Anda di halaman 1dari 197

LAPORAN

TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY. R
DI PUSKESMAS SIKUMANA
KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2022

Disusun oleh:

STIOVANI ORSA GERIMU


NIM: 142002619

PRODI D-III KEBIDANAN


STIKES MARANATHA KUPANG
TAHUN 2022
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.R.


DI PUSKESMAS SIKUMANA
KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2022

Diajukan untuk memenuhi penilaian mata kuliahLaporan Tugas Akhir

Disusun oleh:

STIOVANI ORSA GERIMU


NIM: 142002619

PRODI D-III KEBIDANAN


STIKES MARANATHA KUPANG
TAHUN 2022
KUPANG
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R.


DI PUSKESMAS SIKUMAN
KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2022

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing


untuk dipertahankan dihadapan penguji

PEMBIMBING

ROSLIN E. M. SORMIN, SST., M.Kes


NIDN. 0811037803

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.R
DI PUSKESMAS SIKUMANA
KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2022

Laporan kasus ini telah diujikan pada tanggal, April 2022

Penguji I Penguji II

Matilda Bupu Ria,S.ST., M.Kes., M.K.M Roslin E. M. Sormin, SST., M.Kes


NIDN. 0819039002 NIDN. 0811037803

Mengesahkan

Ketua STIKes Maranatha Kupang Ketua Prodi D-III Kebidanan

Stefanus M. Kiik., S.Kep,Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom Roslin E. M. Sormin, SST, ,M.Kes


NIDN. 0828058401
STIKes MARANATHA KUPANGNIDN. 0811037803

Nama Penulis : Stiovani Orsa Gerimu


Judul : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHEMSIF PADA NY.R
DI PUSKESMAS SIKUMANA KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2022.
Jumlah BAB & Halaman : V/196
GAMBARAN KASUS
Bidan merupakan ujung tombak untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan
Bayi salah satu upayanya dengan memberikan asuhan kebidanan secara
komperhensif. Tujuannya adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif.
Kehamilan
Kasus yang diambil di Puskesmas Sikumana dari tanggl 17 Januari 2022 sampai
dengan tanggal 09 Maret 2022, Ny. R. G3 P2 A0 AH2 Umur 30 Tahun.
Persalinan
Tanggal 05 Februari 2022 Jam 23.10 WITA Ny.R. mengeluh mules-mules, hasil
pemeriksaan Ny.R. G3 P2 A0 AH2 UK 40 minggu, partus kala I fase aktif,
keadaan ibu dan janin baik. Tanggal 05 Februari Jam 23:30 WITA bayi lahir
spontan dengan letak belakang kepala, berat badan 3200 gram, panjang badan
50cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar perut 33 cm, bayi tidak
cacat dan tidak ada kelainan. Tanggal 05 Februari 2022 Jam 23:45 WITA Ny.R.
P3 A0 AH3, partus kala III keadaan ibu dan janin baik, plasenta lahir dengan
spontan lengkap. Tanggal 06 Februari 2022 Jam 24.00 WITA Ny.R.P3 A0 AH3
partus kala IV, keadaan ibu dan janin baik. Tangal 06 Februari 2022, 6 Jam
kunjungan nifas pertama, keadaan ibu baik,tekanan darah 110/70 mmHg,suhu
36,5°c nadi 82x/menit, pernapasan 20x/menit. Ny.R. P3 A0 AH3, 2 jam nifas,
keadaan ibu dan janin baik. Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 2
jam keadaan ibu dan bayi baik,
KN dan KF
Tanggal 06 Februari 2022 jam 01.30 dilakukan KN pertama dan pada jam 2.30
WITA dilakukan KF peratma. Ny. R P3 A0 AH3 nifas hari ke-2, keadaan ibu
baik, bayi umur 2 hari, keadaan ibu dan bayi baik dan sehat. Tanggal 10 Februari
2022 jam 15.00 WITA dilakukan kunjungan rumah II, Ny.R. P3A0AH3 nifas
hari ke-9 keadaan ibu baik, bayi umur 9 hari keadaan bayi sehat. Tanggal 11
Februari jam 16:30 WITA dilakukan lagi kunjungan rumah ketiga bayi umur 21
hari keadaan bayi baik dan tanggal 25 Februari 2022 kunjungan rumah ke tiga
nifas hari ke-21 keadaan ibu baik, Tanggal 3 Maret 2022,pukul 16.10 dilakukan
kunjungan rumah ke-3 Nifas hari ke-28, Keadaan ibu baik.

Pustaka : 216 buku (Tahun : 2012-2021)


1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

bimbingan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan tugas akhir dalam bentuk studi kasus ini dengan baik.

Laporan tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan program studi D III Kebidanan STIKes Maranatha Kupang dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.R. Di Puskesmas Sikumana,

Kabupaten Kupang Tahun 2022” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini mengalami

banyak kesulitan, namun hal ini dapat teratasi berkat kerja keras serta bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak.

Dengan terselesainya laporan tugas akhir ini, penulis mengucapkan rasa

hormat dan terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, saran, dan motivasi

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara fisik,

material,maupun sumbangan berupa pikiran, terutama kepada =

1. Stefanus M. Kiik, S.Kep,Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku Ketua STIKes

Maranatha Kupang

2. Roslin E. M. Sormin, SST., M.Kes selaku Ketua Prodi D III Kebidanan

STIKes Maranatha Kupang, sekaligus Dosen pembimbing dan penguji.

3. Kepala Ruangan Puskesmas Sikumana beserta staf yang telah memberikan

izin dan bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan studi kasus ini.
2

4. Roslin E. M. Sormin, SST., M.Kes sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan masukan untuk penyempurnaan studi kasus ini.

5. Matilda Bupu Ria, S.ST., M.Kes., M .K.M. Selaku dosen penguji yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti ujian.

6. Pasien Ny. R. bersama keluarga yang telah bersedia menjadi pasien penulis

dalam laporan tugas akhir ini.

7. Dosen STIKes Maranatha Kupang yang telah berjasa kepada penulis dalam

memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan selama mengikuti pendidikan.

8. Yang saya cintai. Alm Bapak tercinta, Mama dan Susi Aldante, Bu, Susi, Jack,

Renja. Yang telah membesarkan dengan penuh kasih dan sayang, membina

dan mendukung saya hingga saat ini dan yang dengan sabar telah mendukung

saya baik moral maupun material selama studi.

9. Sahabat/sodara/i saya khususnya Bapak Themy, Bapak Upin, mama bea, Bu

Semi, Bu Kuku, kaka Chory, Reza, Kaka noy, Agnes, Karmi, kk Thomas, usy

Cengtya, yang setia tulus sabar mendukung dan mendoakan penulis dalam

meraih cita-cita.

10. Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2019 Prodi DIII kebidanan

STIKES Maranatha Kupang yang juga telah memberikan dukungan bagi

penulis berupa saran dan masukan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir

ini.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini, masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang
3

sifatnya membangun sebagai masukan dalam perbaikan Laporan Tugas Akhir

ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca semua, Amin.

Kupang,

Penulis

(Stiovani Orsa Gerimu)


4

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN JUDUL SPESIFIKASI
LEMBARAN PERSETUJUAN
LEMBARAN PENGESAHAN
GAMBARAN KASUS..................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................... 3
1.Tujuan Umum...................................................................................... 3
2.Tujuan Khusus...................................................................................... 3
C. Waktu dan tempat pengambilan kasus................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................. 5


A. Antenatal Care......................................................................................... 5
B. Persalinan dan bayi baru lahir (BBL) umur 1 jam................................... 24
C. Bayi.......................................................................................................... 45
D. Nifas......................................................................................................... 76

BAB III PERKEMBANGAN KASUS............................................................. 125


A. Kehamilan................................................................................................ 125
B. Persalinan................................................................................................. 137
C. Bayi Baru Lahir....................................................................................... 153
D. Nifas......................................................................................................... 167

BAB IV PEMBAHASAN KASUS.................................................................. 178


A. Antenatal Care......................................................................................... 178
B. Intranatal Care......................................................................................... 182
C. Bayi Baru Lahir....................................................................................... 185
D. Post Natal Care........................................................................................ 187

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 191


A. Kesiimpulan............................................................................................. 191
B. Saran........................................................................................................ 192

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN KEGIATAN KUNJUNGAN CONTINUITY OF CARE
LAMPIRAN KONSULTASI
5

LAMPIRAN REVISI

BAB I
v
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan pelayanan kesehatan

utama yang di berikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru

lahir. Setiap ibu hamil akan menghadapi resiko yang bisa mengancam

jiwanya. Maka dari itu setiap ibu hamil memerlukan asuhan kebidanan

selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir (Dwi, 2017).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2019, angka

kematian ibu (AKI), menjadi salah satu indikator penting dari derajat

kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal

dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus isidentil) selama

kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)

tanpa menghitung lama kehamilan per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2017).

Berdasarkan SUPAS (survey penduduk antara sensus) tahun 2015

bahwa AKI di indonesia adalah 305/100.000 kelahiran hidup, dengan

penyebab hipertensi obstetric, komplikasi non obstetric, infeksi dan penyebab

lainya. Demikian juga AKB di Indonesia menurut SDKI, 2017 yaitu 24/1000

kelahiran hidup dengan penyebab kematian adalah asfiksia, infeksi, dan BBL.
6

Tujuan utama SDKI 2017 adalah menyediakan estimasi terbaru indicator

demografi dan kesehatan. Target responden SDKI 2017 adalah wanita umur

15-19 tahun pria/wanita hidup bersama umur 15-54 tahun dan remaja pria

berstatus belum kawin 15-24 tahun. Survey ini dilaksanakan di 34 provinsi

diseluruh Indonesia menghimpun informasi mengenai latar belakang, sosial

ekonomi, fertilisasi, kontrasepsi kehamilan dan pemeriksaan sesudah

melahirkan, imunisasi anak, kesehatan dan gizi anak, perkawinan dan

kegiatan social, preferensi fertilitas, HIV/AIDS dan isu kesehatan lainnya.

Untuk provinsi NTT berdasarkan laporan tahunan Dinkes, tahun 2021 Jumlah
kasus 181 kasus,  jumlah kasus kematian ibu di NTT Tahun 2021 sebanyak
181 kasus dengan penyebab perdarahan 42%, hipertensi dalam kehamilan
13%, infeksi 4%. Sedangkan jumlah kematian bayi di NTT adalah 955 kasus
dengan penyebab BBLR 34%, asfiksia 27%, pneumonia 7%kongenital 8%,
spesis 4%, diare dan malaria 2%%.
Berdasarkan laporan tahunan dinas kesehatan tahun 2021 jumlah kasus

kematian ibu di NTT sebanayk 181 kasus dengan penyebab perdarahan 42%

hipertensi dalam kehamilan 13% infeksi 4%, gangguan sistem perdarahan 5%

dan lain-lain 36%. Sedangkan jumlah j

kematian bayi di NTT sebanyak kasus dengan penyebab lain-lain 955%,

BBLR 34% afiksia 27% pnemonia 7%, kongenital 8%, sepsis 4% diare dan

malaria 2%.(Profil Kesehatan Provinsi NTT, 2021).

Data yang di peroleh di Puskesmas sikumana Kupang jumlah ibu yang

melakukan kunjungan ANC sebanyak 389 orang. ANC yang teratur di

fasilitas kesehatan dapat mencegah tejadinya komplikasi pada ibu hamil


7

maupun janin dalam kandungan. Asuhan yang berkesinambungan bidan di

tuntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan.

(Profil Puskesmas Sikumana 2019).

Berdasarkan kasus yang di peroleh dari Puskesmas Sikumana Tahun

2019 jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja berjumlah467, jumlah

sasaran ibu bersalin berjumlah 466, jumlah sasaran ibu nifas berjumlah466,

jumlah sasaran bayi sebanyak 638, jumlah salin nakes sebanyak 82, jumlah

KF 1-3 sebanyak 82, jumlah KN 1-3 sebanyak 175.

Salah satu program untuk penurunan AKI dan AKB adalah program

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi, perencanaan stiker ini

dapat meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman program ini juga meningkatkan

persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan. Selain program P4K

Provinsi NTT juga memiliki salah satu program revolusi KIA yaitu semua

persalinan harus di tolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih di fasilitas

kesehatan yang memadai

Berdasarkan uraian di atas maka penulis sebagai mahasiswa Diploma III

kebidanan tertarik untuk melakukan “Asuhan Kebidanan Komprehensif

pada Ny. R. G3 P2 A0 AH2 Usia Kehamilan 40 Minggu Janin tunggal

Hidup Intra uterin Persentase Kepala diPuskesmas Sikumana”.


8

B. TUJUAN

Meliputi :

1. Tujuan Umum

Mampumelakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. R.di

Puskesmas Sikumana Periode. 17 Januari 2022 s/d 09 Maret 2022

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian subyektif dan obyektif pada Ny.

R.dalam masa hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir di

Puskesmas Sikumana Periode 17 Januari 2022 s/d 09 Maret Tahun

2022

b. Dapat menganalisa masalsah, diagnosa kebidanan pada Ny. R. dalam

masa ibu hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir di Puskesmas

Sikumana. 17 Januari 2022 s/d 09 MaretTahun 2022

c. Dapat melaksanakan evaluasi kebidanan pada Ny. R.dalam masa

hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir di Puskesmas Sikumana

Periode 17-Januari 2022 s/d 09 Maret 2022.

d. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP pada

Ny. Rdalam masa hamil, bersalin, nifas dan pada bayi baru lahir di

Puskesmas Sikumana Periode 05 Februari 2022 s/d 09 Maret Tahun

2022.
9

C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS

Pengambilan kasus dilakukan di Puskesmas Sikumana dengan menerapkan

asuhan kebidanan yang dimulai tanggal :

1. Tanggal 28-01-2022 : Pemeriksaan kehamilan pertama

2. Tanggal 03-02-2022 : Pemeriksaan kehamilan kedua

3. Tanggal 05-02-2022 : Pertolongan persalinan

4. Tanggal 06-02-2022 : Kunjungan rumah (KF1 dan KN1) 6 jam s/d

48 jam dan KN1 (hari ke 1)

5. Tanggal 10-02-2022 : Kunjungan rumah (KF2 dan KN2) hari

4–28 dan KN2 hari ke 3-7 hari ( hari ke 4)

6. Tanggal 25-02-2022 : Kunjungan rumah (KF3 dan KN3) 8-28 hari

(hari ke 12)

7. Tanggal 07-02-2022 : Kunjungan rumah (KF4) 29-42 hari. (hari ke

18)
10

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANTENATAL CARE

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah Sebuah proses yang di mulai dari tahap konsepsi

sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari

(40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Widatiningsih &

Dewi, 2017).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

Spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi.

Kehamilan normal akan berlangsung dala, waktu 40 minggu bila dihitung

dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi (Walyani, 2015).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan

adalah suatu proses yang diawali dengan spermatozoa dengan ovum

(fertilisasi ) dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi yang

berkisar 40 minggu.

2. Adaptasi Perubahan Fisiologi Kehamilan Trimester III Antara Lain:


11

Menurut Walyani (2015),perubahan Fisiologi yang dialami wanita

selama hamil yaitu:

a) Sistem Reproduksi Dan Mamae


(1) Uterus
Di sebabkan oleh peningkatan faskulerisasi,fasodilatsi,hiperplasia dan
hipertropi pada miomatrium dan perkembangan endometrium yang
menjadi decidua disebabkan karena efek extrogen dan progesteron
yang dihasilakan oleh corpus duteum. Berat uterus naik secara luar
biasa dari 30 hingga 50 gram, dan menjadi ±100 gram pada akhir
kehamilan.
Pada akhir lehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga
pelvis, dan sering perkembangannya uterus akan menyentuh dinding
abdomen mendorong usus ke samping dan ke atas, terus tumbuh
hingga menyentuh hati.
(2) Servik Uteri dan Vagina
Progesteron menyebabkan sel-sel endoserviks mengsekresi mukus
yang kental, yang menutupi serviks di kenal dengan mucusplucg.
Serviks bertamba vaskularisasinya dan menjadi lunak pada perabaan
disebut tanda goodell.
Dinding vagina mengalami perubahan pada trimester ster III untuk
mempersiapkan persalinan yaitu dengan menggendongnya jaringan
ikat,hipertropisel otot polos. Perubahan ini menyebabkan bertambah
panjangnya dinding vagina.
(3) Fungsi Hormon dan Ovarium
Setelah implantasi,villi chorioniceakan mengeluarkan hormon HCG
guna memperhatahankan produksi extrogen dan progesteron corpus
12

duteum sampai plasenta terbentuk sempurnah yaitu 16 minggu.


Selanjutnya plasenta akan mengantikan funggsi corpus luteum
memproduksi ekstrogen dan progesreton. Tingginya ekstrogen dan
progesteron selama kehamilan menekan produksi FSH dan LLH
sehingga tidak menjadi maturasi folikel dan ofulasi berhenti.
Hormon relaksi pada akhir kehamilan akan meraklasasikan jaringan
ikat terutama sendisakroiliaka dan pelunakan serviks pada saat
persalinan.
(4) Perubahan pada mamae
Perubahan pada ibu hamil yaitu payudara menjadi lebih besar,dan
areola mamae semakin hitam karena hipermiktasi. Gandula
moentgomery makin tampak menonjol dipermukaan areola mamae
dan pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu keluar
kolostrum.sebi
b) Sistem Endokrin
Kopus luteum dalam ovarium pada minggu pertama menghasil
estrogen dan progesteron yang dalam stadium ini memiliki fungsi
utama untuk mempertahankan perubahan desidua dan menvegah
pelepasan serta pembebasan desidua tersebut. Sel-sel trofolblast
menghasilkan hormon kronik gonadottropin yang akan
mempertahankan korpus luteum sampai plasenta berkembang
penuh dan mengambil alih produks estrogen dan progesteron dari
korpus luteum. Estrogen merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan fetus, pertumbuhan payudara, retensi air natrium,
pelepasan hormon hipofise. Sementara itu progesteron
mempengaruhi tubuh ibu melalui relaksasi otot polos, relaksasi
jaringan ikat, kenaikan suhu, pengembangan duktus dan alveoli,
perubahan sekrektonik dalam payudara. Plasenta menghasilkan
dua hormon spesifik lainnya, yaitu hormon lektogenik dan
relaksin. Hormon lektagonik meningkatkan pertumbuhan.
Menstimulsi perkembangan payudara dan mempunyai peranan
13

yang dalam metabolisme lemak maternal, sedangkan hormon


relaxin memberikan efek relaksan khususnya pada jaringan ikat.
Sekresi kelenjar hipofisis menurun dan dan selanjutnya akan
meningkatkan sekresi semua kelenjar
Sistem Kardiovaskuler endokrin (kelenjar tiroid, paratiroid,
adrenal). Prolaktin meningkat secara berangsur-angsur menjelang akhir
kehamilan namun fungsi prolaktin dalam memicu laktasi disupresi
sampai plasenta dilahirkan dan kadar estrogen menurun.
Selama kehamilan, jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar
antara 5000-12000 dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan
masa nifas berkisar 14000-16000. Penyebab peningkatan ini belum
diketahui. Respon yang sama diketahui terjadi selama dan setelah
melakukan aktivitas yang berat. Distribusi tipe sel juga akan
mengalami perubahan. Pada kehamilan, terutama trimester ke-3,
terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan secara
bersamaan limfosit dan monosit.
c) Sistem Integumen
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan pada perubahan ini dikenal dengan striae gravidarum.
Pada multipara, selain striae kemerahan itu sering kali ditemukan garis
berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae
sebelumnya. Pada kebanyakan perempuan kulit digaris pertengahan
perut akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan
linea nigra. Kadang-kadang muncul dalam ukuran yang variasi pada
wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau
melasmagravidarum, selain itu pada areola dan daerah genetalia juga
akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan
biasanya akan hilang setelah persalinan.
d) Sistem musculoskeletal
14

Sendi pelvik pada kehamilan sedikit bergerak. Perubahan tubuh secara


bertahap dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan
cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Peningkatan distensi
abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus
otot dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan
membutuhkan penyesuaian ulang. Pusat gravitasi wanita bergeser ke
depan. Pergerakan menjadi sulit dimana sturktur ligament dan otot
tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat.
Wanita muda yang cukup berotot dapat mentoleransi perubahan ini
tanpa keluhan. Lordosis progresif merupakan gambaran karakteristik
pada kehamilan normal. Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa
dan lemah dialami oleh anggota badan atas yang disebabkan lordosis
yang besar dan fleksi anterior leher.
e) Sistem Metabolisme
Perubahan metabolisme adalah metabolisme basal naik sebesar 15%-
20% dari semula terutama pada trimester ke III
1)Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 per
liter menjadi 145 per liter disebabkan hemodulasi darah dan
kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
2) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan janin dan
persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tunggal ½
gr/kg BB atau sebutir telur ayam sehari.
3) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.
4) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil melip uti:
(a) Fosfor rata-rata 2 gram dalam sehari
(b) Zat besi, 800 mgr atau 30-50 mgr sehari. Air ibu hamil
memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air
(Dewy, 2013).
f) Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh
15

Kenaikan berat badan sendiri sekitar 5,5 kg dan sampai akhir


kehamilan 11-12 kg. Cara yang di pakai untuk menentukan berat
badan menurut tinggi badan adalah dengan menggunakan indeks masa
tubuh yaitu dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2.
Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi
selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika
terdapat keterlambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat
mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin intrauteri (Dewy, 2013).
g) Sistem darah dan pembekuan darah
1) Sistem darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
intraseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya
terdapat unsur-unsur padat, sel darah. Volume darah secara
keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55%nya adalah cairan
sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Susunan darah terdiri
dari air 91,0%, protein 8,0% dan mineral 0,9% (Dewy, 2013).
2) Pembekuan darah
Pembekuan darah adalah proses yang majemuk dan berbagai faktor
diperlukan untuk melaksanakan pembekuan darah sebagaimana
telah diterangkan. Trombin adalah alat dalam mengubah fibrinogen
menjadi benang fibrin. Trombin tidak ada dalam darah normal yang
masih dalam pembuluh. Protombin yang kemudian diubah menjadi
zat aktif trombin oleh kerja trombokinase. Trombokinase atau
trombokiplastin adalah zat penggerak yang dilepaskan ke darah
yang luka (Romauli, 2013).
h) Sistem persyarafan
Perubahan fungsi sistem neurologi selama masa hamil, selain
perubahan perubahan neurohormonal hipotalami hipofisis. Perubahan
fisiologik spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya gejala
neurologi dan neuromuscular seperti berikut:
16

1) Kompresi saraf panggul atau statis vaskular akibat pembesaran


uterus dapat menyebabkan perubahan sensorik di tungkai
bawah.
2) Lordosis dan dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat
tarikan pada saraf atau kompresi akar saraf.
3) Hipokalsenia dapat menyebabkan timbulnya masalah
neuromuscular, seperti kram otot atau tetani.
4) Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan
(sinkop) sering terjadi awal kehamilan.
Nyeri kepala akibat ketegangan umumnya timbul pada saat ibu
merasa cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya.
5) Akroestesia (gatal ditangan) yang timbul akibat posisi bahu
yang membungkuk, dirasakan pada beberapa wanita selama
hamil.
6) Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan
carpal tunnel syndrome selam trimester akhir kehamilan
(Romauli, 2011).
3. Perubahan Adaptasi Psikilogis Ibu Selama Hamil
a). Trimester I (Periode penyusuaian terhadap kehamilan)
Pada awal kehamilan sering muncul perasaan ambivalen dimana ibu hamil
merasa ragu terhadap kenyataan bahwa dirinya hamil. Ambivalen dapat terjadi
sekalipun kehamilan ini direncanakan dan sangat di harapkan. Gambaran
respon terhadap ambivalen ini yaitu selama beberapa minggu awal kehamilan
apakah ibu hamil atau tidak serta menghabiskan banyak waktu untuk
membuktikan kehamilannya (Widatiningsi &Dewi,2017).
b). Trimester II periode sehat
Trimester ini ibu merasa lebih stabil,kesangupan mengatur diri lebih baik,
kondisi ibu lebih menyenangkan, ibu mulai terbiasa dengan perubahan fisik
tubuhnya, janin belum terlalu besar sehingga belum menimbulkan
ketidaknyamanan. Ibu sudah mulai menerima dan mengerti tentang
kehamilannya. Secara kongnitif pada trimester II ibu cenderung membutuhkan
17

informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan bayinya serta perawatan


kehamilannya (Widatiningsi &Dewi,2017).

c). Trimester III (Periode munggu dan waspada)


Trimester ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu
ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaanya akan timbulnya tanda dan
gejala akan terjadi persalinan. Respon terhadap perubahan gambaran dirinya
yaitu ibu merasa dirinya aneh dan jelek (Widatiningsi &Dewi,2017).
Ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan
perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan ketenangan dan dukungan yang lebih dari suami, keluarga dan
bidan. Trimester ini adalah saat persiapan aktif untuk lahiran bayi dan menjadi
orang tua (Widatiningsi &Dewy,2017).
a) Nama : Yang jelas dan lengkap bila perlu

ditulis nama panggilan sehari-hari


18
b) Umur : Dicatat dalam tahun, berguna

mengantisipasi diagnosa masalah

kesehatan dan tindakan yang dilakukan

c) Agama : Ditanyakan untuk kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan

kesehatan pasien dan mempermudah

pendekatan didalam melaksanakan

asuhan kebidanan

d) Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau

4 kebiasan sehari-hari

e) Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat

5 intelektualnya, juga tingkat

pengetahuan sikap perilaku kesehatan

seseorang

f) Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan

6 mengukur tingkat sosial ekonominya,

karena ini juga berpengaruh dalam

gizi pasien tersebut

g) Alamat : Ditanyakan untuk maksud

7 mempermudahhubungan bila

diperlukan keadaan mendesak

dengandiketahui alamat bidan dapat

mengetahui tempat tinggal pasien dan

lingkungannya

h) Keluhan utama : Ibu mengatakan telah haid 7 – 9 bulan,

8 pernah atau tidak pernah keguguran,

jumlah anak yang hidup, serta jumlah

kelahiran
19

(4) Asuhan kebidanan pada kehamilan trimester II

a. Pengkajian

1) Subjektif

Yaitu data yang dapat diperoleh dari keluhan-keluhan yang

disampaikan pasien. Contohnya; ibu mengatakan mual dan muntah,

ibu mengatakan sudah tidak haid lagi 2 bulan yang lalu, ibu

mengatakan pusing, ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah,

Biodata mencakup identitas pasien yaitu:

Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat. Tanda gejala

subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau

keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat

perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB,

penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial,

pola hidup)

2) Objektif (data yang diobservasi)

3) Objektif (data yang diobservasi)

Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan pada pasien,

pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan umum, kebidanan dan

pemeriksaan penunjang.

a) Pemeriksaan fisik umum : Keadaan umum pasien ditunjukkan

dengan kesadaran, postur tubuh, gerakan tubuh dan ekspresi

wajah.
20

b) Pengukuran Tanda-Tanda Vital : suhu (36,50C – 37,50C), nadi

(80-90x/menit), tekanan darah (110/70-120/80 mmHg), ini dapat

menentukan adanya gangguan kesehatan dalam tubuh pasien.

c) Pemeriksaan inspeksi, meliputi:

1. Kepala : Kepala apakah ada benjolan, ketombe

atau tidak. Rambut apakah mudah rontok,

warna merah, kusam dan kering atau

tidak.

2. Mata : Perhatikan ekspresi muka, observasi kulit

muka apakah ada pucat atau edema dan

cloasma atau tidak.

: Observasi warna keadaan konjuntiva dan

3.Hidung sclera.

4.Telinga : Apakah ada polip dan sekret.

5.Leher : Apakah simetris dan ada serumen.

: Apakah ada benjolan abnormal dan

6.Dada pembesaran kelenjar.

: Bentuknya, apakah ada benjolan abnormal,

apakah puting susu menonjol atau tidak,

adakah hyperpigmentasi dan pengeluaran

(1) Abdomen colostrum.

: Apakah membesar sesuai masa kehamilan

dan apakah ada luka bekas operasi, strie


21

(2) Ekstremitas dan linea nigra.

: Ekstremitas atas dan bawah apakah ada


(3) Genitalia
oedema, varices dan pucat.
:
Apakah ada kelainan, pengeluaran cairan

abnormal dari jalan lahir.

d) Pemeriksaan palpasi meliputi:

(1) Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan,

tinggi fundus uteri, dan bagian apa

yang terdapat pada fundus.

Pada Trimester III usia kehamilan:

1) 7 bulan : 3 jari atas pusat

2) 8 bulan : ½ pusat – PX

3) 9 bulan : 3 jari bawah PX

(2) Leopold II : Untuk menentukan letak punggung

janin sebelah kanan atau kiri dan

bagian terkecil janin, jika teraba keras,

datar dan memanjang seperti papan

(3) Leopold III : (punggung).

Untuk menentukan apa yang terdapat

di bagian bawah (jika kepala maka

teraba bulat, melenting dan keras),

bokong (bulat, lunak, melenting) dan

apakah bagian bawah janin ini sudah


22

(4) Leopold IV : atau belum terpegang oleh pintu atas

panggul.

Untuk menentukan apa yang menjadi

bagian bawah dan berapa masuknya

bagian bawah kedalam rongga

panggul.

e) Pemeriksaan Auskultasi

Apakah DJJ terdengar atau tidak, frekuensi, jelas dan teratur atau

tidak dan terdengar di kanan atau kiri perut ibu. DJJ normal 120-

160 x/menit.

f) Pemeriksaan Perkusi

Tungkai refleks atau tidak.

g) Pemeriksaan penunjang :

(1) Pemeriksaan darah :

(a) Hb : Untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah

(Anemia). Menurut teori Prawirohardjo (2011) kadar Hb

normal 11gr% -12 gr%.

(b) Golongan darah : Tes golongan darah untuk

mempersiapkan donor bagiibu hamil bila diperlukan.

(c) Hepatitis B (HbsAg) : Hasil pemeriksaan positif atau

negatif.

(2) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Dilakukan atau tidak di lakukan sesuai indikasi.


23

b. AnalisaMasalah (diagnosa kebidanan)

Menginterpretasikan data secara fisik kedalam rumusan dignosa

dan masalah kebidanan. Kata masalah dan diagnosa digunakan

kedua-duanya dan mempunyai pengertian yang berbeda-beda.

Misalnya GPA AH UK 28-42 minggu, Tunggal/Gemeli, Hidup,

Presentasi Kepala/Sungsang/Melintang, Intra Uterine.

c. Antisipasi Masalah Potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi faktor-faktor

potensial yang memerlukan antsipasi segera, tindakan pencegahan

jika memungkinkan atau waspada sambil menunggu

mempersiapkanpelayanan segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Tindakan Segera

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus

selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini

menghasilkan data baru segera dinilai. Beberapa data menunjukkan

adanya suatu situasi yang menutut tindakan segera selagi

menunggu instruksi dari dokter seperti prolapsus tali pusat dan

perdarahan post partum. Situasi lain yang bukan merupakan

keadaan darurat tetapi boleh memerlukan konsultasi dokter atau

manajemen kolaborasi.

e. Perencanaan
24

Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi

diagnosa  dan problem serta meliputi data-data tambahan setelah

data dasar. Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi

kondisi klien serta hubungannya degan masalah yang dialami klien,

akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien

serta konseling, bila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya

ataupun masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui

klien. Oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien, semua

tindakan yang diambil berdasarkan rasional yang relevan dan

diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus

dianalisa secara teoritis.

f. Penatalaksanaan

Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan menjamin rasa

aman klien. Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan

ataupun bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Jika seorang bidan

tidak melakukan tindakan sendiri, maka ia menerima tanggung

jawab mengurus pelaksanaannya. Dalam situasi dimana bidan

melakukan tindakan kolaborasi dengan seorang dokter dan masih

tetap terlibat didalam penatalaksanaan perawatan secara

menyeluruh bagi klien.

Asuhan yang diberikan yaknimelakukan asuhan kebidanan dengan

standar 10 T untuk pelayanan Antenatal Care (Kemenkes RI, 2015)

yaitu:
25

1) Timbang berat badan dan pengukuran Tinggi Badan.

Bandingkan berat badan sebelum hamil, catat jumlah kg berat

badan beberapa minggu sejak kunjungan terakhir, catat pola

perkembangan berat badan. Pada pemeriksaan kehamilan

pertama, perhatikan apakah berat badan ibu sesuai dengan

tinggi badan ibu dan usia kehamilan. Berat badan ibu hamil

bertambah 0,5 kg perminggu atau 6,5 kg sampai 16,5 kg selama

kehamilan (Manuaba 2013). Bila peningkatan berat badan

kurang dari 0,5 kg perminggu, perhatikan apakah ada

malnutrisi. Awasi adanya pertumbuhan janin terhambat,

insufisiensi plasenta, kemungkinan kelahiran prematur. Bila

peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg perminggu,

perhatikan adanya diabetes melitus, kehamilan ganda,

hidramion dan makrosomia (Manuaba, 2013).

Tinggi badan normal untuk ibu hamil adalah >145 cm, jika

tinggi badan ibu kurang dari 145 cm maka resiko panggul

sempit.

2) Ukur tekanan Darah

Mengukur tekanan darah dilakukan pada saat pertama kali

mencatat riwayat klien sebagai data dasar. Pada saat setiap

pemeriksaan antenataldan selama persalinan. Tekanan darah

normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau


26

sama dengan 140/90 mmHg, ada resiko hiperteni (tekanan

darah tinggi).

3) Nilai Status Gizi

Lila normal untuk ibu hamil adalah 23,5 cm bila < dari 23,5

menunjukan ibu hamil menderita kurang energi kronis (KEK)

dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

4) Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri berguna untuk melihat

pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan

dengan menggunakan pita ukur jika pengukuran dilakukan

dengan cara yang benar yaitu dengan mengukur jarak antara

fundus dan simpisis pubis.

5) Menentukan presentasi janin dan penghitungan DJJ

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau

kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak

atau ada masalah lain. Bila DJJ < 120 kali/menit atau > 160

kali/menit menunjukan adanya tanda gawat janin.

6) Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah penyakit

tetanus pada ibu dan bayi.

7) Pemberian Tablet Tambah Darah

Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari sesegera mungkin

setelah rasa mual hilang. Setiap ibu hamil minimal mendapat 90


27

tablet selama kehamilannya. Setiap tablet besi mengandung

FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,5 mg.

8) Tes Laboratorium

Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan

darah (Anemia). Menurut teori Prawirohardjo (2011) kadar Hb

normal 11gr% -12 gr%.

a) Tes pemeriksaan urine (air kencing).

b) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti

Malaria, HIV, Sifilis dan lain- lain.

9) Temu wicara atau konseling.

Mencakup tentang komunikasi, imformasi dan edukasi yang

dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil yang bertujuan untuk

memberikan pelayanan antenatal berkualitas untuk mendeteksi

dini komplikasi kehamilan. Tenaga kesehatan memberikan

penjelasan perawatan kehamilan, pencegaan kelainan bawaan,

persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan

bayi baru lahir, ASI eksklusif, keluarga berencana dan

imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap

pada saat kunjungan ibu hamil.

10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan

Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.

g. Evaluasi
28

Pada tahap ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap

evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi

terhadap masalah yang dihadapi oleh klien, apakah masalah diatasi

seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul

masalah baru.

h. Dokumentasi

Pendokumentasian mulai dari pengkajian sampai Evaluasi. Sebagai

bukti bahwa telah melakukan tindakan sesuai dengan apa yang

sudah di rencanakan

a. PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR (BBL) UMUR 1 JAM


1 . Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang
telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir (Dewy, 2013).
Partus normal adalah proses lahirnya bayi dengan letak belakang
kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung 24 jam. Sedangkan
menurut Dewy, (2013:100) Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
29

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik


ibu maupun janin.
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif sering dan kuat
(Walyani, 2015).

b. Tanda-tanda persalinan (Fitriani,2018)


1) Adanya kontraksi Rahim
a) nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
b) makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat
intensitasnya.
c) kalau dibawa berjalan bertambah kuat
d) mempunyai pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks.
2) Bloody show (keluar lender bercampur darah)
Bloody show merupakan lendir disertai darah dari jalan lahir dengan
pendataran dan pembukaan, lender dari canalis cervicalis keluar
dengan disertai sedikit darah.

3) Prematur Rupture of Membrane (keluarnya air ketuban)


Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari
jalan lahir.Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin
robek.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


1) Power (kekuatan)
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi
otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament dengan kerja
sama yang baik dan sempurna.
30

2) Passage (Jalan Lahir)


Menurut Dewy (2013) Passage atau jalan lahir terdiri bagian keras
(Tulang-tulang panggul dan sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-
otot atau jaringan, dan ligament) tulang-tulang panggul meliputi 2
tulang pangkalan paha (Ossa coxae), 1 tulang kelangkang (ossa
sacrum), dan 1 tulang tungging (ossa coccygis).
3) Passenger (Janin)
faktor yang berpengaruh terhadap persalinan selain faktor janin,
sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, serta
posisi janin, juga ada plasent dan air ketuban.

d. Tahap-tahap Persalinan
Menurut Dewy (2013) tahapan persalinan dibagi menjadi :
1) Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat
sampai pembukaan lengkap. Kala I dibagi dalam dua fase:
a) Fase laten
(1). Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
pembukaan serviks secara bertahap
(2). Berlangsung hingga servik membuka kurang dari 4 cm
(3). Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam.
b) Fase aktif
(1). Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secarabertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
(2). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga
2 cm (multipara).
31

2) Kala II/kala pengeluaran: dari pembukaan lengkap sampai lahirnya


bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida Kala II.
3) Tahap persalinan kala III ini dimulai dari lahirnya bayi sampai
dengan lahirnya plasenta Kala III.
4) Kala IV
Masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas
pertimbangan-pertimbangan prakris masi diakui adanya kala IV
persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa
dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering
timbulnya perdarahan.

e. Macam-macam Persalinan

1) Menurut cara persalinan

a) Partus spontan

Proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga

ibu sendiri tanpa bantuan alat serta tidak melukai ibu dan bayi

dan umumnya berlangsung 24 jam.

b) Partus buatan adalah persalinan yang dibantu tenaga dari luar

seperti sectio caesaria, vacum extractie, forceps.

c) Partus anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya tetapi baru dimulai setelah pengobatan misalnya

pemecahan ketuban, pemberian pitocin (prostagalandin) /

induksi.

2) Menurut umur kehamilan


32

a) Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup.

BB janin < 500 gram, umur kehamilan 20 minggu.

b) Partus immaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20-

28 minggu dengan berat janin antara 500-999 gram.

c) Partus prematurus adalah persalinan dengan umur kehamilan 28-

36 minggu dengan berat badan janin antara 1000-2499 gram.

d) Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah persalinan

dengan umur kehamilan 36-42 minggu dengan BB janin 2500-

4000 gram

e) Partus postmaturus/ serotinus adalah persalinan dengan umur

kehamilan lebih dari 43 minggu.

f) Partus presipitus adalah persalinan yang berlangsung cepat dalam

keadaan/ tempat dimana saja.

f. Evidence Based

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara

berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan,

eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah.

Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang

dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan

dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.


33

Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa atau dalam 20 tahun

terakhir terfokus pada :

1) Keluarga Berencana

Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang

diinginkan.

2) Asuhan antenatal terfokus

Memantau perkembangaan kehamilan mengenali gejala dan tanda

baahaya menyiapkaan persalina dan kesediaan menghadapi

komplikasi.

3) Asuhan pasca keguguran

Menatalaksanakan gawat darurat keguguran dan komplikasinya serta

tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

4) Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi.

5) Kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhaan persalinan

bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif

untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.

6) Penatalaksanaan

Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu

diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan

komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas,

pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan

menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang


34

umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat

terjadinya. Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih

dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan

pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian

menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan

bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca

persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu

dan bayi baru lahir.

g. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan (Fitriana 2018)

Asuhan kebidanan pada ibu bersalin merupakan asuhan yang

diberikan Bidan pada ibu bersalin. Bidan melakukan observasi pada

ibu bersalin yakni pada Kala I, Kala II, Kala III dan Kala IV.

1) Subjektif

Data yang diambil dari pasien/keluarga. Contohnya; ibu mengatakan

nyeri pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang disertai keluar

lendir bercampur darah dari jalan lahir, sejak kapan ibu mulai

merasakan tanda-tanda persalinan, HPHT dan riwayat persalinan yang

lalu.

2) Objektif

Data objektif di dapatkan dari pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang.

a) Pemeriksaan umum
35

Pemeriksaan umum mencakup keadaan umum (menilai keadaan

umum ibu lemah atau tidak) kesadaran: composmentis (sadar

penuh dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan di

sekelilingnya), ekspresi wajah (ceria atau gelisah).

Tanda-Tanda Vital meliputi :

(1). Suhu normal yaitu 36,5ºC-37ºC, jika lebih dari 38ºC maka

kemungkinan infeksi.

(2). TD normal ibu hamil 110/70 mmHg-120/80 mmHg. Dikatakan

tinggi bila lebih dari 140-90 mmHg

(3). Nadi : dalam keadaan santai, denyut nadi normal sekitar 60-

80x/menit

(4). Pernapasan normal 16-20x/menit

(5). berat Berat Badan sebelum hamil dan BB saat hamil.kenaikan

badan normal pada ibu hamil 9-12 kg.

(6). Lila : diperiksa pada tangan kiri, normalnya 23,5 cm jika

kurang dari 23,5 cm merupakan indikator status gizi kurang.

(7). Tinggi badan : normalnya > 145 cm, jika < 145 cm beresiko

tinggi seperti panggul sempit.

b) Pemeriksaan fisik

(1). Inspeksi

(a) Kepala : Kepala: apakah ada benjolan atau tidak, apakah

ada ketombe atau tidak.

Rambut: apakah mudah rontok, warnanya


36

merah, dan kering atau tidak.

(b) Wajah : Perhatikan ekspresi wajah apakah bahagia,

cemas, marah atau gelisah. Apakah oedema,

pucat atau tidak.

Mata: apakah konjungtiva pucat atau tidak,

sklera apakah putih normal atau tidak.

Mulut dan gigi: apakah bersih ada sariawan

atau tidak dan ada caries pada gigi atau tidak.

Apakah lidah tampak pucat atau tidak.

(c) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tyroid,

pembesaran kelenjar limfe dan pembendungan

vena jugularis atau tidak.

(d) Dada : Apakah bentuk simetris atau tidak, keadaan

putting susu menonjol atau tidak, pengeluaran

ASI atau colostrum dan apakah ada massa atau

tumor.

(e) Abdomen : Membesar sesuai umur kehamilan,striae

lividae dan striae albikans pada primi dan luka

bekas operasi atau tidak pada multi.

(f) Genetalia : Vulva: apakah ada varices, oedema atau tidak.

Vagina: apakah ada pengeluaran lendir dan

darah serta cairan ketuban yang merembes

warna putih keruh atau tidak.


37

(g) Anus : Ada hemoroid atau tidak

(h) Ekstremitas Atas: apakah oedema, pucat pada telapak

tangan jari tangan dan ujung kuku atau tidak

Bawah: apakah Oedema, varices, pucat pada

telapak kaki dan ujung kuku kaki atau tidak.

(2). Palpasi

a) Leopold I : Usia kehamilan :

7 bulan : 3 jari atas pusat

8 bulan : ½ pusat – PX

9 bulan : 3 jari bawah PX

b) Leopold II : Menentukan dimana letak punggung janin

(kanan atau kiri, teraba datar, keras, seperti

papan) dan letak bagian-bagian terkecil janin.

c) Leopold III : Menentukan apakah yang terdapat di bagian

bawah dan apakah bagian terbawah janin sudah

atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.

Kepala (keras, bulat, melenting), bokong (bulat,

lunak, melenting).

d) Leopold IV : Divergen sudah masuk PAP berapa masuknya

bagian terbawah ke dalam rongga panggul,

dengan gambar V / V

(3). Auskultasi
38

Apakah DJJ terdengar atau tidak, frekuensi, jelas dan teratur

atau tidak dan terdengar di kanan atau kiri perut ibu. DJJ

normal 120-160 x/menit.

(4). Perkusi

Tungkai refleks atau tidak.

c) Pemeriksaan dalam

Hasil pemeriksaan dalam sesuai dengan keadaan pasien dan

kemajuan persalinan meliputi :

(1). Keadaan vulva : Tidak ada oedema, tidak ada massa,

tidak ada varises,

(2). Vagina : Ada pengeluaran lendir, darah dan air

ketuban.

(3). Porsio : Tebal lunak, tipis lunak, tidak teraba.

(4). Kantong ketuban : Ketuban positif atau negatif.

(5). Pembukaan : Pembukaan dimulai dari 1-10 cm.

(6). Kepala : Proses penurunan kepala dalam tahapan

persalinan yaitu hodge I-IV

d) Pemeriksaan Darah :

(1). Hemoglobin (Hb) : Hb normal adalah 11-12 g/dl

(2). Malaria (DDR) : Hasil pemeriksaan negatif atau

positif

(3). Hepatitis B (HbsAg) : Hasil pemeriksaan positif atau

negatif
39

e) Pemeriksaan Penunjang yaitu

Ultrasonografi (USG) : Dilakukan atau tidak dilakukan sesuai

indikasi.

3) Analisa

G P A AHUK 37-40 minggu, Tunggal/Gemeli, Hidup, Presentasi

Kepala/Sungsang/Melintang intra uterine, Inpartu kala I Fase

laten/aktif – kala IV.

4) penatalaksanaan
a) Menolong persalinan sesuai 60 APN (Modul Midwifery
Update):
(1)Tanda dan gejala kala II yaitu :
Ibu merasakan ingin mengeran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-
vagina dan sfingter ani membuka, meningkatnya pengeluaran
lendir bercampur darah. Tanda pasti kala dua ditentukan
melalui periksa dalam (informasi objektif) yang hasilnya
adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya
bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
(2)Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia tempat
datar, keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar
kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi, menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai dalam partus set.
(3)Mengenakan baju tertutup atau celemek plastik yang bersih.
40

(4)Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,


mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai atau handuk pribadi yang bersih.
(5)Memakai satu sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
atau steril untuk pemeriksaan dalam.
(6)Menghisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik/spuit
dengan memakai sarung tangan DTT atau steril. Memastikan
pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.
(7)Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang
sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi (DTT). Mulut
vagina, perineum atau anus jika terkontaminasi oleh kotoran
ibu, bersihkan dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas yang terkontaminasi
dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (membuka dan merendam sarung tangan
dalam larutan klorin 0,5%).
(8)Menggunakan teknik septik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap,
bila selaput ketuban belum pecah sedangkan pembukaan
sudah lengkap lakukan amniotomi.
(9)Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
(10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120-160 x/menit). Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ
41

tidak normal. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam,


DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lain dalam
partograf. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu
proses pimpinan meneran.
(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
sesuai keinginannya. Menunggu hingga ibu mempunyai
keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan
kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-
temuan.
(12) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu
mulai meneran. Meminta bantuan kepada keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Saat his, bantu ibu
dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa
nyaman).
(13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran. Mendukung dan memberi semangat atas
usaha ibu untuk meneran seperti bimbing ibu agar dapat
meneran secara benar dan efektif, dukung dan beri semangat
pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya
tidak sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang
dalam waktu yang lama), anjurkan ibu untuk beristrahat
diantara kontraksi, anjurkan keluarga untuk memberikan
dukungan dan semangat, berikan cairan peroral (minum),
menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai, bila bayi belum
lahir setelah dipimpin meneran selam 2 jam (primipara) atai 1
jam untuk multipara, segera lakukan rujukan.
(14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang aman, jika ibu belum ingin untuk
42

meneran dalam waktu 60 menit, menganjurkan ibu untuk


mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
(15) Meletakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkan bayi, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm.
(16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
(17) Membuka partus set dan memastikan kelengkapan alat dan
bahan.
(18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Persiapan pertolongan kelahiran bayi.
(19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
tadi,letakkan tangan yang lain di kepala bayi, membiarkan
kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
Ditemukan adanya mekonium dalam cairan ketuban, segera
hisap mulut dan hidung, setelah kepala lahir menggunakan
penghisap lendir delly desinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau bola karet penghisap yang baru dan bersih. Secara
lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih.
(20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera
proses kelahiran bayi.
(a) Tali pusat melilit leher bayi dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
(b) Tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya
di dua tempat dan gunting tali pusar.
43

(21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar


secara spontan, lahirnya bahu.
(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya,
dengan lembut menariknya kearah bawah hingga bahu
anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik kearah atas untuk melahirkan bahu posterior.
Lahirnya badan dan tungkai
(23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusuri tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah kearah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyanggah tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan
tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan
tangan anterior bayi saat keduannya lahir.
(24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang
ada diatas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk
meyanggahnya saat punggung dan kaki lahir. Memegang
kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran
kaki. Penanganan Bayi Baru Lahir
(25) Menilai bayi dengan cepat : apakah bayi menangis kuat dan
bernapas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak dengan aktif.
Kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
(26) Keringkan tubuh bayi dan segera membungkus bayi seta
badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan
bayi.
(27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
44

(28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus


berkontraksi baik.
(29) Waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
(30) Setelah 2 menit pasca persalinan, menjepit tali pusat
menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusar bayi.
Melakukan urutan pada tali pusar mulai dari klem kearah ibu
dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama (ke arah
ibu)
(31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat. Satu tangan, pegang
tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
penggunting tali pusat diantara kedua klem, Ikat tali pusat
dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
mengikatnya dengan dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
Lepaskan klem dan masukkan ke dalam wadah yang telah
disediakan.
(32) Letakkan bayi agar kontak kulit dengan ibu, luruskan bahu
bayi sehingga menempel di dada ibu, menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat
dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap melakukan
kontak kulit ke kulit di dada paling sedikit satu jam. Sebagian
besar bayi akan berhasil melakukan dalam waktu 30-60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi
berada di dada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
(33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
45

(34) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,
tepat diatas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusar dari klem dengan tangan yang lain.
(35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusar ke arah
bawah sambil tangan lain mendorong uterus kearah belakang
(dorsokranial) secara berhati-hati.
(36) Menegangkan tali pusat sejajar lantai dan kemudian kearah
atas mengikuti poros jalan lahir, jika tali pusar bertambah
panjang pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
(37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin dengan
lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Selaput
ketuban jika robek, memakai sarung tangan desinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina, serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forceps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
mengeluarkan selaput yang tertinggal.
(38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan difundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
(39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel pada
uterus maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan
bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh
(40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineumdan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
(41) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya
perdarahan pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik.
46

(42) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan


katerisasi
(43) Mencelupkan kedua tangan yan memakai sarung tangan ke
dalam klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air disenfeksi tingkat tinggi
dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
(44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
(45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik
(46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
(47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40-60 kali/menit)
Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi diresusitasi
dan segera merujuk kerumash sakit. Jika bayi napas terlalu
cepat atau sesak napas segera rujuk ke RS Rujukan, jika kaki
teraba dingi, pastikan ruangan hangat, lakukan kembali
kontak kulit ibu dan bayi dan hangatkan bayi dan bayi dalam
satu selimut
(48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
o,5%untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah dekontaminasi
(49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai
(50) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh
dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu
ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
(51) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan
dan minuman
47

(52) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5


persen
(53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5
persen. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 persen.
(54) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi
(56) Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pastikan kondisi
bayi baik, pernapasan normal (40-60 kali/menit) dan
temperature tubuh normal (36,5-37,5 0C) setiap 15 menit
(57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K, Berikan suntikan
Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di
dalam jagkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan
(58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam
di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
(59) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
yang kering
(60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) periksa
tanda-tanda vital dan asuhan kala IV.

b. Bayi Baru Lahir


1.Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir
dengan umur kehamilan 37-42 minggu, lahir melalui jalan  lahir dengan
presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, napas
48

secara spontan dan teratur, berat badan antara 2.500-4.000 gram serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin (Dewy, 2013). Hasil konsepsi yang baru saja
keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan lahir atau dengan bantuan alat
tertentu sampaiberusia 28 hari (Dewy, 2013).
2.Ciri-ciri bayi baru lahir
Menurut Dewy,2013) ciri-ciri dari bayi baru lahir normal, yaitu:
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2.500-4.000 gram
c. Panjang lahir 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
i. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Nila APGAR > 7
l. Gerakkan aktif
m. Bayi lahir langsung menangis
n. Genetalia:
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada
skrotum dan penis yang berlubang.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus
yang berlubang, serta labia mayora menutupi l\abia minora.
o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik
p. Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik
q. Refleks grasping sudah baik
r. Refleks moro positif
49

s. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama


3 . Penilaian Apgar Score Pada Bayi Baru Lahir

a. Pengertian APGAR Score


Apgar score adalah pemeriksaan untuk mengevaluasi keadaan fisik bayi
yang baru lahir dan sekaligus mengenali adanya tanda-tanda darurat
yang memerlukan tidakan segera. Apgar Score dikembangkan oleh
seorang dokter anastesi bernama Virginia Apgar, pada tahun 1952. kata
APGAR adalah gabungan dari kata:
1) Activity (aktivitas)
2) Pulse (Nadi)
3) Grimace (mimik)
4) Appearance (tampilan kasat mata)
5) Respiration (pernapasan)
Kelima pengukuran ini adalah aspek yang dinilai pada bayi baru
lahir.Tes ini diberikan kepada bayi anda sebanyak 2 kali, yaitu pada
menit pertama setelah lahir dan diulang kembali pada menit ke-5.
jika penilaian kondisi bayi pada menit pertama dan kedua
memberikan hasil yang rendah maka penilaian akan dilakukan lagi
untuk yang ketiga kalinya pada menit ke-10. Lima hal yang menjadi
parameter penilaian kondisi bayi baru lahir, diberikan skor antara 0
(terendah) sampai 2 (tertinggi).
Tabel Nilai Apgar
Aspek yang Skor
dinilai 0 1 2
Wana kulit Tidak ada Tubuh Seluruh tubuh
merah,eksetermitas kemerahan
biru
Denyut jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit

Tonus otot Tidak ada Ekstermitas sedikit Gerakan aktif


fleksi
Aktivitas Tidak ada Sedikkit gerak Langsung menangis

pernapasan Tidak ada Lemah/tidak teratur Menangis


50

Sumber: Dewy, 2013: 2-3)Tujuan Penilaian


komplikasi selama kehamilan maupun proses persalinan. Skor apgar
yang rendah Bayi dikatakan dalamkondisi normal (tidak memerlukan
tindakan khusus) jika nilai totalnya 7 atau lebih pada menit pertama
setelah lahir, hasil rendah skor ini menunjukkan bahwa bayi
membutuhkan tindakan khusus. Misalnya menyedot atau
mengeluarkan cairan dari saluran pernapasan, pemberian oksigen
untuk membantu pernapasan,dan sebagainya agar keadaanya lebih
baik.
Pada menit ke-5, penilaian kembali dilakukan. Jika skor bayi anda
tidak naik minimal 7 maka dokter akan mempertimbangkan  apakah
tindakan medis tertentu perlu dilakukan. Beberapa bayi dapat
mencapai angka 10, dan tidak jarang, bayi yang sehat memiliki skor
yang lebih rendah dari biasanya, terutama pada menit pertama saat
baru lahir.
Skor apgar agak rendah (terutama pada menit pertama) adalah
normal pada beberapa bayi baru lahir, terutama bayi yang lahir dari
ibu hamil dengan resiko tinggi, lahir melalui proses operasi sesar,
atau ibu yang memiliki juga bisa terjadi pada bayi prematur, karena
kemampuan untuk menggerakkan otot/alat gerak lebih rendah dari
pada bayi cukup bulan.
(5) Adaptasi pada bayi baru lahir
a. Adaptasi Fisik.
1) Perubahan Pada Sistem Pernafasan
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring, yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran
hingga sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkiolus dan alveolus
akan sepenuhnya berkembang, walau janin memperlihatkan adanya
bukti gerakan napas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Ketidak
matangan paru-paru terutama akan mengurangipeluang kelangsungan
51

hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu yang


disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan
(Dewy, 2013).
2) Upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama
kali.Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan
yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan
meningkat sampai paru-paru matang, sekitar usia 30-34 minggu
kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru
dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehigga
tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tanpa surfaktan alveoliakan
kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa.
Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu (Asrinah, 2010).

3) Perubahan pada sistem kardiovaskuler


Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu:
a) Penutupan foramen ovale atrium jantung.
b) Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah,
yaitu:
(1) Ada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan
atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan yang mengurangi volume dan selanjutnya
52

tekanannya. Kedua kejadian ini membantu darah dengan


kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk
mengalami proses oksigenasi ulang.
(2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru
dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada
pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbakarnya sistem pembuluh baru. Dengan peningkatan
tekanan pada atrium kiri foramen ovale secara fungsi akan
menutup.
4) Perubahan sistem thermoregulasi (pengaturan suhu tubuh)
Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan. Pada saat meninggalkan lingkungan rahim ibu yang
hangat, bayi kemudian masuk ke lingkungan ruang bersalin yang jauh
lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap
lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi (Asrinah, 2010).
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukkan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak cokelat yang terdapat diseluruh tubuh, dan mereka mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak
cokelat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan
energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak cokelat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir
dan cadangan lemak cokelat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin
banyak persedian lemak cokelat bayi. Jika seorang bayi kedinginan,
dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh
karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas
utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas
53

pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermi bila suhu tubuh turun
di bawah 36°C. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5-37,5°C
(Asrinah, 2010)
5) Perubahan pada system renal
Menurut Marmi (2012) Ginjal bayi baru lahir menunjukkan
penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi
glomerulus, kondisi ini mudah menyebabkan retensicairan dan
intoksikasi air. Fungsitubules tidak matur sehinga dapat menyebabkan
kehilangan natrium dalam jumlah besar dan
ketidakseimbanganelektrolit lain. Bayi baru lahir tidak dapat
mengonsentrasikan urine dengan baik, tercermin dari berat jenis urine
(1,004) dan osmolaritas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal
ini lebih buruk pada bayikurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam
pertama kehidupan, yaitu hanya 30–60 ml. Normalnya dalam urine
tidak terdapat protein atau darah, debris sel yang dapat banyak
mengindikasikan adanya cidera atau iritasi dalam sistem ginjal.
Adanya massa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik
adalah ginjal dan mencerminkan adanya tumor, pembesaran, atau
penyimpangan dalam ginjal.
6) Perubahan sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah
terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir
cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain usus)
masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru
lahir atau neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang
dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat, bersamaan dengan pertumbuhan bayi
(Asrinah, 2010).
54

Saat lahir, usus bagian bawah penuh dengan meconium. Mekonium


yang terbentuk selama dalam kandungan berasal dari cairan amnion
dan unsur-unsur, dari sekresi usus dan sel-sel mukosa. Meconium
berwarna kehitaman, konsistensinya kental, dan mengandung darah
samar. Sekitar 69% bayi yang normal cukup bulan mengeluarkan
mekonuim dalam 12 jam pertama kehidapannya, 94% dalam 24 jam
pertama, 98% dalam 48 jam pertama. (Lackurn, 1992)
7) Perubahan pada sistem hepar
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar
lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang,
walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktif benar
pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga
belum sempurna, contohnya pemberian obat klorampenikol dengan
dosis lebih dari 50 mg/kk BB/hari dapat menimbulkan grey baby
syndrome (Dewi, 2010).
8) Perubahan sistem kekebalan tubuh.
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang didapat (Asrinah, 2010).
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami meliputi:
a) Perlindungan oleh kulit membran mukosa
b) Fungsi saringan saluran napas
c) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah, yang
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi
pada bayi baru lahir, sel-sel darahini masih belum matang artinya bayi
55

baru lahir tersebut belum mampu melokalisasidan memerangi infeksi


secara efisien (Asrinah, 2010). Kekebalan yang didapat akan muncul
kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan pasif
mangandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibodikeseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa
dilakukan sampai awalkehidupan anak. Salah satu tugas utama selama
masa bayi dan balita adalahpembentukan sistem kekebalan tubuh
(Asrinah,2010).Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat
ini, bayi baru lahir sangatrentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru
lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidakmemadai. Oleh karena
itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktikpersalinan yang
aman dan menyusui ASI dini, terutama kolostrum) dan deteksi
diniserta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting (Asrinah,
2010).
9) Perubahan pada sistem integument
Lailiyana, dkk (2012) menjelaskan bahwa semua struktur kulit bayi
sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan
dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks kaseosa
juga berfungsi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan
pelindung. Kulit bayi sangat sensitif dan mudah mengalami
kerusakan. Bayi cukup bulan mempunyai kulit kemerahan (merah
daging) beberapa saat setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat
menjadi warna normal. Kulit sering terlihat berbecak, terutama
didaerah sekitar ekstremitas. Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik.
Warna kebiruan ini, akrosianois, disebabkan ketidakstabilan
vasomotor, stasis kapiler, dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan
ini normal, bersifat sementara, dan bertahan selama 7 sampai 10 hari,
terutama bila terpajang udara dingin.
10) Perubahan pada sistem reproduksi
(Nurasiah, 2010) menjelaskan sistem reproduksi pada perempuan
saat lahir, ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitif. Sel-
56

sel ini mengandung komplemen lengkap oval yang matur karena tidak
terbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup bulan lahir. Korteks
ovarium yang terutama terdiri dari folikel primordial, membentuk
bagian ovarium yang lebih tebal pada bayi baru lahir dari pada orang
dewasa. Jumlah ovum berkurang sekitar 90 persen sejak bayi lahir
sampai dewasa peningkatan kadar estrogen selama masa hamil, yang
diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan
pengeluaran suatu cairan mukoid atau pengeluaran bercak darah
melalui vagina. Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan
minora menutupi vestibulum. Pada bayi prematur, klitoris menonjol
dan labia mayora kecil dan terbuka. Pada pria testis turun kedalam
skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki. Pada usia satu tahun testis
tidak turun berjumlah kurang dari 1%.
11) Perubahan sistem skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian besar
terdiri dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
12) Perubahan pada sistem Neuromuskuler (refleks– refleks)
Menurut Marmi Ddk DDK (2012) sistem neurologis bayi secara
anatomik atau fisiologis belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir
menunjukkan gerakan-gerakkan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu
yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada
ekstermitas. Perkemihan neonatus terjadi cepat. Sewaktu bayi
bertumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalkan kontrol kepala,
tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang. Bayi baru
lahir normal memiliki banyak refleks neurologis yang primitif. Ada
atau tidaknya refleks tersebut menunjukkan kematangan
perkembangan sistem saraf yang baik yaitu:
a) Refleks glabelar
Refleks ini dinilai dengan mengetuk daerah pangkal hidung
secara perlahan menggunakan jari telunjuk pada saat mata
57

terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada 4-5 ketukan


pertama.

b) Refleks hisap
Refleks ini dinilai dengan memberi tekanan pada mulut bayi di
bagian dalam antara gusi atas yang akan menimbulkan isapan
yang kuat dan cepat. Refleks juga dapat dilihat pada saat bayi
melakukan kegiatan menyusu.
c) Refleks rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi. Dapat dinilai
dengan mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi akan
menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka
mulutnya.
d) Refleks Genggam (grapsing)
Refleks ini dinilai dengan mendekatkan jari telunjuk pemeriksa
pada telapak tangan bayi, tekanan dengan perlahan, normalnya
bayi akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak bayi
ditekan, bayi akan mengepalkan tinjunya.
e) Refleks babinsky
Pemeriksaan refleks ini dengan memberikan goresan telapak
kaki dimulai dari tumit. Gores sisi lateral telapak kaki kearah
atas sepanjang telapak kaki. Maka bayi akan menunjukkan
respons berupa semua jari hiperekstensi dengan ibu jari
dorsofleksi.
f) Refleks moro
Refleks ini ditunjukkan dengan timbulnya pergerakan tangan
yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau
dikejutkan dengan cara bertepuk tangan
g) Refleks melangkah
58

Bayi menggerakkan tungkainya dalam suatu gerakkan berjalan


atau melangkah, jika kita memegang lengannya sedangkan
kakinya dibiarkan menyentuh permukaan yang datar dan keras.
b. Adaptasi psikologis pada bayi baru lahir
Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologi mulai terjadi pada
tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan dramastis ini, bayi memerlukan
pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi
yang baik terhadap kehidupannya di luar uterus.
Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas selama masa ini adalah
memberikan perawatan komperhensif kepada bayi baru lahir pada saat ia
dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayi
mereka, dan untuk memberi motivasi terhadap upaya pasangan menjadi
orang tua sehingga orang tua percaya diri dan mantap.
Periode transisional mencakup tiga periode, meliputi periode pertama
reaktivitas, fase tidur, dan periode kedua reaktivitas. Karakteristik masing-
masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir kearah fungsi
mandiri.
1) Periode pertama reaktivitas
Periode pertama reaktivitas kira-kira 30 menit setelah kelahiran

a) Karakteristik
1) Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut:
frekuensi nadi aplikal yang cepat dengan irama yang tidak
teratur. Frekuensi pernapasan mencapai 80 kali per menit,
irama tidak teratur dan beberapa bayi mungkin dilahirkan
dengan keadaan pernapasan cuping hidung, ekspirasi
mendengkur serta adanya retraksi.
2) Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis.
3) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak
berkemih ataupun mempunyai pergerakan usus, selama
periode ini.
59

4) Bayi baru lahir mempunyai sedikit jumlah mukus,


menangis kuat, reflek menghisap yang kuat. Tips khusus:
Selama periode ini, mata bayi terbuka lebih lama, dari
pada hari-hari selanjutnya. Saat ini ada waktu yang paling
baik untuk memulai proses periode pelekatan bayi baru
lahir dapat mempertahankan kontak mata untuk waktu
yang lama.
b) Kebutuhan perawatan khusus selama periode pertama
reaktivitas.
1) Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernapasan, setiap
30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran.
2) Jaga bayi agar tetap hangat (suhu di aksila/kulit berkisar
antara 36,5°c dan 37°c) dengan penggunaan selimut
hangat atau lampu penghangat diatas kepala
3) Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit,
untuk memfa nsilitasi perlekatan.
4) Tunda pemberian obat tetes mata sebagai profilaksis
pada satu jam pertama untuk meningkatkan interaksi
antara orang tua dan bayi.
2) Fase Tidur
Fase tidur dimulai kira-kira 30 menit setelah periode pertama
reaktivitas, dan bisa berakhir dari satu menit sampai 2-4 jam.
1) Karakteristik
a) Saat bayi berada pada fase tidur frekuensi jantung dan
pernapasan menurun. Selama tidur, frekuensi pernapasan dan
nadi apikal kembali ke nilai dasar.
b) Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis, bising
usus bisa di dengar.
Kebutuhan perawatan yang khusus di perlukan selama fase
tidur: bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, tetapi
60

bapak dan ibu tetap dapat menikmati, memeluk, dan


menggendong bayinya
3) Periode ke dua reaktifitas
Periode reaktifitas berakhir sekitar 4-6 jam
a) Karakteristik
1) Bayi mempunyai tingkat sensifitas tinggi terhadap stimulus
internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal dari
120-160 kali permenit dan dapat bervariasi mulai (≤ 120 x
/menit) hingga takikardia (≥160 x/ menit). Frekuensi
pernapasannya berkisar dari 30-60 kali permenit, dengan
periode pernapasan yang lebih cepat, tetapi pernapasan tetap
stabil (tidak ada pernapasan cuping hidung ataupun retraksi).
2) Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan
ke sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak.
3) Bayi kerapkali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama
periode ini.
4) Peningkatan sekresi mukus dan bayi bisa tersedat saat sekresi.
Refleks pengisapan sangat kuat dan bayi bisa sangat aktif.

b) Kebutuhan Perawatan Khusus Periode Kedua Reaktifitas


1) Pantau secara ketat bayi baru lahir terhadap kemungkinan
tersedat saat pengeluaran mukus yang berlebihan yang dalam
keadaan normal memang terdapat. Gunakan pipet untuk
mengeluarkan mukus dan ajari orang tua bagaimana cara
menggunakannya.
2) Pantau setiap kejadian apnea dan mulai metode stimulasi
segara, jika dibutuhkan (mis; hentakan punggung bayi,
miringkan bayi).
(6) Kaji keinginan bayi untuk (mengisap, menelan), dan kemampuan untuk
makan (tidak tersedak atau muntah selama makan, tidak muntah dengan
61

makanan masih dalam bentuk utuh, pada saat makan) Kebutuhan dasar
fisik bayi baru lahir
a. Nutrisi
Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi
melalui air susu ibu (ASI) yang mengandung komponen paling seimban
g. Pemberian ASI eksklusif berlangsung hingga enam bulan tanpa
adanya makanan pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan oleh bayi. Selain itu sistem pencernaan bayi
usia 0-6 bulan belum mampu mencerna makanan padat. Komposisi ASI
berbeda dengan susu sapi. Perbedaan yang penting terdapat pada
konsentrasi protein dan mineral yang lebih rendah dan laktosa yang
lebih tinggi. Lagi pula rasio antara protein whey dan kasein pada ASI
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rasio tersebut pada susu sapi.
Kasein di bawah pengaruh asam lambung menggumpal hingga lebih
sukar dicerna oleh enzim-enzim. Protein pada ASI juga mempunyai
nilai biologi tinggi sehingga hampir semuanya digunakan tubuh.
Dalam komposisi lemak, ASI mengandung lebih banyak asam
lemak tidak jenuh yang esensil dan mudah dicerna, dengan daya serap
lemak ASI mencapai 85-90 %. Asam lemak susu sapi yang tidak
diserap mengikat kalsium dan trace elemen lain hingga dapat
menghalangi masuknya zat-zat tadi.Keuntungan lain ASI ialah murah,
tersedia pada suhu  yang ideal, selalu segar dan bebas pencemaran
kuman, menjalin kasih sayang antar ibu dan bayinya serta mempercepat
pengembalian besarnya rahim ke bentuk sebelum hamil. Zat anti infeksi
dalam ASI antara lain:
1) Imunoglobulin: Ig A, Ig G, Ig A, Ig M, Ig D dan Ig E
2) Lisozim adalah enzim yang berfungsi bakteriolitik dan pelindung
terhadap virus
3) Laktoperoksidase suatu enzim yang bersama
peroksidasehydrogen dan tiosianat membantu membunuh
streptokokus
62

4) Faktor bifidus adalah karbohidrat berisi N berfungsi mencegah


pertumbuhan Escherichiacolipathogen dan enterobacteriaceae,
dll
5) Faktor anti stafilokokus merupakan asam lemak anti stafilokokus
6) Laktoferin dan transferin mengikat zat besi sehingga mencegah
pertumbuhan kuman
7) Sel-sel makrofag dan netrofil dapat melakukan fagositosis
8) Lipase adalah antivirus

b. Cairan dan elektrolit


Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru– parunya.
Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, 1/3 cairan ini
diperas keluar dari paru–paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui
seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi dada ini dan dapat
menderita paru – paru basah dalam jangka waktu lebih lama (Varney,
2007). Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam
paru–paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe
darah. Semua alveolus paru–paru akan berkembang terisi udara sesuai
dengan perjalanan waktu.
Air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium untuk nutrien
yang lainnya. Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting
mengingat kebutuhan air pada bayi relatif tinggi 75-80 % dari berat
badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60 %. Bayi
baru lahir memenuhi kebutuhan cairannya melalui ASI. Segala
kebutuhan nutrisi dan cairan didapat dari ASI.
c. Personal hygiene
Dalam menjaga kebersihan bayi baru lahir sebenarnya tidak
perlu dengan langsung di mandikan, karena sebaiknya bagi bayi baru
lahir di anjurkan untuk memandikan bayi setelah 6 jam bayi dilahirkan.
63

Hal ini dilakukan agar bayi tidak kehilangan panas yang berlebihan,
tujuannya agar bayi tidak hipotermi. Karena sebelum 6 jam pasca
kelahiran suhu tubuh bayi sangatlah labil. Bayi masih perlu beradaptasi
dengan suhu di sekitarnya. Setelah 6 jam kelahiran bayi di mandikan
agar terlihat lebih bersih dan segar. Sebanyak 2 kali dalam sehari bayi
di mandikan dengan air hangat dan ruangan yang hangat agar suhu
tubuh bayi tidak hilang dengan sendirinya. Diusahakan bagi orangtua
untuk selalu menjaga keutuhan suhu tubuh dan kestabilan suhu bayi
agar bayi selalu merasa nyaman, hangat dan terhindar dari hipotermi.
BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwarna kehitaman, hari
3-6 feses tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih
bercampur mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna kekuningan.
Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB agar tidak terjadi iritasi di
daerah genetalia. Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24
jam pertama kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda
bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak
terjadi iritasi di daerah genetalia.
d. Perawatan Tali Pusat
Dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan neonatal Esensial (Dewy,
2012) dituliskan beberapa perawatan tali pusat sebagai berikut:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat.
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
3) Mengoleskan alkohol atau providon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembap.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa
tali pusat mengering dan terlepas sendiri
64

c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air


DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih
d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihat ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas
kesehatan.
Menurut Winanti asyah (2017), tali pusat biasanya lepas dalam 14
hari setelah lahir, paling sering sekitar hari ke 10.

(7) Asuhan dasar bayi muda


a. Mencegah infeksi
1) Cuci tangan sebelum atau sesudah memegang bayi
2) Bersihkan tali pusat jika basah atau kotor dengan air matang,
kemudian keringkan dengan kain yang bersih dan kering
3) Ingatkan ibu supaya menjaga tali pusat selalu bersih dan kering
4) Jaga kebersihan tubuh bayi dengan memandikannya setelah suhu
stabil.
5) Gunakan sabun dan air hangat, bersihkan seluruh tubuh dengan
hati-hati
6) Hindarkan bayi baru lahir kontak dengan orang sakit, karena
sangat rentan tertular penyakit.
7) Minta ibu untuk memberikan kolostrum karena mengandung zat
kekebalan tubuh
8) Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin hanya ASI saja
sampai 6 bulan, Bila bayi tidak bisa menyusu, beri ASI perah
dengan menggunakan cangkir/sendok. Hindari pemakaian botol
dan dot karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi
saluran cerna.
b. Memberi ASI saja sesering mungkin
65

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi


2) Minta ibu untuk memberi ASI saja sesering mungkin minimal 8
kali sehari, siang ataupun malam.
3) Menyusui dengan payudara kiri dan kanan secara bergantian
4) Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya
5) Jika bayi telah tidur selama 2 jam, minta ibu untuk
membangunkannya dan langsung disusui
6) Minta ibu untuk meletakkan bayi di dadanya sesering mungkin dan
tidur bersama ibu Ÿ Ingatkan ibu dan anggota keluarga lain untuk
membaca kembali hal-hal tentang pemberian ASI di Buku
7) KIA
8) Minta ibu untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
c. Imunisasi
1) Segera beri imunisasi HB0 sebelum bayi berumur 7 hari
2) Beri imunisasi BCG dan Polio 1 ketika bayi berumur 1 bulan
(kecuali bayi lahir di Rumah Sakit, imunisasi diberikan sebelum).
3) Tunda pemberian imunisasi pada Bayi Muda yang mempunyai
klasifikasi merah.
(8) Kebutuhan Kesehatan Dasar
a. Pakaian
Seorang bayi yang berumur usia 0 – 28 hari memiliki kebutuhan
tersendiri seperti pakaian yang berupa popok, kain bedong, dan baju
bayi. Semua ini harus di dapat oleh seorang bayi. Kebutuhan ini bisa
termasuk kebutuhan primer karena setiap orang harus mendapatkannya.
Perbedaan antara bayi yang masih berumur di bawah 28 hari adalah
bayi ini perlu banyak pakaian cadangan karna bayi perlu mengganti
pakaiannya tidak tergantung waktu.
Suasana yang nyaman, aman, tentram dan rumah yang harus di dapat
bayi dari orang tua juga termasuk kebutuhan terpenting bagi bayi itu
sendiri. Saat dingin bayi akan mendapatkan kehangatan dari rumah
66

yang terpunuhi kebutuhannya. Lingkungan yang baik juga tidak kalah


terpenting. Karena dari lingkunganlah seorang anak dapat tumbuh
dengan baik dan dari lingkungan yang baiklah seorang anak bisa
membangun karakter yang baik pula.
b. Sanitasi Lingkungan
Bayi masih memerlukan bantuan orang tua dalam mengkontrol
kebutuhan sanitasitasinya seperti kebersihan air yang digunakan untuk
memandikan bayi, kebersihan udara yang segar dan sehat untuk asupan
oksigen yang maksimal.

c. Perumahan
Suasana yang nyaman, aman, tentram dan rumah yang harus di dapat
bayi dari orang tua juga termasuk kebutuhan terpenting bagi bayi itu
sendiri. Saat dingin bayi akan mendapatkan kehangatan dari rumah
yang terpunuhi kebutuhannya. Kebersihan rumah juga tidak kalah
terpenting. Karena di rumah seorang anak dapat berkembang sesuai
keadaan rumah itu.
Bayi harus dibiasakan dibawa keluar selama 1 atau 2 jam sehari (bila
udara baik). Pada saat bayi dibawak keluar rumah, gunakan pakaian
secukupnya tidak perlu terlalu tebal atau tipis. Bayi harus terbiasa
dengan sinar matahari namun hindari dengan pancaran langsung sinar v
matahari dipandangan matanya. Yang paling utama keadaan rumah
bisa di jadikan sebagai tempat bermain.
67

(9) Kebutuhan Psikologis (Bounding Attachment) (Ai Nurasyah 2010)


a Pengertian
Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan
areksi ( kasih sayang ) oleh ibu kepada bayinya segera stelah lahir.
sedangkan, attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi setelah
proses persalinan, d mulai pada kala III sampai dengan
postpartum.
b Tahap-tahap Bounding Attachment
Tahap-tahap Bounding Attachment yaitu:
1) Perkenalan (acquaintance)dengan melakukan kontak mata,
menyentuh, berbicara dan mengeksplorasi segera setelah
mengenal bayinya
2) Bounding (keterikatan)
3) Attachment: perasaan sayang yang mengikat individu dengan
individu lain.
c faktor-faktor yang mempengaruhi proses bounding attachment
1) Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran anak dalam
kehidupannya tertentu akan memberikan respon emosi yang
berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran
bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu
tercapainya proses bounding attachment ini.
2) Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk
merawat anak.
Dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak,
orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung
dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin
cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin
mudah pula bounding attachment terwujud.
68

3) Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan


Dukungan dari keluarga, teman dan pasangan merupakan
faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena adanya
dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu
semangat atau dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk
memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
4) Kedekatan orang tua dengan anak
Dengan metode rooming in kedekatan terhadap orang tua dan
anak dapat terjadi secara langsung dan menjadikan cepatnya
ikatan batin terwujud diantara keduanya.
5) Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis
kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang
lain ketika keadaan anak sehat atau normal dan jenis kelamin
sesuai yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu
dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang
lain karena setelah sembilan bulan bersama, dan melewati saat-
saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki
hubungan yang unik.
d Cara melakukan bounding attachmant
1) Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera
setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak
kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga
dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia
2) Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early
infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu
dan bayinya. Hal ini sangat memengaruhi perkembangan
69

psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu


merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh
bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari.
Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat
digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar
produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis.
Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan
merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan
terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan
bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan
ditempatkan dalam ruang perawatan post partum bersama-
sama selama 24 jam (Simkin, dkk, 2007).
Rawat gabung adalah membiarkan ibu dan bayinya bersama-
sama terus menerus. Pada rawat gabung atau roming in bayi
diletakkandi box bayi yang berada di dekat ranjang ibu
sehingga mudah terjangkau.Ada satu istilah lain, bedding-in,
yaitu bayi dan ibu berada bersama-sama di ranjang ibu.
3) Kontak mata (eye to eye contact)
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang
mereka, mereka merasa lebih dekat dengan banyinya. Orang
tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk
saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi
baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat
pada orang tuanya. Kesadaran untuk membuat kontak mata
dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata
mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan
dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang
penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
70

4) Suara (Voice)
Mendengar dan merespon suara antara orangtua dan bayinya
sangat penting. Orangtua menunggu tangisan pertama bayi
mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka
yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut
membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu
orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan
menjadi tenang dan berpaling ke arah mereka. Respon
terhadap ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang
tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari
tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya
baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam
rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan
suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir,
meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari
oleh cairan amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
5) Aroma /bau badan (odor)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan mulai belajar
dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera
penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan
baik dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk
mempertahankan hidup. Indra penciuman bayi akan sangat
kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada
waktu tertentu.
6) Aroma/bau badan (intrainment).
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan, bayi baru
lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan
orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat
kepala, menendang-nendangkan kaki. Intrainment terjadi
pada saat anak mulai bicara. Bayi baru lahir menemukan
71

perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa. Artinya


perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh
sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi.
Dengan terdapat salah satu yang akan lebih banyak di
bawahnya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain
itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi orangtua
dan membentuk komunikasi yang efektif.
7) Bioritme (biorhythmicity)
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme
personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini
dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku
yang responsif. Janin dalam rahim dapat dikatakan
menyesuaikan irama didirinya sendiri. Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh
kasih sayang secara konsisten untuk mengembangkan respon
baik dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.
8) Inisiasi Menyusu Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas
ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya,
dengan demikian, bayi dapat melakukan refleks sucking.
Menurut kalus kenel (1982), ada beberapa keuntungan
fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini yaitu :
a) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
b) Refleks menghisap dilakukan dini
c) Pembentukan kekebalan aktif di mulai
d) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak
(kehangatan tubuh : waktu pemberian kasih sayang
stimulasi hormonal)
e Prinsip upaya meningkatkan bounding attachment
1) Dilakukan segera (menit pertama jam pertama)
72

2) Sentuhan orang tua pertama kali


3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan
orang tua ke anak
4) Kesehatan emosioanal orang tua
5) Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan
6) Persiapan PNC sebelumnya
7) Adaptasi
8) Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk
merawat anak
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta
memberi rasa nyaman
9) Fasilitasi untuk kontak lebih lama
10) Penekanan pada hal-hal positif
11) Perawatan maternitas khusus (bidan)
12) Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari
keluarga, teman dan pasangan
13) Informasi bertahap mengenai bounding attachment
f Manfaat bounding attachment
Adapun manfaat dari implementasi teori bounding
attachmentjika dilakukan secara baik, yaitu :
1) Bayi merasa dicintai, diperhatikan, menumbuhkan sikap
sosial
2) Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
3) Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan
kondisi psikologis bayi kelak
g Hambatan bounding attachment
Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari
bounding attachment dan dapat dikatakan sebagai penghambat
dalam bounding attachment adalah :
1) kurangnya support sistem
2) ibu dengan resiko (ibu sakit)
73

3) bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan


cacat fisik)
4) kehadiran bayi yang tidak diinginkan
h Peran bidan dalam mendukung terjadinya bounding
attachment
1) Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan
bayi dalam jam pertama pasca kelahiran
2) Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk
memberikan respon positif tentang bayinya. Baik melalui
sikap maupun ucapan dan tindakan
3) Sewaktu pemeriksaan ANC, bidan selalu mengingatkan ibu
untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin
membesar
4) Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin
berkomunikasi
5) Bidan juga men-support ibu agar dapat meningkatkan
kemampuan dan keterampilannya dalam merawat anak, agar
saat sesudah kelahiran nanti ibu tidak merasa kecil hati
karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak
memiliki waktu yang seperti ibu inginkan
6) Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk
melaksanakan salah satu cara bounding attachment dalam
beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya bidan tidak
benar-benar memisahkan ibu dan bayi, melainkan bidan
mampu untuk mengandung rasa penasaran ibu untuk
mengetahui keadaan bayinya dan ingin segera memeluk
bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan resiko, ibu dapat
tetap melakukan bounding attachment ketika ibu memberi
ASI pada bayinya ketika mengunjungi bayi diruang
perinatal.
74

a) Nifas
1.Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulainya beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta samapai 6 minggu setelah melahirkan (Menurut Pusdiknakes,
2003 dalam Yanti dan Sundawati, 2011). Masa nifas dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu
(Dewy, 2013).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluranreproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal
(Nugroho, dkk,2014).
2.Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Sundawati, 2011 asuhan yang diberikan kepada ibu nifas
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kesejahteran fisik dan psikologis ibu dan bayi
Pemberian asuhan, pertama bertujuan untuk memberi fasilitas dan
dukungan bagi ibu yang baru saja melahirkan anak pertama untuk
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan peran barunya sebagai
seorang ibu. Kedua, memberi pendampingan dan dukungan bagi ibu
yang melahirkan anak kedua dan seterusnya untuk membentuk pola
baru dalam keluarga sehingga perannya sebagai ibu tetap terlaksana
dengan baik. Jika ibu dapat melewati masa ini maka kesejahteraan
fisik dan psikologis bayipun akan meningkat.
b. Pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan komplikasi
Pemberian asuhan pada ibu nifas diharapkan permasalahan dan
komplikasi yang terjadi akan lebih cepat terdeteksi sehingga
penanganannya pun dapat lebih maksimal.
75

c. Dapat segera merujuk ibu keasuhan tenaga bilamana perlu


Pendampingan pada ibu pada masa nifas bertujuan agar keputusan
tepat dapat segera diambil sesuai dengan kondisi pasien sehingga
kejadian mortalitas dapat dicegah.
d. Mendukung dan mendampingi ibu dalam menjalankan peran barunya.
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena banyak pihak yang
beranggapan bahwa jika bayi lahir dengan selamat, maka tidak perlu
lagi dilakukan pendampingan bagi ibu, beradaptasi dengan peran
barunya sangatlah berat dan membutuhkan suatu kondisi mental yang
maksimal.
e. Mencegah ibu terkena tetanus Pemberian asuhan yang maksimal pada
ibu nifas, diharapkan tetanus pada ibu melahirkan dapat dihindari.
f. Memberi bimbingan dan dorongan tentang pemberian makan anak
secara sehat serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik
antara ibu dan anak
3. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
a. Puerperium Dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan (Sundawati dan Yanti, 2011). Puerperium dini
merupakan masa kepulihan. Pada saat ini ibu sudah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan (Nugroho, dkk 2014).
b. Puerperium Intermedial
Suatu masa dimana kepilihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih 6 minggu (Nugroho, dkk, 2014). Puerperium intermedial
merupakan masa kepulihan ala-alat genetalia secara menyuluruh yang
lamanya sekitar 6-8 minggu (Ambarwati, 2010).
c. Remote Puerperium
76

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi (Nugroho, dkk, 2014) Remote puerpartum
merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan (Ambarwati, 2010).
4. Perubahan fisiologis dan psikologis masa nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Involusi uterus. Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan
suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut (Yanti dan Sundawati,
2011). sulystiawati, Ari (2010) mengatakan bahwa setelah plasenta
lahir tingggi fundus uteri 1 sampai 2 jari di bawah pusat
2) Iskemia miometrium. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relative anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
3) Atrofi jaringan. Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormone estrogen saat pelepasan plasenta.
4) Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteotik akan memendekan jaringan otot
yang telah mengendur sehingga panjangnya 10 kali panjang sebelum
hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormone estrogen
dan progesterone.
5) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah dan mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
77

perdarahan. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti


sebelum hamil.

Tabel Perubahan-Perubahan Normal Pada Uterus Selama


Postpartum
Berat Diamet
Involusi Tinggi Fundus uteri Uterus er
Uteri (gram) Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 12,5 cm
7 hari Pertengahan pusat dan simpisis 500 7,5 cm
14 hari Tidak teraba 350 5 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 2,5 cm
Sumber : Yanti dan Sundawati, 2011

6) Involusi tempat plasenta


Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan
cepat luka mengecil, pada akhirnya minggu ke-2 hanya sebesar 3-4
cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. penyembuhan luka bekas plasenta
khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas
plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti
pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Regenerasi
endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam
decidu basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah
yang membeku pada tempat implantasi plasenta sehingga terkelupas
dan tidak dipakai lagi pada pembuang lochea (Dewy, 2013).
7) Perubahan ligament
Setelah bayi lahir, ligament dan difragma pelvis fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala.
Perubahan ligament yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak
78

uterus menjadi retrofleksi, ligamen fasia, jaringan penunjang alat


genetalia menjadi agak kendor (Dewy, 2013).

8) Perubahan serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulasi
dan berbentuk seperti corong. Halini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna
serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera
setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2-3
jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh
karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat
sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak
sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih
besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya,
terutama pada pinggir sampingnya (Dewy, 2013)
9) Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama dengan sisa-sisa cairan. Pencampuran antara darah dan
desidua inilah yang dinamakan lochea. Reaksi basa/alkalis yang
membuat organism berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis
(anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-
beda setiap wanita. Lochea dapat dibagi menjadi lochea rubra,
sunguinolenta, serosa dan alba.
Table Perbedaan masing-masing Lochea
Lochia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel
kehitaman desidua, verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa
mekonium dan sisa
darah.
79

Sanguinolent 3-7 hari Putih Sisa darah dan lender


a bercampur
merah
Serosa 7-14 Kekuningan Lebih sedikit darah dan
hari /kecoklatan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Alba >14 Putih Mengandung leukosit,
hari selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang
mati
Sumber : Dewy, 2013.

10) Perubahan vulva, vagina dan perineum


Selama proses persalinan vulva, vagina dan perineum mengalami
penekanan dan peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua
organ ini akan kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali
pada minggu ketiga. Ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. (Dewy,
2013).
Perubahan pada perineum terjadi pada saat perineum mengalami
robekan. Robekan secara spontan ataupun mengalami episiotomi
dengan indikasi tertentu. Meski demikian, latihan otot perineum dapat
mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkat tertentu (Yanti dan Sundawati, 2011).
a. Perubahan sistem pencernaan
Sistem gastreotinal selama hamil dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya tingginya kadar progesterone yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesterone juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus
memerlukan 3-4 hari untuk kembali normal (Yanti dan sundawati,
2011). Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan sistem
pencernaan antara lain (Nugroho, dkk,2014) :
1) Nafsu makan
80

Pasca melahirkan ibu biasanya merasa lapar, dan diperbolehkan


untuk makan. Pemulihan nafsu makan dibutuhkan 3 sampai 4
harisebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron
menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari.

2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengambilan tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
3) Pengosongan usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum. Diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi
jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu untuk kembali normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang
air besar kembali teratur, antara lain pemberian diet/makanan yang
mengandung serat, pemberian cairan yang cuku, pengetahuan
tentang pola eliminasi, pengetahuan tentang perawatan luka jalan
lahir, bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian
huknah atau obat yang lain.
b. Perubahan sistem perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca
melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan peenurunan
fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan
81

dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan (Yanti dan


Sundawati, 2011).
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain
(Dewy, 2013) :

1) Hemostasis internal
Tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan
70 persen dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut
dengan cairan intraseluler. Cairan ekstraseluler terbagi dalam
plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut
cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh
antara lain eodema dan dehidrasi. Oedema adalah tertimbunnya
cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam
tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume tubuh.
2) Keseimbangan asam basa tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut pH. Batas normal pH cairan tubuh
adalah 7,35-7,40. Bila pH>7,4 disebut alkalosis dan jika pH<7,35
disebut asidosis.
3) Pengeluaran sisa metabolisme racun dan zat toksin ginjal
Zat toksin ginjal mengekskresikan hasil akhir dari metabolisme
protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan
kreatini. Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar
tidak megganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman.
Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air
kecil.Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu
post partum, antara lain :
a) Adanya oedem trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi retensi urin.
82

b) Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan


yang retensi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah
melahirkan.
c) Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin
dan spesme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan,
sehingga menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan
menurun, hilangnya peningkatan volume darah akibat
kehamilan, hal ini merupkan mekanisme tubuh untuk mengatasi
kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dieresis pasca partum.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa
pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun
selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air
pada masa hamil. Bila wanita pasca salin tidak dapat berkemih
selama 4 jam kemungkinan ada masalah dan segeralah
memasang dower kateter selama 24 jam. Kemudian keluhan
tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan keteterisasi
dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada
gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan
dibuka 4 jam kemudian, lakukan katerisasi dan bila jumlah
residu<200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat
berkemih seperti biasa.
c. Perubahan sistem muskuloskelektal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambah, adaptasinya mencakup peningkatan berat badan,
bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas.
Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan
berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera
setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan
83

mempercepat involusi uteri (Nugroho, dkk, 2014) Adapun sistem


muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:
1) Dinding perut dan peritoneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan
pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang athenis terjadi
diatasi dari otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia
tipis dan kulit.

2) Kulit abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar
dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding
abdomen akan kembali normal kembali dalam beberapa minggu
pasca melahirkan dalam latihan post natal.

3) Striae
Strie adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Strie pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang
samar. Tingkat distasis muskulus rektus abdominis pada ibu post
partum dapat di kaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan
jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonus otot menjadi normal.
4) Perubahan ligament
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan vasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur
menciut kembali seperti sedia kala.
5) Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi, namun demikian, hal ini
dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan
84

pubis antara lain nyari tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri
saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan
simpisis dapat di palpasi, gejala ini dapat menghilang dalam
beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang
menetap.
6) Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang
yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural
pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganannya adalah mandi dengan air hangat dapat memberikan
rasa nyaman pada pasien.
7) Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan 3 bulan setelah melahirkan sakit kepala
dan migrain bisa terjadi. Sakit kepala dan nyeri leher dapat timbul
akibat setelah pemberian anasthesi umum.
d. Sistem endokrin
Selama masa kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut,
antara lain (Dewy, 2013):
1) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone yang
diprodduksi oleh plasenta. Hormone plasenta menurun dengan
cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta (human
placenta lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada
masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam sehingga hari
ke 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke
3 post partum.
2) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain horrmon prolaktin, FSH dan LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita
85

tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormone


prolaktin berperan dalam peembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikel pada minggu ke 3 dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
3) Hipotalamik pituitary ovarium
Hopotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya
mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang
tidak menyusui. Pada wanita menyusuimendapatkan menstruasi
pada 6 minggu pasca salin berkisar 16 % dan 45 % setelah 12
minggu pasca salin. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui,
akan mendapatkan menstruasi berkisar 40 persensetelah 6 minggu
pasca melahirkan dan 90 persen setelah 24 minggu.
4) Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang,
berkerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap
ke 3 persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan ekresi
oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
5) Hormon estrogen dan progesterone
Volume darah selama kehamilan, akan meningkat. Hormon
estrogen yang tinggi memperbesar hormone anti diuretic yang
dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormone
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum serta vulva dan vagina.
e. Perubahan tanda-tanda vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikajiantara lain (Yanti
dan Sundawati, 2011):
86

1) Suhubadan
Suhu wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang dari 0,5 0C dari keadaan normal.
Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih
pada hari ke-4 post partum suhu akan naik lagi. Hal ini diakibatkan
adanya pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,
maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus
genetalia ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 0c,
waspada terhadap infeksi post partum.

2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 sampai 80 kali
permenit. Pasca melahirkan denyut nadi dapat menjadi bradikardi
maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami oleh pembuluh arteri
ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh manusia.
Tekanan darah normal manusia adalah sitolik antara 90 -120
mmHg dan distolik 60-80 mmHg. Pasca melaahirkan pada kasus
normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan
darah lebih rendah pasca melahirkan bisa disebabkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya pre eklampsia post partum.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal padaorang dewasa adalah 16 sampai
20 kali permenit. Pada ibu post partum umumnya bernafas lambat
dikarenakan ibu dalam tahap pemulihan atau dalam kondidi
istirahat. Keadaan bernafas selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, perrnafasan
87

juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan kusus pada


saluran nafas. Bila bernafas lebih cepat pada post partum
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
f. Sistem Kardiovaskuler
Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300-400 cc,
sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesar menjadi
dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan
hemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam, hemokonsentrasi
cenderung naik dan pada persalinan seksio sesaria, hemokonsentrasi
cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu (Yanti dan
Sundawati, 2011). Volume darah yang normal yang diperlukan
plasenta dan pembuluh darah uterin meningkat selama kehamilan.
Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormone estrogen, yang
dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali.
Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya
masih tetap tinggi dari pada normal. (Nugroho, dkk, 2014).
g. Perubahan sistem hematologi
Menurut Nugroho dkk (2014)pada hari pertama post partum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan
faktor pembekuan darah. Menurut Yanti dan Ambarwati (2011)
leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak
15.000 selama persalinan. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik
lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika
wanita tersebut mengalami persalinan lama. Menurut Yanti dan
Ambarwati(2011) pada awal post partum, jumlah hemoglobin,
hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume
darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-
500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama
sisa nifas berkisar 500 ml.
88

1. Proses adaptasi psikologis ibu masa nifas


a. Adapasi psikologis ibu masa nifas
Pada periode ini kecemasan wanita dapat bertambah. Pengalaman
yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan
masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu
mulai bertambah. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam adaptasi masa
nifas adalah sebagai berikut (Yanti dan Sundawati, 2011) Fungsi menjadi
orangtua, respon dan dukungan dari keluarga, riwayat dan pengalaman
kehamilan serta persalinan, harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil
dan melahirkan. Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada massa nifas
antara lain (Dewy, 2013):
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada
dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka
jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase
ini adalah istirahat cukup, komunikasi dan asupan nutrisi yang baik.
Gangguan psikologis yang dapat dialami pada fase ini, antara lain
kekecewaan pada bayinya, ketidak nyamanan sebagai akibat
perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum menyusui
bayinya, kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayi.
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
kawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitive dan lebih cepat
tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang
baik, dukungan dan pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain
mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara
89

perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,


istirahat, keberssihan dan lain-lain.
3) Fase letting go
Fase ini adalah fase menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung pada hari ke 10 setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi
peningkatan akan peratan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri
akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi keutuhan bayi
dan dirinya. Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai
berikut fisik istirahat, assupan gizi, lingkungan bersih, psikoligi
dukungan dari keluarga sangat diperlukan sosial perhatian, rasa kasih
sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa
kesepian.
a. Post partum blues
Keadaan ini adalah keadaan dimana ibu merasa sedih dengan bayinya.
Penyebabnya antara lain perubahan perasaan saat hamil, perubawan fisik
dan emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali secara perlahan
setela beradaptasi dengan peran barunya. Gejala baby blues antara lain
menangis, perubahan perasaan, cemas kesepian, khawatir dengan
bayinya, penurunan libido kurang percaya diri. Hal-hal yang disarankan
pada ibu sebagai berikut minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin
beristirahat, beritahu suami tentang apa yang dirasakan ibu, buang rasa
cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi, meluangkan waktu
dan cari hiburan untuk diri sendiri. Adapun gejala dari depresi post
partum antara lain sering menangis, sulit tidur nafsu makan hilang,
gelisah perasaan tidak berdaya atau hilang control, cemas atau kurang
perhatian pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran
menakutkan mengenai bayi, kurang perhatian terhadap penampilan
dirinya sendiri, perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless),
penurunan atau peningkatan berat badan, gejala fisik seperti sulit nafas
atau perasaan berdebar-debar.Jika ibu mengalami gejala-gejala di atas
90

segeralah memberitahukan suami, bidan atau dokter. Penyakit ini dapat


disembuhkan dengan obat-obatan atau konsultasi dengan psikiater.
Perawatan dirumah sakit akan diperlukan apabila ibu mengalami depresi
berkepanjangan. Beberapa intervensi yang dapat membantuibu terhindar
dari depresi post partum adalah pelajari diri sendiri, tidur dan makan
yang cukup, olahraga hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah
melahirkan, beritahu perasaan anda, dukungan keluarga dan orang lain,
persiapan diri yang baik lakukan pekerjaan rumah tangga dukungan
emosional, dukungan kelompok depresi post partum, bersikap tulus iklas
dalam menerima peran barunya.

b. Psikosis post partum


Gejala psikosis post partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu
post partum. Faktor penyebab adalah riwayat keluarga pskiatri, riwayat
ibu menderita psikiatri, masalah keluarga dan perkawinan. Gejala gaya
bicara keras, menarik diri dari pergaulan, cepat marah dan gangguan
tidur. Penatalaksanaannya adalah pemberian anti depresan berhenti
menyusui, dan perawatan di rumah sakit.
c. Kesedihan dan duka cita
Berduka yang paling besar adalah disebabkan kematian karena kematian
bayi meskipun kematian terjadi saat kehamilan. Bidan harus memahami
psikologis ibu dan ayah untuk membantu mereka melalui pasca berduka
dengan cara yang sehat (Nugroho,dkk, 2014).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui
a. Faktor fisik
Kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan,
mengganti popok, dan pekerjaan setiap hari membaut ibu kelelahan,
apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga lain
(Sulistyawati, 2009).
b. Faktor psikologis
91

Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua


perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal selesai persalinan
ibu merasa kelelahan dan sakit pasca persalinan membuat ibu
membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap fisik bayi karena tidak sesuai
dengan pengrapan juga bisa memicu baby blue (Dewy, 2013).
c. Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi.
Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit
banyak akan memengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi
ini. Apalagi jika ada hal yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga
kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini, bidan harus
bijaksana dalam menyikapi, namun tidak mengurangi kualitas asuhan
yang harus diberikan. Keterlibatana keluarga dari awal dalam
menentukan bentuk asuhan dan perawatan yang harus diberikan pada ibu
dan bayi akan memudahkan bidan dalam pemberian asuhan
(Sulistyawati, 2009). Faktor lingkungan yang paling mempengaruhi
status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin, dan nifas
adalah pendidikan. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal
yang memepengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan
masyarakat tidak dilakukan kebiasaan atau adat istiadat yang merugikan
kesehatan khusunya ibu hamil, bersalin dan nifas.Status ekonomi
merupakan simbol status soaial di masyarakat. Pendapatan yang tinggi
menunjukan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
yang memenuhi zat gizi untuk ibu hamil. Sedangkan kondisi ekonomi
keluarga yang rendah mendorong ibu nifas untuk melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan (Dewy, 2013).
5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Menurut Nugroho, dkk (2014).
a. Nutrisi
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi
kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi
produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan
92

gizi seperti makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi


kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, minum
sedikitnya 3liter setiap hari, mengonsumsi vitamin A 200.000 unit
sebanyak 2 kapsul. Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara
lain:
10) Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 500 kalori, makan
dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan
karbohidrat,Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per hari.
Sebaliknya ibu nifas jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena
akan megganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI
rusak.

11) Kalsium dan vitamin D


Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi,
kebutuhan kalsium dan vitamin D di dapat dari minum susu rendah
kalori atau berjamur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa
menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-
60 gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120
gram ikan sarden, atau 280 gram tahu.
12) Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi
syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan magnesium didapat pada
gandum dan kacang-kacangan.
13) Sayuran hijau dan buah
Kebutuhan yang diperlukan setidaknya tiga porsi sehari. Satu porsi
setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾ cangkir brokoli, ½
wortel, ¼- ½ cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.
14) Karbohidrat
Selama menyusui, kebutuhan karboidrat kompleks diperlukan enam
porsi perhari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir
93

jagung pipi, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½
kue maffin dri bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½
cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram
mi/pasta dari bijian utuh.
15) Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak orang dewasa adalah 41/2 porsi lemak
(14 gram porsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram
keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok
makan krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, 2 sendok makan
selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang
goreng, 2 iris cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau
2 sendok makan salad.

16) Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari
makanan asin.
17) Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter
tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah,
susu dan sup.
18) Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin
yang diperlukan antara lain vitamin A yang berguna bagi kesehatan
kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan
keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1.300 mcg, vitamin B6
membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf.
Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat
ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang polong dan kentang,
vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan
daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-
kacangan, minyak nabati dan gandum.
94

19) Zinc (seng)


Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuh luka dan
pertumbuhan. Kebutuhan zinc di dapat dalam daging, telur dan
gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan
seng. Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg. sumber seng
terdapat pada seafood, hati dan daging.
b. Ambulasi
Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus
istirahat. Mobilisasi yang akan dilakukan pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early ambulation) adalah
mobilisasi segera seteelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk
bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum diperbolehkan bangun dari
tempat tidurnya 24-48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk
memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk kemudian berjalan.
Keuntungan ambulasi dini adalah Nugroho, dkk, 2014) : Ibu merasa lebih
sehat dan kuat, fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih
baik, memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu,
mencegah trombosit pada pembuluh tungkai, sesuai dengan keadaan
Indonesia (sosial ekonomis).

c. Eliminasi
1) Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal
bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat
disebabkan karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin dan
spesmen oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan. Lakukan
keteterisasi apabila kandung kemih penih dan sulit berkemih (Dewy,
2013)
2) Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur, cukup cairan,
95

konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat perangsang per


oral/ rektal atau lakukan klisma bilamana perlu (Dewy, 2013)
d. Kebersihan diri atau perineum
Kebersihan diri berguna mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan
nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur
maupun lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum
dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut mandi teratur
minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur, menjaga
lingkungan sekitar tempat tinggal, melakukan perawatan perineum,
mengganti pembalut minimal 2 kali sehari, mencuci tangan setiap
membersihkan daerah genetalia (Dewy, 2013)

e. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan
istirahatnya antara lain anjurkan ibu untuk cukup istirahat, sarankan ibu
untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan, tidur siang atau
istirahat saat bayi tidur. Kurang istirahat dapat menyebabkan jumlah ASI
berkurang, memperlambat proses involusi uteri, menyebabkan deperesi
dan ketidakmampuan dalam merawat bayi (Dewy, 2013)
f. Seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti. Namun
demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut.
Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang
dapat menyebabkan pola seksual selama masa nifas berkurang antara lain
gangguan atau ketidaknyamanan fisik, kelelahan ketidak seimbangan
berlebihan hormone, kecemasan berlebihan (Dewy, 2013). Program
Keluarga Berencana sebaiknya dilakukan ibu setelah masa nifas selesai
atau 40 hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat
96

melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan


kontrasepsi, dipareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri.
Beberapa cara yang dapat mengatassi kemesraan suami istri setelah
periode nifas antara lain (Dewy, 2013). Hindari menyebut ayah dan ibu,
mencari pengasuh bayi, membantu kesibukan istri menyempatkan
berkencan, meyakinkan diri bersikap terbuka, konsultasi dengan ahlinya
g. Latihan atau senam nifas
Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas
adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan sampai
dengan hari kesepuluh. Beberapa factor yang menentukan kesiapan ibu
untuk memulai senam nifas antara laintingkat keberuntungan tubuh ibu,
riwayat persalinan, kemudahan bayi dalam pemberian asuhan, kesulitan
adaptasi post partum (Dewy, 2013). Tujuan senam nifas adalah sebagai
berikut membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu, mempercepat
proses involusi uteri, Membantu memulihkan dan mengencangkan otot
panggul, perut dan perineum memperlancar pengeluaran lochea,
membantu mengurangi rasa sakit merelaksasikan otot-otot yang
menunjang proses kehamilan dan persalinan, mengurangi kelainan dan
komplikasi masa nifas (Dewy, 2013). Manfaat senam nifas antara lain
membantu memperbaiki sirkulasi darah memperbaiki sikap tubuhdengan
punggung pasca salin, memperbaiki dan memperkuat otot panggul
membantu ibu lebih rileks dan segar pasca persalinan (Dewy, 2013).
Senam nifas dilakukan saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada
komplikasi dan penyulit pada masa nifas atau antara waktu makan.
Sebelum melakukan senam nifas, persiapan yang dapat dilakukan adalah
mengenakan baju yang nyaman untuk olahraga, minum banyak air putih,
dapat dilakukan di tempat tidur, dapat diiringi music, perhatikan keadaan
ibu (Dewy, 2013).
3. Proses Laktasi danCara Menyusui Yang Benar
a. Anatomi dan fisiologi payudara
97

1) Anatomi
Payudara (mamae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah
kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi
susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600
gram dan saat menyusui 800 gram (Yanti dan Sundawati,
2011).Menurut Yanti dan Sundawati, 2011 ada 3 bagian utama
payudara yaitu :
a) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
Didalam korpus mamae terdapat alveolus yaitu unit terkecil
yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel
aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh
darah. Beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 lobus pada
tiap payudara.
b) Areola yaitu bagian yang kehitaman ditengah
Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarnakegelapan
yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar
keringat, kelenjar lemak dari montgometry yang membentuk
tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar
lemak ini akan menghasilkan suatu bahan yang melicinkan
kalangan payudara selama menyusui. Di bawah ini kalang
payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat
penampungan air susu. Luasnya kalang payudara bisa 1/3-1/2
dari payudara.
c) Papilla atau putting yaitu bagian yang menonjol di puncak
payudara. Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubungan
dengan adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka
letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubangkecil yang merupakan muara duktus dari
98

laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh daraf, pembuluh


getah bening, serat-serat otot polos duktus laktifirus akan
memadat dan menyebabkan putting susu ereksi sedangkan
serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting
susu tersebut.
2) Fisiologi Laktasi
Laktasi/menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu :
a) Produksi ASI atau prolaktin
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu. Hormone yang berperan adalah hormone estrogen dan
progesterone yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan
hormone prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama
kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi
ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang
masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun
pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga
terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua refleks
yang berperan yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (Let
down). Refleks prolaktin memegang peranan penting untuk
membuat colostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas karena
aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone
yang masih tinggi. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu
yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut
tidak ada nada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan
bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Reflex Let
Down bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan
yang berasal dari hisapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah
hormone ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
99

Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat,
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk
selanjut mengalir melalui duktus laktefirus masuk ke mulut
bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah
melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi,
memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang
menghambat reflex letdown adalah keadaan bingung atau
pikiran kacau, takut, cemas. (Yanti dan Sundawati, 2011)
b) Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama
akan menghasilkan rangsangan syaraf yang terdapat pada
glandula pituitaria posterior sehingga keluar hormone
oksitosin. Hal ini menyebabkan sel miopitel disekitar alveoli
akan berkontraksi dan mendorong asi masuk dalam pembuluh
ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan
bayi juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus
melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis.
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun
hormone-hormon yang berperan adalah:

Hormon dalam proses laktasi


Progesterone : Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran
alveoli. Tingkat progesterone dan estrogen
menurun sesaatsetelah melahirkan. Hal ini
menstimulasi produksi secara besar-besaran.
Menstlimulasi sistem saluran ASI untuk
membesar.
Tingkat estrogen menurun saat
Estrogen : melahirkan dan tetap Rendah atau beberapa
bulan selama tetap menyusui.
Berperan dalam membesarnya alveoli
100

dalamkehamilan
Prolaktin : Mengencangkan otot halus dalam
rahim pada saat melahirkan dan setelahnya,
Oksitosin : sepertihalnya juga dalam
orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus
disekitar alveoli memeras ASI menuju saluran
susu. Oksitosin berperan dalam proses
turunnya susu let-down.

6 . .Dukungan bidan dalam pemberian ASI


Peran awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah (Dewy,
2013):
a. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi
dari payudara ibunya.
b. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui
bayinya sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI,
dengan:
1) Memberi bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama.
2) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul.
3) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4) Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama (rawat
gabung).
5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6) Menghindari pemberian susu botol.
7 Manfaat pemberian ASI
Adapun beberapa manfaat pemberian ASI adalah (Dewy, 2013):
a. Bagi bayi
Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya
dengan baik. Kolostrum atau susu pertama mengandung antibody
yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat.
101

ASI mengandung campuran berbagai bahan makanan yang tepat


bagi bayi serta mudah dicerna.
b. Bagi ibu
Menurut Yanti dan Dewy, (2013):
1) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hypofisis.Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
2) Aspek KB
Menyusui secara murni (esklusif) dapat menjarangkan
kehamilan. Hormone yang mempertahankan laktasi berkerja
menekan hormon ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya
kesuburan.

3) Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan
oleh semua manusia.
8 .Tanda bayi cukup ASI
Menurut Yanti dan Sundawati, 2011 bahwa bayi usia 0-6 bulan, dapat
dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut
a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
b. Kotoran berwarna kuning dengan dengan frekuensi sering, dan
warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.
c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali/sehari.
d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.
e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.
f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.
g. Pertumbuhan beratbadan (BB) bayi dan tinggi badan (TB) bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan.
102

h. Perkembangan motorik bayi baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai


sesuai rentang usianya).
i. Bayi kelihatan puas, sewaktu-sewaktu saat lapar bangun dan tidur
dengan cukup.
j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur
pulas.
4. ASI eksklusif
Menurut Utami (2005) dalam Yanti dan Dewy (2013) ASI eksklusif
dikatakan sebagai pemberian ASI secara esklusif saja, tanpa tambahan
cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit,
bubur nasi tim. Menurut WHO dalam Yanti dan Dewy, 2013 Asi
eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
dianjurkan oleh tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI
dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.
WHO dan UNICEF dalam yanti dan Dewy, (2013) merekomendasikan
kepada para ibu untuk memberikan ASI ekslusif sampai enam bulan
dengan menerapkan inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah
kelahiran bayi, ASI ekslusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa
makanan tambahan atau minuman, ASI diberikan secara on demand
atau sesuai kebutuhan bayi, ASI diberikan tidak menggunakan botol,
cangkir maupun dot.

9 .Cara merawat payudara


Menurut Purwanti, (2014) cara merawat payudara adalah :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian putting
susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
di sekitar putting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
103

d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI


dikeluarkan dan diminum menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol satu
tablet setiap 4–6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI maka ibudapat
melakukan pengompresan payudara dengan menggunakan kain
basah hangat selama lima menit, urut payudara dari pangkal ke
putting susu, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga putting susu menjadi lunak, susukan bayi setiap 2-3 jam,
letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
10 Cara menyusui yang baik dan benar
Adapun cara menyusui yang benar menurut Yanti dan Dewy (2013)
yaitu:
a. Cuci tangan yang bersih menggunakan sabun dan dapa air yang
mengalir. Perah sedikit ASI oleskan disekitar puting, duduk dan
berbaring dengan santai.
b. Bayi diletakkan menghadap ke perut/payudara.
c. Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak bergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
d. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
e. Satu tangan bayi diletakan di belakang badan ibu dan yang satu di
depan.
f. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah.
g. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara
menyentuh pipi dengan putting susu.
h. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi di dekatkan
ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukan ke mulut bayi
sehingga putting susu berada di bawah langit –langit dan lidah bayi
104

akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang


terletak di bawah areola.
i. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disanggah lagi. Setelah memberikan ASI dianjurkan ibu untuk
menyendawakan bayi. Tujuan menyendawakan adalah mengeluarkan
udara lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Adapun
cara menyendawakan antara lain:
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggung di tepuk perlahan-lahan.
2) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggung di
tepuk perlahan-lahan.
11 Masalah dalam pemberian ASI
Menurut Dewy (2013) ada beberapa masalah dalam pemberian ASI, antara
lain:
a. Bayi sering menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomunikasi antara ibu dan
buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya.
Dan yang paling sering karena kurang ASI.
b. Bayi bingung putting (Nipple confusion)
Bingung putting (Nipple confusion) terjadi akibat pemberian susu
formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme
meenyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu
pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi,
langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif,
tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan
gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dodol.
Tanda bayi bingung putting antara lain :
1) Bayi menolak menyusu
2) Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
3) Bayi mengisap putting seperti mengisap dot.
105

Hal yang diperhatikan agar bayi tidak bingung dengan putting


susu adalah :
1) Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.
2) Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.
c. Bayi dengan BBLR dan bayi prematur
Bayi dengan berat badan lahir randah, bayi prematur maupun bayi kecil
mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh
karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.
d. Bayi dengan ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI.
Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar
bilirubin dalam darah tinggi. Untuk mengatasi agar tidak terjadi
hiperbilirubinnemia pada bayi maka:
1) Segeralah menyusui bayi baru lahir.
2) Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan
mendapat kolostrum. Kolostrum membantu bayi mengeluarkan
mekonium, billirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga
mencegah bayi tidak kuning.
e. Bayi dengan bibir sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan
bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum
(langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa
kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui
karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
Anjurkan menyusui ada keadaan ini dengan cara :
1) Posisi bayi duduk.
2) Saat menyusui, putting dan areola dipegang.
3) Ibu jari digunakan sebagai panyumbat celah di bibir bayi.
4) ASI perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing
pada bibir dan langit-langit).
106

f. Bayi kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah
dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui
secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi
sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit,
berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada di rumah.
g. Bayi sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan mendapatkan
makanan per oral, tetapi saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka
berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan
muntah-muntahan ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat untuk
mencegah terjadinya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan
ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi ditidurkan,
posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersendak
karena regulasi.
h. Bayi dengan lidah pendek (lingual frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak
elastik, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak mendapat
menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” putting dengan optimal.
Akibatnya lidah bayi tidak sanggup “memegang” putting dan areola
dengan baik, maka proses laktasi tidak berjalan dengan sempurna. Oleh
karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera
setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar.
Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-
ubah.
i. Bayi yang memerlukan perawatan
Pada saat bayi sakit memerlukan perawatan, padahal bayi masih
menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila
tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan
menyimpannya. Cara menyimpan ASI perah pun juga perlu diperhatikan.
107

masalah menyusui masa pasca persalinan lanjut .


12.Sindrom ASI kurang
Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan
ASI tidak terpenuhi sehingga bayi mengalami ketidakpuasan setelah
menyusu. Bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras dan
payudara tidak terasa membesar. Namun, kenyataannya ASI tidak
berkurang. Sehingga terkadang timbul masalah bahwa ibu merasa ASI
nya tidak mencukupi dan ada keinginan untuk menambah dengan susu
formula. Adapun cara mengatasi masalah tersebut sebaiknya
disesuaikan dengan penyebabnya dan penyebab-penyebabnya adalah:
a) Faktor teknik menyusu, antara lain masalah frekuensi, perlekatan,
panggunaan dot/botol, tidak mengosongkan payudara.
b) Faktor psikologis ibu kurang percaya diri atau stres.
c) Faktor fisik, antara lain penggunaan kontrasepsi, hamil, merokok,
kurang gizi.
d) Faktor bayi, antara lain penyakit, abnormalitas, kelainan
konginetal.
Oleh karena itu diperlukan kerja sama antara ibu dan bayi
sehingga produksi ASI dapat meningkat dan bayi dapat
memberikan isapan secara efektif.

13. Komplikasi masa nifas


a. Infeksi masa nifas
Infeksi nifas adalah infeksi yang dimulai melalui traktus genetalis
setelah persalinan. Suhu 38 0c atau lebih yang terjadi pada hari ke 2-10
post partum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari (Dewy, 2013).
Penyebab dan cara terjadinya infeksi nifas (Dewy, 2013):
a) Penyebab infeksi nifas
Macam-macam jalan kuman masuk kealat kandungan seperti
eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari
tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri).
108

Penyebab terbanyak adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya


tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Cara terjadinya infeksi nifas sebagai berikut tangan pemeriksa atau
penolong yang. Droplet infection, virus nosokomial, koitus
b) Faktor presdisposisi infeksi nifas semua keadaan yang menurunkan
daya tahan penderita seperti perdarahan banyak, diabetes,
preeklampsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga infeksi lain yaitu
pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya. Proses persalinan
bermasalah seperti partus lam/macet terutama dengan ketuban pecah
lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan. Tindakan
obstetric operatif baik pervaginam maupun per abdominal,
tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam
rongga rahim, episiotomi atau laserasi.
c) Pencegahan Infeksi Nifas masa kehamilan (Mengurangi atau
mencegah faktor-faktor), selama persalinan (Hindari partus terlalu
lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan
pervaginam maupun perabdominan dibersihkan, dijahit sebaik-
baiknya dan menjaga sterilitas. Mencegah terjadinya perdarahan
banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan
tranfusi darah, semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup
hidung dan mulut dengan masker, alat-alat dan kain yang dipakai
dalam persalinan dalam keadaan steril, hindari pemeriksaan dalam
(berulang-ulang), selama masa nifas (luka-luka dirawat).
b. Masalah payudara
Payudara berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit disebabkan
oleh payudara yang tidak disusui secara adekuat, puting susu yang lecet,
bra yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia
(Dewy, 2013)
109

1) Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini dapat
terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering
terjadi pada hari ke 10 dan hari ke 28 setelah kelahiran (Dewy,
2013).
Penyebabnya payudara bengkak akibat tidak disusukan secara
adekuat, Bra yang terlalu keta, putting susu lecet yang
menyebabkan infeksi, asupan gizi kurang, anemi.
Gejala bengkak dan nyeri, payudara tampak merah pada
keseluruhan atau di tempat tertentu payudara terasa keras dan
benjol-benjol, ada demam dan rasa sakit umum (Dewy, 2013).
Penanganannya payudara dikompres dengan air hangat untuk
mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik, untuk
mengatasi infeksi diberikan antibiotic, bayi mulai menyusui dari
payudara yang mengalami peradangan, anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya, anjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan
yang bergizi dan istirahat (Dewy, 2013).
2) Abses payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi
apabila mastitis tidak ditangani dengan baik, sehingga memperberat
infeksi (Dewy, 2013). Gejalanya sakit pada payudara ibu tampak
lebih parah, payudara lebih mengkilap dan berwarna merah,
benjolan terasa lunak karena berisi nanah (Dewy, 2013).
Penanganannya teknik menyusui yang benar kompres payudara
dengan air hangat dan air dingin secara bergantian, tetap menyusui
bayi, mulai menyusui pada payudara yang sehat, hentikan
menyusui pada payudara yang mengalami abses tetapi ASI tetapi
dikeluarkan, apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan
nanah, berikan antibiotika, rujuk apabila keadaan tidak membaik
(Dewy, 2013).
3) Puting susu lecet
110

Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi reetak dan pembentukan
celah-celah. Retakan pada putting susu bisa sembuh sendiri dalam
waktu 48 jam (Dewy, 2013).
Penyebabnya teknik meyusui tidak benar, puting susu terpapar
cairan saat ibu membersihkan puting susu, moniliasis pada mulut
bayi yang menular pada putting susu ibu, bayi dengan tali lidah
pendek, cara menghentikan menyusui yang kurang tepat (Dewy,
2013) Penatalaksanaannya cari penyebab susu lecet, bayi disusukan
lebih dahulu pada puting susu yang normal atau lecetnya sedikit,
tidak menggunakan sabun, krim atau alkohol untuk membersihkan
puting susu, menyusui lebih sering 8-12 kali dalam 24 jam, posisi
menyusui harus benar, bayi menyusui sampai ke kalang payudara,
keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan
kering, menggunakan bra yang menyangga, bila terasa sangat sakit,
boleh minum obat pengurang rasa sakit, jika penyebabnya monilia,
diberi pengobatan dengan tablet nystatin.

4) Saluran susu tersumbat (obstructed duct)


Penyebabnya air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran.
Hal ini terjadi sebagai akibat air susu jarang dikeluarkan, adanya
penekanan saluran air susu dari luar, pemakaian bra yang terlalu
ketat. Gejalanya padapayudara terlihat jelas dan lunak
padaperabaan (pada wanita kurus), payudara terasa nyeri dan
bengkak pada payudara yang tersumbat. Penanganannya payudara
dikompres dengan air hangat dan air dingin setelah bergantian.
Setelah itu bayi disusui, lakukan massase pada payudara untuk
mengurangi nyeri dan bengkak, menyusui bayi sesering mungkin,
bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat,
gunakan bra yang menyangga payudara, posisi menyusui diubah-
ubah untuk melancarkan aliran ASI (Dewy, 2013).
111

c. Hemoragia postpartum
Menurut(Dewy, 2013) perdarahan pervaginam yang melebihi 500
mililiter seteelah persalinan didefinisikan sebagai perdarahan pasca
persalinan. Menurut Widyasih, dkk (2008) perdarahan postpartum
adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus
genetalia setelah melahirkan.
Perdarahan pasca persalinan dapat dikatagorikan menjadi 2, yaitu
(Widyasih, dkk 200) 4:
a) Perdarahan postpartum primer adalah mencakup semua kejadian
dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebabnya adalah uterus atonik
(terjadi karena misalnya sisa plasenta atau selaput ketuban, trauma
genetalia, inversio uteri).
b) Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi antara 24 jam sampai
enam minggu masa post partum. Penyebab pelepasan jaringan mati
setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina, kandung
kemih, rektum), terbukanya luka pada uterus (setelah sc, rupture
uterus).

c) Subinvolusi uteri
Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi uterus tidak berjalan
sebagaimana mestinya sehingga proses pengecilannya terlambat.
Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa
plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri. Pada
palpasi uterus teraba masih besar, fundus masih tinggi, lochea banyak,
dapat berbau dan terjadi perdarahan (Ambarwati, 2014).
1) Flegmasia alba dolens
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena
vemoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya thrombosis atau
embolus yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan
pada pembuluh darah, atau karena pengaruh infeksi. (Dewy, 2013).
Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada penderita adalah (Dewy,
112

2013) suhu badan naik, nyeri kaki dan betis pada saat berjalan atau
ditekan (tanda Homan) dan bengkak.
2) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
Pada masa nifas dini sensifitas kandung kemih terhadap tegangan
air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan
serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung
kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi, haematom
dinding vagina (Ambarwati, 2010).
3) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Kelelahan setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan
sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.
Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat, susu atau
teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang (Dewy,
2013
4)Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan
dirinya sendiri. Penyebabnya adalah rasa takut yang dialami
kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal
masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan
setelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk
merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit, ketakutan
akan menjadi tidak menarik lagi. (Dewy, 2013).
113

BABIII

PERKEMBANGAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R.G3 P2A0 AH2 UK 40 MINGGU

JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA INTRA UTERIN

Kunjungan Kehamilan Pertama :

Tanggal 28 Januari 2022, jam : 16.00WITA

Identitas

Klien Suami

Nama : Ny. R.A Nama : Tn.M. A


114

Umur : 30 Tahun Umur : 32 Tahun

Agama :Protestan Agama : Protestan

Pendidikan : S.Pd Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan : Rp 1.000.000 Penghasilan : Rp1.500.000

Alamat : Fatukoa Alamat : Fatukoa

1. Data Subjektif

a. Keluhan utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

b. Riwayat haid

HPHT 1 Mei 2021, lamanya 4-5 hari, banyaknya 3-4 kali ganti

pembalut/hari, siklus 28 hari. Tafsiran persalinan tanggal 05 Februari

2022 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan melahirkan anak pertama pada tanggal 05 Februari

2022 di puskesmas Sikumana, jenis kelamin perempuan, BB 3200

gram, PB 49 cm keadaan bayinya sehat

c. Riwayat keluarga berencana


Ibu mengatakan pernah menggunakan KB Suntik 3 bulan, lamanya 6

tahun efek samping, haid tidak lancar, dan tidak teratur, alasan berhenti

ibu ingin mempunyai anak.

d. Riwayat penyakit yang sedang di derita


Ibu mengatakan tidak ada penyakit yang di derita, penyakit yang lalu

dan penyakit keluarga.

e. Riwayat dan kebiasaan sehari-hari


115

1) Pola makanan

Jenis makanan pokok : Nasi, jagung

Frekuensi makan : 3-5x/hari porsi sedang

Nafsu makan : Baik

Lauk-pauk : Sayur , tahu, tempe, ikan

Buah – buahan : Pisang, pepaya

Minum air : 8-12 gelas/hari

Keluhan : Tidak ada

2) Kebersihan diri

Mandi : 2x/hari
Sikat gigi : 2x/sehari
Keramas rambut : 2-3x/seminggu
Ganti pakaian dalam : Setiap kali habis mandi/bila basah
Ganti pakaian luar : Setiap kali habis mandi/bila basah
Perawatan payudara : Setiap kali mandi

3) Pola eliminasi

BAK

Frekuensi : 5-6x/hari

Warna : Jernih, kadang kuning

Bau : Khas amoniak

Keluhan : Tidak ada

BAB

Frekuensi : 1x/hari

Warna : Kuning
116

Bau : Khas Feses

Konsistensi : Lembek

Keluhan : Tidak ada

f. Kondisi psikososial

1) Respon ibu dan suami terhadap kehamilan yaitu ibu dan suami

serta keluarga sangat menginginkan kehamilan ini.

2) Dukungan dari keluarga yaitu keluarga mendukung ibu dengan

selalu menemani ibu memeriksakan kehamilannya.

3) Jenis kelamin yang diharapkan yaitu ibu serta suami

mengatakan laki-laki atau perempuan sama saja yang penting

lahir dengan selamat dan sehat.

4) Pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu suami dan istri.

g. Riwayat kehamilan sekarang

1) ANC

TM I : 1X di Puskesmas Sikumana

Keluhan : Mual,muntah.

Terapi : Antasida, B12, B6

TM II : 2X , di Puskesmas Penfui

Keluhan : Nyeri pada pinggang

Terapi : SF, Vitamin C, Kalk, B complex

TM III : 3X, di Puskesmas Penfui

Keluhan : Nyeri perut bagian bawah


117

Terapi : SF, Vit C,Kalk

2) Imunisasi TT didapatkan sebanyak 2 kali

3) Pergerakan janin dirassakan pertama kali yaitu pada usia

kehamilan 5 bulan (20 minggu)

4) Pergerakan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhir yaitu

sebanyak ± 10 kali.

h. P4K, terdiri dari :

1) Persiapan tempat persalinan yaitu ibu mengatakan ingin

melahirkan di fasilistas kesehatan yaitu Puskesma Sikumana.

2) Penolong persalinan yaitu bidan.

3) Biaya sudah disiapkan oleh suami dan anggota keluarga lainnya

dan asuransi BPJS.

4) Donor darah sudah disiapkan, yaitu suami dan 1 anggota keluarga.

5) Emergency dan rujukan keluarga bersedia merujuk ibu ke fasilitas

kesehatan yang memadai jika ada komplikasi.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Bentuk tubuh : Lordosis

4) Ekspresi wajah : Ceria

5) Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg Suhu :36,10C


118

Nadi : 82x/menit RR : 22x/menit

6) TB : 155 cm

7) BB sebelum hamil :51 kg BB saat hamil : 57 kg

8) Lila :25cm

b. TP : 05 Februari2022

c. Pemeriksaan Obstetrik

1) Palpasi

a) Leopold I : TFU pertengahan pusat px, teraba bulat,lunak

                     dan tidak melenting ( Bokong )

b) LeopoldII : Pada sisi kanan perut ibu teraba datar,

Memanjang dankeras seperti papan

(Punggung) dan pada sisi kiri perut ibu teraba

bagian terkecil janin

c) Leopold III :Dibagian terendah perut ibu teraba keras,bulat,

melenting (letak kepala)

d) Leopold IV : kepala sudah masuk PAP (Divergen).

e) Mc Donald : 31 – 12 x155 cm, TBJ 2945 gram

2) Auskultasi : DJJ : 140x/menit (+ teratur)

3) Perkusi : Refleks Patella ka/ki positif

4) Ekstremitas

Atas : Tidak ada oedema

Bawah : Tidak ada oedema dan varises

d. Pemeriksaan Penunjang
119

Tanggal: 22 Oktober 2021

Laboratorium :

1) Darah

a) HB : 10,9 gram%

b) Golongan darah : B

2) Urine

a) Reduksi : negatif

b) Protein : negatif

c) USG : Tidak dilakukan.

3. Analisa

Diagnosa Kebidanan

G3P2A0AH2UK 39-40 minggu Janin Tunggal Hidup presentasi kepala

Intra Uterin.

4. Penatalaksanaan

Tanggal : 28 Januari 2022 jam : 16 : 00 WITA

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu

baik : tanda tanda vital dalam batas normal yaitu TD : 110/80

mmHg, Nadi : 82x/menit, Suhu : 36,10C, RR : 22x/menit.Sudah

dilakukan dan ibu menerima hasil pemeriksaan.


120

b. Melakukan pemeriksaan obstetrik palpasi Leopold yaitu :

Leopold I : TFU pertengahan pusat px, teraba lunak, bulat

dan tidak melenting (Bokong).

Leopold II : Pada sisi kanan perut ibu teraba datar,

memanjang dan keras seperti papan

(punggung) dan pada sisi kiri perut ibu teraba

bagian ekstremitas.

Leopold III : Pada segmen bawah rahim teraba bulat, keras,

dan sudah tidak goyang (kepala).

Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP

(Divergen).

Mc Donald 31 cm, TBBJ 2945 gram.

c. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang

yaitu nasi, sayuran berwarna hijau, tahu, tempe, ikan, daging, telur,

buah-buahan dan kacang-kacangan : Ibu menerima anjuran untuk

mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yaitu nasi, sayuran

berwarna hijau, tahu, tempe, ikan, daging, telur, buah-buahan dan

kacang-kacangan.

d. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan asupan cairan yaitu

minum air putih 8-10 gelas/ hari; Ibu menerima anjuran yaitu

minum air putih 8-10 gelas/ hari; Ibu menerima anjuran yang di

berikan.
121

e. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu siang

hari tidur atau berbaring 1-2 jam, malam tidur 7-8 jam; Ibu

menerima tentang anjuran yang di berikan dan bersedia untuk

istirahat yang cukup yaitu siang hari tidur atau berbaring 1-2 jam,

malam tidur 7-8 jam

f. Memberitahu ibu pantangan selama hamil yaitu minuman

beralkohol, merokok, mengurangi kerja berat karena akan

mempengaruhi kesehatan ibu dan janin; Ibu mengerti dengan

penjelasan yang disampaikan dan bersedia umtuk selama hamil

tidak. Minuman beralkohol, merokok, mengurangi kerja berat

karena akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin

g. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan

trimester III yaitu perdarahan tiba-tiba dari jalan lahir, nyeri perut

yang hebat, tekanan darah tinggi, bengkak di wajah, tangan dan

kaki, sakit kepala yang hebat disertai penglihatan kabur, demam

tinggi, keputihan banyak dan berbau, pergerakan janin kurang

dirasakan, ketuban pecah sebelum waktunya. Memberitahu ibu

untuk segera menghubungi bidan dan memeriksakan diri jika

mengalami hal tersebut; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan

dan ibu dapat menyebut kembali beberapa tanda bahaya pada

trimester III yaitu perdarahan tiba-tiba dari jalan lahir, nyeri perut

yang hebat, tekanan darah tinggi, bengkak di wajah, tangan dan

kaki, sakit kepala yang hebat disertai penglihatan kabur, demam


122

tinggi, keputihan banyak dan berbau, pergerakan janin kurang

dirasakan, ketuban pecah sebelum waktunya. Memberitahu ibu

untuk segera menghubungi bidan dan memeriksakan diri jika

mengalami hal tersebut

h. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu nyeri

pada pinggang menjalar ke perut bagian bawah, serta keluar lendir

dan darah dari jalan lahir; Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan dan ibu bisa menyebut kembali

i. Mengingatkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang

sesuai jadwal dari puskesmas; Ibu mengerti dan akan melakukan

kunjungan ulang sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan dari

puskesmas.

Kunjungan Kehamilan Kedua

Tanggal : 03 Februari 2022 Jam 10: 00.WITA

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum : Baik


123

2) Kesadaran : Composmentis

3) Bentuk tubuh : Lordosis

4) Ekspresi wajah : Ceria

5) Berat badan : 57 kg

6) Tanda-tanda vital

Suhu : 36,5 °C RR : 20x/menit

TD : 110/80 mmHg Nadi : 80x/menit

b. Pemeriksaan Obstetri

Leopold I: TFU pertengahan pusat px, teraba bulat, lunak, tidak

melenting (Bokong),

Leopold II: Pada sisi kanan perut ibu teraba datar, memanjang, dan

keras seperti papan (Punggung) dan pada sisi kanan perut ibu teraba

bagian terkecil janin,

Leopold III: Pada segmen bawah rahim teraba bulat, keras, dan

sudah tidak goyang   (Kepala).

Leopold IV: Kepala sudah masuk PAP (Divergen),

Mc Donald 31-12x155 cm, TBBJ 2945 Gram. DJJ 130x/menit,

teratur, punctum maksimum satu tempat di sebelah kiri di samping

pusat.Pada vulva tidak ada oedema, tidak ada varices, tidak ada

kondiloma, tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak ada haemoroid.

3. Analisa

Diagnosa Kebidanan
124

G3P2A0 Ah2 UK 39-40 Minggu Janin Tunggal, Hidup, Presentasi

Kepala, Intra uterin.

4. Penatalaksanaan

Tanggal : 03 Februari 2022 Jam : 10.00 WITA.

a) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa TTV

dalam batas normal yaitu TD:110/80 mmHg, Nadi:80x/ menit,

Suhu:36,50C,  Pernapasan:20x/menit,  DJJ (+) teratur  frekuensi 13

0x/menit. ibu menerima hasil pemeriksaan dan merasa senang

dengan hasil pemeriksaan

b) Menganjurkanibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang

yaitu nasi, sayuran berwarna hijau, tahu, tempe, ikan, daging, telur,

buah-buahan dan kacang-kacangan, serta mengingatkan ibu untuk

rutin mengkonsumsi obat yang diberikan;Ibu mengerti dan bersedia

melakukan yaitu; mengkonsumsi makanan yang bergizi

seimbangyaitu nasi, sayuran berwarna hijau, tahu, tempe, ikan,

daging, telur, buah-buahan dan kacang-kacangan, serta

mengingatkan ibu untuk rutin mengkonsumsi obat yang diberikan

c) Menganjurkan kembali kepada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu

siang hari tidur atau berbaring 1-2 jam, malam tidur paling sedikit

6-7 jam; Ibu menerima anjuran yang diberikan yaitu istrahat yang

cukup yaitu siang hari tidur atau berbaring 1-2 jam, malam tidur

paling sedikit 6-7 jam


125

d) Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya

yaitu mencuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah BAB dan

BAK, menyikat gigi secara benar dan teratur yaitu 2x/hari,

merawat payudara, keramas rambut 2-3 kali/ minggu, ganti pakaian

dalam 2-3 kali/ hari atau jika basah; Ibu mengerti dan dapat

menyebutkan kembali tentang cara menjaga kebersihan yaitu

menjaga kebersihan dirinya yaitu mencuci tangan sebelum dan

setelah makan, setelah BAB dan BAK, menyikat gigi secara benar

dan teratur yaitu 2x/hari, merawat payudara, keramas rambut 2-3

kali/ minggu, ganti pakaian dalam 2-3 kali/ hari atau jika basah

e) Menjelaskan kepada ibu pantangan selama hamil yaitu minuman

beralkohol, merokok, mengurangi kerja berat. Ibu mengerti dan

dapat menyebutkan kembali tentang pantangan selama hamil yaitu

minuman beralkohol, merokok, mengurangi kerja berat.

f) Menjelaskan kembali kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya

kehamilan trimester III yaitu perdarahan tiba-tiba dari jalan lahir,

nyeri perut yang hebat, tekanan darah tinggi, bengkak di wajah,

tangan dan kaki, sakit kepala yang hebat disertai penglihatan kabur,

demam tinggi, keputihan banyak dan berbau, pergerakan janin

kurang dirasakan, ketuban keluar sebelum waktunya;

Mengingatkan kepada ibu untuk segera menghubungi bidan dan

memeriksakan diri jika mengalami hal tersebut. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan dan ibu dapat menyebutkan


126

kembali beberapa tanda bahaya pada trimester III yaitu perdarahan

tiba-tiba dari jalan lahir, nyeri perut yang hebat, tekanan darah

tinggi, bengkak di wajah, tangan dan kaki, sakit kepala yang hebat

disertai penglihatan kabur, demam tinggi, keputihan banyak dan

berbau, pergerakan janin kurang dirasakan, ketuban keluar sebelum

waktunya;

g) Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu nyeri

pada pinggang menjalar ke perut bagian bawah, serta keluar lendir

dan darah dari jalan lahir; Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan dan ibu bisa menyebut kembali tanda-tanda persalinan

yaitu nyeri pada pinggang menjalar ke perut bagian bawah, serta

keluar lendir dan darah dari jalan lahir

h) Mengingatkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang

sesuai jadwal dari Puskesmas; Ibu mengerti dan akan melakukan

kunjungan ulang sesuai dengan jadwal yg sudah ditetapkan dari

Puskesmas

B. ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R, G3P2 A0 AH2 UK 40 MINGGU

JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA INTRA UTERIN

1. Kala I Persalinan, Tanggal 05 Februari 2022 jam:17.10 WITA

a. Subjektif
127

Ibu mengatakan hamil anak ke-tiga, ibu merasa nyeri pada

pinggang menjalar ke perut bagian bawah, keluar lendir bercampur

darah dari jalan lahir sejak 5 Februari pukul 19.10 WITA.

b. Objektif

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Ekspresi wajah : Merintih kesakitan

4) Tanda-tanda vital

Suhu : 36°C RR : 22x/menit

Nadi : 88x/menit TD : 120/80 mmHg

5) BB, sebelum hamil : 51 kg Saat hamil : 57 kg

6) Pemeriksaan Fisik Obstetrik

a) Inspeksi

Mata: Konjungtiva merah muda, sclera putih.

Dada: Payudara simetris tidak ada

benjolan,pengeluaran ASI (+),

terdapat hyperpigmentasi pada areola mamae.

Abdomen: Membesar sesuai usia kehamilan, ada linea nigra,

tidak ada luka bekas operasi.

Ekstermitas: Atas: tidak oedema, tidak pucat pada telapak

tangan dan ujung kuku.

Bawah: tidak oedema, varises, tidak pucat pada

telapak kaki dan ujung kuku.


128

b) Palpasi

(1) Leopold I : 3 jari di bawah px, pada bagian fundus

teraba lunak, bulat dan tidak melenting (bokong).

(2) Leopold II : Pada sisi perutkanan ibuteraba datar,

memanjang dan keras seperti papan  (punggung janin)

dan pada sisi perut  kiri ibu teraba bagian terkecil

janin (ekstrimitas).

(3)Leopold III :Bagian terendah teraba bulat, keras dan

melenting (kepala).

(4) Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (Divergen).

(5) Mc Donald: 31 cm

(6) TBBJ : 2945 gram

c) Auskultasi

DJJ terdengar jelas dan teratur pada sisi kanan bawah perut

ibu dengan frekuensi 140x/menit.


129

Kontraksi uterus 5 kali dalam 10 menit dengan durasi 40-45

detik.

7) Hasil pemeriksaan dalam (VT)

Tanggal : 5 Februari 2022, jam : 19.10 WITA

a) Vulva / vagina:tidak oedema, tidak ada kelainan, keluar

cairan lendir bercampur darah

b) Portio tipis lunak

c) Pembukaan 9 cm

d) Kantong ketuban utuh (+)

e) Presentasi kepala

f) Ubun-ubun kecil kanan depan.

g) Penurunan kepala Hodge III-IV

c. Analisa

G3 P2 A0 AH2 UK 40minggu, Janin Tunggal Hidup Intra Uterin

Presentasi Kepala dengan Inpartu kala I fase aktif

d. Penatalaksanaan

Tanggal : 05 Februari jam : 19.10WITA

1) Menganjurkan kepada ibu untuk tidur miring kiri dengan kaki

kiri diluruskan dan kaki kanan di tekuk untuk melancarkan

aliran oksigen dari Ibu ke janin; Ibu menerima anjuran yang

diberikan dan Ibu tidur dengan posisi miring ke kiri.

2) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum apabila ibu tidak

merasakan sakit agar ibu mempunyai tenaga dan tidak mudah


130

kelelahan pada saat proses persalinan; Ibu mengerti dan

menerima anjuran yang diberikan serta akan makan dan

minum apabila Ibu haus dan lapar.

3) Memberikan dukungan moral dan mental pada ibu dengan cara

mendengarkan setiap keluhan ibu, memotivasi ibu agar ibu

bersemangat dalam menghadapi proses persalinan; Ibu

menerima dukungan yang diberikan dan ibu tampak siap

menghadapi proses persalinan.

4) Mengajarkan kepada ibu cara relaksasi yaitu dengan cara

menarik nafas dalam lewat hidung dan keluarkan lewat mulut

saat ada kontraksi; Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan dan ibu dapat melakukanya saat ada kontraksi.

5) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat

proses persalinan meliputi:

a) Saff I :

(1) Partus set steril berisi:½ kohor 1 buah, penjepit tali

pusat

2 buah,gunting tali pusat, klem tali pusat, kassa.

(2) Pita cm dan oxytocin 4 ampul.

(3) Spuit 3 ml dan 5 ml 2 buah.

(4) Obat-obatan dalam tempat.

(5) Klorin dan air DTT

b) Saff II.
131

(1) Heating set berisi pinset anatomi 1 buah, pinset sirurgis

1 buah,gunting benang 1 buah,DVT steril, jarum obat 1

buah, sarung tangan, kassa secukupnya.

(2) Benang dalam tempatnya.

(3) Lidocain 2% 2 ampul.

(4) Tempat plasenta di lapisi plastic warna hitam.

(5) Tensi meter dan stetoskop, nierbeken.

c) Saff III.

(1) Keranjang berisi kain ibu: handuk,alas perut ibu guna

meletakkan bayi, kain sokong perenium, kain untuk

ganti handuk, waslap untuk dekontaminasi, celana

dalam pasang pembalut, kain panjang, pakian bayi topi,

baju, kaos tangan dan kaki.

(2) APD celemek, topi spatu boot, kacamata, dan masker.

(3) Perlengkapan di bawah tempat tidur ibu: ember berisi

air klorin 0,5% dan tempat untuk dekontaminasi alat-

alat bekas pakai dan sarung tangan, air DTT untuk

membersihkan ibu, tempat plasenta, tempat pakian

kotor, tempat sampah medis, Semua alat sudah tersedia

dan siap pakai.

6) Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi DJJ, TTV ibu,

kontraksi, pemeriksaan dalam (VT) 23:10 WITA : VT: v/v: tidak


132

ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 10 cm, penurunan

kepala pada hodge III-IV, DJJ 140x/menit, kantong ketuban (+),

tidak ada penyusupan, TTV (TD:120/80 mmHg, N:88x/menit,

S:36,5 ºc, RR:22x/menit). His 5 kali dalam 10 menit dengan

durasi 40-45 detik.

2. Kala II Persalinan, tanggal: 5 Februari 2022, jam:23.10WITA

a. Data Subjektif

1) Ibu merasa nyeri perut bertambah dan semakin kuat.

2) Ibu merasakan dorongan yang kuat untuk meneran saat timbul

kontraksi.

3) Ibu merasa ingin BAB.

b. Objektif

Ibu nampak kesakitan, keadaan umum baik, kesadaran

composmentis.

1) Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg. Suhu : 37°c .

Nadi : 80x/menit. RR : 20x/menit

2) Kontraksi uterus 5kali dalam 10 menit, durasi 40-45 detik.

3) DJJ 140x/menit.

4) Hasil pemeriksaan dalam (VT) pukul 23.10 WITA yaitu :

a) Vulva/vagina tidak oedema, tidak ada kelainan, keluar

cairan lendir bercampur darah

b) Portio tidak teraba.


133

c) Pembukaan lengkap (10 cm).

d) Ketuban pecah (+).

e) Presentasi kepala.

f) Ubun-ubun kecil kanan depan.

g) Penurunan kepala Hodge IV

c. Analisa

G3 P2 A0 AH2 UK 40 dengan Kala II Fase aktif Janin Tunggal,

Hidup, Presentasi Kepala.

d. Penatalaksanaan

1) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obat esensial siap

digunakan untuk menolong persalinan;Alat dan bahan sudah

lengkap.

2) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan

;Sudah memakai celemek.

3) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,

cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir,

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk

bersih ;Sudah melepaskan perhiasan dan sudah mencuci

tangan.

4) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan di gunakan

untuk pemeriksaan dalam ;Sudah dilakukan.

5) Mengambil spuit 3 cc dan mengisap oxitosin 10 IU kemudian

masukan kedalam partus set ( gunakan tangan yang memakai


134

sarung tangan DTT/steril dan pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik) ;Sudah dilakukan.

6) Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan hati-

hati dari depan kebelakang menggunakan kassa yang telah di

basahi air DT ;Sudah dilakukan.

7) Melakukan pemeriksaan dalam. Pembukaan lengkap (10 cm) ;

Sudah dilakukan.

8) Periksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk

memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160

kali/rmenit), Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak

normal, Mendokumentasi hasil-hasil periksa dalam, DJJ,

semua temuan dan asuhan yang di berikan dalam

partograf ;Sudah dilakukan dan DJJ dalam batas normal yaitu

140x/menit.

9) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang

nyaman yang sesuai keinginan ibu, Sudah memberitahukan

dan ibu sudah menemukan posisi yang nyaman yaitu posisi

litotomi.

10) Membimbing ibu untuk meneran di saat ibu ingin meneran.,

Sudah melakukan bimbingan meneran pada ibu.

11) Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi yang aman jika ibu

belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk


135

meneran pada puncak-puncak kontraksi tersebut dan

beristirahat di saat tidak ada kontraksi ;Sudah dilakukan.

12) Jika kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi, Sudah dilakukan.

13) Meletakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian, dibawah

bokong ibu ;Sudah meletakkan kain bersih di bawah bokong

ibu.

14) Membuka partus set dan periksa kembali kelengkapan alat dan

bahan ;Sudah di lakukan peralatan lengkap dan siap pakai.

15) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk

menolong kelahiran bayi ;Sudah memakai sarung tangan DTT

pada kedua tangan.

16) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perenium dengan satu tangan yang di lapisi kain yang

dilipat 1/3, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan

lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada

kepala bayi, membiarkan kepala bayi keluar perlahan-lahan,

menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas

cepat dan dangkal saat kepala lahir. Dengan lembut menyeka

muka, mulutdan hidung bayi dengan kain atau kassa yang

bersih, Sudah dilakukan.


136

17) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika ada lilitan tali pusatdan kemudian meneruskan

segera proses kelahiran bayi ;Sudah dilakukan dan tidak ada

lilitan tali pusat.

18) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan; Kepala sudah melakukan putaran paksi luar.

19) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Muncul dibawah

arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas

dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior; Sudah di

lakukan.

20) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

dari kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perenium,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perenium, gunakan lengan bagian bawah untuk menyanggah

tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior

(bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior

bayi saat keduanya lahir ; Sudah dilakukan dan bahu bayi

sudah lahir.

21) Menelusurkantangan yang ada di atas (anterior) dan punggung

kearah kaki bayi untuk menyanggah saat punggung dan kaki


137

lahir, memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati

membantu kelahiran bayi ;Sudah dilakukan.

Pukul 23.30 WITA, bayi lahir spontan, bayi menangis kuat,

warna kulit kemerahan,tonus otot kuat, pergerakan aktif. Jenis

kelamin prempuan.

22) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik)

a) Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa kesulitan?

b) Apakah bayi bergerak aktif sudah melakukan penilaian

yaitu bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan,tonus

otot kuat,pergerakan aktif.

23) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, bagian

tubuh lainya tanpa membersihkan verniks, ganti handuk basah

dengan kain yang kering pastikan bayi dalam posisi dan

kondisi aman di atas perut bawah ibu, Sudah dilakukan dan

bayi dalam keadaan nyaman.

24) Melakukanpenjepitan tali pusat dengan klem kira-kira 2-3 cm

dari pusat bayi gunakan telunjuk dan jari tengah, tangan yang

lainuntuk mendorong isi tali pusat kearah ibu dan klem tali

pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama, Sudah

dilakukan dan sudah menjepit tali pusat.

25) Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat ;Sudah

melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.


138

26) Meletakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu

dan bayi, luruskan dada bayi sehingga dada bayi menempel di

dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara

ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau areola

mamae ibu. Selimuti bayi dan ibu dengan kain yang kering dan

hangat, pasang topi di kepala bayi, biarkan bayi melakukan

kontak kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. Sebagian besar

bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 30 – 60 menit.

Menyusui untuk pertama kali akan berlangsung selama 10 – 15

menit bayi cukup menyusui satu payudara, Biarkan bayi berada

di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil

menyusui ;Sudah dilakukan dan bayi sudah dilakukan IMD.

3. Kala III Persalinan, tanggal: 06 Februari 2022, jam: 23.45WITA

a. Subjektif

1) Ibu mengatakan bahwa ibu merasa senang dengan kelahiran

bayinya.

2) Ibu mengatakan perutnya terasa mules.

b. Objektif

1) Kontraksi uterus baik, uterus teraba keras dan bundar.

2) Tali pusat bertambah panjang, keluar darah secara tiba-tiba

dari jalan lahir.

3) Tinggi fundus uteri setinggi pusat.


139

c. Analisa

P3A0AH3 dengan kala III.

d. Penatalaksanaan

1) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan bahwa hanya ada

satu bayi yang lahir (hamil tunggal) ;Sudah di lakukan dan bayi

tunggal.

2) Memberitahu ibu bahwa ia akan di lakukan suntikan oksitosin agar

uterus berkontraksi dengan baik, Sudah memberitahukan ibu.

3) Melakukan penyuntikkan oksitosin 10 unit (IM) di 1/3 distal lateral

paha (lakukan aspirasi sebelum suntik oksitosin) setelah 2 menit

bayi lahir ;Sudah dilakukan.

4) Memindahkan klem tali pusat jarak 5–10 cm dari vulva; Sudah

dilakukan.

5) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas

symphisis) untuk mendeteksi kontraksi, tangan lain memegang

klem untuk meregangkan tali pusat ;Sudah dilakukan.

6) Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas

(Dorsol kranial) secara hati-hati (untuk mencegah invorsia uteri)

jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikut dan ulangi kembali

proses. Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami,

keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu; Sudah dilakukan.


140

7) Melakukan penekanan bagian bawah dinding didepan uterus kearah

dorsal dan diikuti pergeseran tali pusat kearah distal maka

lanjutkan kearah kronial hingga plasenta dapat di lakukan ;Sudah

dilakukan.

8) Menganjurkan ibu untuk sedikit meneran tapi tali pusat hanya

ditegangkan (jangan ditarik secara kuat terutama jika tidak ada

kontraksi); Sudah dilakukan.

9) Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5–10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta ; Sudah dilakukan.

10) Membantu melahirkan plasenta Saat plasenta muncul di introutus

vagina, menerima plasenta dengan kedua tangan pegang dan putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian membantu

melahirkan plasenta seluruhnya;Sudah dilakukan.

Plasenta lahir lengkap tanggal 5 Februari 2022 jam 23.45 WITA

dan sudah ditempatkan pada wadah plasenta.

4. Kala IV Persalinan, Tanggal: 06 Februari 2022, jam: 24.00 WITA

a. Subjektif

1) Ibu merasa senang telah melahirkan bayi dan plasentanya.

2) Ibu merasa lelah dan ingin istrahat

b. Objektif

1) Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap pukul 10.40 WITA.

2) Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD:

110/70mmHg, N: 82x/menit, RR: 20x/Menit, S:37⁰C.


141

3) TFU setinggi pusat.

4) Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar.

5) Perdarahan±100 cc.

c. Analisa

P3A0AH3 dengan kala IV.

d. Penatalaksanaan

1) Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-tetal) pastikan telah

dilahirkan lengkap masukan plasenta kedalam kantong plastik,

atau tempat khusus; Sudah dilakukan dan plasenta lahir

lengkap.

2) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perenium, lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 dan

2: Ada laserasi derajat II dan sudah dilakukan penjahitan.

3) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam ;Sudah dilakukan dan uterus

berkontraksi dengan baik.

4) Memastikan kandung kemih kosong ;Sudah di lakukan dan

kandung kemih kosong.

5) Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kedalam klorin 0,5% bersihkan darah dan cairan tubuh dan

bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian

keringkan dengan handuk bersih ;Sudah dilakukan.


142

6) Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi ;Sudah dilakukan.

7) Memeriksa TTV dan pastikan keadaan umum ibu baik; Sudah

dilakukan.

8) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah; Sudah di

lakukan, perdarahan ±50 cc.

9) Memantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernapas dengan

baik (40–60x/menit). Jika bayi sulit bernapas atau merintih,

retraksi diresusitasi dan segera rujuk kerumah sakit. Jika bayi

napas telalu cepat atau sesak napas segera rujuk kerumah sakit.

Jika kaki teraba dingin pastikan ruangan hangat ibu dan bayi

dalam satu selimut; Sudah dilakukan.

10) Setelah 1jam IMD melakukan pengukuran antropometri pada

bayi yaitu BB: 3200 gram, PB: 52 cm, LK: 35 cm, LD: 34 cm,

LP: 33cm dan memberikan salep mata dan suntik Vit K 1 ml di

paha kiri bayidan HB0 0.5 ml di paha kanan bayi, Sudah

dilakukan.

11) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi 10 menit cuci dan bilas

peralatan

setelah didekontaminasi ;Sudah di lakukan .

12) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat

sampah yang sesuai ;Sudah dilakukan.


143

13) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT, bersihkan cairan ketuban, lendir, darah

diranjang atau disekitar ibu berbaring bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering ;Sudah dilakukan.

14) Memastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI

kepada bayinya, anjurkan ibu atau keluarga untuk memberi

makan dan minum yang diinginkan ibu ;Sudah dilakukan.

15) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin

0,5%; Sudah dilakukan.

16) Mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam

keadaan terbalik dan rendam selama 10 menit ;Sudah

dilakukan.

17) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk yang

bersih dan kering; Sudah dilakukan.

18) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit ;Sudah

dilakukan.

19) Mencuci kedua tangan dengan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk bersih dan kering ;Sudah

dilakukan.

20) Melengkapi partograf ;Sudah dilakukan.


144

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

1. BBL 1 jam 00.30

Tanggal :05 Februari 2022 Jam : 01.30 WITA

a. Subjektif

1) Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi Ny.R

Jenis Kelamin : Prempuan

Tanggal Lahir : 05 Februari 2022

Jam : 23.30 WITA

Anak ke : III (Tiga)

2) Riwayat Antenatal

Ibu mengatakan selama hamil ibu melakukan pemeriksaan

kehamilan di Puskesmas sikumana sebanyak 7 kali.

3) Riwayat Intranatal

Lahir tanggal 05 Februari 2022 pukul 23.30 WITA. Usia

kehamilan cukup bulan (40 minggu), melahirkan secara spontan

pervaginam

Lamanya persalinan :
145

a) Kala 1 : 1,5 jam

b) Kala II : 30 menit

c) Kala III : 10 menit

d) Kala IV : Sampai 2 jam postpartum

e) Keadaan saat lahir : Bayi lahir hidup, langsung menangis,

bernapas spontan, tonus otot baik, kulit kemerahan

f) Tempat dan penolong persalinan : Persalinan ditolong oleh

bidan di Puskesmas Sikumana.

b. Data objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composimentis

c) Tanda-tanda vital

Suhu : 370C RR : 45x/menit


BB : 3.200 gram HR : 140x/menit
2) Pemeriksaan Antropometri

PB : 52 cm LD : 34 cm

LK : 35 cm LP : 33 cm

3) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : Tidak ada caput succedaneum, chepal

hematom dan tidak ada hydrosephalus.

b) Mata : Simetris, tidak ada tanda infeksi

c) Hidung : Tidak ada cuping hidung

d) Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis


146

e) Dada : Tidak ada tarikan dada

f) Abdomen : Tidak kembung, tali pusat masih basah,

tidakberdarah, tidak berbau, tidak ada

tanda-tanda infeksi.

g) Genetalia : Labiamayora dan labiaminor ada

lubang uretra

h) Ekstremitas atas dan bawah, Simetris,tidak terdapat adaktil,

polidaktil atau sindaktil, jari-jari lengkap, ekstremitas tidak

kebiruan, tidak ada ikterus.

i) Refleks

Morro : (+) Bayi Ubah posisi dengan

tiba-tiba/terkejut

Rotting : (+) Menoleh bila ada sentuhan pipi

Sucking :(+) Apabilah Telapak tangan disentuh, bayi

langsung menggenggam.

Swallowing : (+) Bayi dapat mengisap ASI dengan kuat

Babynski : (+) Refleks kaki menendang

Tonic neck : (+) Kepala bisa mengadah

4) Eliminasi

BAB

Frekuensi : 1x

Warna : Coklat kehitaman

Belum BAK
147

c. Analisa masalah/ Diagnosa kebidanan

Bayi Baru Lahir Normalumur 1 jam.

d. Penatalaksanaan

1) Mengimformasikan hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum baik,

suhu:370C, RR:45x/menit, HR:140x/menit, BB: 3200 gram;

Pemeriksaan sudah dilakukan dan ibu sudah mengetahui keadaan

bayinya.

2) Memberikan salep mata Chloramphenicol-1%, suntikan vit- K dan

suntikan HB0 setelah 1 jam penyuntikan vit- K.

Salep mata dan vit- K telah di berikan dan tunggu 1 jam lagi untuk

pemberian HB0.

3) Menjelaskan pada ibu cara merawat tali pusat bayinya itu tidak

menaruh apapun pada tali pusat dan jangan biarkan tali pusat

basah. Jika basah, keringkan dengan kain bersih dan biarkan

terbuka agar tali pusat cepat mengering; Ibu sudah mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan mau merawat tal pusat bayinya.

4) Menganjurkan ibu untuk memberiksn ASI pertama yang keluar

berwarna kuning (colostrums) yangada pada hari ke 1-3 setelah

bayi lahir karena mengandung zat kekebalan tubuh untuk

mencegah terjadinya penyakit;Ibu sudah mengerti dan bersedia

untuk memberikan ASI pertama pada bayinya.


148

5) Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya yaitu setiap 2

jam sekali atau setiap kali bayi mau; Ibu menerima anjuran yg

diberikan dan akan sering menyusui bayinya

6) Mengajarkan ibu untuk menyendawakan bayinya setelah diberi

ASI yaitu dengan cara tepuk pelan punggung bayi hingga bayi

mengeluarkan sendawa;Sudah dilakukan dan ibu langsung

mempraktikkannya.

7) Menjelaskan tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti bayi malas

atau tidak mau menyusu, panas tinggi, icterus (kuning), kulit

kebiruan, bernafas megap-megap, tali pusat berdarah, bernanah,

bau dan kemerahan serta kejang; Ibu mengerti dan dapat

menyebutkan kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir.

2. KN I Tanggal: 06 Februari 2022, jam: 01.30 WITA

a. Subjektif

1) Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi Ny. R

Jenis Kelamin :Perempuan

Tanggal Lahir : 05 Februari 2022

Jam : 23.30 WITA

Anak ke : III (Tiga)

2) Riwayat Antenatal
149

Ibu mengatakan selama hamil ibu melakukan pemeriksaan

kehamilan di Puskesmas Sikumana sebanyak 7 kali.

3) Riwayat Intranatal

Lahir tanggal 05 Februari 2022 pukul 23.30 WITA. Usia

kehamilan cukup bulan (40 minggu1 hari), melahirkan secara

spontan pervaginam.

Lamanya persalinan:

a) Kala 1 : 3jam

b) Kala II : 30 menit

c) Kala III : 10 menit

d) Kala IV : Sampai 2 jam postpartum

e) Keadaan saat lahir : Bayi lahir hidup, langsung menangis,

bernapas spontan, tonus otot baik, kulit kemerahan.

f) Tempat dan penolong persalinan : Persalinan ditolong oleh

bidan di Puskesmas Sikumana

b. Data objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composimentis

c) Tanda-tanda vital

Suhu : 36,50C RR : 40x/menit


150

BB : 3.200 gram HR : 136x/menit

2) Pemeriksaan Antropometri

PB : 52 cm LD : 34 cm

LK : 35 cm LP : 33 cm

3) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : Tidakada caput succedaneum, chepal

hematom

b) Mata : Simetris, tidak ada tanda infeksi

c) Hidung : Tidak ada cuping hidung

d) Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis

e) Dada : Tidak ada tarikan dada

f) Abdomen : Tidak kembung, tali pusat

masih basah, tidak berdarah, tidak berbau,

tidak ada tanda-tanda

infeksi.

g) Ekstremitas atas dan bawah :Simetris, tidak terdapat adaktil,

polidaktil atau sindaktil, jari-jari lengkap,

ekstremitas tidak kebiruan, tidak ada

ikterus.

h) Refleks

Morro : (+) Ubah posisi dengan tiba-tiba/terkejut

Rotting : (+) Menoleh bila ada sentuhan pipi

Sucking : (+) Telapak tangan disentuh, bayi langsung


151

menggenggam

Swallowing : (+) Isapan ASI kuat

Babynski : (+) Refleks kaki menendang

Tonic neck : (+) Kepala bisa mengadah

4) Eliminasi

BAB : Frekuensi : 1x

Warna : Coklat kehitaman

BAK : Frekuensi : 2x

Warna : Jernih

c. Analisa masalah/Diagnosa kebidanan

Neunatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Umur 1 jam.

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan kepada ibu bahwa akan di lakukan pemeriksaan

pada bayinya;Ibu bersedia untuk di lakukan pemeriksaan pada

bayinya.

2) Menjelaskan kembali pada ibu cara merawat tali pusat bayinya itu

tidak menaruh apapun pada tali pusat dan jangan biarkan tali pusat

basah. Jika basah, keringkan dengan kain bersih dan biarkan terbuka

agar tali pusat cepat mengering; Ibu sudah mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan mau merawat tali pusat bayinya.


152

3) Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya yaitu setiap 2 jam

sekali atau setiap kali bayi mau; Ibu menerima anjuran yg diberikan

dan akan sering menyusui bayinya.

4) Memastikan pada ibu bahwa bayinya mendapatkan ASI cukup tanpa

diberikan pendamping ASI seperti air putih, madu, teh, sari buah

atau susu formula; Ibu mengerti dengan penjelasan yang

disampaikan dan akan selalu memberikan bayinya ASI saja.

5) Menganjurkan ibu menjaga kehangatan bayi dengan cara, jangan

membiarkan bayi bersentuhan langsung dengan benda dingin

misalnya lantai atau tangan yang dingin. Jangan letakkan bayi dekat

jendela atau kipas angin. Segera keringkan bayi saat mandi atau saat

bayi basah untuk mengurangi penguapan dan menjaga lingkungan

sekitar bayi hangat; Ibu mengerti dengan penjelasan dan ibu bisa

menjelaskan kembali penjelasan yang di berikan.

6) Menjelaskan kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti

bayi malas atau tidak mau menyusu, panas tinggi, icterus

(kuning), kulit kebiruan,bernafas megap-megap, tali pusat berdarah,

bernanah, bau dan kemerahan serta kejang; Ibu mengerti dan

dapat menyebutkan kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir.

3. KN II Tanggal: 10 Februari 2022, jam: 15.00 WITA

a. Subjektif
153

Ibu mengatakan telah melahirkan anak yang yang ke-tiganya pada

tanggal 05 Februari 2022, pukul 23:.30 WITA, jenis kelamin

prempuan. Usia kehamilan cukup bulan (40 minggu), melahirkan

secara normal.

b. Data objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composimentis

c) Tanda-tanda vital

Suhu: 370C RR: 46x/menit

BB : 3200 gram HR: 120x/menit

PB : 52 cm

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : Tidak adacaputsuccedaneum, chepal

hematom

b) Mata : Simetris, tidak ada tanda infeksi

c) Hidung : Tidak ada cuping hidung

d) Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis

e) Dada : Tidak ada tarikan dada

f) Abdomen : Tidak kembung, tali pusat masih basah,

tidak berdarah, tidak berbau, tidak ada

tanda-tanda infeksi.
154

g) Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak terdapat

adaktil,

polidaktil atau sindaktil, ekstremitas tidak

kebiruan, tidak ada ikterus.

h) Refleks

Morro : (+) Ubah posisi dengan tiba-tiba/terkejut

Rotting : (+) Menoleh bila ada sentuhan pipi

Sucking : (+) Telapak tangan disentuh, bayi langsung

menggenggam

Swallowing : (+) Isapan ASI kuat

Babynski : (+) Refleks kaki menendang

Tonic neck : (+) Kepala bisa mengadah

3) Eliminasi

BAB : Frekuensi : 3-4x/hari

Warna : Kuning

Konsistensi : Cair

BAK : Frekuensi : 6-7x/hari

Warna : Jernih

c. Analisa masalah/Diagnosa kebidanan

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Umur 5 hari

d. Penatalaksanaan
155

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum baik,

suhu:36,50C, RR:46x/menit, HR:120x/menit; Pemeriksaan

sudah dilakukan dan ibu sudah mengetahui keadaan bayinya.

2) Menjelaskan kembali pada ibu cara merawat tali pusat bayi yaitu

tidak menaruh apapun pada tali pusat dan jangan biarkan tali

pusat basah. Jika basah, keringkan dengan kain bersih dan

biarkan terbuka agar tali pusat cepat mengering; Ibu sudah

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau merawat

tal pusat bayinya.

3) Menganjurkan kembali pada ibu untuk sering menyusui bayinya

yaitu setiap 2 jam sekali atau setiap kali bayi mau; Ibu menerima

anjuran yg diberikan dan akan sering menyusui bayinya.

4) Memastikan pada ibu bahwa bayinya mendapatkan ASI cukup

tanpa diberikan pendamping ASI seperti air putih, madu, teh,

sari buah atau susu formula; Ibu mengerti dengan penjelasan

yang disampaikan dan akan selalu memberikan bayinya ASI

saja.

5) Menganjurkan ibu menjaga kehangatan bayi dengan cara,

jangan membiarkan bayi bersentuhan langsung dengan benda

dingin misalnya lantai atau tangan yang dingin. Jangan letakkan

bayi dekat jendela atau kipas angin. Segera keringkan bayi saat

mandi atau saat bayi basah untuk mengurangi penguapan dan

menjagalingkungan sekitar bayi hangat; Ibu mengerti dengan


156

penjelasan dan ibu bisa menjelaskan kembali penjelasan yang di

berikan.

6) Menjelaskan kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti

bayi malas atau tidak mau menyusu, panas tinggi, icterus

(kuning), kulit kebiruan, bernafas megap-megap, tali pusat

berdarah, bernanah, bau dan kemerahan serta kejang; Ibu

mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda bahaya pada

bayi baru lahir.

7) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke puskesmas atau

posyandu untuk mendapatkan imunisasi BCG dan Polio 1 yang

akan melindungi bayi ibu dari penyakit TBC dan lumpuh, Ibu

menerima anjuran yang diberikan dan akan segera membawa

bayinya ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan

imunisasi.

4. KN III Tanggal: 25 Februari 2022 jam:10.30 WITA

a. Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke-tiganya pada tanggal 05

Februari 2022 pukul 23.30 WITA, jenis kelamin prempuan. Usia

kehamilan cukup bulan (40 minggu), melahirkan secara normal.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik


157

b) Kesadaran : Composimentis

c) Tanda-tanda vital

Suhu : 370C RR : 46x/menit

BB : 3800 gram HR : 132x/menit

PB : 524cm

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : Tidak ada caput succedaneum, chepal

hematom

b) Mata : Simetris, tidak ada tanda infeksi

c) Hidung : Tidak ada cuping hidung

d) Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis

e) Dada : Tidak ada tarikan dada

f) Abdomen : Tidak kembung, tali pusat sudah terlepas,

tidak ada tanda-tanda infeksi.

g) Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak terdapat

adaktil,

polidaktil atau sindaktil, ekstremitas tidak

kebiruan, tidak ada ikterus.

3) Eliminasi

BAB : Frekuensi : 3-4x/hari

Warna : Kuning

BAK : Frekuensi : 6-8x/hari

Warna : Jernih
158

c. Analisa masalah/Diagnosa kebidanan

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Umur 20 hari.

d. Penatalaksanaan

1) Mengimformasikan hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum baik,

suhu:370C, RR:46x/menit, HR:132x/menit; Pemeriksaan sudah

dilakukan dan ibu sudah mengetahui keadaan bayinya.

2) Menjelaskan kembali pada ibu cara merawat tali pusat bayi yaitu

tidak menaruh apapun pada tali pusat dan jangan biarkan tali pusat

basah. Jika basah, keringkan dengan kain bersih dan biarkan terbuka

agar tali pusat cepat mengering; Ibu sudah mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan mau merawat tal pusat bayinya.

3) Menganjurkan kembali pada ibu untuk sering menyusui bayinya

yaitu setiap 2 jam sekali atau setiap kali bayi mau; Ibu menerima

anjuran yg diberikan dan akan sering menyusui bayinya.

4) Memastikan pada ibu bahwa bayinya mendapatkan ASI cukup tanpa

diberikan pendamping ASI seperti air putih, madu, teh, sari buah

atau susu formula; Ibu mengerti dengan penjelasan yang

disampaikan dan akan selalu memberikan bayinya ASI saja.

5) Menganjurkan ibu menjaga kehangatan bayi dengan cara, jangan

membiarkan bayi bersentuhan langsung dengan benda dingin

misalnya lantai atau tangan yang dingin. Jangan letakkan bayi dekat

jendela atau kipas angin. Segera keringkan bayi saat mandi atau saat

bayi basah untuk mengurangi penguapan dan menjaga lingkungan


159

sekitar bayi hangat;Ibu mengerti dengan penjelasan dan ibu bisa

menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan.

6) Menjelaskan kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti

bayi malas atau tidak mau menyusu, panas tinggi, icterus (kuning),

kulit kebiruan, bernafas megap-megap, tali pusat berdarah,

bernanah, bau dan kemerahan serta kejang ;Ibu mengerti dan dapat

menyebutkan kembali tanda bahaya pada bayi baru lahir.

7) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke Puskesmas untuk

dimunisasi. Imunisasi dapat memberikan kekebalan pada bayi

terhadap penyakit; Ibu bersedia membawa bayinya ke Puskesmas

untuk mendapatkan imunisasi.

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

1. KF I Tanggal : 06 Februari 2022, Jam: 06.30 WITA

a. Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang ke-tiga 6 jam yang

lalu, jenis kelamin perempuan. Saat ini ibu mengeluh nyeri pada luka

jahitan dan masih merasa mules pada perut bagian bawah. Ibu sudah

bisa tidur miring danduduk di tempat. Ibu mengatakan masih keluar

darah dari jalan lahir sedikit, sudah ganti pembalut 2 kali.

b. Objektif

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis
160

c) Ekspresi wajah : Gelisah

d) Tanda-tanda vital

TD : 110/90 MmHg Suhu : 36,50C

RR : 20x/menit Nadi : 84x/menit

2) Pemeriksaan fisik obstetri

a) Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada ketombe.

b) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.

c) Hidung : Tidak ada polip.

d) Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak ada caries.

e) Tenggorokan :Warna merah muda, tidak ada

pembesaran tonsil.

f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,

tidak ada pembendungan vena jugularis.

g) Dada : Mamae keras, putting susu menonjol,

areolaada hiperpigmentasi, laktasi (+)

dilihat daribayi menyusu dengan baik.

h) Abdomen : Dinding perut normal, involusi uterus baik,

TFU 2jari di bawah pusat, uterus

membundardan keras, kontraksi baik,

kandung kemih kosong.

i) Vulva/Vagina : Lochea rubra, warna merah, banyaknya 2x

ganti pembalut, tidak ada tanda, tidak ada tanda infeksi.


161

j) Ekstremitas atas dan bawah : Simetris, tidak oedema dan

tidak ada varices.

k) Anus : Tidak ada haemoroid.

c. Analisa

P3 A0 AH3, Post partum 6 Jam.

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan

pemeriksaan; Ibu bersedia dilakukan pemeriksaan.

2) Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu dan TTV, yaitu

keadaan umum baik, kesadaran composmentis,TD:110/90

MmHg, nadi:84x/menit, suhu:36,5°C, RR:20x/menit:Hasil

pemeriksaan sudah disampaikan kepada ibu dan ibu sudah

mengerti.

3) Melakukan pemeriksaan Obstetrik (inspeksi dan palpasi) pada

ibu yaitu, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, uterus

keras dan membundar, kandung kemih kosong, genetalia :

perinium terdapat luka jahitan, tidak ada tanda-tanda infeksi,

tidak ada haemoroid, lochea rubra, perdarahan ± 40 cc,

ektremitas atas/bawah: tidak oedema, tidak ada varices; Hasil

pemeriksaan sudah disampaikan kepada ibu dan ibu sudah

mengerti.

4) Memberitahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu adalah

hal yang fisiologis dialami ibu nifas. Rasa mules yang ibu
162

rasakan diakibatkan dari kontraksi uterus untuk mencegah

perdarahan, juga nyeri pada luka jahitan yang dialami ibu akan

segera menghilang jika ibu teratur minum obat dan mobilisasi

dini; Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

5) Menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara dini untuk

mempercepat pemulihan ibu dengan cara miring kiri miring

kanan, bangun duduk, berdiri dan jalan perlahan-lahan ;Ibu

mengerti dan bersedia melakukannya.

6) Mengajarkan ibu cara menjaga kebersihan diri terutama daerah

genetalia yaitu mandi 2x sehari, selalu mencuci daerah genetalia

setelah BAK dan BAB dengan cara cebok bersih dari arah depan

ke belakang dan selalu ganti celana dalam jika merasa sudah

lembab. Pembalut harus selalu diganti setiap merasa sudah

penuh ; Ibu sudah mengerti dan dapat mengulangnya kembali.

7) Memberikan ibu KIE tentang cara menyusui yang benar yaitu

ibu duduk atau tiduran atau berbaring dengan santai, perah

sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah puting dan

sekitarnya, bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi

perut bayi menempel ke perut ibu, dagu bayi menempel ke

payudara ibu, telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis

lurus, mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar

puting susu, berikan ASI dari satu payudara sampai kosong

sebelum pindah ke payudara yang lain, pemberian ASI


163

berikutnya mulai dari payudara yang belum kosong tadi ;Ibu

mengerti dan dapat mengulang kembali cara menyusui yang

benar serta bersedia melakukannya.

8) Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas

seperti: kontraksi uterus yang lemah sehingga dapat

menyebabkan perdarahan, infeksipada payudara seperti

payudara bengkak, merah, keluar nanah dan nyeri tekan pada

payudara, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam tinggi,

nyeri ulu hati, sakit kepala, dan depresi pada ibu, apabila

terdapat salah satu segera menghubungi petugas kesehatan

terdekat untuk segera mendapatkan penanganan ; Ibu mengerti

dan dapat menyebutkan kembali tanda bahaya masa nifas.

2. KF II

Tanggal 10 Februari 2022, Jam 15.00 WITA

a. Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang ke tiga pada

tanggal 05 Februari 2022, jam 23.30 WITA, jenis kelamin

prempuan. Ibu mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah

berkurang. Ibu sudah bisa duduk, berdiri bahkan berjalan sendiri.

Ibu mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir sedikit, warna

merah kecoklatan.

b. Objektif
164

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Ekspresi wajah : Ceria

d) Tanda-tanda vital

TD : 120/90 MmHg Suhu : 36,50C

RR : 20x/menit Nadi : 80x/menit

2) Pemeriksaan fisik obstetri

a) Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada ketombe.

b) Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih.

c) Hidung : Tidak ada polip.

d) Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak ada caries.

e) Tenggorokan : Warna. merah muda, tidak ada pembesaran

tonsil.

f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,

tidak ada pembendungan vena jugularis.

g) Dada : Mamae keras, putting susu menonjol,

areola ada hiperpigmentasi, laktasi (+)

dilihat dari bayi menyusu dengan baik.

h) Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, Tinggi

fundus Uteri 2 jari di bawah pusat,

kontraksi baik, kandung kemih kosong.

i) Vulva/Vagina : Lochea sangunulenta, warna merah kuning


165

kecoklatan, banyaknya 2x ganti pembalut,

tidak ada tanda infeksi.

j) Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada oedema, tidak ada

varices.Anus: Tidak ada haemoroid.

c. Analisa

P3 A0 AH3, post partum 5 hari.

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan

pemeriksaan; Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksan.

2) Melakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital kepada ibu yaitu :

TD:120/90 mmHg, N:80x/menit, S:36,5ºC, RR:20x/menit;

Sudah dilakukan dan Ibu menerima hasil pemeriksaan.

3) Melakukan pemeriksaan obstetrik (inspeksi dan palpasi) pada

ibu yaitu, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, uterus

keras dan membundar, kandung kemih kosong, genetalia :

tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada haemoroid, lochea

sangurulenta, warna merah kecoklatan, ektremitas atas/bawah:

tidak oedema, tidak ada varices; Hasil pemeriksaan sudah

disampaikan kepada ibu dan ibu sudah mengerti.

4) Mengingatkan kembali pada ibu cara menjaga kebersihan diri

terutama daerah genetalia yaitu mandi 2x sehari, selalu

mencuci daerah genetalia setelah BAK dan BAB dengan cara

cebok bersih dari arah depan ke belakang dan selalu ganti


166

celana dalam jika merasa sudah lembab. Pembalut harus selalu

diganti setiap merasa sudah penuh; Ibu sudah mengerti dan

sudah melakukannya selama ini.

5) Mengingatkan kembali pada ibu tentang cara menyusui yang

benar yaitu ibu duduk atau tiduran/berbaring dengan santai,

perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah

puting dan sekitarnya, bayi diletakkan menghadap ke ibu

dengan posisi perut bayi menempel ke perut ibu, dagu bayi

menempel ke payudara ibu, telinga dan lengan bayi berada

dalam satu garis lurus, mulut bayi terbuka lebar menutupi

daerah gelap sekitar puting susu, berikan ASI dari satu

payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara yang

lain, pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara yang

belum kosong tadi; Ibu sudah mengerti dan sudah

melakukannya selama ini.

6) Menjelaskan kembali kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya

masa nifas seperti: kontraksi uterus yang lemah sehingga dapat

menyebabkan perdarahan, infeksi pada payudara seperti

payudara bengkak, merah, keluar nanah dan nyeri tekan pada

payudara, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam tinggi,

nyeri ulu hati, sakit kepala,dan depresi pada ibu, apabila

terdapat salah satu segera menghubungi petugas kesehatan


167

terdekat untuk segera mendapatkan penanganan; Ibu mengerti

dan dapat menyebutkan kembali tanda bahaya masa nifas.

7) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur yaitu

siang ± 1-2 jam dan malam 7-8 jam; Ibu mengerti dengan

penjelasan dan ibu dapat mengulang kembali apa yang di

anjurkan dan bersedia untuk istrahat yang cukup dan teratur.

8) Menganjurkan ibu mengonsumsi makanan yang bergizi

seimbang seperti nasi, sayuran hijau, buah-buahan kacang-

kacangan, telur, tempe, ikan, daging dan minum air putih ±8-

10 gelas/hari serta minum susu±1-2 gelas/hari (jika ada) agar

dapat membantu produksi asi berfungsi dan untuk menambah

energi ibu selama menyusui; Ibu mengerti dan dapat

mengulangnya kembali.

3. KF III

Tanggal 25 Februari 2022, Jam 16.00 WITA

a. Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang ke-tiga pada tanggal

05 Februari 2022 jam 23.30 WITA, jenis kelamin prempuan. Ibu

mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah tidak dirasakan.

Ibu mengatakan masih keluar cairan dari jalan lahir sedikit, wana

putih.

b. Objektif
168

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Ekspresi wajah : Ceria

d) Tanda-tanda vital

TD : 120/90 MmHg Suhu : 36,80C

RR : 18x/menit Nadi : 75x/menit

2) Pemeriksaan fisik obstetri

a) Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada ketombe.

b) Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih.

c) Hidung : Tidak ada polip.

d) Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak ada caries.

e) Tenggorokan : Warna merah muda, tidak ada pembesaran

tonsil. Leher: Tidak ada pembesaran

kelenjar thyroid,

tidak ada pembendungan vena jugularis.

f) Dada : Mamae keras, putting susu menonjol,

areola ada hiperpigmentasi, laktasi (+)

dilihat dari bayi menyusu dengan baik.

g) Abdomen : Dinding perut normal, involusi uterus baik,

TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.

h) Vulva/Vagina : Lochea serosa, warna kekuningan,


169

banyaknya1x ganti pembalut, tidak ada

tanda infeksi.

i) Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada oedema, tidak ada

varices.

j) Anus : Tidak ada haemoroid.

c. Analisa

P3 A0 AH3, Post partum 20 hari.

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan,

Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksan.

2) Melakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital kepada ibu

yaitu:TD:120/90 mmHg, N:75x/menit, S:36,8ºC, RR:20x/menit;

Sudah dilakukan dan ibu menerima hasil pemeriksaan.

3) Melakukan pemeriksaan Obstetrik (inspeksi dan palpasi) pada ibu

yaitu: TFU tidak teraba, kandung kemih kosong, genetalia: tidak

ada tanda-tanda infeksi, tidak ada haemoroid, lochea serosa, warna

putih, ektremitas atas/bawah: tidak oedema, tidak ada varices; Hasil

pemeriksaan sudah disampaikan kepada ibu dan ibu sudah

mengerti.

4) Memberikan kembali ibu KIE tentang cara menyusui yang benar

yaitu ibu duduk atau tiduran/berbaring dengan santai, perah sedikit

kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah puting dan sekitarnya,
170

bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi perut bayi

menempel ke perut ibu, dagu bayi menempel ke payudara ibu,

telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus, mulut bayi

terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar puting susu, berikan

ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara

yang lain, pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara yang

belum kosong tadi; Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

5) Mengingatkan kembali kepada ibu untuk selalu menjaga

kebersihan dirinya yaitu mandi minimal 2x sehari,ganti

pakaian,celana dalam, segera mengganti pembalut 2-3 kali sehari

atau jika terasa penuh serta menjaga daerah vagina dengan cara

cebok dengan air bersih dari arah depan kebelakang agar tidak

terjadi infeksi; Ibu menerima anjuran yang diberikan dan bersedia

untuk menjaga kebersihan dirinya.

6) Menganjurkan kembali ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur

yaitu siang ± 1-2 jam dan malam 7-8 jam; Ibu mengerti dengan

penjelasan dan ibu dapat mengulang kembali apa yang di anjurkan

dan bersedia untuk istrahat yang cukup dan teratur.

7) Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya

masa nifas seperti: kontraksi uterus yang lemah sehingga dapat

menyebabkan perdarahan, infeksipada payudara seperti payudara

bengkak, merah, keluar nanah dan nyeri tekan pada payudara,

keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam tinggi, nyeri ulu hati,
171

sakit kepala,dan depresi pada ibu, apabila terdapat salah satu segera

menghubungi petugas kesehatan terdekat untuk segera

mendapatkan penanganan; Ibu mengerti dan akan segera ke

fasilitas kesehatan terdekat apabila terdapat salah satu.

8) Menjelaskan kepada ibu tentang macam-macam KB dan efek

samping KB; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan dapat

mengulang beberapa macam-macam KB dan efek sampingnya.

4. KF IV

Tanggal 07 Maret 2022, Jam 16.00 WITA

e. Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang ke-tiga pada tanggal

05 Februari 2022 jam 23.30 WITA, jenis kelamin prempuan. Ibu

mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah tidak dirasakan.

Ibu mengatakan masih keluar cairan dari jalan lahir sedikit, wana

putih.

f. Objektif

3) Pemeriksaan umum

e) Keadaan umum : Baik


172

f) Kesadaran : Composmentis

g) Ekspresi wajah : Ceria

h) Tanda-tanda vital

TD : 120/90 MmHg Suhu : 36,80C

RR : 18x/menit Nadi : 75x/menit

4) Pemeriksaan fisik obstetri

k) Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada ketombe.

l) Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih.

m) Hidung : Tidak ada polip.

n) Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi tidak ada caries.

o) Tenggorokan : Warna merah muda, tidak ada pembesaran

tonsil.

p) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,

tidakada pembendungan vena jugularis.

q) Dada : Mamae keras, putting susu menonjol,

areola ada hiperpigmentasi, laktasi (+)

dilihat dari bayi menyusu dengan baik.

r) Abdomen : Dinding perut normal, involusi uterus baik,

TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.

s) Vulva/Vagina : Lochea serosa, warna kekuningan,

banyaknya1x ganti pembalut, tidak ada

tanda infeksi

t) Ekstremitas atas dan bawah : Tidak ada oedema, tidak ada


173

varices.

u) Anus : Tidak ada haemoroid.

g. Analisa

P3 A0 AH3, Post partum 30 hari.

h. Penatalaksanaan

9) Memberitahukan kepada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan,

Ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksan.

10) Melakukan pemeriksaan Tanda-Tanda Vital kepada ibu

yaitu:TD:120/90 mmHg, N:75x/menit, S:36,8ºC, RR:20x/menit;

Sudah dilakukan dan ibu menerima hasil pemeriksaan.

11) Melakukan pemeriksaan Obstetrik (inspeksi dan palpasi) pada ibu

yaitu: TFU tidak teraba, kandung kemih kosong, genetalia: tidak

ada tanda-tanda infeksi, tidak ada haemoroid, lochea serosa, warna

putih, ektremitas atas/bawah: tidak oedema, tidak ada varices; Hasil

pemeriksaan sudah disampaikan kepada ibu dan ibu sudah

mengerti.

12) Memberikan kembali ibu KIE tentang cara menyusui yang benar

yaitu ibu duduk atau tiduran/berbaring dengan santai, perah sedikit

kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah puting dan sekitarnya,

bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi perut bayi

menempel ke perut ibu, dagu bayi menempel ke payudara ibu,

telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus, mulut bayi

terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar puting susu, berikan


174

ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara

yang lain, pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara yang

belum kosong tadi; Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

13) Mengingatkan kembali kepada ibu untuk selalu menjaga

kebersihan dirinya yaitu mandi minimal 2x sehari, ganti pakaian,

celana dalam, segera mengganti pembalut 2-3 kali sehari atau jika

terasa penuh serta menjaga daerah vagina dengan cara cebok

dengan air bersih dari arah depan kebelakang agar tidak terjadi

infeksi; Ibu menerima anjuran yang diberikan dan bersedia untuk

menjaga kebersihan dirinya.

14) Menganjurkan kembali ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur

yaitu siang ± 1-2 jam dan malam 7-8 jam; Ibu mengerti dengan

penjelasan dan ibu dapat mengulang kembali apa yang di anjurkan

dan bersedia untuk istrahat yang cukup dan teratur.

15) Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya

masa nifas seperti: kontraksi uterus yang lemah sehingga dapat

menyebabkan perdarahan, infeksi pada payudara seperti payudara

bengkak, merah, keluar nanah dan nyeri tekan pada payudara,

keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam tinggi, nyeri ulu hati,

sakit kepala, dan depresi pada ibu, apabila terdapat salah satu

segera menghubungi petugas kesehatan terdekat untuk segera

mendapatkan penanganan; Ibu mengerti dan akan segera ke

fasilitas kesehatan terdekat apabila terdapat salah satu.


175

16) Menjelaskan kepada ibu tentang macam-macam KB dan efek

samping KB; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan dapat

mengulang beberapa macam-macam KB dan efek sampingnya.

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada BAB ini penulis membandingkan hasil asuhan dengan tinjauan teori

yang ada pada BAB II dan dianalisa faktor pendukung maupun faktor penghambat

sehingga hasil asuhan ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai.

Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan

yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang

dilaksanakan dari usia kehamilan Trimester III yaitu 40-41 minggu sampai dengan
176

6 minggu post partum yang dimulai dari tanggal 5 Februari 2022–9 Maret 2022 di

Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

A. ANTE NATAL CARE

Pada kasus Ny.R,G3 P2 A0 AH2 hamil minggu, janin tunggal hidup,

presentasi kepala, intra uterine, mendapat pemeriksaan kehamilan

padatrimester III sebanyak 3 kali. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.

R. Berstandar 10 T.

B. INTRANATAL CARE

Pada kasus Ny. R,G3 P2` A0 AH2 Hamil 40-41 minggu, Janin Tunggal,

hidup, Presentasi Kepala, Intra Uteri dengan inpartu kala I fase aktif. Hasil

pemeriksaan subjektif : ibu mengatakan hamil anak ke tiga, ibu merasa nyeri

pada pinggang menjalar ke perut bagian bawah, keluar lendir bercampur

darah dari jalan lahir sejak tangan 05 Februari pukul 19.10WITA.

Pemeriksaan Objektif : Pada tanggal 05 Februari 2022, pukul 19.10 dilakukan

pemeriksaan umum dan fisik dalam batas normal, pemeriksaan dalam

hasilnya vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 9 cm,

selaput ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan Hodge III-IV posisi UUK

kanan depan dan molase tidak ada. Telah mendapat asuhan kebidanan

meliputi, menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, mengobservasikan

kemajuan persalinan sesuai dengan partograf, memberi intake yang cukup,

mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas saat timbul kontraksi,

menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri, menjelaskan pada ibu tentang

penyebab nyeri dalam persalinan, memberi support dan motifasi pada ibu.
177

Menurut Desi Warnaliza (2016) bahwa intra care dibedakan menjadi 4

fase antara lain : Pada tanggal 05 Februari 2022, pukul 19.10 WITA Kala I

dimulai sejak kontraksi teratur sampai pembukaan lengkap. Pada primi

gravida lamanya 10 samapi 12 jam dan pada multi gravida 7 - 8 jam. Asuhan

kebidanan yang diberikan meliputi, menginformasikan hasil pemeriksaan

pada ibu, mengobservasikan kemajuan persalinan sesuai dengan partograf,

memberi intake yang cukup, mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan

napas saat timbul kontraksi, menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri,

menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri dalam persalinan, memberi

support dan motifasi pada ibu.

Kala II: Pada tanggal 05 februari 2022, pukul 23.45 Ny. R suda sampai

pada pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Primigravida lamanya 2 jam,

sedangkan multigravida 1 jam. Asuhan kebidanan yang diberikan meliputi,

melihat tanda dan gejala kala II, memastikan kelengkapan alat dan bahan

pertolongan persalinan, meminta bantuan keluarga untuk mengiapkan posisi

ibu, memimpin meneran saat ada dorongan yang kuat untuk meneran,

memakai handscoon steril, menyokong perineum saat kepala bayi membuka

vulva 5-6 cm dengan tangan kanan dan menahan puncak kepala dengan

tangan kiri, memeriksa adanya lilitan tali pusat, menunggu kepala melakukan

putaran paksi luar, melahirkan bayi dengan cara kedua tangan diletakan

secara biparietal pada kepala bayi lalu menarik kepala kearah bawah untuk

melahirkan bahu depan dan menarik kepala ke atas untuk melahirkan bahu

belakang, kemudian melahirkan bayi secara sangga susur, menilai bayi segera
178

setelah lahir, mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan kain bersih dan

kering, memeriksa fundus uteri memastikan janin tunggal, dan perdarahan ±

100 cc

Kala III pada tanggal 05 Februari 2022, pukul 23.45 pelepasan dan

pengeluaran ari-ari/plasenta. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan

dengan memperhatikan tanda- tanda seperti uterus menjadi bulat, uterus

terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim,tali pusat

bertambah panjang, terjadi perdarahan. Asuhan yang diberikan meliputi,

memberitahu ibu bahwa akan di suntik oksitosin, menyuntikkan oksitosin 10

IU secara IM pada 1/3 paha atas bagian kiri, menjepit tali pusat dengan klem

pertama ± 3 cm dari perut bayi, dan memasang klem kedua ± 2 cm dari klem

pertama, memotong tali pusat dan mengikatnya dengan pengikat tali pusat

yang steril, mengganti kain pembungkus bayi dengan kain bersih dan kering,

melakukan IMD, memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-6 cm

dari vulva, meletakan tangan kiri di atas simphisis dan kanan memegang tali

pusat, menunggu uterus berkontraksi kemudian melakukan peregangan tali

pusat terkendali dengan tangan kanan, sementara tangan kiri melakukan

tekanan pada uterus secara dorsocranial, jemput plasenta dengan kedua

tangan, putar plasenta searah jarum jam sampai plasenta dan selaput ketuban

lahir, melakukan masase uterus, memeriksakan robekan jalan lahir.

Kala IV pada tangal 06 Februari 2022, pukul 24.00 dimulai dari keluarnya

plasenta sampai 2 jam post partum. Asuhan yang diberikan meliputi,

melakukan masase uterus, memeriksa robekan jalan lahir, membersihkan ibu


179

dari sisa darah dan air ketuban, memeriksa kontraksi uterus, merendam alat

dalam larutan clorin 0,5%, membersihkan sarung tangan, membersihkan

secara terbalik dan membuangnya dalam tempat sampah, mengobservasi

Tanda-tanda vital, mengajarkan ibu dan keluarga cara masase fundus uteri,

memberikan dehidrasi pada ibu, mendekontaminasi tempat persalinan,

mencuci tangan, follow up; melanjutkan TTV, TFU, kontraksi uterus,

kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30

menit pada jam kedua, mensterilkan alat.

Berdasarkan kajian pada kasus Ny.R dan kajian teori tidak terdapat

kesenjangan karena telah mendapat asuhan pertolongan persalinan secara

normal dan sesuai langkah prosedur.

C. BAYI BARU LAHIR

Pada kasus bayi Ny.R. hasil pengkajian subjektif : ibu mengatakan

senang dan lega karena sudah melahirkan bayinya dengan selamat.

Pemeriksaan Objektif; keadaan umum baik, TTV: suhu 37°C, HR 140

x/menit, pernapasan 45 x/menit.Antropometri ; BB 3200 gram, PB 52 cm, LK

35 cm, LD 34 cm, LP 33 cm, tali pusat bersih, masih basah, tidak ada tanda-

tanda infeksi.

Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada tangal 05 Februari 2022

umur 6 jam dengan asuhan kebidanan meliputi: memberitahukan hasil

pemeriksaan pada ibu yang telah dilakukan pada bayinya, menjaga


180

kehangatan bayi dengan membungkus bayi dengan kain kering serta

mengganti popok bayi yang basah dengan yang baru, menganjurkan ibu

untuk menyusui bayinya sesering mungkin setelah 24 jam, apabila bayi

tertidur bangunkan bayi, memberitahukan pada ibu tentang tanda-tanda

bahaya pada bayi baru lahir yaitu : bayi kuning setelah 24 jam pertama dan di

temukan pada umur 14 hari atau lebih, infeksi tali pusat yaitu : tali pusat

berbau, merah, dan terdapat nanah, serta sianosis.

Kunjungan neonatus kedua di lakukan pada tanggal 10 Februari 2022,

umur 5 hari Post Partum dengan hasil pemeriksaan, subyektif : ibu

mengatakan bayinya menyusu kuat, tidak rewel, BAK 5-6x/hari, BAB

2-3x/hari.

Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pemeriksaan Obyektif : keadaan umum

baik, tangis bayi kuat, tonus otot kuat, tanda-tanda vital, S : 36,50C, HR :

136x/menit, RR : 40x/menit, tali pusat layu, bersih, tidak ada tanda-tanda

infeksi. Asuhan kebidanan yang di berikan meliputi : memberitahukan kepada

ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah di lakukan pada bayinya bahwa

keadaan bayinya sehat, memberitahukan kepada ibu untuk memberi ASI

sesering mungkin ASI Eklusif, menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya yang

dapat terjadi pada bayi baru lahir antara lain: tidak mau menyusu, bayi

kuning, kejang-kejang, tali pusat bau, bayi rewel, menganjurkan ibu untuk

menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi dengan kaindan

memakai topi serta ganti pakaian basah dengan yang kering.


181

Kunjungan neonatus ketiga pada tanggal 25 Februari 2022, dilakukan

pada umur 20 hari Post Partum dengan hasil pemeriksaan data subjektif: ibu

mengatakan bayi menyusu kuat, tidak rewel, tali pusat bayi sudah lepas. BAK

6-7x/hari, warna kuning jernih, dan BAB 3-4x/hari, warna kuning,

konsistensi lunak. Data Objektif : keadaan umum baik, tangis bayi kuat, tonus

otot kuat, tanda-tanda vital, S : 370C, HR : 132x/menit, RR ; 46x/menit.

Asuhan kebidanan yang di berikan meliputi: memberitahukan kepada ibu

tentang hasil pemeriksaan yang telah di lakukan pada bayinya, bahwa

keadaan bayinya sehat, memberitahukan kepada ibu untuk memberikan ASI

sesering mungkin dan ASI Eksklusif, mengingatkan kembali kepada ibu

tentang tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi pada bayi baru lahir,

mengingatkan kembali pada ibu untuk kunjungan ulang satu bulan kedepan

untuk penimbangan bayi dan imunisasi di Puskesmas.

Program pemerintah bahwa pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir

sampai umur 28 hari masa neonatus mendapat pelayanan neonatal 3 kali yaitu

pada umur 6 jam sampai 48 jam setelah lahir, kunjungan kedua 3 sampai 7

hari setelah lahir dan kunjungan ketiga 8 sampai 28 hari setelah lahir. Asuhan

kebidanan yang di berikan meliputi memandikan bayi setelah 6 jam, menjaga

bayi tetap hangat, merawat tali pusat dan pemberian ASI secara esklusif

(Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan kasus Ny.R. dan kajian teori tidak terdapat kesenjangaan

karena telah mendapatkan asuhan sesuai dengan program pemerintah.

D. POST NATAL CARE


182

Pada kasus Ny.R P3 A0 AH2 Post Partum Normal, kunjungan nifas

pertama dilakukan pada tangal 05 Februari, pukul 06.30 jam. Post partum

dengan hasil pemeriksaan, data subjektif : ibu mengatakan telah melahirkan

anaknya yang pertama pada 7 jam yang lalu, jenis kelamin laki-laki. Saat ini

ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan dan masih merasa mules pada perut

bagian bawah. Ibu sudah bisa tidur miring dan duduk di tempat. Data Objektif

:keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD :110/90 mmHg,

suhu :36,5ºC, nadi :84x/m, RR : 20x/m, payudara mamae membesar, areola

hiperpygmentasi, colostrum ka/ki (+/+), puting susu menonjol keluar, dinding

perut teraba keras, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat,

vulva/vagina : lochea rubra, banyaknya 2-3x ganti softex, tidak ada varises.

Asuhan kebidanan yang di berikan meliputi: memberitahukan kepada ibu

tentang hasil pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik obtetrik,

memberitahukan ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu adalah hal yang

normal dialami ibu nifas. Rasa mules diakibatkan dari kontraksi uterus untuk

mencegah terjadinya perdarahan serta nyeri yang ibu rasakan pada luka jahit

akan segera memulih, menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini untuk

mempercepat proses pemulihan, menganjurkan ibu untuk istirahat yang

cukup, memberitahukan kepada ibu tanda bahaya masa nifas yaitu:

perdarahan, sakit kepala yang hebat, nyeri uluh hati, bengkak pada kaki dan

tangan serta kejang-kejang, infeksi pada payudara dan luka perineum,

menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuhnya yaitu mandi 2x/hari,

ganti pakaian dalam, segera mengganti pembalut 2-3x/hari, serta menjaga


183

kebersihan daerah vagina dengan cara mencebok dengan air bersih,

menganjurkan ibu untuk meminum obat sesuai aturan.

Kunjungan nifas kedua dilakukan pada tanggal 10 februari 2022, hari ke

5 dengan hasil pemeriksaan data subjektif : Ibu mengatakan saat ini nyeri

pada luka jahitan sudah berkurang. Ibu sudah bisa duduk, berdiri bahkan

berjalan sendiri. Ibu mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir sedikit,

warna merah kecoklatan. data objektif : keadaan umum baik, kesadaran :

composmentis, TD: 110/90 mmHg, suhu: 36,5ºc nadi ; 80x/m, RR: 20x/m,

abdomen: kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, lochea

sanguiolenta warna merah kecoklatan, masih memakai pembalut, tidak

terdapat tanda-tanda infeksi. Asuhan kebidanan yang diberikan meliputi;

memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan umum dan

pemeriksaan fisik obtetrik, menganjurkan ibu untuk menyusui bayi sesering

mungkin dan memberikan ASI Eksklusif, menganjurkan ibu untuk menjaga

kehangatan bayi dengan membungkus bayi dengan kain yang bersih dan

kering, mengganti kain atau popok bayi setiap kali basah, mengingatkan ibu

ksembali tentang tanda bahaya masa nifas, mengingatkan ibu untuk menjaga

kebersihan tubuhnya, ganti pakaian dalam, segera mengganti pembalut

2-3x/hari, serta menjaga kebersihan daerah vagina dengan cara membersihkan

dengan air bersih, menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol ulang serta

segera memlih alat kontrasepsi setelah 40 hari.

Kunjungan nifas ketiga (KF 3) dilakukan pada hari ke 20 tanggal 25

Februari 2022, pukul, 15:30 WITA, dengan hasil pemeriksaan data Subjektif :
184

ibu mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah tidak dirasakan. Data

objektif : keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD: 110/80

mmHg, Suhu : 36,8ºc, Nadi : 75x/m, RR : 18x/m, payudara : pengeluaran ASI

lancar Abdomen TFU tidak teraba lagi, kandung kemih kosong, lochea alba,

masih memakai pembalut, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.Asuhan

kebidanan yang diberikan meliputi : memberitahukan kepada ibu tentang

hasil pemeriksaan umum dan fisik. Lochea alba, tidak terdapat tanda-tanda

infeksi, mengingatkan kembali ibu untuk tetap menyusui bayi sesering

mungkin dan memberikan ASI Eksklusif, mengingatkan kembali ibu untuk

tetap menjaga kebersihan diri, menganjurkan ibu untuk segera menggunakan

alat kontrasepsi, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur.

Kunjungan nifas keempat (KF 4) dilakukan pada hari ke 30, tanggal 07

Maret 2022, pukul, 15:00 WITA,dengan hasil pemeriksaan data Subjektif :

ibu mengatakan saat ini nyeri pada luka jahitan sudah tidak dirasakan. Data

objektif : keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD: 110/80

mmHg, Suhu : 36,8ºc, Nadi : 75x/m, RR : 18x/m, payudara : pengeluaran ASI

lancar Abdomen TFU tidak teraba lagi, kandung kemih kosong, lochea alba,

masih memakai pembalut, tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Asuhan

kebidanan yang diberikan meliputi : memberitahukan kepada ibu tentang

hasil pemeriksaan umum dan fisik. Lochea alba, tidak terdapat tanda-tanda

infeksi, mengingatkan kembali ibu untuk tetap menyusui bayi sesering

mungkin dan memberikan ASI Eksklusif, mengingatkan kembali ibu untuk


185

tetap menjaga kebersihan diri, menganjurkan ibu untuk segera menggunakan

alat kontrasepsi, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan teratur.

Program pemerintah bahwa pelayanan kesehatan pada ibu dalam masa

nifas yaitu mulai 6 jam sampai 42 hari dengan mendapat kunjungan untuk

pelayanan nifas sebanyak 3 kali yaitu pada saat 6 jam - 3 hari setelah

melhirkan, kunjungan kedua 4 - 28 hari setelah melahirkan dan kunjungan

ketiga 29 - 42 hari setelah melahirkan. Asuhan yang diberikan meliputi

pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital, lochea, kontraksi rahim,

tanda infeksi, memberikan nasehat mengkonsumsi makanan bergizi

seimbang, memperhatikan asupan cairan, menjaga kebersihan diri dan

kebersihan genitalia, mengajarkan cara menyusui yang baik dan benar serta

memberikan ASI secara esklusif, mengajarkan cara perawatan bayi yang

benar, menjelaskan tanda bahaya masa nifas, menjelaskan tentang KB

(Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan kasus Ny.R. kajian teori tidak terdapat kesenjangan karena

telah melakukan asuhan sesuai dengan program pemerintah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN
186

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

dan pendokumentasian secara SOAP pada Ny.R dari kehamilan,

persalinan, nifas,BBL dan neonatus. Maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa :

1) Pengkajian data subjektif dan data objektif

Pada Kunjungan ANC pertama dan kedua Ny.R, Pengkajian data

subjektif dan objektif telah dilakukan dan ditemukan kesenjangan

kunjungan yaitu pada Ny.R, kehamilan trimester tiga minimal asuhan

antenatal care sebanyak tiga kali yaitu dua kali oleh bidan dan satu kali

oleh dokter untuk dilakukan tindak lanjut atau penanganan rujukan. Tetapi

pada Ny.R kunjungan ANC oleh dokter tidak dilakukan karena bidan

belum berkolaborasi dengan dokter.

Kunjungan ibu Bersalin, BBL, Neonatus, dan Nifas telah dilakukan

pengkajian data subyektif dan obyektif dan tidak ada kesenjangan atau

masalah pada pengkajian data subyektif dan obyektif.

2) Analisa data/Assesment

Pada kunjungan ANC, ibu Bersalin,BBL,Neonatus dan Nifas

Ny.R penulis mampu membuat analisa data/assessment sesuai

dengan hasil pengkajian data subyektif dan obyektif sebagai

berikut:
187

a. GIII PII A0 AHII UK 39-40 minggu, janin tunggal, hidup, presentasi

kepala, intra uterine, keadaan ibu dan janin baik.

b. GIII PII A0 AHII UK 39-40 minggu, janin tunggal hidup, presentasi

kepala, inpartu kala I Fase aktif.

c. Bayi baru lahir 1 jam

c. Neonatus cukup bulan umur 1 hari -28 hari

d. Nifas normal 6 jam-42 hari

3) Penatalaksanaan

Pada kunjunganANC pertama dan kedua Ny. R penatalaksanaan telah

dilakukan sesuai dengan ANC Standar atau sesuai program pemerintah

yaitu ANC Standar. Pada kehamilan trimester tiga untuk kasus Ny.

Rasuhan yang diberikan Menurut ANC Standar sebanyak 7 T yaitu:

Penimbangan berat badan, Pengukuran tekanan darah, Pengukuran

tinggi Rahim, Penentuan Letak janin,Pemberian tablet tambah darah,

Tata laksana atau mendapatkan pengobatan, dan Konseling.

Pada kunjungan ibu bersalin Ny. Rasuhan yang diberikan yaitu

Asuhan sayang ibu,pemantauan dengan partograf dan asuhan persalinan

normal dengan 60 langkah APN.

Pada kunjungan Bayi baru lahir pada By Ny.R asuhan yang

diberikan yaitu pada tanggal 05 Februari 2022 jam 23.30 WITA,

asuhannya berupa pemeriksaan antropometri, pemberian IMD ,

Pemberian Vitamin K, Pemberian salep mata, perawatan tali pusat,


188

Regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit dan kulit, manajemen

laktasi dan hasil pemeriksaannya normal.

Pada kunjungan neonatus telah dilakukan asuhan sebanyak tiga

kali. Kunjungan Neonatus pertama, kedua dan ketiga Asuhan yang

diberikan sesuai dengan kebutuhan By. Ny.R dan tidak terdapat

masalah atau kesenjangan pada pemberian asuhan.

Pada kunjungan nifas telah dilakukan kunjungan sebanyak empat

kali. Asuhan yang diberikan pada kunjungan nifas pertama ( KF1),

kedua (KF2), ketiga (KF3) dan keempat (KF4) telah diberikan sesuai

dengan kebutuhan Ny.R dan tidak terdapat masalah atau kesenjangan

pada asuhan.

4) Melakukan pendokumentasian SOAP

Penulis telah melaksanakan asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP

mulai dari Hamil UK 37-40, Bersalin, BBL 1 jam , Neonatus 6 jam-

29hari dan Nifas sampai hari 6 jam-42 hari.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Asuhan yang diberikan pada klien sudah cukup baik dan dapat

memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan

kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai

dengan teori dari mulai kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

2. Bagi Institusi Pendidikan


189

Keberhasilan suatu asuhan yang diberikan tidak terlepas dari

dukungan Institusi Pendidikan diharapkan adanya suatu sarana klinik

yang mendukung kegiatan asuhan Komprehensif dapat dilakukan sesuai

dengan kebutuhan klien

3. Bagi Profesi Kebidanan

a. Perlu adanya komunikasi yang edukatif antara tenaga kesehatan

dan pasien agar dapat menciptakan suasana yang harmonis dan

dapat meningkatkan pelayanan kebidanan terutama dalam

pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

4. Bagi masyarakat

Agar pasien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan

keadaan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih

yakin dan nyaman karena mendapat gambaran tentang pentingnya

pengawasan pada saat hamil, bersalin, BBL dan nifas dengan

melakukan pemeriksaan rutin difasilitas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti .2017. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Cendekia Press.

bandiyah 2012. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anggraini, Dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Jogjakarta :Nuhamedika


190

& Dewy,2017. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Astuti, Puji Hutari. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu . Yogyakarta;Rohima
Press.

Bandiyah, S.2009. Kehamilan Persalinan Gangguan Kehamilan. Yogyakarta :


Nuha Medika

Depkes RI. 2009. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Jaringan Nasional


Pelatihan Kesehatan Reproduksi

Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan No.938/Menkes/SK/VIII/2007.


Tentang Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta
Dewi Sartika/2010-32-049/FIKES/UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Dinkes Kota Kupang. 2019. Profil Kesehatan Kota Kupang. Kupang

Erawati, Ambar Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta :


EGC

Fitriani. 2018. Asuhan Kebidanan Persalinan.Yogyakarta: Nuha Medika

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan
Praktek. Jakarta : EGC

Hani,Dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba


Medika.

Handayani, Sri. 2011. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :


Pustaka Rihama

Hidayat,Asri & Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta :


Nuha Medika

IBI Pusat,2015. Pelayanan Keluarga Berencana. Jogjakarta :Nuhamedika

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:


Kementerian Kesehatan.

Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:


Kementerian Kesehatan.

Kriebs dan Gegor. 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta : EGC.
191

Kusumawati,Dkk. 2014. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta :


EGC

Lailiyana, Dkk 2012. 2011. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC

Manuaba. 2009. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan . EGC : Jakarta

Dewy. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Dewy. 2013. Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Dewy 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : ECG

Nugroho, Dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta :Nuha
Medika

Nurasiah. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT Refika


Aditama

Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pantikawati, Dkk. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta : Nuha


Medika.

Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Prawirohadjo. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Pusat Safe Mother Hood-
Lab/SMF Obgyn RSU Dr. Sutomo/Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.

Romauli, Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta : Nuha Medika

Rukiah, dkk.2011 Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: CV Trans Media


192

Rukiah, Ai Yeyeh. Dkk. 2009. Asuhan kebidanan II Persalinan Jakarta : Cv Trans


Info Media

Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Saleha,Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba


Medika.

Saifuddin, Dkk. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Pt. Nbina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Setyorini. 2013. Belajar tentang Persalinan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Setiadi,2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Sumarah, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offest

Sukarni dan Margareth.2019.Kehamilan,persalinan,dan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Tambunan, Eviana. 2011. Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi Mahasiswa


Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika

Varney Helen, Dkk. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran ECG.

Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan pada kehamilan. Yogyakarta :


Pustaka Baru Press.

Walyani,Elisabeth Siwi. 2016. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.


Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Yanti,Damai dan Dian Sundawati. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.


Bandung : Refika Aditama.

(GERIMU)

Anda mungkin juga menyukai