Anda di halaman 1dari 144

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA

NY. M.S.S.M DI PUSKESMAS TARUS

KABUPATEN KUPANG

TAHUN 2021

DI SUSUN OLEH:

MARIA D. BOSA
NIM :149302620

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG

TAHUN

2021
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA

NY. M.S.S.M DI PUSKESMAS TARUS

KABUPATEN KUPANG

TAHUN 2021

Diajukan untuk memenuhi penilaian mata kuliah Laporan Tugas Akhir

DI SUSUN OLEH:

MARIA D. BOSA
NIM :149302620

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MARANATHA KUPANG

TAHUN

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA
NY. M.S.S.M DI PUSKESMAS TARUS
KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2021

Laporan Tugas Akhir ini telah di periksa dan di setujui oleh pembimbing

untuk di pertahankan di hadapan penguji

PEMBIMBING

ATALIA PILI MANGNGI, S.Tr.Keb., M.Kes


NIDN : 0808099002
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
NY. M.S.S.M DI PUSKESMAS TARUS
KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2021

Laporan Tugas Akhir ini telah di ujikan pada tanggal

PENGUJI 1 PENGUJI 2

Mardiana S. Bhoko, SST., M.Kes Atalia Pili Mangngi, S.Tr. Keb., M.Kes
NIDN: 0807059301 NIDN : 0808099002

Mengesahkan

Ketua Ketua
STIKes Maranatha Program Studi D-III Kebidanan

Stefanus M. Kiik, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom Roslin E. M. Sormin, SST., M.Kes


NIDN: 0828058401 NIDN : 081103780
STIKes MARANATHA KUPANG

Nama Penulis : Maria D. Bosa


Judul : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHEMSIF PADA NY.
M.S.S.M DI PUSKESMAS TARUS KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2021.
Jumlah BAB & Halaman : V/132
GAMBARAN KASUS
Bidan merupakan ujung tembok untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi,
salah satu upaya dengan memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif.Tujuannya adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif. Kasus yang diambil di Puskesmas Tarus dari tanggl 12
April 2021 sampai dengan tanggal 24 April 2021, Ny. M.S.S.M. GI P A0 AH0
Umur 33 Tahun (untuk masa kehamilan)
Tanggal 17 Mei 2021 Jam 10:00 WITA Ny. M.S.S.M datang dengan keluhan
mules-mules hasil pemeriksaan Ny. M.S.S.M. GI PI A0 AH1 UK 40-41 minggu,
partus kala I fase aktif, keadaan ibu dan janin baik. Jam 00:24 WITA bayi lahir
secara seksio sesarea (SC) dengan letak belakang kepala, berat badan 3.100 gram,
panjang badan 50 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, lingkar perut 30
cm, bayi tidak cacat dan tidak ada kelainan. Tanggal 17 Mei 2021. Jam 13:10
WITA Ny. M.S.S.M. PI A0 AHI, partus kala III keadaan ibu dan janin baik,
plasenta lahir dengan spontan lengkap. Tanggal 17 Mei 2021 Jam 14:30 WITA
Ny. M.S.S.M PI A0 AHI partus kala IV, keadaan ibu dan janin baik. Tanggal 17
Juni 2021 jam 19:10 WITA Ny. M.S.S.M PI A0 AHI, 6 jam nifas, keadaan ibu
dan janin baik.Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 jam keadaan
ibu dan bayi baik, (untuk masa persalinan)
Tanggal 18 April 2021 jam 15;00 WITA dilakukan kunjungan rumah I, Ny.
M.S.S.M PI A0 AHI nifas hari ke-1, keadaan ibu baik, bayi umur 1 hari, keadaan
ibu dan bayi baik dan sehat. Tanggal 22 Mei 2021 jam 15.30 WITA dilakukan
kunjungan rumah II, Ny. M.S.S.M PI A0 AHI nifas hari ke-5 keadaan ibu baik,
bayi umur 5 hari keadaan bayi sehat. Tanggal 22 Mei 2021 jam 11:00 WITA
dilakukan lagi kunjungan rumah ketiga bayi umur 14 hari keadaan bayi baik dan
tanggal 19 Juni 2021 kunjungan rumah ke tiga nifas hari ke-30 keadaan ibu baik
(masa KN dan KF).

Pustaka : (Tahun : 2016-2021)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena

atas Berkat dan Perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini dengan baik. Laporan Tugas Akhir ini penulis ajukan dalam

rangka memenuhi persyaraatan untuk menyelesaikan mata kuliah Laporan Tugas

Akhir program studi D III Kebidanan dengan judul “ASUHAN

KOMPREHENSIF SC PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN

BAYI BARU LAHIR PADA NY. M.S.S.M DI PUSKESMAS TARUS

KABUPATEN KUPANG 2021”. Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang kepada

yang terhormat:

1. Bapak Stefanus M. Kiik, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku ketua

STIKes Maranatha Kupang.

2. Ibu Roslin E. M. Sormin, SST., M.Kes selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan

STIKes Maranatha Kupang.

3. Ibu Atalia Pili Mangngi, S. Tr. Keb., M.Kes  Selaku pembimbing Laporan

Tugas Akhir yang telah membimbing penulis dengan sangat luar biasa

dalam penulisan Laporan Tugas Akhir.

4. Ibu Mardiana S. Bhoko, SST., M.Kes sebagai Penguji yang telah

menyediakan waktu untuk penulis.

5. Kepala Puskesmas Tarus beserta staf yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan studi kasus di Puskesmas Tarus.

ii
6. Ny. M.S.S.M sebagai pasien beserta keluarga yang telah memberi

kepercayaan kepada penulis untuk melakukan Asuhan Kebidanan

Komprehensif dalam menyelesaiakn penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Kepada Orang tua, Ayah : Paulus Rae dan Ibu Nurhayati, serta semua

rumpun kelurga yang telah membantu dan memberi dukungan dari awal

perkuliahan sampai selesainya Laporan Tugas Akhir ini.

8. Kepada teman-teman : Sela, Karlin, Ketty, Eda, Kakak Anto, Kakak Yani

yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak untuk menyempurnakan Laporan Tugas Akhir ini sangat diharapkan untuk

lebih dapat bermanfaat bagi yang lebih membutuhkan.

Kupang, Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN JUDUL SPESIFIKASI

LEMBARAN PERSETUJUAN

LEMBARAN PENGESAHAN

GAMBARAN KASUS........................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

DAFTAR ISI......................................................................................................v

DAFTAR TABEL ............................................................................................vi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Tujuan......................................................................................................4

1. Tujuan Umum...................................................................................4

2. Tujuan Khusus..................................................................................4

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus..................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................6

A. Kehamilan................................................................................................6

B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL) Umur 1 Jam............................64

C. Bayi........................................................................................................73

D. Nifas......................................................................................................74

iv
BAB III PERKEMBANGAN KASUS...........................................................91

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil .....................................................91

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.................................................101

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir...........................................102

D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas......................................................109

BAB IV PEMBAHASAN KASUS................................................................119

A. Ante Natal Care...................................................................................119

B. Intra Natal Care...................................................................................125

C. Bayi Baru Lahir...................................................................................125

D. Post Natal Care....................................................................................127

BAB V SIMPULAN DAN SARAN..............................................................129

A. Simpulan..............................................................................................129

B. Saran....................................................................................................131

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Perkirana TFU Kehamilan ...............................................................24

Table 2.2 Pemberian Imunisasi TT...................................................................25

Table 2.3 Penilaian APGAR SCORE...............................................................66

vi
DAFTAR SINGKATAN

A : Abortus

AH : Anak Hidup
ANC : Antenatal Care
AKI : Angka Kematian Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
ASI : Air Susu Ibu
BB : Berat Badan
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Social
C : Celcius
CM : Centimeter
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
DJJ : Denyut Jantung Janin
G : Gravida
GR : Gram
HB : Hemoglobin
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IM : Intra Muscular
IU : Internasional Unit
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
JK : Jenis Kelamin
KB : Keluarga Berencana
KG : Kilo Gram
KN : Kunjungan Neonatus
KF : Kunjungan Nifas
LILA : Lingkar Lengan
LK : Lingkar Kepala
LD : Lingkar Dada
LP : Lingkar Perut
MmHg : Milimeter Hidrogenium
NTT : Nusa Tenggara Timur
PAP : Pintu Atas Panggul
P : Partus
PB : Panjang Badan
PX : Prossesus Xypodeus
RR : Respirasi Rein
RS : Rumah Sakit
SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia
TB : Tinggi Badan

vii
TBBJ : Tafsiran Berat Badan Janin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
TP : Tafsiran Persalinan
TT : Tetanus Toksoid
TTV : Tanda-Tanda Vital
UK : Usia Kehamilan
USG : Ultrasonografi
VT : Vagina Toucher
WHO : Word Health Organization
WITA : Waktu Indonesia Tengah

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan kebidanan komperhensif merupakan pelayanan kesehatan

utama yang diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru

lahir. Setiap ibu hamil akan mengahadapi resiko yang bisa mengancam

jiwanya. Maka dari itu setiap ibu hamil memerlukan asuhan kebidanan

selama masa kehamilan, nifas dan bayi baru lahir (Dwi, 2018).

Menurut data world Health organisasi (WHO) tahun 2017, angka

kematian ibu (AKI) menjadi salah satutau kasus indicator penting dari derajat

kesehatan masyarakat. AKI mengambarkan jumlah wanita yang meninggal

dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau

penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama

kehamila, melahirkan dan dalammasa nifas (42 hari setelah melahirkan)

kelahira tanpa menghitung lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

Setiap harinya ditahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal selama dan

setelah kehamilandan persalinan. Angka kematian (AKI) di dunia sekitar

295.000 atau 211 kematian per 100.000 kelahiran hidup. 94% dari kematian

ibu terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sedangkan angka

kematian bayi (AKB) pada tahun 2018 sebesar 29 kematian per 1.000

kelahiran hidup (UNICEF, 2017; WHO, 2018).

1
2

Di Indonesia angka kematian maternal atdan perinatal masih cukup tinggi.

Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehtan di Indonesia cukup

banyak. Berdasarkan SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus), 2015 bahwa AKI

di Indonesia adalah 305/100.000 kelahiran hidup dengan penyebab Hipertensi

33,07%, Perdarahan obstetrik 27,03%, Komplikasi Non obstetrik 15,7%,

Komplikasi Obstetrik lainnya 12,04%, Infeksi pada kehamilan 6,06% dan

penyebab lainnya 4,81% demikian juga AKB di Indonesia menurut Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 2017 yaitu 24/1000 kelahiran hidup

dengan penyebab kematian adalah komplikasi kejadian intrapartum tercatat 283%,

akibat gangguan respiratori dan kardiovaskular 21,3%, BBLR dan premature

19%, Kelahiran kongenital 14,8%, akibat lainnya 8,2%, Infeksi 7,3%, akibat

tetanus neonatorum 1,2%.

Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur

tahun 2020 jumlah kasus kematian ibu di Nusa Tenggara Timur sebanyak 151

kasus dengan penyebab komplikasi non obstetric 42,74%, perdarahan 41,32%,

hipertensi dalam kehamilan 10,04%, infeksi 0,5%. Sedangkan jumlah kematian

bayi di Nusa Tenggara Timur adalah 945 kasus dengan penyebab-penyebab lain-

lain 34,46%, BBLR 22,08%, asfiksia 18,57%, pneumonia 7,18%, kelainan

bawaan 5,37%, infeksi lain 2,92%.

Hasil laporan tahunan dari Dinas Kesehatan Kota Kupang berdasarkan

laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Kupang Tahun 2020 jumlah kunjungan

ANC 9570 ibu hamil, persalinan nakes 8118 ibu bersalin, kunjungan nifas 8285
3

ibu nifas, kunjungan neonatus 8150 neonatus. Jumlah kematian ibu di kota

Kupang sebanyak 5 kasus, jumlah kematian bayi 18 kasus

Berdasarkan data program tahunan Puskesmas tahun 2019 di Puskesmas

Tarus dalam kurun waktu satu tahun terakir (Januari-Desember), jumlah KI 99,06

K4 77,63 Persalinan di fasilitas kesehatan 1089, Persalinan di non fasilitas

pelayanan kesehatan 32 dan Persalinan non tenaga kesehatan 31, sedangkan KF1

1121, KF2 1111, KF3 1095, KN1 1128, jumlah KN lengkap 1100 dan Neonatus

dengan Kompilikasi 43.

Pemerintahan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB mengadakan

program perencanaan persalinan dan pencegahan Kompilkasi (P4K). Program

inijuga dapat meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarkatdalam

merencanakan persalinan yang aman. Program Revolusi KIA, yaitu semua

persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih di fasilitas kesehatan

yang memadai (Dinkes NTT, 2020).

Masih banyaknya ibu hamilyang belum melakukan ANC ssuai dengan

ketentuan dan jadwal, pertolongan pesalinan tidak di tenaga kesehatan atau

difasilitas kesehatan yang memaidai sehingga di perlukan asuhan yang

komperhensif yang di berikan se berkelanjutan (CONTINUITY OF CARE) pada

ibuhamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan tujuan untuk mengurangi

risiko kematian dan mendukung percepatan penurunan AKI dan AKB.

Berdasarkan uraian di atas latar maka penulis sebagai mahasiswa Diploma

III Kebidanan tertarik untuk menerapkan ilmu kebidanan komprehensif pada

seorang ibu dari hamil, persalinan, hingga masa nifas dan bayi baru lahir yang
4

telah diperoleh dalam studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. M.S.S.M GI PI A0 AHI’’ mulai dari kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diharapakan mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan secara

komprehensif kepada Ny. M.S.S.M pada masa hamil, bersalin, bayi baru

lahir, dan nifas secara tepat sesuai prosedur yang sudah di tetapkan.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukaan pengkajian pada Ny. M.S.S.M mulai dari masa

kehamilan trimester III, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir.

b. Dapat menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada Ny. M.S.S.M

dalam masa Kehamilan, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir.

c. Dapat merencanakan tindakan pada Ny. M.S.S.M dalam masa

Kehamilan, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir.

d. Dapat melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah dibuat pada Ny.

M.S.S.M dalam masa Kehamilan, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir

e. Dapat melaksanakan evaluasi (perencanaan, penatalaksanaan, evaluasi),

pada Ny. M.S.S.M dalam masa Kehamilan, Bersalin, Nifas dan Bayi

Baru Lahir.

f. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP pada Ny.

M.S.S.M. dalam masa Kehamilan, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru Lahir.
5

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus

Pengambilan kasus dilakukan di rumah pasien dan Puskesmas Tarus

Kecamatan Kupang dengan menerapkan Asuhan Kebidanan yang dimulai

pada tanggal :

1. Tanggal 12 - 04 - 2021 : Pemeriksaan kehamilan pertama

2. Tanggal 24 - 04 - 2021 : Pemeriksaaan kehamilan kedua

3. Tanggal 17 - 05- 2021 : Melakukan operasi SC

4. Tanggal 18 - 05 -2021 : KN I dan KF I 9 jam post SC

5. Tanggal 22 - 05 - 2021 : Kunjungan rumah KF II/ KN II

6. Tanggal 27- 05- 2021 : Kunjungan rumah KN III

7. Tanggal 19-06- 2021 : Kunjungan rumah KF III


6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah proses yang normal, alamiah yang diawali

dengan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin dan muulai

sejak konsepsi sampai persalinan (Widatiningsih dan Dewi, 2017).

2. Kehamilan trimester III

Kelamilan merupakan proses yang alamia dan merupakan

pengalaman yanga sangat yang bermakna bagi perempuan keluarga dan

masyarakat. Kehamilan trimester III adalah trimester akhir kehamilan

pada periode ini pertemuan janin dalam rentan waktu 29-40 minggu dan

janin berada dalam tahap penyempurnaan (Dewi, 2017)

3. Adaptasi Perubahan Fisik pada kehamilan Trimester III

Adaptasi perubahan fisik pada kehamilan trimester III menurut

Dartiwen dan Nurhayati (2019) antara lain:

1.) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Uterus akan membesar ada bulan-bulan pertama karena pengaruh

esterogen dan progesteron yang meningkat. Minggu pertama

istimus rahim rahim bertambah panjang dan hipretropi sehingga

tersa lebih lunak. Pada kehamilan lima bulan rahim teraba seperti

6
7

berisi cairan ketuban, dinding rahim tipis sehingga bagian-bagian

janin dapat diraba melalui dinsing perut, terbentuk segemen atas

rahim dan segemn bawah rahim. Posisi ragim dalam kehamilan

yaitu awal kehamilan ante retroksesi, akhir bulan kedua uterus

teraba 1-2 jari diatas simpisis pubis. Uterus sering berkontraksi

tanpa rasa nyeri, konsintensi lunak, kontraksi ini disebut

braxtonhi. Kontraksi ini merupakan tanda kemungkinan hamil

dan konraksi sampai akhir kehaamilan menjadi his.

b) Serviks Uteri

Vaskularisasi ke serviks meningkat selama kehamilan sehingga

serviks menjadi lunak dan berwarna biru. Perubahan perubahan

serviks terutama terdiri dari jaringan fibrosa. Glandula servikalis

mensekkresikan lebih banyak Plak mucus yang akan menutup

kanalis servikalis dan untuk memperkecil resiko infeksi genetalia

yang meluas keatas menjelang akhir kehamilan kadar hormon

relaksi memeberikan pengaruh perlunakan kandungan pada

kolagen pada serviks.

Dalam persiapan persalianan, esterogen dan progesteron dan

hormon plasenta relaksi membuat serviks menjadi lunak.

Sumbat mucus yang disebut operculung terbentuk dari sekresi

kelenjar serviks pada kehamilan minggu ke-8. Sumbat mucus

tetap berada dalam serviks samapai persalianan dimulai dari pada

saat itu dilatasi serviks menyebabkan sumabat tersebut terlepas


8

c) Ovarium

Pada permulaan kehaamilan masih didepan luteum graviditas

sampai terbentuknya plasenta pada kehamilan 16 minggu.

Ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxing suatu

immunoreaktif inhibin dalam sirkulasi maternal. Relaksasi

mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin

menjadi baik hingga aterm

2.) Payudara

Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomamotropin, esterogen dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak

sehingga payudara menjadi lebih besar, aerola mengalami

hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu kaeatas dari puting

susu dapat keluar cairan berwarna putih jernih disebut clostrum.

Perubahan payudara pada payudara yang membraea kepada

fungsi laktasi disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen,

progesteron, laktogen plasenatal dan prolaktin. Stimulasi hormonal

ini menimbulkan proliferasi jaringan dilastasi pembuluh darah dan

perubahan sekretorik pada payudara. Payudara terus tumbuh pada

sepanjang kehamilan dan ukuran beratnya meningkatkan hingga

mencapai 500 gram untuk masing-masing payudara.


9

3.) Sistem Endokrin

Korpus Iuteum dala ovarium pada minggu pertama

menghasilkan esterogen dan progesteron, yang dalam stadium ini

memiliki fungsi utama mempertahankan pertumbuhan desidua dan

mencegah pelepasan serta pembebasan desidua tersebut. Sel-sel

trofoblast mengasilkan hormon korionik gonadrotropin yang akan

mempertahankan korpus luteum sampai plasenta berkembang penuh

dan mengambil alih produksi esterogen dan progesteron dari korpus

luteum

Esteroge merupaka faktor yang mempengaruhi pertembuhan

fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium, pelepasan

hormon hipofise. Sementara itu, progesteron memngaruhi tubuh ibu

mulai relaksasi otot polos, relaksasi dan alveoli, perubahan

sekretorik dalam payudara

Plasenta menghasilkan dua hormon spesifik lainnya, yaitu

hormon laktogenik dan relaksin. Hormon laktogenik meningkatkan

pertumbuhan, menstimulasi perkembangan payudara dan

mempunyai peranan yang penting dalam metabolisme lemak

maternal, sedangkan hormon relaxin memberikan efek relaksasi

khususnya pada jaringan ikat

Sekresi kelenjar hipofise menurut dan selanjutnya akan

meningkatkan sekresi semua kelenjar endokrin (kelenjar tyroid,

paratyroid, adernal). Prolaktin meningkatkan secara berangsur-


10

angsur menjelang akhir kehamilan, namun fungsi prolaktin dalam

memicu laktasi disupresi sampai plasenta di lahirkan dan kadar

esterogen menurun .

4.) Sistem Metabolisme

Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukan

perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi dalam tubuh untuk

pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Metabolisme tubuh pada

wanita hamil akan mengalami perubahan yang dasar, dimana

kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan

persiapan memberi ASI.

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meningkat

sehingga 15%-20% yang umumnya terjadi pada triwulan terakhir.

Peningkatan BMR mencerminkan kebutuhan oksigen kepada janin,

plasenta, uterus serta meningkatkan konsumsi oksigen akibat

peningkatan kerja jantung ibu.

5.) Sistem Pernapasan

Kebutuhan oksingen ibu meningkatkan sebagai respon

terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan

oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen

dan suatu cara untuk membuang karbondioksida. Peningkatan kadar

esterogen menyebabkan ligamentum pada kerangka iga berelaksasi

sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Wanita hamil bernapas

lebih dalam tetapi frekuensi napasnya hanya sedikit meningkat.


11

Peningkatan pernapasan yang berhubungan dengan frekuensi

napas normal meneyebabkan peningkatan volume napas satu ment

sekira 26% . peningkatan volume napas satu menit hiperventilasi

kehamilan, yang menyebabkan konsentrasi karbondioksida di

alveoli menurun. Selain itu pada kehamilan terjadi perubahan sistem

respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2.

Disamping itu terjadi desakan rahim pada umur kehamilan 32

minggu sebagai kompensasi terjadi desakan rahim dan kebutuhan O2

yang meningkatakan karena adanya penurunan tekanan CO2

seseorang wanita hamil sering mengeluhkan sesak napas sehingga

meningkatkan usaha bernapas. Pada 32 minggu keatas karna usus-

usus tertekan uterus yang membesar kaearh diafragma sehingga

diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan wanita hamil

kesulitan bernapas.

6.) Sistem perkemihan

Progesteron dan efek relaksasi pada serabut-serabut otot

polos meneybabkan terjadinya dilatasi, pemanjangan dan

penekukkan uterer. Penurunan urine terjadi dalam ureter bagian

bawah dan penurunan tonus kandung kemih dapat menimbulkan

pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas sehingga sering

terjadi piolenefritis. Ketidakmampuan untuk mengendalikan aliran

urine, khsusnya akibat desakan yang ditimbulkan oleh peningkatan

tekanan intra abdomen dapat terjadi menjelang akhir kehamilan.


12

Keadaan ini disebakan oleh penurunan tonus otot pada dasar

panggul (akibat progesteron) dan peningkatan akibat penambahan isi

uterus. akibat perubahan ini ada bulan-bulan pertama kehamilan,

kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga

timbul sering kencing keaadaan ini hilang makin tuanya kehamilan

bila uterus gravidus keluar rongga panggul.

Pada akhir kehamiln, bila kepal janin mulai turun ke PAP ,

keluhan semakin kencing akan timbul kembali karena kandung

kemih mulai tertekan. Disamping itu sering kencing, terdapat ula

poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi

darah di ginjal pada kehamilan sehingga filtrasi diglomerulus juga

meningkat sampai 69%. Reabsorbsi ditubulus tidak berubah,

sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam uri, glukosa,

asam amino, asam folik dalam kehamilan.

7.) Sistem Persarafan

Perubahan fungsi sitem neorologi selama maa hamil, selain

perubahan-perubahn neurohormal hipotalami-hiposisis.

Perubahan fisiologi spesifik akibat kehamilan dapat terjadi

timbulnya gejala neurologi dan neuromuskuar berikut:

a) Kompersi saraf panggul atau statis vaskular akibat pembesaran

uterus daat perubahan sensori di tungkai bawah.

b) Lordosis dorsal lumbal dapat menyebabkan nyeri akbibat tarikan

pada saraf atau kompresi akar saraf.


13

c) Edema yang mengakibatkan araf perifer dapat menyebabkan

carpal tunel sydrome saraf selama kehamilan trimester akhir

kehamilan.

Edema menekan saraf median dibawah ligamentum karpalis

pergelangan tangan. Sindrom ini di tandai oleh paresthesia (senasi

abnoormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada

sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar kesiku.

d) Akoestesia (gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang

membungkuk. Diraskan pada beberapa wanita selama hamil.

Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus

drakialis.

e) Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan

(sinkop) sering terjadi pada awal kehamilan karena ketidak

stabilan vasomotor, hipotensi postural hipoglikemi.

f) Hipokalemia dapat menyebabkan timbulnya masalah

neuromuscular, seperti kram otot.

4. Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Trimester III

Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Trimester III menurut

Dartiwen dan Nurhayati (2019).

Trimester ketiga sring disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita melaui menyadari kehadiran bayi

sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti

kehadiran sang bayi. Ada perasaan cemas mengingat bayi dapat lahir
14

kapanpun. Hal ini membuat ibu berjaga-jaga sementara ibu

memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.

Persiapan yang aktif terlihat dalam menenati kelahiran bayi dan

menjadi orang, sementara perhatian wanita terfokus pada bayi yang akan

segera dilahirkan pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya

menjadi hal yang terus-menerus meningtkan tentang keaadaan bayi.

Wanita tersebut menjadi lebih protektif terhadap bayi, mulai

menghindari keramaian atau seseorang atau apapun yang dianggap

berbahaya. Memilih nama untuk bayinya merupakan persiapan menanti

kelahiran bayi. Pakaian bayi mulai dibuat atau dibeli, kamar disusun

atau dirapikan, sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan

bayi.

Wanita akan kembali, merasakan ketidak nyaman fisik yang

semakin kuat menejlang akhir kehamilan. Ibu akan merasa canggung,

jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan

konsistensi dari pasangan. Pada pertengahan trimester ketiga,

peningkata hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan

menghilang karena abdomen yang semakin besar menajadi halangan.

Posisi dalam berhubungan seksual dan metedenya untuk mencapai

kepuasan dapat membantu atau menimbulkan persaan bersalah jika ibu

merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut dan berbagai perasaan

secara jujur dengan pasangan.


15

Rasa cemas dan tajut akan proses persalinan dan kelahiran

meningkat,  yang menjadi perhatian yaitu rasa sakit, luka saat

melahirkan, kesehatan bayinya kemampuan jadi ibu yang bertanggung

jawab dan bagaimana perubahan tentang proses peralinan dan kelahiran

agar timbul kepercayaan diri pada ibu bahwa ia dapat memlaui proses

persalinan dengan baik.

5. Asuhan Kebidnana Pada Kehamilan Trimester III

Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Trimester III menurut

Dartiwen dan Nurhayati (2019) antara lain:

a. Data Subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien melaui

anamese.

Tanda gejala subyektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien

suami keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat persalinan,

riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riwayat keturunan, pola hidup

dan riwayat psikososial).

Data yang dapat diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan

pasien:

1) Biodata

Biodata mencakup identitas pasien yaitu:

a) Nama yang jelas dan lengkap bila perlu ditulis nama panggilan

sehari-hari.

b) Umur, dicatat dalam tahun, berguna mengantisipasi diagnosa

masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.


16

c) Agama, ditanyakan untuk kemungkinan pengaruhnya terhadap

kebiasaan kesehatan pasien dan mempermudah pendekatan

didalam melaksanakan asuhan kebidanan.

d) Suku/bangsa berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasan

sehari-hari.

e) Pendidikan ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya,

juga tingkat pengetahuan sikap perilaku kesehatan seseorang.

f) Pekerjaan, gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosial ekonominya, karena ini juga berpengaruh dalam gizi

pasien tersebut.

g) Alamat, ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila

diperlukan keadaan mendesak dengan diketahui alamat bidan

dapat mengetahui tempat tinggal pasien dan lingkungannya.

2) Keluhan utama, ibu mengatakan telah haid 7 – 9 bulan, pernah atau

tidak pernah keguguran, jumlah anak yang hidup, serta jumlah

kelahiran.

3) Riwayat menstruasi, untuk mengetahui faal alat reproduksi yang

meliputi usia saat menarche, siklus haid, lamanya haid, sifat

darah dan nyeri yang terjadi pada saat haid.

4) Riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,

status menikah syah atau tidak, karena tanpa status yang jelas akan

berkaitan denga psikologis.


17

5) Riwayat kehamilan yang lalu, ditanyakan apakah ada gangguan

yang sangat selama kehamilan, selama hamil melakukakan

pemeriksaan dimana.

6) Riwayat kehamilan sekarang, untuk mengetahui sejak kapan

pergerakan anak dirasakan, keluhan yang dialami saat hamil,

imunisasi TT berapa kali dan therapi yang didapatkan.

7) Riwayat Keluarga Berencana, untuk mengetahui apakah pasien

pernah mengikuti KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,

adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi, dan alasan

berhenti dari KB.

8) Riwayat Kesehatan Keluarga, data ini diperlukan untuk dapat

mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga

terhadap kesehatan pasien dan janinnya yaitu apabila ada penyakit

keluarga yang menyertai.

9) Keadaan Psikososial, untuk mengetahui respon ibu dan keluarga

terhadap kehamilannya. Wanita mengalami perubahan emosi /

psikologis selama masa kehamilan.

10) Riwayat Pola Nutrisi, menggambarkan tentang pola makan,

frekuensi, jenis makanan dan minuman dan keluhan.

11) Riwayat Eliminasi, menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu

kebiasaan buang air besar dan buang air kecil, meliputi frekuensi,

warna, bau dan keluhan.


18

12) Pola Istirahat, meggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,

berapa jam pasien tidur dan keluhan yang dialami pasien saat

istirahat.

13) Riwayat Kebersihan Diri, dikaji untuk mengetahui apakah ibu

selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genitalia,

karena pada masa kehamilan terjadi peningkatan pH vagina.

Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat. Tanda gejala

subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau

keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat

perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB,

penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial, pola

hidup).

b. Data Objektif (Data Yang Diobservasi)

Data Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan pada

pasien, pemeriksaan umum, kebidanan dan pemeriksaan penunjang.

Pada data objektif pemeriksaan tersebut adalah meliputi :

1) Pemeriksaan fisik umum: eadaan umum pasien yang ditunjukan

dengan kesadaran, postur tubuh, gerakan tubuh dan ekspresi wajah.

2) Pengukuran tanda-tanda vital: suhu (36,50C-37,50C), nadi

(80-90x/menit), tekanan   darah (110/70-120/80 mmHg)  dapat

menentukan adanya gangguan kesehatan dalam tubuh pasien.


19

3) Pemeriksaan inspeksi, meliputi:

a. Kepala : Kebersihan rambut dan apakah ada

b. Wajah : benjolan.

Observasi kulit muka apakah ada pucat

c. Mata : atau edema dan cloasma.

d. Hidung : Apakah ada ikterik dan pucat.

e. Telinga : Apakah ada polip dan sekret.

f. Leher : Apakah ada serumen.

Apakah ada benjolan abnormal dan

g. Dada : pembesaran kelenjar.

Bentuknya apakah  ada benjolan  abnormal,

apakah puting susu menonjolan atau tidak,

h. Abdomen : adakah 

i. Ekstremitas : Hiperpigmentasi dan pengeluaran

colostrum.

j. Genitalia : Apakah ada bekas operasi, strie dan linea

nigra.

Ekstremitas atas dan bawah apakah ada

oedema dan varises.

Apakah ada kelainan, pengeluaran cairan

abnormal dari jalan lahir.

4) Pemeriksaan palpasi meliputi :


20

a. Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan, tinggi

fundus uteri, dan bagian apa yang terdapat

pada fundus.

Pada Trimester III usia kehamilan:

7 bulan : 3 jari atas pusat

8 bulan : ½ pusat – PX

b. Leopold II : 9 bulan : 3 jari bawah PX

Untuk menentukan letak punggung janin

sebelah kanan atau kiri dan bagian terkecil

janin, jika teraba keras, datardan

c. Leopold III : memanjang seperti papan (punggung)

Untuk menentukan apa yang terdapat

dibagian bawah (jika kepala maka teraba

bulat, melenting, dan keras), bokong

(bulat, lunak, melenting) dan apakah

d. Leopold IV : bagian bawah janin ini sudah atau belum

terpegang oleh pintu atas panggul.

Untuk menentukan apa yang menjadi

bagian bawah dan berapa masuknya bagian

bawah kedalam rongga panggul.

c. Analisa/diagnosa Kebidanan
21

1) Masalah atau diagonosis yang diletakan yang ditegakan

berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang

disimpulkan.

Keadaaan klien terus berubah dan selalu ada informasi baru, baik

subjektif maupun objektif maka proes pengkajian adalah suatu

proses yang dinamik. Menganalisa adalah suatu yang penting

dalam mengikuti perkembangan klien.

2) Diagnosis adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi

klien pada masa hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

berdasarakan hasil analisa yag diperoleh.

3) Masalah adalah segalah sesuatu yang menyimang sehingga klien

terganggu.

d. Penatalaksanaan (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi)

Mengambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

bersadarkan assesment.

1) Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang.

Untuk mengusahkan tercapaiannya kondisi klien yang sebaik

mungkin. Proses ini termasuk kriteria tujan tertentu dari

kebutuhan klien yang harus tercapai dalam batas waktu tertentu,

tindakan yang diambil harus membantu mencapai kemajuan

dalam kesehatan dan harus dengan instrukti dokter.

2) Implementasi
22

Pelaksanaan recana tindakan untuk menghilangkan dan

mengurangi masalah klien. Tidakan ini harus disetujui oleh klien

kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan

keselamatan klien. Bila kondisi klien berubah, intervensi

mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.

Standar 10 T untuk pelayanan antenatal menurut (Buku KIA, 2020).

1. Timbang berat badan ukur tinggi badan.

Bandingkan berat badan sebelum hamil, catat jumlah kg berat

badan beberapa minggu sejak kunjungan terakhir, catat pola

perkembangan berat badan. Pada pemeriksaan kehamilan pertama,

perhatikan apakah berat badan ibu sesuai dengan tinggi badan ibu dan

usia kehamilan. Berat badan ibu hamil bertambah 0,5 kg perminggu

atau 9-12 Kg selama hamil.

Bila peningkatan berat badan kurang dari 0,5 kg perminggu,

perhatikan apakah ada malnutrisi. Awasi adanya pertumbuhan janin

terhambat, insufisiensi plasenta, kemungkinan kelahiran prematur.

Bila peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg perminggu, perhatikan

adanya diabetes melitus, kehamilan ganda, hidramion dan

makrosomia.

2. Ukur tekanan darah.

Mengukur tekanan darah dilakukan pada saat pertama kali

mencatat riwayat klien, sebagai data dasar. Pada saat setiap

pemeriksaan antenatal dan selama persalinan. Normal tekanan darah


23

adalah 120/80 mmHg. Jika tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg

perhatikan adanya pre eklampsia.

3. Status gizi ibu

Pengukuran LILA dilakukan pada wanita usia subur (15-45

tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya kekurangan energi

dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu

lama. Pengukuran LILA dilakukan  dengan melingkarkan pita LILA

sepanjang 33 cm atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1

cm).

Saat dilakukan pengukuran, ibu hamil pada posisi  berdiri dan

dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku

lengan kiri,  jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.

Sebaliknya jika dia kidal,  pengukuran dilakukan pada lengan kanan.

Hal ini dilakukan untuk memperkecil bias yang terjadi, karena

adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan karena penimbunan

lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran

dilakukan pada lengan kanan.

Dengan pengukuran LiLA dapat digunakan untuk deteksi dini

dan menapis risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

4. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Pada seorang ibu hamil untuk menentukan usia kehamilan

dilakukan pemeriksaan abdominal/perut secara seksama.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara  melakukan palpasi (sentuhan


24

tangan secara langsung di perut ibu hamil)  dan dilakukan

pengukuran secara langsung  untuk memperkirakan usia kehamilan,

serta bila umur kehamilan bertambah.

Tabel. 2.1 Perkiraan TFU terhadap kehamilan

Tinggi Fundus Usia Kehamilan


1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis 12 minggu
½ simfisis-pusat 16 minggu
2/3 diatas simfisis atau 3 jari dibawah pusat 20 minggu
Setinggi pusat 22 minggu
1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat 28 minggu
½ pusat-procesus xipoideus 34 minggu
Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
2 jari dibawah procesus xipoideus 40 minggu
Sumber : (Walyani, 2017)

5. Letak presentase bayi dan DJJ

Dalam melakukan pemeriksaan fisik saat kehamilan,

bidan/dokter akan melakukan suatu pemeriksaan untuk menentukan

posisi janin, terutama saat trimester III atau menjelang waktu

prediksi persalinan. Selain itu akan dilakukan pula  pemeriksaan

denyut jantung janin (DJJ)  sebagai acuan untuk mengetahui

kesehatan ibu dan perkembangan janin, khususnya denyut jantung

janin dalam rahim.

Denyut jantung janin normal permenit adalah sebanyak 120-160

kali. Pemeriksaan denyut jantung  janin harus dilakukan pada ibu

hamil, dan  denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia

kehamilan 16 minggu/4 bulan.

6. Pemberian Imunisasi Tetanus Teksoid (TT) lengkap.


25

Imunisasi TT pertama diberikan pada wanita usia subur dan atau

wanita hamil di kunjungan awal dan imunisasi TT kedua diberikan

setelah 4 minggu TT pertama.

Tabel 2.2 Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid

Imunisasi Selang waktu pemberian Lama perlindungan

TT
TT 1 Langkah awal pembentukan

kekebalan tubuh terhadap

penyakit tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun
Sumber : Damayanti dkk (2015). (Buku KIA, 2020).

7. Pemberian Tablet Tambah Darah

Pemberian tablet tambah darah minimal 90 Tablet selama

kehamilan. Dimulai dengan memberikan 1 tablet sehari sesegera

mungkin setelah rasa mual hilang. Setiap ibu hamil minimal

mendapat 90 tablet selama kehamilannya. Setiap tablet besi

mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,5 mg.

8. Tes Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan

golongan darah, hemoglobin (kadar HB normal 11 gr% -12 gr%),

protein urine dan gula darah puasa.

9. Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)


26

Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS sehingga dapat

mengganggu saluran perkemihan dan reproduksi. Upaya diagnosis

kehamilan dengan PMS di komunitas adalah melakukan diagnosis

pendekatan gejala, memberikan terapi dan konseling untuk rujukan.

Hal ini bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap adanya

PMS agar perkembangan janin berlangsung normal.

10. Temu wicara (konseling)

Mencakup tentang komunikasi, imformasi dan edukasi yang

dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil yang bertujuan untuk

memberikan pelayanan antenatal berkualitas untuk mendeteksi dini

komplikasi kehamilan.

B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL) Umur 1 Jam

1. Persalinan

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks,

lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu

Persalinan terbagi menjadi 2 bagian yaitu persalinan normal dan patologi

a. Persalinan

1) Pengertian persalinan normal

Persalinan rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah

cukup berada dalam rahim ibuunya dengan dengan disusul oleh

keluarnya plasebta dan selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan

Nurwiyandani, 2017). Persalinan normal merupakan suatu proses


27

pengeluaran bayi dengan usia kehamilan yang cukup (37-42

minggu),

Lahir spontan dnegan prenstasi kepala yang berlangsung

selam 18 jam produk konsepi dikeluarkan sebagai akibat kontraki

teratur, progresif, sering dan kuat yang nampak tidak saling

berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi

(Walyani 2017)

2. Tanda-tanda persalinan

Tanda-tanda persalinan menurut (Widia, 2017) yaitu:

a) Terjadinya his persalinan

Mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar

kedepan, sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatanya

makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks,

semakin beraktivitas kekuatan makin bertambah. Setiap kontraksi

uterus memiliki 3 fase yaitu:

(a) Increment : Ketika intensitas terbentuk.

(b) Acme : Puncak atau maimum.

(c) Decement : Ketika otot relaksasi.

b) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)

Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan

menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.


28

Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. Lendir

inilah yang dimaksud sebagai bloody slim.

c) Keluarnya air-air (ketuban)

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang

menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru

pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban

diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

Normalnya air ketuban ialah cairan yang bersih, jernih dan tidak

berbau.

d) Pembukaan serviks

Pada pemeriksaan dalam di jumpai perubahan serviks

seperti pelunakan serviks, pendataran serviks dan pembukaan

serviks. Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-tama

aktivitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah

penipisan kemudian aktifitas uterus menghasilkan dilatasi serviks

yang cepat. Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap

kontraksi yang berkembang. Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien

tetapi dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktoryang mempengaruhi persalinan (Widia, 2017) antara

lain:

a) Power (Kekuatan)
29

Kekuatan atau tenaga yang mendorong jalan keluar. Kekuatan

tersebut meliputi kontraksi dan tenaga meneran.

b) Passanger (Penumpang)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal

yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala

janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin, sedangkan yang

perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar dan luasnya.

c) Passage (Jalan lahir)

Passage adalah Jalan lahir atau biasa disebut dengan panggul ibu.

Passage memiliki dua bagian, yaitu bagian keras dan bagian

lunak. Hal- hal yang perlu diperhatikan dari jalan keras adalah

ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan pada jalan lahir

lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang,

serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina.

4. Tahapan persalinan

a) Kala I atau kala pembukaan

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap yaitu 10 cm. Dimana kala ini dibagi menjadi dua yaitu:

(1) Fase laten

Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat Fase laten adalah

fase pembukaan yang sangat lambat, sampai pembukaan 3 cm

berlangsung dalam 7-8 jam.


30

(2) Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 subfase, yaitu:

(a) Periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan 4 cm (fase

percepatan).

(b) Periode dilatasi maksimal selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.

(c) Periode deselerasi (kurangnya kecepatan) berlangsung lambat

dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

b) Kala II

Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his

ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.

Persalinan kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan

berakhir dengan keluarnya janin. Dan gejala kala II antara lain ibu

ingin meneran (dorongan meneran/doran), perineum menonjol

(perjol), vulva membuka (vulka), tekanan anus (teknus),

meningkatnya pengeluaran lendir dan darah, kepala telah turun di dasar

panggul.

c) Kala III

Waktu pelepasan dan pengeluaran ari-ari/plasenta. Lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda

seperti uterus menjadi bulat, uterus terdorog keatas karena plasenta


31

dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang dan

terjadi perdarahan.

d) Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan pasca persalinan paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Observasi yang di lakukan adalah tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadi perdarahan.

2) Persalinan abnormal (patologis)

Persaliana abnormal adalah peralinan pervaginam dengan bantuan

alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.

Persalinan paotologis disebut juga dengan dystocia berasal dari bahasa

Yunani yaitu dys atau dus artinya jelek atau buruk, tocus artinya

perslinan. Perslinan patologis adalah persalinan yang membawa suatu

akibat buruk bagi ibu dan anak. (Depertemen OF Gynekologi, 2015).

Persalinan abnormal (patologis) dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1) Ekstraksi Forsep/Cunam

Esktraksi Forsep/Cunam menurut (Nurhayati, 2019)

a) Penegrtian

Esktraksi Forsep/Cunam adalah suatu tindakan bantuan persalinan

diman janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam atau forsep yang

dipasang pada kepalanya, sedangkan ekstrasi cunam adalah tindakan


32

obstetrik yang bertujuan unruk mempercepat kala pengeluaran

dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat

cunam. Cumam sendiri adalah suatu alat obstetrik yang terbuat dari

logam, yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan

kepala.

b) Indikasi Esktraksi Forsep

Indikasi ibu

(1) Persalinan distosia bahu

(2) Ekslampsi/preeklamps

(3) Prifilaksis penyakit sistemik ibu

(4) Ibu keletihan

Indikasi janin

(1) Janin mengalami disstres

(2) Presentasi yang belum pasti

(3) Janin berhenti rotasi

(4) Kelahiran kepala pada presentasi bokong

Indikasi waktu

(1) Indikasi pinard (2 jam mengedan tidak lahir)

(2) Modifikasi remeltz (setelah kepala didasar panggul diberikan 5

unit oksitosin dan tunggu 1 jam tidak lahir dilakukan ekstraksi

forcep)

c) Komplikasi Esktraksi Forcep


33

Beberapa komplikasi pada yang bisa terjadi pada tindakan Esktraksi

Forcep yaitu:

Komplikasi pada Ibu

(1) Perdarahan yang disebabkan oleh retensio plaenta, atonia utei

serata jahitan robekan jalan lahir yang lepas.

(2) Infeksi

(3) Trauma jalan lahir seperti terjadinya fistula vesiko vaginal,

fistula recto vaginal, fistula utero vaginal, ruptur uteri, rupture

serviks dan robekan perineum.

Komplikasi pada Bayi

(1) Trauma esktraksi forcep dapat menyebabkan cacat karena

aplikasi forcep

(2) Infeksi yang berkembang menjadi sepss dapat meneyabakan

kematian serta encephalitis sampai meningitis

(3) Gangguan susuan saraf pusat yang dapat menimbulkan

gangguan intelektual.

(4) Gangguan pendengaran dan kesimbangan

2) Esktraksi Vakum

a) Pengertian

Esktraksi Vakum merupakan alternatif yang sangat membantu

untuk menggantikan tindakan forcep rendah pada saat ibu merasa


34

letih dan tidak mampu mengejan dengan efektif. Sebuah mangkok

penghisap ditempelkan pada kepala janin dngan cara menimbulkan

keadaan vakum dan selama prosedur esktraksi dilangsungkan,

keadaan vakum tersebut dipertahankan, seutas rantai terkait pada

mangkok dan lewat rantai ini, mangkok tersebut ditarik perlahan-

lahan secara intermiten pada saat uterus ibu mulai kontraksi

(Nurhayati, 2019). Esktraksi Vakum dapat membantu mengurangi

kompikasi persalinan lama. Di seluruh dunias, esktraksi vacum lebih

banyak dilakukan dari pada menggunakan forcep. Sementara

indikasi dan kontraindikasi untuk penggunaan esktraksi vakum dan

forcep sebagian sama, penelitian saat ini menunjukam bahwa teknik

esktraksi vakum dapat dikuasai dengan pengalaman minim

(Nurhayati, 2019)

b) Indikasi Esktraksi Vakum

Indikasi Esktraksi Vakum menurut (Nurhayati, 2019) yaitu:

(1) Partus tidak maju dengan anak hidup

(2) Kala II lama dengan dengan presentasi belakang kepala

(3) Komlikasi dan upaya menghidarinya

c) Komplikasi yang bisa terjadi pada persalinan dengan bantuan

esktraksi vakum yaitu:

(1) Pada ibu yaitu bisa terjadi perdarahan akibat atonia uteri atau

trauma, trauma jalan lahir lahir dan infeksi


35

(2) Pada janin yaitu operasi dan laserasi kulit kepala,

sefalhematoma yang biasanya hilang dalam 3-4 minggu,

nekrosis kulit kepala, perdarahan intrakranial (sangat jarang),

joundice, fraktur clavikula, kerusakan N VI dan N VII.

Beberapa hal yang bia dilakukan dalam upaya menghindari

komplikasi yaitu: pastikan indikasi dan syarat penggunaannya,

penempatan mangkuk yang tepat, hindari kekuatan tarikan yang

berlebihan, koordinasikan tarikan dengan usaha mengedan,

awasi penurunan/pengeluaran dan terapkan ”the rule of threes”

(penghentian tindakan)

3) Sectio Caesarea

a) Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding

rahim dengan sayatan pada dinding rahim dengan sayatan rahim

dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 5000 gram.

Sectio Caesarea adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan

berat badan diatas 5000 gram melalui sayatan pada dinding uterus

yang utuh.

Section Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding rahim (Nurhayati, 2019) Persalinan

Caesar ini akan menimbulkan rasa nyeri pada luka bekas sayatan di perut

bercampur rasa kebal disekitarnya. Keadaan itu menyebabkan ibu merasa


36

mulas dan takut untuk menggerakkan tubuh, akan tetapi kembali

bergerak secepat mungkin sangat disarankan bagi para ibu sesudah

operasi Caesar. Operasi dan anestesi dapat menyebabkan pneumonia

sehingga sangat penting bagi ibu untuk bergerak. (Nurhayati, 2019).

b) Indikasi

Indikasi ibu dilakukan section caesarea adalah rupture uteri iminen,

perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, sedangkan indikasi dari janin

adalah fetal distress dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa

faktor diatas dapat diuraikan beberapa penyebab section caesarea sebagai

berikut:

(a) PEB (Pre-Eklampsia Berat)

Pre-eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.

Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsia dan eklamsia

merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal paling

penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini sangat

penting yaitu mampu mengenali dan mengobati sehingga tidak

terjadi eklamsia.

(b) KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.


37

Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37

minggu, sedangkan di bawah 26 minggu hanya sebagian terkecil.

(c) Mengulangi Operasi section Caesarea

Sebanyak 90% wanita yang pernah mengalami operasi sesar adalah

kandidat untuk kelahiran normal setelah melahirkan sesar untuk

kelahiran berikutnya adalah vaginal birth after caesarea (VBAC).

Risiko terbesar yang terlibat dalam VBAC adalah rupture uteri yang

terjadi pada 0,2%-1,5% dari VBAC. Namun ada kriteria yang harus

dipenuhi untuk memiliki VBAC. Konsultasikan dengan dokter

tentang kondisi tersebut.

(d) Kehamilan Post Date

Post date (kehamilan lewat waktu) adalah kehamilan yang lamanya

melebihi 42 minggu (294 hari) dihitung dari HPHT atau 12 hari

setelah perkiraan. Apabila tidak ada tanda infuesiensi plasenta

persalinan spontan dapat di tunggu dengan pengawasan ketat. Pada

persalinan harus diperhatikan bahwa partus akan sangat merugikan

bayi, janin post matur kadang besar dan kemungkinan CPD dan

distosia janin besar maka persalinan harus dilakukan dengan SC

untuk meminimalkan risiko.

(e) Faktor Hambatan Jalan Lahir


38

Adanya gangguang pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan

bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

(f) Kelainan Letak Janin

Kelainan letak janin terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

a) Kelainan pada Letak Kepala

(1) Letak Kepala Tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan

dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan

panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,

kerusakan dasar panggul

(2) Presentasi Muka

Letak kepala tengadah (defleksi) sehingga bagian kepala

yang terletak paling rendah adalah muka. Hal ini jarang

terjadi kira-kira 0,27-0,5%.

(3) Presentasi Dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi dahi berada pada

posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan

dagu biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak

muka atau letak belakang kepala.

b) Letak Sungsang
39

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada

dibagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak

sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,

sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi

kaki.

(g) Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesare. Hal ini

karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang

lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu bayi kembar

pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga

sulit untuk dilahirkan secara normal.

(h) Fetal Distress

Gawat janin atau Fetal Distress adalah kondisi yang menandakan

bahwa janin kekurangan oksigen selama masa kehamilan atau saat

persalinan. Kelahiran perlu di upayakan dalam 30 menit setelah di

ketahui adanya kondisi gawat janin. Kelahiran bisa diupayakan

mealaui vagina atau forceps pada kepala bayi. Jika cara tersebut

tidak mungkin dilakukan, maka janin harus dilakukan melalui

operasi caesarea.

(i) Komplikasi
40

Yang sering terjadi pada ibu dengan operasi Sectio Caesaria yaitu:

a) Infeksi puerperial: Kenaikan suhu selama beberapa hari dalam

masa nifas dibagi menjadi :

a. Ringan dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

b. Sedang dengan suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan

dehidrasi dan perut sedikit kembung

c. Berat, peritonealis, sepsis, dan usus paralitik

b) Perdarahan: Perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat

pembedahan cabang-cabang arteri uterin ikut terbuka atau

karena atonia.

c) Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kemih

dan embolisme paru yang sangat jarang terjadi.

d) Kurang kuatnya parut pada dinding uterus sehingga pada

kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Yang sering terjadi

pada ibu dan bayi yaitu Kematian perinatal.

c) Pentalaksanaan

a) Perawatan awal

(1) Letakkan pasien dalam masa pemulihan periksa kondisi pasien,

cek tanda vital setiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian

tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15

menit sampai sadar.

(2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.

(3) Transfusi jika diperlukan


41

(4) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi,

segera kembalikan ke kamar kemungkinan terjadi perdarahan

pasca bedah.

b) Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita

flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.

Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh

dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

c) Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

(1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah

operasi.

(2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur

terlentang sedini mungkin setelah sadar.

(3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan

selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghemb

uskannya.

(4) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi

setengah duduk (semifowler).

(5) Selanjutnya selama berturut-turut hari demi hari, pasien

dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan

kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca

operasi.
42

d) Faktor Gastrointestinal

(1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair.

(2) Jika ada tanda infeksitunggu bising usus timbul.

(3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat.

(4) Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan

baik.

e) Perawatan fungsi kandung kemih

(1) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau

sesudah semalam.

(2) Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin

jernih.

(3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter

terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.

(4) Jika sudah tidak memakai antibiotika  berikan nirofurantoin 100

mg per oral per hari sampai kateter dilepas.

(5) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak

nyaman pada penderita, menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48

jam/lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan

penderita.

f) Pembalutan dan Perawatan Luka


43

(1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan

tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut.

(2) Jika pembalut agak kendor jangan ganti pembalut tetapi beri

plester untuk mengencangkan.

(3) Ganti pembalut dengan cara steril.

(4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih.

(5) Jahitan fasia adalah yang utama dalam bedah abdomen, angkat

jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca operasi sectio

saesaria.

g) Jika masih terdapat perdarahan

(1) Lakukan masase uterus.

(2) Beri Oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik

atau RL) 60 tetes/menit, Ergometrin 0,2 mg IM dan

Prostaglandin.

h) Jika terdapat tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai

pasien bebas demam selama 48 jam :

(1) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

(2) Ditambah Gentamisin 5 mg/kg berat badan IV setiap 8 jam.

(3) Ditambah Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

i) Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan .

Pemberian Analgesia sesudah bedah sangat penting.

(1) Supositoria = Ketopropen sup 2x/ 24 jam.

(2) Oral = Tramadol tiap 6 jam atau paracetamol.


44

(3) Injeksi   = Penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila

perlu.

j) Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat

diberikan Caboransia seperti Neurobian I Vit. C.

k) Hal-hal lain yang perlu diperhatikan

(1) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan

komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah

operasi.

(2) Pasca operasi perlu  dilakukan drainase untuk mencegah

terjadinya hematoma.

(3) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan

lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.

(4) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.

(5) Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadinya infeksi.

(6) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.

(7) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang

dapat menaikkan tekanan intra abdomen.

(8) Pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas karena bila

terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang

mungkin disebabkan karena pengaruh obat-obatan anestetik,

narkotik dan karena tekanan diafragma.  Selain itu juga penting

untuk mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya


45

hipotensi dan aritmia kardiak. Hal ini perlu memantau TTV

setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam sekali.

(9) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa

nyeri dan kenyamanan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu

adanya orientasi dan bimbingan kegiatan post op seperti ambulasi

dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.

(10) Perawatan Pasca Operasi

Perawatan  pasca  operasi,  jadwal pemeriksaan ulang tekanan

darah, frekuensi nadi dan nafas, Jadwal pengukuran jumlah

produksi urin, berikan infus dengan jelas singkat dan terinci

bila dijumpai adanya penyimpangan.

(11) Penatalaksanaan medis cairan IV sesuai indikasi

Anestesia; regional atau general perjanjian dari orang

terdekat untuk tujuan sectio caesaria.

(12) Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.  Pemberian

oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol ruangan

pemulihan, persiapan kulit pembedahan abdomen, persetujuan

ditandatangani, pemasangan kateter fole.

(13) 18 Penapisan Asuhan Persalinan Normal (JNPK-KR, 2008:50) :

(1) Riwayat bedah sesar

(2) Perdarahan pervaginam

(3) Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37

minggu)
46

(4) Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental

(5) Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)

(6) Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia

kehamilan kurang dari 37 minggu)

(7) Ikterus

(8) Anemia berat

(9) Tanda/gejala infeksi

10) Preeklampsi/hipertensi dalam kehamilan

11) Tinggi fundus 40cm atau lebih

12) Gawat janin,

13) Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala

janin masih 5/5

14) Presentasi ganda (majemuk)

15) Kehamilan ganda (majemuk)

16) Kehamilan ganda atau gemeli

17) Tali pusat menumbung

18) Syok.

1. Asuhan kebidanan pada persalinan (Fitriana dan Nuwiyandani, 2018)

Asuhan kebidanan pada ibu bersalin merupakan asuhan yang diberikan

Bidan pada ibu bersalin.

a. Data Subjektif
47

Data yang diambil dari pasien/keluarga.Contohnya : Ibu mengatakan merasa

nyeri pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang di sertai keluar lendir

bercampur darah dari jalan lahir serta ingin BAB, sejak kapan ibu mulai

merasakan tanda-tanda persalinan, HPHT dan riwayat persalinan yang lalu.

b. Data Objektif

Data yang diobservasi dan diukur oleh bidan melalui: Pemeriksaan umum

meliputi: suhu, tekanan darah, nadi, pernapasan, DJJ, his. Pemeriksaan fisik

meliputi; abdomen, genitalia, pemeriksaan dalam. Pemeriksaan penunjang

meliputi: Rontgen, golongan darah, HB, protein urine dan USG.

1) Pemeriksaan umum meliputi : keadaan umum pasien yang ditunjukan

dengan postur tubuh, gerakan tubuh dan ekspresi wajah. Suhu normal

yaitu : 36,5ºC - 37,5ºC, jika lebih dari 38ºC maka kemungkinan infeksi,

TD : Ibu hamil 110/70 – 120/80 mmHg. Dikatakan tinggi bila lebih dari

140 - 90 mmHg normal. Nadi normal dalam keadaan santai, denyut nadi

normal sekitar 60 - 80x/menit, pernapasan normal : 16 - 20x/menit, berat

badan sebelum hamil dan berat badan saat hamil, kenaikan normalnya 9 -

12 kg.

LiLA diperiksa pada tangan kiri, normalnya 23,5 cm jika kurang dari 23,5

cm merupakan indikator status gizi kurang. Tinggi badan normalnya >

145 cm, jika < 145 cm beresiko tinggi seperti panggul sempit.

2) Pemeriksaan fisik meliputi : Kepala : Apakah ada benjolan atau tidak,

apakah ada ketombe atau tidak. Rambut : Apakah mudah rontok,

warnanya merah, dan kering atau tidak. Wajah : Perhatikan ekspresi wajah
48

apakah bahagia, cemas, marah atau gelisah. Apakah oedema, pucat atau

tidak. Mata: Apakah konjungtiva pucat atau tidak, sklera apakah putih

normal atau tidak. Mulut dan gigi: Apakah bersih ada sariawan atau tidak

dan ada caries pada gigi atau tidak, apakah lidah tampak pucat atau

tidak. Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran

kelenjar limfe dan pembendungan vena jugularis atau tidak. Dada :

Apakah bentuk simetris atau tidak, keadaan putting susu menonjol atau

tidak, pengeluaran ASI atau colostrum dan apakah ada massa atau tumor.

Abdomen : Membesar sesuai umur kehamilan, striae lividae dan striae

albikans pada primi dan luka bekas operasi atau tidak pada multi.

Genitalia : Vulva: Apakah ada varises, oedema atau tidak. Vagina: Apakah

ada pengeluaran lendir dan darah serta cairan ketuban yang merembes

warna putih keruh atau tidak. Anus: ada hemoroid atau tidak. Ekstremitas

atas: Apakah oedema, pucat pada telapak tangan jari tangan dan ujung

kuku atau tidak. Ekstremitas bawah: apakah oedema, varises, pucat pada

telapak kaki dan ujung kuku kaki atau tidak.

3) Pemeriksaan palpasi meliputi : leopold I : Usia kehamilan : 7 bulan: 3

jari atas pusat, 8 bulan : ½ pusat – px, 9 bulan : 3 jari bawah px, leopold

II : Menentukan dimana letak punggung janin (kanan atau kiri, teraba

datar, keras, seperti papan) dan letak bagian-bagian terkecil janin,

leopold III : Menentukan apakah yang terdapat di bagian bawah dan

apakah bagian terbawah janin sudah atau belum terpegang oleh pintu atas

panggul. Kepala (keras, bulat, melenting), bokong (bulat, lunak,


49

melenting), leopold IV : Divergen sudah masuk PAP berapa masuknya

bagian terbawah ke dalam rongga panggul, dengan gambar V / V.

4) Pemeriksaan auskultasi : Apakah DJJ terdengar atau tidak, frekuensi,

jelas dan teratur atau tidak, dan terdengar di kanan atau kiri perut ibu.

DJJ normal 120 - 160 x / menit.

5) Pemeriksaan perkusi : Tungkai refleks atau tidak.

6) Pemeriksaan dalam : Hasil pemeriksaan dalam sesuai dengan keadaan

pasien dan kemajuan persalinan meliputi : Keadaan vulva:tidak ada

oedema, tidak ada massa, tidak ada varises, Vagina : Ada pengeluaran

lendir, darah dan air ketuban. Porsio : Tebal lunak, tipis lunak, tidak

teraba, kantong ketuban : ketuban positif atau negatif. Pembukaan :

pembukaan dimulai dari 1 - 10 cm, kepala : Proses penurunan kepala

dalam tahapan persalinan yaitu hodge I – IV.

c. Analisa

G2 P1 A0 AH1 UK minggu, tunggal/gemeli, hidup, intra uterine,

presentasi kepala/sungsang/melintang, Inpartu kala I Fase laten/aktif – kala

IV.

d. Penatalaksanaan

Bidan melakukan observasi pada ibu bersalin yakni pada Kala I, Kala II,

Kala III dan Kala IV.

1) Penatalaksanaan Kala I
50

a) Fase Laten

Melakukan asuhan sayang ibu.

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai

budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah satu prinsip dasarnya

adalah mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses

persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu

selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan

pengeluaran yang lebih baik, juga mengurangi jumlah persalinan

dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan

persalinan akan berlangsung lebih cepat.

b) Fase Aktif

Pada Fase ini pembukaan serviks dihitung mulai dari pembukaan  

4 cm – 10 cm dan dipantau menggunakan lembar partograf.

2) Penatalaksanaan Kala II – Kala IV.

Menurut Anita (2014) prosedur Asuhan Persalinan Normal 60 langkah

antara lain :

a) Mengenali tanda dan gejala kala II

(1). Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala

dua. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran, ibu merasakan

tekanan yang semakin meningkat pada rektum/vaginanya,

perineum menonjol, vulva vagina dan singfester ani membuka.

b) Menyiapkan pertolongan persalinan


51

(2). Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanaan

komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia tempat datar, keras, 2

kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt

dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Menggelar kain diatas perut

ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi, menyiapkan

oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai dalam partus

set.

(3). Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

(4). Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah

siku.Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

(5). Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk

semuapemeriksaan dalam.

(6). Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril.

c) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

(7). Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa

yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut

vagina, perineum dan anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari


52

depan kebelakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi kedalam wadah yang benar, mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi.

(8). Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memstikan bahwa serviks sudah lengkap, bila

selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah

lengkap lakukan amniotomi.

(9). Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelup tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik

serta merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit,

mencuci tangan.

(10). Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan

bahwa DJJ dalam keadaan baik dan semua hasil-hasil penilaian

serta asuhan lainnya di catat pada partograf.

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan

meneran

(11). Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai

keinginannya, menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan

ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan kepada


53

anggota bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi

semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

(12). Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran.

(13). Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat meneran

secara benar dan efektif. Dukung dan beri semangat pada saat

meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya.

Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi. Anjurkan

keluarga untuk memberi semangat pada ibu. Berikan cukup

asupan cairan.  Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

Segera rujuk bila bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran

(primigravida) atau 1 jam meneran (multigravida).

(14). Anjurkan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman. Jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 60 menit.

(15). Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

(16). Letakan kain bersih yang diletakan 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.

(17). Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat

dan bahan.

(18). Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


54

e) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

(19). Setelah tampak kepala bayi diameter 5-6 cm membuka vulva

maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan

ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

Dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih.

(20). Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses

kelahiran bayi.

(21). Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

(22). Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya

dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga

bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan

lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu posterior.

(23). Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum

tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan

tersebut. Mengendalikan kelahiran dan tangan bayi saat melewati


55

perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan.

(24). Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat

punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dengan

hati-hati membantu kelahiran bayi.

f) Penanganan bayi baru lahir

(25). Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), apakah bayi

menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi

bergerak kesulitan. Jika bayi tidak bernafas, tidak menangis

lakukan resusitasi, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu

dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya

(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang

memungkinkan).

(26). Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan

oksitosin/IM

(27). Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah

ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah

ibu).

(28). Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.


56

(29). Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basahdan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang

sesuai.

(30). Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.

g) Oksitosin

(31). Meletakkan kain yang bersih dan kering, melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

(32). Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

(33). Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit Imdi gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian

luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

h) Penegangan tali pusat terkendali

(34). Memindahkan klem pada tali pusat

(35). Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

atas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukan

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat

dan klem dengan tangan lain

i) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan

ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang

berlawanan arah pada bagian bawah uterus ke arah atas dan belakang
57

(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya

inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

j) Mengeluarkan plasenta

(36). Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat bertambah panjang,

pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. Jika

plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat

selama 15 menit: mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM,

menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi kandung

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu. Meminta

keluarga untuk mnyiapkan rujukan. Melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit berikutnya, merujuk ibu jika plasenta

tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

(37). Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan

selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai


58

sarung tangan disenfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa

vagina dan serviks ibu dengan seksama menggunakan jari-jari

tangan atau klem atau forseps disenfeksi tingkat tinggi atau steril

untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

k) Pemijatan Uterus

(38). Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan

masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus menjadi keras).

l) Menilai Perdarahan

(39). Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

(40). Maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus

tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik

mengambil tindakan yang sesuai.

(41). Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalaami perdarahan aktif.

m) Melakukan prosedur pasca persalinan

(42). Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik

(43). Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih


59

bersarung tangan tersebut dengan air disenfeksi tingkat tinggi

dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering

(44). Menempatkan klem tali pusat disenfeksi tingkat tinggi atau

steril atau mengikatkan tali disenfeksi tingkat tinggi dengan

simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat

(45). Mengikat satu lagi simpul di bagian pusat yang bersebrangan

dengan simpul mati yang pertama

(46). Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan

clorin 0,5%

(47). Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering

(48). Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI

(49). Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

(b) Setiap 15 menit pada 1 menit pertama pasca persalinan

(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri

(e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan

teknik yang sesuai.


60

(50). Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontaraksi uterus

(51). Mengevaluasi kehilangan darah

(52). Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaaan kandung kemih

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap

30 menit selama jam kedua pasca persalinan. Memeriksa

temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama

pascapersalinan. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan

yang tidak normal.

n) Kebersihan dan keamanan

(53). Menempatkan semua peralatan di dalam larutan clorin 0,5%

untuk didekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi

(54). Membuang bahan - bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

(55). Membersihkan ibu dengan menggunakan air disenfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah.

Membantu ibu memakai pakian yang bersih dan kering

(56). Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman

dan makanan yang diinginkan.

(57). Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.


61

(58). Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

(59). Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

o) Dokumentasi

(60). Melengkapi partograf.

5. BBL UMUR 1 JAM

a. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah: Bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan

2500–4000 gram, nilai Apgar ≥7 dan tanpa cacat bawaan (Marni, 2016)

Bayi baru lahir normal adalah: Asuhan yang diberikan pada bayi

tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Marni dan Raharjo,

2017)

Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

a) Berat badan 2500-4000 gram

b) Panjang badan lahir 48-52 cm

c) Nilai AS 7-10

d) LIDA 30-38 cm

e) LIKA 33-35 cm

f) Bunyi jantung dalam menit pertama 180x/menit, kemudian menurun

120x/menit
62

g) Pernapasan pada menit pertama cepat 80x/menit kemudian menurun

40x/menit

h) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup

terbentuk dan diliputi vernik caseosa

i) Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

j) Genetalia

( P ) : Labia mayora sudah menutupi labia minora

( L ) : Testis sudah turun

k) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l) Reflek morro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan

gerakan seperti memeluk.

m) Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda di atas

telapak tangan bayi akan menggenggam

n) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama mekonium berwarna hitam kecoklatan.


63

Tabel 2.3 Penilaian APGAR SCORE

Nilai
Tanda
0 1 2
Appeareance Seluruh tubuh Warna kulit tubuh Warna kulit

(Warna kulit) bayi berwarna normal, tetapi seluruh tubuh

kebiruan atau tangan dan kaki normal, merah

pucat berwarna muda

kebiruan
Pulse (Nadi) Denyut jantung Denyut jantung Denyut jantung

tidak ada <100 kali >100 kali

permenit permenit
Grimace  Tidak ada Wajah meringis Meringis,

(Respon respon terhadap saat distimulasi menarik,

refleks) stimulasi batukatau bersin

saat stimulasi
Activity (Tonu Lemah, tidak Lengan dan kaki Bergerak aktif

s otot) ada gerakan dalam posisi dan spontan

fleksi dengan

sedikit gerakan
Respiratory Tidak bernafas, Menangis lemah, Menangis kuat,

(Pernafasan) pernafasan terdengar seperti pernafasan baik

lambatdan tidak merintih dan teratur

teratur
Sumber : Dwi (2014).
64

Interpretasi :

(a) Nilai 1- 3 : asfiksia berat.

(b) Nilai 4 - 6 : asfiksia sedang.

(c) Nilai 7 - 10: asfiksia ringan (normal).

b. Penilaian Bayi Baru Lahir

Keadaan umum bayi baru lahir dinilai satu menit setelah kelahiran

dengan kriteria Apgar Skor. (Sarwono Prawirahardjo 2014).

1) Pelaksanaan

Segera setelah bayi dilahirkan:

a) Secara cepat menilai pernapasannya, letakkan bayi dengan

handuk di atas perut ibu.

b) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah dan lendir

dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang.

c) Klem dan potong tali pusat.

(1) Mengklem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik

kira-kira 2 cm dan 3 cm dari pangkal pusat bayi.

(2) Memotong tali pusat di antara kedua klem sambil melind

ungi perut bayi dari gunting.

(3) Mempertahankan kebersihan pada saat memotong tali

pusat, mengganti sarung tangan bila ternyata sudah

kotor, memotong tali pusat dengan pisau atau gunting

yang steril atau desinfeksi tingkat tinggi.

(4) Memeriksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih ada

pendarahan lakukan peningkatan ulang yang lebih ketat


65

d) Jagalah agar bayi tetap hangat

(1) Memastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi

kontak antara kulit bayi dan kulit ibu.

(2) Mengganti handuk atau kain yang basah dan bungkus

bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa

memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik

untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

e) Kontak dini dengan ibu

(1) Memberikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk

kehangatan.

(2) Untuk ikatan batin dan pemberian ASI.

f) Pernapasan

Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.

g) Perawatan mata

Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk mencegah penyakit mata karena klamidia.

h) Pemeriksaan fisik bayi

(1) Gunakan tempat yang aman (hangat dan bersih) untuk

pemeriksaan.

(2) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan,

menggunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada

saat menangani bayi.


66

(3) Lihat, dengarkan dan rasakan tiap daerah, dimulai dari

kepala dan berlanjut secara sistematis menuju jari kaki

i) Menulis hasil pengamatan

Pemeriksaan fisik bayi

(1) Kepala: simetris atau tidak, terdapat caput succedanum

atau tidak, terdapat cephal hematoma tau tidak.

(2) Telinga:periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.

(3) Mata: tanda- tanda infeksi yakni pus.

(4) Hidung dan mulut: bibir dan langitan, periksa adanya

sumbing, reflek hisap dinilai dengan mengamati bayi

pada saat menyusui.

(5) Leher: ada pembengkakan atau tidak.

(6) Dada: simetris atau tidak, bunyi nafas, bunyi jantung,

putingnya menonjol atau tidak.

(7) Bahu, lengan dan tangan: gerakan normal atau tidak,

jumlah jari (syndaktil atau polydaktil).

(8) Perut: bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat

menangis, pendarahan tali pusat.

(9) Jenis kelamin

(L) : Testis berada dalam skrotum, penis berlubang

dan pada ujung letak lubang.

(P) : Vagina berlubang, uretra berlubang, labia

mayora sudah menutupi labia minora atau tidak.


67

(10) Tungkai dan kaki: gerakan kaki normal, tampak normal,

jumlah jari.

(11) Punggung dan anus: pembengkakan atau ada cekungan

spima bifida atau tidak.

(12) Kulit: Verniks warna, pembengkakan tanda-tanda lahir.

(13) Sistem syaraf: Adanya refleks morro, lakukan

rangsangan dengan suara keras yaitu pemerikssaan

bertepuk tangan.

j) Identifikasi bayi

Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi

perlu dipasang segera pasca persalinan. Alat yang digunakan

hendaknya tebal, dengan tepi yang tidak mudah melukai, tidak

mudah sobek dan tidak mudah lepas

(1) Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum: nama

(bayi, ibunya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin,

umur.

(2) Di setiap tempat tidur haruss diberi tanda dengan

mencantumkan nama,tanggal lahir,nomor identifikasi.

(3) Ukurlah BB, PB, LIKA, LIDA, LILA, lingkar perut bayi

dan catat dalam rekam medis.

c. Evidence Based

1) Memulai pemberian ASI dini dan ekslusif


68

Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk

peningkatan sumber daya manusia antara lain dengan jalan

memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang dimaksudkan

untuk meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir yang

akhirnya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi

(AKB). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi

menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan

mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting

susu).

2) Baby friendly

Baby friendly atau dikenal dengan baby friendly initiative

(Inisiasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang

didirikan oleh WHO/UNICEF pada tahun 1991 untuk

mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi dan

kelanjutan menyusui. Program ini mendorong rumah sakit dan

fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan

untuk ibu dan bayi. Sebuah fasilitas baby friendly

hospital/maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan

memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka awal

kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang

bayi mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai dan

terus menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan

khusus karena telah melakukannya. Sejak awal program, lebih


69

dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan

program baby friendly. Negara–negara industri seperti Australia,

Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia,

Spanyol, Swiss, Swedia, Inggris dan Amerika Serikat telah resmi

ditetapkan sebagai rumah sakit sayang bayi.

3) Regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit ke kulit

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga

akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari

dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi.

Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit

pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa

mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi

untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Kontak kulit bayi

dengan ibu dengan perawatan metode kangguru dapat

mempertahankan suhu bayi dan mencegah bayi

kedinginan/hipotermi. Keuntungan cara perawataan bayi dengan

metode ini selain bisa memberikan kehangatan, bayi juga akan

lebih sering menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan

berat badan bayi lebih cepat. Ibu pun akan merasa lebih dekat

dengan bayi bahkan ibu bisa tetap beraktivitas sambil

menggendong bayinya.

4) Perawatan tali pusat


70

Saat bayi dilahirkan, tali pusat (umbilikal) yang

menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong meski

tidak semuanya. Tali pusat yang melekat di perut bayi, akan

disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-

pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya.

Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat

dengan benar.

5) Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa

yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit

dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Menurut

Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah

perubahan dalam besar jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel,

organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat

(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter). Sedangkan

perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagi hasil dari

proses pematangan. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan

bayi dan balita adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru

lahir yang dilakukan setiap hari untuk merangsang semua sistem

indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan dan

pengecapan).
71

a) Asuhan kebidanan pada bayi

Asuhan kebidanan pada Bayi (Dewi, 2017).

a. Subjektif

Ibu mengatakan keadaan bayinya sehat, selama ini bayinya hanya

diberikan ASI saja, saat menyusui bayi menyusui kuat/lemas.

Selama ini juga ibu rajin membawakan bayinya pergi imunisasi

setiap bulan dan memeriksakan pertumbuhan bayinya.

b. Objektif

Data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan umum,

pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan fisik pada BBL umur

1 jam sampai 29 hari, bila bayi mempunyai masalah atau pun saat

melakukan kunjungan ulang.

c. Analisa

Kesimpulan yang dibuat untuk mengambil suatu diagnosa

berdasarkan data subjektif dan data objektif.

d. Penatalaksanaan

Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan.

C. NIFAS

1. Masa Nifas (Puerperium).


72

a. Pengertian

Masa perperium atau masa nifas dimulai setelah partus dari 6-48

Jam dan dari 3-28 hari sampai berakhir kira-kira 29-42 hari setelah

melahirkan. Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti

sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan (Walyani, 2017).

Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan

rentang waktu kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai

setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal

seperti sebelum lahir.

b. Periode Masa Nifas

Periode masa nifas yaitu :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh

alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil

atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

c. Adaptasi psikologis masa nifas

Tiga tahap perubahan perilaku menurut (Walyani, 2017) yaitu :

1) Taking In
73

Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan

sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih

mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,

kebutuhan tidur meningkat.

2) Taking Hold

Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap

perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif

sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk

mengatasi kritikan yang dialami ibu.

3) Letting Go

Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan

pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab

sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang

sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu.

d. Adaptasi perubahan fisik masa nifas.

Perubahan fisik masa nifas menurut (Walyani, 2017).

1) Perubahan pada uterus

Terjadi kontraksi yang meningkat setelah bayi keluar. Hal

yang menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan sehingga

jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus mengalami

nekrosis dan lepas.


74

Ukuran uterus kembali mengecil kembali setelah 2 hari

pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu

masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum

hamil.

Jika sampai 2 minggu postpartum uterus belum masuk

panggul dicurigai adanya subinvolusi hal ini dapat disebabkan

oleh infeksi atau perdarahan lanjut (late postpartum haemorrage).

Jika terjadi subinvolusi dengan kecurigaan infeksi, diberikan

antibioka.

Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan

uterotonika (ergometrin maleat), namun ergometrin mempunyai

efek samping menghambat produksi laktasi karena menghambat

produksi prolaktin tetapi uterus akan mengalami pengecilan

secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti

sebelum hamil.

2) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga

seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya

lunak kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.

Setelah bayi lahir, tangan masih biasa masuk rongga rahim,

setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari

hanya dapat dilalui 1 jari.


75

3) Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang

pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-

angsur menjadi mengecil dan pulih kembali sehingga tidak

jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena

ligmentum rotundum menjadi kendor.

4) Vagina dan Perineum

a) Vagina

Pada minggu ketiga, vagina akan mengecil dan timbul rugae

(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.

b) Perlukaan Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka

perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah

persalinan, tetapi juga sering terjadi akibat ektraksi cunam,

terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat

pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan

spekulum.

5) Perubahan pada Perineum

Terjadinya robekan perineum pada hampir semua

persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya. Robekan perineum umunya terjadi digaris tangan dan

bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlebih dahulu dan

terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasanya,
76

kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang

lebih besar dari sirkumferensia suboksipito bregmatika.

6) Sistem Pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan, hal ini

umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya

berserat selama persalinan. Disamping itu rasa takut buang air

besar sehubung dengan jahitan perineum jangan sampai lepas dan

juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4

hari setelah persalinan. Bilamana masih juga terjadi konstipasi

dan BAB mungkin keras dapat diberikan obat laksan per oral atau

rektal, bila masih juga belum berhasil dilakukan klisma/enema.

7) Perkemihan

Saluran Kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8

minggu, tergantung pada :

a) Keadaan atau status sebelum persalinan

b) Lamanya partus kala II dilalui

c) Besarnya tekanan kepala janin yang menekan pada saat

persalinan

8) Sistem Muskuloskeletal atau Diatesis Rectie Abdominalis

a) Diatesis

Setiap wanita nifas memiliki derajat diatesis/konstitusi yakni

keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh beraksi

secara kuar biasa terhadap rangsangan-rangsangan luar


77

tertentu sehingga membuat orang itu lebih peka terhadap

penyakit-penyakit tertentu. Seberapa diatesis terpisah ini

tergantung dan beberapa faktor termasuk kondisi umum dan

tonus otot.

Sebagian besar wanita melakukan ambulasi (momilisasi dini)

4-8 jam post partum. Ambulasi dini dianjurkan untuk

menghindari komplikasi, meningkatkan involusi dan

meningkatkan cara pandang emosional.

Konstipasi terjadi umunya selama periode post partum awal

karena penurunan tonus otot, rasa tidak nyaman pada

perineum dan kecemasan. Hemoroid adalah peristiwa lazim

pada periode post partum awal karena tekanan pada dasar

panggul dan merejan selama persalinan.

b) Abdominalis dan peritoneum

Akibat peritorium berkontraksi beretraksi pasca persalinan

dan beberapa hari setelah itu, peritonium yang membungkus

sebagian besar dari uterus membentuk lipatan-lipatan dan

kerutan-kerutan. Ligamentum rotundum sangat lebih kendor

dari kondisi sebelum hamil. Memerlukan waktu cukup lama

agar dapat kembali normal seperti semula.

Hal ini disebabkan karena sebagian konsekuensi dari

putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi yang


78

berlangsung lama aklibat pembesaran uterus selama hamil.

Pemulihannya dengan cara berlatih.

c) Kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa

tempat karena proses hormonal. Pigmentasi berupa kloasma

gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara,

hiperpigmentasi kulit dinding perut (striae gravidarum).

Setelah persalinan hormonal berkurang dan

hiperpigmentasipun menghilang. Pada dinding perut akan

menjadi putih mengkilap (striae albican).

d) Tanda-tanda vital

9) Suhu Badan

a) Sekitar hari ke 4 setelah persalinan, suhu ibu mungkin naik

sedikit antara 37,2°C sampai 37,5°C kemungkinan di

sebabkan dari aktivitas payudara (produksi ASI).

b) Bila kenaikan mencapai 38ºC pada hari kedua sampai

hari-hari berikutnya harus diwaspadai adanya infeksi atau

sepsis nifas.

10) Denyut Nadi

a) Denyut nadi ibu akan melambat sekitar 60x/menit yakni pada

waktu setelah persalianan karena ibu dalam keadaan istirahat

penuh ini terjadi utamanya pada minggu utama post partum.


79

b) Pada ibu yang nerfus bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa

juga terjadi gejala shock karena infeksi, khusunya bila

disertai peningktan suhu tubuh

11) Tekanan Darah

a) Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut

dapat meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post

partum.

b) Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya

pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi

menunjukkan kemungkinan adanya pre-eklamsi yang bisa

timbul pada masa nifas.

12) Respirasi

a) Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal, hal ini

karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi

istirahat.

b) Bila ada respirasi cepat post partum (>30X/menit), mungkin

adanya tanda-tanda shock.

13) Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan

telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar payudara

(Wulandari, 2016) adalah :

a) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan

jaringan lemak bertambah.


80

b) Keluaran cairan susu kental dari duktus laktiferus disebut

colostrum, berwarna kuning putih susu.

c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam,

dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron

hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau

prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu,

pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu

berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak

sesudah 2-3 hari pasca persalinan.

2. Nifas Dini

a. Pengertian.

Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah

melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). (Nursalam,

2017).

b. Kunjungan masa nifas

1) Kunjungan I (6-48 jam setelah persalinan).

Tujuan yang meliputi :

a) Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika

Perdarahan berlanjut
81

c) Memberikan konseling pada ibu atau satah satu anggota

keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi

hipotermi

g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2) Kunjungan II (3-28 hari setelah persalinan).

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak

ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.


82

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

3) Kunjungan III (29-42 hari setelah persalinan).

Tujuan yang meliputi:

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak

ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari

3. Nifas Lanjut

a. Pengertian

Masa nifas lanjut adalah satu minggu sesudah melahirkan sampai

dengan 6 minggu setelah melahirkan (Walyani, 2016).


83

b. Kunjungan III (29-42 hari setelah persalinan).

Tujuan:

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini

Masa nifas lanjut adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau

sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai

kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau

tahunan.
84

4. Penanganan Nifas Dini dan Nifas Lanjut.

Tabel 2.4 nifas dini dan nifas lanjut

Kunjungan Waktu Tujuan


a. Mencegah terjadinya perdarahan

1 KF I: 6-48 pada masa nifas

Jam Setelah b. Mendeteksi dan merawat

Persalinan penyebab lain perdarahan dan

memberikan rujukan bila

perdarahan berlanjut

c. Memberikan konseling kepada ibu

atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena

atonia uteri

d. Pemberian ASI pada masa awal

menjadi ibu

e. Mengajarkan ibu untuk

mempererat hubungan antara ibu

dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan

cara mencegah hipotermi


a. Memastikan involusi uteri berjalan

2 KF II: 4-28 normal, uterus berkontraksi,

hari setelah fundus dibawah umbilicus tidak


85

persalinan ada perdarahan abnormal, dan

tidak berbau

b. Menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi atau kelainan

pasca melahirkan

c. Memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan dan istrahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan

baik dan tidak ada tanda-tanda

penyulit

e. Memberikan konseling kepada

ibu mengenai asuhan pada bayi,

cara merawat dan menjaga bayi

agar tetap hangat


3. KF III: 29-42 1) Menanyakan pada ibu tentang

hari setelah penyulit-penyulit yang dialami

persalinan atau bayinya

2) Memberikan konseling untuk KB

secara dini.
Sumber : Walyani (2016)

5. Laktasi
86

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi

merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk

manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI

sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan

kekebalan tubuh secara alami.

Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Ari-ari

mengandung hormon menghambat prolaktin (hormon plasenta) yang

menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas, hormon plasenta

tersebut tak ada lagi sehingga susu pun keluar. Sempurnanya, ASI keluar

2-3 hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnya di payudara sudah

terbentuk kolostrum yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung zat

kaya gizi dan antibody pembunuh kuman (Walyani, 2016).

Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI

mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu (duktus/milk canals)

menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam

mulut bayi.

D. Teori Pendokumentasian Soap

1. Definisi SOAP
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan

tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses

pemikiran penatalaksaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumenkan

asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan kemajuan

(Pusdiknas, 2018).
87

Model SOAP sering digunakan dalam catatan perkembangan pasien.

Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali dia bertemu

dengan pasiennya. Selama antepartum, seorang bidan bisa menulis satu

catatan SOAP untuk setiap kunjungan,  sementara dalam masa

intrapartum, seorang bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk

satu pasien dalam satu hari (Anjarwati, 2017).

2. Pembagian SOAP

Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumenkan

asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan perkembangan

(Pusdiknas, 2018).

Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien,

dengan cara penulisannya adalah sebagai berikut :

S (subjektif) : Data subjektif berisi dari pasien melalui

anamnesis (wawancara) yang merupakan

ungkapan langsung.

O (objektif) : Data objektif data yang diperoleh dari hasil

observasi melalui pemeriksaan umum,

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

A (assesment) : Analisa dan interpretasi berdasarkan data

Yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan yang meliputi diagnosis,


88

antisipasi diagnosis atau masalah potensial,

serta perlu tidaknya dilakukan tindakan

segera.

P (penatalaksanaan) : Perencanaan merupakan rencana dari

tindakan yang akan diberikan termasuk

asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau

laboratorium, serta konseling untuk tindak

lanjut.

3. Pentingnya pendokumentasian SOAP

a. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan kebidanan yang

diberikan kepada pasien

b. Kemungkinan berbagai informasi diantara para pemberi asuhan

c. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan

d. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan

e. Memberikan data untuk catatan nasional, riset, dan statistik mortalitas

morbiditas

f. Meningkatakan pemberi asuhan yang lebih aman, bermutu tinggi pada

klien

4. Alasan SOAP digunakan untuk pendokumentasian :


89

a. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan progesi informasi yang

systematis yang mengorganisir penemuan dan konklusi bidan menjadi

suatu rencana asuhan.

b. Metode ini merupakan penyulingan inti sari dari proses penatalaksanaan

kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan.

c. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan dalam

mengorganisir pikiran bidan dan memberikan asuhan yang menyeluruh


90

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

Kunjungan ANC I : Tanggal 12 April 2021 Jam : 14 :00 WITA

Identitas

Nama Istri : Ny. M.S.S.M. Nama Suami : Tn. M. L

Umur : 33 tahun Umur : 33 tahun

Agama : Katolik Agama : Kristen

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Tukang

Penghasilan : Rp. 1.500.00/bln penghasilan : Rp.1.500.000/bln

Alamat Rumah: Tarus Alamat Rumah : Tarus

1. Data Subjektif

a. Keluhan utama

Saya berkunjung kerumah pasien untuk memeriksakan kehamilannya.

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

b. Riwayat haid

HPHT tanggal 01-08-2020, Lamanya 4-5 hari, banyaknya 3 kali ganti

pembalut /hari, Siklus 28 hari, Tafsiran Persalinan 08-05-2021

c. Riwayat kehamilan, persalianan, dan nifas yang lalu

Tidak ada

90
91

d. Riwayat keluarga berencanan

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

e. Riwayat penyakit yang sedang diderita

Ibu mengatakan bahwa sekarang ia tidak menderit penyakit apapun

f. Riwayat dan kebiasaan sehari-hari yaitu jenis makanan nasi, sayur,

ikan, tempe, tahu dan daging. Frekuensi 3x/hari, prsi sedang, nafsu

makan baik, jenis minuman air putih dan susu. Personal hyginemandi

2x/hari, sikat gigi 2x/hari, keramas rambut 3x/minggu, ganti pakaian

dalam 2x/hari ganti pakaian luar 2x/hari. Pola eliminasi BAK 6-

7x/hari, warna kuning, bau khas urine, keluhan tidak ada. BAK 1-

2x/hari, warna, bau khas feses, konsistensi lunak, keluhan tidak ada .

g. Kondisi psikologi (keluarga inti, perkawinan, kehamilan)

Ibu dan kelurga sangat sengat senang dengan perkawinannya, keluarga

sangat mendukung dengan kehamilan ibu, jenis kelamin yang

dinginkan laki-laki atau perempuan sama saja

h. Riwayat kehamilan ini trrismeter I, II dan III

1) TM I berapa kali : 2 kali

Pada tanggal : 30 September 2020/periksa pertama

Usia Kehamilan : 9 minggu

Pada tanggal : 26 Okober 2020/ periksa kedua

Usia kehamilan : 12-13 minggu

Keluhan : Tidak ada

Terapi : SF, Kalk, Vit C


92

2) TM II berapa kali : 3 kali

Pada tanggal : 08- 2021/ periksa pertama

Usia Kehamilan : 27 – 28 minggu

Pada Tanggal : 22 Februari 2021 / periksa kedua

Usia Kehamilan : 31-32 minggu

Pada tanggal : 08 Maret 2021/periksa ketiga

Usia Kehamilan : 33-34 minggu

Keluhan : Tidak ada

Terapi : SF, Kalk, dan Vit C

3) TM III berapa kali : 3 kali

Pada Tanggal : 12 April 2021/ periksa pertama

Usia Kehamilan : 36-37 minggu

Pada Tanggal : 23 April 2021/periksa kedua

Usia Kehamilan : 38-39 minggu

Pada tanggal : 15 Mei 2021/ periksa ketiga

Usia Kehamilan : 40-41 minggu

Keluhan : Tidak ada

Terapi : SF, Kalk dan Vit C

i. Riwayat imunisasi TT

Frekuensi : 2 kali

TT terakhir : Pada trimester II

P4K terdiri dari :

1) Persiapan tempat persalianan: RS Leona


93

2) Penolong persalinan: Bidan

3) Biaya : Sudah siap dananya Donor darah : Sudah ada 4 calon

pendonor darah

Yaitu: kakak, adik, ayah

4) Emergency dan rujukan : Siap dirujuk ketika gawat darurat

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis, tanda-tanda vital TD

110/80 mmHG, Suhu 36,5 0C, nadi 22 x/menit, pernapasan 82x/menit,

TB 150 cm, BB sebelum hamil 45 kg, BB saat hamil 59,5 kg, Lila

24 cm, Tafsiran persalinan 08-05- 2021

b. Pemeriksaan fisik obstetrik

TFU 3 jari bawah procesus xyphoideus (32 cm) pada fundus teraba

lunak tidak melenting (letak bokong), Pada bagian kiri perut ibu

teraba keras, datar, memanjang seperti papan (punggung) dan pada

bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas), Pada segmen bawah rahim teraba bulat, keras dan

melenting (presentasi kepala), Bagian kepala janin sudah masuk PAP

(divergen), Mc. Donald 32 cm, TBBJ 3.100 gram DJJ 137 x/m.

Teratur pada vulva tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada

kondiloma, tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak ada harmaroid .


94

c. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium: 08-03-2021

Golongan darah O, Hb 12, gram %, Urine reduksi dan protein negatif

(), HIV negatif (-), HbsAg negatif (-), sifilis negatif (-), malaria

negatif (-)

3. Analisa

GI P0 A1 AH0 UK 36-37 Minggu janin tunggal hidup, presentasi kepala,

intrauterin

4. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu TD: 110/80 mmHg S:

36,2°cBB: 55 kg, bayi letak kepala, kepala sudah masuk PAP, DJJ

135x/m.

Ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan.

2) Menjelaskan tanda bahaya kehamilan trimester III yaitu perdarahan,

janin kurang bergerak dari biasanya, sakit kepala, pusing, nyeri perut

bagian bawah yang hebat, kejang. Jika ibu mengalami tanda bahaya

segera kefasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan.

Ibu mempu menjelaskan beberapa tanda bahaya seperti sakit kepala,

nyeri perut bagian bawah yang hebat.

3) Memberitahukan pada ibu pantangan selama hamil yaitu minum-

minuman beralkohol, merokok dan kurangi kerja keras.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu dapat

mengulang kembali tanda-tanda bahaya


95

4) Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan meliputi sakit

padapinggang menjalar ke perut bagian bawah yang semakin lama

semakin sering, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar

air-air atau ketuban dari jalan lahir bila mengalami tanda-tanda tersebut

ibu harus ke fasilitas kesehatan.

Ibu mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda persalinan seperti

keluar lendir bercampur darah dan perut mules semakin lama semakin

sering.

5) Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya seperti mandi

2x/hari, keramas rambut 3x/minggu, sikat gigi 2x/hari dan ganti pakaian

agar memberikan kenyamanan pada ibu 2x/hari.

Ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan sehari-sehari seperti

mandi 2x/hari, keramas rambut 3x/minggu dan sikat gigi 2x/hari.

6) Mengajarkan pada ibu cara perawan payudara yaitu:

a. Tempel kapas yang sudah diberikan minyak atau baby oilselama

kurang lebih 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan.

b. Gerakan pertama

Kedua tangan disimpan di bagian tengah atau antara payudara,

gerakan tangan kearah ats pusat kesamping, kebawah kemudian

payudara sedikit dan lepaskan, lakukan 20-30 kali.


96

c. Gerakan kedua.

Satu tangan menahan payudara dari bawah, tangan lain mengurut

payudara dengan pinggir tangan dari arah pangkal ke puting susu,

dilakukan 20-30 kali secara gantian

Ibu mengerti dan dapat mengulang kembali cara perawatan

payudara.

7) Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang 1-2

jam/hari dan tidur malam 7-8 jam/hari untuk menjaga kondisi tubuh ibu

dan menghindari kelelahan.

Ibu mengerti dan bersedia isterahat yang cukup yaitu tidur siang 2 jam

dan tidur mlm 7-8 jam/hari.

8) Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan bergizi seperti ikan,

tempe, tahu dan sayuran. Agar memenuhi kebutuhan gizi pada ibu dan

membantu proses tumbuh kembang janin.

Ibu mengerti dan bersedia makan makanan bergizi seperti ikan, tahu,

tempe dan sayuran hijau.

9) Menganjurkan pada ibu untuk minum obat secara teratur yaitu: SF

diminum 1x1 pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi mual

muntah, vit c diminum 1x1, kalak diminum 1x1 dan tidak boleh

dikonsumsi bersamaan dengan teh atau kopi karena dapat menghambat

proses penyerapan.

Ibu bersedia untuk minum obat sesuai anjuran.


97

10) Menjelaskan pada ibu untuk melakukan persiapan persalinan meliputi

persiapan pakaian ibu dan bayi, tabungan, rencanakan melahirkan di

faskes yang di inginkan ibu dan yang akan menolong persalinan ibu,

siapkan kartu JKN, kendaraan yang akan mengantarkan ibu dan orang

yang akan mendampingi ibu saat persalinan, calon pendonor darah.

Ibu mengatakan sudah mempersiapkan pakaian ibu dan bayi serta

pendonor.

11) Mengingatkan ibu untuk kontrol ulang di Puskesmas Tarus pada tanggal

23 April 2021.

Ibu mengatakan untuk kontrol ulang pada tanggal 23 April 2021.

12) Melakukan pendokumentasian

Dokumentasi telah dilakukan

Kunjungan ANC II : Tanggal 24 April 2021 Jam 14 :00 Wita

a. Subjektif

Ibu mengatakan keadaan ibu dalam kondisi baik, tidak pusing, anaknya

bergerak kuat dan tidak ada keluhan yang lain.

b. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Tanda-tanda Vital; suhu

36,5°C, TD 120/70 mmHg, pernapasan 20x/menit, Nadi 80x/menit.

TFU 3 jari dibawah px, Mc Donald 32 cm, difundus teraba bokong, disebelah

kiri perut ibu teraba punggung dan sebelah kanan perut ibu teraba ekstremitas,

bagian terendah kepala dan sudah masuk PAP, DJJ 139x/menit.


98

c. Analisa

GI P0 A1 AH0 UK 38-39 minggu, Janin Tunggal Hidup, Presentasi Kepala

Intra Uteri

d. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu TD: 120/70 mmHg S:

36,5°c, RR: 20x/m, nadi: 80x/m. Bayi letak kepala, kepala sudah masuk

PAP, DJJ 139x/m.

Ibu merasa senang dengan kondisi ibu dan janin.

2. Mengevaluasi kembali tentang tanda bahaya kehamilan trimester III.

Ibu dapat mengulang kembali tanda bahaya seperti perdarahan, janin

kurang bergerak dari biasanya, sakit kepala, pusing, nyeri perut bagian

bawah yang hebat, kejang.

3. Mengevaluasi kepada ibu pantangan selama masa kehamilan.

Ibu mengatakan pantangan selama hamil yaitu merokok, minum-minuman

keras, dan melakukan pekerjaan berat

4. Mengevaluasi kembali ibu tentang tanda-tanda persalinan trimester III

Ibu dapat mengulang kembali tanda persalinan seperti sakit pada pinggang

menjalar ke perut bagian bawah yang semakin lama semakin sering,

keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar air-air atau ketuban

dari jalan lahir.

5. Mengevaluasi kembali ibu tentang menjaga kebersihan diri.

Ibu dapat mengulang kembali tentang jaga kebersihan seperti mandi,

keramas rambut, sikat gigi, dan ganti pakaian.


99

6. Mengevaluasi ibu cara perawan payudara selalu melakukan perawatan

payudara di rumah dan ibu sudah mengerti dengan kembali 3 cara

perawatan payudara yaitu:

a. Tempel kapas yang sudah diberikan minyak atau baby oilselama

kurang lebih 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan.

b. Gerakan pertama

Kedua tangan disimpan di bagian tengah atau antara payudara,

gerakan tangan kearah atas pusat kesamping, kebawah kemudian

payudara sedikit dan lepaskan, lakukan 20-30 kali.

c. Gerakan kedua.

Satu tangan menahan payudara dari bawah, tangan lain mengurut

payudara dengan pinggir tangan dari arah pangkal ke puting susu,

dilakukan 20-30 kali secara gantian Ibu mengertu dan dapat

mengulang kembalui cara perawatan payudara.

7. Mengevaluasi kembali ibu tentang istirahat yang cukup.

Ibu dapat mengulang kembali isterahat teratur yaitu tidur siang 1-2

jam/hari dan tidur malam 7-8 jam/hari.

8. Mengevaluasi kembali ibu tentang makan makanan bergizi.

Ibu dapat mengulang kembali makan makanan bergizi seperti ikan, tempe,

tahu dan sayuran.

9. Mengevaluasi kembali ibu tentang minum obat secara teratur.

Ibu dapat mengulang kembali cara minum obat yang benar yaitu: SF

diminum 1x1 pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi mual
100

muntah, vit c diminum 1x1, kalak diminum 1x1 dan tidak boleh

dikonsumsi bersamaan dengan teh atau kopi karena dapat menghambat

proses penyerapan.

10. Mengevaluasi kembali ibu tentang persiapan persalinan.

Ibu dapat mengulang kembali persiapan persalinan seperti pakaian ibu dan

bayi, tabungan, rencanakan melahirkan di faskes yang di inginkan ibu dan

yang akan menolong persalinan ibu, siapkan kartu JKN, kendaraan yang

akan mengantarkan ibu dan orang yang akan mendampingi ibu saat

persalinan, calon pendonor darah.

11. Mengingatkan ibu untuk kontrol ulang di Puskesmas Tarus pada tanggal

28 April 2021.

Ibu mengatakan akan kontrol ulang pada tanggal 28 April 2021

12. Melakukan pendokumentasian.

Dendokumentasian telah dilakukan.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Asuhan Kebidanan pada Ny M.S.S.M G1P0A0AH0 UK 40-41 Minggu Janin

Tunggal Hidup Presentasi Kepala Intruterin

Hari / tanggal masuk : Selasa 17 Mei 2021

Jam : 10:00 WITA

Tempat : Rumah Sakit Leona

Persalinan di tolong oleh : Dokter

Proses persalinan : SC G1P0A0AH0 atas indikasi dengan Serotinus


101

Keadaan ibu dan bayi baik : Baik

Bayi

Hari / tanggal : 17 Mei 2021

Jam : 00:24 Wita

Tempat : Rumah Sakit Leona

Jenis kelamin : Laki-laki

Berat badan : 3.100 Gram

Panjang Badan : 50 cm

Lingkar Kepala : 31 cm

Lingkar Dada : 31 cm

Lingkar Perut : 30 cm

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi

Asuhan Pada Bayi Baru Lahir 1 jam

1. Tanggal : 18 Mei 2021 Jam : 01:24 WITA

a. Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang pertama dan berjenis

kelamin laki-laki.

b. Objektif

Keadaan umum : baik, kesadaran composmentis,bergerak aktif, kulit

kemerahan. S: 36,5ºC, RR: 50 x/menit, HR:136 x/menit, A/S: 8/9,

PB : 50 cm, LK: 31 cm, LD: 31cm, BB :3.100 gram. Pemeriksaan

fisik : (Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi)


102

1) Kepala : Tidak ada caput succedaneum dan cephal

hematoma

2) Mata : Conjungtiva merah muda, sclera putih, dan tidak

ada ikteri

3) Abdomen : Tali pusat masih basah, tidak infeksi dan tidak

kembung.

4) Genitalia : Jenis kelamin laki-laki testis sudah turun ke

skrotum

5) Anus : Berlubang

6) Ekstremitas atas bawah : Gerakan aktif dan jumlah jari lengkap

c. Analisa

Bayi Baru Lahir section caesarea umur 1 jam

d. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

bahwa keadaan bayi sehat dan tidak cacat. S : 36,5ºC , RR:

50x/menit, HR : 136x/menit, A/S: 8/9, PB : 50 cm, LK: 31 cm,

LD: 31 cm, BB : 3.100 gram.

Ibu dan keluarga merasa senang

2. Menjaga bayi tetap hangat yaitu pakaikan pakaian bayi, bungkus

bayi dengan selimut kering dan tempatkan bayi di tempat yang

hangat.

Bayi dalam keadaan terbungkus


103

3. Memberi salep mata pada ke dua mata bayi untuk mencegah

terjadinya infeksi pada mata.

Salep mata sudah di oleskan

4. Menyuntikan Neo-K pada paha kiri bayi

Neo-K sudah disuntikan

5. Menyuntikan HB0 pada paha kanan bayi

HB 0 sudah disuntikan

2. Kunjungan I ( KN I)

Tanggal 18 Mei 2021 Jam 15:00 Wita

a. Subjektif

Ibu mengatakan bayinya menyusui dengan baik, bayi tidak rewel dan

bayinya BAB 1-2x/hari dan BAK 2-3x/hari.

b. Objektif

Keadaan umum baik, Berat badan 3.100 gram, panjang badan 50 cm,

lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, suhu 36,2ºC, pernapasan

50x/menit, HR 142x/menit, BAB 1-2x/hari, warna hitam kecoklatan,

bau khas feses dan BAK 2-3x/hari, warna kuning, bau khas urine. Tali

pusat masih basah, tidak berdarah dan tidak ada tanda-tanda infeksi

kulit.

c. Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 1 hari.


104

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan bahwa keadaan bayinya yaitu BB : 3100 gram, panjang

badan 50 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, lingkar

perut : 30 cm, suhu 36,5ºC, pernapasan 50 x/ menit, HR 142 x/

menit, gerakan aktif, tonus otot kuat.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan senang

bayinya dalam keadaan sehat.

2) Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi dengan kain

kering serta mengganti popok bayi yang basah dan dengan yang

baru.

Sudah dilakukan dan bayi dalam keadaan terbungkus dengan kain

kering

3) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

setiap 2 jam, apabila bayi tertidur bangunkan bayi, pemberiaan

ASI kepada bayi dari usia 0-6 bulan tanpa ada makanan

tambahan/pendamping.

Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang disampaikan yaitu

menyusui bayinya sesering mungkin setiap 2 jam dan berikan ASI

Ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan pendamping.

4) Memberitahukan ibu cara perawatan tali pusat yaitu jangan

memberi atau membubuhkan sesuatu apapun, baik itu obat


105

maupun ramuan tradisional pada tali pusat bayi yang masih basah.

Jaga tali pusat agar tetap bersih dan kering.

Ibu dapat menyebut kembali cara perawatan tali pusat yaitu

jangan member memberi atau membubuhkan sesuatu apapun,

baik itu obat maupun ramuan tradisional pada tali pusat bayi yang

masih basah. Jaga tali pusat agar tetap bersih dan kering.

5) Memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi kuning,

infeksi tali pusat (tali pusat berbau, merah dan terdapat nanah,

serta sianosis), bayi tidak mau menyusui, kejang dan demam.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan dapat

menyebut kembali tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi kuning,

infeksi tali pusat (tali pusat berbau, merah dan terdapat nanah,

serta sianosis), bayi tidak mau menyusui, kejang dan demam.

3. Kunjungan II (KN II)

Tanggal: 27 Mei 2021 Jam: 11 00 Wita

a. Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, bayinya dalam keadaan baik.

b. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV; Suhu 36,5ºC,

Pernapasan 51 x/ menit, HR 142 x/menit, Berat badan 3.300 gram,

tali pusat sudah kering dan sudah terlepas.

c. Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 14 hari.


106

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan yaitu TTV: S: 36,5ºC, RR: 51x/menit, HR:

142x/menit, BB: 3.300 gram; Ibu dan keluarga senang dengan

hasil pemeriksaan.

2) Mengevaluasi kembali kehangatan bayi; Bayi dalam keadaan

terbungkus dan hangat

3) Mengevaluasi kembali cara ibu menjaga kebersihan bayi: Ibu

mengatakan bayinya di mandikan 2x sehari dengan air hangat

yang bersih dan gunakan sabun serta shampo, ganti popok bayi

apabila sudah basah dengan popok baru yang bersih dan kering,

ganti pakaian bayi setelah mandi atau apabila terasa lembab atau

basah, bersihkan pantat dan alat kelamin bayi setelah

BAB/BAK.

4) Mengevaluasi kembali cara pemberian ASI: Ibu mengatakan

bayinya hanya mendapat ASI yang cukup tanpa diberikan

pendamping ASI atau susu formula.

5) Mengevaluasi kembali ibu tentang tanda bahaya bagi bayi; Ibu

dapat menyebutkan tanda bahaya pada bayi yaitu tidak mau

menyusu, kejang-kejang, demam/panas tinggi.

6) Mengingatkan pada ibu untuk kunjungan ulang untuk

penimbangan bayi dan mendapatkan imunisasi BCG serta polio:


107

Ibu akan pergi ke Puskesmas Tarus untuk mendapatkan

imunisasi

4. Kunjungan III ( KN III )

Tanggal 22 Mei 2021 Jam 15:30 WITA

a. Subjektif

Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan baik, ASI keluar banyak dan

bayinya menyusui dengan baik.

b. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: Suhu 36,2ºC,

Pernapasan 50 x/ menit, HR 142 x/menit, Berat badan 3.600 gram.

c. Analisa

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan umur 20 hari.

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan yaitu TTV: S: 36,2ºC, RR: 50 x/menit, HR:

142x/menit, BB: 3.600 gram.

Ibu senang dengan hasil yang sudah di sampaikan.

2) Melakukan evaluasi kembali pada ibu tentang tanda bahaya bayi

baru lahir

Ibu dapat menyebut kembali tanda bahaya bayi baru lahir yaitu

bayi kuning, infeksi tali pusat (tali pusat berbau, merah, dan

terdapat nanah, serta sianosis), bayi tidak mau menyusui, kejang

dan demam.
108

3) Menilai kembali ibu tentang pemberian ASI

Ibu mengatakan menyusui bayinya sesuai yang di anjurkan yaitu 2

jam sekali dan apabila bayi tertidur ibu bangunkan.

4) Memeriksa tali pusat

Tali pusat dalam keadaan kering dan bersih, tidak di dapati tanda-

tanda infeksi

5) Melakukan evaluasi suhu tubuh bayi agar tetap hangat

Bayi dalam keadaan terbungkus dengan kain tebal

D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Post SC

1. Kunjungan Nifas I (KF I)

Tanggal : 17 Mei 2021 Jam 15:00 WITA

a. Subjektif

Ibu mengatakan senang karena telah melakukan operasi dengan

keadaan baik dan masih merasa nyeri pada luka operasi.

b. Objektif

a) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis, TTV: TD

110/70 mmHg, Suhu 36,5ºC, Nadi 81 x/ menit, Pernapasan 20

x/menit.

b) Pemeriksaan Fisik

Congjungtiva merah muda, wajah tidak pucat dan tidak ikterik,

putting susu menonjol, hiperpigmentasi pada areola, ada 
109

pengeluaran kolostrum, abdomen ada bekas luka operasi, TFU 3

jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih

kosong, dan ada pengeluaran lochea rubra.

c. Analisa

Nifas Normal Post SC 1 hari

d. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu yaitu keadaan

umum ibu baik, TTV: TD 110/70 mmHg, suhu 36,5ºc, Nadi

81x/menit, pernapasan 20 x/menit, TFU 3 jari dibawah

pusat, Lochea Rubra, warna merah berisi darah segar dan

sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua dan mekonium,

kontraksi baik.

Ibu senang dengan hasil pemeriksaan yang di sampaikan.

2) Menganjurkan ibu untuk terus mobilisasi karena dengan

mobilisasi dapat menyebabkan otot-otot punggung kembali

normal sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

Ibu bersedia melakukan mobilisasi.

3) Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi makan

3x/hari, makan nasi, sayuran hijau seperti daun bayam,

kangkung, daun kelor dan lauk pauk seperti tempe/tahu, ikan

daging, telur dan banyak minum air putih.

Ibu mengatakan makan sesuai yang dianjurkan makanan yang

bergizi yaitu makan 3x/hari, makan nasi, sayuran hijau


110

seperti bayam, daun kelor, tempe, tahu, ikan dan banyak

minum air putih.

4) Mengnjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri melakukan

personal hygiene dan vulva hygiene yaitu mandi 2x/hari,

sikat gigi 2x/hari, keramas rambut 2-3x/seminggu, ganti

pakaian luar setiap kali selesai mandi, ganti pakaian dalam

setiap kali selesai mandi atau jika basah, cuci tangan sebelum

makan dan sesudah BAK/BAB. Membersihkan genitalia dan

anus setiap kali selesai BAK/BAB.

Ibu mengatakan telah melakukan perawatan sehari-hari

seperti yang dianjurkan seperti mandi 2x/hari, ganti pakain

dalam, cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB/BAK.

5) Menganjurkan ibu istirahat yang cukup tidur siang minimal 1

jam/hari dan tidur malam 7-8 jam/hari.

Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup sesuai dengan

anjuran yaitu tidur siang minimal 1 jam/hari dan tidur malam

7-8 jam/hari.

6) Memberikan KIE tentang cara menyusui yang benar yaitu ibu

duduk atau berbaring dengan santai, perah sedikit colustrum

atau ASI dan oleskan pada daerah puting dan sekitarnya, bayi

diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi perut bayi

menempel ke perut ibu, dagu bayi menempel ke payudara,

telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus, mulut
111

bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar puting susu.

Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum

pindah ke payudara lainnya dan berikan ASI selama 6 bulan

tanpa makanan pendamping.

Ibu akan melakukannya dan akan memberikan bayinya ASI

selama 6 bulan tanpa makanan pendamping.

7) Menginformasikan kepada ibu tentang tanda bahaya masa

nifas Pengeluaran pervaginam yang berbau busuk, demam

tinggi, menggigil dan sakit kepala, sulit tidur dan sesak nafas,

jantung berdebar kencang, kejang, nyeri perut bagian bawah

yang hebat, bengkak pada kaki, tangan dan wajah serta

penglihatan kabur.

Ibu dapat menyebut kembali tanda bahaya nifas seperti

Pengeluaran pervaginam yang berbau busuk, demam tinggi,

menggigil dan sakit kepala, sulit tidur dan sesak nafas,

jantung berdebar kencang, kejang, nyeri perut bagian bawah

yang hebat, bengkak pada kaki, tangan dan wajah serta

penglihatan kabur.

8) Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri yang di rasakan

disebabkan karena biusnya sudah hilang dan akan diberikan

obat analgetik pada infus untuk mengurangi rasa nyeri

tersebut.

Ibu mengerti penjelasan yang di sampaikan


112

2. Kunjungan Nifas (KF II )

Tanggal 22 Mei 2021 Jam 11:35 WITA

a. Subjektif

Ibu mengatakan keadaanya baik-baik saja dan bayinya sudah

menyusui dengan kuat.

b. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV; TD 110/70

mmHg, Suhu 36,5ºC, Nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit. ASI

keluar banyak, tidak ada bendungan ASI, TFU 2 jari dibawah pusat,

kontraksi uterus baik, pada luka bekas operasi tidak ada infeksi dan

ada pengeluaran lochea Sanguinolenta.

c. Analisa

Nifas normal post SC 7 hari

d. Penatalaksanaan

1) Menganjurkan ibu dan keluaraga untuk Menjaga kehangatan bayi

dengan membungkus bayi dengan kain kering serta mengganti

popok bayi yang basah dan dengan yang baru: Ibu menerima

anjuran yang diberikan dan bersedia untuk menjaga kehangatan

bayi dengan membungkus bayi dengan kain kering

2) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

setiap 2 jam, apabila bayi tertidur bangunkan bayi, pemberiaan ASI

kepada bayi dari usia 0-6 bulan tanpa ada makanan

tambahan/pendamping: Ibu menerima anjuran yang diberikan dan


113

bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin setiap 2 jam

dan berikan ASI Ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan

pendamping.

3) Memberitahukan ibu cara perawatan tali pusat yaitu jangan

memberi atau membubuhkan sesuatu apapun, baik itu obat maupun

ramuan tradisional pada tali pusat bayi yang masih basah. Jaga tali

pusat agar tetap bersih dan kering. Ibu mengerti dan ibu tidak

memberi atau membubuhkan sesuatu apapun, baik itu obat maupun

ramuan tradisional pada tali pusat bayi yang masih basah. Jaga tali

pusat agar tetap bersih dan kering.

4) Memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi kuning,

infeksi tali pusat (tali pusat berbau, merah, dan terdapat nanah,

serta sianosis), bayi tidak mau menyusui, kejang dan demam. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan dapat menyebut

kembali tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi kuning, infeksi tali

pusat (tali pusat berbau, merah, dan terdapat nanah, serta sianosis),

bayi tidak mau menyusu, kejang dan demam.

3. Kunjungan Nifas (KF III)

Tanggal : 19 Juni 2021 Jam: 11:00 Wita

a. Subjektif

Ibu mengatakan keadaannya baik dan sehat dan luka operasi sudah

mulai kering atau membaik


114

b. Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV: TD 120/80

mmHg, Nadi 80 x/menit, suhu 36,5º C, pernapasan 19 x/menit. Laktasi

baik, tanda-tanda infeksi pada payudara tidak ada, dinding perut ada

luka bekas operasi, involusi baik, TFU sympisis, kontraksi baik,

kandung kemih kosong, lokhea alba, warna putih, tidak ada infeksi pada

luka operasi.

c. Analisa

Nifas normal Post SC 30 hari

d. Penatalaksanaan

1. Mengiformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan Keadaan

umum baik, kesadaran composmentis, TTV: TD 120/80 mmHg,

Nadi 80 x/menit, suhu 36,5ºC, pernapasan 19 x/menit. Laktasi baik,

tanda-tanda infeksi pada payudara tidak ada, dinding perut ada luka

bekas operasi, involusi baik, TFU sympisis, kontraksi baik, kandung

kemih kosong, lokhea alba, warna putih, tidak ada infeksi pada luka

operasi. Ibu senang dengan hasil pemeriksaan.

2. Mengevaluasi kembali ibu untuk tetap memenuhi gizinya : Ibu dapat

menjelaskan kembali seperti makan 3 kali sehari dengan makanan

selingan dan banyak minum air, makanan bergizi yang mengandung

karbohidrat, lemak dan protein seperti nasi, roti, daging, telur, susu

dan ikan supaya. Ibu mendapatkan tenaga yang cukup untuk

kegiatan sehari-hari dan bayi akan mendapatkan ASI yang cukup.


115

3. Mengevaluasi kembali ibu tentang mengonsumsi tablet tambah

darah: Ibu sudah minum tablet tambah darah rutin 1x1 tiap hari.

4. Menjelaskan macam-macam KB dan efek samping KB yaitu :

a) Metode Alami

1) Koitus terputus (senggama terputus): Penis di keluarkan dari

vagina saat sebelum ejakulasi.

2) Sistem kalender

Memantau siklus menstruasi menggunakan sistem kalender.

3) Metode amenore laktasi

Menyusui bayi secara esklusif selama 6 bulan tanpa makanan

tambahan.

b) Metode Perlindungan ( Barrier)

1) Kondom digunakan pada penis pria untuk mencegah sperma

bertemu sel telur. Efek sampingnya kondom dapat tertinggal

dalam kelamin ibu dan ibu bisa keputihan dan terjadi infeksi

yang ringan.

2) Spematesida: Bahan yang menon aktifkan sperma sebelum

masuk ke dalam rongga rahim. Efek sampingnya iritasi vagina

dan infeksi di saluran kencing.

3) Diafragma: Lingkaran cincin yang dipasang menutup mulut

rahim sebelum vagina. Efek samping Resiko infeksi tinggi.

4) AKDR: Alat yang dipasang dalam rahim, Efek samping :

Amenore/tidak mendapatkan haid, perdarahan bercak, nyeri


116

c) Metode Hormonal

1) Pil KB: Pil yang mengandung hormon progesteron.

Efek samping mual, muntah, amenore, spotting.

2) Suntik KB : Suntikan yang mengandung hormon progesteron

yang diberikan tiap 3 bulan sekali. Efek samping Amenorhea,

Spoting.

3) Susuk kb implant : Alat yang dimasukan tabung kecil dibawah

kulit pada bagian lengan. Efeksamping: amenorhea, spoting,

ekspulsi, ineksi pada daerah insisi.

d) Metode kontrasepsi permanent/ kontrasepsi mantap.

1) Tubektomi: Saluran telur wanita disumbat dengan cara diikat,

dipotong, atau dilaser/dilakukan pengangkatan pada rahim.

2) Vasektomi : Memotong saluran sperma, dan tidak ada efek

samping.

Ibu dapat menyebutkan alat kontrasepsi yang ingin di gunakan

yaitu KB alamiah.
117

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan

yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang

dilaksanakan dari usia kehamilan Trimester III yaitu 40-41 minggu sampai

dengan 6 minggu postpartum yang dimulai dari tanggal 12 April 2021 sampai 19

Juni 2021 di Puskesmas Tarus dan Rumah Leona kota Kupang.

Pada BAB ini penulis membandingkan hasil asuhan dengan tinjauan teori

yang ada pada BAB II dan dianalisa faktor pendukung maupun faktor penghambat

sehingga hasil asuhan ada yang sesuai. Pembahasan mencakup:

A. Ante Natal Care

Pada kasus Ny. M.S.S.M GI P0 A0 AH1 U 40- 41 minggu, Tunggal

Hidup Presentasi Kepala intra uteri mendapat pemeriksaan kehamilan pada

TM III sebanyak 2 kali.

Kunjungan Ante Natal Care I pada tanggal 12 April 2021 asuhan

kebidanan yang di berikan adalah menginformasikan hasil pemeriksaaan,

jelaskan tanda bahaya kehamilan trimester III, memberitahukan pada ibu

pantangan selama hamil, menjelaskan tanda tanda persalinan, menganjurkan

ibu untuk menjaga kebersihan diri, mengajarkan ibu cara perawatan payudara,

menganjuran ibu untuk istirahat yang cukup, menganjurkan ibu makan

makanan bergizi, menganjurkan ibu minum obat teratur, menjelaskan pada

117
118

ibu persiapan persalinan dnan jadwalkan kunjungan ulang, melakukan

pedokumentasian.

Kunjungan Ante Natal Care II pada tanggal 24 April 2021 asuhan

yang diberikan adalah menginformasikan hasil pemeriksaaan, mengevaluasi

kembali tanda bahaya kehamilan trimester III, kembali ibu pantangan selama

hamil, mengevaluasi kembali tanda tanda persalinan, mengevaluasi kembali

ibu tentang kebersihan diri, mengevaluasi kembali ibu cara perawatan

payudara, mengevaluasi kembali ibu istirahat yang cukup, mengevaluasi

kembali ibu makan-makanan bergizi, mengevaluasi kembali ibu tentang

minum obat secara teratur, mengevaluasi kembali ibu persiapan persalinan.

Program pemerintah mengatakan bahwa ibu hamil TM III mendapat

pelayanan atau perawatan kehamilan minimal 2 kali yaitu pada saat hamil 7-8

bulan (UK 28-36 minggu) sebanyak 1 kali dan hamil 9 bulan (UK 37-40

minggu) sebanyak 1 kali. Asuhan yang diberikan adalah adalah 10 jenis

pelayanan (10 T) yaitu pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat

badan, pengukuran tekanan darah, pengkuruan lingkar lengan atas,

pengukuraan tinggi fundus uteri, penentuan letak janin dan penghitungan

denyut jantung janin, penentuan status imuniasi tetanus toksoid, pemberian

tablet tambah darah, tes laboratorium, konseling dan penjelasan, tata laksana

atau mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI, 2017).

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetric untuk optimalisasi iuran maternal dan neonatal melalui


119

serangkaian kegiatan pemantauan rutih selama kehamilan. (Manuaba, 2016).

Asuhan yang diberikan adalah 10 T yaitu :

1) Pengukuran tinggi badan dan berat badan

Tinggi badan diperiksa sekali saat ibu hamil datang pertama kali

kunjungan, apabila hasil pengukuran < 145 cm maka adanya resiko

panggul sempit. Tinggi badan Ny. M.S.S.M > 145 yaitu dengan TB 150

cm. Penambahan berat badan normal selama kehamilan adalah 6,5 kg –

16 kg (Kemenkes 2017). Kenaikan berat badan Ny M.S.S.M selama

kehamilan sebanyak 9,5 kg yaitu dari 55 kg sebelum hamil menjadi 64,5

kg pada usia kehamilan 40-41 minggu. Hal ini sesuai dengan penulis

menyatakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

2) Pengukuran tekanan darah

Kemenkes 2017, pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk

mengetahui standar normal, tinggi atau rendah. Deteksi tekanan darah

yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala ke arah hipertensi dan

preeklamsi. Apabila turun dibawa normal kita pikirkan kearah anemia.

Tekanan darah normal berkisar 110/80-120/80 mmHg. Setiap kali

pemeriksaan kehamilan tekanan darah Ny. M.S.S.M berkisar antara

110/80 mmHg-120/70 mmHg. Tekanan darah Ny. M.S.S.M dalam batas

normal. Penulis menyatakan tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.
120

3) Pengukuran LILA

Pengukuran LILA pada kunjungan pertama kehamilan yaitu 24 cm.

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama dengan pasien

di TM I untuk skrining beresiko KEK dimana LILA kurang dari <23,5

cm.Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir

rendah.

4) Pengukuran tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin

apakah sesuai dengan usia kehamilan (Kemenkes 2017). Pengukuran

tinggi fundus uteri pada Ny. M.S.S.M saat kunjungan pertama 32 cm

TBBJ 3.100 gram. Penulis menyatakan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

5) Penentuan letak janin dan penghitungan denyut jantung janin

DJJ lambat kurang dari 120x/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 x/menit

menunjukan gawat janin. Jika pada TM III bagian bawah janin bukan

kepala atau kepala janin belum masuk pintu atas panggul berarti ada

kelainan letak, panggul sempit  atau masalah lain. Setiap kali

pemeriksaan letak janin dan DJJ yang dilakukan Ny. M.S.S.M selama

kunjungan kehamilan yaitu posisi terendah kepala dan DJJ 120-

160x/menit. Penulis menyatkan tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.
121

6) Imunisasi TT 3 di berikan 6 bulan setelah TT 2 pada usia kehamilan 5

bulan .

Ny. M.S.S.M telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali. Karena

Ny. M.S.S.M masih ingat waktu SD pernah mendapatkan imunisasi

sebanyak 2 kali. Penulis menyatakan tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

7) Pemberian tablet tambah darah

Pemberian tablet zat besi 90 tablet selama kehamilan dimulai dengan

memberikan 1 tablet sehari segera mungkin setelah rasa mual

hilang.Setiap ibu hamil minimal mendapat 90 tablet selama kehamilan.

Ny. M.S.S.M selama kehamilan sudah mendapatkan tablet zat besi (Fe)

sebanyak 90 tablet.

8) Tes Laboratorium

Ny. M.S.S.M sudah melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu

pemeriksaan golongan darah dan hasil B, pemeriksaan HB hasilnya 12,4

gr%. Tes HB untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah (anemia),

pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan anemia, (Kemenkes RI,

2017).

9) Konseling atau penjelasan

Konseling yang diberikan pada Ny. M.S.S.M pemeriksaan kehamilan

yaitu:
122

a) Menganjurkan ibu untuk melakukan istirahat yang cukup yaitu tidur

siang minimal 1–2 jam/hari dan tidur malam 7- 8 jam/hari, ibu dapat

mengulanginya kembali sesuai anjuran.

b) Menjelaskan tanda bahaya kehamilan TM III yaitu perdarahan

pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak

diwajah dan jari-jari tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan

janin tidak terasa.

c) Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti perut

mules teratur, semakin sering dan lama, serta keluar lendir

bercampur darah dari jalan lahir.

d) Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan persiapan persalinan

yakni persiapan uang, kendaraan, pendonor darah, persiapan

pakaian ibu dan bayi, persiapan penolong dan tempat persalinan.

e) Konseling atau penjelasan oleh tenaga kesehatan mengenai perawatan

kehamilan, pencegahan kehamilan bawaan, persalinan dan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI Eksklusif,

keluarga berencana dan imunisasi pada bayi. (Kemenkes RI, 2017).

10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan

Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. M.S.S.M tidak ditemukan

kelainan. Masa hamil Ny. M.S.S.M berjalan normal dan tidak

membutuhkan penanganan khusus. Setiap kelainan yang ditemukan

pada ibu hamil, harus ditangani sesuai standar kewenangan tenaga


123

kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai

dengan sistem rujukan. (Buku KIA, 2020).

Berdasarkan kajian kasus pada kasus Ny. M.S.S.M tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktek pada pelaksanaan ANC karena

telah melakukan perawatan kehamilan sebanyak II kali dan

mendapatkan asuhan 10 T.

B. Intra Natal Care

Pada kasus Ny. M.S.S.M proses persalinan tidak normal yaitu melalui

proses Sectio Caesarea pada tanggal 17 Mei 2021. Secara teori Section

Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding rahim. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek karena telah mendapatkan asuhan persalinan secara operasi SC di RS

Leona Kupang.

C. Bayi

Asuhan kebidanan pada bayi Ny. M.S.S.M kunjungan neonatus

pertama dilakukan pada tanggal 18 Mei 2021 umur 1 hari dengan asuhan

kebidanan meliputi observasi keadaan umum dan tanda vital bayi, menjaga

kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering

mungkin setiap 2 jam sekali, cara perawatan tali pusat, tanda bahaya bayi

baru lahir.

Kunjungan Neonatus kedua dilakukan pada tanggal 22 Mei 2021 umur

20 hari dengan asuhan kebidanan meliputi mengobservasi keadaan umum dan

tanda vital bayi, mengevaluasi kembali tanda bahaya bayi baru lahir , menilai
124

kembali ibu tentang pemberian ASI, memeriksa tali pusat, evaluasi suhu

tubuh agar bayi tetap hangat dan jadwalkan kunjungan ulang.

Kunjungan neonatus ketiga dilakukan pada tanggal 27 Mei 2021 umur

14 hari dengan asuhan kebidanan meliputi mengobservasi keadaan umum dan

tanda vital, cara menjaga kebersihan bayi, menilai kembali pemberian ASI,

evaluasi kembali tanda bahaya bayi baru lahir, mengingatkan ibu untuk

membawa bayi imunisasi BCG serta polio.

Program pemerintah bahwa pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir

sampai umur 28 hari masa neonatus mendapat pelayanan neonatal 3 kali yaitu

pada umur 6 jam- 48 jam setelah lahir, kunjungan kedua 3-7 hari setelah lahir,

dan kunjungan ketiga 8-28 hari setelah lahir. Asuhan yang di berikan meliputi

pencegahan infeksi, penilaian segera setelah lahir, pencegahan kehilangan

panas, asuhan tali pusat, IMD, pemberian salep mata, vitamin K1, imunisasi

HB0, pemeriksaan BBl, kunjungan ulang, dan imunisasi sesuai jadwal yang

di tentukan (Kemenkes RI, 2017).

Dr. Lyndon Saputra, 2016 mengatakan asuhan kebidanan yang

diberikan pada Bayi Baru Lahir antara lain anjurkan ibu untuk menyusui

sesering mungkin setiap 2 jam, beritahu tanda-tanda bahaya pada bayi baru

lahir, melakukan konseling tentang ASI Ekslusif.

Berdasarkan kajian pada kasus Ny. M.S.S.M dan kajian teori tdak

terdapat kesenjangan karena telah mendapat asuhan pada bayi sesuai dengan

program pemerintah.
125

D. Post Natal Care

Pada kasus Ny. M.S.S.M kunjungan nifas I pada tanggal 18 Mei 2021

nifas hari ke 1 asuhan kebidanan yang di berikan adalah menginformasikan

hasil pemeriksaan, menganjurkan untuk mobilisasi, makan makanan bergizi,

jaga kebersihan diri, istirahat yang cukup, KIE ibu tentang menyusui, tanda

bahaya masa nifas.

Kunjungan ke II tanggal 22 Mei 2021 nifas hari ke 7 asuhan yang

diberikan adalah menginformasikan hasil pemeriksaan, mengevaluasi tentang

ASI ekslusif, tanda bahaya masa nifas, minum obat teratur, kunjungan ulang

di puskesmas.

Kunjungan ke III pada tanggal Juni Mei 2021 nifas hari ke 30 asuhan

yang diberikan adalah menginformasikan hasil pemeriksaan, evaluasi kembali

tentang makan makanan bergizi, mengkonsumsi obat dan menjelaskan

tentang KB.

Program pemerintah bahwa pelayanan kesehatan pada ibu dalam masa

nifas yaitu mulai 6 jam sampai 42 hari dengan mendapat kunjungan untuk

pelayanan nifas sebanyak 3 kali yaitu pada saat 6 jam-3 hari setelah

melahirkan, kunjungan kedua 4-28 hari setelah melahirkan dan kunjungan

ketiga 29-42 hari setelah melahirkan. Asuhan yang diberikan meliputi

menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi,

melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, memberikan

pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
126

manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari,

memberikan pelayanan keluarga berencana dan mendapatkan kesehatan

emosi.

Menurut (Marmi, 2017) bahwa masa nifas adalah masa 2 jam setelah

lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam

rangka pengecasan post partum adalah 2-6 jam, 2 jam-6 hari, 2 jam-6 minggu

( atau boleh juga desebut 6 jam, 6 hari 6 minggu).

Berdasarkan kajian pada kasus Ny. M.S.S.M dan kajian teori tidak

terdapat kesenjangan karena telah mendapat asuhan pada ibu Post SC yaitu

hal ini sesuai dengan program pemerintah bahwa ibu post SC minimal

mendapatkan pemeriksaan sebanyak 3 kali.


127

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah penulis melasanakan asuhan kebidanan pada secara

komprehensif dan pendokumentasian secara SOAP pada Ny. M.S.S.M dari

kehamilan, persalinan, nifas dan BBl sejak tanggal 12 April 2021 sampai 19

Mei 2021. Makan penulis mengambil kesimpulan bahwa :

1. Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada :

1) Ibu hamil

a) Data subjektif: Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang ke 1

dengan usia kehamilan 9 bulan, tidak pernah keguguran, dan keluhan

saat ini ibu merasakan perut kencang serta sering buang air kecil

b) Data objektif: Baik, kesadaraan composmentis, bentuk tubuh

normal. Tanda vital: TD: 110/80 mmHg, S: 36,5°c, BB: 59,5 kg,

TP: 08 Mei 2021

2. Ibu bersalin : Sectio caesarea

3. Bayi

a) Data subjektif: Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang pertama

jenis kelamin laki-laki.

b) Data objektif: Keadaan umum: Baik, kesadaran composmentis,

bergerak aktif, kulit kemerahan.

127
128

S: 36,5ºC , RR: 50x/menit, HR: 136x/menit, A/S: 8/9, PB: 50 cm, LK:

31 cm, LD: 30 cm, BB: 3.100 gram.

4. Ibu nifas

a) Data subjektif : ibu mengatakan senang karena telah selesai

operasi dan keadaan baik, saat ini ibu masih merasakan nyeri luka

operasi.

b) Data objektif : Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis,

TTV: TD 110/80 mmHg, Suhu 36,5ºC, Nadi 81x/menit, Pernapasan

20x/menit

5. Menganalisa masalah dan diagnosa kebidanan pada :

1) Ibu hamil : GI P0 A0 UK 40-41 Minggu, Janin Tunggal, Hidup,

Presentasi Kepala, Intra Uteri

2) Ibu bersalin : GI P0 A0 UK 40-41 Minggu, Janin Tunggal, Hidup,

Presentasi Kepala, Intra Uteri Inpartu Kala 1 Fase Aktif

3) Bayi : Bayi Baru Lahir Umur 1 jam

4) Ibu nifas: PI A1 AH1 Nifas Post SC hari ke 1

6. Melaksanakan penatalaksanaan pada :

a) Ibu hamil : mengobservasi tanda-tanda vital, jelaskan tanda bahaya

kehamilan, tanda persalinan, kebersihan diri, anjurkan untuk istirahat,

makan makanan bergizi, persiapan persalinan dan jadwalkan

kunjungan ulang.

b) Ibu bersalin : persalinan dengan sectio caesarea


129

c) Bayi : mengobservasi keadaan umum dan tanda vital bayi,

menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

sesering mungkin, cara perawatan tali pusat, tanda bahaya bayi baru

lahir, membawa ibu bayinya kepuskesmas.

d) Nifas: menginformasikan hasil pemeriksaan, menganjurkan untuk

mobilisasi, makan makanan bergizi, jaga kebersihan diri, istirahat

yang cukup, KIE ibu tentang menyusui dan tanda bahaya masa nifas.

B. Saran

1. Bagi Puskemas Tarus

Bagi petugas kesehatan di Puskemas Tarus dan RS Leona Kota

Kupang untuk tetap menjaga kualitas dalam melakukan asuhan kebidanan

yang selama ini telah melakukan asuhan kebidanan dengan baik

diharapkan dapat lebih mengembangkan asuhan dengan teori dan cara

terbaru dalam memberikan pelayanan kesehatan demi asuhan yang lebih

baik lagi. Lebih meningkatkan penyuluhan dan konseling pada saat ante

natal agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu akan dirinya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi pendidikan diharapkan studi kasus terus dilakukan dan di

tingkatkan dalam upaya peningkatan pemahaman asuhan kebidanan serta

di harapkan lebih memberikan proses belajar tentang asuhan kebidanan

secara mendalam dan khusus, upaya mahasiswi kebidanan dapat

melasanakan asuhan kebidanan dengan benar dan akurat.

3. Bagi Profesi
130

Perlu adanya komunikasi yang edukatif antara tenaga kesehatan dan

pasien agar dapat menciptakan suasana yang harmonis dan dapat

meningkatkna pelayanan kebidanan terutama dalam pelayanan kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir dan nifas.

4. Bagi Masyarakat

Untuk masyarakat dapat dengan kesadarannya untuk bisa membantu

dalam menyejahterakan kehidupan dengan berpartisipasi memberikan

dukungan pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan ibu nifas agar tercapai

kehidupan yang sehat.

5. Bagi Pasien

Agar pasien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan

kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman

karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat

hamil, bersalin, bayi, dan nifas dengan melakukan pemeriksaan rutin di

fasilatas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Data Laporan Tahunan Puskesmas Tarus. 2019. Kabupaten Kupang


Dewi, V. N. L. 2017. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.
Dinas Kesehatan Kota Kupang. 2020. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Kupang : Dinkes Kota Kupang
Ilmiah, W. 2017. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta
Marmi. 2016. Asuhan Kebidanan pada masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka
Belajar
Maryunani, dkk. 2017. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi. Yogyakarta :
Yayasan Essentia Medika.
Nurhayati, dkk. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Jakarta : Trans Info
Medika
Nurliana dan Kasrida. 2016. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang : Selaksa
Medika
Nursalam. 2017. Proses Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek. Jakarta :
EGC
Purwanti. 2017. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta :
Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Rubin, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus. Yokyakarta : Pustaka Pelajar
Rukiyah, 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta : Pustaka Baru.
Rukiyah, A.Y, dkk. 2017. Asuhan kebidanan 1 (kehamilan). Jakarta : Trans Info
Media
UNICEF. (2017). Neonatal Mortality. https://unicef.org/topic/child-
survival/neonatal-mortality/. Diakses pada tanggal 26 Maret 2020
Walyani & Purwoastuti, 2017. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan danmasa
nifas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Widaningsih. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus. Jakarta : Nuha Medika
Walyani, E. dan Endang. P. 2016. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru
lahir. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
WHO. (2018). Key Fact Maternal Mortality. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/maternal-mortality. Diakses pada tanggal 26 Maret
2020
Yulianti. 2015. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Trans Info Medika

Anda mungkin juga menyukai