Anda di halaman 1dari 13

PRESCIL INTERNA

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Pembimbing:

dr. Adityawarman, Sp.PD, KGH

Disusun oleh:

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAKARTA
2019

,
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS INTERNA

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program profesi dokter di Bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Disusun Oleh :

Pada tanggal,

Mengetahui
Pembimbing,

dr. Adityawarman, Sp.PD, KGH

,
BAB I
PENDAHULUAN

Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun dari
waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai
bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak menyadari bahwa kondisi mereka telah parah. Pada
pasien CKD, kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Kondisi fungsi ginjal memburuk, kemampuan
untuk memproduksi erythropoietin yang memadai terganggu, sehingga terjadi penurunan
produksi baru sel-sel darah merah dan akhirnya terjadi anemia. Dengan demikian, anemia
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada CKD, dan sekitar 47% pasien dengan CKD
anemia (Denise, 2007)
Perhimpunan nefrologi indonesia menunjukkan 12,5 persen dari penduduk indonesia
mengalami penurunan fungsi ginjal, itu berarti secara kasar lebih dari 25 juta penduduk
mengalami CKD. Prevalensi CKD terutama tinggi pada orang dewasa yang lebih tua, dan ini
pasien sering pada peningkatan risiko hipertensi. Kebanyakan pasien dengan hipertensi akan
memerlukan dua atau lebih antihipertensi obat untuk mencapai tujuan tekanan darah untuk
pasien dengan CK.
Salah satu Tata Laksana pada penderita gagal ginjal kronik adalah hemodialisa. Hal ini
karena hemodialisa merupakan terapi pengganti ginjal yang bertujuan untuk mengeluarkan sisa-
sisa metabolisme protein atau mengoreksi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Terapi
hemodialisa yang dijalani penderita gagal ginjal tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas
metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal akan berpengaruh terhadap kualitas hidup
pasien (Raharjo, 2006).

,
BAB II
STATUS PENDERITA

,
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronis adalah kelainan struktural
atau fungsional pada ginjal yang berlangsung selama minimal ≥ 3bulan dengan adanya
kriteria berupa kelainan ginjal yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium dan
penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) (KDIGO, 2012).

Tabel 3.1 Kriteria CKD (KDIGO, 2012)


Pemeriksaan Laboratorium  Albuminuria > 30mg/hari
 Abnormalitas sedimen urin (hematuria, red cell
castc)
 Abnormalitas elektrolit karena kelainan tubular
ginjal
 Abnormalitas yang dideteksi melalui
pemerikaan histologi
 Abnormalitas struktur ginjal yang dideteksi
melalui pemerikaan radiologi
 Riwayat transplantasi ginjal
Penurunan LFG LFG <60mL/min/1.73 m2

Chronic Kidney Disease (CKD) menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang progresif
dan pada umumnya berakhir pada gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap dengan transplantasi ginjal atau dialisis (PAPDI, 2009)

III.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dasar derajat (KDIGO, 2012).
Klasifikasi ini ditentukan oleh nilai LFG, yang dihitung menurut rumus Kockcroft-
Gauflt sebagai berikut :
(140 − umur)X Berat Badan
LFG = ∗
72 X Kreatinin plasma (mg/dL)
*) pada perempuan dikalikan 0,85

,
Tabel 3.2 Klasifikasi CKD (KDIGO, 2012)
Stadium Deskripsi LFG (mL/menit/1.73m2)
G1 Normal atau tinggi ≥90
G2 Penurunan ringan 60-89
G3a Penurunan ringan-sedang 45-59
G3b Penurunan sedang-berat 30-44
G4 Penurunan berat 15-29
G5 Gagal ginjal <15

III.3 EPIDEMIOLOGI
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit yang sering dijumpai. Prevalensi
di negara maju mencapai 10-13% dari populasi. Sebuah studi oleh Perhimpunan
Nefrologi Indonesia melaporkan sebanyak 12,5% populasi di Indonesia mengalami
penurunan fungsi ginjal (Kapita Selekta, 2014).

III.4 ETIOLOGI
Chronic Kidney Disease (CKD) dapat disebabkan oleh berbagai hal (Kapita Selekta,
2014), yaitu:
a. Glomerulonefritis, akibat infeksi (endokarditis bacterial, hepatitis C, hepatitis B,
HIV) atau yang bersifat kronis
b. Diabetes Melitus yang menyebabkan nefropati diabetik
c. Hipertensi yang menyebabkan penyakit nefrosklerosis
d. Uropati obstruktif (batu saluran kemih, tumor dan lain-lain)
e. Lupus eritematosus sistemik, amyloidosis, penyakit ginjal polikistik
f. Penggunaan obat-obatan (Obat anti Inflamasi non-steroid, antibiotic,
siklosporin, takrolimus)

,
III.5 FAKTOR RESIKO
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan multihit process disease. Sekali
mengalami gangguan fungsi ginjal, banyak factor yang akan memperberat
perjalanan penyakit. Faktor ini dikenal juga dengan faktor Progresivitas CKD
(Kapita Selekta, 2014), yaitu:.
Tabel 3.3 Faktor Progresivitas CKD
Tidak dapat dimodifikasi Dapat Dimodifikasi
 Usia  Hipertensi
 Jenis Kelamin  Proteinuria
 Ras  Albuminuria
 Genetik  Glikemia
 Hilangnya massa ginjal  Obesitas
 Dislipidemia
 Merokok
 Kadar asam urat

III.6 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi CKD melibatkan mekanisme awal yang spesifik, yang terkait dengan
penyebab yang mendasari, selanjutnya proses berjalan secara kronis progresif yang dalam
jangka panjang akan menyebabkan penurunan massa ginjal. Sejalan dengan menurunnya
massa ginjal, sebagai mekanisme kompensasi maka nefron yang masih baik akan
mengalami hiperfiltrasi oleh karena peningkatan tekanan dan aliran kapiler glomerulus,
dan selanjutnya terjadi hipertrofi. Hipertrofi structural dan fungsional dari sisa nefron yang
masih baik tersebut terjadi akibat pengaruh molekul-molekul vasoaktif, sitokin, serta
Growth Factor, hingga pada akhirnya akan terjadi proses sklerosis. Aktivitas aksis Renin-
Angiotensin intrarenal juga ikut berperan dalam terjadinya hiperfiltrasi-hipertrofi dan
sklerosis (Pranawa, 2007).

,
III.7 DIAGNOSIS
a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Gambaran klinis penyakit CKD berdasarkan dengan penyakit yang mendasari adanya
CKD. Penyakit tersebut antara lain aalah DM, infeksi traktus urinarius, hipertensi,
hiperurikemi, SLE dan lain sebagainya. Dan adanya sindrom uremia pada pasien
yaitu lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(Volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-
kejang sampai koma (Suwitra, 2009).
b. Pemeriksaan Penunjang
i. Pemeriksaan darah lengkap : ureum dan kreatinin meningkat. Dari kedua hal
tersebut kita dapat menentukan perhitungan estimasi LFG dengan rumus
Cockrof-Gault atau studi MDRD
ii. Pemeriksaan elektrolit: hyperkalemia, hipokalsemia, hiperfosfatemia,
hipermagnesemia
iii. Pemeriksaan kadar glukosa darah, profil lipid(hiperkolestrolemia,
hipertrigliseridemia, LDL meningkat)
iv. Analisa gas darah. Asidosis Metabolik (pH menurun, HCO3 menurun)
v. Urinalisis dan pemeriksaan albumin urin
vi. Sedimen urin: sel tubulus ginjal, sedimen eritrosit, sedimen leukosit, sedimen
granula kasar dan adanya eritrosit yang dismorfik merupakan patognomonik jejas
ginjal
vii. Pencitraan : USG Ginjal BNO-IVP
viii. Pemeriksaan lain : EKG, foto polos toraks dan ekokardiografi

III.8 KOMPLIKASI
Chronic Kidney disease (CKD) memiliki berbagai komplikasi. CKD dapat mengenai
berbagai organ antara lain :
a. Anemia
b. Chronic Kidney Disease- Bone Mineral Disease (CKD-BMD)
c. Komplikasi Kardiovaskular seperti pericarditis, penyakit jantung coroner, henti
jantung

,
d. Komplikasi neurologis
e. Infeksi
f. Komplikasi nutrisi dan saluran cerna

Komplikasi menurut LFG (PAPDI, 2009) antara lain :


Tabel 3.4 Komplikasi CKD (PAPDI, 2009)
Stadium Deskripsi LFG Komplikasi
(mL/menit/1.73m2)
G1 Normal atau tinggi ≥90
G2 Penurunan ringan 60-89 Tekanan darah mulai naik
G3 Penurunan sedang 30-59  Hiperfosfatemia
 Hipokalsemia
 Anemia
 Hiperparatiroid
 Hipertensi
 Hiperhomosistinemia
G4 Penurunan berat 15-29  Malnutrisi
 Hiperkalemia
 Asidosis Metabolic
 Dislipidemia
G5 Gagal ginjal <15  Gagal jantung
 Uremia

III. 9 TATA LAKSANA


Tujuan tata laksana CKD meliputi :
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
c. Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisa atau transplantasi ginjal

a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya


Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya paling tepat diberikan sebelum terjadinya
penurunan GFR sehingga tidak terjadi perburukan fungsi ginjal. Pada ukuran ginjal

,
yang masih normal, pemeriksaan diagnostik seperti USG dapat menetukan indikasi
yang terpat untuk terapi spesfiknya. Namun, jika LFG sudah menurun sampai 20-30%
dari normal, terpai terhadap penyakit dasar sudah tidak bermanfaat lagi
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid dengan mengikuti dan mencatat
penurunan GFR yang terjadi. Faktor-faktor komorbid pada penyakit CKD aantara lain
gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinus,
obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras atau peningkatan aktivitas penyakit
dasarnya.
c. Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
Perburukan fungsi ginjal dapat dicegah dengan mengurangi hiperfiltrasi glomerulus,
yaitu melalui pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis guna mengurangi
hipertensi intraglomerulus. Dua cara penting untuk mengatasi hiperfiltrasi glomerulus
adalah dengan Pembatasan Asupan protein dan terapi farmakologi.
 Pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada LFG < 60ml/menit, sedangkan di
atas nilai trsebut pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan. Protein
diberikan 0,6-0,8/kgBB/hari. Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan
protein tidak disimpan dalam tubuh tapi dipecah menjadi urea dan substansi
nitrogen lain, yang terutama diekresikan melalui ginjal. Selain itu, makanan yang
tinggi protein yang mengandung ion hydrogen, posfat, sulfat dan ion unorganik lain
juga diekresikan melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet tinggi protein
menimbulkan pemnimbunan substansi nitrogen dan ion anorganik lain dan
mengakibatkan gangguan klinis yang disebut dengan uremia.
 Terapi farmakologis digunakan untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus.
Pemberian obat hipertensi bermanfaat untuk memperkecil resiko kardiovaskular
dan memperlambat kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi
intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus.

d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular


Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular sangatlah penting, karena 40-
45% kematian CKD disebabkan oleh penyakit jantung. Dalam hal ini, hal yang perlu

,
dikendalikan adalah pengendalian diabetes,HT, dyslipidemia, anemia, hiperfosfatemia
dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit.
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialisa atau transplantasi ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit CKD stadium 5, yaitu kurang dari 15
mL/menit. Terapi pengganti dapat berupa hemodialysis, peritoneal dialysis dan
transplantasi ginjal

,
BAB IV
KESIMPULAN

1. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronis adalah kelainan struktural
atau fungsional pada ginjal yang berlangsung selama minimal ≥ 3bulan dengan adanya
kriteria berupa kelainan ginjal yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium dan
penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
2. CKD merupakan suatu gangguan dengan banyak faktor yang dapat memperberat
perjalanan penyakitnya

,
DAFTAR PUSTAKA

Arici M, Clinical Assesment of a Patient with Chronic Kidney Disease, Management of


Chronic Kidney Disease 2014

Denise, 2007 Assessment of the Impact of Weekly Versus Monthly Erythropoiesis


Stimulating Protein Therapy on Patients with CKD and Their Families. Nephrology
Nursing Journal

Eknoyan G dkk, 2012, KDIGO clinical practice guideline for evaluation and management
of CKD

Suwitra K, 2009, Penyakit ginjal kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,K MS,
Setiati S, editors. Buku ajar ilmu Penyakit Dalam. II ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Diponegoro

Rahardjo, J.P. 2006. Strategi terapi gagal ginjal kronik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Tanto C, Hustrini NM 2014, Penyakit Ginjal Kronik. In : Kapira Selekta Kedokteran.


Jakarta : Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai