Anda di halaman 1dari 5

Data 

World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar


orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang  yang terkena hipertensi, dan
diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya.
roblem kesehatan global terkait hipertensi dirasakan mencemaskan dan menyebabkan biaya
kesehatan tinggi. Tahun 2005 saja hampir 1 miliar penduduk dunia menderita hipertensi.

Jumlah ini diperkirakan akan melonjak menjadi 1,5 miliar pada 2025. Dua pertiga penderita
hipertensi hidup di negara miskin dan berkembang.

Prevalensi hipertensi di Indonesia 31,7 persen. Artinya, hampir 1 dari 3 penduduk usia 18 tahun ke
atas menderita hipertensi. Sebagian besar penyebab hipertensi tak diketahui. Berbagai faktor terkait
dengan genetik dan pola hidup, seperti aktivitas fisik yang kurang, asupan makanan asin dan kaya
lemak, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol berperan dalam hal ini.

Kebanyakan penderita hipertensi tidak merasakan keluhan apa pun. Hal inilah yang membuat
banyak penderita mengabaikan lonjakan tekanan darah. Masih banyak masyarakat dunia yang
kurang menyadari ancaman hipertensi mengundang keprihatinan Liga Hipertensi Dunia sehingga
menetapkan setiap 17 Mei sebagai Hari Hipertensi Sedunia.

World Hypertension Day (WHD) atau Hari Hipertensi Dunia diperingati setiap tahun
setiap tanggal 17 Mei sejak 2005. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan
informasi kepada seluruh masyarakat di dunia agar memberikan perhatian, peran serta
dan mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan masalah hipertensi
sebagai silent killer, yang berpotensi menyebabkan epidemi di dunia.
Hari Hipertensi Dunia 2019 mengusung  tema Nasional  “Know Your
Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK.”. Tema ini
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat bahwa
hipertensi dapat dicegah dan diobati. Tema tersebut juga menegaskan agar setiap
orang  melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala dan mencegah serta
mengendalikan hipertensi.

23,7 % dari 1,7 juta Kematian di Indonesia tahun 2016 tersebab Hipertensi
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017, menyatakan bahwa
dari 53,3 juta kematian didunia didapatkan penyebab kematian akibat penyakit
kardiovaskuler sebesar 33,1%, kanker sebesar 16,7%, DM dan gangguan endokrin 6%
dan infeksi saluran napas bawah sebesar 4,8%. Data penyebab kematian di Indonesia
pada tahun 2016 didapatkan total kematian sebesar 1,5 juta dengan penyebab
kematian terbanyak adalah penyakit kardiovaskuler 36,9%, kanker 9,7%, penyakit
DM dan endokrin 9,3% dan Tuberkulosa 5,9%. IHME juga menyebutkan bahwa dari
total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan faktor risiko yang menyebabkan
kematian adalah tekanan darah (hipertensi) sebesar 23,7%, Hiperglikemia sebesar
18,4%, Merokok sebesar 12,7% dan obesitas sebesar 7,7%.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar
orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan
diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya.
Pembiayaan JKN untuk Hipertensi terus meningkat tiap tahun
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa
biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 
2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017  dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah.
Riskesdas 2018 : 63 Juta lebih penduduk Indonesia  menyandang Hipertensi
Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada
penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%),
sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di
Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat
hipertensi sebesar 427.218 kematian.
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun
(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1%
diketahui bahwa sebesar  8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang
terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa
dirinya  Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.
https://indonesiabaik.id/infografis/waspada-jumlah-penderita-hipertensi-terus-meningkat

http://scholar.unand.ac.id/22316/3/2.%20BAB%20I.pdf

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia
menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi
terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017 menyatakan tentang faktor risiko penyebab
kematian prematur dan disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years (DAILYs) untuk
semua kelompok umur. Berdasarkan DAILYs tersebut, tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu
merokok, peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula.

Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%)
merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International
Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab kematian pada
peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa,
Sirosis , diare, PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta kecelakaan lalu
lintas.

Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi
mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan
tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah.

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun
sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun
(55,2%).

Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3%
orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak
mendapatkan pengobatan.

Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%),
kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain
(12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan
obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).

Tingkat kewaspadaan penduduk Indonesia atas penyakit hipertensi atau tekanan darah
tinggi sejatinya mesti terus dijaga. Mengapa? Karena data organisasi kesehatan dunia
PBB (WHO) pada 2015 seperti disitat dari laman Kementerian Kesehatan RI
menunjukkan sekitar 1,13 orang di dunia menderita hipertensi.
Data itu mengartikan bahwa saat ini, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
hipertensi. Dan WHO menginformasikan salah satu penyebab utamanya adalah karena
hanya 36,8% penderita hipertensi di dunia yang minum obat. Lalu bagaimana di
Indonesia?
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung (30,%) dan yang
terendah di Papua (16,8%). Sementara itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional
(Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk
usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4%.

Anda mungkin juga menyukai