Anda di halaman 1dari 24

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEHATAN

Pokok Bahasan
• Analisis Kebijakan
• Model Analisis Implementasi
MODEL IMPLEMENTASI
1. Model Merilee S. Grindle (1980).
• Keberhasilan proses implementasi
kebijakan sampai kepada tercapainya hasil
tergantung kepada kegiatan program yang
telah dirancang dan pembiayaan cukup,
• selain dipengaruhi oleh Content of Policy
(isi kebijakan) dan Contex of
Implementation (konteks implementasinya).
• Isi kebijakan (Content of Policy) yang dimaksud meliputi:
– Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan (interest
affected).
– Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit).
– Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change
envisioned).
– Kedudukan pembuat kebijakan (site of decision
making).
– Para pelaksana program (program implementators).
– Sumber daya yang dikerahkan (Resources commited).
• Konteks implementasi (Contex of
Implementation) yang dimaksud:
– Kekuasaan (power).
– Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest
strategies of actors involved).
– Karakteristik lembaga dan penguasa (institution
and regime characteristics).
– Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana
2. Edward III
• Pendekatan ini dianggap lebih kondusif di dalam memahami kompleksitas
persoalan implementasi yang seringkali terjadi di dalam kegiatan dan aktivitas
implementasi kebijakan publik
• Pendekatan dalam studi implementasi kebijakan dimulai dengan pertanyaan:
– Apa saja prakondisi-prakondisi bagi keberhasilan implementasi kebijakan?
– Apa saja hambatan-hambatan utama bagi keberhasilan implementasi
kebijakan?
• Jawabannya berdasarkan tampilan 4 variabel yaitu:
– Komunikasi,
– Dukungan Sumber Daya,
– Disposisi (sikap) aparat pelaksana dan
– Struktur Birokrasi
• Komunikasi (communication): perintah untuk
mengimplementasikan kebijakan mesti ditransmisikan
(dikomunikasikan) kepada personalia yang tepat. Ada
tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi
kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan
(clarity).
• Sumberdaya (resources): masalah sumber daya harus
memadai terutama SDM dan yang penting meliputi staf
dengan ukuran/jumlah yang cukup dan tepat dengan
keahlian yang diperlukan; selain itu berhubungan dengan
wewenang, dan fasilitas;
• Disposisi atau sikap (dispositions): perilaku, sikap dari para
implementor dan disposisi dari atasan (superior) mesti tahu
apa yang harus dikerjakan dan memiliki kapasitas untuk
melakukan hal itu. Kecenderungan dari para pelaksana
mempunyai konsekunsi-konsekuensi penting bagi
implementasi kebijakan yang efektif.
• Struktur birokrasi (bureaucratic structure): organisasi harus
terstruktur secara jelas. Prinsipnya berhubungan dengan
Prosedur kerja dan ukuran dasarnya (SOP), Hierarkhis
struktur organisasi, koordinasi, desentralisasi, kewenangan
dsb
Model Edward III
3. Model Mazmanian dan sabastier
• Pelaksanaan atau implementasi kebijakan publik
yang dilakukan dalam konteks manajemen adalah
berada di dalam kerangka organizing-leading-
controling yang dapat diartikan bahwa ketika
kebijakan sudah dirumuskan, maka tugas
selanjutnya adalah mengorganisasikan,
melaksanakan kepemimpinan untuk memimpin
pelaksanaan dan implementasinya, serta melakukan
pengendalian pelaksanaan atau implementasi
kebijakan tersebut
• .
• variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-
tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi:
1. Variabel independent, yaitu mudah tidaknya masalah
dikendalikan yang berkenaan dengan indikator
masalah teori dan teknis pelaksanaan keragaman
objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.
2. Variabel intervening, yaitu variabel kemampuan
kebijakan untuk menstruktur proses implementasi
dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan,
keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelaksana
dan perekrutan pejabat pelaksanaan dan
keterbukaan kepada pihak luar.
3. Variabel dependent, yaitu pemahaman dari
lembaga/badan pelaksana dalam bentuk kebijakan
pelaksanaan, kepatuhan objek, hasil nyata,
penerimaan atas hasil nyata dan kebijakan yang
bersifat mendasar
Untuk mengimplementasikan kebijakan secara
optimal ada enam syarat yaitu :
• Adanya tujuan yang ditetapkan secara legal atau
sah, jelas dan konsisten,
• Adanya landasan teori sebab akibat yang tepat pada
setiap perumusan dan implementasi kebijakan yang
menghubungkan perubahan perilaku kelompok
sasaran dengan tercapainya tujuan akhir yang
diinginkan,
• Proses implementasi yang distruktur secara legal
guna mendorong adanya atau timbulnya kepatuhan
dari para pejabat pelaksana dan kelompok sasaran,
• Adanya komitmen dan kecakapan (politik dan manajerial)
yang dimiliki oleh para aparat pelaksana untuk
memanfaatkan sumber–sumber bagi tercapainya tujuan
kebijakan,
• Adanya dukungan politik yang aktif dari para pemegang
kekuasaan (eksekutif, dan legislatif) dan kelompok
kepentingan, dan
• Prioritas pelaksana tujuan kebijakan pokok atau utama
tidak boleh terganggu oleh adanya kebijakan lain yang
bertentangan, atau adanya perubahan kondisi sosial
ekonomi tidak boleh mengganggu secara substansial
terhadap pelaksanaan teknis dan dukungan politik serta
teori sebab–akibat dari pelaksanaan kebijakan atau
program yang ada.
4. Model Van Meter dan Van Horn
• Mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan
suatu model konseptual yang mempertalikan kebijakan dengan prestasi kerja
(performance)
• Model ini tidak dimaksudkan untuk mengukur dan menjelaskan hasil akhir dari
kebijakan pemerintah, tetapi untuk mengukur dan menjelaskan apa yang
dinamakan pencapaian program atau tujuan dari kebijakan itu sendiri (Kinerja
Kebijakan)
1.Standard (ukuran dasar) dan tujuan kebijakan. Ini berkaitan dg sejauhmana
standard direalisasikan, sebab : sering telalu luas dan kabur, shg susah diukur
2.Sumber- sumber Kebijakan → sumber daya manusia dengan kompetensi dan
kapabilitasnya, sumber daya finansial, serta fasilitas pendukung yang dapat
menunjang keberhasilan implementasi
3. Karakteristik badan pelaksana → karakteristik, norma dan pola hub yang ada.
Dalam hal ini yg harus dicermati adalah : kompetensi dan jumlah staff, Rentang
kendali (hierarki), dukungan politik yg dimiliki, kekuatan organisasi, derajad
keterbukaan dan kebebasan komunikasi, keterkaitan dg pembuat kebijakan
4. Sikap pelaksana, → pesepsi pelaksana atas masalah, standard dan tujuan yang
mungkin mempengaruhi kemampuan dan keinginan mereka untuk melaksanakan
kebijakan, yaitu kognisi (komprehensi, pemahaman) tentang kebijakan, macam
tanggapan terhadap kebijakan (penerimaan, netralitas, penolakan)
5. Komunikasi antar organisasi & keg pelaksanaan, → khususnya
mengkomunikasikan standard aturan, dan dapat dipahami sebagai hubungan
koordinasi antar unit dalam satu organisasi pelaksana maupun antar lembaga yang
berada dalam lingkup pelaksana kebijakan
6. Kondisi sosial ekonomi dan politik, → dianggap sebagai pengaruh dari
lingkungan eksternal terhadap karakter-karakter agen-agen pihak pelaksana
5. Model Goggin
6. Model G. Shabbir Cheema dan Denis A.
Rondinelli
Slide Title
Product A Product B
• Feature 1 • Feature 1
• Feature 2 • Feature 2
• Feature 3 • Feature 3

Anda mungkin juga menyukai