Buku teks yang dapat dipelajari : 1. Hansten, P.D, J.R. Horn, Drug Interactions Monograph 1996 2. Ivan Stockley, Drug Interaction, 5th ed., 1999 3. Buku penunjang : buku2 farmakologi
Obat-obat Antiepilepsi
Epilepsi adalah gangguan neurologik kronik yang ditandai dengan kejang berulang. Insiden epilepsi banyak terjadi pada neonatus dan anak-anak serta pasien diatas 65 tahun Epilepsi merupakan gejala gangguan aktivitas elektrik di otak yang dapat disebabkan berbagai stimulus. Gangguan aktivitas elektrik ini menyebabkan terjadinya kejang
Obat-obat Antiepilepsi
Obat antiepilepsi bekerja di SSP dengan mengurangi gangguan elektrik yang patologis atau menghambat perkembangan aktivitas elektrik yang menyimpang. Hal ini dapat terjadi melalui efek spesifik terhadap kanal ion, inhibisi atau induksi neurotransmiter.
Fenitoin
Fenitoin adalah suatu antikonvulsan hidantoin yang strukturnya mirip dengan barbiturat tetapi lebih lemah keasamannya sehingga lebih sukar larut dalam air. Fenitoin efektif mengurangi frekuensi dan keparahan kejang, tanpa menyebabkan depresi SSP.
Farmakokinetika fenitoin
Farmakokinetika fenitoin sangat dipengaruhi oleh kelarutannya dalam air yang kecil dan metabolismeny oleh enzim sitokrom P450 Fenitoin hanya sedikit diabsorpsi di lambung karena walaupun berada dalam bentuk takterion tapi kelarutannya sangat rendah. Absorpsi terjadi di duodenum
Farmakokinetika fenitoin
Fenitoin terikat plasma 90% terutama dengan albumin. Ikatan dengan plasma tergantung kadar albumin dan dapat dipengaruhi berbagai kondisi klinis seperti kadar serum albumin yang rendah, gagal ginjal, penggunaan bersama obat lain yang juga terikat protein. Dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 95% diekskresi lewat urin atau feses dalam bentuk metabolit.
Perubahan kadar plasma fenitoin (meningkat atau menurun) dapat terjadi bila digunakan fenobarbital, tapi kontrol kejang baisanya tidak terlalu terpengaruh. Intoksikasi fenitoin tampak setelah pemutusan fenobarbital. Peningkatan kadar fenobarbital dapat terjadi bila ditambahkan fenitoin pada terapi dengan fenobarbital.
Kadar plasma fenitoin meningkat oleh simetidin. Toksisitas bisa terjadi kalau dosis fenitoin tidak diturunkan. Mekanisme : Simetidin adalah inhibitor enzim yang poten akumulasi kadar fenitoin mencapai MTC. Tapi famotidin, ranitidin dan nizatidin tidak. Simetidin juga menunda disolusi tablet fenitoin karena peningkatan pH lambung. Manifestasi : aganulositosis & trombositopenia (karena depresi sumsum tulang).
Kadar plasma fenitoin meningkat oleh kloramfenikol Toksisitas bisa terjadi kalau dosis fenitoin tidak diturunkan. Mekanisme : Kloramfenikol adalah inhibitor enzim yang poten akumulasi kadar fenitoin hingga 2x lipat lebih. Pengatasan : hindari pemakaian bersama keduanya
Karbamazepin
Asam valproat
INTERAKSI BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin (BDZ) merupakan inhibitor reseptor GABA (gamma-aminobutyric acid). Pengikatan GABA pada reseptornya pembukaan kanal Cl- memungkinkan masuknya ion Cl melewati membran sel syaraf meningkatkan potensial elektrik sepanjang membran sel sel sukar tereksitasi.
INTERAKSI BENZODIAZEPIN
Sedangkan ikatan BDZ dengan reseptor GABA tidak menyebabkan terbukanya kanal Cl menghambat neuron efek depresi. Efek depresi SSP BDZ meliputi : ansiolitik, relaksan otot, antiamnesia, antikonvulsan, dan sedatif.
INTERAKSI BENZODIAZEPIN
Interaksi BDZ meliputi interaksi farmakokinetik maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik terutama melalui inhibisi atau induksi enzim sitokrom P450 yang memetabolisme BDZ. Interaksi farmakodinamik terutama terjadi dengan obat-obat SSP yang lain (etanol, opiat, barbiturat, dll)
BDZ + Antikonvulsan
Klirens diazepam meningkat pada pemakaian bersama karbamazepin dan fenitoin, tapi tidak dengan fenobarbital. Efek hipnotik midazolam dikurangi oleh karbamazepin dan fenitoin perlu dosis midazolam yang lebih besar. Mekanisme : berbeda-beda. Sebagian besar karena induksi dan inhibisi enzim.
Kadar serum dan efek midazolam & triazolam secara bermakna meningkat & diperpanjang pada pemakaian bersama eritromisin. Begitu juga antara midazolam klaritromisin perlu penyesuaian dosis. Roxitromisin memberikan efek yang lemah terhadap midazolam & triazolam, sedang eritromisin efeknya lemah terhadap diazepam, nitrazepam dan temazepam. Azitromisin tidak berinteraksi dengan midazolam. Mekanisme : antibiotik makrolida mengurangi metabolisme berbagai BDZ di hati dan/atau dinding saluran cerna menurunkan klirens & meningkatkan kadar serum.