Disusun oleh :
Kelompok 2 (3A-Farmasi)
Puja dan puji syukur semoga senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan semua limpahan serta rahmat-Nya kepada kita semua,
sehingga proposal Minuman Herbal Kunyit sebagai antioksidan ini bisa
terselesaikan
Besar harapan Kami agar proposal ini bisa memberikan ilmu pengetahuan dan
manfaat, untuk para pembaca. Kami menyadari betul bahwa hadirnya proposal ini
tentu bukan berarti ia sempurna dan lepas dari masukan. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan proposal ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
jenis Curcuma SP, yang merupakan tanaman asli dari wilayah Indonesia-
Malaysia, ditemukan tumbuh tersebar dari india, Taiwan, Thailand, seluruh
wilayah Malaysia sampai ke wilayah pasifik dan Australia utara. Di wilayah
Malaysia ada sekitar 20 jenis Curcuma sp. Menurut Krishnamurhty et al,
(1976). Kunyit mengandung 2,5-6% kurkumin, kunyit telah dikenal industry
jamu/ obat tradisional dan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
ramuan jamu.
Kebutuhan industry kedua 1,355 ton/ tahun berat segar kunyit yang
menempati urutan pertama dan keempat terbesar dibandingkan bahan baku
lainnya untuk keperluan industry lainnya untuk keperluan Industri Obat
Tradisional di jawa Tengah (Kemala, et al : 2003). Mengingat khasiat
kurkumin untuk mengobati beragaimacam penyakit yang telah terbukti secara
ilmiah melalui berbagai pengujian pre-klinik dan klinik, dan tingginya
permintaan bahan baku dari komoditi iniuntuk memenuhi kebutuhan industry,
maka diperlukan dukungan teknologi untuk pengembangannya.
Kandungan penting dalam kunyit adalah komponen kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis-demetoksikurkumin
(Anon, 2012). Kurkuminoid termasuk dalam golongan fenol yang berpotensi
sebagai antioksidan alami (Hall, 2001). Secara farmakologi bahan aktif kunyit,
kurkumin telah banyak diteliti sebagai anti inflamasi ampuh, antibakteri,
antioksidan, dan agen kardioprotektif (Pari dkk., 2008).
1.2 Masalah
1. Apa itu Obat Tradisional ?
2. Apa saja khasiat dari kunyit ?
3. Bagaimana aktivitas antioksidan dari kunyit ?
4. Bagaimana cara membuat minuman herbal dari kunyit ?
5. Apakah dengan pembuatan minuman herbal kunyit (Curcuma longa Linn)
sebagai antioksidan dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap
minuman herbal?
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu obat tradisional.
2. Mengethaui apa saja khasiat dari kunyit
3. Mengetahui aktivitas antioksidan dari kunyit
4. Mengetahui pengaruh pembuatan minuman herbal kunyit sebagai
antioksidan terhadap minat masyarakat pada obat tradisional.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
lanset. Kelopak bunga berbentuk tabung, panjang 9-13 mm. Dalam
rangkuman ini akan membahaskan penelitian yang telah dilakukan
terhadap kunyit, C. longa yang berhubungan dengan studi kimia, aktivitas
farmakologi dan farmakokinetiknya.
Klasifikasi tanaman kunyit (Curcuma longa L.)
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta ( tanaman berpembuluh)
Kelas : Lillopsida ( tanaman monokotil )
Sub kelas : Zingiberidae
Divisi : Magnoliopsida ( tanaman berbunga )
Super divisi: Spermatophyta ( tanaman berbiji )
Genus : Curcuma
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Spesies : Curcuma longa
5
kariofilen, linalol dan 1,8 sineol. Minyak esensial dihasilkan dengan
destilasi uap dari rimpang kunyit, mengandung a-phellandrene (1%),
sabinene (0.6%), cineol (1%), borneol (0.5%), zingiberene (25%) and
sesquiterpines (53%). Kurkumin (diferuloylmethane) (3–4%) merupakan
komponen aktif dari kunyit yang berperan untuk menghasilkan warna
kuning, dan terdiri dari kurkumin I (94%), kurkumin II (6%) dan
kurkumin III (0.3%) (Hayakawa et al., 2011).
Kunyit memiliki kandungan kimia yang bermanfaat untuk
kesehatan tubuh dan mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai obat,
yaitu kurkuminoid yang terdiri dari (kurkumin atau 1,7-bis(4-hidroksi-3-
metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,6-dion, 10% desmetoksikumin atau 1-(4
hidroksi-3-metoksifenil)-7-(4-hidroksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion dan
1-5% bisdesmetoksikurkumin atau 1,7-bis(4-hidroksifenil)-1,6-
heptadiena-3,5-dion) dan zat- zat manfaat lainnya seperti minyak atsiri
yang terdiri dari (keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, zingiberene
25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil) (Hayakawa et al., 2011).
Selain daripada senyawa kurkuminoid, kunyit juga mempunyai
senyawa lain yang merupakan senyawa turunan yaitu 4”-(3”‟-metoksi-
4”‟-hidroksilfenil)-2”-okso-enabutanil 3-(3‟-metoksi-4‟-hidroksifenil)
propenoat atau disebut sebagai calebin A , 1,7-bis(4-hidroksi-3-
metoksifenil)-1,4,6-heptatriena-3-on,1-hidroksi-1,7-bis(4 -hidroksifenil)-
3-metoksifenil)-6-heptena-3,5-dion, 1,7-bis(4-hidroksifenil)-1-heptena-
3,5-dion,1,7-bis(4-hidroksifenil)-1,4,6-heptatrien-3-on dan 1,5-bis(4-
hidroksi-3-metoksifenil)-1,4-pentadien-3-on (Anand et al., 2010).
5.3 Khasiat
Secara empiris kunyit banyak digunakan sebagai obat mag,
penurunan kolesterol, diare, nyeri haid, sakit kunig, dan obat luka.
Menurut Rukmana (1995) khasiat kunyit sebagai bahan pembuat
ramuan untuk mengobati bebrbagai jenis penyakit pada manusia seperti
sakit perut, masuk angin, malaria, dan lain-lain. Pada hewan percobaan
6
sebagai anti diare, anti hepatotoksik, anti oedema, menurunkan kadar
kolesterol, dan lain-lain. Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1997),
kunyit berkhasiat sebagai penghilang gatal, antipasmodikum, astringetia,
analgetika, serta obat gingivitis (radang gusi), radang selaput mata, sesak
napada, dan sakit perut.
7
Berasal dari kata HERBAL dan jika dipisahkan menjadi Her dalam
bahasa Jawa Kuno artinya Air, Bal : Baladewa. Dalam kosakata
Hanacaraka, dari kata dasar, HaraBala, Jadi Baladewanya Hara, Zat Hara,
Zat Sumber Kehidupan yang vital dan penting bagi seluruh mahklukNya
dan alam raya seisinya.
Jika Herbal menjadi senyawa Tunggal, maka itu bukan Herbal itu
Hanya Sebatas Satu Jenis Senyawa Aktif, Sebatas disebut orang awam dan
akademisi Obat, Sebatas Senyawa Sintesis. Jadi Herbal adalah Senyawa
Campuran yang Beraneka Ragam Zat Haranya namun kompak dan satu
Tujuannya, beribadah dan bermanfaat bagi para MakhlukNya, Khususnya
Manusia dan Keturunannya.
5.6 Antioksidan
Sifat antioksidan kunyit telah diterima secara luas sebagai salah
satu rempah-rempah dengan aktivitas antioksidan tertinggi (Wojdyło dkk.,
2007). Aktivitas antioksidan dari kunyit dapat digunakan dalam berbagai
8
aplikasi, seperti dalam pembuatan kosmetik (Thornfeldt, 2005).
Kandungan penting dalam kunyit adalah komponen kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis- demetoksikurkumin
(Anon,2012). Kurkuminoid termasuk dalam golongan fenol yang
berpotensi sebagai antioksidan alami (Hall, 2001). Secara farmakologi
bahan aktif kunyit, kurkumin telah banyak diteliti sebagai anti inflamasi
ampuh, antibakteri, antioksidan, dan agen kardioprotektif (Pari dkk.,
2008). Penelitiaan Mulyani dkk. (2006) menyatakan bahwa kunyit
berpotensi sebagai sumber antioksidan. Selanjutnya Mulyani dan
Suhendra, (2010) juga melaporkan bahwa kunyit secara in vitro terbukti
mempunyai aktifitas antioksidan dan campuran keduanya menunjukkan
adanya sinergisme.
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
10
2) Setelah kunyit di panen, dilakukan penyortiran segar untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang
muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.
Selanjutnya, kunyit dicuci untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus
segera dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan.
Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang
terkandung dalam bahan. Pencucian rimpang kunyit dengan air yang
mengandung kapur dapat menyebabkan perubahan pH yang berakibat
mengaktifkan enzim tertentu danmerubah zat kurkumin yang ada menjadi
asam ferulat.
Terakhir, kunyit dirajang untuk mempermudah proses selanjutnya.
Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam
bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam
bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan
kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.
11
bekas patahan agak rata, berdebu; warna kuning jingga, kuning jingga
kemerahan sampai jingga kecoklatan, bekas patahan kuning jingga sampai
cokelat kemerahan; bauk has; rasa agak pahit; agak pedas, lama kelamaan
menimbulkan rasa tebal.
12
Depkes RI, 2017
3) Analisis Fitokimia
Analisis atau Skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak
dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat didalamnya untuk dilakukan pemisahan senyawa
secara keseluruhan. Kemudian analisis atau skrining fitokimia ekstrak
rimpang kunyit bertujuan untuk memastikan keberadaan seyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam rimpang kunyit (Harborne, 2006).
a. Pemeriksaan Alkaloida
Ekstrak kunyit dibasakan dengan ammonia, kemudian ditambahkan
kloroform lalu dikocok kuat. Kemudian ditambahkan asam klorida
2N. campuran dikocok kuat hingga terdapat 2 lapisan. Lapisan asam
dipipet lalu dibagi 3 bagian. Masing-masing tabung reaksi
ditambahkan pereaksi yang berbeda.
13
Tabung reaksi 1: diteteskan pereaksi Mayer. Adanya endapan
atau kekeruhan berwarna putih menunjukan adanya senyawa
kimia golongan alkaloid.
Tabung reaksi 2: diteteskan pereaksi Dragendorff. Adanya
endapan atau kekeruhan berwarna kuning/jingga menunjukan
adanya senyawa kimia golongan alkaloid.
Tabung reaksi 3: sebagai blanko.
(Farnsworth,1966)
b. Pemeriksaan Flavonoid
Sebanyak 1 ml ekstrak rimpang kunyit dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan HCL pekat sebanyak 2 tetes
dan 2 tetes amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Setelah itu
ditambahkan serbuk magnesium (Mg) dan dikocok kuat. Sampel
positif mengandung flavonoid bila terdapat buih dengan intensitas
yang banyak dan larutanakan mengalami perubahan warna
menjadi jingga (Cobra et al., 2019).
Bila terbentuk warna kuning, orange atau merah pada lapisan amil
alkohol menunjukkan adanya flavonoid (Depkes RI, 1995).
c. Pemeriksaan Saponin
Ekstrak kunyit 1 mL dikocok dengan 10 mL air selama 10 menit,
terbentuk buih atau busa yang stabil >10 menit setinggi 1 cm sampai
10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang
itu menunjukkan adanya Saponin (Depkes RI, 2008).
d. Pemeriksaan Tanin
Sebanyak 1 ml ekstrak rimpang kunyit dimasukkan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan FeCl3 1% sebanyak 2-3 tetes. Sampel
positif mengandung tanin bila mengalami perubahan warna menjadi
hijau kehitaman (Ningtyas, et al., 2015). Jika terjadi warna biru
kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin (Depkes
RI, 1995). Penambahan 3 tetes pereaksi FeCl3 ke dalam 1 mL ekstrak
menghasilkan warna biru hitam (Hanani, 2017).
14
e. Pemeriksaan Steroid/Terpenoid
Uji terpenoid dilakukan dengan cara ekstrak kunyit sebanyak 1 mL
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat
perubahan warna ungu atau merah kemudian menjadi biru hijau
menunjukkan adanya terpenoid (Banu & Cathrine, 2015). Sedangkan
uji steroid dilakukan dengan cara Ekstrak kunyit sebanyak 1 mL
ditambahkan kloroform dan 5 tetes asam asetat anhidrat dan biarkan
mengering. Lalu tambahkan 3 tetes H2SO4 P. Maka akan terbentuk
warna biru. Terbentuknya warna biru dapat diamati pada bagian
pinggir plat tetes menunjukkan adanya steroid (Hanani, 2017).
f. Uji fenol
Tes Ferri klorida
Pipet ekstrak sebanyak 2 mL, tambahkan 3-4 tetes besi (III)
klorida. Senyawa fenol akan memberikan warna hijau hingga biru
hitam dengan penambahan larutan garam besi (III) klorida (Banu &
Cathrine, 2015).
Uji timbal asetat
Pipet ekstrak sebanyak 2 mL, tambahkan 3 mL larutan timbal
asetat 10% ini telah ditambahkan. Endapan putih besar
menunjukkan adanya senyawa fenolik(Banu & Cathrine, 2015).
g. Uji Antrakuinon
Sebanyak 0.3 gram ekstrak rimpang kunyit diekstraksi dengan 10 ml
aquades, kemudian filtrate diekstraksi dengan 3 ml toluene dan
ditambah ammonia. Positif antrakuinon ditunjukkan dengan
perubahan warna merah (Ningsih et al., 2020).
h. Uji Polifenol
Sebanyak 1 gram ekstrak rimpang kunyit diekstraksi dengan 15 mL
aquades panas kemudian ditambah NaCl dan garam gelatin. Endapan
yang timbul menunjukkan hasil positif polifenol (Ningsih et al.,
2020).
15
3.4 Pembuatan Minuman Herbal Antioksidan
Cara pembuatan :
b. Uji pH
Uji pH menunggunakan alat pH meter dengan cara penggunaanya yaitu :
1. Ambil sampel air yang mau di ukur kadar pHnya (letakkan dalam
wadah).
2. Nyalakan dengan menekan tombol on pada pH meter.
16
3. Masukkan pH meter ke dalam wadah yang berisi air yang akan di uji.
4. Pada saat di celupkan ke dalam air, skala angka akan bergerak acak.
5. Tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah.
d. Uji Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas pemeriksaan meliputi ada atau tidaknya
gumpalan atau endapan pada larutan
e. Uji Stabilitas
f. Uji Hedonic
Minuman dicobakan kepada 15 orang responden dan kemudian responden
diminta untuk mengisi kuisioner yang isinya meliputi rasa, aroma dan
penampilan.
17
Analisis kapasitas antioksidan yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode spektrofotometri, yaitu metode reduksi DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil). Larutan-larutan yang dibutuhkan adalah larutan
DPPH 1 mM dalam metanol proanalysis, metanol, larutan standar asam
askorbat, dan sampel. Analisis kapasitas antioksidan terdiri atas dua tahap,
yaitu 1) pembuatan kurva standar asam askorbat dan 2) penentuan
kapasitas antioksidan sampel.
1) Pembuatan Kurva Standar Asam Askorbat
Seri larutan standar asam askorbat dibuat dengan konsentrasi 0 ppm, 50
ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 500 ppm. Larutan blanko dibuat dengan
mencampurkan 8 ml metanol dengan 2 ml larutan DPPH. Larutan standar
dibuat dengan mencampurkan 7 ml metanol dan 2 ml larutan DPPH
dengan 1 ml standar asam askorbat pada masing-masing konsentrasi.
Larutan didiamkan pada suhu ruang selama 30 menit untuk selanjutnya
diukur absorbansinya (A) menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 520 nm. Pengukuran dilakukan secara duplo dengan
dua kali ulangan. Selanjutnya dibuat kurva standar asam askorbat dengan
memplotkan hubungan antara konsentrasi asam askorbat dan (A blanko –
A sampel).
2) Penentuan Kapasitas Antioksidan Sampel Larutan blanko dibuat
dengan mencampurkan 8 ml metanol dengan 2 ml larutan DPPH. Larutan
sampel dibuat dengan mencampurkan 7 ml metanol dan 2 ml larutan
DPPH dengan 1 ml sampel. Larutan didiamkan pada suhu ruang selama 30
menit untuk selanjutnya diukur absorbansinya (A) menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 520 nm. Pengukuran
dilakukan secara duplo dengan dua kali ulangan. Selanjutnya diperoleh
nilai (A blanko – A sampel) yang akan disubstitusikan pada persamaan
kurva standar asam askorbat untuk menentukan AEAC (Ascorbic Acid
Equivalent Antioxidant Capacity). Nilai yang diperoleh menunjukkan
jumlah mg asam askorbat yang ekivalen dengan 1 ml sampel.
18
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Keterangan Gambar
Parenkim korteks berisi
bahan berwarna kuning.
Periderm
20
a. Berkas pengangkut
dengan penebalan tipe
tangga
b. Amilum
b
a
Rambut penutup
Skrining fitokimia
Uji Teori Praktikum Gambar
Alkaloid - -
Mayer
Dragendorf
21
Flavonoid + +
Saponin - -
Polifenol + +
Keterangan salah,
seharusnya
polifenol
Kuinon + +
Terpenoid + +
22
4.3 Formula minuman
5. Formula 1
Kunyit (sari+air) 3L
Gula aren 600 g
Asem jawa 150 g
Jeruk nipis 2 tts
Formula 2
Kunyit (sari+air) 6L
Gula pasir 1.200 g
Asem jawa 300 g
23
DAFTAR PUSTAKA
Shan, C. Y., & Iskandar , Y. (2018). Studi Kandungan Kimia dan Aktivitas
Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma Longa L.). Farmaka, Vol 16(2),
547-555.
Indri Kusuma Dewi, Youstiana Dwi Rusita. Uji Stabilitas dan Hedonik Sirup
Herbal Kunit Asam Stability and Hedonic Test Of Tumeric Tamarind Syrup.
Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional. Volume 2, No 2, September
2017. Hal 60 - 115
24
Chu Yuan Shan, Yoppi Iskandar, “STUDI KANDUNGAN KIMIA DAN
AKTIVITAS FARMAKOLOGI TANAMAN KUNYIT (Curcuma longa L.)”
Falkutas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km.
21 Jatinangor. Suplemen Volume 16 Nomor 2.
Winarti, Christina., dan Nurdjanah, Nanan. Peluang Tanaman Rempah Dan Obat
Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian, 24(2), 2005.
25
Pari L, Tewas D dan Eckel J. 2008. Role of curcumin in health and disease. Arch
Physiol Biochem.;114:127-149.
Mulyani, S; Satriawan, K dan Lani Triani, IGA 2006 .Potensi Minuman Kunyit
Asam(Curcuma domestica Val - Tamarindus Indica L.)Sebagai Sumber
AntioksidanBeserta Analisis Finansialnya, Laporan Research Grant, TPSDP.
ADB- LOAN.
Cobra, L.S., Amini, H.W., Putri, A.K. 2019. Skirining Fitokimia Ekstrak
Sokhletasi Rimpang Kunyit (Curcuma longa) dengan Pelarut Etanol 96%.
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung. VOL 1 (1) :12-17.
26
Skrining Fitokimia. Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika. Vol
2(2).
Prabowo, H., Cahya, I.A.P.D., Arisanti, C.I.S.., & Samirana, P.O. 2019.
Standardisasi Spesifik dan Non-Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol 96%
Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.). Jurnal Farmasi Udayana. Vol 8
(1) : 29-35.
A’yunin Nur Arifah Qurota, Santoso. Umar, dan H. Eni. 2019. Kajian Kualitas
Dan Aktivitas Antioksidan Berbagai Formula Minuman Jamu Kunyit Asam .
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 23, No.1.
Gusti Nadra. 2020. “Analisis Kimia Simplisia Rimpang Kunyit Turina (Curcuma
longa L.) dengan Pengeringan Cahaya Matahari yang Ditutup Warna Kain
Berbeda”. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Perternakan. Program Studi
Agroteknologi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru
27
28