Anda di halaman 1dari 82

KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS

HIPERTENSI MENGGUNAKAN INTERVENSI HYDROTHERAPY DI RUANG

IBIS RS BHAYANGKARA MAKASSAR

OLEH :

MARIA MASRIAT, S.Kep

7120481824

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

2023
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

(STIK) FAMIKA MAKASSAR AGUSTUS, 2023

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN DIAGNOSA


M E D I S HIPERTENSI MENGGUNAKAN INTERVENSI HYDROTHERAPY
DI RUANG IBIS RS BHAYANGKARA MAKASSAR

OLEH : Maria Masriat, S.Kep, NIM : 7120481824

Program Studi Profesi Ners STIK Famika Makassar

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat membunuh
secara diam-diam atau sering disebut the silent killer karena tidak memiliki gejala namun
dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung
dan kerusakan lainnya. Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk
menurunkan tekanan darah yaitu hidroterapi.

Tujuan untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan


pada Ny. A dengan diagnosa medis hipertensi menggunakan intervensi hydrotherapy.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan diagnosa medis
hipertensi. Intervensi yang diberikan adalah hydrotherapy. Asuhan keperawatan diberikan
selama tiga hari.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan berdasarkan tindakan pemberian


hydrotherapy didapatkan hasil tekanan darah pasien menurun (normal) dan hasil
pemeriksaan TTV: TD, 135/80 mmHg, RR 19 x/i, N, 85 x/i, S, 36,4 0C. Dengan
masalah nyeri akut teratasi, intoleransi aktivitas teratasi, gangguan pola tidur
teratasi, hentikan intervensi.
Kesimpulan teknik hydrotherapy dapat dilakukan dalam mengatasi masalah
hipertensi. hydrotherapy juga memiliki efek relaksasi bagi tubuh, sehingga dapat
merangsang pengeluaran hormon endorphin dalam tubuh dan menekan hormon
adrenalin dan dapat menurunkan tekanan darah apabila dilakukan dengan
kesadaran dan melalui kedisiplinan

Kata Kunci : Hipertensi, Hydrotherapy

Kepustakaan : 20 (2015-2023)

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu keadaan dimana terjadi

peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Penyakit hipertensi merupakan suatu

keadaan dimana tekanan darah sistolik yang meningkat menjadi 140 mmHg

atau lebih dan tekanan darah diastolik yang meningkat menjadi 90 mmHg atau

lebih. Apabila hipertensi terjadi dalam waktu yang lama dan tidak segera diatasi

maka dapat memicu terjadinya stroke, serangan jantung dan gagal jantung.

Hipertensi juga dapat mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)

bahkan angka kematian (mortalitas) (Morgan, 2019).

Prevalensi hipertensi didunia menurut World Health Organization (WHO)

yaitu diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30 – 79 tahun di seluruh

dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara

berpenghasilan rendah dan menengah. Diiperkirakan 46% orang dewasa

dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi tersebut.

Kurang dari separuh orang dewasa (42%) dengan hipertensi didiagnosa dan

diobati. Sekitar 1 dari 5 orang dewasa (21%) dengan hipertensi dapat

mengendalikannya. Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di

seluruh dunia. Salah satu target global penyakit tidak menular adalah

menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030.

Prevalensi hipertensi bervariasi di seluruh wilayah dan kelompok pendapatn

rendah. Wilayah Afrika WHO memiliki prevalensi hipertensi tertinggi 27%

sedangkan wilayah WHO Amerika memiliki prevalensi terendah yaitu 18%

(WHO, 2023).

1
2

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan laporan Riskesdas pada

bulan Maret 2018 menyatakan bahwa hasil pengukuran pada penduduk usia

≥18 tahun sebesar 34,1%, dengan provinsi tertinggi di Kalimantan Selatan

(44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus

hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di

Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (0,7%). Di Indonesia

sendiri khususnya di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa sebanyak 25,6% di

Kabupaten Bantaeng yakni 100% dan Kabupaten Pinrang yakni 87,67%.

Dengan estimasi penderita sebanyak 381.133 orang yang mendapat pelayanan

(Dinkes, 2020).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar

merupakan kota ketiga terbanyak hipertensi di provinsi tersebut, dengan total

prevalensi 11,596%. Hal ini menyebabkan penyakit hipertensi di Kota Makassar

berada di urutan ke-2 dari 10 penyakit terbanyak dengan prevalensi hipertensi di

Kota Makassar mencapai 27,61%, sedangkan angka mobilitasnya mencapai

18,6% (Latupeirissa & Alhamd, 2022).

Penurunan angka hipertensi atau pencegahan tersier hipertensi pada

umumnya dilakukan melalui 2 intervensi, yaitu farmakologi dan nonfarmakologi.

Dimana pemberian terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi (amlodipin) dan

terapi nonfarmakologis (hydrotherapy) yang dapat mengontrol kenaikan tekanan

darah (Anwar and Masnina, 2019).

Salah satu terapi non farmakologi yaitu hydrotherapy rendam hangat ini

sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya yang

mahal dan tidak memiliki efek samping yang berbahaya. Tujuan dari terapi ini

adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi edema, meningkatkan


3

relaksasi otot, menyehatkan jantung, mengendorkan otot-otot, menghilangkan

stress, meringankan rasa sakit, meningkatkan permeabilitas kapiler,

memberikan kehangatan pada tubuh sehingga saat bermanfaat untuk terapi

penurunan tekanan darah pada kasus hipertensi. Teknik hydrotherapy juga

memiliki efek relaksasi bagi tubuh, sehingga dapat merangsang pengeluaran

hormon endorphin dalam tubuh dan menekan hormon adrenalin dan dapat

menurunkan tekanan darah apabila dilakukan dengan kesadaran dan melalui

kedisiplinan (Ngomane et al., 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dilianti, Candrawati dan

Aldi (2017) didapati bahwa hidroterapi efektif menurunkan tekanan darah

dengan P-value (0,000) < (0,050) dan penelitian lain dilakukan oleh Letlora

(2018) didapati bahwa ada pengaruh signifikan terhadap tekanan darah baik

sistol maupun diastol.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

membuat karya ilmiah akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. A

Dengan Masalah Hipertensi Menggunakan Intervensi Hydroterapy

(Rendam kaki air hangat)”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

membuat karya ilmiah akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. A

Dengan Masalah Hipertensi Menggunakan Intervensi Hydroterapy

(Rendam kaki air hangat) Di Ruang Ibis RS Bahyangkara Makassar”


4

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Didiskripsikan secara umum tentang asuhan keperawatan Hipertensi

pada Ny. A dengan masalah keperawatan Nyeri Akut menggunakan

intervensi hydorterapy (Rendam kaki air hangat)

2. Tujuan Khusus

a. Dilakukan pengkajian pada Ny. A dengan Hipertensi

b. Dirumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. H dengan Hipertensi

c. Disusun intervensi keperawatan pada Ny. A dengan Hipertensi

d. Dilaksanakan intervensi keperawatan pada Ny. A dengan Hipertensi

e. Dimplementasikan dan mengevaluasi pada Ny. A dengan masalah

keperawatan Nyeri menggunakan intervensi hydroterapy ( Rendam kaki

air hangat)

D. MANFAAT

Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak :

1. Teoritis

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan serta teori-

teori kesehatan khususnya dalam upaya penerapan dan sumber informasi

terkait asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami hipertensi

dengan masalah nyeri.

2. Praktis

a. Bagi Perawat

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan khususnya

dalam praktek pelayanan keperawatan bagi pasien yang mengalami

hipertensi dengan masalah nyeri


5

b. Bagi Rumah Sakit

Hasil studi ini bisa menjadi masukan bagi pelayanan di rumah sakit agar

dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan asuhan keperawatan pada

pasien hipertensi

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi dan menambah wawasan khususnya para mahasiswa

yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami hipertensi

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai

hydroterapy (Rendam kaki air hangat) terhadap perubahan tekanan

darah pada pasien dengan hipertensi

e. Bagi Pasien Dan Keluarga Pasien

Sebagai sumber informasi mengenai penyakit hipertensi dengan

masalah nyeri sehingga keluarga pasien mampu melakukan intervensi

keperawatan mandiri di rumah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP HIPERTENSI

1. Defini Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah di pembuluh

darah seseorang mengalami peningkatan secara kronis. Hipertensi atau

tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Hipertensi menjadi penyebab meningkatnya angka

mordibilitas dan mortalitas di dunia (Dewi, 2019).

2. Anatomi dan Fisiologis Jantung

a. Anatomi Jantung

1) Jantung

System kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah (arteri,

vena, kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama system kardiovaskular

adalah mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dan

memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk

dioksigenasi (Aspiani, 2016).

Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan

berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastunum. Jantung

berbentuk seperti kerucut tumpul dan bagian bawah disebut apeks

terletak lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepi terletak pada ruang

interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm dari kiri linea medioklavikularis,

6
7

bagian atas disebut basis terletak agak ke kanan pada kosta ke III

sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki ukuran panjang sekitar 12

cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 200- 425 gram,

pada laki-laki sekitar 310 gram dan pada perempuan sekitar 225 gram

(Aspiani, 2016).

Jantung adalah organ muscular yang tersusun atas dua atrium dan

dua ventrikel. Jantung dikelilingi oleh kantung pericardium yang terdiri

atas dua lapisan,yakni:

a) Lapisan visceral (sisi dalam)

b) Lapisan periatealis (sisi luar)

Dinding jantung mempunyai tiga lapisan, yaitu:

a) Epikardium merupakan lapisan terluar , memiliki struktur yang sama

dengan pericardium visceral.

b) Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang

berperan dalam menentukan kekuatan konstraksi.

c) Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan

endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup

jantung.

Jantung mempunyai empat katup, yaitu:

a) Trikupidalis

b) Mitralis (katup AV)

c) Pulmonalis (katup semilunaris)

d) Aorta (katup semilunaris)


8

Jantung memiliki 4 ruang , yaitu atrium kanan, atrium kiri dan

ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling

berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah.

Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.

Gambar 2.1 Aorta

Riyadi 2019

2) Pembuluh Darah

Setiap sel didalam tubuh secara langsung bergantung pada

keutuhan dan fungsi system vaskuler, karena darah dari jantung akan

dikiri ke setiap sel melalui system tersebut. Sifat structural dari setiap

bagian system sirkulasi darah sistemik menentukan peran fisiologinya

dalam integrasi fungsi kardiovaskular. Keseluruhan system peredaran

(system kardiovaskular) terdiri atas arteri, arteriola, kapiler, venula, dan

vena.(Aspiani, 2016)

a) Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan

(intima,media,adventisia) yang membawa darah yang mengandung

oksigen dari jantung ke jaringan.


9

b) Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang

mevaskularisasi kapiler.

c) Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula (pembuluh

darah yang lebih besr yang bertekanan lebih rendah dibandingkan

dengan arteriol), dimana zat gizi dan sisa pembuangan mengalami

pertukaran

d) Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena

e) Vena adalah pembuluh yang berkapasitas-besar, dan bertekanan

rendah yang membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke jantung.

b. Fisiologi

1) Siklus Jantung

Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung.

Dalam bentuk yang pailng sederhana, siklus jantung adalah kontraksi

bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik

berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.

Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan

relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole

(saat ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole (saat ventrikel

relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan depolarisasi

spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan keadaan

relaksasi ventrikel

Pada siklus jantung, systole (kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel

sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari

ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan

ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah


10

melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya.

Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis.

Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri.

Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali

darah ke atrium dan siklus kembali.

a) Sistole atrium

b) Sistole ventrikel

c) Diastole ventrikel

2) Tekanan Darah

Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan

oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari dinding pembuluh

darah, timbul dari adanya tekanan pada dinding arteri. Tekanan arteri

terdiri atas tekanan sistolik, tekanan diastolik, tekanan pulsasi, tekanan

arteri rerata.

Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir

pada arteri saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140

mmHg. Tekanan diastolic yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada

saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan pulsasi

merupakan reflek dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya

sekitar 40-90 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rerata merupakan

gabungan dari tekanan pulsasi dan tekanan diastolic yang besarnya

sama dengan sepertiga tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolik.

Tekanan darah sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan systole dan

tekanan diastole yang normal berkisar120/80 mmHg. Peningkatan

tekanan darah lebih dari normal disebut hipertensi dan jika kurang
11

normal disebut hipotensi. Tekanan darah sanagat berkaitan dengan

curah jantung, tahanan pembuluh darah perifer (R). Viskositas dan

elastisitas pembuluh darah (Aspiani, 2016).

3. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (AHA) American Heart Assosiation on Guideline for the

Prevention, Detection, Evaluation and Management of High Blood Pressure in

Adults tahun 2017 hipertensi dibedakan berdasarkan tingkatan sebagai

berikut:

No Kategori Sistolik Diastolik

(mmHg) (mmHg)

1 Normal <120 <80

2 Pre Hipertensi 120 – 139 80 - 89

3 Hipertensi Stage 1 140 – 159 90 - 99

4 Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥ 100

5 Hipertensi Krisis > 180 > 110

Sumber : AHA & JNC VIII, 2014

4. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan

tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi

terjadinya hipertensi :

a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau

transport Na.
12

b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

c. Stress karena lingkungan

d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.

(Aspiani, 2016)

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian

dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer

disebabkan oleh faktor berikut ini.

1) Faktor keturunan Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya

hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah

meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras

kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

3) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g),

kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum

obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).

b. Hipertensi sekunder
13

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu

contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi

akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau

akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke

ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan

pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara

langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak

langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.

Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang

terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma,

yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan

peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit

cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi

garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis

aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-

nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap

sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2016).

5. Tanda dan gejala

Menurut (Riskia, 2021), tanda dan gejala hipertensi adalah sebagai

berikut :

a. Sakit kepala, Pusing (sakit kepala sebelah, sakit kepala seluruhnya,

kepala berdenyut seperti ditusuk-tusuk, melayang, vertigo)

b. Kaki bengkak

c. Mimisan
14

d. Mual, muntah

e. Pelupa

f. Pandangan mata kabur bahkan bisa sampai buta

g. Komplikasi berat seperti sesak nafas hebat, pingsan akibat stroke.

6. Komplikasi

Komplikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014)

a. Penyakit jantung

Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.

b. Ginjal

Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah

akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu

sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane

glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic

koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.

c. Otak

Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah- daerah yang

diperdarahi berkurang.

d. Mata

Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga

kebutaan.

e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri


15

Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan

arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis

(pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa kasus perdarahan

meluas sampai ke intraventrikuler (Intra Ventriculer Haemorrhage) atau IVH

yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga memperburuk luaran.

1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh darah otak

yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy

amyloid. Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa

karena berbagai hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi

arteriovenous, neoplasma intrakranial, thrombosis atau angioma vena.

Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai faktor, sebagian besar

berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi

perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah

7. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada

titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang

serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


16

mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi

natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional

pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner &

Suddarth, 2016).
17

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi adalah seperti

laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan

menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab

hipertensi, biasanya diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah

(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDI,

dan EKG), sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti

klirens kreatinin protein urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan

ekokardiografi. (Mansjoer,2017).

Selain pemeriksaan diatas, juga dapat dilakukan pemeriksaan berikut

untuk mendiagnosa hipertensi :

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

b. Pemeriksaan retina

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti

ginjal dan jantung

d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

g. Foto dada dan CT scan

9. Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko

penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.


18

Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik

dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol

factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau

dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara

non-farmakologis, antara lain:

a. Pengaturan diet

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah

pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat

mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat

berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang

dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi

mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat

menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat

pada dinding vascular.

3) Diet kaya buah dan sayur

4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

b. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan

berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi

beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi

menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan

hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat

efektif untuk menurunkan tekanan darah.


19

c. Memperbaiki gaya hidup dan kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk

mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui

menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja

jantung.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas klien

1) Identitas klien meliputi :

Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit

(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.

2) Identitas penanggung jawab

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status

hubungan dengan pasien

b. Keluhan utama

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,

pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan

impotensi.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan

pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta

biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak jantung

tak teratur, nyeri dada.


20

d. Riwayat kesehatan dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit ginjal,

stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan

masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit

metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan

penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain

f. Aktivitas/istirahat

Tanda : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Gejala : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

g. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,

penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna

kulit, suhu dingin

h. Integritas ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor

stress multipel

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,

tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan

menghela, peningkatan pola bicara

i. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

j. Makan/cairan
21

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak dan kolesterol.

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema

k. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,

berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan

retinal optik

l. Nyeri/Ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital

berat, nyeri abdomen

m.Pernapasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,

dispnea nocturnal roksimal, batuk dengan atau tanpa sputum,

riwayat merokok

n. Keaamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga


22

dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017).

Berikut diagnosa yang akan muncul bagi pasien dengan hipertensi :

a. Nyeri Akut

b. Intoleransi aktivitas

c. Defisit pengetahuan

d. Perfusi Parifer tidak efektif

e. Resiko penurunan curah jantung

f. Ansietas

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh

perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai

luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah

perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk

mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan pada intervensi

keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI,

2018).

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 D.0077 L.08066 I.08238 ( Manajemen Nyeri)

Nyeri Akut setelah dilakukan tindakan Observasi :

keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,

diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan

menurun dengan Kriteria Hasil : intensitas nyeri


23

1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi respon nyeri non verbal

2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat

3. Frekuensi nadi membaik dan mempengaruhi nyeri

Terapeutik :

1. Berikan teknik non farmakologis

untuk mengurangi rassa nyeri (Mis :

terapi musik, terapi pijat, kompres

hangat/ dingin dll)

2. Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri (mis.suhu

ruangan, pencahayan, kebisingan)

Edukasi :

1. Jelaskan strategi meredahkan nyeri

2. Ajarkan tehknik non farmakologis

3. Anjurkan memonitor nyeri secara

mandiri

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian analgetik

2 D.0056 (L.03030) I.05178 ( Manajemen energi)

Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi :

keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh

maka diharapkan toleransi yang mengakibatkan kelelahan

aktivitas meningkat membaik 2. Monitor kelebihan fisik dan


24

dengan kriteria hasil kelemahan

1. Frekuensi nadi meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur

2. Kemudahan dalam 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan

melakukan aktivitas sehari- selama melakukan aktivitas

hari meningkat Terapeutik :

3. Jarak berjalan meningkat 5. Sedikan lingkungan nyaman dan

4. Keluhan lelah menurun rendah stimulus (suara)

6. Lakukan latihan rentang gerak pasif

atau aktif

7. Berikan aktivitas distraksi yang

menenangkan

Edukasi :

8. Anjurkan tirah baring

9. Anjurkan lakukan secara bertahap

10. Ajarkan strategi koping untuk

mengurangi kelelahan

Kolaborasi :

11. kolaborasi dengan ahli gizi tentang

cara meningkatkan asupan makanan

3 D.0111 L.12111 I. 12383 (Edukasi Kesehatan)

Defisit pengetahuan setelah dilakukan tindakan Observasi :

keperawatan selama 3x24 jam 1. Indentifikasi kesiapan dan

diharapkan tingkat pengetahuan kemampuan menerima informasi

meningkat dengan Kriteria Hasil 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat


25

: meningkatan dan menurunkan

1. Perilaku sesuai anjuran motivasi perilaku hidup bersih dan

meningkat sehat

2. Kemampuan menjelaskan Terapeutik :

pengetahuan tentang sesuai 3. Sediakan materi dan media

dengan topik meningkat pendidikan kesehatan

3. Perilaku sesuai dengan 4. jadwalkan pendidikan kesehatan

pengetahuan meningkat sesuai kesepakatan

4. Pertanyaan tentang masalah 5. Berikan kesempatan untuk bertanya

yang dihadapi menurun Edukasi

6. Jelaskan faktor resiko yang dapat

mempengaruhui kesehatan

7. Ajarkan strategi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan

perilaku hidup yang bersih dan sehat

4 D. 0009 Setelah dilakukan tidakan I.02079 (Perawatan sirkulasi)

Perfusi perifer tidak keperawatan selama 3x24 jam Observasi :

efektif diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi perifer (Mis. Nadi

meningkat dengan kriteria hasil : perifer,edema. Warna, suhu,

1. Tekanan darah sistolik pengisian kapiler)

membaik 2. Identifikasi faktor resiko gangguan

2. Tekanan darah diastolik sirkulasi (Mis. Diabetes, perokok,

membaik orang tua, hipertensi, dan kadar

3. Turgor kulit membaik kolestrol tinggi)


26

3. Monitor panas, nyeri, atau bengkak

pada ekstermitas

Teraputik :

4. Hindari pengukuran tekanan darah

diarea keterbatasan perfusi

5. Hindari pemasangan infus atau

pengambilan darah diarea

keterbatasan perfusi

6. Lakukan pencegahan infeksi

Edukasi :

7. Anjurkan berhenti merokok

8. Anjurkan berolahraga rutin

9. Anjurkan minum obat pengontrol

tekanan darah secara teratur

5 D.0011 L.02008 I.02075 (Perawatan Jantung)

Resiko penurunan setelah dilakukan tindakan Observasi :

curah jantung keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi tanda/gejala primer

diharapkan curah jantung penurunan curah jantung (meliputi :

meningkat dengan kriteria hasil : Dispnea,kelelahan, edema,

1. Kekuatan nadi periffer peningkatan CVP)

meningkat 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder

2. Tekanan darah membaik penuruanan curah jantung ( meliputi :

3. Capilitary refil time (CRT) Peningkatan berat badan,

membaik hepatomegali, distensi vena

4. Lelah menurun jugularis,palpitasi, ronkhi basah, kulit


27

5. Takikardia menurun pucat)

3. Monitor tekanan darah

4. Monitor keluhan nyeri dada

5. Monitor EKG

Terapeutik :

6. Posisikan pasien semi-fowler/fowler

atau posisi nyaman

7. Beri diet jantung yang sesuai

8. Fasilitas pasien dan keluarga untuk

memodifikasi gaya hidup sehat

9. Berikan oksigen untuk

mempertahankan saturasi oksigen

>94%

Edukasi :

10. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai

toleransi

11. Ajarkan pasien dan kelauraga

mengukur berat badan haruan

Kolaborasi :

12. Kolaborasi pemberian antiaritmia,

jika perlu

6 D. 0080 Setelah dilakukan tindakan I.09134 (Reduksi Ansietas)

Ansietas keperawatan selama 3x24 jam Observasi:

di harapkan tingkat ansietas 1. Identifikasi saat tingkkat ansietas

meurun dengan Kriteria Hasil : berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)


28

1. Verbalisasi kebingungan 2. Monitor tanda-tanda ansietas

menurun Terapeutik :

2. Verbalisasi khawatir akibat 3. Ciptakan suasan terapeutik untuk

kondisi yang dihadapi menumbuhkan kepercayaan

3. Keluhan pusing menurun 4. Temani pasien untuk mengurangi

4. Tekanan darah menurun kecemasan, jika memungkinkan

5. Pahami situasi yang membuat

ansietas

6. Dengarkan dengan penuh perhatian

7. Gunakan pendektan yang tenag dan

menyakinkan

Edukasi :

5. Jelaskan prosedur, termasuk sensai

yang dialami

8. Anjurkan keluarga untuk tetap

bersama pasien jika perlu,

9. Informasikan secara faktual

mengenai diagnosis, pengobatan,

prognosis

10. Anjurkan mengungkapkan perasaan

dan peresepsi

4. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan

yang telah disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivvitas
29

perawat dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga

untuk mencapai hasil yang diharapkan dari pasien (Pangkey et al., 2021)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada

dokumentasi ini akan membandingnkan secara sistematis dan terencana

tentang kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan

dengan kenyataan yang dialami oleh pasien dengan melibatkan pasien dan

tenaga Kesehatan lainnya (Pangkey et al., 2021).


BAB III

METODE DAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. METODE

1. Desain Karya Ilmiah Akhir

Desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Studi kasus

deskriptif merupakan jenis penelitian yang hanya menggambarkan atau

memaparkan variabel yang diteliti tanpa menganalisa hubungan antar

variabel (Sedán et al., 2020). Pendekatan yang digunakan merupakan

pendekatan asuhan keperawatan pada Ny.A Dengan Diagnosa Medis

Hipertensi. Dengan Intervensi Hydrotherapi (rendam kaki air hangat) Di

Ruang Ibis RS Bhayangkara Makassar yang meliputi pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Subjek Kasus

Penelitian yang dilakukan melibatkan 1 subjek yaitu pasien kelolaan Ny.H

dengan diagnosa medis Hipertensi, di Ruang Ibis RS Bhayangkara Makassar,

3. Lokasi Studi Kasus

a. Lokasi

Penelitian dilakukan diruang Ibis Rumah Sakit Bhayangkara Makasssar

b. Waktu

Penelitian ini dilakukan selama 4 hari yaitu pada tanggal 4 juli 2023-7juli

2023, dengan waktu 4 kali kunjungan ke kamar pasien diruang Ibis Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar

4. Fokus Studi Kasus

Karya Ilmiah Akhir ini berfokus kepada Asuhan Keperawatan Hipertensi

pada Ny.H dengan menggunakan intervensi Hydrotherapi (rendam kaki air

30
31

hangat) untuk membantu mengurangi Nyeri pada Ny.A Di ruang Ibis Rumah

sakit Bhayangkara Makassar.

5. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015) adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki

variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

a. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal.

b. Asuhan keperawatan klien dengan Hipertensi adalah asuhan keperawatan

komprehensif yang diberikan melalui metode proses keperawatan dari

pengkajian, penegakan masalah keperawatan, menentukan intervensi,

melakukan intervensi, lalu evaluasi pada klien yang mempunyai diagnose

medis Hipertensi.

6. Instrumen Studi Kasus\

Instrumen penelitian yang digunakan adalah SOP Hydotherapi, pada buku

laporan catatan keperawatan pasien Ny.A

7. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya (Aprilia, 2020).

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dengan

menggunakan pertanyaan terbuka atau tertutup, penulis bertanya langsung


32

kepada pasien. Dengan demikian akan memudahkan penulis untuk

mengetahui masalah keperawatan pasien

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan

pemeriksaan mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk

mendapatkan data fisik pasien ecara keseluruhan (Aprilia, 2020). Penulis

melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada pasien dengan

Tuberkulosis.

c. Observasi Partisipasif

Observasi partisipatif adalah suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien selama dirawat dirumah sakit dan lebih bersifat

objektif, yaitu dengan melihat respon pasien setelah dilakukan tindakan.

Penulis melakukan observasi partisipatif dengan cara melihat respon

pasien setelah penulis melakukan tindakan keperawatan (Hinestroza,

2018)

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu teknik yang diperoleh dengan

mempelajari buku laporan, catatan medis serta hasil pemeriksaan yang

ada. Penulis mempelajari buku laporan, catatan yang mengenai data-data

pasien (Hinestroza, 2018)

8. Analisa Data

Analisa data penelitian berfokus pada kasus tentang pemberian teknik

Hydrotherapi (rendam kaki air hangat) pada Ny.A dengan Hipertensi

menggunakan domain analisis, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran


33

yang bersifat umum dan relative yang menyeluruh tentang apa yang tercakup

pada fokus penelitian. Domain penelitian berupa teknik Hydrotherapi (rendam

kaki air hangat). Data yang terkumpul dilakukan penyederhanaan melalui

pemfokusan dan seleksi menjadi informasi yang bermakna. Kemudian

disajikan dalam bentuk narasi yang tersusun secara sistematis dan mudah

dipahami. Setelah itu dilakukanya penarikan sebuah kesimpulan dari

keseluruhan penelitian.

9. Prinsip Etik

Sebuah penelitian harus memperhatikan prinsip etik penelitian sebagai

bentuk rasa tanggung jawab terhadap upaya untuk mengenal dan

mempertahankan hak asasi manusia sebagai bagian dari sebuah penelitian

(Ropyanto et al., 2013). Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

a. Informed consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian. Bila subyek, maka

peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak

subyek.

b. Anonymity(tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

c. Confodentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data
34

yang telah dikumpul disimpan dalam disket dan hanya bisa diakses oleh

peneliti dan pembimbing.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

I. DATA UMUM

1. Identita Pasien

Nama : Ny.A

Umur : 62 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Makassar

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : jln. Kacong dg lalang

No RM : 610114

Diagnosa Medis : Hipertensi

2. Penanggung Jawab

Nama : Ny.R

Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : IRT

Pendidikan terakhir : SMA

Hubungan dengan klien: Anak klien

Alamat : jln. Kacong dg lalang

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan Utama : Nyeri pada tengkuk*


35

2. Alasan masuk Rs : pasien mengatakan nyeri pada tengkuk,* mual, pusing,

sulit tidur sejak 2 hari yang lalu dan memberat sejak semalam, sehingga

diantar oleh keluarganya ke Rumah Sakit.

3. Riwayat penyakit

Provocative : Adanya tekanan darah tinggi*

Quality : Seperti tertusuk-tusuk

Region : Nyeri pada tengkuk

Severity : Skala nyeri sedang, NRS 6/10

Timing : Hilang Timbul

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

a. Saat kecil / anak-anak

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit serius saat kecil

b. Riwayat Perawatan

Pasien mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit

c. Riwayat Operasi

Pasien mengatakan tidak pernah operasi

d. Riwayat pengobatan

Pasien mengatakan saat sakit klien membeli obat di apotik / warung

untuk minum

2. Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

3. Riwayat Imunisasi

Pasien mengatakan sudah tidak ingat imunisasinya


36

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Genogram
X
X X X

? ? X ?
x
X

X 62 ?

Simbol genogram :

: Laki-Laki ? : Tidak di ketahui umur

: Perempuan X : Meninggal

: Pasien : Garis Keturunan

: Garis Perkawinan ....... : Tinggal serumah

Keterangan :

Generasi I : kakek dan nenek pasien telah meningal akibat faktor usia

Generasi II : Ayah dan ibu pasien sudah meninggal dengan faktor yang tidak

diketahui

Generasi III : pasien anak ke dua dari 3 bersaudara dan kakak pasien yang

pertama sudah meninggal dan pasien mengatakan sudah tidak

ingat faktor penyebabnya

V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

1. Pola koping

Pasien mengatakan jika ada masalah selalu bercerita kepada keluarganya


37

2. Harapan klien terhadap penyakitnya

Pasien berharap penyakitnya cepat sembuh dan pulang ke rumah

3. Faktor Stressor

Klien mengatakan nyeri kepala membuatnya sulit tidur

4. Konsep diri

Pasien mengatakan selama dirawat klien dapat melakukan aktivitasnya

sendiri

5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan ia mengetahui tentang penyakitnya

6. Adaptasi

Pasien mengatakan mampu beradaptasi dengan lingkungannya

7. Hubungan dengan anggota keluarga

Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya baik

8. Hubungan dengan masyarakat

Pasien mengatakan hubungan dengan masyarakat baik

9. Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara

Pasien mengatakan selalu memperhatikan lawan bicaranya, pasien tampak

gelisa*

10. Aktivitas sosial

Pasien mengatakan selama dirawat di RS pasien semua aktivitas di bantu

oleh keluarga*

11. Bahasa yang sering digunakan

Klien mengatakan bahasa yang sering digunakan bahasa indonesia dan

bahasa makassar

12. Keadaan lingkungan


38

Klien mengatakan keadaan lingkungannya bersih

13. Kegiataan keagamaan/pola ibadah

Klien mengatakan selama sakit klien hanya sembayang di tempat tidur

14. Keyakinan tentang kesehatan

Klien mengatakan yakin bahwa penyakitnya akan sembuh

VI. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Makan

Sebelum MRS : pasien mengatakan sebelum sakit nafsu makannya baik,

klien makan 3 x sehari dengan nasi, sayur, ikan dll. Porsi

makan di habiskan .

Setelah MRS : Pasien mengatakan makan 3x sehari sesuai yang di

sediakan oleh rumah sakit, porsi 1/4 dihabiskan

2. Minum

Sebelum MRS : Pasien mengatakan minum 6-7 gelas per hari

Setelah MRS : Pasien mengatakan minum jika haus 3-4 gelas perhari

3. Tidur

Sebelum MRS : Pasien mengatakan tidurnya baik kalau malam 8-9 jam

dan siang 2 jam

Seteleh MRS : Klien mengatakan sulit tidur karena merasa nyeri sehingga

klien sering terjaga*

4. Eliminasi Fekal / BAB

Sebelum MRS : Pasien mengatakan BAB lancar 1-2x / hari setiap pagi,

konsistensi lunak dan berwarna kuning.

Setelah MRS : Pasien mengatakan BAB 1x selama masuk rumah sakit,

konsistensi lunak dan berwarna kuning.


39

5. Eliminasi Urin / BAK

Sebelum MRS : Pasien mengatakan BAK 5-6 kali sehari dengan warna

kuning

Setelah MRS : Pasien mengatakan BAK 7-8 kali sehari dengan warna

kuning

6. Aktivitas dan Latihan

Sebelum MRS : Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas setiap

hari secara mandiri

Setelah MRS : Pasien mengatakan selama dirawat di RS semua aktivitas

dibantu oleh keluarga. Klien tampak hanya terbaring di

tempat tidur , aktivitas klien tampak dibantu*

7. Personal Hygiene

Sebelum MRS : Pasien mengatakan mandi, menggosok gigi secara rutin

2x/ hari, shampo 2x seminggu, memotong kuku jika

panjang

setelah MRS : Pasien mengatakan belum mandi 1x sehari

VII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Lemah*

2. Kesadaran : Composmetis GCS (E4, M6, V5)

3. BB : 56 Kg

4. Kehilangan BB : -

5. Vital Sign :

TD : 178/90mmHg

N : 90x/m

S : 36,8℃
40

RR : 20x/m

SPO2 : 99%

6. Head To Toe

a. Warna kulit

I : Warna kulit putih, turgor kulit lembab, tidak ada udem, turgor kulit

baik

b. Kepala dan rambut

I : Bentuk kepala bulat, posisi kepala normal, warna rambut hitam ada

uban, kulit kepala dan rambut tampak bersih, tidak ada peradangan

di kepala

P : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada keluhan

c. Mata

I : Simetris kanan dan kiri, fungsi penglihatan normal, sclera tidak

ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor, kelopak mata tidak edema,

tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

d. Hidung

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan, tidak ada polip, fungsi

penciuman baik, tidak ada keluhan

e. Telinga

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada peradangan, tidak ada

perdarahan, fungsi pendengaran baik, tidak menggunakan alat

bantu pendengaran

f. Mulut dan gigi


41

I : Kebersihan mulut terjaga, mukosa bibir lembab, lidah bersih, gigi

bersih, tidak ada caries gigi, dan tidak ada perdarahan gusi, gigi

tampak ada yang tanggal

g. Leher

I : Tidak ada pembesaran kelenjar tyrohid, tidak ada pemebesaran

vena jugularis, gerekan leher baik, tidak ada keluhan yang

berhubungan

P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

h. Dada

Paru-paru

I : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot dada, tidak ada lesi.

P : Sonor

P : Ekspansi dada sama dan tidak ada nyeri tekan.

A: : Tidak ada suara napas tambahan

Jantung

I : Icterus cordis tidak tampak

P : Icterus cordis teraba pada midclavikula sinistra

P : Tidak ada pembesaran jantung

A : Bunyi jantung normal lupdup

i. Abdomen

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, abdomen tampak datar

A : Ada suara Peristaltik

P : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri

P : Suara perkusi tympani

j. Perineum dan genitelia : Tidak dikaji


42

k. Ekstermitas atas dan bawah

Ekstermitas Atas

I : - Tangan kanan, kekuatan otot 5, ROM aktif, capilary refil < 2 detik.

- Tangan kiri, terpasang infus RL 20 tpm tidak ada tanda-tanda

infeksi kekuatan otot 5, ROM aktif,

P : Tidak ada nyeri tekan, akral teraba hangat

Ekstermitas bawah

I : - Kaki kanan, pasien dapat menggerakkan kaki kanan secara

mandiri, kekuatan otot 5, capilary refile < 2 detik,

- Kaki kiri, pasien dapat menggerakkan kaki kiri secara mandiri,

kekuatan otot 5, capilary refile < 2 detik,


43

VIII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Nama : Ny. A Tggl pemeriksaan : 03/07/2023

Umur : 62 RM : 610114

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


KIMIA DARAH
- Ureum 19 mg/dl 10-50
- Creatinin 0,7 mg/dl L:0,6-2,0 / P: 0,5-1,2
- SGOT 20 u/L L: 5-40/ P:5-40
- SGPT 16 u/L L: 5-41 / P: 5-41

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
WBC 33,38 10³/uL 4.0-10.0
HCT 33, 3 g/dL 11.016.0
PLT 456.0 10³/uL 150.0-400.0

JENIS PENGOBATAN MEDIS

JENIS DOSIS RUTE INDIKASI


THERAPY PEMBERIAN
RL 22 TPM IV Therapy cairan
Amlodipine 5 mg 3x sehari Oral Menurunkan
hipertensi
Ranitidine 50 mg (2ml) 8 jam IV Meredahkan
nyeri
44

IX. KLASIFIKASI DATA

Data Objektif Data Subjektif

1. Pasien mengatakan nyeri pada tengkuk 1. Pasien tampak meringis dan

dan pusing* menahan kesakitan*

P : Adanya tekanan darah tinggi 2. Pasien tampak lemas dan

Q : Seperti tertusuk-tusuk mengantuk*

R : Nyeri pada tengkuk 3. Wajah pasien tampak lesuh*

S :Skala nyeri sedang, NRS 6/10 4. Nampak aktivitas pasien di bantu

T : Hilang timbul keluarga (makan dan toileting)*

2. Pasien mengatakan sulit tidur karena 5. Pasien nampak hanya berbaring di

merasa nyeri sehingga pasien sering tempat tidur *

terjaga* 6. Ku : Lemah

3. Pasien mengatakan selama di rumah TD : 178/90mmHg

sakit akivitasnya dibantu sama N : 90x/m

keluarga* S : 36,8℃

4. Pasien mengatakan saat beraktivitas RR : 20x/m

nyerinya semakin berat* SPO2 : 99%


45

X. ANALISA DATA

No DATA Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS : Kerusakan vasikuler pembuluh Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri darah

pada tengkuk dan pusing.


Perubahan struktur
P : Adanya tekanan darah

tinggi Penyumbatan pembuluh darah

Q : Seperti tertusuk-tusuk
Vasokonstriksi
R : Nyeri pada tengkuk
Gangguan sirkulasi
S : Skala nyeri sedang ,

NRS 6\10 Resistensi pembuluh darah otak


T : Hilang timbul
Nyeri akut
DO :
- Pasien nampak meringis
dan menahan kesakitan
- Hasil TTV
TD 178/90, N.90x/m,
S.36,8℃, RR.20x/m Spo2 .
99%
2. DS : Kerusakan vasikuler pembuluh Ganggun pola tidur
- Pasien mengatakan sulit darah
tidur karena merasa nyeri
46

sehingga pasien sering Perubahan struktur


terjaga
DO : Penyumbatan pembuluh darah
- Pasien nampak lemas dan
mengantuk Vasokonstriksi

- Wajah pasien nampak


lesu Gangguan sirkulasi

Resistensi pembuluh darah otak

Nyeri akut

Gangguan pola tidur

3. DS : Umur Intoleransi aktivitas


- Klien mengatakan selama
di Rumah Sakit Kerusakan vasikuler pembuluh
aktivitasnya di bantu sama darah
keluarga
- Pasien mengatakan saat Perubahan struktur

beraktivitas nyerinya
memberat Penyumbatan pembuluh darah

DO :
Vasokonstriksi
- Ku lemah
- Nampak aktivitas pasien
Gangguan sirkulasi
dibantu kelurga
- pasien nampak hanya
Resistensi pembuluh darah otak
berbaring di tempat tidur
- Umur
Afterload meningkat

Fatigue

Nyeri akut
47

Intoleransi aktivitas

XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik d.b klien tampak meringis,
klien mengeluh nyeri pada tengkuk bagian belakang (D.0077)
2. Gangguan pola tidur b.d proses penyakit d.d klien tampak lemas
dan mengantuk (D.0055)
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d klien nampak tidak mampu
melakukan aktivitas (D.0056)
Disusun Berdasarkan Prioritas Diagnosis, Gunakan SDKI
48

XII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial Klien : Ny. A No. RM :

Umur Klien : 62 Tahun Dx. Medis : Hipertensi

No Diagnosa Implementasi Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 Nyeri Akut b.d Agen L.08066 I.08238 ( Manajemen Nyeri)


d.d klien mengeluh setelah dilakukan tindakan Observasi :
nyeri
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas dan
dengan Kriteria Hasil : intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang
3. Frekuensi nadi membaik memperberat dan mempengaruhi
nyeri
Terapeutik :
4. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rassa nyeri (Mis
: terapi musik, terapi pijat,
kompres hangat/ dingin dll)
hydroterapy
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan, pencahayan, kebisingan)
Edukasi :
6. Jelaskan strategi meredahkan
49

nyeri
7. Ajarkan tehknik non farmakologis
8. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Gangguan pola tidur (L.05045) I. 05174 (Dukungan Tidur)


b.d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan Observasi :
d.d klien tampak lemas keperawatan selama 3x24 jam pola 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dan mengantuk tidur membaik dengan kriteria 2. Identifikasi faktor penghambat
hasil : tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun Terapeutik :
2. Keluhan sering terjaga menurun 3. Modifikasi lingkungan misalnya
3. Keluhan istirahat tidak cukup pencahayaan, kebisingan, suhu,
menurun tempat tidur
4. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
misalnya pijat, akupresure, atau
pengaturan posisi
Edukasi :
5. Jelakan pentingnya tidur cukup
selama sakit
3 Intoleransi aktivitas b.d (L.03030) I.05178 ( Manajemen energi)
kelemahan d.d klien Setelah dilakukan tindakan
Observasi :
nampak tidak mampu keperawatan selama 3x24 jam
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
melakukan aktivitas maka diharapkan toleransi aktivitas
yang mengakibatkan kelelahan
meningkat membaik dengan kriteria
2. Monitor kelebihan fisik dan
hasil
kelemahan
1. Frekuensi nadi meningkat
3. Monitor pola dan jam tidur
2. Kemudahan dalam melakukan
4. Monitor lokasi dan
aktivitas sehari-hari meningkat
ketidaknyamanan selama
50

3. Jarak berjalan meningkat melakukan aktivitas


4. Keluhan lelah menurun Terapeutik :
5. Sedikan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (suara)
6. Lakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
7. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi :
8. Anjurkan tirah baring
9. Anjurkan lakukan secara bertahap
10. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
11. kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
51

XIII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Inisial Klien : Ny. A No. RM :


Umur Klien : 62 Tahun Dx. Medis : Hipertensi

Diagnosa Tanggal Jam IMPLEMENTASI EVALUASI


Nyeri Akut 5 juli 2023 08 : 30 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S :
- Pasien mengatakan masih nyeri pada
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
tengkuk dan pusing
Hasil : Pasien mengatakan nyeri pada tengkuk,
P : Adanya tekanan darah tinggi
nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri yang di
rasakan hilang timbul Q : Seperti tertusuk-tusuk
08 : 35 2. Mengidentifikasi skala nyeri
R : Nyeri pada tengkuk
Hasil : Pasien mengatakan skala nyeri 5
08 : 37 S:5
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
mempengaruhi nyeri T : Hilang timbul
Hasil : Pasien mengatakan faktor yang
O:
memperberat nyeri adalah saat pasien
- Pasien nampak masih meringis dan
beraktivitas dan yang memperingan yaitu pada
08 : 42 saat pasien baring menahan rasa sakit
4. Memberikan teknik non farmakologis untuk
- Hasil TTV
mengurangi rassa nyeri Hydrotherapi dll)
TD : 170/87mmHg
Hasil : Pasien melakukan Hydrotherapi (rendam
52

kaki air hangat) selama 10 menit N : 86x/m

08 : 55 5. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa


S : 36,6℃
nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayan,
RR : 20x/m
kebisingan)
Hasil : Suhu ruangan 22℃, jika siang lampunya Spo2 : 99%
dimatikan, begitu juga malam jika pasien mau
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
tidur, jumlah pengunjung dibatasi minimal 2
P : Lanjutkan Inttervensi
orang
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
09 : 00 6. Menjelaskan strategi meredahkan nyeri
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
Hasil : Menganjurkan dan mengajarkan pasien
- Identifikasi skala nyeri
jika merasakan nyeri lakukan hydrotherapi dan
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
09 : 05 teknik relaksasi napas dalam
mempengaruhi nyeri
7. Mengajarkan tehknik non farmakologis
- Berikan teknik non farmakologis untuk
Hasil : Mengajarkan pasien relaksasi napas
mengurangi rassa nyeri hydrotherapy
09 : 10 dalam
dll)
8. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
09 : 13 rasa nyeri (mis.suhu ruangan,
9. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
pencahayan, kebisingan
Hasil : Ranitidin 1 ampul, Amlodipine 1x10 mg,
- Jelaskan strategi meredahkan nyeri
candesartan, 1x8 mg.
- Ajarkan tehknik non farmakologis
- Anjurkan memonitor nyeri secara
53

mandiri
- Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan 09 : 15 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S:
Pola Tidur
Hasil : Pasien mengatakan tidur malam 4 jam, - Pasien mengatakan sulit tidur karena
tidur siang 2 jam merasa nyeri sehingga pasien sering
09 : 20
2. Mengidentifikasi faktor penghambat tidur terjaga
Hasil : Pasien mengatakan sulit tidur karena O :
nyeri, daan nyeri yang dirasakan hilang timbul - Klien nampak masih lemas dan
09 : 25
3. Memodifikasi lingkungan misalnya mengantuk
pencahayaan, kebisingan, suhu, tempat tidur - Wajah klien nampak masih lesu
Hasil : Pada malam hari lampu kamar pasien di A : Gangguan pola tidur belum teratsi
matikan dan membatasi jumlah pengunjung, P : Lanjutkan Intervensi
penjanga pasien 2 orang. - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
09 : 30
4. Melakukan prosedur untuk meningkatkan - Identifikasi faktor penghambat tidur
kenyamanan misalnya pijat, akupresure, atau - Modifikasi lingkungan misalnya
pengaturan posisi pencahayaan, kebisingan, suhu, tempat
Hasil : Pasien mengatakan lebih nyaman tirah tidur
09 : 35 baring - Lakukan prosedur untuk meningkatkan
5. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama kenyamanan misalnya pijat, akupresure,
sakit atau pengaturan posisi
Hasil : Pasien mengatakan mengerti dengan - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
penjelasan yang di sampaikan perawat
54

sakit

Intoleransi 09 : 40 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang S :


Aktivitas
mengakibatkan kelelahan - Klien mengatakan aktivitasnya masih
Hasil : Pasien mengatakan nyeri membuat di bantu sama keluarga
pasien lemah dan tidak mampu beraktivitas - Pasien mengatakan saat beraktivitas
09 : 45 2. Memonitor kelebihan fisik dan kelemahan nyerinya bertambah
Hasil : O:
Pasien mengatakan tidak mampu berjalan, dan - Ku lemah
saat duduk nyeri bertambah - Nampak aktivitas klien masih dibantu
09 : 50
3. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama kelurga
melakukan aktivitas - Klien nampak hanya masih berbaring di
Hasil : Pasien mengatakan saat duduk dan tempat tidur

09 : 55 beraktivitas A : Intoleransi aktivitas belum teratsi


4. Menyedikan lingkungan nyaman dan rendah P : Lanjutkan intervensi
stimulus (suara) - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Hasil : Pasien berada dalam kamar dimana mengakibatkan kelelahan
dalam ruangan tersebut hanya terdapat pasien - Monitor kelebihan fisik dan kelemahan
10 : 00 dan 2 anaknya - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
5. Menganjurkan tirah baring selama melakukan aktivitas
10 : 05
Hasil : Pasien tampak tirah baring - Anganjurkan tirah baring
6. Menganjurkan lakukan aktivitas secara - Anganjurkan lakukan aktivitas secara
55

bertahap bertahap

10 : 10 Hasil : Telah menganjurkan pasien untuk - Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi
melakukan aktivitas secara bertahap. tentang cara meningkatkan asupan
7. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi tentang makanan
cara meningkatkan asupan makanan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN H-2


56

Diagnosa Tanggal Jam IMPLEMENTASI EVALUASI


Nyeri Akut 6 juli 2023 09 : 10 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S :
- Pasien mengatakan masih nyeri pada
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
tengkuk dan pusing
Hasil : Pasien mengatakan nyeri pada tengkuk,
P : Adanya tekanan darah tinggi
nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri yang di
rasakan hilang timbul Q : Seperti tertusuk-tusuk
09 : 15 2. Mengidentifikasi skala nyeri
R : Nyeri pada tengkuk
Hasil : Pasien mengatakan skala nyeri 4
09 : 20 S:4
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
mempengaruhi nyeri T : Hilang timbul
Hasil : Pasien mengatakan faktor yang
O:
memperberat nyeri adalah saat pasien
- Pasien nampak masih meringis dan
beraktivitas dan yang memperingan yaitu pada
saat pasien baring menahan rasa sakit
09 : 25
4. Memberikan teknik non farmakologis untuk
- Hasil TTV
mengurangi rassa nyeri (Mis : terapi musik,
TD : 150/75mmHg
terapi pijat, kompres hangat/ dingin,
Hydrotherapi dll) N : 85x/m
Hasil : Pasien melakukan Hydrotherapi (rendam
S : 36,6℃
09 : 35 kaki air hangat)
RR : 19x/m
5. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayan,
57

kebisingan) Spo2 : 99%


Hasil : Suhu ruangan 22℃, jika siang lampunya
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
dimatikan, begitu juga malam jika pasien mau
P : Lanjutkan Inttervensi
tidur, jumlah pengunjung dibatasi minimal 2
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
09 : 40
orang
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
6. Menjelaskan strategi meredahkan nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Hasil : Menganjurkan dan mengajarkan pasien
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
jika merasakan nyeri lakukan hydrotherapi dan
09 : 45 mempengaruhi nyeri
teknik relaksasi napas dalam
- Berikan teknik non farmakologis untuk
7. Mengajarkan tehknik non farmakologis
mengurangi rassa nyeri (Mis : terapi
09 : 50 Hasil : Mengajarkan pasien relaksasi napas
musik, terapi pijat, kompres hangat/
dalam
dingin, hydrotherapy dll)
09 : 55 8. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis.suhu ruangan,
9. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
pencahayan, kebisingan
Hasil : Ranitidin 1 ampul, Amlodipine 1x10 mg,
- Jelaskan strategi meredahkan nyeri
candesartan, 1x8 mg.
- Ajarkan tehknik non farmakologis
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan 10 : 00 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S:
Pola Tidur
58

Hasil : Pasien mengatakan tidur malam 5 jam, - Pasien mengatakan sudah tidur

10 : 15 tidur siang 2 jam nyenyak karena nyerinya sudah


2. Mengidentifikasi faktor penghambat tidur berkurang
Hasil : Pasien mengatakan sulit tidur karena O :
nyeri, daan nyeri yang dirasakan hilang timbul - pasien tampak sudah tidak lemas
10 : 20
3. Memodifikasi lingkungan misalnya - Pasien tampak mulai segar
pencahayaan, kebisingan, suhu, tempat tidur A : Gangguan pola tidur tertasi
Hasil : Pada malam hari lampu kamar pasien di P : Hentikan Intervensi
matikan dan membatasi jumlah pengunjung,

10 : 25 penjanga pasien 2 orang.


4. Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan misalnya pijat, akupresure, atau
pengaturan posisi
Hasil : Pasien mengatakan lebih nyaman tirah
10 : 30
baring
5. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
Hasil : Pasien mengatakan mengerti dengan
penjelasan yang di sampaikan perawat
Intoleransi 10 : 35 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang S :
Aktivitas
mengakibatkan kelelahan - Klien mengatakan sudah muali dapat
Hasil : Pasien mengatakan nyeri membuat beraktivitas sendiri namun terkadang
59

pasien lemah dan tidak mampu beraktivitas masih di bantu sama keluarga

10 : 40 2. Memonitor kelebihan fisik dan kelemahan O:


Hasil : Pasien mengatakan sudah mulai mampu - Ku sedang
beraktivitas. - Nampak aktivitas klien masih dibantu
3. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama kelurga
10 : 45
melakukan aktivitas - Klien nampak sudah mulai melakukan
Hasil : Pasien mengatakan saat duduk dan aktivitasnya
beraktivitas A : Intoleransi aktivitas belum teratsi
10 : 50 4. Menyedikan lingkungan nyaman dan rendah P : Lanjutkan intervensi
stimulus (suara) - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Hasil : Pasien berada dalam kamar dimana mengakibatkan kelelahan
dalam ruangan tersebut hanya terdapat pasien - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
dan 2 anaknya selama melakukan aktivitas
10 : 55
5. Menganjurkan tirah baring - Anganjurkan tirah baring

11 : 00 Hasil : Pasien tampak tirah baring - Anganjurkan lakukan aktivitas secara


6. Menganjurkan lakukan aktivitas secara bertahap
bertahap - Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi
Hasil : Telah menganjurkan pasien untuk tentang cara meningkatkan asupan
melakukan aktivitas secara bertahap. makanan
11 : 10
7. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
60

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN H-3

Diagnosa Tanggal Jam IMPLEMENTASI EVALUASI


Nyeri Akut 7 juli 2023 08 : 25 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S :
- Klien mengatakan sudah tidak merasa
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
nyeri
61

Hasil : Pasien mengatakan nyeri pada tengkuk, - Skala nyeri 2


O:
nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri yang di
- KU membaik
rasakan hilang timbul
08 : 30 2. Mengidentifikasi skala nyeri - Hasil TTV
Hasil : Pasien mengatakan skala nyeri 2
TD : 135/80mmHg
08 : 35 3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
N : 85x/m
mempengaruhi nyeri
Hasil : Pasien mengatakan faktor yang S : 36,4℃
memperberat nyeri adalah saat pasien
RR : 19x/m
beraktivitas dan yang memperingan yaitu pada
08 : 40 Spo2 : 99%
saat pasien baring namun saat ini pasien sudah
tidak merasa nyeri A : Masalah nyeri akut teratasi
4. Memberikan teknik non farmakologis untuk P : Hentikan Intervensi
mengurangi rassa nyeri (Mis : terapi musik,
terapi pijat, kompres hangat/ dingin,
Hydrotherapi dll)
08 : 50 Hasil : Pasien melakukan Hydrotherapi (rendam
kaki air hangat)
5. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayan,
kebisingan)
Hasil : Suhu ruangan 22℃, jika siang lampunya
62

dimatikan, begitu juga malam jika pasien mau

08 : 55 tidur, jumlah pengunjung dibatasi minimal 2


orang
6. Mengajarkan tehknik non farmakologis
Hasil : Mengajarkan pasien relaksasi napas
09 : 00 dalam (jika merasa nyeri)
7. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik
Hasil : Ranitidin 1 ampul, Amlodipine 1x10 mg,
candesartan, 1x8 mg

Gangguan 09 : 55 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S:


Pola Tidur
Hasil : Pasien mengatakan tidur malam 7 jam, - Pasien mengatakan sudah tidur
tidur siang 2 jam nyenyak
10 : 00 2. Mengidentifikasi faktor penghambat tidur O:
Hasil : Pasien mengatakan sudah tidur nyenyak - Pasien nampak sudah tidak lemas
10 : 05 3. Memodifikasi lingkungan misalnya - Pasien nampak sudah tidak lesu
pencahayaan, kebisingan, suhu, tempat tidur A : Gangguan pola tidur teratsi
Hasil : Pada malam hari lampu kamar pasien di P : Hentikan Intervensi
matikan dan membatasi jumlah pengunjung,
penjanga pasien 2 orang.
10 : 10
4. Melakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan misalnya pijat, akupresure, atau
63

pengaturan posisi
Hasil : Pasien mengatakan lebih nyaman tirah
10 : 15 baring
5. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
Hasil : Pasien mengatakan mengerti dengan
penjelasan yang di sampaikan perawat
Intoleransi 10 : 20 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang S :
Aktivitas
mengakibatkan kelelahan - Pasien mengatakan mampu melakukan
Hasil : Pasien mengatakan nyerinya berkurang aktivitasnya sendiri
dan pasien sudah dapat beraktivitas secara O :
mandiri - Ku Baik
10 : 25 2. Memonitor kelebihan fisik dan kelemahan - Pasien nampak sudah dapat
Hasil : pasien mengtakan sudah dapat beraktivitas sendiri
beraktivitas sendiri A : Intoleransi aktivitas teratasi
10 : 30 3. Menyedikan lingkungan nyaman dan rendah P : Hentikan intervensi
stimulus (suara)
Hasil : Pasien berada dalam kamar dimana
dalam ruangan tersebut hanya terdapat pasien
dan 2 anaknya
10 : 35
4. Menganjurkan tirah baring
64

10 : 40 Hasil : Pasien tampak tirah baring


5. Menganjurkan lakukan aktivitas secara
bertahap
Hasil : Telah menganjurkan pasien untuk
10 : 45 melakukan aktivitas secara bertahap.
6. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengakajian dilakukan pada tanggal 5 juli 2023 pukul 07.00 WITA di ruang

Ibis RS Bhayangkara Makassar. Pasien bernama Ny. A umur 62 tahun,

dengan diagnosa medis hipertensi. Penanggung jawab Ny. R selaku anak

klien, umur 37 tahun. Keluhan utama yaitu klien mengatakan nyeri pada

tengkuk bagian belakang. Alasan MRS yaitu pasien mengatakan nyeri pada

tengkuk bagian belakang, mual, pusing dan sulit tidur sejak 2 hari yang lalu

dan memberat sejak semalam, sehingga diantar oleh keluarganya ke rumah

sakit. Berdasarkan pengkajian didapatkan hasil TTV: TD, 178/90 mmHg, N,

90x/i, RR, 20x/i, S, 36,70C.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian, ditemukan masalah keperawatan prioritas

pada Ny. A yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tengkuk bagian belakang

(D.0077). Dengan data penunjang yaitu, data subjektif, pasien mengatakan

nyeri pada tengkuk bagian belakang dan merasa pusing, pengkajian skala

nyeri, P: adanya tekanan darah tinggi, Q: seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri

pada tengkuk bagian belakang, S: skala 6, T: hilang timbul. Data objektif,

pasien tampak meringis dan menahan kesakitan, hasil TTV: TD, 178/90

mmHg, N, 90x/i, RR, 20x/i, S, 36,70C.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


66

Setelah dilakukan penetapan diagnosa prioritas, ditemukan masalah

keperawatan pada Ny.A yaitu nyeri akut dengan rencana asuhan

keperawatan yaitu manajemen nyeri, Berdasarkan (PPNI DPP SDKI SLKI

SIKI Pokja Tim, 2018) :

Observasi :

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan


intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi faktor yang memperberat dan mempengaruhi nyeri

Terapeutik :

d. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rassa nyeri (Mis :


terapi musik, terapi pijat, kompres hangat/ dingin dll)
e. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan,
pencahayan, kebisingan)

Edukasi :

f. Jelaskan strategi meredahkan nyeri


g. Ajarkan tehknik non farmakologis
h. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Kolaborasi :

i. Kolaborasi pemberian analgetik


Penulis juga merencanakan intervensi keperawatan berupa memberikan
teknik nonfarmakologis yaitu hydrotherapy (rendam kaki air hangat) yang
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah. Secara ilmiah pembuluh darah
kapiler akan melebar dan dapat menolong menurunkan tekanan darah
sebagai dampak fisiologis merendam kaki di air hangat.
4. Implementasi Kperawatan
Pada implementasi asuhan keperawatan, Tindakan keperawatan yang
diberikan kepada Ny.A yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
67

fisiologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tengkuk bagian belakang
(D.0077). yang dilakukan pada tanggal 5 juli sampai dengan 7 juli 2023,
meliputi melakukan Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi faktor yang
memperberat dan mempengaruhi nyeri, Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rassa nyeri (Mis : terapi musik, terapi pijat, kompres
hangat/ dingin, hydrotherapy dll), Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayan, kebisingan, Jelaskan strategi
meredahkan nyeri, Ajarkan tehknik non farmakologis, Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri, Kolaborasi pemberian analgetik.
Tindakan selanjutnya memberikan teknik nonfarmakologis yaitu
hydrotherapy (rendam kaki air hangat) yang bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah. Langkah pertama yaitu, mempersiapkan alat, menutup
tirai/menjaga privasi klien, memastikan pencahayaan cukup, mencuci tangan,
mengatur posisi klien dengan nyaman (semi fowler), melakukan pengukuran
TD, menyiapkan air hangat sebanyak 2-3 liter dengan campuran garam 50-70
gr dalam waskom dengan suhu 39-40 0C, menutup waskom dengan handuk,
kemudian merendam kaki kedalam waskom sampai mata kaki selama 10-15
menit, mengeringkan kaki dan membersihkan kaki menggunakan handuk,
kemudian melakukan evaluasi.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan setiap hari selama 3 hari

didapatkan hasil bahwa respon pasien membaik dengan hasil perkembangan

yang meningkat setiap harinya, dengan masalah nyeri akut teratasi. Hasil

evaluasi terakhir pada 7 juli 2023, adalah klien mengatakan sudah tidak

merasa nyeri, KU membaik, hasil pemeriksaan TTV: TD, 135/80 mmHg, N,

85 x/i, RR, 19 x/i, S, 36,40C.

Evaluasi keperawatan hari terakhir yaitu pada 7 juli 2023, dengan

diagnosa gangguan pola tidur teratasi dengan hasil evaluasi, klien

mengatakan sudah tidur nyenyak pada malam hari, KU membaik, pasien

nampak sudah tidak lemas.


68

Evaluasi keperawatan hari terakhir yaitu pada 7 juli 2023, dengan

diagnosa intoleransi aktivitas teratasi dengan hasil evaluasi, klien

mengatakan mampu melakukan aktivitas secara mandiri, KU membaik, klien

nampak beraktivitas secara mandiri.

6. Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan

Penerapan teknik hydrotherapy (rendam kaki air hangat) sebagai salah

satu terapi komplementer memberikan stimulus kepada tubuh dan

memberikan feedback memperlebar pembuluh darah serta outputnya adalah

menurunkan tekanan darah pada Ny. A yang diberikan selama 3 hari mulai

dari tanggal 5 juli sampai dengan 7 juli 2023. Pada tanggal 5 juli 2023 setelah

dilakukan teknik rendam kaki air hangat didapatkan hasil berdasarkan

pemeriksaan TTV: TD, 170/87 mmHg, RR 20x/i, N, 86 x/i, S, 36,6 0C. Pada

hari kedua tanggal 6 juli 2023 setelah dilakukan rendam kaki air hangat

didapatkan hasil mengalami sedikit penurunan tekanan darah pada hari

kedua, berdasarkan pemeriksaan TTV: TD, 150/75 mmHg, RR 19 x/i, N, 85

x/i, S, 36,60C. Dan pada hari ketiga tanggal 7 juli 2023 setelah dilakukan

teknik rendam kaki air hangat didapatkan hasil tekanan darah pasien

menurun (normal) dan hasil pemeriksaan TTV: TD, 135/80 mmHg, RR 19 x/i,

N, 85 x/i, S, 36,40C.

Tindakan yang dilakukan penulis sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Guzman, 2015). Terapi menggunakan air telah digunakan

sejak jaman dulu dan masih digunakan sebagai terapi komplementer untuk

meningkatkan kesehatan hingga sekarang. Seorang penulis kesehatan White

(1827-1951) menyatakan “Penggunaan air diluar tubuh adalah salah satu

cara yang paling mudah dan paling memuaskan untuk mengatur peredaran
69

darah”. Hidroterapi sebagai salah satu terapi komplementer memberikan

stimulus kepada tubuh dan memberikan feedback memperlebar pembuluh

darah serta outputnya adalah menurunkan tekanan darah. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Dilianti, Candrawati dan Aldi (2017) didapati

bahwa hidroterapi efektif menurunkan tekanan darah dengan P-value (0,000)

< (0,050) dan penelitian lain dilakukan oleh Letlora (2018) didapati bahwa

ada pengaruh signifikan terhadap tekanan darah baik sistol maupun diastol.

B. Pembahasan

1. Analisis karakteristik pasien

Pasien bernama Ny. A berjenis kelamin perempuan, umur 62 tahun dengan

diagnosa medis hipertensi di RS Bhayangkara Makassar.

2. Analisis masalah keperawatan

Masalah keperawatan prioritas pada studi kasus ini yaitu nyeri akut dengan

rencana asuhan keperawatan yaitu manajemen nyeri, Berdasarkan (PPNI

DPP SDKI SLKI SIKI Pokja Tim, 2018). Nyeri akut merupakan pengalaman

sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual

atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas

ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Penyebap nyeri

akut disebapkan oleh, agen pencedera fisiologis, agen pencedera kimiawi,

dan agen pencedera fisik. Dengan data subjektif pasien mengeluh nyeri data

objektif tekanan darah meningkat, tampak meringis.

3. Analisis tindakan keperawatan hydrotherapy

Tindakan keperawatan prioritas dalam studi kasus ini yaitu hydrotherapy

(rendam kaki air hangat) sebagai salah satu terapi komplementer yang

bertujuan untuk memberikan stimulus kepada tubuh dan memberikan


70

feedback memperlebar pembuluh darah serta outputnya adalah menurunkan

tekanan darah pada NY.A selama 3 hari.

Selain pengobatan–pengobatan farmakologi, Hipertensi dapat

ditangani dengan berbagai pengobatan–pengobatan alternatif, seperti

dengan terapi rendam kaki menggunakan air hangat (hydrotherapy). Terapi

ini bersifat akut, artinya dapat diberikan pada penderita Hipertensi tetapi tidak

sebagai satu–satunya penanganan melainkan menjadi terapi pendamping.

Hidroterapi (hydrotherapy) adalah metode menggunakan air untuk mengobati

atau merenggangkan kondisi yang menyakitkan yang mengandalakan

respon tubuh terhadap air. Manfaat yang di berikan oleh terapi air yaitu:

dapat mengatasi demam, dapat memperbaiki kesuburan, menghilangkan

rasa lelah, sistem pertahanan tubuh meningkat, kekuatan tubuh meningkat,

serta bermanfaat dalam melancarkan peredaran darah (Damayanti, 2014).

4. Analisis tindakan hydrotherapy

Tindakan keperawatan prioritas dalam studi kasus ini yaitu

hydrotherapy (rendam kaki air hangat) yang bertujuan untuk menurunkan

tekanan darah.

Tahap awal sebelum memberikan hydrotherapy (rendam kaki air


hangat) yang bertujuan untuk menurunkan tekanan darah. Langkah pertama
yaitu, mempersiapkan alat, menutup tirai/menjaga privasi klien, memastikan
pencahayaan cukup, mencuci tangan, mengatur posisi klien dengan nyaman
(semi fowler), melakukan pengukuran TD, menyiapkan air hangat sebanyak
2-3 liter dengan campuran garam 50-70 gr dalam waskom dengan suhu 39-
400C, menutup waskom dengan handuk, kemudian merendam kaki kedalam
waskom sampai mata kaki selama 10-15 menit, mengeringkan kaki dan
membersihkan kaki menggunakan handuk, kemudian melakukan evaluasi.
71

Setelah dilakukan hydrotherapy (rendam kaki air hangat) pada Ny. A

yang diberikan selama 3 hari mulai dari tanggal 5 juli sampai dengan 7 juli

2023 kemudian dilakukan evaluasi dengan mengukur vital sign. Pada tanggal

5 juli 2023 setelah dilakukan teknik rendam kaki air hangat didapatkan hasil

berdasarkan pemeriksaan TTV: TD, 170/87 mmHg, RR 20x/i, N, 86 x/i, S,

36,60C. Pada hari kedua tanggal 6 juli 2023 setelah dilakukan rendam kaki

air hangat didapatkan hasil mengalami sedikit penurunan tekanan darah

pada hari kedua, berdasarkan pemeriksaan TTV: TD, 150/75 mmHg, RR 19

x/i, N, 85 x/i, S, 36,6 0C. Dan pada hari ketiga tanggal 7 juli 2023 setelah

dilakukan teknik rendam kaki air hangat didapatkan hasil tekanan darah

pasien menurun (normal) dan hasil pemeriksaan TTV: TD, 135/80 mmHg,

RR 19 x/i, N, 85 x/i, S, 36,40C.

Penatalaksanaan terhadap hipertensi dibagi menjadi dua yaitu

penatalaksanaan farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan non-

farmakologis yang dapat diberikan yaitu terapi jus dan hidroterapi atau terapi

menggunakan air dengan cara merendam kaki kedalam air hangat sedalam

10-15 cm di atas mata kaki (Damayanti, 2011). Secara ilmiah pembuluh

darah kapiler akan melebar dan dapat menolong menurunkan tekanan darah

sebagai dampak fisiologis merendam kaki di air hangat (Agung, 2015).

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Khotimah (2012),

bahwa terapi rendam air hangat pada kaki dapat memperbaiki mikrosirkulasi

pembuluh darah vena dan vasodilatasi sehingga meningkatkan kualitas tidur.

Rendam air hangat pada kaki dapat membuat seseorang merasa rileks,

meringankan sakit dan tegang pada otot dan memperlancar peredaran

darah. Hydrotherapy rendam hangat ini sangat mudah dilakukan oleh semua
72

orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak memiliki efek

samping yang berbahaya. Teknik hydrotherapy juga memiliki efek relaksasi

bagi tubuh, sehingga dapat merangsang pengeluaran hormon endorphin

dalam tubuh dan menekan hormon adrenalin dan dapat menurunkan tekanan

darah apabila dilakukan dengan kesadaran dan melalui kedisiplinan

(Ngomane et al., 2019).

Terapi menggunakan air telah digunakan sejak jaman dulu dan masih

digunakan sebagai terapi komplementer untuk meningkatkan kesehatan

hingga sekarang (Guzman, 2055). Seorang penulis kesehatan White (1827-

1951) menyatakan “Penggunaan air diluar tubuh adalah salah satu cara yang

paling mudah dan paling memuaskan untuk mengatur peredaran darah”.

Hidroterapi sebagai salah satu terapi komplementer memberikan stimulus

kepada tubuh dan memberikan feedback memperlebar pembuluh darah serta

outputnya adalah menurunkan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Dilianti, Candrawati dan Aldi (2017) didapati bahwa

hidroterapi efektif menurunkan tekanan darah dengan P-value (0,000) <

(0,050) dan penelitian lain dilakukan oleh Letlora (2018) didapati bahwa ada

pengaruh signifikan terhadap tekanan darah baik sistol maupun diastol.

C. Keterbatasan Studi Kasus

Didalam penelitian studi kasus ini ada beberapa kendala yang dialami oleh

penulis yaitu berinteraksi/berkomunikasi dengan pasien dikarenakan pasien

menggunakan bahasa bugis (tidak dimengerti oleh penulis).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan kasus dan setelah dilakukan asuhan keperawatan pada

pasien Ny. A peneliti mendapat hasil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengakajian dilakukan pada tanggal 5 juli 2023 pukul 07.00 WITA di ruang

Ibis RS Bhayangkara Makassar. Pasien bernama Ny. A umur 62 tahun,

dengan diagnosa medis hipertensi. Penanggung jawab Ny. R selaku anak

klien, umur 37 tahun. Keluhan utama yaitu klien mengatakan nyeri pada

tengkuk bagian belakang. Alasan MRS yaitu pasien mengatakan nyeri pada

tengkuk bagian belakang, mual, pusing dan sulit tidur sejak 2 hari yang lalu

dan memberat sejak semalam, sehingga diantar oleh keluarganya ke rumah

sakit. Berdasarkan pengkajian didapatkan hasil TTV: TD, 178/90 mmHg, N,

90x/i, RR, 20x/i, S, 36,70C.

2. Masalah keperawatan prioritas atau diagnosa keperawatan prioritas pada Ny.

A yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai

dengan klien mengeluh nyeri pada tengkuk bagian belakang (D.0077).

3. Rencana keperawatan prioritas yang diangkat berdasarkan diagnosa

prioritas yang diangkat adalah manajemen jalan nyeri.

4. Implementasi keperawatan prioritas yang dilakukan adalah manajemen nyeri

yaitu dengan terapi non-farmakologis pemberian hydrotherapy (rendam kaki

air hangat).

5. Evaluasi pendokumentasian pada kasus dilakukan menggunakan evaluasi

hasil yaitu dengan format SOAP (subjektif, objektif, analisis, dan planning).
74

Dalam evaluasi keperawatan kasus kelolaan didapatkan masalah

keperawatan nyeri akut, gangguan pola tidur dan intoleransi aktivitas teratasi.

Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan implementasi keperawatan

manajemen nyeri yaitu dengan terapi non-farmakologis pemberian

hidrotherapy 5-10 menit yang dilakukan pada pasien Ny. A dan berdasarkan

hasil evaluasi selama 3x24 jam didapatkan, klien mengatakan kondisinya

sudah membaik, sudah tidak merasa nyeri, tidur pada malam hari nyenyak.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Hidrotherapy (rendam kaki air hangat) dijadikan sebagai salah satu tindakan

atau prosedur tetap yang dilakukan perawat dalam pemberian asuhan

keperawatan bagi pasien dengan diagnosa hipertensi RS Bhayangkara

Makassar.

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi studi dalam

memberikan informasi dan ilmu pengetahuan baru untuk menambah

wawasan dalam mempelajari asuhan keperawatan dengan kasus Hipertensi

kepada mahasiswa Profesi Ners.


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2019). Laporan Riset Kesehatan Dasar 2018. www.depkes.go.id.

WHO. (2023). Hipertensi. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/ detail/hy


pertension. DIakses pada juli 2023

Dinas Kesehatan. (2020). Profil Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

https://www.dinkeskotamakassar.id/profil-dinas-kesehatan/ diakses pada Juli

2023

Latupeirissa, A., & Alhamd, B. (2022). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Maloku Kota Makassar. SKripsi,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stela Maris Makasssar.

Ngomane, A. Y., Fernandes, B., Guimarães, G. V., & Ciolac, E. G. (2019).

Hypotensive Effect of Heated Water-based Exercise in Older Individuals with

Hypertension. International Journal of Sports Medicine, 40(4), 283–291.

https://doi. org/10.1055/a-0828-8017

Anwar, K. and Masnina, R. 2019 ‘Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi

denganTekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Air Putih Samarinda’, Borneo Student Research, 1(1), pp. 494–

501.

Syamsudin, Tauchida, A. and Nurhayati, L. 2021 ‘Literature Review Hidroterapi

Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi’, Jurnal

Keperawatan Karya Bhakti, 7, pp. 68–82.

Letlora, M. C. (2018). Pengaruh rendam kakiair hangat terhadap tekanan darah

pada penderita hipertensi di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Cerah Paniki
76

Tim POKJA SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st

ed.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(PPNI (ed.); 1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Indonesia.

Tim POKJA SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia


77

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN STUDI KASUS

Kepada Yth,

Saudara (i)........

Di Tempat Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program


Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) Famika Makassar.

Nama : Maria Masriat, S.Kep

NIM : 7120481824

Akan melakukan studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pada


Ny. A Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Menggunakan Intervensi
Hydrotherapy Di Ruang Ibis RS Bhayangkara Makassar”. Saya sangat
mengharapkan partisipasi saudara(i) dalam penelitian ini demi kelancaran
penelitian.

Saya menjamin kerahasiaan dan segala bentuk informasi yang


saudara (i) berikan, dan apabila hal-hal yang masih ingin ditanyakan, saya
memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk meminta penjelasan
dari peneliti.

Demikianlah dari saya, atas perhatian dan kerjasamanya saya


mengucapkan banyak terima kasih.

Sungguminasa, Agustus
2023

Maria Masriat, S.Kep


78

Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN STUDI KASUS

(Inform Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (inisial) :

Umur :

Pendidikan :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan


penjelasan Studi Kasus dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti
serta mengetahui tujuan dan manfaat dari studi kasus, maka dengan ini saya
secara sukarela bersedia menjadi responden dalam studi kasus ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan


penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Sungguminasa, Agustus
2023

Yang Menyatakan
79

(................................................)

STANDAR OPERASIONAL HYDROTHERAPY

HYDROTHERAPY RENDAM KAKI AIR HANGAT


Pengertian Memberikan tindakan merendam kaki pada air hangat
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi
Tujuan 1. Produksi perasaan rileks
2. Merangsang ujung saraf untuk membuat perasaan
segar kembali
3. Meningkatkan sirkulasi
4. Meningkatkan metabolisme jaringan
5. Penurunan kekuatan tonus otot
Petugas Perawat
Peralatan 1. Baskom
2. Air hangat 39℃
3. Handuk kering
Prosedur Pelaksanaan A. Tahap Pra interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama
pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesipan klien sebelum
kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
80

1. Melakukan tindakan persiapan


a. Persipan tempat duduk
b. Persiapan alat dan bahan untuk terapi
c. Sphynomonometer dengan stetoskop (Gea)
d. Termometer air raksa
2. Persiapan pasien
a. Diposisikan ditempat sesuai kenyamanan pasien
3. Melakukan terapi meliputi :
a. Sebelum dilakukan terapi pasien dianjurkan
mencuci kaki
b. Mengukur tekanan darah sebelum dilakukan
terapi
c. Menyiapkan air hangat dengan suhu 39℃
d. Pasien dianjurkan untuk rileks dengan mulai
merendam kaki didalam baskom selama 10 menit
e. Setelah selesai rendam kaki , lakukan
pengukuran tekanan darah
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ketempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
Sumber Fairuz, 2019

Anda mungkin juga menyukai