Anda di halaman 1dari 296

LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF PADA NY. S G4P3003 USIA KEHAMILAN


36 MINGGU 1 HARI DENGAN MASALAH
MULTIPARITAS DAN OBESITAS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUARA RAPAK KOTA
BALIKPAPAN
TAHUN 2021

OLEH :
NOOR AZIZAH
P0.7224118020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN
TAHUN 2021
LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY. S G4P3003 USIA KEHAMILAN
36 MINGGU 1 HARI DENGAN MASALAH
MULTIPARITAS DAN OBESITAS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUARA RAPAK KOTA
BALIKPAPAN
TAHUN 2021

OLEH :
NOOR AZIZAH
P0.7224118020

Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam


menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN
TAHUN 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. “S G4P3003


Usia Kehamilan 36 Minggu 1 hari dengan Masalah
Multiparitas dan Obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Rapak Kota Balikpapan tahun 2021.

Nam4a Mahasiswa : Noor Azizah

NIM : P07224118020

Hasil Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan

Tim Penguji Poltekkes Kemekes KalTim Jurusan Kebidanan

Prodi D-III Kebidanan Balikpapan

Balikpapan, 2021

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Susi Purwanti S.SiT. MPH Sri Susilowati, SST


NIP. 197110261992032001 NIP. 196604231987112

ii
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN


KOMPREHENSIF PADA NY. S G4P3003 USIA KEHAMILAN
36 MINGGU 1 HARI DENGAN MASALAH
MULTIPARITAS DAN OBESITAS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUARA RAPAK KOTA
BALIKPAPAN
TAHUN 2021

NOOR AZIZAH

Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim
penguji Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan
Kebidanan Prodi DIII Kebidanan Balikpapan
Pada tanggal Maret 2021

Penguji Utama
Ernani Setywati, M.keb (...............................................)
NIP. 198012052002122001

Penguji I
Susi Purwanti, S.SiT., MPH (.............................................)
NIP. 197110261992032001

Penguji II
Sri Susilowati, SST (.............................................)
NIP. 196604231987112001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi DIII Kebidanan Balikpapan

Inda Corniawati, M.Keb Ernani Setyawati, M.Keb


NIP. 197508242006422002 NIP. 198012052002122001

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noor Azizah

NIM : P07224118020

Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 03 April 2000

Agama : Islam

Alamat :

 Jl. Yos Sudarso RT.08 NO.47

Riwayat Pendidikan :

 TK Barunawati, Lulus Tahun 2006

 SD Negeri 008 Balikpapan kota, Lulus Tahun


2012.
 SMP Negeri 12 Balikpapan kota, Lulus Tahun
2015.
 MAN 1 Balikpapan kota, Lulus Tahun 2018.
 Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kaltim Prodi
D-III Kebidanan Balikpapan Tahun 2018 –
sekarang.

iv
KATA PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wata'ala dan Nabi

Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Dengan hanya mengharap ridho-Mu

semata, Laporan Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya, untuk ayah Ahmad Sapari dan ibu saya Djamilah yang

telah memberikan dukungan dan senantiasa memberikan semangat serta do’a

kepada saya dan selalu mendengarkan keluh kesah saya setiap saya mengeluh

betapa lelahnya kuliah ini dan tidak lelah untuk memberikan saya nasehat

selalu kepada saya terima kasih bapa dan mama untuk selalu mendukung saya

sampai ke tahap ini.

2. Kakak- Kakak saya, Eka, Melan, Yanti, Didi, Mifta yang telah memberikan

semangat,nasehat,dukungan dan semoga kita semua menjadi anak yang

membanggakan kedua orang tua dan berkah dalam kehidupan.

3. Ibu Susi Purwanti., S.SiT. MPH dan Ibu Sri Susilowati, SST terimakasih atas

waktu, ilmu dan kesabaranya dalam membimbing,mudahan saya dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan dan semoga bermanfaat bagi saya

dan masyarakat, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

ini.

4. Sahabat-sahabatku Resty, Elfrida, Kristin, Tari, yang telah menemani selama

hampir tiga tahun,selalu mensupport aku walaupun kalian bukan dari

v
Balikpapan tetapi kalian menjadi teman terbaiku di kampus senantiasa

memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik.

5. Teman-teman satu bimbingan dalam LTA ini yaitu Nor Asriana kadang kita

bertengkar kadang kita baikan tapi itu yang membuat kita akrab.

6. Seluruh teman-teman Poltekkes kemenkes kaltim prodi D-III kebidanan

angkatan 2018, terimakasih atas semua dukungan, pertemanan dan motivasi

semua.

vi
ABSTRAK
DIPLOMA III KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KALTIM
Laporan Tugas Akhir, April 2020

Noor Azizah, Susi Purwanti., S.SiT. MPH, Sri Susilowati, SST


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S G4P3003 HAMIL 36
MINGGU 1 HARI DENGAN MULTIPARITAS DAN OBESITAS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA RAPAK KOTA
BALIKPAPAN TAHUN 2021

Penyebab kematian ibu disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan


resiko tinggi kehamilan yaitu Primi muda, Primi Tua, Primi Tua Sekunder, Anak
terkecil < 2 tahun, Grande multi, Umur ibu ≥ 35 tahun, Tinggi badan ≤ 145
cm,Pernah gagal kehamilan, Persalinan yang lalu dengan tindakan, Bekas operasi
sesar, Penyakit ibu, Preeklampsia ringan, Hamil kembar, Hidramnion, Hamil
serotinus, Letak sungsang, Letak Lintang, Perdarahan Antepartum, Preeklampsia
berat/eklampsia (Poedji Rochjati, 2013).

Tujuan penelitian adalah Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada


saat kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai dengan pelayanan
kontrasepsi pada “Ny. S G4P3003 Hamil 36 Minggu 1 Hari Dengan Multiparitas Dan
Obesitas Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Kota Balikpapan Tahun 2020.

Metode asuhan dalam metode ini yang digunakan adalah data primer yaitu
dengan menggunakan metode pengamatan (observation), wawancara (anamnesa),
maupun hasil pengukuran fisik dan pemeriksaan kebidanan langsung kepada klien.
Data sekunder diperoleh dengan melakukan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
penunjang lainnya (USG, foto rontgen dll) data kesehatan penduduk kota dan
provinsi, buku KIA sebagai buku catatan perkembangan klien. Selain itu dapat
dilakukan melalui studi kepustakaan (Library research).

Hasil asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S selama kehamilan trimester III
dengan dengan Multiparitas dan Obesitas yaitu kehamilan Ny. S termasuk dalam
resiko tinggi kehamilan sehingga perlu pengawasan ekstra pada ibu. Dengan
demikian dilakukannya asuhan kebidanan yang komprehensif pada Ny. S.

Kesimpulan dari asuhan kebidanan secara komprehensif melalui studi kasus


continuity of care pada Ny. L dengan fase laten memanjang bahwa pentingnya
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif sebagai deteksi dini untuk
mengurangi faktor-faktor resiko yang dapat terjadi selama kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga pelayanan kontrasepsi.

Kata Kunci : Asuhan, Komprehensif, Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas,


Keluarga Berencana, resiko tinggi kehamilan.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S G4P3003 Hamil 36 Minggu 1 hari

Dengan Multiparitas dan Obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak

Balikpapan Utara”. Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan D-III Kebidanan di Program Studi D-III Kebidanan Balikpapan, Jurusan

Kebidanan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

Sehubungan dengan itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. H. Supriadi B, S.Kp.,M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan.

3. Ernani Setyawati, M.Keb selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Balikpapan.

4. Susi Purwanti, S.SiT., MPH selaku pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir.

5. Sri Susilowati, SST selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan hingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir.

6. Selaku penguji Utama yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.

viii
7. Para Dosen dan Staff Pendidikan di Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur Prodi D-III Kebidanan Balikpapan.

8. Orang tua, adik serta keluarga tercinta yang telah membantu dengan doa

dan dukungan mental kepada penulis.

9. Klien atas nama Ny.“S” yang telah bersedia ikut berpartisipasi menjadi

klien saya untuk menyelesaikan LTA ini, terima kasih untuk kerjasamanya dan

untuk semua bantuan yang diberikan.

10. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu dengan setia dalam

kebersamaan menggali ilmu.

11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Penulis berusaha

untuk dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya.

Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya. Hal

ini dikarenakan keterbatasan yang ada pada penulis baik pengalaman,

pengetahuan dan waktu. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun demi perbaikan yang akan datang sangat diharapkan.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan balasan atas segala

amal yang telah di berikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat

bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan.

Balikpapan, 2021

Noor Azizah

ix
DAFTAR ISI

COVER

HALAMAN JUDUL....................................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii

KATA PERSEMBAHAN iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................................v

DAFTAR ISI ...............................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................................... x

DAFTAR BAGAN .....................................................................................................xi

DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................................xii

INFORMED CONSENT...........................................................................................xxi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan 4

D. Manfaat 5

E. Ruang Lingkup.................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

A. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan 7

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan................................................................... 11

x
1. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan............................................................ 11

2. Konsep Dasar Kehamilan Resiko Tinggi34

3. Konsep Dasar Obesitas Dalam Kehamilan 47

4. Konsep Dasar Persalinan 59

5. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 84

6. Konsep Dasar Nifas 87

7. Konsep Dasar Neonatus 99

8. Konsep Dasar Keluarga Berencana 103

9. Nomenklatur Diagnosa Kebidanan 109

10. Pelayanan kebidanan pada masa pandemic COVID 19 111

BAB III SUBJEKTIF DAN KERANGKA KERJA PELAKSANAAN STUDI

KASUS 119

A. Rancangan Study Kasus yang berkesinambungan dengan COC.......................119

B. Etika Penelitian..................................................................................................124

C. Hasil Pengkajian dan Perencanaan Asuhan Komprehensif (sesuai 7 langkah

Varney) ............................................................................................................. 125

D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan.......................................................................144

E. Rencana Asuhan Kunjungan..............................................................................151

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

2.1 Usia Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri 19

2.2 Tafsiran Berat Janin pada TM III 20

2.3 Peningkatan Berat Badan Selama Hamil 24

2.4 Ketidaknyamanan TM 3 dan Cara Mengatasi28

2.5 Interval dan lama perlindungan Tetanus Toxoid 33

2.6 Skor Puji Rochjati 47

2.7 Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan 48

2.8 Pertambahan Berat Badan Ibu dan Janin Sesuai Usia Kehamilan 54

2.9 Asuhan Kebidanan Pada ibu Bersalin 72

2.10 Apgar Skor 85

2.11 Perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum 90

2.12 Nomenklatur Diagnosa Kebidanan 110

xii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Partograf Tampak Depan ......................................................................................82

2.2 Partograf Tampak Belakang 83

xiii
DAFTAR BAGAN

3.1 Bagan Kerangka Kerja Pelaksaan Studi Kasus..................................................123

xiv
DAFTAR SINGKATAN

ACOG : American College of Obstetricians and Gynecologist

ABPK : Alat Bantu Pengambilan Keputusan

AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

AKB : Angka Kematian Bayi

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Antenatal Care

AP : Anterior Posterior

APN : Asuhan Persalinan Normal

APD : Alat Pelindung Diri

APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiratory

ASI : Air Susu Ibu

A/S : Apgar Score

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BB : Berat Badan

BBL : Bayi Baru Lahir

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

BMI : Body Mass Index

BPM : Bidan Praktek Mandiri

CM : Compos mentis

Cm : Centimeter

xv
CD : Conjugata Diagonal

CDC : Center for Disease Control

CMV : Cytomegalovirus

COC : Continuity Of Care

CPD : Cephalopelvic disproportion

CV : Conjugata Vera

Depkes : Departemen Kesehatan

DI : Distansia Interspinarum

Dinkes : Dinas Kesehatan

DJJ : Denyut Jantung Janin

dll : Dan Lain Lain

DM : Diabetes Mellitus

DMG : Diabetes Melitus Gestasional

DPM : Denyut Per Menit

Dr : Dokter

DTS : Defek Tabung Saraf

Fe : Ferum

FH : Fundal Heightcm

GI : Gastrointestinal

gr : Gram

GPAPAH : Gravida, Partus, Aterm, Prematur, Abortus, dan Anak Hidup

HB : Hemoglobin

HCG : Human Chorionic Gonadothropin

HDL : High Density Lipoprotein Cholesterol

xvi
HIV : Human Immunodeficiency Virus

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

ICU : Intensive Central Unit

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

IM : Intra Muscular

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

IMT : Indeks Masa Tubuh

INC : Intranatal Care

IRT : Ibu Rumah Tangga

IUD : Intra Uteri Device

IUFD : Intra Uteri Fetal Death

IUGR : Intra Uterine Growth Restriction

IV : Intra Vena

KIA : Kesahatan Ibu dan Anak

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

Kes : Kesadaran

Ket : Keterangan

Kg : Kilogram

KH : Kelahiran Hidup

KIE : Komunikasi Informasi Edukasi

KU : Keadaan Umum

LILA : Lingkar Lengan Atas

LK : Lingkar Kepala

Lk : Laki – laki

xvii
LGA : Large for Gestasional Age

m : meter

MAL : Metode Alamiah Laktasi

MDGs : Millenium Development Goals

Mg : miligram

mmHg : Milimeter Hydrargyrum

MOD : Mode of delivery

MOW : Metode Operasi Wanita

MOP : Metode Operaso Pria

N : Nadi

NICU : Neonatal Intensive Care Unit

NEIS : Neuroendocrine-immune system

NPY : Neuro Peptida Y

NST : Non Stress Test

Ny. : Nyonya

KB : Keluarga Berencana

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

PAP : Pintu Atas Pinggul

PB : Panjang Badan

Penkes : Pendidikan Kesehatan

PNC : Postnatal Care

PP : Post Partum

PTT : Penegangan Tali Pusat Terkendali

Pusdiknakes : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

xviii
Px : Prosesusxipoideus

RI : Republik Indonesia

RH : Rhesus

RR : Respiratory Rate

RS : Rumah Sakit

S : Suhu

SBR : Segmen Bawah Rahim

SC : Sectio Caesarea

SD : Sekolah Dasar

SDGs : Sustainable Development Goals

SMA : Sekolah Menengah Atas

SOAP : Subjek, Objek, Assesmen, Pelaksanaan

Sp. OG : Spesialis Obstetri & Ginekologi

TB : Tinggi Badan

TBC : Tuberkulosis

TBJ : Taksiran Berat Janin

TD : Tekanan Darah

TFU : Tinggi Fundus Uteri

Tn : Tuan

TP : Tafsiran Persalinan

TT : Tetanus Toxoid

TTV : Tanda Tanda Vital

UK : Usia Kehamilan

UUK : Ubun - Ubun Kecil

xix
USG : Ultrasonografi

VDRL : Veneral Disease Research Laboratory

WHO : World Health Organization

WITA : Waktu Indonesia Tengah

xx
INFORMASI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. ”B”

G4P3003 DENGAN MULTIPARA DAN OBESITAS DI

PMB/KLINIK/PUSKESMAS MUARA RAPAK BALIKPAPAN

…….FEBRUARI 2021 S.D …..JUNI 2021

Yang terhormat,

Calon Klien Asuhan Kebidanan

Komprehensif Di-

Tempat

Dengan hormat,

Saya yang memberikan informasi:

Nama :Noor azizah

NIM : P07224118020

Adalah mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Program Studi DIII Kebidanan Balikpapan yang sedang

melakukan penyusunan laporan tugas akhir dalam bentuk studi

kasus asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu. Tujuan

pemberian asuhan komprehensif. Asuhan kebidanan

komprehensif dan berkesinambungan adalah memberikan asuhan

yang menyeluruh, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan ibu,

yang dilaksanakan secara berkesinambungan sejak hamil,

bersalin, sampai dengan masa nifas.

xxi
Mengapa Ibu terpilih? Ibu terpilih sebagai klien dalam pemberian

asuhan kebidanan komprehensif karena ibu sedang hamil usia 8

sampai dengan 9 bulan (36 minggu) dan masuk dalam kategori

kehamilan normal dan/atau masuk dalam kategori faktor risiko

kelompok I (ada potensi gawat darurat obstetrik).

Prosedur:

Jika ibu bersedia menjadi peserta dalam pemberian asuhan ini,

maka saya akan melakukan asuhan kebidanan pada ibu selama

hamil, menolong ibu selama proses persalinan, dan asuhan

kebidanan pada masa nifas termasuk perawatan pada bayi baru

lahir. Kegiatan pemberian asuhan diberikan pada saat saya

mengunjungi ibu dirumah atau pada saat mengunjungi fasilitas

kesehatan dengan didampingi oleh saya.

Risiko dan ketidaknyamanan:

Risiko dan ketidaknyamanan secara fisik adalah menyita waktu

ibu selama memberikan asuhan dengan perkiraan waktu 60 – 120

menit ( atau sesuai dengan kebutuhan) pada saat kunjungan

rumah atau kunjungan ke fasilitas kesehatan. seluruh kegiatan

dalam pemberian asuhan dibawah bimbingan dari bidan yang

telah ditunjuk sebagai pembimbing dari Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur.

Manfaat:

xxii
ibu sebagai peserta dalam kegiatan asuhan kebidanan

komprehensif ini akan mendapatkan keuntungan berupa

pengawasan dari tenaga kesehatan sejak ibu hamil sampai dengan

ibu bersalin/nifas.

Kerahasiaan data:

Data yang diperoleh dari ibu merupakan rahasia dan tidak akan

diketahui oleh orang lain, kecuali oleh saya dan tim pembimbing

dari Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.

Kesukarelaan:

Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Ibu

bebas menolak untuk ikut dalam penelitian ini, dan dapat

mengundurkan diri dari kapan saja dari penelitian ini

Keterangan:

Jika ada pertanyaan sehubungan dengan pelaksanaan asuhan

ini,ibu dapat menghubungi 085704147509 dengan alamat rumah

jl.yos sudarso rt.08 no.47.

xxiii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

SETELAH PENJELASAN UNTUK IKUT

SERTA DALAM STUDI KASUS (INFORMED

CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :Siti Murdiani

Umur : 27 tahun

Alamat : RT.08 no.42

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:

Setelah memperoleh penjelasan dan mendapat kesempatan

bertanya, saya sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami

tentang tujuan, manfaat dan resiko yang mungkin timbul dalam

kegiatan asuhan kebidanan komprehensif, serta sewaktu-waktu

dapat mengundurkan diri dan membatalkan dari keikutsertaan,

maka saya (setuju/tidak setuju*) diikutsertakan dan bersedia

berperan serta dalam studi kasus yang berjudul :

xxiv
“proposal asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.S G4P3003 usia kehamilan 36
minggu 1 hari dengan masalah multiparitas dan obesitas di wilayah kerja puskesmas
muara rapak kota balikpapan 2021”

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya


dan tanpa paksaan.

Balikpapan,……………

Mengetahui Yang Menyatakan ,


Penanggung jawab Peserta/Klien studi kasus
asuhan

( Noor Azizah) (Siti Mudiani)

Saksi

(Umar )

xxv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

Negara.

World Health Organization (WHO) memperkirakan di Indonesia

terdapat 126 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dengan jumlah

kematian ibu 6.400 pada tahun 2015. Angka ini menurut Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup

telah mengalami penurunan (WHO, 2015).

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017

melaporkan di Indonesia AKB menurun dari 34 per 1000 kelahiran hidup tahun

2007 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup tahun 2012 dan kembali turun

menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup tahun 2017. Sedangkan AKI menurut

SDKI tahun 20012 meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007

Setiap tahun di Kalimantan Timur AKI mengalami penurunan. Tahun 2013

AKI sebesar 113 kasus, tahun 2014 turun menjadi 104 kasus, lalu tahun 2015

turun 100 kasus dan tahun 2016 turun lagi menjadi 95 kasus kematian per

100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Balikpapan dilaporkan 9

kasus atau 72 per 100.000 KH pada 2015. Tahun 2016 dilaporkan 9 kasus atau

72 per 100.000 KH, lalu meningkat menjadi 10 kasus atau 78 per 100.000 KH

atau 78 per 100.000 KH tahun 2017. Sementara itu AKB di Balikpapan

1
2

mengalami penurunan. Tahun 2015 AKB 78 kasus atau 6 per 1.000 KH dan

stabil pada tahun 2016 yaitu 78 kasus atau 6 per 1.000 KH, kemudian tahun

2017 menurun menjadi 76 kasus atau 6 per 1.000 KH (Dinas Kesehatan Kota

Balikpapan, 2017).

Penyebab kematian ibu disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan

dengan resiko tinggi kehamilan yaitu Primi muda, Primi Tua, Primi Tua

Sekunder, Anak terkecil < 2 tahun, Grande multi, Umur ibu ≥ 35 tahun, Tinggi

badan ≤ 145 cm,Pernah gagal kehamilan, Persalinan yang lalu dengan

tindakan, Bekas operasi sesar, Penyakit ibu, Preeklampsia ringan, Hamil

kembar, Hidramnion, Hamil serotinus, Letak sungsang, Letak Lintang,

Perdarahan Antepartum, Preeklampsia berat/eklampsia (Poedji Rochjati, 2013).

Anak-anak yang lahir dengan jarak kelahiran 3 sampai 5 tahun dengan

kelahiran sebelumnya memiliki tingkat kelangsungan hidup 2,5 kali lebih

tinggi dari pada mereka yang lahir dengan jarak kelahiran < 2 tahun. Anak-

anak yang lahir dengan jarak kelahiran 3 tahun dengan kelahiran sebelumnya

lebih sehat saat mereka dilahirkan dan memiliki kemungkinan hidup lebih

baik pada setiap pertumbuhan dan perkembangannya (Rasmanto, 2008).

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan untuk mencegah resiko tinggi kehamilan secara menyeluruh dari ibu

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana dengan program

pemerintah yaitu home care (Prawirohardjo, 2009).

Berdasarkan dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.S di

puskesmas muara rapak pada tanggal 5 Maret 2021, Ditemukan bahwa usia
3

kehamilan 36 minggu 1 hari, hamil anak ke-4, anak terkecil berusia 38 bulan serta

terdapat 2 anak dalam rumah dan jumlah anak 3, dengan skor poedji Rochajati 6

yaitu termasuk dalam resiko tinggi kehamilan., dan berdasarkan hasil

pemeriksaan di dapatkan berat badan ibu sebelum hamil 74 Kg dengan tinggi

badan 150 Cm, IMT sebelum hamil : 32,8 Kg / M2 dikategorikan obesitas, setelah

hamil kenaikan berat badan ibu bertambah 10 kg menjadi 84,5 dikategorikan

obesitas dengan IMT 37,5 Kg / M2 .

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan

yang komprehensif pada “Ny.S” selama masa kehamilan hingga ber KB

(Keluarga Berencana) dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada

Ny.S G4P3003 usia kehamilan 36 minggu 1 hari dengan masalah multiparitas dan

obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak Balikpapan Utara Tahun

2021”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada studi kasus

ini adalah “Bagaimana asuhan kebidanan yang komprehensif pada “Ny.S”

selama masa kehamilan hingga ber KB dengan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif Pada Ny.S G4P3003 Usia kehamilan 36 minggu 1 hari dengan

masalah multiparitas dan obesitas di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Rapak

Balikpapan Utara Tahun 2021”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada saat

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai dengan


4

pelayanan kontrasepsi pada Ny.S dengan masalah multiparitas dan

obesitas.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil

Ny.S G4P3003 dengan masalah multiparitas dan obesitas dengan

pendekatan manajemen dan didokumentasikan dalam bentuk

SOAP.

b. Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

bersalin Ny.S G4P3003 dengan masalah multiparitas dan obesitas

dengan pendekatan manajemen dan didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

c. Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu nifas

Ny.S P4004 dengan masalah multiparitas dan obesitas dengan

pendekatan manajemen dan didokumentasikan dalam bentuk

SOAP.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada bayi baru

lahir Ny.S P4004 dengan masalah multiparitas dan obesitas

dengan pendekatan manajemen dan didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

e. Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada neonatus

Ny.S P4004 dengan masalah multiparitas dan obesitas dengan

pendekatan manajemen dan didokumentasikan dalam bentuk

SOAP.
5

f. Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.S P4004

keluarga berencana dengan masalah multiparitas dan obesitas

dengan pendekatan manajemen dan didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

C. Manfaat

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Kaltim Prodi D-III

Kebidanan Balikpapan.

Dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi

mahasiswanya dalam pemberian asuhan kebidanan

komprehensif dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,

masa nifas, neonatus sampai pelayanan kontrasepsi serta untuk

mengevaluasi kompetensi mahasiswa dalam pemberian asuhan

kebidanan, sehingga dapat menghasilkan bidan yang terampil,

profesional dan mandiri.

b. Bagi Penulis

Penulis dapat mempraktikan teori yang telah diperoleh

sebelumnya dan kemudian diaplikasikan secara langsung

dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas,

neonatus, hingga pelayanan kontrasepsi.

c. Bagi Klien

Klien mendapatkan pelayanan secara komprehensif

mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, masa


6

nifas, neonatus sampai pelayanan kontrasepsi sesuai standar

pelayanan kebidanan.

2. Manfaat Teoritis

Hasil asuhan yang telah dilakukan mulai dari masa kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, neonatus sampai pelayanan

kontrasepsi, dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu

kebidanan serta asuhan secara komprehensif selanjutnya.

D. Ruang lingkup

Subjek penelitian dalam asuhan kebidanan secara komprehensif

dengan melakukan pengambilan data secara primer terhadap Ny. S usia 27

tahun G4P3003 dengan usia kehamilan 36 minggu 1 hari dengan masalah

multiparitas dan obesitas yang bertempat tinggal di Jalan Yos Sudarso RT. 08

No. 42 Kelurahan Prapatan, Kecamatan Balikpapan Kota. Pelaksanaan

asuhan kebidanan yang komprehensif yang dilakukan pada bulan Februari

2021 sampai dengan April 2021 yang meliputi pengawasan kehamilan,

persalinan, nifas, neonatus dan keluarga berencana.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Manajemen Varney

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh

untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi

pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi,

meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau

catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil

laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar

yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber

infomasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.

Bidan mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan

bayi baru lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka

mendapatkan konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan

kolaborasi.

b. Langkah II : Interpretasi data

Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi

masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang

diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis sama-sama

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan

7
8

sebagai sebuah diagnosis tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam

mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh.

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan

masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan

antisipasi, pencegahan, jika memungkinkan, menunggu dengan

penuh waspada dan persiapan terhadap semua keadaan yang

mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting

dalam memberi perawatan kesehatan yang aman.

d. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera

Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses

penatalaksanaan yang tidak hanya dilakukan selama perawatan

primer atau kunjungan prenatal periodik, tetapi juga saat bidan

melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya

saat ia menjalani persalinan. Data baru yang diperoleh terus dikaji

dan kemudian di evaluasi.

e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang

menyeluruh dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis

yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat

diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan.


9

f. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh.

Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau

dilakukan sebagian oleh ibu, orang tua, atau anggota tim kesehatan

lainnya. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan

betanggung jawab untuk memastikan implementasi benar-benar

dilakukan. Rencana asuhan menyeluruh seperti yang sudah diuraikan

pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah

rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai

tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi

pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan

perawatan kesehatan.

2. Konsep continuiti of care (COC)

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan

yang diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas,

bayi baru lahir, neonatus sampai pelayanan kontrasepsi (Varney,

2007).

Tujuan dari asuhan kebidanan ini dilakukan agar dapat

mengetahui hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan

kontrasepsi serta melatih dalam melakukan pengkajian, menegakkan

diagnosa secara tepat, antisipasi masalah yang mungkin terjadi,


10

menentukan tindakan segera, melakukan perencanaan dan tindakan

sesuai dengan kebutuhan ibu, serta mampu melakukan evaluasi

terhadap tindakan yang telah dilakukan (Varney, 2007).

3. Konsep SOAP

“Documen“ berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan

tulisan diatasnya dokumentasi berisi pencatatan yang berisi bukti atau

kesaksian tentang suatu pencatatan. Dokumentasi dalam bidang

kesehatan adalah suatu sistem pencatatan atau pelaporan informasi

atau kondisi perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan

yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Dalam pelayanan kebidanan,

setelah melakukan pelayanan semua kegiatan didokumentasikan

dengan menggunakan konsep SOAP yang terdiri dari :

S :Menurut jawaban klien. Data ini diperoleh melalui anamnesa

langsung atau allow anamnesa (sebagai langkah I dalam manajemen

Varney).

O: Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostik

dan pendukung lain. Data ini termasuk catatan medis pasien yang lalu

(sebagai langkah I dalam manajemen Varney).

A: Analisis atau interpretasi berdasarkan data yang terkumpul,

dibuat kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat

teridentifikasi diagnosa atau masalah. Identifikasi diagnose/masalah

potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/konsultasi

kolaborasi dan rujukan (sebagai langkah II, III, IV dalam manajemen

Varney).
11

P: Merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan

implementasi dan evaluasi rencana berdasarkan pada langkah V, VI,

VII pada evaluasi dari flowsheet. Planning termasuk : Asuhan mandiri

oleh bidan, kolaborasi atau konsultasi dengan dokter, tenaga

kesehatan lain, tes diagnostik/laboratorium, konseling/penyuluhan

follow up.

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Dasar teori Kehamilan

a. Pengertian kehamilan trimester III

Kehamilan trimester III yaitu periode 3 bulan terakhir kehamilan

yang dimulai pada minggu ke-28 sampai minggu ke-40.Saat ini juga

merupakan waktu untuk mempersiapkankelahiran dan kedudukan sebagai

orang tua seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi (Saifuddin,

2010).

b. Perubahan fisik pada masa kehamilan Trimester III (Manuaba, 2010):

1) Sistem Reproduksi

Pada trimester III istmus lebih nyata menjadi bagian korpus

uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). Setelah

minggu ke 28 kontraksi braxton hick semakin jelas, terutama pada

wanita yang langsing, umumnya akan menghilang bila wanita tersebut

melakukan aktifitas fisik atau berjalan.

2) Sistem Traktus Uranius

Karena turunya kepala pada hamil tua, terjadi gangguan miksi

dalam bentuk sering berkemih desakan tersebut menyebabkan


12

kandung kemih cepat terasa penuh, selain itu juga terjadi hemodilusi

menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.

3) Sistem Respirasi

Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang

membesar ke arah diagfragma sehingga diagfragma kurang leluasa

bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami

kesulitan bernafas (Manuaba, 2010).

4) Sirkulasi darah

Peningkatan RBC menyebabkan penyaluran oksigen pada

wanita dengan hamil lanjut mengeluh sesak nafas dan pendek

nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan meningkat untuk memenuhi

kebutuhan bayi.

5) Sistem Muskuloskeletal

Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring

ke depan, penurunan tonus otot perut dan peningkatan beban berat

badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang

(religment) kurvatura spinalis.

c. Perubahan Psikologis Trimester III (Kusmiyati, 2009) :

Kehamilan juga diartikan periode kritis, saat terjadinya gangguan

dan perubahan identitas peran.

1) Trimester III seringkali disebut periode penantian dan waspada sebab

pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
13

2) Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir

sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya

akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan.

3) Pada TM III ibu merasa tidak nyaman dan depresi karena janin

membesar dan perut ibu juga, melahirkan, sebagian besar wanita

mengalami klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi.

d. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III (Romauli, 2011) :

1) Oksigen

Untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu

latihan nafas melalui senam hamil, tidur dengan bantal yang lebih

tinggi, makan tidak terlalu banyak, kurangi atau hentikan merokok.

Posisi miring kiri dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterus dan

oksigenasi fetoplasenta dengan kurangi tekanan pada vena asenden

(hipotensi supine).

2) Nutrisi dalam kehamilan

Gizi pada waktu hamil harus di tingkatkan hingga 300

kalori/hari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang

mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan (seimbang).

a) Kalori untuk orang hamil dan menyusui masing-masing adalah

2300 dan 2800 Kkal.

b) Protein selama hamil dibutuhkan tambahan hingga 30gr/hari,

Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti daging,

susu, telur, keju, dan ikan karena mereka mangandung komposisi

asam amino yang lengkap.


14

c) Mineral 

Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan

makan-makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan

susu.

d) Vitamin

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan

buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin,

pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi.

e) Kalsium

Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 kg perhari.

Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin,terutama bagi

pengembangan otot dan rangka.

f) Zat besi(Fe)

Diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil terutama pada

trimester II, karena pada trimester ini memiliki kemampuan

perkembangan yang semakin pesat yaitu terjadi perkembangan

tumbuh kembang organ janin yang sangat penting. Pemberian

tablet zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah hilang, satu

tablet dengan dosis 60 mg sehari selama minimal 90 hari yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan

(Saifuddin, 2010).

g) Asam folat

Jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hamil sebesar 400 mg

perhari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia


15

megaloblastik pada ibu hamil. (Saifuddin, 2010).

h) Air

Air diperlukan tetapi sering dilupakan pada saat pengkajian.

Air untuk membantu sistem pencernaan makanan dan membantu

proses transportasi.

3) Personal Hygiene

Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil

cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan

diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah

genetikal).Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat perhatian

karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu

yang kekurangan kalsium.

4) Pakaian selama kehamilan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil

adalah pakaian harus longgar bersih dan tidak ada ikatan yang  ketat

pada daerah perut, bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap

keringat, pakai bra yang menyongkong payudara, memakai sepatu

dengan hak yang rendah, pakaian dalam yang selalu bersih.

5) Eliminasi (BAB/BAK)

Dianjurkan minum 8-12 gelas cairan setiap hari agar produksi

air kemihnya cukup.

6) Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan

sampai akhir kehamilan. Koitus tidak dibenarkan bila terdapat


16

perdarahan pervaginam, terdapat riwayat abortus berulang, abortus,

partus prematurus imminens, ketuban pecah, serviks telah membuka.

7) Mobilisasi dan Body Mekanik

Duduk adalah posisi yang lazim dipilih, sehingga postur yang

baik dan kenyamanannya penting. Ibu harus diingatkan untuk duduk

bersandar dikursi dengar benar, pastikan bahwa tulang belakangnya

tersangga dengan baik, berdiri diam terlalu lama dapat menyebabkan

kelelahan dan ketegangan, oleh karena itu lebih baik berjalan tetapi

tetap memperhatikan semua aspek yang baik, postur tegak harus

diperhatikan.

8) Exercise/ Senam Hamil

Senam hamil di mulai pada umur kehamilan setalah 22

minggu.Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih

otot-otot sehingga dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan

normal. Senam hamil di tujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau

tidak terdapat penyakit yang menyertai kehamilan, yaitu penyakit

jantung, ginjal, dan penyulit dalam kehamilan (hamil dengan

perdarahan, kelainan letak, dan kehamilan yang disertai anemia).

9) Istirahat / tidur

selama kehamilan misalnya membesarnya uterus juga akan

mempengaruhi pemenuhan istirahat tidur pada ibu hamil karena sulit

menentukan posisi nyaman. Perubahan hormonal juga menyebabkan

perubahan psikis pada wanita hamil sehingga sulit untuk memulai

atau mempertahan tidur (Tiran, 2007).


17

Wanita hamil mengalami tidur yang abnormal dan

mengasosiasikannya dengan perubahan fisik yang sedang berlangsung

dan perubahan ukuran tubuh. Banyak pengalaman wanita hamil sering

terbangun saat malam, insomnia, sulit mempertahankan tidur dan

gelisah saat akhir kehamilan (Hollenbach dkk, 2013).

e. Memantau Kesejahteraan Janin

Pemantauan kesejahteraan janin dilakukan selama 12 jam,

normalnya pergerakan janin dalam 12 jam adalah 10 kali.

f. Perawatan payudara

Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara

sadar dan teratur untuk memeliharan kesehatan payudara waktu hamil

dengan tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum.

(Subianto, 2009).

g. Ante Natal Care (ANC)

Pelayanan ante natal care merupakan pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya,

dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam

Standar Pelayanan Kebidanan (Kemenkes RI, 2010).

1) Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin,

segera setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Kebijakan

pemerintah untuk pemeriksaan kehamilan mengenai jadwal

pemeriksaan ibu hamil mendapatkan pelayanan ante natal care

minimal 4 kali selama kehamilan, yang terbagi dalam yaitu, trimester


18

I satu kali (sebelum usia 14 minggu), trimester II satu kali (usia

kehamilan antara 14-28 minggu), trimester III dua kali (usia

kehamilan antara 28-36 minggu dan sesudah usia kehamilan 36

minggu). Standar pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin

terhadap perlindungan ibu hamil dan janin, berupa dteksi dini faktor

risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan

(Kemenkes RI, 2013).

2) Menentukan Usia Kehamilan

Metode kalender adalah metode yang sering kali digunakan

oleh tenaga kesehatan dilapangan perhitungannya sesuai rumus yang

direkomendasikan oleh Neagle yaitu dihitung dari tanggal pertama

haid terakhir ditambah 7 bulan ditambah 9 atau dikurang 3, tahun

ditambah 1 atau 0 (Kusmiyati, 2009).

3) Tinggi Fundus Uteri

Tinggi fundus sulit untuk diinterprestasikan pengukurannya

dapat dipengaruhi oleh berat badan pasien, polihidramnion, gemeli

dan besar janin.Pengukururan tinggi uterus diatas simfisis

mencerminkan kemajuan pertumbuhan janin dan menghasilkan

taksiran kasar tentang durasi kehamilan biasanya teraba pada saat usia

kehamilan 12-14 minggu (Manuaba, 2010).


19

Tabel 2.1
Usia Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri
Tinggi Fundus Uteri Usia Kehamilan
1/3 jari di atas simfisis 12 minggu
½ di atas sympisis 16 minggu
2/3 di atas sympisis 20 minggu
Setinggi pusat 22 minggu
1/3 diatas pusat 28 minggu
½ pusat – prosessus – xifoideus 34 minggu
Setinggi prosessus – xifoideus 36 minggu
2-3 jari (4cm) dibawah prosessus 40 minggu

xifoideus
Sumber :Ilmu Kebidanan penyakit kandungan dan KB (Manuaba,

2010)

4) Rumus Mc Donald

Tinggi fundus uteri dalam cm, yang normal harus sesuai

dengan usia kehamilan, jika kurang hanya 2 cm masih dapat

ditoleransi tetapi jika lebih kecil dari 2 cm maka ada gangguan

pertumbuhan janin, dan jika lebih besar dari 2 cm kemungkinan dapat

terjadi bayi besar (Manuaba, 2010).

5) Tafsiran Berat Janin (TBJ)

Berat janin = TFU–12 X 155 (jika kepala belum masuk PAP)

Berat janin = TFU-11X155 (jika kepala sudah masuk PAP)

Tabel 2.2
Tafsiran Berat Janin pada TM III
Usia Kehamilan Panjang (cm) Berat (gram)
28 minggu 37,6 cm 1005 gram
29 minggu 38,6 cm 1153 gram
30 minggu 39,9 cm 1319 gram
31 minggu 41,1 cm 1502 gram
20

32 minggu 42,4 cm 1702 gram


33 minggu 43,7 cm 1918 gram
34 minggu 45 cm 2146 gram
35 minggu 46,2 cm 2383 gram
36 minggu 47,4 cm 2622 gram
37 minggu 48,6 cm 2859 gram
38 minggu 49,8 cm 3083 gram
39 minggu 50,7 cm 3288 gram
40 minggu 51,2 cm 3462 gram
41 minggu 51,7 cm 3597 gram
Sumber :Ilmu Kebidanan penyakit kandungan dan KB

(Manuaba, 2010)

6) Asuhan Antenatal standar 14T (Manuaba, 2010):

a) Pengukuran tinggi badan yang diperiksa cukup satu kali selama

ibu memeriksakan kehamilan, serta penimbangan berat badan

setaip kali periksa.

b) Pengukuran tekanan darah ibu untuk menilai apakah ibu

mempunyai faktor resiko hipertensi dalam kehamilan sehingga

berujung pada preeklamsia.

c) Pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas), bagi ibu yang

mempunyai ukuran LILA < 23,5 maka ibu mengalami KEK

(Kurang Energi Kronik) dan beresiko melahirkan anak BBLR

(Berat Bayi Lahir Rendah).

d) Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) untuk mengetahui tafsiran

berat janin serta apakah ukurannya sesuai dengan usia kehamilan

ibu saat kunjungan pemeriksaan.

e) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan minimal

90 tablet selama kehamilan. Dengan dosis 60 mg per hari.


21

f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus

toxoid (TT). Untuk mencegah tetanus neonatorum.

g) Pemeriksaan Haemoglobin sangat dibutuhkan untuk ibu hamil

karena bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan adanya

anemia pada ibu hamil. Normal Hb untuk ibu hamil adalah > 11 gr

%.

h) Pemeriksaan VDRL dapat digunakan untuk memeriksakan

kemungkinan adanya penyakit menular seksual pada ibu hamil

seperti sifilis

i) Perawatan payudara diperlukan untuk ibu hamil guna

mempersiapkan payudara untuk menyusui terutama pada ibu yang

mempunyai payudara rata dan datar.

j) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

k) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau Senam ibu hamil, Senam

hamil dapat dimulai pada usia kehamilan diatas 22 minggu.

Senam pada ibu hamil sangat berguna untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar peredaran

darah, mengurangi keluhan kram atau pegal-pegal dan

mempersiapkan pernafasan, aktivitas otot dan panggul untuk

menghadapi proses persalinan.

l) Pemeriksaan protein urin berguna untuk mengetahui adanya

penyakit pre- eklampsia pada ibu hamil.


22

m) Pemeriksaan reduksi urin berguna untuk mengetahui adanya kadar

glukosa pada urin ibu hamil, apabila hasil pemeriksaan reduksi

urin pada ibu hamil positif maka kemungkinan besar ibu

mengalami diabetes gestasional.

n) Pemberian terapi konsul yodium untuk daerah endemis gondok.

o) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis.

h. Penurunan Kepala Janin pada TM III

Pada primigravida kepala janin masuk ke pintu atas panggul

(PAP) sejak usia kandungan 36 minggu. Hal ini disebabkan oleh

mengencangnya otot dinding rahim ibu hamil, tarikan kuat ligamentum

yang menyangga rahim, bentuk kepala janin yang sesuai dengan pintu

atas panggul, gaya berat kepala janin dan terjadinya braxton

hick.Penyebab belum masuknya kepala janin ke PAP yaitu kepala janin

yang terlalu besar dari panggul ibu, berat bayi melebihi 4000 gram,

rongga panggul sempit, bayi terlilit tali pusat dan atau plasenta previa

(Manuaba, 2009).

i. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) merupakan suatu

pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan

tinggi badan. Walaupun dinamakan “indeks”, IMT sebenarnya adalah

rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram)

dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter) (Marekensson, 2004).

Rumus penghitungan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh

(IMT) adalah BMI = Weight / (Height)2 Keterangan :


23

BMI (Body mass index) : Indeks Massa Tubuh (kg.m-2)

Weight  : Berat badan (kg)

Height : Tinggi badan (m)

Kenaikan berat badan tergantung dari berat badan sebelum

kehamilan karena penting dari segi kesehatan bagi ibu dan bayi. Apabila

mempunyai berat badan yang berlebihan sebelum kehamilan, maka

pertambahan yang dianjurkan harus lebih kecil dari ibu dengan berat

badan ideal, yaitu antara 12,5 - 17,5 kg. Demikian pula sebaliknya, pada

wanita yang berat badannya sebelum hamil kurang, maka ketika hamil

perlu menambah berat badan yaitu sebanyak 14 - 20 kg dari berat ibu

hamil yang sebelum hamil memiliki berat badan normal. (Mintarsih,

2006).

Proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai

berikut:

1) Kenaikan berat badan trimester I lebih kurang 1 kg. Kenaikan berat

badan ini hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.

2) Kenaikan berat badan trimester II adalah 3 kg atau 0,3kg/minggu.

Sebesar 60% kenaikan berat badan ini dikarenakan pertumbuhan

jaringan pada ibu.

3) Kenaikan berat badan pada trimester III adalah 6 kg atau 0,3-0,5

kg/minggu. Sekitar 60% kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan

jaringan janin. Timbunan lemak pada ibu lebih kurang 3 kg.

Tabel 2.3
Peningkatan berat badan selama kehamilan
24

IMT (kg/m2) Total kenaikan berat Selama

badan yang trimester 2 dan

disarankan 3
Kurus 12,7-18,1 kg 0,5 kg/minggu

(BMI <18,5)
Normal 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu

(BMI 18,5-22,9)
Overweight 6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu
S u m b e
(IMT 23-29,9)
Buku Obesitas 4,4-6,8 kg 0,2 kg/minggu
Ajar (BMI > 30)
Bayi kembar 15,9-20,4 kg 0,7 kg/minggu

Keperawatan Maternitas(Sukarni, 2013)

Dampak Obesitas Bagi Ibu dan Bayi

Keadaan berat badan lebih dan obesitas merupakan salah satu kondisi

obstetri berisiko tinggi. Berat badan lebih dan obesitas terbukti

berhubungan dengan peningkatan komplikasi dalam kehamilan, seperti

peningkatan angka abortus spontan, kelainan kongenital janin,

pertumbuhan janin terhambat, gangguan toleransi glukosa dan diabetes

gestasional, peningkatan risiko infeksi, tromboemboli, masalah hipertensi

dalam kehamilan, bahkan kematian ibu dan janin.

Guideline IOM merekomendasikan peningkatan berat badan 6,8-11,3

kg untuk wanita yang sebelum hamil berat badan lebih dan 5,0- 9,1 kg

untuk wanita yang sebelum hamil obesitas pada kehamilan tunggal,

peningkatan berat badan selama kehamilan yang melebihi batas


25

rekomendasi meningkatkan risiko makrosomia, augmentasi persalinan,

hipertensi dalam kehamilan, dan kelainan metabolik neonatus. (Dwiana

Ocviyanti, dan Maya Dorothe, 2018)

Dari penelitian ini telah didapatkan kesimpulan bahwa Indeks Massa

Tubuh ibu pada saat persalinan berpengaruh terhadap komplikasi

kehamilan hanya pada kejadian preeklamsia. Kemudian IMT ibu pada

saat persalinan juga berpengaruh terhadap profil obsetri hanya pada cara

persalinan. Dan IMT ibu pada saat persalinan berpengaruh terhadap

keluaran perinatal hanya pada berat bayi lahir yaitu pada kejadian BBLR

dan makrosomia. Untuk variabel anemia, asfiksia neonatorum dan

kematian perinatal tidak ditemukan pengaruh yang bermakna oleh IMT

ibu saat persalinan. (gadis sativa, 2011)

Tata laksana Obesitas dalam kehamilan (Dwiana Ocviyanti, dan Maya

Dorothe, 2018)

a) Edukasi mengenai pentingnya menurunkan berat badan perlu

ditekankan pada seluruh wanita obesitas yang merencanakan

kehamilan. Peningkatan risiko abortus, diabetes gestasional,

preeklampsia, persalinan dengan bedah Sesar perlu diinformasikan

kepada pasien. Selain itu, dampak obesitas dalam kehamilan pada

janin seperti kelainan kongenital, makrosomia, dan kematian

neonatus juga perlu dijelaskan.

b) Penurunan berat badan sebelum hamil, meskipun sedikit, dapat

memperbaiki luaran kehamilan. Untuk kehamilan berikutnya.


26

c) Program penurunan berat badan yang direkomendasikan adalah

dengan teknik motivational interviewing yang disesuaikan secara

individu dan patient-centered dengan mengontrol diet, olahraga, dan

modifikasi gaya hidup. Tidak disarankan menggunakan obat-obatan

karena keamanannya belum terjamin dan dapat timbul efek samping.

j. Bahaya Kehamilan Trimester III (Kusmiyati, 2009)

1) Perdarahan pervaginam, tiap perdarahan keluar dari liang senggama

pada ibu hamil setelah 28 minggu disebut perdarahan antepartum.

2) Sakit kepala yang hebat, sakit kepala hebat yang menetap dan tidak

hilang dengan beristirahat.

3) Pengelihatan kabur, yaitu pada perubahan visual mendadak, misalnya

pandangan kabur atau berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin

disertai dengan sakit kepala yang hebat.

4) Bengkak di wajah dan jari tangan, bengkak yang muncul pada muka

dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan

keluhan fisik lain.

5) Keluar cairan pervaginam, merupakan tanda bahaya karena dapat

menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada janin, pecahnya

selaput ketuban juga dapat diikuti dengan keluarnya bagian kacil janin

seperti tali pusat, tangan, atau kaki. Oleh karena itu bila saat hamil

ditemukan ada pengeluaran cairan apalagi bila belum cukup bulan

harus segera datang ke rumah sakit dengan fasilitas memadai.

6) Gerakan janin tidak terasa, bila gerakan janin mulai berkurang bahkan

tidak ada sama sekali. Assesmen yang mungkin adalah kematian janin
27

dalam rahim, janin mati terlalu lama dalam menimbulkan gangguan

pada ibu, bahaya yang terjadi berupa gangguan pembekuan darah,

disebabkan oleh zat-zat berasal dari jaringan mati yang masuk ke

dalam darah ibu.

7) Nyeri perut yang hebat, apabila perut ibu terasa sangat nyeri secara

tiba-tiba bahkan jika disentuh sedikit saja dan terasa sangat keras

seperti papan serta disertai perdarahan pervaginam, ini menandakan

terjadinya solusio placenta.

k. Ketidaknyamanan pada TM 3

Dalam proses kehamilan terjadi perubahan pada sistem tubuh ibu

yang semuanya membutuhkan adaptasi, baik fisik maupun psikologis

berikut ketidak nyamanan pada TM 3 dan cara mengatasinya menurut

(Hutahaean, 2013).

Tabel 2.4
Ketidaknyamanan TM 3 dan cara mengatasi
No Ketidaknyamanan Cara mengatasi

.
1. Sering buang air  Ibu hamil di sarankan untuk tidak minum

kecil 2-3 jam sebelum tidur.

 Kosongkan kandung kemih saat sebelum

tidur.

 Agar kebutuhan cairan pada ibu tetap

terpenuhi, sebaiknya lebih banyak

minum pada siang hari.


2. Pegal – pegal  Sempatkan untuk berolahraga.

 Senam hamil
28

 Mengkonsumsi susu atau makanan yang

kaya kalsium.

 Jangan berdiri/ jongkok/ duduk terlalu

lama.

 Anjurkan istirahat setiap 30 menit.


3. Hemoroid  Hindari konstipasi.

 Makan makanan yang tinggi serat dan

perbanyak minum.

 Gunakan kompres es atau air hangat.

 Bila mungkin gunakan jari untuk

memasukkan kembali hemoroid kedalam

anus dengan pelan-pelan.

 Bersihkan anus dengan hati-hati setelah

defekasi.

 Usahakan BAB dengan teratur.

 Ajarkan ibu posisi knewchess setiap 15

menit/hari.

 Senam kegel menguatkan perineum dan

mencegah hemoroid.

 Konsul ke dokter sebelum menggunakan

obat hemoroid.
4. Kram dan nyeri  Lemaskan bagian yang kram dengan cara

pada kaki mengurut.

 Pada saat bangun tidur, jari kaki di


29

tegakkan sejajar dengan tumit untuk

mencegah kram mendadak.

 Meningkatkan asupan kalsium dan air

putih.

 Melakukan senam ringan.

 Istirahat cukup.
5. Gangguan nafas  Latihan nafas melalui senam hamil.

 Tidur dengan bantal tinggi.

 Makan tidak terlalu banyak.

 Konsultasi dengan dokter apabila ada

kelainan asma.
6. Oedema  Meningkatkan periode istirahat dan

berbaring dengan posisi miring ke kiri.

 Meninggikan kaki bila duduk.

 Meningkatkan asupan protein.

 Menganjurkan untuk minum 6-8

gelas/hari untuk membantu diuresis

natural.

 Menganjurkan ibu untuk berolahraga

ringan.
Sumber :Perawatan Ante Natal Care (Hutahaean, 2013)

l. Persiapan Persalinan Ibu TM 3

Persiapan persalinan adalah segala sesuatu yang disiapkan

dalam hal menyambut kelahiran anak oleh ibu hamil.


30

Persiapan persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

di antaranya, yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan

(Matterson, 2001).

a) Umur

Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi

indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan

yang mengacu pada setiap pengalamannya.Hal ini akan berdampak

pada persiapan persalinan yang minim dan dapat berdampak buruk

selama proses persalinan berlangsung (Dedeh, 2004).

b) Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan

menghadapi persalinan yang mereka peroleh.

c) Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk

kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak

belum berperan sebagai timbulnya suatu masalah pada persiapan

menghadapi persalinan, dimana kondisi kerja yang menonjol sebagai

faktor yang mempengaruhi persiapan menghadapi persalinan karena

tersitanya waktu. Pada ibu-ibu yang bekerja di luar rumah sudah

membuat persiapan menghadapi persalinan meski persiapan yang

dimiliki terkadang belum sesuai (DepKes, 2002).

d) Pendapatan (Ekonomi)
31

Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi

kesiapan keluarga dalam mempersiapakan semua kebutuhan selama

kehamilan dan persiapan persalinan.Tingkatan seseorang untuk

memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang

ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus

dipergunakan semaksimal mungkin. begitupun dalam 25 mencari

bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan

pendapatan keluarga.

e) Dukungan Suami

Dukungan suami merupakan dorongan terhadap ibu baik

secara moral maupun material, dimana dukungan suami sangat

mempengaruhi ibu dalam menghadapi persalinan, adapun dukungan

suami perhatian, dimana perhatian yang diberikan sangat membantu

ibu menghadapi persalinan dan memberikan rasa nyaman dan percaya

diri dalam menghadapi masalah selama menghadapi persalinan.

Selain itu suami dapat bekerjasama dengan anggota keluarga dan

teman terdekat memberikan dukungan yang positif (Narulita, 2006).

f) Dukungan keluarga dan teman

Dukungan yang diberikan oleh keluarga maupun teman

merupakan salah satu dukungan yang dibutuhkan oleh ibu yang akan

melahirkan, dimana ibu saat melahirkan membutuhkan bantuan untuk

menyediakan perawatan selama kehamilan maupun menunggu proses

persalinan terjadi (Matterson, 2001).

g) Dukungan tenaga kesehatan


32

Selama masa kehamilan dan persalinan terjadi, ibu

primigravida trimester III mendapat dukungan dari tenaga kesehatan

salah satunya adalah bidan, diman ibu primigravida trimester III

diberi arahan, dan kebutuhan apa saja selama kehamilan dan

persalinan nantinya misalnya cara merawat payudara, cara menyusui

serta memantau status kesehatan ibu primigravida Trimester III.

h) Standar Imunisasi TT Pada Kehamilan

Imunisasi merupakan tindakan preventif yang diperlukan

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan

mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat. Imunisasi tetanus

toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya

pencegahan terhadap penyakit tetanus. Untuk mencegah tetanus

neonatorum (TN) ibu hamil harus mendapatkan imunisasi tetanus

toksoid, sehingga ibu sudah memiliki antitoksin tetanus dalam tubuh

ibu yang akan ditransfer melalui plasenta yang akan melindungi bayi

yang akan dilahirkan dari penyakit tetanus. Sedangkan Imunisasi

adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu dan mencegah

terjadinya penyakit tertentu dan pemberiannya bisa berupa vaksin

(Syafrudin, dkk, 2011).

Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat

seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan

dilakukan pada minggu ke-4.

Tabel 2.5
Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid
Imunisasi Selang Waktu Lama Perlindungan
33

minimal pemberian
TT
Imunisasi TT
Langkah awal pembentukan

TT1 - kekebalan tubuh terhadap

penyakit Tetanus
1 bulan setelah
TT2 3 Tahun
TT1
6 bulan setelah
TT3 6 Tahun
TT2
12 Bulan setelah
TT4 10 Tahun
TT3
12 Bulan setelah
TT5 ≥25 Tahun
TT4

2. Dasar Teori Resiko Tinggi Kehamilan

a. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan dengan adanya

kondisiyang dapat menambah risiko terjadinya kelainan atau ancaman

bahaya pada janin.Pada kehamilan risiko tinggi terdapat tindakan

khusus terhadap ibu dan janin.

b. Faktor faktor resiko tinggi

Faktor yang mempengaruhi resiko tinggi ibu hamil yaitu 4

terlalu adalah Hamil terlalu muda (primi muda) usia ibu < 20 tahun,

hamil/ bersalin terlalu tua (grande multi) usia ibu > 35 tahun, terlalu

dekat jarak kehamilan atau persalinannya < dari 2 tahun, dan terlalu

banyak anak (anak lebih dari 4). Selain itu terdapat kondisi – kondisi

yang menyebabkan ibu hamil tergolong sebagai kehamilan risiko


34

tinggi, yaitu; ibu hamil dengan anemia dan malnutrisi, ibu hamil

dengan penyakit penyerta, adanya riwayat buruk pada kehamilan dan

persalinan yang lalu, ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145

cm, dan kehamilan yang tidak dikehendaki.

1) Terlalu Muda

a) Pengertian Terlalu Muda (Primi Muda)

Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada

usia kurang dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul belum

berkembang secara optimal dan kondisi mental yang belum siap

menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu (BKKBN,

2007:4).

b) Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara

lain:

Resiko bagi ibunya :

(1) Mengalami perdarahan.

(2) Kemungkinan keguguran / abortus.

(3) Persalinan yang lama dan sulit.

Resiko pada bayinya :

(1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

(2) Berat badan lahir rendah (BBLR).

(3) Cacat bawaan.

(4) Kematian bayi.

2) Terlalu Tua
35

a) Pengertian terlalu tua

Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia

≥ 35 tahun. Pada usia ini organ kandungan menua, jalan lahir

tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak

cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan.

b) Dampak Kehamilan Resiko Tinggi Pada Usia Tua

Resiko pada ibu :

(1) Memasuki usia 35, wanita sudah harus berhati-hati ketika hamil

karena kesehatan reproduksi wanita pada usia ini menurun. Kondisi

ini akan makin menurun ketika memasuki usia 40 tahun.

(2) Risiko penyakit-penyakit degeneratif (seperti tekanan darah tinggi,

diabetes) mulai muncul. Selain bisa menyebabkan kematian pada

ibu, bayi yang dilahirkan juga bisa cacat.

(3) Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan

komplikasi seperti, placenta previa, pre-eklampsia, dan diabetes.

(4) Risiko keguguran juga akan meningkat hingga 50 persen saat

wanita menginjak usia 42 tahun.

(5) Kualitas sel telur yang lemah menyebabkan penempelan janin pada

dinding rahim lemah sehingga sering menimbulkan perdarahan.

(6) Terjadi pre eklampsia

(7) Kesulitan melahirkan.

(8) Pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit sehingga bayi

bisa mengalami stres.

Resiko pada bayi :


36

(1) Kehamilan di atas usia 40 itu berisiko melahirkan bayi yang cacat.

(2) Kebanyakan akan mengalami penurunan stamina.

(3) Pada ibu hamil dengan usia 40 tahun ke atas kebanyakan tidak kuat

untuk mengejan karena nafas yang pendek. Akibatnya bayi bisa

mengalami stres karena saat proses persalinan pembukaan mulut

rahim akan terasa sulit.

3) Terlalu Dekat

a) Pengertian terlalu dekat jarak kehamilan

Terlalu Dekat Jarak Kehamilan adalah jarak antara kehamilan

satu dengan berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Kondisi

rahim ibu belum pulih, waktu ibu untuk menyusui dan merawat

bayi kurang.

b) Resiko Yang Dapat Terjadi

resiko yang mungkin terjadi pada kehamilan jarak dekat adalah :

(1) Keguguran

(2) Anemia

(3) Bayi lahir belum waktunya

(4) Berat badan lahir rendah (BBLR)

(5) Cacat bawaan

(6) Tidak optimalnya tumbuh kembang balita

(7) Perdarahan pada persalinan.

c) Alasan yang perlu diketahui :

(1) Kondisi rahim ibu belum pulih

(2) Dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan


37

(3) Waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang

4) Terlalu Sering

a) Pengertian Terlalu Banyak Anak (Grande Multi)

Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah

hamil atau melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih.  Kemungkinan

akan di temui kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dinding

perut, tampak pada ibu dengan perut yang menggantung.

b) Resiko Yang Akan Terjadi

Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu banyak

anak (4 kali melahirkan) adalah:

(a) Kelainan letak, persalinan letak lintang

(b) Robekan rahim pada kelainan letak lintang

(c) Persalinan lama karena elastisitas uterus semakin terganggu

akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna sehingga

bisa menyebabkan perdarahan.

(d) Perdarahan pasca persalinan, Atonia uteria (relaksasi otot

uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah

dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).

Tanda dan gejala antonia uteri:

(1) Perdarahan pervaginam, Perdarahan yang terjadi pada

kasus atonia sangat banyak dan darah tidak merembes.

Peristiwa yang sering terjadi pada kondisi ini adalah darah

keluar disertai gumpalan . Hal ini terjadi karena


38

tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti

pembeku darah.

(2) Konsistensi rahim lunak, Gejala ini merupakan gejala

terpenting / khas atonia dan yang membedakan atonia

dengan penyebab perdarahan lainnya.

(3) Fundus Uteri naik

(4) Terdapat tanda-tanda syok

(5) Nadi cepat dan lemah

(6) Tekanan darah yang rendah

(7) Pucat

(8) Keringat/ kulit terasa dingin dan lembab

(9) Pernapasan cepat

(10) Gelisah, bingung atau kehilangan kesadaran.

Penatalaksanaan perdarahan :

a) Resusitasi

Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka

penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan

pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,

monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen.

Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan

untuk persiapan transfusi darah.

b) Masase dan kompresi bimanual.

Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi

uterus yang akan menghentikan perdarahan.


39

Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max

15 detik)

(1) Jika uterus berkontraksi

Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus

berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks

mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.

(2) jika uterus tidak berkontraksi maka :

(a) Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari

vagina & lobang serviks

(b) Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong

(c) Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5

menit.

(d) Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit,

keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat

dengan ketat.

(e) Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga

untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal;

Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2

mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus

menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500

ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama

secepat mungkin; Ulangi KBI Jika uterus berkontraksi,

pantau ibu dengan seksama selama kala empatJika uterus

tidak berkontraksi maka rujuk segera.


40

c) Uterotonika

Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi

oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan

kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan

meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor

oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi

dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi

menyababkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM

atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan

ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa

diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek

samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu

nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi

cairan jarang ditemukan.

Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot

alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit

pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat

diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg,

dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika

diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal

dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat

juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh

diberikan pada pasien dengan hipertensi.


41

Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15

metil prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara

intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous,

intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM

0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis

maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai

untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1

g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif

tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin

seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan

bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja

juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-

kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan

gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal

ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.

Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan

kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik.

Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan

sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan

kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi

perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan

angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini

sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu


42

dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi

perdarahan masif yang terjadi.

c) Alasan yang perlu diketahui

(a) Dapat mengakibatkan terjadinya ganguan dalam kehamilan

(b) Dapat menghambat proses perslainan, seperti kelainan letak

(c) Tumbuh kembang anak kurang optimal

(d) Menambah beban ekonomi keluarga.

c. Efek Kehamilan Risiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi berisiko mengalami kelahiran bayi

prematur (<37 minggu). Kelahiran prematur tidak dapat dicegah

dengan intervensi apapun. Bayi dengan usia kehamilan 34-36 minggu

berisiko mengalami cerebralpalsy 3,4 kali lebih besar dibandingkan

dengan bayi matur. Bayi prematur juga 3 kali lebih berisiko

mengalami gangguan kognitif daripada bayi matur. Selain kelahiran

prematur, kehamilan kembar juga merupakan salah satu indikator

kehamilan risiko tinggi. Kehamilan kembar mempunyai risiko 3

kalilebih besar untuk menderita cerebral palsy dibandingkan dengan

kelahiran tunggal. Komplikasi dari hipertensi kronik juga berisiko

mengakibatkan 8-15% terjadinya fetal growth restriction (IUGR), 12-

34% berisiko terjadinya prematur,2 kali lebih berisiko mengalami

placenta abruption dan kematian perinatal. Ibu juga 2-4 kali berisiko

mengalami komplikasi lainnya yang diakibatkan hipertensi kronik.


43

Kematian dan kecacatan terbesar pada janin disebabkan oleh

komplikasi yang dialami ibu selama kehamilan, pada ibu dengan

diabetes gestasional.

Kematian terbesar ibu juga diakibatkan adanya persalinan

seperti perdarahan,hipertensi, thromboemboli, infeksi, stroke, infeksi

air ketuban, emboli air ketuban, penyakit jantung.

d. Kartu Skor Poedji Rochjati

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang

digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk

menemukan faktor risikoibu hamil, yang selanjutnya mempermudah

pengenalan kondisi untuk mencegahterjadi komplikasi obstetrik pada

saat persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi antara

checklist dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan system skor.

Kartu skor ini dikembangkan sebagai suatu tekologi sederhana,

mudah, dapat diterima dan cepat digunakan oleh tenaga non

professional.

Fungsi dari KSPR adalah:

1) Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.

2) Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.

3) Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana

(Komunikasi Informasi Edukasi/KIE).

4) Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.

5) Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan,

persalinan, nifasdengan kondisi ibu dan bayinya.


44

6) Audit Maternal Perinatal (AMP)

Sistem skor memudahkan pengedukasian mengenai berat

ringannya faktor risiko kepada ibu hamil, suami, maupun keluarga.

Skor dengan nilai 2, 4, dan 8 merupakan bobot risiko dari tiap faktor

risiko. Sedangkan jumlah skor setiap kontak merupakan perkiraan

besar risiko persalinan dengan perencanaan pencegahan. Kelompok

risiko dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) : Skor 2(hijau)

2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) : Skor 6-10 (kuning)

3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) : Skor ≥ 12 (merah)

Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok

faktor risiko pada penilaian KSPR.

(a) Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetrik)

(1) Primi muda : terlalu muda, hamil pertama

Usia 16 tahun atau kurang

(2) Primi Tua : terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun

(3) Primi Tua Sekunder : jarak anak terkecil >10 tahun

(4) Anak terkecil < 2 tahun : terlalu cepat memiliki anak lagi

(5) Grande multi : terlalu banyak memiliki anak,

anak ≥ 4

(6) Umur ibu ≥ 35 tahun : terlalu tua

(7) Tinggi badan ≤ 145 cm : terlalu pendek, belum pernah

Melahirkan normal dengan bayi

Cukup bulan dan hidup, curiga


45

Panggul sempit.

(8) Persalinan yang lalu dengan tindakan

(9) Bekas operasi sesar

(b) Kelompok Faktor Risiko II

(1) Penyakit ibu : anemia, malaria, TBC paru, payah jantung,

dan penyakit lain.

(2) Preeklampsia ringan

(3) Hamil kembar

(4) Hidramnion : air ketuban terlalu banyak

(5) IUFD (Intra Uterine Fetal Death) : bayi mati dalam

kandungan

(6) Hamil serotinus : hamil lebih bulan (≥ 42 minggu belum

melahirkan)

(7) Letak sungsang

(8) Letak Lintang

(c) Kelompok Faktor Risiko III

(1) Perdarahan Antepartum : dapat berupa solusio plasenta,

plasenta previa

(2) Preeklampsia berat/eklampsia.


46

Tabel 2.6
47

Skor Poedji Rochjati

I II III IV
Triwulan
SKO
KEL Masalah / Faktor Resiko III. III.
NO. R I II
F.R 1 2
Skor Awal Ibu Hamil 2
1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
I
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a. Tarikan tang/vakum
9 b. Uri dirogoh 4
c. Diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
a. Kurang Darah      b. Malaria, 4
      c. TBC Paru            d. Payah Jantung
11
         Kencing Manis (Diabetes) 4
        Penyakit Menular Seksual 4
12 Bengkak pada muka / tungkaidan tekanan darah tinggi. 4
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR

3. Konsep Dasar Obesitas Dalam Kehamilan

1. Pengertian (Sudirtayasa, 2014)


48

Obesitas atau kegemukan adalah kondisi kelebihan lemak

tubuh sehingga berat badan jauh melebihi berat badan normal.

Obesitas merupakan gangguan metabolik komplek yang disebabkan

oleh banyak faktor termasuk genetik dan faktor lingkungan, dimana

kejadian obesitas merupakan kombinasi dari kedua faktor tersebut.

Klasifikasi internasional untuk derajat tingkat obesitas

ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa

Tubuh (IMT) dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi

dengan kuadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman, 2007).

Rumus menentukan IMT : IMT = BB


TB²

Berikut ini tabel indeks massa tubuh dan kenaikan berat badan

yang direkomendasikan untuk ibu hamil.

Tabel 2.7
Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan

Kategori Indeks massa tubuh Rekomendasi kenaikan BB(kg)

Underweight <18.5 12.5-18

Normal 18.5-24.9 11.5-16

Overweight 25-29.9 7-11.5

Obese >30 5-9.1

Sumber : (Gunatilake, 2011)

Jika didapatkan berat badan yang meningkat melebihi

saran WHO tersebut, akan timbul penyulit-penyulit yang

berhubungan dengan kehamilan dan keseluruhan proses

persalinan pada bayi dan atau ibu, seperti berat badan bayi
49

diatas rata-rata normal pada saat lahir(makrosomia), lama

persalinan yang memanjang sehingga meningkatkan angka

kebutuhan persalinan dengan prosedur seksio sesaria serta

resiko terjadinya gawat janin yang meningkat (Rusli, Awang

irawan et al, 2016).

2. Patofisiologi Obesitas

Secara patofisiologi, obesitas merupakan proses

penimbunan trigliserol berlebihan pada jaringan adipose karena

imbalance (ketidakseimbangan antara asupan energi dengan

penggunaannya) (Sudirtayasa, 2014). Peningkatan berat badan

ibu hamil yang berlebih identik dengan penumpukan jaringan

adiposa yang merupakan produsen senyawa pengganggu

hemostatis kardiovaskuler, seperti IL-6, produksi CRP yang

meningkat. Akibatnya resiko penyakit kardiovaskuler menjadi

bertambah. Hal ini meningkatkan resiko diabetes gestasional,

mengingat resistensi insulin pada ibu hamil mengalami

penurunan (Rusli, Awang Irawan et al, 2016).

3. Etiologi Obesitas

Pada dasarnya obesitas yang dialami oleh seseorang

dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu (Sudirtayasa, 2014):

a. Pola makan yang berlebihan

Orang obesitas biasanya lebih responsif terhadap

makanan dari pada orang normalKurang gerak/ kurang

olahraga
50

b. Faktor lingkungan

Apabila seseorang itu hidup di dalam

kebudayaan yang menyatakan bahwa seseorang yang

gemuk itu makmur dan sejahtera, maka seseorang tidak

akan peduli dengan apa yang menyebabkan kegemukan,

lebih lagi jika tidak ada permasalahan psikologi yang

menyertai.

c. Genetik

Apabila kita lihat sekilas, orang tua yang gemuk

akan memiliki anak yang gemuk pula.

4. Faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan dalam kehamilan

(ifalamah, 2015)

Faktor yang mempengaruhi berat badan ibu hamil antara lain:

pengetahuan tentang gizi, faktor sosial, kepadatan penduduk dan

kemiskinan.

5. Faktor yang mempengaruhi berat bayi (Puspitasari, Cinde et al,

2011)

e. Berat Badan Selama Kehamilan

Peningkatan berat badan dalam kehamilan terjadi karena

adanya pertumbuhan janin dan perubahan beberapa tempat

dari tubuh ibu. Sebagai respon terhadap pertumbuhan janin

dan plasenta yang cepat serta kebutuhan yang semakin

meningkat, wanita hamil mengalami perubahan metabolik.

f. Metabolisme Energi
51

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme

energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya

meningkat selama kehamilan.

g. Faktor Genetik

Faktor-faktor genetik dari orang tua dapat

mempengaruhi berat lahir bayi. Diperkirakan 40% dari

seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi

genetik ibu dan janin.

h. Usia Ibu

Usia kurang dari 20 tahun dan lenih dari 35 tahun

beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah.

i. Ukuran pembuluh darah dari ibu hamil ke rahim dan

plasenta, yang menjadi saluran makanan untuk janin di

dalam kandungan. Rahim wanita yang tidak hamil menerima

suplai darah sekitar 50 ml per menit.

Sedangkan pada saat hamil, pembuluh darah rahim

menerima suplai darah sekitar 600 ml per menit. Sehingga

apabila terjadi gangguan perkembangan pembuluh darah

rahim, janin di dalam kandungan tidak akan tumbuh dengan

baik (Susanti,erni, 2014).

j. Kondisi Stres Ibu

Kondisi stres, cemas dan dengan depressive symptoms

dapat memicu meningkatnya sekresi hormon kortikotropin

(CRH) yang diketahui berhubungan dengan hormon


52

oksitoksin dan prostaglandin.

k. Pendidikan ibu

Ibu yang berpendidikan akan lebih mengetahui

kebutuhan gizi ideal ketika hamil, sehingga lebih

mempertimbangkan kebutuhan fisiologis daripada sekedar

kepuasan psikis.

l. Tingkat sosial ekonomi

Pertambahan berat badan kehamilan dipengaruhi oleh

tingkat sosial, ekonomi, dan gaya hidup. Hubungan

Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan Dengan Berat

Bayi

Peningkatan berat badan ibu selama hamil menandakan adaptasi

ibu terhadap pertumbuhan janin. Adapun komponen pertambahan

berat badan secara umum dibagi dua yaitu produk kehamilan (janin,

cairan amnion,placenta ) dan jaringan tubuh ibu ( darah, cairan

ekstravaskuler, uterus, payudara, lemak ) dan proporsi pertambahan

berat badan yaitu untuk janin 25-27 % dari pertambahan BB ibu,

placenta 5 % dari pertambahan BB ibu, cairan amnion 6 % dari

pertambahan BB ibu, ekspansi volume darah 10 % dari

pertambahan BB ibu, pertumbuhan uterus dan payudara 1 % dari

peningkatan BB ibu, peningktan cairan ekstraseluler 13 % dari

pertambahan BB ibu dan peningkatan lemak 25 - 27 % dari

pertambahan BB ibu. Dulu ada pendapat bahwa kenaikan berat


53

badan ibu hamil harus dibatasi sampai sekitar 7,5 kg, sekarang

ternyata bahwa pertambahan berat sejumlah ini tidaklah mencukupi.

Ada banyak resiko bila kenaikan berat badan terlalu besar;

penilaian dan pengukuran janin menjadi sullit, berat badan

berlebihan terlalu membebani kerja otot dan berakibat sakit

punggung, nyeri pada kaki, bertambanya keletihan dan varices, bayi

menjadi terlalu besar sehingga sulit bahkan tidak mungkin untuk

lahir melalui vagina. Dengan demikian dari teori – teori yang

diungkapkan di atas dan dari hasil penelitihan bahwa kenaikan berat

badan ibu hamil mempengaruhi berat badan bayi baru lahir.

Oleh karena itu diperlukan asuhan antenatal yang baik dan

sesuai standar untuk memonitor adanya suatu komplikasi –

komplikasi dalam kehamilan, termasuk kenaikan berat badan ibu

hamil yang tidak sesuai dengan pertambahan.

6. Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

Komponen pertambahan berat badan selama hamil secara umum

dibagi dua, yaitu produk kehamilan (janin, cairan amnion, plasenta)

dan jaringan tubuh ibu (darah, cairan ekstravaskuler, uterus,

payudara, lemak).

Peningkatan berat badan tersebut adalah sebanyak 15% dari

sebelumnya. Proporsi pertambahan berat badan tersebut yaitu janin

25-27%, plasenta 5%, cairan amnion 6%, ekspansi volume darah

25-27%, peningkatan lemak tubuh 25-27%, peningkatan cairan

ekstra seluler 13%, pertumbuhan uterus dan payudara 11%,


54

Menurut Mansjoer (2010) berat badan ibu hamil bertambah 0,5 kg

per minggu atau 6,5-16 kg selama kehamilan.

Selama trimester I kenaikan berat badan pada ibu hamil

sebaiknya 1-2 kg, sementara pada trimester II dan III sekitar 0,3-

0,5kg tiap minggunya (Arisman, 2008).

Tabel 2.8
Pertambahan Berat Ibu dan Janin Sesuai Usia Kehamilan
USIA RATA-RATA RATA-RATA PENAMBAHAN
KEHAMILAN BERAT BB IBU
JANIN
8-9 mgg 1 gr 0,5 kg
9-10 mgg 4 gr 0,7 kg
10-11 mgg 10 gr 0,9 kg
11-12 mgg 15 gr 1,1 kg
12-13 mgg 20 gr 1,4 kg
13-14 mgg 50 gr 1,7 kg
14-15 mgg 85 gr 2,0 kg
15-16 mgg 100 gr 2,3 kg
16-17 mgg 110 gr 2,7 kg
17-18 mgg 180 gr 3,0 kg
18-19 mgg 210 gr 3,4 kg
19-20 mgg 300 gr 3,8 kg
20-21 mgg 325 gr 4,3 kg
21-22 mgg 400 gr 4,7 kg
22-23 mgg 485 gr 5,1 kg
23-24 mgg 550 gr 5,5 kg
24-25 mgg 685 gr 5,9 kg
25-26 mgg 750 gr 6,4 kg
26-27 mgg 890 gr 6,8 kg
27-28 mgg 1000 gr 7,2 kg
28-29 mgg 1150 gr 7,4 kg
29-30 mgg 1300 gr 7,7 kg
30-31 mgg 1460 gr 8,1 kg
31-32 mgg 1610 gr 8,4 kg
32-33 mgg 1810 gr 8,8 kg
33-34 mgg 2000 gr 9,1 kg
34-35 mgg 2250 gr 9,5 kg
35-36 mgg 2500 gr 10,0 kg
36-37 mgg 2690 gr 10,4 kg
37-38 mgg 2900 gr 10,5 kg
55

38-39 mgg 3050 gr 11,0 kg


39-40 mgg 3200 gr 11,3 kg
Sumber :Ibuhamil.com, 2013

7. Komplikasi (Sudirtayasa, 2014)

1. Kehamilan

a) Diabetes

Diabetes tersebut bisa disebabkan karena penumpukan kadar

lemak di dalam tubuh ibu hamil sehingga bisa menyebabkan

penyerapan kadar gula di dalam tubuh menjadi menurun.

b) Sesak Nafas

Nafas cenderung terlihat lebih pendek dibandingkan dengan

ibu hamil yang memiliki berat badan ideal. Hal itu bisa diakibatkan

oleh jaringan lemak di dalam tubuh yang menghalangi dan

menyempitkan saluran nafas di dalam tubuh

c) Jantung

Lemak yang banyak dan menumpuk di dalam tubuh ibu hamil

bisa menyebabkan ibu hamil terkena penyakit jantung atau gangguan

jantung.

d) Preeklamsi

Walaupun obesitas hanya sebagai faktor resiko

terjadinya preeklamsi tetapi perlu dilakukan pengawasan rutin

terhadap tekanan darah ibu. Ibu hamil yang mengalami

kegemukan atau obesitas sangat rentan untuk terkena

preeklamsia. Preeklamsia bisa dikarenakan kegemukan dan


56

tekanan darah yang tinggi.

2. Persalinan

a. Distosia Bahu

Disebabkan ukuran bayi yang terlalu besar (makrosomia)

sehingga bahu tersangkut dibawah simpisis. Penelitian menunjukkan

bayi yang lahir dari ibu obesitas memiliki massa lemak yang lebih

banyak dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu dengan BMI

normal.

b. Operasi Caesar

Ibu yang memiliki bayi dengan berat badan yang berlebihan

memiliki resiko tidak bisa melahirkan secara normal sebab

sempitnya jalan lahir pada bayi.

c. Partus Lama

Dari beberapa literatur menunjukkan bukti bahwa kontraksi

uterus pada wanita obesitas terganggu (Huda, 2010). Pada saat

persalinan terdapat empat hormon yang berperan aktif dalam

memperlancar proses persalinan yaitu oksitosin (sang hormon cinta),

endorfin (sang hormon kegembiraan, adrenalin dan noradrenalin

(hormon eksitasi) dan prolaktin (hormon keibuan) (Odent, 2008).

Obesitas mengakibatkan terganggunya aktivitas metabolik atau

hormon dalam tubuh sehingga proses persalinan menjadi lebih lama

(bahaya obesitas, 2017).

3. Nifas
57

Ibu hamil yang memiliki obesitas sehabis persalinan bisa

mengalami infeksi. Infeksi itu diakibatkan oleh penyumbatan

pembuluh darah oleh lemak yang dimilikinya. Penumpukan lemak

yang berlipat- lipat di lapisan kulit ibu hamil sangat memungkinkan

bagi kuman berkembang biak. Pada obesitas terjadi gangguan

proliferasi limfosit dan penurunan produksi CD8+ dan NKT sel

sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi luka jahit paska

persalinan dibandingkan dengan wanita berat badan normal

(Sarbattama dkk., 2013).

4. Neonatus

a) Diabetes Pada Bayi

Jika ibu hamil mengalami diabetes, akibatnya adalah bayi yang

dikandung oleh ibu akan mengalami diabetes juga. Hal itu dikarenakan

faktor turunan atau genetika dari ibunya. Diabetes pada dasarnya akan

diturunkan, bahayanya jika saat hamil sudah mengalami diabetes.

Diabetes itu bisa langsung diturunkan kepada bayi yang ada di dalam

kandungan sang ibu.

b) Makrosomia (Bayi besar)

Pada penelitian epidemiologi didapatkan bahwa wanita hamil

obesitas dengan janin overnutrisi berpotensi untuk tumbuh menjadi

obesitas. Penelitian tersebut menunjukkan bayi yang lahir dari ibu

obesitas memiliki massa lemak yang lebih banyak dibandingkan

dengan bayi yang lahir dari ibu dengan BMI normal.


58

c) IUGR

Bukan hanya bayi makrosomia yang ditemukan pada

kehamilan dengan obesitas tetapi juga didapatkan bayi IUGR (Intra

Uterine Growth Restriction)

8. Pencegahan Obesitas Pada Saat Kehamilan

5. Langkah pertama yang perlu dilakukan jika ibu baru menginjak

trimester 1 yaitu pemeriksaan gula darah, tekanan darah dan

pengukuran berat badan. Selanjutnya, dilakukan pemantauan terhadap

perkembangan janin.

6. Langkah yang lain yaitu dengan mengatur pola makan dan dianjurkan

untuk melakukan aktivitas fisik.

9. Prinsip Diet Ibu Hamil Dengan Obesitas

7. Selalu sarapan

Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya

nutrisi saat sarapan. Pilih makanan berserat serta rendah kandungan

lemak dan gula

Pada ibu hamil konsumsi gula yang berlebihan cenderung

menimbulkan perasaan mudah lapar. Sediakan berbagai buah atau

sayuran untuk dijadikan sebagai makanan selingan. Konsumsi ikan,

unggas, daging tanpa lemak, keju, susu skrim, brokoli, wortel, dan

labu.

8. Jadikan buah sebagai camilan


59

Ini sangat bermanfaat karena buah kaya akan vitamin yang sangat

bermanfaat bagi perkembangan janin dan juga ibu sendirian.

9. Perbanyak minum air putih, minimal 8 gelas per hari

Pada waktu hamil seringkali dehidrasi disalah artikan dan

dianggap sebagai rasa lapar. Akibatnya, terjadi kelebihan kalori dari

yang biasanya. Perlu diingat apabila sudah memenuhi kebutuhan gizi

seperti biasanya tetapi masih merasa lapar berarti yang dibutuhkan

adalah minum yang sebanyak-banyaknya.

4. Konsep Dasar Teori Persalinan

Menurut Sumarah (2008) persalinan dan kelahiran merupakan

kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan.. Hal ini bertujuan untuk

mendeteksi adanya komplikasi yang beresiko pada saat persalinan nanti,

sehingga akan tercipta persalinan normal, aman bagi ibu dan bayinya

(Abdilla, 2011).

Jenis persalinan berdasarkan caranya, dikelompokkan menjadi 4

cara yaitu (Mochtar dalam Dwi lestary ,2015) :

1. Persalinan Spontan, persalinan yang berlangsung dengan kekuatan

sendiri.

2. Persalinan Normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada usia

cukup bulan ( aterm 37-42 minggu ), pada janin letak memanjang,

presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta

dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dengan waktu kurang dari 24

jam tanpa tindakan / pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.


60

3. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi jika kekuatan yang

diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan

rangsangan, yaitu merangsang otot rahim berkontraksi seperti dengan

menggunakan prostaglandin, oksitosin, atau memecahkan ketuban.

4. Persalinan tidankan, adalah persalinan yang tidak dapat berjalan

normal scara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat

insikasi adanya penyulit persalinan sehingga persalinan dilakukan

dengan memberikan tindakan menggunakan alat bantu.

Tanda-tanda Persalinan menurut (Mochtar, 2013) sebagai berikut:

1) Tanda pendahuluan:

a) Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul.

b) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.

c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d) Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor

pains”.

e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya

bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).

2) Tanda Pasti Persalinan meliputi:

a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan

teratur.
61

b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks.

c) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada

pembukaan.

Menurut Rukiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi

persalinan, yaitu faktor power, faktor passenger, faktor passage, faktor

psyche dan penolong yaitu :

a. Faktor Power (Kekuatan) Power adalah kekuatan janin yang

mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar

dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi

diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan

sempurna (Oxorn, 2010). His Dibagi Menjadi 2 yaitu menurut Bobak

(2004) :

His Palsu : His adalah kontraksi otot-otot rahim pada

persalinan. Pada bulan terakhir dari kehamilan sebelum persalinan

dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau

his palsu, yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari pada

kontraksi Braxton Hiks. His pendahuluan ini tidak teratur dan

menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha tidak

menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian

bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi pendek dan tidak

bertambah kuat bila dibawa berjalan, malahan sering berkurang. His

pendahuluan tidak bertambah kuat dengan majunya waktu


62

bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat.

Yang paling penting ialah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai

pengaruh pada cervik.

Cara mengatasi His Palsu :

(a) Mengubah posisi tubuh. berganti posisi tubuh. Ketika kontraksi

terasa saat jalan-jalan, beristirahatlah.

(b) Lakukan teknik relaksasi sederhana seperti menarik napas

perlahan dan dalam-dalam untuk memberikan rasa nyaman.

(c) Minum atau makan. Minum segelas air putih atau teh yang

memberi efek menenangkan bisa membantu mengurangi rasa tak

nyaman tadi.

His persalinan :

Walaupun his itu suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang

fisiologis akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya,

bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel

dalam cervix dan segmen bawah rahim oleh serabut- serabut otot-otot

yang berkontraksi, regangan dari cervix karena kontraksi atau

regangan dan tarikan pada peritoneum waktu kontraksi. Perasaan

nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang

ditentukan oleh keadaan jiwanya. Kontraksi rahim bersifat otonom

tidak dipengaruhi oleh kemauan, walaupun begitu dapat dipengaruhi

dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan dapat menimbulkan

kontraksi.
63

Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan

ialah :

(a) Lamanya kontraksi : kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75 detik.

(b) Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intrauterine

sampai 35 mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan

mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam.

(c) Interval antara dua kontraksi : Pada permulaan persalinan his timbul

sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

Menurut faalnya his persalinan dapat dibagi dalam :

(a) His pembukaan ialah his yang menimbulkan pembukaan dari

cervix

(b) His pengeluaran ialah his yang mendorong anak keluar. His

pengeluaran biasanya disertai dengan keinginan mengejan.

(c) His pelepasan uri yang melepaskan uri.

b. Faktor Passanger (Bayi) Faktor lain yang berpengaruh terhadap

persalinan adalah faktor janin,yang meliputi sikap janin, letak janin,

presentasi janin, bagian terbawah janin, dan posisi janin (Rohani,

2011)

c. Faktor Passage (Jalan Lahir) Passage atau faktor jalan lahir dibagi

atas: a) Bagian keras : tulang-tulang panggul (rangka panggul). b)

Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligament ligament

(Asrinah, 2010)

d. Faktor psyche (Psikis) Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari

dukungan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi


64

ibu selama bersalin dan kelahiran anjurkan merreka berperan aktif

dalam mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang mungkin

akan sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk

didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu

untuk didampingi. (Rukiyah, 2009)

e. Penolong (Bidan) Peran dari penolong persalinan adalah

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada

ibu dan janin. Dalam hal ini proses persalinan tergantung dari

kemampuan atau ketrampilan dan kesiapan penolong dalam

menghadapi proses persalinan.Standar yang ditetapkan untuk

pertolongan persalinan normal adalah standar asuhan persalinan

normal (APN) yang terdiri dari 58 langkah dengan selalu

memerhatikan aspek 5 benang marah asuhan persalinan normal

(Saifuddin, 2010).

3) Persiapan Asuhan Persalinan

Menurut JNPK-KR tahun 2008 :

a) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi

Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi d rumah

(rumah ibu atau rumah kerabat), di tempat bidan, Puskesmas,

Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan

dan sarana yang memadai.Laksanakan upaya pencegahan infeksi

(PI) sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

b) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang

diperlukan untuk asuhan persalinan dan kelahiran bayi.


65

Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang

diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan

dan kelahiran bayi. Jika tempat persalinan dan kelahiran bayi akan

terjadi jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua keperluan

tersebut ke lokasi persalinan. Ketidakmampuan untuk

menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat

ensensial pada saat diperlukan akan meningkatkan risiko

terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga keadaan

ini dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka.

c) Persiapan rujukan

Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya.

Jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas

yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan/atau bayinya. Jika

perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua

asuhan/perawatan yang telah diberikan dan semua hasil

penilaian(termasuk partograf) untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

Singkatan BAKSOKUDA dapat digunakan untuk mengingat hal-

hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi :

B (Bidan) : Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir

didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten

untuk penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi

baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan

persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung


66

suntik, selang IV, alat resusitasi, dll) bersama ibu ke

tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan

tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam

perjalanan menuju fasilitas rujukan.

K (Keluarga) : Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir

ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu

dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan

merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut. Suami atau

anggota keluarga yang lain harus menemani ibu

dan/atau bayi baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.

S (Surat) : Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus

memberikan identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi

baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil

pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima

ibu dan/atau bayi baru lahir.Sertakan juga partograf

yang dipakai untuk membuat keputusan klinik.

O (Obat) : Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu

ke fasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin

akan diperlukan selama di perjalanan.

K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk

merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu,

pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai

tujuan pada waktu yang tepat.


67

U (Uang) : Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam

jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang

diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang

diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal

d fasilitas rujukan.

D (Donor Darah): Siapkan dari keluarga untuk menjadi pendonor atau

menyiapkan darah yang sama dengan ibu.

O (Doa) : Keluarga berdoa untuk kondisi ibu dan/atau bayi baru

lahir serta perjalanan menuju ke fasilitas rujukan

lancar.

Tahap Persalinan Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu:

1. Kala I

Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang

ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan

menyebakan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan

lengkap, fase Kala I Persalinan terdiri dari Fase Laten yaitu dimulai

dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4cm, kontraksi

mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, tidak terlalu

mules; Fase aktif dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10

menit, lamanya 40 detik atau lebih dan mules, pembukaan 4cm hingga

lengkap, penurunan bagian terbawah janin, waktu pembukaan serviks

sampai pembukaan lengkap 10 cm, fase pembukaan dibagi menjadi 2

fase, yaitu fase laten : berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi

sangat lambat sampai mencapai pembukaan 3 cm. Fase aktif : dibagi


68

dalam 3 fase yaitu fase akselerasi lamanya 2 jam dengan pembukaan 3

menjadi 4 cm, fase dilatasi 9 maksimal lamanya 2 jam dengan

pembukaan 4 menjadi 9 cm, fase deselerasi lamanya 2 jam

pembukaan dari 9 sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk

primigravida berlangsung 12 jam dengan pembukaan 1 cm per jam,

pada multigravida 8 jam dengan pembukaan 2 cm per jam.

Komplikasi yang dapat timbul pada kala I yaitu : ketuban pecah dini,

tali pusat menumbung, obstrupsi plasenta, gawat janin, inersia uteri.

(Rukiyah, 2009).

2. Kala II

Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap

tampak bagian kepala janin melalui pembukaan introitus vagina, ada

rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau

vagina, perinium terlihat menonjol, vulva dan springter ani membuka,

peningkatan pengeluaran lendir dan darah. (Asrinah, 2010) Dimulai

dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini

biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Pada

kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul sehingga

terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris

menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada rectum ibu merasa

seperti mau buang air besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu

his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perinium membuka,

perinium 10 meregang. Dengan adanya his ibu dan dipimpin untuk

mengedan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.


69

(Rukiyah, 2009) Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu :

eklamsi, kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung, penurunan

kepala terhenti, kelelahan ibu, persalinan lama, ruptur uteri, distocia

karena kelainan letak, infeksi intra partum, inersia uteri, tanda-tanda

lilitan tali pusat. (Rukiyah, 2009).

3. Kala III

Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan

berlangsungnya proses pengeluaran plasenta. Tanda-tanda pelepasan

plasenta : terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali

pusat memanjang atau menjulur keluar melalui vagina atau vulva,

adanya semburan darah secara tiba-tiba kala III, berlangsung tidak

lebih dari 30 menit. (Asrinah, 2010) Setelah bayi lahir, uterus teraba

keras dengan fundus uteri setinggi pusat beberapa menit kemudian

uterus berkontraksi lagi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah

bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta, disertai pengeluaran darah. Komplikasi yang

dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat atonia uteri,

retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali 11 pusat.

(Rukiyah, 2009)

4. Kala IV

Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

post partum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah sub

involusi dikarenakan oleh uterus tidak berkontraksi, perdarahan yang


70

disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, sisa plasenta.

(Sondakh, 2013)

Dalam mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa

tahap gerakan kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan

lahirnya seluruh anggota badan bayi (Ari Sulistyawati, 2010) :

1) Penurunan kepala

Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari

kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran

dari pasien.

2) Penguncian (engagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala

janin telah melalui lubang masuk panggul pasien

3) Fleksi

Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam

panggul, fleksi menjadi hal yang sangat penting karena dengan

fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak melalui

panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala

bertemu dengan dasar panggul, tahanannya akan

meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang sangat

diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin

sudah dalam keadaan fleksi maksimal.

4) Putaran paksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat

diameter anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala


71

menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari

panggul pasien. Kepala akan berputar dari arah diameter

kanan, miring ke arah diameter PAP dari panggul tetapi bahu

tetap miring ke kiri, dengan demikian hubungan normal antara

as panjang kepala janin dengan as panjang dari bahu akan

berubah dan leher akan berputar 45 derajat. Hubungan antara

kepala dan panggul ini akan terus berlanjut selama kepala

janin masih berada di dalam panggul.

Pada umumnya rotasi penuh dari kepala ini akan

terjadi ketika kepala telah sampai di dasar panggul atau segera

setelah itu. Perputaran kepala yang dini kadang-kadang terjadi

pada multipara atau pasien yang mempunyai kontraksi efisien.

5) Lahirnya kepala dengan ekstensi

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput

posterior. Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar

panggul, dimana gaya tersebut membentuk lengkungan carus,

yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian

leher belakang di bawah oksipuutakan bergeser ke bawah

simfisis pubis dan bekerja sebagai titik poros (hipomoklion).

Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan

tambahan di kepala yang menyebabkannya ekstensi lebih

lanjut saat lubang vulva vagina membuka lebar.

6) Restitusi
72

Restitusi ialah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik

ke kanan atau ke kiri, bergantung kepada arah dimana ia

mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior.

7) Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran

internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar

panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang

sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter yang

besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada

lubang vulva vaginal, dimana ia akan bergeser di bawah simfisis

pubis.

8) Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi

Bahu posterior akan mengembungkan perineum dan

kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu

dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan dilahirkan

mengikuti sumbu carus.

a. Kebutuhan dasar ibu bersalin (Saifuddin, 2010).

Tabel 2.9 Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Kala Asuhan kebidanan


Kala 1 1. Menghadirkan orang yang dianggap penting

oleh ibu seperti: suami, keluarga pasien, atau teman

dekat

2. Mengatur aktivitas dan posisi ibu

3. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his


73

4. Menjaga privasi ibu

5. Penjelasan tentang kemajuan persalinan

6. Menjaga kebersihan diri

7. Mengatasi rasa panas

8. Masase

9. Pemberian cukup minum

10. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong

11. Sentuhan
1. Memberi dukungan terus menerus kepada ibu

2. Menjaga kebersihan diri

3. Mengipasi dan masase

4. Memberikan dukungan mental

5. Menjaga kandung kemih tetap kosong

6. Memberikan cukup minum

Kala 2 7. Memimpin mengedan

8. Bernafas selama persalinan

9. Pemantauan denyut jantung janin

10. Melahirkan bayi

11. Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala

sampai seluruh tubuh

12. Merangsang bayi


Kala 3 1. Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin

2. Memberikan oksitosin

3. Melakukan pengangan tali pusat terkendali atau

PTT
74

4. Masase fundus
1. Ikat tali pusat

2. Pemeriksaan fundus dan masase

3. Nutrisi dan hidrasi

4. Bersihkan ibu

Kala 4 5. Istirahat

6. Peningkatan hubungan ibu dan bayi

7. Memulai menyusui

8. Menolong ibu ke kamar mandi

9. Mengajari ibu dan anggota keluarga.


Sumber:60 langkah asuhan persalinan normal (APN, 2013)

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II.

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitrosin dan memasukkan 1 buah alat suntik

sekali pakai 3 cc ke dalam partus set.

3) Memakai celemek plastik.

4) Memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun di air mengalir.

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang digunakan

untuk periksa dalam.

6) Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi

dengan oksitosin dan letakkan dan letakkan kembali kedalam

partus set. Bila ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher pada

partus set.
75

7) Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT

(basah) dengan gerakan vulva ke perineum (bila daerah perineum

dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu keluar, bersihkan daerah

tersebut dari kotoran).

8) Melakukakan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, membuka srung tangan secara terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,

pastikan DJJ dalam batas normal.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his, bila ia sudah merasa

ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu saat

meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang

kuat, bantu ibu keposisi setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat

untuk meneran.

14) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 sampai 6 cm,

letakkan handuk bersih, pada perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.
76

16) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

17) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

18) Saat Sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan

melindungi perineum dengan diaalas lipatan kain dibawah bokong,

sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi

defleksi maksimal saat kepala lahir. Minta ibu untuk tidak meneran

dengan nafas pendek-pendek. Bila didapatkan mekonium pada air

ketuban, segera setelah kepala lahir lakukan penghisapan pada

mulut dan hidung bayi menggunakan penghisap lendir De Lee.

19) Menggunakan kassa/kain bersih untuk membersihkan muka bayi

dari lendir dan darah.

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21) Menunggu hingga kepala bayi selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22) Setelah bayi menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan

biparietal kepala bayi, tarik secara hati-hati kea rah bawah sampai

bahu anterior/depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas

sampai bahu posterior/belakang lahir.Bila terdapat lilitan tali pusat

yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar, minta ibu

berhenti meneran, dengan perlindungan tangan kiri pasang klem di

dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat di antara kedua

klem tersebut.
77

23) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher, dan

bahu bayi bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian

bawah kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada/punggung

bayi, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu bayi bagian

anterior saat badan dan lengan lahir.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang kea

rah bokong dan tungkai bawah bayi untuk memegang tungkai

bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut bayi).

25) Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan

kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke penolong.

Nilai bayi, kemudian letakkan diatas perut ibu dengan posisi kepala

lebih rendah dari badan (bila tali pusat pendek, letakkan bayi

ditempat yang memungkinkan).

26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi

kecuali bagian tali pusat.

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari

umbilicus bayi. Melakukan urutan tali pusat kea rah ibu dan

memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.

28) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangn kiri,

dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat

diantara 2 klem.

29) Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,

membungkus bayi hingga kepala.

30) Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.
78

31) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.

32) Memberitahu ibu akan disuntik.

33) Menyuntikan oksitosin 10 unit secara intramuscular pada bagian

1/3 atas luar paha kanan setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu

untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh

darah.

34) Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35) Meletakkan tangan kiri di atas simfisis menahan bagian bawah

uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan

klem atau kain kassa dengan jarak 5-10 cm dari vulva.

36) Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah

dorso cranial. Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau

keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

37) Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat

bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu

untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat

kearah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan lahir

hingga plasenta tampak pada vulva.

38) Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.


79

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan massase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus

teraba keras).

40) Sambil tangan kiri melakukan massase pada fundus uteri, periksa

bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban

sudah lahir lengkap, dan memasukkan dalam kantong plastic yang

tersedia.

41) Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perineum

yang menyebabkan perdarahan aktif. Bila ada lakukan penjahitan.

42) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan

pervaginam, pastikan kontrksi uterus baik.

43) Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah didalam larutan

klorin 0,5% kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung

tangan dengan air yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya.

44) Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan

simpul mati.

45) Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya.

46) Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam

wadah berisi larutan klorin 0,5%.

47) Membungkus kembali bayi.

48) Berikan bayi pada ibu untuk disusui.


80

49) Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan

pervaginam dan tanda vital ibu.

50) Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki

kontraksi baik dan mengajarkan massase uterus apabila kontraksi

uterus tidak baik.

51) Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi.

52) Memeriksa nadi ibu.

53) Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%.

54) Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang di sediakan.

55) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan

menggantikan pakainnya dengan pakaian yang kering/bersih.

56) Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan secara terbalik dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5%.

59) Mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.

60) Melengkapi partograf.

b. Partograf
81

Partograf adalah suatu alat untuk mencatat hasil observasi

dan pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan

alat utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada

persalinan kala I (Sumarah, dkk, 2009).

Patograf bertujuan untuk mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan dengan memeriksa pembukaan serviks

berdasarkan periksa dalam, mendeteksi apakah proses persalinan

berjalan secara normal, dengan demikian dapat mendeteksi dini

kemungkinan terjadinya partus lama.

Bagian-bagian dari partograf yaitu kemajuan persalinan

yaitu Pembukaan serviks, turunnya bagian terendah dan kepala

janin, Kontraksi uterus.Kondisi janin yaitu denyut jantung janin,

warna dan volume air ketuban, moulase kepala janin. Kondisi Ibu

yaitu tekanan darah, nadi, dan suhu badan, volume urine, obat dan

cairan (Sumarah, dkk,2009).


82

Gambar 2.1
partograf tampak depan
83

Gambar 2.2
Partograf tampak belakang
a. Fase laten memanjang
84

5. Konsep Dasar Fase Laten Memanjang

1) Definisi

Partus lama merupakan fase laten lebih dari 8 jam yang

persalinannya telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir,

disertai dengan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada

persalinan fase aktif. (Saifuddin, 2006).

Partus lama adalah berlangsung lebih dari 24 jam yang

dinyatakan lama jika terjadi keterlambatan 2-3 jam di belakang

partograf normal. (David, 2008).

Persalinan dengan kala 1 memanjang adalah persalinan yang

fase latennya berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju

pembukaanya tidak adekuat atau bervariasi kurang dari 1 cm setiap

jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan,

kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida, lebih dari 12 jam sejak

pembukaan 4 cm sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per

jam). Insiden ini terjadi pada 5 persen persalinan dan pada

primigravida insidenya dua kali lebih besar dari pada

multigravida(Saifuddin, 2009)

2) Definisi

Menurut Rustam Moctar (Sinopsis Obstetri, 2000) pada

dasarnya fase laten memanjang dapat disebabkan oleh:

(a) His tidak etiologi efisien (Adekuat)

(b) Tali pusat pendek


85

(c) Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina,

tumor)

(d) Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah

masuk inpartu atau belum

3) Klasifikasi

Diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a) Fase laten memanjang ( prolonged latent phase) Adalah fase

pembukaan serviks yang tidak melewati 3 cm setelah 8 jam inpartu

(Saifuddin, 2009).

b) Fase aktif memanjang ( prolonged active phase) Adalah fase yang

lebih panjang dari 12 jam dengan pembukaan serviks kurang dari

1,2 cm per jam pada primigravida (Oxon, 2010) (d) Patofisiologi

Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi

kelainan letak janin seperti letak sungsang, letak lintang, presentasi

muka, dahi dan puncak kepala, kelainan panggul seperti pelvis

terlalu kecil dan CPD( cephalopelvic disproportion), kelainan his

seperti inersia uteri, incoordinate uteri action. Kelainan- kelainan

tersebut sangat lambat, akibatnya kala I menjadi lama (Saifuddin,

2009).

4) Tanda dan Gejala Klinik

a) Pada ibu Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi

cepat, pernapasan cepat, dan meteorismus. Didaerah lokal sering

di jumpai edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat

mekonium.
86

b) Pada janin :

 Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah

his. Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30

menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama kala dua. Jika

terdapat gawat janin, lakukan seksio sesarea

 Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau

bercampur darah, pikirkan kemungkinan gawat janin.

 Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban

pecah, pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air

ketuban yang mungkin menyebabkan gawat janin. Perbaiki

keadaan umum dengan : - Memberikan dukungan emosi. Bila

keadaan masih memungkinkan anjurkan bebas bergerak,

duduk dengan posisi yang berubah (sesuaikan dengan

penanganan persalinan normal). - Berikan cairan baik secara

oral atau parenteral dan upayakan buang air kecil (hanya perlu

katerisasi bila memang diperlukan). (Saifuddin, 2006).

5) Penanganan

Bidan di daerah pedesaan dengan polindesnya diharapkan

dapat mengambil bagian terbesar pada pertolongan persalinan normal

dengan menggunakan partograf World Health Organisation (WHO).

Kewaspadaan dalam pertolongan persalinan sudah dilakukan sejak

semula, dengan melakukan observasi (kontraksi,his, penurunan bagian

terendah, pembukaan) sehingga setiap saat keadaan ibu dan janin

dapat diketahui dengan pasti.


87

a) Penanganan Umum

 Nilai cepat keadaan umum wanita hamil tersebut

termasuk tanda-tanda vital tingkat hidrasinya.

 Periksa denyut jantung janin selama atau segera

sesudah his. Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya

sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit

selama kala II.

 Memperbaiki keadaan umum :

(a) Sdvs Dengan memberikan dukungan emosional, bila

keadaan masih memungkinkan anjurkan bebas

bergerak duduk dengan posisi yang berubah.

(b) Berikan cairan searah oral atau parenteral dan upaya

buang air kecil.

(c) Berikan analgesia : tramadol atau petidin 25 mg IM

(maksimum 1 mg/kg BB), jika pasien merasakan nyeri

yang sangat.

b) Penanganan Khusus

 Persalinan palsu / belum inpartu (False labor) Bila his

belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh

pulang. Periksa adanya infeksi saluran kencing. Ketuban

pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara

adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan.

 Fase laten yang memanjang (Prolonged latent phase)

Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara


88

retrospektif. Bila his terhenti disebut persalinan palsu atau

belum inpartu. Bila mana kontraksi makin teratur dan

pembukaan bertambah sampai 3 cm, pasien tersebut

dikatakan masuk fase laten. Apabila ibu berada dalam

fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada kemajuan,

lakukan pemeriksaan dalam.

 Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan

serviks tidak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang

diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan

inpartu

 Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan

pembukaan serviks, lakukan drips oksi dengan 5 unit

dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes

per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his

adekuat maksimum 40 tetes per menit atau berikan

preparat prostaglandin lakukan penilaian 4 jam.

 Bila didapatkan adanya tanda amnionitis, berikan induksi

dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose mulai

dengan 8 tetes per menit, setiap 15 menit di tambah 4

tetes sampai his yang adekuat (maksimum 40 tetes per

menit) atau di berikan preparat prostaglandin serta obati

infeksi dengan ampisilin 2 gr Intra Vena (IV) sebagai

dosis awal dan 1 gr Intra vena (IV) setiap 6 jam dan

gentamisin 2 X 80 mg.
89

6) Hubungan partus lama dengan perdarahan

ibu dengan partus lama yang mengalami perdarahan

postpartum dini yaitu 72% dengan jumlah kejadian perdarahan

postpartum dini adalah 30 kasus. Majalah Kesehatan FKUB Vol 3, No

4, Desember 2016 195 Semakin lama proses persalinan maka

kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum dini semakin

besar. (Siti Candra Windu Baktiyani, dkk. 2016).

7) Induksi

1) Hubungan perdarahan dengan induksi persalinan

Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai

berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan

dengan jalan merangsang timbulnya his. (Saifuddin, 2010).

Dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan hasil yaitu

ada hubungan antara perdarahan postpartum pada ibu bersalin

dengan induksi persalinan. Hasil ini sesuai dengan jurnal

penelitian menurut Khireddine (2013) dalam jurnalnya yang

berjudul “Induction of Labor and Risk of Postpartum

Hemorrhage in Low Risk Parturients” mengatakan bahwa

induksi dapat berisiko tinggi terhadap terjadinya perdarahan

postpartum jika dalam induksi persalinan dilakukan pada

situasi kandungan yang tidak menguntungkan. Beberapa

hipotesis menjelaskan perdarahan postpartum dapat terjadi

karena obat yang digunakan untuk menginduksi persalinan

mungkin memiliki efek langsung pada otot rahim dan juga


90

faktor kelelahan pada otot miometrium sehingga menyebabkan

atonia uteri serta mungkin HPP (Haemorrhage Postpartum).

hasil penghitungan odds ratio (OR) pada induksi

persalinan dengan kejadian perdarahan postpartum adalah

3,931. Nilai tersebut menunjukan bahwa ibu bersalin dengan

induksi persalinan memiliki risiko 4 kali lebih besar

mengalami perdarahan dibandingkan dengan ibu bersalin

tanpa diinduksi.

Menurut Oxorn 2013 dalam Resiko induksi persalinan

yang mungkin terjadi diantaranya adalah adanya kontraksi

rahim yang berlebihan sehingga mengakibatkan kelelahan otot

rahim yang sangat berisiko terjadinya perdarahan post partum.

Dalam penelitian Khireddine (2013) menyebutkan bahwa ibu

bersalin yang diinduksi memiliki risiko 1.28 kali lebih tinggi

dibandingkan ibu bersalin normal. Induksi dapat berisiko

tinggi terhadap terjadinya perdarahan postpartum jika dalam

induksi persalinan dilakukan pada situasi kandungan yang

tidak menguntungkan.

Beberapa hipotesis menjelaskan perdarahan

postpartum dapat terjadi karena obat yang digunakan untuk

menginduksi persalinan mungkin memiliki efek langsung pada

otot rahim dan faktor kelelahan pada otot miometrium

sehingga menyebabkan atonia uteri dan mungkin HPP.


91

2) Hubungan perdarahan post partum dengan partus lama

Kejadian partus lama pada ibu bersalin di RSUD

Panembahan Senopati Bantul pada tahun 2016 adalah

sebanyak 30 (52,6) responden dari kelompok kasus ibu

bersalin dengan perdarahan postpartum. Persalinan telah

berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi

serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Saifuddin

2010). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan

antara perdarahan postpartum pada ibu bersalin dengan

partus lama.

Oxorn (2013) menyatakan bahwa efek dari partus lama

adalah kegagalan myometrium berkontraksi yang merupakan

penyebab utama perdarahan postpartum. Faktor predisposisi

yang utama adalah persalinan lama, yang merupakan

penyebab terbesar atonia uteri. Efek berbahaya yang

ditimbulkan oleh partus lama adalah mengakibatkan kelelahan

rahim sehingga rahim cenderung berkontraksi lemah (atonia

uteri).

Pada ibu yang mengalami persalinan lama akan

mengalami keletihan, sehingga dia kurang mampu bertahan

terhadap kehilangan darah yang kemudian dapat berakhir

dengan kematian. Hal ini menunjukan bahwa ibu bersalin

dengan partus lama memiliki risiko empat kali lebih besar

mengalami perdarahan dibandingkan dengan ibu bersalin tidak


92

partus lama. Faktor predisposisi pedarahan yang utama adalah

persalinan lama, yang merupakan penyebab terbesar atonia

uteri.

Efek berbahaya yang ditimbulkan oleh partus lama

adalah mengakibatkan kelelahan rahim sehingga rahim

cenderung berkontraksi lemah (atonia uteri). Pada ibu yang

mengalami persalinan lama akan mengalami keletihan,

sehingga dia kurang mampu bertahan terhadap kehilangan

darah yang kemudian dapat berakhir dengan kematian.

3) Hubungan perdarahan post partum dengan berat bayi

makrosomia

Dari hasil penelitian didapatkan adanya hubungan

antara perdarahan postpartum pada ibu bersalin dengan berat

bayi makrosomia. Berat bayi lahir yang lebih dari normal atau

yang dalam penelitian ini disebut makrosomia dapat

menyebabkan perdarahan postpartum karena uterus meregang

berlebihan dan mengakibatkan lemahnya kontraksi sehingga

dapat terjadi perdarahan postpartum. Kondisi ini karena uterus

mengalami overdistensi sehingga mengalami hipotoni atau

atonia uteri setelah persalinan. Adapun beberapa keadaan

overdistensi uterus yang juga dapat menyebabkan atonia uteri

yaitu kehamilan ganda dan hidramnion (Cuningham, 2013).

Hal ini menunjukan bahwa ibu bersalin dengan berat

bayi makrosomia memiliki risiko 9 kali lebih besar mengalami


93

perdarahan dibandingkan dengan ibu bersalin berat bayi tidak

makrosomia. Tampak pada hasil penelitian dari 9 bayi

makrosomia, 8 diantaranya mengakibatkan perdarahan

postpartum pada ibu bersalin dengan berat bayi rata-rata

adalah 4000 gram.

Perdarahan tersebut terjadi karena peregangan berlebih

yang diakibatkan dari ukuran janin yang mengakibatkan

kontraksi lemah (inersia uteri) sehingga uterus tidak dapat

berkontraksi dan terjadilah perdarahan postpartum

(Cunningham,2013 dalam mia dwi Agustiani, 2016 ).

6. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

a. Definisi

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh

dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat

melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan

ekstrauterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram

(Dewi, 2012).

b. Penilaian Pada Bayi Baru Lahir (JNPK-KR Depkes RI, 2008).

Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering

yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian

awal dengan menjawab 4 pertanyaan yaitu:

1) Apakah bayi cukup bulan ?

2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?


94

3) Apakah bayi menaangis atau bernapas?

4) Apakah tonus otot baik.Jika bayi tidak cukup bulan, air ketuban

bercampur mekonium, tidak menangis atau tidak bernafas atau

megap-megap dan tonus otot tidak baik, segera lakukan tindakan

resusitasi?

Namun, apabila bayi dalam kondisi baik maka lakukan penanganan

asuhan bayi baru lahir normal dan penilaian awal dilakukan secara cepat

dan tepat (0-30 detik). Jika bayi tidak bernafas atau megap-megap atau

lemah maka segera lakukan resusitasi bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).

Tabel 2.10
Apgar Skor
Skor 0 1 2
Badan merah,
Appearance color Seluruh tubuh
Pucat ekstremitas
(warna kulit) kemerah- merahan
biru
Pulse (heart rate) atau
Tidak ada <100x/menit >100x/menit
frekuensi jantung
Grimace (reaksi terhadap Sedikit gerakan Menangis, batuk/
Tidak ada
rangsangan) mimic bersin
Ekstremitas
Gerakan aktif
Activity (tonus otot) Lumpuh dalam fleksi

sedikit
Lemah, tidak
Respiration (usaha nafas) Tidak ada Menangis kuat
teratur
Sumber : Sumarah, dkk, 2009

c. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Normal


95

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal yaitu jaga

kehangatan bayi, bersihkan jalan napas (bila perlu), keringkan dan

tetap jaga kehangatan, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi

apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir, lakukan Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit ibu, beri salep mata

antibotika tetrasiklin 1% pada kedua mata, beri suntikan vitamin K 1

mg intramuscular, di paha kairi anterolateral setelah Inisiasi Menyusu

Dini (IMD), beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskluar, di paha

kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian

vitamin K (JNPK-KR Depkes RI, 2008).

d. Kebutuhan pada bayi baru lahir

1) Pastikan kamar hangat (tidak kurang dari 25ºC dan tidak

lembab).

2) Jelaskan pada ibu bahwa menjaga kehangatan bayi penting

untuk membuat bayi tetap sehat.

3) Kenakan pakaian bayi atau selimuti dengan kain yang bersih,

kerng dan lembut. Kenakan topi pada kepala bayi selama

beberapa hari pertama, terutama bila bayi kecil.

4) Pastikan bayi berpakaian atau diselimuti dengan selimut.

5) Menjaga bayi mudah dijangkau oleh ibu. Jangan pisahkan

mereka (rooming-in).

6) Nilai kehangatan bayi setiap 4 jam dengan mereba kaki bayi :

jika kaki bayi teraba dingin, hangatkan bayi dengan melakukan

kontak kulit ke kulit.


96

7) Minta ibu atau orang yang menungguinya untuk mengawasi

bayi dan mengingatkan Anda jika : kaki teraba dingin, terjadi

perdarahan dan kesulitan bernapas, seperti merintih, napas cepat

atau lambat, retraksi dinding dada bawah.

8) Dukung ASI eksklusif, siang dan malam.

9) Minta ibu mengingatkan Anda bila mengalami kesulitan

memberi ASI.

10) Periksa pemberian ASI pada semua bayi sebelum memulangkan,

Jangan memulangkan bayi jika bayi belum bisa minum dengan

baik.

11) Ajarkan ibu untuk merawat bayi

a) Menjaga bayi tetap hangat.

b) Merawat tali pusat.

c) Memastikan kebersihan:

1. Jangan paparkan bayi di bawah sinar matahari langsung.

2. Jangan meletakkan bayi di atas permukaan yang dingin.

3. Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam.

12) Berikan obat sesuai resep menurut jadwal yang telah ditentukan.

13) Periksa setiap bayi sebelum merencanakan ibu dan bayi pulang.

Jangan perbolehkan pulang sebelum bayi berumur 24 jam.

7. Konsep Dasar Nifas

b. Pengertian Masa Nifas


97

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42

hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan

(Suherni, 2009).

c. Tahapan Dalam Masa Nifas (Suherni, 2009):

1) Puerperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam

postpartum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

2) Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari

postpartum.

3) Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 6-8 minggu

postpartum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan

mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-

minggu, bulan atau tahun. Dalam agama islam telah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari. Kebijakan Program Pemerintah

Dalam Asuhan Masa Nifas Paling sedikit melakukan 4 kali

kunjungan nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir,

untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah

yang terjadi. Kunjungan antara lain 6-8 jam setelah persalinan, 6

hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, dan 6minggu

setelah persalinan (Manuaba, 2010).

d. Tujuan Asuhan Nifas (Prawirohardjo, 2010).


98

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologik.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan

bayinya.

3) Memberikan penkes tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

KB, menyusui, imunisasi dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan KB

e. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Sukarni, 2013)

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Involusi uterus

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:

(1) Iskemia myometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus

menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat

uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

(2) Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam otot uterin..

(3) Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterine sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke


99

uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau

tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Tabel 2.11
Perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum
Waktu TFU Bobot Diameter Palpasi

uterus uterus serviks

Pada akhir Setinggi 900-1000 12,5 cm Lembut /

persalinan pusat gram lunak

Minggu ke 1 ½ pusat 450-500 gr 7,5 cm 2cm

symp

Minggu ke 2 Tidak 200 gram 5 cm 1 cm

teraba

Minggu ke 3 Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

Sumber :Asuhan Kebidanan Nifas (Ambarwati, 2010)

2) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas

dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organism

berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada

vagina normal, lochea mengalami perubahan karena proses

involusi. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warna diantaranya (Sukarni, 2013):

a) Lochea Rubra/merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa

postpartum.Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah

dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan


100

serabut dari deciduas dan chorion.Terdiri dari sel desidua,

verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.

b) Lochea Sangiolenta

Lochea ini muncul pada hari ke 3-7 hari berwarna merah

kecoklatan dan berlendir.

c) Lochea Serosa

Lochea serosa muncul pada hari ke 7-14 hari dengan berwarna

kuning kecoklatan dengan cirri lebih sedikit darah dan lebih

banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan/laserasi

plasenta.

d) Lochea Alba

Lochea albamuncul setelah 2 minggu postpartum.Warnanya

lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung

leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

e) Loche Purulenta

Lochea yang muncul karena terjadi infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk.

3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup (Sukarni,

2013).

4) Vulva dan vagina


101

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses persalinan, dan dalam beberapa

hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur.  Setelah 3 minggu vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tidak hamil, dan rugae dalam vagina

secara berangsur angsur akan muncul kembali sementara labia

menjadi lebih menonjol. Ukuran vagina akan selalu lebih besar

dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama (Sukarni,

2013).

5) Perubahan sistem pencernaan

Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelaah

melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan

selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian

bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.

Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan

kebelakang (Saifuddin, 2010).

6) Perubahan sistem perkemihan

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air

kecil, selain khwatir nyeri jahitan juga karena penyempitan

saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses

persalinan. Buang air kecil sulit kemungkinan terdapat spasine

sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami

kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.


102

Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36

jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar

hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis.

Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo minggu

(Saifuddin, 2010).

7) Perubahan endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam

postpartum, progesterone turun pada hari ke 3 postpartum dan

kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.

f. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Frekuensi kunjungan, waktu kunjungan dan tujuan kunjungan

masa nifas (Suherni, 2009) yaitu:

1) Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah post partum tujuan:

Mencegah perdarahan masa nifas, mendeteksi dan merawat

penyebab perdarahan, memberi konseling pada ibu atau keluarga

cara mencegah terjadinya perdarahan, mobilisasi dini, pemberian

ASI awal, memberi supervise pada ibu untuk melakukan

hubungan awal antara ibu dengan bayi, menjaga bayi agar tetap

sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2) Kunjungan kedua, waktu 6 hari post partum tujuanya :

Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, evaluasi

adanya tanda-tanda bahaya nifas, memastikan ibu menyusui

dengan benar dan tidak ada tanda-tanda penyulit, memastikan ibu


103

cukup makan, minum dan istirahat, memberi ibu konseling dalam

pengasuhan bayi.

3) Kunjungan ketiga, waktu 2 minggu post partum

Tujuan : Sama dengan kunjungan hari ke 6

4) Kunjungan keempat, waktu 6 minggu post partum

Tujuan : Menanyakan penyulit-penyulit yang ada dan

memberikan konseling untuk KB secara dini

g. Kebutuhan Dasar Masa Nifas (Suherni, 2009):

1) Nutrisi dan cairan

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada

pantangan diet.

2) Ambulasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur

terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring-

miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya thrombosis

dan tromboemboli, pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3

jalan-jalan, dan pada hari ke 4 atau 5 sudah boleh pulang,

mobilisasi diatas mempunyai variasi yang berbeda, tergantung

pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

3) Eliminasi

Rasa nyeri kadang kala menyebabkan keengganan untuk

berkemih, tetapi usahakan lah untuk berkemih secara teratur,


104

karena kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan gangguan

kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan perdarahan dari rahim

hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.

4) Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obstifasi apalagi berak keras

dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal, jika masih

belum bisa dilakukan klisma, dan konsumsi makanan tinggi serat

dan cukup minum.

5) Menjaga kebersihan diri

Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari

infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.

6) Kebersihan genetalia

Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak

bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan robekan atau

episiotomi, anjurkan ibu untuk membersihkan alat genetalianya

dengan menggunakan air bersih, membersihkan daerah vulva

terlebih dahulu dilanjutkan dengan sekitar anus, keringkan dulu

sebelum memakaikan pembalut, dan gentilah pembalut minimal 3

kali sehari, pada persalinan yang terdapat jahitan, jangan khawatir

untuk membersihkan vulva, justru vulva yang tidak dibersihkan

dapat menyebabkan infeksi, bersihkan vulva setiap buang air

besar, buang air kecil dan mandi.

7) Pakaian
105

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat pada ibu nifas akan lebih banyak,

sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar dibagian dada,

sehingga payudara tidak tertekan dan kering, demikian juga dengan

pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya

akibat lochea.

8) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan dalam tubuh akan dikeluarkan

kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan

pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh

karena itu, pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu

akan merasa jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya,

usahakan mandi lebih sering dan menjaga agar kulit tetap dalam

keadaan kering.

9) Istirahat

Untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk

rileks dan istrahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur,

meminta bantuan suami atau keluarga yang lain jika ibu merasa

lelah, putarkan dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan

bayi istirahat untuk menghilangkan tegang dan lelah.

10) Seksual

Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua
106

jarinya ke dalam vagina tanpa ada rasa nyeri, begitu ibu merasa

aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

11) Rencana kontrasepsi

Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa

nifas, apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung

hormone, harus menggunakan obat yang tidak menganggu produksi

ASI dan hubungan suami istri pada masa nifas tidak terganggu.

12) Senam nifas

Senam nifas yaitu gerakan untuk mengembalikan otot perut

yang kendur karena peregangan selama hamil, senam nifas ini

dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari

yang kesepuluh,terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan

untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu (Suherni, 2009).

13) Perawatan payudara

Merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang

dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang

dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan.

Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah

dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga mempelancar

pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan

kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara

agar tidak mudah terkena infeksi. Adapun langkah-langkah dalam

perawatan payudara (Anggraini, 2010).

Adapun cara perawatan payudara (Anggraini, 2010) antara lain :


107

a) Tempelkan kapas yang sudah di beri minyak atau baby oil

selama 5 menit, kemudian putting susu di bersihkan.

b) Letakan kedua tangan di antara payudara.

c) Mengurut payudara dimulai dari arah atas, kesamping lalu

kearah bawah.

d) Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak

tangan kearah sisi kanan.

e) Melakukan pengurutan kebawah dan kesamping.

f) Pengurutan melintang telapak tangan mengurut kedepan

kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi

gerakan 20 – 30 kali.

g) Tangan kiri menopang payudara kiri 3 jari tangan kanan

membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari

pangkal payudara sampaipada puting susu, lakukan tahap yang

sama pada payudara kanan.

h) Membersihkan payudara dengan air hangat lalu keringkan

payudara dengan handuk bersih, kemudian gunakan bra yang

bersih dan menyokong.

h. Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan penurunan berat badan ibu

menyusui Menurut penelitian F. Ayu Kristiyanti, dan A. Kusumastuti,

Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan penurunan berat badan ibu

menyususi adalah sebagai berikut Proporsi pemberian ASI eksklusif

sebesar 35,2% dan ASI tidak eksklusif sebesar 64,8%. 

i. Hubungan jarak kehamilan dengan perdarahan post partum


108

Berdasarkan hasil penelitian Sugi Purwanti & Yuli Trisnawati

2016 adanya hubungan antara jarak kehamilan dengan perdarahan

post partum karena atonia uteri, tetapi dilihat dari kecenderungan

yang muncul adalah ibu yang berisiko (jarak kehamilan kurang dari 2

tahun) lebih sedikit mengalami atonia uteri dibandingkan dengan yang

tidak atonia uteri. Sedangkan ibu yang tidak berisiko (jarak kehamilan

2-5 tahun) memiliki kecenderungan mengalami atonia uteri lebih

banyak dibanding dengan yang tidak atonia uteri. Hal ini

kemungkinan penyebab perdarahan tidak hanya karena jarak

kehamilan tapi juga faktor paritas ibu memiliki paritas berisiko (lebih

dari 3), yang artinya ada hubungan antara paritas dengan perdarahan

karena atonia uteri (Purwanti, 2015).

8. Konsep Dasar Neonatus

a. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari

setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan

rumah (Walyani, 2014).

a) Pelaksanaan pelayanan neonatal adalah :

a) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6-

48 jam setelah lahir. Hal yang dilaksanakan adalah:

(1) Jaga kehangatan tubuh bayi


109

(2) Berikan ASI eksklusif

(3) Rawat tali pusat

b) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir.

(1) Jaga kehangatan tubuh bayi

(2) Berikan ASI eksklusif

(3) Cegah infeksi dan rawat tali pusat

c) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN3) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.Periksa ada atau

tidaknya tanda bahaya atau gejala sakit, lakukan

a. Jaga kehangatan tubuh bayi

b. Berikan ASI eksklusif

c. Rawat tali pusat

b. Perawatan Neonatus (Walyani, 2014) yaitu :

1) Meningkatkan Hidrasi dan Nutrisi yang Adekuat untuk Bayi

Metode yang dipilih ibu untuk memberi susu kepada bayinya

harus dihargai oleh semua yang terlibat dan ibu harus didukung

dalam upayanya untuk memberikan susu kepada bayinya.

2) Meningkatkan Pola Eliminasi yang Normal

Jika diberi susu dengan tepat, bayi harus berkemih minimal

enam kali dalam setiap 24 jam dengan urin yang berwarna

kuning kecoklatan dan jernih. Penurunan haluaran urin atau

aliran urin yang berkaitan dengan bayi yang letargi, menyusu

dengan buruk, mengalami peningkatan ikterus atau muntah harus


110

diperiksa karena infeksi saluran kemih dan abnormalitas

kongenitak pada saluran genitourinari biasa terjadi.

3) Meningkatkan Hubungan Interaksi antara Orang tua dan Bayi

Meningkatkan interaksi antara bayi dan orang tua agar

terciptanya hubungan yang kuat sehingga proses laktasi dan

perawatan bayi baru lahir dapat terlaksana dengan baik.

c. Tanda-tanda bahaya pada neonatus (Kemenkes RI, 2010)

a) Bayi tidak mau menyusu

b) Kejang

c) Lemah

d) Sesak Nafas

e) Merintih

f) Pusar Kemerahan

g) Demam atau Tubuh Merasa Dingin

h) Mata Bernanah Banyak

i) Kulit Terlihat Kuning

d. Sibling Rivalry

1) Pengertian

Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan

pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, hal ini

terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih.

Sibling rivalry terjadi jika anak sudah mulai merasakan kehilangan

kasih sayang dari orang tua dan merasa saudara kandung adalah
111

saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang

tua. Setiawati (2008).

8. Konsep Dasar Keluarga Berencana

1. Pengertian KB

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah

anakdan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,

pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan

menunda kehamilan.

2. Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu

keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh

suatu keluarga bahagia dansejahtera yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).

3. Jenis-jenis Metode Efektif Kontrasepsi Jangka Panjang

A. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

a.Pengertian AKBK

Implant/susuk KB adalah kontrasepsi dengan cara memasukkan

tabung kecil di bawah kulit pada bagian tangan yang dilakukan

olej dokter Anda. Tabung kecil berisi hormon tersebut akan

terlepas sedikit-sedikit, sehingga mencegah kehamilan. Proses

pemasangan susuk KB ini cukup 1 kali untuk masa pakai 2-5

tahun. Dan bilamana Anda berenca hamil, cukup melepas

implant ini kembali, efek samping yang ditimbulkan, antara lain


112

menstruasi tidak teratur

Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan pencabutan

disebabkan oleh pemasangan yang tidak tepat, oleh karena itu

,hanya petugas klinik yang terlatih (dokter,bidan,dan perawat)

yang diperbolehkan memasang maupun mencabut implan.untuk

mengurangi masalah yang timbul setelah pemasangan,semua

tahap proses pemasangan harus dilakukan secara hati-hati dan

lembut,dengan menggunakan upaya pencegahan infeksiyang

dianjurkan (Sarifiddin, 2006).

b. Jenis-Jenis Implant dan Mekanisme Kerjanya

1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga

dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi

dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

2) Implanon. Terdiri dari 1 batang lentur dengan panjang kira-

kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-

Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

3) Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan

75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun

c. Adapun Mekanisme Kerjanya adalah :

(1) Mengentalkan lendir serviks sehingga menyulitkan penetrasi

sperma.

(2) Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium

sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote.

(3) Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya


113

ovulasi.

(4) Mengurangi transportasi sperma.

d. Indikasi

(1) Pemakaian KB yang jangka waktu lama.

(2) Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara

kelahirannya tidak terlalu dekat.

(3) Tidak dapat memakai jenis KB yang lain.

e. Kontra Indikasi

(1) Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa sebab.

(2) Wanita dalam usia reproduksi.

(3) Telah atau belum memiliki anak.

(4) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk

Jadena).

(5) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

(6) Pasca persalinan dan tidak menyusui.

(7) Pasca keguguran.

(8) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi

mantap.

(9) Riwayat kehamilan ektopik.

(10) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah

pembekuan darah, atau amenia bulan sabit (sickle cell).

(11) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang

mengandung estrogen.

(12) Sering lupa menggunakan pil.


114

(13) Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya.

(14) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

(15) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

(16) Miom uterus dan kanker payudara.

(17) Gangguan toleransi glukosa.

f. Kelebihan dan Kekurangan

1) Kelebihan

Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant

dikembangkan dan diperkenalkan sebagai cara KB yang

baru. Alasan-alasan tersebut antara lain :

a) Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam

mencegah kehamilan dan dapat mengembalikan

kesuburan secara sempurna.

b) Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor

tidak perlu melakukan atau memikirkan apa-apa

misalnya pada penggunaan pil

c) Sekali pasang, akseptor akan mendapatkan perlindungan

selama 5 tahun.

d) Implant cukup memuaskan. Tidak ada yang dimasukkan

ke dalam vagina dan tidak mengganggu kebahagiaan

dalam hubungan seksual.

e) Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila seorang

akseptor menginkan anak lagi, kesuburannya dapat

langsung kembali setelah norplant diangkat.


115

Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu yang tidak

amau mempunyai anak lagi, akan tetapi belum siap untuk

melakukan sterilisasi (GUNAWAN, 1999).

2) Keuntungan dari metode ini adalah:

a) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan.

b) Tidak melakukan pemeriksaan dalam.

c) Bebas dari pengaruh estrogen.

d) Tidak mengganggu ASI.

e) Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan.

f) Perdarahan lebih ringan.

g) Tidak menaikkan tekanan darah.

h) Mengurangi nyeri haid.

i) Mengurangi/ memperbaiki anemia.

j) Melindungi terjadinya kanker endometrium.

k) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.

l) Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul.

3) Kekurangan pada alat kontrasepsi implant adalah

a) Timbul beberapa keluhan nyeri kepala, peningkatan/

penurunan berat badan, nyeri payudara, perasaan mual,

pusing kepala, perubahan mood atau kegelisahan.

b) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi

dan pencabutan.

c) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi


116

menular seksual, termasuk HIV/AIDS.

d) Efektifitasnya menurun jika menggunakan obat-obat

tuberkulosis atau obat epilepsi.

e) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3

per 100.000 perempuan per tahun).

4) Efek Samping

Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan

pola haid, yang terjadi pada kira-kira 6 % akseptor terutama

selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian.

Yang paling sering terjadi:

a) Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus haid.

b) Perdarahan bercak (spotting).

c) Berkurangnya panjang siklus haid.

d) Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan

perdarahan lama atau perdarahan bercak.

Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai

efek yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi

perdarahan lebih sering daripada biasanya, volume darah yang

hilang tetap tidak berubah.Pada sebagian akseptor, perdarahan

ireguler akan berkurang dengan berjalannya waktu.Perdarahan

hebat jarang terjadi (Cahyani, 2009).Perubahan dalam periode

menstruasi merupakan keadaan yang paling sering ditemui.

Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat

badan (Gunawan, 1999).


117

B. Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif

Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering

dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong

atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan

antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama

vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas

defere sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi

(Handayani, 2010)

9. Nomenklatur Diagnosa Kebidanan

Nomenklatur Diagnosa Kebidanan adalah suatu sistem nama

yang telah terklasifikasikan dan diakui serta disahkan oleh profesi,

digunakan untuk menegakkan diagnosa sehingga memudahkan

pengambilan keputusannya.

Tabel 2.12
118

Nomenklatur Diagnosa Kebidanan


1. Persalinan normal 34. Invertio uteri
2. Partus normal 35. Bayi besar
3. Syok 36. Malaria berat dengan komplikasi
4. DJA tidak normal 37. Malaria ringan dengan komplikasi
5. Abortus 38. Mekonium
6. Solusio plasenta 39. Meningitis
7. Akut pyelonephritis 40. Metritis
8. Amnionitis 41. Migraine
9. Anemia berat 42. Kehamilan molahidatidosa
10. Apendiksitis 43. Kehamilan ganda
11. Atonia uteri 44. Partus macet
12. Infeksi mamae 45. Posisi occiput posterior
13. Pembengkakan mamae 46. Posisi occiput melintang
14. Presentasi bokong 47. Kista ovarium
15. Asma bronchiale 48. Abses pelvic
16. Presentasi dagu 49. Peritonitis
17. Disproporsi sevalo pelvic 50. Plasenta previa
18. Hipertensi kronik 51. Pneumonia
19. Koagulopati 52. Preeklampsia berat/ringan
20. Presentasi ganda 53. Hipertensi karena kehamilan
21. Cystitis 54. Ketuban pecah dini
22. Eklamsia 55. Partus prematurus
23. Kelainan ektopik 56. Partus fase laten lama
24. Encephalitis 57. Partus kala II lama
25. Epilepsi 58. Sisa plasenta
26. Hidramnion 59. Retensio plasenta
27. Presentasi muka 60. Prolapse tali pusat
28. Persalianan semu 61. Rupture uteri
29. Kematian janin 62. Bekas luka uteri
30. Hemoragea antepartum 63. Presentasi bahu
31. Hemoragea postpartum 64. Distosia bahu
32. Gagal jantung 65. Tetanus
33. Inertia uteri 66. Letak lintang
34. Invertio uteri 68. Infeksi luka
Sumber : WHO, UNFPA, UNICEF, World Bank (2001) I M P A C  (Integrated Management of Preganncy And Childbirth),
Managing Complications in Pregnancy and Childbirth : A Guide for Midwives and doctor, Department of Reproductive

10. Pelayanan kebidanan pada masa pandemi COVID-19

COVID 19 (CORONA VIRUS DISEASES 19)


119

A. Tantangan pelayanan kebidanan pada masa pandemi COVID-19

1. Pengetahuan ibu dan keluarga terkait COVID-19 dan pelayanan

kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir di era pandemic

2. Belum semua bidan tersosialisasi pedoman pelayanan KIA, KB &

Kespro di era pandemi dan New Normal

3. Di era pandemi COVID-19, fasilitas kesehatan baik primer / tempat

PMB maupun rujukan harus betulbetul siap dalam pemenuhan APD,

sarana prasarana dan SDM

4. Keselamatan bidan & pasien harus dilindungi – diperlukan penyesuaian

pelayanan agar terhindar dari penularan.

5. Akses pelayanan kebidanan diera pandemi covid-19 mengalami

perubahan – faskes primer/PMB membatasi pelayanan.

6. Tingginya kasus penderita COVID-19 yang dirawat di RS rujukan

berpengaruh terhadap penanganan pelayanan rujukan maternal dan

neonatal

B. Panduan Pelayanan Antenatal Care Oleh Bidan Pada Masa

Pandemi Covid 19

1. Tidak ada keluhan bumil diminta menerapkan isi buku KIA dirumah.

Segera ke fasyankes jika ada keluhan / tanda bahaya

2. Ibu membuat janji melalui Telepon/WA, ANC pada trimester pertama

1x kolaborasi dg dr. utk pemeriksaan kesehatan lakukan pengkajian

komprehensif sesuai standar dgn kewaspadaan Covid-19. Dapat

berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang status ibu

(ODP/PDP,Covid +)
120

3. ANC dilakukan sesuai standar (14T) dengan APD level 1. Lakukan

skrining faktor resiko. Jika ditemukan faktor resiko rujuk sesuai

standar.

4. Ibu hamil pendamping dan tim kesehatan yang bertugas menggunakan

masker dan menerapkan protokol pencegahan covid-19:

5. Tunda kelas Ibu hamil / dilakukan secara online

6. Konsultasi kehamilan, KIE dan Konseling dapat dilakukan secara

online (Pandu pengisian P4K).

C. Panduan Pertolongan Persalinan Oleh Bbidan Pada Masa

Pandemi COVID-19

1. Jika ada tanda-tanda bersalin, segera hubungi Bidan melalui

telepon/WA. Bidan melakukan skrining faktor resiko termasuk resiko

infeksi covid-19. Apabila ada faktor resiko, segera rujuk ke PKM / RS

sesuai standar

2. Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dgn kewaspadaan

Covid-19. Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang

status ibu apakah sedang isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid +)

3. Pertolongan persalinan dilakukan sesuai standar APN, lakukan IMD &

Pemasangan IUD paska persalinan dengan APD level2, dan

menerapkan protokol pencegahan penularan covid-19 - pada ibu bukan

PDP, Covid+ (Pasien dan pendamping maks 1 org menggunakan

masker)

4. Jika tidak dapat melakukan pertolongan persalinan, segera

berkolaborasi dan rujuk ke PKM / RS sesuai standar


121

5. Keluarga/pendamping dan semua tim yang bertugas menerapkan

protokol pencegahan penularan COVID-19

6. Melaksanakan rujukan persalinan terencana untuk Ibu bersalin dengan

risiko, termasuk risiko ODP/PDP/Covid + sesuai standar

2) Layanan Persalinan:

1) Rapid test WAJIB dilakukan kepada seluruh ibu hamil

sebelum proses persalinan (kecuali rapid test tidak tersedia).

2) Persalinan dilakukan di tempat yang memenuhi persyaratan

dan telah dipersiapkan dengan baik.

3) FKTP memberikan layanan persalinan tanpa penyulit

kehamilan/persalinan ATAU tidak ada tanda bahaya ATAU

bukan kasus ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19

4) Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test positif, maka

rujuk ke RS rujukan COVID-19 atau RS mampu PONEK.

5) Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD level-2.

6) Jika kondisi sangat tidak memungkinan untuk merujuk

kasus ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19 atau hasil

skrining rapid test positif, maka pertolongan persalinan hanya

dilakukan dengan menggunakan APD level 3 dan Ibu bersalin

dilengkapi dengan delivery chamber.

7) Bahan habis pakai dikelola sebagai sampah medis yang

harus dimusnahkan dengan insinerator.


122

8) Alat medis yang telah dipergunakan serta tempat bersalin

dilakukan disinfetan dengan menggunakan larutan chlorine

0,5%.

9) Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan

sirkulasi udara dengan baik dan terkena sinar matahari.

D. Panduan Pelayanan Nifas dan Bayi Baru Lahir Oleh Bidan Pada

Masa Pandemi Covid 19

1. Tidak ada keluhan agar menerapkan isi buku KIA, lakukan pemantauan

mandiri, jika ada keluhan/tanda bahaya pada ibu/BBL segera ke

fasyankes

2. Pelayanan nifas dan BBL, dengan membuat janji melalui Telepon/WA

3. Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dgn kewaspadaan

Covid-19. Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang

status ibu apakah sedang isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid+).

4. Pelayanan nifas & BBL dilakukan sesuai standar menggunakan APD

level 1 dan menerapkan protokol pencegahan Covid-19

5. Jika tidak dapat memberikan pelayanan, Bidan segera berkolaborasi

dan rujuk ke PKM/RS

6. Lakukan Asuhan esensial Bayi Baru Lahir. Imunisasi tetap diberikan

sesuai rekomendasi PP IDAI

7. Tunda kelas Ibu Balita atau dilakukan secara online

8. Konsultasi nifas dan BBL, KIE, Konseling Laktasi, pemantauan

Tumbang dilaksanakan secara on-line


123

9. Ibu nifas, pendamping & semua tim yang bertugas menggunakan

masker dan menerapkan protokol pencegahan Covid-19

E. Panduan Pelayanan KB oleh BIdan Pada Masa Pandemi COVID-

19

1. Tidak ada keluhan, Akseptor IUD/Implan dapat menunda untuk kontrol

ke Bidan. Pelayanan KB baru/kunjungan ulang membuat janji melalui

telp/WA

2. Lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar, dgn kewaspadaan

Covid-19. Bidan dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades untuk

informasi ttg status ibu (ODP/PDP/Covid +)

3. Pelayanan KB dilakukan sesuai standar menggunakan APD level 1 atau

2. Konseling memotivasi menggunakan MKJP – tidak perlu kontrol

rutin (kecuali ada keluhan) -New Normal

4. Kunjungan ulang Akseptor Suntik/Pil tidak dapat diberikan, untuk

sementara Ibu menggunakan kondom/pantang berkala/senggama

terputus – bidan dpt kerjasama dengan PLKB untuk distribusi pil

5. Akseptor, pendamping dan semua tim yang bertugas menggunakan

masker dan menerapkan protokol pencegahan covid-19:

6. Konsultasi KB, Penyuluhan dan Konseling dilakukan secara online -

dimotivasi dan didorong utk beralih menggunakan MKJP – pilihan yg

tepat diera New Normal - tdk perlu kontrol rutin.


124

F. Kebutuhan PMB/PUSKESMAS Pada Masa Pandemi COVID-19

Dan Menghadapi New Normal

1. Menjaga suplay Alokon berkelanjutan

2. Dukungan APD secara terus menerus – disposible

3. Revisi kebijakan pembiayaan pelayanan kebidanan dalam JKN -

termasuk untuk konsultasi on-line

4. Review kebijakan MOU PMB & BPJS untuk meningkatkan akses

pelayanan KIA & KB

Memfasilitasi Pelatihan CTU termasuk KB PP bagi PMB / PUSKESMAS

Mengembangkan media penyuluhan, KIE tentang Kespro & KB secara

Digital.

5. Pengembangan aplikasi dan sistim informasi dalam peningkatan

kolaborasi antar provider, antar fasyankes, maupun antara provider

dengan pasien.

6. Mengupayakan rapid test bagi PMB/PUSKESMAS

G. Edukasi dan Pemberdayaan Keluarga dalam Penerapan Protokol

Kesehatan Di Era New Normal

1. Jaga jarak

2. Pakai masker

3. CTPS

4. Dirumah saja

5. Kenali gejala dan periksa kesehatan

6. Makan dengan gizi seimbang

7. PHB
BAB III

SUBJEKTIF DAN KERANGKA KERJA PELAKSANAAN STUDI

KASUS

A. Rancangan Study Kasus yang Berkesinambungan dengan COC

1. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian atau ada yang menyebut “model

penelitian” adalah rencana atau struktur dan strategi penelitian yang

disusun demikian rupa agar dapat memperoleh jawaban mengenai

permasalahan penelitian dan juga untuk mengontrol varians

(Machfoedz, 2011).

Rancangan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang

diuraikan secara deskriptif dari hasil jaringan pengumpulan data yang

diperoleh dari beberapa metode. Metode yang digunakan untuk data

primer yaitu dengan menggunakan metode pengamatan (observation),

wawancara (anamnesa), maupun hasil pengukuran fisik dan

pemeriksaan kebidanan langsung kepada klien. Data sekunder

diperoleh dengan melakukan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan

penunjang lainnya (USG, foto rontgen dll) data kesehatan penduduk

kota dan provinsi, buku KIA sebagai buku catatan perkembangan

klien. Selain itu dapat dilakukan melalui studi kepustakaan (Library

research).

125
126

2. Lokasi dan waktu

Studi kasus ini dilakukan di rumah Ny. S di Jl. Yos Sudarso

RT.08 No. 42 Kelurahan Prapatan dan dilaksanakan mulai Febuari

2021 – April 2021.

3. Subjek studi Kasus

Subyek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang,

benda ataupun lembaga (Amirin, 2012).

Subyek penelitian yang akan dibahas dalam Laporan Tugas

Akhir ini adalah ibu hamil G4P3003 dengan usia kehamilan 36 minggu

1 hari diberikan asuhan mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, nifas, neonatal sampai pelayanan calon akseptor

kontrasepsi.

4. Pengumpulan dan Analisis Data

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama proses pemberian asuhan

kebidanan komprehensif (continuity of care) berlangsung.

Adapun teknik pengambilan datanya adalah :

1) Observasi

Metode Observasi merupakan kegiatan mengamati

secara langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat

dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tertentu. Penulis

melakukan pengamatan secara langsung terhadap kondisi klien

yang dikelola atau mengamati perilaku dan kebiasaan klien yang


127

berhubungan dengan asuhan yang akan diberikan (Nursalam,

2009).

2) Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara periset seseorang

yang berharap mendapatkan informasi, dan informan seseorang

yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang sesuatu

objek. Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan

wawancara langsung dengan klien dan keluarga (Nursalam,

2009).

3) Pemeriksaan fisik

Penulis melakukan pemeriksaan meliputi inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi yang dilakukan untuk memperoleh

data sesuai dengan kasus yang dikelola.

4) Studi Dokumentasi

Penulis menggunakan dokumentasi yang berhubungan

dengan judul Proposal Tugas Akhir ini seperti : catatan medis

klien yang berupa buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), literatur

dan lain sebagainya.

5) Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada studi kasus ini mengubah

data hasil studi kasus menjadi suatu informasi yang dapat

digunakan untuk mengambil kesimpulan adalah menggunakan

manajemen kebidanan menurut Varney yang didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.


128

b. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang dapat dipakai penulis untuk

mendapatkan data. Penelitian ini menggunakan instrument seperti

lembar pengkajian, checklist, dokumentasi.

5. Kerangka kerja Penelitian

6. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).


129

Bagan 3.1

Kerangka Kerja Pelaksanaan Studi Kasus

Penjaringan Observasi Wawancara

Informed Consent7.

Pengkajian :
Ny. L G4P3003 hamil 37 minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterin

Kehamilan Persalinan Nifas Bbl/neonatus kontrasepsi

Ny. L G4P3003 Keluhan BBL/NCB Kunjungan


Melakukan
hamil 37 Pemilihan
asuhan
minggu JTHIU alat
intranatal
Melakukan Melakukan kontrasepsi
care
pengawasan 8. Asuhan
post natal : BBL/Neonatal
9. :
Melakukan 1. 6 jam PP :
asuhan 2. 3 hari PP : 1. KN I: Penggunaa
antenatal 3. 1 minggu PP : 2. KN II : n alat
4. 2 minggu PP : 3. KN III: kontrasepsi
1. KI :
2. K II : Telah dilakukan
3. K III : asuhan pada
Dilaksanakannya Terdokume
asuhan sehingga neonatus ntasi hasil
Dilaksanakan keluhan klien asuhan
nya asuhan dapat diatasi dalam
sesuai bentuk
Telah
intervensi terdokumentasi
asuhan dalam
Terdokumentasi bentuk SOAP
Telah hasil asuhan
didokumentasi dalam bentuk
kannya asuhan SOAP
dalam bentuk
SOAP
130

B. Etika Penelitian

1. Respect for person

Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, ibu bebas

menolak untuk ikut studi kasus ini atau dapat mengundurkan diri kapan

saja. Ny. S mendapatkan penjelasan sebelum persetujuan dan bersedia ikut

dalam studi kasus ini secara sadar tanpa paksaan dan telah membubuhkan

tanda tangan pada lembar persetujuan.

2. Beneficence dan non maleficence

Ny. S sebagai peserta dalam kegiatan asuhan kebidanan

komperehensif ini akan mendapatkan keuntungan berupa pengawasan dari

tenaga kesehatan sejak ibu hamil sampai dengan bersalin/nifas. Penulis

juga pada saat melakukan pengkajian dan pemeriksaan telah

meminimalkan bahaya risiko yang terjadi, yaitu melakukan mencuci

tangan sebelum tindakan dan menggunakan alat pelindung diri (APD)

seperti handscoon.

3. Justice

Risiko dan ketidaknyamanan secara fisik yaitu akan menyita waktu

ibu selama memberiksan asuhan, mulai dari pengkajian yang dilakukan di

rumah klien sampai dengan pelaksanaan asuhan dengan perkiraan waktu

60-120 menit (atau sesuai dengan kebutuhan) pada saat kunjungan rumah

atau kunjungan ke fasilitas kesehatan. Seluruh kegiatan dalam memberikan


131

asuhan dilakukan dibawah bimbingan dari bidan yang telah ditunjuk

sebagai pembimbing dari Prodi D-III Kebidanan Balikpapan.

C. Hasil Pengkajian dan Perencanaan Asuhan Komprehensif

Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care

1. Asuhan Kebidanan Antenatal Care


Tanggal/Waktu pengkajian : 5 Maret 2021 / 08.30 WITA
Tempat : Puskesmas Muara Rapak
Oleh : Noor Azizah
Pembimbing : Susi Purwanti, S,SiT, MPH.

1) Subjektif

a) Identitas :

Nama klien : Ny. S Nama suami : Tn. U

Umur : 27 Tahun Umur 3 : 32 Tahun

Suku : Jawa Suku : Bugis

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

Wiraswasta

Alamat : Jl. Yos Sudarso No.42 Rt.08

b) Keluhan : Batuk Pilek


132

c) Riwayat obstetric dan ginekologi

(1) Riwayat menstuasi

(a) HPHT/TP : 27-06-2020 / 4-04-2021

(b) Umur kehamilan : 36 minggu

(c) Lamanya : 6 hari

(d) Banyaknya :Normal (> 3 x sehari ganti

pembalut)

(e) Siklus : 25-30 hari

(f) Menarche : 13 tahun

(g) Teratur/tidak : Teratur

(h) Dismenorrhea : Ada

(i) Keluhan lain : Tidak ada

(2) Flour albus

Ibu tidak pernah mengalami keputihan yang tidak

normal dan penyakit yang berkaitan dengan kandungan.

(3) Tanda-tanda kehamilan

Ibu mengetahui kehamilannya dengan melakukan pp

test bulan juli dan hasil positif, ibu merasakan gerakan janin

pertama kali saat usia 4 bulan. Pada saat ini gerakan janin yang

dirasakan ibu sangat aktif yaitu >10x per hari.

d) Riwayat imunisasi

Ibu mengatakan saat bayi imunisasi lengkap, pada saat

SD ibu disuntik bagian lengan sebanyak 3x, sebelum


133

menikah ibu juga melakukan suntik catin maka status suntik

TT adalah TT5.

e) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat penyakit yang pernah dialami

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit

seperti hipertensi, DM, campak, malaria, TBC. Ibu juga tidak

pernah mengalami penyakit reproduksi seperti miom, kista,

mola, PID.

(2) Alergi

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap

makanan serta obat-obatan.

(3) Keluhan selama hamil

Ibu mengatakan ketika kehamilan ini ibu merasakan

mual muntah pada trimester 1. Ibu tidak mempunyai masalah

seperti mengalami penglihatan kabur, nyeri perut, nyeri

waktu BAK, perdarahan,nyeri pada tungkai,

(4) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan orangtua yang perempuan mengalami

penyakit DM.
134

f) Riwayat persalinan yang lalu

Anak ke Kehamilan Persalinan Anak


Masa Peny
N0 Umur Tempat lahir Penyulit Jenis Penolong Jenis BB PB Keadaan
gestasi ulit
1 RS. 49
11 thn Aterm - Spontan Bidan - L 2.500 gr Hidup
Bhayangkara cm
2 RS. 48
6 thn Aterm - Spontan Bidan - L 2.500 gr Hidup
Bhayangkara cm
3 RS. 49
3 thn Aterm Spontan Bidan - P 3.100 gr Hidup
Bhayangkara cm
4 36 mgg - Aterm

g) Riwayat menyusui

Anak 1 : ASI Ekslusif lamanya : 6 bln Pemberian ASI : 11

bulan

Anak 2 : ASI Ekslusif Lamanya : 6 bln Pemberian ASI : 24

bulan

Anak 2 : ASI Ekslusif Lamanya : 6 bln Pemberian ASI : 12

bulan

h) Riwayat KB

Ibu mengatakan memakai suntik 3 bulan , lama pemakaian 3

Bulan, keluhan selama pemakaian ibu mengatakan badan

bertambah gemuk , ibu mengatakan setelah memakai suntik 3


135

bulan berganti menjadi kb suntik 1 bulan, tempat pemakaian di

Rumah dan ibu mengatakan ikut KB atas motivasi Sendiri.

Selanjutnya ibu berencana memakai KB IMPLANT.

i) Kebiasaan sehari-hari

(1) Merokok sebelum atau selama hamil

Ibu mengatakan baik sebelum hamil atau selama hamil tidak

pernah merokok

(2) Obat-obatan atau jamu, sebelum atau selama hamil

Ibu mengatakan baik sebelum hamil atau selama hamil tidak

pernah minum jamu dan hanya minum obat seperti table Fe,

Kalk, Vit. B Complex.

(3) Alkohol

Ibu mengatakan baik sebelum hamil atau selama hamil tidak

pernah minum minuman beralkohol.

(4) Makan / diet

Ibu makan 3x sehari dengan porsi 1 piring sedang, dan ibu

suka makan mie ,suka jajan , terdiri dari nasi (satu sendok

nasi), sayur (1 mangkok sayur), 1 potong lauk (ikan / ayam),

sari kacang ijo (1 gelas kadang-kadang). Ibu mengatakan jadi

lebih lahap dalam perubahan pola makan.

(5) Defekasi / miksi


136

Ibu mengatakan BAB tiga hari sekali dengan konsistensi agak

keras, warna kecoklatan saat BAB. Ibu juga mengatakan BAK

> 8 x sehari dengan konsistensi cair, berwarna jernih. Ibu tidak

mengalami keluhan saat BAK.

(6) Pola istirahat dan tidur

Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 7 jam

perhari. Terkadang ibu terbangun untuk BAK.

(7) Pola aktivitas sehari-hari

(a) Dalam rumah

Selama ibu hamil, ibu masih dapat malakukan pekerjaan

rumah tangga seperti memasak, mencuci piring, bersih-

bersih rumah, mencuci pakaian sendiri dengan Mesin Cuci.

Ibu mengatakan aktivitas dirumah dilakukan sendiri.

(b) Luar rumah

Ibu biasanya dirumah saja dan tidak pernah keluar rumah,

hanya pada saat membeli sayuran di penjual sayur keliling.

(8) Pola seksual

Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 x perminggu.

Dan tidak ada keluhan sewaktu berhubungan.

j) Riwayat Psikososial

Klien berstatus menikah lamanya ± 3 tahun dan

mengatakan ini pernikahan keduanya. Usia saat ibu pertama kali


137

menikah yaitu 16 tahun. Ibu mengatakan cukup mengerti

bagaimana menanggapi kehamilan yang sekarang karena belajar

dari pengalaman yang didapat dari ibu kandungnya.

Ibu mengatakan ingin anak perempuan, Keluarga dan

suami mengatakan ingin anak perempuan. Namun apabila lahir

laki-laki dan perempuan sama saja yang penting sehat.

k) Persiapan persalinan

(1) Pengetahuan ibu tentang persalinan :

Ibu mampu menyebutkan 3 tanda persalinan yaitu : ketuban

pecah, keluar lendir darah dan kontraksi

(2) Rencana tempat bersalin :

RS.Dr.R.Hardjanto

(3) Persiapan ibu :

Asuransi BPJS, pakaian dalam, sarung, baju masing masing 5

buah ,dan pembalut nifas, uang juga sudah dipersiapkan,

kendaraan motor milik sendiri, donor darah dari

keluarga, pendamping saat persalinan yaitu suami.

(4) Persiapan bayi :

perlengkapan bayi sudah dipersiapkan dalam satu tempat.

l) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit

apapun.

2) Objektif

a) Pemerikasaan Umum
138

(1) Keadaan umum

(a) Kesadaran Umum : Composmetis

(b) Ekspresi wajah : Baik

(c) Keadaan emosional : Stabil

(d) Berat badan

Sebelum hamil : 74 Kg

IMT sebelum hamil 74 : (1,50)2 = 32,8

Standar normal IMT : 18,5 – 22,9 kg/m2

(e) Tinggi badan : 150 cm

(f) Lila : 30 cm

(2) Tanda-tanda vital

(a) Tekanan darah :120/80 mmHg

MAP : 2(80)+120:3 =93,4mmHg

MAP normal =60 sampai 120

(b) Nadi : 80 x/m

(c) Suhu : 36 oC

(d) Pernafasan : 20 x/m

b) Pemeriksaan fisik

(1) Inspeksi

(a) Kepala
139

Kulit kepala tampak bersih, tidak ada lesi, tidak ada

ketombe, kontriksi rambut kuat, warna hitam, lurus,

merata dan tebal.

(b) Mata

Tidak tampak kelaianan,skera berwarna putih, tidak

terdapat lesi, konjungtiva tidak pucat, reflek pupil

melebar, gerakan bola mata baik, tidak ada kelainan

bentuk,tidak ada kelainan dalam penglihatan.

(c) Muka

Tidak tampak klosma gravidarum, tidak oedema, tidak

pucat dan simetris.

(d) Mulut dan gigi

Gigi geligi lengkap, mukosa mulut lembab, tidak

tampak caries dentis, geraham lengkap, lidah bersih

dan papila tidak ada lesi.

(e) Leher

Tidak tampak peradangan pada tonsil dan faring, tidak

tampak pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid,

serta tidak tampak pembengkakan kelenjar getah

bening.

(f) Dada

Bentuk memmae tampak bulat, simetris, tidak tampak

retraksi, puting susu menonjol, dan areola

hiperpigmentasi
140

(g) Punggung ibu

Bentuk / posisi punggung tidak skoliosis, tidak

lordosis, tidak Kifosis.

(h) Perut

Terdapat striae gravidarum (linea alba), terjadi

pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak tampak

bekas operasi dan asites.

i) Vagina

Tidak dilakukan pemerikasaan pada vagina karena

tidak ada indikasi.

j) Ekstremitas

Tidak tampak oedema,tidak tampak varises dan

turgor baik.

(3) Palpasi

(a) Leher

Tidak teraba pembengkakan kelenjar getah bening,

tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar

tiroid,

(b) Dada

Mamae simetris, tidak teraba masa, konsistensi lunak.

(c) Perut

(1) Leopold I
141

Teraba Pada bagain fundus bundar, tidak

melenting, agak lunak (bokong).

TFU : 3 jari bawah Prosesus – Xiphoideus (PX)

(2) Leopold II

Di sisi kanan teraba bagian keras seperti papan

(punggung),Pada sisi kiri teraba bagian - bagian

kecil (eksterimatas) .

(3) Leopold III

Teraba bagian bundar, keras, ketika digoyangkan

melenting (persentasi kepala).

(4) Leopold IV

Konvergen (Bagian terendah janin belum

memasuki PAP).

Tafsiran berat janin (30-11) x 155 = 2,945 gram.

MC Donald : 30 cm

(d) Tungkai

(1) Oedema

Tidak teraba pembengkakan pada tangan kanan

dan kiri, dan teraba pembengkakan pada kaki kiri

dan kanan.

(2) Varices

Tidak teraba varices kanan dan kiri.


142

(e) Kulit

Turgor baik dan kembali kurang dari 1-2 detik.

(4) Auskultasi

(a) Paru-paru

Tidak terdengar wheezing dan ronchi.

(b) Jantung

Terdengar irama jantung reguler, frekuensi 80 x/m, dan

intensitas kuat.

(c) Perut

Terdengar bising usus, DJJ 151 x/m beraturan dan

kuat, serta diperoleh Punctrum maksimum pada 2 jari

dibawah pusat sebelah kiri (Kuadran IV)

c) Pemeriksaan khusus

Tidak dilakukan karena tidak ada Indikasi.

d) Pemerikasaan laboratorium pada tanggal : 8-2-2021

HB 13,2 gr% dan golongan darah O.

e) Pemeriksaan Penunjang (USG) tanggal 22 Januar1 2021

(a) Tempat : Praktek Dr.Rully,Sp.OG

(b) Usia Kehamilan : 30 minggu

(c) Tafsiran Persalinan : 4 April 2021

(d) Tafsiran Berat Janin : 2.300 gram

(e) Presentasi : Kepala

(f) Letak plasenta : Normal di Fundus


143

(g) Air Ketuban : Cukup

(h) Jenis Kelamin : Perempuan

2. Langkah II Interprestasi Data Dasar

b. Diagnosa : G4P3003 usia kehamilan 36 minggu 1 hari janin

tunggal hidup intera uterine

1) Dasar :

a) Subjektif :

(1) Ibu mengatakan hamil anak ke-4, tidak pernah

keguguran dan anak terakhir berusia 36 bulan.

(2) Ibu mengatakan melakukan PP Test sendiri di rumah

hasilnya Positif (+) bulan juli 2020

(3) Ibu mengatakan merasakan gerakan janin usia

kehamilan 4 bulan dan ibu merasakan gerakan janin

> 10 kali dalam 12 jam.

(4) HPHT 27-06-2021, TP 04-04-2021

b) Objektif :

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmetis

3) TTV :

(a) TD : 120/80 mmHg

(b) T : 36 oC

(c) N : 80 x/m

(d) R : 20x/m

4) Payudara :
144

Bentuk Simetris, puting susu menonjol, terjadi

hiperpigmentasi aerola, ,adanya pengeluaran ASI di

puting kanan dan kiri .

5) Abdomen :

 Leopold I : Bokong.

TFU : 3 jari bawah Prosesus – Xiphoideus (PX)

 Leopold II : Punggung Kanan ( Pu-Ka )

 Leopold III : Letak Kepala ( Let-Kep )

 Leopold IV : Belum masuk PAP (Konvergen)

Tafsiran berat janin (30-11) x 155 = 2.945 gram.

Mc Donald : 30 cm

6) Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Tanggal 15 Agustus 2020

(a) HB : 13,2 gr/dl

(b) Protein Urine : Negatif (-)

(c) HbsAg : Non Reaktif

(d) HIV : Non Reaktif

Pemeriksaan (USG) tanggal 22 Januari 2021

(a) Tempat : Praktek Dr.Rully,Sp.OG

(b) Usia Kehamilan : 30 minggu

(c) Tafsiran Persalinan : 4 April 2021

(d) Tafsiran Berat Janin : 2.300 gram

(e) Presentasi : Kepala


145

(f) Letak plasenta : Normal di Fundus

(g) Air Ketuban : Cukup

(h) Jenis Kelamin : Perempuan

c. Masalah

(1) Multiparitas

Dasar: ibu mengatakan ini kehamilan anak ke 4 dan tidak

pernah keguguran.

Skor Poedji Rochjati: 6 resiko tinggi kehamilan

Dasar :

 Awal kehamilan skor :2

 Kehamilan anak ke empat skor : 6

(2) Obesitas

Dasar : IMT sebelum hamil 74 : (1,50)2 = 32,8

Standar normal IMT : 18,5 – 22,9 kg/m2

(3) Kaki kanan kiri ibu terlihat sedikit oedema

Dasar : Teraba pembengkakan di kaki kanan kiri ibu

(4) Batuk pilek

Dasar : ibu mengatakan batuk pilek sudah 3 hari karena

sering minum es

3. Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial


146

a. Diagnosa Potensial :

Pada Ibu : perdarahan post partum

 Dasar : ibu hamil anak ke 4 Kemungkinan akan di temui

kesehatan yang terganggu,kekendoran pada dinding perut,

tampak pada ibu dengan perut yang menggantung,sehingga

resiko yang akan terjadi perdarahan post partum.

 Tindakan antisipasi:

1. Mengkonsumsi tablet penambah darah

2. Menyiapkan donor darah yang sama dengan ibu

b. Masalah Potensial : Diabetes Melitus Gestasional.

 Dasar :

DS :

1. Ibu mengatakan makan dengan porsi sedang 3 kali

sehari,terdiri dari nasi (satu sendok nasi), sayur (1

mangkok sayur),1 potong lauk (ikan atau ayam ), sari

kacang ijo (1 gelas kadang-kadang),ibu juga suka

makan mie,suka jajan, ibu mengatakan jadi lebih lahap

dalam perubahan makan, ibu suka minum es, Lila 30

cm,

2. Kenaikan berat badan ibu selama hamil sampai usia 36

minggu 1 hari adalah 10 kg.


147

Kenaikan berat badan yang normal untuk ibu hamil

obesitas 4,4 sampai 6,8 kg.

 Tindakan Antisipasi :

Antisipasi :

1. Melakukan pemeriksaan kadar gula darah,

menganjurkan ibu mengurangi makan yang berlemak

dan manis serta memperbanyak makan buah dan sayur.

2. Mengurangi makanan yang berkabohidrat,seperti

nasi,mie, tetapi perbanyak mengkonsumsi

tahu,tempe,telur,ayam.

4. Langkah IV Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Tidak ada

5. Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

a. Jelaskan hasil pemeriksaan

b. KIE tentang

1) Resiko tinggi kehamilan

2) Obesitas

3) penyebab kaki bengkak dan ketidaknyamanan serta cara

mengatasinya.

4) Memberikan KIE kepada ibu penyebab dari batuk pilek dan

solusi dalam mengatasinya

5) Bila ada tanda-tanda persalinan segera ke rumah sakit.

6) Persiapan persalinan
148

7) KB efektif

8) Tempat persalinan di RS

c. Buat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang pada

tanggal 10 maret 2021 untuk melakukan senam hamil.

6. Langkah VI Pelaksanaan Langsung Asuhan / Implementasi

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan, usia kehamilan ibu 36 mgg , 2-3

mgg lagi kemungkinan lahir, TD: 120/80 mmHg, DJJ: 151x/m,

posisi janin dalam keadaan normal, dan hasil permeriksaan fisik

ibu tidak ditemukan kelainan.

b. Menjelaskan KIE kepada ibu tentang:

1) Menjelaskan kepada ibu bahwa kehamilan ibu termasuk resiko

tinggi kehamilan karena kehamilan anak ke 4 kemungkinan

akan di temui kesehatan yang terganggu, kekendoran pada

dinding perut, tampak pada ibu dengan perut yang

menggantung yang akan mengakibatkan perdarahan post

partum.

2) Menjelaskan pada ibu bahwa tubuhnya saat ini memiliki

kelebihan berat badan, BB setiap minggu di sarankan hanya

naik 0.3 kg perminggu. jika dihitung dari usia aterm (38 -40

mgg) maka ibu hanya boleh naik 0,9 – 1 kg selama hamil,

dampak dari kelebihan berat badan yaitu : macrosomia,

hipertensi dalam kehamilan, dan kelainan metabolik neonatus.

Sehingga ibu harus mengontrol diet, olahraga, dan modifikasi

gaya hidup.
149

3) Memberikan penjelasan penyebab kaki bengkak dan

ketidaknyamanan serta cara mengatasinya,dengan cara

Anjurkan ibu untuk mengganjal kakinya saat tidur/baring agar

bengkak pada kakinya hilang dan rendam kaki dengan air

hangat selama 10 menit.

4) Menjelaskan kepada ibu penyebab dari batuk pilek yaitu

dikarenakan ibu sering mengkonsumsi es,sirup,memberitahu

ibu bahwa ibu saat ini tidak dianjurkan untuk minum es,dan

cara mengatasinya dengan cara minum air hangat,minum air

putih yang cukup,istirahat yang cukup,melakukan olahraga

ringan seperti senam hamil.

5) Menjelasakan bila ada tanda-tanda persalinan pada ibu,segera

ke rumah sakit

a) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan- robekan kecil pada serviks.

b) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.

c) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada

pembukaan.

6) Persiapan persalinan surat - surat (BPJS, Foto kopi KTP, KK),

Buku Pink, donor darah berjalan, kendaraan, persaiapan ibu

(pakain dalam, sarung, baju masing masing 5 buah, dan

pembalut ibu nifas) dan persiapan bayi (bedong, baju, popok,

topi, sarung tangan dan kaki, handuk ).

7) Kb efektif jangka panjang


150

Sebelumnya sudah dijelaskan kepada ibu baiknya ibu

memakai iud karena ibu termasuk obesitas karena iud tidak

mengandung hormon apapun, tetapi ibu tidak bersedia

memakai iud tetapi ibu hanya ingin memakai KB

IMPLANT,KB efektif yaitu KB IMPLANT karena ibu masih

muda dan jumlah anak sudah cukup yaitu 2, dan didalam ada 1

balita dalam keluarga di tambah yang akan di lahirkan

sehingga totalnya 4.

8) KIE bersalin di rumah sakit Tempat bersalin di

RS.Dr.R.Hardjanto karena ibu termasuk resiko tinggi

kehamilan multiparitas dan obesitas maka dibutuhkan rumah

sakit besar dimana alat-alat kesehatan cukup memadai,

c. Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang 1

minggu kemudian tanggal 10 Maret 2021 untuk melakukan senam

hamil.

7. Langka VII Evaluasi

ibu mengatakan mengerti dan memahami KIE yang telah

diberikan serta berjanji melahirkan di Rumah Sakit Dr. R.Hardjanto,

KU ibu baik,kehamilan ibu sudah cukup bulan ( perkiraan lahir 2 s.d 4

mgg yang akan datang ), Posisi janin normal, Ibu memahami dan

berjanji untuk berusaha mengatasi kenaikan berat badannya: yaitu

hanya 0,9 sampai 1 kg selama trimester 3. Ibu bersedia dan suami

mendukung untuk ikut KB efektif jangka panjang, yaitu IMPLANT


151

untuk mencegah kehamilan dengan menandatangani lembar buku KIA

di persetujuan pemasangan alat kontrasepsi

D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan

1. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care

a. Asuhan Kebidanan Antenatal Care K1 (5 Maret 2021 Pukul

08.30 WITA)

S :

8. Ibu mengatakan hamil anak ke-4, tidak pernah keguguran dan

anak terakhir berusia 36 bulan.

9. Ibu mengatakan melakukan PP Test sendiri di rumah hasilnya

Positif (+) bulan juli 2020

10. Ibu mengatakan merasakan gerakan janin usia kehamilan 4

bulan.

11. HPHT 27-06-2020, TP 04-04-2021

O:

1. Keadaan Umum : Baik

1) Kesadaran : Composmetis

2) TTV :

TD : 120/80 mmHg

T : 36 oC

N : 80 x/m

R : 20x/m

3) Payudara :
152

Bentuk Simetris, puting susu menonjol, terjadi

hiperpigmentasi aerola, adanya pengeluaran ASI

di putting kanan dan kiri.

4) Abdomen :

 Mc Donald : 30 cm

 Leopold I : Bokong.

TFU : 3 jari bawah Prosesus – Xiphoideus (PX)

 Leopold II : Punggung Kanan ( Pu-Ka )

 Leopold III : Letak Kepala ( Let-Kep )

 Leopold IV : Belum masuk PAP (Konvergen)

 Tafsiran berat janin (30-11) x 155 = 2.945 gram.

Score Poedji Rochjati: Hamil skor 6.

Palpasi :

TFU : 3 jari bawah Prosesus – Xiphoideus (PX)

2. Pemeriksaan fisik

Ditemukan sedikit oedema bagian kaki kanan dan kiri

3. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Tanggal 15 Agustus 2020

a. HB : 13,2 gr/dl

b. Protein Urine : Negatif (-)

c. HbsAg : Non Reaktif

d. HIV : Non Reaktif

Pemeriksaan (USG) tanggal 22 Januari 2021


153

a. Tempat : Praktek Dr.Rully,Sp.OG

b. Usia Kehamilan : 30 minggu

c. Tafsiran Persalinan : 4 April 2021

d. Tafsiran Berat Janin : 2.300 gram

e. Presentasi : Kepala

f. Letak plasenta : Normal di Fundus

g. Air Ketuban : Cukup

h. Jenis Kelamin : Perempuan

A : G4P3003 usia kehamilan 36 minggu 1 hari janin tunggal hidup intera

uterine

Masalah:

1) Multiparitas

2) obesitas

 Diagnosa Potensial :

Pada Ibu : perdarahan post partum

 Dasar : ibu hamil anak ke 4 Kemungkinan akan di temui

kesehatan yang terganggu,kekendoran pada dinding perut,

tampak pada ibu dengan perut yang menggantung,sehingga

resiko yang akan terjadi perdarahan post partum.


154

 Tindakan antisipasi:

1. Mengkonsumsi tablet penambah darah.

2. Menyiapkan donor darah yang sama dengan ibu.

 Masalah Potensial : Diabetes Melitus Gestasional.

 Dasar :

DS :

1. Ibu mengatakan makan dengan porsi sedang 3 kali

sehari,terdiri dari nasi (satu sendok nasi), sayur (1

mangkok sayur),1 potong lauk (ikan atau ayam ), sari

kacang ijo (1 gelas kadang-kadang),ibu juga suka makan

mie,suka jajan, ibu mengatakan jadi lebih lahap dalam

perubahan makan, ibu suka minum es, Lila 30 cm,

2. Kenaikan berat badan ibu selama hamil sampai usia 36

minggu 1 hari adalah 10 kg.

Kenaikan berat badan yang normal untuk ibu hamil

obesitas 4,4-6,8 kg.

 Tindakan Antisipasi :

Antisipasi :

1. Melakukan pemeriksaan kadar gula darah, menganjurkan

ibu mengurangi makan yang berlemak dan manis serta

memperbanyak makan buah dan sayur.

2. Mengurangi makanan yang berkabohidrat,seperti nasi,mie,

tetapi perbanyak mengkonsumsi tahu,tempe,telur,ayam.

P:
155

a) Menjelaskan hasil pemeriksaan, usia kehamilan ibu 36 mgg , 2-3 mgg

lagi kemungkinan lahir, TD: 120/80 mmHg, DJJ: 151x/m, posisi janin

dalam keadaan normal, dan hasil permeriksaan fisik ibu tidak

ditemukan kelainan.

b) Menjelaskan KIE kepada ibu tentang:

1) Menjelaskan kepada ibu bahwa kehamilan ibu termasuk resiko

tinggi kehamilan karena kehamilan anak ke 4 kemungkinan akan di

temui kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dinding perut,

tampak pada ibu dengan perut yang menggantung yang akan

mengakibatkan perdarahan post partum.

2) Menjelaskan pada ibu bahwa tubuhnya saat ini memiliki kelebihan

berat badan, BB setiap minggu di sarankan hanya naik 0.3 kg

perminggu. jika dihitung dari usia aterm (38 -40 mgg) maka ibu

hanya boleh naik 0,9 – 1 kg selama hamil, dampak dari kelebihan

berat badan yaitu : macrosomia, hipertensi dalam kehamilan, dan

kelainan metabolik neonatus. Sehingga ibu harus mengontrol diet,

olahraga, dan modifikasi gaya hidup.

3) Memberikan penjelasan penyebab kaki bengkak dan

ketidaknyamanan serta cara mengatasinya,dengan cara Anjurkan ibu

untuk mengganjal kakinya saat tidur/baring agar bengkak pada

kakinya hilang dan rendam kaki dengan air hangat selama 10 menit.

4) Menjelaskan kepada ibu penyebab dari batuk pilek yaitu

dikarenakan ibu sering mengkonsumsi es,sirup,memberitahu ibu

bahwa ibu saat ini tidak dianjurkan untuk minum es,dan cara
156

mengatasinya dengan cara minum air hangat,minum air putih yang

cukup,istirahat yang cukup,melakukan olahraga ringan seperti

senam hamil.

5) Menjelasakan bila ada tanda-tanda persalinan pada ibu,segera ke

rumah sakit

a) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan- robekan kecil pada serviks.

b) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.

c) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada

pembukaan.

6) Persiapan persalinan surat - surat (BPJS, Foto kopi KTP, KK), Buku

Pink, donor darah berjalan, kendaraan, persaiapan ibu (pakain

dalam, sarung, baju masing masing 5 buah, dan pembalut ibu nifas)

dan persiapan bayi (bedong, baju, popok, topi, sarung tangan dan

kaki, handuk ).

7) Kb efektif jangka panjang

Sebelumnya sudah dijelaskan kepada ibu baiknya ibu memakai iud

karena ibu termasuk obesitas karena iud tidak mengandung hormon

apapun, tetapi ibu tidak bersedia memakai iud tetapi ibu hanya ingin

memakai KB IMPLANT,KB efektif yaitu KB IMPLANT karena

ibu masih muda dan jumlah anak sudah cukup yaitu 2, dan didalam

ada 1 balita dalam keluarga di tambah yang akan di lahirkan

sehingga totalnya 4.
157

8) KIE bersalin di rumah sakit Tempat bersalin di RS.Dr.R.Hardjanto

karena ibu termasuk resiko tinggi kehamilan multiparitas dan

obesitas maka dibutuhkan rumah sakit besar dimana alat-alat

kesehatan cukup memadai,

c) Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang 1

minggu kemudian tanggal 10 Maret 2021 untuk melakukan senam

hamil.
BAB IV
TINJAUAN KASUS PADA NY. S G4P3003 USIA KEHAMILAN 36
MINGGU 1 HARI DENGAN MASALAH MULTIPARITAS
DAN OBESITAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUARA RAPAK KOTA BALIKPAPAN
TAHUN 2021

1. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care K2

a) Asuhan Kebidanan Antenatal Care K2

1. Asuhan Kebidanan Antenatal Care K2

d. Tanggal : 12 Maret 2021

b. Jam : 16.00- 17.30 WITA

c. Oleh : Noor Azizah

d. Pembimbing : Sri Susilowati,SST

e. Tempat : BPM Sri Susilowati,SST

S:

1) Ibu mengatakan hamil anak ke-4, tidak pernah keguguran.

2) Ibu mengatakan melakukan PP Test sendiri di rumah hasilnya

Positif (+) bulan juli 2020

3) Ibu mengatakan merasakan gerakan janin usia kehamilan 4 bulan

4) HPHT 27-06-2020, TP 04-04-2021

O:

1) Pemeriksaan Umum :

(a) Keadaan Umum : Baik

(b) Kesadaran : Composmetis


157
158

(c) Berat badan :

(1) sebelum hamil : 74 Kg

(2) saat hamil : 85 Kg

(d) Tinggi badan : 150 cm

BB(Kg) 74 Kg
(e) IMT : 2
= 2
=32,8 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

(f) TTV :

TD : 120/80 mmHg T : 36,3 oC N: 80 x/m

R : 20x/m DJJ : 145 x/m

2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : bersih, tidak ada ketombe, kontruksi rambut

kuat, distribusi merata

Mata : konjungtiva tidak tampak anemis, sklera tidak

ikterik

Payudara : betuk simetris, puting susu menonjol, terjadi

hiperpigmentasi, tidak ada benjolan, air susu

sudah keluar.

Abdomen :

MC Donald : 32 cm

Leopold I: TFU 2 jari bawah PX (32 cm). Bagian fundus

pada fundus teraba Bulat dan tidak melenting (Bokong)

Leopold II: punggung kanan (Pu-Ka)


159

Leopold III: Letak Kepala (let-Kep)

Leopold IV: Sudah Memasuki PAP( Konvergen)

(TBJ): (32-12) x 155 = 3.100 Gram

Ektremitas : tidak ada kelainan

3) Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Tanggal 29 Maret 2021

HB : 10,7 gr/dl

Protein Urine : Negatif (-)

HbsAg : Non Reaktif

HIV : Non Reaktif

Pemeriksaan (USG) tanggal 22 Januari 2021

(a) Tempat : Praktek Dr.Rully,Sp.OG

(b) Usia Kehamilan : 30 minggu

(c) Tafsiran Persalinan : 4 April 2021

(d) Tafsiran Berat Janin : 2,300gram

(e) Presentasi : Kepala

(f) Letak plasenta : Normal di Fundus

(g) Air Ketuban : Cukup

(h) Jenis Kelamin : Perempuan


160

A :

1) Diagnosa : G4P3003 usia kehamilan 37 minggu janin tunggal

hidup interauterine

2) Masalah :

1. Multiparitas

2. Obesitas

3) Diagnosa Potensial :

 Pada Ibu : Perdarahan post partum

 Dasar :

Ibu hamil anak ke 4 kemunkinan akan ditemui

kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dinding

perut,tampak pada ibu dengan perut yang

menggantung, sehingga resiko yang akan terjadi

perdarahan post partum.

 Tindakan antisipasi:

3. Mengkonsumsi tablet penambah darah.

4. Menyiapkan donor darah yang sama dengan ibu.

4) Masalah Potensial : Diabetes Melituus Gestasional.

Dasar :

DS :

1. Ibu mengatakan makan dengan porsi sedang 3 kali

sehari,terdiri dari nasi (satu sendok nasi), sayur (1 mangkok

sayur),1 potong lauk (ikan atau ayam ), sari kacang ijo (1


161

gelas kadang-kadang),ibu juga suka makan mie,suka jajan,

ibu mengatakan jadi lebih lahap dalam perubahan makan,

ibu suka minum es, Lila 30 cm,

2. Kenaikan berat badan ibu selama hamil sampai usia 37

minggu adalah 8 kg.

Kenaikan berat badan yang normal untuk ibu hamil obesitas

4,4 sampai 6,8 kg atau dalam perminggunya yang normal

untuk ibu hamil dengan obesitas adalah 0,2 kg/minggu

 Tindakan Antisipasi :

Antisipasi :

1. Melakukan pemeriksaan kadar gula darah, menganjurkan

ibu mengurangi makan yang berlemak dan manis serta

memperbanyak makan buah dan sayur.

2. Mengurangi makanan yang berkabohidrat,seperti nasi,mie,

tetapi perbanyak mengkonsumsi tahu,tempe,telur,ayam.

P : Tanggal 12 Maret 2021

Jam Tindakan Paraf

16.00  Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kodisi

WIT ibu saat ini dalam keadaan normal usia kehamilan ibu

A 37 dan ibu mengerti dengan kondisinya saat ini

16.10  Memberikan KIE tentang :

WIT  Menjelaskan kepada ibu bahwa kehamilan ibu termasuk

A resiko tinggi kehamilan karena kehamilan anak ke 4


162

kemungkinan akan di temui kesehatan yang terganggu,

kekendoran pada dinding perut, tampak pada ibu dengan

perut yang menggantung yang akan mengakibatkan

perdarahan post partum.

 Menjelaskan pada ibu bahwa tubuhnya saat ini memiliki

kelebihan berat badan, BB setiap minggu di sarankan

hanya naik 0.3 kg perminggu. jika dihitung dari usia

aterm (38 -40 mgg) maka ibu hanya boleh naik 0,9 – 1

kg selama hamil, dampak dari kelebihan berat badan

yaitu : macrosomia, hipertensi dalam kehamilan, dan

kelainan metabolik neonatus. Sehingga ibu harus

mengontrol diet, olahraga, dan modifikasi gaya hidup.

 Memberikan penjelasan penyebab kaki bengkak dan

ketidaknyamanan serta cara mengatasinya,dengan cara

Anjurkan ibu untuk mengganjal kakinya saat

tidur/baring agar bengkak pada kakinya hilang dan

rendam kaki dengan air hangat selama 10 menit.

 Memberikan KIE persiapan persalinan, Persiapan

persalinan surat - surat (BPJS, Foto kopi KTP, KK),

Buku Pink, donor darah berjalan, kendaraan, persaiapan

ibu (pakain dalam, sarung, baju masing masing 5 buah,

dan pembalut ibu nifas), uang dan persiapan bayi

(bedong, baju, popok, topi, sarung tangan dan kaki,

handuk,). Ibu mengerti persiaapan persalinan


163

 Memberikan KIE tentang mengenali tanda-tanda

persalinan : Keluar lendir bercampur darah yang lebih

banyak karena robekan- robekan kecil pada serviks,

Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya, Pada

pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada

pembukaan.ibu mengetahui tanda tanda persalinan

 Memberikan konseling Kb efektif jangka panjang

 Sebelumnya sudah dijelaskan kepada ibu baiknya ibu

memakai iud karena ibu termasuk obesitas karena iud

tidak mengandung hormon apapun, tetapi ibu tidak

bersedia memakai iud tetapi ibu hanya ingin memakai

Kb Implant,Kb efektif yaitu Kb Implant karena ibu

masih muda dan jumlah anak sudah cukup yaitu 2, dan

didalam ada 1 balita dalam keluarga di tambah yang

akan di lahirkan sehingga totalnya 4.

 KIE bersalin di rumah sakit Tempat bersalin di

RS.Dr.R.Hardjanto karena ibu termasuk resiko tinggi

kehamilan multiparitas dan obesitas maka dibutuhkan

rumah sakit besar dimana alat-alat kesehatan cukup

memadai

 KIE tentang menjaga protocol kesehatan yang sudah di

tetapkan yaitu memakai masker ketika berpergian,

menjauhi kerumunan,menjaga jarak,mencuci

tangan,memakai masker,membatasi mobilitas sehingga


164

kecil kemungkinan terkena virus COVID 19 ini.


17.30 - Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan

WIT ulang 1 mgg kemudian pada tanggal 31 Maret 2021 Untuk

A senam hamil atau jika ada keluhan.

- Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang

2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care K3

a) Asuhan Kebidanan Antenatal Care K3

1. Asuhan Kebidanan Antenatal Care K3

b. Tanggal : 24 Maret 2021

f. Jam : 09.30- 10.30 WITA

g. Oleh : Noor Azizah

h. Pembimbing : Susi Purwanti S.SiT.,MPH

i. Tempat : BPM Hj Asminiwaty

S:

5) Ibu mengatakan hamil anak ke-4, tidak pernah keguguran.

6) Ibu mengatakan melakukan PP Test sendiri di rumah hasilnya

Positif (+) bulan juli 2020

7) Ibu mengatakan merasakan gerakan janin usia kehamilan 4 bulan

8) HPHT 27-06-2020, TP 04-04-2020

O:

2) Pemeriksaan Umum :

(g) Keadaan Umum : Baik


165

(h) Kesadaran : Composmetis

(i) Berat badan :

(1) sebelum hamil : 74 Kg

(2) saat hamil : 85 Kg

(j) Tinggi badan : 150 cm

BB(Kg) 74 Kg
(k) IMT : 2
= 2
=32,8 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

(l) TTV :

TD : 120/80 mmHg T : 36,3 oC N: 80 x/m

R : 20x/m DJJ : 145 x/m

2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : bersih, tidak ada ketombe, kontruksi rambut

kuat, distribusi merata

Mata : konjungtiva tidak tampak anemis, sklera tidak

ikterik

Payudara : betuk simetris, puting susu menonjol, terjadi

hiperpigmentasi, tidak ada benjolan, air susu

sudah keluar.

Abdomen :

MC Donald : 32 cm

Leopold I: TFU 2 jari bawah PX (32 cm). Bagian fundus

pada fundus teraba Bulat dan tidak melenting (Bokong)

Leopold II: punggung kanan (Pu-Ka)


166

Leopold III: Letak Kepala (let-Kep)

Leopold IV: Sudah Memasuki PAP( Konvergen)

(TBJ): (32-12) x 155 = 3.100 Gram

Ektremitas : tidak ada kelainan

3) Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Tanggal 29 Maret 2021

HB : 10,7 gr/dl

Protein Urine : Negatif (-)

HbsAg : Non Reaktif

HIV : Non Reaktif

Pemeriksaan (USG) tanggal 22 Januari 2021

(a) Tempat : Praktek Dr.Rully,Sp.OG

(b) Usia Kehamilan : 30 minggu

(c) Tafsiran Persalinan : 4 April 2021

(d) Tafsiran Berat Janin : 2,300gram

(e) Presentasi : Kepala

(f) Letak plasenta : Normal di Fundus

(g) Air Ketuban : Cukup

(h) Jenis Kelamin : Perempuan

A :
167

1) Diagnosa : G4P3003 usia kehamilan 38 minggu 5 hari janin

tunggal hidup interauterine

2) Masalah :

3. Multiparitas

4. Obesitas

3) Diagnosa Potensial :

 Pada Ibu : Perdarahan post partum

 Dasar :

Ibu hamil anak ke 4 kemunkinan akan ditemui

kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dinding

perut,tampak pada ibu dengan perut yang

menggantung, sehingga resiko yang akan terjadi

perdarahan post partum.

 Tindakan antisipasi:

1. Mengkonsumsi tablet penambah darah.

2. Menyiapkan donor darah yang sama dengan ibu.

4) Masalah Potensial : Diabetes Melituus Gestasional.

Dasar :

DS :

1. Ibu mengatakan makan dengan porsi sedang 3 kali

sehari,terdiri dari nasi (satu sendok nasi), sayur (1

mangkok sayur),1 potong lauk (ikan atau ayam ), sari


168

kacang ijo (1 gelas kadang-kadang),ibu juga suka makan

mie,suka jajan, ibu mengatakan jadi lebih lahap dalam

perubahan makan, ibu suka minum es, Lila 30 cm,

2. Kenaikan berat badan ibu selama hamil sampai usia 38

minggu 5 hari adalah 11 kg. Kenaikan berat badan yang

normal untuk ibu hamil obesitas 4,4 sampai 6,8 kg atau

dalam perminggunya yang normal untuk ibu hamil

dengan obesitas adalah 0,2 kg/minggu

Tindakan Antisipasi :

Antisipasi :

1. Melakukan pemeriksaan kadar gula darah, menganjurkan

ibu mengurangi makan yang berlemak dan manis serta

memperbanyak makan buah dan sayur.

2. Mengurangi makanan yang berkabohidrat,seperti

nasi,mie, tetapi perbanyak mengkonsumsi

tahu,tempe,telur,ayam.

P : Tanggal 24 Maret 2021

Jam Tindakan Paraf

09.30  Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa kodisi


169

WIT ibu saat ini dalam keadaan normal usia kehamilan ibu

A 38 minggu 5 hari dan ibu mengerti dengan kondisinya

saat ini
09.35  Memberikan KIE tentang :

WIT  Menjelaskan kepada ibu bahwa kehamilan ibu termasuk

A resiko tinggi kehamilan karena kehamilan anak ke 4

kemungkinan akan di temui kesehatan yang terganggu,

kekendoran pada dinding perut, tampak pada ibu dengan

perut yang menggantung yang akan mengakibatkan

perdarahan post partum.

 Menjelaskan pada ibu bahwa tubuhnya saat ini memiliki

kelebihan berat badan, BB setiap minggu di sarankan

hanya naik 0.3 kg perminggu. jika dihitung dari usia

aterm (38 -40 mgg) maka ibu hanya boleh naik 0,9 – 1

kg selama hamil, dampak dari kelebihan berat badan

yaitu : macrosomia, hipertensi dalam kehamilan, dan

kelainan metabolik neonatus. Sehingga ibu harus

mengontrol diet, olahraga, dan modifikasi gaya hidup.

 Memberikan penjelasan penyebab kaki bengkak dan

ketidaknyamanan serta cara mengatasinya,dengan cara

Anjurkan ibu untuk mengganjal kakinya saat

tidur/baring agar bengkak pada kakinya hilang dan

rendam kaki dengan air hangat selama 10 menit.

 Memberikan KIE persiapan persalinan, Persiapan


170

persalinan surat - surat (BPJS, Foto kopi KTP, KK),

Buku Pink, donor darah berjalan, kendaraan, persaiapan

ibu (pakain dalam, sarung, baju masing masing 5 buah,

dan pembalut ibu nifas), uang dan persiapan bayi

(bedong, baju, popok, topi, sarung tangan dan kaki,

handuk ). Ibu mengerti persiaapan persalinan

 Memberikan KIE tentang mengenali tanda-tanda

persalinan : Keluar lendir bercampur darah yang lebih

banyak karena robekan- robekan kecil pada serviks,

Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya, Pada

pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada

pembukaan.ibu mengetahui tanda tanda persalinan

 Memberikan konseling Kb efektif jangka panjang

 Menjelaskan sebaiknya KB non hormonal seperti IUD,

tetapi ibu tidak bersedia memakai iud tetapi ibu hanya

ingin memakai Kb Implant,Kb efektif yaitu Kb Implant

karena ibu masih muda dan jumlah anak sudah cukup

yaitu 2, dan didalam ada 1 balita dalam keluarga di

tambah yang akan di lahirkan sehingga totalnya 4.

 KIE bersalin di rumah sakit karena ibu termasuk resiko

tinggi kehamilan Tempat bersalin di RS.Dr.R.Hardjanto

karena ibu termasuk resiko tinggi kehamilan

multiparitas dan obesitas maka dibutuhkan rumah sakit


171

besar dimana alat-alat kesehatan cukup memadai

 KIE tentang menjaga protocol kesehatan yang sudah di

tetapkan yaitu memakai masker ketika berpergian,

menjauhi kerumunan,menjaga jarak,mencuci

tangan,memakai masker,membatasi mobilitas sehingga

kecil kemungkinan terkena virus COVID 19 ini.

 KIE tentang menghadapi persalinan di era pandemic ini

seperti harus melakukan Tes antigen 2 minggu sebelum

menghadapi persalinan

 Melakukan senam hamil di rumah


09.40 - Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan

WIT ulang 1 mgg kemudian pada tanggal 31 Maret 2021 Untuk

A senam hamil atau jika ada keluhan.

- Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang

3. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Intranatal Care

a) Asuhan Kebidanan Intranatal Care Kala I fase laten (10 April 2021

Pukul 19.26)

S:

1) Ibu mengatakan hamil anak ke-4, tidak pernah keguguran.


172

2) HPHT 27-06-2020, TP 04-04-2021

3) Ibu mengatakan merasakan kencang – kencang sejak tadi shubuh jam

05.00

O:

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmetis

3) Berat badan sebelum hamil : 76

4) Berat badan sekarang : 85 Kg

5) Tinggi badan : 151 cm

BB (Kg) 74 Kg
6) IMT Sebelum hamil : 2
= 2
=32,8 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

BB(Kg) 85 Kg
7) IMT sekarang : 2
= 2
=37,7 Kg /m2
TB(m) (1,50)

8) TTV :

TD : 110/70 mmHg T : 36,4 oC N: 79 x/m R : 20x/m

His : 1x10’x10” DJJ: 140 x/m

9) Score Poedji Rochjati: Hamil skor 2, Kehamilan anak ke empat 4, Total

skor : 6

10) Pemeriksaan tes antigen : negatif

11) Pemeriksaan Fisik

Abdomen :

Presentasi : kepala

Posisi janin : Memanjang

 Mc Donald : 33 cm
173

 LI : Bokong

TFU : 2 jari bawah Prosesus-Xiphoideus (PX)

 LII : PU-KA

 LIII : Let-Kep,

 LIV : Divergen

 DJJ : 134 x / m

Ektremitas : tidak ada kelainan

12) Pemeriksaan Dalam (10 April pukul 19.26)

Vulva / Uretra : Tidak ada kelainan

Vagina : Tidak ada kelainan

Dinding Vagina : Tidak ada kelainan

Porsio : Tebal

Pendataran : 25 %

Pembukaan :2

Selaput ketuban : Utuh

Penurunan : 4/5

Bagian Terendah : kepala

Bidang Hodge :1

His : 1x10’x10” DJJ: 140 x/m

A:

G4P3003 usia kehamilan 40 minggu 6 hari janin tunggal hidup

Intra uterin, inpartu kala I fase laten.

Masalah :
174

a. Multiparitas

Dasar : ibu mengatakan ini kehamilan anak ke-4.

b. Obesitas

BB (Kg) 74 Kg
Dasar : IMT sebelum hamil 2
= 2
=32,8 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

Diagnosa Potensial :

Pada ibu : perdarahan post partum

Dasar : ibu hamil anak ke 4 Kemungkinan akan di

temui kesehatan yang terganggu,kekendoran pada dinding

perut, tampak pada ibu dengan perut yang

menggantung,sehingga resiko yang akan terjadi perdarahan

post partum.

a. Melakukan pertolongan persalinan

b. Manajemen aktif kala III

c. Pemberian hydrasi/minuan yang manis

d. Mengosongkan kandung kemih

Masalah Potensial :

a. Partus Lama

Dasar : His : 1x10’x10” dan Obesitas mengakibatkan

terganggunya aktivitas metabolik atau hormon dalam tubuh

sehingga proses persalinan menjadi lebih lama (bahaya

obesitas, 2017).

b. Tindakan antisipasi:
175

Menganjurkan ibu untuk berjalan jalan agar kepala cepat

turun.

P:

Jam Tindakan Paraf

9.26 - Menjelaskan hasil Pemeriksaan pada ibu

WITA - Hasil Pemeriksaan pada ibu bahwa saat ini sudah di

rumah sakit dan sudah dilakukan tes antigen dan

hasilnya negatif, dan hasil pemeriksaan dalam ibu masih

pembukaan 2 bayi dalam keadaan baik.

- Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini


9.36 - Memberikan KIE :

WITA  Teknik Relaksasi, yaitu tarik napas dari hidung

keluarkan pelan pelan lewat mulut, ibu mengerti

teknik relaksasi

 Menganjurkan ibu untuk makan minum yang manis,

agar ibu ada tenaga untuk proses persalinan.

 Anjurkan ibu berjalan jalan agar kepala bayi cepat

turun dan agar pembukaan semakin besar

- Ibu mengerti dengan KIE yang diberikan


9.46 - Observasi kemajuan persalinan, dengan mengecek

WITA pembukaan dan DJJ

- Dilakukan pemeriksaan dalam terakhir pada pukul 19.26

dengan hasil vulva: Tidak ada kelainan,Vagina :

Tidak ada kelainan,Dinding Vagina:Tidak ada


176

kelainan,Porsio: Tebal,Pendataran : 25 %,Pembukaan

: 2,Selaput ketuban : Utuh,Penurunan :

4/5,Bagian Terendah : kepala,Bidang Hodge : 1,

His : 1x10’x10”

Observasi DDJ setiap 30 menit

9.56 - Menyiapkan Alat dan bahan

WITA - Alat Partus Set telah disiapkan

SOAP EVALUASI :

11 April 2021 pukul. 6.50 WITA

S:

Ibu mengatakan mules semakin sering namun hilang timbul.

O:

Melakukan TTV :

KU: Baik Kes : CM , TD : 128/90 mmHg, T: 36,3 oC

N: 78 x/m, R : 20x/m His : 2x10’,15” DJJ : 134 x/m

Melakukan pemeriksaan dalam :

Tanggal: 11 april 2021 Jam: 06.50

Vulva / Uretra : tidak ada kelainan

Vagina : tidak ada kelainan


177

Dinding Vagina : tidak ada kelainan

Porsio : lunak,

Pendataran : 25 %

Pembukaan : 3 cm

Selaput ketuban : Utuh

Penurunan : 4/5

Bagian Terendah : kepala

Bidang Hodge :I

A : Diagnosa : G4P3003 usia kehamilan 40 minggu 6 hari janin

tunggal hidup Intra uterin, inpartu kala I fase laten memanjang.

Masalah :

a. Multiparitas

Dasar : Ibu mengatakan ini kehamilan anak ke 4 dan tidak pernah

keguguran, Score Poedji Rochjati: Hamil skor 6.

b. Obesitas

BB(Kg) 74 Kg
Dasar : 2
= 2
=32,8 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

Diagnosa potensial pada ibu: Perdarahan post partum

Dasar :ibu hamil anak ke 4 Kemungkinan akan di temui

kesehatan yang terganggu,kekendoran pada dinding perut, tampak

pada ibu dengan perut yang menggantung,sehingga resiko yang

akan terjadi perdarahan post partum.

Tindakan antisipasi :
178

a. Melakukan pertolongan persalinan

b. Manajemen aktif kala III

c. Pemberian hydrasi/minuman yang manis

d. Mengosongkan kandung kemih

Masalah potensial :

a. Pada Bayi : Asfiksia

Dasar : proses persalinan yang lama.

Tindakan antisipasi :

a. Menyiapkan alat resusitasi.

Jam Tindakan Paraf

06.55 WITA - Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

- Hasil pemeriksaan VT Pembukaan jalan lahir 4 jam

kemudian lambat hanya 3 cm dan detak jantung bayi

normal

- Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.


10 WITA - Memberikan KIE :

 Tidur miring ke kiri agar bayi mendapatkan oksigen,

 Mengajarkan Teknik Relaksasi yaitu menarik napas

dari hidung keluarkan pelan pelan melalui mulut

 Makan dan minum, ketika tidak ada kontraksi ibu

makan dan minum yang manis sehingga ibu ada

tenaga.

 Menjelaskan tentang induksi, induksi adalah


179

rangsangan yang diberikan dengan tujuan untuk

merangsang kontraksi rahim ibu sehingga kontraksi

lebih kuat dengan harapan bayi cepat keluar, hal ini

dilakukan karena tidak ada kemajuan persalinan

selama dipantau sehingga perlu dilakukan rangsangan

- Ibu mengerti dengan KIE yang diberikan


07.15 WITA - Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn

- Dilakukan pemasangan infus drip oksitosin 20 IU dalam

8-20 tetes permenit

Kontraksi uterus menjadi adekuat, 3x10’x15-20”

08.30 WITA - Melakukan pemeriksaan dan VT ulang

- Berdasarkan hasil pemeriksaan his interval : 3×10’,

frekuensi : kuat, durasi : 35”, DJJ : 134×/m. pemeriksaan

VT: porsio lunak, pendataran 75%, pembukaan masih 7

cm, selaput ketuban pecah spontan, penurunan 4/5, bagian

terendah kepala.

- Dan menjelaskan hasil pemeriksaan ke ibu detak jantung

bayi dalam keadaan normal dan pembukaan 7 cm.

ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.

11 April 2021 pukul. 08.30 WITA

b) Asuhan Kebidanan Intranatal Care Kala I fase Aktif (11 April

2021 Pukul 08.30)

S : Ibu mengatakan kontraksi semakin sering.


180

O:

Melakukan TTV :

KU: Baik Kes : CM TD : 128/90 mmHg T: 36,4 oC

N: 78 x/m R : 20x/m His : 3x10’x35” DJJ : 134 x/m

Melakukan pemeriksaan dalam :

Vulva / Uretra : tidak ada kelainan

Vagina : tidak ada kelainan

Dinding Vagina : tidak ada kelainan

Porsio : lunak

Pendataran : 75 %

Pembukaan : 7 cm

Selaput ketuban : Pecah spontan

Penurunan : 4/5

Bagian Terendah : kepala

Bidang Hodge : II

A : Diagnosa : G4P3003 usia kehamilan 40 minggu 6 hari janin

tunggal hidup Intra uterin, inpartu kala I fase aktif dengan induksi

persalinan.

Masalah :

a. Multiparitas
181

Dasar : ibu mengatakan ini kehamilan anak ke 4 dan tidak

pernah keguguran.

b. Obesitas

BB (Kg) 74 Kg
Dasar : 2
= 2
=32,8 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

Diagnosa potensial : Perdarahan post partum

a. Melakukan pertolongan persalinan

b. Manajemen aktif kala III

c. Pemberian hydrasi/minuan yang manis

d. Mengosongkan kandung kemih

Masalah potensial :

a. Pada Bayi : Asfiksia

Dasar : tindakan induksi persalinan secara keseluruhan tidak

bebas dari risiko, jika terjadi rangsangan yang berlebihan pada

uterus dapat mengganggu janin karena penurunan perfusi plasenta

dapat menyebabkan asfiksia bayi baru lahir (Safaah, 2007).

Tindakan Antisipasi :

a. Mengecek DJJ per 15 menit.

b. Menyiapkan alat resusitasi.

P:

Jam Tindakan Paraf

08.30 - Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

- Berdasarkan hasil pemeriksaan pembukaan masih 7 cm


182

WITA dan detak jantung bayi dalam keadaan normal

- ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.


08.35 - Memberikan KIE : .

WITA  Tidur miring ke kiri agar bayi mendapatkan oksigen

 Mengajaran Teknik Relaksasi saat kontraksi yaitu

menarik napas dari hidung keluarkan pelan pelan

melalui mulut

 Makan dan minum, ketika tidak ada kontraksi ibu

makan dan minum yang manis sehingga ibu ada

tenaga.

- Ibu mengerti dengan KIE yang diberikan


10.00 - Melakukan pemeriksaan pada ibu dan VT ulang
WITA - His = 4×10’×40-45”, DJJ : 152×/m. pemeriksaan VT:

porsio lunak, pendataran 100%, pembukaan masih 10

cm, selaput ketuban negatif (pecah spontan 08.30),

penurunan 1/5, bagian terendah kepala.

- Dan menjelaskan hasil pemeriksaan ke ibu detak jantung

bayi dalam keadaan normal dan pembukaan 10 cm.

- ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.

11 April 2021 pukul. 10.00 WITA

c) Asuhan Kebidanan Intranatal Care Kala II (11 April 2021

Pukul 10.00)

S:
183

1. Ibu mengatakan ingin mengejan

2. Ibu mengatakan ingin BAB

3. Ibu mengatakan setelah diberi perangsang sakit semakin sering

dan lama

O:

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum: Baik

2) Kesadaran : Compometis

3) TTV

a) TD : 129/90 mmHg

b) N : 84 x/menit

c) R : 21 x/menit

d) T : 36,5 oC

b. Pemeriksaan Fisik

1) Abdomen :

Kontraksi uterus : frekuensi 4x10’, durasi : 40-45”,

Intensitas: kuat, penurunan kepala 1/5; Auskultasi DJJ :

terdengar jelas, teratur, frekuensi 152 x/menit, interval teratur

tidak lebih dari 2 punctum maximal, terletak di kuadran 1.

c. Genetalia :

1) Genetalia Eksternal :

Tampak adanya tekanan pada anus, perineum tampak

menonjol, vulva terbuka dan meningkatnya pengeluaran lendir

darah. Ketuban pecah pukul 08.30 WITA station/hodge IV


184

2) Genetalia Internal :

Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil : Dinding

vagina tidak terjadi kelainan; Portio lembut tipis; Pendataran

100%; Pembukaan 10 cm; Ketuban negative (-); Bagian

terendah kepala; Penurunan 1/5; Tali pusat tidak menumbung;

Bidang Hodge III-IV; Ada pengeluaran lendir darah semakin

banyak.

A : Diagnosa : G4P3003 usia kehamilan 40 minggu 6 hari janin

tunggal hidup Intra uterin, inpartu kala II.

Masalah :

a. Multiparitas

Dasar : ibu mengatakan ini kehamilan anak ke-4.

b. Obesitas

BB (Kg) 74 Kg
Dasar : 2
= 2
=32,8 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

Diagnosa potensial : Perdarahan post partum

Tindakan antisipasi :

a. Melakukan pertolongan persalinan

b. Manajemen aktif kala III

c. Pemberian hydrasi/minuan yang manis

d. Mengosongkan kandung kemih

Masalah potensial :
185

a. Pada bayi : Asfiksia

Dasar : Tindakan induksi persalinan secara keseluruhan tidak

bebas dari risiko, jika terjadi rangsangan yang berlebihan pada

uterus dapat mengganggu janin karena penurunan perfusi plasenta

dapat menyebabkan asfiksia bayi baru lahir (Safaah, 2007).

Tindakan antisipasi :

a) Menyiapkan alat resusitasi.

P:

Jam Tindakan Paraf

0.00 - Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan suami

- Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap


WITA
- Ibu dan suami mengerti dengan keadaannya saat ini
0.01 - Mengatur posisi ibu

- Posisi bersalin yaitu semi fowler atau sentengah duduk


WITA
- Ibu mengerti posisi bersalin
186

0.02 - Mengajarkan Teknik mengejan

- Mengajarkan yang baik dan efektif yaitu mengejan seperti


WITA
BAB keras, gigi rapat, wajah menghadap ke perut, mata

dibuka, kedua tangan berada pada pergelangan kaki

- Ibu bisa meneran dengan baik

0.03 - Terpasang infus drip oksitosin 2 ampul dalam 8-20 menit

- Kontraksi uterus baik, dan semakin sering His : 4x10’x40-


WITA
45”
10.04 - Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN, memastikan

lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan


WITA
dengan sabun di bawah air mengalir.
10.05 - Meletakkan kain diatas perut ibu, menggunakan celemek,

mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril pada


WITA
kedua tangan, mengisi spuit dengan oksitosin dan

memasukannya kembali dalam partus set kemudian memakai

sarung tangan steril pada tangan satunya.


10.06 - Membimbing ibu untuk meneran ketika ada dorongan yang

kuat untuk meneran; Ibu meneran ketika ada kontraksi yang


WITA
kuat.
10.07 - Melindungi perineum dengan duk steril ketika kepala bayi

tampak dengan diameter 5-6 cm membuka vulva dengan satu


WITA
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan

yang lain menahan kepala bayi untuk menahan defleksi dan

membantu lahirnya kepala sambil menganjurkan ibu untuk

meneran perlahan atau bernapas cepat dangkal.


Mengecek ada tidaknya lilitan tali pusat pada leher janin dan
187

menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran

paksi luar secara spontan; Tidak ada lilitan tali pusat. Kepala

janin melakukan putaran paksi luar

10.08 - Memegang secara bipariental. Dengan lembut menggerakan

kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul


WITA
dibawah arkus pubis dan kemudian menggerakan arah atas

dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Menggeser

tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah

kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Menggunakan tangan

atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah

atas.Tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan

tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah; Bayi

lahir spontan pervaginam pukul 10.10 WITA.


10.11 - Meletakkan bayi diatas perut ibu, melakukan penilaian

selintas bayi baru lahir sambil Mengeringkan tubuh bayi


WITA
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali

bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering; Bayi baru

lahir cukup bulan segera menangis dan bergerak aktif, A/S :

7/8, jenis kelamin Perempuan, air ketuban jernih caput

(-),cephallhematoma (-)
188

Observasi HIS

TD (mmHg)

NADI (x/m)
TANGGAL /
RESPIRASI HIS (dalam 10’) DJJ (x/m) KETERANGAN
JAM
(x/m)

SUHU (0C)
10 / 04/ 2021 TD : 110/70 1x10’x10” 140 x/m Pendataran: 25 %

mmHg Pembukaan : 2
19.26
cm, Selaput
T : 36,4 oC
ketuban : Utuh,
N: 79 x/m
Penurunan : 4/5,

R : 20x/m Bagian Terendah :

kepala, Bidang

Hodge : I

11/ 04/ 2021 TD : 128/90 2x10’x10-15” 128 x/m Pendataran: 25 %

mmHg, Pembukaan : 3
06.50 2x10’x10-15” 130 x/m
cm, Selaput
T: 36,4 oC
2x10’x10-15” 132 x/m
ketuban : Utuh,
N: 78 x/m,
189

R : 20x/m 2x10’x10-15” 130 x/m Penurunan : 4/5,

Bagian Terendah :
2x10’x10-15” 128 x/m
kepala, Bidang
2x10’x10-15” 140 x/m
Hodge : I

2x10’x10-15” 145 x/m

2x10’x10-15” 142 x/m

2x10’x10-15” 153 x/m

2x10’x10-15” 145 x/m

2x10’x10-15” 130 x/m

2x10’x10-15” 126 x/m

2x10’x10-15” 145 x/m

2x10’x10-15” 130 x/m

2x10’x10-15” 136 x/m

2x10’x10-15” 140 x/m


11/ 04/ 2021 TD : 128/90 3x10’x35” 138 x/m Pendataran: 75 %

mmHg, T: Pembukaan : 7
08.30 3x10’x35” 130 x/m
36,4 oC N: cm, Selaput
3x10’35” 136 x/m
78 x/m, R : ketuban : Pecah

20x/m 3x10’x35” 134 x/m spontan,

Penurunan : 4/5,

Bagian Terendah :

kepala, Bidang
190

Hodge : II,

dipasang infus RL

drip oksi 20 IU
11/ 04/ 2021 TD : 129/90 4x10’x40-45” 152 x/m Pendataran: 100

mmHg, %
10.00
Pembukaan : 10
T: 36,4 oC
cm, Selaput
N: 80 x/m,
ketuban : negatif,
R : 21x
pecah spontan

(pukul:08.30),

Penurunan : 1/5,

Bagian Terendah :

kepala, Bidang

Hodge : III

d) Asuhan Kebidanan Intranatal Care Kala III (11 April 2021 Pukul 10.11)

S :

Ibu merasakan mules pada perutnya

O :

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum : Sedang

2) Kesadaran : Composmetis

b. Pemeriksaan Fisik

1) Abdomen : TFU sepusat, UC : Keras


191

2) Kandung Kemih : Kosong

3) Genitalia : Terdapat semburan darah secara tiba-tiba,

Plasenta belum lahir, tampak tali pusat pada

vulva, tali pusat memanjang. Bayi lahir

spontan segera menangis pukul 10.10 WITA,

JK : Perempuan , A/S : 7/8 caput (-),

cephallhematoma (-)

A :

Diagnosis : G4P3003 inpartu kala III

Masalah : Multiparitas dan Obesitas

Diagnosa Potensial : Perdarahan post partum

Masalah Potensial : Diabetes Melitus gestasional

Dasar : ibu kelelahan karena proses persalinan, multipara,

berat badan ibu diatas IMT normal, persalinan

dengan induksi.

Antisipasi :

a) Segera injeksi oxy 10 IU setalah 1 menit bayi lahir

b) Manajemen aktif kala III

c) Pemberian hydrasi/minuan yang manis.

d) Mengosongkan kandung kemih


192

P :

Tanggal 11 April 2021

Jam Tindakan Paraf


10.11 Memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi

WIT dalam uterus; Tidak ada bayi kedua dalam uterus

Melakukan manajemen aktif kala III, memberitahu ibu

10.11 bahwa ibu akan disuntikkan oksitosin agar rahim

WIT berkontraksi dengan baik; Ibu bersedia untuk disuntik

A oksitosin.

10.11 Menyuntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir 10 intra

WIT unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral

Menjepit tali pusat dengan jepitan khusus tali pusat yang

10.11 steril 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke

WIT arah distal (ibu) dan menjepit kembali tali pusat pada 2

A cm distal dari klem pertama.

10.12 Memegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut

WIT bayi), dan menggunting tali pusat diantara 2 klem.

10.12 Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap d tengah-

WIT tengah dada ibu untuk dilakukan IMD

10.12 Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10


193

WIT cm dari vulva

Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi

10.13 atas simfisis, untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain

WIT menegangkan tali pusat. Kontraksi uterus dalam keadaan

A baik

10.13 Menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara

WIT tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah

A dorsokrainal.

Melakukan penegangan tali pusat dan dorongan

10.14 dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran

WIT sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar

A lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan

lahir
Melahirkan plasenta dengan hati-hati, memegang

10.14 plasenta dengan kedua tangan dan melakukan putaran

WIT searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan

A mencegah robeknya selaput ketuban; Plasenta lahir 5

menit setelah bayi lahir yaitu pukul 10.15 WITA.


10.15 Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir

WIT dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler hingga

A kontraksi baik; Kontraksi uterus baik, uterus, teraba bulat

dan keras
Memeriksa kelengkapan plasenta untuk memastikan

bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir


194

10.16 lengkap,; Kotiledon lengkap, selaput ketuban pada

WIT plasenta lengkap, posisi tali pusat berada central pada

A plasenta, panjang tali pusat ± 50 cm, tebal plasenta± 3

cm,lebar plasenta ± 20 cm.


Mengobservasi kala 4 TTV, KU, kontraksi uterus,

kandung kemih, dan perdarahan; Tekanan darah 128/44


10.30
mmHg, nadi 79x/menit, suhu 36,6℃, TFU 1 jari dibawah
WIT
pusat, UC: keras, kandung kemih teraba kosong dan
A
perdarahan ± 50 cc. (data terlampir pada partograf)

e) Asuhan Kebidanan Intranatal Care Kala IV (11 April 2021 Pukul 10.16)

S :

Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya dan ibu merasakan perutnya

terasa mules

O :

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum : Sedang

2) Kesadaran : Composmetis

b. Pemeriksaan Fisik

1) Payudara : Putting susu ibu menonjol, tampak

pengeluaran ASI di kedua payudara (+),

dan konsistensi

payudara tegang berisi


195

2) Abdomen : TFU 2 jari di bawah sepusat, konsitensi

Rahim keras, UC (+)

3) Kandung Kemih : Kosong

4) Genitalia : Tampak pengeluaran lochea rubra.

Plasenta lahir lengkap jam 10.15 WITA

A :

Diagnosis : P4004 PP Spontan inpartu kala IV

Masalah : Multipara, Obesitas

Masalah Potensial : Diabetes Melitus Gestasional

Dasar : Ibu makan dengan porsi sedang 3 kali sehari,terdiri

dari nasi (satu sendok nasi), sayur (1 mangkok

sayur),1 potong lauk (ikan atau ayam ), sari kacang ijo

(1 gelas kadang-kadang),ibu juga suka makan

mie,suka jajan, ibu mengatakan jadi lebih lahap dalam

perubahan makan, ibu suka minum es, Lila 30 cm,

Antisipasinya :

a) Mengurangi makanan yang berkabohidrat,seperti nasi,mie, tetapi

perbanyak mengkonsumsi tahu,tempe,telur,ayam.

Diagnosa Potensial : Perdarahan post partum


196

Dasar : ibu kelelahan karena proses persalinan, multipara,

berat badan ibu berada diatas IMT normal,

persalinan dengan induksi.

Antisipasi :

a) Mengajarkan ibu untuk masasse

b) Mengosongkan kandung kemih

c) Mengajurkan ibu untuk makan dan minum

d) Istirahat

P :

Tanggal 11 April 2021


Jam Tindakan Paraf
10.16 Melakukan pemeriksaan pada jalan lahir; Tidak
197
WITA terdapat rupture pada perinium ibu.
10.17 Melakukan evaluasi peradarahan kala III ;

WITA Perdarahan ± 150cc.

10.18 Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam

WITA larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).

10.18 Membersihkan ibu dan bantu ibu merapikan

WITA pakaian.

Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung

10.30 kemih, dan perdarahan; Tekanan darah 128/44

WITA mmHg, nadi 79x/menit, suhu 36,6℃, TFU 1 jari

dibawah pusat, UC: keras, kandung kemih teraba

kosong dan perdarahan ± 50 cc. (data terlampir pada

partograf)
10.31 Menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta

WITA istirahat; Ibu meminum susu yang telah di sediakan

Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung

10.45 kemih, dan perdarahan; Tekanan darah 130/70

WITA mmHg, nadi 88x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat,

UC: keras, kandung kemih teraba kosong dan

perdarahan ± 20 cc. (data terlampir pada partograf)


Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung

11.00 kemih, dan perdarahan; Tekanan darah 125/80

WITA mmHg, nadi 89x/menit, TFU teraba 1 jari dibawah

pusat, UC:keras, kandung kemih teraba kosong dan

perdarahan ± 20 cc. (data terlampir pada partograf)


Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung

11.15 kemih, dan perdarahan; Tekanan darah 130/75

WITA mmHg, nadi 90 x/menit, TFU teraba 1 jari dibawah

pusat, UC: keras, kandung kemih teraba kosong dan

perdarahan ± 20 cc. (data terlampir pada partograf)


198

LEMBAR OBSERVASI PARTOGRAF


199
200

f) Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

S :

Nama ibu/ayah adalah Ny. S dan Tn. U, alamat rumah berada di

Kelurah Prapatan JL. Yos sudarso rt.08 no.47, tanggal lahir bayi 11 April

2021 pada hari selasa pukul 10.10 WITA dan berjenis kelamin

perempuan.

O :

1. Data Rekam Medis

a. Keadaan Bayi Saat Lahir

Tanggal : 11 April 2021 Jam : 10.10 WITA

Jenis kelamin perempuan, bayi lahir segera menangis, kelahiran

tunggal, jenis persalinan spontan, keadaan tali pusat tidak ada

kelainan, tidak ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan tali pusat.

Penilaian APGAR adalah 7/8 caput (-), cephallhematoma (-),KU:

sedang, berat badan bayi : 3,200 gram, panjang badan lahir : 49

cm,anus (+), cacat bawaan (-).

b. Refleks bayi

Rooting (+) bayi tampak menoleh kearah sentuhan ketika pipi bayi

disentuh, sucking (+) bayi melakukan gerakan menghisap saat di

masukkan objek pada mulut bayi hingga menyentuh langit-langit,

swallowing (+) bayi dapat menelan dan menghisap tanpa tersedak,

batuk atau muntah saat disusui, morro (+) bayi tampak terkejut lalu

melengkungkan punggung, menjatuhkan kepala, menangkupkan


201

kedua lengan dan kakinya ke tengah badan ketika dikejutkan dengan

suara hentakkan, palmar grasping (+) bayi tampak menggengam jari

pemeriksa saat pemeriksa menyentuh telapak tangan bayi, walking

(+) kaki bayi tampak menjejak-jejak seperti akan berjalan, babinsky

(+) jari-jari bayi tampak membuka saat disentuh telapak kakinya.

2. Nilai APGAR : 7/8

Jumlah
Kriteria 0 1 2
1 menit 5 menit 10 menit

Frekuensi tidak
< 120 > 120 2 2 2
Jantung ada

mena
lambat
tidak ngis
Usaha Nafas /tidak 1 2 2
ada denga
teratur
n baik

beberap
gerak
tidak a fleksi
Tonus Otot an 1 2 2
ada ekstrem
aktif
itas

mena
tidak Menyer
Refleks ngis 2 1 2
ada ingai
kuat

Warna Kulit biru/ tubuh merah 1 1 2

pucat merah muda

muda, seluru

ekstrem
202

itas
hnya
biru

Jumlah 7 8 10

3. Tindakan Resusitasi :

Tidak dilakukan tindakan resusitasi karena bayi baru lahir segera menangis

A/S 7/8

4. Pola fungsional kesehatan:

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi ( KOLOSTRUM )
Eliminasi - BAB (-)

- BAK (+) warna: bening, konsistensi: cair

5. Pemeriksaan Umum Bayi Baru Lahir

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, pemeriksaan tanda-tanda vital nadi 140 x/menit,

pernafasan 40 x/menit, suhu 36,7 oC. Pemeriksaan antropometri, berat

badan 3.200 gram, panjang badan 51 cm, lingkar kepala : 33 cm, lingkar

dada 33 cm, lingkar perut 33 cm dan lingkar lengan atas 12 cm

b. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Kepala : Bentuk bulat, tidak tampak kaput sauchedaneum, tidak

tampak molase, tidak tampak cephal hematoma.

Wajah : Tampak simetris, ukuran dan posisi mata, hidung, mulut

dagu dan telinga tidak terdapat kelainan.


203

Mata : Tampak simetris, tidak tampak kotoran, tidak terdapat

perdarahan, dan tidak terdapat strabismus.

Hidung : Tampak kedua lubang hidung disertai septum, tidak tampak

pengeluaran dan tidak tampak pernafasan cuping hidung

Telinga : Tampak simetris, berlekuk sempurna, tulang rawan telinga

sudah matang, terdapat lubang telinga, tidak terdapat kulit

tambahan dan tidak tampak ada kotoran.

Mulut : Tampak simetris, tidak tampak sianosis, tidak tampak labio

palato skhizis dan labio skhizis dan gigi, mukosa mulut

lembab, bayi menangis kuat, lidah tampak bersih, tidak ada

platum.

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak

pembesaran kelenjar limfe, tidak terdapat pembengkakan,

pergerakan bebas, tidak tampak selaput kulit dan lipatan

kulit yang berlebihan.

Dada : Tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding dada, tidak

terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung teratur,

pergerakan dada tampak simetris.

Payudara : Tidak tampak pembesaran, tampak 2 puting susu, tidak

terdapat pengeluaran pada puting.

Abdomen : Tidak teraba massa abnormal, tali pusat tampak 2 arteri dan

1 vena, tali pusat tampak berwarna putih segar, tidak

tampak perdarahan tali pusat.


204

Punggung : Tampak simetris, tidak teraba skeliosis, dan tidak tampak

meningokel, spina bifida, pembengkakan, lesung, dan

bercak kecil berambut.

Genetalia : Perempuan, labia mayora menutupi labia minora

Anus : Tidak tampak adanya lesung atau sinus, tampak sfingter ani.

Kulit : Tampak kemerahan, tidak tampak ruam, bercak, tanda lahir,

memar, pembengkakan. Tampak lanugo di daerah lengan

dan punggung. Tampak verniks kaseosa di daerah lipatan

leher dan lipatan selangkangan.

Ekstremitas : Pergerakan leher tampak aktif, klavikula teraba utuh, jari

tangan dan jari kaki tampak simetris, tidak terdapat

penyelaputan, jari-jari tampak lengkap dan bergerak aktif,

tidak tampak polidaktili dan sindaktili. Tampak garis pada

telapak kaki dan tidak tampak kelainan posisi pada kaki dan

tangan.

A:

Diagnosis : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan 1

jam

Masalah : tidak ada

Masalah potensial : tidak ada

P:

Jam Tindakan Paraf


11.10 Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa berdasarkan

hasil pemeriksaan secara umum keadaan bayi ibu dalam


205

WIT keadaan sehat dan tidak ada kecacatan, ibu dan keluarga

A mengetahui kondisi bayinya saat ini.


Menyuntikan vit.K di paha kiri dan 1 jam kemudian HBO

11.11 di paha kanan dan memberikan salep mata di kedua mata

WIT bayi.

11.12 Menggunakan pakaian/lampin bayi yang bersih dan

WIT kering, memasangkan topi pada kepala bayi serta

A mengkondisikan bayi di dalam ruangan atau tempat yang

hangat dan memberikan bayi kepada ibu untuk IMD.


13.00 Memindahkan bayi ke ruang rawat gabung bersama ibu,

WIT
Ibu dan bayi berada di ruang rawat gabung jam 13.00
A

g) Dokumentasi Asuhan Kebidanan Post Natal Care

Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan ke-1

Tanggal/Waktu Pengkajian : 14 April 2021 / Pukul : 13.30 WITA

Tempat : Di rumah pasien Ny.S

S :

Ibu mengatakan belum ada BAB 2 hari


206

O :

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmetis

c) TTV

(1) TD : 120/80 mmHg

(2) N : 82 x/menit

(3) R : 20 x/menit

(4) T : 36,6 OC

(5) BB : 80 kg

(6) TB : 150 cm

BB(Kg) 80 Kg
(7) IMT : 2
= 2
=35,5 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

2) Pemeriksaan Fisik

a) Dada

Bentuk dada simetris, tidak tampak retraksi dinding dada,

irama jantung teratur, frekuensi jantung 82 x/menit, tidak

terdengar suara wheezing dan ronchi.

b) Payudara

Payudara simetris, tampak bersih, tampak pengeluaran

ASI (+) di payudara kanan dan kiri, tampak hyperpigmentasi pada

areolla, putting susu menonjol, dan tidak ada retraksi.

c) Abdomen
207

Tampak simetris, TFU tiga jari di bawah pusat, kontraksi

baik, dan kandung kemih teraba kosong.

d) Genetalia

Vulva tidak oedema, tidak ada varices, tampak

pengeluaran lochea sanguilenta, tidak terdapat luka parut, tidak

tampak fistula, luka perineum dan jahitan tampak baik..

a) Ekstremitas

Atas : Bentuk tampak simetris, tidak tampak oedema,.

Bawah : Bentuk tampak simetris, tidak tampak varices. Terdapat

Oedema di kedua kaki.

A :

Diagnosis : P4004 post Partum spontan hari ke 3

Masalah :

1. Obesitas

2. Belum ada BAB 2 hari

3. Oedema pada kedua kaki

BB(Kg) 80 Kg
Dasar Masalah Obesitas : IMT ibu : 2
= 2
=35,5 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

Diagnosa potensial : Infeksi masa nifas.

Dasar : Ibu hamil yang memiliki obesitas sehabis

persalinan bisa mengalami infeksi. Infeksi itu diakibatkan

oleh penyumbatan pembuluh darah oleh lemak yang

dimilikinya. Penumpukan lemak yang berlipat- lipat di


208

lapisan kulit ibu hamil sangat memungkinkan bagi kuman

berkembang biak (Sarbattama dkk., 2013).

Asuhan Antisipasi :

1. Menjaga pola makan dengan mengurangi mengkomsumsi

karbohidrat.

2. Memberikan ASI Ekslusif.

3. Menjaga kebersihan organ reproduksi dengan mencuci tanagn

sebelum dan sesudah membasuh area kelamin.

Dasar Masalah Belum ada BAB 2 hari

Masalah potensial : konstipasi

Dasar : ibu mengatakan belum ada BAB 2 hari

Asuhan antisipasinya :

1. memperbanyak makanan yang tinggi serat dan buah-buahan

seperti :makanan tumisan kangkung,tumisan sawi dan mengkonsumsi

buah papaya dan buah buahan lainnya.

Masalah Oedema pada kedua kaki

Dasar : pada pemeriksaan fisik tampak oedema pada

kedua kaki

Asuhan :

a. Meninggikan kaki bila duduk.

b. Meningkatkan asupan protein.

c. Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas/hari untuk membantu

diuresis natural.
209

P :

Jam Tindakan Paraf


Melakukan pemeriksaan :

13.31 Melakukan TTV dengan hasil yaitu: TD: 120/80 mmHg,


WITA T: 36,7 OC, N: 84 x/menit, R: 20 x/menit; IMT: 35,5 kg/m2 Telah

dilakukan TTV pada ibu


Melakukan pemeriksaan fisik; Melakukan pemeriksaan

13.32 fisik pada ibu dengan hasil normal, Uc baik, TFU 3 jari

WITA b/pusat, lochea rubra, perdarahan 10 cc.

Telah dilakukan pemeriksaan fisik pada ibu


13.35 Memberikan KIE tentang :

WITA
1. Nutrisi ibu nifas, yaitu banyak makan telur,tahu, ikan,

sayur bayam dan buah buahan tidak ada pantangan

makanan dan minum 2 liter perhari, kurangi

karbohidrat dan jaga pola makan dan perbanyak

makanan yang berserat agar BAB lancar.

2. Tanda bahaya ibu nifas, yaitu ketika terjadi perdarahan,

demam, wajah, tangan dan kaki bengkak, sakit kepala.

Isistirahat ibu nifas, ketika bayi tidur ibu juga tertidur

3. Perawatan tali pusat, dengan tidak memberikan apapun

pada sekitar tali pusat.

4. Konseling ASI ekslusif, yaitu hanya di beri ASI saja

selama 6 bulan.
210

5. Cara mengatasi oedema pada kaki yaitu:

 Meninggikan kaki bila duduk.

 Meningkatkan asupan protein.

 Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas/hari untuk

membantu diuresis natural

6. tentang menjaga protocol kesehatan yang sudah di

tetapkan yaitu memakai masker ketika berpergian,

menjauhi kerumunan,menjaga jarak,mencuci

tangan,memakai masker,membatasi mobilitas sehingga

kecil kemungkinan terkena virus COVID 19 ini.

Ibu mengerti, dan dapat mengulang beberapa dari yang

telah dijelaskan
13.50 Mengajarkan ibu untuk teknik menyusui yang benar

WITA 1. Mengoleskan payudara dengan ASI terlebih dahulu

2. Kepala bayi berada disiku ibu, perut bayi bertemu

dengan perut ibu.

3. Tangan yang lain menyangga payudara ibu

membentuk huruf C kemudian memberikan

rangsanagn reflek rooting kebayi.

4. Pada saat menyusui semua areola masuk kedalam

mulut bayi

5. Setelah menyusui janagn tarik puting tapi masukan jari

kelingking kedalam mulut bayi dan keluarkan puting

6. Sendawakan bayi setiap selesai menyusui yaitu dengan


211

menpuk nepuk punggu bayi.

Ibu dapat melakukan teknik menyusui bayi dengan benar.


14.00 Mengajarkan ibu untuk Senam Nifas hari pertama yaitu

WITA menarik nafas yang panjang dan menghebuskannya secara

perlahan lahan sambil mengkerutlan vagina.


14.10 Mengontrak ibu untuk dilakukan kunjungan hari ke-3

tanggal 17 april 2021

Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang

h) Dokumentasi Asuhan Kebidanan Post Natal Care ke-2

Tanggal/Waktu Pengkajian : 17 April 2021 / Pukul : 13.30 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny.S

S :

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

O :

1) Pemeriksaan Umum :

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmetis

c) BB : 80 kg

d) TB : 165 cm

BB(Kg) 80 Kg
e) IMT : 2
= 2
=35,5 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

f) TTV

(1) TD : 120/80 mmHg

(2) N : 88 x/menit

(3) R : 21 x/menit
212

(4) T : 36,7 OC

2) Pemeriksaan Fisik :

a) Dada : Bentuk dada simetris, tidak tampak restraksi

dindng dada.

b) Payudara : Tampak simetris, ASI (+¿ di kedua payudara

tampak hyperpigmentasi pada areolla, putting susu menonjol,

dan tidak ada retraksi.

c) Abdomen : Tampak simetris, posisi membujur, tampak

linea nigra dan striae livide, TFU pertengahan pusat dan

simpisis.

d) Genetalia : lochea Sanguilenta.

e) Ekstremitas :

(1) Atas : Bentuk tampak simetris, tidak tampak oedeme

(2) Bawah : Bentuk tampak simetris, tidak tampak oedeme

A:

Diagnosis : P4004 post Partum spontan hari ke 7

Masalah : Obesitas

BB(Kg) 80 Kg
Dasar : IMT ibu : 2
= 2
=35,5 Kg/m 2
TB(m) (1,50)

Diagnosa potensial : Infeksi masa nifas.

Dasar : Ibu hamil yang memiliki obesitas sehabis

persalinan bisa mengalami infeksi. Infeksi itu diakibatkan

oleh penyumbatan pembuluh darah oleh lemak yang


213

dimilikinya. Penumpukan lemak yang berlipat- lipat di

lapisan kulit ibu hamil sangat memungkinkan bagi kuman

berkembang biak (Sarbattama dkk., 2013).

Asuhan Antisipasi :

4. Menjaga pola makan dengan mengurangi mengkomsumsi

karbohidrat.

5. Memberikan ASI Ekslusif.

6. Menjaga kebersihan organ reproduksi dengan mencuci tanagn

sebelum dan sesudah membasuh area kelamin

P:

Jam Tindakan Paraf


Melakukan pemeriksaan :

Melakukan TTV dengan hasil yaitu: TD: 120/80 mmHg,

13.31 T: 36,7 OC, N: 84 x/menit, R: 20 x/menit; IMT sekarang :

WITA
80 Kg
2
=35,5 Kg /m2 kg/m2 Telah dilakukan TTV pada
(1,50)

ibu
Melakukan pemeriksaan fisik; Melakukan pemeriksaan

fisik pada ibu dengan hasil normal, Uc baik, TFU


13.33
pertengahan pusat dan simpisis, lochea sanguilenta,
WITA
perdarahan 10 cc.

Telah dilakukan pemeriksaan fisik pada ibu


13.40 Memberikan KIE tentang :
214

WITA 1. Obesitas yaitu menjaga pola makan dengan mengurangi

karbohidrat,dan rutin melakukan senam nifas.

2. Nutrisi ibu nifas, yaitu banyak makan telur,tahu, ikan,

sayur bayam dan buah buahan tidak ada pantangan

makanan dan minum 2 liter perhari. kurangi

karbohidrat dan jaga pola makan.

3. Tanda bahaya ibu nifas, yaitu ketika terjadi perdarahn,

demam, wajah, tangan dan kaki bengkak, sakit kepala

4. Istirahat ibu nifas, ketika bayi tidur ibu juga ikut tidur.

5. Konseling ASI ekslusif, yaitu hanya di beri ASI saja

selama 6 bulan.

6. Konseling tentang KB jangka panjang IUD dan implant

dan telah diberikan leaflet KB IUD dan implant

7. tentang menjaga protocol kesehatan yang sudah di

tetapkan yaitu memakai masker ketika berpergian,

menjauhi kerumunan,menjaga jarak,mencuci

tangan,memakai masker,membatasi mobilitas sehingga

kecil kemungkinan terkena virus COVID 19 ini.

Ibu mengerti, dan dapat mengulang beberapa dari yang

telah dijelaskan

13.45 Mengajarkan ibu untuk teknik menyusui yang benar

WITA Ibu dapat melakukan teknik menyusui bayi dengan baik

dan benar tanpa ragu ragu lagi.


13.46 Mengajarkan ibu untuk Senam Nifas hari 1-7
215

WITA Telah diajarkan senam nifas hari 1-7 dan diberikan leaflet

senam nifas.
14.00 Mengontrak ibu untuk dilakukan kunjungan hari ke 14

tanggal 24 april 2021

Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang

i) Dokumentasi Asuhan Kebidanan Post Natal Care ke-3

Tanggal/Waktu Pengkajian : 24 april 2021 / Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny.S

S :

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

O :

2) Pemeriksaan Umum :

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmetis

c) BB : 81 kg

d) TB : 150 cm

BB (Kg) 81 Kg
e) IMT : 2
= 2
=36 Kg /m 2
TB(m) (1,50)

f) TTV :

TD : 120/80 mmHg

N : 88 x/menit

R : 21 x/menit

T : 36,7 OC

3) Pemeriksaan fisik :
216

b) Dada : Bentuk dada simetris, tidak tampak restraksi dindng

dada.

c) Payudara : Tampak simetris, ASI (+¿ di kedua payudara tampak

hyperpigmentasi pada areolla, putting susu menonjol, dan tidak ada

retraksi.

d) Abdomen : Tampak simetris, posisi membujur, tampak linea

nigra dan striae livide, TFU tidak teraba

e) Genetalia : lochea Serosa.

f) Ekstremitas :

Atas : Bentuk tampak simetris, tidak tampak oedeme

Bawah : Bentuk tampak simetris, tidak tampak oedeme

A:

Diagnosis : P4004 post Partum spontan hari ke 14

Masalah : Obesitas

BB(Kg) 81 Kg
Dasar : IMT ibu : 2
= 2
=36 Kg /m 2
TB(m) (1,50)

Diagnosa potensial : Infeksi masa nifas.

Dasar : Ibu hamil yang memiliki obesitas sehabis

persalinan bisa mengalami infeksi. Infeksi itu diakibatkan

oleh penyumbatan pembuluh darah oleh lemak yang

dimilikinya. Penumpukan lemak yang berlipat- lipat di

lapisan kulit ibu hamil sangat memungkinkan bagi kuman

berkembang biak (Sarbattama dkk., 2013).


217

Asuhan Antisipasi :

1. Menjaga pola makan dengan mengurangi mengkomsumsi

karbohidrat.

2. Memberikan ASI Ekslusif.

3. Menjaga kebersihan organ reproduksi dengan mencuci tanagn

sebelum dan sesudah membasuh area kelamin.

P:

Jam Tindakan
Melakukan pemeriksaan :

16.00 Melakukan TTV dengan hasil yaitu: TD: 120/80 mmHg, T: 36,7
WITA O
C, N: 84 x/menit, R: 20 x/menit IMT : 36 kg/m2 Telah dilakukan TTV

pada ibu
Melakukan pemeriksaan fisik; Melakukan pemeriksaan fisik pada

16.05 ibu dengan hasil normal, Uc baik, TFU 4 tidak teraba, lochea

WITA serosa, perdarahan 10 cc.

Telah dilakukan pemeriksaan fisik pada ibu


16.10 Memberikan KIE tentang :

WITA
1. Nutrisi ibu nifas, yaitu banyak makan telur,tahu, ikan, sayur

bayam dan buah buahan tidak ada pantangan makanan dan

minum 2 liter perhari. kurangi karbohidrat dan jaga pola

makan.

2. Istirahat ibu nifas, ketika bayi tidur ibu juga ikut tidur.

3. Konseling ASI ekslusif, yaitu hanya di beri ASI saja selama


218

6 bulan.

4. KB IUD jika berat badan ibu tidak berkurang maka KB

yang cocok adalah IUD tetapi jika ibu bisa mengurangi

berat badan maka ibu dapat melakukan pemasangan Kb

Implant

5. tentang menjaga protocol kesehatan yang sudah di tetapkan

yaitu memakai masker ketika berpergian, menjauhi

kerumunan,menjaga jarak,mencuci tangan,memakai

masker,membatasi mobilitas sehingga kecil kemungkinan

terkena virus COVID 19 ini.

Ibu mengerti, dan dapat mengulang beberapa dari yang telah

dijelaskan dan telah diberikan leaflet


16.20 Mengajarkan ibu untuk teknik menyusui yang benar

WITA Ibu dapat melakukan teknik menyusui bayi dengan baik dan

benar tanpa ragu ragu lagi.


16.30 Mengajarkan ibu untuk Senam Nifas hari 1-10

WITA Telah diajarkan senam nifas hari 1-10 dan diberikan leaflet

senam nifas.

j) Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan Ke-1

Tanggal/Waktu Pengkajian : 14 april 2021 / Pukul : 14.10 WITA

Tempat : Di rumah pasien Ny.S

S :

Ibu mengatakan bayi dalam keadaan sehat


219

O:

1) Pemeriksaan Umum :

a) Keadaan umum : Sedang

b) Kesadaran : Composmetis

c) BB : 3.200 gram

d) TTV

 T : 36,7 ºC

 N : 140 x/menit

 R : 40 x/menit

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : Bersih, caput/cepal tidak ada.

b) Mata : Tidak tampak ikhterik

c) Dada : Simetris, tidak tampak retraksi intracostal.

d) Abdomen: Tampak simetris, tali pusat tampak sudah puput, tidak

teraba benjolan/massa.

e) Genetalia : Perempuan, labia mayora menutupi labia minora

f) Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak tampak

kelainan, tidak tampak polidaktil, pergerakan aktif.

g) Pengukuran fisik umum bayi

 Lingkar kepala : 34 cm

 Lingkar Dada : 33 cm

 Lingkar Perut : 34 cm

 Panjang Badan : 49 cm
220

h) Pola Fungsional

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu 1-2 jam sekali.

Eliminasi BAB 2-3 kali/hari konsistensi lunak warna

Kehijauan. BAK 4-6 kali/hari konsistensi cair

warna kuning jernih

Personal Bayi mandi 1 x / hari

Hygiene
Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun

jika haus dan popoknya basah atau lembab.

A : Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan hari

ke-3

1) Masalah : tidak ada

P:

Jam Tindakan Paraf


16.30 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik bayi kepada ibu

WIT bahwa bayi dalam keadaan normal dan sehat yaitu

A dengan hasil pemeriksaan TTV; T : 36,7 ºC, N :140

x/menit, R : 40 x/menit

Telah dilakukan penjelasan kepada ibu


16.35 Melakukan penimbangan, BB bayi : 3.200 gram

WIT
Telah dilakukan penimbangan pada bayi
A
16.40 Melihat kecukupan ASI bagi bayi : telah tercukupi ASI

WIT pada bayi yaitu bayi BAB 2-3 x sehari dan BAK 4-6 x
221

A sehari

Telah tercukupi ASI pada bayi


16.45 Melakukan pengecekan pada tali pusat : Tali pusat

WIT belum pupus dan tidak ada tanda infeksi

16.55 Cek tanda bahaya pada neonatus : Mengecek tanda

WIT bahaya pada neonatus; Tidak terdapat tanda bahaya

A pada neonatus

k) Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan Ke-2

Tanggal/Waktu Pengkajian : 17 April 2021 / Pukul : 14.00 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny.S

S:

Ibu mengatakan bayi sehat dan tidak ada keluhan pada bayinya

O:

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital :

(1) Nadi : 138 x/menit

(2) Pernafasan : 40 x/menit

(3) Suhu : 36,5°C

(4) Berat Badan : 3.500 gram

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : Bersih, caput/cepal tidak ada.


222

b) Mata : Tidak tampak ikhterik

c) Hidung : Bersih tidak ada secret, tidak ada pernafasan

cuping hidung.

d) Telinga : Tidak ada kelainan

e) Mulut : Bersih, tidak ada secret

f) Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak

tampak pembesaran kelenjar limfe dan reflek tonick neck

baik.

g) Dada : Simetris, tidak tampak retraksi intracostal.

h) Abdomen : Tampak simetris, tali pusat tampak sudah

puput, tidak teraba benjolan/massa.

i) Genetalia : Perempuan,labia mayora menutupi labia

minora

j) Anus : Terdapat lubang anus

k) Lanugo :Tampak lanugo di daerah lengan dan

punggung

l) Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak

tampak kelainan, tidak tampak polidaktil, pergerakan aktif.

m) Pengukuran fisik umum bayi

 Lingkar kepala : 34 cm

 Lingkar Dada : 33 cm

 Lingkar Perut : 34 cm

 Panjang Badan : 49 cm

2) Pola Fungsional
223

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu 1-2 jam sekali.

Eliminasi BAB 2-3 kali/hari konsistensi lunak warna kuning.

BAK 4-6 kali/hari konsistensi cair warna kuning

jernih

Personal Bayi dimandikan bayi 1 kali sehari pada pagi dan sore

Hygiene hari. Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali

basah ataupun lembab.

Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika

haus dan popoknya basah atau lembab.

A:

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan

hari ke-7

Masalah : Tidak ada

P:

Jam Tindakan Paraf


14.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik bayi kepada

WITA ibu bahwa bayi dalam keadaan normal dan sehat

yaitu dengan hasil pemeriksaan TTV; T : 36,5 ºC, N

:138 x/menit, R : 40 x/menit BB :3.300

Telah di sampaikan hasil pemeriksaan.


14.10 Melakukan pemeriksaan ikterus pada neonatus dan
224

WITA menjelaskan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan

sehat dan badannya tidak kuning.

Telah di sampaikan hasil pemeriksaan.


14.15 Melakukan pengecekan pada tali pusat : Tali pusat

WITA sudah pupus pada ke–5 dan tidak ada tanda infeksi.

14.25 Melihat kecukupan ASI bagi bayi : telah tercukupi

WITA ASI pada bayi yaitu bayi BAB 2-3 x sehari dan

BAK 4-6 x sehari

Tercukupi ASI
14.35 Mengecek tanda bahaya pada neonatus; Tidak

WITA terdapat tanda bahaya pada neonatus

l) Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan Ke-3

Tanggal/Waktu Pengkajian : 24 April 2021 / Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny.S

S:

Ibu mengatakan bayi sehat dan tidak ada keluhan pada bayinya.

O:

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital :

(1) Nadi : 138 x/menit

(2) Pernafasan : 40 x/menit

(3) Suhu : 36,5°C

(4) Berat Badan : 3.700 gram


225

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : Bersih, caput/cepal tidak ada.

b) Mata : Tidak tampak ikhterik

c) Hidung : Bersih tidak ada secret, tidak ada pernafasan

cuping hidung.

d) Telinga : Tidak ada kelainan

e) Mulut : Bersih, tidak ada secret

f) Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak

tampak pembesaran kelenjar limfe dan reflek tonick neck

baik.

g) Dada : Simetris, tidak tampak retraksi intracostal.

h) Abdomen : Tampak simetris, tali pusat tampak sudah

puput, tidak teraba benjolan/massa.

i) Genetalia : Perempuan, Labia mayora menutupi labia

minora

b. Anus : Terdapat lubang anus

c. Lanugo :Tampak lanugo di daerah lengan dan

punggung

d. Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak

tampak kelainan, tidak tampak polidaktil, pergerakan aktif.

e. Pengukuran fisik umum bayi

 Lingkar kepala : 35 cm

 Lingkar Dada : 34 cm

 Lingkar Perut : 35 cm
226

 Panjang Badan : 50 cm

1) Pola Fungsional

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu 1-2 jam sekali.

Eliminasi BAB 2-3 kali/hari konsistensi lunak warna kuning.

BAK 6-8 kali / hari konsistensi cair warna kuning

jernih.

Personal Bayi dimandikan bayi 1 kali sehari pada pagi dan sore

Hygiene hari. Ibu mengganti popok dan pakaian bayi setiap kali

basah ataupun lembab.

Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun jika

haus dan popoknya basah atau lembab.

A:

Diagnosis :Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan hari

ke-14

Masalah : tidak ada

P:

Jam Tindakan Paraf


16.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik bayi kepada

WITA ibu bahwa bayi dalam keadaan normal dan sehat

yaitu dengan hasil pemeriksaan TTV; T : 36,5 ºC, N

:138 x/menit, R : 40 x/menit BB :3.300


227

Telah di sampaikan hasil pemeriksaan.


16.10 Melakukan pemeriksaan ikterus pada neonatus dan

WITA menjelaskan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan

sehat dan badannya tidak kuning.

Telah di sampaikan hasil pemeriksaan


16.15 Melihat kecukupan ASI bagi bayi : telah tercukupi

WITA ASI pada bayi yaitu bayi BAB 2-3 x sehari dan

BAK 4-6 x sehari

Tercukupi ASI
16.25 Mengecek tanda bahaya pada neonatus; Tidak

WITA terdapat tanda bahaya pada neonatus

m) Dokumentasi Asuhan Kebidanan KB

Tanggal/waktu pengkajian : Minggu, 23 Mei 2021

Tempat : Puskesmas prapatan

S:

Ibu mengatakan melahirkan pada tanggal 11 april 2021, ibu belum

mendapatkan haid,Ibu sudah memasang Kb Implant di puskesmas pada

tanggal 22 Mei 2021.

O:

a. Pemeriksaan Umum
228

Keadaan Umum Ny. S Baik, Kesadaran : composmentis, hasil

pengukuran Tanda-tanda vital yaitu : TD: 110/80, Nadi : 79x/m, Rr: 19x/m,

Suhu: 36,5 C, BB: 76 kg.

A: Ny.S usia 27 tahun P4004 Aseptor Kb Implant

P:

NO WAKTU TINDAKAN
1 10.00 - menjelaskan hasil pemeriksaan fisik kepada Ny. S

hasil pemeriksaan TTV Yaitu : TD : 110/80, Nadi

79x/m, Rr: 19x/m. Suhu, 36,5 C, BB: 76 kg.

Ibu mengerti mengenai kondisinya.


2. 10.05 -menjelaskan KIE mengenai Efek samping pemasangan

Kb implant ini meliputi Nyeri dan bengkak pada kulit

disekitar implant ditanam, pola menstruai yang tidak

teratur, perubahan suasana hati, kenaikan berat badan,

Nyeri payudara, Jerawat, nyeri Perut, dan sakit kepala.

Ibu paham dan mengerti.


3. 10.10 - menjelaskan dan memberitahu ibu bahwa ibu harus

kontrol KB Implant pada tanggal 29 Mei 2021, atau jika

ada keluahan seperti bengkak, memar disertai demam

harus segera dibawa ke unit kesehatan.

- Ibu mengerti dan memahami serta berjanji kontrol 1

minggu lagi atau jika ada keluhan.


4. 10.15 - menjelaskan dan memberitahu ibu bahwa ibu harus

melepaskan KB Implant pada tanggal 22 Mei 2024.

- Ibu mengerti dan memahami serta berjanji melepas kb

implant 22 Mei 2021.


229

LAMPIRAN KARTU KB PASIEN


230
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan

Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan memaparkan kesenjangan

ataupun keselarasan antara teori dengan praktik Asuhan kebidanan

komprehensif yang diterapkan pada klien Ny. S G4P3003 sejak kontak pertama

pada tanggal 5 maret 2021 yaitu dimulai pada masa kehamilan 36 minggu,

persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, neonatus dan pelayanan kontrasepsi

dengan pembahasan sebagai berikut:

1. Asuhan Kehamilan

Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. S pada tanggal 5 maret

2021 , didapatkan bahwa Ny. S berusia 27 tahun hamil anak ke 4 tidak

pernah keguguran HPHT 27 Juni 2020 dan taksiran persalinan tanggal 4

April 2021. Diagnosa yang didapat Ny. S G4P3003 dengan usia kehamilan

36 minggu, Selain itu didapatkan Ny.S mengandung anak ke 4 , .sehingga

penulis menegakkan masalah Multiparitas. dengan penilaian score : hamil

scorenya 2, kehamilan anak ke empat scorenya 4, sehingga total score 6.

Dan ini termasuk kehamilan beresiko tinggi (Puji Rochayati, 2015).

Standar pelayanan Antenatal Care ada 14 T. Namun Ny. S hanya

mendapatkan 12 T dikarenakan standar pemberian terapi konsul yodium

dan pemberian terapi anti malaria Ny. S tidak menderita malaria dan tidak

kekurangan yodium. Pelayanan atau asuhan standar minimal 12 T adalah

234
235

sebagai berikut (Manuaba, 2010) :

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan bahwa berat badan

sebelum hamil 74 kg kenaikan berat selama hamil usia 36 minggu adalah

10 kg dan tinggi badan ibu 150 cm dengan IMT sebelum hamil 32,8

Kg/m2, hal ini termasuk dalam kategori berat badan berlebih atau biasa di

sebut obesitas.

Menurut sukarni 2013, Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index)

merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan)

berat badan dengan tinggi badan. IMT ibu dengan Obesitas adalah 30-

39,9 Kg/m2.

Sehingga penulis mengangkat masalah obesitas dan memberikan

asuhan untuk mengurangi mengkomsusmsi makanan yang manis dan

melakukan olahraga yang ringan seperti jalan sore dan kenaikan berat

badan ibu hanya boleh naik 1 kg selama usia aterm .

Asuhan ibu hamil dengan obesitas yaitu harus mengontrol diet,

olahraga, dan kenaikan yaitu IMT 30-39,9 dengan kenaikan berat badan

yang di bolehkan hanya selama hamil 4,4-6.8 kg atau hanya boleh naik 0,2

kg/minggu.(Sukarni,2013). Peningkatan berat badan selama kehamilan

yang melebihi batas rekomendasi meningkatkan risiko makrosomia,

augmentasi persalinan, hipertensi dalam kehamilan, dan kelainan

metabolik neonatus. (Dwiana Ocviyanti, dan Maya Dorothe, 2018)


236

Penulis menyimpulkan bahwa penyebab obesitas ibu dikarenakan

berlebihan dalam mengkonsumsi karbohidrat dan tidak ada kesenjangan

antara asuhan yang diberikan dengan teori yang ada.

Menurut Manuaba (2010) menyebutkan bahwa berat badan ibu

hamil akan bertambah antara 0,2 kg perminggu. sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kenyataan.

b. Pemeriksaan tekanan darah

Tekanan darah ibu pada kunjungan pertama adalah 120/80 mmHg.

Sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Depkes RI (2010), tekanan

darah yang normal adalah 90/60 mmHg-140/90 mmHg, hal ini dilakukan

sebagai deteksi adanya hipertensi atau preeklamsi dalam kehamilan.

Dengan adanya pemeriksaan tekanan darah pada saat kunjungan, dapat

diketahui klien berisiko atau tidak dalam kehamilannya.

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

Hasil pemeriksaan, LILA Ny. L termasuk normal yaitu 30 cm. Hal ini

sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Kusmiyati (2010) bahwa angka

normal LILA yang sehat 23,5-36 cm. Dengan mengukur status gizi pada

ibu hamil, dapat diketahui kecukupan gizi pada ibu. Apabila gizi ibu

kurang, tentunya kurang pula asupan gizi ke janin.

d. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan usia kehamilan ibu 36 minggu dan

pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan, pada

pemeriksaan ANC pertama ditemukan tinggi fundus uteri setinggi prosesus


237

xifoidus (30 cm). Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuanya

kehamilan dapat dihitung dengan pemeriksaan leopold ataupun Mc

Donald. Sehingga usia kehamilan Ny. S jika menggunakan rumus Leopold

yaitu 36 minggu. Tidak terdapat kesenjangan teori menurut Manuaba

(2010), jika menggunakan pengukuran Mc Donald ukuran TFU pada usia

36 minggu adalah 32 cm diatas symphisis.

Penulis berpendapat bahwa TFU yang tidak sesuai usia kehamilan

ini terjadi kepala janin sudah masuk PAP sesuai dengan teori menurut

Manuaba (2010) yaitu Tinggi fundus uteri yang normal harus sesuai

dengan usia kehamilan, jika kurang hanya 2 cm masih dapat ditoleransi

dan Menurut manuaba (2009) penurunan kepala janin dimulai sejak usia

kehamilan 36 minggu.

Pada pemeriksaan pertama didapatkan presentasi janin kepala dan

DJJ 140x/m, menurut teori hal ini dikatakan normal. Jika DJJ kurang dari

120x/m atau DJJ lebih dari 160x/m menunjukkan tidak adanya gawat

janin.

e. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Hasil pengkajian imunisasi TT ibu lengkap. Tujuan dari imunisasi

TT adalah untuk mencegah tetanus neonatorum.

f. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

Ibu mengkonsumsi tablet Fe dan asam folat sejak kehamilan TM III

pada usia 34 minggu dan tidak pernah lupa meminum obatnya. Menurut
238

teori untuk mencegah anemia, setiap ibu hamil harus mendapat tablet

tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama

kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.

g. Pemeriksaan HB

Hasil pemeriksaan HB pada bulan Agustus 2020 yaitu 13,2 gr%.

Pemeriksaan HB sangat dibutuhkan untuk ibu hamil karena bermanfaat

untuk mengetahui kemungkinan adanya anemia pada ibu hamil. Normal

HB untuk ibu hamil adalah >11 gr%.

h. Pemeriksaan VDRL

Hasil pemeriksaan HIV/AIDS ibu negatif, sifilis negatif, dan

HbsAg ibu non reaktif. Pemeriksaan VDRL dapat digunakan untuk

memeriksakan kemungkinan adanya penyakit menular seksual pada ibu

hamil seperti sifilis, HIV/AIDS, dan HbsAg.

i. Perawatan payudara

Pada usia kehamilan 36 minggu penulis telah memberikan KIE

pada ibu tentang perawatan payudara. Perawatan payudara diperlukan

untuk ibu hamil guna mempersiapkan untuk menyusui.

j. Senam hamil

Pada kehamilan 36 minggu ibu telah mengikuti senam hamil di

rumah dan ibu dapat mengikuti gerakannya. Pada kunjungan awal penulis

hanya memberikan KIE Senam Hamil pada ibu sangat berguna untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil,

memperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau pegal-


239

pegal dan mempersiapkan pernafasan, aktivitas otot dan panggul untuk

menghadapi persalinan.

k. Pemeriksaan urine protein dan reduksin urine

Ibu telah melakukan pemeriksaan protein urine pada bulan agustus

di puskesmas dan hasilnya negatif. Tujuan dilakukannya pemeriksaan

urine adalah untuk mengetahui adanya penyakit pre-eklampsia pada ibu

hamil. Dan untuk pemeriksaan reduksin urine tidak dilakukan.

l. Temu wicara (konseling)

Selama memeriksakan kehamilannya di tenaga kesehatan ibu selalu

mendapatkan konseling.

Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan yang telah

dilakukan selama hamil pada Ny. S dapat disimpulkan bahwa proses

kehamilan Ny. S harus di pantau dengan ketat karena termasuk dalam

kehamilan resiko tinggi.

Menurut pendapat penulis Ibu termasuk ibu hamil yang berisko

tinggi karena ibu mengandung anak ke empat dimana di Skor Poedji

Rochjati awal kehamilan skor dua dan kehamilan anak ke empat skor 4

keseluruhan berjumlah skor 6.

Asuhan yang telah di berikan oleh penulis kepada ibu S kehamilan

anak ke empat yaitu menganjurkan ibu melahirkan di rumah sakit, selain

itu ibu juga termasuk obesitas dimana IMT ibu sebelum hamil adalah 32,8,

Selain itu ibu dianjurkan untuk menggunakan Kb efektif jangka panjang,


240

Implant. Dan diupayakan berdiskusi dengan suami untuk mendapatkan

persetujuan.

Memberikan penyuluhan tentang dampak multiparitas mengandung

anak ke 4: pada ibu dapat terjadi perdarahan, sehingga untuk melahirkan di

rumah sakit. Memberikan informasi dan edukasi tentang dampak yang bisa

terjadi pada ibu dan bayi dari Multiparitas dan Obesitas. Antara lain

perdarahan post partum, partus lama karena kelelahan, dan pada bayi bisa

terjadi asfeksia.

Permasalahan tersebut juga akan muncul beberapa resiko, misalnya

kematian janin saat dilahirkan, dan Kematian di usia bayi. Selain itu,

resiko lain juga dapat terjadi seperti ketuban pecah dini, perdarahan pada

persalinan, dan partus lama. Iskandar, 2010)

Untuk mengatasi riwayat kelahiran yang banyak, Penulis

memberikan asuhan dengan menganjurkan ibu S untuk menggunakan KB

efektif/metode jangka panjang pasca persalinan, seperti Implant. Setelah

diberikan konseling tentang Kb efektif klien dan suami setuju melakukan

Kb Implant dengan menandatangani lembar persetujuan Kb pada buku

KIA.

Pilihan alat kontrasepsi yang bisa digunakan di rentang usia 20-35

tahun antara lain:Steril (tubektomi untuk wanita atau vasektomi untuk

pria),IUD,Implan"Di atas usia 35 tahun jangan hamil lagi, jadi kontrasepsi

terbaik adalah steril," tutup Prof Biran, 2012)


241

Penulis berpendapat bahwa tidak ada kesenjangan antara asuhan

yang diberikan dengan dasar teori bahwa ibu yang memiliki anak 4

dianjurkan untuk menggunakan Kb jangka panjang sepert Implant.

Kemudian didapatkan pula masalah bahwa ibu batuk pilek, ibu

mengatakan batuk pilek sudah 3 hari. Hal ini disebabkan karena ibu sering

minum es.

Penulis jelaskan tentang penyebab dan cara mengatasi sulit tidur,

bahwa minum es menyebabkan batuk dan pilek, selain itu penulis

memberikan asuhan cara mengatasinya minum air hangat, minum air putih

yang cukup, istirahat yang cukup dan olahraga ringan seperti senam hamil.

Untuk batuk pilek ibu penulis memberikan asuhan minum air

hangat, minum air putih yang cukup, istirahat yang cukup (Hallo doc,

2019).

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dengan

asuhan yang diberikan pada Ny.S.

Kemudian di era pandemic COVID 19 ini banyak masyarakat yang

belum paham akan pentingnya menjaga protocol kesehatan agar terhindar

dari COVID 19 ini sehingga penulis memberikan edukasi kepada ibu S

agar menjaga protocol kesehatannya baik kepada ibu S sendiri maupun

keluarganya ibu S.

Penulis memberikan edukasi tentang menjaga protocol kesehatan

yang sudah di tetapkan yaitu memakai masker ketika berpergian, menjauhi

kerumunan,menjaga jarak,mencuci tangan,memakai masker,membatasi

mobilitas sehingga kecil kemungkinan terkena virus COVID 19 ini.


242

Penulis berpendapat bahwa tidak ada kesenjangan antara asuhan

yang diberikan dengan edukasi yang ada tentang COVID 19 ini.

Kunjungan kedua tanggal 12 maret 2021 Pukul 16.00 WITA

didapatkan bahwa Ny. S berusia 27 tahun hamil anak ke 4 tidak pernah

keguguran HPHT 27 Junu 2020 dan taksiran persalinan tanggal 4 April

2021. usia kehamilan 37 minggu.

Pada kunjungan kedua didapatkan hasil pemeriksaan TD: 120/80

mmHg, T: 36,3 oC, N: 80 x/m, R: 20 x/m, BB : 85 kg, IMT sebelum hamil:

32,8 Kg/M2 TFU : 32 cm, LI : Bokong, LII : Pu-Ka, LIII : Let-Kep, LIV :

Divergen, DJJ : 140 x/m Usia kehamilan Ibu : 37 mgg janin tunggal hidup

intra Uterin.

Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas didapatkan bahwa kehamilan

ibu dalam termasuk resiko tinggi karena skor puji rochayati ibu 6 skor, dan

ini termasuk kehamilan beresiko tinggi (Puji Rochayati, 2015).

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dengan

kenyataan yang terjadi pada Ny.S bahwa kehamilan ibu dengan resiko

tinggi.

Berat Badan ibu pada kunjungan kedua ini tidak mengalami

kenaikan atau tetap sehingga asuhan penulis berhasil.

Penulis juga memberikan edukasi tentang menghadapi persalinan di

era pandemic ini seperti harus melakukan Tes antigen 2 minggu sebelum

menghadapi persalinan, menjaga protocol kesehatan yang sudah di

tetapkan yaitu menjauhi kerumunan,menjaga jarak,mencuci


243

tangan,memakai masker,membatasi mobilitas sehingga kecil kemungkinan

terkena virus COVID 19 ini.

Penulis berpendapat bahwa tidak ada kesenjangan antara asuhan

yang diberikan dengan edukasi yang ada tentang COVID 19 ini sehingga

keluarga ibu S paham akan menghadapi persalinan di era pandemic ini.

2. Asuhan Persalinan

Saat memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny. S yaitu 40

minggu 6 hari. Menurut teori persalinan dianggap normal jika prosesnya

terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37-42 minggu) tanpa

disertai adanya penyulit dan komplikasi pada ibu serta janin (Machmudah,

2010). Penulis sependapat dengan pernyataan tersebut karena Ny. S

menunjukkan tanda-tanda persalinan saat usia kehamilan 40 minggu 6 hari.

a. Kala I

Tanggal 10 April 2021 Ny. S mengeluh merasakan kencang –

kencang pada perut dan nyeri hingga kepinggang. Pukul 19.26 WITA ibu

dibawa ke Rumah Sakit Dr. R.Hardjanto oleh suami dan pukul 19.26

WITA. Dan sebelum menghadapi persalinan saat masuk Rumah Sakit Dr.

R.Hardjanto Ny.S dilakukan pemeriksaan antigen dan saat hasil nya keluar

di dapatkan dengan hasil negatif sehingga Ny.S dapat melahirkan di

ruangan Vk Rumah Sakit Dr. R.Hardjanto, Dan dilakukan pemeriksaan

didapatkan usia kehamilan ibu 40 minggu 6 hari TFU Ny. S yaitu 2 jari

bawah PX (33 cm), dengan TBJ (33-11) x 155 = 3.410 gram. di lakukan
244

pemeriksaan dalam dengan hasil Vulva/uretra tidak ada kelainan, tidak

tampak pengeluaran lendir dan darah, tidak ada luka parut dari vagina,

portio lunak dan lembut, pembukaan 2 cm, efficement 25%, ketuban (+),

Hodge I, tidak teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali pusat

menumbung. DJJ 140 x/menit, irama teratur, His 1x dalam 10 menit

lamanya 10 detik. Sesuai dengan teori bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai

alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan

berat badan 2500-4000 gram (Muslihatun, 2011).

Penulis mengangkat diagnosa G4P3003 usia kehamilan 40

minggu 6 hari janin tunggal hidup Intra uterin, inpartu kala I fase laten

dengan masalah Multiparitas, Obesitas dan Diagnosa Potensial Pada Ibu

Perdarahan post partum,dan masalah potensial partus lama.

Penulis membeikan asuhan Teknik Relaksasi, menganjurkan ibu

untuk makan minum yang manis serta anjurkan ibu berjalan jalan agar

kepala cepat turun. Hal ini sesuai dengan teori Kebutuhan dasar ibu

bersalin (Saifuddin, 2010). Menghadirkan orang yang dianggap penting

oleh ibu seperti: suami, keluarga pasien, atau teman dekat, Mengatur

aktivitas dan posisi ibu, Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his,

Menjaga privasi ibu, Penjelasan tentang kemajuan persalinan, Menjaga

kebersihan diri, Pemberian cukup minum, Mempertahankan kandung

kemih tetap kosong.


245

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dengan

kejadian real dilapangan.

Pukul 06.50 WITA tanggal 11 april dilakukan pemeriksaan

dalalm Vulva / Uretra : tidak ada kelainan, Vagina: tidak ada kelainan,

Dinding Vagina: tidak ada kelainan, Porsio: lunak, Pendataran: 25 %,

Pembukaan : 3 cm, Selaput ketuban : Utuh, Penurunan : 4/5, Bagian

Terendah : kepala, Bidang Hodge : I, His : 2x10’x10-15”, DJJ : 134

x/m.

Penulis mengangkat diagnosa G4P3003 usia kehamilan 40

minggu 6 hari janin tunggal hidup Intra uterin, inpartu kala I fase laten

memanjang dengan multiparitas dan Obesitas, Diagnosa potensial : HPP

masalah potensial : pada bayi Asfiksia.

Penulis memberikan asuhan Tidur miring ke kiri agar bayi

mendapatkan oksigen, mengajarkan Teknik Relaksasi yaitu menarik

napas dari hidung keluarkan pelan pelan melalui mulut, makan dan

minum, ketika tidak ada kontraksi ibu makan dan minum yang manis

sehingga ibu ada tenaga dan memberikan KIE tentang induksi .

Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas penulis mengangkat

diagnosa fase laten memanjang, Fase laten yang memanjang (Prolonged

latent phase) karena ibu mengalami fase laten kala 1 selama 12 jam.

Menurut penulis hal ini di sebabkan karena ibu kelelahan,kehamilan

multiparitas anak ke 4 dan ibu mengalami obesitas. Hal ini sesuai

dengan teori saifuddin 2016, partus lama merupakan fase laten lebih
246

dari 8 jam yang persalinannya telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi

belum lahir dan teori Huda 2010, dari beberapa literatur menunjukkan

bukti bahwa kontraksi uterus pada wanita obesitas terganggu .

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dengan

Kehamilan obesitas dapat menimbulkan resiko tinggi antara lain

persalinan lama.

Pada pukul 07.15 WITA melakukan kolaborasi dengan dokter

obgyn dilakukan pemasangan infus RL drip Oksitosin 20 IU dalam 8-

20 tetes permenit, kontraksi menjadi adekuat His 3 x dalam 10 menit

lamanya 15-20 detik.

Asuhan yang diberikan pada Ny.S dengan fase laten

memanjang, multiparitas dan obesitas adalah melakukan kolaborasi

dengan dokter obgyn untuk dilakukan induksi dengan hasil asuhan

dilakukan pemasangan infus RL drip Oksitosin 20 IU dalam 8-20 tetes

permenit, kontraksi menjadi adekuat His 3 x dalam 10 menit lamanya

15-20 detik. Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin 2006, karena ibu

berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada kemajuan,

lakukan pemeriksaan dalam, Bila tidak ada perubahan penipisan dan

pembukaan serviks tidak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang

diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu, Bila

didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan

drips oksi dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai

dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his
247

adekuat maksimum 40 tetes per menit atau berikan preparat

prostaglandin lakukan penilaian 4 jam.

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dengan

asuhan yang diberikan.

Pukul 08.30 WITA tanggal 11 april dilakukan pemeriksaan

dalalm Vulva / Uretra : tidak ada kelainan, Vagina: tidak ada kelainan,

Dinding Vagina: tidak ada kelainan, Porsio: lunak, Pendataran: 75 %,

Pembukaan : 7 cm, Selaput ketuban : Pecah spontan, Penurunan : 4/5,

Bagian Terendah : kepala, Bidang Hodge : II, His : 3x10’x35”, DJJ :

134 x/m.

Penulis mengangkat diagnosa G4P3003 usia kehamilan 40

minggu 6 hari janin tunggal hidup intrauterin, inpartu kala I fase aktif

dengan induksi persalinan dan multiparitas dan Obesitas, Diagnosa

potensial : HPP masalah potensial : pada bayi Asfiksia.

Penulis memberikan asuhan Tidur miring ke kiri agar bayi

mendapatkan oksigen, mengajarkan Teknik Relaksasi yaitu menarik

napas dari hidung keluarkan pelan pelan melalui mulut, makan dan

minum, ketika tidak ada kontraksi ibu makan dan minum yang manis

sehingga ibu ada tenaga, dan observasi DJJ per 15 menit,

mempersiapkan alat resusitasi.

Pada pukul 10.00 WITA ibu mengatakan ingin meneran , terasa

ingin BAB dan ingin mengejan. Dilakukan pemeriksaan dalam dengan


248

hasil Vulva/uretra tidak ada kelainan, porsio tidak teraba, pembukaan

lengkap, efficement 100%, ketuban (-) pecah spontan pukul 08.30,

warna ketuban jernih, hodge III, tidak teraba bagian kecil janin dan

tidak teraba tali pusat menumbung. His 4x10 menit lamanya 40-45

detik, intensitas kuat. DJA 152x/menit, irama teratur. Kemajuan

persalinan Ny. S dari kala I hingga pembukaan lengkap adalah 16 jam.

Penulis mengangkat diagnosa G4P3003 usia kehamilan 40

minggu 6 hari janin tunggal hidup intra uterin kala II dengan

multiparitas, dan obesitas Diagnosa potensial : HPP masalah potensial :

pada bayi Asfiksia.

Asuhan yang diberikan pada Ny.S dengan masalah multiparitas

dan obesitas adalah melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk

dilakukan induksi, hal ini sesuai dengan teori saifudddin 2006, Apabila

ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada kemajuan,

lakukan pemeriksaan dalam, Bila tidak ada perubahan penipisan dan

pembukaan serviks tidak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang

diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu, Bila

didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan

drips oksi dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai

dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his

adekuat maksimum 40 tetes per menit atau berikan preparat

prostaglandin lakukan penilaian 4 jam.


249

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dengan

asuhan yang diberikan.

Penulis juga berpendapat penyebab ibu S mengalami fase laten

memanjang dikarenakan ibu S mengalami Multiparitas dan Obesitas hal

ini sesuai dengan teori astuti et al 2017 Persalinan lama karena

elastisitas uterus semakin terganggu akibatnya uterus tidak berkontraksi

secara sempurna sehingga bisa menyebabkan perdarahan dan teori Huda

2010, bahwa kontraksi uterus pada wanita obesitas terganggu, juga dari

jurnal Bahaya Obesitas 2017 bahwa Obesitas mengakibatkan

terganggunya aktivitas metabolik atau hormon dalam tubuh sehingga

proses persalinan menjadi lebih lama dan hal ini tidak ada kesenjangan

teori dengan kenyataan di lapangan.

Dari diagnosa fase laten yang memanjang penulis juga

mengangkat diagnosa potensial perdarahan post partum. hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Oxorn (2013) menyatakan bahwa efek dari

partus lama adalah kegagalan myometrium berkontraksi yang

merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.

Menurut Penelitian Khireddine (2013) dalam jurnalnya yang

berjudul “Induction of Labor and Risk of Postpartum Hemorrhage in

Low Risk Parturients” mengatakan bahwa induksi dapat berisiko tinggi

terhadap terjadinya perdarahan postpartum, Hal ini terjadi karena obat

yang digunakan untuk menginduksi persalinan mungkin memiliki efek

langsung pada otot rahim dan juga faktor kelelahan pada otot
250

miometrium sehingga menyebabkan atonia uteri serta mungkin HPP

(Haemorrhage Postpartum).

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dan

kenyataan yang terjadi pada Ny. S sehingga penulis menyimpulkan

bahwa persalinan kala I Ny. S dengan masalah fase laten memanjang.

b. Kala II

Pada pukul 10.00 WITA, ibu tampak ingin mengejan ibu

mengatakan, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani tampak

membuka. Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva/uretra

tidak ada kelainan, tampak ada pengeluaran lendir darah dan air-air,

tidak ada luka parut dari vagina, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm,

efficement 100 %, ketuban (-) pecah spontan, warna ketuban jernih,

hodge III ,tidak teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali pusat

menumbung. DJJ 140 x/menit, irama teratur.His 5x dalam 10 detik

lamanya 45-50 detik.

Hal tersebut sejalan dengan teori tanda – tanda persalinan berupa

terjadinya HIS persalinan yang mempunyai ciri khas pinggang rasa

nyeri yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval makin pendek

dan kekuatannya semakin besar, mempengaruhi terhadap perubahan

serviks, makin beraktivitas kekuatan semakin bertambah, dan

pengeluaran lendir darah. (Asrinah, 2010).

Sejalan dengan teori tanda dan kala II persalinan ibu merasa ingin

meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya

peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya, perineum tampak


251

menonjol, vulva dan sfingter ani tampak membuka dan meningkatnya

pengeluaran lendir bercampur darah. Penulis sependapat, karena

semakin kontraksi Ny. S meningkat atau adekuat semakin bertambah

pembukaan serviksnya, bagian terendah janinpun terus turun melewati

jalan lahir (Asrinah, 2010).

Pada kala II persalinan Ny. S dilakukan tindakan Asuhan

Persalinan. Pembukaan lengkap Ny. S pada pukul 10.00 WITA dan

bayi lahir pukul 10.10 WITA, lama kala II Ny. S berlangsung selama 10

menit, hal ini sesuai dengan teori pada primigravida kala II berlangsung

rata-rata 2 jam dan pada multipara rata-rata 1 jam (Asrinah, 2010).

Berdasarkan hasil pengkajian kala I diatas penulis mengangkat

masalah multiparitas dan obesitas, karena ibu mengandung anak ke

empat dan IMT ibu sebelum hamil 32,8 ibu hamil anak ke 4

Kemungkinan akan di temui kesehatan yang terganggu,kekendoran

pada dinding perut, tampak pada ibu dengan perut yang

menggantung,sehingga resiko yang akan terjadi perdarahan post partum

hal ini sesuai dengan dasar teori (Prawirohardjo, 2012)

Penulis mengangkat diagnosa potensial perdarahan post partum

hal ini sesuai dengan dasar teori .

Penulis memberikan asuhan dengan berkolaborasi dengan

pemberian infus RL drip oksitosin 20 IU membantu mengurangi

perdarahan. Dimana fungsi oksitosin memiliki efek langsung untuk

menrangsang otot rahim. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi

dan retraksi otot uterine sehingga akan menekan pembuluh darah yang
252

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus dan RL drip

Oksitosin 20 IU ini sudah terpasang sejak di kala I fase laten

memanjang. Proses ini membantu untuk mengurangi perdarahan

c. Kala III

Pukul 10.10 WITA bayi Ny. S telah lahir, plasenta belum keluar,

penulis segera melakukan asuhan manajemen aktif kala III. Proses

penatalaksanaan kala III Ny. S dimulai dari penyuntikan oksitosin 1

menit setelah bayi lahir, uterus menjadi keras dan membundar. Setelah

itu dilakukan pemotongan tali pusat lalu meletakkan klem 5-10 cm di

depan vulva. Saat ada tanda-tanda pelepasan plasenta bidan melakukan

PTT, lahirkan plasenta, kemudian melakukan masase uteri.

Hal ini sesuai dengan teori, manajemen aktif kala III terdiri dari

langkah utama pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama

setelah bayi lahir, melakukan PTT dan masase uteri (Prawiroharjo,

2010).

Penulis berpendapat, manajemen aktif kala III memang terbukti

mencegah perdarahan pasca persalinan, terbukti pada Ny. S perdarahan

yang terjadi pada klien dalam keadaan normal yaitu ± 150 cc dan

kontraksi uterus berlangsung baik, uterus teraba keras.

Pukul 10.15 WITA plasenta lahir spontan, kotiledon dan selaput

ketuban lengkap, posisi tali pusat marginalis, panjang tali pusat ± 50

cm, tebal plasenta ± 3 cm, lebar plasenta ± 20 cm. Lama kala III Ny. S

berlangsung ± 5 menit.
253

Hal ini sesuai dengan teori bahwa persalinan kala III dimulai

setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban (Prawiroharjo, 2010). Kala III berlangsung rata-rata antara 5

sampai 15 menit. Akan tetapi kisaran normal kala III adalah 30 menit.

Perdarahan kala III pada Ny. L berkisar sekitar normal yaitu 150 cc. Hal

tersebut didukung oleh teori, bahwa perdarahan post partum normal

yaitu perdarahan pervaginam <500 cc setelah kala III selesai atau

setelah plasenta lahir (JNPK-KR Depkes RI, 2009).

Penulis berpendapat, hasil observasi perdarahan kala III pada Ny.

S dalam kondisi normal yaitu tidak melebihi 500 cc, yakni hanya

berkisar 150 cc.

d. Kala IV

Pukul 10.16 WITA plasenta telah lahir, pada perineum tidak

terdapat rupture. Penulis melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam. Bayi lahir dengan berat 3200 gram, lingkar

kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar perut 34 cm, panjang badan

49 cm. Dilakukan pemantauan Kala IV persalinan setiap 15 menit pada

1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke 2 dengan hasil keadaan

Ny. S dalam keadaan baik. Hal ini sejalan dengan teori pemantauan

kala IV dilakukan 2-3 kali dalam 15 menit pertama, setiap 15 menit

pada satu jam pertama, setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca

persalinan meliputi kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

Asuhan yang dilakukan sesuai dengan pendapat Saifudin tahun

2010: yang menyatakan bahwa: pemeriksaan tekanan darah, nadi,


254

TFU, kandung kemih harus dilakukan setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan, selain itu pemeriksaan suhu dilakukan sekali setiap jam

selama dua jam pertama pasca persalinan dan total perdarahan +-150

cc.

Penulis berpendapat,dengan dilakukannya pemantauan kala IV

secara komprehensif dapat mengantisipasi terjadinya masalah atau

komplikasi.

3. Asuhan Bayi Baru Lahir

Pukul 10.10 WITA bayi lahir spontan pervaginam, segera menangis,

usaha napas baik, tonus otot baik, tubuh bayi tampak kemerahan, jenis

kelamin perempuan. Setelah bayi lahir dilakukan penilaian APGAR skor,

didapatkan hasil APGAR skor bayi Ny. S dalam keadaan normal yaitu

7/8. berat badan bayi saat lahir 3200 gram panjang badan 51 cm. Saat

dilakukan pemeriksaan fisik secara garis besar bayi dalam keadaan

normal.

Penulis mengangkat diagnosa Neonatus cukup bulan sesuai masa

kehamilan usia 1 jam.

Penulis memberikan asuhan bayi baru lahir dan bayi dalam kondisi

normal, serta Bayi Ny. S diberikan injeksi vitamin K 0,05 cc/IM, dan

antibiotik berupa salep mata.

Hal ini sesuai dengan teori, bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. Berat

badan normal pada bayi baru lahir adalah 2500 gram sampai 4000 gram
255

(Dewi, 2012). Hal ini juga sesuai dengan bayi baru lahir diberikan

vitamin K injeksi 1 mg intramuskuler untuk mencegah perdarahan BBL

akibat tekanan pada dinding vagina, pemberian imunisasi hepatitis B 0

hari untuk memberikan kekebalah terhadap penyakit hepatitis dan

pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi (JNPK-KR Depkes RI,

2009).

Penulis berpendapat, karena kondisi bayi normal APGAR skor 7/8.

berat badan bayi saat lahir 3200 gram panjang badan 51 cm.penulis dan

bidan segera memberikan asuhan BBL sebagai upaya untuk mencegah

defisiensi vitamin K, dan diberikan salep mata untuk mencegah terjadinya

infeksi pada mata bayi. Saat bersalin, kehamilan Ny. S berusia 0 hari.

4. Asuhan Masa Nifas

Kunjungan selama masa nifas Ny. S sebanyak 3 kali yaitu pada

kunjungan kedua hari ke 3 , kunjungan ketiga hari ke tujuh dan

kunjungan keempat hari ke 14. Pada kunjungan nifas sebanyak 4 kali,

kunjungan pertama 6-8 jam, kunjungan kedua 6 hari, kunjungan ketiga 2

minggu, dan kunjungan keempat 6 minggu post partum (Suherni, 2009).

Penulis berpendapat kunjungan nifas tersebut sangat penting dilakukan,

karena dengan adanya kunjungan nifas tersebut dapat mendeteksi adanya

penyulit saat masa nifas.

Sejalan dengan kebijakan Program Nasional Masa Nifas dalam

(Manuaba, 2010) yaitu paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan masa

nifas dengan tujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi,

pencegahan terhadap kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas


256

dan bayinya, mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi di masa nifas,

serta menangani komplikasi atau masalah yang timbul.

Setiap kunjungan nifas tidak lupa penulis selalu memberikan edukasi

tentang menjaga protocol kesehatan yang sudah di tetapkan yaitu memakai

masker ketika berpergian, menjauhi kerumunan,menjaga jarak,mencuci

tangan,memakai masker,membatasi mobilitas sehingga kecil kemungkinan

terkena virus COVID 19 ini.

Penulis berpendapat bahwa tidak ada kesenjangan antara asuhan yang

diberikan dengan edukasi yang ada tentang COVID 19 ini.

Tanggal 11 april 2021 pukul 12.15 WITA dilakukan kunjungan

pertama yaitu asuhan 3 hari post partum. Berdasarkan hasil pemeriksaan

TD: 120/80 mmHg, T: 36,7 OC, N: 88 x/menit, R: 19 x/menit; BB: 80 kg IMT:

35,5 kg/m2, kondisi Ny. S secara umum dalam batas normal. Ny.L

Pengeluaran ASI lancar di kedua payudara, kontraksi uterus baik, TFU 3

jari bawah pusat, lochea Rubra, tidak ada luka jahitan, tidak ada tanda-

tanda infeksi, tanda hofman sign negative.

Penulis menegakkan diagnosa P4004 post Partum spontan hari ke 3, hal

ini susai berdasarkan keadaan ibu post pertum normal. Dengan masalah

obesitas, diagnosa potensial infeksi masa nifas.

Asuhan yang diberikan pada Ny. S mengajarkan teknik menyusui dan

menganjurkan klien agar menyusui bayinya sesering mungkin secara

eksklusif dan menjaga pola makan dan mengurangi karbohodrat.


257

Hal ini sesuai dengan teori, Perawatan payudara bertujuan untuk

melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu

sehingga mempelancar pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya

pembekakan dan kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan

payudara agar tidak mudah terkena infeksi. Adapun langkah-langkah

dalam perawatan payudara (Anggraini, 2010).

Tujuan pada asuhan kunjungan 1 hari yaitu untuk memastikan

involusi uterus berjalan dengan normal, mengevaluasi adanya tanda-tanda

bahaya nifas, memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-

tanda penyulit, memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat, dan

memberi ibu konseling dalam pengasuhan bayi (Walyani, 2014).

Penulis berpendapat, involusi uterus Ny. S berjalan dengan normal

karena klien terus menyusui bayinya dan diajarkan senam nifas, selain itu

kekoperatifan klien yang mau mengikuti saran dari penulis dan bidan

sehingga masalah potensial pada ibu tidak terjadi.

Tanggal 17 April 2021 pukul 13.30 WITA dilakukan kunjungan

kedua yaitu asuhan 7 hari post partum. Dan pada kunjungan ini ibu

mengatakan tidak ada keluhan. Berdasarkan hasil pemeriksaan TTV TD:

120/800 mmHg, T: 36,7 OC, N: 82 x/menit, R: 21 x/menit; BB : 80 kg, IMT :

35,5 kg/m2, kondisi Ny. S secara umum dalam batas normal. Ny.S

Pengeluaran ASI lancar, kontraksi uterus baik, TFU pertengahan pusat

dan simpisis, lochea sanguilenta, tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda

hofman sign negative.


258

Penulis mengangkat diagnosa P4004 post partum spontan hari ke-7

dengan masalah obesitas dan masalah potensial: infeksi pada masa nifas

Asuhan yang diberikan kepada Ny. S Nutrisi ibu nifas, Tanda bahaya

ibu nifas, Istirahat ibu nifas, Konseling ASI ekslusif, Mengajarkan ibu

untuk teknik menyusui yang benar, Mengajarkan ibu untuk Senam Nifas

hari 1-7, dan memberikan KIE tentang obesitas yaitu Menjaga pola makan

dengan mengurangi mengkomsumsi karbohidrat, memberikan asi ekslusif,

menjaga kebersihan organ reproduksi dengan mencuci tanagn sebelum dan

sesudah membasuh area kelamin .

hal ini sesuai dengan teori Lochea sanguilenta muncul 3-7 hari

postpartum. Warnanya merah karena berisi darah segar (Sukarni, 2013).

Asuhan yang dibeikan sesuai dengan Kebutuhan Dasar Masa Nifas

(Suherni, 2009) yaitu :nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi, defekasi,

menjaga kebersihan diri, kebersihan genetalia, pakaian, senam nifas,

kebutuhan istirahat, perawatan payudara.

Penulis berpendapat penurunan berat badan badan ibu disebabkan

karena ibu memberikan ASI Ekslusif serta mengatur pola makan sehingga

hal ini dianggap normal.

Menurut penelitian F. Ayu Kristiyanti 2015, Penurunan berat

badan ibu yang memberikan ASI eksklusif 1,54 kali lebih besar

dibandingkan ibu yang memberikan ASI tidak eksklusif.


259

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori dengan

kenyataan yang didapatkan pada Ny.S

Tanggal 24 april 2021 pukul 16.00 WITA dilakukan kunjungan ketiga

yaitu asuhan 14 hari post partum. Dan pada kunjungan ini ibu tidak ada

keluhan. Berdasarkan hasil pemeriksaan TTV TD: 120/80 mmHg, T: 36,7


O
C, N: 88 x/menit, R: 21 x/menit, BB : 81 kg IMT : 36 kg/ m2, kondisi Ny. S

secara umum dalam batas normal. Ny.S Pengeluaran ASI lancar, kontraksi

uterus baik, TFU tidak teraba, lochea serosa, tidak ada tanda-tanda infeksi,

tanda hofman sign negative.

Penulis mengangkat diagnosa P4004 post partum spontan hari ke-14,

Masalah:obesitas, Masalah Potensial : infeksi.

Asuhan yang diberikan kepada Ny. S Nutrisi ibu nifas, Tanda bahaya

ibu nifas, Istirahat ibu nifas, Konseling ASI ekslusif, Mengajarkan ibu

untuk teknik menyusui yang benar, Mengajarkan ibu untuk Senam Nifas

hari 1-10, serta memberikan konseling efek amping Kb Implant.

Sukarni, 2013 Lochea serosa muncul pada hari ke 7-14 postpartum.

Warnanya kuning kecoklatan. Pada kunjungan ini penulis menambahkan

Konseling Kb secara dini dilakukan pada kunjungan (Suherni, 2009).

Penulis berpendapat, bahwa klien sudah tepat untuk merencanakan Kb

Implant jangka panjang jika dilihat dari jumlah anak, dan sesuai dengan

keinginan klien tidak ingin menambah anak tapi tidak ingin melakukan
260

MOW ataupun kb IUD . Klien merespon dengan baik konseling yang

diberikan.

5. Asuhan Neonatus

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus dilakukan 4 kali

kunjungan, yaitu pada 1 hari, 3 hari, 7 hari dan 2 minggu,. Sesuai dengan

teori, yaitu kunjungan neonatus dilakukan sebanyak 3 kali yaitu KN 1

dilakukan 6-8 jam, KN 2 dilakukan 3-7 hari, KN 3 dilakukan 8-28 hari

setelah bayi lahir (Walyani, 2014). Penulis berpendapat bahwa

pentingnya dilakukan kunjungan neonatus sebagai deteksi bila terdapat

penyulit pada neonatus.

Setiap kunjungan neonatus tidak lupa penulis selalu memberikan

edukasi tentang menjaga protocol kesehatan yang sudah di tetapkan yaitu

memakai masker ketika berpergian, menjauhi kerumunan,menjaga

jarak,mencuci tangan,memakai masker,membatasi mobilitas sehingga

kecil kemungkinan terkena virus COVID 19 ini.

Penulis berpendapat bahwa tidak ada kesenjangan antara asuhan

yang diberikan dengan edukasi yang ada tentang COVID 19 ini.

Tanggal 14 april 2021, pukul 14.10 WITA, dilakukan kunjungan

Neonatus I yaitu pada 1 hari setelah bayi lahir. Hasil pemeriksaan

neonatus di temukan bayi dalam keadaan normal TTV; T : 36,7 ºC, N :

140 x/menit, R : 40 x/menit, BB bayi : 3.200 gram, BAB 2-3 x sehari dan

BAK 4-6 x sehari, Tali pusat belum pupus dan tidak ada tanda infeksi.

Penulis menegakkan diagnosa Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan hari ke-1 tidak ada masalah


261

Penulis memberikan asuhan Melakukan penimbangan, Melihat

kecukupan ASI, Melakukan pengecekan pada tali pusat,Cek tanda bahaya

pada neonatus.

Hal ini sesuai dengan teori walyani 2014, asuhan neonatus pada

kunjungan hari 1-3 hari adalah Jaga kehangatan tubuh bayi, Berikan ASI

eksklusif, pencegahan infeksi dan perawat tali pusat.

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori asuhan

kebuuhan neonatus dengan kenyataan dilapangan yang dibutuhkan

noenatus.

Tanggal 17 April 2021, pukul 14.00 WITA dilakukan kunjungan

Neonatus II yaitu pada 7 hari setelah bayi lahir. Keadaan neonatus dalam

batas normal TTV; T : 36,7 ºC, N :140 x/menit, R : 40 x/menit, BB bayi :

3.300 gram, BAB 2-3 x sehari dan BAK 4-6 x sehari, Tali pusat sudah

puput.

Penulis menegakkan diagnosa Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan hari ke-4 tidak ada masalah.

Penulis memberikan asuhan Melakukan penimbangan, Melihat

kecukupan ASI, Melakukan pengecekan pada tali pusat,Cek tanda bahaya

pada neonatus.

Hal ini sesuai dengan teori walyani 2014, asuhan neonatus pada

kunjungan hari 4-7 adalah Jaga kehangatan tubuh bayi, Berikan ASI

eksklusif, pencegahan infeksi dan perawat tali pusat.


262

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori asuhan

kebuuhan neonatus dengan kenyataan dilapangan yang dibutuhkan

noenatus.

Tanggal 24 april 2021, pukul 16.00 WITA, dilakukan kunjungan

Neonatus III yaitu pada 2 minggu setelah bayi lahir. Hasil pemeriksaan

neonatus di temukan bayi dalam keadaan normal TTV : N : 138 x/m R :

40 x/m T : 36,5 °C BB : 3300 gram., Tali pusat sudah pupus pada ke–7

dan tidak ada tanda infeksi, BAB 2-3 x sehari dan BAK 4-6 x sehari

Penulis menegakkan diagnosa Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan hari ke-14 tidak ada masalah.

Hal ini sesuai dengan teori walyani 2014, asuhan neonatus pada

kunjungan hari 8-14 adalah Jaga kehangatan tubuh bayi, Berikan ASI

eksklusif, pencegahan infeksi dan perawat tali pusat.

Penulis berpendapat tidak ada kesenjangan antara teori asuhan

neonatus dengan kenyataan dilapangan yang dibutuhkan noenatus.

6. Pelayanan Keluarga Berencana

Tanggal 22 Mei 2021 Ny. S pada kunjungan KB ibu mengatakan

Ibu mengatakan usia ibu 27 tahun, Ibu mengatakan belum mendapatkan

haid,Ibu mengatakan sudah memasang Kb Implant, Ibu mengatakan tidak

ada keluhan selama memakai Kb Implant, ibu mengatakan Tempat

pemasangan Kb di puskesmas prapatan, Oleh bidan, Jenis Kb Implant,

tanggal 22 Mei 2021, Motivasi ikut KB karena keinginan ibu sendiri.\


263

Pada kunjungan ini didapatkan keadaan ibu dalam keadaan normal

TD: 110/80 mmHg, T: 36,5 OC, N: 79 x/menit, R: 19 x/menit pada pemeriksaan

fisik tidak ditemukan kelainan.

Penulis menegakkan diagnosa Diagnosis :P4004 Akseptor Kb Implant.

Penulis memberikan asuhan Memberikan KIE tentang: efek

samping dari Implant yaitu : meliputi Nyeri dan bengkak pada kulit

disekitar implant ditanam, pola menstruai yang tidak teratur, perubahan

suasana hati, kenaikan berat badan, Nyeri payudara, Jerawat, nyeri Perut,

dan sakit kepala.

Menurut teori Affand,2012 Kb yang digunakan karena Kb Implant

merupakan alat kontasepsi yang sangta efektif reversibel dan berjangka

panjang dapat digunakan oleh semua pasangan usia reproduksi, haid

menjadi tidak teratur .

Penulis berpendapat, bahwa klien sudah tepat menggunakan Kb

jangka panjang jika dilihat dari jumlah anak,tetapi BB ibu tidak tepat

karena ibu mengalami obesitas, namun bisa diatasi dengan cara KIE

kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak dan karbohidrat

juga mengurangi makanan manis-manis dengan kondisi klien yang telah

memakai Kb Implant mengatakan haid menjadi tidak teratur hal ini

termasuk efek samping dari KB Implant. Klien merespon dengan baik

konseling yang diberikan.


BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif

melalui studi kasus continuity of care pada Ny. S mulai dari kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga pelayanan kontrasepsi, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pentingnya melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif sebagai deteksi dini untuk mengurangi faktor-faktor resiko yang

dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus,

hingga pelayanan kontrasepsi.

Dan di era pandemic ini tidak lupa untuk selalu memberikan asuhan

COVID 19 untuk selalu menjaga protocol kesehatan di setiap kunjungan tidak

lupa penulis selalu memberikan edukasi tentang menjaga protocol kesehatan

yang sudah di tetapkan yaitu memakai masker ketika berpergian, menjauhi

kerumunan,menjaga jarak,mencuci tangan,memakai masker,membatasi mobilitas

sehingga kecil kemungkinan terkena virus COVID 19 ini

1. Ante natal care

Diagnosa yang dapat di tegakkan pada masa ante natal care pada Ny. S

G4P3003 usia kehamilan 36 minggu 1 hari, janin tunggal hidup intra uterin.

Pada asuhan antenatal care telah dilaksanakan 3x kunjungan ditemukan

masalah pada Ny. S yaitu: faktor resiko : multiparitas kehamilan resiko

tinggi total score 6 dan obesitas sebagian factor resiko lain dengan IMT 32,8

kg/m2. Ny. S tidak mengalami komplikasi kehamilan karena telah


264
265

dilakukannya asuhan antisipasi diantaranya melahirkan di Rumah Sakit

Dr.R.Hardjanto.

2. Intranatal care

Asuhan kebidanan intranatal care pada Ny. S dilakukan pada tanggal

10 April 2021. Terjadi komplikasi persalinan; proses persalinan Ny. S dengan

fase laten memanjang (lebih dari 8 jam), penyebab: ibu multiparitas dan

obesitas, ibu kelelahan dan berdampak pada lambatnya kemajuan persalinan.

Dilakukan induksi persalinan hasil dari kolaborasi, sehingga Ny S melahirkan

dengan partus anjuran.

Pada kala II, III dan IV tidak terjadi komplikasi. Masalah dan

potensialnya tidak terjadi karena telah diberikan asuhan.

3. Bayi baru lahir

Pada asuhan kebidanan bayi baru lahir, bayi Ny. S dalam keadaan

normal lahir tgl 11 April 2021 jam 10.10 segera menangis dengan nilai Apgar

score 7/8, berat lahir 3200 gram,panjang badan: 51 cm, jenis kelamin

perempuan, anus (+), tidak ada cacat bawaan, sehingga suhan di berikan

adalah asuhan bayi baru lahir normal. Komplikasi dan masalah potensial pada

BBL tidak terjadi.karena sudah di berikan asuhan antisipasi

4. Post Natal Care

Asuhan kebidanan post natal care pada Ny. S telah dilaksanakan

sebanyak 3 kali kunjungan. Pada masa nifas Ny. S terdapat masalah

multiparitas dan obesitas.dengan berat badan ibu 80 kg, IMT: 32,5 kg/m 2

Masalah potensial antar lain: infeksi tidak terjadi karena telah dilakukan
266

asuhan antisipasi, asuhan yang telah diberikan KIE mengurangi karbohidrat

dan lemak serta makanan yang manis.

Selama kunjungan post partum di dapatkan berat badan ibu tidak

mengalami penurunan dan masih dalam kategori Obesitas. Tidak adanya

penurunan berat badan ini kemungkinan disebabkan karena ibu tetap

mengkonsumsi karbohidrat yang berlebihan dan kurangnya mengikuti KIE

yang telah diberikan pada ibu .

5. Asuhan kebidanan neonatus

Asuhan kebidanan neonatus pada Ny. S telah dilaksanakan 3

kunjungan dengan Neonatus Ny.S didapatkan berat badan bayi terakhir 3.700

naik sebanyak 500 gr, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar

perut 35 cm, panjang badan 50 cm tidak ada masalah,.

6. Pelayanan Kontrasepsi

Asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi pada Ny. S dilaksanakan

pada kunjungan awal pengkajian klien pada usia kehamilan 36 minggu 1 hari

dengan memberikan konseling KB. Hasil dari asuhan tersebut yaitu setelah

dilakukan konseling tentang pelayanan kontrasepsi, Ny.S dengan dukungan

suaminya memutuskan untuk menggunakan KB Implant di puskesmas

prapatan Balikpapan tanggal 22 Mei 2021.

B. SARAN DAN MANFAAT

Penulis ingin menyumbangkan saran di akhir penulisan laporan tugas

akhir ini dalam mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya

dalam asuhan kebidanan komprehensif, yaitu sebagai berikut :


267

1. Bagi intitusi

Diharapkan semakin memperbaharui skill yang akan diajarkan dan

selalu mengikuti perkembangan ilmu kebidanan terkini, sehingga mampu

meningkatkan profesionalitas kinerja mahasiswa kebidanan nantinya setelah

terjun di masyarakat.

2. Bagi Pasien dan Masyarakat

a. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu tentang

masa hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan KB sehingga

dapat menjalaninya tanpa adanya komplikasi.

b. Diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi masyarakat bahwa

kehamilan dengan multigravida akan menimbulkan dampak atau resiko

yang dapat terjadi pada ibu dan bayi hingga menyebabkan kematian jika

tidak di berikan pendampingan yang berkelanjutan dari tenaga

kesehatan.

c. Ibu diharapkan untuk tidak hamil lagi hingga memasuki usia reproduksi

sehat yaitu 5 tahun lagi, agar tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang

tidak diinginkan.

3. Bagi Mahasiswa Kebidanan

Agar lebih rajin, aktif dan bisa mengatur waktu selama melakukan

penilitian kasus / asuhan kebidanan komprehensif. Lebih teliti lagi dalam

melakukan pengkajian, menentukan masalah dan pemberian asuhan yang


268

tepat pada klien sehingga proses asuhan dapat berjalan baik sesuai dengan

maksud dan tujuan yang akan dicapai.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Memberikan asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny. S ditemui

beberapa hambatan dan keterbatasan yang menyebabkan pelaksanaan studi

kasus tidak berjalan dengan maksimal. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara

lain adalah

1. Penjaringan pasien

Menjaring pasien atau klien yang sesuai dengan persyaratan yang telah

ditetapkan oleh institusi bukanlah hal yang mudah. Penulis sempat

beberapa kali berganti pasien sampai akhirnya bertemu Ny. S dan

keluarga yang bersedia untuk menjadi pasien studi kasus ini.

2. Waktu yang terbatas

Melaksanakan asuhan yang berkesinambungan untuk mencapai hal yang

maksimal tentunya membutuhkan waktu yang panjang dan pendampigan

dari pembimbing. Namun pada studi kasus ini waktu yang diberikan

hanya ± 3 bulan ditambah dengan banyaknya kegiatan lain. Sehingga

membuat waktu untuk memberikan asuhan kepada klien kurang maksial.

3. Fasiltas alat kesehatan

Memberikan asuhan yang baik tentu didukung oleh fasilitas yang baik,

peneliti pada saat melakukan asuhan kekurangan alat dikarenakan jumlah

terbatas sehingga peneliti harus menunggu.


DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2008. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta:EGC Dalam Fajrina,
Adiba. 2012. Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Hamil Dengan
Berat Badan Lahir di Rumah Bersalin Lestari Ciampea Bogor Tahun 2010
2011. Jakarta
Ibuhamil.com. 2013. Tabel Kenaikan Berat Badan Janin dan Ibu Hamil.
http://ibuhamil.com/diskusi-umum/20430-tabel-kenaikan-bb-janin- bumil.html.
Diakses tanggal 26 Maret 2017.
Rusli, Awang Irawan, dkk. 2016. Hubungan Peningkatan Berat Badan Ibu
Hamil dengan Lama Persalinan. Jakarta
Baliwati. 2009. Konser Dasar Asuhan Kebidanan Kehamilan Patologis. Jakarta :
EGC

BKKBN. 2007. Profil Pengembangan Pelaksanaan Program KB di Indonesia.


Jakarta: BKKBN

Bobak, Lowdermilk, & Jansen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edition
4. Jakarta: EGC.

Cuningham, F. G. (2013). Obstetri Williams : Volume 2. Jakarta: EGC.

Dedeh. (2004). Bersiap menghadapi perubahan, Majalah Nakita

Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI No. 228/MENKES/SK/III/2002 tentang


Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib
Dilaksanakan Daerah.

Depkes RI. 2009. Sistem kesehatan nasional. Jakarta : ditjen bina yanmedik
https://www.kemenkes.go.id

Dewi, S., 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan, Jakarta : Salemba Medika.

Dewi, V, N, L., 2011. Asuhan Neonatus bayi dan anak balita, Jakarta : Salemba
Medika.
Djamaliah. 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : PT. Bina Pustaka

Handayani, S., 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta :


Pustaka Rihana.

Husanah, Een., 2019. Rujukan Lengkap Konsep Kebidanan, Yogyakarta :


Deepublish

Hutahaean. 2013. Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis. Yogyakarta : Deepublish

Indonesia, P.M.K.R., 2010. Penyelenggaraan Praktik Kebidanan.

JNPK-KR, 2008b. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JNPK-KR.

Kementerian kesehatan RI, Sekretariat jenderal. 2014.Profil kesehatan indonesia


tahun 2013. Jakarta : Kementerian kesehatan RI https://www.kemenkes.go.id
diakses pada 13 januari 2020.

Kristiyana, W., 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak, Yogyakarta : Nuha
Medika.

Kristiyanti F. Ayu, dan Kusumastuti. A, "HUBUNGAN PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF DENGAN PENURUNAN BERAT BADAN IBU
MENYUSUI," Journal of Nutrition College, vol. 2, no. 4, pp. 682-688, Oct.
2013. https://doi.org/10.14710/jnc.v2i4.3831 diakses pada tanggal 4 juli 2020

Kusmiyati, Y., 2009. Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan, Yogyakarta :


Fitramaya.

Kuswanti, I., 2014. Asuhan Kehamilan, Yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar.

Lestary, Dwi. 2015. Tinjauan pustaka persalinan pdf. http://repository.ump.ac.id.pdf


diakses tanggal 4 juli 2020.

Mandriawati. 2008. Senam Hamil. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B.G., 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta :
EGC.

Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.C.& Manuaba, I.B.G.F., 2010. Pengantar Kuliah


Obstetri, Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Manuaba. 2009. Kapita selekta penatalaksanaan rutin Obstetri dan Ginekologi.


Jakarta: FKUI
Maritalia, D., 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Marni & Rahardjo, 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Maternity, D., Yantina, Y. & Putri, R.D., 2014. Asuhan Kebidanan Patologis
D.L.Saputra, ed., Tangerang : Binarupa Aksara Publisher.

Matterson. (2001). Women’s Health During The Childbearing Years. Mosby : St.
Louis.

Mintarsih, sri. 2006. Kajian indeks masa tubuh (IMT) dan pertambahan berat badan
ibu hamil serta hubungannya dengan tumbuh kembang bayi baru lahir.
Bogor : institut pertanian bogor

Mufdila. 2009. Panduan asuhan kebidanan ibu hamil. Yogyakrta : Nuha Medika.

Muslihatun, W.N., Mufdillah & Setyawati, N., 2013. Dokumentasi Kebidanan,


Yogyakarta : Fitramaya.

Nugroho, T., Nurrezki & Warnaliza, D., 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas
(ASKEB 3) 1st ed., Yogyakarta: Nuha Medika.

Oxorn, W. R. (2010). Ilmu Kebidanan : Patofosiologi dan Fisiologi Persalinan.


Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika

Prawirohardjo, S., 2014. Ilmu Kebidanan 4th ed., Jakarta: PT Bina Pustaka.

Profil dinas kesehatan kota balikapapan. 2017. Pofil kesehatan kota balikpapan tahun
2017. http://dkk.balikpapan.go.id.Profil_Kes_2017_.pdf.

Profil Kesehatan Kota Balikpapan. 2017. Dinas Kesehatan Kota Balikpapan.

Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Surabaya : Pusat Safe Mother
Hood.

Romauli. 2011. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil,Yogyakarta : Deepublish

Saifuddin, A. B. (2010). Ilmu Kebidana Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: P.T Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, A.B., 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saryono. 2010. Perawatan Antenatal Care Jilid II. Yogyakarta : Deepublish

Soleha, S., 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba Medika.

Subianto. 2009. Perawatan Payudara. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sukarni dan wahyu.2013. hubungna usia menarche dengan lama siklus menstruasi.
Digilib.unhas.ac.id

Sukarno, I., 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas dilengkapi dengan Patologi,
Jakarta : Nuha Medika

Varney, H., Kriebes, J.M. & Gregor, C.L., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 1 4th ed. E. Wahyuningsih et al., eds., Jakarta : EGC.

Varney, helen. 2007. Buku ajar kebidananasuhan kebidanan. Jakarta : EGC

Wahyuni, S., 2009. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, Jakarta : EGC.

WHO. Sustainable Development Global solutions Network (SDGs). Jakarta: United


Nation; 2015

Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. World Health
Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/.

Anda mungkin juga menyukai