Disusun Oleh
dr. Jason Jonathan
Faktor risiko utama hipertensi adalah faktor genetik. Jika ada riwayat
keluarga dengan tekanan darah tinggi, maka seseorang memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Faktor-faktor genetik tertentu
dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap hipertensi. Semakin tua usia
seseorang, semakin tinggi risiko hipertensi. Ini sebagian disebabkan oleh
perubahan dalam elastisitas pembuluh darah dan penumpukan plak dalam
arteri. Gaya hidup juga berperan besar dalam risiko hipertensi. Diet tinggi
garam, lemak jenuh, dan makanan olahan adalah faktor risiko. Merokok dan
minum alkohol dalam jumlah berlebihan adalah faktor risiko tambahan yang
dapat meningkatkan tekanan darah. Kegemukan dan jumlah lemak jenuh
tinggi dalam darah juga berkontribusi dalam kejadian hipertensi. Penyakit
seperti diabetes dan penyakit ginjal kronis juga dapat meningkatkan risiko
hipertensi. (WHO, 2021).
Berdasarkan data di atas, hipertensi adalah penyakit kronis yang tiap
tahunnya mengalami peningkatan kejadian. Hipertensi yang lama tidak
terkontrol dapat menyebabkan terjadinya komplikasi, seperti gagal jantung
kongestif, stroke, retinopati, dan gagal ginjal. Di Dunia, komplikasi
hipertensi menjadi penyebab 9,4 juta kematian per tahun (WHO, 2021).
Menurut CDC (2020), 7 dari 10 orang Amerika Serikat yang mengalami
gagal jantung kronis merupakan penderita hipertensi. Menurut International
Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia,
penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh stroke
(Kemenkes RI, 2018).
Di Indonesia, terdapat sekitar 18.917 jiwa (32,27%) tidak rutin
meminum obat anti hipertensi. Menurut data, alasan pasien tidak rutin
minum obat anti hipertensi karena merasa sudah sehat dengan prevalensi
sebesar 16.055 jiwa (59,8%). Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini
terjadi adalah kurangnya pengetahuan tentang hipertensi yang sebagian
besar tidak menimbulkan gejala (Badan Litbangkes, 2019).
Komponen penting untuk mengendalikan hipertensi adalah pengetahuan,
yang berhubungan dengan tingkat penghentian intervensi yang lebih rendah,
mengikuti perilaku intervensi, dan pengendalian penyakit yang lebih baik
oleh pasien. Pasien hipertensi diharapkan memiliki pengetahuan tentang
hipertensi yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pentingnya
pemantauan tekanan darah, serta pengobatan dan bahaya yang dapat timbul
bila tidak meminum obat (Pramestutie dan Silvania, 2016). Sehingga,
pengetahuan pasien yang lebih dalam tentang hipertensi akan sangat
berpengaruh terhadap sikap patuh untuk berobat (Jankowska-Polanska et al.,
2016).
Melalui kepatuhan, pasien dapat mencapai efektivitas terapi yang
diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas hidupnya (Sinuraya dkk.,
2017). Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap kehidupannya di
tengah masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada terkait
dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian (World Health Organization
[WHO], 1997). Agar mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, pasien
hipertensi perlu mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan penyakit
hipertensi, terutama komplikasi yang mungkin terjadi (Alshammari et al.,
2021).
Menurut Alshammari et al. (2021), individu dengan pengetahuan yang
baik menunjukkan fungsi sosial dan praktik kesehatan yang baik terutama
dalam mengontrol tekanan darahnya. Tingkat pengetahuan dan pemahaman
pasien hipertensi tentang penyakitnya dapat mempengaruhi kepatuhan
terapi. Hal ini dapat ditandai dengan tekanan darah pasien yang terkontrol
dengan baik. Sehingga secara tidak langsung hal ini akan turut
meningkatkan kualitas hidup pasien hipertensi (Sinuraya dkk., 2017).
Pada penelitian Amer et al. (2019) menunjukkan, bahwa terdapat
korelasi positif antara pengetahuan tentang hipertensi dengan health-related
quality of life (HRQoL) pasien hipertensi (p<0,001). Dalam hal ini,
pengetahuan yang didapat pasien hipertensi yaitu melalui konseling tentang
modifikasi gaya hidup. Sedangkan, pada penelitian Alshammari et al. (2021)
menunjukkan hubungan yang lemah antara pengetahuan tentang hipertensi
dengan skor HRQoL pasien hipertensi.
Berdasarkan uraian di atas dan tingginya prevalensi hipertensi di
Puskesmas Sawan II, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang
gambaran karakteristik pasien hipertensi pada Puskesmas Sawan II. Pada
Penelitian kali ini akan membahas mengenai Gambaran Kualitas Hidup
Pasien Hipertensi Pada Puskesmas Sawan II.
DAFPUS BAB 1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengidentifikasi karakteristik pasien hipertensi di Puskesmas Sawan II secara
umum.
Tujuan Khusus
Mengetahui Gambaran Kualitas Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas Sawan II.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kepustakaan serta pembelajaran
untuk perkembangan ilmu kesehatan. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan referensi untuk penelitian di bidang kedokteran berikutnya.
Manfaat Praktis
A. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kualitas hidup
masyarakat khususnya yang mengalami hipertensi dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien hipertensi.