FITOTERAPI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS A
ANGGOTA
1. Hafizah (2030122026)
2. Intan Suci Mayasari (2030122030)
3. Lina Permatasari (2030122034)
4. Rahmi Anova (2030122053)
DOSEN PENGAMPU:
Apt. Verawati, M.Farm
FAKULTAS FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Anti Inflamasi ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Fitoterapi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang tanaman yang berkhasiat sebagai Anti Inflamasi bagi
para pembaca dan bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I...................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
Tinjauan pustaka..................................................................................................................
2.1 Tinjauan Biologi...................................................................................................
2.2 Tinjauan Kimia.....................................................................................................
2.3 Tinjauan Komponen Klinis dan Utamanya...........................................................
2.4 Tinjauan Khasiat Tradisional..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
melibatkan partisipasi elemen vaskular dan seluler yang berujung dalam sintesis
dan pelepasan mediator inflamasi, seperti sitokin, oksida nitrat (NO), dan
tubuh mekanisme pertahanan, tapi respon inflamasi ini bisa menjadi diperburuk
dan tidak terkendali, yang menyebabkan efek berbahaya yang serius. Oleh karena
sangat penting. Banyak sekali agen dengan sifat anti-inflamasi dapat menipiskan
yang berasal dari rimpang tanaman dan memiliki sejarah panjang digunakan
bagian lain Asia Tenggara. Konstituen aktif utama kunyit dan yang bertanggung
jawab atas warna kuning cerahnya adalah cur-cumin, pertama kali diidentifikasi
Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan dengan kultur sel dan model
hewan, uji coba dan uji klinis menunjukkan kurkumin mungkin berpotensi
1
sebagai agen terapeutik pada penyakit seperti penyakit radang usus, pankreatitis,
artritis, dan uveitis anterior kronis, serta jenis kanker tertentu. Komponen kimia
terpenting dari kunyit adalah sekelompok senyawa yang disebut yang meliputi
Senyawa terbaik yang dipelajari adalah kurkumin, yang merupakan 3,14% (rata-
rata) dari bubuk kunyit. Selain itu ada minyak atsiri penting lainnya seperti
turmeron, atlantone dan zingiberene. Beberapa unsur umum adalah gula, protein,
Aktivitas Anti Inflamasi dari rimpang kunyit dan senyawa yang berkhasiat
1.3 Tujuan
anti inflamasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas :Monocotyledoneae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
3
Gambar 1. Tanaman Curcuma longa L.
(Sumber : https://ezkysmadab.files.wordpress.com/2014/06/kunyit-3.jpg)
4
Rimpang atau akar tinggal berbentuk bulat memanjang dan memiliki akar
serabut. Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang induk
(umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang. Rimpang utama ini biasanya
ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping. Jumlah tunas umumnya
banyak, tumbuh mendatar atau melengkung, serta berbuku-buku pendek, lurus
atau melengkung. Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan. Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit. Rimpang cabang
akan berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan
batang semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho, 1997).
Kandungan kimia dari Curcuma longa L. dapat dilihat pada berbagai hasil
studi yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil studi (Jurenka, 2009) Konstituen
kunyit termasuk tiga kurkuminoid: kurkumin (diferuloylmethane; konstituen
5
utama dan yang bertanggung jawab atas warna kuning cerah),
demethoxycurcumin, dan bisdemethoxycurcumin, serta minyak atsiri (tumerone,
atlantone, dan zingiberone), gula, protein, dan resin . Kompleks curcuminoid juga
dikenal sebagai kunyit India. Curcumin adalah polifenol lipofilik yang hampir
tidak larut dalam air, tetapi cukup stabil dalam pH asam lambung.
6
2.3 Tinjauan Farmakologi
Penelitian farmakolologi telah menunjukkan bahwa kunyit memiliki anti-
inflamasi, antioksidan, antiprotozoa, anti-bakteri, antivenom, anti-HIVdan
aktivitas unti-tumor. Efek farmakologis kurkuminoid telah diteliti, seperti
penghambatan oksida nitrat (NO), anti-inflamasi, anti tumor, anti alergi dan anti
demensia. Penelitian ini dilakukan untuk memverifikasi variasi temulawak dan
kunyit dari Sukabumi Indonesia terhadap total aktivitas kurkuminoid, antioksidan
dan anti inflamasi. (Nurcholis W. dkk, 2012)
Rimpang kunyit digunakan sebagai bumbu dapur dan sebagai obat yang
berkhasiat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah tinggi, sebagai obat
7
malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit perut, peluruh ASI, fungisida,
stimulan, mengobati keseleo, memar, rematik, obat asma, diabetes melitus, usus
buntu, amandel, sariawan, tambah darah, menghilangkan jerawat, penurun panas,
menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang dan mengobati luka-luka
(Syukur dan Hernani, 2001).
Defenisi antiinflamasi
8
berlangsung. Respon kronis meliputi respon makrofag, respon kaya sel plasma
dan limfosit diikuti dengan respon granulomatosa.
Kunyit merupakan rempah yang banyak digunakan yang berasal dari rimpang
temulawak. Telah digunakan sebagai bumbu makanan, telah menarik perhatian
para ilmuwan pada kemungkinan manfaat medis dari senyawa aktifnya yang
disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, demethoxycurcumin dan
bisdemethoxycurcmin. Kurkumin merupakan komponen aktif utama pada kunyit
dan merupakan salah satu yang memberi warna kuning pada kunyit. Ini pertama
kali diperkenalkan oleh Lampe dan Milobedzka pada tahun 1910.
1. Pada penelitian yang berjudul Efek anti inflamasi rimpang Curcuma longa.
Linn, di Albino tikus dengan metode Carrageenin diinduksi edema kaki.
Metode penelitian:
Hasil:
9
Ekstrak etanol dari Curcuma longa menghambat perkembangan edema pada
akhir 3 jam. Aktivitas anti-inflamasi yang ditunjukkan oleh ekstrak tergantung
pada dosis dan secara statistik signifikan pada level dosis 1000mg / kg dan
sebanding dengan obat standar yang digunakan Aspirin.
Kesimpulan:
Metode:
10
Kandungan lama ekstrak etanol temulawak dan kunyit menjanjikan
dimana Ac adalah absorbansi air ditambah DPPH (dalam etanol), Acb adalah
absorbansi blanko (air ditambah etanol tanpa DPPH), As adalah absorbansi
sampel ditambah DPPH (dalam etanol) dan Asb adalah absorbansi sampel
ditambah etanol tanpa DPPH. Konsentrasi sampel yang berbeda digunakan untuk
mendapatkan kurva kalibrasi dan untuk menghitung nilai ICso (konsentrasi 1C50
diperlukan untuk mendapatkan aktivitas pembersihan radikal 50%). Semua
sampel uji dilakukan dalam rangkap tiga (n = 3).
Hasil:
Konten kurkuminoid
11
adalah kurkumin dan demethoxy-curcumin (Gambar 1C) (Lechtenberg et al.,
2004).
Aktivitas anti-inflamasi
Kesimpulan
Metode:
12
Hasil:
Kesimpulan:
Kurkumin telah dibuktikan aman dalam enam percobaan pada manusia dan
telah menunjukkan aktivitas anti-inflamasi. Ini mungkin menggunakan aktivitas
anti-inflamasi dengan penghambatan sejumlah molekul berbeda yang berperan
dalam peradangan.
13
4. Pada penelitian yang berjudul Aktivitas Anti-inflamasi dan Antioksidan dari
Kurkuminoid Nanoencapsulated Diekstraksi dari Curcuma longa L. dalam Model
peradangan Kulit.
Metode:
Dalam penelitian ini menggunakan tikus jantan dimana tikus ini sengaja
dilakukan pembengkakkan pada bagian telinga yang diinduksi minyak puring
dimana minyak puring ini mengandung 12-Otetradecanoylphorbol-13-acetate
(TPA) dan ester phorbol lainnya yang memiliki sifat iritasi saat diaplikasikan pada
jaringan kulit pada tikus. Respon inflamasi yang diinduksi oleh minyak puring
ditandai dengan pembentukan edema dan perekrutan leukosit ke situs lesi. Reaksi
dipicu oleh aktivasi jalur enzimatik dan akibatnya produksi dan pelepasan
mediator inflamasi, seperti prostaglandin, leukotrien, sitokin proinflamasi
(misalnya, TNF, IL-1β, dan IL-6, antara lain), dan kemokin (antara lain CXCL-1
dan CCL2). Pengobatan dengan kurkuminoid bebas dan Nano enkapsulasi secara
topikal dapat menghambat edema dan aktivitas myeloperoxidase (MPO).
Pemberian oral Curcuminoid bebas dan Nano-cur menunjukkan bahwa Nano-cur
memiliki anti-inflamasi yang lebih tinggi khasiatnya dibandingkan dengan
Curcuminoid bebas. Nano-cur menghambat perkembangan edema telinga dan
aktivitas myeloperoxidase (MPO) dengan dosis itu delapan kali lipat lebih rendah
dari Cur.
Hasil:
14
Pengobatan topikal dan oral dengan Cur dan Nano-cur mencegah perubahan
beberapa parameter oksidatif, seperti mencegah peningkatan ROS dan tingkat
protein karbonilasi dan penipisan GSH. Pengurangan kandungan protein
karbonilasi mungkin terkait dengan penurunan level ROS. Cur dan Nano-cur
dapat secara langsung menurunkan produksi ROS atau menghilangkannya, atau
secara tidak langsung dapat meningkatkan efek ini dengan meningkatkan sistem
antioksidan endogen, seperti sintesis GSH, yang ditunjukkan di penelitian ini.
Kesimpulan:
15
BAB III
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
17