“GANGGUAN GINJAL “
DISUSUN OLEH :
1. HAFIZAH (2030122026)
2. INDRI SUSTIA RAHMI (2030122029)
3. INTAN SUCI MAYASARI (2030122030)
4. IRFAN HARDIANSYAH (2030122031)
5. KHUSNUL KHOTIMAH (2030122032)
6. LATIFA ANNISA (2030122033)
7. LINA PERMATASARI (2030122034)
8. MEILANI VERONICA (2030122036)
9. MELZY PUTRI SANI (2030122037)
10. MEMI MEIYUNI (2030122038)
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
Ginjal”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pelayan
Monitoring efek Terapi, Analisis DRP untuk kasus yang dibahas serta
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penyusun
I. Patofisiologi agal ginjal
GGK
Hipertensi RetensiNa+air
↑Cairan intravaskuler
Sesak
2012)
fungsi ginjal atau penurunan masa ginjal. Pengurangan masa ginjal menyebabkan
hipertrofi struktur dan fungsi dari nefron. Hipertrofi ini diperantarai oleh molekul
diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses
adaptasi ini berlangsung singkat dan diikuti oleh proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi
nefron yang progresif. Beberapa hal yang juga berperan terhadap progresifitas
Pada stadium paling dini penyakit gagal ginjal kronik, terjadi kehilangan
daya cadang ginjal, pada keadaan dimana GFR masih normal atau malah
meningkat. Kemudian secara perlahan akan terjadi penurunan fungsi nefron yang
progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai pada nilai GFR sebesar 60, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimptomatik), tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Pasien akan mulai mengeluhkan nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan
kurang, dan penurunan berat badan ketika nilai GFR 30. Ketika nilai GFR sudah
<30 dan diatas 15, pasien akan memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang
metabolism fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah, dan sebagainya. Pasien
juga mudah terkena infeksi, baik infeksi saluiran kemih, saluran napas, maupun
saluran cerna.Selain itu keseimbangan elektrolit juga akan terganggu, antara lain
Na dan K. Pada nilai GFR < 15, akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (Renal Replacement
Therapy) antara lain dialysis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien
Infeksi saluran kemih bias terjadi pada pasien penderita GGK dengan he-
modialisis yang kurang higenis dan atau karena adanya ketidakseimbangan el-
ektrolit. Infeksi bermula apabila bakteri masuk kedalam urin dan mulai tumbuh.
Proses infeksi ini biasanya pada pembukaan uretra di mana urin keluar dari tubuh
dan masuk naik kedalam traktus urinari. Biasanya, dengan miksi ia dapat menge-
luarkan bakteri yang ada dari uretra tetapi jika bakteri yang ada terlalu banyak,
proses tersebut tidak membantu. Bakteri akan naik keatas saluran kemih hingga
kandung kemih dan bertumbuh kembang hingga menjadi infeksi. Infeksi bias
berlanjut melalui ureter hingga keginjal. Di ginjal, peradangan yang terjadi dise-
but pielonefritis yang akan menjadi keadaan klinis yang serius jika tidak teratasi
Kondisi gagal ginjal akut disebabkan oleh 3 faktor pemicu yaitu pre renal,
renal dan post renal. Ketiga factor ini memiliki kaitan yang berbeda-beda. Pre
renal berkaitan dengan kondisi dimana aliran darah (blood flow) ke ginjal men-
ini, maka GFR (Glomeruler Filtration Rate) akan mengalami penurunan dan
meningkatkan reabsorbsi tubular. Untuk factor renal berkaitan dengan adanya ke-
rusakan pada jaringan parenkim ginjal. Kerusakan ini dipicu oleh trauma maupun
penyakit-penyakit pada ginjal itu sendiri jaringan yang menjadi tempat utama fisi-
ologis ginjal, jika rusak akan mempengaruhi berbagi fungsi ginjal. Sedangkan
factor post renal berkaitan dengan adanya obstruksi pada saluran kemih, sehingga
akan timbul stagnansi bahkan adanya refluks urine flow pada ginjal. Dengan
demikian beban tahanan / resistensi ginjal akan meningkatkan dan akhirnya men-
al Ginjal Akut (GGA). Jika GGA sudah berkembang, tujuannya adalah unt
09).
Tatalaksana preventif
antioksidan.
Tatalaksana kuratif
Tujuan utama terapi penurunan lipid pada gagal CKD adalah untuk
gagal ginjal tetapi tidak dengan transplantasi ginjal. Statin atau statin/ezetimibe
kombinasi untuk umur >50 tahun dengan GFR < 60 ml/min/1.73m2, tetapi tidak
c. Anemia
15 – 50%
epoetin alfa
d. Gagal ginjal akut
baseline pra-ARF
Terapi Farmakologi
Terapi diet rendah protein (0,6 sampai 0,75 g/kg/hari) dapat membantu
inhibitor ACE.
fungsi yang perlu untuk menjamin terapi obat kepada pasien yang aman,
efekasi terapi.
1) Monitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, denyut nadi, nafas,
obat.
2) Tes harian lainnya berupa : urinalisis, tes darah untuk mengukur elektrolit
5) Monitoring ada atau tidak efek yang diinginkan diberikan oleh obat untuk
belumm
berupa
fungsi yang perlu untuk menjamin terapi obat kepada pasien yang aman,
masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respons
pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal
tidak dikehendaki. Aspek ini merupakan bagian penting dalam standar akreditasi
RS versi KARS 2012, khususnya dalam Bab MPO (Manajemen dan Penggunaan
Obat).
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi
pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), serta
dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan ataupun
kegagalan terapi dapat diketahui. PTO merupakan bagian dari tugas pokok dan
menerima polifarmasi.
Adapun pasien dikatakan menerima obat dengan risiko tinggi, yaitu bila
menerima:
Sitostatika (contoh: metotreksat)
sebagai berikut:
S (Subjective)
Contoh : pusing, mual, nyeri, sesak nafas.
O (Objective)
diagnostik.
A (Assessment)
P (Plans)
Pemeriksaan TTV
Parameter Hasil
Tekanan darah 120/90 mmHg
Nadi 84x/ menit
Nafas 20x/menit
Suhu 37˚C
Pemeriksaan laboratorium
Parameter Hasil pemeriksaan Nilai normal Keterangan
Ureum 17 mg/dl Pada wanita 6-21 Normal
mg/dl
Serum kreatinin 3.3 mg/dl 0,6-1,3 mg/dl Tidak normal
Kadar albumin 2.5 g/dl 0-0,04g/dl Tidak normal
Kolesterol total 340 mg/dl 200-239 mg/dl Tidak normal
Kolesterol LDL 220 g/dl 100-129 mg/dl Tidak normal
Pemeriksaan urine
Parameter Hasil pemeriksaan Nilai normal Keterangan
Mikroskopis
- Warna - Kuning - Kuning - Normal
- Kejernihan - Keruh muda - Tidak
- jernih normal
Kimia
- Bj - 1,025 - 1,003 - Normal
- pH - 6,5 -1,030 - Normal
- Protein - +3 - 4,6-8 - Tidak
- Glukosa - Negative - Negative normal
- Bilirubin - Negative - Negative - Normal
- Eritrosit - +3 - Negative - Normal
- Negative - Tidak
normal
Mikroskopis
- Leukosit - 18-24 - Negative - Tidak
- Eritrosit /LPB - Negative normal
- Slinder - 20-25 - Tidak
Gambar /LPB - Negative normal
slinder - Negative
Lico slinder - 5-7 - Negative - Tidak
Erit slinder - 2-3 - Negative normal
- Epitel - 2-3 - Tidak
- +2 normal
- Tidak
normal
- Tidak
normal
II. Subyektif
2.1 Keluhan utama
- Mata sembab sejak 3 hari yang lalu
- Nyeri perut
- Pinggang sakit
- Pasien merasa mual tapi tidak muntah
- Buang air besar normal
- Buang air kecil tersendat sendat
2.2 Keluhan tambahan
-
2.3 Riwayat penyakit dahulu
- Sindrom nefrotik
2.4 Riwayat pengobatan
-
2.5 Riwayat penyakit keluarga
-
2.6 Alergi obat
-
III. Obyektif
3.1 Tanda vital
Parameter Normal Hasil Keterangan
120/80 mmHg Pasien tidak
Tekanan darah 120/90 mmHg (Normal) mengalami
hipertensi
Nadi 50-90x/ menit 84x/ menit (Normal)
13-16x / menit Meningkatny
a nilai RR
20x/menit (Tidak mengindikasi
Nafas
Normal) kan pasien
mengalami
CVD
Suhu 36,5 ˚C -37,5 ˚C 37˚C (Normal)
IV. Assesment
4.1 Terapi pasien
Obat Golongan Indikasi Dosis
(rute)
IVFD NaCl 0,9 % Mengganti cairan tubuh /24 jam
Ranitidine injeksi Antagonis Tukak lambung, tukak 2 x 1 iv
reseptor H2 duodenum, refluks
esofagitis
Metil prednisolone 4 mg Kortikosteroid Antiinflamasi, alergi, 3 x 1 po
tablet penyakit hematologi
Spironolakton 100 mg Diuretik Edema, sindroma 1 x 1 po
tablet hemat kalium nefrotik
Ulsafate syrup 3x 1 C
po
Furosemide 40 mg tablet Loop diuretik Edema, asites, sindrom 1 x 1 po
nefrotik
Sucralfat syrup Sukralfat Tukak lambung, tukak 3x1C
duodenum po
Simvastatin 20 mg tablet Hipolipidemik Menurunkan kolesterol 1x1
malam
masalah terkait obat (Hepler dan Strand). Masalah yang dapat ditemukan antara
dengan obat.
diperlukan.
3. Pemilihan obat yang tidak tepat. Pasien mendapatkan obat yang bukan
7. Interaksi obat
Dalam PTO, petugas perlu memahami jenis-jenis efek samping obat
sebagai berikut.
Reaksi alergi
Reaksi idiosinkratik
Namun, Anda harus segera menghubungi dokter jika ada efek samping
berikut:
- Demam
- Gatal-gatal atau ruam
- Suara serak
- Iritasi
- Dada sesak
b. Ranitidin injeksi
1) Efek samping ranitidin dapat dibagi per sistem organ sebagai berikut:
sangat jarang
segera dihentikan
reversibel
1) Terdapat perbedaan dosis dan jadwal minum untuk obat ini. Anda
2) Perhatikan selalu dosis yang diresepkan untuk Anda dan ukuran tablet
4) Jika Anda diharuskan meminum obat ini dalam dosis yang berbeda-
beda setiap hari, atau jika Anda diminta meminum obat ini hanya
kondisi bisa menjadi lebih parah, atau Anda bisa mengalami gejala
dihentikan.
6) Cari bantuan tenaga medis segera jika Anda mengalami reaksi alergi
obat:
- Gatal-gatal
- Kesulitan bernapas
kejang
parah, sering buang air kecil, kaki tidak nyaman, lemah otot dan
perasaan lumpuh)
berupa:
Tidak semua orang mengalami efek samping berikut ini. Mungkin ada
apoteker Anda. Informasikan dokter jika kondisi Anda tidak membaik atau malah
memburuk.
d. Spironolakton tablet
antara lain:
Sakit kepala.
Mengantuk.
Gangguan lambung.
Kebingungan mental.
Ruam kulit.
Ginekomastia (pembesaran jaringan kelenjar payudara yang terjadi
pada pria)
kesehatan.
e. Ulsafate sirup
Diare.
Mual.
Muntah.
Buang angin.
Mengantuk.
Sakit perut.
Sakit kepala.
Mulut kering.
Gatal.
2) Perhatian Khusus
Pasien yang memiliki masalah pada perut atau usus seperti waktu
f. Furosemide tablet
1) Ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi jika furosemide
nonsteroid (OAINS)
g. Sucrafalt syrup
1) Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi sukralfat
adalah:
Konstipasi
Sakit kepala
Mulut kering
Pusing
Diare
Insomnia
Perut kembung
Mual atau muntah
2) Periksakan ke dokter jika efek samping di atas tak kunjung reda atau
justru semakin memburuk. Segera temui dokter bila terjadi reaksi alergi
obat yang bisa ditandai dengan munculnya ruam yang gatal di kulit,
kesulitan bernapas, atau bengkak pada bibir dan kelopak mata, setelah
mengonsumsi sucralfate. (Bramhall, 2020)
h. Simvastatin tablet
1) Efek Samping Mengonsumsi Simvastatin
Semua obat berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk
simvastatin. Beberapa efek samping yang dapat terjadi saat
mengonsumsi simvastatin adalah:
Bersin-bersin
Pilek
Sakit tenggorokan
Mual
Sembelit
2) Selain beberapa efek samping di atas, simvastatin juga bisa
menyebabkan gangguan pada organ hati. Segera periksakan diri ke
dokter bila muncul gejala di bawah ini:
Muntah
Sakit perut
Merasa sangat lelah
Urine berwarna gelap seperti teh
Mata dan kulit menguning
3) Periksakan ke dokter jika efek samping di atas tak kunjung reda atau
justru semakin memburuk.
(Ward et.al, 2019)
c. Skrining dan penilaian fungsi ginjal yang ditargetkan harus terjadi pada
Batine,J.R,Stoppler,M.C.
(ed),2009.UrinaryTractInfections.http://www.emedicinehealth.com/urin
ary_tract_infections/article_em.
Bramhall, S., Mourad, M. (2020). Is There Still a Role for Sucralfate in The
Treatment of Gastritis?. World Journal of Meta-Analysis. 8(1): 1-3.
Clark, K.; Lam, L. T.; Gibson, S.; Currow, D. "The effect of ranitidine versus
proton pump inhibitors on gastric secretions: a meta-analysis of randomised
control trials". 2009. Anaesthesia. 64 (6): 652–657
DiPiro, J.T., Barbara, G.W., Terry, L.S., and Cecily, V.D., 2012,
Pharmacotherapy Handbook 9th Edition, Mc. Graw Hill, Medical
Publishing Division, New York.
Hartono, A.,2005. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Buku Kedokteran.
Yogyakarta AHFS. AHFS Drug Information, American Society of Health System
Pharmacists. Bethesda: American Hospital Formulary Service; 2011.
Sharma MP, Ahuja V.Current Management of Acid Peptic Disorders. 2003. J Ind
Acad Clin Med. 4(3): 228-33
Ward, N., Watts, G., & Eckel, R. (2019). Statin Toxicity – Mechanistic Insights
and Clinical Implications. Circulation Research, 124(2), pp. 328-50.
Pinal-Fernandez, I., Casal-Dominguez, M., & Mammen, A. (2018). Statins: Pros
and Cons. Medicina Clinica, 150(10), pp. 398-402.