Anda di halaman 1dari 68

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

Skripsi, Agustus 2020

MADE KARTIKA YASA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN


PENGOBATAN HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP MAMPU PONED KIBANG BUDI
JAYA TAHUN 2020

xvi + 97 Halaman + 12 Tabel + 2 Gambar + 5 Lampiran

Komplikasi yang terjadi pada penderita hipertensi selain mengakibatkan gagal


jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit
serebrovaskular. Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat
tahun 2019, pelayanan kesehatan penderita hipertensi (19,45%), dengan jumlah
sasaran sebanyak 38.906 dan kunjungan sebanyak 13.364 (34,35%), di Puskesmas
Kibang Budi Jaya dengan jumlah sasaran hipertensi 2361 pencapaian hanya
sebesar 820 (34,73%). Tujuan penelitian diketahui faktor - faktor yang
mempengaruhi kepatuhan pengobatan hipertensi pada Penderita Hipertensi di
Puskesmas Kibang Budi Jaya Tahun 2020.

Penelitian Kuantitatif dengan pendekatan cros sectional. Variabel yang di pakai


dalam penelitian ini adalah pengetahuan, dukungan keluarga, keyakinan, sikap
dan kepatuhan pengobatan hipertensi. Populasi dari penelitian adalah seluruh
pasien hipertensi di Puskesmas Kibang Budi Jaya Tahun 2020, waktu penelitian
dilaksanakan bulan Mei – Juli 2020, analisa data menggunakan uji Chi-Square.

Hasil penelitian diketahui bahwa dari total 73 responden, sebanyak 44 responden


(60,3%) patuh dalam pengobatan, 46 responden (63%) pengetahuan baik, 38
responden (52,1%) dengan dukungan keluarga baik/mendukung, sebanyak 40
responden (54,8%) keyakinan postif. sebanyak 52 responden (71,2%) sikap postif.
hasil uji statistik didapati ada hubungan pengetahuan p-value 0,004 OR 4,817,
dukungan keluarga p-value 0,000 OR 10,222, keyakinan p-value 0,000 OR 7,000
dan hubungan sikap p-value 0,028 OR 3,656 dengan Kepatuhan Pengobatan
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Kibang Budi Jaya Tahun
2020. Saran bagi petugas kesehatan membuat poster, leaflet. Sebagai sarana
informasi tentang penyakit Hipertensi bagi masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan terutama tentang
penyakit Hipertensi.

Kata Kunci : Pengetahuan, dukungan keluarga, keyakinan, sikap, kepatuhan


Kepustakaan : 27 (2011-2019)

1
2

COMMUNITY HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF HEALTH
UNIVERSITY OF MITRA INDONESIA

Undergraduate Thesis, August 2020

MADE KARTIKA YASA

FACTORS AFFECTING COMPLIANCE WITH HYPERTENSION


TREATMENT IN HYPERTENSION PATIENTS AT UPTD MAMPU PONED
KIBANG BUDI JAYA KIBANG BUDI JAYA IN 2020

xvi + 97 Pages + 12 Tables + 2 Pictures + 5 Attachments

Complications that occur in patients with hypertension in addition to causing heart


failure, hypertension can result in kidney failure and cerebrovascular disease.
Based on the Health Office of Tulang Bawang Barat Regency in 2019, health
services for people with hypertension (19.45%), with a target number of 38,906
and 13,364 visits (34.35%), at Kibang Budi Jaya Community Health Center with a
target number of hypertension 2361, the achievement was only 820 (34.73%). The
aim of the study was to determine the factors that influence hypertension
treatment adherence to hypertension sufferers at the Puskesmas Kibang Budi Jaya
in 2020.

Quantitative research. analitic with a cros sectional approach. The variables used
in this study were knowledge, family support, beliefs, attitudes and adherence to
hypertension treatment). The population of this study all hypertensive patients at
the Puskesmas Kibang Budi Jaya in 2020, when the study was conducted in May -
July 2020, test statistic using Chi-Square Test.

The results showed that from a total of 73 respondents, 44 respondents (60.3%)


adhered to treatment, 46 (63%) respondents had good knowledge, 38 (52.1%)
respondents with good / supportive family support, as many as 40 respondents
( 54.8%) positive belief. as many as 52 (71.2%) respondents with positive
attitudes. The results of statistical tests found that there was a relationship between
knowledge p-value 0.004 OR 4,817, family support p-value 0,000 OR 10,222,
confidence p-value 0,000 OR 7,000 and an attitude relationship p-value 0.028 OR
3.656 with adherence to hypertension treatment in hypertension sufferers in
Puskesmas Kibang Budi Jaya in 2020. suggestions for health workers to make
posters, leaflets. As a means of information about hypertension for the
community, so that it can increase public knowledge about health, especially
about hypertension

Keywords: Knowledge, family support, belief, attitude, obedience


Bibliography: 27 (2011-2019)
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit Tidak Menular (PTM) Utama adalah jenis penyakit yang tidak
menular namun dapat menyebabkan kematian seperti penyakit hipertensi ,
penyakit karsinoma ganas, penyakit pembuluh darah kronik, penyakit
pernafasan obstruksi kronis. Kasus kematian karena Penyakit Tidak
Menular (PTM) seharusnya dapat dicegah terutama dengan menerapkan
berbagai penyebab resiko yaitu gaya olah tubuh yang meliputi kebiasaan
menghirup nikotin, makan makanan kurang sehat, kurangnya gerak fisik dan
intake minuman menggandung alkohol. (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2016).

Data Global Status Report Noncomunicable Disesases dari World Health


Organizasion (WHO) menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang
mempunyai penderita hipertensi, untuk kawasan Asia, penyakit ini telah
membunuh 1,5 juta penduduk setiap tahunnya. (Schlein, 2013).

Di seluruh dunia, peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5


juta kematian, (Yonata, 2016). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 dilaporkan kejadian hepertensi terjadi pada
penduduk berumur delapanbelas tahun keatas sebanyak duapuluh lima
koma delapan persen. Dari 15 juta penderita hipertensi, 50% penyakit
hipertensinya belum terkendali (Riskesdas, 2018). Penyakit terbanyak
adalah hipertensi, dengan kejadian kasus empat puluh lima koma Sembilan
persen pada usia limapuluh lima sampai denagan tujuhpuluh empat tahun,
4

dan enampuluh tiga koma delapan persen pada umur tujuhpuluh lima
(Kementerian R.I., 2017).

Kejadian hipertensi di Provinsi Lampung, mencapai 30% untuk kasus


kejadian hipertensi esensial, dan 17% untuk kasus penyakit hipertensi lain.
Hipertensi juga menjadi penyumbang terbesar kedua terhadap angka
kematian ibu sebesar 35 kasus setelah perdarahan sebesar 46 kasus (Dinas
Kesehatan (Dinkes Provinsi Lampung, 2017).

Pada profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2016, berdasarkan kejadian


hipertensi khususnya hipertensi essensial (Primer) menduduki peringkat ke-
2 dengan jumlah kasus sebesar 6.801 kasus. Sedangkan berdasarkan pola 10
besar penyakit terbanyak pada pasien di Puskesmas di Provinsi Lampung
tahun 2015 hipertensi essensial juga menduduki peringkat ke-2 (158.262
kasus) disusul penyakit lain pada saluran nafas. Berdasarkan kabupaten/kota
prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan pengukuran tekanan darah adalah
di Kabupaten Lampung Barat dan Tulang Bawang masing-masing yaitu
10,2% (Dinkes Provinsi Lampung, 2017).

Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2019,


pelayanan kesehatan penderita hipertensi (19,45%), dengan jumlah sasaran
sebanyak 38.906 dan kunjungan sebanyak 13.364 (34,35%), dengan masing
perolehan yaitu Puskesmas Toto Mulyo (77,17%), Puskesmas Toto Katon
(68,56%), dan Puskesmas Panaragan Jaya (54,20%), Puksesmas Marga
Kencana (8,56%), Puskesmas Mulya Asri (12,22%), dan Puskesmas Karta
Raharja (17,06%), Puskesmas Kibang Budi Jaya (34,73%), Puskesmas
Gilang tunggal makarta yaitu (53,83%), Puskesmas Mercubuana (32,71%),
Puksemas Pagar dewa (21,17%). Selain itu terdapat Juga Puskesmas Mulya
asri (12,22%), Puskesmas Daya Murni (21.87%) dan Puskesmas Totokaton
(68,56%), Puskesmas Suka Jaya (27,17%), Puskesmas Dwikora Jaya
(20,74) dan Puskesmas Indraloka Jaya (24,70). Dari Penjabaran diatas maka
5

dengan angka persentase kunjungan 3 tertinggi yaitu Puskesmas Toto


Mulyo (77,17%), Puskesmas Toto Katon (68,56%), dan Puskesmas
Panaragan Jaya (54,20%). Sedangkan 3 Puskesmas dengan angka presentase
kunjungan terendah yaitu Puksesmas Marga Kencana (8,56%), Puskesmas
Mulya Asri (12,22%), dan Puskesmas Karta Raharja (17,06%) dan di
Puskesmas Kibang Budi Jaya dengan jumlah sasaran hipertensi 2361 jiwa
pencapaian hanya sebesar 820 jiwa (34,73%), dilihat dari data Kabupaten
Tulang Bawang Barat termasuk pada kunjungan terendah di Kabupaten
Tulang Bawang Barat (Dinkes Kab. Tubabar, 2019).

Berdasarkan data Puskesmas Kibang Budi Jaya tahun 2017 angka


kunjungan hipertensi sebanyak 304 jiwa dan pada tahun 2018 angka
kunjungan sebanyak 567 jiwa. Pada tahun 2019 penyakit hipertensi berada
pada urutan ketiga dalam 10 besar penyakit yang ada di Puskesmas Kibang
Budi Jaya dengan sasaran sebanyak 2.361 jiwa, dan kunjungan sebanyak
820 jiwa (34,73%) (Puskesmas Kibang Budi Jaya, 2019). Pada tahun 2020
data penderita hipertensi bulan januari sampai maret berjumlah 855 jiwa,
dengan rincian kunjungan baru bulan januari sebanyak 15 orang (L=10,
P=5), bulan februari sebanyak 15 orang (L=8, P=7), dan bulan maret
sebanyak 5 orang (L=5, P=0) (Puskesmas Kibang Budi Jaya, 2020).

Puskesmas Kibang Budi Jaya merupakan Puskesmas dengan tipe Rawat


Inap Mampu PONED dari 16 Puskesmas yang ada di wilayah kerja
kabupaten Tulang Bawang Barat. Puskesmas Kibang Budi Jaya merupakan
Puskesmas Rujukan dengan tersedianya tenaga Dokter, Perawat, Bidan yang
sudah mendapat pelatihan tenaga medis mampu PONED dibanding dengan
Puskesmas terdekat yaitu Puskesmas Pagar Dewa, Puskesmas Gilang
Tunggal Makarta, dan Puskesmas Mercubuana yang belum tersedia tenaga
tersebut. Selain itu Puskesmas Kibang Budi Jaya merupakan Puskesmas
dengan tipe Rawat Inap Mampu PONED yang paling lengkap dalam hal
Ketenagaan dan Sarana Prasara Medis serta Penunjang Medik. Dilengkapi
6

pula penunjang kegiatan Luar gedung salah satunya yaitu Kegiatan


Posbindu.
Hasil Riset Gama (2019), koresponden yang tidak patuh memeriksakan
penyakitnya cenderung memiliki resiko tinggi terjadi serangan stroke.
Penyebab terjadinya serangan ini karena penyakit hipertensi (Gama, 2016).
Penelitian oleh Pratiwi (2017) tentang Faktor Mempengaruhi Kepatuhan
Pasien pada Hipertensi Dalam Penggunaan Obat, didapatkan faktor yang
tingkat pengetahuannya pasien hipertensi.

Berdasarkan hasil prasurey yang dilakukan pada tanggal 31 bulan Maret


2020, diketahui bahwa pada tahun 2019 penyakit Hipertensi berada pada
urutan ketiga dalam 10 besar penyakit yang ada di puskesmas Kibang Budi
Jaya dengan sasaran sebanyak 2.361, dan kunjungan sebanyak 820
(34,73%) Sebanyak 583 (65,17 %) penderita Hipertensi yang tidak
mendapatkan pengobatan sesuai standard dikarenakan tidak patuh dalam
pengobatan. Hasil wawancara pada 15 penderita hipertensi didapatkan 7
pasien Hipertensi lebih dominan mengatakan Malas Untuk berobat, 3 pasien
mengatakan Faskes yang jauh sehingga memilih dirumah, 2 pasien
mengatakan Tidak ada yang mengantar, 2 pasien mengatakan Tidak Punya
Uang untuk berobat, 1 pasien mengatakan Obat yang di berikan tidak
pernah habis, ada yg tersisa dan Saat tidak menunjukkan ada gejala, pasien
tidak konsumsi obat yg di berikan. Dari 7 pasien tidak rutin melakukan
kontrol rutin terlihat keadaan pasien lebih parah di bandingkan pasien
dengan rutin kontrol, terlihat seringnya dilakukan perawatan di Puskesmas
hingga terdapat 1 pasien sudah mengalami stroke ringan bagian tangan kiri
tidak dapat di gerakkan.

Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang


Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pengobatan Hipertensi
Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020.
7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat tahun 2019, pelayanan


kesehatan penderita hipertensi (19,45%), dengan jumlah sasaran sebanyak
38.906 dan kunjungan sebanyak 13.364 (34,35%), dengan angka persentase
kunjungan 3 tertinggi yaitu puskesmas Toto Mulyo (77,17%), puskesmas Toto
Katon (68,56%), dan puskesmas Penaragan Jaya (54,20%). Sedangkan 3
puskesmas dengan angka persentase kunjungan terendah yaitu Puskesmas
Marga Kencana (8,56%), Puskesmas Mulya Asri (12,22%), dan Puskesmas
Karta Raharja (17,06%) sedangkan di Puskesmas Kibang Budi Jaya dengan
jumlah sasaran hipertensi 2361 pencapaian hanya sebesar 820 (34,73%) dan
dilihat dari data Kabupaten TUBABA termasuk pada kunjungan terendah di
Kabupaten Tulang Bawang Barat (Dinkes Kab. Tubabar 2019)

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan Uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat
dirumuskan oleh penulis adalah Dari rumusan masalah yang ada, penulis
menarik kesimpulan dari permasalahan penelitian ini : “ Faktor – Faktor apa
sajakah Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned
Kibang Budi Jaya Tahun 2020 ?”.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahui Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pengobatan
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020.
8

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Diketahui distribusi frekuensi Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Di
UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya
Tahun 2020,
b. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan Di UPTD Puskesmas
Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020,
c. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga Di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020,
d. Diketahui distribusi frekuensi keyakinan Di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020,
e. Diketahui distribusi frekuensi sikap Di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020,
f. Diketahui hubungan pengetahuan dengan Kepatuhan Pengobatan
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020,
g. Diketahui hubungan dukungan keluarga terhadap Kepatuhan
Pengobatan Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020,
h. Diketahui hubungan keyakinan dengan Kepatuhan Pengobatan
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020,
i. Diketahui hubungan sikap dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi
Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Secara Teoritis
Penelitian ini harapanya dapat memberikan sumbangan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan. Dapat
juga digunakan sebagai dasar melakukan tindakan dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit, sumber data, dan perbandingan.
9

1.5.2 Secara Aplikatif


Hasil Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan atau masukan
terhadap Puskesmas dalam memberikan asuhan keperawatan
tentang hipertensi sehingga diharapkan dapat membantu
menururnkan angka kejadian kekambuhan hipertensi di Puskesmas
Kibang Budi Jaya.
1.6 Ruang Lingkup
Variabel yang di pakai dalam penelitian dalah variabel bebas (pengetahuan,
dukungan keluarga, keyakinan, sikap) dan variabel terikat (kepatuhan
pengobatan hipertensi). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien
hipertensi yang di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang
Budi Jaya Tahun 2020, waktu penelitian dilaksanakan bulan Mei – Juli 2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian

Hipertensi diartikan sebagai lonjakan tekanan darah sistol dan diastole


yang penybabnya dari aspek keturunan, stress, pola hidup, dan kadar
kolesterol tinggi. (INASH,2012).

2.1.2 Penyebab dan Faktor Resiko Hipertensi

a. Penyebab Hipertensi

1) Hipertensi primer

Hipertensi adalah lonjakan tekanan darah yang diakibatkan


peningkatan tekanan arteri oleh system homeostatik (Price, 2012).

2) Hipertensi sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder. (Price,


2012).

Menurut Irianto (2015) faktor menyebabkan terjadinya secara umum


adalah:

1. Racun
2. Keturunan
3. Umur
4. Jenis kelamin
5. Suku
6. Stres
7. Obesitas
8. Alkohol
9. Kafein

10
11

10. kurang berolahraga dan kolesterol tinggi.

(Sari, 2017).

Faktor Yang tidak dapat dikendalikan

1) Anak Cucu
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Suku atau etnis
5) Penyakit Ginjal
6) Obat-obataan
Penggunaan obat KB, NSAID, Eritropoietin dapat menyebapkan
lonjakan tekanan darah pada laki-laki maupun wanita..
7) Kejang pada kehamilan
8) Toksin timbal akut

Faktor yang dapat dikendalikan


1) Stress
Stres dapat menyebakan vaso konstrisi pembuluh perifer dan
menurunkan curah jantung sehingga menyebabkan aktivitas saraf.
2) Overweight
Obesitas. Lemak dapat menyumbat laju darah sehingga dapat
menikatkan tekanan darah.
3) Nutrisi
Asupan tinggi garam dapat menimbulkan perubahan tekanan
darah. Karena adanya rentensi natrium.
4) Menghirup asap rokok
5) Kurang olah raga
12

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi..orang dewasa menurut JNC (Joint National


Commite)

Klasifikasi tekanan darah..oleh JNC (Joint National Commite) untuk


dewasa ada empat kategori yaitu :

Tabel 2.1
Klasifikasi.tekanan.darah.untuk.dewasa umur ≥ 18 tahun
menurut JNC VII
Klasifikasi Tek darah Tek darah
sistolik diastolic
mm Hg mm Hg
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥ 160 atau ≥ 100
Sumber : DepKes,2006 dan Asdie,2012

2.1.4 Patofisiologi hipertensi

Faktor seperti kecemasan dan ketakutan, tingginya lemak darah dapat


merangsang vasokonstriktif yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah, penyempitan atau vasokonstruksi yang terjadi adalah dipembuluh
darah menyebabkan pelepasan hormone yang menghambat natrium
sehingga terjadi peningkatan tekanan. kecemasan dan ketakutan, tingginya
lemak darah dapat juga merangsang ginjal melepaskan hormone yang
meretensi natrium sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Dalam
batas normal tekanan darah yang meningkat maka tubuh hanya
menimbulkan gejala pusing dan berat di leher, namun bila bila tekanan
lebih dari dua ratus mmhg maka beresiko terjadinya kerusakan pembuluh
darah.
13

2.1.5 Tanda dan Gejala..Hipertensi


Kepala pusing, nyeri kepala, berat di tunggkuk, mudah marah, mual dan
tidak nafsu makan. Kabur atau ganda, tinnitus (telinga Berdenging)
dan..kesulitan tidur, (Irianto, 2015).
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikanurin, gula dalm darah
dan haematocrit, calsium dalam darah, lemak, HDL, LDL dan
triglisrida. . (Price,2012).
2.1.7 Komplikasi Hipertensi
Umumnya yang terjadi pada :
a. Jantung. terjadi akibat, penyakit jantung coroner yaitu akibat stress
yang berlebihan serta penumpukan lemak.
b. Bisa terjadi pecah pembuluh darah di otak
(Sari, 2017).
2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Joint National Committe (JNC) 8 (James, 2014)
Pola..gaya..hidup ; merkok, berat lebih,
alcohol, konsumsi garam berlebih
Respon tidak kuat

Pemilihan obat awal ACE inhibitor

Respon tidak adekuat

Naikkan dosis obat Ganti dengan obat lain Tambahkan bahan keduan
dari jenis yang berbeda

Respon tidak adekuat

Diberikan kepasien

Sumber : Smeltzer & bare (2002)


14

Penanganan medic yaitu dengan :


a) Terapi Farmakologi
1) Tujuan
Kasus penurunan mortalitas dan kelahiran berhubungan dengan
darah tinggi ini berhubungan terhadap kerusakan organ missal :
kejadian Stroke. Sari (2017).
2) Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan hipertensi
a) Diuretik
(1) Tiazid adalah obat yang paling sering digunakan,
efekdininya dihubungkan dengan diuresis natrium dan
depresi volume. Efek metaboliknya
merugikan :hipoglikemia yang disebabkan oleh kehilangan
kalium ginjal, hiperurekimia yang disebabkan karena retensi
asam urat, intoleransi karbohidrat dan hiperlipidemia.
(2) Diuretika yang bekerja pada ansa henle tubulus yang lebih
paten : Furosemide dan bumetanid. Namun penggunaannya
kurang luas lama kerjanya lebih pendek. Efek sampingnya
depresi kalium, hiperurikemia, hiperglikemia, hipokalsemia,
diskrasia darah, ruam, mual, muntah, diare. Indikasinya
untuk hipertensi ringan, sebagai penunjang pada hipertensi
berat atau maligna terutama dengan gagal ginjal.
Kontraindikasi pada pasien hiperurikemia, aldosteronisme
primer, sediaan obat oral 20 – 80 mg.
(3) Spironolakton indikasi nya digunakan untuk hipertensi yang
disebabkan oleh hipermineralokortikoid, kontraindikasi
pada gagal ginjal efek samping hiperkalemia, diare,
menstruasi tidak teratur. Dosis oral 25 mg
(4) Triamteren sama dengan spironolakton. Dosis 50 – 100 mg
(5) amilorid sama dengan spironolakton. Dosis 5-10 mg.
b) Obat antiadrenergik
(1) Klonidin, hipertensi ringan sampai sedang, penyakit ginjal
dengan hipertensi. Efek samping hipotensi postural,
15

ngantuk, mulut kering, hipertensi timbul lagi setelah


penghentian tiba-tiba, insomnia.
(2) Guanabenz, Trimetafan, Fentolamin, Propanolol, labetolol

c) Vasodilator
(1) Hidralazin, indikasi sebagai penunjang dalam pengobatan
hipertensi sedang sampai berat. Kontraindikasi lupus
eritematosus, penyakit arteri koronaria berat. Efek samping
takikardia, angina pektoris, anoreksia, mual, muntah, diare,
sindroma seperti lupus, ruam, retensi cairan. Sediaan oral 10
– 75 mg dan IV / IM 10 – 50 mg.
(2) Minoksidil, Indikasi untuk hipertensi berat, kontraindikasi
penyakit arteri, koronaria berat. Efek samping takikardia,
memperburuk angina,. Bentuk sediaan oral 2,5 – 40 mg.
(3) Diazoksid, indikasi untuk hipertensi berat atau maligna.
Kontraindikasi pada diabetes mellitus, hiperurikemia, gagal
jantung kongestif. Efek samping hiperglikemia,
hiperurikemia, retensi natrium. Sediaan IV 1-3 mg/kg
samapi 150 mg secara cepat.
(4) Nitroprusid, hipertensi maligna. Efeksamping rasa kuatir,
kelemahan, diaforesis, mual, muntah, kedutan otot,
toksisitas sianida. Bentuk sediaan IV.

d) Inhibitor enzim pengubah angiotensin


(1) Kaptopril, indikasi untuk hipertensi ringan sampai sedang,
stenosis areri renalis bilateral. Kontra indikasi pada gagal
ginjal, stenosis arteri renalis bilateral, kehamilan. Efek
samping leukopenia, pansitopenia, hipotensi, batuk,
angioedema, ruam urtikaria, demam, hilangnya rasa,
stenosis arteri renalis bilateral, hiperkalemia. Bentuk
sediaan oral 12,5 – 75 mg
16

(2) Benazepril, Enalapril, Enalaprilat, Fosinopril, Lisinopril,


Quinapril dan Ramipril. Sama dengan kaptopril tetapi ada
leukopenia sedikit. Tetapi mungkin frekuensi terjadi batuk
dan angioedema meningkat. Semua dapat diberikan sekali
sehari.
e) Antagonis saluran kalsium
(1) Nifedipin, indikasi hipertensi ringan sampai sedang.
Kontraindikasi gagal jantung, blok jantung derajat dua
atau tiga. Efek samping takikardia, wajah kemerahan,
gangguan gastrointestinal, hiperkalemia, edema, sakit
kepala. Bentuk sediaan oral.
(2) Amlodipin, Felodipin XL, Isradipin, Nikardipin, Ditiazem
dan verapamil. Efek samping sama seperti nifedipin
kecuali tidak ada debar debar cepat jantung tetapi dapat
menjadi blok jantung, konstipasi dan gagal hati. Bentuk
sediaan oral. Sumber : Asdie (2012).
b) Terapi Nonfarmakologi
1) Mengurangi berat tubuh
Atur pola hidup, kurangi konsumsi NACL dan overweight.
2) Kegiatan yang dapat menurunkan Tensi
Bersepeda, marathon, bekerja ringan samapai sedang.
3) Mengadopsi Makanan yang mengandung Lemak lebih
Konsumsi makanan yang rendah lemak
Tabel 2.2
Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan
tekanan darah, range
Kurangi Overweight Menjaga berat ideal 5-20 mmHg/10-kg
Penurunan..BB
Makanan Konsumsi makanan tinggi 8-14 mm Hg
antioksidan
Konsumsi kurang NACL Konsumsi makanan rendah garam 2-8 mm Hg
Olah tubuh Rutin berolahraga 4-9 mm Hg
Hindari minuman keras Kurangi minuman yang 2-4 mm Hg
mengandung alkohol
Sumber : DepKes,2006 dan Shadine, 2010
17

4) Diit Rendah Garam


Makanan yang diannjurkan untuk penderita hipertensi adalah rendah
natrium clorida
5) Merrokok yang menyebabkan mendaptkan penyakit pembuluh
darah.
6) Relaksasi, bermeditasi, yoga, latihan otot ringan, dan tehnik nafas
dalam, serta massage

2.2 Kepatuhan
Kepatuhan merupakan niatan klien untuk mematuhi aturan konsumsi tonik
hipertensi (Lestari, 2019).

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


1. Pemahaman terhadap intruksi
Amanah yang merupakan alat untuk membuat klien mematuhi
semua perintah tenaga medis baik perawat maupun dokter. (Lcy
dan Spelman..dalam Niven, 2013)
Kriteria Tingkat Pemahaman.
Membuat kategori yaitu Pemahaman kategori baik dan Pemahaman
kategori kurang baik yaitu :
1) Pemahaman kategori baik jika nilai > 50 %
2) Pemahaman kategori kurang baik jika nilai ≤ 50%
(Budiman, 2013)
2. Kualitas interaksi

3. Isolasi..sosial..dan keluarga

4. Keyakinan, sikap dan..kepribadian


Merupakan sangat berguna memprediksi (Niven, 2013).
a. Keyakinan
18

Kepercayaan terhadap sesuatu individu yang bertujuan untuk


mencapai prilakukita sendiri (Niven, 2013).
b. Sikap (Attitude)
Prilaku seseorang individu yang baik maupun tidak baik (Priyoto,
2014)

1) Tingkatan Sikap
Sikap yang terdirir dari tahapan – tahanapan yaitu sebagai
berikut :
a) receiving, dapat memperhatikan responu objek.
b) responding, memberikan tanggapan apabila ditanya,
c) valuing, mendiskusikan masalah.
2) responsible, mempunyai peran tangung
3) Faktor yang mempengaruhi
Faktor yng mempengaruhi adalah sebagai berikut menurut
pendapat ahli (Azwar, 2016):
a) Pengalaman seseorang individu.

b) Pengaaruh orang lain yang sangat penting.

c) Keadaan Kebudayaan.

d) Media massa

4) Pengukuran Sikap
Dilaksanakan dengan Pengukuran..sikap yang
dapat..dilaksanakan..secara..langsung..dan tidak langsung.
(Notoatmodjo, 2012).

Masing-masing responden diminta melakukan setuji dan tidak


setuju untuk masing-masing item dalam skala yaitu dari 5 point
19

( Sangat seuju,..Setuju, Ragu-ragu,..Tidak setuju,..Sangat


Tidak..Setuju).

Perhitungan rumus pengkajian sikap dengan mengunakan model


skala Likert yaitu dengan menggunakan skor T dengan Rumus :

Keterangan : x = jumlah skor individu


x = rata-rata skor kelompok
s = standar deviasi

Setelah nilai rata-rata diketahui, maka dilakuakn pencarian z


skore diketahui T skore, dengan rumus sebagai berikut :         
T score = 50 + 10 (z skore)

Ketiga..komponen ini telah berhubungan dan menjadi


determinasi untuk hubungan tindakan seseorang telah dilakukan
atau tidak (Azwar, 2016).

2.3 Penelitian Terkait


Penelitian Mangendai (2017) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Berobat Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Ranotana Weru
dengan hasil menggunakan uji statistik chi square didapatkan untuk
pengetahuan nilai ρ = 0.008 < α = 0.05, motivasi nilai ρ = 0.011 < α = 0.05
dan dukungan keluarga nilai ρ = 0.001 < α = 0.05. Simpulan hasil penelitian
ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan,
motivasi dan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien
hipertensi di Puskesmas Ranotana Weru

Penelitian ini mempunyai satu atau dua perbedaan dengan penelitian yang
lain, dimana perbedaan tersebut terdapat pada variabel bebas yang peneliti
ambil terfokus terhadap diri responden yaitu pengetahuan, dukungan keluarga,
keyakinan dan sikap. Begitu juga dengan teknik pengambilan sampel yang
20

digunakan, peneliti menggunakan proportional sampling sehingga setiap


penderita hipertensi di masing – masing wilayah di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi responden. Perbedaan lain adalah, tempat penelitian yang peneliti
lakukan belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini
sehingga hasil yang didapat diharapkan dapat menjawab permasalahan yang
terjadi selama ini dan dapat menjadi acuan bagi pihak Puskesmas dalam
peningkatan kepatuhan pengobatan penderita hipertensi.

2.4 Kerangka Teori


Penyakit ini timbul akibat penyebab sebagai berikut yaitu usia, genetic, stress
dan lain lain. Modifikasi pola hidup sangat penting dalam dalam mencegah
dan mengentrol tekanan darah tinggi. Faktor, sehingga pasien hipertensi
walaupun sudah tahu..risiko tidak minum obat, apabila kesadaran untuk..patuh
minum obat diabaikan akan berakibat hipertensi yang tidak..terkontrol.:
Gambar 2.1
Kerangka Teori

Faktor Penyebab Hipertensi

1. Keturunan
2. Usia
3. Garam NACL
4. Colesterol
5. Overweight Hipertensi
6. Stres
7. Merokok
8. kopi
9. Minuman beralkohol
10. Kurang Olahraga (Irianto,
2015) Pengobatan penderita hipertensi

Terapi Farmakologi

Terapi Non Fakrmakologi

Faktor - Faktor mempengaruhi


Kepatuhan Pasien
1. Pemahaman / Pengetahuan
Terhadap Intruksi
2. Kualitas Interaksi (Peran patuh Tidak patuh
Petugas Kesehatan)
3. Isolasi Sosial Dan Keluarga
(Dukungan keuarga)
4. Keyakinan, Sikap Dan
Kepribadian
(Niven, 2013)
21

Tekanan Tekanan
darah darah tidak
terkontrol terkontrol

Sumber: Modifikasi Irianto (2015) , Sari (2017) dan Niven (2013)

2.5 Kerangka Konsep

Dari kerangka teori yang telah dikemukakan diatas, peneliti hanya akan
meneliti faktor kepatuhan yang dapat yaitu pengetahuan, dukungan
keluarga, keyakinan, sikap maka kerangka konsep dalam penelitian ini,
Banyak faktor yang menjadi faktor penyabab kepatuhan seseorang dalam
melakukan kontrol rutin penderita hipertensi, tetapi perilaku tersebut
memiliki alasan yang sangat mendasar dan berhubungan antara faktor satu
dengan faktor yang lain. Pengetahuan adalah suatu dasar yang mempengaruhi
sebuah perilaku seseorang, pengetahuan akan berpengaruh dengan keyakinan
sembuh yang di miliki penderita sehingga melakukan kepatuhan pengobatan
dan hal tersebut akan mempengaruhi pengambilan sikap seseorang dalam
berperilaku dalam pengobatan, selain itu ada dukungan keluarga menjadi
faktor dalam kepatuhan pengobatan karena penderita tidak dapat melakukan
kontrol secara mandiri, dari pengetahuan, dukungan keluarga, keyakinan,
sikap akan sangant berpengaruh terhadap kesembuhan, Banyak faktor yang
menjadi faktor penyabab kepatuhan seseorang dalam melakukan kontrol rutin
penderita hipertensi, maka kerangka konsep pada pnelitian ini adalah : .

Gambar 2.3
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Dukungan anggota Keluarga


Kepatuhan..Pengobatan.
Keyakinan Penderita.Hipertensi

Sikap
22

2.2 Hipotesis..Penelitian

Merupakan suatu jawaban sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan


penelitian, setelah di lakukan penelitian hipotesis yang di dapatkan adalah:

Ha :

1. Ada..hubungan pengetahuan dengan..Kepatuhan Pengobatan Hipertensi


Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

2. Ada..hubungan..dukungan..keluarga…dengan..kepatuhan Pengobatan
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

3. Ada .. hubungan Keyakinan dengan kepatuhan Pengobatan Hipertensi


Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

4. Ada….hubungan….sikap..dengan..kepatuhan Pengobatan Hipertensi


Pada Penderita..Hipertensi…..Di UPTD Puskesmas Rawat Inap
Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif yang artinya metode yang
berdasarkan pada filsafat positifisme. Rencana penelitian dalam analisis ini
menggunakan.metode cross sectional (Riyanto, 2017)..
Pada.penelitian.ini.diketahui.Faktor.-.Faktor.Yang.Mempengaruhi.Kepatuhan.
Pengobatan.Hipertensi.Pada.Penderita.Hipertensi.Di.UPTD.Puskesmas.Rawat.
Inap.Mampu.Poned.Kibang.Budi.Jaya.Tahun.2020.

3.2 Waktu dan tempat penelitian


3.2.1 Waktu penelitian
Waktu.penelitian telah dilaksanakan.pada.bulan.Mei – Juli 2020 selama
19 hari.
3.2.2 Tempat.penelitian
Tempat.penelitian.ini telah dilaksanakan.di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya tahun 2020.

3.3 Subjek Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi.merupakan semua hal dalam pemeriksaan atau perkara yang di
periksa (Notoatmodjo, 2012). Seluruh penderita hipertensi di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya pada bulan
April 2020 dengan 2361 jumlah.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah hal yang diperiksa dan bisa meanggantikan seluruh
jumlah (Notoatmodjo, 2012). Dikarenakan banyaknya populasi
sehingga untuk meminimalkan sampel yang akan di ambil, maka
peneliti mengambil sampel dengan menggunakan rumus lameshow
dalam buku Riyanto (2017).

23
24

Keterangan :
N = Besar sampel
α = Probabilitas menolak Ho, padahal Ho benar
(dalam penelitian ini α = 5%, Z1-α/2 =1,96)
β = Probabilitas kesalahan menerima Ho, padahal Ho salah
(dalam penelitian ini digunakan β = 20%, Z1-β = 0,842)
Power = Kekuatan, dalam penelitian ini digunakan 95%
P1 dan P2 = Proporsi penelitian sebelumnya
Dalam penelitian ini penulis memakai besarnya sampel tertinggi
diantara variabel – variabel berikut ini yang mengacu pada rumus
diatas.
Tabel. 3.1

Nilai.Odds.Ratio.dan.perhitungan.besar.sampel.dari.penelitian.sebelumnya

Jumlah
peneliti Varibael P1 P2 Sampel
no
1 Kardinah Pengetahuan 0,72 0,48 65,95
2 Lubis dukungan keluarga 0,79 0,52 50,90
3 Sikap 0,97 0,03 7,52
Maulida
4 Pengetahuan 0,72 0,36 27,35
5 Pengetahuan 0,84 0,21 6,36
6 Magendai Sikap 0,79 0,4 23,56
Keyakinan 0,61 0,86 34,32
7 Pratama Pengetahuan 0,69 0,42 51,43

Maka rumus besar sampel dapat di aplikasikan sebagai berikut:


{1,96 √2 x 0,48 (1-0,48) + 0,84 √ 0,72 (1-0,72)+0,48(1-0,48}2
n=
(0,72-0,48)2

n = 65,9 dibulatkan menjadi 66 sampel


25

untuk menghindari bias dalam penelitian dan kesalahan dalam penelitian

maka peneliti menambah sampel sebanyak 10%, menjadi 66 + 10% = 73

sampel.

3.3.3 Tekhnik pengambilan sampel


Tekhnik yang digunakan penulis adalah proportional.sampling. Cara
ini dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bagian populasi
dengan mempertimbangkan besar kecilnya bagian - bagian populasi
tersebut. Metode ini dapat memberikan acuan generalisasi yang lebih
dapat dipertanggung jawabkan dari tanpa memperhitungkan besar
kecilnya bagian dari populasi. Pada penelitian..ini, sampel yang dipakai
adalah seluruh penderita.hipertensi. Kemudian peneliti menetapkan
sampel berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri sesuai dengan kriteria
yang diinginkan. Untuk mempermudah pengambilan sampel dan
ketepatan dalam pengambilan sampel untuk tiap desa di wilayah kerja
Puskesmas, maka peneliti telah menyediakan tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Proporsional pengambilan sampel

No Wilayah Total Hasil Jumlah


Responden
1 Kibang Budi Jaya 818 818 / 2361*73 25
2 Kibang tri Jaya 322 322 / 2361*73 10
3 Kibang Yekti Jaya 415 415 / 2361*73 13
4 Kibang Mulya Jaya 279 279 / 2361*73 9
5 Gunung Sari 267 267 / 2361*73 8
6 Sumber Rejo 260 260 / 2361*73 8
Jumlah 2361 73

Dalam penelitian ini peneliti langsung mengumpulkan data dari


penderita hipertensi dalam wilayah masing-masing yang ditemui namun
tetap peneliti memperhatikan kaidah-kaidah penelitian, yang peneliti
kategorikan pada kriteria dibawah ini :
1. Kriteria.Inklusi
a. Sanggup jadi penjawab.
26

b. Memiliki kartu berobat


c. Didiagnosa hipertensi baik sekunder maupun primer oleh dokter
d. Memiliki kemampuan komunikasi baik lisan dan tulisan dengan
baik, sehingga mempermudah dalam pengambilan data
e. Penderita hipertensi yang baru datang dari luar wilayah kerja
puskesmas, tidak dimasukkan dalam kategori responden

2. Kriteria eksklusi
a. Responden tuli / tidak bisa mendengar
b. Responden yang mengalami penurunan kesadaran atau
menderita stroke.

3.4 Variabel penelitian


Variabel yang digunakan yaitu variable dependen yakni kepatuhan
pengobatan hipertensi sedangkan variable independennya pengetahuan,
dukungan keluarga, keyakinan dan sikap.

3.5 Definisi.Operasional
Didefinisikan penjelasan tentang variable yang diuji oleh variable.
(Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1
Definisi.Operasional

No Variabel Devinisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


Operasional ukur
1 Variable Tindakan yang Kuesioner Mengisi 0 = tidak patuh
dependen dilakukan oleh kuesioner (jika nilai
Kepatuhan responden terkait responden ≤ Ordinal
pengobatan dengan 30)
hipertensi pengobatan yang 1 = patuh (jika
dijalani, meliputi nilai
kontrol tekanan responden
darah, konsumsi > 30 )
obat (Lubis, 2013)
antihipertensi,
mengatur porsi
makan,
menghindari
27

makanan yang
berlemak, cepat
saji, makanan
kaleng, kurangi
konsumsi garam,
rajin makan
sayuran, kurangi
konsumsi
minuman
berkafein,
melakukan
olahraga,
menghindari stres
dan beristirahat
(Lubis, 2013)
Variable independen
2 Pengetahua Hasil tau dari Kuesioner Mengisi 0= Kurang baik, Ordinal
n responden dalam lembar jika nilai ≤
menjawab kuesioner 50%
pertanyaan terkait
dengan penyakit 1 = Baik, jika
hipertensia, nilai > 50%
meliputi,
pengertian, faktor (Budiman, 2013)
resiko, dampak,
penatalaksanaan.
3 Dukungan Upaya yang
keluarga dilakukan oleh Kuesioner mengisi 0 = Negatif (≤ 40) Ordinal
keluarga dalam kuesioner
mendukung 1 = Positif (> 40)
pengobatan pasien
hipertensi, (Lubis, 2013).
meliputi
dukungan
emosional.
Informasi,
instrumental dan
penghargaan
4 Keyakinan Suatu respon yang
ada dalam diri Kuesioner mengisi 0 = Negatif (≤ skor Ordinal
respondne terkait kuesioner T)
dengan penyakit
yang dialami dan 1 = Positif (> skor
pengobatan yang T)
dilakukan demi
kesembuhan (Azwar, 2016).
dirinya
5 Sikap respon yang
masih tertutup Kuesioner mengisi 0 = Negatif (≤ skor Ordinal
dari seseorang kuesioner T)
terhadap suatu hal
dimana dalam 1 = Positif (> skor
penelitian ini T)
berkaitan dengan
penyakit (Azwar, 2016).
hipertensi
28

3.6 Etika Penelitian


Dalam penelitian, peneliti harus memperhartikan prinsip-prinsip etika
penelitian (Arikunto, 2013), sebagai berikut:
1. Self determinan
Hak seseorang dalam memutuskan untuk bersedia atau tidak menjadi
penjawab kuisioner yang disediakan.
2. Informed consent
Sebelum memberikan informed.consent (lembar peretujuan menjadi
responden.), peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari
kegiatan yang dilakukan kepada penjawab/responden dan bila bersedia
maka di haruskan untuk menandatangani lembar persetujuan yang
disediakan.
3. Non maleeficience
Peneliti menjelaskan kepada responden, bahwa penelitian ini tidak
berbahaya karena peneliti tidak akan melakukan tindakan yang
membahayakan responden, peneliti menjelaskan kepada responden
dimana responden hanya mengisi sesuai dengan apa yang diketahui oleh
responden.
4. Justise
Sebelum memulai penelitian, peneliti harus bertanya terlebih dahulu
apakah responeden bersedia menjadi bagian dari penelitian tersebut.
apabila pasien tidak mau, maka peneliti tidak boleh memaksa dan
menjelaskan kepada pasien bahwa hal tersebut tidak akan mempengaruhi
kualitas dalam pelayanan selama pasien dalam masa perawatan, peneliti
menjelaskan tidak akan membedakan kualitas pelayanan antara pasien
yang ikut serta dalam penelitian dan pasien yang tidak ikut serta dalam
penelitian.
5. Protection from discomfort
Sebelum penelitian, peneliti menjelaskan jika responden tidak merasa
nyaman terhadap penelitian yang telah dilakukan , maka responden boleh
langsung mengatakan kepada peneliti, dan jika tidak ingin melanjutkan
29

penelitian ini, responden secara bebas boleh menolak ketika penelitian


berlangsung.
6. Privacy
Pada tahap ini, pasien memiliki hak untuk meminta kerahasian dari pada
jawaban kuisioner, termasuk nama pasien. Apabila penelitian sudah
selesai, kuesioner penelitian di musnahkan sehingga tidak akan
disalahgunakan.

3.7 Pengumpulan Data


3.7.1 Instrumen
Alat bantu yang dipakai untuk mengumpulkan data. Pada
penelitan ini alat ukur yang di apakai berupa kuesioner (angket
tertutup). Pada kuesioner kepatuhan dan dukungan keluarga yang
di ambil dari:
1. Penelitian Lubis (2013) dengan judul pengaruh.dukungan
keluarga.pada.kepatuhan.pengobatan.pada. pasien. Hipertensi. di
Puskesmas .. Indrapura . Kabupaten . Batu . Bara.
2. Penelitian Rezky (2018) dengan judul Gambaran Self Efficacy
Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Jumpandang Baru.
3. Penelitian Bayu (2014) dengan judul Hubungan . tingkat
pengetahuan . dan . Dukungan . Keluarga . dengan . Keaktifan
Kontrol . Pada. Penderita. Hipertensi. Di.Wilayah. Puskesmas
Gatak. Kabupaten.Sukoharjo.
4. Penelitian Maulida (2016). Tantangan dalam mengelola
hipertensi pada lansia yang rapuh/frail dengan multipel
komorbiditas.

3.7.2 Pengumpulan.data
Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Tahap Persiapan : Pengurus ijin serta persiapan lembar
kuesioner yang akan di bagikan ke responden.
30

2. Tahap Pelaksanaan: berbentuk kegiatan


a. Sebelum peneliti mencari responden, peneliti membuat
suatu prosedur untuk penelitian, yaitu:
1) Menjaga jarak minimal 1,5 meter ke responden
2) Menggunakan masker
3) Menyiapkan hand sanitizer
4) Tidak melakukan kontak langsung seperti berjabat
tangan
5) Mengunjungi ke rumah-rumah responden sehingga
menghindari kerumunan
b. Peneliti meminta bantuan enumerator dalam penelitian,
dimana sebelum mulai penelitian melakukan persamaan
persepsi terlebih dahulu kepada enumerator, seperti : tujuan
penelitian, cara mencari responden, cara mengisi informed
consent dan kuesioner.
c. Pertimbangan penggunaan enumerator :
1) Mempersingkat waktu penelitian
2) Luas wilayah Puskesmas yang cukup luas
3) Mempermudah pendekatan keresponden dikarenakan
enumerator yang digunakan adalah tenaga kesehatan
yang di tempatkan di desa (bidan / perawat desa)
d. Tahap awal yaitu mencari responden yang memenuhi
kriteria penelitian yang sesuai dengan kriteria yang
diinginkan
e. Menjelaskan penelitian yang telah dilakukan, dimana tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menegetahui kepatuhan
pengobatan penderita hipertensi
f. Meminta persetujuan responden untuk menjadi responden,
dimana peneliti akan meminta persetujuan dengan membuat
informed consent yang akan ditanda tangani oleh responden
sebagai bentuk setuju untuk menjadi responden.
31

g. Pengisian kuisioner oleh responden secara langsung yang


berisi pertanyaan tentang kepatuhan, pengetahuan,
dukungan keluarga, keyakinan dan sikap
h. Pada Lembar kuesioner sudah ada jawaban yang disediakan
oleh peneliti, sehingga responden hanya memilih jawaban
yang sudah disediakan.
i. Mendampingi pasien dalam mengisi dan membaca
kuesioner
j. Responden melakukan pengisian tanpa mencantumkan
namanya (anonym) dengan maksud mendapatkan jawaban
yang sebenarnya.
k. Selanjutnya dilakukan pengambilan data penelitian.
l. Setelah kuesioner terisi semua, kemudian peneliti mulai
memproses hasil data yang didapat.

3.8 Metode Pengolahan Data


Menurut Hastono (2016), analisa penelitian akan mendapatkan informasi
yang valid, apabila melalui 4 tahup berikut ini:
1. Editing data
Editing data merupakan pemeriksaan jawaban dari pada formulir yang
telah diisi oleh responden, untuk dilihat kelengkapan jawabannya mulai
dari kejelasan, keterkaitan, dan keselarasan. Hasil tanya jawab kuisioner
yang dilakukan harus di edit kembali. Secara garis besar editing
dilakukan untuk memperbaiki kembali isian. Dalam penelitian ini proses
tahapan editing yaitu dengan dengan memberikan lembar kusioner yang
telah terisi sesuai kuesioner yang dilakukan peneliti.
2. Coding data
Apabila semua data telah di perbaiki, dilakukan pengcodingan masing –
masing variabel sesuai coding pada definisi operasional “koding”.
3. Procesing.Data
Pemerosesan data di lakukan dengan memasukan data ke paket program
komputer yaitu SPSS.
32

4. Cleaning (Pembersihan.data)
Apabila . data kuisioner sudah di input, maka harus dicek terlebih dahulu
Untuk menghindari adanya kesalahan kode maupun kekurangan lainnya,
kemudian di perbaiki kembali (korelasi). Cara membersihkan data yang
baik yaitu dengan Mengetahui missing data (data yang hilang).

3.9 Analisis Data


Tahap Analisis data dalam suatu penelitian yaitu :
3.9.1 Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)
Tahap ini merupakan tahapan penjelasan dari pada karakterristik tiap
variabel. Bentuk analisis univariat berdasarkan pada jenis data yang
dipakai. Apabila data numeric yang dipakai oleh peneliti makan
menggunakan nilai mean (rata – rata), median serta standard deviasi.
3.9.2 Analisis Bivariat
Tahap ini dilakukan dengan menggunakan dua variabel dan dapat
disajikan dengan bentuk tabel. Uji Chi Square merupakan analisa
yang digunakan untuk menguji 2 asosiasi dan 2 variabel kategorik.
Uji signifikan pada penelitian dikerjakan dengan memakai batas
kemaknaan (alpa) sebesar 0,05 dan 95% taraf kesalahan (Confidence
interval) dengan ketetapan sebagai berikut :
a. Apabila P value ≤ 0,05 artinya Ho ditolak (P value  ) ini
berarti uji statistic yang dilakukan mempunyai hubungan yang
signifikan.
b. Apabila P value > 0,05 gagal ditolak (P value > ). Ini berarti
bahwa uji statistic yang dilakukan tidak ada hubungan yang
signifikan.
c. Pada penelitian cross sectional, digunakan Prevalen Odd Rasio
(POR). Jika POR < 1 maka faktor.protektif yang artinya faktor
tersebut dapat mengurangi terjadinya.risiko, dan apabila POR =
1 maka faktor yang sedang diteliti bukan faktor risiko sedangkan
33

bila POR > 1 maka faktor yang diteliti merupakan faktor risiko
(Riyanto, 2017).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian


Puskesmas Kibang Budi Jaya terletak di Tiyuh Kibang Budi Jaya, Kec.
Lambu Kibang Tulang Bawang Barat, Kibang Budi Jaya adalah salah satu
tiyuh di Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang Barat,
Provinsi Lampung, Indonesia terletak di 105,155° Bujur Timur dan 4,33°
Lintang Selatan dan memiliki luas wilayah 53 km2, lokasinya ada di Tiyuh
Kibang Budi Jaya tepatnya di jalan II Tiyuh Kibang Budi Jaya RT 009 RK
003 Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat. Jarak
dan waktu tempuh ke Puskesmas terjauh, yaitu 7 – 8 Km dan waktu
tempuh menuju Puskesmas sekitar 30 menit jika dialui dengan roda dua
dan 1 jam dengan roda empat hal ini dikarenakan masih ada jalan yang
mengalami rusak berat. Pada dasarnya daerah disekitar wilayah kerja
puskesmas dapat dilalui dengan kendaraan roda dua dan empat walaupun
masih ada jalan-jalan yang rusak.dengan batas – batas wilayah kerja
UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Kibang Budi Jaya yaitu :
 Bagian Utara berbatasan dengan Puskesmas Mercubuana.
 Bagian Selatan berbatasan dengan Puskesmas Pagar Dewa.
 Bagian Barat berbatasan dengan Puskesmas Totomulyo.
 Bagian Timur berbatasan dengan tiyuh Pagar Dewa.

UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Kibang Budi Jaya


memiliki 6 tiyuh binaan yaitu Tiyuh Kibang budi jaya, Tituh Kibang Yekti
jaya, Tituh Kibang Tri jaya, Tituh Kibang Mulya Jaya, Tituh Gunung Sari
dan Tituh Sumber Rejo Tiyuh Kibang Budi Jaya memiliki luas wilayah 12
km2, Tiyuh Kibang Tri Jaya dengan luas wilayah 8 km2, Tiyuh Kibang
Yekti Jaya dengan luas wilayah 10 km2, Tiyuh Kibang Mulya Jaya

34
35

dengan luas wilayah 9 km2, Tiyuh Gunung Sari dengan luas wilayah 7
km2, dan Tiyuh Sumber Rejo dengan luas wilayah 7 km2.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Lambu Kibang bahwa


jumlah penduduk di Kecamatan Lambu Kibang sebesar 22.566 jiwa. Akan
tetapi UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Kibang Budi Jaya
yang hanya memilik 6 wilayah kerja yang memiliki jumlah penduduk
16.581 jiwa yang terdiri dari 8490 jiwa penduduk laki - laki dan 8091 jiwa
penduduk perempuan. Tiyuh Kibang Budi Jaya merupakan tiyuh yang
jumlah penduduknya lebih banyak dibandingkan tiyuh - tiyuh yang lain
yaitu 5862 dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Lambu Kibang,
dan Tiyuh yang memiliki jumlah penduduk serta jumlah KK yang sedikit
adalah Gunung Sari dengan jumlah 1600 KK. Untuk data Jumlah
Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur pada wilayah kerja
UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Kibang Budi Jaya dapat
dilihat pada lampiran tabel 2. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa
kelompok umur terbanyak ada pada rentang umur antara 40 - 44 tahun.

Sumber daya ketenagaan UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED


Kibang Budi Jaya dilihat dari segi kwantitasnya dapat dikatakan cukup,
tetapi dari segi kwalitas masih kurang. Jumlah Perawat juga belum
mencukupi dan masih adanya tenaga yang bekerja tidak sesuai dengan
jabatan fungsionalnya. Status kepegawaian di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu PONED Kibang Budi Jaya 23 Orang PNS,3 orang PTT, 2
orang Nusantara Sehat, 4 orang Honor Daerah, 27 orang TKS. Distribusi
pemegang program di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED
Kibang Budi Jaya masih banyak yang merangkap serta tidak sesuai antara
pendidikan dan pekerjaan seperti Laboratorium harus dipegang oleh
Sanitarian walaupun telah mendapatkan pelatihan, Program promosi
kesehatan dipegang oleh bidan, kepala unit gawat darurat dipegang oleh
perawat diploma tiga, dan masih banyak lagi yang belum sesuai dengan
tugas jabatan, Puskesmas Pembantu masih dipegang oleh bidan,dan masih
36

banyak program - program lain yang tidak sesuai dengan pendidikan yang
dimiliki.
Susunan organisasi UPTD Puskesmas terdiri atas :
a. kepala--puskesmas;
b. sub-bagian—tata-usaha;
c. urusan UKM essensial dan-keperawatan-masyarakat;
d. urusan UKM pengembangan;
e. urusanUKP, kefarmasian-dan.laboratorium;
f. urusan ;
g. kelompok jabatan fungsional

Pelayanan yang di berikan di masyarakat :


a. pelayanan penyuluh
b. pelayanan lingkungan
c. pelayanan kesehatan Ibu
d. pelayanan gizi
e. pelayanan pencegahan
f. Pemeriksaan
g. pemeriksaaan GILUT
h.kesehatan
i. kesehatan gawat darurat;
j. kesehatan gizi yang bersifat UKP;
k. kesehatan persalinan;
l. kesehatan rawat inap;
m. kesehatan efarmasian;
n. kesehatan laboratorium

POSBINDU PUSKESMAS

Tahun 2020 Puskesmas telah memiliki 6 Posbindu yang berada di masing –


masing tiyuh yang ada di kerja UPTD Puskesmas Kibang Budi Jaya yaitu
posbindu Tituh Kibang budi jaya, posbindu Tituh Kibang Yekti jaya,
posbindu Tituh Kibang Tri jaya, posbindu Tituh Kibang Mulya Jaya,
37

posbindu Tituh Gunung Sari dan posbindu Tituh Sumber Rejo . Dengan
adanya posbindu di setiap tiyuh diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat khususnya bagi. Tituh Kibang budi jaya
memiliki 1 posbindu yang paling banyak pesertanya dan Tiyuh sumber rejo
meiliki jumlah peserta yang paling sedikit. Sedangkan untuk tiyuh yang
paling aktif adalah tiyuh Kibang Mulya Jaya sudah mendapatkan beberapa
penghargaan baik dari Kabupaten maupun dari Propinsi. Dari semua yang ada
yaitu 6 Posbindu yang berada di masing – masing tiyuh dilaksanakan oleh
masing –masing petugas dari tiyuh yang mana sudah terdapat jadwal yang
dilaksanakan.
4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

1. Distribusi frekuensi Kepatuhan Pengobatan Di UPTD


Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya
Tahun 2020

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi Kepatuhan Pengobatan Di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020
Kepatuhan pengobatan Frekuensi Persentase (%)
Tidak Patuh 29 39,7
Patuh 44 60,3
Total 73 100,0

Diketahui bahwa dari total 73 responden, sebanyak 44 responden


(60,3%) patuh dalam pengobatan.

2. Distribusi frekuensi Pengetahuan Di UPTD Puskesmas Rawat


Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi pengetahuan Di UPTD Puskesmas Rawat Inap
Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang Baik 27 37,0
Baik 46 63,0
Total 73 100,0
38

Dilihat dari hasil tabel 4.2 didapatkan bahwa dari total 73


responden, sebanyak 46 responden (63%) dengan pengetahuan
baik.

3. Distribusi frekuensi dukungan keluarga Di UPTD Puskesmas


Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi dukungan keluarga Di UPTD Puskesmas Rawat Inap
Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020
Dukungan keluarga Frekuensi Persentase (%)
Kurang Mendukung 35 47,9
Mendukung 38 52,1
Total 73 100,0
Dari penghitungan distribusi frekuensi diatas, diperoleh hasil dari
total 73 responden, sebanyak 38 responden (52,1%) dengan
dukungan keluarga baik / mendukung.

4. Distribusi frekuensi keyakinan Di UPTD Puskesmas Rawat


Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi keyakinan Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020
Keyakinan Frekuensi Persentase (%)
Negatif 33 45,2
Positif 40 54,8
Total 73 100,0

Dari tabel 4.4 diatas, hasil penghitungan distribusi frekuensi


keyakinan dari total 73 responden, sebanyak 40 responden
(54,8%) dengan keyakinan postif.

5. Distribusi frekuensi sikap Di UPTD Puskesmas Rawat Inap


Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Tabel 4.5
Distribusi frekuensi sikap Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Negatif 21 28,8
Positif 52 71,2
Total 73 100,0
39

Hasil yang diperoleh untuk penghitungan sikap yaitu dari total 73


responden, sebanyak 52 responden (71,2%) dengan sikap postif.

4.2.2 Analisis Bivariat

1. Hubungan pengetahuan dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi

Tabel 4.2
Hubungan pengetahuan dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned
Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Kepatuhan Pengobatan OR
Pengetahuan Tidak Patuh Patuh N % p-value 95% CI
n % n %

Kurang baik 17 63,0 10 37,0 27 100,0 4,817


0,004 (1,734-
Baik 12 26,1 34 73,9 46 100,0 13,376)
Total 29 39,7 44 60,3 73 100,0

Berdasar tabel 4.2 dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 27


responden berpengetahuan kurang baik sebanyak 17 responden
(63,0%) tidak patuh dan sebanyak 10 responden (37,0%) patuh.
Sedangkan Dari 46 responden berpengetahuan baik sebanyak 12
responden (26,1%) tidak patuh dan 34 responden (73,9%) patuh.

Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,004 yang berarti p<α


(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
pengetahuan dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020, Hasil penelitian juga di
dapatkan OR 4,817 artinya responden dengan pengetahuan baik
memiliki peluang 4,817 kali patuh pengobatan jika dibandingkan
dengan responden berpengetahuan kurang baik

2. Hubungan dukungan keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan


Hipertensi
40

Tabel 4.3
Hubungan dukungan keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi
Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned
Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Kepatuhan Pengobatan OR
Dukungan
Tidak Patuh Patuh N % p-value 95% CI
Keluarga
N % N %

Kurang
23 65,7 12 34,3 35 100,0 10,222
Mendukung
0,000 (3,346-
31,232)
Mendukung 6 15,8 32 84,2 38 100,0

Total 29 39,7 44 60,3 73 100,0    

Berdasar tabel 4.3 dari hasil penelitian diketahui dari 35


responden kurang mendukung sebanyak 23 responden (65,7%)
yang tidak patuh dan sebanyak 12 (34,3%) responden patuh.
Sedangkan dari 38 responden mendukung sebanyak 6 (15,8%)
responden tidak patuh dan sebanyak 32 (84,2%) responden patuh.

Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,000 yang berarti p<α


(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan
keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020, hasil penelitian di dapatkan
OR 10,222 artinya responden dengan dukungan keluarga baik
peluang 10,222 kali patuh pengobatan jika dibandingkan dengan
responden dengan dukungan keluarga kurang baik.

3. Hubungan keyakinan dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi

Tabel 4.3
Hubungan keyakinan dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned
Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Keyakinan Kepatuhan Pengobatan p-value OR


41

Tidak Patuh Patuh N % 95% CI


N % N %

Negatif 21 63,6 12 36,4 33 100,0 7,000


0,000 (2,449-
Positif 8 20,0 32 80,0 40 100,0 20,011)
Total 29 39,7 44 60,3 73 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dari hasil penelitian diketahui dari 33


responden dengan keyakinan negatif sebanyak 21 responden
(63,6%) tidak patuh dan sebanyak 12 responden (36,4%) patuh.
Dari 38 responden dengan keyakinan positif sebanyak 8
responden (20,0%) tidak patuh dan sebanyak 32 (80,0%)
responden patuh.

Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,000 yang berarti p<α


(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan keyakinan
dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada Penderita
Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned
Kibang Budi Jaya Tahun 2020, dengan nilai OR 7,000 artinya
responden dengan keyakinan positif peluang 7,000 kali patuh
pengobatan jika dibandingkan dengan responden dengan
keyakinan negative.

4. Hubungan sikap dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi

Tabel 4.3
Hubungan sikap dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada Penderita
Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi
Jaya Tahun 2020

Kepatuhan..Pengobatan OR
Sikap Tidak Patuh Patuh N % p-value 95% CI
N % N %
Negatif 13 61,9 8 38,1 21 100,0 3,656
0,028 (1,267-
Positif 16 61,9 36 69,2 52 100,0 10,548)

Total 29 39,7 44 60,3 73 100,0


42

Berdasarkan tabel 4.3 dari hasil penelitian diketahui dari 21


responden dengan sikap negatif sebanyak 13 (61,9%) responden
tidak patuh dan sebanyak 8 responden (38,1%) patuh. Dari 52
responden dengan sikap negatif sebanyak 16 responden (61,9%)
tidak patuh dan sebanyak 36 responden (69,2%) patuh.

Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,028 yang berarti p<α


(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sikap
dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada Penderita
Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned
Kibang Budi Jaya Tahun 2020. Hasil penelitian didapatkan OR
3,656 artinya responden dengan sikap positif peluang 3,656 kali
patuh pengobatan jika dibandingkan dengan responden dengan
sikap negative.

4.3 Pembahasan Penelitian


4.3.1 Analissis Univariat
1. Distribusi frekuensi kepatuhan Pengobatan hipertensi di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun
2020

Hasil penelitian kepatuhan pada pengobatan diketahui bahwa dari


total 73 responden sebanyak 44 responden (60,3 %) patuh terhadap
pengobatan.

Hasil dari penelitian Gama (2019), yaitu berhubungan dengan aspek


bahaya hipertensi diperoleh hasil bahwa ada sebagian koresponden
yang tidak patuh untuk kontrol memiliki bahaya terkena serangan
stroke. Hal ini disebabkan karena hipertensi adalah penyakit seumur
hidup, pentingnya deteksi dan penatalaksanaan hipertensi agar dapat
menurunkan bahaya terjadinya kompleksitas seperti stroke, serta
dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan.
43

Menurut pendapat peneliti ketidakpatuhan penderita darah tinggi di


sebabkan oleh bermacam faktor, yaitu disebabkan oleh beberapa
faktor seperti tidak ada yang mengantar, biaya pengobatan,
kurangnya dukungan dalam keluarga, dan kondisi ekonomi.
Ketidakteraturan yang bertanggung jawab atas kegagalan
pengobatan penyakit hipertensi. Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah adanya beberapa responden kesulitan dalam mengisi angket
sehingga peneliti banyak membantu dalam mengerjakan
angket.Keterbatasan dalam penelitian ini adalah adanya beberapa
responden kesulitan dalam mengisi angket sehingga peneliti banyak
membantu dalam mengerjakan angket.

2. Distribusi frekuensi pengetahuan pada penderita hipertensi di


UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya
Tahun 2020

Diketahui bahwa dari total 73 responden, sebanyak 46 responden


(63%) dengan pengetahuan baik.

Penelitian ini sejalan dengan riset dari mathavan (2017) yaitu


berhubungan dengan derajat pengetahuan seseorang mengenai
hipertensi dan ketaatan minum obat penderita hipertensi, riset ini
memperoleh hasil koresponden yang derajat pengetahuan rendah
sebanyak 48,0%, dan yang derajat pengetahuannya..tinggi sebanyak
52,0%, serta 70% koresponden memiliki kepatuhan rendah untuk
minum obat hipertensi, dan 30% koresponden memiliki
kepatuhan..tinggi.

Seseorang yang dapat menafsirkan sebuah persepsi ke dalam sebuah


ilustrasi dan dapat menafsirkan dengan baik, maka pengetahuan
interpreting (pandangan teoretis) orang tersebut tergolong
pengetahuan yang relasional, namun ketika seseorang tidak dapat
44

menafsirkan dengan baik maka pengetahuan interpreting (pandangan


teoretis) orang tersebut tergolong pengetahuan yang instrumental
(Mathavan, 2017).

Penelitian Puspita, (2016) dari riset ini didapat hasil yaitu aspek
derajat pendidikan terakhir (p=0,000), waktu menderita hipertensi
(p=0,005), derajat pemahaman yang berkaitan dengan hipertensi
(p=0,000), dorongan dari keluarga (p=0,000), peranan tenaga
kesehatan (p=0,000), semangat berobat (p=0,000) berhubungan
dengan kepatuhan untuk melakukan terapi hipertensi. Aspek umur,
Jenis kelamin, kegiatan pelayanan kesehatan tidak memiliki
hubungan dengan ketaatan untuk melakukan terapi hipertensi
(p>0,05).

Menurut pendapat peneliti penderita awal. Pendapat dari peneliti


ditemukan bermacam hal yang memicu penderita hipertensi tidak
melakukan pemeriksaan tekanan darah, antara lain yaitu mayoritas
penderita hipertensi tidak merasakan ada keluhan, rendahnya
pemahaman penderita hipertensi mengenai resiko dari penyakit
hipertensi itu sendiri, tidak menuruti petunjuk tenaga kesehatan agar
melakukan diet dan gaya hidup yang benar, walaupun hanya sedikit
penderita hipertensi yang mempunyai pemahaman rendah mengenai
pemicu serta bagaimana tanda gejalanya, tetapi karena aktivitas atau
kesibukan penderita hipertensi sehingga beberapa dari penderita
terlambat untuk mendeteksi dini serangan dari hipertensi, keadaan
ini dapat berpengaruh bagi tingginya angka kunjungan pasien darah
tinggi ke Puskesmas.

Semakin tinggi pemahaman penderita mengenai hipertensi, maka


semakin tinggi juga derajat kesadaran penderita untuk sembuh dari
penyakitnya dengan menaati aturan mengkonsumsi obat dan
melakukan pemeriksaan rutin. Riset lain juga merumuskan derajat
45

pemahaman mengenai penyakit dapat berpengaruh kepada ketaatan


minum obat penderita hipertensi.

3. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga di UPTD Puskesmas


Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Diketahui bahwa dari total 73 responden, sebanyak 38 responden


(52,1%) dengan dukungan keluarga baik / mendukung.

Penelitian ini sejalan dengan riset dari mathavan (2017) yaitu


berhubungan dengan derajat pengetahuan seseorang mengenai
hipertensi dan ketaatan minum obat penderita hipertensi, riset ini
memperoleh hasil koresponden yang derajat pengetahuan rendah
sebanyak 48,0%, dan yang derajat pengetahuannya..tinggi sebanyak
52,0%, serta 70% koresponden memiliki kepatuhan rendah untuk
minum obat hipertensi, dan 30% koresponden memiliki
kepatuhan..tinggi.

Pendapat dari peneliti ditemukan bermacam hal yang memicu


penderita hipertensi tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah,
antara lain yaitu mayoritas penderita hipertensi tidak merasakan ada
keluhan, rendahnya pemahaman penderita hipertensi mengenai
resiko dari penyakit hipertensi itu sendiri, tidak menuruti petunjuk
tenaga kesehatan agar melakukan diet dan gaya hidup yang benar,
walaupun hanya sedikit penderita hipertensi yang mempunyai
pemahaman rendah mengenai pemicu serta bagaimana tanda
gejalanya, tetapi karena aktivitas atau kesibukan penderita hipertensi
sehingga beberapa dari penderita terlambat untuk mendeteksi dini
serangan dari hipertensi, keadaan ini dapat berpengaruh bagi
tingginya angka kunjungan pasien darah tinggi ke Puskesmas.

Semakin tinggi pemahaman penderita mengenai hipertensi, maka


semakin tinggi juga derajat kesadaran penderita untuk sembuh dari
46

penyakitnya dengan menaati aturan mengkonsumsi obat dan


melakukan pemeriksaan rutin. Riset lain juga merumuskan derajat
pemahaman mengenai penyakit dapat berpengaruh kepada ketaatan
minum obat penderita hipertensi.

4. Distribusi frekuensi keyakinan di UPTD Puskesmas Rawat Inap


Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Diketahui bahwa dari total 73 responden, sebanyak 40 responden


(54,8%) keyakinan postif.

Keyakinan adalah kepercayaan untuk bertumpu kepada orang lain


yang terjadi ketika seseorang yakin dengan reliabilitas dan integritas
dari orang yang dipercaya (Priyoto, 2014).

Keyakinan dapat digunakan untuk memperkirakan seseorang patuh


atau tidak dalam pengobatannya. Orang-orang yang tidak patuh ialah
orang yang kehidupan sosialnya lebih fokus pada dirinya sendiri.
(Niven, 2013).

Menurut pendapat peneliti bahwa keyakinan sangat berpengaruh


terhadap prilaku penderita hipertensi. keyakinan yang positif akan
memberikan kemudahan dalam kesembuhan sedangkan keyakinan
negative memberikan keparahan terhadap penderita. Keyakinan juga
merupakan factor yang mendukung kesehatan fisik dan rohani
seseorang. Keyakinan dalam keluarga dipengaruhi oleh dukungan
dari keluarga satu dengan keluarga dua begirtu seterusnya.
Keyakinan juga keyakinan sangat berpenaruh terhadap prilaku
penderita yang lain keyakinan yang positif dan negative hendaknya
menjadi penentu kesembuhan pasien. Semakin baik keyakinan maka
semakin mudah mendapatkan kesembuhan atau control penyakit.

5. Distribusi frekuensi sikap di UPTD Puskesmas Rawat Inap


Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020
47

Diketahui bahwa dari total 73 responden, sebanyak 52 responden


(71,2%) sikap postif.

Sikap menurut priyoda dalam kesidupan sehari hari sangat


memperhatikan evaluasi dan diri sendiri dan orang lain (Priyoto,
2014)

Penelitian ini sejalan dengan riset dari mathavan (2017) yaitu


berhubungan dengan derajat pengetahuan seseorang mengenai
hipertensi dan ketaatan minum obat penderita hipertensi, riset ini
memperoleh hasil koresponden yang derajat pengetahuan rendah
sebanyak 48,0%, dan yang derajat pengetahuannya..tinggi sebanyak
52,0%, serta 70% koresponden memiliki kepatuhan rendah untuk
minum obat hipertensi, dan 30% koresponden memiliki
kepatuhan..tinggi.

Menurut Mubarak (2012) Sikap meupakan tingkah laku dan


kecendrungan seseorang yang bersifat selamanya mengenai aspek di
dalam lingkungan seseorang. Sikap ialah kecondongan evaluasi
terhadap suatu stimuls atau objek yang dampaknya pada bagaimana
seseorang bertemu dengan objek tersebut. Ini berarti sikap
menunjukkan setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka seseorang
terhadap sesuatu. Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan
penelitian sebelumnya, dimana perbedaan tersebut terdapat pada
variabel bebas yang peneliti ambil terfokus terhadap diri responden
yaitu pengetahuan, dukungan keluarga, keyakinan dan sikap. Begitu
juga dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan, peneliti
menggunakan proportional sampling sehingga setiap penderita
hipertensi di masing – masing wilayah di UPTD Puskesmas Rawat
Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya memiliki kesempatan yang
sama untuk menjadi responden. Selain itu tempat ini sudah lama
tidak dilakukan penelitian oleh mahasiswa terakhir tahun 2006,
48

diharapkan penelitian ini dapat membantu mengurangi permasalahan


yang terjadi selama ini dan dapat menjadi acuan bagi pihak
Puskesmas dalam peningkatan kepatuhan pengobatan penderita
hipertensi.

Menurut pendapat peneliti bahwa sikap sangat berpenaruh terhadap


prilaku penderita hipertensi. Sikap yang positif akan memberikan
kemudahan dalam kesembuhan sedangkan sikap negative
memberikan keparahan terhadap penderita. Sikap juga merupakan
factor yang mendukung kesehatan seseorang. Baik sikap positif
maupun negative sangat mendukung control terhadap kesembuhan
pasien, sangat berpenaruh terhadap prilaku penderita hipertensi
Sikap yang positif akan memberikan kemudahan dalam kesembuhan.

2.1.1 Analisis Bivariat


1. Hubungan pengetahuan dengan Kepatuhan Pengobatan
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas
Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,004 yang berarti p<α (0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan
Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di
UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya
Tahun 2020, dengan nilai OR 4,817 artinya responden dengan
pengetahuan baik memiliki peluang 4,817 kali patuh pengobatan jika
dibandingkan dengan responden berpengetahuan kurang baik.

Pengetahuan adalah reaksi dari memahami dan terbentuk, perasa, dan


perabaan. Mayoritas pemahaman seseorang didapatkan melalui mata
dan telinga. Maka pengetahuan merupakan bagian yang sangat
penting guna membentuk perilaku seseorang Untuk mendapatkan
keberhasilan pasien dalam pengendalian tekanan darah, pemahaman
yang berkaitan dengan hipertensi dibutuhkan agar dapat melakukan
49

langkah dan penatalaksanaan hipertensi dengan baik (Notoatmodjo,


2014).

Kepatuhan dalam pengobatan merupakan karakter seseorang yang


bisa mengikuti seluruh anjaran dan indikasi yang dianjurkan oleh
lingkup petugas medis, seperti dokter dan apoteker tentang segala
sesuatu yang harus diterapkan agar tercapai maksud dari pengobatan,
diantaranya yaitu ketaatan dalam mengkonsumsi obat, keadaan ini
merupakan kondisi utama agar berhasil dalam terapi yang dilakukan
(Niven, 2013).

Kepatuhan adalah keadaan yang vital dalam perilaku hidup sehat.


Kepatuhan adalah jenjang konsistensi karakter seorang individu
dengan anjuran kesehatan dan menampilkan pemakaian obat sesuai
dengan indikasi pada resep dan juga mencakup pemakaiannya pada
periode yang benar. Ketaatan dalam mengkonsumsi obat anti
hipertensi merupakan mengkonsumsi obat-obatan sesuai dengan yang
diresepkan dan yang sudah ditentukan oleh dokter, kepatuhan
mengkonsumsi obat merupakan hal yang pokok untuk kesembuhan
pada penyakit hipertensi, (Lestari, 2019).

Menurut Negara (2019) Pengetahuan penderita hipertensi akan sangat


berpengaruh pada sikap untuk patuh kontrol karena semakin tinggi
pengetahuan keinginan untuk kontrol juga semakin meningkat. Untuk
mendapatkan keberhasilan pasien dalam pengendalian tekanan darah,
pemahaman yang berkaitan dengan hipertensi dibutuhkan agar dapat
melakukan langkah dan penatalaksanaan hipertensi dengan baik.

Menurut Mansjoer (2012), maksud dari deteksi dan tata laksana


hipertensi adalah untuk menilai bahaya, mortalitas, dan morbiditas
yang berhubungan, yaitu salah satunya adalah stroke.
50

Penelitian oleh Pratiwi (2017) berkaitan dengan aspek – aspek yang


mendorong ketaatan Pasien Hipertensi Dalam Penggunaan Obat,
diperoleh aspek derajat pemahaman pasien hipertensi (P value =
0,000) dan fungsi tenaga kesehatan (P value = 0,000) berkaitan
dengan ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat antihipertensi.
Aspek keterjangkauan akses pelayanan kesehatan (P value = 0,588)
tidak memiliki kaitan dengan ketaatan pasien dalam minum obat
antihipertensi. Berdasarkan hasil riset ini didapat kesimpulan yaitu
ketaatan penderita hipertensi dalam pemakaian obat antihipertensi
dihubungkan dengan derajat pemahaman penderita mengenai
hipertensi dan peranan tenaga Kesehatan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Negara (2017) mengenai


Kaitan Derajat Pemahaman Hipertensi Berkenaan Dengan Ketatan
Pasien Untuk Pemeriksaan Tekanan Darah, diperoleh hasil uji studi
univariat menerangkan bahwa pemahaman koresponden mengenai
hipertensi, mayoritas dalam kategori sedang (46,7%). Begitu pula,
ketaatan untuk memeriksakan tekanan darah mayoritas berada pada
kategori sedang (82,7%). Hasil studi bivariat menerangkan
pemahaman yang bermakna mengenai hipertensi dan ketaatan
penderita untuk pemeriksaan tekanan darah (p = 0,001 dan r = 0.271).

Pendapat dari peneliti ditemukan bermacam hal yang memicu


penderita hipertensi tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah,
antara lain yaitu mayoritas penderita hipertensi tidak merasakan ada
keluhan, rendahnya pemahaman Pendapat dari peneliti ditemukan
bermacam hal yang memicu penderita hipertensi tidak melakukan
pemeriksaan tekanan darah, antara lain yaitu mayoritas penderita
hipertensi tidak merasakan ada keluhan, rendahnya pemahaman
penderita hipertensi mengenai resiko dari penyakit hipertensi itu
sendiri, tidak menuruti petunjuk tenaga kesehatan agar melakukan diet
dan gaya hidup yang benar, walaupun hanya sedikit penderita
hipertensi yang mempunyai pemahaman rendah mengenai pemicu
51

serta bagaimana tanda gejalanya, tetapi karena aktivitas atau


kesibukan penderita hipertensi sehingga beberapa dari penderita
terlambat untuk mendeteksi dini serangan dari hipertensi, keadaan ini
dapat berpengaruh bagi tingginya angka kunjungan pasien darah
tinggi ke Puskesmas.penderita hipertensi mengenai resiko dari
penyakit hipertensi itu sendiri, tidak menuruti petunjuk tenaga
kesehatan agar melakukan diet dan gaya hidup yang benar, walaupun
hanya sedikit penderita hipertensi yang mempunyai pemahaman
rendah mengenai pemicu serta bagaimana tanda gejalanya, tetapi
karena aktivitas atau kesibukan penderita hipertensi sehingga
beberapa dari penderita terlambat untuk mendeteksi dini serangan dari
hipertensi, keadaan ini dapat berpengaruh bagi tingginya angka
kunjungan pasien darah tinggi ke Puskesmas.

Semakin tinggi pemahaman penderita mengenai hipertensi, maka


semakin tinggi juga derajat kesadaran penderita untuk sembuh dari
penyakitnya dengan menaati aturan mengkonsumsi obat dan
melakukan pemeriksaan rutin. Riset lain juga merumuskan derajat
pemahaman mengenai penyakit dapat berpengaruh kepada ketaatan
minum obat penderita hipertensi.

Terdapat 10 responden berpengetahuan kurang baik namun patuh


dalam pengobatan dikarenakan adanya dukungan dari keluarga dan
motivasi atas kesembuhan dari penyakit.

2. Hubungan dukungan keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan


Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas
Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Dari uji data didapatkan p-value = 0,000 artinya p<α (0,05), jadi
didapat kesimpulan terdapat hubungan dukungan keluarga dengan
Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di
UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya
52

Tahun 2020, dengan nilai OR 10,222 artinya responden dengan


dkungan keluarga baik peluang 10,222 kali patuh pengobatan jika
dibandingkan dengan responden dengan dukungan keluarga kurang
baik.

Keluarga merupakan suatu metode hubungan emosi yang disusun


secara kompleks dari posisi, peran dan norma yang lebih jauh diatur
dari subsistem di dalam keluarga. Subsistem ini merupakan akar
susunan atau organisasi keluarga.

Sistem keluarga mempunyai suatu batasan, demikian juga bagi


masing-masing subsistem yang memiliki maksud untuk melindungi
perbedaan dari system ; setiap keluarga mempunyai perbedaan yang
terjadi dari perkembangan dan evolusi subsistem. Masing-masing
subsistem mempunyai peranan khusus yang pada akhirnya
menyebabkan permintaan khusus pada anggotanya (Padila, 2012).

Riset Puspita (2016) mengenai Aspek-aspek yang memiliki kaitan


dengan ketaatan pasien Hipertensi untuk melakukan Pengobatan, dari
riset didapatkan kesimpulan yaitu aspek derajat pendidikan terakhir
(p=0,000), rentang waktu menderita hipertensi (p=0,005), derajat
pemahaman mengenai hipertensi (p=0,000), dukungan dari keluarga
(p=0,000), fungsi tenaga kesehatan (p=0,000), semangat untuk berobat
(p=0,000) mempunyai kaitan dengan ketaatan untuk melaksanakan
pengobatan hipertensi. Aspek jenis kelamin, status pekerjaan,
keikutsertaan asuransi kesehatan dan keterjangkauan akses ke
pelayanan kesehatan tidak memiliki hubungan dengan ketaatan untuk
melaksanakan pengobatan hipertensi (p>0,05).

Friedman (2014), menyimpulkan bahwa keluarga memiliki peran


sebagai sistem pendorong bagi anggotanya. Anggota keluarga
menganggap bahwa orang yang memiliki sifat mendorong, kerap
bersedia memberikan uluran tangan dan bantuan jika diperlukan.
53

Menurut kesimpulan peneliti kedekatan yang rukun dapat memberikan


kedamaian dan menurunkan beban yang dirasakan dikarenakan pada
saat seseorang menemui kendala dan kesulitan hidup seseorang
membutuhkan orang lain untuk berbagi, mendengarkan atau mencari
penjelasan yang bermakna. Menurut pendapat peneliti bahwa
keyakinan sangat berpenaruh terhadap prilaku penderita hipertensi.
keyakinan yang positif akan memberikan kemudahan dalam
kesembuhan sedangkan keyakinan negative memberikan keparahan
terhadap penderita, keyakinan juga merupakan factor yang
mendukung kesehatan fisik dan rohani seseorang. Yang
mempengaruhi keyakinan dalam keluarga adalah dukungan dari
keluarga satu dengan keluarga yang lain maka dukungan dari keluarga
dalam bentuk dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan
penghargaan dan dukungan instrumental akan dapat membuat
penderita hipertensi mempunyai ketaatan yang baik. kedekatan yang
rukun dapat memberikan kedamaian dan menurunkan beban yang
dirasakan dikarenakan pada saat seseorang menemui kendala dan
kesulitan hidup seseorang yang mendapatkan dukungan dari keluarga
lebih mudah mendapatkan kesembuhan.

2. Hubungan keyakinan dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi


Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap
Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Hasil uji statistic..diperoleh p-value = 0,000 yang..berarti p<α (0,05),


maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan keyakinan dengan
Kepatuhan..Pengobatan Hipertensi Pada Penderita..Hipertensi Di
UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya
Tahun 2020, dengan..nilai OR 7,000..artinya responden..dengan
keyakinan positif peluang 7,000 kali patuh pengobatan jika
dibandingkan..dengan responden dengan keyakinan..negatif.
54

Penelitian Kardinah. (2016). Dari hasil analisis, faktor tingkat


pengetahuan pasien hipertensi (P value = 0,000) dan peran petugas
kesehatan (P value = 0,000) memiliki..hubungan dengan kepatuhan
minum obat antihipertensi.

Menurut pendapat peneliti bahwa keyakinan sangat berpenaruh


terhadap prilaku penderita hipertensi. keyakinan yang positif akan
memberikan kemudahan dalam kesembuhan sedangkan keyakinan
negative memberikan keparahan terhadap penderita. keyakinan juga
merupakan factor yang mendukung kesehatan fisik dan rohani
seseorang. keyakinan sangat berpenaruh terhadap kepatuhan
pengobatan karena bila seseorang yakin maka fisik maupun psikologis
akan merespon baik yang akan memberikan keparahan terhadap
penderita. keyakinan juga merupakan factor yang mendukung
kesehatan fisik dan rohani seseorang.

3. Hubungan sikap dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi


Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap
Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020

Hasil uji statistic..diperoleh p-value = 0,028 yang..berarti p<α.(0,05),


maka dapat..disimpulkan..bahwa ada hubungan sikap dengan
Kepatuhan Pengobatan..Hipertensi Pada Penderita Hipertensi di
UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya
Tahun 2020, dengan nilai OR 3,656..artinya responden dengan..sikap
positif..peluang 3,656..kali patuh pengobatan jika..dibandingkan
dengan..responden..dengan sikap negatif

Menurut Mubarak (2012) Sikap meupakan tingkah laku orang yang


bersifat aspek lingkungan. Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan
dengan penelitian sebelumnya, dimana perbedaan tersebut terdapat
pada variabel bebas yang peneliti ambil terfokus terhadap diri
responden yaitu pengetahuan, dukungan keluarga, keyakinan dan
sikap. Begitu juga dengan teknik pengambilan sampel yang
55

digunakan, peneliti menggunakan proportional sampling sehingga


setiap penderita hipertensi di masing – masing wilayah di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Kibang Budi Jaya memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Perbedaan lain
adalah, tempat penelitian yang peneliti lakukan belum pernah
dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini sehingga hasil
yang didapat diharapkan dapat menjawab permasalahan yang terjadi
selama ini dan dapat menjadi acuan bagi pihak Puskesmas dalam
peningkatan kepatuhan pengobatan penderita hipertensi.

Menurut pendapat peneliti sikap seseorang sangat mempengaruhi


terhadap kepatuhan, sikap positif yang dimiliki akan memberikan
pengaruh sangat baik terutama dalam menjalankan pengobatan
hipertensi, sikap negative yang dimiliki seseorang akan memberikan
pengaruh tidak baik terutama dalam menjalankan pengobatan
hipertensi. Sikap mudah bila terbentuk dengan pengalaman pribadi
yang melibatkan factor emosi, dalam situasi yang terlibat dalam
emosional maka penghyatan akan pengalaman bersikap konformis.

Terdapat 6 responden yang lama pengobatannya lebih dari 10 tahun,


diantaranya 2 responden yang bersikap negatif, dan 4 responden yang
bersikap positif. Responden yang bersikap negatif dikarenakan sudah
bosan dalam pengobatan. 2 responden yang bersikap negative adalah
responden yang berasal dari tiuyuh kibang mereka memang sangat
pasif, sedangkan 4 responden yang bersikap positif merupakan berasal
dari tiyuh kibang dan sumber rejo dan gunung sari. sikap seseorang
sangat mempengaruhi terhadap kepatuhan, sikap positif yang dimiliki
akan memberikan pengaruh sangat baik terutama dalam menjalankan
pengobatan hipertensi, sikap negative yang dimiliki seseorang akan
memberikan pengaruh.
56

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Dalam hasil penelitian dan pembahasan didapatkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut
1. Diketahui bahwa frekuesnsi kepatuhan dari total 73 responden, sebanyak
44 responden (60,3%) patuh dalam pengobatan
2. Diketahui bahwa frekuensi pengetahuan dari total 73 responden,
sebanyak 46 responden (63%) pengetahuan baik
3. Diketahui bahwa frekuensi dukungan keluarga dari total 73 responden,
sebanyak 38 responden (52,1%) dengan dukungan keluarga
baik/mendukung.
4. Diketahui bahwa distribusi frekuensi keyakinan dari total 73 responden,
sebanyak 40 responden (54,8%) keyakinan postif.
5. Diketahui bahwa distribusi frekuensi sikap dari total 73 responden,
sebanyak 52 responden (71,2%) sikap postif.
6. Ada..hubungan..pengetahuan dengan..Kepatuhan Pengobatan Hipertensi
Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020, p-value 0,004 OR 4,817
7. Ada hubungan dukungan keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap
Mampu Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020, p-value 0,000 OR 10,222
8. Ada hubungan keyakinan dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi
Pada Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu
Poned Kibang Budi Jaya Tahun 2020, p-value 0,000 OR 7,000
9. Ada hubungan sikap dengan Kepatuhan Pengobatan Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi Di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned
Kibang Budi Jaya Tahun 2020, p-value 0,028 OR 3,656
57

5.2. Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini adalah adanya beberapa responden
kesulitan dalam mengisi angket sehingga peneliti banyak membantu dalam
mengerjakan angket.

5.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran
yaitu :
1. Bagi Tempat Penelitian
a. Hasil penelitian di harapkan dapat di pertimbangkan sebagai bahan
masukan puskesmas dalam memberikan asuhan perawatan tentang
pasien hipertensi
b. Perlu diadakan penyuluhan secara terus menerus tentang penyakit
Hipertensi di wilayah kerja, sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang penyakit Hipertensi dalam rangka
meningkatkan kualitas/derajat kesehatan masyarakat.
c. Membuat program konsultasi masalah diit pada penderita, sehingga
dapat meminimalkan penurunan berat badan yang drastis pada
penderita Hipertensi dan meningkatkan body image
d. Membuat poster, leaflet. Sebagai sarana informasi tentang penyakit
Hipertensi bagi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan terutama tentang penyakit
Hipertensi.
e. Menjadi motifasi teman teman program untuk melanjutkan pendidkan
yang lebih tinggi sehingganya ilmu yang diapat bisa diterapkan.

2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini di dapat di jadikan sebagai media informasi yang
dapat menyumbang dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan. Dapat menambah pengalaman dan wawasann bagi yang
membaca dan sebagai acuan mahasiswa untuk penanganan pasien dengan
Hipertensi khususnya dalam interaksi sosial.
58

3. Bagi peneliti
Peneliti dapat menerapkan karya hasil penelelitian ini untuk menambah
kemampuan, serta keterampilan dalam mengoperasiskan laptop serta
bkerja dapat membagi waktu secara efektif demi peningkatan pelayanan
di tempat kerja.

4. Bagi Peneliti Lanjutan


Sangat baik untuk pengembangan ilmu dan karakter saat
menerapkannya di tempat bekerja dan lingkungan. Selain itu juga dapat
menjadi pegangan hidup saat menjadi motifasi di masyarakat.
59

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur..penelitian suatu..pendekatan..praktik. Jakarta: PT


Rineka..Cipta.

Azwar, S. (2016). Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka


Pelajar.

Bayu (2014)..Hubungan..tingkat pengetahuan..dan Dukungan..Keluarga dengan


Keaktifan..Kontrol Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah..Puskesmas
Gatak Kabupaten..Sukoharjo

Dinas Kesehatan Lampung. (2016). Profil Kesehatan Lampung Tahun 2016.


Lampung.

Hastono, S. P. (2016). Analisis data pada bidang kesehatan. Rajagrafindo :


Jakarta.

INASH (2012). Konsensus penatalaksanaan hipertensi.


https://www.inash.or.id/news-detail.do?id=411

Irianto, K. (2014). Epidemiologi penyakit menular dan tidak menular panduan


klinis. Bandung: Alfabeta, 61-96.

JNC (2012) JNC 8 Guidelines for the Management of Hypertension.


https://www.aafp.org/afp/2014/1001/p503.html

Kementerian..Kesehatan..Republik..Indonesia. (2012). Petunjuk..Teknis..Pos


Pembinaan..Terpadu..Penyakit..Tidak Menular (Posbindu..PTM). Diakses
dari www.depkes.go.id.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Data dan informasi penyakit


tidak menular. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin
buletin.html.

Khodijah, Nyayu. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Maulida (2016). Tantangan dalam mengelola hipertensi pada lansia yang


rapuh/frail dengan multipel komorbiditas

Niven, N. (2013). Psikologi Kesehatan . EGC: Jakarta

Notoadmotjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.
60

Notoatmodjo, Soekidjo. (2013). Ilmu Dan Seni Dalam Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Nugroho (2016) . Taksonomi Kognitif. http://staffnew.uny.ac.id/upload


/132319978/pendidikan/TAKSONOMI+KOGNITIF_Pengembangan+Pendi
dikan+IPA.pdf

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pratama (2017) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pengobatan


Hipertensi Pada Lansia Binaan Puskesmas Klungkung 1

Pratiwi (2017) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Hipertensi


Dalam Penggunaan Obat

Price A & Wilson, Lorraine M, (2012) Patofisiologi Konsep Klinis Proses –


Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1 . Jakarta.EGC.

Priyoto (2014). Teori Sikap Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Rezky (2018) Gambaran Self Efficacy Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah


Kerja Puskesmas Jumpandang Baru

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesda tahun 2018. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Sugiyono. (2016). Metode..Penelitian Kuantitatif..Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Susilo, Wulandari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Jakarta: ANDI.

Zahrani (2019) Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran


IPA Melalui Penerapan Model Contextual Teaching And Learning (CTL)
61

INSTRUMEN PENELITIAN

A. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk:
1. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda
checklist (√) pada tempat yang telah disediakan.
2. Tiap pernyataan diisi dengan satu jawaban.

1. Umur : ……. tahun

2. Jenis Kelamin :( ) Laki-laki ( ) Perempuan


3. Suku : …………………
4. Pendidikan :( ) SD ( ) Diploma
( ) SMP ( ) Sarjana
( ) SMA ( ) Lain-lain
5. Pekerjaan :( ) Ibu Rumah Tangga
( ) Buruh
( ) Pegawai Negeri
( ) Pegawai Swasta
( ) Wiraswasta
( ) Petani
( ) Lain-lain (sebutkan)

6. Tekanan darah pasien :( ) Grade I (140-159/90-99 mmHg)

( ) Grade II ( ≥160/≥100 mmHg)

7. Lama berobat : … tahun / bulan


62

B. Kuesioner Pengetahuan

No Pernyataan Benar Salah


1 Hipertensi/ darah tinggi adalah penyakit meningkatnya
tekanan darah.
2 Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.
3 Semakin tua kita, tekanan darah semakin meningkat.
4 Hipertensi/ darah tinggi merupakan penyakit yang bisa
disembuhkan
5 Tekanan darah dapat berubah-ubah sesuai dengan
aktivitas yang ilakukan.
6 Hipertensi/ darah tinggi dapat diturunkan dari orang tua ke
anak.
7 Olahraga dapat meningkatkan metabolism tubuh dan
memperlancar perdarahan sehingga tidak baik untuk
jantung
8 Latihan fisik yang berat tidak dapat meningkatkan
tekanan darah.
9 Olah raga teratur, diit rendah garam merupakan hal cara
mencegah komplikasi hipertensi
10 Merokok hanya merusak paru-paru tidak merusak
jantung.
11 Pola makan rendah lemak baik untuk mengontrol
tekanan darah.
12 Penggunaan garam berlebih tidak berpengaruh pada
tekanan darah.
13 Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko
hipertensi/ darah tinggi.
14 Hipertensi akan sembuh jika minum obat dengan rutin
15 Hipertensi merupakan penyakit yang bahaya apabila
tidak dikontrol
16 Hipertensi/ darah tinggi dapat dikontrol.
17 Merokok dapat memperburuk penyakit hipertensi
18 Sakit kepala, rasa berat ditengkuk dan mata berkunang-
kunang merupakan tanda seseorang menderita hipertensi
19 Hipertensi yang berkelanjutan dapat menyebabkan stroke ,
penyakit jantung lainnya
20 penderita hipertensi harus meminum obat secara teratur
Sumber : Bayu (2014)
63

C. Kuesioner Dukungan Keluarga

Petunjuk:
1. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda
checklist (√) pada tempat yang telah disediakan.
2. Tiap pernyataan diisi dengan satu
jawaban. Keterangan:
TP : Tidak Pernah (1)

KD : Kadang-kadang (2)

SR : Sering (3)

SL : Selalu (4)

No. Pernyataan TP KD SR SL
1. Keluarga kami mengupayakan uang yang
diperuntukan untuk biaya pengobatan dan
perawatan saya
2. Keluarga memperhitungkan apapun menu
makanan yang saya konsumsi sesuai
pengobatan saya
3. Keluarga mengarahkan saya agar meminum
obat secara teratur
4. keluarga mengarahkan menyediakan bebagai
obat hipertensi yang saya inginkan
5. Keluarga saya memiliki waktu cukup untuk
menemani saya berobat/kontrol
6. Keluarga saya mengupayakanreward
sewaktu menjalankan pengobatan dengan
sungguh-sungguh
7. Keluarga membantu saya memecahkan
setiap masalah dan
kendala dalam menjalankan
pengobatan
8. Keluarga membandingkan saya dengan orang
lain yang tidak teratur menjalankan
pengobatan sehingga membuat saya
termotivasi
9. Keluarga saya mengingatkan saya untuk
mematuhi anjuran dokter dan perawat
(petugas kesehatan)
10. Keluarga saya berespon setiap permasalahan
tanggap terhadap setiap masalah yang saya
alami selama dirawat di rumah
64

11. Keluarga memberikan saya informasi penting


tentang upaya- upaya dalam menjalankan
pengobatan dengan baik dan benar
12. Keluarga menginformasikan saya agar
untuk membantasi sumber natrium untuk
saya konsumsi seperti garam dapur, kacang-
kacangan, biskuit, mi instan
13. Keluarga menginformasikan saya agar
mengurangi minuman bergas dan berkafein
14. Keluarga menginformasikan supaya saya
mengingatkan agar saya tidak
mengkonsumsi makanan yang
mengandung
kolesterol seperti udang, daging, dll
15. Keluarga melarang saya mengkonsumsi
makanan yang banyak kandunganlemak
jahatnya
16. Perhatian dan dukungan dari keluarga
membuat saya termotivasi untuk menjalankan
pengobatan dengan sungguh-sungguh
17. Kedekatan dan kehangatan dalam keluarga
membuat saya merasa dicintai dan disayangi
sehingga saya merasa tenang dan termotivasi
dalam menjalankan pengobatan saya
18. keluarga saya mendengarkan apa yang
menjadi keluh kesah saya selama menjalani
pengobatan
19. Keluarga memberikan semangat dan
dukungan ketika saya mulai malas mengikuti
pengobatan saya
20. Nasihat dan peringatan dari keluarga
memotivasi saya untuk mengontrol tekanan
darah saya

Sumber : Lubis (2013)


65

D. Kuesioner Keyakinan

NO Pernyataan Ya Tidak
1. Seseorang yang menderita tekanan darah tinggi
akan memiliki kegiatan yang berbeda dengan
orang lain untuk mengatasi kondisinya. Seberapa
yakin Bapak/Ibu mampu melakukan hal-hal yang
dibutuhkan untuk mengatasi tekanan darah tinggi
secara rutin?
2. Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu menilai
perubahan yang terjadi pada tekanan darah
sehingga harus mengunjungi dokter/pelayanan
kesehatan?
3. Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu melakukan hal-
hal yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan
darah tinggi sehingga kebutuhan untuk
mengunjungi dokter/ pelayanan kesehatan
berkurang?

4. Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu mengontrol


perubahan emosi yang disebabkan oleh tekanan
darah tinggi sehingga tidak mempengaruhi
kegiatan sehari-hari?
5. Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu melakukan
usaha lain selain meminum obat untuk mengatasi
dampak sehari-hari dari tekanan darah tinggi?

Sumber : Rezky (2018)


66

E. Kuesioner Sikap

Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan “
S : Setuju
SS: Sangat Setuju
TS : Tidak Setuju
TST: Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan S SS TS TST
1 Jika merasa nyeri kepala dan leher terasa pegal seperti
diberi beban berat sebaiknya memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan terdekat.

2 Penderita penyakit lonjakan tekanan darah diuapayakan


memantau tekanan darah di puskesmas secara teratur tiap
bulan dan mengontrol pola makan.

3 Kurang tidur atau kelelahan dan banyak yang dipikirkan


menyebabkan tekanan darah meningkat.

4 Penderita tekanan darah tinggi sangat dianjurkan


melakukan aktifitas gerak fisisk seperti lari lari,
bersepeda dan berenang.

5 Konsumsi natrium klorida tidak seharusnya dihindari


bagi hipertensi, cukup dibatasi.

6 Mengurangi makanan yang mengandung lemak seperti


gorengan, dan makanan yang bersantan perlu dilakukan
oleh penderita hipertensi.

7 Jika kelelahan sudah istirahat sebentar masih juga sakit


kepala, teruskan saja minum obat anti hipertensi tidak
perlu ke puskesmas.

8 Menurunkan overweight secara tahap demi tahap agar


supaya bisa mengurangi risiko tekanan darah tinggi.

9 Mengkonsumsi makanan seperti daging kambing dapat


meningkatkan tekanan darah tinggi.

10 Dukungan seluruh sanak keluarga sangat utama utamnya


peran yang dalam keberhasilan penderita hipertensi
67

dalam menjalankan dietnya


Sumber : Maulida (2016)
F. Kuesioner Kepatuhan Menjalankan Pengobatan

Petunjuk:
1. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda
checklist (√) pada tempat yang telah disediakan.
2. Tiap pernyataan diisi dengan satu
jawaban. Keterangan:
SL : Selalu (4)

SR : Sering (3)

KD : Kadang-kadang (2)
TP : Tidak Pernah (1)

No. Pernyataan SL SR KD TP
1. Saya melakukan Pemeriksaan tekanan darah
ke petugas kesehatan sesuai jadwal
2. Saya minum obat antihipertensi Jadwal
3. Saya mengatur porsi makan dan pola makan
untuk mengatur tekanan darah
4. Saya menghindari makanan yang berminyak
5. Saya menghindari makanan instan saji seperti
makanan kaleng dan makanan yang diasinkan
6. Saya mengurangi konsumsi natrium clorida
dalam sajian makanan sehari-hari
7. Saya rajin makan sayuran dan buah-
buahan tiap hari
8. Saya mengurangi konsumsi minuman bergas
dan berkopi
9 Saya beraktifitas gerak tubuh setiap hari

10Saya mengatur jadwal olah fisisk setiap


minggu secara teratur dan menetap
11 Saya menjauhi dan menghindari stres
dengan melakukan refreshing
12 Saya mencari waktu serta mengatur waktu
agar dapat beristirahat dengan cukup
Sumber : Lubis (2013)

68

Anda mungkin juga menyukai