Daftar isi........1
BAB IV Kesimpulan.................. 24
Daftar Pustaka... 26
Lampiran.... 27
BAB I
1
Tujuan Percobaan
Tujuan Praktikum
BAB II
Hasil Percobaan
2
Tabel Hasil Pengamatan Uji Oksidasi Biologis ( uji Laktat Dehidrogenase, Schardinger,
oksidasi dan pengaruh vitamin ) dan Hasil Uji Sifat Antioksidan dan Reduksi Vitamin.
3
Tabung 3 (Kentang + larutan
fenol) : berwarna kecoklatan
tua
4
Tabung 3 (Pisang + larutan
fenol) : berwarna kecoklatan
tua.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis
dalam suatu reaksi kimia. Enzim yang terdapat secara alami dalam makanan dapat mengubah
susunan makanan tersebut.
Enzim polifenol oksidase memiliki kode Enzym Commision (EC) 1.14.18.1, nama trivial
monophenol monooxygenase dan nama IUPAC monophenol, L-dopa:oxygen oxidoreductase.
Enzim polifenol oksidase dihasilkan dari reaksi antara L-tyrosine, L-dopa, dan O 2 menjadi L-
dopa, dopaquinone, dan H2O.
Pencoklatan enzimatis dapat terjadi karena adanya jaringan tanaman yang terluka, misalnya
pemotongan, penyikatan, dan perlakuan lain yang dapat mengakibatkan kerusakan integritas
jaringan tanaman. Adanya kerusakan jaringan seringkali mengakibatkan enzim kontak
dengan substrat.Enzim yang bertanggung jawab dalam reaksi pencoklatan enzimatis adalah
oksidase yang disebut fenolase, fenoloksidase, tirosinase, polifenolase, atau
katekolase.Dalam tanaman, enzim ini lebih sering dikenal dengan polifenol oksidase (PPO).
Substrat untuk PPO dalam tanaman biasanya asam amino tirosin dan komponen polifenolik
seperti katekin, asam kafeat, pirokatekol/katekol dan asam klorogenat . Tirosin yang
merupakan monofenol, pertama kali dihidroksilasi menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin dan
kemudian dioksidasi menjadi quinon yang akan membentuk warna coklat.
Penggunaan asam sebagai penghambat pencoklatan enzimatis sering digunakan.Asam yang
digunakan adalah asam yang banyak terdapat dalam jaringan tumbuhan, dalam hal ini asam
askorbat, asam sitrat dan asam malat.Metode penggunaan asam sebagai penghambat
pencoklatan enzimatis ini didasarkan pada pengaruh pH terhadap enzim polifenolase.pH
optimum enzim ini berkisar antara 4,0-7,0 dan aktivitas terkecil pada pH dibawah 3.
Perubahan warna yang tidak diinginkan akibat browning dapat diatasi dengan perlakuan
perendaman dalam asam askorbat, asam askorbat merupakan reduktor yang kuat dan mampu
bertindak sebagai oksigen scavenger, sehingga akan mencegah terjadinya oksidasi enzimatis
7
senyawa-senyawa fenol yang terkandung dalam kentang. Penggunaan asam mampu
menginaktivasi enzim, karena pH bahan akan diturunkan hingga dibawah 5.
Penambahan asam askorbat dengan tujuan untuk menurunkan pH sampai 3,0 atau
dibawahnya akan dapat mempertahankan perubahan warna sebab pH optimal enzim fenolase
adalah 6,5. Logam seperti besi dan tembaga dapat diikat oleh asam askorbat, logam-logam ini
merupakan katalisator oksidasi yang dapat menyebabkan perubahan warna yang tidak
diinginkan.Asam bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan dan
pencoklatan.Asam askorbat merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, mempunyai
sifat asam dan mempunyai sifat pereduksi yang kuat.Sifat-sifat tersebut terutama disebabkan
adanya struktur enediol yang berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lakton.
Asam askorbat dalam bentuk murninya merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau
dan mencair pada suhu 190-192 C. Asam askorbat sangat mudah larut dalam air, sedikit larut
dalam alkohol absolut dan tidak larut dalam benzene, eter, khloroform, minyak dan
sejenisnya. Walaupun asam askorbat stabil dalam bentuk kristal, tetapi mudah rusak atau
terdegradasi jika berada dalam bentuk larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam
seperti Cu dan Fe serta cahaya. Sifat yang paling utama dari asam askorbat adalah
kemampuan mereduksinya yang sangat kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh
beberapa logam. Asam yang dikombinasikan dengan panas akan menyebabkan panas tersebut
lebih efektif terhadap mikroba. Asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-
pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, konsentrasi gula dan garam, pH,
oksigen, enzim dan katalisator logam.
Asam askorbat mudah sekali teroksidasi terutama bila zat dipanaskan dalam larutan alkali
atau netral.Adanya oksigen dalam sistem menyebabkan asam askorbat segera teroksidasi
menjadi asam dehidroaskorbat.
Penghambat reaksi pencoklatan yang efektif adalah asam askorbat. Asam askorbat tidak
memberikan flavor yang tidak diinginkan dan penambahnnya akan menguntungkan karena
asam askorbat merupakan suatu vitamin. Asam askorbat juga sebagai antioksidan dan mampu
mereduksi o-quinon menjadi o-dihidroksi fenol alami.
Pencoklatan adalah proses kimia yang terjadi dalam buah dan sayur karena adanya
enzim polifenoloksidase, yang menghasilkan pigmen warna coklat. Browning dibagi menjadi
2, yaitu pencoklatan enzimatis dan pencoklatan non enzimatis. Pencoklatan enzimatis dapat
dilihat pada buah (apricot, pir, pisang, anggur), sayur (kentang dan jamur), dan jua pada
seafood (udang, lobster, dan kerang).
8
Pencoklatan enzimatis dapat terjadi karena adanya jaringan tanaman yang terluka, misalnya
pemotongan, penyikatan, dan perlakuan lain yang dapat mengakibatkan kerusakan integritas
jaringan tanaman. Adanya kerusakan jaringan seringkali mengakibatkan enzim kontak
dengan substrat.
Pencoklatan pada buah buahan yang telah dipotong bisa karena berbagai faktor antara lain :
1. Pisau Besi
Data hasil pengamatan menunjukkna bahwa pemotongan yang menggunakan pisau besi akan
mempengaruhi perubahan warna pada buah. Warna buah yang menggunakan pisau besi
berwarna lebih coklat.Hal ini disebabkan pisau besi mengandung ion Fe, mudah berkarat
(oksidasi). Hal ini karena enzim polifenolase akan bereaksi dengan besi dan mempercepat
warna coklat.
2. Pisau Stainless
Sampel yang diiris dengan pisau stainles lebih lama pencoklatannya bila dibandingkan
dengan pisau besi. Hal ini disebabkan karena stainless tidak bereaksi dengan oksigen diudara
bebas sehingga tidak terjadi proses oksidasi.
Pada udara terbuka, enzim bereksi dengan oksigen yang terdapat di udara terbuka yang
menyebabkan reaksi oksidasi yang dikatalis oleh enzim fenolase, polifenol oksidase,
tirosinase, atau katekolase.Reaksi tersebut karena hidroksilasi skunder o-quinon/kelebihan o-
difenol.Kemudian senyawa terhidroksi benzena berinteraksi dengan o-quion membentuk
hidroksiquinon.Selanjutnya mengalamki polimerisasi dan dengan cepat dikonversi menjadi
polimer berwarna merah/merah coklat, dan akhirnya menjadi melanin berwarna coklat.
Perendaman dengan air dapat mencegah terjadinya proses pencoklatan enzimatis karena
menghindari kontak dengan oksigen.
9
5. Direndam Dengan Sulfit
Larutan sulfit bertujuan untuk mencegah terjadinya browning secara enzimatis maupun non
enzimatis.Sulfit berperan sebagai pencegah timbulnya warna coklat.Pada browning non
enzimatis, sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil yang mungkin ada pada bahan.
Hasil reaksi tersebut akan mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat.
Sedangkan pada browning enzimatis, sulfit akan mereduksi ikatan disulfida pada enzim,
sehingga enzim tidak dapat mengkatalis oksidasi senyawa fenolik penyebab browning.
10
Uji Schardinger
Uji schardinger bertujuan untuk mengamati reduksi berdasarkan aktivitas enzim laktat
dehidrogenase dalam susu segar. Uji ini pada umumnya digunakan untuk membedakan susu
segar dan susu yang telah dipasturisasi (susu yang telah dipanaskan sampai suhu 70C). Susu
yang masih segar memiliki kandungan yang masih stabil, terutama enzim atau protein di
dalamnya. Enzim yang ada pada susu, diantaranya katalase, laktat dehidrogenase dan
peroksidase. Uji ini berdasarkan reduksi metilen blue untuk membentuk leukometilen blue
yang tidak berwarna oleh aktivitas enzim laktat dehidrogenase.Sodium laktat (pendonor
hidrogen) digunakan untuk mereduksi metilen blue yang dibantu oleh enzim laktat
dehidrogenase. Sodium laktat dan metilen blue yang ditambahkan kedalam susu segar,
metilen blue akan segera berubah warna menjadi leukometilen yang tidak berwarna.
Enzim adalah protein pada susu yang mengalami proses pemanasan, enzim yang ada pada
susu tersebut dapat mengalami denaturasi sehingga menjadi tidak aktif / rusak. Oleh karena
itu, hanya susu yang masih segar yang dapat memberikan hasil yang positif karena enzim
tersebut masih aktif / belum rusak.
Pada tabung 1 timbul hasil yang positif dengan perubahan warna menjadi biru homogen
(mendekati tidak berwarna) setelah ditambahkan metilen blue, sodium laktat dan dilakukan
pemanasan. Hal ini dikarenakan enzim laktat dehidrogenase pada susu segar masih aktif
sehingga saat pemanasan dapat mereduksi metilen blue menjadi leukometilen yang tidak
berwarna. Namun, pada percobaannya tabung susu segar masih terdapat sedikit warna biru
(biru bening). Hal ini mungkin dikarenakan masih ada sedikit metilen blue yang tereduksi.
Pada tabung 2 (pasteurized milk) timbul hasil yang negatif karena enzim tersebut tidak
aktif sehingga tidak dapat membantu dalam mereduksi metilen blue menjadi leukometilen.
Enzim adalah protein, apabila dilakukan pemanasan dapat mengalami denaturasi sehingga
enzim yang ada pada susu menjadi tidak aktif / rusak sehingga pada saat pemberian metilen
blue, calcium laktat, dan dilakukan pemanasan, warna biru tersebut tetap biru dan
keruh/keputihan karena tidak terjadi reduksi oleh enzim laktat dehidrogenase.
11
berwarna kuning yang akan segera berubah menjadi coklat gelap. Pembentukan warna
coklat ini dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalis oleh enzim fenol oksidase / polifenol
oksidase (PPO)
Pada umumnnya proses browning sering terjadi pada buah-buahan dan sayur-sayuran
seperti pisang, pear, salak, pala, kentang, dan apel. Proses browning terbagi menjadi 2 yaitu
enzimatik dan non enzimatik.Browning secara enzimatik terjadi pada buah-buahan yang
banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Senyawa fenolik banyak sekali yang dapat
bertindak sebagai substrat dalam proses browning enzimatik pada buah-buahan dan sayuran.
Contohnya substrat yang baik adalah senyawa fenolik dengan jenis ortohidroksi / trihidroksi
yang saling berdekatan.Substrat untuk PPO dalam tanaman biasanya asam amino tirosin dan
komponen polifenolik seperti katekin, asam kafeat, pirokatekol / katekol dan asam
klorogenat. Proses pencoklatan enzimatik akan terjadi a pabila adanya reaksi antara enzim
fenol oksidase dan oksigen dengan substrat tersebut.
Enzim yang berperan dalam reaksi pencoklatan ada beberapa macam seperti polifenol
oksidase atau fenolase (o-difinol: oksigen oksidoreduktase). Untuk berlangsungnya reaksi
pencoklatan yang di katalis oleh enzim tersebut maka harus tersedia gugus prostetik Cu 2+ dan
oksigen.Fenolase diklasifikasikan sebagai suatu oksidase-reduktase dan fungsi oksigen
adalah sebagai akseptor hidrogen.
Tipe pencoklatan ini terjadi pada beberapa buah dan sayuran seperti kentang, apel, dan
pisang apabila jaringannya memar, dipotong, dikupas, kena penyakit atau karena kondisi
yang tidak normal. Jaringan yang memar akan cepat menjadi gelap apabila kontak dengan
udara, atau disebabkan oleh konversi senyawa fenol menjadi melanin berwarna coklat.
Tiroksin yang merupakan polifenol sederhana, pertama kali dihidroksilasi menjadi 3,4-
dihridoksifenilalanin dan kemudian di oksidasi menjadi quinon.
Reaksi ini diikuti oleh pelepasan hidrogen untuk membentuk senyawa dopakrom
berwarna merah (asam 5,6-quinon indol-2-karboksilat) yang mempunyai cincin heterosiklik
yang berasal dari rantai sisis asam amino karboksilat.
Polimerase lebih jauh menghasilkan polimer yang gelap dan tidak larut yang dikenal
sebagai melanin.Melanin membentuk penghalang dan memiliki komponen anti mikroba yang
menebar pada jaringan tanaman yang memar / terluka. Tanaman yang punya singkat
ketahanan tinggi terhadap perubahan iklim memiliki kadar PPO yang tinngi dibandingkan
12
spesies lain yang rentan. Berikut ini adalah contoh pembentukan melanin dari polifenol
sederhana yaitu tirosin :
Dari hasil percobaan tersebut didapatkan bahwa perubahan warna (ekstrak apel, kentang,
dan pisang ditambah larutan fenol 1%) menjadi coklat menunjukkan adanya reaksi oksidasi
senyawa fenol oleh enzim yang dimiliki kentang yakni enzim PPO.Fenol diubah menjadi
katekol oleh enzim PPO, kemudian menjadi kinon dan melanin. Terbentuknya warna coklat
pada reaksi tersebut dikarenakan proses kondensasi. Penambahan fenol bertujuan untuk
mempercepat reaksi oksidasi oleh enzim PPO karena substrat yang dibentuk menjadi quinon
dan melanin adalah fenol.
Praktikum uji oksidase buah ini bertujuan untuk memperlihatkan efek pemberian
antioksidan berupa vitamin C terhadap oksidasi fenol oleh enzim PPO kentang.Bahan yang
digunakan adalah ekstrak buah yang ditambah larutan fenol 10% dan larutan vitamin C.
Perubahan warna pada ekstrak buah menjadi warna yang lebih terang, dikarenakan
browning yang seharusnya terbentuk pada penambahan larutan fenol 10% dihambat oleh
13
adanya vitamin C. Asam askorbat akan bereaksi dengan oksigen dan akan menghambat kerja
enzim PPO sehingga reaksi oksidasi fenol dan pirogalol tidak terjadi.
Enzim yang bertanggung jawab dalam reaksi browning adalah oksidase yang disebut
fenolase, fenoloksidase, tirosinase, polifenolase / katekolase. Tirosin yang merupakan
monofenol pertama kali dihidroksilase menjadi 3,4-dihridoksifenilalanin
Dihidroksifenilalanin dan kemudian diooksidasi menjadi quinon yang akan membentuk
warna coklat.
Penggunaan vitamin C dapat mereduksi kembali quinon berwarna hasil oksidasi (o-
quinon) menjadi senyawa fenolat (o-difenol) tak berrwarna.Asam askorbat selanjutnya
dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Ketika vitamin C habis, komponen berwarna akan
terbentuk sebagai hasil reaksi polimerisasi dan menjadi produk antara yang irreversible. Jadi
produk berwarna hanya akan terjadi jika vitamin C yang ada habis dioksidasi dan quinon
terpolimerisasi.
Gambar VI. Reaksi Perubahan Tirosin menjadi Kuinon oleh enzim PPO
Vitamin E adalah nama umum untuk dua kelas molekul (tocopherol dan tocotrienol)
yang memiliki aktivitas vitamin E dalam nutrisi Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut lemak seperti minyak, lemak, alcohol, aseton, eter dan sebagainya. Karena
tidak larut dalam air, vitamin E dalam tubuh hanya dapat dicerna dengan bantuan empedu
hati, sebagai pengemulsi minyak saat melalui duodenum.Kelarutannya dalam lemak
14
merupakan sifat yang menguntungkan karena sebagian besar kerusakan akibat radikal bebas
terjadi di dalam membran sel dan lipoprotein yang terbuat dari molekul lemak. Vitamin E
stabil pada pemanasan, namun akan rusak bila pemanasan terlalu tinggi. Vitamin E bersifat
basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam pada suhu 100C. Bila terkena
oksigen di udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya
warnanya akan menjadi gelap secara bertahap.
Secara umum, vitamin E memiliki fungsi utama sebagai antioksidan alami untuk
membuang radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini dikarenakan adanya kandungan
alfa-tokoferol aktif yang dapat diregenerasi dengan vitamin C sehingga dapat menghambat
oksidasi rasikal bebas peroksi dan vitamin E akan memutus berbagai reaksi rantai radikal
bebas karena kemampuannya memindahkan atau menyumbangkan hydrogen fenolat kepada
radikal bebas peroksil yang terperoksidasi, sehingga radikal bebas peroksil menjadi tidak
reaktif.
Stabilitas kimia vitamin E mudah berubah akibat pengaruh berbagai zat alami.
Minyak tak jenuh, seperti minyak hati ikan cod, minyak jagung, minyak kacang kedelai,
minyak biji bunga matahari, semuanya mempertinggi kebutuhan vitamin E. Hal ini terjadi
jika minyak-minyak tersebut mengalami ketengikan oksidatif dalam makanan. Garam-garam
besi, seperti feriklorida, kalium ferrisianida bersifat mengoksidasi tokokferol.
Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang
membuang radikal bebas dan molekul oksigen.Secara particular, vitamin E juga penting
dalam mencegah peroksidasi membrane asam lemak tak jenuh.Vitamin E dan C berhubungan
dengan efektifitas antioksidan masing-masing.Alfa-tokoferol yang aktif dapat diregenerasi
dengan adanya interaksi dengan vitamin C yang menghambat oksidasi radikal bebas peroksi.
Alternatif lain, alfa tokoferol dapat membuang dua radikal bebas peroksi dan
mengkonjugasinya menjadi glukuronat ketika ekskresi di ginjal.
Urutan aktivitas antioksidan dalam system lipida dari tokoferol adalah -tokoferol >
-tokoferol -tokoferol.-tokoferol merupakan homolog tokoferol yang mempunyai
aktivitas vitamin E paling tinggi. Sedangkan aktivitas antioksidan tokoferol secara in vivo
adalah -tokoferol -tokoferol -tokoferol -tokoferol.
Pada tabung 3, dimasukkan larutan vitamin E dan fenol pada sampel (kentang, apel,
pisang) terjadi perubahan warna menjadi keruh. Hal ini terjadi karena adanya vitamin E
sebagai antioksidan dan mencegah terjadinya oksidasi dengan cara memutus berbagai reaksi
rantai radikal bebas dalam sampel, karena kemampuannya memindahkan atau
menyumbangkan hydrogen fenolat kepada radikal bebas yang teroksidasi, sehingga radikal
bebas menjadi tidak reaktif. Adanya hydrogen yang disumbangkan kepada radikal bebas ke
sampel tersebut, tokoferol sendiri menjadi suatu radikal, tetapi lebih stabil karena electron
yang tidak berpasangan pada atom oksigen mengalami berpasangan pada atom oksigen
mengalami delokalisasi ke dalam struktur cincin aromatis.
Namun, vitamin E daya antioksidannya tidak sekuat vitamin C, sehingga warna pada
tabung 3 lebih coklat dibandingkan dengan tabung 2.
Proses oksidasi senyawa fenol oleh polifenol oksidase (PPO) dapat menyebabkan
terjadinya browning pada buah-buahan. Proses pencoklatan terbagi menjadi dua yaitu
enzimatik dan non-enzimatik. Pengaruh aktivitas enzim polifenol oksidase (PPO) yang
dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus monofenol menjadi o-hidroksi fenol, yang
16
selanjutnya diubah lagi menjadi o-kuinon. Gugus o-kuinon inilah yang membentuk warna
coklat.
Pencoklatan (browning) secara enzimatik pada terjadi pada buah yang mengandung
banyak substrat senyawa fenolik.Contoh substrat yang baik adalah senyawa fenolik dengan
jenis ortohidroksi atau trihidroksi yang saling berdekatan.Substrat utama untuk PPO adalah
komponen polifenolik, dalam tanaman biasanya asam amino tirosin dan komponen
polifenolik seperti katekin, asam kafeat dan asam klorogenat.Pencoklatan enzimatik terjadi
dalam jaringan buah dan sayur yang dirusak dengan adanya pemotongan, pengusapan,
pengirisan dan penggilingan.
17
L Asam Askorbat L Dehida Asam Askorbat
Pada tabung 2, tiap sampel (kentang, apel, pisang) ditambahkan air suling dalam
jumlah yang sama, setelah direndam selama 30 menit, sampel mengalami perubahan warna
menjadi kecoklatan Pembentukan warna kecoklatan ini disebabkan oleh reaksi oksidasi yang
dikatalis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidade (PPO). Kedua enzim ini dapat
mengkatalisis reaksi oksidasi senyawa fenol. Pengaruh aktivitas enzim polifenol oksidase
(PPO) yang dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus monofenol menjadi o-hidroksi
fenol, yang selanjutnya diubah lagi menjadi o-kuinon. Gugus o-kuinon inilah membentuk
warna coklat. Enzim oksidase akan reaktif dengan adanya oksigen. Hal ini dapat juga
dikarenakan sampel mengandung senyawa-senyawa yang bereperan dalam proses browning,
sepeti karbohidrat dan protein.
18
Uji Sifat Reduksi Vitamin C terhadap Reagen Benedict
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid
dalam gugus aromatic, dan alpha hidroksi keton. Asam askorbat (vitamin C) memiliki peran
khusus dalam hidroksilase yang mengandung tembaga dan hidroksilase yang mengandung
besi terkait - alpha keto glutarat.Asam ini juga meningkatkan aktivitas beberapa enzim lain
secara in vitro, walaupun hal ini merupakan aktivitas pengurangan yang tidak spesifk. Selain
itu, asam ini memiliki beberapa efek non enzim akibat aktivitasnya sebagaia gen pereduksi
dan pemadam radikal oksigen.
Sejumlah hormon peptide memiliki amida terminal karboksi yang berasal dari
termibal residu glisin.Glisin ini dihidroksilasi pada alpha-karbon oleh enzim yang
mengandung tembaga, peptiglisin hidroksilase yang sekali lagi memerlukan askorbat untuk
mereduksi Cu++.
Pada tabung 1, didapatkan hasil uji yang merupakan hasil uji benedict dimana jika
terdapat glukosa ditambah dengan pereaksi benedict, gugus aldehid dari glukosa akan
mereduksi ion Cu++ menjadi Cu+ yang akan mengikat ion O- dan menghasilkan senyawa
berwarna merah bata.
3.6.1. Apel
3.6.2. Pisang
3.6.3. Kentang
Jika dilihat dari beberapa data (kandungan vitamin) serta hasil percobaan dapat dilihat
bahwa apel memiliki efek antioksidan yang paling besar karena memiliki kandungan
vitamin yang cukup banyak. Jika di lihat dari hasil percobaan perubahan warna
(browning) apel tidak sekuat pisang dan kentang walau efeknya kurang terlihat dan kalah
jauh dengan vitamin C.
Buah yang memiliki efek antioksidan tertinggi tidak mengalami browning yang kuat
dari hasil percobaan pisang menghasilkan warna yang paling gelap, diikuti kentang, lal
apel yang paling tidak coklat tua. Di sini dapat disimpulkan pula bahwa efek antioksidan
pisang kurang dibandingkan kentang dan apel.
Jika dilihat dari orac oxygen radical absorbance capacity (berdasarkan Departement
of Agriculture of United States of America dan United States Food and Drug
Admistrationtahun 2011) hasilnya :
Apel =3082
Potato white with skin = 1058
Banana raw = 879
Orac sendiri merupakan ukuran kandungan antioksidan ,semakin tinggi angka yang
dihasilkan semakin banyak efek antioksidannya. Jadi ,dapat disimpulkan bahwa efek
antioksidan terkuat dimiliki oleh apel, diikuti kentang, dan yang terakhir (yang paling
lemah) adalah pisang.
21
BAB IV
KESIMPULAN
22
3. Enzim polifenoloksidase (PPO) pada apel, pisang, dan kentang mengoksidasi
senyawa fenol sehingga terjadi proses browning.
4. Vitamin C memiliki efek antioksidan sehingga menghambat oksidasi fenol oleh PPO
dan proses browning tidak terjadi.
5. Vitamin C dapat mereduksi Cu2+pada reagen benedict.
6. Apel memiliki efek antioksidan terkuat dibandingkan kentang dan pisang. Kentang
memiliki efek antioksidan lebih kuat daripada pisang.
TUGAS BACA
1. Jelaskan apakah yang dimaskud dengan radikal bebas dan faktor-faktor apakah yang
memicu terbentuknya radikal bebas!
Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan electron sehingga molekul tersebut
menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil electron dari molekul sel biak.
Faktor yang memicu :
- Asap rokok
- Hasil penyinaran ultraviolet
- Zat kimiawi dalam makanan dan polutan
2. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan antioksidan dan klasifikasi antioksidan !
Antioksidan merupakan molekul yang berkemampuan memperlambat ataupun
mencegah oksidasi molekul lain
Kalsifikasi
- Antioksidasi primer : untuk mencegah pembentukan sari radikal bebas baru
23
- Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya
reaksi berantai
- Antioksidan tersier memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan
radikal bebas
3. Jelaskan mekanisme kerja vitamin C dan flavonoid sebagai antioksidan!
Mekanisme kerja vitamin C sebagai donor electron dengan cara memindahkan 1
elektron ke senyawa logam Cu, vitamin C dapat menyumbangkan electron ke dalam
reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Vitamin C mampu menghilangkan SX
oksigen reaktif dalam sel neutrophil, moosit, protein, dan retina.Di luar sel vitamin C
mampu menghilangkan SX oksigen reaktif mencegah terjaidnya LDL teroksidasi.
Mentransfer electron ke dalam logam saluran pencernaan
DAFTAR PUSTAKA
Wirakusumah,ES. 2007 .202 Jus Buah dan Sayuran. Jakarta : Penebar Swadaya
Marshall, J. 2005. Makanan sumber Tenaga: Rahasia Mendapatkan Tubuh yang Kuat dan
Trisnadi Nahyun. dkk, 2012, Penuntun Praktikum Biokimia, Prodi Keperawatan UIN,
Makassar.
Winarsi, Hery Dr. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius, Yogyakarta
24
LAMPIRAN
Tabung 1
Tabung 2
Gambar
25
Tabung 1
Apel
Kenta
ng
26
Peer
Pisang
Jeruk
Apel
Kentang
27
Peer
Pisang
Jeruk
Gambar uji reaksi sifat Warna awal sebelum Warna setelah di panaskan
reduksi vitamin C dipanaskan
Tabung 1 (vitamin C)
Tabung 2(glukosa)
28
29