OLEH:
OLEH:
i
SURAT PERNYATAAN
Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri dan belum
pernah di buat dan dikumpukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari
Yang Menyatakan
DORKAS M. BEAY
NIM : 120411807
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Disetujui Oleh :
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tim Penguji :
Mengetahui,
iv
MOTTO
AYUB 42:2
BY : OKHA BEAY
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan segala hormat penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
v
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “HUBUNGAN
adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan
Simon Beay dan Mama Susi Beay, Oma Au terkasih serta sudara-sudariku
tersayang kakak Thomi, Sri, Lin, Dimas , semua keluarga besar yang telah
pada tahap ini. Penulis juga ingin mengucapan terima kasih dan
2. Dr. Yudit Patiku, S.Si., S.Kep., Ns., M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi
vi
4. Ns. Ambo Anto S.Kep.,M.M Selaku ketua program studi Sekolah Tinggi
7. Ns. Abd Rahman S.Kep selaku penguji I dan Dr. Risman Wanci,
8. Bapak dan Ibu Dosen Serta Staf STIK FAMIKA Makassar yang telah
Makassar.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
Skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas segala Doa,
vii
dukungan dan bantuan yang diberikan semoga Tuhan memberikan balasan
Penulis
DORKAS M.BEAY
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
SURAT PERNYATAAN................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................iii
viii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iv
MOTTO..........................................................................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................8
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................9
ix
C. Pengumpulan Data ...............................................................................48
D. Etika Penelitian .....................................................................................49
A. Hasil Penelitian......................................................................................51
B. Pembahasan .........................................................................................63
BAB VI PENUTUP......................................................................................72
A. Kesimpulan ............................................................................................72
B. Saran .....................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
x
Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Kelurahan Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa
xi
Tabel 5.12 : Analisis Hubungan Pengasuhan Keluarga Pola Asuh Kesehatan
dengan Kejadian Stunting pada balita di kelurahan
Bontobiraeng selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGASUHAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA DI KELUARAHAN BONTOBIRAENG SELATAN
KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA
Oleh :
¹Dorkas Beay ²Ambo Anto ³Wiwiek hidayati
(373 word + xiv +71 halaman + 15 tabel + 11 lampiran)
xiii
Stunting merupakan gagal tumbuh anak atau tinggi badan anak tidak sesuai
dengan anak seusianya. Pengasuhan keluarga sangat berperan besar dalam
munculnya masalah stunting, hal ini karena kondisi kesehatan, gizi dan
perkembangan anak masih sangat tergantung pada kehadiran dan perhatian dari
orang tua.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
pengasuhan keluarga dengan kejadian Stunting di Kelurahan Bontobiraeng selatan
Kecamatan Bontonompo Kab.Gowa.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross
sectional study. Hasil penelitian ini di peroleh menggunakan lembar kuesioner dan
lembar observasi dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Penggambilan
sampel menggunakan tehknik purposive sampling. Penelitian ini di laksankan di
kelurahan Bontobiraeng Selatan pada tanggal 27 mei-27 juli 2022. Setelah
melakukan penelitian, data kemudian di olah menggunakan perangkat lunak
komputer.
Hasil penelitian dari 30 responden di peroleh pola asuh makan kurang
dengan stunting sebanyak 9 (100,0%) responden, dan pola asuh makan kurang
dengan tidak stunting 0 (0,0%). Dan pola asuh makan yang baik dengan stunting
sebanyak 2 (9,5%) responden, pola asuh makan baik dengan tidak stunting
sebanyak 19 (90,5%) responden. Dan pola asuh kesehatan kurang dengan kejadian
stunting sebanyak 8 (100,0%), pola asuh kesehatan kurang dengan tidak stunting
sebanyak 0 (0,0%) responden, dan pola asuh kesehatan baik dengan stunting
sebanyak 3 (13,6%) responden, pola asuh kesehatan baik dengan tidak stunting
sebanyak 19 (86,4%) responden. Sedangkan pola asuh psikososial baik dengan
stunting 11 (36,7%), pola asuh psikososial baik dengan tidak tidak stunting 19
(63.3%) respondan. Pola asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan baik dengan
stunting 11 (36,7%), pola asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan baik dengan
tidak tidak stunting 19 (63.3%) respondan.
Hasil uji statistik menggunakan penilaian Chi-square test with fisher’s extact
test di temukan ada hubungan antara pola asuh makan dan pola asuh kesehatan
dengan kejadian stunting pada balita. dimana ρ<ɑ maka dinyatakan Ho ditolak dan
Ha di terima. Tidak ada hubungan antar pola asuh psikososial dan kebersihan diri
dan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting pada balita.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ukuran tubuh, bersifat kuantitatif ditandai dengan perubahan pada berat badan,
panjang atau tinggi badan, lingkar lengan dan lingkar kepala. Pertumbuhan
dalam keadaan normal akan mengikuti grafik kurva pertumbuhan sesuai usia.
merupakan fase golden age (keemasan) sekaligus fase kritis yang menentukan
aspek fisik, psikis dan intelegensi anak serta sangat berperan dalam
Fase pertumbuhan terlihat pada status gizi anak. Status gizi baik berarti
anak baik jangka pendek maupun jangka panjang. Stunting dalam jangka
15
peningkatan pembiayaan kesehatan. Dampak jangka panjang dari stunting
kerja.
sebuah keadaan balita yang mempunyai tinggi badan atau panjang badan yang
kurang dari standar usianya. Keadaan ini didasarkan pada hasil ukur panjang
badan atau tinggi badan menurut WHO yaitu <-2SD median standar WHO
(WHO, 2018).
Pada tahun 2018, terdapat 149 juta (21,9%) anak stunting di seluruh
dunia, dan lebih dari 94 persen dari anak tersebut (140,5 juta) berasal dari
negara berkembang, termasuk Asia dengan 81,7 juta balita dan Afrika. 58,8 juta
balita muda di seluruh dunia (UNICEF, WHO & World Bank, 2019). Kondisi ini
prevalensi stunting tahun 2017 sebesar 150,8 juta anak usia di bawah lima tahun
(22,2 %).
Prevalensi stunting di Kawasan Asia tertinggi pada Asia Selatan yaitu 32,7
persen (57,9 juta anak) balita, disusul Asia Tenggara sebesar 25 persen atau
14,4 juta anak balita (WHO, 2019). Angka prevalensi stunting Indonesia
dibandingkan negara lain dalam kawasan Asia Tenggara lebih tinggi seperti
posisi kelima di Asia Tenggara. Satu dari tiga anak Indonesia yang berusia di
bawah lima tahun memiliki tinggi badan lebih rendah dari rata-rata tinggi badan
16
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2018, prevalensi stunting
di Indonesia pada bayi baru lahir dengan panjang badan pendek tercatat 22,7%,
pada baduta sebesar 29,9% dan pada balita sebesar 30,8%. Provinsi dengan
prevalensi stunting balita terendah yaitu provinsi DKI Jakarta (17,7%), Provinsi
42,6%. Provinsi Aceh berada pada posisi ketiga sebesar 35,7%, dan Sulawesi
pada tahun 2019 dengan kasus tertinggi berada pada kecamatan Biringkanaya
sebanyak 1193 balita dengan persentasi 16,4%, kasus tertinggi kedua pada
dan kasus tertinggi ketiga pada kecamatan Panakkukang sebanyak 784 balita
tertinggi adalah Puskesmas Bontonompo II. Dengan target nyata 4.200 anak
balita, TB/U sangat pendek terjadi pada 208 (4,9%), TB pendek terjadi pada 501
(11,9%), dan TB normal terjadi pada 2.288 (54,4%). lima, Puskesmas ini memiliki
stunting terbesar, dengan total 150 balita berusia 0 sampai 5 tahun, dan 40 di
Berdasarkan data riset kesehatan dasar 2018 dan pemantauan status gizi
17
baduta dan balita, dimana semakin bertambah kelompok usia anak kejadian
stunting semakin meningkat. Kondisi ini sesuai dengan hasil studi Aryastami dan
Tarigan (2017) yang menganalisis hasil studi longitudinal Indonesian Family Life
dalam status gizi pendek pada anak, dari umur nol sampai dua tahun ke umur 4 -
5 tahun sebagai proyeksi status gizi pendek pada umur pra pubertas (7-9 tahun).
Pertumbuhan stunting pada usia dini dapat terus berlangsung sehingga pada
usia remaja berisiko tetap pendek. Anak dengan pertumbuhan yang pendek
pada nol sampai dua tahun dan tetap pendek di umur 4 - 5 tahun akan berisiko
pendek (0-2 tahun) ke normal (4-5 tahun) maka 84,3 persen akan tetap normal
seluruh dunia. Pengurangan stunting anak menjadi tujuan pertama dari enam
tujuan Target Nutrisi Global tahun 2025 (WHO, 2014). Stunting merupakan target
kelaparan dan semua bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta dapat meraih
Indonesia hingga saat ini belum berhasil dengan optimal. Keadaan ini terlihat
Kondisi ini tentunya menjadi perhatian banyak pihak terkait, mengingat faktor
18
stunting yang meliputi empat kategori yaitu: penyakit infeksi (infeksi klinis dan
subklinis), pemberian asi (praktik yang kurang tepat), tindakan dalam pemberian
makanan yang tidak adekuat (buruknya kualitas makanan, praktik yang tidak
memadai dan keamanan pangan dan air), serta aspek keluarga dan rumah
tangga.
ada empat kelompok besar faktor yang menjadi penyebab stunting pada anak.
Faktor tersebut yaitu: (1) Kurang baiknya praktik pengasuhan; (2) Layanan
kesehatan yang masih terbatas bagi ibu hamil dan setelah melahirkan, kualitas
pendidikan usia dini masih terbatas; (3) Akses keluarga masih kurang terhadap
makanan yang bergizi; serta (4) Kurang teraksesnya air bersih dan sanitasi
munculnya masalah stunting. Hal ini karena kondisi kesehatan, gizi dan
gizi anak yaitu pemberian makanan, praktik kesehatan, stimulasi psikososial dan
(Aryastami & Tarigan, 2017) dimana umumnya anak-anak ini telah disekolahkan
di taman kanak-kanak. Anak di kelompok usia ini sangat aktif bereksplorasi dan
kebutuhan akan nutrisi (energi, protein, lemak, vitamin serta mineral) semakin
19
meningkat. Namun pemantauan pertumbuhan dan kecukupan nutrisinya
seringkali terabaikan, terlebih bila telah memiliki adik (Santoso & Ranti, 2013).
Selain itu, pada usia ini otak masih mengalami perkembangan. Artinya kondisi
optimal dan bila tidak ditangani dengan baik akan berlanjut ke usia berikutnya
stunting di bonto nompo 372 orang, dan jumlah anak balita 4-5 tahun 20
besar pada anak usia nol sampai lima tahun (usia balita) melalui kerangka
perkembangan otak anak masih berlangsung hingga anak berusia enam tahun.
Kondisi ini tentu akan merugikan anak karena dapat mempengaruhi tingkat
Berdasarkan hasil uraian dalam latar belakang diatas maka calon peneliti
B. Rumusan Masalah
20
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kabupaten Gowa.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis/klinis
a. Bagi peneliti
21
b. Bagi Institusi
c. Bagi keluarga
22
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
anak. Tujuan parenting adalah untuk membesarkan anak, dan proses ini
pengalaman dalam menjalankan peran tersebut secara trial dan error atau
2012).
oleh ketersediaan sumber daya dalam rumah tangga yaitu pendidikan dan
pengetahuan orang tua, kesehatan ibu serta dukungan sosial. Pola asuh ini
membentuk pola asuh (Tridhonanto & Agency, 2014). Dimensi kontrol dimana
23
tuntutan akan perilaku tertentu, sikap ketat akan aturan yang diberikan orang
tua, ikut campur dan kekuasaan orang tua yang terlihat sewenang-wenang
yaitu suasana yang menyenangkan bagi anak melalui perhatian orang tua
Peran ibu sangat dominan dalam tumbuh kembang anak yaitu dalam
makan. Kebutuhan anak akan makanan yang cukup dari segi kualitas
diterapkan oleh ibu. Hal ini karena pola asuh makan sangat menentukan
pertumbuhan anak jika jumlah dan keragaman komposisi zat gizi dalam
24
makanan tidak terpenuhi, makanan yang dikonsumsi tidak aman dan
mencukupi kebutuhan gizi anak pada masa ini bisa terlaksana dengan
baik apabila ibu atau pengasuh anak mengetahui kebutuhan gizi, cara
masih besar. Oleh sebab itu pengasuhan makanan dan kesehatan dari
ibu atau pengasuh sangat penting bagi perkembangan anak (Santoso &
Ranti, 2013).
untuk merawat diri sendiri, masih lemahnya kondisi fisik dan kepekaan
25
yang tinggi akan serangan penyakit. Status kesehatan anak dipengaruhi
terhadap status gizi anak secara tidak langsung. Pola asuh kesehatan
anak, upaya menjaga kesehatan anak, frekuensi dan jenis sakit dalam
Kegiatan stimulasi terdiri dari stimulasi kecakapan gerak halus dan gerak
orang tua/ pengasuh dengan anak terbentuk (Peter & Kumar, 2014).
berikut:
1) Sebagai bentuk rasa cinta dan kasih sayang dimana saat bermain
26
2) Bertahap dan berkesinambungan serta mencakup empat aspek
kemampuan perkembangan
5) Dilakukan secara wajar, bila anak tidak mau diapaksa atau diberikan
sederhana
masuknya sinar matahari, akses air bersih dan air minum, penerangan,
penyakit kulit dan penyakit pada saluran pencernaan seperti diare dan
menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar anak aman dari ancaman
27
Supariasa dkk. (2016) dalam bukunya menguraikan bahwa
Anak yang mengalami kemunduran zat gizi akan lebih mudah terjangkit
3. Bentuk pengasuhan
Menurut Tarmudji ( 2011 ) ada tiga bentuk pola asuh orang tua, yaitu :
dan menuntut anak untuk mengikuti perintah - perintah orang tua. Anak
dipaksa oleh orang tuanya untuk menjunjung tinggi moral dan norma.
mengapa dia harus mematuhi aturan ketika diberikan. Anak dari orang tua
dibandingkan dengan anak lain, curiga terhadap orang lain, merasa tidak
(Septiani, 2012).
28
Pola asuh demokratis adalah salah satu gaya pengasuhan yang
anak, tetapi mereka juga bersikap responsif (Desmita & Septiani, 2012).
sama kewajiban dan hak antara anak dan orang tua. Secara bertahap
anak mereka akan menjadi lebih mandiri, tegas dengan diri mereka
29
4) Memiliki kemampuan interpersonal yang kuat dan kemampuan
memecahkan masalah.
sama dengan pola asuh orang dewasa dengan kewajiban yang sangat
mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan, gaya pengasuhan ini
semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak dari pada orang tuanya.
yaitu kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk dan rasa harga diri
dipengaruhi pola asuh yang dirasakan orang tua saat kecil. Proses
begitu saja dari proses pengasuhan pada fase - fase sebelumnya (Yusuf
30
1) Adanya kebebasan tanpa batas pada anak untuk berperilaku sesuai
dengan keinginannya.
dampak yang akan terjadi apabila orang tua menerapkan pola asuh
permisive, adalah:
maupun cengeng
dalam tugas-tugasnya.
1. Pengertian Stunting
(bayi di bawah usia lima tahun) gagal tumbuh sebagai akibat dari kekurangan
gizi kronis, membuat anak terlalu kecil untuk usianya. Stunting tidak dimulai
sampai bayi berusia 2 tahun, tetapi kekurangan gizi dimulai saat bayi masih
dalam kandungan dan beberapa hari pertama setelah lahir. Akibatnya, 1000
31
seusianya. Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan
oleh asupan gizi yang tidak memadai dalam jangka panjang sebagai akibat
stunting yaitu :
d. Pertumbuhan melamba
terhenti..
Dampak Stunting Dampak buruk yang ditimbulkan oleh stunting ada dua,
2017; h.8)
2) Terganggunya kecerdasan
32
1) Kemampuan kognitif menurun
4) Resti PTM.
(KEK). Jika Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu hamil adalah 23,5 cm atau
melahirkan bayi berat lahir rendah yang jika tidak segera di tangani
2015).
b) BBRL
kurangnya cadangan zat gizi dalam tubuh, Jika pola makan tidak
Mereka sering tertular infeksi sebagai akibat dari skenario ini (Paudel, R.
et al 2012).
33
c) ASI eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama enam bulan
pemberian makan yang kurang baik. Kondisi sosial sangat terkait dengan
gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat
34
e) Kondisi sanitasi dan akses air minum
fasilitas sanitasi dilengkapi dengan leher angsa, tangki septik, atau sistem
2016).
5. Diagnosa Stunting
Saat anak berusia dua tahun, stunting sendiri akan mulai terlihat (TNP2K,
2017). Bila status gizi anak yang diukur dengan TB/U memiliki Zscore antara
3,0 SD dan 2,0 SD (pendek) dan 3,0 SD, kondisi tersebut disebut stunting
(sangat pendek). Dengan mengurangkan Nilai Individu Subjek (NIS) dari Nilai
Median Standar Rujukan (NMBR) pada usia yang relevan, Skor Standar
NSBR dihitung dengan mengurangi + 1 SD dari median jika tinggi lebih dari
Z-Score = (NIS-NMBR)/NSBR
35
Gambar 1. Perhitungan Nilai Standar Deviasi (Z-score) Sumber: 2017 TPNK
Keterangan:
Klasifikasi Status Gizi berdasarkan PB/U dan TB/U Anak umur 0-60
Bulan
6. Pencegahan Stunting
baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau
saat bayi lahir dan prosedur dimulai segera setelah anak dilahirkan
3) Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI
Eksklusif)
1) Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI
pertumbuhan.
37
Standar Berat Badan menurut umur
-3 SD - 2 SD -1 SD Median + 1 SD +2 SD + 3 SD
38
Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
-3 SD - 2 SD -1 SD Median + 1 SD +2 SD + 3 SD
39
Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
-3 SD - 2 SD -1 SD Median + 1 SD +2 SD + 3 SD
-3 SD - 2 SD -1 SD Median + 1 SD +2 SD + 3 SD
41
42
43
c. Tinjauan umum tentang balita
1. Defenisi
Balita adalah anak-anak antara usia 0 dan 59 bulan, dan periode ini
serta perubahan yang menuntut makanan yang lebih bergizi dengan kualitas
populasi yang sangat rentan terhadap masalah gizi. Keadaan gizi anak
Energi dan protein merupakan dua zat gizi yang dibutuhkan balita dalam
badan dibutuhkan setiap hari. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat
gizi karbohidrat, lemak dan protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber
asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk
memberikan rasa pada makanan. Jumlah karbohidrat yang tepat adalah 60-
70% dari total kalori dari serat pangan, beras, jagung, dan singkong. Untuk
menjaga keseimbangan fungsi tubuh dan kesehatan umum pada masa bayi,
44
Metode observasi langsung yang dapat digunakan untuk menilai
dunia menderita masalah gizi akibat tidak memiliki cukup makanan untuk
untuk sementara waktu, adalah kondisi yang buruk. Status gizi dapat
b. Infeksi
Status diet anak dan penyakit infeksi merupakan dua faktor yang
saling berinteraksi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan
gizi ke dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan
anak dapat mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang.
45
sekali bahkan bila berlanjut lama dapat mengakibatkan terjadinya gizi
buruk.
c. Pengetahuan Gizi
makanan dan memilih makanan yang menjadi sumber zat gizi. Kesehatan
setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak mereka,
yang tidak higienis, yang pada akhirnya dapat merusak kesehatan gizi
46
BAB III
A. Kerangaka Konsep
lingkungan rumah yakni pengasuhan yang buruk memiliki peran besar dalam
terjadinya stunting. Hal ini karena kondisi kesehatan, gizi dan perkembangan
anak usia empat sampai enam tahun (prasekolah) masih sangat tergantung
pada kehadiran dan perhatian dari orang tuanya. Artinya adanya penyakit infeksi
dan kesalahan dalam pemberian makanan yang tidak memadai sangat terkait
pengasuhan keluarga dalam perawatan bagi wanita/ ibu dan pemberian ASI/ MP
informasi dari responden terkait kondisi ibu saat hamil dan menyusui karena
waktu dan keadaan yang sudah berlalu dimana peneliti ingin fokus pada
pengasuhan yang masih berlangsung sampai saat ini untuk melihat hubungan
pengasuhan dengan kejadian stunting pada anak umur empat sampai lima
tahun.
dependen yaitu stunting pada balita dengan usia empat sampai lima tahun,
yang mencakup pola asuh makan, pola asuh kesehatan, parenting yaitu
47
psikososial, sanitasi lingkungan, dan personal hygiene. Gambar berikut
KETERANGAN :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
B. Variabel Penelitian
a. Pengasuhan Keluarga
anak.
orang tua kepada anak yang berhubungan dengan cara dan situasi
makan
Kriteria Objektif :
48
2) Pola Asuh Kesehatan
Kriteria Objektif :
Kriteria Objektif :
pengasuhan orang tua pada anak yaitu menjega kebersihan diri anak
dan merawat lingkungan sekitar agar anak terhindar dari infeksi atau
penyakit.
Kriteria Objektif :
b. Kejadian stunting
49
Kejadian stunting dalam penelitian ini adalah anak yang tinggibadannya
pendek).
Kriteria Objektif :
Tidak stunting : Jika hasil pada antropometri nilai Z score sesuai dengan
C. Hipotesis penelitian
Bontobiraeng Selatan.
50
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Populasi
Istilah "populasi" mengacu pada kategori hal atau individu yang peneliti pilih
sifat dan atribut tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang
2. Sampel
ini adalah orang tua yang memilikim balita 4-5 Tahun dengan menggunakan
a. Kriteria Inklusi
1) Keluarga yang yang mempunyai anak balita 4-5 tahun yang berada di
desa bontobiraeng
b. Kriteria Ekslusi
51
1) Keluarga yang tidak koperatif
observasi yaitu dengan mengukur Tinggi badan balita dengan melihat standar
antropometri anak
a. Data primer
b. Data sekunder
1. Analisa Univariat
52
Untuk mengetahui distribusi dan proporsi masing-masing variabel yang
2. Analisa Bivariat
X2 = ∑¿ ¿
Keterangan :
X2 = Chi-Square
O = Nilai observasi
∑ = Jumlah data
Penilaian :
a. Apabila x2 hitung > X2 tabel, maka Hº ditolak atau H a diterima, artinya ada
E. Etika Penelitian
53
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
yang memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian. Bila subjek, maka
subjek.
3. Konfedentiality ( kerahasiaan)
BAB V
54
A. Hasil penelitian
1. Pengantar
atau 21/18 KM dari kota Sungguminasa ibu Kota Kabupaten Gowa atau 3 KM
Bontonompo
timur.
Bontonompo
jiwa, yang terdiri dari laki-laki dengan jumlah 1502 jiwa dan perempuan 1541
55
jiwa. Penduduk desa Bontobiraeng Selatan terhimpun dalam keluarga dengan
3. Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Umur Responden keluarga Yang
Mempunyai Balita Di Kelurahan Bontobiraeng Selatan
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa
responden, dan paling sedikit adalah umur 36-40 tahun yaitu 5 (16,7%)
responden.
56
Berdasarkan pada tabel 5.2 menunjukan bahwa dari 30 responden di
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Pendidikan Keluarga Di Kelurahan Bontobiraeng Selatan Kec.
Bontonompo Kab Gowa.
Balita
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Umur Balita Stunting Di Kelurahan
Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo
Kab. Gowa
57
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa dari 30 responden di peroleh
umur balita paling banyak adalah > 49 bulan yaitu 26 (86,7%) responden,
dan umur balita paling sedikit adalah < 48 bulan yaitu 4 (13,3%) responden.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita Stunting Di Kelurahan
Bontobiraeng Selatan Kec.Bontonompo
Kab. Gowa
4. Data Khusus
a. Analisa Univariat
1) Pola Asuh Makan
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Makan Anak
Di Kelurahan Bontobiraeng Selatan
Kec. Bontonompo Kab. Gowa
58
sedangakan pola asuh makan anak yang baik sebanyak 21 responden
(70,0%).
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Kesehatan Anak
Di Kelurahan Bontobiraeng Selatan
Kec. Bontonompo Kab. Gowa
responden (70,0%).
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Psikososial Anak
Di Kelurahan Bontobiraeng Selatan
Kec. Bontonompo Kab. Gowa
Pola asuh psikososial Frekuensi presesentase
Baik 30 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukan bahwa dari 30 responden di
59
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Psikososial Bal Di Kelurahan
Bontobiraeng Selatan
Kec. Bontonompo Kab. Gowa
Pola asuh kebersihan diri Frekuensi presesentase
dan sanitasi lingkungan
Baik 30 100,0
Sumber : Data Primer
peroleh pola asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan anak yang
5) Kejadian Stunting
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Kejadian stunting Di Kelurahan
Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa
Kejadian Stunting Frekuensi Presentase (%)
Stunting 11 36,7
Tidak Stunting 19 63,3
Total 30 100,0
Sumber : Data Primer
60
b. Analisa Bivariat
stunting
Tabel 5.11
Analisis Hubungan Pengasuhan Keluarga Pola Asuh Makan dengan
Kejadian Stunting pada balita di kelurahan Bontobiraeng selatan
Kec. Bontonompo Kab. Gowa
data bahwa dari 30 responden diperoleh pola asuh makan yang kurang
kurang dengan tidak stunting sebanyak 0 anak (0,0%). Dan pola asuh
makan yang baik dengan stunting sebanyak 2 anak (9,5%), pola asuh
Hasil uji statistik Chi Square dengan menggunakan fisher Extact Test
61
dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Bontobiraeng selatan
Tabel 5.12
Analisis Hubungan Pengasuhan Keluarga Pola Asuh Kesehatan
dengan Kejadian Stunting pada balita di kelurahan Bontobiraeng
selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa
yang kurang dengan tidak stunting sebanyak 0 anak (0.0%). Dan pola
pola asuh kesehatan yang baik dengan tidak stunting sebanyak 19 anak
(86,4%).
Hasil uji statistik Chi Square dengan menggunakan fisher Extact Test
62
Dengan demikian ada hubungan pengasuhan keluarga pola asuh
Tabel 5.13
Analisis Hubungan Pengasuhan Keluarga Pola Asuh Psikososial
dengan Kejadian Stunting pada balita di kelurahan Bontobiraeng
selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa
data bahwa dari 30 responden diperoleh pola asuh kesehatan yang yang
Hasil uji statistik Chi Square menunjukan tidak ada nilai siknifikan
terkait apakah ada hubungan atau tidak ada hubungan pola asuh
Karena tidak ada tabel Chi-Square yang tersedia untuk melihat nilai
signifikan..
63
4) Hubungan Pengasuhan Keluarga Pola asuh Psikososial dengan kejadia
Stunting Pada balita
Tabel 5.14
Analisis Hubungan Pengasuhan Keluarga Pola Asuh kebersihan
diri dan sanitasi lingkungan dengan Kejadian Stunting pada
balita di kelurahan
Bontobiraeng selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa
tabel 5.13 di peroleh data bahwa dari 30 responden diperoleh pola asuh
sebanyak 11 balita (36,7%), pola asuh kesehatan yang baik dengan tidak
tidak ada nilai sknifikan terkait apakah ada hubungan atau tidak ada
64
kejadia stunting di kelurahan bontobiraeng selatan. Karena tidak terdapa
B. Pembahasan
Pola makan dalam penelitian ini mengacu pada strategi parenting yang
digunakan oleh orang tua dengan memperhatikan cara dan konteks makan. Pola
asuh kesehatan dalam penelitian ini adalah praktik pengasuhan orang tua
kepada anak yang berhubungan dengan cara menjaga kesehatan anak agar
kesehatan anak. Pola asuh psikosial dalam penelitian ini adalah praktik
pengasuhan orang tua pada anak dengan memberikan kasih sayang yaitu
dengan cara memberikan pujian, memeluk dll. Kejadian Stunting Pada balita.
Pola asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan dalam penelitian ini adalah
praktik pengasuhan orang tua pada anak yaitu menjega kebersihan diri anak dan
merawat lingkungan sekitar agar anak terhindar dari infeksi atau penyakit
sedangkan Kejadian stunting dalam penelitian ini adalah anak yang tinggi
pendek).
1. Hubungan pola asuh makan dengan kejadian stunting pada balita 4-5 tahun
makan kurang dengan 9 balita stunting dan polah asuh makan yang baik
dengan 2 balita stunting dengan niali siknifikan 0.000 < 0,05, maka dapat
65
Pola asuh makan sangat berpengaruh dengan kejadian stunting
pada balita. Menurut asumsi peneliti hal tersebut disebapkan adanya salah
satu faktor yang mempengaruhi yaitu asupan gizi. Asumsi tersebut sejalan
0,003).
balita Jika hal ini terjadi pada masa golden age maka akan menyebabkan
otak tidak dapat berkembang secara optimal dan kondisi ini sulit untuk dapat
pulih kembali. Pola asuh yang kurang dalam penelitian ini adalah pada
indikator praktek pemberian makan. Ibu yang memiliki anak stunting memiliki
kebiasaan menunda ketika memberikan makan kepada balita. Selain itu, ibu
Balita yang memiliki sindrom ini mengkonsumsi lebih sedikit makanan secara
keseluruhan dan dalam hal kualitas dan kuantitas, yang meningkatkan risiko
stunting.
stunting pada balita. Menurut asumsi peneliti yaitu polah asuh makan yang
perkembangan balita karena kekurangan gizi pada masa balita akan bersifat
irreversible (tidak dapat pulih), Oleh karena itu, balita perlu makan makanan
sehat pada periode ini. Balita diberikan asupan makanan yang lebih baik
sebagai hasil pola asuh pola makan yang baik. Asumsi tersebut sejalan
66
menujukan Semakin baik pola asuh makan maka semakin baik pula status
gizin balita.
kategori yaitu: penyakit infeksi (infeksi klinis dan subklinis), pemberian asi
(praktik yang kurang tepat), tindakan dalam pemberian makanan yang tidak
keamanan pangan dan air), serta aspek keluarga dan rumah tangga.
2. Hubungan pola asuh kesehatan dengan kejadian stunting pada balita 4-5
tahun
kesehatan kurang dengan total 8 balita stunting dan pola asuh kesehatan
baik dengan total 3 balita stunting dengan nilai sinifikan 0,000 < 0.05. maka
stunting balita
masih besar. Oleh sebap itu pengasuhan kesehatan dari orang tua sangat
penting bagi sehatan anak belum mampu untuk merawat diri sendiri, masih
lemahnya kondisi fisik dan kepekaan yang tinggi akan seranga penyakit.
(Apriyanto dkk, 2016). Pola asuh kesehatan dari orang tua terlihat dari
67
keaktifan orang tua dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan dan
pelayanan kesehatan yang dilakukan terhadap bayi, anak balita dan anak
hidup anak
diterapkan ibu dimana sangat berpengaruh terhadap status gizi anak secara
tidak langsung. Ada beberapa bentuk pola asuh kesehatan antara lain :
kesehatan anak, frekuensi dan jenis sakit dalam satu bulan terakhir, lokasi
pencarian pengobatan saat anak skit serta praktik dalam pemberian makan
ketika anak sakit. Semua hal tersebut dapat mempengarik kejadian stunting
pad anak.
pola asuh kesehatan yang positif akan menurunkan resiko anak terkena
penelitian, responden telah menerapkan pola asuh yang baik ketika anak
sakit yaitu tetap membujuk anak dan meluangkan waktu lebih lama agar mau
68
panas saat anak demam serta memberi larutan gula garam/ oralit dan air
putih yang lebih banyak saat anak terkena diare. Saat kondisi anak tidak juga
menyimpulkan bahwa ibu yang memberikan pola asuh kesehatan yang baik
3. Pola asuh psikososial dengan kejadian stunting pada balita 4-5 tahun
baik dengan total 11 balita stunting dan pola asuh psikososial baik dengan
total 19 balita tidak stunting. Berdasarkan hasil olah data bahwa tidak ada
adanya salah satu faktor yang mempengaruhi yaiitu pola asuh makan.
dan keragaman komposisi zat gizi dalam makanan tidak terpenuhi, makanan
yang dikonsumsi tidak aman dan tidak bergizi seimbang. Kebutuhan zat gizi
69
4. Pola asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan dengan kiejadian stunting
diri dan sanitasi lingkungan baik dengan total 11 balita stunting dan pola
asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan baik dengan total 19 balita
tidak stuntin. Berdasarakan hasil olah data bahwa tidak ada hubungan antara
Bapenas (2018) bahwa sosial ekonomi yang buruk dan peningkatan risiko
baru lahir dan anak (caregiving), sangat berkorelasi dengan situasi sosial
bagi kesehtan balita dalam pemenuhan status gizi balita dan semua kebutuh
asumsi peneliti pola asuh makan dan polah asuh kesehatan sangat berperan
70
penting dalam menetukan status Gizi balita dimana ada beberapa faktor
daya tahan tubuh terhadap penyakit. Asumsi ini sejalan dengan teori Ami
linier yang disebapkan adanya mall nutrisi asupan zat gizi kronis. Polah asuh
psikososial dan polah asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan tidak
71
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1
memberikan pengasuhan yang baik bagi anak agar bisa mencegah
terjadinya stunting pada anak. Dan bagi peneliti selanjutnya agar bisa
2
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soe, M. (2011). Gizi seimbang dalam daur
kehidupan. Jakarta: Gramedia.
Engel, P., Lhotska, L., Armstrong, H. (1997). The Care Initiative: Assessment,
Analysis and Action to Improve Care for Nutrition. New York: UNICEF
Nutrition Section. Diakses dari https://www.semanticscholar.org/paper/
The-Care-Initiative-%3A-Assessment-%2C-AnalysisAndto
Halimah, N. & Suntin, 2020. Proyeksi dan Pemetaan Wilayah Sebaran Balita
Stunting Di Kota Makassar Berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG).
PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 10.
Fikawati, S., Syafiq, A., & Veratamala, A. (2017). Gizi anak dan remaja.
Depok: Rajawali Pers.
Peter, R., & Kumar, K.A. (2014). Mothers’ caregiving resources and practices
for children under 5 years in the slums of Hyderabad, India: a cross-
3
sectional study. WHO South-East Asia Journal of Public Health, 3(3-4),
254-265.
Rusilanti., Dahlia, M., & Yulianti, Y. (2015). Gizi dan kesehatan anak
prasekolah. Bandung: Rosda.
Santoso, S., & Ranti, A.L. (2013). Kesehatan dan gizi. Jakarta : Rineka Cipta.
4
https://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquiu
m _14Oct_ConceptualFramework_colour.pdf
5
Lampiran 2
Kepada Yth,
Bapak/Ibu……..
Di –
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dorkas Makdalena Beay
Nim : 120031825
Alamat : Jalan Kenanga
Adalah mahasiswa S-1 keperawatan STIK FAMIKA Makassar yang
mengadakan penelitian tentang “HUBUNGAN PENGASUHAN KELUARGA
DENGAN KEJADIAN STUNTING DI KELURAHAN BONTOBIRAENG
SELATAN KECAMATAN BONTONOMPO KABUPATEN GOWA” saya
sangat mengharapkan partisipasi sudara (i) dalam penelitian ini demi
kelancaran pelaksanaan penelitian.
Saya menjamin kerahasian dan segala bentuk informasi yang sudara
(i) berikan, dan apabila masih ada hal-hal yang ingin ditanyakan saya akan
memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk meminta penjelasan
dari peneliti. Demikian penyampaian dari saya atas perhatian dan kerja
samanya saya mengucapkan terima kasih
Sungguminassa, juni 2022
Peneliti
(Dorkas)
6
Lampiran 3
(.......)
7
KUESIONER
A. Petunjuk Pengisian
sediakang
menjawabnya
3. Berilah tanda chek list (√) pada jawaban yang menurut anda
sesuai
B. Identitas Responden
1. Identitas Keluarga
Nama (inisial) :
Umur :
Jenis kelamin :
8
Pendidikan :
2. Identitas Anak
Nama anak :
Jenis kelamin :
Umur :
Tinggi badan : Cm
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9
4 Anak makan siang jam 12.00-01.00 a. Ya
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10
c. 2-4 bulan yang lalu
komunikasi
11
3 Ibu suka mendengarkan anak a. Ya
c. 2 kali sehari
c. ≥ 1 kali seminggu
12
kebersihan lingkungan sekitar ? b. Kadang-kadang
c. Selalu
c. Selalu
O score
3. Usia Balita
13
Lampiran 2
Uji Validitas
Correlation
14
B. Pola asuh kesehatan
Correlation
15
C. Pola asuh Piskososial
Correlation
16
D. Pola asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
Correlation
17
Uji Reliabiliti
18
B. Pola Asuh Kesehatan
19
C. Pola Asuh psikososial
Reliability Statistics
20
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.808 .913 6
Reliability Statistics
21
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.749 .783 6
Frekuensi
22
23
Uji bivariat
24
B. pola Asuh Kesehatan
25
c. Pola Psikososial
26
D. pola asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
27
28
lampiran 11
29