Anda di halaman 1dari 143

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU E.

N
MASA KEHAMILAN TRIMESTER III, BERSALIN,
NIFAS, BBL, DAN KB DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PANIARAN KABUPATEN
TAPANULI UTARA
TAHUN 2023

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :
NOVITA ANUGERAH BATUBARA
NIM : P07524220015

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


PRODI DIII KEBIDANAN TAPANULI UTARA
TAHUN 2023
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU E. N
MASA KEHAMILAN TRIMESTER III, BERSALIN,
NIFAS, BBL, DAN KB DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PANIARAN KABUPATEN
TAPANULI UTARA
TAHUN 2023

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan


Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi DIII Kebidanan
Tapanuli Utara Poltekkes RI Medan

OLEH :
NOVITA ANUGERAH BATUBARA
NIM : P07524220015

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


PRODI D-III KEBIDANAN TAPANULI UTARA
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DISETUJI UNTUK


DIPERTAHANKAN PADA UJIAN SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR
PADA TANGGAL 24 MEI 2023

OLEH :
NOVITA ANUGERAH BATUBARA

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dimpu R. Nainggolan, SST., M.Kes Riance M. Ujung, SST., M.K.M


NIP. 19781025 201101 2 003 NIP. 19860829 201101 2 015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DIPERTAHANKAN
DIDEPAN TIM PENGUJI SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN TAPANULI UTARA
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
PADA TANGGAL 24 MEI 2023

MENGESAHKAN

TIM PENGUJI Tanda Tangan

Ketua : Elly Sianturi, SST., M.K.M ____________

Anggota I : Dimpu Rismawaty Nainggolan., SST, M.Kes ____________

Anggota II : Riance Mardiana Ujung, SST., M.K.M ____________

Mengetahui
Ka. Prodi DIII Kebidanan Tarutung
Poltekkes Kemenkes Medan

Juana Linda Simbolon, SST., M.Kes


NIP. 19670310 198911 2 001
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN TAPANULI
UTARA
VISI
Menghasilkan lulusan ahli madya kebidanan yang kompetitif dengan
keunggulan penerapan hipnoterapi dalam asuhan kebidanan tahun 2023
MISI
1. Menyelenggarakan Pendidikan secara kompetitif yang berbasis
kompetensi dalam upaya mempersiapkan bidan dengan keunggulan
hipnoterapi dalam asuhan kebidanan
2. Melaksanakan penelitian oleh dosen dan mahasiswa khususnya dalam
penerapan hipnoterapi dalam asuhan kebidanan
3. Melaksanakan pengabdian yang sesuai kebutuhan masyarakat khususnya
dalam penerapan hipnoterapi pada asuhan kebidanan
4. Mengembangkan SDM dosen, tenaga kependidikan mahasiswa dan alumni
melalui kemitraan dengan lintas program dan lintas sektoral, baik local,
regional, nasional dan internasional.
ABSTRAK
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU E.N MASA
KEHAMILAN TRIMESTER III, BERSALIN, NIFAS, BBL, DAN KB DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANIARAN KABUPATEN TAPANULI
UTARA TAHUN 2023

Setiap wanita akan melalui proses kehamilan , persalinan, BBL, hingga


nifas. Hal ini merupakan proses fisiologis yang dilakukan pada ibu E.N .
Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memberikan Asuhan Komprehensif
pada ibu melalui masa hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas hingga KB.
Responden pada LTA ini adalah ibu “E.N” dengan standart 10T dan dalam
keadaan baik. Asuhan persalinan berlangsung dengan baik namun tidak sesuai
dengan 60 langkah APN, dilakukan perawatan BBL, namun tidak dilakukan IMD.
Kunjungan Neonatus dilakukan sebanyak 3x. Asuhan masa nifas
dilakukan sebanyak 3x. Namun ibu memutuskan untuk menggunakan MAL.
Berdasarkan hasil yang dilakukan penulis tidak menemukan masalah
ketika melakukan pelaksanaan terhadap pasien. Asuhan komprehensif diharapkan
dapat dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan khususnya bidan sehingga
mencegah terjadinya komplikasi hingga kematian pada setiap pasien.

Kata Kunci : Asuhan, Kebidanan, Komprehensif


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu E.N Masa Hamil Trimester III,
Bersalin, Nifas, BBL, KB di Wilayah Kerja Puskesmas Paniaran Kabupaten
Tapanuli Utara Tahun 2023” sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Tapanuli
Utara Politeknik Kesehatan Kementrian RI Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Raden Roro Sri Arini Winarti Rinawati, SKM., M.Keb selaku Direktur
Poltekkes Kemenkes RI Medan, yang telah memberikan kesempatan
menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
2. Arihta BR Sembiring selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan Menyusun LTA
ini.
3. Ibu Juana Linda Simbolon, SST., M.Kes selaku ketua Program Studi
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan
kesempatan Menyusun LTA ini.
4. Ibu Dimpu Rismawaty Nainggolan, SST., M.Kes selaku pembimbing
utama yang telah memberikan bimbingan sehingga LTA ini dapat
terselesaikan.
5. Ibu Riance Mardiana Ujung, SST., M.K.M selaku pembimbing
pendamping yang telah memberikan bimbingan sehingga LTA ini dapat
terselesaikan.
6. Ibu Elly Sianturi, SST., M.K.M selaku penguji yang telah menguji dan
memberikan bimbingan sehingga LTA ini dapat terselesaikan.
7. Bidan Pesta Tambunan, Amd.Keb yang telah memberikan kesempatan
untuk melakukan penyusunan LTA di Poskesdes Desa Paniaran.
8. Ibu E. Nababan dan I. Sihombing yang telah bersedia sebagai responden
dalam penyusunan LTA ini.
9. Bapak/ Ibu dosen dan seluruh staf pegawai Prodi D-III Kebidanan
Tapanuli Utara yang telah mengajar dan selalu memberikan dukungan dan
nasehat dalam perkuliahan dan dalam proses penyelesaian LTA ini.
10. Terkhusus buat kedua orang tua saya, ayahanda Batara Batubara, S.E dan
ibunda tercinta Tyo Lambok Simanjuntak, S.Pd., M.Pd, saya
mengucapkan terimakasih atas segala sesuatu yang diberikan kepada saya
motivasi maupun material serta doa selama saya menyelesaikan laporan
tugas akhir dan untuk ketiga abangku dan adik-adikku yang telah menjadi
motivator hidupku.
11. Teman-teman seangkatan saya yang telah memberikan dukungan dan
semangat selama perkuliahan hingga saya dapat menyusun LTA
12. Kepada keluarga asrama saya di Prodi DIII Kebidanan Tapanuli Utara
yang telah membantu dan memberikan semangat selama perkuliahan
maupun dalam penyusunan laporan tugas akhir, beserta seluruh pihak yang
terkait sehingga dapat memperlancar proses penulisan laporan tugas akhir.
Dan kepada semua pihak yang tidak dapat tertuliskan satu persatu yang
secara langsung telah memberikan dukungan. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa melimpahkan berkatnya bagi kita.

Tarutung, Mei 2023

Penulis

Novita Anugerah Batubara


DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan
Kata Pengantar……………………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………………….ii
Daftar Tabel…………………………………………………………………..….iv
Daftar Gambar………………………………………………………………........v
Daftar Singkatan………………………………………………………………..vii
Abstrak…………………………………………………………………………viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….1
1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan…………………………………………5
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..5
1.4 Sasaran, Tempat, dan Waktu Asuhan Kebidanan…………………………....6
1.5 Manfaat………………………………………………………………………6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….……..…8
2.1 Kehamilan…………………………………………………………….……...8
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan……………………………………………….8
2.1.2 Asuhan Kehamilan………………………………………………….….15
2.2 Persalinan………………………………………………………………...…20
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan……………………………………………….20
2.2.2 Asuhan Persalinan………………………………………………………24
2.3 Nifas…………………………………………………………………..….…39
2.3.1 Konsep Dasar Nifas…………………………………………….……....39
2.3.2 Asuhan Masa Nifas……………………………………………………..42
2.4 Bayi Baru Lahir……………………………………………….……………46
2.4.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir…………………………………...…….46
2.4.2 Asuhan Bayi Baru Lahir……………………………………………..…48
2.5 Keluarga Berencana………………………………………………………...50
2.5.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana……………………………........….50
2.5.2 Asuhan Keluarga Berencana…………………………………………...54
BAB III ASUHAN KEBIDANAN…………………………………………….56
3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil…………….………...55
3.2 Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin…………………………………72
3.3 Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas………………………………….…82
3.4 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir……………………………..88
3.5 Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB………………………………...97
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kehamilan……………………………………………………………. 98
4.2 Persalinan…………………………………………………………….100
4.3 Nifas………………………………………………………………….102
4.4 Bayi Baru Lahir………………………………………………………103
4.5 Keluarga Berencana………………………………………………… 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..105
5.2 Saran…………………………………………………………………105
DAFTAR PUSTA………………………………………………………..107
LAMPIRAN
Dokumentasi Informed Consent……………..…………………………..109
Lampiran Dokumentasi…………………………………………………..110
Partograf………………………………………………………………….119
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan…………………………………………6


Tabel 2.1 Usia Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri……………....…..9
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)…………………17
Tabel 2.3 TFU dan Berat Badan Uterus Menurut Masa Involusi……………...40
Tabel 2.4 Perubahan Lochea…………………………………………………...40
Tabel 2.5 Kunjungan Nifas…………………………………………………….43
Tabel 2.6 Penilaian APGAR SKOR…………………………………………...48
Tabel 2.7 Jenis dan Waktu yang Tepat untuk Ber-KB………………………...51
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Partograf halaman depan…………………………………………..36


Gambar 2.2 Partograf halaman belakang……………………………………….37
DAFTAR LAMPIRAN

Kartu bimbingan LTA


Informed Consent
Partograf
Dokumentasi Kegiatan
DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi


AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APD : Alat Perlindungan Diri
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
DJJ : Denyut Jantung Janin
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IM : Intra Muscular
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IUD : Intra Uterine Device
KB : Keluarga Berencana
KJDK : Kematian Janin Dalam Kandungan
KEK : Kurang Energi Kronik
KF : Kunjungan Nifas
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KN : Kunjungan Neonatal
KPD : Ketuban Pecah Dini
LILA : Lingkar Lengan Atas
MAL : Metode Amenore Laktasi
MOW : Metode Operasi Wanita
OUI : Ostium Uteri Internum
PAP : Pintu Atas Panggul
PI : Pencegahan Infeksi
PMS : Penyakit Menular Seksual
PUS : Pasangan Usia Subur
RS : Rumah Sakit
SC : Section Caesarea
SOAP : Subjective, Objective, Assasment, Planning
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
TT : Tetanus Toxoid
TBBJ : Tafsiran Berat Badan Janin
TTD : Tablet Tambah Darah
TTP : Tafsiran Tanggal Persalinan
TTV : Tanda Tanda Vital
VT : Vagina Touche
WHO : World Health Organization
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesejahteraan masyarakat di suatu negara dapat diketahui melalui angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Namun sayangnya AKI dan
AKB masih relatif tinggi. Menurut definisi WHO kematian ibu adalah kematian
yang terjadi selama kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
karena segala sebab yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya,
tetapi tidak disebabkan oleh kecelakaan atau cedera. Pada tahun 2017 AKI setiap
harinya yaitu sebanyak 817 jiwa. Sehingga diperkirakan AKI di dunia adalah 211
per 100.000 angka kelahiran hidup (Noftalina, 2021).
Jumlah kematian ibu yang dikumpulkan dari catatan program kesehatan
keluarga di Kementerian Kesehatan meningkat setiap tahun. Pada tahun 2021
terdapat 7.389 kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan tahun 2020 sebanyak 4.627 kematian. Berdasarkan penyebabnya,
mayoritas kematian ibu pada tahun 2021 terkait dengan COVID-19 (2.982 kasus),
1.330 kasus perdarahan, dan 1.330 kasus hipertensi selama kehamilan 1.077 kasus
(Kemenkes RI, 2022).
Di Provinsi Sumatera Utara jumlah kematian ibu yang dilaporkan tahun
2019 adalah sebanyak 202 orang dengan distribusi kematian ibu hamil sebanyak
53 orang, kematian 87 orang kematian ibu dan 62 kematian ibu nifas.
Kematian ibu terbanyak diketahui disebabkan oleh akibat lain-lain yang
tidak dirinci dan diketahui sebab pastinya (sebanyak 63 orang), akibat perdarahan
yaitu sebanyak (67 orang), akibat hipertensi yaitu sebanyak (51 orang), akibat
infeksi yaitu sebanyak (8 orang), akibat gangguan sistem peredaran darah yaitu
sebanyak (8 orang), dan sebanyak (5 orang) akibat gangguan metabolik.
Di Kabupaten Tapanuli Utara dilaporkan perkiraan AKI pada tahun 2020
yaitu sebesar 177 per 100.000 kelahiran hidup. Meningkat dengan perbandingan
tahun 2019 yaitu 83 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2018 yaitu 57 per 100.000
2

kelahiran hidup, pada tahun 2017 yaitu 139 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada
tahun 2016 yaitu 87 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2020 dilaporkan tercatat jumlah
kematian ibu melahirkan yaitu sebanyak 8 orang, terdiri dari kematian ibu hamil
sebanyak 1 orang, 5 orang kematian pada ibu bersalin yaitu dan 2 orang kematian
pada ibu nifas. Penyebab utama kematian ibu dalam persalinan adalah 1 orang
perdarahan, 4 orang hipertensi dalam kehamilan, 1 orang gangguan sistem
peredaran darah, dan lain-lain 1 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Taput, 2021).
AKB merupakan jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1
tahun dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan
indikator bahwa biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat. Indikator ini juga berhubungan langsung dengan kelangsungan hidup
anak dan mencerminkan kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan lingkungan
kesehatannya. AKB yaitu sebesar 2,9 per 1000 kelahiran hidup. Namun, Diduga
angka tersebut belum akurat karena sumber data yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan milik pemerintah maupun swasta belum menyeluruh (Dinas Kesehatan
Sumatera Utara, 2019).
Tahun 2020 AKB tercatat sekitar 50 orang (31 laki-laki dan 19
perempuan) menderita penyakit dari 4.513 kelahiran hidup. Penyebaran kematian
bayi dalam jumlah besar adalah Puskesmas Siborongborong dan Puskesmas Siatas
Barita masing-masing (7 orang), Puskesmas Sipahutar dan Puskesmas
Hutabaginda masing-masing (6 orang), Puskesmas Garoga yaitu sebanyak (4
orang), Puskesmas Sarulla, Puskesmas Sipultak, dan Puskesmas Situmeang
Habinsaran masing-masing (3 orang), Puskesmas Butar, Puskesmas Aek Raja,
Puskesmas Onan Hasang, dan Puskesmas Silangit masing-masing (2 orang).
Penyebab kematian bayi terbanyak antara lain yaitu BBLR (17 orang), Asfiksia
(10 orang), Tetanus Neonatorium (1 orang), Sepsis (4 orang), Kelainan bawaan (8
orang), Pneumonia (1 orang), dan faktor lainnya seperti demam, batuk, diare,
cranial divida, ischemi enchelopalaty, meningitis, pembekuan darah di otak,
keracunan, gawat janin, kecelakaan, dan jatuh sebanyak 2 orang (Dinas Kesehatan
Kabupaten Taput, 2021).
3

Kehamilan normal merupakan hasil proses pembuahan atau penyatuan


spermatozoa dan ovum dan diikuti dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
sejak masa pembuahan hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, dimana trimester
pertama berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua berlangsung selama 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan pada trimester ketiga berlangsung
selama 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) pada kehamilan (Prawirohardjo,
2020).
Trimester ketiga pada kehamilan sering digambarkan sebagai "masa
tunggu dan waspada", sebab pada saat itu ibu akan merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Ibu juga sering merasa cemas jika bayinya lahir tidak normal
dan tingkat ketidaknyamanan semakin meningkat.
Ketidaknyamanan pada kehamilan merupakan suatu perasaan yang tidak
menyenangkan pada fisik maupun mental ibu hamil. Pada perubahan fisiologis
ibu hamil mempunyai beberapa ketidaknyamanan yaitu mor ning sickness (mual
dan muntah), mengidam, nyeri ulu hati, konstipasi, hemorhoid, vena varikosa
pada vulva, gejala pingsan, insomnia, sering BAK, nyeri punggung, bengkak pada
kaki, kram otot betis, sesak nafas dan mudah lelah (Rukiah & Yulianti, 2014).
Kram tungkai disebabkan oleh gangguan asupan kalsium atau asupan
kalsium yang tidak adekuat, salah satu penyebab lainnya adalah bahwa uterus
yang membesar memberi tekanan pada pembuluh darah panggul, sehingga
mengganggu sirkulasi. Cara mengatasinya: minta wanita meluruskan kaki yang
kram dan menekan tumitnya, anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari
(Varney et al., 2007).
Mudah lelah umum dirasakan setiap saat pada setiap ibu hamil yang
disebabkan oleh perubahan emosional maupun fisik. Penanganannya dengan
memberitahukan kepada ibu mencari waktu untuk beristirahat, misalnya jika ibu
merasa lelah pada siang hari maka segeralah tidur, hindari pekerjaan rumah yang
terlalu berat, dan mengkonsumsi zat besi dan asam folat (Rukiah & Yulianti,
2014).
4

Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar bagi ibu
dari 6 jam sampai 42 hari postpartum oleh petugas kesehatan. untuk deteksi
komplikasi dini pada ibu nifas memerlukan pemantauan pemeriksaan ibu nifas
dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan pembagian waktu yaitu
kunjungan nifas pertama (Kf1) pada 6 jam setelah melahirkan sampai 3 hari,
kunjungan nifas kedua (Kf2) dilakukan pada minggu kedua setelah persalinan,
dan kunjungan nifas ketiga (Kf3) dilakukan pada minggu keenam pasca
persalinan. Kunjungan nifas ini dilakukan pada saat kegiatan di Posyandu dan
dapat dilakukan bersamaan dengan kunjungan bayi. Cakupan pelayanan ibu nifas
pada tahun 2020 yaitu sebesar 60,00 % (Dinas Kesehatan Kabupaten Taput,
2021).
Pasangan usia subur (PUS) merupakan pasangan antara suami istri berusia
25-35 tahun ataupun pasangan suami istri berumur kurang dari 15 tahun namun
sudah haid dan seorang istri yang masih haid pada usia 50 tahun (Nadia &
Rahayu, 2021).
Di Kabupaten Tapanuli Utara cakupan peserta KB pasca persalinan yaitu
sebesar 60,30%. Dan untuk cakupan pasangan usia subur yang menjadi akseptor
KB aktif tahun 2020 yaitu sebesar 67,00%.
Cakupan kunjungan neonatus 1 kali (KN 1) di Kabupaten Tapanuli Utara
pada tahun 2020 sebesar 99,90 % menurun dibandingkan tahun 2019 sebesar 100
% . Sementara cakupan kunjungan neonatus 3 kali (KN lengkap) tahun 2020
sebesar 98,90% naik di bandingkan tahun 2019 sebesar 98,70 %. Cakupan
kunjungan bayi (minimal 4 kali) pada tahun 2020 yaitu sebesar 85,10 % (Dinas
Kesehatan Kabupaten Taput, 2021).
Pada saat penulis melakukan kunjungan pertama terhadap ibu E.N
dilakukan pemeriksaan 10 T. Hasil pemeriksaan ibu dengan usia kehamilan 32-34
minggu dalam batas normal, namun ibu mengatakan pernah mengalami abortus 1
kali, mudah merasa lelah dan kram pada kakinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, kematian ibu dan bayi dapat
ditanggulangi dengan cara memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif
(berkelanjutan) dengan metode Helen Varney dan dilanjut dengan SOAP dari
5

masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir (BBL), nifas, dan KB yang ditujukan
pada ibu E.N G2P0A1 usia kehamilan 32-34 minggu di wilayah kerja Puskesmas
Paniaran Kabupaten Tapanuli Utara.
1.2 Identifikasi Ruang Lingkap Asuhan
Ruang lingkup asuhan kebidanan secara komprehensif yang dimulai dari
kehamilan trimester III, ibu bersalin Kala I,II,III,IV, masa nifas selama 42 hari,
asuhan bayi baru lahir sampai dengan penggunaan KB dilakukan pada ibu E.N di
wilayah kerja Puskesmas Paniaran tahun 2023.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu E.N
masa kehamilan trimester III, bersalin, nifas, BBL dan KB di wilayah kerja
Puskesmas Paniaran dengan baik dan benar sesuai dengan asuhan kebidanan
dengan metode Helen Varney.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif, menetapkan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan asuhan
kebidanan pada ibu hamil.
b. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif, menetapkan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin.
c. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif, menetapkan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
d. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif, menetapkan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
e. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif, menetapkan
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan asuhan
kebidanan pada ibu dengan akseptor KB.
6

1.4 Sasaran, Tempat, dan Waktu Asuhan Kebidanan


1.4.1 Sasaran
Sasaran Subyek asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu E.N usia
kehamilan 32-34 minggu dengan G2P0A1, HPHT : 01 Juni 2022, TTP : 08 Maret
2023
1.4.2 Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif
adalah di wilayah kerja Puskesmas Paniaran Kabupaten Tapanuli Utara
1.4.3 Waktu Pelaksanaan

Tabel 1.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Jadwal Kunjungan
No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 234 123 41 2 3412 3 4 1 23 4 1 2 34
1 Pengambilan data subjek asuhan LTA
2 Asuhan kebidanan pada ibu hamil
3 Bimbingan proposal LTA
4 Sidang proposal LTA
5 Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
6 Asuhan kebidanan pada ibu nifas
7 Asuhan kebidanan pada BBL
8 Asuhan kebidanan pada KB
9 Bimbingan LTA
10 Sidang LTA
11 Ujian Komprehensif
12 Jilid LTA

1.4.4 Manfaat
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan penulis untuk melakukan asuhan
kebidanan komprehensif mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, BBL,
samapai dengan KB kemudian mendokuentasikannya dengan metode Helen
Varney.
a. Bagi institusi pendidikan
7

Dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran, maupun sebagai


masukan pengembangan materi yang telah diberikan baik dalam perkuliahan
maupun praktek lapangan agar mampu menerapkan secara langsung dan
berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta KB.

b. Bagi klien
Mendapatkan asuhan dan pelayanan yang berkualitas dan
berkesinambungan selama kehamilan sampai perencanaan akseptor KB,
pendidikan kesehatan, inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif, perawatan bayi
baru lahir, dan pelaksanaan perawatan nifas.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan normal merupakan hasil proses pembuahan atau penyatuan
spermatozoa dan ovum dan diikuti dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung sejak masa pembuahan hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester,
dimana trimester pertama berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua
berlangsung selama 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan pada
trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
pada kehamilan (Prawirohardjo, 2020).
Proses kehamilan merupakan peristiwa terjadinya pembuahan sampai
kelahiran tahap demi tahap, terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan
ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta dan pertumbuh kembangan hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2018).
b. Fisiologi Kehamilan
Selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimiawi
yang signifikan. Perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan
berlanjut selama kehamilan dan sebagian besar terjadi sebagai respons
terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta. Dan
yang mencolok yaitu seiring waktu setiap wanita hamil setelah bersalin akan
kembali ke dalam keadaan semula seperti sebelum hamil.
Perubahan sistem organ dalam trimester III antara lain:
1) Uterus
Pada kehamilan terjadi pembesaran uterus karena dinding uterus relatif
tipis yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion. Tetapi
setelah sekitar 12 minggu, ukuran uterus akan meningkat karena tekanan yang
9

ditimbulkan oleh hasil konsepsi yang terus membesar. Seiring bertambahnya


usia kehamilan uterus ibu akan semakin membesar sehingga janin dapat teraba
dari luar (Cunningham, 2017).
Tabel 2.1 Usia Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri

Usia kehamilan Tinggi fundus

Dalam cm Menggunakan jari tangan


12 minggu - 3 jari diatas simfisis pubis

16 minggu - Pertengahan simfisis dengan pusat


20 minggu 20 cm (± 2 cm) 3 jari dibawah pusat

24 minggu 24 cm (± 2 cm) Setinggi pusat

28 minggu 28 cm (± 2 cm) 3 jari diatas pusat

32 minggu 32 cm (± 2 cm) Pertengahan pusat dengan prosesus xifoideus

34 minggu 34 cm (± 2 cm) 3 jari dibawah prosesus xifoideus

36 minggu 36 cm (± 2 cm) Setinggi prosesus xifoideus


40 minggu 32 cm (± 2 cm) 2 jari dibawah prosesus xifoideus
Sumber : Manuaba, 2018
2) Ovarium
Perubahan ovarium terjadi pada kehamilan awal dan tidak mempunyai
perubahan besar di akhir kahamilan dengan terjadinya kehamilan, indung telur
yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya
sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu (Manuaba,
2018).
3) Serviks
Pada kehamilan keadaan serviks sudah mulai lunak. Perubahan-
perubahan ini terjadi karena peningkatan vaskularisasi dan edema serviks
keseluruhan. Serviks mampu melaksanakan beragam tugas dari
mempertahankan kehamilan hingga aterm, berdilatasi untuk mempermudah
kelahiran, dan memperbaiki diri setelah persalinan sehingga dapat terjadi
kehamilan berikutnya.
10

4) Vagina dan vulva


Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan
yang disebut tanda chadwicks. Hormon kehamilan mempersiapkan vagina
supaya distensi selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang
tebal, jaringan ikat longgar, dan hipertrofi otot polos. Peningkatan
vaskularisasi vagina menimbulkan warna ungu kebiruan pada mukosa vagina
dan serviks yang disebut dengan tanda chadwick. Selama masa hamil, pH
sekresi vagina menjadi lebih asam yaitu dari 4 berubah menjadi 6,5.
Peningkatan pH ini membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi
vagina, khususnya infeksi jamur. Pada vagina juga terjadi peningkatan
relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus yang berat yang dapat
menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema dan varises
biasanya akan kembali normal pada postpartum.
5) Perubahan Metabolik
Pada trimester ketiga, laju metabolik basal ibu meningkat 10-20 persen
dibandingkan dengan keadaan tak hamil. Hal ini meningkat lagi sebanyak 10
persen pada wanita dengan gestasi kembar. Dari sudut pandang lain, tambahan
kebutuhan total energi selama kehamilan diperkirakan mencapai 80.000 kkal
atau sekitar 300 kkal/hari (Cunningham, 2017).
6) Perubahan Sistem Kardiovaskular
Sejak pertengahan kehamilan, rahim yang membesar akan menekan
vena kava inferior dan aorta bagian bawah saat dalam posisi terlentang.
Tekanan pada vena kava inferior dapat mengurangi aliran darah balik vena ke
jantung. Akibatnya terjadi penurunan preload dan cardiac output sehingga
akan mengakibatkan terjadinya ibu kehilangan kesadaran. Penekanan pada
aorta ini juga akan mengurangi aliran darah utero plasenta ke ginjal. Selama
trimester terakhir posisi telentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika
dibanding posisi miring.
7) Traktus Urinarus
11

Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih akan menekan


rahim yang membesar sehingga menyebabkan sering buang air kecil. Semakin
tuanya kehamilan keadaan ini akan hilang bila uterus keluar dari rongga
panggul dan bisa juga keluhan itu akan timbul pada saat akhir kehamilan jika
kepala sudah turun ke pintu atas panggul (Prawirohardjo, 2020).
8) Sistem Integumen
Perubahan keseimbangan hormon menyebabkan timbulnya beberapa
perubahan dalam sistem integumen selama masa hamil. Perubahan yang
umum terjadi seperti peningkatan ketebalan kulit dan lemak, hiperpigmentasi,
dan percepatan aktifitas kelenjar keringat. Pigmentasi muncul karena
peningkatan hormon melanotropin hipofisis anterior selama kehamilan.
Melasma di wajah yang disebut dengan kloasma dialami 50 % sampai 70 %
wanita hamil, dimulai setelah minggu ke-16 dan meningkat secara bertahap
sampai bayi lahir.
9) Sistem Pencernaan
Perubahan pada saluran cerna memungkinkan pengangkutan nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin berada dibagian bawah pengaruh
hormon. Efek progesteron pada usus besar menyebabkan konstipasi karena
waktu transit yang melambat membuat air semakin banyak diabsorpsi karena
usus mengalami pergeseran akibat pembesaran uterus (Rukiah & Yulianti,
2014).
c. Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil
1) Kram tungkai
Kram tungkai disebabkan oleh gangguan asupan kalsium atau asupan
kalsium yang tidak adekuat, salah satu penyebab lainnya adalah bahwa uterus
yang membesar memberi tekanan pada pembuluh darah panggul, sehingga
mengganggu sirkulasi. Cara mengatasinya: minta wanita meluruskan kaki
yang kram dan menekan tumitnya, anjurkan elevasi kaki secara teratur
sepanjang hari.
2) Kram otot betis
12

Hal ini umum dirasakan pada kehamilan lanjut. Penyebabnya belum


diketahui, dapat dikarenakan iskemia transient setempat, kebutuhan akan
kalsium (kadarnya rendah dalam tubuh) ataupun perubahan sirkulasi darah,
dan tekanan pada saraf kaki. Kalsium dan vitamin diperlukan. Nasihati ibu
untuk tidak mengkonsumsi obat tanpa resep dokter, memperbanyak
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium, menaikkan kaki
ke atas, pengobatan sistomatik yaitu dengan kompres hangat, masase, dan
menarik jari kaki ke atas.
3) Buang air kecil yang sering
Keluhan ini dirasakan pada kehamilan disebabkan karena hormon
progesteron dan adanya tekanan pada kandung kemih karena pembesaran
rahim atau kepala bayi yang turun ke rongga panggul. Memberikan ibu
nasehat untuk mengurangi minum setelah makan malam atau minimal 2 jam
sebelum tidur, menghindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi,
memenuhi kebutuhan air minum yaitu minimal 8 gelas/hari (perbanyak pada
siang hari), dan dapat melakukan senam kegel.
4) Mudah lelah
Hal ini umum dirasakan setiap saat pada setiap ibu hamil yang
disebabkan oleh perubahan emosional maupun fisik. Memberitahukan ibu
mencari waktu untuk beristirahat, misalnya jika ibu merasa lelah pada siang
hari maka segeralah tidur, hindari pekerjaan rumah yang terlalu berat, dan
mengkonsumsi zat besi dan asam folat (Rukiah & Yulianti, 2014).
5) Nyeri punggung
Penyebab nyeri punggu yaitu hormon estrogen dan progesterone
mengendurkan sendi, ligamen, dan otot di pinggul. Pada saat bayi tumbuh,
lengkung di spina lumbalis dapat meningkat karena abdomen didorong ke
depan yang juga dapat menyebabkan nyeri punggung. Solusinya dengan
memberikan saran kepada ibu untuk untuk melakukan senam hamil,
endorphin massage, kompres hangat, dan yoga (Varney et al., 2007).
6) Edema
13

Timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan tekanan vena pada


ekstremitas bagian bawah. Gangguan ini disebabkan oleh tekanan uterus yang
membesar pada vena-vena panggul saat wanita duduk atau berdiri dan vena
kavainterior saat ia berada dalam posisi terlentang.

Cara penanganannya :
1) Hindari menggunakan pakaian ketat
2) Posisi menghadap ke kiri saat berbaring
3) Hindari menggunakan sepatu yang menggunakan heels
d. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak
dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan yang banyak,
atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti Abortus,
Kehamilan Mola atau Kehamilan Ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan
yang tidak normal adalah merah (bisa segar atau tidak), banyak dan kadang-
kadang, tidak selalu disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti
Plasenta Previa atau abrupsio plasenta.
2) Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah plasenta yang abdnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim, sehingga dapar menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum (OUI). Kasusnya sekitar 3-6 dari 1000 kehamilan.
3) Solusio Plasenta
Solusio plasenta atau abruption plasenta adalah terlepasnya plasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada uterus. Sebelum janin dilahirkan.
Penyebabnya bisa karena perubahan anatomis/tumor pada rahim, karena tali
plasenta pendek sehingga tertarik oleh gerakan janin. (Maryunani &
Yuliangsih, 2021).
4) Sakit kepala yang hebat
14

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit
kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-
kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur dan berbayang. Sakit kepala yang hebat
dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsia.
5) Bengkak pada muka dan tangan
Bengkak atau terasa berat akibat cairan (edema) pada tangan, muka dan
sekitar mata atau penambahan berat badan yang tiba-tiba sekitar 1 kilo atau
lebih, yang tidak berkaitan dengan pola makan. Edema adalah penimbunan
cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat
diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan,
dan muka.
6) Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang
setelah istirahat. Gejala ini bisa mengarah pada gejala pre-eklamsia jika di
dukung dengan tanda bahaya dan gejala pre-eklamsia yang juga dirasakan.
7) Bayi kurang bergerak seperti biasa
Gerakan janin atau tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam)
ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa ibu
dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan
melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Jika
ini berarti terjadi bahaya pada janin.
8) Demam tinggi
Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam
kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum
banyak dan mengkompres untuk menurunkan suhu. Demam dapat disebabkan
oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme patogen ke
dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau
15

gejala-gejala penyakit. Pada infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan


dan masa nifas.
9) Keluar air ketuban sebelum waktunya
Ketuban Pecah Dini (KPD) terjadi apabila pecahnya ketuban sebelum
persalinan berlangsung yang disebabkan karena kurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga
karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks dan
penilainnya ditentukan dengan adanya cairan yang keluar dari vagina.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan test lakmus (nitrazin test)
merah menjadi biru.
10) Hipertensi Gestasional
Hipertensi Gestasional (disebut juga transient hypertension) adalah
Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan
tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa protein uria (Prawirohardjo, 2020).
2.2.2 Asuhan Kehamilan
a. Pengertian Asuhan Kehamilan
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2020).
b. Jadwal pemeriksaan kehamilan
1) Pemeriksaan pertama. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah
diketahui terlambat haid.
Pemeriksaan ulang :
a) Setiap bulan dari usia kehamilan 1 bulan sampai 7 bulan.
b) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan.
c) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan
2) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu (Manuaba, 2018).
c. Tujuan Asuhan Antenatal
1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai
dalam kehamilan, persalinan, dan nifas
16

2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini


mungkin,
3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak,
4) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.

d. Pemeriksaan Obstetrik
1) Pemeriksaan khusus obstetrik :
a) Inspeksi: Bentuk dan ukuran abdomen, perut bekas operasi, gerakan janin,
varises atau pelebaran vena, hernia dan edema
b) Palpasi: tinggi fundus, punggung bayi, presentasi, dan sejauh mana bagian
terbawah bayi masuk PAP
c) Auskultasi: denyut jantung janin dan hal lain yang terdengar
d) Perkusi: ketuk pinggang dan reflek patela
e) Laboratorium : HB dan Urine
2) Tahap pemeriksaan leopold
a) Leopold I: kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan usia kehamilan dapat disesuaikan
dengan tanggal haid terakhir. Menentukan bagian apa yang terletak di
fundus uteri. pada letak membujur sungsang, kepala bulat keras dan
melenting pada goyangan, pada letak kepala akan teraba bokong pada
fundus tidak keras tak melenting dan tidak bulat pada letak lintang fundus
uteri tidak diisi oleh bagian-bagian janin.
a) Leopold II: kedua tangan diturunkan menelusuri untuk menetapkan bagian
apa yang terletak dibagian samping. Letak membujur dapat ditetapkan
punggung anak, yang teraba rata dengan tulung iga seperti papan suci. Pada
letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin.
b) Leopold III: menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis pubis.
Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba tidak keras
dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis pubis akan kosong.
17

c) Leopold IV: Pada pemeriksaan leoplod IV, pemeriksa menghadap kearah


kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah janin yang masuk kepintu atas
panggul. Bila bagian terbawah janin masuk PAP telah melampaui lingkaran
terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan divergen,
sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum memasuki PAP maka
tangan pemeriksaan konvergen (Manuaba, 2018).

e. Asuhan Pemeriksaan Antenatal 10 T


Menganjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke dokter setidaknya satu
kali untuk deteksi kelainan medis secara umum. Pelayanan kesehatan ibu hamil
diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus
memenuhi elemen pelayanan atau standar minimal 10T, yaitu :
1) Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Tinggi badan diperiksa hanya pada K1 untuk mengetahui adanya
resiko pada ibu hamil. Bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor risiko panggul
sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Berat badan ibu hamil
harus diperiksa pada tiap kali kunjungan. Sejak bulan ke-4, pertambahan BB
minimal 1 kg/bulan.
2) Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar
atau sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi dalam
kehamilan
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila <23,5 cm menunjukkan bahwa ibu hamil menderita Kurang
Energi Kronis (Ibu hamil KEK) dan berisiko melahirkan BBLR, KDJK,
Prematur.
4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin
apakah sesuai dengan usia kehamilan.
5) Penentuan letak janin dan penghitungan (DJJ)
18

Apabila trimester tiga bagian bawah janin bukan kepala atau kepala
belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain.
Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160
kali/menit menunjukkan ada tanda gawat janin, segera rujuk.
6) Penentuan skrining status imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Ibu hamil harus dijajaki status imunisasi TT nya. Jika ibu hamil tidak
dalam status terlindungi, maka imunisasi TT harus diberikan.

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Imunisasi Selang Waktu minimal Lama Perlindungan


TT pemberian Imunisasi TT

Langkah awal pembentukan kekebalan


TT1 - tubuh terhadap penyakit Tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 5 Tahun


TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun
TT5 12 bulan setelah TT4 ≥ 25 Tahun
Sumber : Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak, 2021
7) Pemberian tablet tambah darah
Tablet tambah darah diberikan minimal sebanyak 90 tablet selama
kehamilan yang berguna untuk mencegah kekurangan darah atau anemia
selama kehamilan. Kriteria penilaian anemia pada ibu hamil digolongkan
dalam tiga kategori yaitu: normal (≥ 11gr%), anemia ringan (8-11 gr%), dan
anemia berat (<8 gr%). Dosis defisiensi tablet Fe 60 mcg atau profilaksis dan
dosis awal 30- 40 mg zat besi ataupun kebutuhan harian.
8) Tes laboratorium
Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan. Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah kekurangan darah
(Anemia). Tes pemeriksaan urine. Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai
indikasi seperi malaria, HIV, Sifilis, dll.
9) Konseling atau penjelasan
19

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan


kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan, dan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD), nifas perawatan bayi baru lahir, asi ekslusif, keluarga berencana
dan imunisasi pada bayi.
10) Tatalaksana kasus
Apabila ada ditemukan masalah, segera ditangani atau dirujuk Buku
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak, 2021).

f. Hipnoterapi pada ibu hamil


Hipnoterapi merupakan terapi non farmakologis yang aman untuk
wanita hamil. Sebelum melakukan hipnoterapi, ibu hamil harus berdiskusi
dengan praktisi hipnoterapi dan dokter atau tenaga medis untuk memastikan
kondisi ibu hamil dan janinnya dalam keadaan sehat sehingga hipnoterapi
dapat dilakukan. Hipnoterapi sebaiknya dilakukan dalam kondisi tenang,
demikian ibu bisa menenangkan pikiran, fokus pada kondisi ibu dan janin
serta berkonsentrasi. Kondisi tenang akan memudahkan ibu untuk melakukan
hipnoterapi dan memasukkan sugesti positif ke dalam pikiran ibu.
Kecemasan pada kehamilan merupakan kondisi fisiologis yang
berdampak buruk pada bayi, perkembangan mental, dan psikomotorik
terhambat serta kesulitan perilaku dan emosional di awal masa kanak-kanak.
Ibu hamil harus mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian selama
kehamilannya.
Manfaat hipnoterapi pada kehamilan yaitu mengurangi rasa sakit dan
mengurasi rasa cemas pada kehamilan dan persalinan, mengurangi
kemungkinan adanya komplikasi kehamilan yang dapat dipengaruhi dari
faktor stress dan depresi, dan proses persalinan akan berjalan nyaman, lancar,
dan relatif lebih cepat.
Langkah-langkah Hipnoterapi:
1) Preinduksi
20

Preinduksi juga disebut sebagai tahap persiapan, merupakan tahap awal


saat klien bertemu dengan hipnoterapis, klien akan mendapatkan penjelasan
mengenai proses dan manfaat hipnosis.
2) Uji sugestibilitas
Uji sugestibilitas digunakan untuk mengetahui tingkat sugestibel apakah
klien termasuk sugestibelitas fisik atau sugestibilitas emosi.
3) Induksi
Induksi adalah suatu proses yang mengantarkan klien pada kondisi trance
hypnosis, yaitu suatu kondisi kesadaran ketika bagian kritis pikiran sadar.
tidak aktif, sehingga klien akan reseptif terhadap sugesti yang diberikan.
4) Deepening
Deepening adalah proses memperdalam hipnosis. Dalam proses ini dapat
digunakan beberapa teknik elevator. Klien akan semakin terbawa dalam
kondisi hipnosis.
5) Hipnotheraputik
Pada sesi ini, terapis akan memberikan terapi sesuai dengan permasalahan
klien.
6) Terminasi
Merupakan tahapan akhir dari sesi hipnosis. Pada sesi ini, klien akan
dipersiapkan sedemikian rupa sebelum keluar dari kondisi hipnosis (Amru &
Selvia, 2022).

2.3 Persalinan
2.3.1 Konsep Dasar Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan rangkaian peristiwa saat bayi dikeluarkan dari
rahim ibu, yang diikuti dengan keluarnya plasenta atau ari-ari dan selaput
janin dari tubuh ibu (Fitriana & Nurwiandani, 2022).
Persalinan adalah rangkaian peristiwa yang diakhiri dengan keluarnya
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, diikuti dengan keluarnya plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2022).
21

Adapun berdasarkan proses berlangsungnya, persalinann dibedakan


sebagai berikut:
1) Persalinan spontan, yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri dan lahir melalui jalan lahir ibu tersebut
2) Persalinan buatan, yaitu persalinan yang dibantu dengan bantuan tenaga
dari luar, misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan opersai section
caesaria (SC)
3) Persalinan anjuran, yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinyan namun baru berlangsung setelah adanya pemecahan ketuban,
pemberian oksitosin dan prostaglandin (Yanti, 2022).
b. Fisiologis Persalinan
Aktivitas otot polos miometrium selama kehamilan biasanya rendah,
memungkinkan janin di dalam rahim tumbuh dan berkembang hingga cukup
bulan. Otot polos rahim mulai menunjukkan kontraksi yang sinkron saat
persalinan semakin dekat. Aktivitas kontraksi dan relaksasi yang terkoordinasi
ini memuncak tepat sebelum persalinan dan secara bertahap mereda selama
periode postpartum. Saat ini tidak diketahui mekanisme pengaturan apa yang
mengontrol aktivitas kontraktil miometrium selama kehamilan, persalinan,
dan persalinan (Prawirohardjo, 2020).
Persalinan adalah peristiwa keluarnya janin, plasenta, dan selaput dari
dalam rahim melalui jalan lahir, yang diawali dengan pembukaan dan dilatasi
serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan
yang teratur, yang mula-mula kecil sampai mencapai pembukaan lengkap
serviks yaitu 10 cm (Indrayani & Djami, 2013).
Persalinan merupakan proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya
serangkaian perubahan besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya
melalui jalan lahir. Persalinan dapat berjalan dengan normal apabila ketiga
faktor 5P tersebut dapat bekerja sama dengan baik, yaitu:
1) Passage (Jalan lahir), yaitu jalan lahir atau disebut dengan panggul ibu
22

2) Passanger (Janin), merupakan salah satu factor yang berpengaruh dengan


sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, posisi janin, dan
plasenta ataupun air ketuban
3) Power (Tenaga atau kekuatan), yaitu kekuatan yang mendorong janin
keluar dari jalan lahir
4) Psikis ibu, yaitu hubungan antara cemas dan nyeri atau sebaliknya dalam
fase persalinan
5) Penolong, merupakan faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu
berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan penolong persalinan
(Yanti, 2022).

c. Permulaan Terjadinya Persalinan


Dengan penurunan hormon progesteron menjelang dapat terjadi
kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan :
1) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida
minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak di bagian bawah, di atas simfisis
pubis dan sering ingin berkemih atau sulit kencing karena karena kandung
kemih tertekan kepala
2) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun
3) Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim
dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak sekitar serviks (tanda
persalinan palsu)
4) Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim
5) Terjadi pengeluaran lendir, lendir penutup serviks di lepaskan (Manuaba,
2018)
d. Tanda Persalinan
1) Timbulnya his persalinan
a) Nyeri melingkar dari punggung menjalar ke perut bagian depan
b) Semakin lama semakin pendek intervalnya dan semakin kuat intensitasnya
c) Jika dilakukan mobilisasi semakin kuat
23

d) Berpengaruh pada penipisan dan atau pembukaan serviks.


2) Bloody show
Bloody show adalah lender disertai darah yang keluar dari jalan lahir
dengan penipisan dan pembukaan, lendir dari saluran serviks keluar disertai
sedikit darah.
3) Premature rupture of membrane
Premature rupture of membrane atau ketuban pecah dini adalah
keluarnya banyak cairan secara tiba-tiba dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat
pecahnya ketuban atau robeknya selaput ketuban. Ketuban biasanya pecah
saat dilatasi selesai atau hampir selesai dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang sangat terlambat. Terkadang selaput ketuban pecah
pada lubang kecil, dan terkadang selaput janin robek sebelum melahirkan.
Meskipun demikian persalinan diperkirakan akan dimulai dalam waktu 24 jam
setelah cairan ketuban keluar (Fitriana & Nurwiandani, 2022).
e. Tahap Persalinan
1) Kala I (Pembukaan)
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida sekitar 8 jam. Kala ini terdiri atas 2 fase yaitu fase laten dan fase
aktif.
a) Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi dan mulai ada pembukaan sampai
pembukaan 3 cm.
b) Fase Aktif
Dibagi menjadi tiga fase yaitu:
(1) Fase akselerasi: Dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 3-4 cm.
(2) Fase Dilatasi Maksimal: Dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung
menjadi cepat yaitu dari 4 cm hingga 9 cm.
24

(3) Fase Deselerasi: Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
dari pembukaan 9 cm hingga 10 cm
2) Kala II (Pengeluaran janin)
Pada kala ini his semakin kuat, dengan interval 2- 3 menit, dengan
durasi 50- 100 detik. Menjelang akhir kala ini ketuban pecah dan ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan
mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tekanan pleksus
frankenhauser. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung. Setelah putar paksi luar berlangsung
kepala dipegang pada os oksiput dan dibawah dagu , setelah bahu bayi lahir
maka lahirlah seluruh tubuh bayi Kala ini berlangsung selama 1-2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida.

3) Kala III (Pelepasan uri)


Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan
lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch,
karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
dengan memerhatikan tanda-tanda : uterus menjadi bundar, uterus terdorong
keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah
panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan
ringan pada fundus uteri.
4) Kala IV (Observasi)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital:
tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan.
Perdarahan masih dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc
(Manuaba, 2018).
f. Mekanisme Persalinan Normal
25

Mekanisme persalinan adalah gerakan janin menyesuaikan dengan


panggul ibu. Hal ini sangat penting dalam persalinan karena janin harus
menyesuaikan diri dengan ruang yang tersedia di panggul. Pada persalinan
normal terdapat beberapa mekanisme pada ibu bersalin, yaitu sebagai berikut:
1) Masuknya Kepala Janin dalam PAP
Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pads primigrava terjadi pada
bulan-bulan terakhir kehamilan Namun, pada multipara biasanya terjadi pada
permulaan persalinan. Proses tersebut biasanya dengan sutura sagitalis
melintang menyesuaikan dengan letak punggung Contohnya apabila dalam
palpass didapatkan punggung kiri maka suture vaginalis akan teraba melintang
kekiri atau posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura
sagitalis melintang kekanan (posisi jam 9). Pada saat itu kepala dalam posisi
fleksi ringan. Ia suture spitals dalam diameter anteroposterior dari PAP maka
masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang terkecil
dari PA. Jika sutura sagitalis pada posisi tengah di jalan lahir yaitu tepat di
antara simpisis dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi "synclitismus
pada posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke
belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi
"asynclitismus. Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis
mendekati simpisis dan osparietale belakang lebih rendah dari os parietal
depan. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale
belakang. Saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus
posterior ringan, sedangkan saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang
disebut dengan engagement.
2) Majunya kepala janin
Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan biasanya baru mula pada kala II. Pada multi
gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi
bersamaan. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan gerakan lain, yaitu
26

fleksi putaran paksi dalam, dan ekstensi Majunya kepala janin int disebabkan
tekanan cairan intrauterin, tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong,
kekuatan mengejan, melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim.
3) Fleksi
Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm)
menggantikan suboccipito frontalis (11 cm). Fleksi disebabkan karena janin
didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir PAP, servis,
dinding panggul atau dasar panggul. Akibat adanya dorongan di atas kepala
janin menjadi fleksi karena momement yang menimbulkan fleksi lebih besar
daripada momen yang menimbulkan defleksi. Sampai di dasar panggul kepala
janin. berada dalam posisi fleksi maksimal. Kepala turun menemui diafragma
pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi
elastisitas, diafragma pelvis dan tekanan intrauterin maka kepala mengadakan
rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam.
4) Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa, sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan dan ke
bawah simpisis. Pada presentasi belakang pada bagian kepala terendah,
biasanya daerah ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke
bawah simpisis. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran
kepala, karena putaran.
Paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan
tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi
setelah kepala sampai di dasar panggil. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi
dalam, adalah sebagai berikut.
a. Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala.
27

b. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat
sebelah depan atas di mana terdapat hiatus genitalis antara muskulus
levator ani kiri dan kanan
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.
5) Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala Hal ini disebabkan karena
sumbu jalan pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
Rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul UUK
berada di bawah simfisis dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Saat ada his vulva akan
lebih membuka dan kepala janin makin tampak.
Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding
rektum. Kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak
bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
Sesudah kepala lahir, kepala akan segera berotasi (berputar), disebut putaran
paksi luar.
6) Putaran paksi luar
Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi
dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.
Bahu melintasi PAP dalam posisi miring. Di dalam rongga panggul bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar
panggul. Apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi
depan belakang. Selanjutnya, dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru
kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya (Fitriana &
Nurwiandani, 2022).
2.1.2 Asuhan Persalinan
Asuhan kebidanan pada persalinan yang normal adalah asuhan yang
bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi baru lahir, serta upaya
28

pencegahan komplikasi, terutama perdarahan postpartum, hipotermia, dan


asfiksia bayi baru lahir
Persalinan normal bertujuan untuk mengusahakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu maupun bayinya, melalui
berbagai upaya yang terpadu dan menyeluruh serta intervensi yang minimal
sehingga prinsip keselamatan dan mutu pelayanan dapat dipertahankan secara
optimal.
Asuhan persalinan normal dengan menggunakan 60 Langkah APN
yaitu:
1) Melihat tanda dan gejala kala dua
2) Mengamati tanda dan gejala kala dua.
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasa adanya tekanan yang semakin meningkat pada rectum/ vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
3) Menyiapkan pertolongan persalinan. Memastikan perlengkapan bahan,
dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10
unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
4) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
5) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
tangan dengan handuk/pribadi yang bersih.
6) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
7) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan DTT atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi
tabung suntik.
8) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi air
29

DTT. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran
ibu, membersihkannya dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
9) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput
ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi.
10) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih kotor ke dalam laritan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya
dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Mencuci tangan kembali.
11) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
12) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
13) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu
merasa nyaman).
14) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk
meneran :
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
30

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya


(tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral.
g) Menilai DJJ setiap lima menit.
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1
jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai
keinginan untuk meneran.
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu
untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan tejadi segera setelah
60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
17) Membuka partus set.
18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang
lain di kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat
kepala lahir.
20) Dengan lembut membersihkan muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih
21) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
31

a) Jika tali pusat melilit lahir dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya.
22) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
23) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke
arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
24) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurikan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi
saat keduanya lahir.
25) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
26) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
(bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
27) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk kering dan
biarkan kontak kulit ibu dengan bayi.
32

28) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem ke-2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
29) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pudat di antara dua klem tersebut.
30) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,
ambil tindakan yang sesuai.
31) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
32) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan adanya bayi kedua.
33) Memberitahu kepada ibu bahwa dia akan disuntik.
34) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10
unit I.M di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
35) Memindahkan klem pada tali pusat.
36) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus, Memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
37) Menunggu uterus berkontraksi dan melakukan penengangan kearah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut
mulai.
a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang angggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
33

38) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 menit :
c) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
d) Menilai kandung kemih dan lakukan katerisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
e) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
f) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
g) Lakukan manual plasenta jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit.
39) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan kedua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan DTT atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forceps DTT atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
40) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
menjadi keras).
41) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantong plastik
atau tempat khusus.
42) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
34

43) Menilai ulang kontraksi uterus dan memastikannya berkontraksi dengan


baik.
44) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain
yang bersih dan kering.
45) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
46) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama. Melepaskan klem bedah dan meletakannya
kedalam larutan klorin 0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bresih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang
sesuai untuk menataklaksana atonia uteri
50) Mengajarkan anggota keluarga bagaimana melakukan masase uterus
apabila kontraksi uterus tidak baik dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk tindakan yang tidak normal.
35

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk


dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
56) Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
57) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
58) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih. Mencelupkan sarung
tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% membalikkan bagian dalam ke
luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf yaitu halaman depan dan belakang (Prawiroharjo,
2020).
a. Lima Benang Merah dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek
tersebut melekat pada setiap, baik normal maupun patologis.
Lima benang merah tersebut adalah :
1) Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang
akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal
ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan data,
mengidetifikasi masalah, membuat diagnosis kerja, melaksanakan rencana
tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau tindakan yang telah
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir.
2) Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
36

Asuhan sayang ibu dan bayi adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Tujuan asuhan
saying ibu dan bayi adalah memberikan rasa nyaman pada ibu dalam proses
persalinan.
Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan
suami dan keluarga untuk memberikan dukungan selama proses persalinan
dan kelahiran bayi. Asuhan tersebut bisa mengurangi jumlah persalinan
dengan tindakan.
3) Pencegahan Infeksi
Tindakan Pencegahan Infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan
ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi
baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan
mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya
untuk menurunkan risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga
kini belum ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan
HIV/AIDS.
4) Pencatatan SOAP dan Partograf
Pendokumentasia adalah bagian terpenting dari proses membuat
keputusan klinik dalam memberikan asuhan yang diberikan selama proses
persalinan. Pendokumentasian SOAP dalam persalinan:
Pencatatan selama fase laten kala I persalinan.
a) Dicatat dalam SOAP pertama dilanjutkan dilembar berikutnya.
b) Observasi denyut jantung janin, his, nadi setiap 30 menit.
c) Observasi pembukaan, penurunan bagian terendah, tekanan darah, suhu
setiap 4 jam kecuali ada indikasi.
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama proses persalinan
berlangsung. Tujuan utama penggunaan partograf ialah untuk (1) mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan, dan (2) mendeteksi apakah proses
persalinan berjalan secara normal (Prawirohardjo, 2020).
37

Tenaga kesehatan harus mencatat keadaan ibu dan janin sebagai


berikut:
1) DJJ (Denyut Jantung Janin)
Denyut jantung janin diperiksa setiap 30 menit dan di beri tanda ●
(titik tebal), DJJ yang normal 120-160, dan apabila dibawah 120 dan diatas
160 penolong harus perlu waspada.
2) Air ketuban
Nilai air ketuban setiap dilakukan pemeriksaan vagina dan beri simbol:
U : selaput utuh
J : selaput pecah, air ketuban pecah
M : air ketuban pecah tetapi bercampur meconium
D : air ketuban bercampur darah
K : air ketuban kering
3) Penyusupan (molase) kepala janin
1 : sutura terbuka
2 : sutura bersentuhan
4 : sutura bersentuhan tetapi dapat dipisahkan
5 : sutura bersentuhan dan tidak dapat dipisahkan
Pembukaan serviks,dapat diketahui pada saat melakukan pemeriksaan
dalam, dilakukan pemeriksaan setiap 4 jam dan diberi tanda (x) penurunan
bagian terbawah janin. Penurunan dinilai dengan pemeriksaan dalam (setiap 4
jam), atau lebih sering kali jika ada tanda-tanda penyulit, penurunan bagian
terbawah janin di bagi 5 bagian, penilaian penurunan kepala janin dilakukan
dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada di atas
tepi atas simfisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksa (per
limaan). Bagian diatas simfisis adalah proporsi yang belum masuk pintu atas
panggul dan sisanya (tidak teraba) menunjukkan sejauh mana bagian terbawah
janin telah masuk ke dalam rongga panggul. Penurunan bagian terbawah
dengan metode lima jari (perlimaan) adalah:
a) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
38

4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas
panggul
b) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga
panggul
c) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada di atas
simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga
panggul (tidak dapat digerakkan)
d) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang
berada diatas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalaam rongga
panggul
e) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan
luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga
panggul, penurunan disimbolkan dengan tanda (o).
4) Waktu Untuk menentukan pembukaan, penurunan dimulai dari fase aktif
5) Kontraksi uterus. Catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kontraksi dalam satuan detik
░ kurang dari 20 detik
20 dan 40 detik
█ lebih dari 40 detik
6) Oksitosin, Jika menggunakan oksitosin, catat banyak oksitosin per
volume cairan I.V dalam tetesan per menit
7) Obat-obatan yang diberikan catat
8) Nadi, catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan,beri tanda
titik pada kolom (●)
9) Tekanan darah, nilai dan catat setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan,dan beri tanda panah pada kolom (↕)
10) Temperature, temperature tubuh ibu di nilai setiap 2 jam 13) Volume urin,
protein, atau aseton, catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
setiap kali ibu berkemih (Prawirohardjo, 2020).
39

Gambar 2.1 Partograf halaman depan

Sumbe
r : https://id.scribd.com/document/379845943/lembar-partograf
40

Gambar 2.2 Partograf halaman belakang

Sumber : https://id.scribd.com/document/379845943/lembar-partograf
41

5) Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan
atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.
Singkatan BAKSOKUDO dapat digunakan untuk mengingat hal-hal
penting dalam persiapan rujukan untuk ibu dan bayi :
B : (Bidan) Pastikan ibu didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan.
A : (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan,
seperti partus set, infuse set, dan tensimeter.
K : (Keluarga) Beritahu suami dan keluarga tentang kondisi terakhir ibu
dan alasan mengapa dirujuk serta siap untuk mendampingi ibu ke
tempat rujukan.
S : (Surat) Berikan surat rujukan yang berisi idetifikasi, keluhan, dan
tidakan yang sudah diberikan.
O : (Obat) Bawa obat-obatan yang diperlukan selama perjalanan.
K : (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang akan digunakan untuk
merujuk.
U : (Uang) Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan.
DO : (Donor) Siapkan donor darah dari keluarga atau masyarakat yang
sesuai dengan golongan darah ibu (Indrayani & Djami, 2013).
b. Hypnobirthing pada ibu bersalin
Hypnobirthing merupakan keterampilan self hypnosis yang dilakukan
oleh ibu hamil dengan melakukan relaksasi karena dapat meningkatkan
hormon endorfin yang dapat meredakan nyeri pada tubuh sehingga ibu dapat
menjalani kehamilan hingga persalinan normal dengan aman dan nyaman.
Ibu yang berpikiran tenang dapat merilekskan tubuhnya sendiri dengan
mengendalikan emosi, mengatur nafas, dan berdoa. Setelah ibu benar-benar
rileks, sugesti positif atau kalimat afirmasi. Setelah ibu benar-benar rileks,
42

sugesti atau afirmasi positif dapat diberikan pada ibu selama kehamilan
sampai menjelang persalinan.
Saat kondisi rileks kalimat-kalimat positif dan doa-doa yang ibu
inginkan dapat terekam dalam pikiran bawah sadar ibu. Hal ini dapat
menyebabkan ibu menerima sugesti yang yang dapat menimbulkan reaksi
positif dari ibu dan hal ini dapat menyebabkan tubuh ibu menerima setiap
afirmasi atau sugesti yang diberikan.
Musik dapat memudahkan ibu untuk tenang, rileks dan masuk ke alam
bawah sadar bahkan membuat mereka tertidur sehingga dapat menerima
sugesti yang diberikan sesuai dengan keinginan ibu. Hal ini sangat baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin (Nainggolan et al., 2021).
2.2 Nifas
2.2.1 Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas yaitu dimulai setelah plasenta lahir hingga alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yaitu memerlukan waktu 6 minggu
atau 42 hari (Ambarwati, Eny Retna, 2022).
Pengertian nifas menurut beberapa sumber, yaitu: Masa nifas atau
puerperineum dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 minggu) setelah itu. Pelayanan harus terselenggara untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2020).
b. Fisiologi Nifas
Selama masa nifas alat-alat interna maupun eksterna berangsur-angsur
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genetalia
ini disebut involusi. Perubahan-perubahan yang terjadi adalah:
1) Perubahan Pada Uterus
Segera setelah kelahiran bayi, dan selaput janin.Beratnya sekitar 1000
gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu pertama
pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil yaitu
70 gram pada minggu kedelapan pascapartum (Varney et al., 2007).
43

2) Vagina dan ostium vagina


Pada awal masa nifas,vagina dan ostiumnya membentuk saluran
yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan
namun jarang kembali keukuran saat nulipara (Cunningham, 2017).
a) Involusi Uterus
Tabel 2.3 TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gr

Plasenta Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr

1 minggu Pertengahan pusat dan simfisis 500 gr

2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gr

6 minggu Bertambah kecil 50 gr

8 minggu Normal 30 gr
Sumber: Prawirohardjo, 2020
b) Lochea
Lochea adalah istilah untuk secret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperineum. Karena perubahan warnanya, nama deskriptif
lochea berubah: lochea rubra, sanguilenta, serosa dan alba (Varney et al.,
2007).
Tabel 2.4 Perubahan Lochea

Lochea Waktu Warna Ciri- cirri


Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa,
Rubra Merah
1 - 3 hari rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa
kehitaman
darah.
Sanguilent Merah
3 - 7 hari Darah dan lender
a kekuningan

Lebih sedikit darah dan lebih banyak


Kekuningan /
Serosa 7-14 hari serum, juga terdiri dari leukosit dan
kecoklatan
robekan laserasi plasenta

Mengandung leukosit, selaput lendir


Alba >14 hari Bening
serviks dan serabut jaringan yang mati
Sumber : Cunningham, 2017
44

c) Regenerasi endometrium
Dalam waktu 2-3 hari setelah persalinan sisa desidua berdiferensiasi
menjadi dua lapisan. Proses ini berlangsung cepat kecuali pada tempat
melekatnya plasenta. Menurut Sharman (1953) pemulihan endometrium
lengkap pada specimen biopsy yang diambil dari hari ke 16.
d) Perubahan Pada Saluran Kemih
Pascapartum, kandung kemih mengalami peningkatan kapasitas dan
relatif tidak sensitif terhadap tekanan intravesika. Jadi, overdistensi,
pengosongan yang tidak sempurna, dan residu urin yang berlebihan biasa
terjadi. Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaan sebelum
hamil dalam 2 sampai 8 minggu setelah pelahiran.
e) Penurunan Berat Badan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan berat badan adalah
peningkatan berat badan selama kehamilan, primiparitas, segera kembali
bekerja di luar rumah dan merokok. Penurunan berat badan sekitar 5 kg-6 kg
terdapat penurunan lebih lanjut sebesar 2 sampai 3 kg melalui dieresis
(Cunningham, 2017).
c. Tanda Bahaya Nifas
1) Demam lebih dari 2 hari
2) Keluar cairan berbau busuk dari jalan lahir
3) Terjadi pembengkakan pada payudara disertai ada rasa nyeri
4) Bengkak pada wajah, tangan dan kaki, sakit kepala, dan kejang
5) Ibu terlihat sedih dan menangis tanpa sebab atau depresi
6) Perdarahan lewat jalan lahir (Buku KIA Kesehatan Ibu Dan Anak, 2021).
d. Perawatan Ibu Selama Masa Nifas
1) Perawatan setelah persalinan
Selama beberapa jam pertama kelahiran bayi tekanan darah dan denyut
nadi diukur tiap 15 menit sekali, atau lebih sering jika ada indikasi tertentu.
Jumlah perdarahan vagina terus dipantau, dan fundus harus diraba untuk
45

memastikan kkontraksinya baik, kerena perdarahan sering terjadi setelah


selesai partus sehingga sangat disarankan untuk tenaga kesehatan yang
menolong untuk mengevaluasi sampai 1 jam pertama setelah persalinan.
2) Perawatan vulva
Pasien disarankan untuk membasuh vulva dari arah vulva ke anus.
Perineum dapat dikompres es untuk membantu mengurangi edema dan rasa
tidak nyaman pada beberapa jam pertama setelah persalinan.
3) Fungsi kandung kemih
Kecepatan pengisian kandung kemih setelah pelahiran mungkin dapat
bervariasi. Apabila terjadi kandung penuh, sebaiknya dianjurkan untuk kateter
terfiksasi setidaknya selama 24 jam.
4) Depresi ringan
Penyebab-penyebab depresi ini adalah rasa nyeri saat nifas, kelelahan
akibat kurang tidur selama persalinan, kecemasan akan kemampuannya untuk
merawat bayinya setelah selesai persalinan dan ketakutan akan menjadi tidak
menarik lagi.
5) Diet
Tidak ada makanan pantangan bagi wanita yang melahirkan
pervaginam. Dua jam setelah partus pervaginam normal jika tidak ada
komplikasi pasien hendaknya diberi minum kalau ia harus dan lapar
(Cunningham, 2017).
2.2.2 Asuhan Masa Nifas
a. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1) Ambulasi awal
Ibu turun dari tempat tidur dalam beberapa jam setelah persalinan.
Pendamping harus ada selama paling kurang pada jam pertama, mungkn in
saja ibu mengalami sinkop. Kemungkinan ambulasi awal yang terbukti
mencakup komplikasi kandung kemih yang jarangterjadi dan yang lebih
jarang lagi, konstipasi. Ambulasi awal telah menurunkan frekwensi
thrombosis vena puerperal dan embolisme paru.
2) Perawatan perineal
46

Ibu diberitahu untuk membersihkan vulva dari anterior ke posterior


dari vulva kearah anus. Perasaan yang tidak nyaman biasanya menandakan
suatu masalah, seperti hematoma dalam hari pertama atau lebih, dan infeksi
setelah hari ketiga atau keempat.
3) Menyusui dan ovulasi
Wanita yang menyusui berovulasi lebih jarang dibandingkan dengan
wanita tidak menyusui, dan terdapat variasi yang besar.Ibu yang menyusui
dapat haid secepat-cepatnya pada bulan kedua atau selambat-lambatnya bulan
ke 18 setelah kelahiran. Temuan dari beberapa penelitan, yaitu:
a) Kembalinya ovulasi sering ditandai dengan kembalinya perdarahan
menstruasi normal
b) Kegiatan menyusui selama 15 menit tujuh kali setiap hari menunda
kembalinya ovulasi
c) Ovulasi dapat terjadi tanpa perdarahan
d) Perdarahan dapat bersifat anovulatorik
e) Resiko kehamilan pada ibu yang menyusui kira-kira 4 % per tahun
(Cunningham, 2017).
b. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas sesuai dengan program pemerintah dilakukan 3
kali kunjungan yaitu :
Tabel 2.5 Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Asuhan


I a. pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu tubuh
b. pemantauan jumlah darah yang keluar
c. pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina
6 Jam - 3 d. pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan
hari Post e. pemberian kapsul vit. A 2 kali yaitu satu kapsul segera setelah
Partum melahirkan dan satu kapsul setelah 24 jam pemberian kapsul vit
A pertama.
f. minum tablet tambah darah setiap hari
g. pelayanan KB pasca persalinan .
47

II a.pemeriksaaan TD, nadi, pernapasan dan suhu


b. pemantauan jumlah darah yang keluar
4 - 28 c. pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina
hari Post d. pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan
Partum e. minum tablet tambah darah setiap hari
f. pelayanan KB pasca persalinan .

III a.pemeriksaaan TD, nadi, pernapasan dan suhu


29 – 42 b. pemantauan jumlah darah yang keluar
hari Post c. pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina
Partum d. pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan
e. minum tablet tambah darah setiap hari
Sumber : Kemenkes, 2018
c. Asuhan pada ibu nifas
1) Memulihkan Kesehatan pasien
a) Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan ibu
b) Mencegah anemia
c) Mencegah infeksi dengan menjaga kebersihan
d) Melakukan senam nifas untuk memperlancar peredaran darah
2) Mempertahankan Kesehatan fisik maupun psikologis
3) Mencegah terjadi komplikasi dan infeksi
4) Memberikan KIE tentang perawatan payudara untuk memperlancar ASI
5) Mengajarkan ibu untuk melakukan perawatan mandiri selama masa nifas
dan merawat bayinya sehingga mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.
6) Memberikan Pendidikan Kesehatan tentang perawatan Kesehatan dirinya
sendiri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi, dan
perawatan bayi pada ibu maupun keluarganya
7) Memberikan pelayanan KB (Asih & Risneni, 2016).
d. Hypnobreasfeeding
Hypnobreastfeeding merupakan teknik relaksasi untuk membantu ibu
untuk lancar menyusui. Dengan metode memasukkan kalimat afirmasi positif
yang membantu proses menyusui saat ibu dalam keadaan sangat atau sangat
santai berkonsentrasi pada satu hal. Hypnobreastfeeding merupakan upaya
alami menanamkan niat ke dalam pikiran alam bawah sadar ibu, untuk
menghasilkan ASI dengan acara meyakinkan bahwa ibu bisa menyusui secara
48

eksklusif tanpa susu formula. Hal ini bisa diperoleh dengan memikirkan
berbagai hal perasaan positif yang menciptakan rasa sayang terhadap bayinya.
Tujuan hypnobreastfeeding yaitu membuat kegiatan menyusui sebagai
kegiatan mudah dan sederhana dan memberikan ketenangan pikiran saat
menyusui. Ketidaklancaran ASI dapat disebabkan mulai dari kondisi
psikologis ibu yang tidak beriman diri, stres, panik, sakit, kelemahan, juga
lelah, kurang tidur, dan sebagainya. Untuk mengatasi masalah ini, ada satu
solusi sederhana adalah untuk relaksasi.
Teknik hypnobreastfeeding adalah:
a. Relaksasi otot mulai dari puncak kepala sampai telapak kaki, termasuk
wajah, bahu kiri, dan kanan, kedua lengan, daerah dada, perut, pinggul,
sampai kedua kaki.
b. Relaksasi napas. Hidup dikota besar membuat orang sering dilanda stres
karena dituntut untuk melakukan segala sesuatu serba cepat dan terburu-
buru. Apalagi, zaman sekarang banyak perempuan yang memiliki peran
ganda sebagai seorang ibu sekaligus wanita karir. Untuk mencapai kondisi
rileks, tarik napas panjang melalui hidung dan hembuskan keluar pelan-
pelan melalui hidung atau mulut (fokuskan pernapasan di perut). Lakukan
selama beberapa kali sampai ketegangan mengendur dan hilang.
c. Relaksasi pikiran. Pikiran setiap orang sering kali berkelana jauh dari
lokasi tubuh fisiknya. Untuk itu, belajarlah memusatkan pikiran agar
berada di tempat yang sama dengan tubuh fisik kita. Untuk mendukung
relaksasi, perlu diciptakan suasana tenang, misalnya memutar musik atau
menggunakan aroma terapi untuk memberikan atmosfir rileks (Anggraini,
2017).

2.3 Bayi baru lahir


2.3.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-
42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram. Sejak bayi baru lahir
49

sampai usia 28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang


dramatis pada bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2020).
b. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir
Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Sistem pernapasan
Pada saat lahir, sistem pernapasan bayi masih belum berkembang
sempurna, pertumbuhan alveoli dan uterus berlangsung hingga beberapa
tahun. Sekresi pernapasan lebih banyak dibandingkan orang dewasa, membran
mukosa halus dan lebih sensitif dan lebih sensiif terhadap trauma daerah
dibawah pita suara lebih rentan terhadap terjadinya oedema. Bayi normal
memiliki frekuensi pernapasan diafragma, dada, dan perut naik turun secara
bersamaan
2) Sistem pencernaan
Saluran perencanaan bayi baru lahir secara struktur telah lengkap
meskipun fungsinya masih belum sempurna jika dibandingkan dengan saluran
pencernaan dewasa. Lambung memiliki kapasitas kecil (15-30) yang
meningkat dengan cepat pada beberapa minggu pertama kehidupan
3) Sistem saraf
Respon reflex bayi dipicu untuk mengetahui normal tidaknya system
saraf. Respon ini dapat diuji saat bayi masih dalam keadaan terjaga dan tenang
a) Reflex moro
Reflex ini terjadi sebagai respon terhadap rangsangan yang mendadak.
Bayi dipegang telentang, dengan batang tubuh dan kepala ditopang dari
bawah. Ketika kepala dan bahu hendak jatuh kebelakang, bayi akan merespon
dengan abdukasi dan ekstensi lengan dengan jari membentuk kipas, dan
kadang diikuti gemetar. Kemudian, tangan menekuk dan mendekat kearah
abdomen. Reflex moro kadang diikuti dengan tangisan dan dapat ditemukan
secara tidak sengaja saat menaruh bayi dalam posisi terlentang secara cepat.
b) Reflex rooting
Bayi akan memutar kearah sumber rangsangan yang membuka mulut,
bersiap untuk menyusui jika disentuh dipipi atau tepi mulut.
50

c) Reflex menghisap dan menelan


Reflex ini akan berkembang dengan baik pada bayi yang normal dan
terkoordinasi dengan pernapasan. Reflex ini sangat penting artinya bagi proses
pemberian makanan dan kecukupan nutrisi.
d) Reflex menggenggam
Reflex menggenggam telapak tangan dapat dilihat dengan meletakkan
pensil atau jari telapak tangan bayi. Jari atau pensil itu akan digenggam
dengan mantap.
4) Pengaturan suhu
Suhu normal bayi berkisar 36,5-37,2 ºC.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi yaitu:
a) Evaporasi
Dapat terjadi karena kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi
yang basah. Contohnya: air ketuban pada tubuh bayi baru lahir, tidak cepat
dikeringkan.
b) Konduksi
Dapat terjadi melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.
Contohnya: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
c) Konveksi
Dapat terjadi melalui pendinginan melalui aliran udara. Contohnya angin
disekitar tubuh bayi baru lahir.
d) Radiasi
Dapat terjadi melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara
langsung dengan kulit bayi. Contohnya: timbangan bayi dingin tanpa alas
(Prawirohardjo, 2020).

2.3.2 Asuhan Bayi Baru Lahir


a. Penanganan pada BBL
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir ialah:
membersihkan jalan nafas dan segera menilai APGAR score
51

Tabel 2.6 Penilaian APGAR SKOR

Tanda 0 1 2
Appearance Pucat/biru seluruh Tubuh merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) tubuh ektremitas biru kemerahan
Pulse (denyut Tidak ada < 100 >100
jantung)

Grimace (tonus Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin


otot) mimic

Activity (aktivitas) Tidak ada Sedikit gerak Gerak aktif


Respiratory Tidak ada Lemah/tidak tetratur Menangis
(pernapasan)
(Manuaba, 2018)
1) Membersihkan jalan nafas
Saat kepala bayi dilahirkan, sekresi lendir yang berlebih dari mulut
dapat dibersihkan dengan lembut. Meskipun cairan paru janin terdapat di
mulut, sebagian besar bayi dapat mencapai jalan napas yang bersih tanpa
bantuan. Jika diperlukan, jalan napas dapat dibantu dibersihkan dengan
menggunakan bantuan kateter pengisap yang lembut yang terpasang pada
pengisap mekanis bertekanan rendah (10 cm air).
2) Memotong tali pusat
Tali pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama beberapa
menit pertama setelah kelahiran. Pemisahan bayi dan plasenta dilakukan
dengan cara menjepit tali pusat diantara dua klem, dengan jarak sekitar 8-10
cm dari umbilicus. Kasa steril yang dilipatkan ke tali pusat saat memotongnya
menghindari tumpahan daerah kedaerah persalinan.Tali pusat tidak boleh di
potong sebelum memastikan bahwa tali pusat telah di klem dengan baik.
Kegagalan tindakan tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran darah berlebih
dari bayi.
3) Pengaturan suhu tubuh
Pengaturan suhu tubuh pada neonatus masih belum baik selama
beberapa saat. Karena hipotalamus bayi masih belum matur, pengaturan bayi
belum efisien, dan bayi masih rentan terhadap hipotermia, terutama terpajan
dingin atau aliran udara dingin, saat basah, saat sulit bergerak bebas, atau saat
52

kekurangan nutrisi. Bayi yang kedinginan tidak dapat menggigil, oleh karena
itu, bayi berusaha mempertahankan panas tubuh dengan melakukan postur
fleksi janin, yang meningkatkan frekuensi pernapasan dan aktivitasnya.
4) Memberi vitamin K
Vitamin K secara intramuscular atau oral dapat diberikan sebagai
profilaksis terhadap kemungkinan gangguan perdarahan.Vitamin K dapat larut
dalam lemak, yang hanya dapat diarbsorbsi dari usus halus yang berisi garam
empedu. Baik intramuscular maupun oral (1,0 mg) profilaksis vitamin K,
memperbaiki indeks biokimia status koagulasi pada hari 1-7). Pemberian
vitamin K, baik secara oral ataupun intramuscular telah diuji dalam dalam uji
coba acak mengenai efeknya pada penyakit perdarahan pada bayi baru lahir
Haemorragic Disease of the Newborn (HDN) lanjut.
5) Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasikin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
6) Pengkajian kondisi bayi
Segera setelah bayi lahir, pada sebagian besar kasus bayi dilahirkan
dengan kondisi sehat sehingga dapat langsung diserahkan pada orang
tuanya.Namun penting dilakukan pengkajian kondisi umum bayi pada menit
pertama dan ke-5 dengan menggunakan nilai apgar.Pengkajian pada menit
pertama penting untuk penatalaksanaan resusitasinya selanjutnya. Namun
terbukti bahwa pengkajian pada menit ke-5 lebih dapat dipercaya sebagai
predictor resiko kematian selama 28 hari pertama kehidupan.

2.4.2 Asuhan pelayanan Bayi Baru Lahir


a. Asuhan pada BBL
1) Mencegah kehilangan panas
2) Merawat tali pusat
3) Pemberian ASI Eksklusif
4) Pencegahan infeksi pada mata
5) Pemberian Vitamin K1 untuk mencegah perdarahan
53

6) Pemberian imunisasi hepatitis B untuk mencegah hepatitis B (Indrayani &


Djami, 2013).
b. Kunjungan Neonatal (KN):
1) KN 1 : Pada periode 6-48 jam setelah bayi lahir
Dilakukan pemeriksaan pernafasan,warna kulit, dan gerakan aktif
atautidak,di timbang, ukur panjang badan,lingkar lenggan,lingkar
dada,pemberian salepmata,vitamin k dan hepatitis B.
2) KN 2 : Pada periode 3-7 hari setelah bayi lahir
Dilakukan pemeriksaan fisik,penampilan dan perilaku bayi,
nutrisi,eliminasi, personal hygiene, pola istirahat, keamanan, tanda-tanda
bahaya yang terjadi.
3) KN 3 : Pada periode 8-28 hari setelah bayi lahir
Dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi bada dan
nutrisinya (Buku KIA Kesehatan Ibu Dan Anak, 2021).

2.5 Keluarga berencana


2.5.1 Konsep dasar keluarga berencana
a. Pengertian keluarga berencana
Keluarga berencana adalah upaya untuk mencapai kesejahteraan dengan
memperjarak kelahiran. KB juga membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yan tidak diinginkan. Proses ini disadari oleh pasangan
suami istri untuk menentukan jumlah ataupun jarak sanak dan waktu kelahiran
(Nadia & Rahayu, 2021).
Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri
artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB
lingkaran biru dan KB lingkaran emas dan mengarahkan ke pelayanan metode
kontrasepsi efektif (MKE) yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB, dan
kontap. Dalam melakkan pemilihan metode kontrasesi perlu diperhatikan
ketetapan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat semakin efektif metode
KB yang dianjurkan yaitu kontap, suntik KB, susuk KB, atau AKBK (alat
kontrasepsi bawah kulit), AKDR/IUD (Manuaba, 2018).
54

b. Fisiologi keluarga berencana


1) Metode keluarga berencana
Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan
ketetapan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif
metode KB yang dianjurkan yaitu kontap, suntikan KB, susuk KB atau
AKBK, AKDR (Manuaba, 2018).
Tabel 2.7 Jenis dan Waktu yang Tepat untuk Ber-KB

No waktu penggunaan Metode kontasepsi yang digunakan


1 Postpartum KB suntik, AKBK, AKDR, pil KB hanya
progesterone, kontap, metode sederhana
2 Pasca abortus AKBK
3 Saat menstruasi AKDR, Kontap, Metode sederhana
4 Masa interval KB suntik, KB suntik, AKDR
5 Post koitus KB darurat
(Manuaba, 2018)
c. Metode Keluarga Berencana
1) Metode Hormonal
a) Pil kombinasi
Sistem kemasan pil KB diatur dengan sistem 28 dan sistem 22/21.
Sistem 28 (peserta pil KB terus minum pil tanpa pernah berhenti). Sistem
22/21 (peserta KB pil berhenti minum pil selama 7 sampai hari dengan
mendapat kesempatan menstruasi).
b) KB suntik
KB suntik mempunyai keuntungan antara lain yaitu pemberiannya
sederhana setiap 8-12 minggu, ingkat efektivitasnya tinggi, hubungan seks
dengan suntikan KB bebas, dapat diberikan pasca persalinan, pasca keguguran
atau pasca menstruasi, tidak menganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh
kembang bayi. Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB
akan mendapatkan menstruasi. Sedangkan kerugiannya yaitu perdarahan yang
tidak menentu, tidak datang bulan berkepanjangan, dan kemungkinan hamil.
2) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Pengguna AKBK membuat lendir serviks menjadi kental, sehingga
mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi, mengurangi transportasi sperma dan dapat dipakai oleh semua ibu
55

dalam usia reproduksi dan kesuburan segera kembali setelah implant


dilakukan pencabutan. Adapun keuntungan pemakaian AKBK yaitu dipasang
selama lima tahun, kontrol medis yang ringan, dapat dilayani didaerah
pedesaaan, dan biaya tergolong murah. Sedangkan kerugian memakai AKBK
yaitu menimbulkan gangguan mentruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan
terjadi perdarahan yang tidak teratur, berat badan meningkat, menimbulkan
akne, ketegangan payudara, liang senggama terasa kering (Manuaba, 2018).
3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang dapat menimbulkan perubahan
pengeluaran cairan, prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
Jenis-jenis IUD:
a) Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Nadia &
Rahayu, 2021).
Indikasi pada pemakaian Copper-T yaitu usia reproduktif, keadaan
nulipara (yang belum mempunyai anak), menginginkan kontrasepsi jangka
panjang, pada ibu yang sedang menyusui, setelah mengalami keguguran, resiko
rendah IMS, dan tidak menghendaki metode kontrasepsi hormonal. Sedangkan
kontraindikasinya yaitu kemungkinan hamil, etelah melahirkan (2–28 hari
pasca melahirkan), pemasangan IUD sebelum 48 jam dan setelah 4 minggu
pasca persalinan, perdarahan vagina yang tidak diketahui, sedang menderita
alat genetalia, dan 3 bulan terakhir sering menderita penyakit randang panggul.
Adapun keuntungan dari pemakaian AKDR yaitu AKDR dapat diterima
masyarakat dunia, termasuk Indonesia dan menempati ukuran ketiga dalam
pemakaian, pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit, kontrol
medis yang ringan, penyulit tidak terlalu berat, dan pulihnya kesuburan setelah
AKDR dicabut berlangsung baik. Sedangkan kerugian memakai AKDR yaitu
masih ada kemungkinan terjadi kehamilan dengan AKDR, terdapat perdarahan
(spotting dan menometrorargia), liang sanggama terasa lebih basah, dapat
56

terjadi infeksi, tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau


sekunder dan kehamilan ektopik, tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan
portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.
4) AKDR pasca plasenta
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua
saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan,
terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada
yang tidak. Pemasangan akan dilakukan dalam 10 menit setelah plasenta lahir
(pada persalinan normal). Pada persalinan caesar, dipasang pada waktu
operasi caesar.
Cara kerja AKDR pasca plasenta sama dengan AKDR lain yaitu
mencegah sperma dan ovum bertemu dengan mempengaruhi kemampuan
sperma agar tidak mampu fertilisasi.
Indikasi pengunaan AKDR pasca plasenta yaitu pada wanita pasca
persalinan pervaginam atau pasca persalinan sectio secarea dengan usia
reproduksi dan paritas berapapun, asca keguguran (non infeksi), masa
menyusui (laktasi), riwayat hamil ektopik, tidak memiliki riwayat keputihan
purulen yang mengaruh kepada IMS (gonore, klaimidia dan servisitas
purulen). Adapun kontraindikasinya yaitu menderita anemia, penderita kanker
atau infeksi traktus genetalis, memiliki kavum uterus yang tidak normal,
menderita TBC pevic, kanker serviks dan menderita HIV/ AIDS, ketuban
pecah sebelum waktunya, infeksi intrapartum, perdarahan post partum.
Keuntungan pemasangan AKDR pasca persalinan yaitu AKDR
merupakan metode jangka panjang, memperoleh efektif segera setelah
pemasangan, sangat efektif, tidak mempengaruhi hubungan seksual,
meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat digunakan sampai menopouse
(satu tahun atau lebih setelah haid terakhir), tidak ada interaksi dengan obat-
obatan. Sedangkan kerugian pemasangan AKDR pasca persalinan yaitu terjadi
perubahan siklus haid (umumnya pada tiga bulan pertama dan akan berkurang
57

setelah tiga bulan), haid lebih lama dan banyak, bisa terjadi perdarahan
(spotting) antar menstruasi, dan saat haid terasa lebih sakit.
e. Kontrasepsi mantap
1) Kontrasepsi mantap Wanita
Merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman, dan
mempunyai nilai demografi yang tinggi dengan cara kerja menghilangkan
nidasi dan konsepsi
2) Kontrasepsi mantap pria
Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan operasi
ringan, murah, aman dam memspunyai arti demografis yang tinggi, artinya
dengan operasi ini banyak kelahiran dapat dihindari (Manuaba, 2018).

2.5.2 Asuhan Keluarga Berencana


a. Langkah-langkah konseling KB (SATU TUJU)
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB baru,
hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal sengan kata
kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan
secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan
klien.kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut:
SA: Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya.
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi paling mungkin, termaksud pilihan beberapa jenis
kontrasepsi.
TU : Bantu klien menentukan pilihannya, bantulah klien berpikir mengenai
apa
yang paling sesuai dengan kebutuhannya
58

J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi


pilihannya.setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan,
perlihatkan alat/obat kontrasepsinya.
U: Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan (Nadia & Rahayu, 2021).
59

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

3.1 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


Tanggal pengkajian : 20/01/2023 Jam : 14.50 WIB
Tempat Pengkajian : Poskesdes Desa Paniaran
Nama Mahasiswa Pengkaji : Novita Anugerah Batubara
NIM : P07524220015

I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
a. Identitas pasien b. Identitas penanggung jawab
Nama : Eviana Nababan Nama : Indra M. Sihombing
Umur : 30 Tahun Umur : 31 Tahun
Agama : Kristen Protestan Agama : Kristen Protestan
Suku/bangsa : Batak/Indonesia Suku/bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Petani
Alamat : Aek Mas Alamat : Aek Mas

B. STATUS KESEHATAN
1. Alasan kunjungan sat ini : Ibu mengatakan ingin memeriksa
kehamilannya
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan kram pada kaki
3. Keluhan lain-lain :-
4. Riwayat menstruasi
a. Haid pertama : 16 Tahun
b. Siklus : 28 Hari
c. Lamanya : 4 Hari
d. Banyaknya/berapa x ganti doek atau pembalut/hari : 3 Kali/Hari
60

e. Teratur/tidak teratur : Teratur


Ana Tgl Usia Jenis Tempat Penol Komplikas Bayi Nifas
k ke lahir/U Kehami Persalina Persalin ong i
mur lan n an Bayi Ibu PB BB JK Keadaa Lakta
n si
1 ABORTUS
2 KEHAMILAN SEKARANG
f. Keluhan : Tidak Ada
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :

6. Riwayat Kehamilan sekarang :


a. Kehamilan keberapa : G2 P0 A1
b. HPHT : 01-06-2022 TTP : 08-03-2023
c. UK : 32 Minggu 5 Hari (32-34 Minggu)
d. Kunjungan ANC teratur,frekuensi 8x, tempat ANC: Poskesdes, RS
e. Obat yang biasa dikonsumsi selama hamil: Tablet Fe, Ossovit
f. Gerakan janin 10x/hari, pergerakan janin pertama kali didengar : Pada
usia kehamilan 20 Minggu
g. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir: Ada, aktif
h. Imunisasi Toxoid Tetanus : sebanyak 1x, yaitu:
TT I : Sudah diberikan (19/01/2023)
TT II : Belum diberikan
i. Keluhan-keluhan yang pernah dirasakan ibu :
1) Rasa Lelah : Ada dalam batas normal
2) Mual muntah : Ada, pada awal kehamilan
3) Nyeri perut : Tidak ada
4) Panas menggigil : Tidak ada
5) Penglihatan yang kabur : Tidak ada
6) Sakit kepala yang hebat : Tidak ada
7) Rasa nyeri/panas waktu BAK : Tidak ada
8) Rasa gatal pada vulva dan sekitarnya : Tidak ada
61

9) Pengeluaran cairan pervaginam : Keputihan fisiologis


(normal)
10) Nyeri kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
11) Oedem : Tidak ada
12) Lain-lain : Tidak ada
j. Kecemasan/kekwatiran khusus : Ada, ibu merasa khawatir
terkait dengan abortus pada kehamilan pertamanya. Ibu berharap bayinya
lahir dengan selamat dan sehat.
k. Tanda-tanda bahaya :
1) Penglihatan kabur : Tidak ada
2) Nyeri abdomen yang hebat : Tidak ada
3) Sakit kepala yang berat : Tidak ada
4) Pengeluaran pervaginam : Tidak ada
5) Oedem pada wajah dan ekstermitas atas : Tidak ada
6) Tidak terasa pergerakan janin : Tidak ada
l. Tanda-tanda persalinan : Belum ada
m. Kebiasaan ibu/keluarga yang berpengaruh negatif terhadap kehamilannya
(merokok, narkoba, alkohol,minum jamu, dll): Suami merokok
(aktif)
n. Rencana persalinan: Normal
7. Riwayat penyakit yang pernah diderita sekarang/lalu :
a. Penyakit Jantung : Tidak ada
b. Penyakit Hipertensi : Tidak ada
c. Penyakit DM : Tidak ada
d. Penyakit Malaria : Tidak ada
e. Penyakit Ginjal : Tidak ada
f. Penyakit Asma : Tidak ada
g. Penyakit Hepatitis : Tidak ada
h. Penyakit HIV/AIDS : Tidak ada
i. Riwayat operasi abdomen/SC : Tidak ada
8. Riwayat penyakit keluarga :
62

a. Penyakit Jantung : Tidak ada


b. Penyakit Asma : Tidak ada
c. Penyakit Hipertensi : Ayah mertua
d. Penyakit Tubercolosis : Tidak ada
e. Penyakit Ginjal : Tidak ada
f. Penyakit DM : Tidak ada
g. Penyakit Malaria : Tidak ada
h. Penyakit HIV/AIDS : Tidak ada
i. Kembar : Tidak ada
9. Riwayat KB:
a. KB yang pernah digunakan : Tidak ada
b. Berapa lama :-
c. Keluhan :-
10. Riwayat sosial ekonomi & psikologi
a. Status perkawinan: Sah , Kawin: 1 Kali.
b. Lama menikah tahun, menikah pertama pada pertama pada umur: 29
tahun.
c. Kehamilan direncanaka/tidak direncanakan: Direncanakan
d. Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan: Merasa senang dan
bahagia
e. Pengambilan keputusan dalam keluarga: Suami dan istri
f. Tempat dan petugas yang diinginkan untuk membantu persalinan:
Puskesmas Paniaran dan ditolong oleh bidan
g. Tempat rujukan jika terjadi komplikasi: RSUD Tarutung
h. Persiapan menjelang persalinan: Ada, pakaian bayi dan biaya persalinan

11. Activity Daily living :


a. Pola makan dan minum
1. Makan
Frekuensi : 3x/hari
Porsi : Sedang (1/2 piring)
63

Jenis makanan :Bervariasi (nasi, ikan, daging, tahu,


tempe, sayur, buah-buahan, dan adapun
jenis makanan lain seperti bakso, mie
instan dan cemilan namun tidak sering).
Makanan pantangan : Buah nenas dan durian
Perubahan pola makan : Tidak ada
2. Minum
Jumlah : 6 gelas/hari
b. Pola istirahat
1) Tidur siang : 1 jam
2) Tidur malam : 8-9 jam
3) Keluhan : Tidak ada
c. Pola eliminasi
1) BAK : 5-6x/hari, warna : Jernih
Keluhan waktu BAK : Tidak ada
2) BAB : 1 x/hari, lendir : Normal, darah : Tidak
ada
Konsistensi BAB : Lembek, berwarna kuning
Keluhan : Tidak ada
d. Personal hygiene
1) Mandi : 2x/hari
2) Keramas : 3-4x/minggu
3) Ganti pakaian dalam : 2x/hari
e. Aktivitas
1) Pekerjaan sehari-hari : Pekerjaan rumah
2) Keluhan : Kram pada kaki
3) Hubungan seksual : ± 2 x/minggu
C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum :
a. Status emosional : Baik
b. Postur tubuh : Lordosis
64

c. Keadaan umum : Baik


d. Kesadaran : Composmentis
e. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36,6 0C
2) TD : 100/60 mmHg
3) Pols : 80x/menit
4) Respirasi : 20x/menit
f. Pengukuran TB dan BB
1. BB sebelum hamil : 55 Kg, BB sekarang : 60,9 Kg
Kenaikan BB selama hamil : 5,9 Kg
2. Tinggi badan : 154 cm
3. LILA : 28 cm
2. Pemeriksaan fisik/status present
a. Kepala
Rambut : Panjang, Warna : Hitam
Kulit kepala : Bersih,dan tidak ada luka
b. Muka
Pucat : Pucat
Oedem : Tidak ada
Cloasma gravidarum : Tidak ada
c. Mata
Konjungtiva : Merah muda
Sclera : Tidak ikterik/Putih
Oedem Palpebra : Tidak ada
d. Hidung
Pengeluaran : Tidak ada
Polip : Tidak ada
e. Telinga
Simetris : Simetris
Pengeluaran : Tidak ada
Kelainan pendengaran : Tidak ada
65

f. Mulut
Lidah : Bersih
Bibir
Pucat/tidak : Pucat
Pecah-pecah/tidak : Tidak
Gigi :
Berlobang : Gigi atas/bawah : Terdapat gigi bawah
berlobang
Gigi kanan/kiri : Ada berlobang di
kanan dan kiri
Epulis : Tidak ada
Gingivitis : Tidak ada
Tonsil : Tidak ada pembengkakan
Pharynx : Tidak ada pembengkakan
g. Leher
Bekas luka operasi : Tidak ada
Pemeriksaan pembuluh limfe: Tidak ada pembengkakan
h. Dada
Mamae : Simetris
Aerola mamae : Hiperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran air susu ibu : Belum ada
i. Axila
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
j. Abdomen
Bentuk : Simetris
Pembesaran : Normal sesuai usia kehamilan
Linea/striae : Nigra/ Tidak ada
Luka bekas operasi : Tidak ada
Pergerakan janin : Ada, aktif ±10x/hari
66

3. Pemeriksaan khusus/status obstetrik


a. Palpasi abdomen
Leopold I : TFU 27 cm, pada bagian fundus teraba lembek dan
tidak melenting (bokong)
Leopold II : Teraba keras, memapan, memanjang (punggung) pada
abdomen sebelah kanan dan pada abdomen sebelah kiri

teraba bagian-bagian kecil janin (ekstermitas)


Leopold III : Teraba bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold IV : Konvergen (Belum memasuki PAP)
b. TBBJ : (27-13) x155 = 2.170 Gram
c. Auskultasi : DJJ : 152x/menit
4. Pemeriksaan panggul luar
Distansi spinarum : 27 cm
Distansia kristarum : 30 cm
Konjugata eksterna : 18 cm
Lingkar panggul : 94 cm
5. Pemeriksaan ketuk pinggang
Nyeri/tidak : Tidak ada nyeri
6. Pemeriksaan ekstermitas
Atas
Jumlah jari tangan : 5/5 (Lengkap)
Oedem/tidak : Tidak ada oedem
Bawah
Jumlah jari kaki : 5/5 (Lengkap)
Oedem/tidak : Tidak ada oedem
Varises : Tidak ada
Refleks patella : (+) Aktif
7. Pemeriksaan genetalia
Vulva : Tidak bersih
Pengeluaran : Normal
67

Kemerahan/lesi : Tidak ada


8. Pemeriksaan penunjang
HB : 16,4 gr%
Glukosa urine : (-) Negatif
Protein urine : (-) Negatif

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa Kebidanan : Ibu EN, G2P0A1, Usia Kehamilan 32-34 minggu
dengan kehamilan normal
Data dasar :
DS : - Ibu mengatakan pernah keguguran pada kehamilan
Pertama (8 minggu)
- Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan kedua
- Ibu mengatakan HPHT tanggal 01-06-2022
- Ibu mengatakan telah merasakan gerakan janin sejak
usia kehamilan 20 minggu
- Ibu mengatakan ia mengkonsumsi tablet Fe dan
Ossovit
DO : TTP : 08 Maret 2023
UK : 32-34 minggu
TD : 100/60 mmHg
Pols : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6 0C
Leopold I : TFU 27 cm, pada bagian fundus teraba
lembek dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Teraba keras, memapan, memanjang
pada abdomen sebelah kanan dan pada
abdomen sebelah kiri teraba bagian-
bagian kecil janin (ekstermitas)
68

Leopold III : Teraba bulat, keras, dan melenting


(kepala)
Leopold IV : Konvergen (Belum memasuki PAP)
TBBJ : (27-13)x155= 2.170Gram
Auskultasi : DJJ : 152x/menit
Pemeriksaan panggul luar:
Distansia spinarum : 27 cm
Distansia kristarum : 30 cm
Konjungata eksterna : 18 cm
Lingkar Panggul : 94 cm
Pemeriksaan Penunjang :
HB : 16,4 gr/%
Glukosa Urine : Negatif (-)
Protein Urine : Negatif (-)

Masalah : Ibu merasa khawatir terhadap abortus pada kehamilan


pertamanya

Kebutuhan : Pendidikan kesehatan memberikan kalimat afirmasi


untuk mengurangi rasa cemas.

III. ANTISIPASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN
1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu
2. Beritahu ibu tentang abortus atau keguguran
3. Anjurkan ibu untuk tetap rutin mengkonsumsi tablet Fe
69

4. Anjurkan ibu untuk melakukan imunisasi TT II


5. Anjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas berat
6. Anjurkan ibu untuk menambah porsi makan dan mengatur pola nutrisi
seimbang
7. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas/hari
8. Jelaskan pada ibu cara menjaga personal hygiene
9. Beritahu ibu kebutuhan untuk penanganan ketidaknyamanan kram pada
kakinya
10. Berikan ibu kalimat afirmasi untuk mengurangi rasa nyeri dan cemas
11. Beritahu ibu tentang progam P4K dengan pemasangan stiker
12. Anjurkan ibu untuk datang kunjungan ulang.

VI. PELAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
TTP : 08 Maret 2023
UK : 32-34 minggu
TD : 100/60 mmHg
Pols : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6 0C
TTP : 08 Maret 2023
Leopold I :TFU 27 cm, pada bagian fundus teraba lembek dan tidak
melenting (bokong)
Leopold II :Teraba keras, memapan, memanjang pada abdomen sebelah
kanan dan pada abdomen sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil

janin (ekstermitas)
Leopold III : Teraba bulat, keras, dan melenting (kepala)
Leopold IV : Konvergen (Belum memasuki PAP)
TBBJ : (27-13) x155= 2.170Gram
Auskultasi : DJJ : 152x/menit
70

Pemeriksaan panggul luar:


Distansia spinarum : 27 cm
Distansia kristarum : 30 cm
Konjungata eksterna : 18 cm
Lingkar Panggul : 94 cm
Pemeriksaan Penunjang :
HB : 16,4 gr/%
Glukosa Urine : Negatif (-)
Protein Urine : Negatif (-)
Ibu dan bayi dalam keadaan sehat
2. Memberitahu ibu tentang abortus atau keguguran : Keguguran adalah
keadaan berakhirnya kehamilan karena hal-hal tertentu pada masa
kehamilan muda atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau janin belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
3. Menganjurkan ibu untuk rutin mengonsumsi tablet Fe minimal 90 tablet
selama kehamilan. Baik dikonsumsi pada malam hari menggunakan jus
buah/air putih agar penyerapannya lebih baik. Menjelaskan manfaat tablet
Fe adalah untuk mencegah anemia dan perdarahan persalinan pada ibu.
Pemberian tablet Fe dapat menyebabkan konstipasi, feses berwarna gelap,
diare dan mual pada masa kehamilan, namun ibu tidak perlu khawatir
karena hal tersebut normal sebagai dampak terjadinya adaptasi hormonal.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan imunisasi Tetanus Toxoid II satu
bulan setelah TT I, yang bertujuan untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan penyakit tetanus atau infeksi tetanus dari alat pada saat
persalinan.
5. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas berat, misalnya pada saat
mengangkat beban yang berat (ember berisi air) dengan cara
a. Posisikan kaki selebar bahu dan usahakan punggung tetap lurus saat
berjongkok
b. Sebisa mungkin, hindari mengambil beban yang rendah dengan menunduk
71

c. Angkat beban dengan kekuatan yang bertumpu pada lutut dan kedua kaki
dan sedekat mungkin barang dengan tubuh.
6. Menganjurkan ibu untuk menambah porsi makan dan menjaga pola nutrisi
seimbang. Ibu harus mendapat 1800-2400 kalori/hari yang didapatkan dari
makanan yang dikonsumsi seperti nasi, ikan, daging, sayuran,buah-
buahan, dan makanan lainnya
7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi air putih yaitu minimal 8 gelas
setiap hari. Ibu hamil seharusnya minum sekitar 8 gelas (1 gelas belimbing
setara dengan 250 cc) atau lebih dari 2 liter sehari karena ibu akan rentan
mengalami dehidrasi dengan alasan ibu sering BAK.
8. Menjelaskan pada ibu agar tetap menjaga kebersihan diri dengan ganti
pakaian dalam 2-3x/hari atau setiap pakaian dalamnya lembab.
9. Memberitahu ibu kebutuhan untuk penanganan ketidaknyamanan kram
pada kakinya yaitu dengan beberapa cara yaitu dengan meluruskan kaki
yang kram dan menekan tumitnya agar otot betis meregang, memijat kaki
dengan menggunakan minyak esensial secara perlahan dengan lembut
pada area kaki, dan dapat dilakukan dengan cara kompres dengan air
hangat di kaki dan mengganti kompres apabila sudah tidak terasa hangat.
Cara ini bertujuan membantu melemaskan ketegangan otot yang terjadi.
10. Memberikan ibu kalimat afirmasi untuk mengurangi rasa nyeri dan cemas
seperti pada waktu tertentu ibu mengelus perutnya dengan mengucapkan
beberapa kalimat afirmasi, aku bersyukur atas kehamilanku, aku sehat
bayiku sehat, aku mencintai bayiku, aku sehat dan kuat, aku punya
keberanian melewati persalinan, persalinan ku normal, aku calon ibu yang
baik, aku menikmati setiap gerakan janinku, aku merasa bahagia dan
senang, aku wanita yang kuat, aku menerima kehamilan dan persalinanku,
tubuhku indah saat hamil, janinku tumbuh sehat dan aman dalam rahimku,
janinku lahir sempurna, aku bersemangat untuk melahirkan bayiku,
kehamilanku sehat sampai persalinan.
11. Memberitahu ibu tentang program dan pemasangan stiker P4K yaitu
Program Perencanaan, Persalinan, dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
72

merupakan upaya pencepatan penurunan kematian ibu. Melalui P4K


dengan stiker yang ditempel di rumah ibu hamil, maka setiap ibu hamil
akan tercatat, terdata, dan terpantau dengan baik. Stiker P4K berisi data
tentang: nama ibu hamil, perkiraan persalinan, penolong persalinan,
tempat persalinan, pendamping atau penanggung jawab persalinan,
transportasi yang digunakan dan calon donor darah. Dengan adanya data
pada stiker tersebut, suami, keluarga, kader desa siaga, bersama bidan di
desa dapat memantau secara intensif kondisi dan perkembangan kesehatan
ibu hamil, untuk mendapatkan pelayanan yang terstandar saat antenatal,
persalinan dan nifas, sehingga proses persalinan ke masa nifas termasuk
rujukan dapat berjalan dengan aman dan selamat, ibu dan bayi yang
dilahirkan juga dalam keadaan sehat dan selamat.
12. Menganjurkan ibu untuk datang melakukan kunjungan ulang 2 minggu
lagi atau jika ada keluhan.

VII. EVALUASI
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu sudah mengetahui tentang abortus atau keguguran
3. Ibu mau tetap rutin mengkonsumsi tablet Fe
4. Ibu mau datang dan bersedia diberikan imunisasi TT II
5. Ibu mau untuk mengurangi aktivitas berat dan mengetahui cara atau
posisi tubuh saat mengangkat suatu beban
6. Ibu mau dan mengerti menambah porsi makan dan mengatur pola
makan bergizi seimbang
7. Ibu mau mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas/hari
8. Ibu mau melakukan personal hygiene terhadap dirinya
9. Ibu sudah mengetahui cara penanganan kram pada kakinya
10. Ibu bersedia melakukan self-hypnosis dengan menggunakan kalimat
afirmasi
11. Ibu sudah mengetahui dan mengerti tujuan dari pada program P4K
dengan pemasangan stiker
73

12. Ibu mau dan bersedia datang melakukan kunjungan ulang 2 minggu
lagi tanggal 04 Februari 2023 atau jika ada keluhan
CATATAN PERKEMBANGAN
Kunjungan Kehamilan Ke II
Tanggal Pengkajian : 14 Februari 2023
Jam : 16.30 WIB
Tempat pengkajian : Poskesdes Desa Paniaran
a. Data Subjektif (S)
1) Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
2) Ibu mengatakan kram pada kakinya sudah hilang
3) Ibu mengatakan ibu tidak merasa cemas
b. Data Objektif (O)
1) TTV normal
TD : 110/60 mmHg S : 36,8oC
N : 78 x/i RR : 20 x/i
2) Kenaikan BB : 7 kg
3) Palpasi abdomen, yaitu :
Leopold I : Bokong, TFU 28 cm
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Kepala belum memasuki pintu atas panggul
4) DJJ : 143 x/i
5) TBBJ : (28–13) x 155 = 2325 gram
6) TTP : 08 Maret 2023
c. Analisa (A)
G2P0A1 usia kehamilan 36-38 minggu dengan kehamilan normal.
d. Penatalaksanaan (P)
1. Memberitahukan kepada Ibu hasil pemeriksaan yaitu Ibu dan janin dalam
keadaan normal, TTV dalam batas normal, TFU 28 cm, TBBJ 2325 gram,
DJJ 143 x/i, TTP 08 Maret 2023, dan usia kehamilan 36-38 minggu.
Evaluasi : Ibu senang kehamilannya dalam keadaan normal.
74

2. Memberitahu pada ibu tanda bahaya kehamilan yaitu : pecah ketuban sebelum
waktunya, sakit kepala yang hebat, odema pada kaki dan tangan atau bagian
tubuh lainnya, perdarahan yang tidak tahu penyebabnya, kurangnya
pergerakan janin atau tidak bergerak sama sekali. Apabila tanda tersebut
dialami ibu, maka ibu segera datang menghubungi petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan.
5. Mengingatkan kembali kepada Ibu rutin mengkonsumsi tablet Fe untuk
memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh untuk mencegah anemia. Tablet
Fe diminum 1 kali sehari pada malam hari sewaktu mau tidur.
Evaluasi : Ibu bersedia mengkonsumsi tablet Fe.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan personal hygiene seperti mengganti
celana dalam bila lembab atau basah, agar mencegah terjadinya pertumbuhan
jamur atau bakteri pada pakaian dalam ibu atau dibagian vagina ibu.
Evaluasi : Ibu mau melakukan anjuran yang diberikan bidan.
7. Memberitahu ibu tentang beberapa jenis KB
KB hormonal adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormone estrogen
saja, progesterone saja maupun kombinasi keduanya.
a) Pil KB cara kerjanya yaitu mengendalikan lender mulut rahim sehingga
sperma tidak dapat masuk ke dalam Rahim. Keuntungannya mudah
digunakan, mencegah anemia defisiensi zat besi, dan cocok untuk menunda
kehamilan pada PUS muda. Adapun kerugiannya yaitu harus disiplin waktu
mengkonsumsi dan dapat mengurangi produksi ASI
b) KB Suntik cara kerjanya yaitu mengentalkan lender mulut rahim, sehingga
sperma tidak dapat masuk dalam Rahim. Keuntungannya yaitu sangat efektif
dengan kegagalan kurang dari 1% dan tidak berpengaruh terhadap produksi
ASI. Adapun kerugiannya yaitu gangguan haid dan dapat menyebabkan
pusing, mual, dan kenaikan BB
c) Implant (AKBK) cara kerjanya yaitu menghambat ovulasi sehingga oum tidak
diproduksi. Keuntungannya yaitu lebuh praktis dan efektif, tidak
mempengaruhi produksi ASI, dan merupakan metode jangka panjang 3 tahun.
75

Adapun kerugiannya yaitu tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit


menular seksual termasuk AIDS.
d) IUD/AKDR cara kerjanya yaitu tembaga pada AKDR akan menghalangi
mobilitas atau pergerakan sperma, mematikan hasil pembuahan.
Keuntungannya yaitu efektif mencegah kehamilan, tidak mengandung
hormon, aman untuk ibu menyusui metode waktu jangka panjang,
penggunaannya 5 tahun. Kerugiannya yaitu tidak bisa melindungi dari
penyakit menular seksual, meningkatkan resiko menoragia atau perdarahan
menstruasi yang berlebihan.
Evaluasi : Ibu telah mengetahui dan mengerti jenis-jenis KB.
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang atau bila ada keluhan
atau komplikasi yang dirasakan.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk kunjungan ulang atau jika ada keluhan.

3.2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Tanggal Pengkajian : Kamis, 23 Februari 2023


Nama Mahasiswa : Novita Anugerah Batubara
NIM : P07524220015

Pada tanggal 23 Februari, pukul 22.00 WIB Ibu E.N umur 30 tahun G2P0A1
hamil 36-38 minggu ibu datang ke Puskesmas Paniaran, dengan keluhan keluar
lendir bercampur darah dari kemaluan ibu, pinggang terasa panas dan pegal mulai
dari perut ke punggung, perut terasa mules mulai pukul 15.00 WIB.
Asuhan Kala I Persalinan
Tanggal : 23 Februari 2023
Pukul : 22.00 WIB
a. Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan perut semakin mulas semakin sering dan teratur, nyeri
pada pinggang sampai ke perut bagian bawah ibu
2) Perut mulai terasa sakit pukul 15.00 WIB
76

3) Ibu mengatakan ada keluar lendir bercampur darah dari kemaluan


b. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum: Baik
2) TTV :
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Suhu : 36,7o C
c. Denyut Nadi : 80x/i
d. Pernafasan : 20x/i
3) Kontraksi / his : 3x10 menit
Lamanya : 30 detik
Leopold I : Teraba lembek, bulat dan tidak melenting (Bokong)
TFU: 30 cm
Leopold II : - Abdomen sebelah kanan ibu teraba keras
memanjang, memapan (punggung kanan)
- Abdomen sebelah kiri ibu teraba bagian kecil janin
(ekstremitas)
Leopold III : Teraba bulat, keras dan tidak melenting (Kepala)
Leopold IV : Sudah memasuki PAP (Divergen)
4) TTBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram
5) DJJ : 130x/i
6) Pemeriksaan dalam
Vulva vagina : Tidak ada varises dan tidak ada keputihan
Portio : Menipis
Pembukaan serviks : 6 cm
Ketuban : Utuh
Penurunan kepala : 3/5
Hodge II : Sejajar pinggir bawah simfisis
Presentasi : Kepala
Penyusupan : Tulang janin mudah terpisah (0)
Posisi : Kanan depan
Letak rangkap : Tidak ada
77

Tali pusat : Menumbung : Tidak ada

c. Analisa (A)
Ibu P0A1 inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal
d. Penatalaksanaan (P)
1) Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu
dan janin saat ini dalam kondisi yang baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal yaitu 110/70 mmHg, Suhu: 36,7o, pembukaan 6 cm, ketuban utuh.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
2) Menganjurkan ibu untuk mobilisasi ringan seperti berjalan ataupun
menggunakan gymball untuk mempercepat penurunan kepala bayi.
Evaluasi : ibu sudah mau melakukan mobilisasi ringan seperti berjalan
ataupun menggunakan gymball dan ibu berharap pembukaan nya semakin
bertambah
3) Menganjurkan kepada suami ibu untuk mengusap pada daerah punggung
ibu pada saat ada kontraksi sehingga dapat mengurangi rasa sakit.
Evaluasi : Penolong mempraktekkan cara untuk mengurangi rasa sakit
pada saat kontraksi dan bergantian mengusap pada daerah punggung ibu
oleh suaminya
4) Mengajarkan ibu teknik relaksasi pada saat his dengan teknik pernafasan
yang benar yaitu ibu dianjurkan untuk tarik nafas dalam-dalam melalui
hidung dan mengeluarkannya melalui mulut.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui dan dapat mempraktekkan teknik
pernafasan yang benar yang telah diajarkan oleh petugas kesehatan.
5) Mempersiapkan alat dan perlengkapan persalinan, obat-obatan esensial,
larutan desinfektan, wadah plasenta, dan tempat sampah serta ruangan
yang nyaman dan bersih untuk proses persalinan.
Evaluasi : alat, bahan, perlengkapan, dan ruangan telah dipersiapkan
6) Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf mulai
dari penghitungan DJJ setiap 30 menit, pemeriksaan air ketuban,
78

pembukaan serviks dan penurunan kepala setiap 4 jam, kontraksi uterus


setiap 30 menit, tekanan darah setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, suhu
setiap 4 jam.
Evaluasi : telah dilakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan
menggunakan partograf oleh penolong
7) Melakukan pemeriksaan dalam karena ada keluar merembes air ketuban
dari kemaluan ibu
Evaluasi :telah dilakukan pemeriksaan dalam dan memberitahu ibu
ketuban telah pecah dan sudah pembukaan 9-10 cm pada pukul 00.45
WIB

Data perkembangan Kala I


Pukul : 01.00 WIB
1. Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan perut semakin mulas, nyeri pada pinggang sampai ke
perut bagian bawah ibu.
2) Ibu tampak kesakitan karena kontraksi yang semakin lama semakin kuat
dan teratur
2. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Emosional : Stabil
4) TTV
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,8ºC
Nadi : 82x/i
Pernafasan : 20x/i
5) Kontraksi / his : 5 x 10 menit
Lamanya : 45 detik
6) DJJ : 130x/i
79

7) Pemeriksaan dalam
Vulva/Vagina : Membuka
Portio : Tidak teraba
Pembukaan serviks : 10 cm
Penurunan : H-IV (0/5)
Posisi : Depan
Presentasi : Kepala
Ketuban : Pecah spontan pada pukul 00.40 WIB,
berwarna jernih
c. Analisa (A)
Ibu G2P0A1 inpartu kala I fase aktif deselerasi
d. Penatalaksanaan (P)
1) Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu
dan janin saat ini dalam kondisi yang baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
2) Memberitahukan kepada suami dan keluarga untuk memberikan dukungan
emosional kepada ibu dan mengingatkan ibu untuk melakukan teknik
relaksasi dengan mengatur nafas.
Evaluasi : telah diberikan dukungan emosional kepada ibu
3) Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu
dan janin saat ini dalam kondisi yang baik, tanda-tanda vital normal,
pembukaan 10 cm
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dan sangat
senang menanti kelahiran bayinya sesuai dengan penjelasan yang telah
diberikan petugas kesehatan
4) Menganjurkan kembali kepada suami ibu untuk mengusap pada daerah
punggung ibu pada saat kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi rasa
sakit
80

Evaluasi: suami ibu telah mengetahui dan sudah mempraktekkan


/mengaplikasikan cara untuk mengurangi rasa sakit pada saat kontraksi
uterus dengan mengusap pada daerah punggung ibu
5) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin saat meneran seperti posisi
berdiri, merangkak, jongkok, maupun posisi terlentang dengan kaki
ditekuk ke arah paha ibu (litothomi) dan memperbolehkan ibu untuk
memilih posisi yang nyaman pada saat meneran.
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan memilih posisi berbaring dengan posisi
kaki ditekuk kearah paha ibu (posisi litothomi)
6) Mengajarkan ibu teknik meneran yang baik pada saat terjadi kontraksi
yaitu kedua tangan berada di pangkal paha ibu, pandangan ke arah perut
ibu, dagu menyentuh dada, tidak mengeluarkan suara dan tidak menutup
mata pada saat meneran, meneran sesuai dengan anjuran penolong
persalinan.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui dan dapat mempaktekkan teknik
meneran yang benar dan akan meneran sesuai dengan teknik yang telah
diajarkan oleh petugas kesehatan
7) Mengajarkan ibu teknik pernafasan yang benar yaitu ibu dianjurkan untuk
tarik nafas dalam-dalam melalui hidung dan mengeluarkannya melalui
mulut, tidak meneran saat kepala bayi sudah lahir tetapi menganjurkan ibu
untuk meniup ke arah perut ibu atau bernafas cepat sampai seluruh tubuh
bayi lahir.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui dan dapat mempraktekkan teknik
pernafaan yang benar yang telah diajarkan oleh petugas kesehatan

Asuhan kala II Persalinan


Tanggal : 24 Februari 2023
Pukul : 00.45 WIB
a. Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan perut mules dan semakin sering
2) Ibu mengatakan seperti ingin BAB
81

b. Data Objektif (O)


1) Anus membuka
2) Perineum menonjol
3) Tampak kepala 5-6 cm di depan vulva
4) Pemeriksaan dalam : pembukaan serviks lengkap, ketuban jernih,
penurunan kepala 0/5 (Hodge IV), posisi kanan depan, dan presentasi
kepala.
5) DDJ : 130x/i
6) Kontraksi : 5x10’45’’
c. Analisa (A)
Ibu P0A1 inpartu kala II persalinan
d. Penatalaksanaan (P)
1) Penolong persalinan menggunakan alat perlindungan diri level 1 seperti,
penutup kepala, masker, celemek, dan sarung tangan steril.
Evaluasi : penolong telah memakai alat perlindungan diri
2) Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu dan
janin pada saat ini baik, pembukaan sudah lengkap dan membantu ibu berada
dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dan bertambah
semangat untuk memulai meneran agar dapat segera melahirkan bayinya
dengan memilih posisi berbaring sambil kedua kaki ditekuk ke arah paha ibu
3) Meletakkan kain sarung di bawah bokong ibu sambil mempersiapkan pakaian
bayi.
Evaluasi : Penolong telah meletakkan kain di bawah bokong ibu serta telah
mempersiapkan pakaian bayi
4) Menganjurkan ibu untuk meneran jika ada his dan beristirahat di luar his.
Evaluasi : ibu sudah mengetahui dan mau untuk melakukannya yaitu meneran
pada saat his dan beristirahat di luar his
5) Memimpin persalinan normal pada ibu yaitu :
a) Melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakkan
tangan yang lain di kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
82

lahan. Evaluasi : kepala telah tampak di depan vulva dengan diameter 5-6
cm, Ibu meniup perlahan-lahan kearah perut ibu, tangan kanan menahan
perineum dengan menggunakan kain bersih sementara tangan kiri
menahan di atas kepala bayi agar tidak terjadi defleksi tiba-tiba, kepala
bayi segera lahir,lahirlah ubun-ubun kecil depan, ubun-ubun besar, dahi,
mata, hidung, mulut, dagu, kemudian kepala bayi telah melakukan putar
paksi luar
b) Menempatkan kedua tangan biparietal di masing-masing sisi muka bayi.
Setelah kedua bahu bayi lahir, kemudian lahirlah berturut-turut seluruh
badan bayi yaitu ekstremitas atas bayi, punggung, bokong bayi,
ekstremitas bawah.
Evaluasi : Bayi lahir spontan pukul 01.05 WIB, segera menangis, warna
kulit kemerahan, aktivitas otot kuat, jenis kelamin laki-laki.
c) Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cara menjepit tali
pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi dan mendorong isi
tali pusat ke arah ibu, melakukan pengguntingan tali pusat.
Evaluasi : telah dilakukan pemotongan tali pusat

Asuhan Kala III Persalinan


Tanggal : 24 Februari 2023
Pukul : 01.07 WIB
a. Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan masih sangat lelah
2) Ibu mengatakan perut terasa mules
b. Data Objektif (O)
1) Bayi lahir pukul 01.05 WIB
2) Kesadaran umum : Baik
3) Kandung kemih : Kosong
4) Kontraksi uterus : Ada
5) TFU : Setinggi pusat
6) Belum ada tanda-tanda pelepasan plasenta
83

c. Analisa (A)
Ibu P1A1 partus kala III
d. Penatalaksanaan (P)
1) Melakukan Manajemen Aktif Kala III yaitu :
a) Memberitahukan ibu akan disuntik oksitosin 10 IU secara IM di bagian
paha distal lateral untuk merangsang pengeluaran plasenta.
Evaluasi : ibu bersedia dan telah dilakukan penyuntikan oksitosin setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu pada pukul 01.07 WIB
b) Melihat dan menunggu adanya tanda pelepasan plasenta
Evaluasi :Setelah uterus berkontraksi dengan baik, dilakukan peregangan
tali pusat terkendali setelah ada ttanda pelepasan plasenta yaitu adanya
semburan darah, tali pusat semakin panjang dan uterus globular, tegangkan
tali pusat dengan menggunakan tangan kanan ke arah bawah sejajar lantai
sambil tangan kiri mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso kranial)
secara perlahan-lahan.
c) Setelah plasenta tampak di depan vulva, jemput plasenta dengan kedua
tangan dan putar searah jarum jam secara perlahan-lahan sampai plasenta
lahir
Evaluasi : plasenta telah lahir pada pukul 01:27 WIB
d) Lakukan masase pada fundus uterus selama 15 detik sehingga uterus
berkontraksi dengan baik.
Evaluasi : telah dilakukan masase fundus sehingga uterus dapat
berkontraksi dengan baik
2) Menilai kelengkapan plasenta yaitu dari pemeriksaan jumlah kotiledon dan
insersi, dan selaput amnion
Evaluasi : plasenta lahir lengkap dengan jumlah kotiledon 18 buah, insersi
lateralis, dan selaput amnion lengkap

Asuhan Kala IV Persalinan


Tanggal : 24 Februari 2023
Pukul : 01.35 WIB
84

a. Data Sujektif (S)


1) Ibu mengatakan ibu merasa bahagia dan bersyukur atas kelahiran bayinya
2) Ibu mengatakan masih sangat kelelahan setelah bersalin.
3) Ibu mengatakan ingin minum
b. Data Objektif (O)
1) Kontaksi uterus : Baik
2) TFU : 3 jari dibawah pusat
3) Plasenta : Lahir lengkap
4) Keadaan Umum : Baik
5) Kesadaran : Composmentis
6) Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
RR : 22x/i
HR : 80x/i
Suhu : 37oC
7) Kontraksi : Baik
8) Perdarahan : ±150 cc
9) Penjahitan laserasi : Ada
c. Analisa (A)
Ibu P1A1 partus kala IV fisiologis
d. Penatalaksanaan (P)
1. Memeriksa robekan jalan lahir pada perineum dan vagina.
Evaluasi : ada robekan jalan lahir dan menjahit luka tanpa anastesi
1. Melakukan observasi jumlah perdarahan selama kala IV dan melakukan vulva
hygiene serta ganti pakaian dalam dengan doek yang bersih.
Evaluasi : Perdarahan dalam batas normal.
2. Melakukan pemeriksaan estimasi perdarahan, pengosongan kandung kemih,
supaya menghindari perdarahan postpartum
Evaluasi : Tidak terjadi perdarahan postpartum, keadaan ibu dalam keadaan
normal
85

3. Mengajarkan pada keluarga untuk memasase fundus ibu serta memeriksa


kontraksi uterus ibu, apabila perut ibu keras berarti kontraksi perut ibu baik
Evaluasi : keluarga mengerti dan bersedia memasase perut.
5. Membersihkan semua peralatan dan sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%,
cuci alat kemudian sterilkan, cuci tangan dan memakaikan ibu pakaian yang
bersih sampai ibu merasa nyaman.
Evaluasi : Semua alat telah disterilkan dan ibu telah merasa nyaman
6. Memberikan suntikkan vitamin K1 1mg intramuscular, dipaha kiri bayi
anterolateral setelah IMD.
Evaluasi : Vitamin K1 1mg sudah diberikan pada Bayi pada pukul 01.25 WIB
7. Memberikan suntikkan Hepatitis B0 0,5 ml, intramuscular, dipaha kanan
anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.
Evaluasi : Hepatitis B0 0,5 ml sudah diberikan pada bayi pukul 02.30 WIB
8. Melengkapi partograf
Evaluasi : Persalinan dipantau menggunakan partograf.

Jam Waktu TD Nadi TFU Kontraksi Kandung Perdarahan


Ke
Ukterus Kemih

1 02.00 110/70 80x/i 2 jari Baik Penuh ±150 cc


mmHg dibawah
pusat

02.15 110/70 80x/i 2 jari Baik ± 200 cc -


mmHg dibawah
pusat
02.30 110/70 82 x/i 2 jari Baik Kosong -
mmHg dibawah
pusat
02.45 110/70 78 x/i 2 jari Baik Kosong ±50 cc
mmHg dibawah
pusat
2 03.00 120/70 80x/i 2 jari Baik Kosong -
mmHg dibawah
pusat
03.30 120/70 78x/i 2 jari Baik Kosong ±20 cc
mmHg dibawah
pusat
86

3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


Tanggal pengkajian : 24 Februari 2023
Waktu pengkajian : 09.30 WIB
a. Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan nyeri pada saat BAK
2) Ibu mengatakan belum buang air besar
3) Ibu mengatakan masih lelah setelah persalinan
4) Ibu mengatakan ASI sudah diberi setiap 2-3 jam
b. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum : Baik
2) Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5oC
Nadi : 76x/i
RR : 22x/i
3) Kontraksi : Baik
4) TFU : 2 jari dibawah pusat
5) Payudara
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : ASI sudah ada
6) Lochea : Rubra
c. Analisa (A)
Ibu P1A1 pospartum hari pertama fisiologis
d. Penatalaksanaan (P)
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, keadaan umum ibu dalam
keadaan baik, dengan TD: 120/80 mmHg, RR: 22 x/I, : 36,5°C, lochea
yang keluar berwarna merah segar (Rubra), ASI sudah keluar, putting susu
87

menonjol dan tidak lecet dan dari seluruh pemeriksaan ibu dalam keadaan
normal.
Evaluasi : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya
2) Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini seperti tidur miring,
duduk, berdiri, dan berjalan dapat dibantu oleh suami atau keluarganya
Evaluasi :Ibu mau dan bersedia melakukan mobilisasi dini
3) Memberitahukan kepada ibu untuk istirahat yang cukup dengan kondisi
ibu tetap terjaga dengan baik dan juga istirahat saat bayi sedang tidur
Evaluasi : Ibu telah mengerti kebutuhan istirahat
4) Memberitahu kepada ibu tanda bahaya nifas yaitu :
a) Perdarahan lewat jalan lahir dan demam lebih dari 2 hari
b) Keluar cairan berbau dari jalan lahir
c) Bengkak diwajah, tangan atau kaki dan sakit kepala
d) Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit
e) Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi)
Evaluasi : Ibu telah mengerti tanda bahaya masa nifas
5) Memberitahu kepada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya, dengan mandi
1-2x sehari, sikat gigi 2x sehari, dan mengganti doek setiap kali basah
(jumlah darah normal yaitu tidak lebih dari 500 cc).
Evaluasi : Ibu mau menjaga kebersihan dirinya
6) Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan kemaluan dan luka
bekas hecting di vagina
Evaluasi : Ibu akan tetap menjaga kebersihan perineum
7) Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara yaitu:
a) Tempelkan kompres putting dengan kapas yang sudah diberikan baby oil
selama 5 menit, kemudian bersihkan putting susu secara melingkar.
b) Tempatkan kedua tangan dipayudara kemudian diurutkan kearah atas,
kesamping, kebawah melintang sehingga tangan menyanggah payudara
(mengangkat payudara) kemudian lepaskan tangan dari payudara
c) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri lalu licinkan kedua tangan
dengan baby oil untuk melakukan pengurutan yang pertama dengan
88

menggunakan 3 jari secara melingkar dari pangkal hingga ke putting susu


secara bergantian
d) Melakukan pengurutan dengan menggunakan telapak tangan kiri
menopang payudara kiri dan jari-jari tangan sisi kelingking tangan
mengurut payudara kearah putting susu gerakan sebanyak 30 kali tiap
payudara
e) Pengurutan selanjutnya tangan dikepalkan kemudian buku-buku jari
tangan mengurut payudara dari pangkal hingga ke putting susu sebanyak
30 kali secara bergantian selesai pengurutan kemudian payudara
dikompres dengan waslap hangat selama 2 menit kemudian diganti dengan
kompres dingin selama 1 menit secara bergantian.
f) Keringkan payudara dengan handuk yang bersih dan memasang bra yang
menyokong payudara ibu.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk melakukan perawatan payudara
8) Memberitahu ibu macam-macam lochea dan memeriksa pengeluaran
darah atau lochea ibu. Lochea rubra berwarna merah kehitaman keluar
pada hari pertama sampai hari ke-3 pascapersalinan, lochea sanguilenta
berwarna merah kekuningan keluar pada hari ke-4 sampai hari ke-7,
lochea serosa berwarna merah kekuningan/kecoklatan keluar pada hari ke-
8 sampai hari ke-14, lochea alba, lochea berwarna bening keluar > 14 hari.
Evaluasi : Ibu telah mengetahui bahwa pengeluaran darah merupakan hal
normal bagi ibu yang baru bersalin

Kunjungan Nifas Ke II
Tanggal Pengkajian : 27 Februari 2023
Waktu Pengkajian : 13.00 WIB
a. Data Subjektif (S)
1) Ibu mengeluh kurang tidur
2) Ibu mengatakan ASI ekslusif tetap diberikan
3) Ibu mengatakan masih ada keluar darah dari kemaluannya berwarna
merah kehitaman
89

4) Ibu mengatakan perineum masih terasa sakit


b. Data Objektif (O)
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 37oC
Nadi : 74x/i
RR : 24x/i
3. TFU : 3 jari diatas simfisis
4. Payudara
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada
5. Lochea : Sanguilenta
c. Analisa (A)
Ibu P1A1 Post partum hari keempat dalam keadaan normal
d. Penatalaksanaan (P)
1) Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan TTV yaitu
TD: 100/70 mmHg, Suhu : 37oC, TFU 3 jari diatas simfisis dan tidak ada
tanda-tanda infeksi pada masa nifas.
Evaluasi : Ibu mengerti dan ibu merasa senang
2) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal dengan TFU ibu 3 jari
diatas simfisis.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui bahwa bentuk perut ibu sudah mulai
kembali sama seperti ibu sebelum hamil
3) Menanyakan ibu kembali untuk pengeluaran locheanya berwarna apa
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui dan mengerti bahwa lochea yang
dialami ibu lochea sanguelonenta dan itu normal
4) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI karna mengandung bahan
yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap
infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.Sehingga bayi tidak
perlu diberikan makanan tambahan sebelum usia 6 bulan disebut
90

pemberian ASI secara eksklusif. Adapun manfaat ASI pada ibu yaitu
sebagai metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah
kelahiran jika diberikan hanya ASI saja dan belum terjadi menstruasi
kembali, membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan karena isapan bayi pada payudara ibu dapat merangsang
terbentuknnya oksitosin.
Evaluasi : Ibu telah mengerti dan telah melakukannya
5) Mengingatkan kembali ibu untuk istirahat yang cukup dan mengingatkan
kembali pada ibu tentang cara mengatasi pola istirahat dan tidur yang
menjadi kurang karena gangguan bayi yaitu dengan cara ibu ikut tidur
pada saat bayi tidur.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
6) Menjaga bayi agar tetap hangat dengan melakukan pembedongan yang
benar dan tidak kontak langsung dengan udara dingin.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui dan bersedia menjaga kehangatan bayi
7) Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan perineum atau
melakukan vulva hygyne
Evaluasi : Ibu akan tetap menjaga kebersihan perineum

Kunjungan Nifas Ke III


Tanggal Pengkajian : 24 Maret 2023
Waktu Pengkajian : 12.00 WIB
a. Data Subjektif (S)
Ibu mengatakan ASI ekslusif tetap diberikan
b. Data Objektif (O)
1) Keadaan umum : Baik
2) Tanda-tanda vital:
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 36.5oC
Nadi : 78x/i
RR : 24x/i
91

3) TFU : Tidak teraba


4) Payudara
Keadaan : Baik
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada
5) Lochea : Alba
c. Analisa (A)
Ibu P1A1 Post partum hari ke-29 dalam keadaan normal
d. Penatalaksanaan (P)
1) Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan TTV yaitu
TD: 100/70 mmHg, Suhu : 37 oC TFU sudah tidak teraba dan tidak ada
tanda-tanda infeksi pada masa nifas.
Evaluasi : Ibu mengerti dan ibu merasa senang
2) Mengobservasi lochea. Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus
melalui vagina pada masa nifas normal, yang berbau anyir dan tidak
busuk. Pada ibu post partum 31 hari jenis lochea alba yaitu berwarna
putih.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui dan mengerti bahwa lochea yang
dialami ibu lochea alba dan itu normal
3) Beritahu ibu untuk tetap memberikan ASI karna mengandung bahan yang
diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi,
selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.Sehingga bayi tidak perlu
diberikan makanan tambahan sebelum usia 6 bulan disebut pemberian ASI
secara eksklusif. Bayi dapat diberikan ASI kapan saja bayi mau. Ibu juga
harus memperhatikan brah yang digunakan yaitu brah yang menyokong
payudara.
Evaluasi : Ibu telah mengerti dan telah melakukannya
4) Mengingatkan kembali ibu untuk istirahat yang cukup dan mengingatkan
kembali pada ibu tentang cara mengatasi pola istirahat dan tidur yang
menjadi kurang karena gangguan bayi yaitu dengan cara ibu ikut tidur
pada saat bayi tidur.
92

Evaluasi : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup


5) Menjaga bayi agar tetap hangat dengan melakukan pembedongan yang
benar dan tidak kontak langsung dengan udara dingin.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui dan bersedia menjaga kehangatan bayi
6) Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan perineum atau
melakukan vulva hygyne
Evaluasi : Ibu akan tetap menjaga kebersihan perineum
7) Memberitahu kepada ibu dan keluarga jika ada keluhan/masalah yang
dialami ibu segera menghubungi bidan.
Evaluasi : Ibu telah mengerti dan akan melakukannya.

3.4 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Tanggal pengkajian : 24 Februari 2023


Waktu pengkajian : 07.30 WIB
Pengkaji : Novita Anugerah Batubara
I. Kunjungan Neonatal
Pada tanggal 24 Februari pukul 07.30 WIB, di Puskesmas Paniaran, bayi Ibu
E.S dilakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir tali pusat tidak merah. Bayi sudah
buang air kecil dan sudah buang air besar, pergerakan aktif, warna kulit
kemerahan, menangis kuat.
a. Data Subjektif (S)
Nama bayi : Ucok Sihombing
Umur bayi : 6 jam
Tanggal/jam lahir : 24 Februari 2023/ 01.05 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke :1
Alamat : Aek Mas, Bahalbatu II
b. Data Objektif (O)
1) Tindakan yang pernah diberikan
a) Resusitasi : tidak ada
b) Hisapan lendir : tidak ada
93

c) Masase jantung : tidak ada


a. Intubasi indotracheal : tidak ada
b. O2 : tidak ada
2) Pemeriksaan umum
a) Pernapasan : 46x/i
b) Denyut nadi : 128x/i
c) Suhu : 36,8oC
d) BB lahir : 3000 gram
e) Panjang Badan : 50 cm
f) Lingkar Dada : 32 cm
g) Lingkar Kepala : 34 cm
3) Pemeriksaan Fisik Secara Sistematis
a) Kepala
Rambut : Warna hitam
b) Mata
Oedema : Tidak ada
Conjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih/ tidak ikhterik
c) Hidung
Pengeluaran : Tidak ada
d) Mulut : Normal
e) Gigi : Belum ada
f) Telinga : Normal
g) Leher : Tidak ada pembengkakan
h) Dada : Normal
i) Tali pusat : Belum puput
j) Punggung : Keras
k) Ekstremitas : Lengkap 5/5
l) Genitalia : Laki-laki
m) Anus : Berlobang
n) Refleks
94

Refleks Moro : Aktif


Refleks Rooting : Aktif
Refleks Sucking : Aktif
Refleks Plantar : Aktif
Refleks baby skin : Aktif
Refleks Palmer : Aktif
Refleks tonick neck : Aktif
o) Eliminasi
BAK : Sudah ada
Mekonium : Sudah ada
p) APGAR SCORE
Gejala 1 menit 5 menit
Denyut Jantung
2 2
(pulse)
Pernapasan
1 2
(Respisration)
Tonus Otot (Activity) 2 2
Kepekaan refleks
1 2
(gremace)
Warna (apperence) 2 2
Jumlah 8 10

c. Analisa (A)
Neonatus dengan usia 6 jam lahir dengan spontan
d. Penatalaksanaan (P)
1) Melakukan pemeriksaan terhadap bayi dan memberitahukan hasil kepada
keluarga yaitu :
BB : 3000 gram
PB : 50 cm
Keadaan umum bayi : Baik
Evaluasi : Telah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya telah diberitahukan
kepada keluarga
95

2) Melakukan perawatan tali pusat terhadap bayi dimana disaat kassa basah
atau kotor, ibu dan keluarga dianjurkan untuk segera menggantinya tanpa
menambahkan apapun pada kasa tersebut. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada bayi
Evaluasi : Telah dilakukan perawatan tali pusat
3) Menganjurkan ibu untuk merawat kebersihan bayi dengan mengganti
pakaian atau popok bayi setelah BAK dan BAB.
Evaluasi : Ibu bersedia menjaga kebersihan bayi
4) Menganjurkan ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayi dimana bayi
sampai berumur 6 bulan hanya mendapatkan ASI tanpa makanan
tambahan pada bayi dan memberikan ASI setiap saat dimana bayi
membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
Evaluasi : Ibu telah bersedia untuk memberikan ASI ekslusif
5) Memberitahukan kepada ibu manfaat pemberian ASI, yaitu :
a) Meningkatkan kekebalan alamiah pada bayi
b) Sehat, praktis dan tidak butuh biaya
c) Menjalin kasih sayang ibu dan bayi
d) Mencegah perdarahan pada ibu nifas
e) Mencegah kanker payudara
Evaluasi : Ibu telah memahami manfaat pemberian ASI
6) Mengajarkan kepada ibu cara/teknik menyusui yang benar, yaitu : ibu
duduk dikursi yang ada sandarannya, membuat penyangga dikaki ibu,
bayi digendong menghadap perut ibu, merangsang hisapan bayi dengan
meletakkan ujung jari kelingking ditepi bibir bayi, memasukkan seluruh
aerola hingga putting susu ibu ke dalam mulut bayi dan menyusukan bayi
dengan payudara diberikan secara bergantian
Evaluasi : Ibu telah mengerti cara/ tekhnik menyusu yang benar
7) Menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayi pada saat selesai diberikan
ASI yaitu dengan cara : mengendong bayi tegak lurus, sandarkan pada
bahu lalu tepuk-tepuk halus punggung bayi hingga bayi sendawa dan
96

dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap


punggung bayi sampai bayi bersendawa.
Evaluasi : Ibu telah bersedia untuk menyendawakan bayi
8) Memberitahu kepada ibu tanda bahaya bayi baru lahir, seperti :
a) Tidak mau menyusu
b) Kejang-kejang, diare, kulit dan mata bayi kuning
c) Lemah, sesak nafas, demam/panas tinggi dan mata bayi bernanah
d) Bayi merintih atau menangis terus menerus
e) Tali pusar kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah
f) Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat
Evaluasi : Ibu telah mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir
9) Memberitahukan kepada ibu agar mencegah kehangatan bayi dimana
dapat kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah
(evaporasi), kehilangan panas melalui benda-benda padat yang berkontak
dengan kulit bayi (konduksi), kehilangan panas melalui aliran udara di
sekitar bayi (konveksi), dan kehilangan panas melalui benda padat dekat
bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi (radiasi)
contohnya timbangan bayi tanpa alas.
Evaluasi : Ibu telah memahami cara mencegah kehilangan panas bayi
10) Menganjurkan ibu dan keluarga untuk menelfon atau membawa bayi ke
petugas kesehatan jika bayi mengalami keluhan atau masalah
Evaluasi : ibu bersedia membawa bayi ke petugas kesehatan jika ada
masalah.
II. Kunjungan Neonatal Ke II
Tanggal pengkajian : 3 Maret 2023
Waktu Pengkajian : 17.25 WIB
a) Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda kelainan pada bayi
2) Ibu mengatakan bayi dalam keadaan baik
3) Ibu mengatakan masih tetap memberikan ASI Ekslusif
b) Data Objektif (O)
97

1) Pemeriksaan :
HR : 120x/i
RR : 62x/i
Suhu : 36°C
2) Warna kulit : kemerahan
3) Pergerakan : aktif
4) Refleks
Refleks Moro : aktif
Refleks Rooting : aktif
Refleks Sucking : aktif
Refleks tonic neck : aktif
5) Tali pusat : Belum puput
c) Analisa (A)
Neonatus normal 3 hari
d) Penatalaksanaan (P)
1) Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya, yaitu :
HR : 120x/i
RR : 62x/i
Temp : 36,7°c
Warna kulit : Kemerahan
Pergerakan : Aktif
Evaluasi : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan pada bayinya
2) Mengingatkan kembali kepada ibu memberikan ASI eksklusif kepada
bayi sampai berumur 6 bulan hanya mendapatkan ASI tanpa makanan
tambahan pada bayi dan memberikan ASI setiap saat dimana bayi
membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan
memberikan ASI sesering mungkin pada bayi
Evaluasi : Ibu bersedia untuk tetap memberikan ASI ekslusif pada
bayinya.
98

3) Memberitahukan kepada ibu untuk tetap mencegah kehilangan panas


pada bayi dengan tidak meletakkan bayi kontak langsung dengan
udara dingin, air, jendela, dan benda padat
Evaluasi : Ibu telah bersedia dan mengerti untuk menjaga
kehangatan bayinya
4) Menganjurkan kepada ibu untuk membawa bayi setiap posyandu
untuk menerima imunisasi secara teratur sesuai usia bayi
Evaluasi : Ibu bersedia membawa bayi setiap posyandu

Kunjungan Neonatal Ke III


Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2023
Waktu Pengkajian : 14.00 WIB
a. Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan bayi dalam keadaan baik
2) Ibu mengatakan masih tetap memberikan ASI Ekslusif
b. Data Objektif (O)
1) Pemeriksaan :
HR : 120x/i
RR : 63x/i
Suhu : 36.5°C
2) Warna kulit : Kemerahan
3) Pergerakan : Aktif
4) Refleks
Refleks Moro : Aktif
Refleks Rooting : Aktif
Refleks Sucking : Aktif
Refleks tonic neck : Aktif
5) Tali pusat : Sudah puput
c. Analisa (A)
Neonatus normal 27 hari
d. Penatalaksanaan (P)
99

1) Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya, yaitu :


Suhu : 36.5°c
Warna kulit : Kemerahan
Pergerakan : Aktif
Evaluasi : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan pada bayinya
2) Mengingatkan kembali kepada ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayi
sampai berumur 6 bulan hanya mendapatkan ASI tanpa makanan tambahan
pada
bayi dan memberikan ASI setiap saat dimana bayi membutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan memberikan ASI sesering mungkin
pada
bayi
Evaluasi : Ibu bersedia untuk tetap memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
3) Memberitahukan kepada ibu untuk tetap mencegah kehilangan panas pada bayi
dengan tidak meletakkan bayi kontak langsung dengan udara dingin, air,
jendela
dan kipas angina
Evaluasi : Ibu telah bersedia dan mengerti untuk menjaga kehangatan bayinya
4) Menganjurkan kepada ibu untuk membawa bayi setiap posyandu untuk
menerima imunisasi secara teratur sesuai usia bayi
Evaluasi : Ibu bersedia membawa bayi setiap posyandu

3.5 ASUHAN KEBIDANAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB

Tanggal pengkajian : 25 Maret 2023


Waktu pengkajian : 10.00 WIB
Pengkaji : Novita Anugerah Batubara
a. Data Subjektif (S)
1) Ibu mengatakan masih memberikan ASI ekslusif kepada bayinya setiap 2 jam
atau bila bayi menginginkannya
2) Ibu ingin tetap memberikan ASI ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan
b. Data Objektif (O)
100

1) Keadaan umum : baik


2) Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/i
HR : 62x/i
Suhu : 37oC
3) Pengeluaran ASI : Ada (lancar)
4) Puting susu : Menonjol dan tidak lecet
c. Analisa (A)
Ibu P1A1 akseptor KB metode amenorea laktasi (MAL)
d. Penatalaksanaan (P)
1) Menginformasikan ibu tentang pemeriksaan bahwa keadaan ibu dalam
keadaan baik, TTV dalam batas normal yaitu TD:110/70 mmHg dan suhu
370C, puting susu menonjol dan tidak lecet, pengeluaran ASI lancar dan tidak
ada tanda infeksi masa nifas
Evaluasi : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan
2) Menjelaskan pada ibu tentang keuntungan dan kekurangan dari metode
amenorea laktasi dimana keuntungannya tidak mengganggu senggama, tidak
ada efek samping, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat
dan tanpa biaya. Sedangkan keuntungan untuk bayi mendapat kekebalan
tubuh, sumber asupan gizi pada bayi dan keuntungan dari ibu mengurangi
perdarahan, resiko anemia dan meningkatkan hubungan psikologik ibu dan
bayi. Kekurangan dari metode amenorea laktasi ini keefektifitasan rendah,
tidak melindungi terhadap PMS termasuk virus hepatitis B dan HIV/AIDS.
Evaluasi: Ibu telah mengetahui keuntungan dan kekurangan kontrasepsi
MAL
3) Memberikan pendidikan kesehatan bagi ibu untuk keberhasilan kontrasepsi
MAL yaitu dengan cara memberikan ASI pada bayi selama 6 bulan dalam
keadaan belum haid kembali, namun apabila ibu sudah haid kembali berarti
KB MAL tidak berguna lagi
101

Evaluasi : Ibu telah mengetahui cara keberhasilan KB MAL dan ibu mau
memberikan ASI esklusif pada bayinya
4) Menganjurkan ibu untuk tetap makan teratur, agar produk ASI tetap lancar
dan kebutuhan makanan bayi tetap terpenuhi
Evaluasi : Ibu bersedia untuk makan teratur.

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu E.N mulai dari
kehamilan, Bersalin, Nifas, BBL dan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Paniaran
sudah benar dilakukan dengan baik dan kebanyakan sudah mulai sesuai dengan
teori/tinjauan pustaka walaupun masih ada kesenjangan. Maka pada bab ini
penulis mencoba membahas kesenjangan antara teori dengan kenyataan pada
lahan praktek.

4.1 KEHAMILAN
Asuhan yang diberikan pada ibu saat kehamilan, sebelum memberikan asuhan
pada ibu terlebih dahulu dilakukan informed consent pada ibu dalam bentuk
komunikasi yang baik juga dilakukan penulis terhadap keluarga sehingga saat
pengumpulan data ibu bersedia memberikan informasi penting tentang kondisi
kesehatannya.
Asuhan yang diberikan pada ibu E.N selama kehamilan sesuai dengan pen
atalaksanaan asuhan “10 T” pada standard pelayanan pada ibu hamil. Selama
masa kehamilan Ibu E.N melakukan pemeriksaan sebanyak 9x, yaitu 5x di
102

Puskesmas Paniaran, 2x ke dokter (USG), dan 2 kali di Poskesdes Desa Paniaran


yakni kunjungan dilakukan dari trimester I sampai trimester III. Hal ini sesuai
dengan kebijakan program kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan sedikitnya 6
kali selama masa kehamilan yaitu minimal dilakukan 2x kunjungan antenatal pada
TM I, 1 x pada TM II, dan 3x pada TM III (Prawirohardjo, 2020). Pada ibu E.N
terlaksana sesuai dengan teori, klien melakukan pemeriksaan dari trimester I dan
setelah trimester III melakukan kunjungan seminggu sekali. Kehamilan ibu
direncanakan, Ibu E.N mengatakan bahwa apapun jenis kelamin anaknya Ibu E.N
tetap bersyukur, ibu berharap kelak bayinya lahir dalam keadaan sehat dan tidak
cacat. Kesimpulan tersebut didapat langsung dari keterangan Ibu E.N dalam
menjalani masa kehamilannya Ibu E.N sangat memperhatikan kesejahteraan janin
dengan mengkonsumsi vitamin dan makan makanan yang telah dianjurkan, serta
melakukan pemeriksaan secara rutin.

Pada kunjungan pertama usia kehamilan 32-34 minggu berat badan Ibu E.N
yaitu 60,9 kg, dan pada kunjungan kedua usia kehamilan 36-38 minggu berat
badan ibu 62 kg, dan dihitung Ibu E.N mengalami kenaikan berat badan sekitar 7
kg selama hamil, kehamilan dianggap normal sehingga dikatakan tidak ada
kesenjangan dengan teori, karena berat badan wanita hamil akan naik kira-kira
diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg atau dengan kata lain ibu mengalami
kenaikan berat badan 0,3kg/minggu. Tinggi badan Ibu E.N 154 cm dan menurut
teori itu termasuk tinggi badan yang normal untuk ibu hamil. (Prawirohardjo,
2020).
Ukuran tekanan Darah (TD). Hal ini juga dilakukan setiap kali ibu
melakukan kunjungan. Di dapat hasil bahwa tekanan darah Ibu E.N adalah
100/60 mmHg sampai dengan 110/60 mmHg, pada kehamilan tekanan darah
normal 110/70 mmHg sampai 120/80 mmHg (Kemenkes RI, 2018).
Pemeriksaan TFU dilakukan dengan palpasi, dilakukan untuk mengetahui
usia kehamilan. Dan didapatkan hasil pada Ibu E.N pada kunjungan pertama usia
kehamilan 32-34 minggu yaitu 27 cm, pada kunjungan ke dua usia kehamilan 36-
38 minggu yaitu TFU 28 cm. Nilai ini masih dalam batas normal dengan tafsiran
berat janin 2325 gram.
103

Pemeriksaan DJJ dilakukan rutin setiap kunjungan dan didapat hasil pada
kunjungan pertama 152 x/m, kunjungan kedua 143 x/m. Teori menjelaskan bahwa
DJJ normal dalah 120-160 x per menit. Sehingga dapat disimpulkan bahawa tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc


disuntikkan secara intramuskuler / subkutan (di bawah otot atau di bawah kulit ) .
Imunisasi TT harus diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan
imunisasi TT lengkap. (TT 1 pada usia kehamilan 32 minggu dan TT 2 diberikan
pada usia kehamilan 36 minggu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
Tes laboratorium sederhana yang dilakukan selama perawatan prenatal adalah
Hb pemeriksaan untuk menilai status anemia pada wanita hamil. Pada Ibu E.N
didapati kadar Hb 16,4 gr%. Maka Ibu D.S dikatakan tidak anemia. Sesuai dengan
teori ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar Haemoglobin (HB) dalam
darahnya kurang dari 11 gr% . Tablet penambah darah penting untuk mencukupi
kebutuhan zat besi pada kehamilan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Jumlah sel darah merah sangat mempengaruhi pada saat persalinan dan nifas.
Tablet penambah darah ini dapat diberikan sesegera mungkin setelah rasa mual
hilang atau diminum pada malam hari sebelum menjelang tidur yaitu satu tablet
Fe sehari dengan menggunakan air putih dan tidak dengan teh, kopi, susu karena
dapat menyebabkan penyerapan Tablet Fe tidak efektif pada tubuh ibu hamil.
Pada Ibu E.N sesuai dengan teori yaitu mendapatkan tablet Fe sebanyak ± 90
tablet zat besi pada trimester I dan trimester III.

Glukosa urine dan protein urine dilakukan dengan hasil yang negatif. Glukosa
urine adalah pemeriksaan untuk mengetahui ada/tidaknya glukosa dalam urine.
Dan pemeriksann protein urine dilakukan untuk pemeriksaan apakah ibu memiliki
tekanan darah tinggi yang dapat menyebabkan preeklamsia.

Temu wicara (konseling) dan Tatalaksana kasus dapat berupa anamnesa,


konsultasi dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat kesehatan,
persalinan dan nifas. Pada ibu E.N konseling ini terlaksana.
104

4.2 PERSALINAN
Pada tanggal 23 Februari 2023, pukul 15.00 WIB Ibu E.N datang dengan
keluhan mules-mules dan keluar lendir bercampur darah, HPHT pada tanggal 01
Juni 2022 berarti usia kehamilan Ibu E.N pada saat ini berusia 36-38 minggu. Hal
ini sesuai antara teori dan kasus dimana dalam teori (Manuaba, 2018)
menyebutkan persalinan dan kelahiran normal adalah kehamilan cukup bulan
proses pengeluaran janin dan uri.

KALA I
Pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan primer (puskesmas)
dilakukan dengan menggunakan APD level 1 yaitu penutup kepala, handscoon
steril, sepatu boot, masker, apron/celemek.
Pada kasus Ibu E.N sebelum persalinan sudah ada tanda-tanda persalinan
seperti ibu mengeluh mules-mules dan keluar lendir, hal ini sesuai dengan teori
yang menyebutkan tanda inpartu seperti adanya penipisan dan pembukaan serviks,
kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks dan cairan lendir
bercampur darah melalui vagina (Prawirohardjo, 2020).
Pada saat pengkajian kala I pada Ibu E.N didapatkan kemajuan persalinan
tidak melewati garis waspada pada partograf. Kala I pada Ibu E.N berlangsung
selama 10 jam, keadaan tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat
penyimpangan. Hal ini sesuai dengan teori, lamanya kala I berlangsung 14 jam
(Mochtar, 2018).
Penatalaksanaan yang diberikan adalah melakukan observasi keadaan
umum, tanda-tanda vital, keadaan janin dan kemajuan persalinan. Hal ini dalam
memantau keadaan ibu dan janin tanpa menghiraukan apakah persalinan itu
normal atau dengan komplikasi.

KALA II
Pada Ibu E.N kala II berlangsung selama 20 menit. Hal ini sesuai dengan
teori. Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan bayi lahir. Pada
kala ini his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun memasuki ruang panggul sehingga terjadilah tekanan
105

pada otot-otot dasar panggul yang menimbulkan rasa mengedan karena tekanan
pada rectum, ibu merasa seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka,
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Hal ini
sesuai dengan teori dalam teori, lama kala dua maksimal pada multipara
berlangsung 1 jam dan pada primi 2 jam
Pada saat kepala lahir tidak dilakukan pemeriksaan lilitan tali pusat, tidak
membersihkan jalan nafas, tidak dilakukan sanggah susur dikarenakan bahu dan
seluruh badan bayi langsung keluar. Kemudian setelah segera lahir bayi tidak
diletakkan di atas perut ibu, tidak segera mengeringkan tubuh bayi, dan tidak
segera melakukan IMD. Hal ini tidak sesuai dengan APN yang seharusnya
dilakukan pemeriksaan lilitan tali pusat sebelum kepala bayi lahir dan
membersihkan jalan nafas setelah bayi keluar dari jalan lahir. Setelah itu
seharusnya bayi dikeringkan terlebih dahulu diatas perut ibu dan melakukan IMD.

KALA III
Kala III pada Ibu E.N dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta berlangsung selama 20 menit dan tidak lebih dari 30 menit. Dua menit
setelah disuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada paha bagian distal lateral. Ada
tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus yang membundar dan keras
(globuler), tali pusat bertambah panjang dan ada semburan darah. Hal ini sesuai
dengan teori (Mochtar, 2018).

KALA IV
Kala IV ini berjalan dengan normal, tidak ada tanda-tanda perdarahan dan
uterus berkontraksi dengan baik. Observasi yang dilakukan penolong pada kala IV
yaitu Laserasi jalan lahir derajat II, memantau tanda-tanda vital, kontraksi, tinggi
fundus, dan pengeluaran pervaginam setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan
setiap 30 menit dalam 1 jam kedua (Prawirohardjo, 2020). Terdapat kesesuaian
antara teori dan kasus dimana pada kasus Ibu E.N pemantauan kala IV semua
dilakukan dengan baik dan hasilnya didokumentasikan dalam bentuk catatan.

4.3 NIFAS
106

Masa nifas (Puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

Selama kunjungan masa nifas ibu E.N menjalani masa nifas dengan normal.
Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan sebanyak 3 kali yaitu 6 jam – 3
hari setelah persalinan, hari ke 4 –28 hari setelah persalinan dan 29 – 42 hari
setelah persalinan.

Pada ibu 1 hari postpartum didapati TFU 2 jari dibawah pusat dan
pengeluaran lochea rubra dalam batas normal, tanda-tanda vital ibu dalam batas
normal, sudah melakukan perawatan perineum dan tidak ada tanda bahaya masa
nifas. Pada kunjungan kedua, 4 hari post partum didapati TFU 3 jari diatas
simfisis, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda bahaya pada
ibu nifas dan ibu dalam masa nifas normal. Pada kunjungan ketiga, ibu post
partum hari ke-29 TFU sudah tidak teraba, tidak ada tanda-tanda bahaya pada ibu
nifas dan dalam masa nifas normal

4.4 BAYI BARU LAHIR


Pada pengkajian bayi Ibu E.N diperoleh data bayi baru lahir spontan dengan
presentasi kepala pada tanggal 24 Februari 2023 pukul 01.05 Wib dengan berat
badan 3000 gram dan panjang 50 cm pada usia kehamilan ibu 36-38 minggu. Pada
pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan bawaan dan bayi dalam keadaan
sehat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi yang
dilahirkan dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir dari 2500-4000
gram (Prawirohardjo, 2020)
Setelah bayi segera lahir, bayi tidak dilakukan IMD. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa upaya untuk menyusui dalam satu jam
pertama kelahiran, penting untuk keberhasilan proses menyusui selanjutnya yaitu
akan merangsang produksi ASI, serta memperkuat refleks menghisap bayi
(Prawirohardjo, 2020).
Penatalaksanaan yang diberikan adalah melakukan perawatan bayi baru lahir
yaitu membersihkan jalan nafas, memotong tali pusat dan merawat tali pusat. Hal
107

ini sesuai dengan pernyataan menurut (Manuaba, 2018), bahwa tujuan utama
perawatan segera setelah bayi lahir ialah membersihkan jalan nafas, memotong
tali pusat serta mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada kunjungan ke 2 keadaan bayi baik dan hasil pemeriksaan tidak


ditemukan adanya masalah pada bayi, ibu hanya memberikan ASI saja tanpa
memberikan makanan pendamping ASI dan ASI diberikan setiap saat bayi
membutuhkan (Manuaba, 2018). Hal ini sesuai dengan teori pemenuhan ASI
eksklusif dalam 6 bulan pertama dan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) untuk
6 bulan kedua. Bayi sudah mendapat imunisasi HB0 dan suntik Vit K pada
tanggal 24 Februari 2023 setelah persalinan.
Pada kunjungan ke 3 Keadaan bayi baik ibu hanya memberikan ASI saja
tanpa memberikan makanan pendamping ASI dan ASI diberikan setiap saat bayi
membutuhkan. Ibu membawa bayinya pada saat posyandu dan bayi telah
diberikan imunisasi BCG.

4.5 KELUARGA BERENCANA

Setelah dilakukan informed consent didapatkan Ibu E.N ingin menggunakan


KB tanpa alat, dengan alasan ibu tetap ingin menyusui, maka dari itu kontrasepsi
yang digunakan yaitu KB Metode Amenore Laktasi, dimana MAL adalah
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara ekslusif, artinya hanya
diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun. MAL dapat
digunakan bila menyusui secara penuh dan lebih efektif bila pemberian ≥12 kali
sehari (1x dalam 2 jam atau setiap bayi memerlukannya), belum kembali haid dan
umur bayi kurang dari 6 bulan. Hal ini sesuai dengan teori dimana Ibu E.N setelah
pasca persalinan menggunakan KB tanpa alat dan hanya mengandalkan ASI
(Nadia & Rahayu, 2021).
108

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan yang komprehensif pada Ibu
E.N dari masa hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan evaluasi maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ibu E.N pada usia kehamilan 34-36
minggu dilakukan secara teratur atau rutin dengan menggunakan standar
Asuhan Antenatal Care. Dimana kehamilan Ibu E.N merupakan kehamilan
normal, keluhan dan rasa ketidaknyamanan pada ibu dapat diatasi dengan baik
hingga kehamilan aterm.
2. Proses persalinan Ibu E.N berlangsung normal dan tidak ditemukan
komplikasi selama persalinan.
3. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi Ibu E.N dilaksanakan sesuai
dengan kunjungan neonatus, keadaan umum bayi baik dan bayi tumbuh
dengan sehat hingga saat ini masih diberikan ASI eksklusif tanpa ada
makanan pendamping ASI. Bayi telah diberikan imunisasi HB0 dan suntik
Vitamin K.
109

4. Asuhan kebidanan pada ibu nifas Ibu E.N sesuai dengan standar kunjungan
rumah post partum.
5. Asuhan Kebidanan Akseptor KB pada ibu yaitu KB MAL yang berlangsung
hingga 6 bulan kedepan, tanpa memberikan bayi makanan tambahan.

5.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswi
Mampu meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir
dan KB di lapangan praktek, sesuai standar kebidanan yang telah ditetapkan
sesuai kewenangan dan etika profesi kebidanan.
2. Bagi institusi pendidikan
Memberikan kesempatan untuk mahasiswa memperluas lahan praktek dengan
waktu yang cukup sehingga mahasiswa dapat lebih mahir dan terampil dalam
melakukan praktek asuhan kebidanan dan lebih banyak lagi mengenal kasus
dilapangan khususnya kasus mengenai kebidanan baik yang fisiologis dan
patologis.
3. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat menambah informasi sendiri dan tidak bergantung
pada petugas kesehatan mengenai informasi kesehatan khususnya tentang
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana dan juga
diharapkan pasien mau lebih mendengarkan arahan atau saran dari petugas
kesehatan karena tujuannya untuk mendidik agar tingkat kesehatan ibu dan
bayi lebih baik lagi.
4. Bagi bidan di Puskesmas
Diharapkan mampu meningkatkan pelayanan dalam pemberian asuhan
kebidanan serta mampu memberikan pelayanan secara komprehensif dan
continue care. Diharapkan bidan dapat melakukan IMD pada saat segera bayi
baru lahir.
110

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna, D. W. (2022). Asuhan Kebidanan Nifas (A. Setiawan


(ed.); kelima). Nuha Medika.
Amru, D. E., & Selvia, A. (2022). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan
Nyeri Haid Pada Remaja Putri Di Institut Kesehatan Mitra Bunda.
Midwifery Care Journal, 3(1), 22–29.
https://doi.org/10.31983/micajo.v3i1.8191
Anggraini, Y. (2017). Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No. 1 Edisi
Juni 2017 ISSN 19779-469X. X(1), 21–27.
Asih, Y., & Risneni, H. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
Dilengkapi dengan Evidance Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan
Nifas. CV. Trans Info Media.
Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak. (2021).
Dinas Kesehatan Kabupaten Taput. (2021). Kabupaten Tapanuli Utara Dinas
Kesehatan. 1–152. http://dinkes.taputkab.go.id/
Fitriana, Y., & Nurwiandani, W. (2022). Asuhan Persalinan Konsep Persalinan
secara Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Pustaka Baru Press.
Indrayani, & Djami, M. E. U. (2013). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
CV. Trans Info Media.
Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2021. In
Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
Manuaba. (2018). Ilmu Kebidanan, Penyakit (2nd ed.). Buku Kedokteran EGC.
Nadia, F., & Rahayu, A. O. S. (2021). Kesehatan Reproduksi & Keluarga
Berencana (KB) (Pertama). Gosyen.
Nainggolan, D. R., Ujung, R. M., & Ritonga, P. T. (2021). Influence of
Hypnobirthing on Anxiety Levels Pregnant Women in The Siatas Barita
Health Center Work Area In 2020. Embrio, 13(2), 156–163.
https://doi.org/10.36456/embrio.v13i2.3513
Noftalina, E. (2021). Bahaya Nifas Dan Bayi Baru Lahir. Jurnal Inovasi &
Terapan Pengabdian Masyarakat Politeknik ‘Aisyiyah Pontianak, 1(1), 1–
111

5.
Prawirohardjo, S. (2020). Ilmu Kebidanan (Keempat). PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rukiah, A. Y., & Yulianti, L. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. CV. Trans Info Media.
Varney, H., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
(4th ed.). Buku Kedokteran EGC.
Yanti. (2022). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan (2nd ed.). Pustaka
Rihama.
112

Daftar Nama Mahasiswa Tingkat III Semester VI Prodi DIII Kebidanan


Tapanuli Utara Dalam Penyusunan Laporan Tugas Akhir
NO NAMA NIM

1 Anna Brigitta Pricilia Hutagaol P07524220001

2 Angel Anita Sibuea P07524220002

3 Ayu Geovanny Hutapea P07524220003

4 Catrine Natalia Panggabean P07524220004

5 Citra Siburian P07524220005

6 Dorli Novalia Sinambela P07524220007

7 Elisabeth Devi Sitompul P07524220008

8 Elisa Harianja P07524220009

9 Frisella Chlaudia Panjaitan P07524220010

10 Mardippan Ditasary Siahaan P07524220011

11 Maria Gratia P. Lumbantobing P07524220012

12 Melati Siregar P07524220013

13 Meriwati Kasih Sibuea P07524220014

14 Novita Anugerah Batubara P07524220015

15 Rianti Sinaga P07524220016

16 Ribka Epriani Br. Saragih P07524220017

17 Rina Yanti Siagian P07524220018

18 Rutma Adelima Silaban P07524220019

19 Widya Simatupang P07524220021


113

20 Winra Junika Togatorop P07524220022

21 Yessi F. O Siregar P07524220023

22 Yuni Arti Rajagukguk P07524220024

Ketua Prodi DIII Kebidanan Tapanuli Utara


Poltekkes Kemenkes Medan

Juana Linda Simbolon, SST, M.Kes


NIP. 196703101989112001
114

DAFTAR DIAGNOSA NOMENKLATUR KEBIDANAN


NO DIAGNOSA

1 Persalinan Normal 28 Persalinan Semu

2 Partus Normal 29 Kematian Janin

3 Syok 30 Hemorargrik Antepartum

4 DJJ tidak Normal 31 Hemorargrik Postpartum

5 Abortus 32 GagalJantung

6 Solutio Placenta 33 Intertia Uteri

7 Akut Pyelonephritis 34 Infeksi Luka

8 Amnionitis 35 Invertio Uteri

9 Anemia Berat 36 Bayi Besar

10 Apendiksitis 37 Malaria Berat Dengan


Komplikasi

11 Atonia Uteri 38 Malaria Ringan Dengan


Kompikasi

12 Infeksi Mamae 39 Mekoneum

13 Pembengkakan Mamae 40 Meningitis

14 Presentasi Bokong 41 Metritis

15 Asma Bronchiale 42 Migrain

16 Presentasi Dagu 43 Kehamilan Mola

17 Disproporsi Sevalo Pelvik 44 Kehamilan Ganda

18 Hipertensi Kronik 45 Partus Macet

19 Koagilopati 46 Posisis Occiput Posterior


115

20 Presentasi Ganda 47 Posisis Occiput Melintang

21 Cystitis 48 Krista Ovarium

22 Eklampsia 49 Abses Pelvik

23 Kelainan Ektopik 50 Peritonitis

24 Ensephalitis 51 Placenta Previa

25 Epilepsi 52 Pneumonia

26 Hidramnion 49 Abses Pelvik

27 Persentase Muka 50 Peritonitis

51 Placenta Previa 60 Sisa Plasenta

52 Pneumonia 61 Retensi Plasenta

53 Pre-eklampsi Ringan/Berat 62 Ruptura Uteri

54 Hipertensi Karena Kehamilan 63 Bekas Luka Uteri

55 Ketuban Pecah Dini 64 Presentase Bahu

56 Partus Prematurus 65 Distosia Bahu

57 Prolapsus Tali Pusat 66 Robekan

58 Partus Fase Laten Lama 67 Tetanus

59 Partus Kala II Lama 68 Letak Lintang


116

SURAT PERSETUJUAN PEMBERIAN ASUHAN KEBIDANAN


KOMPREHENSIF (INFORMED CONSENT)
117

DOKUMENTASI INFORMED CONSENT


118

Tanggal : 21 Januari 2023


Tempat : Poskesdes Paniaran

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Kunjungan I ANC
119

1. Pengukuran tinggi badan dan berat badan

2. Pemeriksaan tekanan darah 3. Pemeriksaan TFU

4. Penentuan letak janin dan DJJ


120

5. Pemberian tablet tambah darah


121

6. Tes laboratorium

7. Konseling dan penjelasan


122

Kunjungan II ANC
1. Pengukuran berat badan 2. Pengukuran tekanan darah

3. Pengukuran LILA 4. Pengukuran TFU


123

5. Penentuan letak janin dan DJJ


a) Leopold I b) Leopold II

c) Leopold III d) Leopold IV

e) DJJ
124

Persalinanan
1. Lahirnya kepala bayi 2. Melahirkan seluruh tubuh bayi

3. Menyuntikkan oksitosin 4. Mengeringkan bayi


125

5. Pemotongan tali pusat 6. Peregangan tali pusat terkendali (PTT)

7. Lahirnya plasenta 8. Memeriksa kelengkapan plasenta


126

9. Menjahit luka perineum 10. Memberikan bayi ASI

BBL
1. Memberikan Inj. Vit. K 2. Memberikan imunisasi Hb0
127

3. Memandikan bayi 4. Perawatan tali pusat

NIFAS
1. Memeriksa tekanan darah ibu 2. Memeriksa tinggi fundus uteri ibu
128

3. Memeriksa lochea dan luka perineum 4. Perawatan Payudara

KB (MAL)

Anda mungkin juga menyukai