TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY. R
DI PUSKESMAS SIKUMANA
KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2022
Disusun oleh:
Disusun oleh:
PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
Penguji I Penguji II
Mengesahkan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
bimbingan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan tugas akhir dalam bentuk studi kasus ini dengan baik.
Laporan tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini mengalami
banyak kesulitan, namun hal ini dapat teratasi berkat kerja keras serta bantuan dan
hormat dan terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, saran, dan motivasi
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara fisik,
Maranatha Kupang
izin dan bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan studi kasus ini.
2
5. Matilda Bupu Ria, S.ST., M.Kes., M .K.M. Selaku dosen penguji yang telah
6. Pasien Ny. R. bersama keluarga yang telah bersedia menjadi pasien penulis
7. Dosen STIKes Maranatha Kupang yang telah berjasa kepada penulis dalam
8. Yang saya cintai. Alm Bapak tercinta, Mama dan Susi Aldante, Bu, Susi, Jack,
Renja. Yang telah membesarkan dengan penuh kasih dan sayang, membina
dan mendukung saya hingga saat ini dan yang dengan sabar telah mendukung
Semi, Bu Kuku, kaka Chory, Reza, Kaka noy, Agnes, Karmi, kk Thomas, usy
Cengtya, yang setia tulus sabar mendukung dan mendoakan penulis dalam
meraih cita-cita.
penulis berupa saran dan masukan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir
ini.
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang
3
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
Kupang,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN JUDUL SPESIFIKASI
LEMBARAN PERSETUJUAN
LEMBARAN PENGESAHAN
GAMBARAN KASUS..................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................... 3
1.Tujuan Umum...................................................................................... 3
2.Tujuan Khusus...................................................................................... 3
C. Waktu dan tempat pengambilan kasus................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN KEGIATAN KUNJUNGAN CONTINUITY OF CARE
LAMPIRAN KONSULTASI
5
LAMPIRAN REVISI
BAB I
v
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
utama yang di berikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru
lahir. Setiap ibu hamil akan menghadapi resiko yang bisa mengancam
jiwanya. Maka dari itu setiap ibu hamil memerlukan asuhan kebidanan
selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir (Dwi, 2017).
kematian ibu (AKI), menjadi salah satu indikator penting dari derajat
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa menghitung lama kehamilan per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2017).
lainya. Demikian juga AKB di Indonesia menurut SDKI, 2017 yaitu 24/1000
kelahiran hidup dengan penyebab kematian adalah asfiksia, infeksi, dan BBL.
6
demografi dan kesehatan. Target responden SDKI 2017 adalah wanita umur
15-19 tahun pria/wanita hidup bersama umur 15-54 tahun dan remaja pria
Untuk provinsi NTT berdasarkan laporan tahunan Dinkes, tahun 2021 Jumlah
kasus 181 kasus, jumlah kasus kematian ibu di NTT Tahun 2021 sebanyak
181 kasus dengan penyebab perdarahan 42%, hipertensi dalam kehamilan
13%, infeksi 4%. Sedangkan jumlah kematian bayi di NTT adalah 955 kasus
dengan penyebab BBLR 34%, asfiksia 27%, pneumonia 7%kongenital 8%,
spesis 4%, diare dan malaria 2%%.
Berdasarkan laporan tahunan dinas kesehatan tahun 2021 jumlah kasus
kematian ibu di NTT sebanayk 181 kasus dengan penyebab perdarahan 42%
BBLR 34% afiksia 27% pnemonia 7%, kongenital 8%, sepsis 4% diare dan
tuntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan.
2019 jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja berjumlah467, jumlah
sasaran ibu bersalin berjumlah 466, jumlah sasaran ibu nifas berjumlah466,
jumlah sasaran bayi sebanyak 638, jumlah salin nakes sebanyak 82, jumlah
Salah satu program untuk penurunan AKI dan AKB adalah program
Provinsi NTT juga memiliki salah satu program revolusi KIA yaitu semua
B. TUJUAN
Meliputi :
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
R.dalam masa hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir di
2022
masa ibu hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir di Puskesmas
hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir di Puskesmas Sikumana
Ny. Rdalam masa hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir di
2022.
9
(hari ke 12)
18)
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANTENATAL CARE
1. Pengertian Kehamilan
(40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Widatiningsih &
Dewi, 2017).
berkisar 40 minggu.
asuhan kebidanan
4 kebiasan sehari-hari
seseorang
7 mempermudahhubungan bila
lingkungannya
kelahiran
19
a. Pengkajian
1) Subjektif
ibu mengatakan sudah tidak haid lagi 2 bulan yang lalu, ibu
subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau
pola hidup)
pemeriksaan penunjang.
wajah.
20
tidak.
3.Hidung sclera.
2) 8 bulan : ½ pusat – PX
panggul.
panggul.
e) Pemeriksaan Auskultasi
Apakah DJJ terdengar atau tidak, frekuensi, jelas dan teratur atau
tidak dan terdengar di kanan atau kiri perut ibu. DJJ normal 120-
160 x/menit.
f) Pemeriksaan Perkusi
g) Pemeriksaan penunjang :
negatif.
d. Tindakan Segera
manajemen kolaborasi.
e. Perencanaan
24
f. Penatalaksanaan
yaitu:
25
tinggi badan ibu dan usia kehamilan. Berat badan ibu hamil
Tinggi badan normal untuk ibu hamil adalah >145 cm, jika
sempit.
darah tinggi).
Lila normal untuk ibu hamil adalah 23,5 cm bila < dari 23,5
atau ada masalah lain. Bila DJJ < 120 kali/menit atau > 160
FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,5 mg.
8) Tes Laboratorium
g. Evaluasi
28
masalah baru.
h. Dokumentasi
sudah di rencanakan
d. Tahap-tahap Persalinan
Menurut Dewy (2013) tahapan persalinan dibagi menjadi :
1) Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat
sampai pembukaan lengkap. Kala I dibagi dalam dua fase:
a) Fase laten
(1). Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
pembukaan serviks secara bertahap
(2). Berlangsung hingga servik membuka kurang dari 4 cm
(3). Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam.
b) Fase aktif
(1). Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secarabertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
(2). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga
2 cm (multipara).
31
e. Macam-macam Persalinan
a) Partus spontan
ibu sendiri tanpa bantuan alat serta tidak melukai ibu dan bayi
induksi.
4000 gram
f. Evidence Based
1) Keluarga Berencana
diinginkan.
komplikasi.
bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif
6) Penatalaksanaan
ibu bersalin yakni pada Kala I, Kala II, Kala III dan Kala IV.
1) Subjektif
lendir bercampur darah dari jalan lahir, sejak kapan ibu mulai
lalu.
2) Objektif
a) Pemeriksaan umum
35
(1). Suhu normal yaitu 36,5ºC-37ºC, jika lebih dari 38ºC maka
kemungkinan infeksi.
(3). Nadi : dalam keadaan santai, denyut nadi normal sekitar 60-
80x/menit
(7). Tinggi badan : normalnya > 145 cm, jika < 145 cm beresiko
b) Pemeriksaan fisik
(1). Inspeksi
tumor.
(2). Palpasi
8 bulan : ½ pusat – PX
lunak, melenting).
dengan gambar V / V
(3). Auskultasi
38
atau tidak dan terdengar di kanan atau kiri perut ibu. DJJ
(4). Perkusi
c) Pemeriksaan dalam
ketuban.
d) Pemeriksaan Darah :
positif
negatif
39
indikasi.
3) Analisa
4) penatalaksanaan
a) Menolong persalinan sesuai 60 APN (Modul Midwifery
Update):
(1)Tanda dan gejala kala II yaitu :
Ibu merasakan ingin mengeran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-
vagina dan sfingter ani membuka, meningkatnya pengeluaran
lendir bercampur darah. Tanda pasti kala dua ditentukan
melalui periksa dalam (informasi objektif) yang hasilnya
adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya
bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
(2)Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat
datar, keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar
kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi, menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai dalam partus set.
(3)Mengenakan baju tertutup atau celemek plastik yang bersih.
40
(34) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,
tepat diatas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusar dari klem dengan tangan yang lain.
(35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusar ke arah
bawah sambil tangan lain mendorong uterus kearah belakang
(dorsokranial) secara berhati-hati.
(36) Menegangkan tali pusat sejajar lantai dan kemudian kearah
atas mengikuti poros jalan lahir, jika tali pusar bertambah
panjang pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
(37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin dengan
lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Selaput
ketuban jika robek, memakai sarung tangan desinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina, serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forceps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengeluarkan selaput yang tertinggal.
(38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan difundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
(39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel pada
uterus maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan
bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh
(40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineumdan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
(41) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya
perdarahan pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik.
46
secara spontan dan teratur, berat badan antara 2.500-4.000 gram serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin (Dewy, 2013). Hasil konsepsi yang baru saja
keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan lahir atau dengan bantuan alat
tertentu sampaiberusia 28 hari (Dewy, 2013).
2.Ciri-ciri bayi baru lahir
Menurut Dewy,2013) ciri-ciri dari bayi baru lahir normal, yaitu:
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2.500-4.000 gram
c. Panjang lahir 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
i. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Nila APGAR > 7
l. Gerakkan aktif
m. Bayi lahir langsung menangis
n. Genetalia:
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus
yang berlubang, serta labia mayora menutupi l\abia minora.
o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik
q. Refleks grasping sudah baik
r. Refleks moro positif
49
pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermi bila suhu tubuh turun
di bawah 36°C. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5-37,5°C
(Asrinah, 2010)
5) Perubahan pada system renal
Menurut Marmi (2012) Ginjal bayi baru lahir menunjukkan
penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi
glomerulus, kondisi ini mudah menyebabkan retensicairan dan
intoksikasi air. Fungsitubules tidak matur sehinga dapat menyebabkan
kehilangan natrium dalam jumlah besar dan
ketidakseimbanganelektrolit lain. Bayi baru lahir tidak dapat
mengonsentrasikan urine dengan baik, tercermin dari berat jenis urine
(1,004) dan osmolaritas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal
ini lebih buruk pada bayikurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam
pertama kehidupan, yaitu hanya 30–60 ml. Normalnya dalam urine
tidak terdapat protein atau darah, debris sel yang dapat banyak
mengindikasikan adanya cidera atau iritasi dalam sistem ginjal.
Adanya massa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik
adalah ginjal dan mencerminkan adanya tumor, pembesaran, atau
penyimpangan dalam ginjal.
6) Perubahan sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah
terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir
cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain usus)
masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru
lahir atau neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang
dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat, bersamaan dengan pertumbuhan bayi
(Asrinah, 2010).
54
sel ini mengandung komplemen lengkap oval yang matur karena tidak
terbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup bulan lahir. Korteks
ovarium yang terutama terdiri dari folikel primordial, membentuk
bagian ovarium yang lebih tebal pada bayi baru lahir dari pada orang
dewasa. Jumlah ovum berkurang sekitar 90 persen sejak bayi lahir
sampai dewasa peningkatan kadar estrogen selama masa hamil, yang
diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan
pengeluaran suatu cairan mukoid atau pengeluaran bercak darah
melalui vagina. Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan
minora menutupi vestibulum. Pada bayi prematur, klitoris menonjol
dan labia mayora kecil dan terbuka. Pada pria testis turun kedalam
skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki. Pada usia satu tahun testis
tidak turun berjumlah kurang dari 1%.
11) Perubahan sistem skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian besar
terdiri dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
12) Perubahan pada sistem Neuromuskuler (refleks– refleks)
Menurut Marmi Ddk DDK (2012) sistem neurologis bayi secara
anatomik atau fisiologis belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir
menunjukkan gerakan-gerakkan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu
yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada
ekstermitas. Perkemihan neonatus terjadi cepat. Sewaktu bayi
bertumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalkan kontrol kepala,
tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang. Bayi baru
lahir normal memiliki banyak refleks neurologis yang primitif. Ada
atau tidaknya refleks tersebut menunjukkan kematangan
perkembangan sistem saraf yang baik yaitu:
a) Refleks glabelar
Refleks ini dinilai dengan mengetuk daerah pangkal hidung
secara perlahan menggunakan jari telunjuk pada saat mata
57
b) Refleks hisap
Refleks ini dinilai dengan memberi tekanan pada mulut bayi di
bagian dalam antara gusi atas yang akan menimbulkan isapan
yang kuat dan cepat. Refleks juga dapat dilihat pada saat bayi
melakukan kegiatan menyusu.
c) Refleks rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi. Dapat dinilai
dengan mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi akan
menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka
mulutnya.
d) Refleks Genggam (grapsing)
Refleks ini dinilai dengan mendekatkan jari telunjuk pemeriksa
pada telapak tangan bayi, tekanan dengan perlahan, normalnya
bayi akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak bayi
ditekan, bayi akan mengepalkan tinjunya.
e) Refleks babinsky
Pemeriksaan refleks ini dengan memberikan goresan telapak
kaki dimulai dari tumit. Gores sisi lateral telapak kaki kearah
atas sepanjang telapak kaki. Maka bayi akan menunjukkan
respons berupa semua jari hiperekstensi dengan ibu jari
dorsofleksi.
f) Refleks moro
Refleks ini ditunjukkan dengan timbulnya pergerakan tangan
yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau
dikejutkan dengan cara bertepuk tangan
g) Refleks melangkah
58
a) Karakteristik
1) Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut:
frekuensi nadi aplikal yang cepat dengan irama yang tidak
teratur. Frekuensi pernapasan mencapai 80 kali per menit,
irama tidak teratur dan beberapa bayi mungkin dilahirkan
dengan keadaan pernapasan cuping hidung, ekspirasi
mendengkur serta adanya retraksi.
2) Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis.
3) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak
berkemih ataupun mempunyai pergerakan usus, selama
periode ini.
59
makanan masih dalam bentuk utuh, pada saat makan) Kebutuhan dasar
fisik bayi baru lahir
a. Nutrisi
Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi
melalui air susu ibu (ASI) yang mengandung komponen paling seimban
g. Pemberian ASI eksklusif berlangsung hingga enam bulan tanpa
adanya makanan pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan oleh bayi. Selain itu sistem pencernaan bayi
usia 0-6 bulan belum mampu mencerna makanan padat. Komposisi ASI
berbeda dengan susu sapi. Perbedaan yang penting terdapat pada
konsentrasi protein dan mineral yang lebih rendah dan laktosa yang
lebih tinggi. Lagi pula rasio antara protein whey dan kasein pada ASI
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rasio tersebut pada susu sapi.
Kasein di bawah pengaruh asam lambung menggumpal hingga lebih
sukar dicerna oleh enzim-enzim. Protein pada ASI juga mempunyai
nilai biologi tinggi sehingga hampir semuanya digunakan tubuh.
Dalam komposisi lemak, ASI mengandung lebih banyak asam
lemak tidak jenuh yang esensil dan mudah dicerna, dengan daya serap
lemak ASI mencapai 85-90 %. Asam lemak susu sapi yang tidak
diserap mengikat kalsium dan trace elemen lain hingga dapat
menghalangi masuknya zat-zat tadi.Keuntungan lain ASI ialah murah,
tersedia pada suhu yang ideal, selalu segar dan bebas pencemaran
kuman, menjalin kasih sayang antar ibu dan bayinya serta mempercepat
pengembalian besarnya rahim ke bentuk sebelum hamil. Zat anti infeksi
dalam ASI antara lain:
1) Imunoglobulin: Ig A, Ig G, Ig A, Ig M, Ig D dan Ig E
2) Lisozim adalah enzim yang berfungsi bakteriolitik dan pelindung
terhadap virus
3) Laktoperoksidase suatu enzim yang bersama
peroksidasehydrogen dan tiosianat membantu membunuh
streptokokus
62
Hal ini dilakukan agar bayi tidak kehilangan panas yang berlebihan,
tujuannya agar bayi tidak hipotermi. Karena sebelum 6 jam pasca
kelahiran suhu tubuh bayi sangatlah labil. Bayi masih perlu beradaptasi
dengan suhu di sekitarnya. Setelah 6 jam kelahiran bayi di mandikan
agar terlihat lebih bersih dan segar. Sebanyak 2 kali dalam sehari bayi
di mandikan dengan air hangat dan ruangan yang hangat agar suhu
tubuh bayi tidak hilang dengan sendirinya. Diusahakan bagi orangtua
untuk selalu menjaga keutuhan suhu tubuh dan kestabilan suhu bayi
agar bayi selalu merasa nyaman, hangat dan terhindar dari hipotermi.
BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwarna kehitaman, hari
3-6 feses tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih
bercampur mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna kekuningan.
Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB agar tidak terjadi iritasi di
daerah genetalia. Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24
jam pertama kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda
bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak
terjadi iritasi di daerah genetalia.
d. Perawatan Tali Pusat
Dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan neonatal Esensial (Dewy,
2012) dituliskan beberapa perawatan tali pusat sebagai berikut:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat.
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
3) Mengoleskan alkohol atau providon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembap.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa
tali pusat mengering dan terlepas sendiri
64
c. Perumahan
Suasana yang nyaman, aman, tentram dan rumah yang harus di dapat
bayi dari orang tua juga termasuk kebutuhan terpenting bagi bayi itu
sendiri. Saat dingin bayi akan mendapatkan kehangatan dari rumah
yang terpunuhi kebutuhannya. Kebersihan rumah juga tidak kalah
terpenting. Karena di rumah seorang anak dapat berkembang sesuai
keadaan rumah itu.
Bayi harus dibiasakan dibawa keluar selama 1 atau 2 jam sehari (bila
udara baik). Pada saat bayi dibawak keluar rumah, gunakan pakaian
secukupnya tidak perlu terlalu tebal atau tipis. Bayi harus terbiasa
dengan sinar matahari namun hindari dengan pancaran langsung sinar v
matahari dipandangan matanya. Yang paling utama keadaan rumah
bisa di jadikan sebagai tempat bermain.
67
4) Suara (Voice)
Mendengar dan merespon suara antara orangtua dan bayinya
sangat penting. Orangtua menunggu tangisan pertama bayi
mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka
yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut
membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu
orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan
menjadi tenang dan berpaling ke arah mereka. Respon
terhadap ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang
tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari
tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya
baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam
rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan
suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir,
meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari
oleh cairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
5) Aroma /bau badan (odor)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan mulai belajar
dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera
penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan
baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk
mempertahankan hidup. Indra penciuman bayi akan sangat
kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada
waktu tertentu.
6) Aroma/bau badan (intrainment).
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan, bayi baru
lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan
orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat
kepala, menendang-nendangkan kaki. Intrainment terjadi
pada saat anak mulai bicara. Bayi baru lahir menemukan
71
a) Nifas
1.Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulainya beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta samapai 6 minggu setelah melahirkan (Menurut Pusdiknakes,
2003 dalam Yanti dan Sundawati, 2011). Masa nifas dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu
(Dewy, 2013).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluranreproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal
(Nugroho, dkk,2014).
2.Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Sundawati, 2011 asuhan yang diberikan kepada ibu nifas
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kesejahteran fisik dan psikologis ibu dan bayi
Pemberian asuhan, pertama bertujuan untuk memberi fasilitas dan
dukungan bagi ibu yang baru saja melahirkan anak pertama untuk
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan peran barunya sebagai
seorang ibu. Kedua, memberi pendampingan dan dukungan bagi ibu
yang melahirkan anak kedua dan seterusnya untuk membentuk pola
baru dalam keluarga sehingga perannya sebagai ibu tetap terlaksana
dengan baik. Jika ibu dapat melewati masa ini maka kesejahteraan
fisik dan psikologis bayipun akan meningkat.
b. Pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan komplikasi
Pemberian asuhan pada ibu nifas diharapkan permasalahan dan
komplikasi yang terjadi akan lebih cepat terdeteksi sehingga
penanganannya pun dapat lebih maksimal.
75
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi (Nugroho, dkk, 2014) Remote puerpartum
merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan (Ambarwati, 2010).
4. Perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Involusi uterus. Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan
suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut (Yanti dan Sundawati,
2011). sulystiawati, Ari (2010) mengatakan bahwa setelah plasenta
lahir tingggi fundus uteri 1 sampai 2 jari di bawah pusat
2) Iskemia miometrium. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relative anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
3) Atrofi jaringan. Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormone estrogen saat pelepasan plasenta.
4) Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteotik akan memendekan jaringan otot
yang telah mengendur sehingga panjangnya 10 kali panjang sebelum
hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormone estrogen
dan progesterone.
5) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah dan mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
77
8) Perubahan serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulasi
dan berbentuk seperti corong. Halini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna
serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera
setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2-3
jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh
karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat
sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak
sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih
besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya,
terutama pada pinggir sampingnya (Dewy, 2013)
9) Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa-sisa cairan. Pencampuran antara darah dan
desidua inilah yang dinamakan lochea. Reaksi basa/alkalis yang
membuat organism berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis
(anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-
beda setiap wanita. Lochea dapat dibagi menjadi lochea rubra,
sunguinolenta, serosa dan alba.
Table Perbedaan masing-masing Lochea
Lochia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel
kehitaman desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa
mekonium dan sisa
darah.
79
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengambilan tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
3) Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum. Diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi
jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu untuk kembali normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang
air besar kembali teratur, antara lain pemberian diet/makanan yang
mengandung serat, pemberian cairan yang cuku, pengetahuan
tentang pola eliminasi, pengetahuan tentang perawatan luka jalan
lahir, bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian
huknah atau obat yang lain.
b. Perubahan sistem perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca
melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan peenurunan
fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan
81
1) Hemostasis internal
Tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan
70 persen dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut
dengan cairan intraseluler. Cairan ekstraseluler terbagi dalam
plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut
cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh
antara lain eodema dan dehidrasi. Oedema adalah tertimbunnya
cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam
tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume tubuh.
2) Keseimbangan asam basa tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut pH. Batas normal pH cairan tubuh
adalah 7,35-7,40. Bila pH>7,4 disebut alkalosis dan jika pH<7,35
disebut asidosis.
3) Pengeluaran sisa metabolisme racun dan zat toksin ginjal
Zat toksin ginjal mengekskresikan hasil akhir dari metabolisme
protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan
kreatini. Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar
tidak megganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman.
Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air
kecil.Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu
post partum, antara lain :
a) Adanya oedem trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi retensi urin.
82
2) Kulit abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar
dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding
abdomen akan kembali normal kembali dalam beberapa minggu
pasca melahirkan dalam latihan post natal.
3) Striae
Strie adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Strie pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang
samar. Tingkat distasis muskulus rektus abdominis pada ibu post
partum dapat di kaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan
jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonus otot menjadi normal.
4) Perubahan ligament
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan vasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur
menciut kembali seperti sedia kala.
5) Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi, namun demikian, hal ini
dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan
84
pubis antara lain nyari tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri
saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan
simpisis dapat di palpasi, gejala ini dapat menghilang dalam
beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang
menetap.
6) Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang
yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural
pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganannya adalah mandi dengan air hangat dapat memberikan
rasa nyaman pada pasien.
7) Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan 3 bulan setelah melahirkan sakit kepala
dan migrain bisa terjadi. Sakit kepala dan nyeri leher dapat timbul
akibat setelah pemberian anasthesi umum.
d. Sistem endokrin
Selama masa kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut,
antara lain (Dewy, 2013):
1) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone yang
diprodduksi oleh plasenta. Hormone plasenta menurun dengan
cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta (human
placenta lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada
masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam sehingga hari
ke 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke
3 post partum.
2) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain horrmon prolaktin, FSH dan LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita
85
1) Suhubadan
Suhu wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang dari 0,5 0C dari keadaan normal.
Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih
pada hari ke-4 post partum suhu akan naik lagi. Hal ini diakibatkan
adanya pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,
maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus
genetalia ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 0c,
waspada terhadap infeksi post partum.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 sampai 80 kali
permenit. Pasca melahirkan denyut nadi dapat menjadi bradikardi
maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami oleh pembuluh arteri
ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh manusia.
Tekanan darah normal manusia adalah sitolik antara 90 -120
mmHg dan distolik 60-80 mmHg. Pasca melaahirkan pada kasus
normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan
darah lebih rendah pasca melahirkan bisa disebabkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya pre eklampsia post partum.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal padaorang dewasa adalah 16 sampai
20 kali permenit. Pada ibu post partum umumnya bernafas lambat
dikarenakan ibu dalam tahap pemulihan atau dalam kondidi
istirahat. Keadaan bernafas selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, perrnafasan
87
jagung pipi, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½
kue maffin dri bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½
cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram
mi/pasta dari bijian utuh.
15) Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak orang dewasa adalah 41/2 porsi lemak
(14 gram porsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram
keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok
makan krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, 2 sendok makan
selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang
goreng, 2 iris cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau
2 sendok makan salad.
16) Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari
makanan asin.
17) Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter
tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah,
susu dan sup.
18) Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin
yang diperlukan antara lain vitamin A yang berguna bagi kesehatan
kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan
keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1.300 mcg, vitamin B6
membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf.
Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat
ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang polong dan kentang,
vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan
daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-
kacangan, minyak nabati dan gandum.
94
c. Eliminasi
1) Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal
bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat
disebabkan karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin dan
spesmen oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan. Lakukan
keteterisasi apabila kandung kemih penih dan sulit berkemih (Dewy,
2013)
2) Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur, cukup cairan,
95
e. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan
istirahatnya antara lain anjurkan ibu untuk cukup istirahat, sarankan ibu
untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan, tidur siang atau
istirahat saat bayi tidur. Kurang istirahat dapat menyebabkan jumlah ASI
berkurang, memperlambat proses involusi uteri, menyebabkan deperesi
dan ketidakmampuan dalam merawat bayi (Dewy, 2013)
f. Seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti. Namun
demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut.
Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang
dapat menyebabkan pola seksual selama masa nifas berkurang antara lain
gangguan atau ketidaknyamanan fisik, kelelahan ketidak seimbangan
berlebihan hormone, kecemasan berlebihan (Dewy, 2013). Program
Keluarga Berencana sebaiknya dilakukan ibu setelah masa nifas selesai
atau 40 hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat
96
1) Anatomi
Payudara (mamae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah
kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi
susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600
gram dan saat menyusui 800 gram (Yanti dan Sundawati,
2011).Menurut Yanti dan Sundawati, 2011 ada 3 bagian utama
payudara yaitu :
a) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
Didalam korpus mamae terdapat alveolus yaitu unit terkecil
yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel
aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh
darah. Beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 lobus pada
tiap payudara.
b) Areola yaitu bagian yang kehitaman ditengah
Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarnakegelapan
yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar
keringat, kelenjar lemak dari montgometry yang membentuk
tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar
lemak ini akan menghasilkan suatu bahan yang melicinkan
kalangan payudara selama menyusui. Di bawah ini kalang
payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat
penampungan air susu. Luasnya kalang payudara bisa 1/3-1/2
dari payudara.
c) Papilla atau putting yaitu bagian yang menonjol di puncak
payudara. Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubungan
dengan adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka
letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubangkecil yang merupakan muara duktus dari
98
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat,
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk
selanjut mengalir melalui duktus laktefirus masuk ke mulut
bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah
melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi,
memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang
menghambat reflex letdown adalah keadaan bingung atau
pikiran kacau, takut, cemas. (Yanti dan Sundawati, 2011)
b) Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama
akan menghasilkan rangsangan syaraf yang terdapat pada
glandula pituitaria posterior sehingga keluar hormone
oksitosin. Hal ini menyebabkan sel miopitel disekitar alveoli
akan berkontraksi dan mendorong asi masuk dalam pembuluh
ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan
bayi juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus
melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis.
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun
hormone-hormon yang berperan adalah:
dalamkehamilan
Prolaktin : Mengencangkan otot halus dalam
rahim pada saat melahirkan dan setelahnya,
Oksitosin : sepertihalnya juga dalam
orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus
disekitar alveoli memeras ASI menuju saluran
susu. Oksitosin berperan dalam proses
turunnya susu let-down.
3) Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan
oleh semua manusia.
8 .Tanda bayi cukup ASI
Menurut Yanti dan Sundawati, 2011 bahwa bayi usia 0-6 bulan, dapat
dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut
a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
b. Kotoran berwarna kuning dengan dengan frekuensi sering, dan
warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.
c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali/sehari.
d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.
e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.
f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.
g. Pertumbuhan beratbadan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan.
102
f. Bayi kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah
dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui
secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi
sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit,
berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada di rumah.
g. Bayi sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan mendapatkan
makanan per oral, tetapi saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka
berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan
muntah-muntahan ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat untuk
mencegah terjadinya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan
ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi ditidurkan,
posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersendak
karena regulasi.
h. Bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak
elastik, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak mendapat
menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” putting dengan optimal.
Akibatnya lidah bayi tidak sanggup “memegang” putting dan areola
dengan baik, maka proses laktasi tidak berjalan dengan sempurna. Oleh
karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera
setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar.
Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-
ubah.
i. Bayi yang memerlukan perawatan
Pada saat bayi sakit memerlukan perawatan, padahal bayi masih
menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila
tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan
menyimpannya. Cara menyimpan ASI perah pun juga perlu diperhatikan.
107
1) Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini dapat
terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering
terjadi pada hari ke 10 dan hari ke 28 setelah kelahiran (Dewy,
2013).
Penyebabnya payudara bengkak akibat tidak disusukan secara
adekuat, Bra yang terlalu keta, putting susu lecet yang
menyebabkan infeksi, asupan gizi kurang, anemi.
Gejala bengkak dan nyeri, payudara tampak merah pada
keseluruhan atau di tempat tertentu payudara terasa keras dan
benjol-benjol, ada demam dan rasa sakit umum (Dewy, 2013).
Penanganannya payudara dikompres dengan air hangat untuk
mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik, untuk
mengatasi infeksi diberikan antibiotic, bayi mulai menyusui dari
payudara yang mengalami peradangan, anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya, anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan
yang bergizi dan istirahat (Dewy, 2013).
2) Abses payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi
apabila mastitis tidak ditangani dengan baik, sehingga memperberat
infeksi (Dewy, 2013). Gejalanya sakit pada payudara ibu tampak
lebih parah, payudara lebih mengkilap dan berwarna merah,
benjolan terasa lunak karena berisi nanah (Dewy, 2013).
Penanganannya teknik menyusui yang benar kompres payudara
dengan air hangat dan air dingin secara bergantian, tetap menyusui
bayi, mulai menyusui pada payudara yang sehat, hentikan
menyusui pada payudara yang mengalami abses tetapi ASI tetapi
dikeluarkan, apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan
nanah, berikan antibiotika, rujuk apabila keadaan tidak membaik
(Dewy, 2013).
3) Puting susu lecet
110
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi reetak dan pembentukan
celah-celah. Retakan pada putting susu bisa sembuh sendiri dalam
waktu 48 jam (Dewy, 2013).
Penyebabnya teknik meyusui tidak benar, puting susu terpapar
cairan saat ibu membersihkan puting susu, moniliasis pada mulut
bayi yang menular pada putting susu ibu, bayi dengan tali lidah
pendek, cara menghentikan menyusui yang kurang tepat (Dewy,
2013) Penatalaksanaannya cari penyebab susu lecet, bayi disusukan
lebih dahulu pada puting susu yang normal atau lecetnya sedikit,
tidak menggunakan sabun, krim atau alkohol untuk membersihkan
puting susu, menyusui lebih sering 8-12 kali dalam 24 jam, posisi
menyusui harus benar, bayi menyusui sampai ke kalang payudara,
keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan
kering, menggunakan bra yang menyangga, bila terasa sangat sakit,
boleh minum obat pengurang rasa sakit, jika penyebabnya monilia,
diberi pengobatan dengan tablet nystatin.
c. Hemoragia postpartum
Menurut(Dewy, 2013) perdarahan pervaginam yang melebihi 500
mililiter seteelah persalinan didefinisikan sebagai perdarahan pasca
persalinan. Menurut Widyasih, dkk (2008) perdarahan postpartum
adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus
genetalia setelah melahirkan.
Perdarahan pasca persalinan dapat dikatagorikan menjadi 2, yaitu
(Widyasih, dkk 200) 4:
a) Perdarahan postpartum primer adalah mencakup semua kejadian
dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebabnya adalah uterus atonik
(terjadi karena misalnya sisa plasenta atau selaput ketuban, trauma
genetalia, inversio uteri).
b) Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi antara 24 jam sampai
enam minggu masa post partum. Penyebab pelepasan jaringan mati
setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina, kandung
kemih, rektum), terbukanya luka pada uterus (setelah sc, rupture
uterus).
c) Subinvolusi uteri
Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi uterus tidak berjalan
sebagaimana mestinya sehingga proses pengecilannya terlambat.
Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa
plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri. Pada
palpasi uterus teraba masih besar, fundus masih tinggi, lochea banyak,
dapat berbau dan terjadi perdarahan (Ambarwati, 2014).
1) Flegmasia alba dolens
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena
vemoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya thrombosis atau
embolus yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan
pada pembuluh darah, atau karena pengaruh infeksi. (Dewy, 2013).
Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada penderita adalah (Dewy,
112
2013) suhu badan naik, nyeri kaki dan betis pada saat berjalan atau
ditekan (tanda Homan) dan bengkak.
2) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
Pada masa nifas dini sensifitas kandung kemih terhadap tegangan
air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan
serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung
kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi, haematom
dinding vagina (Ambarwati, 2010).
3) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Kelelahan setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan
sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.
Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat, susu atau
teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang (Dewy,
2013
4)Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan
dirinya sendiri. Penyebabnya adalah rasa takut yang dialami
kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal
masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan
setelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk
merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit, ketakutan
akan menjadi tidak menarik lagi. (Dewy, 2013).
113
BABIII
PERKEMBANGAN KASUS
Identitas
Klien Suami
1. Data Subjektif
a. Keluhan utama
b. Riwayat haid
HPHT 1 Mei 2021, lamanya 4-5 hari, banyaknya 3-4 kali ganti
tahun efek samping, haid tidak lancar, dan tidak teratur, alasan berhenti
1) Pola makanan
2) Kebersihan diri
Mandi : 2x/hari
Sikat gigi : 2x/sehari
Keramas rambut : 2-3x/seminggu
Ganti pakaian dalam : Setiap kali habis mandi/bila basah
Ganti pakaian luar : Setiap kali habis mandi/bila basah
Perawatan payudara : Setiap kali mandi
3) Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 5-6x/hari
BAB
Frekuensi : 1x/hari
Warna : Kuning
116
Konsistensi : Lembek
f. Kondisi psikososial
1) Respon ibu dan suami terhadap kehamilan yaitu ibu dan suami
1) ANC
TM I : 1X di Puskesmas Sikumana
Keluhan : Mual,muntah.
TM II : 2X , di Puskesmas Penfui
sebanyak ± 10 kali.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
2) Kesadaran : Composmentis
5) Tanda-tanda vital
6) TB : 155 cm
8) Lila :25cm
b. TP : 05 Februari2022
c. Pemeriksaan Obstetrik
1) Palpasi
4) Ekstremitas
d. Pemeriksaan Penunjang
119
Laboratorium :
1) Darah
a) HB : 10,9 gram%
b) Golongan darah : B
2) Urine
a) Reduksi : negatif
b) Protein : negatif
3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Intra Uterin.
4. Penatalaksanaan
bagian ekstremitas.
(Divergen).
yaitu nasi, sayuran berwarna hijau, tahu, tempe, ikan, daging, telur,
kacang-kacangan.
minum air putih 8-10 gelas/ hari; Ibu menerima anjuran yaitu
minum air putih 8-10 gelas/ hari; Ibu menerima anjuran yang di
berikan.
121
hari tidur atau berbaring 1-2 jam, malam tidur 7-8 jam; Ibu
istirahat yang cukup yaitu siang hari tidur atau berbaring 1-2 jam,
trimester III yaitu perdarahan tiba-tiba dari jalan lahir, nyeri perut
trimester III yaitu perdarahan tiba-tiba dari jalan lahir, nyeri perut
dan darah dari jalan lahir; Ibu mengerti dengan penjelasan yang
puskesmas.
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
2) Kesadaran : Composmentis
5) Berat badan : 57 kg
6) Tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan Obstetri
melenting (Bokong),
Leopold II: Pada sisi kanan perut ibu teraba datar, memanjang, dan
keras seperti papan (Punggung) dan pada sisi kanan perut ibu teraba
Leopold III: Pada segmen bawah rahim teraba bulat, keras, dan
pusat.Pada vulva tidak ada oedema, tidak ada varices, tidak ada
3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
124
4. Penatalaksanaan
Suhu:36,50C, Pernapasan:20x/menit, DJJ (+) teratur frekuensi 13
yaitu nasi, sayuran berwarna hijau, tahu, tempe, ikan, daging, telur,
siang hari tidur atau berbaring 1-2 jam, malam tidur paling sedikit
6-7 jam; Ibu menerima anjuran yang diberikan yaitu istrahat yang
cukup yaitu siang hari tidur atau berbaring 1-2 jam, malam tidur
yaitu mencuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah BAB dan
dalam 2-3 kali/ hari atau jika basah; Ibu mengerti dan dapat
setelah makan, setelah BAB dan BAK, menyikat gigi secara benar
kali/ minggu, ganti pakaian dalam 2-3 kali/ hari atau jika basah
tangan dan kaki, sakit kepala yang hebat disertai penglihatan kabur,
tiba-tiba dari jalan lahir, nyeri perut yang hebat, tekanan darah
tinggi, bengkak di wajah, tangan dan kaki, sakit kepala yang hebat
waktunya;
dan darah dari jalan lahir; Ibu mengerti dengan penjelasan yang
Puskesmas
a. Subjektif
127
b. Objektif
2) Kesadaran : Composmentis
4) Tanda-tanda vital
a) Inspeksi
benjolan,pengeluaran ASI (+),
b) Palpasi
janin (ekstrimitas).
melenting (kepala).
(5) Mc Donald: 31 cm
c) Auskultasi
DJJ terdengar jelas dan teratur pada sisi kanan bawah perut
detik.
c) Pembukaan 9 cm
e) Presentasi kepala
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
a) Saff I :
pusat
b) Saff II.
131
c) Saff III.
a. Data Subjektif
kontraksi.
b. Objektif
composmentis.
1) Tanda-tanda vital :
3) DJJ 140x/menit.
e) Presentasi kepala.
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
lengkap.
2) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
tangan.
Sudah dilakukan.
140x/menit.
litotomi.
11) Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi yang aman jika ibu
12) Jika kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
ibu.
14) Membuka partus set dan periksa kembali kelengkapan alat dan
16) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lakukan.
sudah lahir.
kelamin prempuan.
dari pusat bayi gunakan telunjuk dan jari tengah, tangan yang
lainuntuk mendorong isi tali pusat kearah ibu dan klem tali
26) Meletakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu
ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau areola
mamae ibu. Selimuti bayi dan ibu dengan kain yang kering dan
a. Subjektif
bayinya.
b. Objektif
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
satu bayi yang lahir (hamil tunggal) ;Sudah di lakukan dan bayi
tunggal.
dilakukan.
5) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas
tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikut dan ulangi kembali
dilakukan.
a. Subjektif
b. Objektif
5) Perdarahan±100 cc.
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
lengkap.
dilakukan.
napas telalu cepat atau sesak napas segera rujuk kerumah sakit.
Jika kaki teraba dingin pastikan ruangan hangat ibu dan bayi
bayi yaitu BB: 3200 gram, PB: 52 cm, LK: 35 cm, LD: 34 cm,
dilakukan.
peralatan
13) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
dilakukan.
dilakukan.
dilakukan.
a. Subjektif
1) Identitas Bayi
2) Riwayat Antenatal
3) Riwayat Intranatal
pervaginam
Lamanya persalinan :
145
b) Kala II : 30 menit
b. Data objektif
1) Pemeriksaan Umum
b) Kesadaran : Composimentis
c) Tanda-tanda vital
PB : 52 cm LD : 34 cm
LK : 35 cm LP : 33 cm
3) Pemeriksaan Fisik
tanda-tanda infeksi.
lubang uretra
i) Refleks
tiba-tiba/terkejut
langsung menggenggam.
4) Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x
Belum BAK
147
d. Penatalaksanaan
bayinya.
Salep mata dan vit- K telah di berikan dan tunggu 1 jam lagi untuk
pemberian HB0.
3) Menjelaskan pada ibu cara merawat tali pusat bayinya itu tidak
menaruh apapun pada tali pusat dan jangan biarkan tali pusat
terbuka agar tali pusat cepat mengering; Ibu sudah mengerti dengan
jam sekali atau setiap kali bayi mau; Ibu menerima anjuran yg
ASI yaitu dengan cara tepuk pelan punggung bayi hingga bayi
mempraktikkannya.
7) Menjelaskan tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti bayi malas
a. Subjektif
1) Identitas Bayi
2) Riwayat Antenatal
149
3) Riwayat Intranatal
spontan pervaginam.
Lamanya persalinan:
a) Kala 1 : 3jam
b) Kala II : 30 menit
b. Data objektif
1) Pemeriksaan Umum
b) Kesadaran : Composimentis
c) Tanda-tanda vital
2) Pemeriksaan Antropometri
PB : 52 cm LD : 34 cm
LK : 35 cm LP : 33 cm
3) Pemeriksaan Fisik
hematom
infeksi.
ikterus.
h) Refleks
menggenggam
4) Eliminasi
BAB : Frekuensi : 1x
BAK : Frekuensi : 2x
Warna : Jernih
d. Penatalaksanaan
bayinya.
2) Menjelaskan kembali pada ibu cara merawat tali pusat bayinya itu
tidak menaruh apapun pada tali pusat dan jangan biarkan tali pusat
basah. Jika basah, keringkan dengan kain bersih dan biarkan terbuka
sekali atau setiap kali bayi mau; Ibu menerima anjuran yg diberikan
diberikan pendamping ASI seperti air putih, madu, teh, sari buah
misalnya lantai atau tangan yang dingin. Jangan letakkan bayi dekat
jendela atau kipas angin. Segera keringkan bayi saat mandi atau saat
sekitar bayi hangat; Ibu mengerti dengan penjelasan dan ibu bisa
a. Subjektif
153
secara normal.
b. Data objektif
1) Pemeriksaan Umum
b) Kesadaran : Composimentis
c) Tanda-tanda vital
PB : 52 cm
2) Pemeriksaan Fisik
hematom
tanda-tanda infeksi.
154
adaktil,
h) Refleks
menggenggam
3) Eliminasi
Warna : Kuning
Konsistensi : Cair
Warna : Jernih
d. Penatalaksanaan
155
2) Menjelaskan kembali pada ibu cara merawat tali pusat bayi yaitu
tidak menaruh apapun pada tali pusat dan jangan biarkan tali
yaitu setiap 2 jam sekali atau setiap kali bayi mau; Ibu menerima
saja.
bayi dekat jendela atau kipas angin. Segera keringkan bayi saat
berikan.
akan melindungi bayi ibu dari penyakit TBC dan lumpuh, Ibu
imunisasi.
a. Subjektif
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
b) Kesadaran : Composimentis
c) Tanda-tanda vital
PB : 524cm
2) Pemeriksaan Fisik
hematom
adaktil,
3) Eliminasi
Warna : Kuning
Warna : Jernih
158
d. Penatalaksanaan
2) Menjelaskan kembali pada ibu cara merawat tali pusat bayi yaitu
tidak menaruh apapun pada tali pusat dan jangan biarkan tali pusat
basah. Jika basah, keringkan dengan kain bersih dan biarkan terbuka
yaitu setiap 2 jam sekali atau setiap kali bayi mau; Ibu menerima
diberikan pendamping ASI seperti air putih, madu, teh, sari buah
misalnya lantai atau tangan yang dingin. Jangan letakkan bayi dekat
jendela atau kipas angin. Segera keringkan bayi saat mandi atau saat
bayi malas atau tidak mau menyusu, panas tinggi, icterus (kuning),
bernanah, bau dan kemerahan serta kejang ;Ibu mengerti dan dapat
a. Subjektif
lalu, jenis kelamin perempuan. Saat ini ibu mengeluh nyeri pada luka
jahitan dan masih merasa mules pada perut bagian bawah. Ibu sudah
b. Objektif
1) Pemeriksaan umum
b) Kesadaran : Composmentis
160
d) Tanda-tanda vital
pembesaran tonsil.
kandung kemih kosong.
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
mengerti.
mengerti.
hal yang fisiologis dialami ibu nifas. Rasa mules yang ibu
162
perdarahan, juga nyeri pada luka jahitan yang dialami ibu akan
setelah BAK dan BAB dengan cara cebok bersih dari arah depan
sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah puting dan
payudara ibu, telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis
nyeri ulu hati, sakit kepala, dan depresi pada ibu, apabila
2. KF II
a. Subjektif
prempuan. Ibu mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah
Ibu mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir sedikit, warna
merah kecoklatan.
b. Objektif
164
1) Pemeriksaan umum
b) Kesadaran : Composmentis
d) Tanda-tanda vital
tonsil.
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
siang ± 1-2 jam dan malam 7-8 jam; Ibu mengerti dengan
kacangan, telur, tempe, ikan, daging dan minum air putih ±8-
mengulangnya kembali.
3. KF III
a. Subjektif
mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah tidak dirasakan.
Ibu mengatakan masih keluar cairan dari jalan lahir sedikit, wana
putih.
b. Objektif
168
1) Pemeriksaan umum
b) Kesadaran : Composmentis
d) Tanda-tanda vital
kelenjar thyroid,
tanda infeksi.
varices.
c. Analisa
d. Penatalaksanaan
mengerti.
kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah puting dan sekitarnya,
170
telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus, mulut bayi
atau jika terasa penuh serta menjaga daerah vagina dengan cara
cebok dengan air bersih dari arah depan kebelakang agar tidak
yaitu siang ± 1-2 jam dan malam 7-8 jam; Ibu mengerti dengan
keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam tinggi, nyeri ulu hati,
171
sakit kepala,dan depresi pada ibu, apabila terdapat salah satu segera
4. KF IV
e. Subjektif
mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah tidak dirasakan.
Ibu mengatakan masih keluar cairan dari jalan lahir sedikit, wana
putih.
f. Objektif
3) Pemeriksaan umum
f) Kesadaran : Composmentis
h) Tanda-tanda vital
tonsil.
tanda infeksi
varices.
g. Analisa
h. Penatalaksanaan
mengerti.
12) Memberikan kembali ibu KIE tentang cara menyusui yang benar
kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah puting dan sekitarnya,
telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus, mulut bayi
celana dalam, segera mengganti pembalut 2-3 kali sehari atau jika
dengan air bersih dari arah depan kebelakang agar tidak terjadi
14) Menganjurkan kembali ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur
yaitu siang ± 1-2 jam dan malam 7-8 jam; Ibu mengerti dengan
keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam tinggi, nyeri ulu hati,
sakit kepala, dan depresi pada ibu, apabila terdapat salah satu
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada BAB ini penulis membandingkan hasil asuhan dengan tinjauan teori
yang ada pada BAB II dan dianalisa faktor pendukung maupun faktor penghambat
sehingga hasil asuhan ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai.
Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan
yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang
dilaksanakan dari usia kehamilan Trimester III yaitu 40-41 minggu sampai dengan
176
6 minggu post partum yang dimulai dari tanggal 5 Februari 2022–9 Maret 2022 di
padatrimester III sebanyak 3 kali. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.
R. Berstandar 10 T.
B. INTRANATAL CARE
Pada kasus Ny. R,G3 P2` A0 AH2 Hamil 40-41 minggu, Janin Tunggal,
hidup, Presentasi Kepala, Intra Uteri dengan inpartu kala I fase aktif. Hasil
pemeriksaan subjektif : ibu mengatakan hamil anak ke tiga, ibu merasa nyeri
hasilnya vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 9 cm,
selaput ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan Hodge III-IV posisi UUK
kanan depan dan molase tidak ada. Telah mendapat asuhan kebidanan
menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri, menjelaskan pada ibu tentang
penyebab nyeri dalam persalinan, memberi support dan motifasi pada ibu.
177
fase antara lain : Pada tanggal 05 Februari 2022, pukul 19.10 WITA Kala I
gravida lamanya 10 samapi 12 jam dan pada multi gravida 7 - 8 jam. Asuhan
napas saat timbul kontraksi, menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri,
Kala II: Pada tanggal 05 februari 2022, pukul 23.45 Ny. R suda sampai
melihat tanda dan gejala kala II, memastikan kelengkapan alat dan bahan
ibu, memimpin meneran saat ada dorongan yang kuat untuk meneran,
vulva 5-6 cm dengan tangan kanan dan menahan puncak kepala dengan
tangan kiri, memeriksa adanya lilitan tali pusat, menunggu kepala melakukan
putaran paksi luar, melahirkan bayi dengan cara kedua tangan diletakan
secara biparietal pada kepala bayi lalu menarik kepala kearah bawah untuk
melahirkan bahu depan dan menarik kepala ke atas untuk melahirkan bahu
belakang, kemudian melahirkan bayi secara sangga susur, menilai bayi segera
178
setelah lahir, mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan kain bersih dan
100 cc
Kala III pada tanggal 05 Februari 2022, pukul 23.45 pelepasan dan
IU secara IM pada 1/3 paha atas bagian kiri, menjepit tali pusat dengan klem
pertama ± 3 cm dari perut bayi, dan memasang klem kedua ± 2 cm dari klem
pertama, memotong tali pusat dan mengikatnya dengan pengikat tali pusat
yang steril, mengganti kain pembungkus bayi dengan kain bersih dan kering,
melakukan IMD, memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-6 cm
dari vulva, meletakan tangan kiri di atas simphisis dan kanan memegang tali
tangan, putar plasenta searah jarum jam sampai plasenta dan selaput ketuban
Kala IV pada tangal 06 Februari 2022, pukul 24.00 dimulai dari keluarnya
dari sisa darah dan air ketuban, memeriksa kontraksi uterus, merendam alat
Tanda-tanda vital, mengajarkan ibu dan keluarga cara masase fundus uteri,
kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30
Berdasarkan kajian pada kasus Ny.R dan kajian teori tidak terdapat
35 cm, LD 34 cm, LP 33 cm, tali pusat bersih, masih basah, tidak ada tanda-
tanda infeksi.
mengganti popok bayi yang basah dengan yang baru, menganjurkan ibu
bahaya pada bayi baru lahir yaitu : bayi kuning setelah 24 jam pertama dan di
temukan pada umur 14 hari atau lebih, infeksi tali pusat yaitu : tali pusat
2-3x/hari.
baik, tangis bayi kuat, tonus otot kuat, tanda-tanda vital, S : 36,50C, HR :
ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah di lakukan pada bayinya bahwa
dapat terjadi pada bayi baru lahir antara lain: tidak mau menyusu, bayi
kuning, kejang-kejang, tali pusat bau, bayi rewel, menganjurkan ibu untuk
pada umur 20 hari Post Partum dengan hasil pemeriksaan data subjektif: ibu
mengatakan bayi menyusu kuat, tidak rewel, tali pusat bayi sudah lepas. BAK
konsistensi lunak. Data Objektif : keadaan umum baik, tangis bayi kuat, tonus
tentang tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi pada bayi baru lahir,
mengingatkan kembali pada ibu untuk kunjungan ulang satu bulan kedepan
sampai umur 28 hari masa neonatus mendapat pelayanan neonatal 3 kali yaitu
pada umur 6 jam sampai 48 jam setelah lahir, kunjungan kedua 3 sampai 7
hari setelah lahir dan kunjungan ketiga 8 sampai 28 hari setelah lahir. Asuhan
bayi tetap hangat, merawat tali pusat dan pemberian ASI secara esklusif
pertama dilakukan pada tangal 05 Februari, pukul 06.30 jam. Post partum
anaknya yang pertama pada 7 jam yang lalu, jenis kelamin laki-laki. Saat ini
ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan dan masih merasa mules pada perut
bagian bawah. Ibu sudah bisa tidur miring dan duduk di tempat. Data Objektif
perut teraba keras, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat,
vulva/vagina : lochea rubra, banyaknya 2-3x ganti softex, tidak ada varises.
memberitahukan ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu adalah hal yang
normal dialami ibu nifas. Rasa mules diakibatkan dari kontraksi uterus untuk
mencegah terjadinya perdarahan serta nyeri yang ibu rasakan pada luka jahit
perdarahan, sakit kepala yang hebat, nyeri uluh hati, bengkak pada kaki dan
5 dengan hasil pemeriksaan data subjektif : Ibu mengatakan saat ini nyeri
pada luka jahitan sudah berkurang. Ibu sudah bisa duduk, berdiri bahkan
berjalan sendiri. Ibu mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir sedikit,
composmentis, TD: 110/90 mmHg, suhu: 36,5ºc nadi ; 80x/m, RR: 20x/m,
kehangatan bayi dengan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan
kering, mengganti kain atau popok bayi setiap kali basah, mengingatkan ibu
ksembali tentang tanda bahaya masa nifas, mengingatkan ibu untuk menjaga
dengan air bersih, menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol ulang serta
Februari 2022, pukul, 15:30 WITA, dengan hasil pemeriksaan data Subjektif :
184
ibu mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah tidak dirasakan. Data
lancar Abdomen TFU tidak teraba lagi, kandung kemih kosong, lochea alba,
hasil pemeriksaan umum dan fisik. Lochea alba, tidak terdapat tanda-tanda
alat kontrasepsi, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur.
ibu mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah tidak dirasakan. Data
lancar Abdomen TFU tidak teraba lagi, kandung kemih kosong, lochea alba,
hasil pemeriksaan umum dan fisik. Lochea alba, tidak terdapat tanda-tanda
alat kontrasepsi, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur.
nifas yaitu mulai 6 jam sampai 42 hari dengan mendapat kunjungan untuk
pelayanan nifas sebanyak 3 kali yaitu pada saat 6 jam - 3 hari setelah
kebersihan genitalia, mengajarkan cara menyusui yang baik dan benar serta
BAB V
A.KESIMPULAN
186
bahwa :
antenatal care sebanyak tiga kali yaitu dua kali oleh bidan dan satu kali
oleh dokter untuk dilakukan tindak lanjut atau penanganan rujukan. Tetapi
pada Ny.R kunjungan ANC oleh dokter tidak dilakukan karena bidan
pengkajian data subyektif dan obyektif dan tidak ada kesenjangan atau
2) Analisa data/Assesment
berikut:
187
3) Penatalaksanaan
yaitu ANC Standar. Pada kehamilan trimester tiga untuk kasus Ny.
Regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit dan kulit, manajemen
kedua (KF2), ketiga (KF3) dan keempat (KF4) telah diberikan sesuai
pada asuhan.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
Asuhan yang diberikan pada klien sudah cukup baik dan dapat
dengan teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
4. Bagi masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Puji Hutari. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu . Yogyakarta;Rohima
Press.
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan
Praktek. Jakarta : EGC
Kriebs dan Gegor. 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta : EGC.
191
Dewy. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Nugroho, Dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta :Nuha
Medika
Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Pusat Safe Mother Hood-
Lab/SMF Obgyn RSU Dr. Sutomo/Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.
Saifuddin, Dkk. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Pt. Nbina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Sumarah, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offest
Varney Helen, Dkk. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran ECG.
(GERIMU)