D4 PENGOBAT TRADISIONAL
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. atas segala rahmat dan
nikmat yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalalah ini dengan semaksimal mungkin.
Makalah dengan judul Makalah Umbi Rumput Teki. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan para pembaca.
Penyusunan makalah ini dilakukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
semester ganjil 2018 di Universitas Airlangga. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kami dan pembaca sekalian. Dan tak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Kritik serta saran yang membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
2.4 Fungsi.................................................................................................................... 4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gaya hidup masyarakat yang kurang baik menimbulkan berbagai penyakit baik itu
penyakit menular atau pun tidak. Penyakit tersebut timbul karena melemahnya sistem
imum tubuh karena buruknya pola makan, waktu istirahat ataupun stress karena
pekerjaan. Gaya hidup seseorang akan sangat berpengaruh pada kesehatannya.
Salah satu cara untuk mengatasi hal itu adalah dengan obat tradisional. Obat Tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara traditional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri
Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.Perkembangan selanjutnya obat
tradisional kebanyakan berupa campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga
dikenal dengan obat herbal yang banyak tersedia di alam, baik itu dalam bentuk
keringan(simplisia) ataupun bahan segar. Obat herbal tersedia dalam berbagai macam
sediaan seperti herba, daun, batang,rimpang, dan akar. Sediaan-sediaan tersebut dapat
diolah dengan cara infusa atau dekokta.
Obat tradisional merupakan salah satu warisan nenek moyang atau leluhur yang
secara turun temurun dipergunakan dalam proses mencegah, mengurangi, menghilangkan
atau menyembuhkan penyakit, luka dan mental pada manusia atau hewan maka, perlu
kiranya dikembangkan dan diteliti agar dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat umbi rumput teki yang dapat dijadikan sebagai obat
berbagai macam penyakit
2. Untuk mengetahui cara penggunaan herbal umbi rumput teki yang baik dan tepat
1.4 Manfaat
A. Mengetahui manfaat umbi rumput teki yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
B. Mengetahui cara penggunaan herbal umbi rumput teki
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi
Nama Simplisia :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa :Cyperales
Suku : Cyperaceae
Marga : Cyperus
2.2 Morfologi
Rumput teki tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 1000 m di atas permukaan
laut. Banyak tumbuh liar di Afrika Selatan, Korea, Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia,
Indonesia dan kawasan Asia Tenggara pada umumnya. Tumbuh liar di tempat terbuka atau
sedikit terlindung dari sinar matahari seperti di lahan pertanian yang tidak terlalu kering
(tanahnya tidak berbencah-bencah), ladang, kebun, tegalan, pinggir jalan dan tumbuh
sebagai gulma yang susah diberantas. Perawakan herba rumput, menahun, tinggi mencapai
2
0,3 m. Batang berusuk tiga, halus, licin, tebal 1-2 mm, di antara serabut akar terdapat bagian
yang membentuk rimpang keras, bercabang mendatar di bawah tanah. Umbi sebesar
kelingking bulat atau lonjong, berkerut dan berlekuk, agak berduri bila diraba. Bagian luar
umbi berwarna coklat dan bagian dalam berwarna putih, berbau seperti rempah-rempah,
terasa agak pahit.
Daun tunggal, letak daun berjejal dalam 3 spiral, membentuk roset akar, bentuk
helaian daun garis atau pita, lebar 2-6 mm, pangkal berpelepah, tepi rata, ujung runcing,
permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau cerah, pelepah bagian pangkal cokelat
kemerahan. Bunga dalam susunan dalam susunan bulir majemuk, daun-daun pelindung terdiri
atas 2-4 helai, berbentuk garis sepanjang bunga majemuk, sama atau lebih panjang dari bunga
majemuk, ibu tangkai bunga bercabang-bercabang secara radial, ukuran cabang lebih dari 10
cm, setiap cabang mendukung bulir yang tersusun atas 10-40 bunga, panjang bunga 1-3,5
mm, lebar 2mm. Biji berbentuk bulat telur ata bulat memanjang, panjang 1,5 mm, berwarna
kecokelatan sampai hitam.
Rimpang rumput teki memiliki banyak kandungan kimia yang dapat menunjukkan
aktivitas farmakologi, namun komponen aktif utama tampaknya menjadi seskuiterpen. Ini
adalah aromatik, molekul. Di antara seskuiterpen utama yang diidentifikasi dalam rimpang
rumput teki sejauh ini adalah: α-cyperone, β-selinene, cyperene, cyperotundone,
patchoulenone, sugeonol, kobusonedan isokobusone.
Selain komponen aktif tersebut, rimpang teki juga mengandung beberapa zat kimia
yaitu alkaloid sebanyak 0,3-1%, minyak atsiri sebanyak 0,3-1%, flavonoid 1-3% yang
komposisinya bervariasi tergantung daerah asal tumbuhnya.
Kandungan nutrisi rimpang rumput teki adalah lemak (29,48 ± 0,28)%, protein (9,04
± 0,33)%, abu (2,67 ± 0,21)%, serat (12,63 ± 0,01)% dan karbohidrat (21,47 ± 0,83)%.
Kandungan mineralnya sebagai berikut: tembaga (28,11 ± 0,02) mg/100g, magnesium (50,76
± 0,50) mg/100g, kalium (110,11 ± 0,71) mg/100g, kalsium (16,40 ± 0,32) mg/100 g dan
natrium (110,11 ± 0,71) mg/100g (Oladunni, Abass, dan Adisa, 2011).
3
2.4 Fungsi
Ekstrak rimpang rumput teki memiliki aktivitas estrogenik dan memiliki khasiat
sebagai peningkat kadar ASI. Hal ini dikarenakan di dalamnya terkandung senyawa
seskuiterpen yang bersifat estrogenik. Senyawa tersebut dapat meningkatkan kuantitas ASI
melalui kerjanya di saluran ASI dan meningkatkan reseptor prolaktin di sel-sel epitel kelenjar
payudara. Tujuan: Menganalisis pengaruh pemberian ekstrak rimpang rumput teki terhadap
kuantitas ASI tikus Wistar betina.
4
Dengan menggunakan one way ANOVA didapatkan perbedaan signifikan antara
kelompok K dan P2. Sedangkan antara kelompok K dan P1, dan P1 dan P2 tidak didapatkan
perbedaan yang signifikan. Kesimpulan: Ekstrak rimpang rumput teki dengan dosis 600
mg/kgBB menyebabkan peningkatan kuantitas ASI tikus Wistar betina
2. Antiinflamasi
Pemberian 500 mg/kg minyak atsiri rumput teki pada tikus albino galur Swiss (p.o),
jantan dan betina dapat menurunkan inflamasi yang dipicu oleh karagenan setara dengan
indometacin 10 mg/kg BB. Ekstrak etanol 90% umbi rumput teki, dosis 2% yang dibuat
bentuk sediaan salep, dan diberikan secara topikal, dapat mengurangi bengkak pada luka
tikus putih Glur Wistar jantan, serta mempercepat penyembuhan lukanya.
Lalu pada penelitian lain yang dilakuak oleh Destyka Fridiana yakni penelitian
eksperimental laboratoris yang bertujuan mengetahui apakah ekstrak umbi rumput teki dapat
menurunkan volume edema. Jumlah sampel yang digunakan 25 ekor tikus wistar jantan yang
dikelompokkan menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri atas 5 ekor tikus. Kelompok I
diberi akuades, kelompok II diberi aspirin, kelompok III diberi ekstrak umbi teki 10%,
kelompok IV diberi ekstrak umbi teki 20% dan kelompok V diberi ekstrak umbi teki 30%.
Sebelum diberi perlakuan, kaki kiri belakang tikus diukur volumenya menggunakan
pletismometer. Menit 30 setelah perlakuan, disuntikkan karagen 1% subplantar dan menit ke
60, 120, 180 dan 240 diukur volume kakinya.
3. Antidiare
Diare merupakan pengeluaran feses cair berulang kali atau lebih dari 3 kali sehari.
Penyebab diare bermacam-macam, antara lain adanya infeksi virus, infeksi bakteri, makanan
basi, beracun atau alergi terhadap makanan. Zat aktif kimia yang terdapat dalam rimpang
rumput teki (C. rotundus L.) teki antara lain : alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida serta
secara farmakologi rimpang teki mengandung senyawa antidiare sedangkan obat imodium
merupakan obat kimia yang dapat mengatasi penyakit diare. Dengan adanya berbagai zat
kimia tersebut maka dilakukan penelitian mengenai uji efektivitas ekstrak rimpang rumput
teki (C. rotundus L.) dengan obat imodium untuk mencegah terjadinya diare. Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung pada
bulan April-Juni 2016.
5
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas ekstrak rimpang
rumput teki dengan obat imodium dalam upaya mencegah diare. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, kontrol negatif, diberi 0,4 ml /40 gr
BB aquabides (A), dosis ekstrak rumput teki 4,5 mg/40 gr BB dalam 0,4ml/100 gr BB
aquabides (B), dosis ekstrak rumput teki 45 mg/40 gr BB dalam 0,4ml/100 gr BB aquabides
(C), dosis ekstrak rumput teki 135 mg/40 gr BB dalam 0,4ml/100 gr BB aquabides (D), dosis
obat antidiare dengan dosis 0,4 mg dalam 0,4 ml/100 gr BB aquabides (E).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak rimpang rumput teki (C.
rotundus L.) dengan dosis 135 mg/40 grBB dapat menunjukkan adanya khasiat antidiare,
tetapi efeknya lebih kecil dibandingkan dengan obat imodium (Loperamide). Hal ini
disebabkan karena di dalam rimpang rumput teki terkandung senyawa flavonoid, tannin, dan
glikosida sebagai senyawa antidiare pada mencit.
4. Antidiabetes
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi
Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) dilakukan
di Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari kontrol amaryl dosis 0,04 mg dalam 0,4
ml/100 grBB aquabides, ekstrak rumput teki 4,5 mg/ 40 gr BB dalam 0,4 ml/100 gr BB
aquabides, 45 mg/ 40 gr BB dalam 0,4 ml/100 gr BB aquabides, dan 135 mg/ 40 gr BB dalam
0,4 ml/100 gr BB aquabides. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan 6 kali. Mencit
diinduksi aloksan setiap 2 hari sekali selama 6 hari. Setelah diinduksi aloksan mencit diberi
perlakuan ekstrak rimpang rumput teki setiap hari selama 14 hari dan obat amaryl.
Pengambilan data berupa kadar glukosa darah mencit yang dilakukan pada hari ke 8, 14, dan
28. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis of Variance (ANOVA). Apabila
ada perbedaan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rerata penurunan kadar glukosa darah mencit pada kontrol amaryl dan pemberian
ekstrak rimpang rumput teki mengalami penurunan yang berbeda nyata pada α ≤ 0.05).
Ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) dengan dosis 135 mg/40 grBB dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan rata-rata 80,83 mg/dl secara signifikan
dibandingkan dengan kontrol (amaryl) 91,16 mg/dl dengan dosis 0,4 mg/40 grBB pada
mencit setelah aloksan. Ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus rotundus L.) lebih baik
dibandingkan obat amaryl karena menurunkan kadar glukosa darah mencit lebih baik.
5. Antipiretik
6
Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 25 ekor tikus wistar jantan
yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok. Masing-masing tikus diukur suhu awalnya,
kemudian diinjeksi vaksin DPT-Hb, setelah satu setengah jam diukur suhu demam awal,
dilanjutkan kelompok I diberi akuades steril, kelompok II diberi aspirin, kelompok III diberi
ekstrak umbi rumput teki 10%, kelompok IV diberi ekstrak umbi rumput teki 20% dan
kelompok V diberi ekstrak umbi rumput teki 30%. Pengukuran suhu tikus dilakukan kembali
setiap 30 menit setelah perlakuan selama 3 jam.
Hasil yang diperoleh yaitu efek antipiretik ekstrak umbi rumput teki paling besar yaitu
ekstrak umbi rumput teki 20%. Efek antipiretik ekstrak umbi rumput teki 30% dan 10% lebih
rendah di bandingkan ekkstrak umbi rumput teki 20%. Ekstrak umbi rumput teki 20%
memiliki efek sebanding dengan aspirin sebagai kontrol positif, sehingga umbi rumput teki
disini memiliki efek sebagai antipiretik.
6. Analgetik
Rumput teki (Cyperus rotundus L.) mengandung flavonoid yang berpotensi untuk
mengurangi rasa nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek analgetik
dari ekstrak Rumput Teki dengan dosis 3,15 g/kgBB, 6,3 g/kgBB dan 12,6 g/kgBB pada
Tikus Putih Jantan Galur Wistar.
Subjek penelitian ini ialah 15 ekor Tikus Wistar yang dibagi menjadi 5 kelompok
yaitu kelompok kontrol negatif (Aquades), kelompok kontrol Positif (Parasetamol) dan
kelompok ekstrak Rumput Teki. Pengujian efek analgetik dilakukan dengan cara memberikan
rangsangan nyeri pada hewan uji, berupa rangsangan panas dengan suhu 65°C. Respon tikus
yang diamati yaitu gerakan menjilat kaki dan atau melompat. Pengamatan dilakukan selama 1
menit. Pengamatan dilakukan sebelum pemberian zat uji, kemudian berturut-turut pada
menit ke-30, 60, 90 dan 120 setelah pemberian zat uji.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak Rumput Teki dengan dosis 3,15 g/kgBB, 6,3
g/kgBB dan 12,6 g/kgBB memiliki efek analgetik pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar
terutama pada dosis 6,3 g/kgBB.
7. Antelmintik
Uji aktivitas antelmintik ekstrak etanol umbi rumput teki menggunakan pirantel
pamoat 0,3% dan albendazol 0,1%. Dan untuk kelompok uji aktivitas antelmintik
menggunakan ekstrak yaitu EEURT dengan konsentrasi yaitu 10 mg/ml, 20 mg/ml dan 30
mg/ml. Pengamatan efek antelmintik ditentukan dengan waktu paralisis dan waktu kematian.
Hasil skrining fitokimia untuk simplisia dan ekstrak umbi rumput teki (Cyperus
Rotundus L.) menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid, saponin, tanin, steroid,
flavonoid dan glikosida. Hasil penelitian uji aktivitas antelmintik EEURT terhadap Pheretima
7
posthuma dengan rerata waktu paralisis dan waktu kematian cacing pada konsentrasi 10
mg/ml adalah 68,91±0,06 menit dan 71,47±0,09 menit; konsentrasi 20 mg/ml adalah
38,60±0,04 menit dan 42,96±0,03menit; dan konsentrasi 30 mg/ml adalah 14,92±0,03 menit
dan 34,79±0,04 menit.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ektrak etanol umbi rumput teki memiliki
aktivitas antelmintik terhadap Pheretima posthuma dengan konsentrasi paling bagus yakni 20
mg/ml.
8. Sedasi
Penelitian yang dilakukan oleh Septia Ningsih dan Nova Rahma W ini adalah
penelitian eksperimental dengan post test only control group design cross sectional. Populasi
pada penelitian ini adalah mencit dan umbi rumput teki, sedangkan sampelnya yaitu umbi
rumput teki yang sudah tua dan siap penen, berwarna kecoklatan dan berbau harum serta
mencit jantan ras swiss yang berumur 35 hari, berat 20-40 gram. Jumlah mencit yang diujikan
sebanyak 33 ekor, yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok
kontrol positif (fenobarbital), kontrol negatif (CMC Na 1%), kelompok infusa umbi rumput
teki dengan dosis bertingkat 4,55; 9,1 dan 18,2mg/gBB. Data yang diperoleh adalah data efek
sedasi yang timbul diamati sebagai onset dan durasi. Kemudian dilanjutkan dengan uji One
Way Anova, data menunjukkan perbedaan yang bermakna jika P=0,00 atau tidak ada
perbedaan jika P>0,00. Dilanjutkan dengan Post Hoc Test untuk mengetahui secara rinci
apakah ada perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan dengan uji LSD.
Hasil rendemen infusa umbi rumput teki Rerata onset paling tinggi adalah
kelompok kontrol negatif (mean=108,00) dan rerata durasi paling tinggi adalah kelompok
kontrol positif (mean=170,00). Pada uli One way Anova dan pada analisis post hoc tests
dengan uji LSD menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan
Kesimpulan Umbi rumput teki mampu memberikan efek sedasi namun lebih rendah
dibanding fenobarbital
9. Antikanker
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap pola
satu arah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik fraksi protein umbi
teki (Cyperus rotundus L.) FP20, FP40, FP60, dan FP80 terhadap kultur sel myeloma dan sel
Vero. Protein umbi teki diendapkan dengan penambahan amonium sulfat dalam konsentrasi
yang berbeda. Uji sitotoksisitas dilakukan dengan metodeMTT {3-(4,5-dimetil-tiazol-2-il)-
2,5-difeniltetrazolium bromida}. Hasil uji berupa persentase kematian sel dianalisis secara
statistik dan harga LC50 dihitung menggunakan analisis probit. Harga LC50 kemudian
dianalisis lebih lanjut menggunakan uji t-independent.
Hasil uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa fraksi protein umbi teki (Cyperus
rotundus L.) mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap kultur sel myeloma dan sel Vero. Nilai
LC50 dari FP20, FP40, FP60, dan FP80 untuk kultur sel myeloma berturut-turut adalah 72,15
8
μg/ml, 144,77 μg/ml, 150,19 μg/ml, dan 168,69 μg/ml. Sedangkan LC50untuk sel Vero
adalah 35,1 μg/ml, 27,4 μg/ml, 14,7 μg/ml, dan 16,4 μg/ml. Fraksi protein umbi teki
mempunyai efek sitotoksik yang lebih besar terhadap sel Vero dibandingkan terhadap sel
myeloma.
Eksperimen yang telah dilakukan adalah uji efektifitas ekstrak teki (Cyperus
rotundus) sebagai permen obat pereda nyeri dismenhorea primer pada wanita usia
reproduktif. Eksperimen ini bertujuan untuk membuat permen dari ekstrak rumput teki, uji
efek dosis ekstrak rumput teki secara invitro dengan hewan uji mencit betina (Mus
musculus), serta menguji efektifitas ekstrak rumput teki (Cyperus rotundus) sebagai alternatif
pengobatan desmenhore primer pada wanita usia reproduktif. Sampel rumput teki yang
digunakan berasal dari daerah Jemur Sari dengan koordinat 07˚ 20.3522’ LS dan
112˚44.1519’BT. Sampel yang didapatkan, dipreparasi untuk bahan uji dosis secara invitro
dan untuk pembuatan permen teki yang selanjutnya digunakan untuk uji organoleptik. Hasil
uji secara invitro, menunjukkan tidak ada kerusakan organ pada mencit betina (Mus
musculus) sehingga uji organoleptik secara invivo bisa dilaksanakan dengan menggunakan 30
orang panelis.
Hasil uji organoleptik kemudian diuji menggunakan uji statistik proporsi dengan uji
tiap dosis bisa menyembuhkan dismenhorea primer paling tidak 50% dengan α 5% (CR >
1,645). Hasil uji statistik dosis A (3 gram/butir) menunjukkan nilai -4,02 (Ho diterima), dosis
B (6 gram/butir) menunjukkan nilai -0,73 (Ho diterima), sedangkan dosis C ( 9 gram/butir)
menunjukkan nilai 2,45 (Ho ditolak). Dosis yang paling efektif sebagai permen obat
alternative pereda nyeri desmenhorea primer pada wanita usia reproduktif adalah dosis C (9
gram/butir).
1. Alergi
R/ Rimpang teki 5g
Herba sambiloto 5g
Daun sere 1g
9
Rimpang lengkuas 3g
Air 600 mL
2. Analgetik
R/ Rimpang teki 7g
Rimpang temulawak 5 g
Biji pala 1g
Air 300 Ml
3. Inflamasi
Bahan ditumbuk halus ditambah minyak kayu putih, diborehkan pada tempat yang sakit dan
dibalut dengan kain, ganti 2 kali sehari.
5. Kanker Hati
R/ Ling zhi / jamur kayu 25 gr kering
Daging buah mahkota dewa kering 10 gr kering
Temu putih 20 gr kering / 60 gr segar
Temu lawak 15 gr kering
Kembang pulu / kasumba 15 gr kering
Kayu secang 15 gr kering
Umbi rumput teki (xiang fu) 15 gr kering
Air 1000 cc
10
Cara pembuatan dan penggunaan :
Semua bahan dicuci dan direbus dengan 1000 cc air hingga tersisa 600 cc. Selanjutnya,
airnya disaring dan diminum untuk tiga kali sehari (setiap minum 200 cc).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat tradisional merupakan salah satu warisan nenek moyang atau leluhur yang
secara turun temurun dipergunakan dalam proses mencegah, mengurangi, menghilangkan
atau menyembuhkan penyakit, luka dan mental pada manusia atau hewan. maka perlu kiranya
dikembangkan dan diteliti agar dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Seperti contoh
umbi rumput teki yang telah digunakan secara turun temurun oleh nenek moyang setelah
diteliti lebih lanjut terbukti bahwa umbi rumput teki dapat menyembuhkan berbagai penyakit
seperti anidiabetes, cacingan, nyeri haid, nyeri, radang, kanker dan laim-lain. Karena di
dalam umbi rumput teki menganung beberapa senyawa kimia yang bermanfaat seperti
flavonoid yang berfungsi untuk analgesik.
12
DAFTAR PUSTAKA
Parwata I Made Oka Adi. 2016. Diktat Obat Tradisional. Jurusan Kimia Laboratorium Kimia
Organik FMIPA Universitas Udayana.
Vademakum Tanaman Obat Jilid 2 Hal 49-53. Kementrian Kesehatan RI. 2011.
Puratchicody, A at all. 2010. Wound Healing Activity of Cyperus rotundus Linn, Indian
Journal of Pharmaceutical Sciense, 68:97-110.
Putri Afrisa Herni. 2016. UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI
(Cyperus rotundus L.) DENGAN OBAT IMODIUM TERHADAP ANTIDIARE
PADA MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM
RICINI. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung.
Prastiwy Ayu Ayssca Besty, at all. 2015. Perbandingan Obat Amaryl dengan Ekstrak
Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) terhadap Gula Darah pada Mencit
(Mus musculus L.) Jantan yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan Vol. 16 (1): 1-5
Yudistyawan Hanny Friska. 2012. EFEK EKSTRAK UMBI RUMPUT TEKI (Cyperus
rotundus L) SEBAGAI ANTIPIRETIK PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG
DIINDUKSI VAKSIN DPT-Hb. Skripsi Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Jember.
Pandey Putri Virgie. 2013. UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK RUMPUT TEKI
(CYPERUS ROTUNDUS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
(RATTUS NOVERGICUS). Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 02.
Lawal, O.A. dan O, Adebola. 2009. Chemical Composition of The Essential Oils of Cyperus
Rotundus L. From South Africa. Journal Molecules 2009,14. Hal 2909-2917.
Suherman, S.K. 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral dalam farmakologi dan Terapi. Edisi 5
: 481-495 FKUI. Jakarta.
Siregar, Hasri Aini. 2018. Uji Aktivitas Antelmintik Ekstrak Etanol Umbi Rumput Teki
(Cyperus rotundus L) Terhadap Pheretima posthuma. Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Medan.
Hariana, Arief. 2013. 262 Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.
13
Septia Ningsih Septia dan Nova Rahma. 2014. KEMAMPUAN EFEK SEDASI INFUSA
UMBI RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L ) PADA MENCIT JANTAN RAS
SWISS . IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 1 No 2 – Juli
2014 - ijmsbm.org
Nathania Talitha R, dkk. 2015. Uji Efektifitas Ekstrak Teki (Cyperus rotundus) sebagai
Permen Obat Alternatif Pereda Nyeri Dismenhorea Primer pada Wanita Usia
Reproduktif. Jurusan Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
Wijayakusuma M Hembing. 2005. Atasi Knakr Dengan Tanaman Obat. Depok : Puspa Swara
H busman dan Muhartono. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki pada
Endometrium Mencit. JUKE, volume, 3 Nomor 2, September Tahun 2013.
14