) (DESIKA, 2022).
CKD (Chronic Kidney Disease) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (RARA, 2022). CKD (Chronic Kidney Disease)
merupakan suatu penyakit yang berakibat pada kerusakan ginjal. Penyakit CKD
biasanya terjadi lebih dari 3 bulan (Sari & Susanti, 2022).
Kesimpulan definisi CKD berdasarkan beberapa sumber diatas adalah suatu
keadaan dimana terjadi kegagalan atau kerusakan fungsi kedua ginjal untuk
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit serta lingkungan
dalam yang cocok untuk bertahan hidup sebagai akibat terminal dari destruksi atau
kerusakan struktur ginjal yang berangsur – angsur, progresif, ireversibel dan ditandai
dengan penumpukan sisa metabolisme (toksik uremik), limbah nitrogen lainnya yang
beredar dalam darah dan fungsi filtrasi glomerulus yang tersisa kurang dari 25% serta
komplikasi dan berakibat fatal jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal.
2. Etiologi
a. Predisposisi :
Chronic Kidney Deases (CKD) seringkali menjadi penyakit komplikasi dari
penyakit lainnya sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Menurut IRR
(Indonesian Renal Registry) pada tahun 2017 ini proporsi etiologi CKD, urutan
pertama ditempati oleh hipertensi sebanyak 36% dan nefropati diabetic atau
diabetic kidney deases menempati urutan kedua.
1) Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab kedua dari end stage renal disease atau
gagal ginjal tahap akhir. Sebagai contoh, berdasarkan United States Renal
Data System (2009) sekitar 51 sampai 63% dari seluruh pasien dengan CKD
mempunyai hipertensi. Pada 4 penelitian lain di Australia, Washington, US
menunjukkan orang dengan hipertensi mempunyai resiko yang lebih besar
untuk berkembang menjadi CKD dibandingkan orang dengan normotensi.
Hipertensi menyebabkan glomerulo nefropati dengan menurunkan aliran
darah karena hal yang menjadikan arteriolar vaskulopati, obstruksi vaskular
dan penurunan densitas vaskular. Kejadian ini akan dikompensasi sehingga
tidak lama akan terjadi penurunan GFR (RARA, 2022).
2) Diabetes mellitus
Diabetes dapat menyebabkan nefropati sebagai komplikasi
Mikrovaskular. Diabetes nefropati merupakan glomerulopati yang paling
banyak terjadi, dan merupakan penyebab pertama dari end stage renal disease
atau gagal ginjal tahap akhir di USA dan Eropa. Selain itu United States
Renal Data System (2019) menunjukkan bahwa sekitar 50% pasien dengan
gagal ginjal tahap akhir adalah penderita diabetes titik penelitian dari
NHAES III, HUNT II, UK cross-sectional study dan longitudinal study
menunjukkan bahwa diabetes berhubungan secara signifikan meningkatkan
resiko CKD (RARA, 2022).
b. Presipitasi
1) Riwayat Keluarga dengan Penyakit Ginjal
2) Penyakit Kardiovaskular
3) Infeksi HIV
4) Riwayat Batu Ginjal
5) Usia
6) Aktivitas Fisik dan kebiasaan merokok
7) Obesitas
8) Suku
9) Jenis kelamin
10) Alkohol
11) Berat badan
12) Mengonsumsi makanan tidak sehat serta konsumsi obat tertentu
13) Glomerulonefritis
14) Penyakit bawaan
15) Penyakit autoimun
16) Kondisi lain
17) Pyelonefritis kronis
18) Tuberkulosis
19) Polikistik ginjal
20) Renal nephrosclerosis
21) Neprolithisis
22) Sysctemic lupus erythematosus dan Aminoglikosida (Firmansyah, 2022).
3. Manifestasi Klinis
a. Tanda
1) Penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi
2) Kelemahan otot
3) Penurunan kesadaran
4) Nafas dangkal
5) Mulut kering
6) Penurunan turgor kulit
7) Udem yang disertai lekukan
8) Bengkak
9) Berat badan berkurang
10) Kulit kering dan gatal (pruritus) yang berkepanjangan
11) Rambut tipis dan kasar
12) Tekanan darah tinggi
13) Terdapat darah atau busa dalam urine
14) Pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki yang dapat memburuk,
bahkan hingga tangan, wajah, atau seluruh tubuh (edema anasarka) (Safitri,
2019).
b. Gejala
1) Sakit kepala
2) Hilang nafsu makan
3) Gangguan tidur atau insomnia
4) Sering merasa lelah
5) Cegukan, kedutan otot, kejang
6) Pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah
7) Sering mengalami kram otot
8) Mual dan muntah
9) Nyeri dada
10) Nyeri kepala yang hebat
11) Sesak napas (Safitri, 2019).
4. Patofisiologi
Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang terjadi kurang lebih
sama. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Penurunan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi
struktural dan fungsional nefron yang masih bertahan (surviving nephrons) sebagai
upaya kompensasi ginjal untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal, yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan growth factors. Hal ini
menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi, yang disertai oleh peningkatan tekanan
kapiler dan aliran darah glomerulus (Riana, 2018).
Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit dan cairan tubuh, hingga ginjal dalam tingkat fungsi yang sangat rendah.
Pada akhirnya, jika 75% massa nefron sudah hancur, maka LFG dan beban zat terlarut
bagi setiap nefron semakin tinggi, sehingga keseimbangan glomerulus – tubulus tidak
dapat lagi dipertahankan. Glomerulus yang masih sehat pada akhirnya harus
menanggung beban kerja yang terlalu berlebihan. Keadaan ini dapat mengakibatkan
terjadinya sklerosis, menjadi kaku dan nekrosis (Riana, 2018).
Gambar 1. Pathway CKD

Diabetes mellitus Hipertensi Ginjal polikistik

Viskositas darah Volume darah ke ginjal Terbentuk kista pada


meningkat meningkat parenkim ginjal

Perfusi ke ginjal Ginjal tidak mampu menyaring


Koping tidak efektif menurun darah yang berlebih

Ansietas Kerusakaan ginjal

Meningkatnya GFR menurun


hormon serotin
Gangguan fungsi ginjal
berlangsung kronik Perubahan status
Produksi asam kesehatan
lambung meningkat
PGK (CKD)
Kurang informasi
Sinyal mual ke otak tentang penyakit

Nausea Defisist pengetahuan


Sekresi eriprotein Kerusakan Kerusakan BUN,
menurun Glomerulus tubulus creatinin
meningkat
Produksi SDM Filtrasi di glomerulus Protein/albumin dapat Terganggunya fungsi
menurun menurun melewati membran abrobsi, sekresi dan Produksi
glomerulus eksresi sampah di
aliran darah
Oksihemoglobin GFR menurun
menurun Proteinuria masif Menumpuknya toksik
Retensi Na, H2O metabolit Pruritus
Suplai O2 ke Hipoabuminemia
jaringan menurun Eodema Uremia pada Lesi pada
Penurunan neuromuskular kulit
Perfusi perifer Preload tekanan onkotik
tidak efektif meningkat
Iritasi saraf Gangguan
perasa nyeri integritas kulit
Transudasi cairan
Fatique/malaise Beban jantung intravaskular ke
meningkat intersitil
Penanganan
Intoleransi Nyeri kepala Nyeri otot
yang tidak
aktifitas Hipertrofi Hipovolemia benar
ventrikel kiri
Nyeri akut
Penurunan Aktivitas renin Resiko infeksi
Curah Jantung COP menurun angiotensin
aldosteron
Katabolisme Produksi Dalam
Gangguan
protein dalam sel asam saluran GI
rasa
Kekakuan otot Keletihan nyaman

Ureum Asam Mual,


meningkat lambung Tidak Muntah
Pemenuhan ADL di meningkat
bantu nyaman
istirahat Nausea
Asidosis
metabolik
Defisit
perawatn diri Gangguan Tidak mau makan
Kompensasi pola tidur
respiratorik
Penurunan produksi Berkurangnya
eritroprotein pemasukan makanan
Hiperventilasi
Penurunan fungsi sumsum Intake makanan
tulang belakang Perubahan tidak adekuat
pola nafas
Penurunan sel darah merah Defisit nutrisi

Gangguan
pola nafas
Anemia
Bladder Brain

O2 ke ginjal menurun O2 ke otak menurun

Tekanan ke ginjal Hipoksia


tergangggu

Resiko gangguan
Susah BAK perfusi serebral

Gangguan eliminasi
urin
5. Komplikasi
1. Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau
kenaikan kadar kalium yang tinggi dalam darah
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah
3. Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru
atau asites
4. Anemia atau kekurangan sel darah merah
5. Kerusakan sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kejang (Saepuloh,
2020).

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
1) Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine
2) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
Biasanya diusahakan agar tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan
terdapat edema betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui pemantauan berat
badan, urine serta pencatatan keseimbangan cairan (Ramadhani, 2018)
3) Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein)
Diet rendah protein (20-240 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta menurunkan kadar ereum.
Hindari pemasukan berlebih dari kalium dan garam
4) Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan
cairan diatur tersendiri tanpa tergantung pada tekanan darah. Sering diperlukan
diuretik loop selain obat anti hipertensi.
5) Kontrol ketidak seimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk
mencegah hiperkalemia hindari pemasukan kalium yang banyak (batasi hingga
60 mmol/hr), diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan dengan
ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat anti inflamasi nonsteroid),
asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium
dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kalium plasma dan EKG
(Ramadhani, 2018)
b. Dialysis
1) Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
2) Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh fungsi
eksresi yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum,
kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain (Ramadhani, 2018)
c. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal (Ramadhani, 2018).

7. Penatalaksanaan Keperawatan
a Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan
kadar kalium yang tinggi dalam darah
b Penyakit jantung dan pembuluh darah
c Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites
d Anemia atau kekurangan sel darah merah
e Kerusakan sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kejang (Saepuloh, 2020).

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Urin
1) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam atau urine taka da (anuria)
2) Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri,
lemah, partikel koloid, fosfat atau urat.
3) Berat jenis : Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan
ginjal berat) (Damayanti, 2020).
b. Pemeriksaan darah
1) BUN/Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proposi, kadar
kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir mungkin rendah yaitu 5.
2) Hitung darah lengkap : Ht namun pula adanya anemia Hb: kurang dari 7-8
g/dl, Hb untuk perempuan (13-15 g/dl), laki-laki (13-16 g/dl) (Damayanti,
2020)
c. GDA (Glukosa Darah Acak)
d. PH : Menurun asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan
ginjal untuk mengekskresi hydrogen dan ammonia atau hasil akhir katabolisme
protein. Bikarbonat menurun PCo2 menurun natrium serum mungkin rendah (bila
ginjal “kehabisan” natrium atau normal (menunjukan status difusi hipematremia).
e. Ultrasono Ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa. Kista obstruksi
pada saluran kemih bagian atas.
f. Biopsi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menentukan
g. Pelvis ginjal : keluar batu hematuria dan pengangkatan tumor sektif
h. EKG : Mungkin abnormal menunjukan ketidak keseimbangan elektrolit
asam/basa. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan : dapat manunjukan
deminarilisasi, kalsifikasi.
i. Hematologi
j. RFT (Renal Fungsi Test) (Ureum dan Kreatinin)
k. LFT (Liver Fungsi Test)
l. Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)
m. Koagulasi studi PTT, PTTK
n. BGA
1) BUN/ Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar
kreatinin 10mg/dl diduga tahap akhir (rendahnya yaitu 5). Hitung darah
lengkap : hematokrit menurun, HB kurang dari 7-8 g/dl
2) SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi erritripoetin seperti azotemia.
3) AGD : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7 : 2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hidrogen dan ammonia
atau hasil akhir.
4) Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan hemolisis SDM pada tahap akhir
perubahan EKG tidak terjadi kalium 6,5 atau lebih besar.
o. EKG
Mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
p. Endoskopi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menentukkan pelvis
ginjal, pengangkatan tumor selektif
q. USG abdominal
r. CT scan abdominal

9. Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease


1. Pengkajian
1) Pengumpulan Data Awal
Identitas klien Terdiri dari nama, no.rekam medis, tanggal lahir, umur,
agama, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk,
diagnosa medis dan nama identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur,
hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat (Saepuloh, 2020).
2) Pengumpulan Data Dasar
a) Keluhan utama Biasanya Klien datang dengan keluhan utama yang didapat
bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah
sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit
(Saepuloh, 2020).
b) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya napas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan
nutrisi. Kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalah dan
mendapat pengobatan apa (Saepuloh, 2020).
c) Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya ada riwayat penyakit gagal ginjal gagal
akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, pengguanaan obat-obat
nefrotoksik. Benign Prostatic Hyperplasia, dan prostatektomi. Dan biasanya
adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi presdiposisi penyebab. Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan (Saepuloh, 2020).
d) Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya klien mempunyai anggota keluarga
yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien yaitu CKD, maupun
penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus
terjadinya penyakit CKD (Saepuloh, 2020).
3) Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari
a) Pola aktivitas / istirahat
Gejala nya kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise. Gangguan tidur
(insomnia/gelisah atau samnolen). Tandanya kelemahan otot, kehilangan
tonus, penurunan rentang gerak.
b) Pola nutrisi Makan / cairan
Gejalanya peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tidak sedap pada
mulut (pernafasan ammonia). Tandanya distensi abdomen, pembesaran hati,
perubahan turgor kulit edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan
otot, penurunan lemak sub kutan, penampilan tidak bertenaga.
c) Pola eliminasi
Gejalanya penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut,
abdomen kembung, diare atau konstipasi. Tandanya perubahan warna urin,
contoh : kuning pekat, merah, coklat berawan, oliguria , dapat menjadi anuria.
d) Pola sirkulasi
Gejalanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umumdan pitting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi, ortostatik
menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir, pucat,kulit
coklat kehijauan, kuning, kecendrungan perdarahan.
e) Integritas ego
Gejalanya faktor stress, contoh : financial, hubungan, persaan tidak berdaya,
tidak ada kekuatan. Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah
tersinggung, perubahan kepribadian.
f) Neurosensori
Gejalanya sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/ kejang sindrom “kaki
gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki. Tandanya gangguan status mental,
contoh : penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis.
g) Nyeri/kenyamanan
Gejalanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaku (memburuk saat
malam hari) Tandanya perlu berhati-hati, distraksi, gelisah.
h) Pernafasan
Gejalanya nafas pendek, dyspenia, nocturnal paroksimal, batuk dengan atau
tampa sputum kental dan banyak.
i) Keamanan
Gejalanya kulit gatal, ada/berulangnya infeksi. Tanda : pruritus, demam
(sepsis, dehidrasi), normotemia dapat secara actual terjadi peningkatan pada
pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal (depresi respons
imun), petekie, area ekimosis pada kulit.
j) Seksualitas
Gejalanya penurunan libido, amenorea, infertilitas.
k) Interaksi Sosial
l) Gejalanya kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga
m) Penyuluhan/ pembelajaran
Gejalanya riwayat DM keluarga (risiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefitis herediter, kulkulus urinaria, malignansi. Riwayat terpajan
pada toksin, contoh obat, rancun lingkungan. Penggunaan antibiotic
nefrotoksik saat ini/berulang (Saepuloh, 2020).
2. Pemerksaan fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingakat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat
c) TTV
RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi
2) Kepala
a) Rambut
Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit, kepala, kuku rapuh
dan tipis
b) Wajah
Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata
Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva an emis, dan
sclera tidak ikterik
d) Hidung
Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pe ndek dan
kusmaul
e) Bibir
Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdara han gusi,
dan napas berbau
f) Gigi
Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
g) Lidah
Biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening
4) Dada / Thorak
Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kusmaul (cepa t/dalam)
Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
Perkusi : Biasanya Sonor
Auskultasi : Biasanya vesicular
5) Jantung
Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea dekstra sinistra
Perkusi : Biasanya ada nyeri
Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6) Abdomen
Inspeksi: Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan caira n, klien
tampak mual dan muntah
Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit
Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya p
embesaran hepar pada stadium akhir
Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
7) Genitourinaria Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, anuria distensi
abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat,
merah coklat dan berwarna
8) Ekstremitas
Biasanya diadapatkan adanya nyeri panggul, oedema pada ekstermitas, kram otot,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, keterbatasan gerak sendi.
9) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik adanya area ekimosis
pada kulit.
10) Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran,
disfungsi serebral, seperti perubahan proses piker dan disorientasi. Klien sering
didapati kejang, dan adanya neuropati perifer (Saepuloh, 2020).

3. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan merupakan keputusan klinik dari respon individu,
keluarga dan masyarakat terhadap kesehatannya baik secara actual atau potensial,
yang dapat dilihat dari pendidikan dan pengalamannya perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara tepat untuk mencegah,
menjaga, menurunkan, membatasi serta merubah status kesehatan klien. Berdasarkan
analisis data yang didapat untuk dijadikan diagnosa keperawatan menggunakan
klasifikasi Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia 2017
edisi 1 cetakan III revisi, maka dari itu akan teridentifikasi diagnosa keperawatan
yang muncul.
Diagnosa yang ungkin muncul pada klien dengan CKD antara lain sebagai
berikut :

Tabel 2.Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa keperawatan SDKI


1. Pola nafas idak efekif berhubungan dengan depresi pusat (D.0005)
pernafasan
2. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (D.0057)

Sumber : Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI Indonesia 2017
edisi 1 cetakan III (revisi)
4. Intervensi
Perencanan merupakan petunjuk tertulis yang mencermikan secara tepat mengenai
tindakan yang akan diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosa keperawatan. Perencanaan dapat memberikan kesempatan kepada perawat,
klien, keluarga dan orang terdekat untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan
yang tepat untuk menangani masalah kesehatan yang dihadapi klien. Intervensi yang
diberikan diambil dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI edisi I
cetakan II tahun 2018.
Tabel 3. Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan

Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria


No. Intervensi (SIKI)
(SDKI) hasil (SLKI)
1. Pola nafas idak Setelah di lakukan Manajemen Jalan Napas : I. 01011
efekif berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan depresi selama 2 x 24 jam pola 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
pusat pernafasan napas adekuat. napas)
(D.0005) Ekspetasi : membaik 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis : gurgling,
Kriteria hasil : mengi, wheezing, ronkhi kering)
Pola Napas 3. Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
(L: 01004) :
 Ventilasi semenit Terapeutik
meningkat 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
 Kapasitas vital dan chin-lift (jaw trust jika curiga trauma servikal)
meningkat 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
 Tekanan ekspirasi 3. Berikan minum hangat
meningkat 4. Lakukan fisioterafi dada, jika perlu
 Tekanan inspirasi 5. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
meningkat McGill
 Pernapasan cuping 6. Berikan oksigen, jika perlu
hidung menurun
Edukasi
 Ekskrusi dada
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
membaik
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Keletihan Setelah dilakukan Edukasi aktivitas dan istirahat (I.12362)
berhubungan intervensi Observasi :
dengan kondisi keperawatan selama Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
fisiologis (D.0057) 3 x 24 jam, maka Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
tingkat keletihan istirahat
menurun, dengan 2. Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan sesuai
kriteria hasil: kesepakatan
Tingkat keletihan 3. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
(L.05046) bertanya
 Verbalisasi
Edukasi
kepulihan energi
1. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas
meningkat
fisik/olahraga secara rutin
 Tenaga meningkat
2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas
 Kemampuan bermain atau aktivitas lainnya
melakukan aktivitas 3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
rutin meningkat 4. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
 Verbalisasi Lelah (mis: kelelahan, sesak napas saat aktivitas)
menurun 5. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
 Lesu menurun aktivitas sesuai kemampuan
5. Implementasi
Implementasi merupakan komponen keempat dari proses keperawatan setelah
merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi merupakan suatu bentuk dari prilaku
keperawatan yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan diberikan. Dalam teori, implementasi dari rencana
asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan
6. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk perbandingan yang terencana dan sistematis
antara hasil akhir yang diamati dengan tujuan atau kriteria hasil yang sudah dibuat pada
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan yang melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya (Asmadi, 2008). Perumusan evaluasi keperawatan meliputi empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien),
objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori), dan
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

APRILIA, S., DWI, A., & DWI W, B. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK
EFEKTIF PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN DEEP BREATHING
RELAXATION. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO.
Damayanti, R. E. (2020). Asuhan Keperawatan Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Chronic Kidney
Disease (Ckd). UNIVERSITAS AIRLANGGA.
DESIKA, P. D. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN NY.
I DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) STAGE 5+
HIPERTENSI DI RUANGAN HEMODIALISA RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA.
STIKES HANG TUAH SURABAYA.
Firmansyah, J. (2022). FAKTOR RESIKO PERILAKU KEBIASAAN HIDUP YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIK. Jurnal Medika
Hutama, 3(02 Januari), 1997–2003.
HARIZI, M. H. A. B. I. N. M. (2022). DATA MINING ANALYSIS OF CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD) LEVEL. Universiti Sains Malaysia.
Rahmawati, Y. D., Janes Pratiwi, C., & Wahyuni, B. D. (2022). Asuhan Keperawatan pada Klien
Chonic Kidney Disease dengan Gangguan Integritas Kulit di RSUD Syarifah Ambami Rato
Ebu Bangkalan Madura. Perpustakaan Universitas Bina Sehat.
RAMADHAN, R. P., Buston, E., Idramsyah, I., & Heriyanto, H. (2022). Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Chronic Kidney Disease (Ckd) Di Rumah
Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2022. Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Ramadhani, P. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
di Ruang Penyakit Dalam RS TK III Dr. Reksodiwiryo Padang pada Tahun 2018.
RARA, A. Y. U. D. K. B. S. R. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS SEPSIS+ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG ICU
CENTRAL RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA. STIKES HANG TUAH SURABAYA.
Riana, N. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN GANGGUAN SISTEM
URINARIA AKIBAT CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD). Universitas Muhammadiyah
Sukabumi.
Rini, A. S. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman: Ansietas. Stikes Kusuma Husada
Surakarta.
Saepuloh, T. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease (Ckd) Dengan
Kelebihan Volume Cairan Diruang Marjan Bawah Rumah Sakit Umum Daerah Dr Slamet
Garut.
Safitri, L. N. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. H DENGAN CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN. STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
Sari, S. H. N., & Susanti, I. H. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN POLA
TIDUR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DENGAN INTERVENSI
TERAPI INSTRUMEN MUSIK DI RUANG EDELWEIS ATAS. Jurnal Inovasi
Penelitian, 3(4), 5713–5716.
SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi:Definisi dan Indikator Diagnostik 2016-
2017. Tim Penyusun: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Jakarta
SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan
2018. Tim Penyusun: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Jakarta.
SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
2018-2019. Tim Penyusun: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.N DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.N
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Candi Rt01/ Rw06, Candi, Ampel, Boyolali
Agama : Islam
Tanggal/Jam Masuk : 13 Juni 2023/ 19.47 WIB
Rumah Sakit : RSUD Pandan Arang Boyolali
Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Alamat : Candi Rt01/ Rw06, Candi, Ampel, Boyolali
Hubungan dengan Pasien : Keponakan
2. Keluhan Utama
Pasien Mengeluh Sesak Nafas dan Lemas
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang : Sehari sebelum masuk ke RS PandanArang Pasien
mengatakan lemas terus menerus sejak kemarin. Ada sesak nafas, yang memberat
hari ini dan juga mudah lelah.
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Keluarga pasien mengatakan memiliki Tn. N rutin cuci
darah dua kali dalam seminggu.
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
yang saat ini di alami oleh pasien
4. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a. Persepsi Kesehatan/ Penanganan Kesehatan
Keluarga pasien mengatakan sudah menjaga pola makan Tn.N dan juga rutin kontrol
ke RS bila ada yang sakit selalu dibawa ke Praktek dokter, Puskesmas ataupun Rumah
sakit.
b. Nutrisi/Metabolisme
1) Sebelum Sakit : Keluarga pasien mengatakan makan minum normal
 Frekuensi : 3x Sehari
 Jenis : Nasi, lauk, sayur, dan buah
 Porsi : 1 Porsi habis
 Keluhan : Tidak ada
2) Saat Sakit : Keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien sedikit kurang adanya
nafsu makan dan minum hanya sedikit.
 Frekuensi : 3x Sehari
 Jenis : Nasi, lauk, sayur, dan buah
 Porsi : ½ Porsi
 Keluhan : tidur tidak teratur
c. Eliminasi
1) Sebelum sakit
BAK : Pasien normal 5-6 kali/hari, ± 250 cc sekali, kuning, pancaran kuat,
bau amoniak, Total produksi 1.500cc/hari
BAB : Pasien normal 1 kali/hari, Lunak berbentuk, kuning kecoklatan,bau
khas
2) Saat Sakit
BAK : Pasien 5– 6 x sehari, ±250 cc sekali, kuning, pancaran kuat,
amoniak
Total produksi ± 1.500 cc/ Hari
BAK : Pasien 3 x sehari. Pasien tidak terpasang DC, kuning, amoniak,
Total ± 1.000 cc/ hari

d. Aktivitas/Latihan
1) Sebelum sakit : Keluarga mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari- hari
2) Saat sakit : pasien dapat melakukan aktivitas sehari- hari tetapi terbatas karena
lemas dan cepat lelah saat beraktivitas
3) Kemampuan melakukan aktivitas

Kemampuan Sebelum sakit Selama sakit


perawatan diri 1 2 3 4 1 2 3 4
Makan/minum V V
Mandi V V
Toileting V V
Berpakaian V V
Mobilitas di
V V
tempat tidur
Perpindah V V
ROM v v

Keterangan :
0 = mandiri
1 = dengan alat bantu
2 = dibantu dengan orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat bantu
4 = tergantung total

e. Tidur/Istirahat
1) Sebelum sakit : Keluarga dan pasien mengatakan pola tidur dan istirahat
normal 7-8 jam/hari
2) Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pola tidur dan istirahat terganggu
karena terpasang CDL pada leher pasien

Keterangan Sebelum sakit Selama sakit


Jumlah jam tidur siang 2– 3 Jam/ hari 1 Jam/ hari
Jumlah jam tidur malam 6– 7 Jam/ hari 5– 6 Jam/ hari
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Nyeri
Perasaan waktu bangun Nyaman Lemas

f. Perceptual Kognitif
1) Penglihatan
Konjungtiva anemis,pupil isokor,simetris kanan dan kiri
2) Pendengaran
Telinga bersih tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada nyeri, simetris.
3) Pengecap
Warna lidah keputihan,mukosa bibir kering,terlihat pucat
4) Penciuman
Fungsi penciuman baik, tidak ada gangguan polip maupun secrect.
g. Presepsi diri dan Konsep diri
1) Persepsi diri
1) Sebelum sakit : Pasien tidak pernah mengira akan terjadi penyakit seperti
ini
2) Saat sakit : Selama perawatan pasien mengatakan lebih tenang setelah
dirawat dan penanganan penyakitnya
2) Konsep diri
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan merasa percaya diri akan dirinya
2) Saat sakit : Pasien ingin cepat pulang dan tidak merasa malu akan
penyakitnya sehingga cepat bertemu keluarganya.
h. Peran- hubungan
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga
maupun lingkungan
2) Saat sakit : Selama perawatan pasien mengatakan tetap berhubungan baik
dengan keluarga dan lingkungan, saat pasien masuk RS terlihat sangat
kooperatif.
i. Seksualisasi dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 38 tahun dan sudah menikah
j. Manajemen koping-stress
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan saat merasa banyak pikiran pasien bisa
menangani dan mengambil keputusan secara mandiri
2) Saat sakit : Pasien mengatakan saat mengambil keputusan butuh bantuan dan
dukungan keluarga
k. System nilai dan keyakinan
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan bahwa beragama Islam, sholat 5 waktu
2) Saat sakit : Pasien mengatakan tidak bisa sholat karena sakit

5. Pemeriksaan TTV
a. TTV
Keadaan umum: Sedang
Tekanan darah : 160/80 mmHg
Pernafasan : 24x/mnt
Nadi : 112x/mnt
Suhu : 36,0 C
BB : 50kg

6. Pemeriksaan Head to toe


1) Kepala : simetris, tidak ada lesi
2) Mata :
Ukuran pupil : 2-3 cm
Reaksi cahaya : Mata kanan dan kiri (+)
Bentuk : Simetris anemis mata kanan dan kiri
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Fungsi Pengelihatan : tidak ada gangguan penglihatan
Alat bantu : tidak ada
Tanda-tanda radang : tidak ada
Operasi : tidak pernah
3) Hidung :
Reaksi Alergi : tidak ada
Perdarahan : tidak ada
4) Mulut dan tenggorokan :
Kesulitan berbicara : tidak ada masalah
Kesulitan menelan: tidak ada masalah
5) Pernafasan :
Suara paru : Vesikuler
Pola nafas : tidak teratur
Batuk : tidak ada
darah : tidak ada
Sputum : tidak ada
Nyeri dada : tidak
Sirkulasi : Nadi perifer :tidak teratur
Capillary refill : < 2 detik
Suara jantung : lub dan dub
Suara jantung tambahan : tidak ada
Irama jantung (monitor EKG) :Bj S1-S2, tidak ada gallop, tidak bising murmur
Nyeri dada : tidak ada
Edema : tidak ada
Palpasi : terdapat pembesaran jantung(cardiomegaly)
Clibbing finger : tidak ada
6) Keadaan ekstermitas:
- Ektermitas atas dan bawah tidak ada edema
- Tidak sianosis
- Tonus otot baik
7) Kekuatan otot 4
- Pergerakan terbatas
- Terpasang infus natrium klorida 1x21 tetes/menit,
- Syncope: tidak ada
8) Neurosis :
- Tingkat kesadaran : compos mentis GCS: (E4:V5:M6)
- Disorientasi : tidak ada masalah
- Riwayat : tidak ada riwayat
- Epilepsy/kejang/Parkinson : tidak ada
- Reflek : normal
Pergerakan ekstermitas : terbatas
9) Muskuloskeletal :
Nyeri : sedang
Kekuatan otot :4
Ekstremitas atas : simetris, normal
Ekstremitas bawah : simetris, normal
10) Kulit :
Warna : sawo matang
Integritas : normal
Turgor : sedang
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal 13 Juni 2023 ,jam 19.47 WIB
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI METODE
RUJUKAN

HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
9,4 L g/dL 14.0 ~ 18.0 Colorimetric
 hemoglobin
13050 H /uL 4000 ~ 10000 Flow cytometry
 lekosit

hitung jenis lekosit 1.80 % 1~5 Flow cytometry


- eosinofil 1.00 H % 0~1 Flow cytometry
- basofil 64.10 % 50 ~ 60 Flow cytometry
- neutrofil 23.00 % 20 ~ 40 Flow cytometry
segmen 10.10 % 2~8 Flow cytometry
- limfosit 230 /uL 20 ~ 500
- monosit 120 H /uL 0 ~ 100
- total eosinofil 8300 H /uL 2000 ~ 7000
- total basofil 2970 /uL 800 ~ 4000
- total neutrofil 1310 H /uL 120 ~ 1200 Autocounter
- total lymphosit 28 % 33.0 ~ 45.0 Impedance
- total monosit 281 10/uL 154 ~ 386 Impedance
- hematokrit 3.38 juta/uL 4.3 ~ 6.3
- trombosit
RBC HC
- eritrosit 84.0 L fL 80 ~ 100 Kalkulasi
index eritrosit 27.7 L pg 27 ~ 32 Kalkulasi
- mcv 33.0 g/dL 32.0 ~ 36.0
- mch 15.4 % 11.5 ~ 14.5
- mchc
- rdw-cv
IFCC
kimia klinik 24 U/L < 31 IFCC
fungsi hati 29 U/L < 31
 ast (sgot) Urease-UV
143 mg/dL 10 ~ 50 Jaffe
 alt (sgpt)
12.8 mg/dL 0.6 ~ 1.1
fungsi ginjal
4.69 mL/mnt/
 ureum
1.7
kreatinin ISE
3m
egfr (mdrd) 135 135 ~ 148 ISE
26.1 mmol/L 3.5 ~ 5.3 ISE
elektrolit 99 98 ~ 107
mmol/L
 natrium (na)
 kalium (k) mmol/L
 klorida (cl)
Rapid Test
Non Reaktif Non Reaktif

hepatis marker
 HBsAg

8. Terapi Pengobatan

Nama Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi


obat obat pemberia
n
Dextrose 20 tpm Intra vena Pencegahan hipoglikemia Hipersensitive
Infus 10% terhadap
dextrose
Furosemid 3 x 2 amp Intra vena untuk tata laksana overload Hipersensitive
e cairan dan edema yang terhadap
disebabkan karena gagal furosemide
jantung, sirosis hati
Pycin 3 x 1,5 Intra vena mengatasi infeksi bakteri Hipersensitive
vial yang rentan terhadap
ampisilin,
sulbaktam
Omeprazo 2x1 Intra vena Menuurunkan produksi asam Hipersensitive
le tablet yang berlebih pada lambung terhadap
omeprazole
Nac 3 x1 tablet Oral Untuk mengencerkan dahak Hipersensitive
terhadap obat
tersebut
Asam 1x1 Oral Untuk pembentukan DNA Hipersensitive
folat tablet dan RNA serta pembentukan terhadap asam
asam amino folat
Calcitriol 1x1 Oral Diresepkan pada pasien Yang memiliki
tablet gangguan ginjal kronis untuk kadar kalsium
asupan vitamin D atau vitamin D
yang tinggi
dalam darah dan
memiliki alergi
pada obat ini
Tanapres 1x1 Oral Untuk pasien gangguan Pasien yang
5 mg tablet ginjal, hipertensi berat atau menjalankan
hipertensi parenkim ginjal dialisis dengan
AN 69
Clonidinn 3x1 Oral Membantu mengurangi Hipersensitive
tablet hipertensi terhadap obat
tersebut
Adalat 1x1 Oral Untuk menangani hipertensi Hipersensitive
oros 1 x 1 tablet terhadap
nifedipine

9. Analisa Data

NO TGL/ JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. 13 Juni 2023 DS : Pola nafas Depresi pusat
21.15 - Pasien tidak efekif pernafasan
mengatakan sesak
nafas dan
memberat hari ini

DO :
- Pasien tampak
lemas
- Pasien hanya
tidur di tempat
tidur saja
- TTV
Tekanan Darah :
160/80 mmHg
Nadi : 112
x/menit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 24
x/mnt
Gds : 110
SPO2 : 98
3. 13 Juni 2023 DS : Keletihan Kondisi
21.15 - Klien mengeluh fisiologis
lemas
- Klien
mengatakan cepat
lelah saat
beraktivitas
- Klien
mengatakan
tubuhnya lemah
dan sesak

DO :
- TTV
Tekanan Darah :
160/80 mmHg
Nadi : 112
x/menit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 24
x/mnt
Gds : 110
SPO2 : 98

10. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Diagnosa

1. Pola nafas tidak efekif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan


dibuktikan dengan pasien kesulitan bernafas dan mengeluh sesak nafas
2. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis dibuktikan dengan pasien
mengatakan lemas dan cepat lelah saat beraktivitas

11. Perencanaan Tindakan Keperawatan

DIAGNOS TUJUAN DAN


TGL TTD/
A KRITERIA
N / INTERVENSI NAMA
KEPERA HASIL
O JAM
WATAN
1. 13 Pola nafas Setelah di Manajemen Jalan Rifka
Juni tidak lakukan Napas : I. 01011
2023 efekif tindakan Observasi
21.1 berhubung keperawatan 4. Monitor pola
5 an dengan selama 3 x 24 napas
depresi jam pola napas (frekuensi,
pusat adekuat. kedalaman,
pernapasa Ekspetasi : usaha napas)
n membaik 5. Monitor bunyi
Kriteria hasil : napas
Pola Napas tambahan
(L: 01004) : (mis :
 Ventilasi gurgling,
semenit mengi,
meningkat wheezing,
 Kapasitas ronkhi kering)
vital 6. Monitor
meningkat sputum
(jumlah,warna
 Tekanan ,aroma)
ekspirasi Terapeutik
meningkat 7. Pertahankan
 Tekanan kepatenan
inspirasi jalan napas
meningkat dengan head-
 Pernapasan tilt dan chin-
cuping lift (jaw trust
hidung jika curiga
menurun trauma
 Ekskrusi servikal)
dada 8. Posisikan
membaik semi-fowler
atau fowler
9. Berikan
minum hangat
10. Lakukan
fisioterafi
dada, jika
perlu
11. Keluarkan
sumbatan
benda padat
dengan forsep
McGill
12. Berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
3. Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
4. Ajarkan
teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

2. 13 Keletihan Setelah Edukasi aktivitas Rifka


Juni berhubung dilakukan dan
2023 an dengan intervensi istirahat (I.12362)
21.1 kondisi keperawatan Observasi :
5 fisiologis selama 3 x 24 1. Identifikasi
jam, maka kesiapan dan
tingkat keletihan kemampuan
menurun, menerima
dengan kriteria informasi
hasil:
Terapeutik :
Tingkat 4. Sediakan materi
keletihan dan media
(L.05046) pengaturan
 Verbalisa aktivitas dan
si istirahat
kepulihan 5. Jadwalkan
energi pemberian
meningka Pendidikan
t Kesehatan sesuai
 Tenaga kesepakatan
meningka 6. Berikan
t kesempatan
 Kemampu kepada pasien
an dan keluarga
melakuka untuk bertanya
n aktivitas Edukasi
rutin 6. Jelaskan
meningka pentingnya
t melakukan
 Verbalisa aktivitas
si Lelah fisik/olahraga
menurun secara rutin
 Lesu 7. Anjurkan
menurun terlibat dalam
aktivitas
kelompok,
aktivitas
bermain atau
aktivitas
lainnya
8. Anjurkan
menyusun
jadwal aktivitas
dan istirahat
9. Ajarkan cara
mengidentifika
si kebutuhan
istirahat (mis:
kelelahan,
sesak napas
saat aktivitas)
10. Ajarkan cara
mengidentifika
si target dan
jenis aktivitas
sesuai
kemampuan

12. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan / Implementasi

N TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD/


O / KEPERAWATA RESPON NAM
JAM N A
1. 13 Pola nafas tidak Monitor pola napas S: Rifka
Juni efekif (frekuensi, Pasien mengatakan
2023 berhubungan kedalaman, usaha terasa sesak saat
21.1 dengan depresi napas) bernafas
5 pusat
pernapasan O:
TTV
Tekanan Darah :
160/80 mmHg
Nadi : 112 x/menit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 24 x/mnt
2. 21.4 Monitor bunyi napas S :Pasien
5 tambahan (mis : mengatakan dada
gurgling, mengi, masih sesak
wheezing, ronkhi O : wheezing (+)
kering)
3. 22.0 Monitor sputum S : pasien Rifka
5 (jumlah,warna,arom mengatakan Ketika
a) batuk dahak susah
keluar
O : pasien
mendapatkan terapi
nebulizer
4. 06.5 Memposisikan semi S : pasien Rifka
5 fowler mengatakan
posisinya sudah
nyaman

O : pasien tampak
posisi setengah
duduk
Memberikan S : pasien
minum hangat bersedia
minum
hangat
O : pasien telah
minum hangat yang
diberikan oleh
keluarganya
Memberikan S : pasien
oksigen mengatakan
sesak
O : pasien
tampak
memakai
oksigen
nasal kanul 5
lpm
Mengajarka S : pasien
n Teknik mengataka
batuk n bersedia
efektif diajarkan
Teknik
batuk
efektif
O : pasien tamppak
paham yang
dijelaskan oleh
perawat
Mengkolaborasi S:-
peberian terapi O : jenis obat yang
nebulizer diberikan ventolin
nebb
5. 14 Keletihan -Mengidentifikasi S: Rifka
Juni berhubungan kesiapan dan - Pasien mengatakan
2023 dengan kondisi kemampuan siap dan mampu
08.1 fisiologis menerima informasi menerima informasi
0 -Menjelaskan - Pasien mengatakan
pentingnya mengerti tentang
melakukan aktivitas pentingnya
fisik/olahraga secara melakukan olahraga
rutin
O:
- Pasien tampak
termotivasi untuk
mendapatkan
informasi kesehatan
6. 10.0 Mengajarkan cara S: Rifka
0 mengidentifikasi Pasien mengatakan
kebutuhan istirahat sudah memahami
(mis: kelelahan, akan pentingnya
sesak napas saat kebutuhan istirahat
aktivitas)
O:
Pasien mampu
mengidentifikasi
kebutuhan istiharat
dan tidurnya
7. 12.0 Pola nafas tidak Monitor pola napas S : pasien Rifka
0 efekif (frekuensi, mengatakan saat
berhubungan kedalaman, usaha bernapas terasa
dengan depresi napas) sesak mulai
pusat berkurang
pernapasan
O : pasien
tterpasang nasal
kanul 3 lpm
Spo2 : 99%
RR : 22x/ menit
8. 13.0 Monitor bunyi napas S : pasien Rifka
6 tambahan (mis : menngatakan dada
gurgling, mengi, masih sesak
wheezing, ronkhi
kering) O : wheezing (+)
9. 09.0 Monitor sputum S : pasienn Rifka
0 (jumlah,warna,arom mengatakan ktika
a) batuk dahak sudah
keluar sedikit

O : pasien
mendapatkan
tterapi nebulizer

10. 13.1 Memberikan S : pasien Rifka


5 oksigen mengatakan
sesak mulai
berkurang
O : pasien tampak
memakai nasal
kanul 3 lpm

11. 14.0 Mengkolaborasi S:- Rifka


0 peberian terapi O : jenis obat
nebulizer yang
diberikan
venntalin
nebb

12. 15 Keletihan Menganjurkan S:


Juni berhubungan menyusun jadwal - Pasien mengatakan
2023 dengan kondisi aktivitas dan siap dan mampu
07.0 fisiologis istirahat menerima informasi
0
O:
-Pasien sangat
koperatif
Mengajarkan cara S:
mengidentifikasi Pasien mengatakan
kebutuhan istirahat sudah memahami
(mis: kelelahan, akan pentingnya
sesak napas saat kebutuhan istirahat
aktivitas)
O:
Pasien mampu
mengidentifikasi
kebutuhan istiharat
dan tidurnya
Pola nafas tidak Monitor pola napas S : pasien
efekif (frekuensi, mengatakan
berhubungan kedalaman, usaha saat bernapas
dengan depresi napas) suudah tidak
pusat sesak
pernapasan
O:
spo2 : 99 %
Rr : 20x/ menit

Monitor bunyi napas S : pasien


tambahan (mis : mengatakan
gurgling, mengi, dada sudah
wheezing, ronkhi tidak sesak
kering) O:
wheezing (-)

Monitor sputum S : pasien


(jumlah,warna,arom mengatakan s u d a h
a) jarang batuk , dahak
sudah keluar
banyak

O : pasien tidak
mendapat terapi
nebulizer

13. Evaluasi
Evaluasi Formatif Hari Pertama

NO TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI TTD/ NAMA


KEPERAWATAN
1. 13 Juni Pola nafas tidak S : Pasien mengeluh sesak Rifka
2023 efekif nafas memberat hari ini
berhubungan O:
dengan depresi -Pasien tampak lemas
pusat pernapasan -Keadaan umum sedang
-Kesadaran compos mentis
-TTV :
Tekanan Darah : 160/80
mmHg
Nadi : 112 x/menit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 24 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
(pola nafas tidak efektif)
P : Lanjutkan intervensi
- Usg thorax dengan
marker

2. 13 Juni Keletihan S: Rifka


2023 berhubungan - Keluarga pasien
dengan kondisi mengatakan pasien tampak
fisiologis lemas karena sesak nafas
yang memberat
-Keluarga pasien
mengatakan pasien cepat
lelah jika melakukan
aktivitas
O:
- Keadaan umum sedang
- Kesadaran compos mentis
-TTV :
Tekanan Darah : 160/80
mmHg
Nadi : 112 x/menit
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 24 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Evaluasi Formatif Hari Kedua

NO TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI TTD/ NAMA


KEPERAWATAN
1. 14 Juni Pola nafas tidak S: Rifka
2023 efekif - Pasien masih mengeluh
berhubungan sesak nafas
dengan depresi O:
pusat pernapasan - Keadaan umum sedang
- Kesadaran compos mentis
- TTV :
TD : 150/100
S : 36
RR : 20
N : 99
A : Masalah belum teratasi
( Gangguan Pola Nafas )
P : Lanjutkan intervensi
- Hari ini punksi
2. 14 Juni Keletihan S: Rifka
2023 berhubungan -Pasien mengatakan lemas
dengan kondisi sudah berkurang tetapi
fisiologis masih cepat lelah jika
melakukan aktivitas
O:
- TTV :
TD : 150/100
S : 36
RR : 20
N : 99
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Evaluasi Submatif

NO TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI TTD/ NAMA


KEPERAWATAN
1. 15 Juni Pola nafas tidak S: Rifka
2022 efekif -Pasien mengatakan sudah
berhubungan tidak sesak nafas
dengan depresi
pusat pernapasan O:
-Pasien tampak sudah tidak
lemas
-Pasien sudah tidak
terpasang nasal kanul
- TTV :
TD : 160/80
N : 110
S : 36
RR : 24
SPO2 : 98
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

2. 15 Juni Keletihan S: Rifka


2023 berhubungan -Pasien mengatakan sangat
dengan kondisi terbantu dengan cara
fisiologis kontrol aktivitas yang
diajarkan oleh perawat
-Pasien mengatakan lemas
sudah tidak dirasakan
-Pasien mengatakan sudah
bisa melakukan banyak
aktivitas
O:
-Pasien sudah tidak merasa
lemas dan asik mengobrol
dengan keluarga
- TTV :
TD : 160/80
N : 110
S : 36
RR : 24
SPO2 : 98
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai