Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

INDOFOOD RISET NUGRAHA (IRN)

KADUNGAN GIZI DAN NUTRISI PADA NUGGET IKAN TIMPAKUL


(Periopthalmodon schlosseri) SEBAGAI PRODUK PANGAN KEARIFAN
LOKAL KALIMANTAN

PANGAN, KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

DINA FEBRIANA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BANJARBARUJULI, 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terdiri dari 17.502 pulau, dan garis pantai sepanjang 81.000 km, luas wilayah
perikanan dilaut sekitaran 5,8 juta km2. Indonesia yang merupakan perairan kepulauan dan
territorial seluas 3,1 juta km2 serta ZEE Indonesia seluas 2,7 juta km2. Sehingga hal ini
menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang strategis. Sumber
daya ikan di Indonesia sangat tinggi sehingga Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
yang lumayan tinggi (Enikursini, 2018).
Salah satu potensi dari sumber daya perikanan yang ada namun belum dimanfaatkan
yang sebernanya memiliki kandungan gizi cukup tinggi yaitu ikan timpakul
(Periopthalmodon schlosseri). Dimana ikan timpakul sebenarnya memiliki kandungan gizi
yang baik namun tidak diperhitungkan nilai ekonomisnya oleh masyarakat setempat (Wilis,
2010).
Ikan timpakul merupakan ikan yang unik. Ikan ini bergerak menggunakan siripnya
yang merupakan adaptasi dari kondisi habitatnya itu sendiri. Nama internasional dari ikan
timpakul adalah mudskipper. Ikan timpakul memiliki beberapa nama local yaitu timpakul,
tembakul, tempakul, belodog, belacak, gabus laut, gelodok dan lanjut dibeberapa daerah di
Indonesia. Ikan ini dapat bertahan di darat, berukuran kecil, sering terlihat melompat-lompat
dilumpur rawa bakau, sungai ataupun muara (Ramadhani & Muhtadi, 2016).
Ikan timpakul merupakan hewan yang khas ditemukan di daerah mangrove. Ikan ini
biasa disebut ikan amphibious karena kemampuannya yang dapat bertahan di daratan
(Hidayaturrahmah & Muhamat, 2013). Ikan timpakul ini merupakan konsumen tingkat
pertama maupun tingkat kedua dalam rantai makanan di ekosistem mangrove. Biasanya
manusia menggunakan ikan timpakul sebagai bahan pangan maupun umpan utuk memancing
(Ramadhani & Muhtadi, 2016).
Menurut Purwaningsih dkk (2013) bahwa kandungan yang ada pada daging ikan
timpakul segar spesies Periopthalmodon schlosseri dengan hasil uji proksimat menunjukan
kadar air sebesar 83,28 %, kadar abu 5,80%, protein 58,72%, lemak 4.71%, karbohidrat
29,55%. Ikan timpakul merupakan jenis ikan yang berpotensi untuk diperjual belikan.
Dikarenakan populasi ikan yang melimpah dan berprotein tinggi. Menurut Purwaningsih dkk
(2013) bahwa kandungan asam amino non essensial yaitu taurin pada ikan timpakul segar
lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi, dimana taurin merupakan asam organic yang
dijumpai pada jaringan otak, otak dan jantung manusia berperan untuk menbuat jaringan-
jaringan tersebut berfungsi dengan prima.
Ikan timpakul memiliki nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak meskipun tanpa
pengolahan. Hasil asam amino pada ikan timpakul asam amino esensial paling tinggi adalah
Lisina, asam amino semi esensial adalah Arginina dan yang non esensial Glutamat
(Purwaningsih dkk., 2013). Seperti dilihat ikan timpakul memiliki kandungan asam amino
dan nutrisi yang lumayan tinggi, namun tidak diketahui apakah akibat dari pemasakkan atau
pengolahan dapat membuat kandungan asam amino dan nutrisi hilang ataupun berkurang.
Ikan timpakul merupakan ikan khas yang sangat melimpah keberadaannya. Namun
keberadaan ikan timpakul seringkali tidak di perdulikan oleh masyarakat setempat.
Sebenarnya ikan tersebut sangat berpotensi untuk dikonsumsi karena kandungan nutrient
yang ada pada ikan timpakul. Namun seringkali masyarakat takut akan mengkonsumsi ikan
tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kandungan yang terdapat
pada ikan timpakul. Sehingga penelitian untuk menjadikan ikan timpakul sebagai produk
pangan olahan nugget pangan kearifan lokal asal Kalimantan dengan nama produk NAGITA
(nugget ikan timpakul) ini diharapkan dapat membuat masyarkat dapat di mengkonsumsi
ikan timpakul tanpa takut terhadap ikan timpakul itu sendiri. Nugget merupakan makanan
yang popular di kalangan masyarakat apalagi anak-anak. Pemilihan produk nugget
dikarenakan bentuknya yang dapat dibuat lebih menarik dibandingkan produk lainnya.
1.2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana kandungan gizi nugget ikan timpakul (Periopthalmodon schlosseri)
sebagai bahan pangan kearifan lokal asal Kalimantan?
b. Bagaimana kandungan nutrisi nugget ikan timpakul (Periopthalmodon
schlosseri) sebagai bahan pangan kearifan lokal asal Kalimantan?
c. Seberapa tinggi tingkat kesukaan terhadap nugget ikan timpakul sebagai
bahan pangan kearifan lokal di masyarakat?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui kandungan gizi dan nutrisi nugget ikan timpakul sebagai bahan
produk pangan lokal asal Kalimantan
b. Mengetahui apakah nugget ikan timpakul dapat diterima oleh masyarakat
sebagai bahan pangan lokal asal Kalimantan
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kandungan gizi dan nutrisi NAGITA nugget ikan timpakul sebagai bahan pangan
kearifan lokal asal Kalimantan dan dapat membuat ikan timpakul dijadikan
sebagai makanan siap saji agar dapat dikonsumsi masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Timpakul (Periopthalmodon schlosseri)


Ikan timpakul (Periopthalmodon schlosseri) merupakan ikan yang termasuk
dalam family Gobiidae. Ikan ini adalah salah satu jenis ikan yang umum dijumpai
pada ekosistem mangrove dan mampu hidup dipasang surut berlumpur. Ikan
timpakul termasuk dalam ikan yang khas dan mampu beradaptasi dengan pola hidup
menyerupai amphibi yang sering disebut dengan ikan amphibious (Kadarsah dkk,
2019).
Klasifikasi ikan patin menurut Bay Science Foundation (2009) sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Gobiidae
Sub Famili : Oxudercinae
Genus : Periopthalmodon
Spesies : Periopthalmodon schlosseri

(Nugroho dkk., 2016).


Ikan timpakul memiliki ciri yaitu memiliki bentuk tubuh yang panjang, mata
yang saling berdekatan diatas kepala yang besar, adanya bagian tubuh seperti sirip
dada digunakan untuk bergerak didarat, kepala dan batang tubuh berwarna biru
keabu-abuan sampai dengan coklat kekuningan dengan bagian bawah abu-abu
(Hidayaturrahmah & Muhamat, 2013). Sirip ekor tidak simetris, sirip punggung
pertama lebih tinggi dari pada tinggi tubuh. Ikan timpakul dapat bergerak dilumpur
dengan cara meloncat pendek, dimana kedua sirip pektoralnya mengayun kedepan
sementara tubuhnya mempertahankan posisi kaku. Ikan ini juga dapat memanjat
akar maupun batuan dengan bantuan sirip pelviknya yang memegangi badan
melawan gravitasi (Enikursini, 2018).
2.2 Kandungan Ikan Timpakul
Menurut Santoso dkk (2018) bahwa kandungan yang ada pada daging ikan timpakul
spesies Periopthalmodon schlosseri Barito Kuala dengan hasil uji proksimat menunjukan:
No Kandungan zat gizi %
1 Protein 18,24 %
2 Lemak 0,14 %
3 Abu 1,45 %
4 Air 77,15 %
5 Karbohidrat 0,42 %
6 Serat Kasar 0,72 %

Ikan timpakul memiliki kandungan Taurin, dimana taurin dapat meningkatkan


energy. Taurin merupakan salah satu asam organik yang memiliki peran penting
dalam tubuh. Kandungan taurin dalam ikan timpakul cukup tinggi yaitu sebanyak
2.732 mg/100g (Enikusrini, 2018). Kadar pada daging ikan timpakul jika dimasak
menggunakan garam maka ada peningkatan. Kadar abu pada bahan pangan
menunjukkan kandungan mineral dalam bahan tersebut. Kemudian kandungan nutrisi
yang ada pada ikan timpakul termasuk tinggi (Purwaningsih, 2014). Kandungan asam
amino pada ikan timpakul segar juga banyak, dimana asam amino memiliki fungsi
seperti penyusun protein, termasuk enzim dan sebagai kerangka dasar sejumlah
senyawa penting dalam metabolism (Purwaningsih, 2013). Kemudian asam amino
merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu
asam amino esensial dan non esensial. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi
dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan dalam bentuk makanan, sedangkan
asam amino non esensial dapat diproduksi dalam tubuh. Asam amino umumnya
berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air namun tidak larut dalam pelarut organik
non polar (Alhana, 2011). Menurut Purwaningsih (2013) kandungan asam amino ikan
timpakul (Periopthalmodon schlosseri):
Asam Amino Segar %
Esensial :
Treonina 4,26
Metionina 3,25
Valina 4,97
Fenilalanina 4,24
Isoleusina 4,77
Leusina 8,22
Lisina 9,37
Semi Esensial :
Histidina 2,35
Arginina 6,37
Tirosina 3,62
Glisina 4,02
Serina 4,10
Non Esensial :
Aspartat 10,71
Glutamate 16,92
Alanina 6,04
Total 93,21

2.3 Manfaat Ikan Timpakul


Ikan timpakul termasuk ikan yang jarang dikonsumsi oleh masyarakt di
Indonesia. Namun di India ikan ini dikonsumsi untuk obat tradisonal untuk
menghilangkan sering buang kecil pada anak-anak. Ikan ini pun dapat disamakan
dengan obat forte dimana khasiatnya untuk menjaga dan pemerkasa stamina
(Enikursini, 2018). Menurut Polgar dan Lim dalan Enikursini (2018) ikan timpakul
memiliki khasiat:
1) Menstabilkan tekanan darah tinggi
2) Mengurangi resiko stroke
3) Mata dan kulit menjadi sehat
4) Mencegah dimensia
5) Ibu hamil dan masalah premature
6) Mencegah diabetes
7) Mengurangi resiko adanya kanker
8) Mencegah terjadinya peradangan
9) Mencegah terjadinya depresi
2.4 Nugget
Nugget merupakan makanan yang termasuk dalam Frozen Food dikemas dan
disajikan dalam bentuk praktis (Simanjuntak, 2018). Nugget merupakan makanan
yang sangat umum dikalangan masyarakat dikalangan umum. Nugget makanan yang
sangat popular dikalangan anak-anak dan remaja, dikarenakan rasanya yang enak dan
rasanya yang beragam. Namun nugget yang dikembangkan kebanyakan berbahan
baku ayam, sedangkan nugget berbahan baku ikan sangat jarang ditemukan
(Surawan, 2007). Nugget yang berbahan dasar ikan biasanya memerlukan bahan yang
mengandung karbohidrat. Karbohidrat mampu mengikat bahan satu sama lain saling
terikat dalam satu adonan yang memiliki tekstur yang baik (Utiarahmah dkk., 2013).

(Simanjutak, 2018).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,
pisau, blender, baskom, sendok pengaduk, alat pencetak, dandang, peralatan
penggorengan, kotak es, oven, desikator, neraca analitik, kertas timbangan, alat
spekrofotometer UV-Vis dan AAS, pendingin tegak, batang pengaduk, kertas saring
Whatman (41, 40, dan 3), corong, pipet gondok 10 ml dan 25 ml, buret, alat destilasi,
lemari asam, hotplate, gelas kimia, sendok, krustang, pisau, labu lemak, labu ukur
500 ml dan 200 ml , erlenmeyer 300 dan 500 ml, HPCL, rotary evaporator, kertas
saring milipore.
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah daging ikan gabus,
tepung terigu, tepung tapoika, tepung roti, telur, minyak goreng, bumbu nugget
(bawang putih, bawang merah, merica dan garam), es batu, aluminium foil, tissue,
kertas lakmus, HCl 3%, indicator pp 0,1%, NaOH 30%, asam asetat glacial 3%,
aquades, larutan Luff Schoorl, Kalium Iodida 10%, H2SO4 25%, Natrium tiosulfat
0,1 N, indicator amilum 0,5%, selenium reagent mixture, asam borat 1%, indicator
bromocresol green, petroleum ether, HNO3 pekat, larutan ninhidrin, HCl 6N, HCl
0,01 N, larutan buffer kalium borat, larutan Ortoftalaldehida (OPA)

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Persiapan
Sebanyak 30 ekor ikan timpakul (P.schlosseri) diperoleh dari tepian Sungai
Bahagia, Desa Tanipah Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Barito Kuala yang
termasuk kawsan Muara Sungai Barito. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan
cara purposive sampling berdasarkan pertimbangan karakteristik tertentu yang
merupakan cirri pokok populasi (Widyorini, 2010).
3.2.2 Pembuatan nugget ikan timpakul
Ikan timpakul dicuci hingga bersih dan difillet. Daging ikan dihaluskan dan
ditambahkan bumbu yang sudah dihaluskan.
Ikan Bawang Bawang meri garam Tepung Tepung air
timpak merah putih ca terigu tapioca
ul
Kontrol - 30 g 20 g 5g 7g 50 g 80 g 50 ml
F1 500g 30 g 20 g 5g 7g 50 g 80 g 50 ml
F2 500g 30 g 20 g 5g 7g 30 g 90 g 50 ml
F3 500g 30 g 20 g 5g 7g 40 g 70 g 50 ml

Diaduk hingga homogen. Adonan dipipihkan dan dikukus selama 20 menit.


Didinginkan dan dibentuk persegi panjang. Dibaluri telur dan tepung roti. Nugget
digoreng didlam minyak panas dengan suhu (1700C) ditiriskan dan nugget ikan
timpakul siap diuji organoleptic (tingkat kesukaan).
3.2.3 Analisis asam amino (AOAC 2005)
Komposisi asam amino ditentukan dengan menggunakan HPLC. Sebelum
digunakan, perangkat HPLC harus dibilas dulu dengan eluen yang akan digunakan
selama 2-3 jam. Begitu pula syringe yang akan digunakan dibilas dengan akuades.
Analisis asam amino dngan menggunakan HPLC terdiri atas 4 tahap, yaitu: tahap
pembuatan hidrolisat protein, tahap pengeringan, tahap derivatisasi, dan tahap injeksi
serta analisis asam amino.
a. Tahap pembuatan hidrolisat protein
Sampel ditimbang sebanyak 3 mg dan dihancurkan. Sampel yang telah hancur
dihidrolisis asam menggunakan HCl 6 N sebanyak 1 ml yang kemudian dipanaskan
dalam oven pada suhu 110 oC selma 24 jam. Pemanasan dalam oven dilakukan untuk
menghilangkan gas atau udara yang ada pada sampel agar tidak mengganggu
kromatogram yang dihasilkan. Selain itu, pemanasan dilakukan untuk mempercepat
reaksi hidrolisis.
b. Tahap pengeringan
Sampel yang telah dihidrolisis pada suhu kamar dipindahkan isinya ke dalam
labu evaporator 50 ml, dibilas dengan 2 ml HCl 0,01 N dan cairan bilasan
dimasukkan ke dalam labu evaporator. Proses ini diulangi hingga 2-3 kali. Sampel
kemudian dikeringkan menggunakan rotary evaporator selama 15-30 menit untuk
mengubah sistein menjadi sistin. Sampel yang sudh kering ditambah dengan 5 ml
HCl 0,01 N kemudian disaring dengan kertas saring milipore.
c. Tahap derivatisasi
Larutan derivatisasi sebanyak 30 μl ditambahkan pada hasil pengeringan,
larutan derivatisasi dibuat dari larutan buffer kalium borat dengan sampel 1:1
kemudian dicampurkan dengan larutan Ortoftalaldehida (OPA) dengan perbandingan
5:1 dengan sampel, selanjutnya campuran tersebut disaring menggunakan kertas
saring Whatman.
d. Injeksi ke HPLC
Hasil saringan sebanyak 5 μl diinjeksikan ke dalam HPLC. Pemisahan semua
asam amino ditunggu sampai selesai. Waktu yang diperlukan sekitar 25 menit.
Perhitungan konsentrasi asam amino yang ada pada bahan dilakukan dengan
pembuatan kromatogram standar dengan menggunakan asam amino yang telah siap
pakai yang mengalami perlakuan yang sma dengan sampel. Kandungan asam amino
dalam bahan dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
C = Konsentrasi standar asam amino (0,5 μmol/ml)
FP = faktor pengenceran (5 ml)
BM = Bobot molekul dari masing-masing asam amino (g/mol)

Kondisi alat HPLC saat berlangsungnya analisis asam amino sebagai berikut:
Temperatur : 27 oC (suhu ruang)
Jenis kolom HPLC : Ultra techspere (Coloum C-18)
Kecepatan alir eluen : 1 ml/menit
Tekanan : 3000 psi
Fase gerak : Buffer Na-Asetat dan methanol 95%
Detektor : Fluoresensi
Panjang gelombang : 350 nm-450 nm

3.2.4 Analisis Nutrisi


3.2.4.1 Kandungan Karbohidrat
Prosedur pelaksanaan analisis kandungan karbohidrat dengan metode Luff
Scrhoorl sebagai berikut: sampel ditimbang sebanyak 10 g kedalam labu ukur 500 ml,
tambahkan 100 ml HCl 3%, didihkan selama 3 jam dengan menggunakan pendingin
tegak. Kemudian dinginkan dan tambahkan 3 tetes indikator pp 0,1% lalu netralkan
dengan NaOH 30%. Tambahkan sedikit asam glacial 3% agar suasana larutan sedikit
asam. Setelah itu, pindahkan ke dalam labu ukur 200 ml dan tepatkan volume dengan
menggunakan aquades, homogenkan dan saring dengan menggunakan kertas saring
Whatman 3. Sebanyak 10 ml filtrat ke dalam labu ukur 500 ml dan tambahkan 25 ml
larutan luff, 15 ml aquades, panaskan dengan menggunakan hotplate dengan suhu
tetap (mendidih dalm waktu 3 menit) selama 10 menit. Selanjutnya, dinginkan dalam
bak berisi air. Setlah dingin, tambahkan 15 ml KI 20% dan 25 ml H2SO4 25%
perlahan-lahan dan titrasi secepatnya menggunakan natrium tiosulfat 0,1 N (gunakan
indicator amilum 0,5%). Kerjakan blanko dengan menggunakan aquades dan
tambahkan 15 ml KI 20% dan 25 ml H2SO4 25% perlahan-lahan serta titrasi
secepatnya menggunakan natrium tiosulfat 0,1 N dan indicator amilum 0,5%).
Analisis data kandungan kadar karbohidrat dengan menggunakan metode Luff
Schroorla:
W : berat sampel
Konsentrasi tiosulfat = 0,09693 N
W1: glukosa yang terkandung untuk ml tio yang dipergunakan (dari Table Luff
Schoorl)

3.2.4.2 Kandungan Protein


Prosedur pelaksanaan kandungan protein menggunakan metode Kjeldahl
sebagai berikut: sampel ditimbang sebanyak 0,5 g kedalam gelas piala 500 ml,
tambahkan 0,1 g selen reagent mixture dan 25 ml H2SO4. Kemudian, panaskan di
hotplate dengan suhu 350ºC dalam lemari asam hingga asap putih dan ekstrak
berwarna jernih. Angkat dan dinginkan dalam lemari asam. Setelah ekstrak dingin,
ekstrak sampel diencerkan hingga 250 ml dengan menggunakan aquades, tambahkan
1 ml indicator pp 0,1 % dan NaOH 30% hingga pH basa (berwarna ungu), masukkan
dalam labu destilasi. Siapkan penampung yang telah diisi 20 ml asam borat 1%.
Segera lakukan destilasi hingga diperoleh total volume destilasi 100 ml. Hasil
destilasi kemudian ditambahkan indicator Conway (bromocresol green) sebanyak 3-4
tetes hingga berwarna hijau yang menandakan ekstrak sampel mengandung protein.
Kemudian titrasi dengan HCl 0,01 N hingga berwarna ungu, dan catat volume
titrasi.Analisis kandungan kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldahl :

HCl N = 0.09901 N
BA Nitrogen = 14.007
Faktor Konversi = 6.25 (Makanan secara umum)

3.2.4.3 Kandungan Lemak


Pengamatan penentuan kadar lemak menggunakan metode Soxhlet sebagai
berikut: panaskan lebih dahulu labu lemak selama ± 2 jam. Setelah itu, masukkan ke
dalam desikator selama 30 menit lalu timbang sebagai nilai labu lemak kosong.
Timbang 5 g sampel dan bungkus dengan aluminium foil dilanjutkan dengan
mengeringkan di dalam oven. Setelah kering, sampel dimasukkan kedalam gelas
kimia 300 ml, kemudian ditambahkan petroleum eter sebanyak 25 ml. Selanjutnya,
tutup dengan kertas aluminium foil dan diamkan selama 5 jam, saring menggunakan
kertas Whatman 40. Lakukan perendaman sebanyak 3 kali sampai dihasilkan pelarut
berwarna jernih. Uapkan pelarut petrolium eter dan ekstrrak lemak yang ada dalam
labu lemak dengan cara dipanaskan dalam gelas piala 500 ml diatas hotplate hingga
menyisakan ekstrak lemak. Keringkan ekstrak lemak beserta labu lemak didalam
oven dengan suhu 105ºC selama 2 jam. Setelah dipanaskan, masukkan dalam alat
desikator selama 30 menit. Timbang diatas neraca analitik dan catat hasil
penimbangan.Analisis kandungan kadar lemak dengan menggunakan metode Soxhlet

W = bobot labu kosong (g)


W1 = bobot labu + ekstrak lemak (g)
W2 = bobot sampel (g)

3.2.4.4 Kandungan Mineral


Prosedur kerja penetapan kandungan mineral (fosfor, kalsium dan besi)
dengan metode AAS dan spektrofotometer UV-Vis adalah sebagai berikut: sampel
ditimbang sebanyak 5 g yang telah dihomogenkan, kemudian dimasukkan dalam
gelas ukur 250 ml dan ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 10 ml kemudian
dipanaskan dengan menggunakan hotplate suhu 350ºC dalam lemari asam selama 1
jam, hingga asap putih dan ekstrak jernih (jika kering dan belum jernih, tambahkan
kembali HNO3 sebanyak 10 ml hingga didapatkan ekstrak jernih).Angkat dan
dinginkan dalam lemari asam. Setelah dingin, tambahkan 1ml HCl dan 20 ml aquades
kemudian saring dengan menggunakan kertas saring Whatman 41 dalam labu ukur 50
ml.Filtrat kemudian diencerkan kembali dengan menggunakan aquades hingga
mencapai 50 ml dalam labu ukur.Filtrat yang telah diencerkan kemudian dibagi
dalam dua botol yaitu 25 ml filtrat dimasukkan dalam botol untuk uji kalsium dan
besi dengan menggunakan alat AAS, dan 25 ml untuk uji fosfor dengan
menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis. Analisis kandungan kadar mineral
(fosfor, kalsium, dan besi) dengan menggunakan metode ASS dan spektrofotometer
UV-Vis

3.2.5 Uji organoleptic (tingkat kesukaan)


Penilaian organoleptik dilakukan terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur pada
produk nugget ikan timpakul. Metode yang digunakan adalah metode hedonik
(kesukaan). Pengujian organoleptik dilakukan berdasarkan uji hedonik dengan panelis
sebanyak 15 orang dan dilakukan oleh masyarakat umum. Panelis diminta untuk
memberikan penilaian berdasarkan tingkat kesukaannya dengan skor digunakan
adalah 1 : sangat tidak suka, 2 : tidak suka, 3 : agak suka, 4 : suka, 5 : sangat suka.
3.2.6 Analisis Data
Data yang diperoleh untuk uji asam amino dan nutrisi dianalisis secara
deskriptif. Data untuk uji tingkat kesukaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) uji SPSS.

BAB 4. BIAYA
Dalam penelitian ini diperlukan biaya sebesar Rp. 13.500.000,00 (Tiga Belas
Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), dengan rincian seperti tercantum pada Tabel 1.
Adapun rincian detail anggaran dana terlampir (Lampiran 3).
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Peralatan Penunjang 10.000.000,00
2. Bahan Habis Pakai 1.666.000,00
3. Perjalanan 1.834.000,00
Jumlah 13.500.000,00
BAB 5. JADWAL KEGIATAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu 5 bulan, yaitu dari bulan Januari
sampai Mei 2020. Adapun jadwal kegiatan penelitian tercantum pada tabel 2.

No. Jenis Kegiatan Bulan Ke-


1 2 3 4 5
1. Perizinan Laboratorium
2. Pengambilan Sampel
3. Pembuatan Nugget
4. Pemeriksaan Gizi dan Nutrisi
5. Pengujian organoleptik
7. Penyusunan laporan
8. Penyusunan draf publikasi
DAFTAR PUSTAKA

Alhana. 2011. Analisis Asam Amino Dan Pengamatan Jaringan Daging Fillet Ikan
Patin (Pangasius hypophthalmus) Akibat Penggorengan. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
Bay Science Foundation. 2009. Periophtalmodon schlosseri (Pug-Headed Mud
Skipper. Zipcode Zoo Index To Animals.
Enikusrini. 2018. Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Ikan Glodok
(Periopthalmodon schlosseri) di Desa Ssawapudo Kecamatan Soropia
Kabupaten Konowe. Skripsi. Politeknik Kesehatan Kendari.
Hidayaturrahmah., & Muhamat. 2013. Habitat Ikan Timpakul (Periopthalmodon
schlosseri) di Muara Sungai Barito. Enviro Scientea. 9:134-139.
Kadarsah, A., Krisdianto., & I. O. Susilawati. 2019. Kajian Morfologi Ikan Timpakul
(Famili Gobiidae) dari Dua Tipe Ekosistem Mangrove yang Berbeda. Jurnal
Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 5(1).
Nugroho dkk., 2016. Studi Morfologi Ikan Mudskipper (Gobiidae:Oxudercinae)
Sebagai Upaya Karakteristik Biodiversitas Lokal Pulau Tarakan. Jurnak
Harpodon Borneo. 9(1).
Purwaningsih, S., E. Salamah., & Dewantoro. 2014. Komposisi Kimia dam Asam
Lemak Ikan Glodok Akibat Pengolahan Suhu Tinggi. JPHPI. 17(2).
Purwaningsih, S., E. Salamah., & Riviani. 2013. Perubahan Komposisi Kimia, Asam
Amino, dan Kandungan Taurin Ikan Glodok. JPHPI. 16(1).
Ramadhani, S. F., & A. Muhtadi. 2016. Hubungan Panjang Bobot dan Kondisi
Ekologi Ikan Glodok (Periopthalmus chrysospilos Bleeker, 1852) di Pantai
Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi
Sumatera Utara. Universitas Of Sumatera Utara.
Ramlah., dkk. 2016. Perbandingan Kandungan Gizi Ikan Nila Oreochromis Niloticus
Asal Danau Mawang Kabupaten Gowa dan Danau Universitas Hasanuddin
Kota Makassar. Jurnal Biologi Makassar. 1(1).
Rosaini, H., R. Rasyid., & V. Hagramida. 2015. Penetapan Kadar Protein Secara
Kjeldahl Beberapa Makanan Olahan Kerang Remis (Corbiculla moltkiana
Prime.) dari Danau Singkarak. Jurnal Farmasi Higea. 7(2).
Santoso, H. B., Hidayaturrahmah., & Badruzsaufari. 2018. Karakterisasi Anfiskogen
Ikan Timpakul sebagai Borneo Wetland Fish dalam Rangka Pelestarian Fauna
Endemik Dipesisir Pantai Tangkisung Kalimantan Selatan. Laporan
Kemajuan. Universitas Lambung Mangkurat.
Simanjuntak, Y. G. T. 2018. Pemanfaatan Ampas Jus Kedelai dan Ikan Patin dalam
Pembuatan Nugget Serta Uji Daya Terima dan Kandungan Gizinya. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Surawan, F. E. D. 2007. Penggunaan Tepung Terigu, Tepung Beras, Tepung Tapioka
dan Tepung Maizena Terhadap Tekstur dan Sifat Sensoris Fish Nugget Ikan
Tuna. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 2(2).
Utiarahmah, G., R. M. Harmain., & N. Yusuf. 2013. Karakteristik Kimia dan
Organoleptik Nugget Ikan Layang (Decapterus sp.) yang Disubitusi dengan
Tepung ubi Jalar Putih (Ipomea batatas L). Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 1(3).
Wilis, S. 2010. Analisa Kebiasaan Makanan Ikan Gelodok (Mudskipper) Jenis
Baleophthalmus boddarti di Daerah Pertambakan Desa Cepokorejo
Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya
Periaran.
Yulianti., & A. K. Mutia. 2018. Analisis Kadar Protein dan Tingkat Kesukaan Nugget
Ikan Gabus Dengan Penambahan Tepung Wartel. Agriculture Technology
Jurnal. 1(1).
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan Penunjang
Justifikasi Harga Satuan Jumlah
Material Kuantitas
Penggunaan (Rp) (Rp)
Pemeriksaan
Pipet gondok 10 ml nugget ikan 2 unit 45.000,00 90.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Pipet gondok 25 ml nugget ikan 2 unit 45.000,00 90.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Labu lemak nugget ikan 2 unit 135.000,00 170.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Gelas Kimia nugget ikan 2 unit 50.000,00 100.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Labu ukur 500 ml nugget ikan 2 unit 250.000,00 500.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Labu ukur 200 ml nugget ikan 2 unit 170.000,00 340.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Krustang nugget ikan 5 unit 35.000,00 175.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Erlemeyer 500 ml nugget ikan 5 unit 70.000,00 350.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Erlemeyer 300 ml nugget ikan 5 unit 40.000,00 200.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Buret 50 ml nugget ikan 1 unit 460.000,00 460.000,00
timpakul
Pemeriksaan
Kertas saring
nugget ikan 1 unit 420.000,00 420.000,00
Whatman no. 3 timpakul
Pemeriksaan
Kertas saring
nugget ikan 1 unit 420.000,00 420.000,00
Whatman no. 40 timpakul
Pemeriksaan
Kertas saring
nugget ikan 1 unit 420.000,00 420.000,00
Whatman no. 41 timpakul
Pemeriksaan
Alat-alat di
nugget ikan 6.265.000,00
laboratorium timpakul
SUB TOTAL (Rp) 10.000.000,00
2. Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga Jumlah
Material Kuantitas
Penggunaan Satuan (Rp) (Rp)
ATK
Penyusunan
HVS A4s 1 rim 40.000,00 40.000,00
laporan
Pencatatan
Ballpoint 2 pcs 10.000,00 20.000,00
kegiatan
Pencatatan
Log Book 1 pcs 20.000,00 20.000,00
kegiatan
Flashdisk Penyimpan data 1 unit 150.000,00 150.000,00
Bahan kimia untuk pembuatan nugget timpakul dan pemeriksaan gizi, nutrisi
Pembuatan
Bawang merah 1 kg 30.000,00
nugget
Pembuatan
Bawang putih 1 kg 40.000,00
nugget
Pembuatan
Tapung terigu 1 kg 20.000,00
nugget
Pembuatan
Tepung tapioka 1 kg 25.000,00
nugget
Pembuatan
Tepung roti 1 kg 25.000,00
nugget
Pembuatan
Telur 1 kg 23.000,00
nugget
Pembuatan
Merica bubuk 2 bungkus 1.000,00 2.000,00
nugget
Pembuatan
Garam 1 bungkus 5.000,00
nugget
Pemeriksaan
Alumonium foil 1 kotak 25.000,00
gizi dan nutrisi
Pemeriksaan gizi
Kertas lakmus 1 kotak 15.000,00
dan nutrisi
Pemeriksaan gizi
HCl 3 % 1 botol 18.000,00
dan nutrisi
Pemeriksaan gizi
Indicator pp 0,1% 1 botol 55.000,00
dan nutrisi
Pemeriksaan gizi
NaOH 30% 100 ml 35.000,00
dan nutrisi
asam asetat glacial Pemeriksaan gizi
dan nutrisi 50 ml 2.000,00 100.000,00
3%
Pemeriksaan gizi
larutan Luff Schoorl dan nutrisi
500 ml 100.000,00
Pemeriksaan gizi
Kalium Iodida 10% 100 ml 140.000,00
dan nutrisi
Pemeriksaan gizi
H2SO4 25% 100 ml 45.000,00
dan nutrisi
Natrium tiosulfat Pemeriksaan gizi
dan nutrisi 50 gr 20.000,00
0,1N
indicator amilum Pemeriksaan gizi
dan nutrisi 1 botol 60.000,00
0,5%
selenium reagent Pemeriksaan gizi
dan nutrisi 10 gr 120.000,00
mixture
Pemeriksaan gizi
asam borat 1% 20 gr 40.000,00
dan nutrisi
indicator Pemeriksaan gizi
dan nutrisi 1 botol 125.000,00
bromocresol green
Pemeriksaan gizi
petroleum ether 0,5 liter 70.000,00
dan nutrisi
Pemeriksaan gizi
HNO3 pekat 50 ml 100.000,00
dan nutrisi
Pemeriksaan gizi
larutan ninhidrin 1 botol 140.000,00
dan nutrisi
Pemeriksaan gizi
HCl 6N 100 ml 28.000,00
dan nutrisi
Pemeriksaan gizi
HCl 0,01 N 100 ml 30.000,00
dan nutrisi
SUB TOTAL (Rp) 1.666.000,00

3. Perjalanan
Justifikasi Harga Satuan Jumlah
Material Kuantitas
Penggunaan (Rp) (Rp)
Perjalanan dari
Banjarbaru-pesisir Koleksi sampel
4 kali 250.000,00 1.000.000,00
Barito (sewa motor, & Eksplorasi
akomodasi)
Pembelian
Perjalanan ke
bahan habis 2 kali 100.000,00 100.000,00
Banjarmasin
pakai
Untuk
Penyewaan nelayaan pengambilan 2 kali 367.000,00 734.000,00
sampel
SUB TOTAL (Rp) 1.834.000,00

TOTAL (Keseluruhan) (Rp) : 13.500.000,00

Anda mungkin juga menyukai