Anda di halaman 1dari 70

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker

Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan


Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan dalam hidup seseorang merupakan hal penting, namun banyak

orang yang belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam

kehidupannya. Masyarakat mepunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan,

hal ini berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28

ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam meningkatkan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu bagi masyarakat salah

satunya adalah dengan promosi kesehatan.

Promosi kesehatan merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar

mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang bersumber daya

masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes RI, 2007).

Promosi kesehatan merupakan fungsi inti dari kesehatan masyarakat serta

efektif dalam mengurangi beban, baik penyakit menular maupun penyakit tidak

menular dan mengurangi dampak sosial maupun ekonomi dari penyakit serupa.

Promosi kesehatan dapat mengurangi dampak dari faktor-faktor resiko yang

berkaitan dengan faktor-faktor penentu kesehatan secara luas yang mengarah pada

penyakit dan meningkatkan kualitas kehidupan individu dan masyarakat.

Promosi kesehatan bagian tak terpisahkan dengan semua program kesehatan

yang dilaksanakan. Kegiatan promotif, preventif menjadi pilar utama agar program

233
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

dapat diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh sasaran disemua tataran. Tidak

mudah untuk menyampaikan pesan yang mudah dimengerti oleh sasaran sehingga

sasaran berubah perilakunya sesuai yang diharapkan. Promosi kesehatan yang

dilaksanakan akan sangat efektif bila sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

sosial budaya setempat. Petugas promosi kesehatan harus selalu mengikuti

perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dan mengikuti selera komunikasi yang

sedang menjadi trend di masyarakat. Dengan demikian bentuk promosi kesehatan

dan media yang digunakan akan selalu baru, menarik dan diterima oleh sasaran.

Media dengan substansi yang sama akan memiliki variasi yang sangat banyak, hal

ini juga sangat tergantung pada kompetensi, ide dan keaktifan petugas.

Sebagai satu rangkaian yang tidak terpisahkan dari kegiatan promosi kesehatan

adalah pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dan kemandirian

masyarakat. Tentunya dengan menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki

oleh masyarakat, yaitu kepemimpinan, pengorganisasian, sumber daya maupun

dana. Pada masyarakat yang sudah mandiri maka akan terwujud bentuk UKBM

(Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) sesuai yang dibutuhkan. Tokoh

masyarakat, tokoh agama dan kader-kader diharapkan juga dapat menggerakan

anggota masyarakat di lingkungannya agar mampu mewujudkan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS), sehingga promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat akan dapat terlaksana dengan baik dan berkesinambungan.

234
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui prinsip-prinsip dari promosi kesehatan.

2. Mengetahui strategi yang akan dilakukan dalam promosi kesehatan.

3. Mengetahui jenis-jenis kegiatan dari promosi kesehatan.

4. Mengetahui bentuk-bentuk perubahan perilaku menuju hidup sehat.

235
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PRINSIP

2.1.1 Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan menurut Kementerian/Departemen Kesehatan Republik

Indonesia adalah “Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal

tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.

1114/Menkes/SK/VIII/2005.

Definisi dari depkes tersebut lebih menggambarkan bahwa promosi kesehatan

adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh kebijakan publik

berwawasan kesehatan, karena disadari bahwa gabungan kedua upaya ini akan

memberdayakan masyarakat sehingga mampu mengontrol determinan-determinan

kesehatan. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat

di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan

kesehatan di Indonesia. Dalam Undang-Undang Kesehatan RI no 36 tahun 2009,

disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah “Meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi sumber daya

manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.

236
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Sedangkan menurut Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi

kesehatan adalah kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik),

peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi

hidup yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”.

Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai

operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat

konseptual.

2.1.2 Tujuan dan Misi

Tujuan dari penerapan promosi kesehatan pada dasarnya merupakan visi promosi

kesehatan itu sendiri, yaitu menciptakan/membuat masyarakat yang:

1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,

4. melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.

5. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan

kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik

individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.

Misi Promosi Kesehatan

1. Memberdayakan individu, keluarga, kelompok

2. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS

dan peranserta masyarakat

237
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

3. Mengadvokasi para pengambil kepputusan, penentu kebijakan dan

stakeholders lain.

2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan

Menurut Rencana Strategis 2015-2019 Kementerian Kesehatan (2015), sasaran

promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatnya

pelaksanaan pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada masyarakat. Indikator

pencapaian sasaran tersebut adalah:

a. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan untuk meningkatkan

kualitas hidup manusia Indonesia sebanyak 15 kebijakan.

b. Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS (Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat) sebesar 80%.

c. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM (Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) sebesar 50%.

d. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan

sebanyak 60 dunia usaha.

e. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk

mendukung kesehatan sebanyak 45 buah.

Menurut Kementrian Kesehatan No. 1193 tahun 2004, sasaran promosi kesehatan

adalah:

a. Individu dan keluarga

1. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik langsung

maupun media massa.

238
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

2. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatannya.

3. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju keluarga

atau rumah tangga sehat.

4. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi

keluarganya.

5. Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan.

b. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan tempat umum

1. Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan.

2. Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan sehat.

c. Organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) dan media massa

1. Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat masyarakat.

2. Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat.

3. Menciptakan suasana yang kondusif untuk mendukung perubahan

perilaku masyarakat.

d. Program atau petugas kesehatan

1. Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan kegiatan

kesehatan.

2. Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat,

khususnya melalui pemberdayaan individu, keluarga, dan atau kelompok

yang menjadi kliennya.

239
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

3. Meningkatkan mutu pemberdayaan masyarakat dan pelayanan kesehatan

yang memberikan kepuasan kepada masyarakat.

e. Lembaga pemerintah/politisi/swasta

1. Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan

lingkungan dan perilaku sehat.

2. Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan

memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan.

2.1.4 Ruang lingkup Promosi Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan, baik sebagai ilmu maupun seni sangat

luas karena mencakup segi kehidupan masyarakat. Pendidikan kesehatan selain

merupakan salah satu faktor dalam usaha meningkatkan kesehatan dan kondisi

sosial masyarakat (berkaitan erat dengan ilmu sosial budaya), juga memberikan

bantuan salam setiap program kesehatan. Ruang lingkup pendidikan kesehaan

didasarkan pada aspek kesehatan, tatanan atau empat pelaksanaan, dan tingkat

pelayanan (Notoatmodjo, 2003).

A. Berdasarkan aspek kesehatan

a. Aspek promotif

Sasaran pendidikan adalah kelompok orang sehat (80-85% populasi).

Deajat kesehatan cukup dinamis meskipun dalam kondisi sehat, tetapi pelu

diinkakan dan dibina kesehatannya.

b. Aspek pecegahan dan penyembuhan

Pada aspek ini, upaya pendidikan kesehatan mencakup upaya atau kegiatan.

1. Pencegahan tingkat pertama (primer)

240
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Sasaran pendidikan adalah kelompok risiko tinggi (misalnya ibu hamil

dan menyusui, perokok, obesittas dan pekerja seks). Tujuan upaya

pendidikan adalah menghindarkan mereka tidak jatuh sakit atau terkena

penyakit.

2. Pencegahan tingkat kedua (sekunder)

Sasaran pendidikan adalah penderita penyakit kronis (misalnya asam,

diabetes melitus dan tuberkulosis). Tujuan pendidikan adalah memberi

penderitta kemampuan menceah penyakinya bertambah parah.

3. Pencegahan tingkat ketiga (tersier)

Sasaran pendidikan adalah kelompok pasien yang baru sembuh.

Tujuannya adalah memunkinkan penderita segera pulih kembali dan

mengurangi kecacatan seminimal mungkin.

B. Bedasarkan tatanan atau tempat pelaksanaan

1. Tatanan keluarga, sasaran utama adalah orang tua

2. Tatanan sekolah, sasaran utama adalah guru

3. Tatanan tempat keja, sasaran utama adalah pemilik, pemimpin atau manajer

4. Tatanan tempat umum, sasaran adalah para pengelola tempat-tempat umum

5. Fasilitas pelayanan kesehatan, sasaran adalah pimpinan fasilitas kesehatan

C. Berdasarkan tingkat pelayanan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dengan konsep “five levels of prevention”

(Leavell and Clark, 1965)

1. Health promotion (peningkatan kesehatan)

2. Spesific protection (pelindungan khusus)

241
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

3. Early diagnosis and pompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan

segera)

4. Disability limitation (pembatassan kemungkinan cacat)

5. Rehabilitation (rehabiliasi)

2.1.5 Prinsip Promosi Kesehatan

Menurut WHO tahun 1992 dirumuskan bahwa promosi kesehatan sekurang-

kurangnya mengandung prinsip yaitu sebagai berikut:

1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan

seseorang untuk mendapatkan control lebih besar atas keputusan dan

tindakan yang mempengaruhi kesehatan mereka.

2. Partisipative (partisipan) yaitu dimana seseorang mengambil begian aktif

dalam pengambilan keputusan.

3. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi

kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.

4. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil

yang didapat oleh klien.

5. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi

terkait lainnya atau organisasi.

6. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan

promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program

kebijakan.

242
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Menurut Michael (2009) prinsip-prinsip promosi kesehatan yaitu sebagai

berikut:

1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program

intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.

2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam

perencanaan dan implementasi intervensi.

3. Fokus intervensi harus berdasarkan pada faktor risiko yang dapat

didefinisikan serta domodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.

4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.

5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan

mengimplementasikan intervensi.

6. Evaluasi harus dilakukan juga.

7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi

maupun intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi

pada perorangan dan kelompok.

8. Intervensi harus bersifat continue serta didasarkan pada prinsip-prinsip

pemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada masyarakat dengan

menggunakan lebih dari satu metode.

Dalam pelaksanaannya, promosi kesehatan mempunyai prinsip-prinsip yang

berguna sebagai dasar-dasar dari pelaksanaan program promosi kesehatan. Prinsip-

prinsip tersebut meliputi :

243
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

1. Promosi kesehatan (Health Promotion)

Adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan

dan melindungi kesehatannya (The Process Of Enabling People To Control

Over and Improve Their Health), lebih luas dari pendidikan atau

penyuluhan kesehatan. Promosi kesehatan meliputi Pendidikan/Penyuluhan

Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan merupakan bagian

penting dari promosi kesehatan.

2. Promosi kesehatan

Adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai

dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat

berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

3. Promosi kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)

Sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan)

dan rehabilitative (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang

komprehensif.

4. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan

edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga

perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana.

5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5

tatanan yaitu dirumah atau tempat tinggal (Where We Live), di sekolah

(Where We Learn), di tempat kerja (Where We Work), ditempat-tempat

umum (Where We Get Health Servicesi)

244
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang

dilandasi oleh :

a. Kesamaan (Equity),

b. Keterbukaan (Transparancy) dan saling member manfaat (mutual

benefiti). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan

masyarakat termasuk swasta dan lembaga swadaya masyarakat, juga

secara lintas program dan lintas sektor.

7. Promosoi kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau

upaya dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Yang

lebih sesuai untuk diukur adalah mutu dan frekuensi kegiatan seperti:

advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat dan lain-lain.

Promosi kesehatan juga mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap

ruang lingkup promosi kesehatan, yaitu:

1. Prinsip promosi kesehatan di keluarga

Dalam lingkup ini penerapan yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Keluarga merupakan lingkup terkecil dalam suatu kelompok

masyarakat, sehingga promosi kesehatan yang dilakukan harus bisa

lebih spesifik juga. Pendidikan kesehatan yang diberikan pun

diharapkan akan lebih efektif karena fokus pada satu keluarga sebagai

satu sasaran.

b. Keluarga terdiri atas beberapa orang yang sudah terikat hubungan satu

sama lain, yaitu ayah, ibu dan anak. Sehingga apabila promosi kesehatan

yang dilakukan sudah baik akan sangat berpengaruh pada perubahan

245
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

perilaku pada masing-masing anggota keluarga tersebut, dan nantinya

perilaku itu akan terbawa ke lingkungan diluarnya.

c. Setiap keluarga tentu memiliki nilai dan aturan tersendiri dalam

lingkungannya, yang masing-masing anggota keluarga sudah anut sejak

lama, biasanya berupa kebiasaan-kebiasaan tertentu. Dalam hal ini maka

pemberi promosi kesehatan harus mampu menyesuaikan diri dengan

aturan tersebut agar keluarga tersebut bisa lebih terbuka dalam

menerima segala bentuk promosi yang dilakukan.

2. Prinsip promosi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan

Promosi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan mempunyai prinsip-

prinsip dasar yaitu:

a. Ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau

perawatan, pengunjung, keluarga pasien.

b. Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah

kesehatan yang diderita pasien.

c. Memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan.

d. Menerapkan “proses belajar” di fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Prinsip promosi kesehatan di tempat kerja

Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan dengan

melibatkan kerja sama dengan berbagai sektor yang terkait, dan melibatkan

beberapa kelompok organisasi masyarakat yang ada sehingga lebih mantap

serta berkesinambungan. Dalam ruang lingkup tempat kerja, promosi

kesehatan juga mempunyai prinsip-prinsip diantaranya:

246
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

a. Komprehensif

Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan

beberapa disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai

yaitu berkembangnya tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman

sehingga dengan lingkungan kerja yang mendukung tersebut diharapkan

terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok kearah yang positif

sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat.

b. Partisipasi

Para peserta atau sasaran promosi kesehatan hendaknya terlibat secara

aktif mengidentifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk

pemecahannya dan meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat.

Partisipasi para pengambil keputusan ditempat kerja merupakan hal

yang sangat mendukung bagi para pekerja untuk lebih percaya diri

dalam meningkatkan kamampuan mereka dalam merubah gaya hidup

dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan

terhadap penyakit.

c. Keterlibatan berbagai sektor terkait

Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung

berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerjaan hendaknya

harus melalui pendekatan yang integrasi yang mana penekanannya pada

berbagai faktor tersebut bila memungkinkan.

247
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

d. Kelompok organisasi masyarakat

Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan

semua anggota pekerja, termasuk kelompok organisasi wanita dan laki-

laki yang ada, termasuk juga tenaga honorer dan tenaga kontrak.

Kebutuhan melibatkan dengan berbagai organisasi masyarakat yang

mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam membantu

mengembangkan promosi kesehatan. Di tempat kerja hendaknya di

perhitungkan dalam mengembangkan program sebelumnya.

e. Berkesinambungan atau berkelanjutan

Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan

kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai arti penting pada

lingkungan tempat kerja dan aktivitas menajemen sehari-hari. Program

promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus menerus dilakukan

dan tujuannya jangka panjang. Apabila pelaksanaan promosi kesehatan

di tempat kerja ingin lebih mantap, program hendaknya sesuai dan

responsif terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan

dengan kondisi lingkungan kerja.

4. Prinsip promosi kesehatan di sekolah

Dalam ruang lingkup sekolah, promosi kesehatan juga memiliki prinsip

diantaranya:

a. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan

sekolah yaitu peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat

maupun organisasi-organisasi di masyarakat

248
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

b. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan:

1. Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta

didik yang positif terhadap kesehatan serta dapat megembangkan

berbagai ketrampilan hidup yang mendukung kesehatan fisik,

mental dan sosial

2. Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru

maupun orangtua

c. Mengupayakan agar sekolah mempunyai akses untuk dilaksanakannya

pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu:

1. Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana

2. Kerjasama dengan puskesmas setempat

3. Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan

“keamanan” makanan

2.2 STRATEGI

Seperti diketahui bahwa masalah-masalah potensial yang mengancam di

masyarakat tentunya beragam, tergantung banyaknya faktor. Di daerah pedesaan,

kesadaran akan kesehatan masyarakat secara turun temurun sudah dikenalkan oleh

leluhur masyarakat, tapi kebanyakan tidak disertai peningkatan wawasan maupun

pemahaman kesehatan yang diperbaharui (Kemenkes RI, 2011).

Untuk mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang baik.

Strategi digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan

sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya dan digunakan untuk

mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan.

249
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Penerapan promosi kesehatan dalam program-program kesehatan pada

dasarnya merupakan bentuk penerapan strategi global, yang dijabarkan dalam

berbagai kegiatan. Stategi global promosi kesehatan menurut WHO (1984) dikenal

dengan strategi ABG (A: Advokasi Kesehatan, B: Bina Suasana, G: Gerakan

Pemberdaraan Masyarakat) (Maulana, 2009).

Advokasi Perilaku
Mencegah
dan
Kemitraan Pemberdayaan Mengatasi
Masalah
Bina Suasana Kesehatan

Gambar 2.1 Strategi Promosi Kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

a. Kemitraan

Strategi promosi kesehatan diawali dengan membuat suasana tidak terasa

dibawah atau diatas dalam kata lain bentuk kerja sama yang saling

menguntungkan antara dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan

bersama. Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan

maupun bina suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan

mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar

individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan

urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media

massa dan lain-lain. Kemitraan harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar,

yaitu:

250
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

1. Kesetaraan

Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis.

Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-

masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk

sama rendah).

2. Keterbukaan

Oleh karena itu, di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran

dari masing-masing pihak. Setiap usul/ saran/ komentar harus disertai

dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu.

3. Saling menguntungkan.

Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang

didapat oleh semua pihak yang terlibat. PHBS dan kegiatan-kegiatan

kesehatan dengan demikian harus dapat dirumuskan keuntungan-

keuntungannya (baik langsung maupun tidak langsung) bagi semua

pihak yang terkait. Termasuk keuntungan ekonomis, bila mungkin

b. Pemberdayaan

Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan

bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung

tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada

individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu

klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar

(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau

251
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek

practice). Pemberdayaan ini bertujuan untuk mewujudkan kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat itu

sendiri. Oleh sebab itu, sesuai dengan sasaran (klien) nya dapat dibedakan

adanya (a) pemberdayaan individu, (b) pemberdayaan keluarga dan (c)

pemberdayaan kelompok/ masyarakat. Dalam mengupayakan agar klien

tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat klien tersebut

memahami bahwa sesuatu (misalnya diare) adalah masalah baginya dan

bagi masyarakatnya. Sepanjang klien yang bersangkutan belum mengetahui

dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka klien tersebut

tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Saat klien

telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus

diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan.

Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan

fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan

mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi.

Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta

menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai

lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang

kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang

kerjasamanya, baik di antara mereka maupun antara mereka dengan

pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan

berhasilguna. Setelah itu, sesuai ciri-ciri sasaran, situasi dan kondisi, lalu

252
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

ditetapkan, diadakan dan digunakan metode dan media komunikasi yang

tepat. (Susilowati D, 2016).

c. Bina Suasana

Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong

individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu

apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah,

organisasi siswa/ mahasiswa, serikat pekerja/ karyawan, orang-orang yang

menjadi panutan/ idola, kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain, dan

bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.

Oleh karena itu, untuk memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam

upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu

dilakukan bina suasana. Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu

1. Bina suasana individu, dilakukan oleh individu-individu tokoh

masyarakat. Dalam kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi

individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang

diperkenalkan. yang peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan

dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa

kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang

sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan atau

melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.

2. Bina suasana kelompok, dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam

masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun

253
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi Profesi,

dll, dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga

mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi

pihak-pihak yang terkait dan atau melakukan kontrol sosial terhadap

individu-individu anggotanya.

3. Bina suasana publik, dilakukan oleh masyarakat umum melalui

pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi,

seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain,

sehingga dapat tercipta pendapat umum dalam rangka menyebarluaskan

informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan

pendapat umum atau opini publik yang positif tentang perilaku tersebut.

Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula

sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-

individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau

melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.

d. Advokasi

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat

(formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber

(opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana.

Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang

dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik dan

254
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

dorongan (pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat. PHBS merupakan

perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran

yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri

dibidang kesehatan dan berperan aktif didalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan bina suasana

dan pemberdayaan atau proses pembinaan PHBS secara umum. Perlu

disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi

jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya

berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya

masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap

pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif

pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan

memilih salah satu alternatif pemecahan masalah dan (5) memutuskan

tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus

dilakukan secara terencana, cermat dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus

disiapkan dengan matang, yaitu:

1. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi

2. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah

3. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah

4. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based

5. Dikemas secara menarik dan jelas

6. Sesuai dengan waktu yang tersedia

255
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih

efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan

membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama. Dengan kerjasama,

melalui pembagian tugas dan saling-dukung, maka sasaran advokasi akan

dapat diarahkan untuk sampai kepada tujuan yang diharapkan. Sebagai

konsekuensinya, metode dan media advokasi pun harus ditentukan secara

cermat, sehingga kerjasama dapat berjalan baik (Kemenkes RI, 2011).

Strategi promosi kesehatan berdasarkan (Notoadmodjo) ialah sebagai berikut :

1. Kebijakan berwawasan kebijakan

Strategi promosi kesehatan yang mana ditujukan kepada para penentu

kebijakan agar mengeluarkan kebijakan dan ketentuan yang menguntungkan

bahkan dapat merugikan kesehatan, sehingga dalam menentukan keputusan

diperhatikan dampaknya bagi kesehatan masyarakat.

2. Lingkungan yang mendukung

Strategi ini dikelola oleh para pengelola tempat umum, termasuk pemerintah

kota. Dimana mereka dapat menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat

dalam meningkatkan kesehatnnya, sehingga nantinya akan tercipta lingkungan

yang sehat untuk mendukung prilaku sehat masyarakat

3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan

Realisasi dari reorintasi pelayanan kesehatan ini adalah para penyelenggara

kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus dilibatkan dalam memberdayakan

masyarakat agar dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayan kesehatan

namun dapat menjadi menjadi penyelenggara pelayanan kesehatan.

256
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

4. Keterampilan Individu

Strategi ini mewujudkan adanya keterampilan individu-individu dalam

meningkatkan dan memelihara kesehatanya. Langkah awal untuk strategi ini adalah

pemberian pemahaman tentang penyakit dalam bentuk metode atau teknik kepada

individual bukan dalam bentuk massa

5. Gerakan Masyarakat

Adanya gerakan dari masyarakat itu sendiri dalam meningkatkan dan

memelihara kesehatannya. Hal ini akan tampak dari prilaku masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatannya tanpa harus ada kegiatan namun akan

tampak dari prilaku menuju sehat. Adapum gerakan masyarakat ini meliputi :

pebanyak konsumsi msayur dan buah, melakukan aktivitas fisik rutin dan cek

kesehatan minimal 6 bulan sekali.

2.3 METODE

2.3.1 Pengertian

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik

berasal dari bahasa Greeka, metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau

cara), jadi metode bisa berarti “jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai

tujuan tertentu”.

Metode adalah cara teratur atau sistematis yang digunakan untuk melaksanakan

suatu pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai dengan yang dikehendaki.

2.3.2 Jenis

Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi,

sasaran yang dicapai, dan indera penerima dari sasaran promosi.

257
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

A. Berdasarkan Teknik Komunikasi

1. Metode Penyuluhan Langsung

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan

sasaran, seperti: kunjungan rumah, FGD (Forum Group

Discussion)/pertemuan diskusi, pertemuan di balai desa, pertemuan di

Posyandu, dll.

2. Metode yang Tidak Langsung

Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka

dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media).

Beberapa metode yang masuk dalam kategori ini antara lain seperti publikasi

dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb.

B. Berdasarkan Jumlah Sasaran yang Dicapai

1. Pendekatan Perorangan/Individual

Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat perorangan/individual

digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah

mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu

yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik

terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja

memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan

agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia

harus didekati secara perorangan. Perorangan disini tidak berarti harus hanya

kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau

keluarga ibu tersebut. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap

258
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui

dengan tepat bagaimana cara membantunya maka perlu menggunakan bentuk

pendekatan (metode) berikut ini, yaitu:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu

penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan

kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut

(mengubah perilaku). Penyuluhan dapat dilakukan dengan cara kunjungan

rumah, hubungan telepon, dll.

b. Interview (wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui

apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang

informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga

untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan yang disampaikan.

Jika belum berubah, maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Pendekatan Kelompok

Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok

sasaran. Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok

sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar,

259
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan

tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

2.a Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari

15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar antara lain ceramah dan

seminar.

a. Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Ceramah

merupakan metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara

lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi

pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:

1. Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa

yang akan diceramahkan. Penceramah harus mempersiapkan diri,

mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi materi

disusun dalam diagram atau skema. Selain itu juga dapat mempersiapkan alat-

alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound

system, dsb.

2. Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah

dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam

arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

260
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

1. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu

dan gelisah

2. Volume suara cukup keras dan jelas

3. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah

4. Berdiri di depan (di pertengahan), sebaiknya tidak duduk

5. Menggunakan alat-alat bantu lihat-dengar (AVA) semaksimal mungkin.

6. Seminar

Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas.

Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau

beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan

dianggap hangat di masyarakat.

2.b Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang disebut kelompok kecil.

Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:

a. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok merupakan metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi

antara pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode

ini mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya

secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama,

mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk

memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian

261
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama

lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga

duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi.

Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota

kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan

yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang

dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus

mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat

kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang

peserta.

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:

1. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar

2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas

3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara

4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal

b. Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok yang diawali

dengan pemberian kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta.

Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan

pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta

memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-

jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum

262
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

semua peserta mencurahkan pendapatnya, peserta tidak boleh ada yang

berkomentar. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota

dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

c. Bola Salju (Snow Balling)

Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi kelompok

yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar.

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian

dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap

2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut

dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4

orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga

akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group)

yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan

kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut,

selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari

kesimpulannya.

e. Role Play (Memainkan Peranan)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang

peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas,

sebagai perawat atau bidan, dsb., sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau

263
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau

berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

f. Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.

Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti

permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan

menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main.

Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

3. Pendekatan Masal

Pendekatan masal merupakan metode pendidikan kesehatan yang dipakai

untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada

masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Sasaran promosi ini bersifat umum,

dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status

sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dsb., maka pesan-pesan kesehatan yang akan

disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa

tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness

(kesadaran) masyarakat terhadap suatu inovasi dan belum begitu diharapkan untuk

sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat

berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada

umumnya bentuk pendekatan (metode) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan

menggunakan atau melalui media massa.

264
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain:

a. Ceramah umum (public speaking)

Pada acara-acara tertentu misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri

Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat

untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah

satu bentuk pendekatan massa.

b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV

maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya

tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan juga merupakan pendekatan

pendidikan kesehatan massa.

d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya

jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan

promosi kesehatan massa.

e. Bill Board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga

merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke

Posyandu pertunjukan kesenian, pemutaran film, dll.

Metode-metode yang disebutkan di atas hanyalah beberapa dari metode.

Metode-metode tersebut dapat digabung atau dimodifikasi oleh tim promosi

kesehatan disesuaikan dengan penerima pesan dan sarananya. Selain itu, metode

yang digunakan juga disesuaikan dengan tujuan dari promosi kesehatan yang

dilaksanakan.

265
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

C. Berdasarkan Indera Penerima

1. Metode Melihat/Memperhatikan

Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti:

penempelan poster, pemasangan gambar/photo, pemasangan koran dinding,

dan pemutaran film.

2. Metode Pendengaran

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, seperti:

penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah, dll.

3. Metode Kombinasi

Dalam hal ini termasuk demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba

dan dicoba).

2.4 MEDIA

2.4.1 Pengertian

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan

pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui

media cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dll) dan media luar ruang, sehingga

sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah

perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya.

2.4.2 Manfaat dan Tujuan

Manfaat media promosi kesehatan adalah :

1. Menimbulkan minat sasaran.

2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.

266
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

3. Membantu mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.

4. Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain.

5. Memudahkan penyampaikan informasi.

6. Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran.

7. Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat

pengertian yang lebih baik.

8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh, yaitu menegakkan

pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih lama

tersimpan dalam ingatan.

Tujuan media promosi kesehatan diantaranya:

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

3. Media dapat memperjelas informasi

4. Media dapat mempermudah pengertian.

5. Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistik

6. Media dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.

7. Media dapat memperlancar komunikasi.

2.4.3 Jenis

A. Jenis-jenis media berdasarkan alat yang digunakan, antara lain:

a. Media audio (pendengaran)

Media yang menyampaikan informasi yang bersifat dapat didengar.

Contohnya: radio.

b. Media visual (penglihatan)

267
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Media yang menyampaikan suatu informasi yang bersifat dapat dilihat.

Contohnya: poster, gambar, baliho, leaflet, dan lainnya.

c. Media audio-visual (pendengaran-penglihatan)

Media yang menyampaikan informasi yang bersifat dapat didengar dan

juga dapat dilihat. Contohnya: televisi, drama, sandiwara, dan lainnya.

B. Jenis-jenis media berdasarkan fungsinya, antara lain:

a. Media cetak

Berikut merupakan contoh-contoh dari media cetak:

1. Buklet

Buklet merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan suatu

pesan atau kata-kata tentang kesehatan yang berupa buku baik secara

tulisan maupun gambar.

2. Leaflet

Leaflet merupakan bentuk media yang menyampaikan suatu

informasi berupa lembaran-lembaran yang dilipat. Informasinya yang

disampaikan dapat berupa kalimat ataupun gambar.

3. Flyer

Flyer merupakan bentuk media yang berupa selebaran atau lembaran

seperti leaflet, hanya saja flyer tidak dilipat.

4. Flip chart

Flip chart merupakan bentuk media yang berupa lembar balik. Yang

dimaksud dengan lembar balik yaitu berupa buku yang disetiap

lembarnya berisi gambar yang diinformasikan dan lembar baliknya

268
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

berisi kalimat sebagai informasi yang berkaitan dengan gambar

tersebut.

5. Rubrik

Rubrik dapat berupa tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah

yang membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

6. Poster

Poster merupakan bentuk media yang berisi informasi kesehatan yang

biasanya ditempel pada dinding, tempat umum, atau kendaraan

umum, yang isinya berupa pemberitahuan dan propaganda.

7. Foto yang mengungkap informasi kesehatan.

b. Media elektronik

Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan antara lain:

1. Televisi

Penyampaian pesan atau informasi mengenai kesehatan yang melalui

televisi yang dapat berupa sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato,

kuis, dan lainnya.

2. Radio

Bentuk penyampaiannya dapat berupa sandiwara, tanya jawab, radio

spot, konsultasi kesehatan, dan lainnya.

3. Video

4. Slide

5. Film strip

269
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

c. Media papan (billboard)

Media informasi yang dipasang pada tempat-tempat umum yang berisi

mengenai informasi kesehatan.

d. Media hiburan

Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi melalui hiburan

baik di dalam gedung maupun di luar gedung. Penyampaian informasi ini

dapat berupa dongeng, drama, pameran, atau seni tradisional.

2.5 PEMBAHASAN

2.5.1 PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

2.5.1.1 Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri

(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 dapat diketahui, bahwa rumah

tangga yang telah mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baru

mencapai 38,7%, sedangkan target yang harus dicapai oleh Kementerian

Kesehatan yaitu sebesar 70% rumah tangga sudah mempraktikkan PHBS pada

tahun 2014.

2.5.1.2 Manfaat PHBS

Manfaat PHBS Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah

tangga akan meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tangga sehat

270
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga. Dengan meningkatnya

kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk

kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan

usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah

satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di bidang

kesehatan adalah pelaksanaan PHBS. PHBS juga bermanfaat untuk meningkatkan

citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan, sehingga dapat menjadi

percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

Menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada setiap orang

bukanlah hal yang mudah, akan tetapi memerlukan proses yang panjang. Setiap

orang hidup dalam tatanannya dan saling mempengaruhi serta berinteraksi antar

pribadi dalam tatanan tersebut. Memantau, menilai, dan mengukur tingkat

kemajuan tatanan adalah lebih mudah dibandingkan dengan perorangan. Oleh

karena itu, pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan melalui

pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat umum, tempat

kerja, dan institusi kesehatan.

2.5.1.3 Contoh PHBS

A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memeberdayakan anggota rumah

tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat

serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah

Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS.

271
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Tingkat pencapaian pembinaan PHBS di Rumah Tangga dapat diukur melalui

10 indikator sebagai berikut:

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

2. Memberi bayi ASI Ekslusif.

3. Menimbang balita setiap bulan.

4. Memberantas jentik di rumah seminggu sekali.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

6. Menggunakan air bersih.

7. Menggunakan jamban sehat.

8. Makan sayur dan buah setiap hari.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

10. Tidak merokok di dalam rumah

.
Gambar 2.2 PHBS di Rumah Tangga

272
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu :

1. Pasangan Usia Subur

2. Ibu Hamil dan Menyusui

3. Anak dan Remaja

4. Usia lanjut

5. Pengasuh Anak

Perilaku hidup bersih dan sehat sangat bermanfaat bagi keberlangsungan

hidup suatu rumah tangga. Manfaat rumah tangga ber-PHBS adalah:

1) Bagi Rumah Tangga

a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit

b. Anak tumbuh sehat dan cerdas

c. Anggota keluarga giat bekerja

d. Pengeluaran rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,

pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

2) Bagi Masyarakat

a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat

b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah

kesehatan

c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan

jamban, ambulans desa dan lain-lain.

273
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di sekolah adalah sekumpulan perilaku

yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah

atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu

mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat.

Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya

berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 10 tahun), yang

ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS.

Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan

Sekolah. Manfaat PHBS di sekolah di antaranya :

1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan

ancaman penyakit

2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada

prestasi belajar peserta didik

3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga

mampu menarik minat orang tua (masyarakat)

4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan

5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.

Indikator yang dipergunakan dalam mewujudkan sekolah yang ber-PHBS

yaitu mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, jajan di kantin

sekolah yang sehat, membuang sampah pada tempatnya, mengikuti kegiatan olah

274
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

raga di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,

tidak merokok di sekolah, memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin,

buang air besar dan buang air kecil di jamban.

Gambar 2.3 PHBS di Sekolah

C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Umum

Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh

pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan

masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana

olahraga, dan sarana perdagangan.

PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan

masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan

mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan

tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui penerapan PHBS di tempat umum

275
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga

kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.

Indikator yang dipergunakan dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang

ber-PHBS adalah:

1. Menggunakan air bersih

2. Menggunakan jamban

3. Membuang sampah pada tempatnya

4. Tidak merokok

5. Tidak meludah sembarangan

6. Memberantas jentik nyamuk

7. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih

8. Menutup makanan dan minuman

Gambar 2.4 PHBS di Tempat Umum

276
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja

PHBS di tempat kerja merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar

tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam

mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan

untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap

sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di

sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan

di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.

Indikator yang dipergunakan dalam mewujudkan tempat kerja yang ber-

PHBS adalah:

1. Tersedianya sarana untuk mencuci tangan menggunakan sabun

2. Tersedia sarana untuk mengkonsumsi makanan dan minuman sehat

3. Tersedia jamban sehat

4. Tersedia tempat sampah

5. Tersedia peraturan berkaitan dengan K3

6. Tersedia larangan untuk tidak merokok

7. Tersedia larangan untuk tidak mengkonsumsi NAPZA

8. Tersedia larangan untuk tidak meludah di sembarang tempat

9. Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin

277
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Gambar 2.5 PHBS di Tempat Kerja

E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Kesehatan

Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh

pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta.

PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien,

masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu

mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS. PHBS di Institusi Kesehatan sangat

diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi

nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat.

278
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Indikator yang dipergunakan untuk menilai PHBS di institusi kesehatan

adalah:

1. Menggunakan air bersih

2. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun

3. Menggunakan jamban

4. Membuang sampah pada tempatnya

5. Tidak merokok di Institusi Kesehatan

6. Tidak meludah sembarangan

7. Memberantas jentik nyamuk

Gambar 2.6 PHBS di Institusi Kesehatan

Salah satu contoh PHBS misalnya tentang Gizi: makan beraneka ragam

makanan, minum tablet tambah darah, mengkonsumsi garam beryodium,

279
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

memberi bayi dan balita kapsul vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti

membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan.

Selain itu contoh lainnya misalnya menyiapkan makanan dan minuman yang

bersih dan sehat yang dapat dilakukan dengan cara :

1. Membiasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah dan

menyajikan makanan dan minuman serta setelah memegang benda-benda

yang kotor.

2. Alat-alat makan dan alat-alat masak harus selalu bersih serta menggunakan

lap yang bersih.

3. Jangan meletakkan makanan dan minuman di sembarang tempat.

4. Cucilah sayuran mentah dengan air panas jika digunakan untuk lalapan atau

dimakan mentah.

2.5.1.4 Permasalahan yang Dihadapi dan Cara Penyelesaian

Permasalahan dan solusi yang dihadapi dalam PHBS

1. Masalah merokok pada anak sekolah

Data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun 2004 menyebutkan

sekitar 3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari 10 tahun Persentase orang

merokok tertinggi (64%) berada pada kelompok umur remaja (15-19 tahun). Hal

ini berarti bahaya rokok pada masyarakat yang rentan yakni anak-anak dan

berdampak pada masa remaja.

Data dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Pengurus

Daerah (Pengda) Jatim menyebutkan, jumlah perokok anak-anak dan remaja di

Jatim mencapai sekitar 2.839.115 jiwa. Jumlah ini terdiri dari perokok di bawah

280
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

usia 10 tahun sekitar 11,5 persen dari total penduduk Jatim di usia itu atau sama

dengan 687.755 anak. Sedang jumlah perokok usia 10-14 tahun sekitar 23,9

persen atau 728.108 anak. Angka yang sangat fantastis terjadi pada anak-

anak usia 15-19 tahun yang mencapai 46 persen atau 1.423.252 dari total

penduduk Jatim di usia itu yang pada 2015 sebanyak 3.094.028 jiwa.

Solusi untuk permasalahan tersebut adalah pihak sekolah perlu memberikan

aturan yang lebih tegas mengenai pelanggaran terhadap siswa yang ketauan

merokok atau membawa rokok ke sekolah. Pihak sekolah juga perlu memberikan

edukasi mengenai dampak negative merokok bagi kesehatan.

2. Masalah kebersihan di rumah tangga

Hasil kegiatan pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui

hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga tahun 2016 menunjukkan bahwa

Rumah Tangga yang ber PHBS 53,82%. Hal tersebut bila dibanding tahun 2015

sebesar 51,85% mengalami kenaikan sebesar 1,97 %. Dari hasil kegiatan survei

PHBS prioritas masalahnya adalah merokok dalam rumah dan ASI eksklusif.

Solusi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan persentase keluarga yang

ber PHBS dalam hal ASI eksklusif adalah Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu

menyusui, dan bayi baru lahiryang ada di wilayah kerjanya. Memberikan

penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu menyusi di Posyandu tentang pentingnya

memberikan ASI Eksklusif. Melakukan kunjungan rumah kepada ibu nifas yang

tidak datang ke Posyandu dan menganjurkan agar rutin memeriksakan kesehatan

bayinya serta mempersiapkan diri untuk memberikan ASI Eksklusif.

281
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Solusi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan persentase keluarga yang

ber PHBS dalam hal merokok dalam rumah yaitu:

1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada

seluruh anggota keluarga.

2. Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap

Rokok.

3. Menegur anggota rumah tangga yang merokok di dalam rumah.

4. Tidak memberi dukungan kepada ,orang yang merokok dalam bentuk apapun,

antara lain dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok, tidak

memberikan kesempatan siapa pun untuk merokok di dalam rumah, tidak

menyediakan asbak.

5. Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.

6. Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.

7. Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru

karena alasan kesehatan.

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya

untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan

kesehatan di masyarakat. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah

Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan

sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang berhubungan dengan

peningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya.

282
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

2.5.2 Desa Siaga Aktif

2.5.2.1 Pengertian Desa Siaga Aktif

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1529/SK/X/2010, desa siaga aktif merupakan salah satu indikator dalam Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota. Desa Siaga

merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah

dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang

gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar

Biasa (KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan

potensi setempat secara gotong royong.

2.5.2.2 Tujuan Desa Siaga Aktif

1. Tujuan Umum

Mewujudkan masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap

permasalahan kesehatan di wilayahnya

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang

pentingnya kesehatan

b. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa

terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan (bencana, wadah, kegawatdaruratan, dan sebagainya)

c. Meningkatkan keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan prilaku hidup

bersih dan sehat

d. Meningkatkan kesehatan lingkungan didesa

283
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

e. Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk

menolong diri sendiri di bidang kesehatan

2.5.2.3 Komponen Desa Siaga Aktif

1. Pelayanan Kesehatan Dasar

2. Pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan UKBM dan mendorong

upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan

penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.5.2.4 Jenis Pelayanan Desa Siaga Aktif

Secara luas Standar Pelayanan Minimal Kesehatan meliputi empat jenis pelayanan yaitu:

1. Pelayanan Kesehatan Dasar.

2. Pelayanan Kesehatan Rujukan.

3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB).

4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Untuk standar pelayanan minimal promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat adalah cakupan Desa Siaga Aktif (Kemenkes RI Pusat Promosi Kesehatan,

2010).

2.5.2.5 Sasaran Desa Siaga Aktif

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan desa siaga

dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu

melaksanakanhidup sehat, serta pesuli dan tanggap terhadap permasalahan

kesehatan di wilayah desa.

284
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku

individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi

perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh

agama; tokoh perempuan dan pemuda; kader desa; serta petugas kesehatan.

3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan

perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala

Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku

kepentingan lainnya.

2.5.2.6 Permasalahan dan Penyelesaian

Desa siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di

Indonesia yaitu :

1. Tingginya angka kematian ibu dan bayi.

2. Munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru.

3. Merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS,

HIV/AIDS dan flu burung.

4. Belum hilangnya penyakit endemis seperti diare.

5. Demam berdarah merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia.

Penyelesaiaan :

Penyelesaian masalah desa siaga aktif yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi)

masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran, yang berupa proses pemecahan

masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya yaitu untuk menuju desa siaga aktif

perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat yang ada seperti

Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Siap-Antar-Jaga, dan lain-lain

285
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

sebagai titik awal pengembangan menuju Desa Siaga Aktif. Dengan demikian,

mengubah desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada

berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).

2.5.3 UKBM (Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)

2.5.3.1 Pengertian

Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) adalah wahana

pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,

dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari

petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. UKBM merupakan

wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diharapkan

dapat berkembang kearah bentuk yang ideal, yakni: bentuk yang lestari dan

mandiri, ditopang oleh kemampuan pengorganisasian, serta pendanaan oleh

masyarakat kesehatan bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah atau

lembaga kesehatan lainnya tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat

bahkan tanggung jawab setiap orang.

Tujuan Terbentuknya UKBM

1. Meningkatnya jumlah dan mutu UKBM.

2. Meningkatnya kemampuan pemimpin/Toma dalam merintis dan

mengembangkan UKBM

3. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam

penyelenggaraan UKBM.

286
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

4. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam

menggali, menghimpun dan mengelola pendanaan masyarakat

utk menumbuh kembangkan UKBM.

Sasaran UKBM

1. Individu atau tokoh masyarakat berpengaruh

2. Keluarga

3. Kelompok masyarakat: generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja,

dan lain-lain

4. Organisai masyarakat: organisai profesi, LSM, dan lain-lain

5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di

masyarakat dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang

dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) untuk

memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung

maupun tidak langsung berpengaruh yang dalam kesehatan masyarakat. Kondisi

ini mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainya seperti Polindes,

POD (pos obat desa), Pos UKK (pos upaya kesehatan kerja),TOGA (taman obat

keluarga), dana sehat, dll

2.5.3.2 Strata UKBM (Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat)

Pada umumnya, UKBM dibagi berdasarkan tingkat perkembangannya menjadi 4

strata, yaitu:

1. Pratama, yaitu UKBM yang baru dibentuk..

287
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

2. Madya, yaitu UKBM yang sudah berjalan teratur tetapi cakupannya masih

rendah.

3. Purnama, yaitu UKBM yang sudah berjalan teratur tetapi cakupannya sudah

tinggi.

4. Mandiri, yaitu UKBM yang sudah berjalan teratur, cakupannya tinggi dan

>50% masyarakatnya telah menjadi anggota dana sehat.

Dalam suatu UKBM seperti Poskesdes, Posyandu, Poskestren, Polindes, dan

UKBM lainnya terdapat tingkatan perkembangan UKBM. Tingkatan

perkembangan UKBM didapatkan dari hasil pengukuran atau penilaian tingkat

perkembangan UKBM. Beberapa variabel yang menjadi indikator penilaian

seperti kelembagaan, sarana prasarana, ketenagaan, pendanaan operasional,

proses kegiatan, presentase masalah yang diintervensi, visualisasi data, persentase

keberhasilan, dan lainnya. Dari variabel tersebut kemudian disesuaikan dengan

standar pengukuran dan dinilai. Jumlah total nilai menunjukkan kategori tingkat

suatu UKBM. Contoh format pengukuran tingkat perkembangan Poskesdes

terdapat pada lampiran 1. Kategori tingkatan UKBM yaitu sebagai berikut

(Dinkes Jatim, 2016):

1. Pratama: nilai <50

2. Madya: nilai 50-69

3. Purnama: nilai 70-89

4. Mandiri: nilai 90-100

288
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

2.5.3.3 Bentuk atau Jenis

Berdasarkan buku pedoman Pengukuran Tingkat Pengembangan UKBM

tahun 2016 bentuk/ jenis UKBM antara lain:

1. Pos Kesehatan Desa (POSKESDES)

Merupakan kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk

di desa/kelurahan dalam rangka menyediakan/ mendekatkan pelayanan

kesehatan dasar utamanya promotif dan preventif bagi masyarakat desa dengan

melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya. Poskesdes merupakan syarat

utama dalam pembentukan desa siaga.

Fungsi Poskesdes :

a. Sebagai wahana peran aktif masyarakat, yaitu sebagai pusat

pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di desa.

b. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan

masalah kesehatan.

c. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar (promotif dan preventif)

untuk meningkatkan jangkauan dan cakupan yankes.

d. Sebagai wahana pembentukan jejaring sebagai UKBM yang ada di desa/

kelurahan, Poskesdes sebagai koordinator UKBM yang ada di desa tidak

harus memberikan pelayanan pengobatan (kuratif).

Poskesdes tidak harus mempunyai gedung khusus, namun bisa bergabung

atau menempati tempat pelayanan lain seperti di Polindes, Balai Desa atau

tempat yang sudah disepakati oleh masyarakat. Poskesdes memiliki kader

sekurang-kurangnya berjumlah 2 orang, yang telah mendapatkan pelatihan/

289
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

sosialisasi tentang Desa Siaga dan Poskesdes. Waktu penyelenggaraan

Poskesdes sesuai dengan kesepakatan forum masyarakat desa. Gambar

Poskesdes dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Poskesdes

2. Posyandu Balita

Merupakan bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan

angka kematian bayi. Penyelenggaraan dan pemantauan kegiatan posyandu

dilaksakan secara rutin dengan berpedoman pada panduan yang berlaku dan

secara berkala kegiatannya dipantau oleh Puskesmas.

Kegiatan yang dilaksanakan di posyandu balita terdiri dari kegiatan utama

dan kegiatan pengembangan antara lain:

1. Kegiatan utama

a. Pelayanan ibu hamil

b. Pelayanan ibu nifas/ ibu menyusui

290
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

c. Pelayanan bayi dan anak balita

d. Pelayanan Keluarga Berencana

e. Pelayanan Imunisasi

f. Pelayanan Gizi

g. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan diare

2. Kegiatan pengembangan

Kegiatan ini sebaiknya dilakukan apabila 5 (lima) kegiatan utama telah

dilaksanakan dengan baik dan tersedia sumber daya yang mendukung.

Beberapa kegiatan pengembangan posyandu yang telah diselenggarakan

antara antara lain:

a. Bina Keluarga Balita

b. Kelas ibu Hamil dan Balita

c. Pos pendidikan Anak Usia Dini

d. Kesehatan Reproduksi Remaja

e. TOGA

f. Pemberdayaan Fakir Miskin

3. Posyandu Lansia

Merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yng dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk

masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan kepada lansia yang mengutamakan aspek

promotif dan preventif.

291
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Tempat posyandu lansia tidak harus mempunyai gedung khusus, namun bisa

menempati yang sudah disepakati oleh masyarakat. Pelaksanaan Posyandu

Lansia adalah masyarakat yang bersedia dan dibina oleh petugas kesehatan

setempat dengan jumlah kader minimal 4 orang. Kegiatan yang dilaksanakan

menggunakan 5 sistem tahapan (5 meja) sebagai berikut:

a. Tahapan pertama : Pendaftaran anggota kelompok usia lanjut

b. Tahapan kedua : Pencatatan kegiatan sehari-hari yang

dilakukan usila, serta menimbang BB dan

pengukuran tinggi badan.

c. Tahap ketiga : Pengukuran tekanan dara, pemeriksaan

kesehatan dan pemeriksaan status mental.

d. Tahap keempat : Pemeriksaan air seni dan kadar darah

(laboratorium sederhana).

e. Tahap kelima : pemberian penyuluhan dan konseling.

Berikut contoh kegiatan di Posyandu Lansia pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Kegiatan di Posyandu Lansia

292
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Kegiatan tambahan di Posyandu Lansia yaitu kegiatan pengembangan

diluar kegiatan pokok antara lain pengajian/ pendalaman agama, senam lansia,

penyuluhan pertanian, koperasi, usaha ekonomi produktif, rekreasi, dll.

4. Pos Kesehatan Pondok Pesantren (POSKESTREN)

Merupakan salah satu wujud Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM) dilingkungan pondok pesantren dengan prinsip dari, oleh dan untuk

warga pondok pesantren yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

tanpa mengabaikan aspek kuratif dengan binaan puskesmas setempat. Kegiatan

di Poskestren antara lain:

a. Upaya pencegahan penyakit (kerja bakti, olahraga teratur, dll).

b. Penyuluhan kesehatan di kawasan Pondok pesantren (penyuluhan kesehatan

lingkungan, gizi, dll).

c. Memberikan pelayanan kesehatan sederhana (P3K, nyeri haid, dll).

d. Melakukan survei mawas diri (perorangan, fisik).

e. Melakukan pencatatan kegiatan Poskestren (kegiatan sehari-hari, kegiatan

survei mawas diri).

Pelaksanaan dalam Poskestren yaitu dijalankan oleh Kader Poskestren dan

dibina oleh Petugas kesehatan di wilayah setempat. Berikut contoh kegiatan

di Poskestren pada Gambar 2.9.

293
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Gambar 2.9 Kegiatan di Poskestren

5. Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Merupakan bentuk operasional dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer

(PHC) di lingkungan pekerja dalam upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang

terencana, teratur dan berkesinambungan yang diselenggarakan dari, oleh dan

untuk masyarakat pekerja. Tempat Pos UKK dibentuk dimana terdapat

kelompok masyarakat pekerja (diutamakan dari jenis pekerjaan sama).

Pelaksanaan Pos UKK yaitu kader kesehatan kerja yang dipilih oleh pekerja

itu sendiri dibantu oleh petugas Puskesmas secara berkala. Kegiatan yang

dilaksanakan di Pos UKK antara lain:

1. Identifikasi masalah kesehatan dilingkungan kerja

2. Menyusun rencana pemecahan masalah

3. Melaksanakan kegiatan kesehatan di lingkungan kerja melalui promosi

4. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak

5. Melakukan pelayanan kesehatan kerja dasar

6. Melaksanakan kewaspadaan dini terhadap risiko dan masalah

kesehatan pekerja

7. Melaksanakan rujukan Puskesmas

294
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

8. Pencatatan

6. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM)

Merupakan wadah peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini,

pemantauan dan tindak lanjut faktor risiko PTM secara mandiri dan

berkesinambungan. Tujuannya untuk meningkatkan peran serta masyarakat

dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM.

Kegiatan Posbindu PTM diintegrasikan ke kegiatan masyarakat yang sudah

aktif berjalan baik antara lain Sekolah, tempat kerja maupun lingkungan tempat

tinggal dalam wadah Desa/ Kelurahan Siaga aktif. Berikut gambar contoh

kegiatan Posbindu PTM pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Kegiatan Posbindu PTM

Jenis kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara

sederhana tentang riwayat PTM

2. Kegiatan pengukuran lingkar perut serta analisis lemak tubuh dilakukan

1 bulan sekali

3. Kegiatan pengukuran fungsi paru sederhana, dilakukan 1 bulan sekali

295
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

4. Kegiatan pemeriksaaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit 3

tahun sekali, bagi yang telah memiliki faktor risiko PTM/ DM paling

sedikit 1 tahun sekali

5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total darah dan trigliserida bagi yang

sehat dilakukan 6 bulan-1 tahun sekali, bagi yang memiliki faktor risiko

1-3 bulan sekali

6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan

sebaiknya sebanyak 5 tahun sekali bagi individu yang sehat, setelah

hasil IVA positif dilakukan tindakan krioterapi, diulangi setelah 6

bulan, jika hasil IVA negatif pemeriksaan diulang 5 tahun, namun nila

hasil positif dilakukan tindakan krioterapi kembali. Pemeriksaan

dilaksanakan oleh bidan/dokter terlatih.

7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin

bagi kelompok pengemudi umum

8. Kegiatan konseling dan penyuluhan

9. Kegiatan aktivitas fisik atau olahraga bersama secara rutin

10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar upaya respon

cepat dalam penanganan pra rujukan.

7. Saka Bakti Husada

Merupakan singkatan dari Satuan Karya Pramuka Bakti Husada dimana

merupakan wadah pengembangan pengetahuan, pembinaan ketrampilan,

penambahan pengalaman dan pemberian kesempatan untuk membaktikan

296
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

dirinya kepada masyarakat dalam bidang kesehatan serta mengembangkan

lapangan pekerjaan dibidang kewirausahaan.

Dalam melaksanakan kegiatan dibina dan dilatih oleh para Pamong Saka

dan dibantu oleh Instruktur Saka masing-masing Krida. Kegiatan Saka Bakti

Husada meliputi:

1. Latihan rutin

2. Latihan khusus

3. Bakti masyarakat (promotif dan preventif) contohnya yaitu:

penanggulangan bencana, membantu kegiatan posyandu, penjernihan

air, pengembangan TOGA, dll)

4. Penganugerahan Tanda Kecakapan Khusus (TKK)

5. Mengikuti secara aktif kegiatan yang diekmbangkan oleh kwartir

rating/ cabangnya. Berikut merupakan gambar contoh kegiatan Saka

Bakti Husada pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Kegiatan Saka Bakti Husada

8. Pondok bersalin (POLINDES)

Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

yang merupakan wujud nyata peran serta masyarakat didalam menyediakan

297
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

tempat pertolongan persalinan dan anak lainnya termasuk KB didesa (Depkes

RI, 1999).

Fungsi Polindes:

1. Sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak (termasuk KB)

2. Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan

3. Sebagai tempat untuk konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan

masyarakat dan dukun bayi maupun kader.

Polindes mempunyai bangunan sendiri namun bisa menempati tempat

pelayanan lain seperti Balai Desa/ bersatu dengan kediaman bidan didesa, atau

tempat yang sudah disepakati oleh masyarakat dan masih dibawah pengawasan

dokter puskesmas setempat. Berikut merupakan tempat pelayanan Polindes pada

Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Tempat pelayanan Polindes

298
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh, diperlukan

tindakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan seperti kegiatan promosi

kesehatan. Menurut Kemenkes RI (2007), promosi kesehatan adalah upaya dalam

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan

bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang

bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan

didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

3.2 SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai

tenaga kesehatan memahami tentang pentingnya promosi kesehatan dalam rangka

memajukan kesehatan masyarakat. Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dalam

melaksanakan promosi kesehatan dan kami berharap makalah ini dapat

mendapatkan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

299
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

DAFTAR PUSTAKA

AKK. DR.Dr.AzrulAzwar M.P.H, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Bina


Rupa Aksara, Jakarta
Barata, A.A., 2003, Dasar-Dasar Pelayanan Prima, Jakarta, PT Elex Media
Komputindo, 110.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Pencegahan dan Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue di Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Buletin PHBS di Sekolah.
Depkes RI, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Panduan Promosi Kesehatan di
Sekolah, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat di Berbagai Tatanan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di
Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Modul Pelatihan bagi
Pengelolan program Pen gendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue di
Indonesia
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016, Buku Pedoman Pengukuran Tingkat
Perkembangan UKBM edisi III

Iskandar, H.A., dkk. 1985. Pemberantasan Serangga dan Binatang pengganggu,


Depkes. RI.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Kebijakan Nasional


Promosi Kesehatan, Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga, Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Pedoman Pelaksanaan


Promosi Kesehatan di Puskesmas, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Promosi Kesehatan Di
Daerah Bermasalah Kesehatan, Panduan Bagi Petugas Kesehatan di
Puskesmas, Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Rencana Strategis Kementrian


Kesehatan Tahun 2015-2019, Jakarta.

Maulana, H.D.J., 2007, Promosi Kesehatan, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran


EGC, 175-176.

300
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

Maulana H.D.J., 2009, Promosi Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta, 22.
Metode dan Media Promosi Kesehatan, Field Book, halaman 5.

Muhammad Idris, 2010, Konsep dan Prinsip Promosi Kesehatan

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta,


Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Repubilk Indonesia, 2013, Pedoman Pelaksanaan
Dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Jakarta

Susilowati, Dwi., 2016, Promosi Kesehatan, Jakarta, Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia: Pusdik SDM Kesehatan

WHO, 1992, Pendidikan Kesehatan, Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar,


Bandung, Penerbit : ITB dan Penerbit Udayana.

WHO. 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan


Demam Berdarah Dengue.

301
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Bidang Pengembangan Sumber Daya Kesehatan di Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur
Program Pendidikan Profesi Apoteker Angkatan LIV
Universitas Surabaya

LAMPIRAN 1

302

Anda mungkin juga menyukai