Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL BAHAN ALAM FARMASI

“MINUMAN HERBAL KUNYIT (Curcuma longa L.)”

Ditujukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Praktikum Bahan Alam Farmasi

Disusun oleh :

Kelompok 2 (3A-Farmasi)

Risnawa Puji Astuti (31020196) Dea khairunisa (31118027)


Ervina Novitasari (31118001) Reihana alfitrianti (31118028)
Sherly Puteri Sukmana (31118003) Dwi Puspa Syahirrah (31118029)
Gina Nur Fitria M.P (31118004) Nita Astuti (31118030)
Sri Subhawa Nur (31118008) Amanda Puspa Nabila (31118032)
Nisa Nursapaah (31118009) Denis pajriati (31118038)
Mitha Anggitha (31118012) Nesti Fadilah (31118039)
Widisyam Muliani (31118015) Dian Nugraha (31118040)
Yuni Maulidina (31118018) Widya Marwatu S (31118045)
Mutia Ambar P (31118020) Rangga Dwi Muharram (31118048)
Yulia Rahmawati (31118024)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


STIKES BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur semoga senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan semua limpahan serta rahmat-Nya kepada kita semua,
sehingga proposal Minuman Herbal Kunyit sebagai antioksidan ini bisa
terselesaikan

Kemudian kami ucapkan teriimakasih kepada Bapak. Hendy Suhendu,


M.Si dan Ibu Vera Nurviana, M.Farm selaku dosen pengampu mata kuliah
praktikum bahan alam farmasi. Karena keberhasilan penyusunan proposal ini
tentunya bukan atas usaha penulis saja namun ada banyak pihak yang turut
membantu dan memberikan dukungan.

Besar harapan Kami agar proposal ini bisa memberikan ilmu pengetahuan dan
manfaat, untuk para pembaca. Kami menyadari betul bahwa hadirnya proposal ini
tentu bukan berarti ia sempurna dan lepas dari masukan. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan proposal ini.

Tasikmalaya, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

1.1 Latar belakang ………………………………………………………... 1


1.2 Masalah ……………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….. 4

2.1 Tanaman Kunyit ………………………………………………………..4


2.2 Kandungan Senyawa …………………………………………………...5
2.3 Khasiat Tanaman ………………………………………………………6
2.4 Standarisasi Tanaman ……………………………………………….…7
2.5 Minuman Herbal …………………………………………………….…7
2.6 Antioksidan ………………………………………………………….…8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………….10

3.1 Alat dan Bahan ………………………………………………………..10


3.2 Preparasi Simplisia ……………………………………………………11
3.3 Karakterisasi Simplisia ………………………………………………..12
3.4 Pembuatan Minuman Herbal ……………………………………….…16
3.5 Evaluasi Produk dan Uji Stabilitas …………………………………... 17
3.6 Evaluasi Antioksidan Minuman Herbal ……………………………….18

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40.000 jenis
flora yang tumbuh di dunia, 30.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. sekitar
26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-
hutan. Dari yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai
obat tradisional.
Pemakaian tanaman obat dalam 10 tahun terakhir ini cenderung meningkat
sejalan dengan berkembangnya industri jamu atau obat tradisional, farmasi,
kosmetik, makanan dan minuman. Tanaman obat yang dipergunakan biasanya
dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami
pengolahan apapun). Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bunga, biji,
buah, dan kulit batang.
Pemanfaatan tanaman obat Indonesia akan terus meningkat mengikat
kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai
jamu. Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang
andal untuk menambah devisa negara.
Untuk menjaga kelestarian hidup dan menjamin suplai bahan baku bagi
kebutuhan industri obat tradisional maka perlu di kembangkan sistem
budidaya tanaman obat yang perlu dengan agroekosistem.
Kurkumin atau seringkali juga disebut sebagai kurkuminoid adalah suatu
campuran yang kompleks berwarna kuning orange yang diisolasi dari tanaman
dan memiliki efek terapeutik. kurkumin sebenarnya terdiri dari tiga macam
curcumin yaitu curcumin I (deferuloyl methane), kurkumin II desmethoxy-
kurkumin (feruloxy-p-hydroxy-cinnamoylethane) dan kurkumin III (bis-
hyroxcycinnamoyl)-methane) (wardini dan prakoso, 1999). Kurkumin
merupakan zat yang memiliki aktivitas biologi (zat berhasiat), yang terdapat
pada berbagai jenis Curcuma sp. (Chen dan Fang, 1997). Di dunia ada 40-50

1
jenis Curcuma SP, yang merupakan tanaman asli dari wilayah Indonesia-
Malaysia, ditemukan tumbuh tersebar dari india, Taiwan, Thailand, seluruh
wilayah Malaysia sampai ke wilayah pasifik dan Australia utara. Di wilayah
Malaysia ada sekitar 20 jenis Curcuma sp. Menurut Krishnamurhty et al,
(1976). Kunyit mengandung 2,5-6% kurkumin, kunyit telah dikenal industry
jamu/ obat tradisional dan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
ramuan jamu.
Kebutuhan industry kedua 1,355 ton/ tahun berat segar kunyit yang
menempati urutan pertama dan keempat terbesar dibandingkan bahan baku
lainnya untuk keperluan industry lainnya untuk keperluan Industri Obat
Tradisional di jawa Tengah (Kemala, et al : 2003). Mengingat khasiat
kurkumin untuk mengobati beragaimacam penyakit yang telah terbukti secara
ilmiah melalui berbagai pengujian pre-klinik dan klinik, dan tingginya
permintaan bahan baku dari komoditi iniuntuk memenuhi kebutuhan industry,
maka diperlukan dukungan teknologi untuk pengembangannya.
Kandungan penting dalam kunyit adalah komponen kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis-demetoksikurkumin
(Anon, 2012). Kurkuminoid termasuk dalam golongan fenol yang berpotensi
sebagai antioksidan alami (Hall, 2001). Secara farmakologi bahan aktif kunyit,
kurkumin telah banyak diteliti sebagai anti inflamasi ampuh, antibakteri,
antioksidan, dan agen kardioprotektif (Pari dkk., 2008).

1.2 Masalah
1. Apa itu Obat Tradisional ?
2. Apa saja khasiat dari kunyit ?
3. Bagaimana aktivitas antioksidan dari kunyit ?
4. Bagaimana cara membuat minuman herbal dari kunyit ?
5. Apakah dengan pembuatan minuman herbal kunyit (Curcuma longa Linn)
sebagai antioksidan dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap
minuman herbal?

2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu obat tradisional.
2. Mengethaui apa saja khasiat dari kunyit
3. Mengetahui aktivitas antioksidan dari kunyit
4. Mengetahui pengaruh pembuatan minuman herbal kunyit sebagai
antioksidan terhadap minat masyarakat pada obat tradisional.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Kunyit (Curcuma longa L.)

Kunyit, Curcuma longa L. (Zingiberaceae) adalah tanaman tropis


yang banyak terdapat di benua Asia yang secara ekstensif dipakai sebagai
zat pewarna dan pengharum makanan. Kunyit adalah sejenis tumbuhan
yang dijadikan bahan rempah yang memberikan warna kuning cerah.
Kunyit juga digunakan sebagai bahan pewarna, obatan dan perasa sejak
600 SM. Kunyit dianggapkan sebagai salah satu herba yang sangat bernilai
kepada manusia. Dalam sejarah perobatan rakyat India, kunyit
dianggapkan sebagai bahan antibiotik yang terbaik sementara pada masa
yang sama kunyit juga digunakan untuk memudahkan proses pencernaan
dan memperbaiki perjalanan usus. Di India, secara tradisional kunyit telah
digunakan sebagai pelawanan penyakit yang berhubungan dengan empedu
maupun “hepato-biliary disorders”, batuk, diabetes dan penyakit hepatik,
reumatik dan sinusitis. Manakala di China , kunyit digunakan untuk
penyakit yang berhubungan dengan penyakit perut dan penyakit kuning.
Tumbuhan ini berasal dari Asia Tenggara dan pada masa sekarang
tumbuhan ini menjadi tanaman perdagangan di China, India dan
Indonesia. Morfologi akar kunyit adalah bentuk rimpangnya panjang dan
bulat dengan diameter sebesar 1-2 cm serta panjangnya 3- 6 cm. Kunyit
dapat menumbuh tunas baru yang akan berkembang menjadi tanaman
baru. Tangkai bunga berambut, bersisik, daun kelopak berambut, bentuk

4
lanset. Kelopak bunga berbentuk tabung, panjang 9-13 mm. Dalam
rangkuman ini akan membahaskan penelitian yang telah dilakukan
terhadap kunyit, C. longa yang berhubungan dengan studi kimia, aktivitas
farmakologi dan farmakokinetiknya.
Klasifikasi tanaman kunyit (Curcuma longa L.)
 Kingdom : Plantae
 Sub Kingdom : Tracheobionta ( tanaman berpembuluh)
 Kelas : Lillopsida ( tanaman monokotil )
 Sub kelas : Zingiberidae
 Divisi : Magnoliopsida ( tanaman berbunga )
 Super divisi: Spermatophyta ( tanaman berbiji )
 Genus : Curcuma
 Ordo : Zingiberales
 Family : Zingiberaceae
 Spesies : Curcuma longa

5.2 Kandungan Senyawa

Kandungan senyawa kimia yang terdapat di rimpang kunyit akan


lebih tinggi apabila berasal dari dataran rendah dibandingkan dengan
kunyit yang berasal dari dataran tinggi. Kandungan kimia yang penting
dari rimpang kunyit adalah kurkumin, minyak atsiri, resin,
desmetoksikurkumin, oleoresin, dan bidesmetoksikurkumin, damar, gom,
lemak, protein, kalsium, fosfor dan besi. Kandungan kimia minyak atsiri
kunyit terdiri dari artumeron, α dan β-tumeron, tumerol, α- atlanton, β-

5
kariofilen, linalol dan 1,8 sineol. Minyak esensial dihasilkan dengan
destilasi uap dari rimpang kunyit, mengandung a-phellandrene (1%),
sabinene (0.6%), cineol (1%), borneol (0.5%), zingiberene (25%) and
sesquiterpines (53%). Kurkumin (diferuloylmethane) (3–4%) merupakan
komponen aktif dari kunyit yang berperan untuk menghasilkan warna
kuning, dan terdiri dari kurkumin I (94%), kurkumin II (6%) dan
kurkumin III (0.3%) (Hayakawa et al., 2011).
Kunyit memiliki kandungan kimia yang bermanfaat untuk
kesehatan tubuh dan mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai obat,
yaitu kurkuminoid yang terdiri dari (kurkumin atau 1,7-bis(4-hidroksi-3-
metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,6-dion, 10% desmetoksikumin atau 1-(4
hidroksi-3-metoksifenil)-7-(4-hidroksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion dan
1-5% bisdesmetoksikurkumin atau 1,7-bis(4-hidroksifenil)-1,6-
heptadiena-3,5-dion) dan zat- zat manfaat lainnya seperti minyak atsiri
yang terdiri dari (keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, zingiberene
25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil) (Hayakawa et al., 2011).
Selain daripada senyawa kurkuminoid, kunyit juga mempunyai
senyawa lain yang merupakan senyawa turunan yaitu 4”-(3”‟-metoksi-
4”‟-hidroksilfenil)-2”-okso-enabutanil 3-(3‟-metoksi-4‟-hidroksifenil)
propenoat atau disebut sebagai calebin A , 1,7-bis(4-hidroksi-3-
metoksifenil)-1,4,6-heptatriena-3-on,1-hidroksi-1,7-bis(4 -hidroksifenil)-
3-metoksifenil)-6-heptena-3,5-dion, 1,7-bis(4-hidroksifenil)-1-heptena-
3,5-dion,1,7-bis(4-hidroksifenil)-1,4,6-heptatrien-3-on dan 1,5-bis(4-
hidroksi-3-metoksifenil)-1,4-pentadien-3-on (Anand et al., 2010).

5.3 Khasiat
Secara empiris kunyit banyak digunakan sebagai obat mag,
penurunan kolesterol, diare, nyeri haid, sakit kunig, dan obat luka.
Menurut Rukmana (1995) khasiat kunyit sebagai bahan pembuat
ramuan untuk mengobati bebrbagai jenis penyakit pada manusia seperti
sakit perut, masuk angin, malaria, dan lain-lain. Pada hewan percobaan

6
sebagai anti diare, anti hepatotoksik, anti oedema, menurunkan kadar
kolesterol, dan lain-lain. Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1997),
kunyit berkhasiat sebagai penghilang gatal, antipasmodikum, astringetia,
analgetika, serta obat gingivitis (radang gusi), radang selaput mata, sesak
napada, dan sakit perut.

5.4 Standarisasi tanaman


Kekurangan dari penggunaan herbal sebagai bahan obat dalam hal
standarisasi, banyak tanaman yang secara empiris di ketahui memiliki efek
farmakologi yang berguna tetapi tidak terstandarisasi sehingga profil
keamanan, khasiat dan kualitas sumber herbal menjadi bervariasi dari
setiap produknya dan sulit dikontrol. (Chancal DK,dkk. 2016)
Standarisasi menurut American Herbal Product Assosiation adalah
suatu informasi dan control yang pasti dan dilakukan untuk mendapatkan
produk dengan komposisi hasil konsisten yang bekelanjutan dan terjamin
keamanan, kualitas, dan terjamin keamanan kualitas dan khasiat yang
didapatkan (Calixto JB,dkk. 2000). Sedangkan menurut WHO, parameter
standarisasi yang dibutuhkan untuk obat herbal antara lain, standarisasi
mikroskopik, standarisasi fisika, standarisasi kimia, dan standarisasi
biologi. (WHO. 2015)
Standarisasi organoleptic meliputi warna, rasa, tekstur, bau,
kemudian standarisasi mikroskopik meliputi identitas di dalam tumbuhan.
Standarisasi fisik meliputi kadar abu, larut asam, kadar sari larut air, kadar
sari larut etanol dan kelembapan. Selanjutnya standarisasi kimia meliputi
penentuan finger-print kemudian standarisasi biologi meliputi kontaminan
mikroba angks kapsng dan khmir dan uji batas logam berat serta pada
parameter standarisasi memiliki nilai standar masing – masing. (Hammam
H.S, 2019 )

5.5 Minuman Herbal

7
Berasal dari kata HERBAL dan jika dipisahkan menjadi Her dalam
bahasa Jawa Kuno artinya Air, Bal : Baladewa. Dalam kosakata
Hanacaraka, dari kata dasar, HaraBala, Jadi Baladewanya Hara, Zat Hara,
Zat Sumber Kehidupan yang vital dan penting bagi seluruh mahklukNya
dan alam raya seisinya. 

Herbal adalah Air Kehidupan yang penuh dengan Bala Dewa Zat


Hara Sumber Kehidupan, Air yang penuh Zat Haranya, Air yang penuh
pasukan Baladewanya Zat Hara, atau Zat Hara dengan Baladewanya. 

Berarti bersifat TEAM: Together Everyone Achieve More


(Bersama-sama setiap orang mencapai lebih, melebihi jika di lakukan
sendiri2 atau super hero atau kemandirian pribadi), jadi nampak
kekeluargaannya, kekerabatannya, kegotong-royongannya dalam
keanekaragaman hayati, kekompakan dalam keaneka ragaman zat haranya,
persatuannya dalam BerBhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma
Mangruwa. 

Jika Herbal menjadi senyawa Tunggal, maka itu bukan Herbal itu
Hanya Sebatas Satu Jenis Senyawa Aktif, Sebatas disebut orang awam dan
akademisi Obat, Sebatas Senyawa Sintesis. Jadi Herbal adalah Senyawa
Campuran yang Beraneka Ragam Zat Haranya namun kompak dan satu
Tujuannya, beribadah dan bermanfaat bagi para MakhlukNya, Khususnya
Manusia dan Keturunannya. 

Makna herbal diatas sangatlah umum, apabila di depinisikan istilah


kesehatan maka herbal berarti tata pengobatan dengan cara cara yang
alami, natural tanpa bahan kimia.

5.6 Antioksidan
Sifat antioksidan kunyit telah diterima secara luas sebagai salah
satu rempah-rempah dengan aktivitas antioksidan tertinggi (Wojdyło dkk.,
2007). Aktivitas antioksidan dari kunyit dapat digunakan dalam berbagai

8
aplikasi, seperti dalam pembuatan kosmetik (Thornfeldt, 2005).
Kandungan penting dalam kunyit adalah komponen kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin, dan bis- demetoksikurkumin
(Anon,2012). Kurkuminoid termasuk dalam golongan fenol yang
berpotensi sebagai antioksidan alami (Hall, 2001). Secara farmakologi
bahan aktif kunyit, kurkumin telah banyak diteliti sebagai anti inflamasi
ampuh, antibakteri, antioksidan, dan agen kardioprotektif (Pari dkk.,
2008). Penelitiaan Mulyani dkk. (2006) menyatakan bahwa kunyit
berpotensi sebagai sumber antioksidan. Selanjutnya Mulyani dan
Suhendra, (2010) juga melaporkan bahwa kunyit secara in vitro terbukti
mempunyai aktifitas antioksidan dan campuran keduanya menunjukkan
adanya sinergisme.

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat : Blender, Pisau, Saringan, Panci, Wadah, Gelas ukur, pH meter,
Botol plastic, Gelas kimia, Neraca analitik, Peng
b. Bahan : Rimpang kunyit 3 kg, Gula aren, Jeruk nipis, Asem

3.2 Preparasi Sampel


1) Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan
cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih
dahulu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah
yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak rusak. Saat waktu
panen perlu kehati-hatian agar rimpang hasil panen tidak lecet dan tidak
terpotong karena dapat mengurangi mutu rimpang kunyit. Panen kunyit
dilakukan di musim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung
di dalamnya mengumpul.
Peralatan dan tempat yang digunakan pada waktu panen harus bersih,
bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan
dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang
tidak diperlukan. Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau
dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keranjang, kantong, dan karung)
tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak rusak.
Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan tidak
terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan terjadinya
proses fermentasi/busuk. Bahan juga harus dijaga dari gangguan hama
seperti: hama gudang, tikus dan binatang peliharaan.

10
2) Setelah kunyit di panen, dilakukan penyortiran segar untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang
muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.
Selanjutnya, kunyit dicuci untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus
segera dilakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan.
Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang
terkandung dalam bahan. Pencucian rimpang kunyit dengan air yang
mengandung kapur dapat menyebabkan perubahan pH yang berakibat
mengaktifkan enzim tertentu danmerubah zat kurkumin yang ada menjadi
asam ferulat.
Terakhir, kunyit dirajang untuk mempermudah proses selanjutnya.
Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam
bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam
bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan
kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.

3.3 Karakterisasi Simplisia


1) Analisis Makroskopik
Analisis atau uji makroskopik bertujuan untuk menentukan ciri
khas simplisia dengan pengamatan secara langsung berdasarkan bentuk
dan ciri-ciri dari simplisia kunyit. Pemeriksaan atau analisis makroskopik
dilakukan secara visual mengenai bentuk, warna dan bau (Prabowo et al.,
2019). Berdasarkan literratur dari Farmakope Herbal Indonesia Edisi II
(2017), berikut adalah identitas dari Simplisia Kunyit :
Pemerian : Berupa irisan melintang rimpang, ringan, rapuh, bentuk
hampir bulat sampai bulat Panjang, kadang-kadang bercabang,umumnya
melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal upih daun
dan pangkal akar, permukaan luar kasar, terdapat bekas ruas-ruas,
permukaan dalam dengan batas korteks dan silinder pusat yang jelas,

11
bekas patahan agak rata, berdebu; warna kuning jingga, kuning jingga
kemerahan sampai jingga kecoklatan, bekas patahan kuning jingga sampai
cokelat kemerahan; bauk has; rasa agak pahit; agak pedas, lama kelamaan
menimbulkan rasa tebal.

Depkes RI, 2017


2) Analisis Mikroskopik
Pengujian mikroskopik dimaksudkan untuk mengetahui ciri
anatomi dan fragmen pengenal daun, dengan cara mengamati serbuk
simplisia di bawah mikroskop. Penambahan klorahidrat bertujuan untuk
menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga sel-sel
lain dapat terlihat jelas di bawah mikroskop. Fiksasi dilakukan agar
kloralhidrat sedikit menguap karena pemanasan sehingga simplisia dapat
menempel sempurna pada kaca objek. (Supomo et al., 2016).
Pengamatan uji mikroskopis dilakukan dengan mikroskop
menggunakan pembesaran tertentu yang disesuaikan dengan simplisia
kunyit yang diuji, kemudian simplisia kunyit tersebut diletakkan di atas
objek gelas yang ditetesi larutan kloralhidrat. Lalu, diamati di bawah
mikroskop untuk melihat fragmen pengenal dalam bentuk sel, isi sel atau
jaringan tanaman dari simplisia kunyit. Pemeriksaan mikroskopik anatomi
jaringan kunyit mempunyai ciri yaitu terdapat gumpalan sel, parenkim,
dan rambut penutup (Prabowo et al., 2019).

12
Depkes RI, 2017

3) Analisis Fitokimia
Analisis atau Skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak
dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat didalamnya untuk dilakukan pemisahan senyawa
secara keseluruhan. Kemudian analisis atau skrining fitokimia ekstrak
rimpang kunyit bertujuan untuk memastikan keberadaan seyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam rimpang kunyit (Harborne, 2006).
a. Pemeriksaan Alkaloida
Ekstrak kunyit dibasakan dengan ammonia, kemudian ditambahkan
kloroform lalu dikocok kuat. Kemudian ditambahkan asam klorida
2N. campuran dikocok kuat hingga terdapat 2 lapisan. Lapisan asam
dipipet lalu dibagi 3 bagian. Masing-masing tabung reaksi
ditambahkan pereaksi yang berbeda.

13
 Tabung reaksi 1: diteteskan pereaksi Mayer. Adanya endapan
atau kekeruhan berwarna putih menunjukan adanya senyawa
kimia golongan alkaloid.
 Tabung reaksi 2: diteteskan pereaksi Dragendorff. Adanya
endapan atau kekeruhan berwarna kuning/jingga menunjukan
adanya senyawa kimia golongan alkaloid.
 Tabung reaksi 3: sebagai blanko.
(Farnsworth,1966)
b. Pemeriksaan Flavonoid
Sebanyak 1 ml ekstrak rimpang kunyit dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan HCL pekat sebanyak 2 tetes
dan 2 tetes amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Setelah itu
ditambahkan serbuk magnesium (Mg) dan dikocok kuat. Sampel
positif mengandung flavonoid bila terdapat buih dengan intensitas
yang banyak dan larutanakan mengalami perubahan warna
menjadi jingga (Cobra et al., 2019).
Bila terbentuk warna kuning, orange atau merah pada lapisan amil
alkohol menunjukkan adanya flavonoid (Depkes RI, 1995).
c. Pemeriksaan Saponin
Ekstrak kunyit 1 mL dikocok dengan 10 mL air selama 10 menit,
terbentuk buih atau busa yang stabil >10 menit setinggi 1 cm sampai
10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang
itu menunjukkan adanya Saponin (Depkes RI, 2008).
d. Pemeriksaan Tanin
Sebanyak 1 ml ekstrak rimpang kunyit dimasukkan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan FeCl3 1% sebanyak 2-3 tetes. Sampel
positif mengandung tanin bila mengalami perubahan warna menjadi
hijau kehitaman (Ningtyas, et al., 2015). Jika terjadi warna biru
kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin (Depkes
RI, 1995). Penambahan 3 tetes pereaksi FeCl3 ke dalam 1 mL ekstrak
menghasilkan warna biru hitam (Hanani, 2017).

14
e. Pemeriksaan Steroid/Terpenoid
Uji terpenoid dilakukan dengan cara ekstrak kunyit sebanyak 1 mL
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat
perubahan warna ungu atau merah kemudian menjadi biru hijau
menunjukkan adanya terpenoid (Banu & Cathrine, 2015). Sedangkan
uji steroid dilakukan dengan cara Ekstrak kunyit sebanyak 1 mL
ditambahkan kloroform dan 5 tetes asam asetat anhidrat dan biarkan
mengering. Lalu tambahkan 3 tetes H2SO4 P. Maka akan terbentuk
warna biru. Terbentuknya warna biru dapat diamati pada bagian
pinggir plat tetes menunjukkan adanya steroid (Hanani, 2017).
f. Uji fenol
 Tes Ferri klorida
Pipet ekstrak sebanyak 2 mL, tambahkan 3-4 tetes besi (III)
klorida. Senyawa fenol akan memberikan warna hijau hingga biru
hitam dengan penambahan larutan garam besi (III) klorida (Banu &
Cathrine, 2015).
 Uji timbal asetat
Pipet ekstrak sebanyak 2 mL, tambahkan 3 mL larutan timbal
asetat 10% ini telah ditambahkan. Endapan putih besar
menunjukkan adanya senyawa fenolik(Banu & Cathrine, 2015).
g. Uji Antrakuinon
Sebanyak 0.3 gram ekstrak rimpang kunyit diekstraksi dengan 10 ml
aquades, kemudian filtrate diekstraksi dengan 3 ml toluene dan
ditambah ammonia. Positif antrakuinon ditunjukkan dengan
perubahan warna merah (Ningsih et al., 2020).
h. Uji Polifenol
Sebanyak 1 gram ekstrak rimpang kunyit diekstraksi dengan 15 mL
aquades panas kemudian ditambah NaCl dan garam gelatin. Endapan
yang timbul menunjukkan hasil positif polifenol (Ningsih et al.,
2020).

15
3.4 Pembuatan Minuman Herbal Antioksidan

Formula minuman kuyit


(Curcuma longa L.)
Kunyit (sari+air) 6L
Gula putih 1.200 g
Asem jawa 300 g

Cara pembuatan :

1. Rimpang kunyit segar dikupas, ditimbang kemudian dicuci. 3 kg unyit


selanjutnya diblender dengan menambahkan air sebanyak 1 bagian kunyit
dan 3 bagian air, kemudian disaring.
2. Ditimbang 1.200 g gula putih dan 300 g asem jawa.
3. Filtrat kunyit dimasak kemudian sebelum mendidih ditambahkan gula dan
asem jawa.
4. Campuran dihentikan saat mendidih dan segera diangkat, lalu disaring
kembali.
5. Campuran didinginkan, kemudian dimasukkan kedalam botol 250 ml dan
diberi label.

3.5 Evaluasi Produk dan Uji Stabilitas


a. Uji Organoleptik
Minuman herbal kunyit (Curcuma longa L.) disimpan pada 3 suhu yang
berbeda. Uji organoleptic meliputi pengujian terhadap rasa, aroma, warna,
kenampakan dan keseluruhan minuman instan kunyit. Nilai semakin kecil
menunjukkan semakin disukai dengan skala penilaian 1-5.

b. Uji pH
Uji pH menunggunakan alat pH meter dengan cara penggunaanya yaitu :
1. Ambil sampel air yang mau di ukur kadar pHnya (letakkan dalam
wadah).
2. Nyalakan dengan menekan tombol on pada pH meter.

16
3. Masukkan pH meter ke dalam wadah yang berisi air yang akan di uji.
4. Pada saat di celupkan ke dalam air, skala angka akan bergerak acak.
5. Tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah.

c. Uji Viskositas memakai Viskometer Brokfield


1. Dipasang spindel pada gantungan spindle
2. Diturunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup
kedalam cairan yang akan diukur viskositasnya
3. Dipasang stop kontak
4. Dinyalakan motor sambil menekan tombol
5. Dibiarkan spindel berputar dan dilihat jarum merah pada skala
6. Dibaca angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung
viskositas maka angka pembacaan tersebut dikalikan dengan skala suatu
faktor yang dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat
diubah – ubah RPM, maka didapat viskositas pada beberapa RPM.

d. Uji Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas pemeriksaan meliputi ada atau tidaknya
gumpalan atau endapan pada larutan

e. Uji Stabilitas

f. Uji Hedonic
Minuman dicobakan kepada 15 orang responden dan kemudian responden
diminta untuk mengisi kuisioner yang isinya meliputi rasa, aroma dan
penampilan.

3.6 Evaluasi Antioksidan Minuman


a. Kapasitas Antioksidan (Leong, Shui 2002)

17
Analisis kapasitas antioksidan yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode spektrofotometri, yaitu metode reduksi DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil). Larutan-larutan yang dibutuhkan adalah larutan
DPPH 1 mM dalam metanol proanalysis, metanol, larutan standar asam
askorbat, dan sampel. Analisis kapasitas antioksidan terdiri atas dua tahap,
yaitu 1) pembuatan kurva standar asam askorbat dan 2) penentuan
kapasitas antioksidan sampel.
1) Pembuatan Kurva Standar Asam Askorbat
Seri larutan standar asam askorbat dibuat dengan konsentrasi 0 ppm, 50
ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan 500 ppm. Larutan blanko dibuat dengan
mencampurkan 8 ml metanol dengan 2 ml larutan DPPH. Larutan standar
dibuat dengan mencampurkan 7 ml metanol dan 2 ml larutan DPPH
dengan 1 ml standar asam askorbat pada masing-masing konsentrasi.
Larutan didiamkan pada suhu ruang selama 30 menit untuk selanjutnya
diukur absorbansinya (A) menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 520 nm. Pengukuran dilakukan secara duplo dengan
dua kali ulangan. Selanjutnya dibuat kurva standar asam askorbat dengan
memplotkan hubungan antara konsentrasi asam askorbat dan (A blanko –
A sampel).
2) Penentuan Kapasitas Antioksidan Sampel Larutan blanko dibuat
dengan mencampurkan 8 ml metanol dengan 2 ml larutan DPPH. Larutan
sampel dibuat dengan mencampurkan 7 ml metanol dan 2 ml larutan
DPPH dengan 1 ml sampel. Larutan didiamkan pada suhu ruang selama 30
menit untuk selanjutnya diukur absorbansinya (A) menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 520 nm. Pengukuran
dilakukan secara duplo dengan dua kali ulangan. Selanjutnya diperoleh
nilai (A blanko – A sampel) yang akan disubstitusikan pada persamaan
kurva standar asam askorbat untuk menentukan AEAC (Ascorbic Acid
Equivalent Antioxidant Capacity). Nilai yang diperoleh menunjukkan
jumlah mg asam askorbat yang ekivalen dengan 1 ml sampel.

18
19
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Preparasi sampel


Rimpang kunyit : 3 kg
Air :9L
4.2 Karakterisasi simplisia basah
 Mikroskopik

Keterangan Gambar
Parenkim korteks berisi
bahan berwarna kuning.

Periderm

20
a. Berkas pengangkut
dengan penebalan tipe
tangga
b. Amilum

b
a

Rambut penutup

 Skrining fitokimia
Uji Teori Praktikum Gambar
Alkaloid - -

Mayer

Dragendorf

21
Flavonoid + +

Saponin - -

Polifenol + +

Keterangan salah,
seharusnya
polifenol
Kuinon + +

Terpenoid + +

22
4.3 Formula minuman

5. Formula 1
Kunyit (sari+air) 3L
Gula aren 600 g
Asem jawa 150 g
Jeruk nipis 2 tts

Hasil : Kurang baik ( rasa masam dan pahit, warna hitam)

Formula 2
Kunyit (sari+air) 6L
Gula pasir 1.200 g
Asem jawa 300 g

Hasil : Baik ( rasa manis dan asam, warna kuning)


Keterangan : formula yang digunakan adalah Formula 2

5.1 Evaluasi produk

Organoleptik Warna : orange


Bau : kunyit
Rasa : manis dan asam
Homogenitas Mengendap, tetapi setelah dikocok
terdispersi homogen.
pH 3,65
Viskositas
Spindle 2
Rpm Cp %
10 4,00 0,1
20 8,00 0,4
30 9,33 0,7
50 12,0 1,5
100 16,4 4,1

23
DAFTAR PUSTAKA

Shan, C. Y., & Iskandar , Y. (2018). Studi Kandungan Kimia dan Aktivitas
Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma Longa L.). Farmaka, Vol 16(2),
547-555.

Indri Kusuma Dewi, Youstiana Dwi Rusita. Uji Stabilitas dan Hedonik Sirup
Herbal Kunit Asam Stability and Hedonic Test Of Tumeric Tamarind Syrup.
Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional. Volume 2, No 2, September
2017. Hal 60 - 115

Chu Yuan Shan, Yoppi Iskandar,2018. Farmaka, STUDI KANDUNGAN KIMIA


DAN AKTIVITAS FARMAKOLOGI TANAMAN KUNYIT (Curcuma
longa L.). Volume 16 (2) : 547-555

Supriyatna,dkk, 2014, Prinsip Obat herbal : Sebuah Pengantar untuk Fitoterapi,


deepublish, Yogyakarta

Pudiastutiningtyas nurul,dkk, 2015, DIVERSIFIKASI KUNYIT (CURCUMA


DOMESTICA) DAN KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L.) SEBAGAI
MINUMAN HERBAL SERBUK SIAP SAJI, Metana, 13-20 (11)

H. Hayakawa, Y. Minanyia, K. Ito, Y. Yamamoto, and T. Fukuda, “Difference of


curcumin content in Curcuma longa L., (Zingiberaceae) caused by
Hybridization with other Curcuma species,” American Journal of Plant
Sciences, vol. 2, no. 2, pp. 111–119, 2011.

24
Chu Yuan Shan, Yoppi Iskandar, “STUDI KANDUNGAN KIMIA DAN
AKTIVITAS FARMAKOLOGI TANAMAN KUNYIT (Curcuma longa L.)”
Falkutas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km.
21 Jatinangor. Suplemen Volume 16 Nomor 2.

Winarti, Christina., dan Nurdjanah, Nanan. Peluang Tanaman Rempah Dan Obat
Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian, 24(2), 2005.

Susilo, Eliana. 2011. “Optimasi Formula Minuman Fungsional Berbasis Kunyit


(Curcuma domestica Val.), Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.), Dan Jahe
(Zingiber Officinale var. Amarum) Dengan Metode Desain Campuran
(Mixture Design)”. Fakultas Teknologi Pertanian IPB : Bogor.

Widhowati, D., N. Hidayah dan R.F. Nugroho. 2015. Pengaruh Pemberian


Perasan Kunyit (Curcuma domestica Vahl) terhadap Jumlah Monosit dan
Hererofil yang Dipapar Antigen Salmonella Pullorum Ayam Pedaging
Komersial. VITEK : Bidang Kedokteran Hewan. 5(1) : 31-35.

Pratikno, H, 2010. Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Vahl) terhadap


Bobot Badan Ayam Boiler (Gallus sp.) Buletin Anatomi dan Fisiologi. 18
(2) : 39-46.

Ni Kadek Riaminanti, Amna Hartiati, Sri Mulyani. 2016. STUDI KAPASITAS


DAN SINERGISME ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK KUNYIT
(Curcuma domestica Val.) DAN DAUN ASAM (Tamarindus indica L.).
Jurnal REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI. Vol. 4. No. 3.

Wojdyło A, Oszmian´ski J, Czemerys R 2007. Antioxid ant activity and phenolic


compounds in 32 selected herbs. Food Chem 105: 940-949.

Thornfeldt C 2005. Cosmeceuticals Containing Herbs: Fact, Fiction, and Future.


Dermatol Surg 31(7): 873-880.

Hall, C. 2001. Sources of Natural Antioxidant: OilSeed, Nuts, Legumes, Animal


Product andMicrobial Sourcs. Didalam Pokorny, J., N. Yanishlieva dan M.
Gordon (ed.). Antioxidant in Food Practical Application, New York.

25
Pari L, Tewas D dan Eckel J. 2008. Role of curcumin in health and disease. Arch
Physiol Biochem.;114:127-149.

Mulyani, S; Satriawan, K dan Lani Triani, IGA 2006 .Potensi Minuman Kunyit
Asam(Curcuma domestica Val - Tamarindus Indica L.)Sebagai Sumber
AntioksidanBeserta Analisis Finansialnya, Laporan Research Grant, TPSDP.
ADB- LOAN.

Mulyani, S; Suhendra, L 2010. Tamarind Leaf Extraction (Tamarindusindica L.)


Ethanol-Dextrin Encapsulation: Study of Antioxidant. Proceding 2nd
International Conference on Bioscience and Biotechnology. “Pave the Way to
A Be tter Life”.

Banu, K. Sahira & Cathrine.L. (2015). General Techniques Involved In


Phytochemical Analysis. International Journal of Advanced Research in
Chemical Sciene, 2 (4): 25-32.

Cobra, L.S., Amini, H.W., Putri, A.K. 2019. Skirining Fitokimia Ekstrak
Sokhletasi Rimpang Kunyit (Curcuma longa) dengan Pelarut Etanol 96%.
Jurnal Online STIKes Karya Putra Bangsa Tulungagung. VOL 1 (1) :12-17.

Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, ed, IV. Departemen


Kesehatan RI: Jakarta.

Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta: Departeman


Kesehatan Republik Indonesia.Depkes RI. 2017. Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi II. Jakarta: Departeman Kesehatan Republik Indonesia.

Hanani, E. (2017). Analisis Fitokimia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Harborne, J.B., 2006. Metode Fitokimia Penuntun CaraModern Menganalisis


Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB.

Ningsih, A.W., Hanifa, I., Hisbiyah, A. 2020. Pengaruh Perbedaan Metode


Ekstraksi Rimpang Kunyit (Curcuma domestica) Terhadap Rendemen dan

26
Skrining Fitokimia. Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika. Vol
2(2).

Prabowo, H., Cahya, I.A.P.D., Arisanti, C.I.S.., & Samirana, P.O. 2019.
Standardisasi Spesifik dan Non-Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol 96%
Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.). Jurnal Farmasi Udayana. Vol 8
(1) : 29-35.

Supomo., Supriningrum, R., dan Junaid, R. 2016. KARAKTERISASI DAN


SKRINING FITOKIMIA DAUN KEREHAU (Callicarpa longifolia Lamk.) .
Jurnal Kimia Mulawarman. Volume 13 (2).

A’yunin Nur Arifah Qurota, Santoso. Umar, dan H. Eni. 2019. Kajian Kualitas
Dan Aktivitas Antioksidan Berbagai Formula Minuman Jamu Kunyit Asam .
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 23, No.1.

Gusti Nadra. 2020. “Analisis Kimia Simplisia Rimpang Kunyit Turina (Curcuma
longa L.) dengan Pengeringan Cahaya Matahari yang Ditutup Warna Kain
Berbeda”. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Perternakan. Program Studi
Agroteknologi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru

Lina. 2008. “Standarisasi Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.)”.


Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Elan Susilo.2011. OPTIMASI FORMULA MINUMAN FUNGSIONAL


BERBASIS KUNYIT (Curcuma domestica Val.), ASAM JAWA
(Tamarindus indica Linn.), DAN JAHE (Zingiber officinale var. Amarum)
DENGAN METODE DESAIN CAMPURAN (MIXTURE DESIGN).
[skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rahayu, W. P., Pambayun, R., Ardiansyah, Giyatmi, & Santoso, U. (2018).


Ensikopedia Produk Pangan Indonesia Jilid 2 | Kumpulan Berbagai
Teknologi Produk Pangan Indonesia. Bogor Indonesia: Penerbit IPB Press.

27
28

Anda mungkin juga menyukai