PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna,
kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang
diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu
macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi
makanan yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi.
Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung semua jenis zat
yang diperlukan oleh tubuh setiap hari.
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu
menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa di
perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop
yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini,
garam dan gula termasuk bahan tambahan, keduanya termasuk jenis zat aditif
makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahanbahan kimia lain.
Bahan-bahan aditif yang ditambahkan dalam makanan tentunya haruslah
memperhatikan dosis ataupun kadar yang diizinkan, pada masa sekarang ini sudah
begitu banyak produsen-produsen makanan yang menggunakan zat-zat aditif sebagai
tambahan makanan, ada yang benar-benar memperhatikan kadar yang diperbolehkan,
ada
pula
pihak-pihak
yang
menggunakannya
secara
sembarangan
tanpa
B; RUMUSAN MASALAH
1; Bagaimana pengertian zat aditif dalam bahan makanan?
2; Apa saja jenis-jenis zat aditif dalam bahan makanan?
3; Bagaimana dampak penggunaan zat aditif dalam bahan makanan?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Komite gabungan ahli FAO dan WHO mendefinisikan zat aditif bahan makanan
sebagai suatu substansi bukan gizi yang ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan
sengaja, yang pada umumnya dalam jumlah kecil untuk memperbaiki kenampakan,
cita rasa, tekstur atau sifat-sifat penyimpanannya.1 Sedangkan zat aditif menurut
definisi legal dari The Food Labelling Regulations, 1996 adalah Setiap zat yang
tidak biasanya dikonsumsi sebagai makanan dengan snedirinya dan tida biasa
digunakan sebagai bahan khas makanan, baik itu memiliki nilai nutrisi atau tidak,
baik penambahan yang sengaja terhadap makanan untuk tujuan teknologi di
perusahaan, pemrosesan, persiapan, perawatan, pengemasan, transportasi, dan
penyimpanan hasil produksi makanan tersebut, atau mungkin cukup menghasilkan
seperti yang diharapkan, memberikan dampak tertentu atau tidak, yang secara
langsung atau tidak langsung menjadi komponen dari makanan tersebut2
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses
produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat
aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan
tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang
selama proses pengolahan. Penambahan zat aditif dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya
simpan. Zat aditif makanan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:
1; Zat aditif alami
Zat aditif alami merupakan bahan tambahan yang terdapat dalam tumbuhan atau
hewan yang dikonsumsi manusia. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan
efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah
penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih
besar. Contohnya: kunyit, Iengkuas, daun pandan, daun seledri, dan lain-lain.
2; Zat aditif buatan
Zat aditif buatan merupakan bahan tambahan hasil olahan manusia. Zat aditif
buatan digunakan karena bahan alami sudah mulai berkurang dan sukar untuk
dikembangkan. Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang
1 Norman W, Disrosier. Teknologi Pengawetan Pangan. (Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia, 1988). hlm.
369
2 Michael E. J. Lean, Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan Edisi Ke Tujuh (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Peajar,
2013) hlm. 665
1; Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan
digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan
makanan kesehatan. Pemanis terdiri dari dua jenis, yaitu pemanis alami dan
pemanis sintetik. Menurut peraturan menteri kesehatan (Menkes) RI Nomor 235,
pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia, selain zat lain seperti
antioksida, pemutih, pengawet, pewarna, dan lain-lain. Pemanis berfungsi untuk
meningkatkan citarasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik.
Dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
yaitu:
a; Pemanis alami
Pemanis alami dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari buah atau
melalui enzimatis, adapun contohnya sebagai berikut:3
1; Sukrosa
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit.
Secara komersial gula pasir yanng 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari
kedua macam baham makanan tersebut melalui proses penyulingan dan
kristalisasi. Gula merah yang banyak digunakan di Indonesia dibuat dari
tebu atau kelapa melalui proses penyulingan tidak sempurna. Sukrosa
uga terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu.
2; Fruktosa
Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah merupakan gula
paling manis. Fruktosa memepunyai rumus kimia yanng sama dengan
glukkosa C6H12O6, namun strukturnya berbeda
3; Laktosa
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu
unit glukosa dan satu unit galaktosa. Kekurangan laktase ini
menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang tidak
3 http://www.smallcrab.com/kesehatan/1213-jenis-jenis-zat-pemanis-alami-dalam- makanan, diakses
pukul 8:12 pada tanggal 2 Oktober 2014
3
dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran pencernaan.
Hal ini mempengaruhi jenis mikroorgnaisme yang tumbuh, yang
menyebabkan gejala kembung, kejang perut, dan diare. Ketidaktahanan
terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua. Mlaktosa adalah
gula yang rasanya paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan
lebih sukar larut daripada disakarida lain.
b; Pemanis buatan (sintesis)
Pemanis buatan (sintesis) merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa
manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
tersebut, namun kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula. 4
Sekalipun penggunaanya diizinkan, pemanis buatan dan juga bahan kimia
lain sesuai peraturan penggunaannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun
pemanis buatan tersebut aman dikonsumsi dalam kadar kecil, tetap saja
dalam batas-batas tertentu akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan
manusia maupun hewan yang mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut kita
kenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat
diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg
berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa
menimbulkan efek yang merugikan kesehatan.5 Adapun contoh dari pemanis
buatan adalah sebagai berikut:
1; Siklamat
Siklamat merupakan pemanis buatan yang tidak menghasilkan
energi. Siklamat biasa terdapat sebagai garam natrium atau kalsium.
Kemanisannya kurang lebih 30 kali lebih manis daripada sukrosa,
sehingga biasanya terdapat dalam makanan atau minuman dengan kadar
relatif kecil.6 Di Indonesia penggunaaan siklamat masih diizinkan meski
kadarnya
dibatasi,
Namun
hasil
metabolisme
siklamat
adalah
No.
1.
Nama Pemanis
Buatan
Ukuram
Penggunaan dalam Pangan
maksimum yang
diijinkan
Untuk
natrium sakarin)
minuman
saus,
es
ringan
rendah.
Es krim, es
puter, dan
100 mg/kg
7 Abdul Rohman, Sumantri, Analisis Makanan. Yogyakarta: Gadah Mada University Press. 2007. Hal
256
5
Siklamat
(dan
Untuk
saus,
es
lilin, 3 gr/kg
minuman
ringan
dan
kalsium siklamat)
2 gr/kg
1 gr/kg
500 mg/kg
berkalori rendah.
Permen berkalori rendah.
Permen karet dan minuman
ringan fermentasi berkalori
rendah
3.
Sorbitol
Untuk kismis.
Jam, jeli, dan roti
Pangan lain
5 gr/kg
300 mg/kg
1 mg/kg
arsennya tidak boleh lebih dari 0,00014% dan timbalnya tidak lebih dari 0,001%,
sedangkan logam berat lainnya tidak ada.8
Tabel 2. Bahan Pewarna Sintesis yang diizinkan di Indonesia
Pewarna
Nomor Indeks
Batas
Warna
Maksimum
(C.I.No.)
Penggunaan
Amaran
16185
Secukupnya
Biru berlian
42090
Secukupnya
Eritrosin
Food red 2
45430
Secukupnya
42053
Secukupnya
44090
Secukupnya
Eritrosin : CI
Hijau FCF
Hijau S
Food green 3
Green S : CI. Food
Indigotin Green 4
Indigotin : CI.Food
73015
Secukupnya
Ponceau 4R Blue I
Ponceau 4R : CI
16255
Secukupnya
Kuning
Food red 7
74005
Secukupnya
Kuinelin Quineline
15980
Secukupnya
yellow
8 Veronica Margaret Sihombing, Analisis Kadar zat pewarna kuning pada tahu yang dijual di
pasar-pasar di medan , (Sumatra utara : fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatra uatara,
2008) hlm.31-32
7
Secukupnya
yellow FCF
Riboflavina
Riboflavina
Tartrazine
Tartrazine
19140
Secukupnya
Secukupnya
Citrus
red No.2
12156
Ponceau 3 R
(Red G)
161155
Ponceau SX
14700
Rhodamine B
45170
Guinea Green B
42085
Magenta
42510
Chrysoidine
11270
Butter Yellow
11020
Sudan I
12055
Methanil Yellow
13065
Auramine
41000
Oil Oranges SS
12100
Oil Oranges XO
12140
9 Veronica Margaret Sihombing, Analisis Kadar zat pewarna kuning pada tahu yang dijual di pasarpasar di medan , (Sumatra utara : fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatra uatara,
2008)hlm.35
8
Uncertified color adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami seperti
tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu
digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang umumnya penggunaannya
dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Selain itu penelitian toksikologi zat
warna alami masih agak sulit karena zat warna ini umumnya terdiri dari campuran
dengan senyawa-senyawa alami lainnya. Misalnya, untuk zat warna alami asal
tumbuhan, bentuk dan kadarnya berbeda-beda, dipengaruhi faktor jenis tumbuhan,
iklim, tanah, umur dan faktor-faktor lainnya. Food and Drug Administration (FDA)
Amerika Serikat menggolongkan zat warna alami ke dalam golongan zat warna yang
tidak perlu mendapat sertifikat.
Bila dibandingkan dengan pewarna-pewarna sintetis, penggunaan pewarna
alami mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain :
1; Seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan
2; Konsentrasi pigmen rendah
3; Stabilitas pigmen rendah
4; Keseragaman warna kurang baik
5; Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis10
Tabel 3. Zat Pewarna Alami bagi Makanan dan Minuman yang Diijinkan di
Indonesia
Warna
Nama
Merah
Alkanat
75520
Merah
75470
Kuning
Annato
75120
Kuning
Karoten
75130
Kuning
Kurkumin
75300
Kuning
Safron
75100
Hijau
Klorofil
75810
Biru
Ultramarin
77007
Coklat
Karamel
Hitam
Carbon black
77266
Hitam
Besi oksida
77499
Putih
Titanium dioksida
77891
3; Pengawet
Pengawet makanan digunakan untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme,
dikarenakan mikroorganisme terdapat di hampir semua tempat, tak terkecuali di
bagian tubuh manusia maka makanan tidak terhindarkan akan mengalami
pembusukan. Pengawetan makanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
dengan membunuh mikroorganisme yang tumbuh kemudian meyimpan makanan
dalam kondisi yang tidak memungkinkan adanya infeksi lanjutan atau dengan
menciptakan lingkungan yang akan memperlambat atau menghentikan pertumbuhan
mikroorganisme.
Bahan pengawet terdiri dari senyawa organic dan anorganik dalam bentuk
asam atau garamya. Aktivitas-aktivitas bahan pengawet tidaklah sama, misalnya ada
yang efektif terhadap bakteri, khamis ataupun kapang.
a; Pengawet organik
Pada banyak kesempatan senyawa organik lebih banyak digunakan
dibandingkan dengan pengawet anorganik, karena bahan ini lebih mudah dibuat.
Zat kimia yang sering digunakan sebagai pengawet organik adalah asam sorbet,
asam propionate, asam benzoate, asam asetat dan epoksida.11
b; Pengawet anorganik
Contoh zat pengawet anorganik yang masih sering digunakan adalah sulfit,
nitrit dan nitrat. Sulfit merupakan bahan pengawet untuk potongan kentang
goreng, udang beku dan pekatan sari nenas. Sedangkan nitrit digunakan sebagai
pengawet daging olahan seperti sosis, kornet dalam kaleng dan keju.12
Secara historis, banyak pengawet-pengawet aditif beracun digunakan sebagai
pengawet, seperti formalin, boraks, fluoride, dan bermacam fenol. Akan tetapi jelas
Nama
Contoh Penggunaan
E200
Asam sorbet
E202
Kalium sorbet
E203
Kalsium sorbet
Minuman ringan
E210
Asam benzoate
E211
Natrium benzoate
Minuman ringan
E212
Kalium benzoate
E213
Kalsium benzoate
E214
Etil p-hidroksibenzoat
E215
E216
Propil p-hidroksibenzoat
E217
E218
Metil p- hidroksibenzoat
E219
E220
Sulfur dioksida
E221
Natrium sulfit
E222
E223
Natrium metabisulfit
E224
Kalium metabisulfit
E226
Kalsium sulfit
E227
E230
Difenil
13 Michael E. J. Lean, 2013, Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.
606-607
11
E231
2-Hidroksifenil
E232
Natrium 2-fenilfenat
E234
Nisin
E249
Kalium nitrit
E250
Natrium nitrit
E251
Kalium nitrat
E252
Natrium nitrat
E280
Asam propionate
E281
Natrium propionate
E282
Kalsium propionate
Pudding natal
E283
Kalium propionate
Telah diterima secara umum bahwa tidak ada zat aditif makanan yang sepenuhnya
terbukti aman. Penilaian terhadap keseimbangan risiko/keuntungan contohnya
penggunaan nitrit dan nitrat untuk mengawetkan produk makanan. Kegunaan dari nitrit
dan nitrat tersebut dapat menghancurkan bakteri Clostridium botulinum sehingga akan
mengurangi keracunan makanan, akan tetapi risikonya, nitrit dalam makanan sebagian
diubah menjadi nitroamina yang dapat menimbulkan kanker pada hewan. Pada nitrat
tingkat tinggi pada makanan dapat menyebabkan bahaya pada manusia.14
Berikut ini akan dijelaskan dampak penggunaan zat aditif dalam bahan makanan,
diantaranya:
1; Pewarna sintesis
Pewarna sintesis memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh
pewarna alami, yaitu:
a; Sumber zat warna tidak terbatas
b; Warna yang dihasilkan lebih cerah dan homogen
c; Variasi warnanya banyak
d; Stabil terhadap suhu, cahaya, pH, dan lain-lain
e; Jumlah yang dibutuhkan relative sedikit untuk mendapatkan warna yang cerah
f; Harga relatif murah
14 Michael E. J. Lean, 2013, Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.
680-682
12
1; Sakarin
15 Alsuhendra, dan ridawati. Bahan Toksik dalam Makanan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013) hal. 234-255
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan:
1; Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi,
pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita
rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan. Zat aditif dalam makanan terbagi
menjadi dua yaitu zat aditif alami dan sintesis yang terdiri atas pemanis, pewarna dan
pengawet.
2; Jenis pemanis alami terdiri atas sukrosa, fruktosa dan laktosa sedangkan pemanis sintesis
terdiri atas siklamat, sakarin, dan sorbitol. Zat pewarna dibagi menjadi dua kelompok
yaitu certified color (yang diizinkan) dan uncertified color (tidak diizinkan). Zat
pengawet digunakan dengan tujuan untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme pada
makanan yang menyebabkan terjadinya pembusukan.
3; Zat aditif disamping memiliki keuntungan dalam menggunakannya juga memiliki
dampak yang kurang baik bagi kesehatan manusia, seperti penyebab tumbuhnya kanker,
insomnia, alergi, kerusakan genetic dan lain sebagainya.
15