Anda di halaman 1dari 16

Nama : Kharisma Diyanti Sianturi

NIM : 211000303
Kelas : D

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER IKM 3109 ADVOKASI


KESEHATAN
JUMAT, 22 DESEMBER 2023 PUKUL: 08.30-09.30 WIB

Jawaban UAS dikumpul di GCR Ibu Lita (kode akan dishare pada pada
komting) Menggunakan Times new romans 12, rata kanan dan kiri.
BUATLAH PERENCANAAN ADVOKASI KESEHATAN SESUAI
DENGAN 7 LANGKAH BERIKUT (sesuai dengan tugas kelompok
masing-masing).
Tuliskan Kelompok dan Judul Tugas Kelompok Anda

1
Rencana Advokasi Kesehatan Pada Kejadian Hipertensi di Kota
Medan

KELOMPOK 6
Kharisma Divayanti Sianturi : 211000303
Retna Asrifatul Hidayah : 211000308
Rhefina Effendi Siregar : 211000310
Saskia Berutu : 211000330
Trifesa Manalu : 211000355
Alvera Teresia Br. Kembaren :211000364
Hosana Maria Ginting :211000378
Nurul Syafira Ramadhani :211000383
Thasya Angelina Lumban Tobing :211000386
Nazwa Azzahra :211000387
Trias Leliana Koibur :211000393

2
1. Identifikasi dan Memahami Masalah

Berdasarkan dari profil WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia Tenggara,
ada lima penyakit tidak menular dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu
penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, diabetes mellitus, dan
cedera. Dari ke lima penyakit tersebut hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian
yang ada di Asia Tenggara. Data WHO (2018) menyatakan bahwa sekitar 972 juta orang
di seluruh dunia atau sekitar 24 % penduduk dunia mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6 % pria dan 26,1 % wanita.
Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) 2019,
Asia Tenggara berada di posisi 3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25% dari total
penduduk.Berdasarkan data Kemenkes RI 2018, tercatat prevallensi hipertensi di
Indonesia berada di posisi 3 dibandingkan wilayah lain di Asia Tengara. Berdasarkan
data Kemenkes RI 2018, tercatat prevalensi hipertensi di Indonesial sebesar 658.201 juta
jiwa.
Prevalensi hipertensi tertinggi tercatat di DKI Jakarta sebesar 121.153 juta jiwa
daln prevalensi terendah berada di Papua Barat sebesar 2.163 jiwa. Pada tahun 2018,
Kemenkes RI mencatat prevalensi hipertensi di Sumatera Utara berada di posisi 4
dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes RI) juga mencatat prevalensi hipertensi di Kota Medan mencapai posisi
tertinggi sebesar 7.174 jiwa dan di Pakpak Barat mencapai posisi terendah sebesar 121
jiwa.
Berdasarkan beberapa puskesmas di Kota Medan, Puskesmas Mandala
menduduki posisi tertinggi untuk penderita hipertensi yaitu sebesar 4.483 jiwa.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Puskesmas Mandala tercatat faktor risiko
yang tertinggi pada penderita hipertensi yaitu kolesterol.5 Secara umum faktor tertinggi
kejadian hipertensi yaitu meningkatnya kadar kolesterol darah sebesar 52,3%.

2. Pemanfaatan Data Sebagai Bahan Advokasi

 Data Kasus Hipertensi


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung negara-negara untuk
mengurangi hipertensi sebagai masalah kesehatan masyarakat. Pada tahun 2021,

3
WHO merilis pedoman baru tentang pengobatan farmakologis hipertensi pada orang
dewasa. Publikasi ini memberikan rekomendasi berbasis bukti untuk memulai
pengobatan hipertensi, dan interval tindak lanjut yang direkomendasikan. Dokumen
tersebut juga mencakup target tekanan darah yang ingin dicapai untuk pengendalian,
dan informasi tentang siapa, dalam sistem layanan kesehatan, yang dapat memulai
pengobatan.

Berdasarkan data WHO yang dirilis pada 16 Maret 2023 mengenai hipertensi
bahwa prevalensi hipertensi bervariasi antar wilayah dan kelompok pendapatan
negara. WHO Wilayah Afrika mempunyai prevalensi hipertensi tertinggi (27%)
sedangkan WHO Wilayah Amerika mempunyai prevalensi hipertensi terendah (18%).
Jumlah orang dewasa yang menderita hipertensi meningkat dari 594 juta pada tahun
1975 menjadi 1,13 miliar pada tahun 2015, dengan peningkatan yang sebagian besar
terlihat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Peningkatan ini
terutama disebabkan oleh peningkatan faktor risiko hipertensi pada populasi tersebut.
Diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia
menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan 46% orang dewasa penderita
hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Kurang dari
separuh orang dewasa (42%) penderita hipertensi didiagnosis dan diobati. Sekitar 1
dari 5 orang dewasa (21%) dengan hipertensi dapat mengendalikannya. Hipertensi
merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Salah satu target global
untuk penyakit tidak menular adalah mengurangi prevalensi hipertensi sebesar 33%
antara tahun 2010 dan 2030.

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran


pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan
(44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun
(55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum
obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak
mendapatkan pengobatan. Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain
4
karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke
fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain
(12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek
samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%). Prevalensi
hipertensi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 6.7% dari jumlah penduduk di
Sumatera Utara berdasarkan data Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan pada Badan Pusat Statistik Kota
Medan pada tahun 2019 diketahui jumlah kasus Hipertensi sebanyak 89.333 dengan
persentase 18,3.

Hipertensi sering disebut sebagai ‘the silent killer” karena sering tanpa keluhan,
sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi tetapi kemudian
mendapatkan dirinya sudah terapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi.
Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada
besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati. Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)
tahun 2017 menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan
disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Year’s (DAILYs)
untuk semua kelompok umur. Berdasarkan DAILYs tersebut, tiga faktor risiko
tertinggi pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan tekanan darah sistolik, dan
peningkatan kadar gula. Sedangkan faktor risiko pada wanita yaitu peningkatan
tekanan darah sistolik, peningkatan kadar gula darah dan IMT tinggi. Data Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa biaya
pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2016
sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah.

3. Tujuan Advokasi

Tujuan Kunci Advokasi yaitu : Menanggulangi prevalensi kasus Hipertensi pada


masyarakat usia produktif dari 18,3% menjadi 15,3% dengan melakukan gerakan cegah
dan kendalikan hipertensi untuk hidup sehat lebih lama melalui gerakan CERDIK dan
PATUH. Dengan regulasi setiap puskesmas dikota medan wajib memberikan anggaran
dana untuk mendukung dalam menjalankan program CERDIK dan PATUH.

5
4. Target dari Advokasi Kesehatan pada Penyakit Hipertensi

Target Audiens pada perencanaan ini adalah masyarakat yang berusia produktif
yaitu usia 25 - 54 tahun di wilayah Kota Medan.
Hal ini karena menurut data (Kemenkes RI, 2019) prevalensi hipertensi pada
kelompok usia 18-24 tahun yaitu sebesar 13.2% dan pada kelompok usia 25-34 tahun
sebesar 20.1% dimana kelompok tersebut merupakan kelompok usia produktif,
prevalensi kelompok usia produktif tersebut cenderung mengalami peningkatan,
dibandingkan pada tahun 2013 dimana prevalensi hipertensi pada kelompok usia 15- 24
tahun yaitu sebesar 8,7% dan pada kelompok usia 25-34 sebesar 14,7% (Kemenkes RI,
2013).
Kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi pada kelompok usia produktif
salah satunya disebabkan oleh tingkat kesibukan dan gaya hidup yang tidak sehat,
sehingga meningkatkan risiko hipertensi pada kelompok usia produktif(Kasumayanti and
Maharani, 2021). Rendahnya perilaku hidup sehat seperti kurang aktivitas fisik, kurang
konsumsi buah dan sayur, kebiasaan merokok, kebiasaan minum minuman beralkohol,
pola makan kurang baik seperti tinggi garam dan lemak merupakan salah satu dari
banyaknya gaya hidup yang menjadi penyebab hipertensi termasuk pada kelompok usia
produktif (WHO, 2021).

5. Analisis SWOT pada Hipertensi

Analisis SWOTmerupakan instrument ampuh dalam penentu strategi, keampuhan


tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi untuk memaksimalkan
peran kekuatan dan memanfaatkan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat
meminimalisir kelemahan yang terdapat tubuh organisasi dan menekan dampak
ancaman yang timbul dan harus dihadapi.
Berikut analisis SWOT terhadap hipertensi:

Strenght (Kekuatan)
1. Tersedianya obat-obatan yang efektif untuk mengontrol tekanan darah tinggi.
2. Ada dukungan dari pemerintah dalam penyuluhan dan pengendalian penyakit
hipertensi.

6
3. Polanya penyakit yang cenderung dapat dikendalikan melalui perubahan gaya
hidup.
4. Adanya layanan kesehatan yang memadai dan mencakup pengobatan hipertensi.
5. Ada akses mudah terhadap informasi tentang hipertensi dan cara mengontrolnya.
6. Tersedianya program screening hipertensi secara rutin di tempat-tempat umum
seperti pusat kesehatan.
7. Peningkatan kesadaran akan pentingnya olahraga dalam menjaga kesehatan dan
mengendalikan tekanan darah.
8. Tersedianya suplemen dan makanan tambahan yang diketahui dapat membantu
mengatur tekanan darah.
9. Adanya literatur medis yang tersedia untuk membantu menginformasikan
masyarakat tentang hipertensi.
10. Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang dekat dengan tempat tinggal
masyarakat.

Weakness (Kelemahan)
1. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai bahaya hipertensi
2. Kurangnya akses ke layanan kesehatan yang memadai di daerah terpencil.
3. Tingkat pendidikan yang rendah mengenai pentingnya pencegahan dan pengobatan
hipertensi.
4. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang efek samping obat-obatan
hipertensi.
5. Keterbatasan dana untuk memperoleh obat-obatan dan layanan kesehatan
berkualitas.
6. Kurangnya tempat olahraga dan fasilitas yang mendorong gaya hidup aktif di
sekitar lingkungan.
7. Kurangnya pengawasan pemerintah terhadap iklan makanan yang tinggi garam.
8. Tingkat kepatuhan yang rendah dalam pengobatan dan perubahan gaya hidup yang
dianjurkan.
9. Kurangnya penekanan pada pentingnya pencegahan hipertensi dibandingkan
pengobatan.
10. Kurangnya penekanan pada pentingnya deteksi dini hipertensi dan screening rutin.

Opportunity (Peluang)
7
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan dan
pencegahan penyakit.
2. Peningkatan jumlah penduduk yang mencari informasi tentang hipertensi secara
online.
3. Adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan
penyebaran informasi secara luas.
4. Hadiah program pemerintah yang mendukung akses mudah terhadap obat-obatan
hipertensi.
5. Perubahan tren gaya hidup menuju pola makan sehat dan olahraga teratur.
6. Peningkatan jumlah pusat kesehatan masyarakat yang menyediakan layanan
pengobatan hipertensi.
7. Pertumbuhan jumlah ahli gizi dan penasihat kesehatan yang dapat memberikan
panduan mengenai pola makan sehat.
8. Berkembangnya trend teknologi wearable yang dapat membantu memantau
tekanan darah dengan mudah.
9. Peningkatan popularitas makanan tambahan yang diketahui dapat membantu
mengontrol hipertensi.
10. Peran positif media dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya pencegahan hipertensi.

Threat ( Ancaman)
1. Peningkatan prevalensi penyakit gaya hidup seperti hipertensi akibat perubahan
pola makan dan kurangnya aktivitas fisik.
2. Peningkatan tekanan darah tinggi pada usia yang lebih muda akibat gaya hidup
modern yang tidak sehat.
3. Meningkatnya stres dan tekanan emosional yang merupakan faktor risiko
hipertensi.
4. Kemudahan akses terhadap makanan siap saji yang tinggi garam dan lemak jenuh.
5. Meningkatnya angka obesitas dan kegemukan yang merupakan faktor risiko
hipertensi.
6. Peningkatan prevalensi penyakit terkait hipertensi seperti gagal jantung dan stroke.
7. Tingginya biaya pengobatan dan perawatan untuk pasien hipertensi.
8. Peningkatan penggunaan obat-obatan dengan efek samping yang berpotensi
menjadi faktor risiko lainnya.
8
9. Kurangnya dukungan dari perusahaan terkait pencegahan hipertensi dalam
lingkungan kerja.
10. Ketergantungan pada obat-obatan pengendali tekanan darah yang mungkin
memiliki efek samping jangka panjang.

6. Hubungan Kerjasama dalam melakukan Advokasi Kesehatan pada


penyakit Hipertensi

Peluang kerjasama dibutuhkan untuk membangun konstituen dalam hal


mendukung keberhasilan advokasi. Semakin besar basis dukungan, semakin besar
peluang keberhasilan advokasi
1) Kerjasama dengan rumah sakit.
Kerjasama advokasi hipertensi dengan pihak rumah sakit bisa meliputi
penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini dan pengelolaan hipertensi,
menyediakan layanan screening gratis, serta bekerja sama dalam program edukasi
untuk pasien tentang gaya hidup sehat dan manajemen penyakit. Kerjasama
semacam ini dapat membantu meningkatkan kesadaran dan perawatan bagi
individu yang terkena hipertensi.
2) Kerjasama dengan lembaga kesehatan.
Kerjasama advokasi hipertensi dengan lembaga kesehatan bisa mencakup
pengembangan program edukasi tentang pencegahan dan manajemen hipertensi,
menyediakan sumber daya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
kondisi ini, serta bekerja sama dalam kampanye kesadaran dan deteksi dini.
Lembaga kesehatan juga dapat membantu dalam menyediakan layanan screening
dan perawatan bagi individu yang terkena dampak hipertensi.
3) Kerjasama dengan pemerintah.
Kerjasama advokasi hipertensi dengan pemerintah daerah bisa meliputi:
 Pembentukan Kebijakan: Pemerintah berpartisipasi dalam pengembangan
kebijakan kesehatan yang mendukung pencegahan dan perawatan hipertensi
di tingkat lokal.
 Program Edukasi: Menyelenggarakan kampanye penyuluhan publik tentang
pencegahan, deteksi dini, dan manajemen hipertensi.
 Pendukung Layanan Kesehatan: Menyediakan layanan screening gratis,
mengadakan program-program deteksi dini di fasilitas kesehatan, atau

9
menyediakan akses ke perawatan bagi mereka yang terkena dampak
hipertensi.
 Kolaborasi dalam Program Kesehatan Masyarakat: Berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat yang bertujuan meningkatkan
pemahaman dan pencegahan penyakit hipertensi.
Melalui kerjasama ini, upaya untuk mengurangi dampak hipertensi bisa lebih
efektif dilakukan di tingkat lokal dengan dukungan penuh dari pemerintah
daerah.
4) Kerjasama dengan organisasi masyarakat.
Organisasi masyarakat memiliki peran penting dalam keberhasilan
advokasi mengenai hipertensi, seperti:
 Penyebaran Informasi: Menjadi penyedia informasi kesehatan yang dapat
diandalkan bagi masyarakat dalam memahami hipertensi, gejala, pencegahan,
dan manajemennya.
 Peningkatan Kesadaran: Menggerakkan kesadaran masyarakat melalui
kampanye, seminar, dan kegiatan edukasi untuk meningkatkan pemahaman
akan bahaya hipertensi dan pentingnya pencegahan
 Penggalangan Dukungan: Mengumpulkan dukungan dari berbagai pihak,
termasuk individu, bisnis lokal, lembaga kesehatan, dan pemerintah, untuk
mendukung program-program pencegahan dan manajemen hipertensi.
 Mendorong Perubahan Gaya Hidup: Mengajak masyarakat untuk mengadopsi
gaya hidup sehat, seperti olahraga teratur, pola makan seimbang, dan
menghindari kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko hipertensi.
5) Kerjasama dengan ahli kesehatan seperti dokter.
Peran tenaga kesehatan dan dokter dalam advokasi mengenai hipertensi
sangat signifikan, seperti:
 Pendeteksian Dini: Melakukan skrining teratur untuk mendeteksi hipertensi
pada pasien mereka sehingga dapat memberikan intervensi lebih awal.
 Edukasi dan Kesadaran: Memberikan informasi yang akurat dan pemahaman
yang baik kepada pasien mengenai penyebab, risiko, dan cara mengelola
hipertensi.
 Bimbingan dan Dukungan: Memberikan saran dan dukungan kepada pasien
dalam mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk perubahan pola makan,
olahraga, manajemen stres, dan penggunaan obat-obatan jika diperlukan.
10
 Pengelolaan dan Perawatan. Menyediakan perawatan yang diperlukan,
termasuk pemantauan teratur dan penyesuaian pengobatan sesuai dengan
kebutuhan individu.

7. Penyusunan Agenda Kegiatan Advokasi Secara Detail

Nama Kegiatan : Kegiatan yang dilakukan dalam upaya penanggulangan penyakit


hipertensi adalah program advokasi penyakit hipertensi dengan cara sosialisasi kepada
masyarakat tentang penyakit hipertensi, gejala, serta pencegahannya serta mengajak
masyarakat untuk melakukan program CERDIK.

A. Tujuan yang akan dicapai

Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Media

Memaparkan Memberikan Peserta seminar Power point,


tentang penyakit edukasi serta dengan kelompok proyektor dan
hipertensi serta informasi mengenai umur 17-29 tahun selebaran
dampaknya bagi pencegahan yang berada di
tubuh penyakit hipertensi wilayah kota
Medan sebanyak
50 orang

Mengarahkan Agar para peserta Peserta seminar Power point,


peserta seminar menyadari bahwa yang hadir proyektor, serta
untuk melakukan memeriksakan alat pemeriksa
pemeriksaan kesehatan secara tekanan darah.
tekanan darah rutin penting
sehingga gejala
hipertensi bisa
diatasi sebelum
parah

Memberikan Agar masyarakat Peserta seminar Ceramah


pengarahan mengerti tentang yang hadir
tentang program program advokasi

11
advokasi tersebut
penyakit
hipertensi

B. Waktu pelaksanaan:

Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Pelaksana Penanggungjawab

09.00–09.30 Registrasi Panitia Panitia


pendaftaran
peserta
seminar

09.30-09.40 Pembukaan Moderator Panitia


kegiatan
seminar

09.40-09.50 Pembacaan Moderator Panitia


doa

09.50-10.00 Kata Bapak Panitia


sambutan dari Camat
bapak camat

10.00-10.10 Kata Kepala Panitia


sambutan dari Puskesmas
kepala
puskesmas

10.10-11.00 Penyampaian Kadis Panitia


materi oleh Promosi
kadis promosi Kesehatan
kesehatan
dinas

12
kesehatan
tentang
penyakit
hipertensi

11.00-11.15 Sesi tanya Moderator Panitia


jawab serta dan
diskusi Pemateri
mengenai
materi yang
telah
disampaikan

11.15-11.30 Post Test Moderator Panitia

11.30-11.45 Pemberian Moderator Panitia


hadiah kepada
pemenang
post test serta
cinderamata
kepada
pemateri

11.45-12.00 Foto bersama Moderator Panitia


dan penutup

C. Yang melakukan kegiatan


Yang akan melakukan kegiatan advokasi tersebut adalah mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU berjumlah 11 orang

D. Informasi yang mendukung


Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 34,1%. Ini mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi

13
hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%. Diperkirakan hanya 1/3 kasus
hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis Data Riskesdas
tahun 2018 di Indonesia menunjukkan bahwa satu dari tiga penduduk usia > 18 tahun
mempunyai tekanan darah tinggi (Hipertensi).

Prevalensi Hipertensi tahun 2020 diperoleh dari data Riskesdas Tahun 2018
dimana angka prevalensi Provinsi Sumatera Utara meningkat dari 24,7% menjadi
29,2%. Hipertensi masuk kedalam 10 jumlah kasus penyakit terbanyak pada tahun
2018 dan menduduki peringkat kedua setelah ISPA dengan jumlah kasus penyakit
Hipertensi di kota Medan sebanyak 89.333 kasus dengan persentase 18,03%.

Prevalensi hipertensi di Propinsi Sumatera Utara berdasarkan data Badan


Litbangkes Kementerian Kesehatan mencapai 5,52% dari jumlah penduduk di
Sumatera Utara. Prevalensi hipertensi pada penduduk usia ≥ 18 tahun menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan peringkat tertinggi sebesar
8,21% pada Kabupaten Karo, diikuti Sibolga sebesar 7,85%.

E. Pesan yang akan disampaikan


Pesan yang akan disampaikan pada kegiatan ini adalah pelaksaan program cerdik
yang dapat menguntungkan dan memberi dampak bagi wilayah dalam melakukan
program tersebut sehingga program cerdik itu memiliki dampak yang besar dalam
penurunan angka Hipertensi yang ada.

F. Saluran komunikasi
Saluran Komunikasi yang dilakukan dalam advokasi penyakit hipertensi adalah
melalui media ppt yang berisi materi tentang informasi penyakit hipertensi dan cara
pencegahannya dan melalui spanduk yang berisi tentang program yang dapat
mengedukasi masyarakat dalam mengatasi penyakit hipertensi yang akan dipasang di
balai desa dan puskesmas.
G. Rencana evaluasi program yang akan dilakukan
Rencana evaluasi program yang akan dilakukan, yaitu:

Sebelum :

14
Sebelum melakukan advokasi penyakit hipertensi maka kita harus mepersiapkan
terlebih dahulu seperti tempat, media serta dana yang diperlukan dalam kegiatan ini.
setelah semuanya siap baru bisa kita memulai kegiatan tersebut.

Selama Kegiatan :

Selama kegiatan berlangsung yang diharapkan adalah sasaran dapat mengikuti dengan
baik dan serius serta interaktif bertanya soal penyakit hipertensi. Sasaran juga
mengikuti kegiatan dengan baik, melakukan tes hipertensi serta dapat mengerti
tentang program penyakit hipertensi.

Setelah Kegiatan :

Setelah kegiatan yang diharapkan adalah sasaran yang mengikuti kegiatan ini semakin
lebih tahu tentang penyakit hipertensi, menambah wawasannya, menerapkan apa saja
yang bisa dilakukan seperti mengikuti program cerdik untuk menekan angka
hipertensi sehingga dengan begitu penyakit hipertensi bisa berangsur-angsur
berkurang angka kasusnya.

15
16

Anda mungkin juga menyukai