Kepada Yth,
Ketua Prodi S1 STIFIPerintis Padang
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :Hera purnama sari
NIM : 1604105
SehubungandenganakandilakukannyaSeminarhasil
sayadalambidangFarmakologi denganjudul“Isolasi dan Identifikasi Gen 16s
rRNA Bakteri Endofit AkarTanaman Pepaya (Carica Papaya L.) Serta
Aktivitas Antibakterinya”maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat
memberikan jadwal ujianseminar hasil.
Demikian Surat Permohonan ini saya buat, untukdapatdipertimbangkan.
AtasperhatianBapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Jurusan : Farmasi
IP KUMULATIF: 2,67
DRAFT PROPOSAL
Oleh :
NIM : 1604105
Judul Skripsi : Isolasi dan Identifikasi Gen 16s rRNA Bakteri Endofit Akar
Tanaman Pepaya (Carica Papaya L.) Serta Aktivitas
Antibakterinya”
1. Skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya saya sendiri, terhindar dari
unsur plagiarisme, dan data beserta seluruh isi skripsi tersebutadalahbenar
adanya.
2. Saya menyerahkan hak cipta dari skripsi tersebut Sekolah TinggiFarmasi
Indonesia Perintis Padang untuk dapat dimanfaatkan
dalamkepentinganakademis
Serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi
bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini. Semoga
Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.
benzil isotio sianat (Jzou et al., 2003). Daughari et al. (2007) telah meneliti
tentang aktivitas antibakteri dari akar pepaya (Carica papaya L.) terhadap
berbagai bakteri patogen dengan metode difusi agar. Akar pepaya diekstraksi
menggunakan air dan pelarut organik (metanol dan aseton). ekstrak metanol
mempunyai aktivitas antibakteri yang paling tinggi pada semua bakteri uji baik
bahwa ekstrak metanol akar pepaya (Carica papaya L.) mengandung senyawa
dilakukan dengan cara mengekstrak bagian dari tanaman tersebut. Cara ini tentu
tidak efektif, karena apabila tanaman obat tersebut terus-menerus diambil untuk
akan menurun, Namun cara efisien untuk memperoleh senyawa tersebut adalah
bakteri endofit dari akar pepaya dan uji aktivitas antibakteri akar pepaya (Carica
bernanah, radang selaput otak, dan racun pada makanandan E. coli dapat
menyebabkan diare yang ringan sampai sedang, bahkan dapat berakibat fatal
(Buchanan dan Gibbons 1974). serta mengisolasi bakteri endofit dari bagian akar
sekuensing gen 16S rRNA dinilai memberikan hasil yang akurat, dan
menunjukan hasil yang dapat digolongkan pada genus atau spesies tertentu
(Kattar et al., 2000). Gen 16S rRNA dapat digunakan sebagai penanda
bakteri endofit pada jaringan tanaman akar pepaya (Carica Papaya L.)
peneliti berikutnya.
1.5 Hipotesis
dengan PCR.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Cistales
Suku : Caricacea
Marga : Carica
Kates (Madura), Bali (Gedang), Kustela (Banjar), Bua medung (Dayak Busang),
Buah dong (Dayak Kenya), Kates (Sasak), Kampaya (Bima), Kala jawa
Papaya (Manado), Unti jawa (Makasar), Kaliki riaure (Bugis), Papai (Buru),
berkayu, silindris, berongga, putih, kotor. Daun tunggal, bulat, ujung runcing,
pangkal bertoreh, tepi bertoreh, tepi bergerigi, diameter 25-75 cm, pertulangan
menjari, panjang tangkai 25-100 cm, hijau. Bunga tunggal, bertekuk bintang, di
ketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada tandan
yang serupa malai, kelopak kecil, kapala sari bertangkai pendek atau duduk,
kuning, mahkota bentuk terompet, tepi bertajuk lima, bertabung panjang, putih
kekuningan. Bunga betina berdiri sendiri, mahkota lepas, kepala putik lima,
duduk, bakal buah beruang satu, putih kekuningan. Biji bulat atau bulat panjang,
kecil, bagian luar dibungkus selaput tipis yang berisi cairan, masih muda putih,
setelah tua hitam. Akarnya tunggang, bercabang bulat, putih kekuningan (Depkes,
2000).
saponin dan flavonoid. Daun dan akar juga mengandung polifenol dan biji
sebagai bahan obat malaria dan menambah nafsu makan. Akar dan bijinya
berkhasiat sebagai obat cacing, getah buah berkhasiat sebagai obat memperbaiki
pencernaan (Depkes, 2000). Pepaya bersifat manis dan netral. Akar berguna
perangsang kulit. Biji dapat dipakai untuk obat cacing dan peluruh haid. Buah
2.2 Bakteri
2.2.1 Definisi
Bakteri pertama kali ditemukan pada tahun 1683 oleh Antonie Van
bebas dan tidak berklorofil, mempunyai DNA dan RNA serta mampu
dan berkembang biak, memiliki habitat alami yang beragam seperti air, udara,
tanah, makanan dan organisme tingkat tinggi. Pada beberapa habitatnya bakteri
sebagai organisme normal, tetapi karena suatu keadaan tertentu jumlah bakteri
dapat bersimbiosis dengan organisme lain di alam, dimana simbiosis ini dapat
1993).
menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif
merupakan cairan sel yang terdiri dari 80% air. Selain air juga mengandung asam
1981).
batang atau silinder, membelah dalam satu bidang, basil dapat berupa batang
tunggal, berpasangan atau bentuk rantai pendek atau panjang. Bentuk basil ini
dapat dibedakan atas, Bentuk tunggal, yaitu basil yang terlepas satu sama lain
2. Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang berbentuk bulat atau oval, ada yang hidup sendiri
dan ada yang dijumpai hidup berpasangan, kubus atau membentuk rantai panjang,
bergantung pada caranya membelah diri kemudian melekat satu sama lain setelah
pembelahan. Bentuk kokus ini dapat dibedakan atas :Diplokokus, yaitu kokus
berempat. kemudian melekat satu sama lain setelah pembelahan, Bentuk kokus ini
serupa kubus.
3. Bentuk Spiral
Kelompok bakteri ini terdiri atas beraneka ragam bentuk bakteri berbentuk
silinder, yang bukan lurus seperti basil melainkan melingkar, Bakteri bentuk spiral
ini dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain: Vibrio, yaitu bakteri yang
benang-benang membelit atau berbentuk 's'. Spiril, yaitu dari kata spirilium yang
bakteri spiral. tetapi bakteri ini memiliki spiril yang bersifat fleksibel (mampu
1. Bakteri Gram positif, yaitu bakteri yang dapat mengikat zat warna pertama
(kristal violet) akan memberikan warna ungu dan setelah dicuci dengan
zat warna kedua (safranin), warna ungu pada bakteri tidak berubah. Contoh
2. Bakteri Gram negatif, yaitu bakteri yang kehilangan warna dari kristal violet
ketika dicuci dengan alkohol dan setelah diberi zat warna kedua (safranin).
Jika dilihat di bawah mikroskop, bakteri Gram positif akan berwarna ungu,
karena dapat menahan kompleks pewarna primer karbol gentian violet iodium
sampai akhir prosedur pewarnaan. Bakteri Gram negatif akan berwarna merah,
pembilasan alkohol, lalu terwarnai oleh pewarna tandingan air fuksin (Cappucino,
1987).
Gram disebabkan bakteri Gram positif memiliki dinding sel tebal yang akan
dinding sel bakteri Gram negatif mengandung banyak lipid yang larut dalam
alkohol pada saat pembilasan. Larutnya lipid memperbesar pori-pori dinding sel
melalui akar, namun bagian tanaman yang terpapar udara langsung seperti
bunga, batang, daun (melalui stomata) dan kotiledon, juga dapat menjadi jalur
masuk bakteri endofit. Bakteri endofit yang telah masuk ke dalam tanaman dapat
intersel (Zinniel dkk, 2002), akar, batang, daun dan buah (Simarmata dkk,
2007; Bacon dan Hinton 2006). Jumlah bakteri endofit di dalam tanaman tidak
dapat ditentukan secara pasti, namun bakteri ini dapat dideteksi dengan
dapat menjaga kelestarian tumbuhan obat, terutama jenis tumbuhan yang langka,
agar tidak dieksploitasi secara terus menerus yang akhirnya akan mengakibatkan
mutualisme antara bakteri endofit dengan tanaman, dalam hal ini bakteri
nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan selama hidupnya (Simarmata dkk,
2007).
resistensi tanaman inang terhadap patogen dan parasit, membantu fiksasi nitrogen,
tanaman, sekresi zat yang bersifat antagonis terhadap patogen atau melalui
kompetisi untuk memperoleh nutrisi dan ruang untuk melakukan kolonisasi
Bakteri endofit dapat diisolasi dari bagian bunga, buah, daun, batang, akar,
dan benih dari berbagai spesies tanaman. Umumnya bakteri endofit yang
Bakteri endofit adalah bakteri yang hidup di dalam jaringan tanaman inang
sebagai mekanisme resistensi untuk mengatasi serangan dari tanaman inang atau
cellulases and lipases, proteinase, á-1,4 glucan lyase and phosphatases (Tan dan
Zou, 2001).
pada tahun 1983, untuk merevolusi metodologi dari biologi molekuler. PCR
yaitu suatu proses yang didasarkan pada reaksi enzimatik in-vitro dalam
amplifikasi DNA pada target tertentu dengan cara mensintesis molekul DNA
baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target dengan bantuan
PCR berasal dari kata DNA polymerase yang merupakan enzim yang
berperan dalam replikasi DNA di dalam sel, disebut juga reaksi berantai (chain
menerus sampai dengan sejuta kopi DNA yang diinginkan (Mader 2001,
Dalam uji PCR, terdapat tiga langkah temperatur terkendali yang dapat
dilihat, dan siklus dari proses PCR ini dapat diulang berkisar antara 25─50
siklus. Menurut Bernard (1998) dalam Siregar dkk (2008), PCR merupakan
suhu 94oC, dikenal dengan tahap denaturasi. Tahap denaturasi ini biasanya
menjadi tempat bagi primer. Pada langkah kedua, primer menempel pada
sebaiknya menempel pada daerah yang spesifik. Semakin panjang primer, maka
semakin harus spesifik daerah yang diamplifikasi. Suhu yang tidak tepat
suhu yang dipilih berkisar antara 65oC─72oC. Suhu yang dipakai pada
proses ini tergantung dari jenis DNA polymerase yang dipakai. Langkah ini
dikenal dengan tahap pemanjangan atau elongasi. Produk PCR dari produk
yang berbeda akan menghasilkan panjang sekuen yang berbeda. Hal ini
1. Templat DNA
mengandung sekuen yang diinginkan maka tidak akan berhasil proses PCR,
namun sebaliknya jika ukuran DNA tidak terlalu panjang tetapi menggunakan
2. Primer
Panjang primer antara 20-30 basa. Untuk menentukan urutan primer, perlu
diketahui urutan nukleotida pada awal dan akhir DNA target. primer
(penempelan pada tempat yang tidak spesifik) dan akumulasi produk non
bila konsentrasi primer terlalu sedikit PCR menjadi tidak efisien sehingga
Biasanya digunakan Taq polimerase yang stabil pada suhu tinggi karena
enzim ini terisolasi dari Thermus aquaticus yang hidup pada sumber air
panas. Konsentrasi enzim yang dibutuhkan untuk PCR biasanya 0,5-2,5 unit.
(Sulistyaningsih, 2007).
sintesis DNA dalam proses PCR yang terdiri dari dATP, dGTP, dCTP, dan
dan ketepatan PCR meningkat pada konsentrasi dNTP yang lebih rendah
(Sulistyaningsih, 2007).
5. Larutan Buffer
konsentrasi ion Mg2+ merupakan hal yang penting. Konsentrasi ion ini
aktivitas dan ketepatan enzim Taq polimerase. PCR harus mengandung 0,5-
2,5 µM Mg2+ dari total konsentrasi dNTP. Konsentrasi yang lebih tinggi akan
Ada tiga tahapan penting dalam proses PCR yang selalu terulang dalam
1. Denaturasi
proses pembukaan DNA untai ganda menjadi DNA untai tunggal. Ini biasanya
berlangsung sekitar 3 menit, untuk meyakinkan bahwa molekul DNA
secara cepat, dan ini mengakibatkan gagalnya proses PCR. Adapun waktu
denaturasi yang terlalu lama dapat mengurangi aktifitas enzim Taq polymerase.
Aktifitas enzim tersebut mempunyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5
Kriteria yang umum digunakan untuk merancang primer yang baik adalah
bahwa primer sebaiknya berukuran 18–25 basa, mengandung 50–60 % G+C dan
untuk kedua primer tersebut sebaiknya sama. Sekuens DNA dalam masing-
masing primer itu sendiri juga sebaiknya tidak saling berkomplemen, karena hal
ini akan mengakibatkan terbentuknya struktur sekunder pada primer tersebut dan
mengurangi efisiensi PCR. Waktu annealing yang biasa digunakan dalam PCR
36oC sampai dengan 72oC, namun suhu yang biasa dilakukan itu adalah antara 50
– 60oC.
3. Pemanjangan Primer
primer dari ujung 3’. Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada
konsentrasi garam dan molekul DNA target. Dengan demikian untuk produk PCR
dengan panjang 2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk
tahap perpanjangan primer ini. Biasanya di akhir siklus PCR waktu yang
digunakan untuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit sehingga seluruh produk
sehingga pada akhir siklus akan diperoleh molekul-molekul DNA rantai ganda
yang baru yang merupakan hasil polimerasi dalam jumlah yang jauh lebih banyak
elektroforesis gel agarosa. Metode ini terdiri atas menginjeksi DNA ke dalam gel
agarosa dan menyatukan gel tersebut dengan listrik. Hasilnya untai DNA kecil
pindah dengan cepat dan untai yang besar diantara gel menunjukkan hasil positif.
PCR yaitu biaya PCR yang masih tergolong tinggi. Selain itu kelebihan lain
metode PCR dapat diperoleh pelipatgandaan suatu fragmen DNA (110 bp,5x10-9
mol) sebasar 200.00 kali setelah dilakukan 20 siklus reaksi selama 220 menit.
diperlukan hanya sekitar 1 mM dari reaski ini biasa dilakukan dalam volume 50-
100 ul. DNA cetakan yang digunakan juga tidak perlu dimurnikan terlebih dahulu
sehingga metode PCR dapat digunakan untuk melipatgandakan suatu sekuen
DNA dalam genom bakteri hanya dengan mencampukan kultur bakteri di dalam
tabung PCR.
dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yakni dilusi atau difusi
a. Metode Dilusi
bertahap, baik dengan medium cair atau padat. Kemudian medium diinokulasi
bakteri uji dan dieramkan (Jawetz dkk., 2005). Tahap akhir metode ini, dilarutkan
antimikrobia dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara
dilusi cair dengan menggunakan tabung reaksi, tidak praktis dan jarang dipakai,
namun kini ada cara yang lebih sederhana dan banyak dipakai, yakni
mikrodilusi cair adalah bahwa uji ini memberi hasil kuantitatif yang menunjukkan
2005).
b. Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram
kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada medium padat yang
hambatan obat terhadap organisme uji (Jawetz dkk., 2005). Metode ini
dipengaruhi beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan
organisme (misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan
yang baik, bisa menentukan apakah bakteri peka atau resisten dengan cara
membandingkan zona hambatan standar bagi obat yang sama. Daerah hambatan
kepekaan pada obat dengan konsentrasi yang sama per millimeter medium, darah
Menurut Jawetz dkk. (2005), ada beberapa cara pada metode difusi ini,
yaitu:
1. Kirby-Bauer
dilakukan dengan membuat suspensi bakteri pada medium Brain Heart Infusion
dalam 0,5 ml BHI cair (diinkubasi 4-8 jam pada suhu 37°C) (Jawetz dkk., 2005).
medium tersebut dan kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 19-24 jam
a. Zona radical
Suatu daerah di sekitar piringan yang sama sekali tidak ditemukan
b. Zona iradical
dihambat oleh antibiotik tersebut, tapi tidak dimatikan. Disini akan terlihat adanya
pertumbuhan yang kurang subur atau lebih jarang dibanding dengan daerah di luar
2. Cara sumuran
37°C selama 18-24 jam. Dibaca hasilnya, seperti pada cara Kirby-Bauer (Jawetz
dkk., 2005).
standar, lalu diambil satu mata ose dan dimasukkan ke dalam 4 ml agar base 1,5%
dengan suhur 50oC (Jawetz dkk., 2005). Suspensi kuman tersebut dibuat homogen
dan dituang pada medium agar Mueller Hinton. Setelah beku, kemudian dipasang
disk antibiotik (diinkubasi 15-20 jam pada suhu 37oC) dibaca dan disesuaikan
sebagai kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM).
adalah sebagai berikut: diameter hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat,
diameter hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan diameter
2.6 Elektroforesis
(anion), dalam hal tersebut DNA, yang bergerak menuju kutub positif (anode),
amplifikasi dari DNA. Hasil elektroforesis yang terlihat adalah terbentuknya pita
seperti ukuran partikel, komposisi dan konsentrasi gel, densitas muatan, kuat
medan listrik dan sebagainya. Semakin kecil partikel tesebut, maka pergerakan
atau migrasinya akan semakin cepat, karena matriks gel mengandung jaringan
pewarnaan (staining) dengan Loading dye. Uji kuantitatif DNA dan RNA dengan
Cara yang paling mudah untuk melihat hasil dari gel elektroforesis adalah
mewarnai gel dengan komponen yang dapat membuat DNA terlihat. Etidium
bromida (EtBr) dapat digunakan untuk mewarnai gel agarose. Pita dengan posisi
yang berbeda berdasarkan ukuran fragmen DNA dapat dengan jelas terliha
prinsip iradiasi sinar ultra violet yang di serap oleh nukleotida dan protein dalam
larutan. Iradiasi sinar ultra violet yang diserap oleh nukleotida dan protein dalam
larutan. Penyerapan iradiasi sinar UV secara maksimal oleh DNA dicapai pada
panjang gelombang 260 nm, sedangkan penyerapan maksimal oleh protein dicapai
biologi molekuler, dan genomika (Franca dkk. 2002). Sekuensing DNA bertujuan
untuk menentukan urutan basa nitrogen (adenin, guanin, sitosin, dan timin) suatu
sampel DNA. Salah satu contoh aplikasi ambisius teknologi sekuensing DNA
yaitu pengurutan genom manusia melalui proyek yang dikenal Human Genome
Sanger (Sanger dideoxy sequencing). Metode ini menggunakan DNA templat dan
fragmen DNA untuk diurutkan. Perlakuan kimia menghasilkan jeda pada proporsi
kecil satu atau dua dari empat nukleotida berdasarkan masing-masing dari empat
Metode terminator rantai lebih efisien dan menggunakan lebih sedikit bahan
kimia beracun dan lebih rendah jumlah radioaktivitas dari pada metode Maxam
dan Gilbert. Prinsip utama dari metode Sanger adalah penggunaan trifosfat
rantai membutuhkan cetakan DNA beruntai tunggal, primer DNA, DNA nuklease
3. dye terminator
Cara lain pelabelan primer adalah dengan melabel pemutus rantainya, lazim
disebut metode sekuensing dye terminator. Keunggulan cara ini adalah bahwa
dengan pewarna fluoresens. Cara ini lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan
digunakan pada sebagian besar usaha reaksi sekuensing karena lebih sederhana
dilakukan sampai 24 kali sehari. Hal tersebut hanya mencakup proses pemisahan
sekunder tertentu seperti hairpin loop atau daerah kaya-GC (Bisht & Panda,
2013).
(dengan enzim restriksi) atau dengan mekanik Pasukan fragmen DNA besar
vektor DNA, dan diamplifikasi dalam E.coli. Fragmen DNA pendek dimurnikan
dari individu koloni bakteri secara individual diurutkan dan dirakit secara
elektronik menjadi satu panjang, urutan yang berdekatan. Metode ini tidak
memerlukan informasi yang sudah ada sebelumnya tentang urutan DNA dan
c. Pyrosequencing
d. Illumina (Solexa)
telah disediakan oleh perusahaan pada sebuah plat. Proses sekuensing ini
menggunakan teknik bridge PCR, yaitu terbentuknya jembatan pada saat elongasi.
oleh kamera.
Analisa DNA sequencing merupakan salah satu tools yang sangat penting
life science yang melibatkan analisa ini. Pencapaian terbesar teknologi DNA
sequencing saat ini adalah terungkapnya urutan basa nukleotida yang menyusun
genom manusia. Para peneliti yang menggunakan tools ini seringkali menghadapi
2013).
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Pertanian, Universitas Andalas, Padang, pada bulan Januari 2019 sampai Maret
2020.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
pisau,cawan petri, jarum ose, pinset, lampu spritus, lemari pendingin, laminar air
flow, autoklaf, oven, mikrotube, pipet mikro, tip, jangka sorong, kertas
3.2.2 Bahan
Sampel akar papaya, bakteri uji Escherichia coli sebagai gram negatifdan
Natrium hipoklorit 5.25 %, iodin, fuksin, media Nutrient Agar, media Nutrient
Broth, larutan kristal violet, disk amoxsisilin, lugol 2%, larutan safranin,minyak
emersi, KAPA 2G Fast Ready Mix + Dye, Genomic DNA Mini Kit (Geneaid),
sebelum disterilkan. Cawan petri di bungkus dengan koran,tabung reaksi dan pipet
tetes di tutup mulutnya dengan kapas lalu di bungkus satu persatu dengan kertas
koran. Semua alat disterilkan dalam oven pada suhu 160oC selama 1 jam. Mulut
Erlenmeyer dan gelas ukur ditutup dengan kapas dan di bungkus satu persatu
dengan kertas koran lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15
menit tekanan 15 lbs. Pinset, jarum ose, dan kaca objek disterilkan dengan cara
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Retnowati, 2011).
Broth kedalam 1200 ml aquadest steril dalam erlenmeyer. Larutan ini selanjutnya
Prosedur kerja
dibilas lagi kedalam etanol 96% sebanyak tiga kali. Sampelyang telah disterilisasi
memindahkan 1 ose kolonike dalam cawan Petri yang berisi media NA.Setelah
a. Morfologi
Bentuk koloni (dilihat dari atas) : berupa titik-titik, bulat, berbenang, tak
teratur, serupa akar, serupa kumparan. Permukaan koloni (dilihat dari samping) :
ketika mereka tumbuh di media misalnya : pigmen hijau, merah, coklat, kuning,
b. Biokimia
menit.
4. Zat kristal ungu tersebut kemudian dicuci dengan air mengalir dan
dikeringkan.
hilang.
8. Preparat ditetesi fuksin selama 1-2 menit, dicuci dengan air mengalir
dan di keringkan.
Zat warna karbol kristal ungu dan larutan lugol akan membentuk
96%, beberapa bakteri dapat melepaskan zat warna ungu dengan mudah,
Bakteri yang tidak mempertahankan zat warna ungu pada pencucian dengn
maka bakteri gram negatif ditandai dengan warna merah (Radji, 2010).
sampai terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar
diambil ± 1 ose (0,5-1 ml) kemudian disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 5
mL larutan NaCL 0,9% sehingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar
kekeruhan larutan Mac farland 0,5. Suspensi bakteri tersebut dipipet sebanyak
200 µl dan diratakan pada permukaan Natrient agar. Permukaan media diberi 3
buah kertas cakram yang ditetesi dengan suspensi bakteri endofit dari akar bagian
paling dalam, tengah dan dekat kulit batan dan disk amoxisisilin sebagai kontrol
terbentuk di sekitar kertas cakram diamati. Diameter zona hambat ini kemudian
diukur dengan menggunakan jangka sorong. Diameter zona hambat yang terukur
Stout, 1971).
adalah sebagai berikut: diameter hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat,
diameter hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan diameter
a. Isolasi DNA
Isolasi DNA dari kultur bakteri di lakukan dengan Master mix kit
mikro dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorfyang telah berisi buffer GP1
sebanyak 400 μL dimana buffer GP1 bekerja pada saat prosses lisis
kemudian dimasukkan buffer GP2 sebanyak 100 μL, dimana buffer GP2 berfungsi
750 μL dimana buffer GP3 berfungsi untuk mengikat DNA kebuffer serta spin
sisa-sisa protein yang menempel pada DNA) . Setelah itu filtrat dibuang lalu
sentrifugasi kecepatan 15.000 rpm selama 1 menit dimana fungsi Wash buffer
sebanyak 100 μL ke dalam tabung collection tube dan spin column, dimana fungsi
elution buffer adalah untuk melepas DNA dari membran. Selanjutnya sentrifugasi
rRNA:
Tabel 1. Komponen dan campuran untuk primer 16S rRNA dan DNA sampel
Primer forward 1 µL
Primer reverse 1 µL
Volume total 25 µL
Kode Sekuen
1 95oC 3 menit
1-2 menit sampai larut hingga berwarna jernih, lalu tuangkan dalam cetakan
casting tray beserta sisirnya. Sampel sebanyak 7 µl amplikon produk pcr + 3µl
Pada sumur pertama digunakan DNA ladder 1 Kbp 6 µl. Power supply dinyalakan
selama 60 menit, 100 volt. Visualisasi dilakukan dengan sinar UV pada UV-
Gen Bank untuk mencari kesamaan urutan nukleotida gen 16S rRNA dalam
menentukan spesies isolat bakteri endofit dari akar pepaya yang memiliki daya
antibakteri.
deskriptif antara lain dengan melihat hasil dari isolasi dan identifikasi bakteri
teknik molekuler berbasis rRNA yaitu dengan metode PCR, dimana seluruh data
diperoleh dari isolasi dan pengamatan yang telah dilakukan selama proses kerja,
4.1.3 Identifikasi secara morfologi koloni isolat bakteri endofit dari akar
tanaman pepaya.
Pengamatan morfologi dilakukan dengan memperhatikan perbedaan ketiga
isolat bakteri. Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni bakteri endofit
didapatkan banyak isolat yang menunjukkann isolat yang berbeda-beda.
semuanya memiliki bentuk koloni bulat dengan pingiran utuh, tekstur permukaan
halus dan warna. Di katakan bakteri endofit jika warna pada permukaan koloni
yaitu puih kekuningan, atau putih kental seperti susu. Selain itu bakteri endofit
dicirikan dengan bentuk sel individu yang batang, serta bentuk koloni yang bulat,
oval atau tidak beraturan (Pelezar, 1986).
Gambar 1. Morfologi koloni bakteri endofit dari akar tanaman pepaya dari
medium agar.
Akar 1 Akar 2 Akar 3
1300
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Tiga isolat bakteri endofit yang diisolasi dari Akar tanaman pepaya
mampu menghambat pertumbuhan denganEscherichia coli dengan
katagori lemah dan bersifat resisten dengan Staphylococus aureus.
2. Isolat bakteri yang memiliki indeks penghambatan tertinggi setelah
diidentifikasi secara molekuler menggunakan gen 16S rRNA,
alignment analysis, dan phylogenetic analysis memiliki kesamaan
dengan Bacilluscereus strain.
5.2 SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebihlanjut untuk identifikasi dan
purifikasisenyawa bioaktif yang dihasilkan olehbakteri Akar tanaman pepaya,
serta pengujian aktivitasantibakteri dengan menggunakanbakteri uji yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Aris, M., Sukenda, Harris E, dan Sukadi M.F. 2013. Identifikasi Molekular
Bakteri Patogen Dan Desain Primer PCR. Budidaya Perairan. Vol. 1(3) :
43-50.Bacon CW, Hinton DM. 2006. Bacterial endophytes : the endophytic
niche, its occupants, and its utility. Di dalam Gnanamanickam SS,
editor. Plant-Associated Bacteria. Netherland: Springer.
Bhore, S.J., dan Sathisha G. 2010. Screening of Endophytic Colonizing Bacteria
for Cytokinin-Like Compounds: Crude Cell-FreeBroth of Endophytic
Colonizing Bacteria Is Unsuitable in Cucumber Cotyledon Bioassay.
World Journal of Agricultural Sciences. Vol 6 (4). Hal 345-352.
Bhore, S., R. Nithya, & C. Y. Loh. 2010. Screening of endophytic bacteria
isolated from leaves of Sambung Nyawa [Gynura procumbens (Lour.)
Merr] for cytokinin-like campound. Bioinformation 5: 191–197.
Bisht, S. S., & Panda, A. K (2013). DNA sequensing: Methods and applications In
Advancein Biotechnologi (Vol. 9788132215547)
Brown, T. (2006). Gene Cloning and DNA Analysis an Introduction, 5th edition.
Australia: Blackwell Publishing Asia Pty Ltd.
Brown, D.A., dan Rose, J.K., 1992, Sorting of GPI- Anchored Proteins to
Glycolipid- Enriched Membrane Subdomain During Transport to the
Apical Cell Surface. Jurnal of medicine, 68(3): 533-44.
Cappuccino, J and Sherman, N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. Fourt
Edition. New York: Addison-Wesley Publishing Company. P. 60,
139,186,471.
Chebotar, V. K., N. V. Malfanova, a. V. Shcherbakov, G. a. Ahtemova,a. Y.
Borisov, B. Lugtenberg, and I. a. Tikhonovich. 2015. “Endophytic
Bacteria in Microbial Preparations That Improve Plant Development
(Review).” Applied Biochemistry and Microbiology 51 (3): 271–77.
doi: 10.1134/S0003683815030059.
Davis, W. W. Dan Stout, T. R. 1971. Disc Plate Methods of Microbiological
Antibiotic Assay. Microbiology. 22(4): 659-665.
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 2000. Inventaris Tanaman
Obat Indonesia (I). Jakarta.
Desriani, Kusumawati DE, Rivai A, Hasanah N, Amrinola W, Triratna L, Sukma
A. 2013. Potential endophytic bacteria for increasing paddy var rojolele
productivity. Int. J. on Adv. Sci., Eng. and Information Tech. 3 (1) : 76-78.
Doughari JH, Elmahmood AM, Manzara S. Studies on the
antibacterial activity of roots extracts of Carica papaya L. AJMR. 2007.
Diunduh dari: http://www.academicjournals.org/ajmr.
Dwidjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Halaman 53.
Fatchiyah, Arumingtyas, E.L., Widyarti, S., dan Rahayu, S. 2011. Biologi
Molekular:Prinsip Dasar Analisis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Franca, L.T.C., E. Carrilho, and T.B.L. Kist. 2002. A review of DNA sequencin
techniques. Quaterly Reviews of Biophysics 35: 169–200.
Gaffar, S. (2007). Buku Ajar Bioteknologi molekul. Bandung: Jurusan Kimia,
FMIPA UNPAD.
Hallmann, J., Quadt- Hallmann, Q. A., Mahaffee, W. F., and Kloepper, J. W.
1997. Bacterial endophytes in agricultural crops. Can J Microbiol.
43:895–914.
Huang, W.,Y., Cai, Y., Z., Hyde, K.,D.,Corke, H., Sun M., 2008. Biodiversity of
endophytic fungi associated with 29 tradisional Chinese medicinal plants,
Fungal Diversity, 36: 61-75.
Hurek, B. R. & T. Hurek. 2011. Living inside plants: Bacterial Endophytes.
Current Opinion in Plant Pathology 14: 435–443.
Husnaeni A. 2008. Variasi genetik jati pada hutan tanaman di Jawa berdasarkan
penanda RAPD (Random Ampliflied Polymorphic DNA) [skripsi]. Bogor:
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Jawezt, E., Melnick., Adelberg’s., Brooks, G. F., Carrol, K. C., Butel, J. S.,
Morse, S. A., Mietzner, T. A. 2013. Medical Microbiology 26th Editon.
New York :McGraw-Hill Companies, Inc.
Jawetz, M., & Adelberg's. (2005). Mikrobiologi Kedokteran (23 ed.). (H.
Hartanto, Trans.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG
Jawetz, M. (2010). Microbiologi Kedokteran (23rd ed.). Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Kattar, M.M., Chavez, J.F., Limaye, A.P., Rassoulian-Barrett, S.L.,
Carlson,
L.C. 2000. Application of 16S rRNA gene sequencing to identify
Bordetella hinzii astheCausative Agent of Fatal Septicemia. Journal of
ClinicalMicrobiol. 38: 789-794.
Klug, W.S., dan Cummings, M.R., 1994, Concepts of Genetics 4th Edition,
Prentice hall, Englewood Cliffs.
Kumala S, Siswanto EB. 2007. Isolation and Screening of Endophytic Microbes
from Morinda citrifolia and their Ability to Produce Anti-Microbial
Substances. Microbiol. Indones. 1 (3) : 145-148
Kusumawati DE, Fachriyan HP, Maria B. 2014.Aktivitas antibakteri isolate
bakteri endofit dari tanaman miana (Coleus scutellariodes L. Benth.)
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Journal Current
Biochemistry. 1(1): 45-50.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Mayangsari, Y. 2012. Elektrophoresis. Departement of Food and Agricultural
Products Processing Technology Faculty of Agricultural technology
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Miller, G.A., Baeckwith R, Fellbaum C, Gross D dan Miller K. 1990.
IntroductionTo Wordnet: An On-Line Lexical Database. International
Journal ofLexicography. Vol. 3: 235-312.
Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Pustaka Wirausaha Muda.
Bogor.
Noer, A.S dan M. Gustiananda. 2007. PCR Tanpa Isolasi DNA dari Sel Epitel
Rongga Mulut. JMS. Vol. 2(1): 35-45.
Noverita, Fitria, D., Sinaga, E. 2009. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Jamur
Endofit dari Daun dan Rimpang Zingiber ottensii Val. Jurnal Farmasi
Indonesia. 4(4): 171-176.
Novitasari, Vetty. 2014. Uji Ekstrak Minyak Atsiri Lada Putih (Piper nigrum linn)
Sebagai Antibakteri. Skripsi. Universitas Bengkulu.
Olsvik, O., J. Whalberg, B. Petterson, M. Uhlen, T. Popovic, I.K. Wachmuth, and
P.I. Fields. 1993. Use of automated sequencing of polymerase chain
reaction-generated amplicons to indentify three types of cholera toxin
subunit B in Vibrio cholerae O1 strains. Journal of Clinical Microbiology
31: 22–25.
Pelezar, M. J. Dan Chan, E. S. C. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi Edisi I. UI-
press, Jakarta.
Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiology Farmasi. Yogyakarta: Penerbit Erlangga
Prihatiningtiyas, W. & M. S. H. Wahyuningsih. (2011). Prospek Mikroba
Endofit Sebagai Sumber Senyawa Bioaktif.
Artikel.http://mot.farmasi.ugm.ac.id/artikel-55-prospek-mikroba-
endofitsebagaisumber-senyawa-bioaktif. html.
Radji, M., 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit Dalam
Pengembangan Obat Herbal, Majalah Ilmu Kefarmasian, 2(3):113-126.
Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi. Jakarta : Buku Kedokteran
Rahayu D. A. Dan Nugroho, E. D. 2015. Biologi Molekuler dalam Perspektif
Konservasi. Plataxia, Yogyakarta.
Retnowati, Y,. Bialangi, N., & Posangi, N. W. (2011). Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus pada media yang diekspos dengan Infus Daun
Sambiloto (Andrographis paniculata). Saintek, 6 (2) : 397-405).
Sanger, F., S. Nicklen, and A.R. Coulson. 1997. DNA sequencing with chain-
terminating inhibitors. Proc. Nat. Acad. Sci. USA 74: 5463–5467.
doi:10.1073/pnas.74.12.5463s
Singleton, P. P., S. (1981). Introduction to Bacteria (J. W. & S. Ltd, ed.). New
York.
Simarmata R, Lekatompessy S, Sukiman H. 2007. Isolasi mikroba endofitik
dari tanaman obat sambung nyawa (Gymura procumbens) dan
analisis potensinya sebagai antimikroba. Berk Penel Hayati 13 : 85-90.
Siregar IZ, Yunanto T, Pamoengkas P. 2008. Implikasi genetik metode pembiakan
tanaman Shorea joharensis Foxw pada sistem silvikultur Tebang Pilih
Tanam Jalur (TPTJ). Jurnal Biodiversitas 9 (4): 250─254.
Son R & Cheah YK. 2002. Preliminary Screening of Endophytic Fungi from
Medical Plants in Malaysia for Antimicrobial and Antitumor Activity.
Malaysian Journal of Medical Sciences 9(2): 23–33
Stackebrandt, E.dan Goebel, B. 1995. A place for DNA-DNA reassociation
and 16S rRNA sequence analysis in the present species definition in
bacteriology. International Journal of Systematic Bacteriology. 44:
846-849.
Strobel GA., and B. Daisy (2003), Bioprospecting for Microbial Endophytes and
Their Natural Products. Microbiol. and Mol. Biology Rev. 67(4):491-502.
Susilowati, D.N., N. Hidayatun, Tasliah, & K. Muiya. (2010). Keragaman Bakteri
Endofitik Diisolasi dari empat Varietas Padi dengan Metode ARDRA.
Berita Biologi.10 (2): 241-248.
Sulistyaningsih,Erma. 2007. Polymerase Chain Reaction (PCR): Era Baru
Diagnosis dan Manajemen Penyakit Infeksi. Biomedis, Vol. 1.
Tan, R.X., Zou, W.X., 2001. Endophytes: arich source of functional metabolites,
Nat. Prod. Rep., 18:448-459.
Tan, RX and WX Zou., (2001) Endophytes : a rich source of functional
metabolites. Nat Prod. Rep. 18 : 448-459.
Purwanto UMS, Fachriyan HP, Maria B. 2014. Isolasi Bakteri endofit dari
tanaman sirih hijau (Piper betle L.) dan potensinya sebagai penghasil
senyawa antibakteri. Journal Current Biochemistry. 1(1): 51-57
Wesley A. Volk, M. F. W. (1993). Microbiology Dasar (Soenarto Adisoemarto,
ed.). Jakarta: Erlangga.
Whitman, K.A and MacNair, N.G. 2010. Finfish and Shellfish Bacteriology
Manual: Techniques and Procedures. (Online).
http://books.google.co.id/books?id
=hlk04vjlam0C&printsec=frontcoer&dg=Finfish+and+Shellfish+Bacteriol
ogy+Manual:+Techniques+and+Procedures&hl=id&ei=5_zsTYvpK4_2tg
P4ulngDQ&sa=X&oi= book_result&ct=result&resnum=1& ved=0CCcQ6
AEwAA#v=onepage&q&f=false. [Diakses 18 Maret 2018. Pukul
09.01WITA]
Wijayakusuma, H., Dalimartha, S. 2000. Ramuan Tradisional Untuk
Pengobatan Darah Tinggi. Cetakan VI. Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya
Zinniel DK et al. 2002. Isolation and characterization of endophytic colonizing
bacteria from agronomic crops and prairie plant. Appl. Environ.
Microbiol. 68 (5) : 2198–2208.
Zinnieal, D.K., P. Lambrech., N.B. Harris., Z. Feng., D. Kuczmarsi., P. Higley.,
C.A. Ishimaru., A. Arunakumari., R. G. Barletta and A. K. Vidaver. 2002.
Isolation And Characterization of Endophytic Colonizing Bacteri from
Agronoric Cropss and Primitive Plants. Appliedand Environmental
Microbiology.
Zuhriana K. Yusuf. 2010. Polymerase Chain Reaction (PCR). Saintek Vol 5,
No 6, Tahun 2010.