Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A; Latar Belakang

Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna,
kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang
diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu
macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi
makanan yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi.
Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung semua jenis zat
yang diperlukan oleh tubuh setiap hari.
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu
menambahkan bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa di
perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop
yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini,
garam dan gula termasuk bahan tambahan, keduanya termasuk jenis zat aditif
makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahanbahan kimia lain.
Bahan-bahan aditif yang ditambahkan dalam makanan tentunya haruslah
memperhatikan dosis ataupun kadar yang diizinkan, pada masa sekarang ini sudah
begitu banyak produsen-produsen makanan yang menggunakan zat-zat aditif sebagai
tambahan makanan, ada yang benar-benar memperhatikan kadar yang diperbolehkan,
ada

pula

pihak-pihak

yang

menggunakannya

secara

sembarangan

tanpa

memperhatikan dosis yang diperkenankan bahkan berlebihan. Hal ini tentunya


berdampak negatif bagi kesehatan manusia, maka pada makalah ini kami
menguraikan zat-zat aditif yang diperbolehkan penggunaannya sebagai tambahan
makanan.

B; RUMUSAN MASALAH
1; Bagaimana pengertian zat aditif dalam bahan makanan?
2; Apa saja jenis-jenis zat aditif dalam bahan makanan?
3; Bagaimana dampak penggunaan zat aditif dalam bahan makanan?

BAB II
PEMBAHASAN
1

A; Pengertian Zat Aditif dalam Bahan Makanan

Komite gabungan ahli FAO dan WHO mendefinisikan zat aditif bahan makanan
sebagai suatu substansi bukan gizi yang ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan
sengaja, yang pada umumnya dalam jumlah kecil untuk memperbaiki kenampakan,
cita rasa, tekstur atau sifat-sifat penyimpanannya.1 Sedangkan zat aditif menurut
definisi legal dari The Food Labelling Regulations, 1996 adalah Setiap zat yang
tidak biasanya dikonsumsi sebagai makanan dengan snedirinya dan tida biasa
digunakan sebagai bahan khas makanan, baik itu memiliki nilai nutrisi atau tidak,
baik penambahan yang sengaja terhadap makanan untuk tujuan teknologi di
perusahaan, pemrosesan, persiapan, perawatan, pengemasan, transportasi, dan
penyimpanan hasil produksi makanan tersebut, atau mungkin cukup menghasilkan
seperti yang diharapkan, memberikan dampak tertentu atau tidak, yang secara
langsung atau tidak langsung menjadi komponen dari makanan tersebut2
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses
produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat
aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan
tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang
selama proses pengolahan. Penambahan zat aditif dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya
simpan. Zat aditif makanan dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:
1; Zat aditif alami
Zat aditif alami merupakan bahan tambahan yang terdapat dalam tumbuhan atau
hewan yang dikonsumsi manusia. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan
efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah
penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih
besar. Contohnya: kunyit, Iengkuas, daun pandan, daun seledri, dan lain-lain.
2; Zat aditif buatan
Zat aditif buatan merupakan bahan tambahan hasil olahan manusia. Zat aditif
buatan digunakan karena bahan alami sudah mulai berkurang dan sukar untuk
dikembangkan. Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang

1 Norman W, Disrosier. Teknologi Pengawetan Pangan. (Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia, 1988). hlm.
369
2 Michael E. J. Lean, Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan Edisi Ke Tujuh (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Peajar,
2013) hlm. 665

kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan


beberapa efek samping.
B; Jenis-Jenis Zat Aditif dalam Bahan Makanan

1; Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan
digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan
makanan kesehatan. Pemanis terdiri dari dua jenis, yaitu pemanis alami dan
pemanis sintetik. Menurut peraturan menteri kesehatan (Menkes) RI Nomor 235,
pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia, selain zat lain seperti
antioksida, pemutih, pengawet, pewarna, dan lain-lain. Pemanis berfungsi untuk
meningkatkan citarasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik.
Dilihat dari sumber pemanis dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
yaitu:
a; Pemanis alami
Pemanis alami dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari buah atau
melalui enzimatis, adapun contohnya sebagai berikut:3
1; Sukrosa
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit.
Secara komersial gula pasir yanng 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari
kedua macam baham makanan tersebut melalui proses penyulingan dan
kristalisasi. Gula merah yang banyak digunakan di Indonesia dibuat dari
tebu atau kelapa melalui proses penyulingan tidak sempurna. Sukrosa
uga terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu.
2; Fruktosa
Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah merupakan gula
paling manis. Fruktosa memepunyai rumus kimia yanng sama dengan
glukkosa C6H12O6, namun strukturnya berbeda
3; Laktosa
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu
unit glukosa dan satu unit galaktosa. Kekurangan laktase ini
menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang tidak
3 http://www.smallcrab.com/kesehatan/1213-jenis-jenis-zat-pemanis-alami-dalam- makanan, diakses
pukul 8:12 pada tanggal 2 Oktober 2014
3

dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran pencernaan.
Hal ini mempengaruhi jenis mikroorgnaisme yang tumbuh, yang
menyebabkan gejala kembung, kejang perut, dan diare. Ketidaktahanan
terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua. Mlaktosa adalah
gula yang rasanya paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan
lebih sukar larut daripada disakarida lain.
b; Pemanis buatan (sintesis)
Pemanis buatan (sintesis) merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa
manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
tersebut, namun kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula. 4
Sekalipun penggunaanya diizinkan, pemanis buatan dan juga bahan kimia
lain sesuai peraturan penggunaannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun
pemanis buatan tersebut aman dikonsumsi dalam kadar kecil, tetap saja
dalam batas-batas tertentu akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan
manusia maupun hewan yang mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut kita
kenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat
diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg
berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa
menimbulkan efek yang merugikan kesehatan.5 Adapun contoh dari pemanis
buatan adalah sebagai berikut:
1; Siklamat
Siklamat merupakan pemanis buatan yang tidak menghasilkan
energi. Siklamat biasa terdapat sebagai garam natrium atau kalsium.
Kemanisannya kurang lebih 30 kali lebih manis daripada sukrosa,
sehingga biasanya terdapat dalam makanan atau minuman dengan kadar
relatif kecil.6 Di Indonesia penggunaaan siklamat masih diizinkan meski
kadarnya

dibatasi,

Namun

hasil

metabolisme

siklamat

adalah

sikloheksaamin. Sikloheksaamin merupakan senyawa karsinogen,


Sehingga kadar siklamat maksimum yang diperbolehkan hanya beberapa
4 Abdul Rohman, Sumantri, Analisis Makanan. Yogyakarta: Gadah Mada University Press. 2007. Hal
252
5 Silalahi,Romayanti, (2010), Analisa Jenis dan Kadar Pemanis Buatan Pada Permen Karet Yang
Beredar di Kota Medan Tahun 2010, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
6 Abdul Rohman, Sumantri, Analisis Makanan. Yogyakarta: Gadah Mada University Press. 2007. Hal
252
4

mg/kg (untuk lebih lengkapnya lihat tabel dibawah serta penggunaan


dalam bahan pangan)
2; Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan yang sangat manis. Sakarin 60
mg setara dengan kurang lebih 30 g sukrosa, sehingga kadarnya dalam
makanan atau minuman biasanya sangat kecil.7
3; Sorbitol
Sorbitol masuk dalam kelas senyawa yang disebut poliol. Poliol
adalah alkohol yang memiliki beberapa ikatan hidroksil (-OH) dalam
strukturnya. Molekul sorbitol terdiri dari enam rantai atom karbon
dengan satu hidroksil melekat pada setiap atom karbon. Sorbitol itu bisa
larut dalam air. Larutan sorbitol memiliki rasa manis dan tekstur mirip
sirup. Tingkat rasa manis sorbitol kira-kira setengah dari manis gula
tebu. Sorbitol dapat berfungsi sebagai sumber energi ketika dicerna, serta
digunakan sebagai pengganti gula dalam berbagai produk makanan.

Tabel. 1 Daftar pemanis buatan yang diperbolehkan di Indonesia

No.

1.

Nama Pemanis
Buatan

Ukuram
Penggunaan dalam Pangan

maksimum yang
diijinkan

Sakarin (dan garam

Untuk

natrium sakarin)

minuman

saus,

es

ringan

lilin, 300 mg/kg


dan

minuman yogurt berkalori


200 mg/kg

rendah.
Es krim, es

puter, dan
100 mg/kg

7 Abdul Rohman, Sumantri, Analisis Makanan. Yogyakarta: Gadah Mada University Press. 2007. Hal
256
5

sejenisnya serta jem dan 50 mg/kg


jelly berkalori rendah.
Permen berkalori rendah
permen karet dan minuman
ringan fermentasi berkalori
rendah.
2.

Siklamat

(dan

Untuk

saus,

es

lilin, 3 gr/kg

garam natrium dan

minuman

ringan

dan

kalsium siklamat)

minuman yogurt bekalori


rendah.

2 gr/kg

Es krim, es puter, dan


sejenisnya serta jem dan jeli

1 gr/kg
500 mg/kg

berkalori rendah.
Permen berkalori rendah.
Permen karet dan minuman
ringan fermentasi berkalori
rendah
3.

Sorbitol

Untuk kismis.
Jam, jeli, dan roti
Pangan lain

5 gr/kg
300 mg/kg
1 mg/kg

Sumber : Badan Ketahanan Pangan (BKP)


2; Pewarna
Penambahan bahan pewarna pangan dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu
untuk memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan,
menutupi perubahan warna selama proses pengolahan dan mengatasi perubahan
warna selama penyimpanan. Zat pewarna dibagi menjadi dua kelompok yaitu certified
color dan uncertified color.
a; Certified color
Certified color merupakan zat pewarna sintetik yang diijinkan penggunaannya
dalam makanan. Untuk pewarna sintetik dikatakan aman apabila kandungan

arsennya tidak boleh lebih dari 0,00014% dan timbalnya tidak lebih dari 0,001%,
sedangkan logam berat lainnya tidak ada.8
Tabel 2. Bahan Pewarna Sintesis yang diizinkan di Indonesia
Pewarna

Nomor Indeks

Batas

Warna

Maksimum

(C.I.No.)

Penggunaan

Amaran

Amaranth: CI Food Red 9

16185

Secukupnya

Biru berlian

Brilliant blue FCF : CI

42090

Secukupnya

Eritrosin

Food red 2

45430

Secukupnya

42053

Secukupnya

44090

Secukupnya

Eritrosin : CI
Hijau FCF

Food red 14 Fast


green FCF : CI

Hijau S

Food green 3
Green S : CI. Food

Indigotin Green 4

Indigotin : CI.Food

73015

Secukupnya

Ponceau 4R Blue I

Ponceau 4R : CI

16255

Secukupnya

Kuning

Food red 7

74005

Secukupnya

Kuinelin Quineline

CI. Food yellow 13

15980

Secukupnya

yellow

8 Veronica Margaret Sihombing, Analisis Kadar zat pewarna kuning pada tahu yang dijual di
pasar-pasar di medan , (Sumatra utara : fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatra uatara,
2008) hlm.31-32
7

Kuning FCF Sunset

CI. Food yellow 3

Secukupnya

yellow FCF

Riboflavina

Riboflavina

Tartrazine

Tartrazine

19140

Secukupnya

Secukupnya

Tabel 2. Bahan Pewarna Sintetis yang dilarang di Indonesia


Pewarna

Nomor Indeks War


(C.I.No.)

Citrus

red No.2

12156

Ponceau 3 R

(Red G)

161155

Ponceau SX

(Food Red No. 1)

14700

Rhodamine B

(Food Red No. 5)

45170

Guinea Green B

(Acid Green No. 3)

42085

Magenta

(Basic Violet No. 14)

42510

Chrysoidine

(Basic Orange No. 2)

11270

Butter Yellow

(Solveent yellow No. 2)

11020

Sudan I

(Food Yellow No. 2)

12055

Methanil Yellow

(Food Yellow No. 14)

13065

Auramine

(Ext. D & C Yellow No.1)

41000

Oil Oranges SS

(Basic Yellow No. 2)

12100

Oil Oranges XO

(Solvent Oranges No. 7)

12140

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/889


b; Uncertified color

9 Veronica Margaret Sihombing, Analisis Kadar zat pewarna kuning pada tahu yang dijual di pasarpasar di medan , (Sumatra utara : fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatra uatara,
2008)hlm.35
8

Uncertified color adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami seperti
tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu
digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang umumnya penggunaannya
dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Selain itu penelitian toksikologi zat
warna alami masih agak sulit karena zat warna ini umumnya terdiri dari campuran
dengan senyawa-senyawa alami lainnya. Misalnya, untuk zat warna alami asal
tumbuhan, bentuk dan kadarnya berbeda-beda, dipengaruhi faktor jenis tumbuhan,
iklim, tanah, umur dan faktor-faktor lainnya. Food and Drug Administration (FDA)
Amerika Serikat menggolongkan zat warna alami ke dalam golongan zat warna yang
tidak perlu mendapat sertifikat.
Bila dibandingkan dengan pewarna-pewarna sintetis, penggunaan pewarna
alami mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain :
1; Seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan
2; Konsentrasi pigmen rendah
3; Stabilitas pigmen rendah
4; Keseragaman warna kurang baik
5; Spektrum warna tidak seluas seperti pada pewarna sintetis10
Tabel 3. Zat Pewarna Alami bagi Makanan dan Minuman yang Diijinkan di
Indonesia
Warna

Nama

Nomor Indeks Nam

Merah

Alkanat

75520

Merah

Cochineal red ( karmin )

75470

Kuning

Annato

75120

Kuning

Karoten

75130

Kuning

Kurkumin

75300

Kuning

Safron

75100

Hijau

Klorofil

75810

Biru

Ultramarin

77007

Coklat

Karamel

Hitam

Carbon black

77266

10 http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/PEWARNA-PANGAN.pdf diakses pada


tanggal 30 Oktober 2014 pkl. 09.00
9

Hitam

Besi oksida

77499

Putih

Titanium dioksida

77891

3; Pengawet
Pengawet makanan digunakan untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme,
dikarenakan mikroorganisme terdapat di hampir semua tempat, tak terkecuali di
bagian tubuh manusia maka makanan tidak terhindarkan akan mengalami
pembusukan. Pengawetan makanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
dengan membunuh mikroorganisme yang tumbuh kemudian meyimpan makanan
dalam kondisi yang tidak memungkinkan adanya infeksi lanjutan atau dengan
menciptakan lingkungan yang akan memperlambat atau menghentikan pertumbuhan
mikroorganisme.
Bahan pengawet terdiri dari senyawa organic dan anorganik dalam bentuk
asam atau garamya. Aktivitas-aktivitas bahan pengawet tidaklah sama, misalnya ada
yang efektif terhadap bakteri, khamis ataupun kapang.
a; Pengawet organik
Pada banyak kesempatan senyawa organik lebih banyak digunakan
dibandingkan dengan pengawet anorganik, karena bahan ini lebih mudah dibuat.
Zat kimia yang sering digunakan sebagai pengawet organik adalah asam sorbet,
asam propionate, asam benzoate, asam asetat dan epoksida.11
b; Pengawet anorganik
Contoh zat pengawet anorganik yang masih sering digunakan adalah sulfit,
nitrit dan nitrat. Sulfit merupakan bahan pengawet untuk potongan kentang
goreng, udang beku dan pekatan sari nenas. Sedangkan nitrit digunakan sebagai
pengawet daging olahan seperti sosis, kornet dalam kaleng dan keju.12
Secara historis, banyak pengawet-pengawet aditif beracun digunakan sebagai
pengawet, seperti formalin, boraks, fluoride, dan bermacam fenol. Akan tetapi jelas

11Susila Kristianingrum, M.Si, Pengawet Makanan yang Aman bagi Kesehatan,


(Yokyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2006) hal 2
12http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21953/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 2 November 2014 pkl. 19.00
10

bahwa efisiensi pengawet tersebut dalam memusnahkan mikroba menjadi bertambah,


yakni meracuni manusia.
Tabel. 4 Daftar Pengawet yang diperbolehkan13
Nomor

Nama

Contoh Penggunaan

E200

Asam sorbet

Olesan rendah lemak, yogurt


buah, keju olahan

E202

Kalium sorbet

Minuman ringan rasa buah

E203

Kalsium sorbet

Minuman ringan

E210

Asam benzoate

Minuman ringan rasa buah

E211

Natrium benzoate

Minuman ringan

E212

Kalium benzoate

E213

Kalsium benzoate

E214

Etil p-hidroksibenzoat

E215

Natrium etil p-hidroksibenzoat

E216

Propil p-hidroksibenzoat

E217

Natrium propil p-hidroksibenzoat

E218

Metil p- hidroksibenzoat

E219

Natrium metal p- hidroksibenzoat

E220

Sulfur dioksida

Buah kering, sayuran terdehidrasi

E221

Natrium sulfit

Jus buah dan sirup, sosis

E222

Natrium hydrogen sulfit

Produk olahan susu rasa buah,


cider

E223

Natrium metabisulfit

E224

Kalium metabisulfit

E226

Kalsium sulfit

E227

Kalsium hydrogen sulfit

E230

Difenil

Minuman ringan rasa buah

Perlakuan pada kulit buah sitrus

13 Michael E. J. Lean, 2013, Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.
606-607
11

E231

2-Hidroksifenil

E232

Natrium 2-fenilfenat

E234

Nisin

Keju, krim beku

E249

Kalium nitrit

Bacon, ham, daging yang


diawetkan

E250

Natrium nitrit

E251

Kalium nitrat

E252

Natrium nitrat

E280

Asam propionate

E281

Natrium propionate

Roti dan tepung, manisan

E282

Kalsium propionate

Pudding natal

E283

Kalium propionate

Daging kornet dan beberapa keju

C; Dampak Penggunaan Zat Aditif dalam Bahan Makanan

Telah diterima secara umum bahwa tidak ada zat aditif makanan yang sepenuhnya
terbukti aman. Penilaian terhadap keseimbangan risiko/keuntungan contohnya
penggunaan nitrit dan nitrat untuk mengawetkan produk makanan. Kegunaan dari nitrit
dan nitrat tersebut dapat menghancurkan bakteri Clostridium botulinum sehingga akan
mengurangi keracunan makanan, akan tetapi risikonya, nitrit dalam makanan sebagian
diubah menjadi nitroamina yang dapat menimbulkan kanker pada hewan. Pada nitrat
tingkat tinggi pada makanan dapat menyebabkan bahaya pada manusia.14
Berikut ini akan dijelaskan dampak penggunaan zat aditif dalam bahan makanan,
diantaranya:
1; Pewarna sintesis
Pewarna sintesis memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh
pewarna alami, yaitu:
a; Sumber zat warna tidak terbatas
b; Warna yang dihasilkan lebih cerah dan homogen
c; Variasi warnanya banyak
d; Stabil terhadap suhu, cahaya, pH, dan lain-lain
e; Jumlah yang dibutuhkan relative sedikit untuk mendapatkan warna yang cerah
f; Harga relatif murah
14 Michael E. J. Lean, 2013, Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.
680-682
12

Walaupun dapat memberikan manfaat bagi produsen atau pedagang makanan,


penggunaan pewarna sintesis dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan diantaranya:
1; Efek negatif Metanil Yellow
Bahan untuk membuat metanil yellow adalah dari asam metanilat dan
difenilamin. Bahan-bahan tersebut bersifat toksik, sehingga apabila masuk ke
dalam tubuh manusia dalam waktu lama, maka akan terjadi gangguan pada
kesehatan, seperti timbulnya tumor dalam jaringan hati, kandung kemih,
saluran pencernaan, atau jaringan kulit.
Dalam proses pembuatan pewarna sintetis biasanya dilakukan pemberian
asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau
logam berat lain. Tentu saja logam berat tersebut akan bersifat toksik jika
terkonsumsi secara terus-menerus dalam jangka waktu lama.
Apabila metanil yellow terhirup, mengenai kulit, mengenai mata, apalagi
tertelan, maka efek negative akan timbul pada tempat-tempat masuknya tadi.
Efek negative tersebut dapat berupa iritasi pada saluran pernapasan, iritasi
pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandungan dan saluran
kemih. Jika metanil yellow tertelan, maka gejala yang akan timbul antara lain
mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak, dan tekanan darah
rendah. Metanil yellow juga bertindak sebagai agen pencetus tumor.
2; Efek negatif Rhodamin B
Rhodamin B dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui cara inhalasi,
kontak pada kulit dan mata, serta tertelan ke dalam saluran pencernaan. Efek
negatif yang mungkin terlihat adalah terjadinya iritasi pada kulit, saluran
pencernaan, saluran pernapasan, dan urin menjadi berwarna merah, atau merah
muda. Efek negatif lain dari keracunan Rhodamin B antara lain dapat
mengakibatkan pembesaran organ berupa peningkatan berat hati, ginjal, dan
limpa. Hal ini dapat mengganggu fungsi organ-organ tersebut.
2; Pemanis Sintetis
Secara umum, tujuan dari penambahan pemanis sintetis ke dalam bahan makanan
adalah sebagai berikut.
a; Menurunkan biaya produksi
b; Pemanis golongan tertentu tidak meningkatkan atau menyebabkan tingginya
kadar gula dalam darah
c; Untuk memenuhi kebutuhan energi yang rendah\Untuk menghindari kerusakan
gigi
Namun apabila konsumsi pemanis sintetis melebihi batas, maka akan timbul
gannguan pada kesehatan. Diantaranya ialah:
13

1; Sakarin

Sejumlah penelitian mengenai efek negatif sakarin terhadap tubuh


manusia masih menunjukkan hasil yang kontroversial. Pada beberapa
penelitian terlihat adanya gejala negatif akibat mengkonsumsi sakarin dosis
tinggi, diantaranya adalah migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat,
bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi,
impotensi, dan gangguan seksual, kebotakan, serta kanker otak dan kanker
kandung kemih. Akan tetapi, pada penelitian lainnya efek merugikan tersebut
tidak terlihat apabila sakarin diberikan dalam dosis rendah.
2; Siklamat
Sejumlah laporan menunjukkan bahwa pemberian siklamat dengan dosis
yang sangat tinggi pada tikus percobaan dapat menyebabkan tumor kandung
kemih, paru, hati, dan limpa, serta menyebabkan kerusakan genetic dan atropi
testikuler. Konsumsi siklamat tidak menyebabkan kanker dan nonmutagenik.15

15 Alsuhendra, dan ridawati. Bahan Toksik dalam Makanan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013) hal. 234-255
14

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan:
1; Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi,
pengemasan atau penyimpanan dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita
rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan. Zat aditif dalam makanan terbagi
menjadi dua yaitu zat aditif alami dan sintesis yang terdiri atas pemanis, pewarna dan
pengawet.
2; Jenis pemanis alami terdiri atas sukrosa, fruktosa dan laktosa sedangkan pemanis sintesis
terdiri atas siklamat, sakarin, dan sorbitol. Zat pewarna dibagi menjadi dua kelompok
yaitu certified color (yang diizinkan) dan uncertified color (tidak diizinkan). Zat
pengawet digunakan dengan tujuan untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme pada
makanan yang menyebabkan terjadinya pembusukan.
3; Zat aditif disamping memiliki keuntungan dalam menggunakannya juga memiliki
dampak yang kurang baik bagi kesehatan manusia, seperti penyebab tumbuhnya kanker,
insomnia, alergi, kerusakan genetic dan lain sebagainya.

15

Anda mungkin juga menyukai