Anda di halaman 1dari 153

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

Y
DI KLINIK PRATAMA AFIYAH
KOTA PEKANBARU

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

RIDA NURUL HASANAH


NIM : P031915401028

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN RIAU
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN
PEKANBARU
2022
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY Y
DI KLINIK PRATAMA AFIYAH
KOTA PEKANBARU

Laporan Tugas Akhir disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Kebidanan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

LAPORAN TUGAS AKHIR

RIDA NURUL HASANAH


NIM : P031915401028

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN RIAU
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN
PEKANBARU
2022
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rida Nurul Hasanah


NIM : P031915401028
Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 17 November 2000
Agama : Islam
Alamat : Jalan Pemuda No 9a kec. Payung sekaki.
Kota Pekanbaru,Riau.
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Alm.Nasrul
Nama Ibu : Nurhayati

Riwayat Pendidikan

NO PENDIDIKAN TEMPAT TAHUN


KELULU
SAN
1. TK DARUL HUDA Pekanbaru 2007
2. SDN 18 PEKANBARU Pekanbaru 2013
3. PESANTREN DAARUN NAHDAH Bangkinang 2016
4. PESANTREN DAARUN NAHDAH Bangkinang 2019
5 POLTEKKES RIAU Pekanbaru 2022

ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

LAPORAN TUGAS AKHIR, JUNI 2022


RIDA NURUL HASANAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.Y KLINIK


PRATAMA AFIYAH PEKANBARU TAHUN 2022
±135 Halaman, 9 Tabel, 10 Lampiran

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk mencegah komplikasi pada masa kehamilan, persalinan,
nifas dan neonatus dapat dilakukan dengan Asuhan berkelanjutan yang bertujuan
untuk mendeteksi secara dini komplikasi dan resiko tinggi mulai dari kehamilan,
bersalin, nifas dan neonatus. Asuhan kebidanan dilakukan dari bulan Desember
2021 sampai Maret 2022 pada Ny.Y G4P3A0H3. Di Klinik Pratama Afiyah, kota
Pekanbaru. Instrument yang digunakan berupa buku KIA, KSPR, EPDS, lembar
partograf, dan leaflet. Kunjungan kehamilan dilakukan sebanyak 3 kali, nifas 4 kali,
dan neonatus 4 kali. Pada kunjungan kehamilan, keluhan yang ditemukan adalah
nyeri perut bagian bawah dan meriang, setelah diberikan asuhan kebidanan yaitu
kompres air hangat dan pemberian analgetik ketidaknyamanan dapat diatasi. Pada
masa persalinan ibu melahirkan normal, pertolongan persalinan sesuai APN, IMD
berhasil pada menit ke 50. Pada kunjungan nifas terdapat keluhan ASI hanya sedikit
yang dapat diatasi dengan pijat payudara dan pijat oksitosin. Pada kunjungan
neonatus dilakukan perawatan sehari-hari, pendidikan kesehatan tentang perawatan
tali pusat dan pijat bayi terjadi peningkatan berat badan bayi sebanyak 700 gram
pada hari ke 30. Pada akhir masa kunjungan semua masalah dapat teratasi dan tidak
ditemukan masalah yang mengarah kepada patologis. Asuhan didokumentasikan
dengan metode SOAP. Disarankan bagi tenaga kesehatan seperti bidan yang
bekerja di klinik tersebut dalam memberikan asuhan kebidanan berkesinambungan
selalu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kebidanan yang sesuai
dengan evidance base seperti memberikan asuhan pijat oksitosin kepada ibu serta
pijat bayi kepada bayi pada masa nifas

Kata Kunci : Asuhan kebidanan komprehensif kehamilan, bersalin, nifas, neonatus


Referensi : 75 Referensi (2011-2020)

x
MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
POLYTECHNIC OF HEALTH MINISTRY OF HEALTH RIAU
DIII MIDWIFERY STUDY PROGRAM

FINAL PROJECT REPORT, JUNE 2022


RIDA NURUL HASANAH

COMPREHENSIVE MIDWIFE CARE TO NY.Y AT THE PRATAMA


AFIYAH CLINIC, PEKANBARU, 2022

±122 PAGES, 9 TABLES, 10 APPENDICES

ABSTRACT

One of the efforts to prevent complications during pregnancy, childbirth,


postpartum and neonate can be done with Continuity of Midwifery Care (CoMc)
which is a continuous care that aims to detect early complications and high risks
starting from pregnancy, childbirth, postpartum and neonates. Midwifery care is
carried out from December 2021 to March 2022 on Mrs. Y G4P3A0H3. At the
Afiyah Primary Clinic, Pekanbaru city. The instruments used are KIA books,
KSPR, EPDS, partograph sheets, and leaflets. Pregnancy visits were carried out 3
times, postpartum 4 times, and neonates 4 times. At the pregnancy visit, the
complaints found were lower abdominal pain, after being given midwifery care and
health education in pregnancy exercise, and warm water compresses the discomfort
could be overcome. During labor, the mother gave birth normally, delivery
assistance according to APN, IMD was successful at 50 minutes. At the postpartum
visit, there were complaints of only a small amount of breast milk which could be
overcome with oxytocin massage. At the neonate's visit, daily care, health education
about umbilical cord care and baby massage showed an increase in the baby's
weight as much as 700 grams on day 30. At the end of the visit all problems could
be resolved and no problems were found that lead to pathology. Care is documented
by the SOAP method. It is recommended for health workers such as midwives who
work at the clinic in providing continuous midwifery care to always apply
midwifery management. In addition, pay attention to and improve competence in
providing midwifery care according to midwifery service standards.

Keywords: Midwifery care, pregnancy, childbirth, postpartum, neonates


References : 35 References (2011-2020

xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

telah memberikan Rahmat dan Nikmat kesehatan, kekuatan dan pemikiran yang

jernih, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. Y di Klinik Pratama Afiyah

Kota Pekanbaru”.

Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi

salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di D-III Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Riau.

Penulisan menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini

tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu :

1. Bapak H. Husnan, S.Kp, MKM Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Riau.

2. Ibu Hj. Juraida Roito Hrp, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Riau dan selaku pembimbing II Laporan Tugas Akhir.

3. Ibu Ani Laila, S.ST, M. Biomed selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Riau Sekaligus penguji I yang telah memberikan kritik dan saran

demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

4. Ibu Siska Helina,SST,M.Keb selaku pembimbing I yang telah memotivasi,

meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dan pengarahan dengan

sabar sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan oleh penulis.

5. Ibu Hj.Foni Aria,S.Tr Keb,SKM selaku Pembimbing Lapangan yang telah

menyediakan lahan praktik dan mendampingi serta membimbing selama

memberikan asuhan kebidanan komprehensif .

xii
6. Ibu Yeni Aryani, S.Si.T, M.Keb selaku penguji I yang telah memberikan kritik

dan saran demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Kedua orangtua Ayahanda Alm.Nasrul dan Ibunda Nurhayati serta Abang dan

Kakak saya Safutra Nofriadi , Dedi dan Nur Aisyah yang telah memberikan

semangat, dukungan, doa, cinta dan kasih sayang sehingga Laporan Tugas

Akhir ini dapat terselesaikan oleh penulis.

8. Ny. Y yang sudah bersedia bekerja sama membantu penulis dalam melakukan

asuhan kebidanan komprehensif sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat

terselesaikan oleh penulis.

9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa di Poltekkes Kemenkes Riau Prodi D-III

Kebidanan dan sahabat-sahabat saya Dinul Hafizah dan Naila Izzati yang telah

membantu, memberikan dukungan, kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi selesainya Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis telah berusaha maksimal untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi penulisan laporan selanjutnya, Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, Juni 2022

Rida Nurul Hasanah

xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .....................................................................................iii
ABSTRAK......................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .....................................................................................
1.3 Manfaat Penulisan ...................................................................................
1.4 Ruang Lingkup ........................................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan ........................................................................
2.2 Konsep Dasar Persalinan .........................................................................
2.3 Konsep Dasar Nifas .................................................................................
2.4 Konsep Dasar Neonatus...........................................................................
2.5 Konsep Dasar Kb ....................................................................................
2.6 Kewenangan Bidan ..................................................................................
2.7 Pendokumentasian Soap ..........................................................................
BAB 3 LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KASUS
3.1 Tempat Dan Waktu .................................................................................
3.2 Cara Pengambilan Kasus .........................................................................
3.3 Instrumen ................................................................................................
BAB 4 KAJIAN KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Kasus ..................................................................................
4.2 Pembahasan.............................................................................................
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................
5.2 Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan Berdasarkan

Indeks Massa Tubuh .............................................................................. 19

Tabel 2.2 Kategori Lingkar Lengan Atas ............................................................ 20

Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc.Donalad ......................................... 20

Tabel 2.4 TFU menurut Penambahan Tiga Jari................................................... 45

Tabel 2.5 TFU Pemberian Imunisasi TT............................................................. 21

Tabel 2.6 Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi Dalam Persalinan

Normal ............................................................................................................ 55

Tabel 2.7 Uterus Massa Nifas ............................................................................ 47

Tabel 2.8 Pengeluaran Lochea selama Nifas....................................................... 48

Tabel 2.9 Jadwal Pemberian Imunisasi ............................................................... 68

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengambilan Kasus Laporan Tugas Akhir

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Pasien Di PMB

Lampiran 3 Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Klien/Pasien

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Pembimbing

Lampiran 5 Kartu Skor Puji Rohayati

Lampiran 6 Penapisan

Lampiran 7 Partograf

Lampiran 8 Lembar EPDS

Lampiran 9 Leaflet

Lampiran 10 Dokumentasi

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate) merupakan jumlah kematian

ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan yang dijadikan

indikator derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan

salah satu target global Sustainable Development Goals (SDGs) dalam menurunkan

angka kematian ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030

(WHO, 2019).

Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu

selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan

sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan,

kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta penggunaan

fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri.. Selain itu

penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan

merupakan salah satu dari kriteria 4 “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan

(>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (4 anak), terlalu rapat jarak

kelahiran/paritas (<2 tahun) (Pertiwi, 2012).

Upaya percepatan penurunan AKI membutuhkan upaya inovatif, proaktif,

dan antisipatif melalui pendekatan resiko antara lain adalah kegiatan peningkatan

akses kesehatan dan peningkatan deteksi dini, pengolahan ibu hamil resiko tinggi,

cakupan pertolongan persalinan, pengolahan komplikasi kehamilan (Prawihardjo,

2014).

1
2

Bidan memberikan pelayanan asuhan kehamilan yang memerlukan kerja

sama dengan ibu hamil dalam mencapai tujuan kesehatan ibu dan janin Dengan

adanya pastisipasi pasien tersebut, asuhan kebidanan yang diberikan oleh bidan

diharapkan akan berkesinambungan dalam kerangka Continuity of Midwifery

Care atau asuhan kebidanan yang berkesinambungan. Asuhan ini akan lebih

berhasil dengan melibatkan keluarga pasien karena peran serta keluarga pada

pendampingan kehamilan dan persalinan menjadi dukungan tersendiri bagi pasien

untuk melalui masa-masa tersebut dengan lebih nyaman (Susanti, A, dkk, 2018).

Upaya-upaya yang di perlukan dalam rangka mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang optimal dalam penurunan AKI dan AKB yang dapat dilakukan

oleh bidan yaitu dengan melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif yang

mana hal tersebut biasanya disebut dengan metode Continuity Midwifery of Care

(CoMC) (Kemenkes,2015). Untuk memenuhi asuhan kebidanan yang

komprehensif dan berkelanjutan dilakukan pelayanan Antenatal Care, Intranatal

Care, Postnatal Care dan Neonatus sesuai dengan standar kunjungan. Standar

kunjungan ANC menurut Kemenkes RI adalah 6 kali kunjungan, yaitu 1 kali pada

trimester pertama, 2 kali pada trimester kedua, dan 3 kali pada trimester 3, dimana

selama kehamilan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan

3 (Kemenkes, 2021).

Pelayanan ANC adalah suatu program yang terdiri dari: pemeriksaan

kesehatan, pengamatan, dan pendidikan kepada ibu hamil secara terstruktur dan

terencana untuk mendapatkan suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman

dan memuaskan. Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan

antenatal tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu
3

10 T (timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status

gizi (ukur lingkar lengan atas/ Lila), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi

janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan

pemberian imunisasi tetanus bila diperlukan, pemberian tablet tambah darah,

pemeriksaan laboratorium sederhana (rutin/khusus), tatalaksana/ penanganan

kasus, temu wicara/ konseling, (Kemenkes, 2016).

Asuhan persalinan dilakukan sesuai dengan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Pertolongan persalinan harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan langkah Asuhan Persalinan

Normal (APN). Salah satu asuhan saat persalinan yaitu penggunaan birth ball yang

dapat membantu mengatasi rasa nyeri persalinan, mengurangi nyeri akibat

kontraksi, menurunkan kecemasan dan memperpendek lama kala I persalinan.

Asuhan yang memadai selama persalinan dilakukan sebagai upaya pertolongan

persalinan dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan bayi, mendeteksi dan

menatalaksanakan komplikasi secara tepat waktu dan mempercepat proses

persalinan (Yulizawati,dkk 2019).

Asuhan pada masa nifas dilakukan yaitu dengan menanyakan kondisi ibu

nifas secara umum, melakukan pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,

pernapasan, dan nadi, pemeriksaan lokhea dan perdarahan, pemeriksaan kondisi

jalan lahir dan tanda infeksi, pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri,

pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif, pemberian Kapsul

Vit. A, pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan, tatalaksana pada ibu nifas sakit

atau ibu nifas dengan komplikasi, dan memberikan Pendkes yang berkaitan

dengan masa nifas. (Kemenkes, 2018). Dilakukan minimal 4 kali, yaitu KF 1


4

dimulai dari 6 jam sampai dengan 2 hari pasca persalinan, KF 2 dimulai pada hari

ke 3 sampai dengan 7 hari pasca persalinan, KF 3 dilakukan pada hari ke 8 sampai

dengan 28 hari pasca persalinan, dan KF 4 dilakukan pada hari ke 29 sampai

dengan 42 hari pasca persalinan serta pelayanan KB pasca persalinan (kemenkes,

2020)

Pelayanan kesehatan pada ibu nifas dan neonatus juga mencakup pemberian

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), pijat bayi, dan keluarga berencana

pascasalin. Asuhan kebidanan pada neonatus/bayi baru lahir di lakukan dengan

melakukan pelayanan kunjungan neonatal yaitu minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada

6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari (Kemenkes, 2020).

Asuhan Kebidanan yang diberikan pada ibu dan janin tidak dapat dilakukan

sesuai dengan kondisi normal karena pendemi Corona Virus Disease (COVID-

19) yang kita hadapi sekarang yang menyebar ke Indonesia hingga ke kota

Pekanbaru, untuk mengurangi penyebaran virus maka asuhan kebidanan tetap

dilakukan untuk memantau kesehatan ibu dan janin agar tidak tertular COVID-19

maka asuhan yang diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan kesehatan ibu dan

anak secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pelayanan pada masa pandemi

dapat dilakukan di rumah atau di fasilitas kesehatan. Pasien dapat berkunjung ke

klinik atau petugas kesehatan datang kerumah pasien dan tetap mematuhi protokol

kesehatan (Kemenkes, 2020).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan yang

komprehensif pada “Ny.Y” selama masa hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas,

neonatus, dan pemilihan alat kontrasepsi dalam laporan tugas akhir dengan judul
5

“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada “Ny.S” dari Hamil sampai Keluarga

Berencana Klinik Pratama Afiyah Kota Pekanbaru

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas

dan neonatus dan KB pada Ny. Y di Klinik prtama afiyah kota Pekanbaru tahun

2022 melalui pendekatatan manajeman kebidanan serta melakukan

pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. Y di Klinik

pratama Afiyah Kota Pekanbaru

b. Melaksanakan asuhan kebidanan persalinan pada Ny. Y di Klinik

pratama Afiyah Kota Pekanbaru

c. Melaksanakan asuhan kebidanan nifas pada Ny. Y di Klinik pratama

Afiyah Kota Pekanbaru

d. Melaksanakan asuhan kebidanan neonatus pada Ny. Y di Klinik pratama

Afiyah Kota Pekanbaru

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Keilmuan

Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan dalam pengembangan

asuhan kebidanan yang menyeluruh dan berkesinambungan


6

1.3.2 Manfaat Aplikatif

Mampu memberikan asuhan yang menyeluruh dan berkesinambungan kepada ibu

sejak masa hamil, bersalin, nifas termasuk KB, bayi baru lahir dengan

menggunakan pendokumentasian metode SOAP.

1.4 Ruang Lingkup

Asuhan kebidanan dilakukan untuk memberikan asuhan secara menyeluruh dan

berkesinambungan sesuai standar asuhan kebidanan pada Ny. Y umur 34 tahun

G4P3A0H3. Asuhan dilakukan pada bulan Desember s.d Maret 2022. Pengambilan

kasus di Klinik Pratama Afiyah pada usia kehamilan 32 minggu. Asuhan kebidanan

pada Ny. Y dilakukan di Klinik Pratama Afiyah dan melakukan kunjungan di rumah

pasien. Pada masa kehamillan dilakukan kunjungan sebanyak 3 kali kunjungan di

Klinik Pratama Afiyah dan pertolongan persalinan dilakukan di Klinik Pratama

Afiyah sesuai dengan APN. Pada masa nifas dilakukan kunjungan rumah sebanyak

4 kali kunjungan dan asuhan neonatus kunjungan rumah sebanyak 4 kali kunjungan.

Asuhan ini diberikan dengan memperhatikan pedoman pelayanan kesehatan ibu dan

anak pada masa pandemi COVID-19 dengan menggunakan pendekatan kebidanan

metode pendokumentasian SOAP.


BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu

atau 10 bulan atau 9 bulan (Prawirohardjo, 2016)

Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau pertemuan

antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan

implantasi (Sulistyawati, 2012).

2.1.2 Tujuan Asuhan Kehamilan

Menurut Siti,dkk (2017) tujuan asuhan kehamilan diantaranya :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu dan

bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

Eksklusif.

7
8

f. Peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal.

2.1.3 Pembagian Usia Kehamilan

Pembagian usia kehamilan menurut Yulizawati, dkk (2017). Kehamilan dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya janin yaitu 280 hari atau 40 minggu. Periode dalam

kehamilan terbagi dalam 3 triwulan atau trimester yaitu :

a. Trimester pertama : 0 sampai 12 minggu

b. Trimester kedua : 13 hingga 28 minggu

c. Trimester ketiga : 29 sampai 42 minggu

2.1.4 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Kehamilan Trimester III

Menurut Jannah (2012) perubahanan fisiologis pada ibu hamil, yaitu :

1) Sistem Reproduksi

(a) Uterus

(b) Pembesaran rahim disebabkan karna hipertropi dan hiperplasi otot polos

rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik dan endometrium

menjadi desidua.

(c) Berat

(d) Uterus akan semakin membesar di bawah pengaruh estrogen dan progesteron

, dari sebelum hamil beratnya 30 gram jika pada kehamilan hipertrofi dan

hiperflasi dan mengakibatkan otot rahim menjadi lebih besar, lunak dan

mengikuti pembesaran rahim menjadi 100 gram.

2) Payudara

Adanya peningkatan suplai darah di bawah pengaruh aktivitas hormon,

jaringan glandular dari payudara membesar dan puting menjadi lebih efektif

8
9

walaupun perubahan payudara dalam bentuk yang membesar terjadi pada

waktu menjelang persalinan. Estrogen menyebabkan penyimpanan lemak.

Progesteron menyebabkan tumbuhnya lobus, alveoli lebih tervaskularisasi dan

mampu bersekresi. Hormon pertumbuhan dan glukokortikoid juga mempunyai

peranan penting dalam perkembangan ini. Prolaktin merangsang produksi

kolostrum dan air susu ibu.

3) Sistem muskuloskeletal

Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan

nutrisinya khususnya produksi susu terpenuhi. Bersamaan dengan membesarnya

ukuran uterus menyebabkan perubahan yang drastis pada kurva tulang belakang

yang biasanya menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil. Perubahan-

perubahan tersebut dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada

bagian belakang yang bertambah seiring dengan penambahan usia kehamilan.

4) Sistem kardiovaskuler

Denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai 15 denyut per menit pada

kehamilan, karena diafragma semangkin naik selama kehamilan, jantung digeser

ke kiri dan ke atas. Sementara pada waktu yang sama, organ ini agak berputar

pada sumbu panjangnya. Akibatnya jantung digerakkan agak ke lateral dari

posisinya pada keadaan tidak hamil normal, dan membesarnya ukuran bayangan

jantung ditentukan pada radiogra. Luasnya perubahan-perubahan ini dipengaruhi

oleh ukuran dan posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen dan konfigurasi

abdomen dan thorak. Besar dari jantung bertambah sekitar 12% dan meningkat

kapasitas jantung sebesar 70-80 ml.

5) Sistem integumen
10

Sehubungan dengan tingginya kadar hormonal, terjadi peningkatan pigmentasi

selama kehamilan. Pada trimester pertama perubahan sistem integumen yang

dirasakan ibu hamil yaitu kemerahan ditelapak tangan dan linea alba/nigra.

Sedangkan pada trimester kedua dan ketiga perubahan sistem integumen yang

dirasakan adalah cloasma dan perubahan aerola, dan striae gravidarum (bulan ke

6 sampai bulan 7).

6) Sistem gastrointestinal

Rahim yang semangkin membesar akan menekan rektum dan usus bagian

bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat karena

gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesterone.

Wanita hamil sering mengalami rasa panas di dada (heartburn) dan sendawa,

yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam lambung

dan karena relaksasi spinter dikerongkongan bagian bawah yang memungkinkan

isi lambung mengalir kembali kekerongkongan.

7) Sistem urinaria

Pada trimester kedua aliran darah ginjal meningkat dan tetap terjadi hingga usia

kehamilan 30 minggu, setelah itu menurun secara perlahan. Ginjal mengalami

pembesaran dan filtrasi glomelurus. Perubahan dalam filtrasi glomelurus adalah

penyebab peningkatan klirens kreatinin, urea, dan asam urat yang sangat

direabsobsi pada awal kehamilan.

8) Sistem pernapasan

Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan

pembentukan hormone progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit


11

berbeda dari biasanya. Wanita hamil lebih cepat bernafas dan lebih dalam karena

memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya.

9) Sistem darah

Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih banyak dari

pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengeceran darah (hemodilusi) dengan

puncaknya pada umur kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah)

bertambah sebesar 25% sampai 30%.

2.1.5 Ketidaknyamanan Kehamilan Pada Trimester III

Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu hamil membuat tubuh beradaptasi, apabila

tubuh tidak mampu beradaptasi maka akan menimbulkan suatu masalah. Menurut

Siti Tyastuti, dkk (2016).

Ketidaknyamanan ibu dimasa kehamilan diantaranya :

a.Nyeri Perut bagian bawah

keram perut bagian bawah/panggul itu merupakan hal yang wajar terjadi pada

kehamilan TM III, hal ini disebabkan karena kepala janin yang mulai memasuki

rongga panggul dan meningkatnya pergerakan panggul akibat pembesaran uterus.

(Irianti, dkk, 2014).

asuhan yang dilakukan adalah teknik relaksasi pernapasan, menganjurkan ibu

menghindari posisi berdiri tiba-tiba dari posisi jongkok/duduk, mengompres perut

bagian bawah, dan bangun tidur dalam posisi miring terlebih dahulu(siti,dkk 2017)
12

2.1.6 Kebutuhan Dasar Kehamilan Pada Trimester III

Menurut Siti, dkk (2016) kebutuhan dasar kehamilan diantaranya :

a. Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, banyak

diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada sebelum hamil. Pada

ibu hamil akan mengalami BB bertambah, penambahan BB diukur dari IMT

(Indeks Masa Tubuh)/BMI (Body Masa Indeks) sebelum hamil. Ibu hamil yang

dikategorikan sebagai obesitas apabila hasil perhitungan IMT didapatkan lebih

dari satu atau sama dengan 30 kg/m3 dan dikategorikan sebagai berat badan lebih

bila IMT 25-29 kg/m3 (Jurnal Indon Volum , 2018).

b. Kebutuhan oksigen

Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat memenuhi

kebutuhan O2, disamping itu terjadi desakan rahim dan kebutuhan O2 yang

meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam. Hal ini akan berhubungan

dengan meningkatnya aktifitas paru-paru untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu

dan O2 janin.

c. Personal Hygine

Kebersihan badan akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi. Pada ibu

hamil karena bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh maka ibu hamil

cenderung menghasilkan keringat yang berlebih, sehingga perlu menjaga

kebersihan badan secara ekstra disamping

d. Eliminasi (BAK dan BAB)

Buang air kecil atau berkemih merupakan salah satu proses alami tubuh untuk

membuang sisa metabolisme. Biasanya frekuensi BAK seseorang sekitar ± 6-8


13

kali sehari. Namun ibu hamil mungkin akan merasa lebih sering ingin buang air

kecil ± 10 kali dalam sehari (Siti,dkk.2016).

Ibu hamil sering mengalami obstipasi. Hal ini terjadi diakibatkan oleh :

1) Kurang gerak badan

2) Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang makan

3) Peristaltik kurang karena pengaruh hormon

4) Tekanan pada rektum oleh kepala

Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul akan terisi dengan

rectum yang penuh feses selain membesarnya rahim, maka dapat menimbulkan

bendungan di dalam panggul yang memudahkan timbulnya hemoroid.

Dengan kehamilan terjadi perubahan hormon, sehingga daerah kelamin menjadi

lebih basah. Situasi ini menyebabkan jamur Trykomonas tumbuh subur sehingga

ibu hamil mengeluh gatal dan keputihan.Rasa gatal dapat menimbulkan sering

digarut dan memudahkan terjadinya infeksi.

e. Seksual

Hamil bukan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual

yang disarankan pada ibu hamil adalah hubungan dengan mengatur posisi tubuh

untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut. Ibu hamil pada trimester III

hubungan seksual dilakukan dengan hati-hati karena akan menimbulkan

kontraksi.

d. Mobilisasi dan Body Mekanik

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah

dan teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup

sehat. Manfaat mobilisasi adalah sirkulasi darah menjadi lebih baik, nafsu makan
14

bertambah, pencernaan lebih baik dan tidur lebih nyenyak. Dianjurkan berjalan-

jalan dipagi hari dalam udara yang bersih dan segar.

e. Senam Hamil

Dengan berolahraga tubuh seorang wanita menjadi semakin kuat. Selama

kehamilan olahraga dapat membantu tubuhnya siap untuk menghadapi

kelahiran. Wanita dapat berolahraga sambil mengangkat air, bagi wanita yang

bekerja sambil duduk atau bekerja di rumah dapat berolahraga dengan berjalan

kaki, melakukan kegiatan-kegiatan fisik atau melakukan bentuk-bentuk olahraga

lainnya yang banyak dianjurkan adalah jalan-jalan pagi hari untuk ketenangan,

relaksasi, latihan otot ringan dan mendapatkan udara segar (Siti, dkk. 2016).

Senam hamil yaitu kegiatan mengajarkan gerak/senam hamil pada ibu hamil

mulai umur kehamilan 28 – saat menjelang persalinan. Tujuannya yaitu

(Sukarni, 2013).

1) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,

ligament dan dasar panggul.

2) Membentuk sikap tubuh yang baik.

3) Menguasai teknik pernafasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2019) bahwa senam hamil merupakan

olahraga yang dapat menurunkan ketidaknyamanan selama kehamilan dan

mempersiapkan fisik dan psikologis kehamilan untuk melahirkan. Latihan fisik

yang dilakukan secara berkala mampu mengeluarkan hormon endorfin dan

enkafelin yang akan menghambat rangsang nyeri akibat ketidaknyamanan

selama kehamilan dan persiapan persalinan.

f. Istirahat/tidur
15

perempuan hamil yang mengalami beberapa bentuk gangguan tidur mencapai 79%.

Sebanyak 72% dari ibu hamil akan mengalami frekuensi terbangun lebih sering

pada malam hari Ibu hamil setidaknya membutuhkan tidur pada malam hari selama

kurang lebih selama delapan jam dan istirahat dalam keadaan tenang pada siang

hari selama satu jam (Saifuddin, A, 2016)

h. Perawatan Payudara

Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara

terutama pada masa kehamilan dan menyusui untuk memperlancar pengeluaran

ASI. Selama kehamilan payudara harus dipersiapkan untuk fungsi uniknya

dalam menghasilkan ASI bagi bayi neonatus segera setelah lahir.

Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa

menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang

merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan

sendini mungkin. Dengan perawatan payudara yang benar akan dihasilkan

produksi ASI selama menyusui (Astuti, dkk. 2015).

2.1.7 Tanda Bahaya Kehamilan Pada Trimester III

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda – tanda yang mengindikasikan adanya

bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, apabila tidak

dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.

Tanda bahaya kehamilan menurut (Sulistyawati 2011) :

a) Keluar darah dari jalan lahir

Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang

merah, perdarahan yang banyak atau perdarahan yang nyeri. Pada


16

kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak

tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri.

b) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukkan adanya masalah yang serius adalah

sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut,

ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau

berbayang.

c) Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam

keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah

istirahat.

d) Gerakan janin tidak terasa

Ibu mulai merasakan gerakan janin selama bulan ke-5 atau ke-6.

Beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal. Janin harus

bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau

beristirahat dan jika ibu makan dan minum yang baik.

e) Keluar cairan per vaginam

Ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum persalinan

berlangsung, yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran

atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut

karena adanya infeksi yang bisa berasal dari vagina dan servik dan

penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban divagina.


17

Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin

test) merah menjadi biru.

f) Bengkak di wajah dan di jari-jari tangan

Pada saat kehamilan hampir seluruh ibu akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki. Bengkak biasanya menunjukkan masalah yang serius

apabila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah istirahat dan

disertai keluhan fisik lain.

2.1.8 Asuhan Kehamilan

a. Pemeriksaan antenatal care

Menurut Prawirohardjo (2012) asuhan antenatal adalah upaya preventif

program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal

dalam neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama

kehamilan.

Kunjungan ulang dilakukan paling sedikit 8 kali dimulai dari usia kehamilan

12 minggu (WHO,2016).

1). Trimester I, 1 x usia kehamilan 12 minggu

2). Trimseter II, 2 x usia kehamilan 20 minggu dan 26 minggu

3). Trimster III, 5 x usia kehamilan 30, 34,36,38,40 minggu .

Menurut Kemenkes (2020) pelayanan antenatal pada masa pandemi

COVID-19 yaitu minimal sebanyak 6x dengan rincian 2x ditrimester 1, 1x

ditrimester 2, dan 3x ditrimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat

kunjungan 1 di trimester 1 dan kunjungan ke 5 ditrimester 3.

Menurut Astuti, dkk (2017), pelayanan / asuhan standar minimal asuhan

kehamilan termasuk dalam 14 T yaitu:


18

a) Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan

Kenaikan berat badan normal pada ibu hamil dari trimester I sampai

trimester III yang berkisar 9-17 kg dan kenaikan perminggunya adalah 0,5-

2 kg. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor

risiko yang berhubungan dengan keadaan rongga panggul. Apabila tinggi

badan < 145 cm, maka faktor resiko panggul sempit, kemungkinan sulit

melahirkan secara normal (Kemenkes, 2016).

Tabel 2.1
Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

No Kategori IMT Rekomendasi (Kg)


1 Rendah <19,8 12,5-18
2 Normal 19,8-26 11,5-16
3 Tinggi 26-29 7-11,5
4 Obesitas >26 >7
5 Gameli 16-20,5
Sumber : Prawirohardjo,2018
b) Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Tekanan darah ibu dalam batas

normal yaitu tidak lebih dari 140/90 mmHg, systole normal mulai dari 100-

140 sedangkan diastole mulai dari 60-90. Apabila tekanan darah ibu lebih

maka dikatakan tekanan darah tinggi.

c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Bila LiLA < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi

Kronis (KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
19

Tabel 2.2
Kategori Lingkar Lengan Atas (LiLA)

No Lingkar Lengan Atas Kriteria


1 23,5-28,5 Normal
2 28,5-34,2 Obesitas
3 34,2-39,7 Obesitas Berat
4 >39,7 Obesitas Sangat Berat
Sumber : Aryani, 2012
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Pemeriksaan TFU berfungsi untuk menentukan umur kehamilan

berdasarkan minggu dan untuk mengetahui kapan adanya gerakan janin

Tabel 2.3
Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc. Donald

No Tinggi Fundus Uteri (TFU) Berat Janin Usia


dalam cm (gram) Kehamilan
1 24-25 cm diatas sympisis 1705-1860 gram 22-28 minggu
2 26,7 cm diatas sympisis 1860-2325 gram 28 minggu
3 29,5-30 cm diatas sympisis 2480-2635 gram 30 minggu
4 29,5-30 cm diatas sympisis 2480-2635 gram 32 minggu
5 31 cm diatas sympisis 2790 gram 34 minggu
6 32 cm diatas sympisis 2945 gram 36 minggu
7 33 cm diatas sympisis 3100-3565 gram 38 minggu
8 37,7 diatas sympisis 3720-3875 gram 40 minggu
Sumber : Sari, dkk. 2015

Tabel 2.4
Penilaian TFU Menurut Penambahan Pertiga Jari

No Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)


(Minggu)
1 12 3 jari diatas sympisis
2 16 Pertengahan pusat- sympisis
3 20 3 jari dibawah sympisis
4 24 Setinggi pusat
5 28 3 jari diatas pusat
6 32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
(px)
7 36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
8 40 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
(px)
Sumber : Sulistyawati,2011
20

e) Penentuan (presentasi janin) dan penghitungan denyut jantung janin

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum

masuk panggul kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila

denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160

kali/menit menunjukkan adanya gawat janin dan segera rujuk.

f) Pemberian imunisasi TT

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapatkan imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, dapat dilakukan

skrining status imunisasi TT pada ibu hamil. Pemberian imunisasi TT pada

ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini. Imunisasi

Tetanus Toxoid harus segera diberikan pada saat seorang wanita hamil

melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minngu ke-4.

Tabel 2.5
Pemberian Imunisasi TT
No Imunisasi TT Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan
1 TT 1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
Tetanus
2 TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
3 TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
4 TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
5 TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun
Sumber : Sulistyawati, 2011
g) Pemberian talet tambah darah

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari

minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam hari

untuk megurangi rasa mual.


21

h) Pelayanan tes laboratorium hemoglobin darah (Hb)

Menurut Prawirohardjo (2016) kurangnya kadar hemoglobin pada masa

kehamilan dapat menyebabkan abortus, partus imatur/premature, kelainan

kongenital, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam

rahim dan kematian perinatal. Indikasi dilakukan pemeriksaan Hb adalah

keadaan kekurangan zat besi dengan kadar Hb kurang dari 11 gr%. Dilakukan

minimal 2 kali selama masa kehamilan yaitu pada trimester I umur

kehamilan sebelum 12 minggu dan trimester III umur kehamilan 28-36

minggu (WHO,2018). Pemeriksaan golongan darah dilakukan untuk

persiapan perencanaan persalinan.

i) Pemeriksaan VDRL (venereal Disease Research Laboratory)

Pemeriksaan untuk mengetahui mengidap penyakit sifilis atau tidak.

Skrining HIV dan penyakit menular lainnya dilakukan untuk mencegah

penularan dari ibu ke bayi. Dengan skrining lebih awal, dapat menurunkan

resiko penularn dan membantu ibu dan bayi mendapatkan penanganan lebih

awal (Kemenkes,2016).

j) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam hamil

k) Pemeriksaan protein dan reduksi urine atas indikasi

l) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok dan

terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria.

m) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling, termasuk keluarga berencana). Ibu bertanya yang belum

diketahui, misalnya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan bidan


22

memberikan konseling tentang masalah yang dialami ibu pada saat

kehamilan.

b. Kartu Poedji Rochjati

Kartu skor Poedji Rochjati adalah salah satu alat untuk mendeteksi dini

komplikasi dalam kehamilan. Dalam KSPR tersebut dikategorikan tiga faktor

resiko yaitu:

1) Risiko l (Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO)

1. Primi Muda, terlalu muda hamil pertama umur 16 tahun atau kurang

2. Primi Tua Primer :

(a) Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih

(b) Terlalu lambat hamil setelah kawin 4 tahun lebih

3. Primi Tua Sekunder

(a) Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih

4. Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun

5. Grande Multi terlalu banyak punya anak 4 atau lebih

6. Terlalu tua (Umur ≥35 tahun)

7. Terlalu pendek (Tinggi Badan ≤ 145 cm)

8. Pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pemah melahirkan normal

9. Pernah gagal pada kehamilan yang lalu

10. Pernah melahirkan dengan :

(a) Tarikan

(b) Uri dikeluarkan oleh penolong

(c) Pernah diinfus atau transfuse pada pendarahan postpartum

(d) Bekas operasi sesar


23

2) Kelompok Faktor Risiko II (Ada Gawat Obstetri/AGO)

a) Ibu Hamil Dengan Penyakit: Anemia, Malaria, TBC, Payah Jantung, Penyakit

lain HIV-AIDS, Penyakit Menular Seksual

b) Pre eklampsia Ringan, Hamil Kembar/Gemeli, Hidramnion, Bayi mati dalam

kandungan, Hamil lebih bulan (Serotinus), Letak Sungsang, Letak Lintang

3) Kelompok Faktor Risiko III (Ada Gawat Darurat Obstetri/AGDO)

a) Perdarahan sebelum bayi lahir mengeluarkan darah pada waktu hamil

b) Preeklamsia berat dan atau eklamsia (Prawirohardjo, 2012)

Hasil skor penghitungan KSPR

Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Kehamilan resiko rendah adalah kehamilan tanpa masalah/faktor resiko

dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup

sehat. Tempat persalinan dapat dilakukan di rumah maupun di polindes, tetapi

penolong persalinan harus bidan.

Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dengan salah satu atau lebih

faktor resiko, baik dari pihak ibu maupun janinnnya yang memberikan dampak

kurang menguntungkan baik pada ibu maupun pada pada janinnya, memiliki

resiko kegawatan namun tidak darurat.

Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12

Kehamilan resiko tinggi merupakan kehamilan dengan faktor resiko

perdarahan sebelum lahir memberikan dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu

dan bayinya, membutuhkan rujukan tepat waktu dan tindakan segera. Pertolongan

persalinan dilakukan di rumah sakit oleh dokter spesialis (Kostania. 2015).


24

2.2 Konsep Dasar Persalinan

2.2.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan bantuan atau tanpa bantuan

(Nurasiah dkk, 2012).

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

(Sulistyowati & Nugraheny, 2013).

Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada

serviks yang membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya bayi beserta

plasenta secara lengkap Pengalaman persalinan bisa dialami oleh ibu pertama kali

(primi), maupun kedua atau lebih (multi). (Fauziah, 2015)

2.2.2 Klasifikasi atau jenis Persalinan

Dalam proses pengeluaran hasil konsepsi atau pada proses persalinan dapat

di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan cara pengeluaran hasil

konsepsi (persalinan) dan berdasarkan dengan usia kehamilan dan berat badan

janin.

Menurut Kurniarum, 2016 cara persalinan terbagi menjadi 3 sub yaitu :

1) Persalinan normal ( spontan )

Persalinan spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang

kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak

melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
25

2) Persalinan buatan

Persalinan buatan bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar

misalnya ekstraksi forceps atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.

3) Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian

pitocin atau prostaglandin.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Persalinan

Menurut Layliana, dkk (2011) Faktor-faktor penting yang mempengaruhi

jalannya persalinan yakni :

a. Passanger (Jalan lahir)

Passanger adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga

panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui

jalan lahir tanpa ada rintangan maka jalan lahir tersebut harus normal.

b. Power

Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau

kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau

kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.

c. Passage

Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-tulang panggul dan

sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-otot, jaringan dan ligamen). Tulang-tulang

panggul meliputi 2 tulang pangkal paha (ossa coxae), 1 tulang kelangkang (ossa

sacrum) dan 1 tulang tungging (ossa coccygis).


26

d. Psikis ( Psikologis )

Perasaan positif berupa kelegaan hati seolah-olah pada saat itulah benar-benar

terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau

memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa

kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang belum pasti sekarang

menjadi hal yang nyata.

e. Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini bidan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung

dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

2.2.4 Tahapan persalinan

Kala I dimulai sejak adanya kontraksi uterus yang teratur, bertambah

frekuensi dan kekuatannya serta mempengaruhi pembukaan serviks sampai 10 cm

atau lengkap (Mansur,2018)

Menurut Layliana,dkk (2010) proses persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :

a. Kala I persalinan

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatannya), sehingga serviks membuka lengkap (10

cm). Kala 1 persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif .

1) Fase laten

a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

serviks secara bertahap.

b) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm


27

c) Biasanya berlangsung hingga 8 jam

2) Fase aktif

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi

dianggap adekuat jika terjadi 3 kali dalam 10 menit dan lamanya 40 detik atau

lebih.

b) Serviks membuka dari 4-10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm/jam atau

lebih hingga pembukaan lengkap (10cm)

c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

Tabel 2.6
Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi Dalam Persalinan Normal
No Frekuensi pada fase Frekuensi pada fase
Parameter
laten aktif
1 Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
2 Suhu Badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
3 Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
4 Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
5 Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
6 Pembukaan Serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
7 Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
8 Periksa Dalam Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Sumber : Saifuddin, 2014

b. Kala II (Pengeluaran)

Menurut Mansur (2018) Kala II dimulai ketika pembukaan serviks lengkap dan

berakhir dengan lahirnya bayi dan biasa disebut dengan kala pengeluaran bayi.

Gejala dan tanda pasti kala II, diantaranya :

1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya

3) Perineum menonjol

4) Vula-vagina dan sfingter ani membuka

5) Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir


28

Persalinan kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara,

lamanya kala II pada primipara ±50 menit sedangkan pada multipara ±30 menit

(Kurniarum,2016).

Pemberian ASI segera setelah lahir dilakukan dalam 30 menit – 1 jam pasca

bayi dilahirkan. Membiarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu

(Andina, 2018)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah pemberian ASI segera setelah bayi

dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit hingga 1 jam pasca bayi dilahirkan.

Tujuan IMD adalah :

1) Kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang

2) Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membuat koloni

dikulit dan usus bayi sebagai perlindungan diri

3) Kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi akan meningkatkan ikatan kasih

sayang ibu dan bayi

4) Mengurangi perdarahan setelah persalinan (Kemenkes RI,2014)

c. Kala III (Kala pelepasan plasenta)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Proses ini

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kontraksi uterus berhenti selama 5-10 menit.

Tanda-tanda terlepasnya plasenta yaitu uterus menjadi berbentuk bundar, tali pusat

bertambah panjang, terjadi semburan darah secara tiba-tiba. Melahirkan plasenta

dilakukan dengan dorongan ringan secara dorso kranial pada fundus uterus.

Menurut Mansur (2018) implementasi persalinan kala III melalui manajemen

aktif kala III. Tujuan dari manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
29

perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah selama kala III persalinan. Adapun

langkah manajemen aktif kala III yaitu :

1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.

2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)

3) Melakukan massase fundus uteri.

d. Kala IV (Kala pengawasan)


Menurut Yulizawati (2019) kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya

plasenta. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika

homeostatis berlangsung dengan baik. Pada tahap ini kontraksi otot rahim

meningkat sehingga pembuluh darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada

kala ini dilakukan observasi terhadap tekanan darah, pernafasan, nadi, kontraksi

otot rahim dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan

penjahitan luka. Setelah 2 jam bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan

bersama bayinya.

2.2.5 Perubahan Fisiologis Pada Persalinan

a. Perubahan Fisiologis Pada Kala I

Menurut Rohani (2011) perubahan fisiologis pada kala I yaitu :

1) Sistem Reproduksi

Kala 1 dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditandai dengan

perubahan serviks secara progesif dan diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap.

Pada kala I persalinan terjadi berbagai perubahan pada sistem reproduksi wanita,

diantaranya adalah sebagai berikut.

a) Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahmin (SBR)


30

Saat SAR berkontraksi ia akan menjadi tebal dan mendorong janin keluar,

sedangkan SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran

yang tipis dan teregang yang akan dilalui oleh bayi.

b) Perubahan bentuk rahim (uterus)

Uterus terdiri atas dua komponen fungsional utama yaitu miometrium dan

serviks. Berikut ini akan dibahas tentang kedua komponen fungsional dengan

perubahan yang terjadi pada kedua komponen tersebut.

c) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan serviks,

serta pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi uterus saat persalinan sangat

unik karena kontraksi ini merupakan kontraksi otot yang menimbulkan rasa yang

sangat sakit.

d) Perubahan pada serviks

Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditandai

dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan pembukaan serviks

lengkap. Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus serta tekanan yang

berlawanan dari kantong membran dan bagian bawah janin. Serviks dianggap

membuka lengkap setelah mencapai diamter 10 cm. Pada primipara, proses

pembukaan terjadi sebagai berikut: Sebelum persalinan, serviks sering menipis 50-

60% dan pembukaan sampai 1 cm. Biasanya dengan dimulainya persalinan, ibu

nulipara mengalami penipisan serviks 50-100% kemudian baru dimulai

pembukaan. Pada multipara, proses pembukaan terjadi sebelum persalinan,

seringkali serviks tidak menipis tetapi hanya membuka 1-2cm biasanya dengan

dimulainya persalinan, serviks ibu multipara membuka dan kemudian menipis.


31

1) Sistem Kardiovaskular
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik

rata-rata 10-20mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10mmHg. Diantara

kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk

persalinan dan akan naik lagi jika terjadi kontraksi. Rasa sakit, cemas, dan takut

juga akan meningkatkan tekanan darah.

2) Hemogoblin
Akan meningkat 1,2mg/100 ml selama persalinan dan kembali seperti

sebelum persallinan pada hari pertama post partum, asalkan tidak ada kehilangan

darah yang abnormal. Waktu koagulasi darah akan berkurang dan terjadi

peningkatan plasma. Sel-sel darah putih secara progesif akan meningkat selama

kala I persalinan sebesar 5.000-15.00 WBC pada pembukaan lengkap. Gula darah

akan berkurang, kemungkinan besar disebabkan karena peningkatan kontraksi

uterus dan otot-otot tubuh.

b. Perubahan Fisiologis Pada kala II

Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya berkontraksi.

Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi

didominasi oleh otot fundus yang menarik otot bawah rahim ke atas sehingga akan

menyebabkan pembukaan serviks dan dorongan janin kebawah secara alami

(Sulistyawati, 2010).

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan menyebabkan pasien

ingin meneran, serta diikuti dengan perineum yang menonjol dan menjadi lebar

dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tak lama kemudian kepala janin

tampak pada vulva saat ada his (Sulistyawati, 2010).


32

Diagnosis pasti kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil

pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah lengkap atau

terlihatnya bagian kepala bayi di introitus vagina. Pada kala II his menjadi lebih

kuat dan lebih cepat kira-kira 2-3 menit karena biasanya dalam kala ini kepala janin

sudah masuk di ruang panggul, maka saat his tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang secara refleks menimbulkan rasa ingin mengedan. Ibu bersalin juga merasakan

tekanan pada rektum yang menimbulkan perasaan ingin defekasi.

Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus

membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak di

vulva pada saat his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak

masuk lagi di luar his dan dengan his dan kekuatan mengedan yang maksimal

kepala janin akan dilahirkam, menyusul bahu dan seluruh badan bayi (Lailiyana,

2012).

a. Perubahan Fisiologis Pada Kala III


Kala III merupakan periode waktu dimana penyusutan volume rongga uterus

setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnnya ukuran

tempat perlengketan plasenta. Tempat perlengketan menjadi kecil sedangkan

ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal dan

kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian

bawah uterus atau kedalam vagina ( Rohani, 2011).

b. Perubahan Fisiologis pada kala IV


Menurut Yuni dan Widy (2018), Kala IV adalah masa antara satu sampai dua

jam setelah pengeluaran plasenta. Tinggi fundus uteri setelah plasenta lahir kurang

lebih dua jari di bawah pusat. Pembuluh darah yang ada diantara anyaman-anyaman

otot uterus akan terjepit ketika otot-otot uterus berkontraksi. Proses ini nantinya
33

akan menghentikan pendaharan setelah plasenta dilahirkam. Untuk itu perlu

pemantauan dua jam pasca persalinan yaitu setiap 15 menit pada jam pertama dan

30 menit pada jam kedua. Penolong juga mengevaluasi uterus, memeriksa darah

yang hilang, memeriksa jika terdapat luka jalan lahir yang diklarifikasikan menjadi

empat yaitu :

1) Derajat 1 : Mukosa vagina,komisura posterior,dan kulit

2) Derajat 2 : Derajat satu hingga otot perineum

3) Derajat 3 : Derajat dua hingga sfingter ani

4) Derajat 4 : Derajat tiga hingga dinding depan rectum

2.2.6 Perubahan Psikologis Pada Persalinan

Banyak wanita normal yang merasakan kegirahan dan kegembiraan disaat

merasakan kesakitan menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa

kelegahan hati, seolah-olah pada saat itulah terjadi suatu realitas kewanitaan yang

munculnya rasa bangga melahirkan anak. Seorang wanita saat proses kelahiran

bayinya merasa tidak sabar mengikuti naluriah dan mau mengatur sendiri, biasanya

mereka menolak nasehat dari luar. Sikap-sikap yang berlebihan ini pada hakikatnya

merupakan ekspresi dari mekanisme melawan katakutan. Pada ibu multigravida

sering khawatir atau cemas terhadap anak-anaknya yang tinggal dirumah. Dalam

hal ini bidan dapat untuk menghilangkan kecemasan ini, suami atau pasangan dapat

memberikan perhatian dan tempat mereka untuk berbagi (Lailiyana, 2012).

2.2.7 Mekanisme Persalinan

Selama persalinan janin membuat serangkaian gerakan pasif, yang secara

kolektif dikenal sebagai mekanisme persalinan. Mekanisme ini memungkinkan

janji beradaptasi dengan perubahan panggul dan jalan lahir dengan memanfaatkan
34

ruang yang tersedia. Penting untuk memahami mekanisme ini sehingga maneuver

normal janjin saat kelahiran janin diantisipasi dan situasi yang mungkin

memerlukan bantuan tertentu.

1. Penurunan Kepala

Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya

sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya

baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya

dengan Sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala

melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila

Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium (Sarwono,2012).

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika Sutura

sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati

promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis

asinklitismus yaitu :

1) Asinklitismus posterior : Bila Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os

parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.

2) Asinklitismus anterior : Bila Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga

os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau

berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul

yang berukuran normal sekalipun. Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I

dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari

segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong
35

janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim,

sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi

terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena

tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot

abdomen dan melurusnya badan anak.

1) Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium.

2) Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari

os parietal depan

3) Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih

rendah dari os parietal belakang

2. Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan

majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa

lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubunubun

besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis

dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm)

menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul,

biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa fleksi bisa terjadi. Fleksi ini

disebabkan karena anak di dorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari

serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari keadaan ini terjadilah

fleksi.

3. Desensus
36

Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai

awal kala II, pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi

servik.

Penyebab terjadinya desensus :

1. Tekanan cairan amnion

2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong

3. Usaha meneran ibu

4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus).

Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah:

1. Ukuran dan bentuk panggul

2. Posisi bagian terendah janin

Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan

menyebabkan desensus berlangsung lambat. Desensus berlangsung terus sampai

janin lahir.

Putar paksi dalam- internal rotation

a. Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar

paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).

b. Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang

kearah posterior).

c. Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

1) Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah
37

simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-

ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi

dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan

suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya

bidang tengah dan pintu bawah panggul.

2) Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di

bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan

karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas

sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang

fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka

kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat

pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas

perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan

ekstensi.

3) Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi

memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher

yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan

miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu

mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial)

menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.


38

Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang

kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.

4) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir ,

selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan

kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan cepat segera

setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang.

Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi.

Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya,

rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya

kalau janin besar.

2.2.8 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Menurut Yulizawati (2019) Asuhan yang mendukung selama persalinan

sangat penting dalam proses persalinan yaitu :

a. Dukungan fisik dan psikologis

Tindakan ini mempunyai efek positif baik secara emosional maupun secara

fisiologis, sehingga persalinan dapat berlangsung secara aman. Kebutuhan dasar

ibu bersalin yaitu :

1) Asuhan fisik dan psikologis

Asuhan fisik dan psikologis bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman

serta menghindari ibu dari infeksi. Asuhan fisik dan psikologis meliputi :

a. Kebutuhan makanan dan cairan


39

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif karena makanan

padat lebih lama dicerna di dalam lambung daripada makanan cair, sehingga proses

pencernaan berjalan lebih lambat selama persalinan. bila ada pemberian obat, dapat

juga merangsang terjadinya mual atau muntah yang bisa mengakibatkan terjadinya

sapirasi ke dalam paru-paru.

b. Kebutuhan eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses persalinan.

Jumlah dan waktu berkemih juga harus dicatat. Bila pasien tidak mampu berkemih

sendiri dapat dilakukan kateterisasi karena kandung kemih dan rektum yang penuh

dapat menghambat penurunan bagian terbawah janin. Selain itu, juga akan

meningkatkan ketidaknyamanan.

c. Pengurangan rasa nyeri

Rasa nyeri persalinan disebabkan oleh kombinasi peregangan segmen bawah

rahim dan iskemia otot-otot rahim. Dengan peningkatan kontraksi yang kuat ini

juga membatasi pengaliran oksigen pada otot-otot rahim sehingga terjadi nyeri

iskemik. Untuk pengurangan nyeri persalinan tenaga kesehatan dapat memberikan

asuhan pengurangan rasa nyeri dengan cara menganjurkan ibu untuk merubah

rubah posisi, tetapi tidak dianjurkan untuk tidur terlentang, memberikan pijatan dan

sentuhan, distraksi dan teknik deep relaxation yang dalam dapat mengurangi rasa

nyeri.

d. Masase punggung

Masasse pada punggung saat persalinan dapat berfungsi sebagai analgesik

epidural yang dapat mengurangi nyeri dan stres, serta dapat memberikan

kenyamanan pada ibu bersalin. Oleh karena itu, diperlukan asuhan essensial pada
40

ibu saat persalinan untuk mengurangi nyeri dan stres akibat persalinan yang dapat

meningkatkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

2.2.9 Asuhan Persalinan


Menurut Lailyana, dkk (2012) umumnya persalinan tidak bermasalah, tetapi

setiap persalinan mempunyai risiko komplikasi. Melahirkan adalah proses alamiah

bukan suatu penyakit. Komplikasi persalinan dapat dicegah dengan cara

pendekatan proaktif.

Tujuan asuhan kebidanan adalah memberikan asuhan yang memadai selama

persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman,

dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Komplikasi persalinan

dapat dicegah dengan cara :

a. Penapisan yang efektif

b. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III

c. Tindakan segera pada atonia uteri

d. Menjaga uterus tetap berkontraksi pasca-persalinan

e. Asuhan dasar bayi baru lahir

Aspek 5 benang merah dalam asuhan persalinan normal yang harus

diperhatikan oleh bidan adalah asuhan sayang ibu, pencegahan infeksi,

pengambilan keputusan, pencatatan dan rujukan.

1) Asuhan Sayang Ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang efektif, aman, nyaman, dan dapat

diterima oleh ibu bersalin maupun keluarganya.


41

Prinsip umum asuahan sayang ibu yang harus diikuti bidan adalah :

a) Merawat ibu dengan penuh hormat

b) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati

pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa mendengar

sama pentingnya dengan memberikan nasehat.

c) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta sopan.

d) Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi

e) Selalu menjelaskan apa yang dikerjakan sebelum bidan melakukannya serta

meminta izin dahulu.

f) Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, atau kepada siapa saja

yang memerlukan informasi

g) Selalu mendiskusikan rencana dan pilihan yang sesuai dan tersedia bersama

ibu.

h) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama

persalinan, kelahiran, dan pasca bersalin.

i) Mengizinkan menggunakan posisi apa saja yang diinginkan selama

kelahiran dan persalinan

j) Menghindari penggunaan tindakan medis yang tidak perlu (episiotomi,

pencukuran, dan enema)

k) Memfasilitasi bounding attachement

2) Pencegahan Infeksi

Dalam memberikan asuhan yang bermutu tinggi, bidan harus melindungi

pasien, diri sendiri, dan rekan kerjanya dari infeksi. Cara praktis, efektif, dan

ekonomis dalam melakukan pencegahan infeksi meliputi cuci tangan,


42

menggunakan sarung tangan, dan menggunakan pelindung, serta pengolahan dan

pembuangan sampah yang aman.

3) Pengambilan Keputusan Klinis

Keputusan klinis yang dibuat bidan sangat menentukan dalam memastikan

kelahiran yang aman. Dengan menggunakan proses penatalaksaan

kebidanan/langkah-langkah dalam menajamen kebidanan yang benar, pada bidan

dapat secara sistematis mengumpulkan data, menilai data, dan membuat keputusan

sehubungan dengan asuhan yang dibutuhkan pasien

4) Pencatatan

Dokumentasi memberikan catatan permanen mengenai manajemen pasien dapat

menjadi pertukaran informasi (alat komunikasi) antar petugas kesehatan.

5) Rujukan

Rujukan pada institusi yang tepat dan tepat waktu, untuk mendapat asuhan yang

dibutuhkan akan menyelamatkan nyawa ibu. Walaupun kebanyakan ibu akan

mengalami persalinan normal, namun sekitar 5-10% akan mengalami komplikasi.

Asuhan-asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa persalinannya yaitu :

a. Asuhan persalinan kala 1

1) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami,

keluarga untuk memberi dukungan kepada ibu.

2) Mengatur aktifitas dan posisi yang nyaman bagi ibu

3) Membembing ibu untuk rileks sewaktu ada his dengan cara ibu diminta

untuk menarik nafas panjang, kemudian dilepaskan dengan meniup

sewaktu ada his


43

4) Menjaga privasi ibu atara lain dengan menggunakan penurtup atau tirai

dan tidak menghadirkan orang lain tanpa pengetahuan ibu dan seizin ibu.

5) Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam tubuh

ibu, prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan

6) Menjaga kebersihan diri dengan membolehkan ibu untuk mandi dan

menganjurkan ibu untuk membasuh kemaluan seusai buang air besar atau

kecil

7) Masase dengan melakukan pijatan pada punggung dan mengusap perut

dengan lembut. Dasar masase adalah sentuhan, yang digunakan oleh

banyak bidan ke dalam peran mereka dalam merawat wanita bersalin.

Masase professional melibatkan penggunaan minyak nabati, dengan

menggunakan teknik pengobatan dasar

8) Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan

mencegah dehidrasi.

9) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dengan menyarankan ibu

untuk berkemih sesering mungkin.

10) Memberikan suport pada ibu dan keluarga (Saifuddin, 2010)

b. Asuhan pada kala II

Asuhan sayang ibu dalam kala II yang dapat diberikan meliputi :

1) Melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuatan keputusan

2) Menghadirkan pendamping persalinan

Salah satu yang dapat membantu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya

seorang pendamping saat proses persalinan berlangsung, keuntungan hadirnya

seorang pendamping pada proses persalinan adalah :


44

a) Pendamping persalinan dapat memberikan dukungan baik secara

emosional maupun psikis kepada ibu selama proses persalinan

b) Kehadiran suami merupakan dukungan moral karena pada saat itu ibu

sedang stress yang berat.

c) Pendamping persalinan dapat terlibat langsung dalam memberikan

asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai

dengan tingkat kenyamanan ibu dan memberikan makan dan minum.

d) Pendamping dapat menjadi sumber semangat dan dorongan kepada ibu

selam proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi

(Yulizawati,2019)

3) Menjaga privasi ibu

4) Sentuhan, jika diperlukan

5) Menghindari intervensi yang tidak perlu

6) Memberitahu ibu tentang keadaannya

7) Memberitahu ibu setiap akan melakukan prosedur dan hasilnya

8) Penentuan posisi meneran (Layliana, dkk. 2012)

c. Asuhan pada kala III


1) Melakukan pemeriksaan janin kedua

2) Pemberian suntikan oksitosin

3) Melihat tanda-tanda pelepasan plasenta dan melakukan Peregangan Tali

Pusat Terkendali (PTT)

4) Melakukan pemijatan/ Masase Fundus Uteri (Layliana, dkk. 2012)

d. Asuhan pada kala IV (Pasca Persalinan)


Kala empat persalinan dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir dua jam

kemudian. Asuhan kebidanan yang dilakukan dalam kala IV, meliputi :


45

1) Evaluasi uterus

2) Inpeksi dan evaluasi serviks, vagina dan perineum

3) Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran, dan korda umbilikalis

4) Perbaikan episiotomi atau laserasi, jika ada (Layliana,dkk.2012)

Dilakukan observasi mengenai tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan

tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan yang dianggap normal bila tidak

melebihi 400-500 cc (Kurniarum,2018)

2.2.10 Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan

partograf adalah :

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks melalui periksa dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian

juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik

kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,

pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan

yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekan

medik ibu bersalin dan bayi baru lahir. Jika digunakan dengan tepat dan

konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk :

1) Mencatat kemajuan persalinan

2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya

3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran


46

4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan

5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang

sesuai dan tepat waktu (Saifuddin,2014).

2.3 Konsep Dasar Nifas


2.3.1 Definisi Masa Nifas
Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu atau 42 hari (Dewi dan Sunarsih, 2012).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum

hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati,2015).

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa masa nifas

dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan pulihnya alat-alat

reproduksi seperti sebelum hamil (6 minggu).

2.3.2 Tahapan Masa Nifas


Tahapan masa nifas yang terjadi menurut Sulistyawati (2015) adalah sebagai

berikut:

a. Peuerperium dini

Peuerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Peuerperium intermedial

Peuerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote Peuerperium
47

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna. Terutama selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,

bulanan, bahkan tahunan.

2.3.3 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas


a. Perubahan Sistem Reproduksi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat hanya 60 gram. Proses involusi

uterus menurut Marni (2015)

Tabel 2.7
Perubahan Uterus Masa Nifas

Diameter Berat
No Involusi TFU
Uterus Uerus
1 Plasenta lahir Setingi pusat 12,5 cm 1000 gr
2 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 7,5 cm 500 gr
3 2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 5 cm 350 gr
4 6 minggu Normal 2,5 cm 60 gr
Sumber : Heni, 2018

b. Pengeluaran Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung

darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam rahim. Lochea yang

berbau tak sedap menandakan adanya infeksi.


48

Tabel 2.8
Pengeluaran Lochea selama Nifas

Waktu
No Lochea Warna Ciri-ciri
Muncul
1 Rubra/merah 1-4 hari Merah Terisi darah segar, jaringan sisa-sisa
plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo dan meconium.
2 Sanguinolenta 4-7 hari Merah Berlendir
Kecoklatan
3 Serosa 7-14 Kuning Mengandung serum, leukosit dan
hari Kecoklatan robekan atau laserasi plasenta
4 Alba/putih >14 hari Putih Mengandung leukosit, sel desidua,
sel epitel, selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati.
Sumber : Heni, 2011

c. Perubahan pada serviks


Serviks mengalami involusi bersama –sama uterus. Perubahan-perubahan

yang terdapat pada serviks post partum adalah bentuk serviks yang akan

menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga

seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan seviks uteri terbentuk

semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh

dengan pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum

dapat dilalui oleh dua jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, retak-retak karena

robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui

oleh satu jari dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari

kranialis servikalis (Nurjannah, 2013).

d. Perubahan System Pencernaan


Menurut Mansur (2018) beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan

pada sistem pencernaan antara lain :

1) Nafsu makan
49

Pasca melahirkan ibu biasanya merasa lapar sehingga ibu

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan

diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun

kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga

mengalami penurunan satu atau dua hari.

2) Mortilitas

Secara khas penurunan otot tonus dan mortilitas otot trkatus cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan

analgesia bisa memperlambat pengembalian tonus otot dan motilitas ke

keadaan normal.

3) Pengosongan Usus

Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan

tonus otot menurun selama proses persalinan dan awal masa pasca

postpartum, diare sebelum persalinan, enema selama melahirkan,

kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem

pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali

normal.

f. Perubahan sistem muskuloskeletal


Menurut Yanti (2011) adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas

meliputi dinding perut dan peritoneum yang mana dinding perut akan

longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih dalam 6 minggu, kulit

abdomen, striae, perubahan ligamentum, simpisis pubis.

1) Payudara (mammae)

Menurut Nurjannah (2013) perubahan pada payudara dapat meliputi

hal-hal sebagai berikut :


50

a) Penurunan kadar progesteron dan peningkatan hormon prolaktin

setelah persalinan

b) Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari

kedua atau hari ketiga setelah persalinan.

c) Payudara mulai membesar sebagai tanda dimulainya proses laktasi.

2) Perubahan Sistem Endokrin

Adapun perubahan endokrin menurut Sulistyawati (2015) adalah

sebagai berikut:

a) Hormon Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, HCG

(Hormon Chorionic Gonadotropin) menurut dengan cepat dan

menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke -7 postpartum

dan sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke -3 postpartum.

b) Hormon Pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada waktu yang

tidak menyusui, prolaktin menurun dalam 2 minggu. FSH dan LH

akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan

LH akan tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

c) Hypotalamic pituitary ovarium

Seorang wanita mendapatkan menstruasi dipengaruhi oleh faktor

menyusui.Seringkali menstruasi pertama bersifat anovulasi karena

rendahnya hormon estrogen dan progesteron.

d) Kadar estrogen
51

Terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna setelah

persalinan, sehingga aktivitas prolaktin yang sedang meningkat

juga dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan

ASI.

3) Perubahan Tanda-Tanda Vital

Menurut Mansyur (2014) beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa

terlihat jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil

sementara, baik peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole

dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita

melahirkan.

2.3.4 Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas


Menurut Herawati Mansur (2014) adaptasi psikologis post partum oleh Rubin

dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai berikut :

a. Taking In Period

Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu pasif terhadap

lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik. Ibu menjadi

sangat tergantung pada orang lain. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan

perubahan tubuhnya. Ibu kemungkinan akan bercerita tentang pengalamannya

ketika melahirkan secara berulang-ulang. Diperlukan lingkungan yang kondusif

agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan tubuhnya menjadi

sediakala. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi dan

kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.

b. Taking Hold Period

Periode ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuanya dalam merawat bayi. Ibu menjadi sangat


52

sensitif, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu sangat membutuhkan

sekali dukungan dari orang-orang terdekat. Saat ini merupakan saat yang baik bagi

ibu untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat dirinya dan bayinya.

Dengan begitu ibu dapat dapat membutuhkan rasa percaya dirinya. Pada periode

ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan buang air

kecil atau buang air besar, mulai belajar mengubah posisi duduk atau jalan, serta

belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.

c. Letting Go Period

Periode ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Secara umum fase ini terjadi

ketika ibu kembali ke rumah. Ibu menerima tanggungjawab sebagai ibu dan mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat

bayi meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan

dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues.

2.3.5 Kebutuhan Dasar Masa Nifas


Menurut Heni (2018 ) ada beberapa macam jenis kebutuhan dasar ibu nifas,

yaitu :

a. Nutrisi dan cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang terutama

kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi ibu saat menyusui sangat erat kaitannya

dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.

Bila pemberian ASI baik , maka berat badan bayi akan meningkat, integritas

kulit baik, onus otot, serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui

tidak terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan

yang terjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan bayinya.


53

1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu

yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil.

Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik

adalah 70kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100

ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk

6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan

jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal

ketika menyusui. Makanan yang ibu konsumsi berguna untuk melakukan

aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta

sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

2) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas kebutuhan normal ketika

menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.

Protein diperlukan untuk pergantian dan pertambahan sel yang rusak atau

mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan nabati.

3) Nutrisi lain yang dibutuhkan oleh ibu adalah cairan. Ibu menyusui

dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air putih, susu dan jus

buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari

serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh.

4) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam

setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin

A kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi
54

Ambulasi dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin membimbing

penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin

untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah

2 jam post partum. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu

sebagai berikut :

1) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium

2) Mempercepat involusi uterus

3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin

4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi

dan pengeluaran sisa metabolisme.

c. Eliminasi

1) Buang Air Kecil

Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya, miksi normal

apabila dapat dilakukan spontan 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan

karena sfringter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi

muskulo spingter ani selama persalinan. (Nugroho, 2014)

Menurut Dewi dan Sunarsih (2012), ibu diusahakan mampu buang air

kecil sendiri, bila tidak maka lakukan tindakan berikut ini :

a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien.

b) Mengompreskan air hangat di atas simpisis

c) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK

2) Buang Air Besar

Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan

timbul koprotase sehingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di


55

rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat

dilakukan klisma atau diberikan laksan per os (Dewi dan Sunarsih, 2012).

Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, sebaiknya diberikan

laksan atau parafin. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.

a) Diet teratur

b) Pemberian cairan yang banyak

c) Ambulasi yang baik

d) Bila takut buang air secara episiotomi, maka diberikan laksan

supositur

d. Kebersihan Diri dan Perineum

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan

tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang dapat

dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri menurut

Nugroho (2014) adalah sebagai berikut :

1). Mandi teratur minimal dua kali sehari

2). Mengganti pakaian dan alas tempat tidur

3). Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal

4). Melakukan perawatan perineum

5). Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari

6). Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia

e. Istirahat dan Tidur

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan

ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siag hari. Menurut
56

Nugroho (2014) hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi

kebutuhan istirahatnya antara lain:

1) Anjuran ibu untuk cukup istirahat

2) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan

3) Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur

f. Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina

tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan

ketidaknyamanan, aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja

ibu siap.

Banyak budaya yang mempunyai tradisi untuk menunda hubungan

suami istri sampai waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 2 minggu setelah

persalinan. Keputusan terpenting tergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

g. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurang nya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan kapan dan

bagaiamana mereka ingin merencanakan keluarganya dengan

mengajarkan kepada mereka bagaimana mencegah terjadinya kehamilan

yang tidak diinginkan.

Biasanya wanita tidak akan mengahasilkan sel telur sebelum ia

mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode

amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk


57

mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2%

kehamilan.

Mekipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan

kontrasepsi tetap lebih aman, terutama ibu sudah haid kembali. Sebelum

memggunakan metode KB hal-hal sebagai berikut perlu dijelaskan terlebih

dahulu kepada ibu : bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan

efektivitasnnya, kekurangannya, efek samping, bagaimana menggunakan

metode itu, kapan metode itu mulai digunakan untuk wanita pascasalin

yang menyusui (Rukiyah,2011).

h. Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu post pasrtum setelah

keadaan tubuhnya pulih kembali. Semua wanita akan sembuh dari

persalinannya dengan waktu yang berbeda-beda. Senam nifas bertujuan

untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi serta

memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul, dan

otot perut sekitar rahim. Ditambah otot vagina saat hamil organ-organ

tubuh tersebut meregang dan lemah. Hal yang penting bagi ibu adalah agar

senam hendaknya dilakukan secara perlahan kemudian semakin lama

semakin sering dan kuat (Andina, 2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Layliana, dkk (2017) senam nifas

dapat menurunkan rata-rata TFU pada hari pertama hingga hari ketujuh

postpartum hari pertama hingga hari ketujuh.

i. Pijat Oksitosin
58

Pramuji (2014) menyatakan bahwa salah satu upaya yang bisa

dilakukan untuk merangsang hormone prolactin dan oksitosin pada ibu

setelah melahirkan yang dapat memberikan sensasi rileks pada ibu, yaitu

dengan melakukan pijat oksitosin yang akan merangsang sel saraf pada

payudara. Pijat oksitosin berpengaruh terhadap peningkatan kadar

hormone prolactin dan volume ASI ibu postpartum. Pemijatan dilakukan

pada pagi hari ± 15 menit selama tiga hari, dari hari pertama sampai ke

tiga postpartum.

Pijat oksitosin merupakan solusi untuk mempercepat dan

memperlancar produksi dan pengeluaran ASI. Hasil penelitian Aryani

(2019) pijat oksitosin sangat efektif dalam meningkatkan kelancaran ASI.

2.3.6 Fisiologi Laktasi

Proses laktasi mempunyai dua kompenen penting yaitu proses produksi ASI dan
proses pengeluran ASI (sutanto, 2018)

1. Laktogenesis

Wahyuningsih, (2018) laktogenesis adalah mulainya produksi ASI. Ada tiga

fase laktogenesis yaitu

a. Laktogenesis I

Laktogenesis I terjadi pada sekitar 16 minggu kehamilan ketika kolostrum

diproduksi oleh sel-sel laktosit. Sekresi cairan ini disebabkan pengaruh hormon

prolaktin kelenjar hipofise dan hormon laktogen dari plasenta. Produksi cairan ini

tidak berlebihan karena pada masa kehamilan efek kerja hormon prolaktin dihambat

oleh estrogen (Rejeki, 2019).

b. Laktogenesis II
59

Laktogenesis II merupakan permulaan produksi ASI. Setelah melahirkan

kadar estrogen dan progesteron di dalam tubuh akan menurun drastis sehingga akan

menghilangkan efek penekanan terhadap hipofisis. Penekanan yang menghilang

akan memicu sintesis dan pelepasan hormon antara lain prolaktin. Pada saat inilah,

produksi ASI diinisiasi lebih kuat dibandingkan masa sebelumnya (Rejeki, 2019).

Pada fase ini para ibu harus didukung untuk mulai menyusui sesegera mungkin

setelah melahirkan untuk merangsang produksi ASI dan memberikan kolostrum.

c. Laktogenesis III

Laktogenesis III mengindikasikan pengaturan autokrin, yaitu ketika suplai dan

permintaan mengatur produksi ASI. Tahap ini juga disebut galaktopoesis, yaitu

proses mempertahankan produksi ASI. Proses pemberian ASI memerlukan

pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak

dikeluarkan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang

menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Semakin sering frekuensi menyusui

pengosongan alveolus dan saluran semakin baik sehingga kemungkinan terjadinya

bendungan susu semakin kecil dan menyusui akan semakin lancar.

2. Hormon Laktasi

Rejeki, (2019) hormon-hormon yang mempengaruhi masa laktasi yaitu :

a. Progesteron

Hormon ini berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan alveoli.Tetapi

kadarnya yang tinggi pada saat kehamilan memberikan penekanan (umpan

baliknegatif) terhadap hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis. Setelah melahirkan

hormon ini turun drastis sehingga terjadi stimulasi pada produksi ASI.

b. Estrogen
60

Hormon ini berperan dalam menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.

Sebagaimana progesteron, estrogen juga mempunyai dinamika yang hampir sama,

bahkan mempunyai efek penekanan yang lebih kuat terhadap hipofisis. Kadar

estrogen akan menurun saat melahirkan dan tetap rendah selama beberapa bulan

menyusui.

c. Prolaktin

Hormon ini disintesis dan disekresikan oleh hipofisis anterior. Hormon ini memiliki

peran penting dalam memproduksi ASI dan kadarnya meningkat selama

kehamilan. Penurunan hormon estrogen dan progeteron saat melahirkan

mengaktifkan sekresi hormon prolaktin unt…

3. Refleks Laktasi

Menurut Sutanto, (2018) laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian

yaitu produksi ASI (refleks prolaktin) dan pengeluaran ASI oleh oksitosin (let down

reflect).

a. Refleks Prolaktin/produksi ASI

Refleks ini mempunya busur refleks hisapan bayi-sistem saraf-hipotalamus-

hipofisis anterior sekresi prolaktin-kelenjar payudara memproduksi ASI. Setelah

masa persalinan plasenta akan lepas dan berkurangnya fungsi korpus luteum.

Selanjutnya, estrogen dan progesteron juga berkurang konsentrasinya ditambah

dengan hisapan pada puting susu akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris.

Fungsinya sebagai reseptor mekanik untuk memproduksi ASI. Pada hipotalamus

akan terjadi penurunan Prolactine Inhibitory Hormone (PIH), sehingga prolaktin

segera dilepaskan oleh hipofisis. Prolaktin yang bersirkulasi dalam darah akan

merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Jadi, semakin sering bayi
61

menyusu pada ibunya produksi ASI akan semakin lancar. Keadaan seperti gizi ibu

yang buruk dan penggunanaan obat-obatan seperti ergot dan l-dopa dapat

menghambat pengeluaran prolaktin (Soetjiningsih, 2014).

b. Refleks Aliran (let down reflect)

Refleks ini mempunyai busur hisapan pada puting susu-medula spinalis-

hipotalamus-hipofisis posterior-pelepasan oksitosin-sel otot polos di sekitar alveoli

payudara-kontraksi myoepitel-pengeluaran ASI. Dengan peningkatan kadar

oksitosin di dalam darah dan menuju ke sel target yaitu mioepitel di seitar alveoli

payudara. Ketika hormon ini diikat oleh reseptor otot, maka otot akan berkontraksi

sehingga akan memeras ASI yang terdapat di kantung-kantung alveoli menuju ke

saluran ASI dan akan dipompa keluar melalui puting susu (Roito, 2013).

2.3.6 Kunjungan Nifas

Menurut Walyani (2017) paling sedikit ada 3 kali kunjungan pada masa nifas.

Kunjungan ini bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi, pencegahan

terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya ganguan kesehatan dan mendeteksi

adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

Menurut Kemenkes RI (2020) frekuensi kunjungan masa nifas sebanyak 4 kali,

yaitu :

a) Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa nifas. Jika

terdapat risiko/ tanda bahaya, maka periksakan diri ke tenaga kesehatan.

b) Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu :

1. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca

persalinan
62

2. KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca

persalinan

3. KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh

delapan) hari pasca persalinan

4. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42

(empat puluh dua) hari pasca persalinan.

c) Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan

rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online

(disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19),dengan

melakukan upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari

petugas, ibu dan keluarga.

d) Pelayanan KB tetap dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian

dengan petugas.

a. Cara penilaian EPDS

1) Pertanyaan 1, 2, dan 4 : Mendapatkan nilai 0, 1, 2, atau 3 dengan kotak paling

atas mendapatkan nilai 0 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai 3

2) Pertanyaan 3,5 sampai dengan 10 : Merupakan penilaian terbalik, dengan kotak

paling atas mendapatkan nilai 3 dan kotak paling bawah mendapatkan nilai 0

3) Pertanyaan 10 merupakan pertanyaan yang menunjukkan keinginan bunuh diri.

4) Nilai maksimal : 30

5) Kemungkinan depresi: nilai 10 atau lebih

Para ibu yang memiliki skor diatas 10 sepertinya menderita suatu depresi

dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Skala ini menunjukan perasaan sang

ibu dalam 1 minggu terakhir. Khusus untuk nomor 10, jawaban: ya, cukup sering,
63

merupakan suatu tanda dimana dibutuhkan keterlibatan segera dari perawatan

psikiatri. Wanita yang mengalami gangguan fungsi (dibuktikan dengan

penghindaran dari keluarga dan teman, ketidakmampuan menjalankan kebersihan

diri, ketidakmampuan merawat bayi) juga merupakan keadaan yang

membutuhkan penanganan psikiatri segera. Wanita yang memiliki skor antara 5

dan 9 tanpa adanya pikiran untuk bunuh diri sebaiknya dilakukan evaluasi ulang

setelah 2 minggu untuk menentukan apakah episode depresi mengalami

perburukan atau membaik. EPDS yang dilakukan pada minggu pertama pada

wanita yang tidak menunjukkan gejala depresi dapat memprediksi kemungkinan

terjadinya depresi pasca persalinan pada minggu ke 4 dan 8. EPDS tidak dapat

mendeteksi kelainan neurosis, phobia, kecemasan, atau kepribadian, namun dapat

dilakukan sebagai alat untuk mendeteksi adanya kemungkinan depresi

antepartum. Sensitifitas dan spesifisitas EPDS sangat baik. Dengan menggunakan

cut of point > 10 dari total 30, didapatkan nilai sensitifitas 64% dan spesifisitas

85% dalam mendeteksi adanya depresi.

b. Cara pengisian EPDS

1) Para ibu diharap untuk memberikan jawaban tentang perasaan yang terdekat

dengan pertanyaan yang tersedia dalam 7 hari terakhir.

2) Semua pertanyaan kuisioner harus dijawab

3) Jawaban kuisioner harus berasal dari ibu sendiri. Hindari kemungkinan ibu

mendiskusikan pertanyaan dengan orang lain.

4) Ibu harus menyelesaikan kuisioner ini sendiri, kecuali ia mengalami

kesulitan dalam memahami bahasa atau tidak bisa membaca.

5) Keuntungan EPDS
64

(a) Mudah dihitung (oleh perawat, bidan, petugas kesehatan lain)

(b) Sederhana

6) Cepat dikerjakan (membutuhkan waktu 5-10 menit bagi ibu untuk

menyelesaikan EPDS)

7) Mendeteksi dini terhadap adanya depresi pasca persalinan

8) Lebih diterima oleh pasien

9) Tidak memerlukan biaya

10) Kekurangan EPDS

a) Tidak bisa mendiagnosis depresi pasca persalinan

b) Tidak bisa mengetahui penyebab dari depresi pasca persalinan

c) Belum divalidasi di Indonesia

2.4 Konsep Dasar Neonatus


2.4.1 Definisi Neonatus

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28

hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologi berupa maturasi, adaptasi

(menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterine ke kehidupan ekstrauterine) dan

toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2012).

neonatus adalah masa kehidupan (0–28 hari), dimana terjadi perubahan

yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menuju luar rahim dan terjadi

pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga umur kurang satu bulan

merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi

dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul, sehingga tanpa penanganan yang

tepat bisa berakibat fatal (Kemenkes RI, 2020).

2.4.2Asuhan Pada Neonatus


65

Menurut Dewi dan Sunarsih (2010) asuhan segera bayi baru lahir adalah

asuhan yang diberikan pada bayi selama satu jam pertama pada kelahiran yaitu:

pencegahan infeksi, penilaian pada bayi baru lahir, pencegahan hipotermi,

mengeringkan bayi, menutup bagian kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan

menyusui bayinya (IMD), memandikan bayi setelah 6 jam persalinan.

a. Mencegah Kehilangan Panas


b. Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Semua BBL harus diberikan vitamin K 1 injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri

sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi

vitamin K yang dapat dialami oleh sebagaian bayi (Desidel dkk, 2012).

c. Pemeriksaan fisik
1) Saat bayi berada di klinik.

2) Saat kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali

pada umur 4-7 hari dan 1 kali padaa umur 8-28 hari (Walyani, 2017).

d. Berat Badan
Menurut teori Sarwono (2012) mengatakan bahwa pada minggu pertama

kehidupan berat badan bayi baru lahir akan mengalami penurunan sekitar 5-10%,

hal ini disebabkan oleh pemasukan cairan dan pengeluaran dari tubuh bayi belum

seimbang dan akan kembali berat badan bayi semula setelah 2-3 minggu setelah

kelahirannya.

Pertumbuhan berat badan Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi

menjadi dua, yaitu 0–6 bulan dan usia 6–12 bulan. Usia 0–6 bulan pertumbuhan

berat badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140–200 gram

dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke-

6.
66

e. Reflek-reflek Pada Bayi Baru Lahir


1) Refleks menghisap (sucking reflex)

Reflek ini ditandai dengan bayi menoleh kearah stimulus, membuka

mulutnya, memasukan putting dan menghisap.

2) Refleks menggenggam (Palmar grasp reflex)

Grapsing reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-

benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syaraf berkembang normal hilang

setelah 3-4 bulan bayi akan otomatis menggengam jari ketika anda

menyodorkan jari telunjuk.

3) Refleks leher (tonic neck reflex)

Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi

ketika bayi menoleh ke salah satu sisi.

4) Refleks mencari (rooting reflex)

Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian

pinggir mulutnya.

5) Refleks moro (moro reflex)

Releks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi baru lahir yang terjadi

akibat suara atau gerakan yang mengejutkan.

6) Babinski Reflex

Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika

bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal.

Hilang di usia 4 bulan.

7) Swallowing Reflex

Swallowing Reflex adalah refleks gerakan menelan benda-benda yang

didekatkan ke mulut.
67

8) Refleks Tonic Neck

Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan

menghilang pada sekitar usia lima bulan.

2.4.3 Kunjungan Neonatus

Setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan kunjungan neonatal minimal 3

kali yaitu : 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari sesuai

standar disatu wilayah kerja pada satu tahun (Kemenkes, 2014).

Pelayanan kesehatan neonatus oleh bidan dilaksanakan minimal 3 kali yaitu :

a. Kunjungan neonatal (KN1) pada 6 jam- 48 jam setelah lahir asuhan yang

diberikan yaitu:

1) Pencegahan infeksi

Asuhan segera pada bayi baru lahir normal yang pertama adalah

pencegahan infeksi. Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari

setiap komponen perawatan neonatus. Neonatus sangat rentan terhadap

infeksi karena sistem imunnya masih belum sempurna.

2) Mempertahankan suhu tubuh bayi

Neonatus harus diselimuti agar tetap hangat. Suhu tubuh bayi

merupakan tolak ukur akan kebutuhan tempat yang hangat sampai suhu

tubuhnya kembali stabil. Jika kehilangan panas tidak segera dicegah tubuh

bayi secara cepat akan kedinginan.

3) Melakukan pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada neonatus adalah warna

kulit, ekstremitas, tali pusat, TTV dan pemeriksaan reflek.

4) Perawatan tali pusat


68

Sisa potongan tali pusat menjadi penyebab utama terjadinya infeksi

pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali

pusat kering dan bersih. Tali pusat akan puput atau lepas umumnya satu

minggu kehidupan bayi, namun dapat lebih lambat hingga 10-14 hari

setelah bayi lahir (IDAI,2014).

5) Pijat Bayi

Touch therapy atau massage (pemijatan) adalah salah satu teknik yang

mengkombinasikan manfaat fisik sentuhan manusia dengan manfaat

emosional seperti ikatan batin (bounding).

Aktivitas pijat menimbulkan kontak antara anak dan orang tua, anak

akan merasa tentram dan nyaman karena dampak psikologis dari pemijatan

ini adalah menyatakan rasa sayang

Terlebih lagi Apabila pemijatan dilakukan dengan memberi

penghangat sehingga secara fisik badan anak akan terasa hangat,

sedangkan secara kejiwaan hubungan anak dengan orang tua bertambah

dekat (Pratyahara, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Aryani, dkk (2017) pijat bayi dapat

meningkatkan berat badan bayi karena meningkatkan hormon gastrin dan

insulin yang berperan dalam penyerapan makanan sehingga berat badan

bayi lebih cepat naik. Kenaikan berat badan bayi diusia 1-2 bulan dengan

rata-rata kenaikan 507.500 gram.

Kartu Menuju Sehat merupakan gambar kurva berat badan anak

berusia 0–5 tahun terhadap umurnya. Dalam aplikasi dengan

menggunakan KMS 17 menjadikan tumbuh normal jika


69

grafikpertumbuhan berat badan anak sejajar dengan kurva baku. Berikut

adalah Kenaikan Berat Badan Minimal (KBM) berdasarkan usia :

Tabel 2.1 Kenaikan Berat Badan Minimal Berdasarkan


Umur Pada Laki Laki
Usia (Bulan) KMB (gr)
1 800
2 900
3 800
4 600
5 500
6-7 400
8-11 300
12-24 200
Sumber : KMS Buku KIA

Tabel 2.1 Kenaikan Berat Badan Minimal Berdasarkan


Umur Pada Perempuan
Usia (Bulan) KMB (gr)
1 800
2 900
3 800
4 600
5 500
6-7 400
8-11 300
12-24 200
Sumber : KMS Buku KIA

Selain sebagai salah satu terapi yang banyak memberikan manfaat, Secara

umum berikut ini adalah beberapa manfaat dari pijat bayi yaitu :

a. Membantu perkembangan sistem imun tubuh

b. Merelaksasikan tubuh bayi

c. Membantu mengatasi gangguan tidur sehingga bayi dapat tidur

dengan nyaman dan nyenyak .

bayi berusia 0-1 bulan membutuhkan waktu tidur 14-18 jam perhari,

bayi usia 1- 18 bulan 12-14 jam perhari, 18 bulan – 3 tahun 11-12 jam

perhari, anak usia 3- 6 tahun 11- jam perhari, anak usia 6- 12 tahun 10
70

jam perhari, remaja usia 12- 18 tahun 8,5 jam perhari, dewasa muda

usia 18-40 tahun 7- 8 jam perhari, dewasa akhir usia 40-60 tahun 7

jam perhari, dan lansia usia 60 tahun keatas kebutuhan tidurnya cukup

6 jam perhari. ( Kemenkes,2018).

d. Meningkatkan proses pertumbuhan bayi

e. Menumbuhkan perasaan positif terhadap bayi

f. Mencegah risiko gangguan pencernaan dan serangan kolik lainya

g. Memudahkan buang air besar sehingga perut bayi menjadi lega

b. Kunjungan neonatal (KN2) hari ke 3-7 setelah lahir

1) Deteksi tanda-tanda bahaya pada neonatus

Jika menemukan tanda-tanda bahaya seperti pernapasan sulit, suhu

tubuh terlalu hangat/terlalu dingin, tidak mau menyusu, kejang, lemah,

tali pusat kemerahan dan bernanah. Jika menemukan tanda tersebut

segera lakukan pertolongan.

2) Kebutuhan tidur neonatus

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur.

Pada saat neonatus sampai usia 3 bulan rata- rata bayi tidur sekitar 16

jam sehari.

3) Menjaga keamanan bayi

Jangan sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu, hindari

pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI.

4) Buang air besar pada bayi

Feses bayi yang disusui ibunya lebih lunak, berwarna kuning, dan

tidak meneyebabkan iritasi kulit, sedangkan bayi yang diberi susu


71

botol feses lebih padat, berwarna pucat, dan cenderung menyebabkan

iritasi kulit.

5) Pemberian minum pada bayi

Salah satu minuman yang boleh dikonsumsi oleh bayi baru lahir dan

diberikan secara tepat adalah air susu ibu (ASI) karena ASI

merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Menurut Yulizawati

(2019) tanda bayi sudah cukup ASI yaitu :

a) Payudara ibu yang tadinya kencang menjadi kempes atau lembek

b) Setelah menyusui bayi tampak santai, tenang dan puas. Sebelumnya

menyusu bayi terlihat rewel dan tak nyaman.

c) Bayi memperoleh kembali berat badan awalnya setelah lahir

d) Buang air kecil bayi lebih sering, dapat membasahi 6-8 kali popok

sehari

c. Kunjungan neonatal (KN 3) hari ke 8-28 setelah lahir


1) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG

Imuniasi BCG diberikan pada bayi usia 1 bulan secara I.C (Intra Cutan)

di lengan bayi, untuk mencegah penyakit TBC.

2) Memantau berat badan bayi

Berat badan bayi baru lahir normal adalah antara 2500-4000 gram, pada

bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada

hari ke- 10. Berat badan menjadi 2 kali lipat berat lahir pada bayi usia 5

bulan. Menjadi 3 kali lipat berat lahir pada umur 1 tahun, dan menjadi 4

kali berat lahir pada umur 2 tahun.


72

2.4.4 Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2.9
Jadwal Pemberian Imnunisasi

NO Umur Jadwal Imunisasi


1. 0-7 hari HB-0
2. 1 bulan BCG
3. 2 bulan DPT/HB 1, Polio 1
4. 4 bulan DPT/HB 2, Polio 2
5. 6 bulan DPT/HB 3, Polio 3
6. 9 bulan Campak
Sumber : IDAI,2016

Manfaat imunisasi ini adalah agar melindungi dan mencegah balita dari penyakit-

penyakit seperti TBC, Polio, Difteri, Batuk Rejan (Pertusis), tetanus, Hepatitis-B,

meningitis, campak dan rubella. Sementara itu untuk waktu pemberian imunisasi

adalah BCG umur 0-1 bulan, Polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu pada usia 0 s/d

4 bulan, DPT HB HIB diberikan sebanyak 3 kali pada usia 2 s/d 4 bulan, campak

rubela (MR) pada usia 9 bulan dan Pentabio lanjutan pada umur 18 bulan serta

campak lanjutan pada umur 18 bulan (IDAI,2014).

2.5 Keluarga Berencana


2.5.1 Pengertian Kontrasepsi
Keluarga Berencana menurut UUD No 10 Tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya

peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

perkawinan, pengaturan kelahiran,pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahterahan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2016).

Keluarga Berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah

dan ajarak anak yang di inginkan (Purwoastuti, 2016).


73

Kotrasepsi dapat di artikan sebagai cara untuk mencegah pertemuan antara

sel telur dan sel sperma sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan

(Purwoastuti, 2016).

2.5.2 Tujuan KB
a. Tujuan Umum : Meningkatkan kesejahterahan ibu dan anak dalam rangka

mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi

dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran

sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk

b. Tujuan khusus : Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan

kesehatan keluarga berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran

(Purwoastuti, 2016).

2.5.3 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi

1. Pengertian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) IUD singkatan dari Intra Uterine

Device yang merupakan alat kontrasepsi paling banyak di gunakan, karena

dianggap sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan memiliki manfaat yang

relatif banyak di banding alat kontrasepsi lainnya.

Diantaranya tidak mengganggu saat coitus (hubungan badan), dapat di

gunakan sampai menopause dan setelah IUD di keluaran dari rahim, bisa dengan

mudah subur (Mulyani, 2013).

2. Jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. IUD Copper T, terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan tembaga yang

berada pada kedua lengan IUD dan batang IUD.


74

b. IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastik dan tembaga. Pada ujung

lengan IUD bentuknya agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada

pada batang IUD.

c. IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastik yang di kelilingi oleh silinder

pelepas hormon Levonogestril (hormon progesteron) sehingga IUD ini dapat di

pakai oleh ibu menyusui karena tidak menghambat ASI.

3. Cara Keja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Mencegah sperma bertemu sel telur

b. Mencegah implantasi atau tertanamnya sel telur dalam rahim.

c. Untuk IUD Mirena ada tambahan cara kerjanya yaitu mengentalkan lendir

rahim karena pengaruh hormon Levonogestril yang di lepaskan.

4. Efektifitas Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Efektivitas AKDR dalam mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100%

bergantung pada jenis AKDR. AKDR terbaru seperti copper T 3800 memiliki

efektivitas cukup tinggi, atau bahkan selama 8 tahun penggunaan tidak ditemukan

adanya kehamilan.

5. Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Sangat efektif

b. Pencegahan kehamilan jangka panjang

c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

d. Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.

e. Tidak menggangu produksi ASI

f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus.


75

6. Sasaran yang menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Usia reproduktif

b. Nulipara yang telah memiliki anak

c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi

d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

e. Setelah abortus atau keguguran

7. Yang tidak boleh menggunakan IUD/AKDR

a. Kemungkinan hamil

b. Setelah melahirkan (2-28 hari pasca melahirkan)

c. Memiliki resiko IMS

d. Perdarahan vagina yang tidak di ketahui

e. Sedang menderita infeksi alat genitalia

f. Sedang mengalami atau sering menderita radang panggul atau infeksi

setelah keguguran (Mulyani, 2013).

2.6. Kewenangan Bidan


Wewenang Bidan Wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No. 28

tahun 2017 bagian kedua tercantum pada pasal 18 bahwa dalam penyenggaraan

praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan

kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi serta

keluarga berencana.

Pasal 19 ayat (2) dan (3) Permenkes RI No. 28 Tahun 2017 menjelaskan

bahwa kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 diberikan pada masa

sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa

antara dua kehamilan.

Pelayanan kesehatan ibu meliputi :


76

a. Konseling pada masa sebelum hamil.

b. Antenatal pada kehamilan normal.

c. Persalinan normal.

d. Pelayanan kesehatan ibu nifas normal.

e. Pelayanan kesehatan pada ibu menyusui.

f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.

Pasal 36 ayat (1) (2) (3) dan (4) Permenkes RI No. 28 Tahun 2017

menjelaskan bahwa :

(1) Persyaratan obat dan bahan habis pakai Praktik Mandiri Bidan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi pengelolaan obat

dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal,

persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga

berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi

baru lahir.

(2) Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya diperoleh dari apotek melalui surat pesanan kebutuhan obat dan

bahan habis pakai.

(3) Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan

pendokumentasian surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat

yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Contoh surat pesanan obat dan bahan habis pakai sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam formulir V yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Ini.


77

Menurut Permenkes RI No. 28 Tahun 2017 Dalam pasal 36 Peraturan Menteri

Kesehatan No 28 Tahun 2017 bahwa persyaratan obat dan bahan habis pakai

Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi

pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal,

persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana, dan

penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.

2.7 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan

yang dimiliki bidan dalam melakukan catatn perawatan yang berguna untuk

kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan

tanggungjawab bidan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan suatu

pencatatan yang akurat dan lengkap terhadap keadaan/kejadian yang dilihat dalam

pelaksanaan asuhan kebidanan. Metode yang digunakan dalam pendokumentasian

adalah pencatatan menggunakan metode SOAP (Handayani,2017)

Tujuan pendokumentasian SOAP adalah :

1) Merupakan kemajuan informasi yang sistematis, yang mengorganisir

penemuan dan kesimpulan menjadi rencana asuhan

2) Merupakan penyaringan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan

untuk tujuan penyediaan dari pendokumentasian asuhan.

a. S ( Subjektif)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan yang

mempunnyai arti bahwa data yang tercantum pada komponen S ini adalah hasil

dari inspeksi. Inspeksi melibatkan indera penglihat, pencium, dan pendengar.


78

Jadi, untuk memperoleh data subjektif, salah satunya adalah dengan cara

mendengar. Data yang terfocus dan menyeluruh pada S ini diawali dari keluhan

utama atau alasan pasien dalam menghubungi/datang ke bidan melalui

kepiawaian bidan, bidan mulai menggali data yang terkait dengan keluhan

pasien.

b. O (Objektif)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan yang

merupakan fakta-fakta yang didapat dari hasil inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi. Selain itu, data O juga didapat dari hasil pemeriksaan, seperti:

pemeriksaan laboratorium atau radiologi. Data O digali dari pengembangan data

S, oleh sebab itu, data S sangat berperan penting dalam menentukan jenis

pemeriksaan yang akan dilakukan.

c. A (Assesment)
Assesment merupakan pendokumentasian kesimpulan dari data subjektif dan

objektif. Analisis dan interpretasi data berdasarkan data yang terkumpul

kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi, diagnosis atau

masalah potensial, serta perlu tindakan segera.

d. P (Plan)
Plan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana

asuhan disusun berdasarkan hasil assesment. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan harus bisa mencapai

kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang

dilaksanakan harus mampu membantu pasien dalam mencapai kemajuan dan


79

sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lainnya misalnya dokter

kandungan.
BAB 3

LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KASUS

3.1 Tempat dan Waktu


3.1.1 Tempat
Lokasi pengambilan kasus Laporan Kasus ini adalah di Klinik Pratama Afiyah

Kota Pekanbaru dengan pemberian asuhannya di Klinik Pratama Afiyah Kota

Pekanbaru dan Rumah Ny.Y yang berada di Jl. Fajar Gg.Randu Kota Pekanbaru.

3.1.2 Waktu

Waktu pengambilan kasus ini dimulai pada bulan Desember 2021 – Maret 2022,

dari kontak pertama dengan klien yaitu dari usia kehamilan 32-33 minggu

(TrimesterIII).

3.2. Cara Pengambilan Kasus

Kasus diambil dimulai usia kehamilan ± 32 minggu (trimester III) diikuti

sampai bersalin, neonatus dan nifas secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Cara pengambilan kasus ini adalah :

a. Penulis mendapatkan surat izin pengambilan kasus dari Prodi Jurusan

Kebidanan

b. Penulis mendapatkan surat balasan pengambilan kasus di Klinik Pratama

Afiyah Kota Pekanbaru

c. Setelah penulis mendapatkan data ibu hamil di Klinik Pratama Afiyah, penulis

menghubungi pasien dan melakukan kontak pertama di Klinik Pratama Afiyah

ketika pasien ingin memeriksakan kehamilannya.

Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan pedoman pelayanan kesehatan ibu dana

anak secara menyeluruh dan berkesinambungan.

80
81

d. Penulis memberikan informasi kepada pasien dan suami tentang tujuan asuhan

yang akan dilakukan penulis, selanjutnya melakukan informed consent kepada

pasien

e. Setelah pasien dan suami menyetujui untuk menjadi pasien Laporan Tugas

Akhir, penulis melakukan kunjungan rumah, mendampingi ibu selama proses

kehamilan, persalinan, nifas dan neonatus sampai pasien menggunakan alat

kontrasepsi.

3.3 Instrumen

a. Format asuhan kebidanan pada ibu hamil menggunakan format

pendokumentasian dari Poltekkes Kemenkes Riau

b. Format asuhan kebidanan pada ibu hamil yang digunakan untuk

mendapatkan data subjektif dan objektif

c. Buku KIA, KSPR, Lembar Partograf dan Rekam Medik digunakan untuk

mengetahui perkembangan janin dan masalah yang terdapat selama kehamilan.

d. Leaflet digunakan untuk memberitahu ibu tentang bahaya kehamilan, nutrisi

pada ibu hamil

e. Alat timbangan digunakan untuk melihat kenaikan berat badan ibu.

Stetoskop digunakan untuk menilai bunyi nadi ibu. Tensimeter digunakan untuk

menilai tekanan darah ibu. Termometer digunakan untuk mengukur suhu ibu. Pita

LILA digunakan untuk menilai status gizi ibu. Jam tangan digunakan untuk

menghitung denyut nadi ibu dan pernafasan ibu dalam satu menit. Doppler untuk

menghitung DJJ. Partus Set untuk proses persalinan ibu.


82

BAB 4

KAJIAN KASUS

4.1 Tinjauan kasus

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S


DI KLINIK PRATAMA AFIYAH KOTA PEKANBARU
Bidan :Foni aria, S.Tr.Keb,SKM Tanggal Pengkajian : 9 - 10 - 2021
Mahasiswa : Azizah Nurhasanah Pukul : 11.00 WIB
a. Data Subjektif
1) Biodata
Nama : Ny.Y Nama : Tn.Y
Umur : 34 th Umur : 44 th
Agama : Kristen Agama : Krsiteb
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jl.Fajar,Gg Randu Alamat : Jl.Fajr
Gg.randu
No.HP : 0852-8613-xxxx

Alasan Kunjungan/ Keluhan Utama :


- Ibu mengatakan ingin USG
- Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah

2) Riwayat Menstruasi
a) HPHT : 18-05-2021 TP : 25-02-2021
b) Siklus : 30 hari

3) Riwayat Perkawinan
a) Perkawinan : 1 Usia Saat Nikah : 28 tahun
b) Lamanya : 7 tahun

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bbl Yang Lalu

N Th UK Temp Jenis Penol Nifas JK/BB Ket


o at ong
1 2016 Aterm RS Norma Dokte Nor Pr/ Hidup
l r mal 2100gr
2 2017 Aterm RS Norma Dokte Nor Pr/2800 Hidup
l r mal
3 2021 Aterm RS Norma Dokte Nor Lk/270 Hidup
l r mal 0
4 H A M I L I N I
83

5) Riwayat Kehamilan Saat Ini


a) Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK 8 minggu di puskesmas
b) Pemeriksaan ini yang ke : 4 kali
c) Masalah yang pernah dialami :
1) Trimester I : Pusing dan mual
2) Trimester II : Tidak ada keluhan
3) Trimester III : Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah
4) Imunisasi : TT5
d) Pengobatan /anjuran yang pernah diperoleh : Gunaceta

6) Riwayat Penyakit/Operasi Yang Lalu


Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit / operasi yang lalu

7) Riwayat Penyakit Yang Berhubungan Dengan Masalah Kesehatan Reproduksi


Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit yang berkaitan dengan kesehatah
reproduksi seperti infertilitas, infeksi virus, PMS, servisitis kronis,
endometriosis, myoma, polip serviks, kanker kandungan, dll.

8) Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengatakan ia tidak memiliki riwayat penyakit keturunan keluarga seperti
hipertensi, DM, Asma, penyakit Jantung, Penyakit Ginjal, dll

9) Riwayat Keluarga Berencana


Ibu mengatakan pernah menggunakan KB yaitu pil kb selama 4 tahun

10) Pola Makan Dan Minum


a) Makan : 3x/ hari,
b) Minum : ± 10 gelas/ hari
c) Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi : nasi,ikan,ayam sayur-
sayuran buah-buahan.

11) Pola Eliminasi


a) BAK : ±6 kali/hari
b) BAB : ± 1 hari/1 kali
c) Masalah : tidak ada

12) Pola Istirahat


Ibu mengatakan istirahatnya cukup
- Siang : 1-2 jam /hari
- Malam : 7-8 jam/hari

13) Psikososial Ibu merasa senang dengan kahamilan ini.

14) Skor KSPR : 10 (Kehamilan Resiko Tinggi)

b. Data objektif
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Sikap Tubuh : Lordosis
d) BB Sebelum Hamil : 55 Kg
84

e) BB Sekarang : 72 Kg
f) TB : 165 cm
g) LILA : 27 cm
h) IMT : 20,20 kg/m2 (normal)
i) TTV
- TD :130/70 mmhg
- P : 20x/menit
- N : 80x/menit
- S : 36,5 C
j) Rambut/kepala : Bersih dan tidak ada rontok
k) Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat,
pernglihatan jelas
l) Muka : Tidak oedema
m) Telinga : Tidak serumen dan pengeluaran cairan
n) Mulut : Tidak ada stomatitis dan tidak ada gusi berdarah
o) Leher : Tidak Ada pembengkakan kelenjar tyroid
p) Payudara : Puting susu menonjol dan areola mammae ada
hiperpigmentasi
q) Abdomen : Terdapat linea nigra dan tidak ada bekas
operasi
r) Palpasi :
- Bagian Atas : Teraba 3 jr diatas Pst, teraba lunak,bundar dan
tidak melenting adalah bokong janin
- Bagian samping : Bagian kiri ibu teraba tonjolan- tonjolan kecil,
adalah ekstremitas janin, bagian kanan ibu teraba keras,memanjang
adalah punggung,
- Bagian bawah : Teraba bulat, keras dan melenting adalah
kepala
s) TFU : 26 cm
t) DJJ : 145x/menit
u) TBJ : (26-13) x 155 = 2015 gr
v) Anogentalia : tidak di lakukan (ibu tidak bersedia)
w) Ektremitas : Ektremitas atas tidak oedema, ektremitas
bawah tidak odema dan tidak ada varices, akral normal
x) Reflek patella : +/+

2) Pemeriksaan Penunjang
a) H b : 12,8gr/dl
b) Protein Urine : Tidak dilakukan
c) Glukosa Urine : Tidak dilakukan
c. Analisis data
1) Diagnosis Ibu : Ny.Y G4P3A0H3, uk : 34 mg, keadaan umum ibu baik
2) Diagnosis Janin : Hidup, tunggal, intrauterin, presentasi kepala, keadaan
umum janin baik.
3) Masalah : tidak ada

d. Penatalaksanaan
1) Menginformasikan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan semua dalam
batas normal, keadaan ibu dan janin baik. ibu mengerti tentang kondisi
dirinya dan janinnya dengan baik.

2) Memberitahu kepada ibu hasil skor KSPR ibu 10 dikategorikan kahamilan


85

resiko tinggi sehingga perawatan kehamian dan persalinan dilakukan


upaya kolaborasi aitu konsultasi dengan dokter spesialis kandungan untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin saat ini.
3) Menjelaskan kepada ibu tentang keluhan ibu yaitu nyeri perut bagian
bawah, hal ini adalah fisiologis ibu hamil TM III, adanya karena kepala
janin yang mulai memasuki rongga panggul dan meningkatnya pergerakan
panggul akibat pembesaran uterus, Untuk mengatasinya,asuhan yang
diberikan
- Senam hamil
- menyarankan ibu untuk mengubah posisi saat dirasakan adanya nyeri
yang ibu alami
- menganjurkan ibu menghindari posisi berdiri tiba-tiba dari posisi
jongkok/duduk, dan bangun tidur dalam posisi miring terlebih dahulu.
- Ibu dapat melakukan kompres air hangat
- Ajarkan ibu untuk teknik relaksasi pernapasan
- Anjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas berat
4) Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya dalam kehamilan TM III
pada buku KIA halaman 8 yaitu :
a) Demam tinggi
b) Sakit kepala yang hebat disertai kejang
c) Pendarahan pervaginam
d) Keluar cairan/air ketuban dari jalan lahir sebelum waktunya
e) Gerakan janin tidak terasa/berkurang dari sebelumnya.
f) Bengkak pada kaki, tangan dan wajah
jika ibu menemukan salah satu tanda bahaya pada kehamilan segera bawa
ke klinik atau tenaga kesehatan terdekat.
Evaluasi : Ibu dapat menyebutkan tanda-tanda bahaya kehamilan
6) Menginformasikan kepada ibu untuk tetap mengonsumsi makanan dengan
gizi seimbang yang tinggi protein untuk pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu
dan janin, membentuk jaringan untuk tumbuh kembang janin dan kesehatan
ibu serta persiapan laktasi.
7) Menganjurkan ibu agar mengurangi aktivitas/pekerjaan berat, dan
menghindari berdiri secara tiba-tiba dari posisi jongkok untuk mengurangi
keluhan atau ketidaknyamanan yang ibu rasakan.
8) Menginformasikan kepada ibu untuk memantau gerakan janin yaitu dalam
12 jam ada 10 kali pergerakan dan jika pergerakan janin kurang dari 10 atau
tidak seperti biasanya segera datang ke klinik untuk dilakukan pemeriksaan.
9) Menginformasikan kepada ibu untuk mengkonsumsi obat pereda nyeri yang
diberikan oleh klinik Gunaceta 1x1/hari.
10) Menganjurkan ibu untuk membaca dan mempelajari buku KIA yang
diberikan supaya pengetahuan ibu tentang kehamilan bertambah. Serta
mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi yaitu
pada tanggal 23 januari 2022. Dan apabila terdapat keluhan pada ibu segera
datang ke klinik ataupun tenaga kesehatan terdekat.

CATATAN PERKEMBANGAN KEHAMILAN


86

Tempat/Tanggal/ uraian
Jam
1 2
Kunjungan S:
Kedua ANC Ibu mengeluh meriang
- Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawahnya sudah bisa
Rabu, 13 Januari diatasi
2022 pukul - Ibu mengatakan sudah USG dengan dokter dan hasilnya
14.00 WIB di tidak terdapat komplikasi pada kehamilan saat ini
Klinik Pratama - Ibu mengatakan sudah mengonsumsi makanan yang
Afiyah tinggi kalori dan tinggi protein
- Ibu mengatakan sudah melakukan senam hamil
- Ibu mengatakan rutin meninum obat dan tablet Fe.

O:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Sikap tubuh : Lordosis
Tanda-tanda vital : TD : 110/70mmHg
N : 70 kali/menit
S : 37,50C
P : 20x /menit
BB : 72 kg
IMT : 20,20 (Ideal)
TFU : 26 cm
Palpasi :
Bagian atas: Tinggi fundus uteri ½ pusat-prosesus
xiphoideus, bagian atas perut ibu teraba bulat, tidak
melenting yaitu bokong janin.
Bagian samping : Bagian samping kanan teraba bagian
keras, memanjang yaitu punggung janin, bagian samping
kiri teraba bagian-bagian kecil, yaitu bagian ekstremitas
janin.
Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba bulat,
keras dan melenting yaitu kepala janin, kepala janin
87

sudah masuk pintu atas panggul (PAP).


His : tidak ada his
TBJ : (26-13) x 155 = 2015 gram
DJJ : 135x /menit teratur dan kuat
Refleks patella : kiri (+) kanan (+)
A:
Ibu : Ny.R G4P3A0H3 usia kehamilan 34 minggu 4 hari,
keadaan umum ibu baik.
Janin : janin hidup, tunggal, intrauterine, presentasi
kepala

P:
1) Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa
keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital dalam batas
normal serta keadaan janin baik.

2) Menganjurkan ibu untuk tidak beraktivitas berat terlebih


dahulu.

3) Mengevaluasi asuhan senam hamil yang diberikan


kepada ibu saat kunjungan pertama. Ibu mengatakan ibu
sudah melakukan senam hamil sebanyak 1 x dan nyeri
perut ibu perlahan berkurang, Ibu sudah mengkonsumi
obat yang diberikan dari klinik,yaitu gunaceta 10 tab

4) Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi obat dengan


manfaat tablet penambah darah (Etabion) untuk ibu hamil
yaitu
1) Mencegah anemia defesiensi zat besi
2) Mencegah perdarahan saat persalinan, untuk menurunkan
resiko kematian .
Memberitahu kepada ibu cara mengonsumsi obat Etabion
yaitu 1x1 perhari pada malam hari untuk mengurangi rasa
mual dan tidak bersamaan dengan teh atau kopi, karena
dapat menghambat penyerapan zat besih.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan mengonsumsinya

5) Memberitahu ibu apa saja persiapan persalinan, yaitu


penolong persalinan, pendamping persalinan/keluarga,
surat dan biaya, obat, alat transportasi donor darah untuk
mencegah kematian ibu maupun janin, serta persiapan
pakaian ibu dan bayi.
(Ibu mengerti dan sudah mempersiapkannya)

6) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2


minggu lagi yaitu pada tanggal 27 januari 2022. Dan
88

apabila terdapat keluhan pada ibu segera datang ke klinik


ataupun tenaga kesehatan terdekat.

Kunjungan S : ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya


kehamilan
ketiga O:
Minggu, 22 Keadaan umum : Baik
januari 2022
pukul 17:00 Kesadaran : Composmentis
WIB di klinik Sikap tubuh : Lordosis
pertama
Tanda-tanda vital : TD : 110/80mmHg
afiyah
N : 70 kali/menit
S : 36,50C
P : 20x /menit
BB : 72 kg
IMT : 20,20 (Ideal)
TFU : 28 cm
Palpasi :
Bagian atas: Tinggi fundus uteri ½ pusat-prosesus
xiphoideus, bagian atas perut ibu teraba bulat, tidak
melenting yaitu bokong janin.
Bagian samping : Bagian samping kanan teraba bagian
keras, memanjang yaitu punggung janin, bagian samping
kiri teraba bagian-bagian kecil, yaitu bagian ekstremitas
janin.
Bagian bawah : Bagian bawah perut ibu teraba bulat,
keras dan melenting yaitu kepala janin, kepala sudah
masuk pintu atas panggul (PAP).
TBJ : (28-11) x 155 = 2.625 gram
DJJ : 140x /menit teratur dan kuat
Refleks patella : kiri (+) kanan (+)
A:
Ibu : Ny.R G4P3A0H3 usia kehamilan 37 minggu,
keadaan umum ibu baik.
Janin : janin hidup, tunggal, intrauterine, presentasi
kepala
P:
1) Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa
keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital dalam
batas normal serta keadaan janin baik.
89

2) Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi obat dengan


manfaat Menganjurkan ibu untuk berhubungan suami
istri agar menimbulkan kontaksi dan mempermudah
proses persalinan karena kandungan yang ada pada
sperma dapat membuka serviks secara alami.

3) Menjelaskan kepada ibu apa saja tanda-tanda persalinan


yaitu perut terasa mulas-mulas yang teratur serta
timbulnya sakit yang sering dan semakin lama, keluar
lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar nya air-
air yang banyak dan tidak bisa ditahan dari jalan lahir
(pecah ketuban).
(Ibu dapat menyebutkan kembali tanda-tanda
persalinan)

4) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1


minggu lagi yaitu pada tanggal 27 Januari 2022. Dan
apabila terdapat keluhan pada ibu segera datang ke
klinik ataupun tenaga kesehatan terdekat.
CATATAN PERKEMBANGAN
PERSALINAN (INC)
INC S : Ibu datang ke klinik bersama anaknya dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah menjalar sampai ke
Selasa, 12 pinggang sejak pukul 19:00 wib.
februari 2022
Pukul 01.30 O:
WIB di Klinik
Pratama 1. Pemeriksaan Umum
Afiyah a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. TTV :
1) TD : 110/ 90 mmHg
2) P : 22 x/menit
3) N : 80 x/menit
4) S : 36,5 ºC
d. BB sekarang : 72 kg
e. Konjungtiva : Tidak Pucat
f. Ekstremitas : tidak ada edema
2. Pemeriksaan Khusus :
a. Palpasi :
90

1) Bagian Atas : Teraba TFU 3 jari dibawah px


, teraba lunak, bundar dan tidak melenting
adalah bokong janin
2) Bagian Samping : Kiri, teraba tonjolan-
tonjolan kecil adalah ekstremitas janin.
Kanan, teraba keras dan memanjang adalah
punggung janin.
3) Bagian bawah : Teraba keras dan bulat
adalah kepala janin. Kepala sudah masuk
PAP (4/5). Divergent.
4) HIS : 3x10’35’’
b. Auskultasi :DJJ : 142 x/menit, kuat dan teratur
c. TBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram
3. Pemeriksaan Anogenetalia
a. Vulva : Tidak oedema dan tidak ada varises serta
terdapat pengeluaran lendir bercampur darah (blood
slym)
b. Anus : Tidak Ada haemoroid
4. Vaginal Toucher (VT)
a. Tanggal dan Jam : 12/02/2022, pukul 02.00 WIB
b. Hasil VT
- Indikasi : HIS inpartu, 3x10’x35’’
- Portio : Tipis
- Pembukann : 4 cm
- Ketuban : (+) jernih
- Presentasi : Belakang kepala
- Posisi : UUK ka depan
- Penurunan : H II
- Molage : Tidak ada molage
A:
Ibu : G4P3A0H3, usia kehamilan 39 minggu, Inpartu
Kala I, keadaan umum ibu baik.
Janin : Hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala,
presentasi belakang kepala, UUK didepan, keadaan
umum janin baik

P:
91

1) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa


keadaan ibu dan janin baik, TTV normal , DJJ normal ,
Ketuban sudah pecah dan pembukaan belum lengkap
2) Memantau kemajuan persalinan (djj,ttv,dan pengeluaran
pervaginam)
3) Melakukan asuhan sayang ibu seperti, mengingatkan ibu
untuk relaksasi saat merasa sakit, menganjurkan ibu
untuk eliminasi saat ada rasa ingin buang air kecil,
memberitahu ibu untuk baring miring kiri agar
mempercepat proses penurunan kepala janin serta dapat
memberi suplai oksigen ke janin, memberi ibu asupan
cairan, masase punggung ibu. Ibu melakukan relaksasi
dan ibu lebih merasa nyaman.
4) Mempersiapkan alat alat persalinan.
12 februari S : Ibu mengatakan sakitnya semakin kuat,dan
2022 banyaknya keluar air air sejak pukul 02:15 wib
02:25 wib O:
INC - Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compomentis
- TTV
TD : 120/80 mmHg,
Suhu : 36,5oC,
N : 84 x/i,
P : 20 x/i
- His : 5x10’45’’
- TFU : 29 cm
- TBJ : (28-11) = 20 x 155 = 3.100 gram
- DJJ : 140 x/i
- Ano-genetalia:
Vulva/Vagina : tidak ada edema dan tidak ada varises
Pengeluaran :Lendir bercampur darah

Adanya tanda dan gejala kala II yaitu : ibu ingin meneran,


vulva membuka, tekanan pada anus, perineum menonjol,
pengeluaran lendir dan darah, pembukaan serviks lengkap,
dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil :

Pukul 02.30 WIB, 12 februari 2022


o Portio : Tidak teraba, tipis
o Penipisan : 100 %
o Pembukaan : 10 cm (Lengkap)
o Ketuban : (-) Jernih,(pecah,pukul 02:15)
o Presentasi : Belakang kepala
o Posisi : UUK di depan
o Penurunan : H-IV

A:
Ibu : G4P3A0H3, Parturient Kala II k/u ibu baik
92

Janin : Hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala,


presentasi belakang kepala, UUK didepan, keadaan
umum janin baik

P:
1) Memberitahukan ibu dan ibu bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik dan pembukaan sudah lengkap dan
memberitahu ibu sudah boleh meneran jika ada
kontraksi dan istirahat jika kontraksi berkurang
2) Pastikan kelengkapan peralatan dan bahan
3) Mengatur posisi pasien menjadi setengah duduk
(litotomi) dan kedua tangan ibu merangkul kedua paha.
4) Membantu ibu meneran saat ada his, Memberi pujian
saat ibu meneran dengan baik dan benar.
5) Membantu proses kelahiran bayi. Setelah bayi lahir,
melakukan penilaian pada bayi, bayi lahir spontan,
langsung menangis, kulit kemerahan dan pergerakan
aktif, mengeringkan tubuh bayi dan mengangganti
pembungkus bayi dengan yang kering agar bayi tetap
hangat dan melakukan IMD.
(Bayi lahir pukul 02:45 WIB)
12 feburari S :Ibu mengatakan lega dan senang bayinya lahir
2022 selamat dan sehat.
Pukul 02.45
WIB O:
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Komposmentis
- TFU : Setinggi Pusat
- Kontraksi baik
- Kandung kemih tidak penuh
- Plasenta belum lahir
Bayi lahir spontan, langsung menangis, warna kulit
kemerahan, tonus otot baik, pergerakan aktif, jenis
kelamin perempuan.

A :P4A0H4, Parturient kala III,keadaan ibu dan bayi


baik

P:
1) Memastikan tidak ada janin kedua
2) Menyuntikan oksitosin 10 IU dalam 1 menit setelah
kelahiran bayi
3) Melakukan IMD : sedang berlangsung
4) Manajemen aktif kala III
5) Plasenta lahir lengkap,kotiledon utuh,selaput utuh,
termasuk jenis insertio sentralis
Plasenta lahir pukul 03:00 wib
93

12 februari S : Ibu mengatakan lega dan senang persalinannya


2022 berjalan dengan lancar dan ibu mengatakan perutnya
Pukul 03:00 masih terasa mules.
WIB
O:
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Komposmentis
- Plasenta lahir spontan
- TTV :
TD : 130/80 mmHg, Suhu : 36,80C, Nadi : 76 x/i, P: 20
x/i
- TFU : 4 Jari dibawah pusat
- Perdarahan : + 100 cc.
- Kontraksi uterus : baik
- Kandung kemih : tidak penuh ±5 ml
- Anogenetalia :
Perineum : Laserasi derajat II
IMD berhasil : 03:35 WIB

A : P4A0H4 parturient kala IV, k/u ibu baik

P:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan baik.
2. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam
3. Melanjutkan pemantauan kala IV dengan memeriksa
TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih,dan
jumlah perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 1 jam berikutnya
4. Membersihkan ibu menggunakan air DTT, dan
mengganti pakaian ibu. Ibu bersih dan pakaian sudah
diganti.
5. Mendekontaminasi alat-alat persalinan. Alat sudah di
dekontaminasi
Melengkapi dokumentasi dan partograf

CATATAN PERKEMBANGAN NIFAS

Sabtu, 12 S : ibu mengatakan masih terasa nyeri pada luka


Februari 2022 jahitannya, ASI yang keluar masih sedikit dan Ibu
mengatakan cairan yang keluar dari kemaluannya
Pukul : berwarna merah segar dan perut masih terasa mules.
08:45WIB
O:
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Komposmentis
94

KF-1 c) TTV :
(kunjungan 1) TD : 130/90 mmHgm Suhu : 36,50C, N : 83 x/i, P: 20x/i
d) Mata :
Sklera : Putih, tidak ikterik
Konjungtiva : tidak pucat.
e) Payudara : simetris, tidak ada kemerahan, tidak
bengkak,tidak tampak kelainan
Putting susu : menonjol, tampak pengeluaran ASI
sedikit
Areola Mamae : bersih, hiperpgmentasi.
f) TFU : 2 jari dibawah pusat
g) Kontraksi uterus baik
h) Kandung kemih tidak penuh

i) Ano-genetalia :
 Perdarahan : + 100 cc
 Lokhea : Rubra
 Perineum : Luka jahitan baik dengan derajat 2
 Hemoroid : Tidak ada

A : P4A0H4, 1 hari Post Partum, KU Ibu baik


P:
1) Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa
KU ibu baik dan TTV normal. Ibu mengetahui akan
keadaannya
2) Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan ibu berupa
perut mules saat menyusui bahwa ini merupakan hal
yang normal dikarenakan saat ibu menyusui bayinya,
maka hormone prolactin yang merangsang produksi ASI
juga akan merangsang oksitosin, sehingaa perut ibu
terasa mules dan jika terjadi mules ini artinya ada
kontraksi uterus baik.
3) Mengajarkan ibu mengenai massase fundus uteri untuk
merangsang kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi
dan mencegah terjadinya perdarahan post partum yang
abnormal. Ibu dapat mengikuti gerakan massase seperti
yang diajarkan
4) Mengajarkan ibu untuk melakukan pijat payudara untuk
merangsang pengeluaran asi .
95

Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya saat


dirumah
5) Akan dilakukan perencanaan Pijat Oksitosin kepada ibu
untuk mempertahankan produksi ASI menjadi lebih
banyak dan memberikan kenyamanan pada ibu.
6) Mengingatkan kembali ibu tentang ASI Eksklusif dan
menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering
mungkin dan tanpa di jadwal (on demand). Ibu
mengatakan akan menyusui bayinya seperti yang
dianjurkan.
7) Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi untuk
mempercepat penyembuhan luka perineum, ibu
mengatakan sudah pergi ke kamar mandi sendiri
8) Menjelaskan kepada ibu mengenai perawatan luka
perineum, yaitu selalu menjaga kebersihan luka, sering
mengganti pembalut agar area luka tidak lembab, tidak
membersihkan area luka dengan obat-obatan tradisional,
tidak mencuci dengan air hangat, mencuci dari arah
depan kebelakang dan tidak sering sering menyentuh
luka.
9) Memberi ibu terapi obat berupa vitonal F, Asam
Mefernamat, vitonal calsi Vitonal asi,vitamin A, dan
Amoxilin serta menjelaskan cara mengkonsumsinya
Rabu, 18 Februari S: Ibu mengatakan sudah mulai beraktifitas, luka jahitan
2022 sudah mulai kering, mules diperutnya sudah hilang, ASI
keluar lancer pada hari ke 2 , bayi kuat menyusui, tidak ada
Pukul : 08:45 WIB masalah pada pola istirahat ibu karena bayi tidak rewel serta
Kunjungan Kedua suami dan keluarga selalu membantu ibu dalam mengurus
bayi, serta cairan yang keluar dari kemaluannya berwarna
merah kekuningan-kuningan.

O:
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Komposmentis
c) TTV :
TD : 120/80 mmHgm Suhu : 36,50C, N : 80 x/i, P: 20x/i
d) Mata :
Sklera : Putih, tidak ikterik
Konjungtiva : tidak pucat.
96

e) Payudara : simetris, tidak ada kemerahan, tidak


bengkak,tidak tampak kelainan
Putting susu : menonjol, ASI banyak dan lancar
Areola Mamae : bersih, hiperpegmentasi.
f) TFU : pertengahan antara simfisis-pusat
g) Kontraksi uterus baik
h) Ano-genetalia :
 Perdarahan : + 30 cc
 Lokhea : Sanguelenta
 Luka jahitan sudah mulai kering
 Hemoroid : Tidak ada
i) EPDS : Skor 3

A : P4A0H4, post partum 7 hari


P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan
bahwa KU ibu baik dan TTV normal. Ibu mengetahui
keadaannya saat ini
2. Memberikan pendkes mengenai kebutuhan nutrisi. Ibu
mengatakan saat ini porsi makannya meningkat dari
sebelum hamil
3. Mengevaluasi pijat payudara dan Pijat Oksitosin,yang
diberikan kepada ibu saat asuhan sebelumnya . Ibu
mengatakan asinya sudah banyak keluar pada hari ke 2
di malam hari
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada
bayinya
5. Memberikan penkes mengenai tanda bahaya masa nifas.
Ibu dapat mengulangi 3 dari tanda bahaya yang
disebutkan
6. Mengajarkan ibu senam nifas dan ibu mau
melakukannya
S :Ibu mengatakan keadaannya sehat dan sudah bisa
Sabtu, 12 Maret beraktivitas dan menyusui bayinya dengan on demand
2022 O:
Pukul : 08:45WIB 1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
KF-3 (kunjungan 3) 3) TTV :
97

TD : 120/80 mmHg
P : 20x/menit
N : 85x/menit
S : 36,2ºC
4) Mata : Konjungtiva tidak pucat
5) Payudara :Pengeluaran ASI ada
6) Abdomen
TFU : pertengahan simpisis-pusat
Kontraksi : Baik
Kandung Kemih : Tidak Penuh
7) Anogenetalia :
Lochea : alba
Terdapat jahitan luka perineum

A : P4A0H4, 30 hari Post Partum, KU Ibu baik

P:
1. Memberitahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan
bahwa KU ibu baik dan TTV normal. Ibu
mengetahui akan keadaannya
2. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi serta makanan sayuran agar produksi
ASI tetap lancer
3. menginfomasikan kepada ibu tentang kontrasepsi
apa saja pasca persalinan, jenis kontrasepsi yang
dapat digunakan oleh ibu menyusui dianatarnya
suntik kb tiga bulan , kb implant dan IUD, ketiga nya
cocok untuk ibu yang menyusui karena tidak
menganggu produksi ASI, tetapi ibu dapat
membicarakan lebih lanjut dengan suami tentang
alat kontrasepsi yang akan ibu pakai setelah habis
masa nifas atau pada waktu dimanan ibu telah siap
memakai KB
(ibu mengerti dan akan membicarakan terlebih
dahulu dengan suami mengenai pemilihan alat
kontrasepsi.)
98

Sabtu, 23 Maret S :Ibu mengatakan keadaannya sehat dan sudah bisa


2022 beraktivitas dan ibu selalu menyusui bayinya
Pukul : 08:45WIB O:
KF4 (kunjungan 4) 1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) TTV :
TD : 120/80 mmHg
P : 20x/menit
N : 85x/menit
S : 36,2ºC
4) Mata : Konjungtiva tidak pucat
5) Payudara :Pengeluaran ASI ada
6) Abdomen
7) TFU : pertengahan simpisis-pusat
8) Kontraksi : Baik
9) Kandung Kemih : Tidak Penuh
10) Anogenetalia :
11) Lochea : alba
12) Terdapat jahitan luka perineum

A : P4A0H4, 42 hari Post Partum, KU Ibu baik


P:
1. Memberitahu ibu bahwa dari hasil pemeriksaan TTV
dalam batas normal dan keadaan umum ibu baik
2. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk menyusui
bayinya secara Eksklusif dengan tidak memberi
tambahan makanan ataupun minuman sebelum umur 6
bulan.
3. Menganjurkan ibu untuk segera ber KB
4. Ibu mengatakan akan segera ke klinik bersama suaminya
untuk konsultasi mengenai KB IUD
99

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA BY.NY.Y DI KLINIK


PRATAMA AFIYAH KOTA PEKANBARU

Tempat Yankes : Klinik Pratama Tangga/Waktu Pengkajian : 12


Afiyah februari 2022
Pukul : 02.45 WIB
A (DATA SUBJEKTIF)
1 IDENTITAS BAYI
Nama : By.Ny.Y
Tanggal Lahir : 12 Februari 2022
Jam : 02.45 WIB
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Nama Ibu : Ny. Y
Umur : 34 Tahun
Alamat : Jl. Fajar Gg.Randu
2 Riwayat Kelahiran
Usia Kehamilan : Aterm
Lama persalinan kala II : 1 Jam
Lama persalinan kala III : 10 Menit
Keadaan air ketuban : Jernih
Persalinan : Normal
Lilitan tali pusat : Tidak Ada
Penolong persalinan : Bidan
Setelah lahir : Langsung menangis, kulit kemerahan,
gerakan aktif
3 Pemberian ASI : IMD
B DATA OBYEKTIF
1 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda-tanda vital :
- Pernapasan : 50 x/menit
- Nadi : 145 x/menit
- Suhu : 36,7 ⁰C
Berat Badan : 3.200 gram
Panjang Badan : 50 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan : 11 cm

KEPALA
a. Ubun-Ubun Besar : Ada
b. Ubun-Ubun Kecil : Ada
c. Moulage : Tidak Ada
d. Cephal Hematoma : Tidak Ada
e. Caput Suksedaneum : Tidak Ada
f. Luka : Tidak Ada
100

g. Kelainan/cacat bawaan : Tidak Ada


(hidrisefali/mikrosefali/anensefali)

WAJAH
a. Simetris : Ya
b. Kelainan/cacat bawaan : Tidak Ada

MATA
a. Simetris : Ya
b. Kotoran Mata : Tidak Ada
c. Stabismus : Tidak Ada
d. Pupil mata jernih : Jernih
e. Sclera Mata : Putih, Tidak Ikterik
f. Perdarahan subkonjungtiva/retina : Tidak Ada

HIDUNG
a. Simetris : Ya
b. Lubang Hidung : Ada
c. Cuping hidung simetris : Ya
d. Pernapasan Cuping hidung : Tidak Ada
e. Secret : Tidak Ada

MULUT
a. Simetris : Ya
b. Palatum : Normal
c. Bintik putih pada lidah : Ada
d. Gusi : Merah
e. Kelainan/cacat bawaan : Tidak Ada

TELINGA
a. Simetris : Ya
b. Daun telinga : Ada
c. Cairan yang keluar : Tidak Ada

LEHER
a. Simetris : Ya
b. Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada
c. Trauma Flexus Brachialis : Tidak Ada
d. Lipatan kulit berlebihan dibelakang leher : Tidak Ada

DADA
a. Simetris : Ya
b. Pembesaran buah dada : Tidak Ada
c. Pernafasan retraksi intercostal : Tidak Ada

ABDOMEN
a. Simetris : Simetris
b. Bentuk : Normal
101

c. Pembesaran : Tidak Ada


d. Tali pusat : Tidak terjadi Perdarahan pada tali pusat
e. Kelainan / cacat bawaan : Tidak Ada

GENETALIA
a. Laki-Laki
- Penis : Ada, terdapat lubang uretra
- Skrotum : Skrotum penuh
- Testis : sudah turun ke skrotum
- Jumlah Testi : 2 buah
- Atresia ani : Tidak Ada
- Kelainan lain : Tidak Ada

Ekstremitas Atas
a. Panjang lengan : Sama Panjang
b. Jumlah jari : Lengkap
c. Fraktur humerus : Tidak Ada
d. Fraktur klavikula : Tidak Ada
e. Pergerakan : Aktif
f. Kelainan/cacat bawaan : Tidak Ada

Ekstremitas bawah
a. Panjang kaki : Sama Panjang
b. Jumlah jari : Lengkap
c. Pergerakan : Aktif
d. Kelainan/cacat bawaan : Tidak Ada

Keadaan neuromuscular
a. Refleks menghisap : Baik
b. Reflex moro : Baik
c. Reflex genggam : Baik
d. Reflex rooting : Baik
e. Tremor : Tidak ada

Kulit
a. Warna : Kemerahan
b. Bercak/tanda lahir : Tidak ada
c. Pembengkakan : Tidak ada
d. Vernik kaseosa : Ada
e. Lanugo : Ada
C ASSASEMENT
By.Ny.Y Neonatus 6 jam dengan keadaan umum bayi baik
D PLAN
1) Menginformasikan kepada ibu bahwa keadaan umum bayinya baik
dan dalam batas normal. Ibu mengetahui keadaan bayinya saat ini
102

2) Menginformasikan kepada ibu untuk selalu memberikan ASI saja


kepada bayinya sampai umur 6 bulan serta menyusui bayinya
sesering mungkin. Ibu akan melaksanakannya.

3) Memberitahu ibu untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tidak terjadi
kehilangan panas suhu tubuh bayi dengan cara membedong bayi,
memakaikan bayi topi/penutup kepala.

4) Memberikan KIE kepada ibu dan keluarga tentang perawatan tali


pusat bayi dengan cara membersihkan tali pusat dengan air bersih
tanpa diberi apa-apa pada tali pusat dan dibungkus kassa agar
mencegah infeksi pada tali pusat serta mempercepat pengeringan
dan putus nya tali pusat. Ibu akan melaksanakanya.

5) Menginformasikan kepada ibu mengenai tanda bahaya pada bayi


seperti demam tinggi, kejang, bayi tidak mau menyusu, tali pusat
berdarah dan berbau, memberitahu ibu untuk segera membawa
bayi ibu ke fasilitas kesehatan terdekat jika menemukan tnda
bahaya pada bayi ibu.

6) Menginformasikan kepada kepada ibu dan keluarga adanya home


visit/kunjungan rumah sesuai jadwal yang sudah ditetapkan yang
dilakukan oleh penulis untuk memantau perkembangan dan
pertumbuhan bayi serta tanda-tanda infeksi atau bahaya yang
terjadi pada bayi. Ibu bersedia dilakukan pemantauan dan
perkembangan bayinya.
103

Tempat/Tanggal/Jam Uraian
1 2
KN2 S : ibu mengatakan ia baru saja memberikan ASI pada
bayinya, dan memberikan asinya sering 7-8x/hari
(Kunjungan hari ke-7) serta ibu mengatakan bayinya sudah BAK 1 kali
O:
Minggu 18 Februari 2022 - Keadaan Umum : Baik
Pukul 09.00 WIB di Rumah - Warna Kulit : Kemerahan
Pasien - BB : 3.200 Gram
- PB : 50 cm
- Suhu : 36,5 OC
- Mata : Sklera tidak ikterus
- Abdomen : Tidak ada benjolan, Tali pusat sudah puput,
tali pusat tidak berdarah dan tidak ada tanda infeksi.

A : By.Ny. Y bayi baru lahir 7 hari normal.

P:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan umum bayinya baik
2) Memberikan asuhan pada neonatal seperti
memandikan bayi, perawatan tali pusat yang sudah
puput.
3) Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap dan
hanya memberikan ASI saja secara esklusif sampai 6
bulan.
(Ibu akan melaksanakanya)
4) Memberitahu ibu pijat bayi, manfaat serta waktu
kapan yang baik untuk dilakukannya pijat bayi pada
bayi ibu dan mengajarkan ibu cara pijat bayi dan
langsung melakukan praktiknya menggunakan
phantom bayi.
(Ibu bisa melakukan pijat bayi).
KN3 S : Ibu mengatakan hanya memberikan ASI pada
bayinya dan ibu sudah melakukan pijat bayi pada
(Kunjungan hari ke-30) bayinya dan bayi tidak rewel serta lebih terasa
nyaman pada saat di pijat dan tidur nyenyak.
Rabu, 12 Maret 2022 Pukul
11:00 WIB di Rumah Pasien O:
- Keadaan Umum : Baik
- Warna Kulit : Kemerahan
- BB : 3.900 Gram
- Suhu : 36,60C
- Gerak aktif, bayi sudah dapat menatap ibu, tersenyum
serta menggerakan tangan dan kaki

A : By. Ny.Y bayi baru lahir 28 hari normal

P:
104

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa keadaan umum bayi nya baik.

2) Memberitahu ibu untuk terus menstimulus bayinya


seperti mengajaknya untuk mengobrol, bermain
bersama bayinya, hal ini bertujuan selain menjaga
kontak batin antara ibu dengan bayi, dengan adanya
stimulus juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan otak pada bayinya. Ibu mengatakan
akan melakukan stimulus pada bayinya.

3) Memberitahu ibu bahwa berat badan bayinya


mengalami peningkatan yang baik, dan menganjurkan
ibu untuk tetap menyusui bayinya secara terus
menerus atau on-demen.

4) Menganjurkan ibu untuk selalu membawa bayi nya ke


posyandu atau puskesmas untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan bayi nya.
(Ibu akan membawa bayinya ke posyandu ataupun
puskesmas)
KN4 S : Ibu mengatakan hanya memberikan ASI pada
bayinya dan ibu sudah melakukan pijat bayi pada
(Kunjungan hari ke-42) bayinya dan bayi tidak rewel serta lebih terasa
nyaman pada saat di pijat dan tidur nyenyak.
Rabu, 15 Maret 2022 Pukul
09:15 WIB di Rumah Pasien O:
- Keadaan Umum : Baik
- Warna Kulit : Kemerahan
- BB : 4.400 Gram
- Suhu : 36,60C
- Gerak aktif, bayi sudah dapat menatap ibu, tersenyum
serta menggerakan tangan dan kaki

A : By. Ny.Y bayi baru lahir 42 hari normal


P:
1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan umum bayi nya baik.
2) Memberitahu ibu bahwa berat badan bayinya
mengalami peningkatan yang baik, dan mengingatkan
ibu untuk tetap menyusui bayinya secara terus
menerus atau on-demen.
3) Mengingatkan ibu untuk imunisasi BCG pada awal
bulan

4.2 Pembahasan
105

4.2.1Asuhan Kebidanan Kehamilan (ANC)


Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 9 Januari 2022 di Klinik

Pratama Afiyah. Dari hasil anamnesis subjektif Ny. Y ibu mengatakan ingin

kunjungan rutin di klinik dan penulis mendapatkan ini pemeriksaan ibu yang ke

4, pemeriksaan ini sesuai dengan standar kunjungan kehamilan terbaru sesuai

dengan standar pelayanan minimal 6 kali pada trimester pertama minimal 2 kali,

ada trimester kedua minimal 1 kali, 3 kali pada trimester ketiga dan rutinnya ibu

melakukan pemeriksaan kehamilan manfaatnya yaitu untuk mendeteksi dini

faktor resiko, pencegahan dan penanganan sejak dini terhadap komplikasi

kehamilan. (Kemenkes R1,2020)

Data subjektif penulis dapatkan HPHT tanggal 18-05-2021 dan tafsiran

persalinan ibu tanggal 25-02-2022 sehingga usia kehamilan 33-34 Minggu

berdasarkan dari rumus Neagle. Pada kunjungan ini penulis melakukan skrining

deteksi dini menggunakan Kartu Skor Sri Poedji Rohyati (KSPR) pada Ny.Y,

berdasarkan hasil anamnesis yang dilakukan menggunakan KSPR didapatlah hasil

bahwa ibu memiliki skor 10 membuat ibu tergolong ke dalam kelompok

kehamilan Resiko Tinggi, yaitu skor 2 awal pada ibu hamil, 4 skor terlalu cepat

punya anak lagi (<2 tahun) , dan 4 skor terlalu banyak anak, Berdasarkan teori

menurut (Rochjati,2011) jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun (24 bulan)

merupakan salah satu faktor risiko ibu hamil yang perlu diwaspadai, bahaya yang

mungkin dapat timbul diakibatkan jarak kehamilan yang terlalu dekat ini adalah

perdarahan pascapartum, bayi lahir prematur, dan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).

NY.Y dapat melahirkan secara normal. Kategori KRT memiliki resiko

kegawatan tetapi tidak darurat oleh karena itu penulis manyarankan kepada Ny,Y
106

untuk menganjurkan periksa kehamilannya kedokter minimal sekali untuk

menghindari hal hal yang kemungkinan akan terjadi pada ibu selama

kehamilan,persalinan,dan nifas, pada persiapan bersalin Ny.Y mengatakan akan

bersalin di Klinik Pratama Afiyah dengan menggunakan BPJS,tempat rujukan

nantinya Ny.Y berencana di RS PMC ,transportasi menggunakan kendaraan

pribadi.

Kunjungan yang dilakukan pada Ny.Y selama kehamilan sebanyak 7 kali

kunjungan.. Menurut kemenskes (2020) untuk kunjungan selama kehamilan

minimal 6 kali pada masa pandemi COVID-19.

Berdasarkan data subjektif pada ibu mengatakan bahwa ibu mengeluh sering

Nyeri perut bagiab bawah. penyebab keram perut bagian bawah , karena kepala

janin yang mulai memasuki rongga panggul dan meningkatnya pergerakan panggul

akibat pembesaran uterus (Irianti, dkk, 2014). Asuhan yang dilakukan adalah teknik

relaksasi pernapasan, menganjurkan ibu menghindari posisi berdiri tiba-tiba dari

posisi jongkok/duduk, mengompres perut bagian bawah, dan bangun tidur dalam

posisi miring terlebih dahulu (Siti,dkk 2017)

Menurut Permenkes RI No. 28 Tahun 2017 Dalam pasal 36 Peraturan Menteri

Kesehatan No 28 Tahun 2017 bahwa persyaratan obat dan bahan habis pakai

Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi

pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal,

persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana, dan

penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.

Hasil penggunaan tentang obat analgesik dan antipiretik pada ibu hamil . Obat

terbanyak yang dipilih oleh ibu hamil ketika merasakan Sedikit nyeri dan demam
107

adalah parasetamol dengan persentase sebanyak 32% (n=32) untuk nyeri dan

dengan persentase sebanyak 70% (n=70) untuk demam. Parasetamol merupakan

obat nyeri ringan sampai sedang nyeri sesudah operasi cabut gigi dan pireksia

(BPOM RI, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan Hidayati (2019) Senam hamil dapat

menurunkan ketidaknyamanan selama kehamilan dan mempersiapkan fisik dan

psikologis kehamilan untuk melahirkan. Latihan fisik seperti senam hamil mampu

mengeluarkan hormon endorfin dan enkafelin yang akan menghambat rangsang

nyeri akibat ketidaknyaman selama kehamilan dan persalinan. Dengan senam

hamil yang dilakukan oleh Ny.Y dapat mengurangi ketidaknyamanan selama

kehamilan salah satunya nyeri perut bagian bawah dan Ny.Y dapat mengcoping

nyeri saat bersalin.

Kontraksi Braxton Hicks adalah cara tubuh mempersiapkan persalinan yang

sebenarnya, tetapi mereka tidak menunjukkan bahwa persalinan telah dimulai atau

akan dimulai. Kontraksi Braxton Hicks adalah bagian normal dari kehamilan. Ibu

mungkin tidak nyaman, tetapi Ibu tidak menyakitkan. Ibu hamil menggambarkan

kontraksi Braxton Hicks sebagai perasaan seperti kram menstruasi ringan atau

pengetatan di area tertentu dari perut yang datang dan pergi. (Raines & Cooper,

2021). Kontraksi Braxton Hicks dapat dibedakan dari kontraksi persalinan sejati.

Kontraksi Braxton Hicks tidak teratur dalam durasi dan intensitas, jarang terjadi,

tidak dapat diprediksi dan tidak berirama, dan lebih tidak nyaman daripada

menyakitkan. Tidak seperti kontraksi persalinan yang sebenarnya, kontraksi

Braxton Hicks tidak meningkat dalam frekuensi, durasi, atau intensitas. Kontraksi

Braxton Hicks cenderung meningkat frekuensi dan intensitasnya menjelang akhir


108

kehamilan. Wanita sering salah mengira kontraksi Braxton Hicks sebagai

persalinan sejati. Namun, tidak seperti kontraksi persalinan yang sebenarnya,

kontraksi Braxton Hicks tidak menyebabkan dilatasi serviks dan tidak berujung

pada kelahiran (Raines & Cooper, 2021).

Ukuran LiLA Ny. Y yaitu 27 cm. Menurut Astuti,dkk (2017) LiLA ibu

hamil <23,5 cm menunjukkan ibu menderita Kurang Energi Kronis (KEK) dan

beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah. LiLA Ny.Y termasuk kategori

normal atau tidak beresiko. Berat badan Ny.Y sebelum hamil 55 kg, berat badan

ibu pada usia kehamilan 39 minggu adalah 72 kg. Kenaikan berat badan Ny.Y

selama hamil yaitu 12 kg dengan IMT 20,20 Kg/m2. Pertambahan berat badan

dengan kategori ideal (IMT >18,5 sampai <24,9), pertambahan berat badan harus

dalam rentang 11,5 kg sampai 16 kg (Prawirohadjo,2016). Berdasarkan hal ini

dapat dikatakan bahwa pertambahan berat badan ibu dikategorikan sesuai dengan

rekomendasi.

Pada kunjungan ANC pertama, kedua, ketiga, dan keempat didapatkan

pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Selama hamil ibu

mengalami kenaikan berat badan 12 kg, dimana jika dihitung berdasarkan berat

badan ibu sebelum hamil 55 kg dan tinggi badan ibu 165 cm maka didapatkan

IMT 20,20 Kg/m2. dengan rekomendasi kenaikan berat badan 11,5-16, hal ini

sudah sesuai teori menurut (Prawirohardjo, 2016). Hasil penelitian ini

menunjukkan beberapa pengaruh antar variabel diantaranya yaitu bahwa IMT ibu

sebelum hamil dan kenaikan berat badan dalam kehamilan terbukti berpengaruh

dengan berat badan lahir bayi dan IMT juga berpengaruh terhadap lingkar dada

bayi baru lahir. (Nentien Destri, 2018). Ibu dengan IMT pra hamil kurang,
109

seharusnya mengalami kenaikan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan

ibu yang mempunyai IMT normal sebelum kehamilan dikarenakan kebutuhan

fisiologis yang lebih besar untuk mendukung kehamilan. Kenaikan berat badan

yang tidak sesuai dapat berdampak buruk bagi ibu dan bayi. Ibu dapat mengalami

anemia, persalinan sulit, perdarahan pada saat persalinan. Pada bayi dapat

mengalami anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah, serta bayi

baru lahir dengan status kesehatan yang rendah. Kenaikan berat badan yang

berlebih dapat mengakibatkan proses kelahiran secara caesar, asfiksia dan

diabetes gestasional ( Fajrina, 2011)

Berdasarkan pemeriksaan objektif pada palpasi abdomen saat kunjungan

pertama usia kehamilan 33-34 minggu penulis mendapatkan TFU ibu yaitu 4 jari

diatas pusat dengan pengukuran pita cm yaitu 26 cm, saat kunjungan kedua usia

kehamilan 34-35 minggu TFU setengah Pusat-PX dengan pengukuran

menggunakan pita cm yaitu 26 cm, pada kunjungan ketiga usia kehamilan 37-38

minggu TFU 4 jari dibawah PX dengan pengukuran menggunakan pita cm yaitu

28 cm, , hal ini sudah sesuai dengan teori TFU menurut perubahan pertiga jari dan

menggunakan pita cm yang dikemukakan oleh (Sulistyawati, 2011).

Selama memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.Y, penulis tidak

menjumpai kondisi dan keluhan ibu yang mengarah pada keadaan patologis.

Asuhan- asuhan yang diberikan pada Ny.Y selama masa kehamilan sesuai dengan

standar asuhan kehamilan. Penulis sering memberikan pendidikan kesehatan

secara kontak langsung atau dengan whatshap.

4.2.2 Persalinan
110

Pada tanggal 12 februari 2022 Jam 1:30 wib ibu datang ke klinik mengeluh

perutnya mules sejak pukul 19:00 WIB. Pada data objektif Ny.Y didapatkan hasil

TTV dalam batas normal yaitu 110/80 mmHg. Pada pemeriksaan abdomen palpasi

adanyan his yaitu 3x/10’/35” pada pukul 02:00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam

Vagina Toucher (VT) WIB dengan hasil Portio Tipis, pembukaan 4 cm lengkap,

ketuban (+), presentasi kepala, UUK, penurunan HIV, DJJ 136 x/i.

Pada pemeriksaan vagina toucher (VT) ditemui pembukaan pada portio,

yaitu pembukaan 4 cm, dimana saat ini Ny.Y telah berada pada kala I fase aktif.

Sesuai yang dikemukakan Sulistyawati (2010) pada kala I serviks membuka sampai

terjadi pembukaan 10 cm, disebut juga kala pembukaan. Kala I dibagi dalam 2 fase,

yaitu fase laten (serviks membuka dari 0-3 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase

aktif (serviks membuka dari 4-10 cm/lengkap) membutuhkan waktu 6 jam.

Pukul 02:15 WIB keluar air-air yang merembes dari jalan lahir dan adanya

pengeluran lendir bercampur darah serta rasa sakit yang semakin kuat dan ada rasa

ingin BAB dan meneran. Asuhan yang diberikan pada Ny. Y adalah menghadirkan

pendamping, memenuhi kebutuhan dasar pada ibu bersalin seperti menganjurkan

ibu untuk eliminasi saat ada rasa ingin buang air kecil, posisi baring miring ke kiri

untuk mempercepat proses pembukaan, memberikan asupan cairan, memberikan

semangat dan dukungan emosional kepada ibu dengan cara menenangkan ibu, dan

tetap berada disamping ibu selama proses persalinan (Rohani, 2011).

Pukul 02:30 Tampak tanda gejala kala II pembukaan sudah lengkap adanya

pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak, perineum menonjol, vulva


111

vagina membuka, peningkatan tekanan pada rektum atau vagina, ibu ingin meneran

bersamaan dengan adanya kontraksi his yang lebih sering (Rohani, 2011).

Kala II persalinan pada Ny. Y berlangsung ± 30 menit lamanya waktu

persalinan termasuk normal. Menurut Kurniarum (2016) lamanya kala II pada

primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Pada pukul 02.45

WIB bayi lahir spontan, menangis kuat, pergerakan aktif, kulit bewarna kemerahan

dan jenis kelamin Laki Laki

Setelah lahir dilakukan IMD pada satu jam pertama hidup bayi diluar

kandungan. IMD berhasil yaitu ±50 menit. Menurut Kemenkes RI (2014) IMD

adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30

menit sampai 1 jam pasca kelahiran bayi. Manfaat dilakukannya IMD adalah untuk

membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik,

mencegah infeksi. Bagi ibu IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormone

oksitosin, prolactin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu

dan bayi. Keberhasilan IMD pada bayi Ny.Y sesuai dengan standar waktu yang

ditentukan dan bayi Ny.D tidak mengalami hipotermi.

Asuhan yang diberikan untuk mengurangi nyeri pada Ny.Y yaitu asuhan

berupa menghadirkan suami sebagai pendamping persalinan. Suami memberikan

dukungan kepada ibu. Menurut Yulizati (2019) menghadirkan pendamping dapat

membantu proses kelancaran persalinan, seorang pendamping dapat memberikan

dukungan secara emosional maupun psikis. Hadirnya suami Ny.Y menjadi sumber

semangat dan dorongan kepada ibu sampai kelahiran bayi.

Setelah janin pertama lahir dilakukan pemeriksaan janin kedua ternyata

tidak terdapat janin kedua, plasenta belum lahir. Melakukan asuhan manajemen
112

aktif kala III. Menurut Mansur (2018) manajemen aktif kala III yaitu pemberian

suntikan oksitosin, peregangan tali pusat terkendali, dan melakukan massase.

Penulis melakukan manajemen aktif kala III yaitu memberikan suntikan oksitosin

dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir,kemudian terdapat tanda-tanda pelepasan

plasenta, melakukan peregangan tali pusat terkendali. Plasenta lahir lengkap pukul

03.00 WIB, Perdarahan ± 50 cc, kontraksi baik dan dilakukan massase fundus uteri.

Asuhan ini dilakukan pada Ny.Y sehingga waktu pengeluaran plasenta tidak

berlangsung lama.

Proses pengeluaran plasenta Ny. Y berlangsung ± 10 menit. Menurut

Kurniarum (2018) proses pengeluaran plasenta tidak lebih dari 30 menit , tanda

pelepasan plasenta diantaranya uterus berbentuk bundar, tali pusat bertambah

panjang, semburan darah tiba-tiba. Kala III persalinan Ny.Y normal.

Kala IV merupakan saat yang paling kritis untuk mencegah kematian ibu,

terutama kematian yang disebabkan oleh perdarahan. Dilakukan pemantauan Kala

IV pada Ny.Y yaitu tanda-tanda vital, perdarahan, kontraksi yang berlangsung

selama 2 jam pasca persalinan. Menurut Yulizawati (2019) Kala IV merupakan

tahap pemantauan selama 2 jam, 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam

kedua setelah persalinan. Pemantauan yang dilakukan pada Ny.D pada satu jam

pertama dan satu jam kedua hasil yang diperoleh normal uterus bekontraksi dengan

baik, perdarahan ±100 cc, TTV dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat yang

didokumentasikan pada lembar belakang partograf.

Hasil inspeksi yang dilakukan pada jalan lahir terdapat luka jalan lahir

dibagian mukosa vagina dan kulit perineum . Menurut Yuni dan Widy (2018) luka
113

jalan lahir terbagi menjadi 4 derajat. Luka jalan lahir Ny.Y diklasifikasikkan pada

laserasi derajat 2 sehingga dilakukan penjahitan secara konvensional sebanyak 5

buah. Setelah dilakukan penjahitan luka tertutup bagus. Lamanya persalinan Ny.Y

dari kala I sampai dengan 2 jam post partum adalah ± 2 jam.

Persalinan kala II Ny.Y berlangsung 15 menit, bayi menangis kuat,

pergerakan aktif, memastikan janin tunggal, IMD dan terdapat robekan perineum

dengan jumlah darah +100 c, selanjutnya dilakukan pemeriksaan laserasi jalan

lahir. Lamanya proses ini berlangasung selama 11/2 – 2 jam pada primigravida dan

1/2 - 1 jam pada multigravida (Damayanti, 2014).

Selama persalinan diterapkan prinsip pencegahan infeksi dengan

menggunakan alat-alat steril atau yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi. Hal ini

dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu, bayi dan penolong untuk

pencegahan infeksi harus ditetapkan dalam segala aspek asuhan.

4.2.3 Nifas
Pelaksanaan masa nifas yang penulis lakukan pada Ny. Y adalah kunjungan

nifas sebanyak 4 kali, yaitu kunjungan pada 1 hari Pospartum, 7 hari Pospartm,

30 hari Pospartum dan 42 hari post partum.). Frekuensi kunjungan masa nifas

sebanyak 4 kali. Pada Kunjungan nifas dilakukan 4 kali kunjungan yaitu

kunjungan pertama (KF1) 6 jam - 2 hari postpartum, kunjungan (KF2) 3-7 hari

postpartum, (KF3) 8-28 hari postpartum dan kunjungan nifas ke tiga (KF4) 29-42

hari postpartum (Kemenkes RI,2020)

Pelaksanaan masa nifas dilakukan dengan kunjungan sebanyak 5 kali di

rumah. Menurut Kemenkes RI (2020) frekuensi kunjungan nifas sebanyak 4 kali.

Tujuan dilakukannya kunjungan nifas untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
114

bayi, pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan

kesehatan dan mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas (Walyani,2017). Masa nifas Ny.Y berlangsung normal, ibu dan bayi

sehat.

Asuhan yang diberikan pada Ny. Y untuk mempercepat terjadinya proses

involusi adalah dengan mengajarkan ibu gerakan senam nifas. Menurut Andina

(2018) Senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah

timbulnya komplikasi serta memulihkan dan menguatkan otot-otot dasar panggul

dan otot perut sekitar rahim. Penelitian yang dilakukan oleh Layliana,dkk (2017)

senam nifas terbukti dapat menurunkan rata-rata TFU pada hari pertama hingga

hari ketujuh. Sehingga pada kunjungan hari ke 3 TFU ibu menurun menjadi tidak

teraba dari pertemuan sebelumnya yaitu pertengahan sympisis dan pusat.

Perawatan luka jahitan dapat dilakukan dengan ambulasi dini ,Ny.Y

melakukan ambulasi dini seperti buang air kecil ke kamar mandi, memiringkan

tubuh ke kiri dan kanan agar membantu melancarkan pengeluaran lochea serta

mengurangi infeksi perperium. Menurut Heni (2018) ambulasi dini sebaiknya

dilakukan setelah 2 jam post partum yang bermanfaat untuk mempercepat

involusi, melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi perineum dan

kelancaran peredaran darah. Masa nifas Ny.Y berlangsung normal tidak terjadi

infeksi perineum dan tidak mengalami perdarahan.

Selain itu asuhan yang diberikan adalah pijat oksitoksin sebagai upaya

untuk meningkatkan produksi ASI dikarenakan pada 6 jam dan 2 hari post partum

produksi ASI ibu masih sedikit. Pijat oksitoksin dilakukan pada 6 jam post partum

untuk merangsang pengeluaran ASI Menurut Fikawati, dkk (2015) menyebutkan


115

bahwa salah satu tindakan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan kualitas

dan kuantitas ASI, yaitu pemijatan punggung. Pemijatan punggung ini berguna

untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin menjadi lebih optimal dan

pengeluaran ASI menjadi lancar. Asuhan selanjutnya diajarkan pijat oksitosin

kepada ibu yang dibantu oleh suami guna untuk memperlancar ASI dan

memberikan kenyaman kepada ibu. Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi

untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan

pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima keenam

dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah

melahirkan. (Rahayu, 2016) Pijat ini dilakukan untuk merangsang refleks

oksitosin atau refleks pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin akan

merasa lebih rileks. ( Monika, 2014) Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary

posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin

didalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi uterus dan pada waktu yang sama

membantu proses involusi uterus (Sibagariang, 2012) .Diberikan motivasi kepada

ibu untuk terus memberikan ASI secara eksklusif karena ASI memiliki banyak

manfaat, keuntungan dan sangat praktik. Hal ini juga akan mempengaruhi bagi

tumbuh kembang bayi. Dewi dan Sunarsih (2011) menuliskan dari penelitian yang

dilakukan ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian akibat infeksi saluran

nafas akut dan diare.

Pada kunjungan nifas ke-4 Ny.Y ibu mengatakan untuk rencana KB ibu

ingin menggunakan KB IUD , tetapi ibu ingin merundingkan kepada suaminya

terlebih dahulu.
116

Selama masa nifas ibu tidak mengalami masalah dan tidak ada tanda-tanda

infeksi, untuk itu penulis berasumsi bahwa asuhan yang diberikan selama nifas

berjalan dengan baik dan sesuai.

4.2.4 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus


Asuhan yang diberikan adalah pencegahan infeksi, penilaian pada bayi baru

lahir, pencegahan hiportermi, mengeringkan bayi, menutup bagian kepala bayi,

rawat gabung antara ibu dan bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui

bayinya (IMD), melakukan pemeriksaan fisik bayi, memandikan bayi setelah 6 jam

persalinan, melakukan penyuntikan imunisasi Hb0 (Dewi dan Sunarsih, 2010).

IMD berlanjut denga pemberian nutrisi, bayi tidak rewel, bayi tampak santai,

tenang dan puas. Menurut Yulizawati (2019) tanda bayi cukup ASI payudara ibu

menjadi kencang, bayi tampak santai, tenang tidak rewel, buang air kecil 6-8 kali

perhari. Berat badan bayi meningkat karena nutrisi bayi tercukupi dilakukan rawat

gabung antara ibu dan bayi dan mencegah hipotermi.

Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi karena dilakukannya

asuhan perawatan tali pusat. Menurut IDAI (2014) penyebab utama terjadinya

infeksi pada bayi adalah sisa potong tali pusat yang tidak dilakukan perawatan.

Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Tali

pusat akan puput umumnya satu mingu kehidupan bayi, namun lebih lambat hingga

10-14 hari setelah bayi lahir. Pada Ny.Y tali pusat puput pada hari ke-5

Asuhan yang diberikan oleh penulis pada hari ke-7 kelahiran yaitu pijat bayi

yang bertujuan untuk meningkatkan berat badan bayi, Menurut penelitian yang

dilakukan Aryani (2017) pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi karena

dengan melakukan pijatan hormon gastrin dan insulin yang berperan dalam
117

penyerapan akan meningkat.Pijat bayi dilakukan oleh penulis, dilakukan sebelum

mandi pada hari ke-20 berat badan bayi naik 700 gram.

Selain itu, asuhan yang diberikan mengenai pendidikan kesehatan imunisasi

lengkap dari bayi hingga balita, manfaat dan waktu pemberian imunisasi. Setelah

melakukan informed consent kepada Ny.Y diberikan imunisasi Hb0. Menurut

IIDAI (2014) manfaat imunisasi adalah agar melindungi dan mencegah balita dari

penyakit-penyakit TBC, polio,difteri, batuk rejan (pertusis), tetanus, hepatitis-b,

meningitis, campak dan rubella. Imunisasi yang pertama sudah dilakukan,

dilanjutkan pada imunisasi setelah 1 bulan kelahiran. Bayi Ny.Y sudah dilakukan

suntik imunisasi BCG pada hari ke-30 di Klinik Pratama Afiyah

Asuhan yang diberikan kepada Ny.Y selanjutnya adalah memberitahu ibu

untuk terus menstimulasi bayinya seperti mengajaknya mengobrol, bermain

bersama bayinya, hal ini bertujuan selain menjaga kontak batin antara bayi dengan

ibu, dengan adanya stimulasi juga akan memengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan otak pada bayinya.


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan pada Ny. Y G4P3A0H3 Klinik

Pratama Afiyah sejak usia kehamilan 32 minggu hingga masa nifas yang dimulai

dari bulan Desember 2021 – Maret 2022 maka disimpulkan bahwa:

a. Asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan pada Ny.S G1P0A0H0 usia

kehamilan 33 minggu sampai aterm, ibu mengalami keluhan yaitu nyeri perut

bagian bawah. Setelah dilakukan asuhan kebidanan seuai kebutuhan semua masalah

ibu dapat diatasi.

b. Asuhan persalinan Ny.Y dilakukan sesuai dengan APN, IMD pada ibu berhasil

pada menit ke ±50 menit, Bayi lahir spontan pukul 02:45 WIB, jenis kelamin laki-

laki, berat badan 3.200 gram, panjang badan 50 cm, TTV dalam batas normal,

perdarahan ±100cc, kontraksi baik, plasenta lahir lengkap, dan ada laserasi jalan

lahir derajat 2 dan dilakukan hecting.

c. Asuhan nifas pada Ny.Y kunjungan nifas dilakukan 4 kali dan berjalan normal,

dengan nyeri laserasi perineum derajat 2, pada hari pertama ASI ibu hanya sedikit,

dan penulis memberikan asuhan pijat oksitosin kepada ibu pada KF 1 dan setelah

di evaluasi adanya keberhasilan dalam memberikan asuhan tersebut,Asi ibu lancer

pada hari ke 3 dan bayi Ny.Y dapat menyusu dengan baik.

d. Asuhan neonatus pada By.Ny.S dilakukan sebanyak 3 kali kunjungan. Tidak ada

keluhan yang bersifat patologis pada bayi ibu.Kunjungan neonatal dilakukan 4 kali

kunjungan. Pada saat kunjungan tidak ada keluhan pada bayinya. Penulis sudah

memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan.

118
119

5.2 Saran
5.1.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan studi kasus yang dilakukan dapat menambah wawasan pengetahuan

mahasiswa Poltekkes Kemenkes Riau khususnya jurusan kebidanan, serta dijadikan

sebagai referensi pengembangan ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan

komprehensif.

5.1.2 Bagi Klinik Pratama Afiyah

Diharapkan bagi penyedia layanan asuhan kebidanan berkesinambungan yang

sedang menjalankan praktik untuk selalu mempertahankan dan meningkatkan

pelayanan kebidanan dengan memberikan asuhan pijat oksitosin kepada ibu serta

pijat bayi kepada bayi pada masa nifas.

5.1.3 Bagi Penulis

Diharapkan agar pemberi pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil

sampai menjadi akseptor KB dilakukan sesuai dengan asuhan standar

kebidanan yang telah dipelajari.


DAFTAR PUSTAKA

Andina, 2018. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press

Arum, 2016. Panduan Lengkap Pelyanan KB.Yogyajakarta:Nuha Medika

.2015. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan: Jakarta Timur.


CV.Trans Info Medika

. 2017. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kenaikan Berat Badan


Pada Bayi Usia 1-2 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Duri Kota
Kecamatan Mandau. Jurnal Ibu dan Anak. Vol 5

. Penerapan Pijat Oksitosin Dalam Upya Memperbanyak


Produksi AS melalui Pelatihan Para Bidan.Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat. Vol 3

Astuti, dkk 2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan: Jakarta Timur. CV.Trans
Info Medika

Atikah, dkk. 2018. Buku Ajar Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan. Jakarta : CV
Mine

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2014.
Damayanti, (2014). Buku ajar: Asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin
dan bayi baru lahir. Yogyakarta: Deepublish

Desidel, dkk. 2012. Asuhan Neontus Bayi dan Balita. Jakarta: EGC.
Dewi, 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Fauziah, S. (2015). Keperawatan Maternitas Volume 2 : Persalinan. Jakarta:
Kencana.

. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Salemba Medika


Fatimah, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Jakarta

Hani, Ummi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan Fisiologis.
Jakarta: Salemba Medika

Hidayati, Ulfa. 2019. Senam Hamil Untuk Masa Kehamilan dan Persiapan
Persalinan. Jurnal Imliah Kesehatan dan Aplikasinya, Vol. 7 (2)
Husin, Farid. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasisi Bukti. Jakarta : Sagung Seto.
IDAI (2014). Pedoman Imunisasi di Indonesia (5 ed.). Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Indryani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan Jakarta Timur: CV. Trans info media

Irinati, B. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : CV Agung Seto


Jannah N. 2012. Buku ajar asuhan kebidanan kehamilan; Yogyakarta : C.V Andi
Offset

Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta : Kemenkes RI
2016. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta Selatan

2017. Profil Kesehatan Indonesia.Jakarta : Kemenkes RI


2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan Bayi Baru
Lahir di Era Pandemi COVID-19. Jakarta : Kemenkes RI

Kurniarum. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Kemenkes RI

Kostania, G. 2015.Modul Asuhan Kebidanan Kehamilan. Surakarta


Lapau, Buchari. (2015). METODE PENELITIAN KESEHATAN (edisi revisi). Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lailiyana, dkk.2011. Buku ajar asuhan persalinan. Jakarta: EGC

2017. Hubungan Senam Nifas Dengan Involusi Uterus Pada Ibu


Post Partum Normal. Jurnal Ibu dan Anak. Vol 6

Legawati. (2018). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Malang : Wineka Media

Mansur Herawati, 2018. Praktik Klinik Kebidanan II. Jakarta : Kemenkes RI


Marmi.2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Pustaka Pelajar
Maryunani.2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (KDPK). Jakarta: Trans
Info Media
Meylia.2017.Persepsi ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan
keaptuhan melakukan antenatal care.
Nugroho,Taufan. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Yogyakarta:Nuha Medika.

Nugroho, Taufan. Dkk (2014). Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Nurasiah, & dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung:
PT Refika Aditama
PERMENKES No.28/2017 Tentang Ijin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014

. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

. . 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC Prawirohardjo,


Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi 4 Cetakan 5. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Pertiwi, (2012). Spatial Durbin Model untuk Mengidentifikasi Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kematian Ibu di Jawa Timur, Jurnal Sains dan Seni ITS,
Vol.1

Puji, Heni. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.. Jakarta : Kemenkes RI
Poedji Rochjati.2011. Skrining antenatal pada ibu hamil. Surabaya: Airlangga
university press

Rahayuningsih, F. B. (2015). Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang


Perawatan

Nifas dan Bayi Baru Lahir. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan,
79–83.

Raines, D. A., & Cooper, D. B. (2021). Braxton Hicks Contractions. amerika:


StatPearls Publishing.
Reeder, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga.
Jakarta : EGC
Rejeki, 2019. Catatan Kami tentang ASI. Yogyakarta : Oksana.
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika
Raines, D. A., & Cooper, D. B. (2021). Braxton Hicks Contractions. amerika:
StatPearls Publishing
Roito, J. H.,H. Noor, N. Mardiah. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi
Dini Komplikasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Saifuddin, 2014. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka
2016. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat, Cetakan Kelima. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Siti,dkk 2016. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika

2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan Jakarta: Kemenkes RI

Sukarni, (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyawati. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba


Medika

2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba


Medika
Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta: Salemba Medika

Sutanto, A. V. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Tyastuti Siti, 2016. Modul Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Kemenkes RI


Yulizawati, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Padang : Penerbit
Erka.
. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Sidoarjo:
Indomedia Pustaka.

Yuni dan Widy.2018. Asuhan Persalinan Konsep Persalinan Secara Komprehensif


dan Asuhan Kebidanan. Jakarta
Wahyuningsih, H.P. 2018.Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Kementerian Kesehatan R.I.
Walyani, 2017.Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.Yogyakarta : Pustaka
Baru Press
World Health Organization. 2019.SDG 3.Ensure Healthy Lives and Promote
Wellbeing for all at all Ages. 2019
2018. Maternal mortality. 2018;

.2016 Antenatal Care For A Positive Pregnancy


Experience. WHO;

Anda mungkin juga menyukai