Oleh:
Periode :
16 Agustus – 28 Agustus 2021
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian
Profesi Apoteker
Pada Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS)
Padang
Disetujui Oleh
Pembimbing
Praktek Kerja Profesi Apoteker
PUSKESMAS BANGKO
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
Bangko. Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker yang
penulis lakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar apoteker di
sebesar-besarnya kepada:
Perintis Indonesia.
2. Ibu Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm selaku Dekan Fakultas Farmasi
3. Ibu apt. Mimi Aria, M.Farm. selaku Ketua Program Profesi Apoteker
ii
7. Seluruh dosen pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker
8. Kedua Orang tua dan keluarga atas dukungan serta semangat luar biasa
10. Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan Praktek Kerja
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran guna perbaikan penuli harapkan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
tentang puskesmas.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker.........................................................3
1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker.......................................................4
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA di Puskesmas...................................5
BAB II. TINJAUAN UMUM................................................................................6
2.1 Dinas Kesehatan (PermenKes RI No. 49 Tahun 2016)..................................6
2.2 Instalasi Farmasi Kota..................................................................................11
2.3 Puskesmas (Permenkes RI, 2019)................................................................15
2.3.1 Definisi Puskesmas................................................................................15
2.3.2 Fungsi Puskesmas (Permenkes RI, 2016).............................................16
2.3.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.....................................18
2.3.4 Pelayanan Farmasi Klinik......................................................................24
2.3.5 Pembagian Pelayanan Farmasi Klinik..................................................25
2.4 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Bangko.......................................31
BAB III. TINJAUAN KHUSUS..........................................................................32
3.1 Puskesmas Bangko.......................................................................................32
3.3 Manajemen Sumber Daya Puskesmas..........................................................39
3.4 Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi di Puskesmas Bangko...................40
3.5 Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas Bangko........................................47
3.6 Anggaran Dana Puskesmas..........................................................................49
BAB IV. PEMBAHASAN...................................................................................52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65
iv
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur Organisasi............................................................................................66
2. Lemari narkotika dan psikotropika (a), lemari pendingin (b), penyusunan obat
berdasarkan bentuk sedian (c)(d)...........................................................................67
3. Tempat penyimpanan obat di gudang farmasi puskesmas.................................69
4. Tempat penyiapan obat (a), pengarsipan laporan obat (b), lemari narkotik (c),
tempat penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan.........................................70
5. Lembar resep gratis (a), lembar resep BPJS (b), lembar resep umum (c).........71
6. Contoh etiket puskesmas bangko.......................................................................72
7. Obat dan alkes emergency puskesmas bangko..................................................73
8. PIO pada pasien Lansia (a), Pemberian Informasi Obat di Apotek (b).............74
9. Rencana kebutuhan obat (RKO)........................................................................75
10. Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO)Triwulan/Amprah..........76
11. Laporan permintaan obat tambahan.................................................................77
12. Laporan Rekapitulasi Data Psikotropika dan Nartiko Per Bulan.....................78
13. Laporan Penyerahan Barang ke Desa..............................................................79
14. Formularium Puskesmas..................................................................................80
17. Formulir Pelaporan Efek Samping Obat (MESO)...........................................83
17. Formulir Pelaporan Efek Samping Obat (MESO)...........................................83
18. Berita Acara Penyerahan Obat kadaluarsa.......................................................84
19. Berita Acara Pemusnahan Resep di Puskesmas Bangko.................................85
20. Berita Acara Pemusnahan Resep Narkotika di Puskesmas Bangko...............86
21. Berita Acara Penyerahan Barang dari Dinas Kesehatan..................................87
22. Rekam Medis di puskesmas.............................................................................88
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi............................................................................................66
2. Gudang Farmasi.................................................................................................67
3. Gudang farmasi puskesmas................................................................................68
4. Apotik Puskesmas Bangko................................................................................70
5. Lembar Contoh Resep Obat Puskesmas Bangko...............................................71
6. Contoh Etiket Obat............................................................................................72
7. Obat Emergency Di Puskesmas Bangko............................................................73
8. Pemberian Informasi Obat Kepada Pasien........................................................74
9. Rencana Kebutuhan Obat (RKO)......................................................................75
10. Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO).......................................76
11. Laporan Permintaan Obat Tambahan..............................................................77
12. Laporan Rekapitulasi Data Psikotropika Per Bulan........................................78
13. Laporan Penyerahan Barang ke Desa..............................................................79
14. Formularium Puskesmas..................................................................................80
15. Lapiran Perbaikan KTD dan KNC Pelayanan Farmasi...................................81
16. Kejadian Efek Samping Obat...........................................................................82
18. Berita Acara Penyerahan Obat kadaluarsa.......................................................84
19. Berita Acara Pemusnahan Resep di Puskesmas Bangko.................................85
21. Berita Acara Penyerahan Barang dari Dinas Kesehatan..................................87
22. Rekam Medis di Puskesmas Bangko...............................................................88
vi
BAB 1. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
1
merata dan terjangkau melalui perencanaan, pengaturan, dan pengawasan atas
Goals (MDGs).
pada pengelolaan obat (drug oriented) sekarang berubah menjadi pelayanan yang
2
bermutu. Oleh sebab itu, tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan wawasan,
dapat menjadi calon apoteker yang berkompeten. Salah satunya dengan praktek
Kesehatan Kota, Instalasi Farmasi Kota dan Puskesmas. Praktek kerja di Bidang
Kerja Profesi Apoteker) untuk belajar mengenai cara pengelolaan dan manajemen
Kabupaten/Kota.
pelayanan kesehatan.
3
3. Mengetahui, memahami tugas, fungsi, dan tanggung jawab apoteker dalam
puskesmas.
4
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA di Puskesmas
Bimbingan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dibimbing oleh ibu apt.
5
BAB II. TINJAUAN UMUM
acuan bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan Organisasi dan Tata Kerja
meliputi:
Kualifikasi jabatan.
Jabatan fungsional.
kabupaten/ kota dengan beban kerja yang besar. Dalam hal jumlah unit kerja
pada daerah provinsi/ kabupaten/ kota tipe A. mempunyai unit kerja yang
terdiri atas:
II. Dinas daerah tipe B mewadahi pelaksanaan fungsi dinas daerah provinsi/
kabupaten/ kota dengan beban kerja yang sedang. Dalam hal jumlah unit
6
kerja pada daerah provinsi/ kabupaten/ kota tipe B. mempunyai unit kerja
III. Dinas daerah tipe C mewadahi pelaksanaan fungsi dinas daerah provinsi/
kabupaten dengan bebas kerja yang kecil. Dalam hal jumlah unit kerja pada
daerah provinsi/ kabupaten/ kota tipe C, mempunyai unit kerja yang terdiri
atas:
menjadi kewenangan daerah. Dinas kesehatan kota dipimpin oleh kepala dinas
7
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta sumber daya
kesehatan.
kesehatan.
Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala daerah terkait dengan
bidang kesehatan.
I. Sekretariat
8
Tugas: Penyiapan dan koordinasi penyelenggaraan urusan keuangan dan
dibidang kesehatan.
9
menular, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan
Kesehatan Jiwa
kesehatan jiwa.
bidang kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber daya manusia
10
peningkatan mutu fasyankes di bidang pelayanan kesehatan primer dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1426 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Kegiatan ini bukan
jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis HabisPakai yang mendekati kebutuhan,
penggunaan Obat.
11
Secara Bottom Up
Tiap akhir tahun Puskesmas mengajukan usulan kebutuhan obat/ BMHP yang
obat untuk satu tahun yang akan datang dengan memperkirakan buffer stock
lain harus dengan alasan yang kuat dan disetujui Kadinkes di IFK usulan
stock, buffer stock dan lead time. Hasil dibawa kerapat Tim Perencanaan obat
12
Obat/Perbekes yang tidak masuk E-Catalog di Lelang/Penunjukkan
langsung
Jika sesuai faktur ditanda tangani, jika Tidak memenuhi syarat maka
Berita Acara serah terima oleh panitia penerima barang DKK (Dinas
Kesehatan Kota)
C. Penyimpanan
terjaga. Obat disimpan pada suhu yang sesuai sifat kimia fisika/kestabilan obat.
alfabetis, FIFO/FEFO, susunan rak leter U atau L, dan susunan jenis sediaan atau
sifat sediaan.
D. Pendistribusian
13
E. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan
Pelaporan
menipis dan obat yang kurang terpakai, laporan persediaan akhir tahun ke
PEMKOT
Obat Kadaluwarsa
Penghapusan bertujuan
tahun)
14
Pemusnahan obat
Cara Pemusnahan
1. Insenerasi
2. Innertisasi
3. Pengenceran
4. Penimbunan
G. Evaluasi
teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas
15
kesehatan daerah kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
16
Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
penyakit
17
Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan
a. Perencanaan Kebutuhan
medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dalam
Perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
mendekati kebutuhan
seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan
seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi
ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter,
dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan.
18
Proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi per tahun dilakukan secara
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai tujuannya untuk menjamin
b. Permintaan
Tujuan permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas,
c. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dari
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan
19
diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan
mutu.
dan bahan medis habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis
dan jumlah sediaan farmasi, bentuk sediaan farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO, ditanda tangani oleh tenaga kefarmasian dan diketahui oleh kepala
mengajukan keberatan.
d. Penyimpanan
suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman
(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu
20
Mudah atau tidaknya meledak/ terbakar
perundang-undangan
e. Pendistribusian
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/ satelit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara
lain :
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Posyandu
Polindes
dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock),
pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi,
21
f. Pemusnahan dan Penarikan
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
Telah kadaluwarsa
2. Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri
dari:
Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan
terkait
22
Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
g. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit pelayanan
kesehatan dasar.
Pengendalian persediaan
Pengendalian penggunaan
Administrasi
kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,
baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan,
Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah
dilakukan
23
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas
Setiap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai,
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan bahan
medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
Puskesmas.
24
Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
3. Tanggal resep.
2. Duplikasi pengobatan.
25
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
memadai).
Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain
Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta masyarakat.
26
Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Kefarmasian.
Tempat.
Tenaga.
Perlengkapan.
C. Konseling
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
Kegiatan Konseling :
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
27
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
1. Kriteria pasien:
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
a. Ruangan khusus.
28
E. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
Kegiatan:
29
Tujuan:
Kriteria pasien:
3. Adanya multidiagnosis.
merugikan.
Kegiatan:
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi.
30
Tujuan:
oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
4. Pelayanan konsultasiperawat
31
BAB III. TINJAUAN KHUSUS
Puskesmas Bangko Berada tepat di kota Bangko dengan luas wilayah kerja
kurang lebih 384 km2, yang cukup mudah dijangkau dari semua desanya.
Umumnya geografi desa berbukit dan sedikit dataran. Masing-masing desa dapat
ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Dengan jarak tempuh dari
desa dengan puskesmas berkisar antara 6-12 km, dengan waktu tempuh kurang
lebih 1 jam, 2 kelurahan yang berada di pusat kota Bangko, dimana merupakan
kesehatan.
Merangin ±5 km dengan waktu tempuh ±10 menit. Wilayah kerja terdiri dari 4
kelurahan.
Puskesmas Bangko yang terletak di pulau elba kelurahan Pasar Bangko ,pada
Desa Bukit Beringin, Desa Sungai Putih. Desa Sungai Kapas, Desa Kungkai,
Desa Pulau Rengas, Desa Bedeng Rejo, Desa Biuku Tanjung,Desa Lubuk Gaung,
Desa Salam Buku, Desa Tambang Besi, Desa Nalo Gedang, Desa Nalo Baru,
Desa Telun , Desa Danau, Desa Aur Berduri, Desa Sungai Ulak, Desa Mentawak,
32
Desa Dusun Mudo, Desa Langling,kelurahan Dusun Bangko, Kelurahan
Kelurahan Pasar Atas Dengan Nomor Telpon (0746) 21265 dan alamat Email
Puskesmas yang di jabat oleh seorang dokter. Adapun nama nama dokter yang
1. dr. Sarjunas
a. Geografis :
Puskesmas Bangko dengan luas wilayah kerja kurang lebih 384 km2.yang
terdiri dari ( 2 kelurahan dan 2 desa) berada tepat di Kota Bangko, yang berati
aksesnya cukup mudah dijangkau dari semua desa. Adapun nama-nama desa di
33
Tabel 1. Nama-nama desa wilayah kerja Puskesmas
A Kecamatan Bangko
2 Kel.Pasar Bangko 11 Rt
mudah dijangkau dari semua desanya. Umumnya geografi desa berbukit dan
sedikit dataran. Masing-masing desa dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua
dan roda empat. Dengan jarak tempuh dari desa dengan puskesmas berkisar antara
6-12 km, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam, 2 kelurahan yang berada di
pusat kota Bangko, dimana merupakan jalur Lintas Sumatera, mempunyai factor
34
b. Demografi
Kelurahan dan 2 desa) yang penyebaran penduduknya setiap desa tidaklah merata.
35
d. Ketenagaan
Tabel 4. Sumber daya Manusia ( SDM ) Puskesmas Bangko
No Pendidikan Jumlah
1 Dokter Umum 4 orang
2 Dokter gigi 2 orang
3 Apoteker 1 orang
4 Sarjana kesehatan Masyarakat 10 orang
5 Sarjana Keperawatan 1 orang
6 Bidan ( DIII ) 27 orang
7 Perawat gigi ( DIII ) 2 orang
8 Perawat ( DIII ) 12 orang
9 Asisten Apoteker ( DIII ) 3 orang
10 Ahli Gizi ( DIII ) 2 orang
11 Laboratorium ( DIII ) 3 orang
12 Ahli Gizi ( DI )Bidan ( D1 ) 0 orang
13 Bidan ( D1 ) 0 orang
14 Sanitasi ( SPPH ) 1 orang
15 Perawat ( SPK )Asisten Apoteker 1 orang
16 Admistrasi 2 orang
17 LCPK 1 orang
18 Cleaning service 1 orang
Sumber : Kepegawaian Puskesmas
e. Pembiayaan
Table 5. Sumber pembiayaan Puskesmas Bangko tahun 2020
N SUMBER DANA JUMLAH DANA KETERANGAN
O
1 DOP RP. 65.000.000
2 BOK RP. 679.487.284
3 BPJS RP. 648.265.800
Sumber : Bendahara Puskesmas
36
f. Bangunan dan Tata Ruang Puskesmas Bangko
Bangunan dan Ruangan yang ada di Puskesmas Bangko yaitu terdiri dari:
Ruang Kepala Puskesmas, Ruang Bendahara, Ruang TU, Ruang Apotek, Ruang
Rekam Medik, Ruang Perawatan, Poli Umum, Poli Lansia, Poli Gigi, Poli jiwa,
Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Poli Imunisasi, Poli Keluarga Berencana
(KB), Poli konsultasi, UGD, Pusat pemulihan Gizi, Laboratorium, dan Toilet
3.2.1 Visi
3.2.2 Misi
terintegrasi
masyarakat
3.2.3 Motto
SLTP/sederajad, SLTA/sederajat)
37
2. Pembinaan posyandu
1. Program imunisasi
38
4. Pemberantasan Penyakit Kusta
Program pengobatan
lainnya.
Fasilitas
Kegiatan Jenis Pelayanan
Pelayanan
Dalam - Pengobatan
Gudang BP Umum - Pemeriksaan Kesehatan individu dan haji,
Rujukan
- Pengobatan
BP Gigi
- Pencabutan dan Scaling
- Pemasangan alat KB seperti: Suntik,
Poli Ibu/ KB Implant, Spiral, Pil, Kondom dan
pemeriksaan IVA
Poli Anak - Pengobatan balita
- Kosultasi Gizi
- Penimbangan BB
- Pengukuran TB
Ruang Gizi
- Pelayanan kesehatan balita gizi buruk
- Koordinasi lintas program (lab)
- Rujukan
Klinik Bersalin - Ibu bersalin, Laktasi, Nifas, BBL
- Konseling Gizii
Kilinik Sehat - Klinik Sanitasi
(Klinik - TB Paru , Kusta
Konseling) - Harm Reduction (HIV)
- Konsultasi Obat
Laboratorium - Pemeriksaan specimen darah, urine,
sputum dan faeces
39
- Koordinasi lintas program
- Rujukan
Apotik -Pelayanan Obat Umum, JKN-BPJS
-Pembuatan surat rujukan
Rujukan -Merujuk pasien PONED ke RS dgn
ambulance
LUAR - Puskesmas Melayani masyarakat yang tinggal jauh dari
GEDUNG Pembantu Puskesmas dan membutuhkan pelayanan
(Pustu) kesehatan
- Puskesmas
Keliling
- Poskesdes
- Posyandu
- Posbindu
- UKS
- UKK
Sarana merupakan tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait
secara umum harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk
A. Perencanaan
Perencanaan obat rutin dilakukan setiap bulan, yang dilakukan oleh Apoteker.
yakni pola konsumsi dengan mempertimbangkan jumlah pemakaian dan sisa stok
40
pada bulan sebelumnya dan pola epidemiologi berdasarkan penyakit, seperti
masing-masing sub unit. setelah itu apoteker mengajukan rencana kebutuhan obat
B. Permintaan Obat
puskesmas adalah obat essensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun
oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Essensial Nasional
lembar untuk Instalasi Farmasi Kota dan 1 lembar sebagai arsip puskesmas.
LPLPO dikirimkan pada setiap akhir bulan dan permintaan barang akan diterima
41
Adapun macam-macam perencanaan permintaan obat di puskesmas adalah
sebagai berikut
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan adanya obat rusak dan kadaluarsa.
C. Penerimaan
Penerimaan adalah sesuatu kegiatan dalam menerima obat dan bahan medis
habis pakai dari Instalasi Farmasi Kota sesuai dengan permintaan yang telah
diajukan. Tujuannya adalah agar sediaan farmasi yang diterima sesuai dengan
LPLPO yang telah kita serahkan dikembalikan lagi oleh petugas IFK dengan
perbekalan farmasi yang kita rencanakan atau obat/ sediaan yang kita lakukan
permintaan dan di isi pada kolom yang telah kita sediakan jumlah obat yang
dikirim ke Puskesmas.
terhadap obat dan bahan medis habis pakai yang diserahkan ke puskesmas dengan
42
Nama obat
Jumlah
Bentuk sediaan
Setelah diperiksa dan sesuai dengan isi dokumen LPLPO. Kemudian SBBK
Apabila tidak memenuhi syarat (tidak sesuai dengan isi dokumen LPLPO), maka
D. Penyimpanan
Bangko didalam gudang obat yaitu di lemari obat yang disusun berdasarkan
susunan abjad, FIFO, FEFO, dan bentuk sediaan. Obat disusun dan dijarakkan
dengan rapi di rak dan di atas pallet agar tidak langsung bersentuhan dengan
lantai, penyimpanan obat sesuai dengan jenis obat. Untuk obat-obat yang
kadaluarsa, 3 bulan diberi label merah, 6 bulan berwarna kuning dan 9 bulan
berwarna hijau .
Untuk sistem FIFO (First In First Out) yaitu obat yang masuknya lebih awal
keluarnya pun di awal, sedangkan obat yang terakhir masuk keluarnya pun
terakhir juga. Untuk sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu obat yang
memiliki masa expireddate yang pendek yang terlebih dahulu dikeluarkan dari
dalam gudang dan diserahkan kepada pasien. Untuk sistem LASA (Look ALike
43
Sound ALike) yaitu obat yang memiliki kemasan atau nama yang mirip, jadi
penyimpanannya harus dipisahkan dan diberi tanda label kuning. Dan sistem
keempat sistem ini bertujuan untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan
pasien.
obat biasa, sedangkan obat injeksi/ suppositoria/ vaksin itu disimpan dilemari
pendingin (kulkas), untuk vaksin polio harus disimpan di suhu beku (dibawah
0°C), sedangkan vaksin seperti campak, BCG dan vaksin lainnya bisa disimpan di
E. Pendistribusian
untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
F. Pengendalian
44
langsung obat di gudang serta kecocokan dengan kartu stok obat. Barang yang
sudah mendekati expired date langsung dicatat, jika ada permintaan obat maka
didahului obat yang expired date dalam waktu dekat agar tidak terjadi kerugian
yang kemudian akan dilaporkan Dinas Kesehatan setiap satu bulan sekali dan
untuk mengetahui pemakaian obat perbulan dapat dilihat dari buku laporan
dilakukan setiap hari. Format pencatatanya sama seperti obat golongan lainnya,
hanya saja dicatat dalam buku yang berbeda. Pencatatan di Puskesmas Bangko
menggunakan 2 sistem yaitu sistem manual (pembukuan tulis tangan) dan sistem
online (E-puskesmas).
Ada beberapa jenis laporan yang dilakukan setiap bulan di apotek Puskesmas
Bangko yaitu :
Umum)
45
- Laporan Pemantauan ketersediaan obat dan vaksin
Pelaporan ini dibuat 4 rangkap (Dinas Kesehatan Kota, Instalasi Farmasi Kota,
Arsip Puskesmas dan Arsip Apotek) dan dilaporkan setiap bulan oleh apoteker
dan diketahui oleh pimpinan puskemas lalu diserahkan data (laporan) ke Dinas
Semua pelaporan baik dari pelaporan apotek dan pelaporan seluruh kegiatan
tingkat puskesmas), setiap tanggal 27 semua laporan harus berada di meja SP2TP,
lalu bagian SP2TP akan meminta tanda tangan pimpinan dan setelah data /laporan
5.
berikut:
obat.
- Petugas memisahkan obat rusak dan kadaluarsa dan disimpan pada tempat
46
- Petugas membuat catatan nama, nomor batch, jumlah dan tanggal
- Petugas membuat berita acara serah terima obat kadaluarsa yang ditanda
kabupaten
A. Pelayanan Resep
Puskesmas Bangko melayani pasien rawat jalan yaitu pasien BPJS, Umum,
dan Gratis.
B. Penerimaan Resep
berasal dari kunjungan pasien Umum dan JKN. Pasien umum terdiri dari pasien
umum tidak bayar. Pasien JKN adalah pasien yang terdaftar sebagai anggota
C. Penyiapan/Peracikan Obat
Penyiapan obat yang sudah jadi dilakukan dengan mengambil obat sesuai
dengan resep yang tertulis. Saat pengambilan obat perlu diperhatikan nama obat,
apoteker akan menyiapkan obat yang ditulis diresep, baik berupa resep racikan
47
obat maupun pengambilan obat yang sudah jadi. Apabila ada obat yang tidak
Jika obat telah siap, dilakukan pemberian etiket obat yang terdiri dari nomor
resep, tanggal resep, nama pasien, umur pasien, aturan pakai obat pada etiket,
nama obat, jumlah obat dan tanggal kadaluarsa obat. Kemudian dikemas dalam
plastik klip. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, Apoteker akan memeriksa
D. Pelayanan Obat
Apotek Puskesmas Bangko melayani obat dari pasien JKN/BPJS dan pasien
Bangko, obat yang diberikan untuk semua pasien sama yaitu pasien yang sudah
berobat akan mendapakan resep dari dokter dan resep tersebut diserahkan ke
yang akan diberikan dan memastikan nama, umur, dan alamat pasien agar tidak
terjadi kesalahan dalam pemberian obat. Pada saat penyerahan obat, Apoteker/
asisten apoteker akan memberikan informasi mengenai obat, dosis obat, cara
F. Konseling
Konseling dilakukan oleh apoteker untuk pasien tertentu yaitu untuk pasien
48
sempit (seperti teofilin, aminofilin, digoksin dan lain-lain), pasien penderita
gangguan fungsi organ (hati, ginjal dan jantung), pasien dengan tingkat kepatuhan
yang rendah. Konseling ini dilakukan di ruangan khusus (terpisah dari ruang
apotek).
Konseling ini dilakukan berdasarkan 3 hal yaitu: atas permintaan dokter, atas
dalam bentuk form konseling yang akan ditanda tangani oleh pasien dan apoteker.
Pelayanan home care adalah salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh
puskesmas Bangko. Pelayanan home care ini dilakukan oleh apoteker yang
dibantu dengan asisten apoteker. Pasien yang mendapatkan pelayanan home care
adalah pasien yang secara resmi terdaftar dan berobat di puskesmas Bangko dan
pasien yang menderita penyakit kronis dan penyakit degeneratif khususnya untuk
pasien lansia.
home care, kita juga perlu PMO (pendamping minum obat) untuk membantu
A. Dana APBD
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dana
49
APBD digunakan untuk keperluan pengobatan pasien di Puskesmas. Dana APBD
ini dipegang oleh Dinas Kesehatan Kota untuk semua puskesmas yang berada
dibawah naungannya. Dana ini digunakan untuk pembelian obat atau sediaan
obat yang masuk kedalam dana APBD ini sudah termasuk kedalam E-catalog.
obat tersebut tidak tersedia di gudang (obat yang tidak menggunakan dana
JKN.
yang bersifat promotif dan preventif. Dana BOK ini tidak untuk dana pembelian
50
puskesmas dalam menyelenggarakan kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif.
51
BAB IV. PEMBAHASAN
nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu
kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah
2006).
merupakan bagian dari puskesmas yang terdiri dari apoteker sebagai penanggung
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien,
hal tersebut sudah tercantum pada PERMENKES No. 26 tahun 2020. Apoteker
yang bertanggung jawab di apotek puskesmas harus mempunyai surat izin praktek
apoteker (SIPA) dan begitu juga tenaga teknis kefarmasian harus memiliki surat
52
Setiap Dinas Kesehatan Kota memiliki satu Instalasi Farmasi Kota,
berfungsi sebagai penyedia barang dan/atau jasa yang diperlukan oleh masyarakat
dan/atau oleh perangkat daerah lain, penyedia barang dan jasa diperlukan secara
terus menerus. Dinas Kesehatan akan memesan (pengadaan) obat ke PBF secara
merupakan obat yang berada didalam anggaran daerah. Jadi, Dinas Kesehatan
akan memesan untuk permintaan dalam setahun. Setelah itu, obat datang ke
gudang secara bertahap yaitu dalam sekali tiga bulan barang akan datang ke
Instalasi Farmasi Kota. Penerimaan obat dilakukan oleh petugas gudang dengan
memeriksa nama obat, jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsanya. Setelah
itu dibuatlah berita acara dengan adanya bukti barang masuk (BBM). Lalu
dimasukkan ke dalam kartu stok dan bukti barang masuk (BBM) disimpan di
dengan posisi letak lemari leter U atau leter L. Kardus obat yang disimpan
digudang harus di alasi dengan pallet agar sediaan obat tidak berkontak langsung
terpisah dan terkunci. Obat bebas, bebas terbatas dan obat keras lainnya di simpan
Setelah lembaran LPLPO diterima di IFK, lalu pihak IFK akan menyiapkan
obat sesuai dengan permintaan puskesmas dan juga menyesuaikan dengan stok
yang ada di IFK. Apabila stok IFK banyak, maka permintaan puskesmas itu akan
dipenuhi semua, tetapi apabila stok IFK terbatas, maka puskesmas tidak akan
53
mendapat obat sesuai dengan jumlah yang diminta, tetapi akan dibagi sama rata
dengan puskesmas lain yang memesan obat yang sama. Sebelum diserahkan ke
dengan dibuat berita acara bukti barang keluar (SBBK). Obat tersebut akan
diantar oleh petugas gudang. Setelah sampai di puskesmas tujuan obat akan
diperiksa ulang dengan di saksikan oleh Apoteker atau tenaga teknis yang
bertanggung jawab terhadap datangnya obat. Setelah semua obat dipesan dan
sesuai dengan pesanan, maka Apoteker atau tenaga teknis lainnya akan
menandatangani SBBK tersebut dan satu lembar SBBK sebagai arsip untuk
puskesmas.
musnahkan. Petugas gudang akan mendata dan merekap obat dan perbekkes yang
yang akan dimusnahkan lalu di serahkan data tersebut ke Dinas Kesehatan, lalu
Pemeriksaan Obat yang mana dari hasil rapat tersebut dibuatlah surat
54
Pemusnahan obat dan sediaan farmasi ini tidak hanya menggunakan metode
inertisasi, namun ada beberapa metode yang digunakan yaitu metode insinerasi,
obat ED dimana hal–hal yang perlu diperhatikan yaitu perencanaan harus disiplin
orang apoteker, 3 orang asisten apoteker dan banyak tenaga medis lainnya.
Puskesmas Bangko ini membuka pelayanan untuk dan rawat jalan. Untuk
pelayanan rawat jalan di buka setiap hari, dari hari senin sampai kamis jam 07.30
- 13.30 WIB, hari jum’at dari jam 07.30 - 11.00 WIB, sedangkan hari sabtu dari
jam 07.45 – 12.00 WIB. Pelayanan UGD biasanya untuk pasien yang gawat
paramedis lainnya.
Apoteker yang dibantu oleh tiga orang asisten apoteker. Standar pelayanan
55
dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan pemberdayaan
masyarakat.
Perencanaan obat di puskesmas dibuat dan direkap oleh Apoteker berupa rencana
kebutuhan obat (RKO) yang mana data–data perencanaan kebutuhan obat tersebut
berasal dari laporan–laporan pemakaian obat dari apotek, IGD, pustu dan polindes
oleh pimpinan puskesmas. Setelah itu, sistem pencatatan dan pelaporan Tingkat
Farmasi Kota. Rencana Kebutuhan Obat (RKO) ini berupa rencana kebutuhan
obat dalam setahun yang akan datang ditambah dengan buffer stock dan dikurangi
laporan pemakaian dan lembar permintaan (LPLPO), lalu petugas gudang akan
packing dan diantarkan oleh petugas gudang dengan membawa LPLPO beserta
Surat Bukti Barang Keluar (SBBK). Setelah barang tiba di puskesmas, maka
memeriksa kembali kepastian barang dari jumlah dan jenis item yang di pesan,
nomor batch, expire date, bentuk sediaan serta jumlah setelah itu ditandatangani
56
jenis sediaan, untuk obat tablet, kapsul dan sirup di letakkan dilemari obat pada
suhu (15ºC – 25ºC), sedangkan obat suppositoria, injeksi dan vaksin diletakkan di
suhu dingin (2oC – 8oC). Selain itu penyimpanan di puskesmas Bangko ini
berdasarkan abjad dengan menggunakan sistem FIFO, FEFO, dan LASA . Setelah
itu, dimasukkan data obat kedalam kartu stok. Hal ini bertujuan untuk pemantauan
ketersediaan obat di Puskesmas dan melihat stok obat apa saja yang sudah
menipis. Jika terdapat obat yang sudah minipis maka diajukanlah surat permintaan
obat tambahan kepada dinas kesehatan tetapi jika obat tidak tersedia maka
lainnya seperti Apotek, UGD, Polindes, Pustu, Posyandu dan sub unit lainnya
setiap 3 bulan sekali sesuai dengan kebutuhan obat dari masing-masing sub unit.
setiap bulan dengan melaporkan laporan pemakaian obat dan laporan lainnya.
57
melainkan dilakukan di Instalasi Farmasi Kota (IFK) disebabkan biaya yang tidak
memadai.
dalam aspek farmasi klinik, yaitu dimulai dari penerimaan resep. Pasien datang
maupun klinik. Setelah di skrining, apabila terjadi suatu masalah maka perlu
atau diganti dengan sediaan lain yang mempunyai khasiat yang sama, apabila
sediaan itu tidak ada di apotek. Setelah dikonfirmasi ke dokter lalu dilakukan
penyiapan obat (non racikan maupun racikan). Sebelum obat diracik, kita harus
memastikan bahwa lumpang sudah bersih dan aseptik dengan cara pembilasan
dengan alkohol, sehingga kita melakukan peracikan obat dalam kondisi yang
Setelah obat selesai disiapkan, lalu obat diserahkan ke pasien dan disertai
dengan pemberian informasi obat. Pemberian informasi obat ini berupa nama
obat, dosis, aturan pakai, cara pakai dan lain sebagainya yang dilakukan di apotek,
Konseling ini dilakukan bisa atas permintaan dokter, keputusan Apoteker dan bisa
Pelayanan informasi obat ini tidak hanya ditujukan ke pasien saja, namun
bisa juga ke tenaga medis lainnya seperti dokter, perawat, bidan dan tenaga medis
lainnya. Jadi kita juga perlu sharing dan memberi edukasi ke tenaga medis lainnya
58
terkait obat, sehingga kita sebagai tenaga kesehatan bisa berkerja sama dalam
pengobatan pasien.
Konseling atas permintaan dokter ini, karena menurut dokter pasien ini
perlu diberi edukasi terkait obat oleh Apoteker. Konseling atas inisiatif Apoteker
ini dilakukan apabila dari resep dan obat yang akan dikonsumsi pasien ini banyak
dan pasien menderita penyakit degeneratif. Sehingga pasien ini perlu untuk diberi
arahan dan edukasi. Sebelum kita memberi edukasi, terlebih dahulu kita
penyakit yang diderita pasien. Setelah pasien bercerita semua keluh kesah yang
dirasakan baru disitu peran kita sebagai Apoteker memberi penjelasan apa yang
harus dilakukan pasien itu baik dari pengobatan maupun dari segi pola hidup
pasien itu sendiri. Konseling atas keinginan pasien itu dilakukan apabila pasien itu
sendiri yang menginginkan konsultasi tentang apa yang dirasa kurang paham dan
Pasien yang perlu di beri konseling adalah pasien dengan penyakit kronik
(seperti diabetes, hipertensi, dan lain-lain), lalu pasien pediatri dan geriatri,
selanjutnya pasien yang menggunakan obat indeks terapi sempit), pasien dengan
pengobatan polifarmasi (pengobatan lebih dari 3 jenis obat) dan pasien dengan
Apoteker memberikan edukasi kepada pasien terkait hal yang harus dilakukan
kita lakukan PIO/Konseling maka kita harus dokumentasikan dengan lembar PIO
59
Selama pengobatan yang menggunakan obat yang tercantum didalam resep
mungkin ada atau tidak adanya terjadi efek samping obat, dimana efek samping
obat ini merupakan kejadian yang tidak dinginkan. Sehingga perlunya ada
informasi mengenai obat tersebut sebelum diberikan kepada pasien seperti obat
monitoring efek samping obat (MESO), dimana tujuan MESO ini meminimalkan
resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki dan mencegah terulangnya
kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. Dimana proses MESO di puskesmas
bangko ini yang pertama memberikan formulir monitoring efek samping kepada
pasien oleh bagian petugas kesehatan yang memeriksa pasien kemudian dilakukan
samping obat dalam formulir dan menyerahkan laporan MESO tersebut kepada
petugas farmasi, petugas farmasi memberikan data hasil monitoring efek samping
obat yang diterima dari petugas kesehatan, lalu membuat laporan monitoring efek
samping obat dan melaporkan kejadian efek samping obat ke tim mutu puskesmas
bangko dan ditindak lanjuti, dan mendokumentasikan Laporan efek samping obat
tersebut.
seperti kejadian nyarin cedera (KNC), dimana biasanya ini terjadi karena nama
pasien yang nyaris sama. Jika KNC ini terjadi maka pihak dari petugas farmasi
harus bertanggung jawab dengan mencari identitas, alamat, dan rekam medis
pasien. Dan menginformasikan kepada dokter penulis resep tindakan apa yang
60
akan dilakukan jika obat sudah diminum pasien sebelum obat pengganti yang
mendatangi rumah pasien dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan dan
menyerahkan obat pengganti kepada pasien. Dan mencatat kejadian tersebut untuk
laporan insiden ini berisi data pasien, rincian kejadian yang terdiri dari tanggal
dan waktu insiden, kronologi insiden nya seperti apa, jenis insiden, orang pertama
yang melaporkan insiden, insiden tersebut terjadi kepada siapa, akibat insiden
tersebut, tindakan yang dilakukan,dan apakah insiden tersebut pernah terjadi atau
tidak.
homecare, dimana pasien yang dilakukan homecare itu pasien yang berobat ke
kolesterol, dll) atau pasien yang dirasa perlu untuk dipantau terapi penggunaan
obatnya, sehingga kita perlu memantau penggunaan obat tersebut setelah pasien
pulang. Hal yang perlu diperhatikan dalam homecare adalah bagaimana pasien
menggunakan obat, apakah sudah sesuai dengan yang pengobatan atau pasien
tidak patuh menggunakan obat. Untuk pasien yang sudah lansia kita memerlukan
PMO (pendamping minum obat) dari anggota keluarga seperti anak atau adik
yang berada dirumah yang memperhatikan ketika si ibu meminum obat. Dengan
rasional.
meminum obat akan ada efek samping apa saja yang akan muncul, sehingga kita
61
bisa menanggulangi penggunaan obat sebelum efek samping tersebut datang.
tim medis lain seperti dokter, perawat, bidan dan laboratorium untuk menangani
pasien sehingga kejadian Drug Related problem nya dapat diperkecil dan pasien
sewaktu, gula darah 2 jam PP, dan gula darah puasa), pemeriksaan kolestrol,
lainnya. Pasien sebelum didiagnosa dokter dan diberi pengobatan terlebih dahulu
glukosa. Setelah diperiksa akan didapatkan hasil labor, dan dokterpun meresepkan
obat sesuai dengan data yang didapatkan dari hasil labor. Semua data pasien yang
medis dan akan disimpan dalam ruang rekam medis dan disusun berdasarkan
masyarakat telah menjalani pola hidup sehat. Hal ini juga beguna untuk
meningkatkan kinerja serta kualitas Apoteker dan tenaga medis lainnya terutama
62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dinas Kesehatan Kota digunakan sebagai acuan bagi pemerintah daerah dalam
2. Instalasi Farmasi Kota ini merupakan gudang tempat penyimpanan obat dan
bahan medis habis pakai, Pelayanan farmasi klinik serta upaya pemberdayaan
masyarakat
63
Care, Pemantauan Terapi Obat(PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO),
64
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 49 tahun
2016 Tentang Otonomi Daerah.Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
65
Lampiran 1. Struktur Organisasi
KEPALA PUSKESMAS
PENANGGUNG JAWAB
KEFARMASIAN
PENJAB E-PKM
66
Lampiran 2. Gudang Farmasi
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2 . Lemari narkotika dan psikotropika (a), lemari pendingin (b), penyusunan
obat berdasarkan bentuk sedian (c)(d).
67
Lampiran 3. Gudang farmasi puskesmas
68
Lampiran 3. Lanjutan
69
Lampiran 4. Apotik Puskesmas Bangko
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4. Tempat penyiapan obat (a), pengarsipan laporan obat (b), lemari narkotik
(c), tempat penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan
70
Lampiran 5. Lembar Contoh Resep Obat Puskesmas Bangko
(a) (b)
(c)
Gambar 5. Lembar resep gratis (a), lembar resep BPJS (b), lembar resep umum (c)
71
Lampiran 6. Contoh Etiket Obat
72
Lampiran 7. Obat Emergency Di Puskesmas Bangko
73
Lampiran 8. Pemberian Informasi Obat Kepada Pasien
(a)
(b)
Gambar 8. Pemberian informasi obat pada pasien Lansia (a), Pemberian Informasi
Obat di Apotek (b)
74
Lampiran 9. Rencana Kebutuhan Obat (RKO)
75
Lampiran 10. Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO)
Triwulan/Amprah
76
Lampiran 11. Laporan Permintaan Obat Tambahan
77
Lampiran 12. Laporan Rekapitulasi Data Psikotropika Per Bulan
Gambar 12. Laporan Rekapitulasi Data Psikotropika dan Nartiko Per Bulan
78
Lampiran 13. Laporan Penyerahan Barang ke Desa
79
Lampiran 14. Formularium Puskesmas
80
Lampiran 15. Lapiran Perbaikan KTD dan KNC Pelayanan Farmasi
81
Lampiran 16. Kejadian Efek Samping Obat
82
Gambar 17. Formulir Pelaporan Efek Samping Obat (MESO)
83
Lampiran 18. Berita Acara Penyerahan Obat kadaluarsa
84
Lampiran 19. Berita Acara Pemusnahan Resep di Puskesmas Bangko
85
Gambar 20. Berita Acara Pemusnahan Resep Narkotika di Puskesmas Bangko
86
Lampiran 21. Berita Acara Penyerahan Barang dari Dinas Kesehatan
87
Lampiran 22. Rekam Medis di Puskesmas Bangko
88