Anda di halaman 1dari 8

MINI PROJECT

GAMBARAN TINGKAT UALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI


PADA PUSKESMAS SAWAN II

Diajukan untuk memenuhi syarat program dokter internship di


Puskesmas Sawan II
Pembimbing
dr. I Gusti Ayu Trisna Lakhsmi

Disusun Oleh
dr. Jason Jonathan

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


PUSKESMAS SAWAN II
PERIODE 2022 – 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah
terhadap dinding arteri. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan
suatu keadaan ketika tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan/atau
tekanan darah diastolik (TDD) ≥90 mmHg (World Health Organization
[WHO], 2021). Sebagai salah satu penyakit tidak menular (PTM), hipertensi
hingga saat ini masih dijuluki sebagai The Silent Killer karena gejalanya
sulit dikenali bahkan sering tanpa keluhan. Gejala spesifik yang dapat timbul
biasanya merupakan hasil dari keterlibatan organ lain sebagai akibat dari
hipertensi yang tidak terkontrol (Centers for Disease Control and
Prevention [CDC], 2020).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global berakibat peningkatan
angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan. Secara global,
terdapat kira-kira 972 juta orang (26%) mengidap hipertensi dan
diperkirakan akan terus meningkat hingga 29% pada tahun 2025 (Alexander
and Madhur, 2019). Menurut WHO (2021), terdapat 1,28 juta orang dewasa
berusia 30 – 79 tahun mengalami hipertensi, yang mana 2/3 diantaranya
berasal dari negara dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah dan hanya
kurang dari 1/5 yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah
yang dimiliki. Diperkirakan 1 diantara 5 orang perempuan di seluruh dunia
memiliki hipertensi, sedangkan untuk kelompok laki-laki yaitu 1 diantara 4
orang.
Afrika merupakan negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi di dunia
sebesar 27%. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan
prevalensi sebesar 25% dari total penduduk (WHO, 2021). Menurut Nawi et
al. (2021), sekitar 1/3 orang dewasa di Asia Tenggara telah didiagnosis
hipertensi dan diestimasikan terdapat 1,5 juta kematian per tahun akibat
hipertensi.
Prevalensi hipertensi pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018)
diukur dengan wawancara dan pengukuran. Hasil Riskesdas 2018
menunjukkan angka prevalensi pada penduduk ≥18 tahun berdasarkan
pengukuran secara nasional sebesar 658.201 jiwa (34,1%) dengan prevalensi
tertinggi pada Kalimantan Selatan sebesar 10.162 jiwa (44,1%) dan yang
terendah yaitu Papua sebesar 7.730 (22,2%). Berdasarkan usia, prevalensi
hipertensi tertinggi terjadi pada usia diatas 75 tahun sebesar 17.712 jiwa
(69,5%). Prevalensi hipertensi menurut tingkat pendidikan pada penduduk
umur ≥18 tahun, yaitu tidak/belum pernah sekolah sebesar 39.556 jiwa
(51,6%). Sedangkan, prevalensi hipertensi menurut pekerjaan tertinggi pada
penduduk yang tidak bekerja sebesar 196.220 jiwa (39,73%) (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan [Badan Litbangkes], 2019).

Faktor risiko utama hipertensi adalah faktor genetik. Jika ada riwayat
keluarga dengan tekanan darah tinggi, maka seseorang memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Faktor-faktor genetik tertentu
dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap hipertensi. Semakin tua usia
seseorang, semakin tinggi risiko hipertensi. Ini sebagian disebabkan oleh
perubahan dalam elastisitas pembuluh darah dan penumpukan plak dalam
arteri. Gaya hidup juga berperan besar dalam risiko hipertensi. Diet tinggi
garam, lemak jenuh, dan makanan olahan adalah faktor risiko. Merokok dan
minum alkohol dalam jumlah berlebihan adalah faktor risiko tambahan yang
dapat meningkatkan tekanan darah. Kegemukan dan jumlah lemak jenuh
tinggi dalam darah juga berkontribusi dalam kejadian hipertensi. Penyakit
seperti diabetes dan penyakit ginjal kronis juga dapat meningkatkan risiko
hipertensi. (WHO, 2021).
Berdasarkan data di atas, hipertensi adalah penyakit kronis yang tiap
tahunnya mengalami peningkatan kejadian. Hipertensi yang lama tidak
terkontrol dapat menyebabkan terjadinya komplikasi, seperti gagal jantung
kongestif, stroke, retinopati, dan gagal ginjal. Di Dunia, komplikasi
hipertensi menjadi penyebab 9,4 juta kematian per tahun (WHO, 2021).
Menurut CDC (2020), 7 dari 10 orang Amerika Serikat yang mengalami
gagal jantung kronis merupakan penderita hipertensi. Menurut International
Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia,
penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh stroke
(Kemenkes RI, 2018).
Di Indonesia, terdapat sekitar 18.917 jiwa (32,27%) tidak rutin
meminum obat anti hipertensi. Menurut data, alasan pasien tidak rutin
minum obat anti hipertensi karena merasa sudah sehat dengan prevalensi
sebesar 16.055 jiwa (59,8%). Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini
terjadi adalah kurangnya pengetahuan tentang hipertensi yang sebagian
besar tidak menimbulkan gejala (Badan Litbangkes, 2019).
Komponen penting untuk mengendalikan hipertensi adalah pengetahuan,
yang berhubungan dengan tingkat penghentian intervensi yang lebih rendah,
mengikuti perilaku intervensi, dan pengendalian penyakit yang lebih baik
oleh pasien. Pasien hipertensi diharapkan memiliki pengetahuan tentang
hipertensi yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pentingnya
pemantauan tekanan darah, serta pengobatan dan bahaya yang dapat timbul
bila tidak meminum obat (Pramestutie dan Silvania, 2016). Sehingga,
pengetahuan pasien yang lebih dalam tentang hipertensi akan sangat
berpengaruh terhadap sikap patuh untuk berobat (Jankowska-Polanska et al.,
2016).
Melalui kepatuhan, pasien dapat mencapai efektivitas terapi yang
diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas hidupnya (Sinuraya dkk.,
2017). Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap kehidupannya di
tengah masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada terkait
dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian (World Health Organization
[WHO], 1997). Agar mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, pasien
hipertensi perlu mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan penyakit
hipertensi, terutama komplikasi yang mungkin terjadi (Alshammari et al.,
2021).
Menurut Alshammari et al. (2021), individu dengan pengetahuan yang
baik menunjukkan fungsi sosial dan praktik kesehatan yang baik terutama
dalam mengontrol tekanan darahnya. Tingkat pengetahuan dan pemahaman
pasien hipertensi tentang penyakitnya dapat mempengaruhi kepatuhan
terapi. Hal ini dapat ditandai dengan tekanan darah pasien yang terkontrol
dengan baik. Sehingga secara tidak langsung hal ini akan turut
meningkatkan kualitas hidup pasien hipertensi (Sinuraya dkk., 2017).
Pada penelitian Amer et al. (2019) menunjukkan, bahwa terdapat
korelasi positif antara pengetahuan tentang hipertensi dengan health-related
quality of life (HRQoL) pasien hipertensi (p<0,001). Dalam hal ini,
pengetahuan yang didapat pasien hipertensi yaitu melalui konseling tentang
modifikasi gaya hidup. Sedangkan, pada penelitian Alshammari et al. (2021)
menunjukkan hubungan yang lemah antara pengetahuan tentang hipertensi
dengan skor HRQoL pasien hipertensi.
Berdasarkan uraian di atas dan tingginya prevalensi hipertensi di
Puskesmas Sawan II, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang
gambaran karakteristik pasien hipertensi pada Puskesmas Sawan II. Pada
Penelitian kali ini akan membahas mengenai Gambaran Kualitas Hidup
Pasien Hipertensi Pada Puskesmas Sawan II.

DAFPUS BAB 1

1.World Health Organization (WHO), 2021. Hypertension. Geneva: World Health


Organization.
2.Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2020. High Blood Preassure.
Georgia: Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and
Prevention.
3. Alexander, M.R., and Madhur, M.S., 2019. What is The Global Prevalence of
Hypertension (High Blood Pressure). New York: Medscape.
4. Nawi, A.M., et al., 2021. The prevalence and risk factors of hypertension among the
urban population in Southeast Asian countries: A systematic revoew and meta-analysis.
International Journal of Hypertension, pp. 1-14.
5.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes), 2019. Hasil
Utama RISKESDAS 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
6. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. 2018. Klasifikasi Hipertensi. Available at:
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakijantung-dan-
pembuluh-darah/page/28/klasifikasi-hipertensi
7.Pramestutie, H.R., dan Silvania, N., 2016. Tingkat pengetahuan pasien hipertensi
tentang penggunaan obat di Puskesmas Kota Malang. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia,
5(1), pp. 26-34.
8.Jankowska-Polanska, et al., 2016. Relationship between patients knowledge and
medication adherence among patients with hypertension. Dove Press Journal: Patient
Preference and Adherence.
9.Sinuraya, R.K., dkk., 2017. Pengukuran tingkat pengetahuan tentang hipertensi pada
pasien hipertensi di Kota Bandung: Sebuah studi pendahuluan. Jurnal Farmasi Klinik
Indoensia, 6(4), pp. 290-7.
10.World Health Organization (WHO), 1997. WHOQOL Measuring Quality of Life.
Geneva: Programme on Mental Health World Health Organization.
Ganti Lembar ini sesuai Tema masing”
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka perumusan masalah
penelitian ini adalah “Gambaran Tingkat Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Pada
Puskesmas Sawan II”.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengidentifikasi karakteristik pasien hipertensi di Puskesmas Sawan II secara
umum.

Tujuan Khusus
Mengetahui Gambaran Kualitas Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Sawan II.

Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kepustakaan serta pembelajaran
untuk perkembangan ilmu kesehatan. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan referensi untuk penelitian di bidang kedokteran berikutnya.

Manfaat Praktis
A. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kualitas hidup
masyarakat khususnya yang mengalami hipertensi dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien hipertensi.

B. Bagi petugas kesehatan


Hasil penelitian ini dapat memberikan data dan masukan untuk perkembangan
ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam

Anda mungkin juga menyukai