Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN PENERAPAN EDUKASI PROSES PENYAKIT TERHADAP

STATUS KENYAMANAN PADA PASIEN HIPERTENSI

DI RUMAH SAKIT ALIYAH 1

OLEH :

NAMA : ROSNA AFRIANTI

NIM : P003200190089

TINGKAT : 3B KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN D-III KEPERAWATAN


BAB 1

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah seseorang di atas

normal yang dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan

angka kematian (mortalitas) (Sumartini et. al, 2019). Hingga saat ini hipertensi masih

menjadi masalah kesehatan yang cukup besar untuk tetap diatasi. WHO (World

Health Organization) menyebutkan bahwa hipertensi menyerang 22% penduduk

dunia, dan mencapai 36% angka kejadian di Asia Tenggara. Hipertensi juga menjadi

penyebab kematian dengan angka 23,7% dari total 1,7 juta kematian di Indonesia

tahun 2016 (Anitasari, 2019).

Menurut Welton et. al ( 2018) secara garis besar hipertensi atau tekanan darah

tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik 90

mmHg. dengan dua kali pengukuran dengan jelang waktu lima menit dengan keadaan

cukup istrahat / tenang, lebih lanjut, Kemenkes Repoblik Indonesia menjelaskan

bahwa hipertensi merupakan penyakit yang memiliki prevelensi besar sebanyak

25,8%, berdasarkan data Riset Kesehatan 2013 dan naik menjadi 34,1% berdasarkan

data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 ( Rikesdas Kementrian Kesehatan RI,2013 :

2018 ).

Hipertensi adalah kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit

kardiovaskuler. Hipertensi merupakan faktor penyebab utama kematian akibat stroke

dan faktor yang dapat memperberat infrk miokard (seragan jantung). Kondisi

tersebut adalah ganguan yang paling umum pada pasien dengan tekanan darah tinggi.
Sejalan dengan pertambahan usia, hampir setiap orang akan mengalami kenaikan

tekanan darah (Arif et al, 2019 ).

Kasus hipertensi mengalami kenaikan 80% terutama di negara berkembang

tahun 2015 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan mejadi 1,15

milliar kasus ditahun 2025. Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari

WHO (World Health Organization), pada tahun 2025 diperkirakan kematian akibat

penyakit jantung dan pembuluh darah akan meningkat menjadi 20 juta jiwa,

kemudian akan terus meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6 juta penduduk

akan meninggal akibat penyakit hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun

(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi

hipertensi sebesr 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan

13,3% orang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum

obat Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui

bahwa dirinya hipertensi sehinga tidak minum obat . ( P2PTM, Kemenkes RI, 2019 ).

Di Sulawesi Tenggara, data yang diperoleh dari 82.425 orang atau 8%

penduduk berusia 18 tahun ke atas yang dilakukan pengukuran tekanan darah ,

sebanyak 31.817 oran atau 38,60% yang mengalami hipertensi. Berdasarkan jenis

kelamin, hipertensi lebih banyak ditemukan pada laiki-laki yaitu sebesar 50,32%

sedangkan pada perempuan hanya sebesar 34,67%. ( Dinas Kesehatan Provinsi

Sulwesi Tenggara, 2016).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di ruma sakit aliyah 1 pada tangal 28

maret 2023, didapatkan jumalah pasien hipertensi dari tahun 2019-2021 sebanyak

85 orang. Dimana pada tahun 2019 berjumlah 34 orang diantaranya 29 perempuan

dan 5 laki - laki, 2020 berjumalah 26 orang diamana 18 perempuan dan 8 laki-laki,
dan pada tahun 2021 berjumalah 25 orang 17 perempuan dan 8 laki-laki.

( Rumah Sakit Aliyah 1, 2023 ).

Pasien dengan hipetensi akan mengalami tanda dan gejala gangguan rasa

nyaman, gangguan rasa nyaman adalah perasaan tidak senang, tidak lega dan tidak

sempurna, dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Akibat yang

akan ditimbulkan adalah mual, kebingungan, kelelahan, dan sulit tidur. Apabila tidak

segerah diatasi maka akan menyebabkan pembuluh darah menyempit dan akan

menyebabkan terhambat nya jaringan sel otak. pasien hipertensi dengan ganguan

rasa nyaman, perawat dapat memberikan informasi ( penkes ), tindakan keperawatan

seperti teknik nafas dalam, massange, kompres, dan kolaborasi dalam pemberian

obat- obatan ( Rusdi et al, 2017).

Alamri, et al (2015) menyatakan bahwa kenyamana pasien didapatkan dari

kualitas pelayanan yang baik dari rumah sakit. Penggabungan yang baik dari unsur-

unsur dimensi kualitas pelayanan perawat dapat menghasilkan pasien yang merasa

puas dan nyaman. Kenyamanan yang sudah baik seharusnya dipertahankan dan

ditingkatkan menjadi lebih baik lagi sehingga dapat memenuhi kepuasan pasien.

Adanya hubungan kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien karena kualitas

pelayanan merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab perawat sebagai

komponen yang menjalankan pelayanan tersebut, oleh sebab itu perawat harus

mampu memberikan pelayanan yang memuaskan setiap pasien yang berkunjung dan

kualitas pelayanan harus diterapkan sesuai dengan ketentuan maupun kebijakan yang

ditetapkan untuk institusi kesehatan, karena tingkat kepuasan merupakan patokan dari

berkualitasnya pelayanan suatu institusi (Andriani, 2017).

Pelayanan edukasi merupakan suatu bentuk pelayanan pendidikan kesehatan

yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat (Waluyo, 2010). Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa

pendidikan kesehatan untuk pasien di rumah sakit adalah pemberian pengalaman

kepada pasien dan keluarganya yang berupa pemberian informasi tentang

kesehatan yang diperlukan untuk melanjutkan program pengobatan, rehabilitasi,

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan yang dapat dilakukan di rumah,

sehingga dapat mengembalikan dan meningkatkan status kesehatan dalam

mencapai derajat kesehatan yang optimal(Wada et al, 2020).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

peneltian megenai gambaran penerapan edukasi proses penyakit terhdap status

kenyamanan pada pasien hipertensi di wilayah kerja Rumah Sakit Aliyah 1.


B. RUMSAN MASALAH

Bagaiamana gambaran penerapan edukasi proses penyakit terhadap status

kenyamanan pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Aliyah 1

C. TUJUAN STUDI KASUS

Mengambarkan penerapan edukasi proses penyakit terhadap status

kenyamanan pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Aliyah 1

D. MANFAAT STUDI KASUS

1. Bagi masyarakat

Manfaat bagi masyarakat adalah agar masyarakat dapat menerapkan edukasi

proses penyakit khususnya pada penyakit hipertensi.

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi

Manfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi adalah menamba keluasan

ilmu dan teknologi terapan di bidang keperawatan sehingga dapat memberikan

teknik edukasi proses penyakit terhadap status knyamanan pada pasien

hipertensi.

3. Bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam pengaplikasian hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang edukasi proses penyakit terhadap status

kenyamanan pada pasien hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai